Makalah penyakit kecacingan

26
KECACINGAN (OBAT CACING) Disusun oleh: Nama :WINIEY TILLICH WAHYUNI NPM : 1443057050 MK: FARMAKOLOGI I PROGRAM STUDI S1 FARMASI 1 |Farmakologi I

Transcript of Makalah penyakit kecacingan

Page 1: Makalah penyakit kecacingan

KECACINGAN

(OBAT CACING)

Disusun oleh:

Nama :WINIEY TILLICH WAHYUNI

NPM : 1443057050

MK: FARMAKOLOGI I

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

JAKARTA

2016

1 |F a r m a k o l o g i I

Page 2: Makalah penyakit kecacingan

Makalah Penyakit Kecacingan

A. Latar Belakang

Waspadai dan kenali penyakit cacing pada anak. Penyakit yang sering terjadi

ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali

dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gangguan yang ditimbulkan mulai

dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa.

Secara umum gangguan nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita. Hal ini secara

tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.

Sekitar 60% orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur

terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di

antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor.

Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa

provinsi pada tahun 2006.

Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi

menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3%. Sekitar 220 juta penduduk

Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta

liter darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun

perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri

ini.

B. Sifat-sifat umum cacing :

Bentuk, ada 2 macam :

1) Pajang serta bulat, seperti silinder misalnya yang disebut cacing kalung.

2) Panjang tapi pipih, misalnya cacing pita.

2 |F a r m a k o l o g i I

Page 3: Makalah penyakit kecacingan

C. Ukurannya:

1) Ada yang amat panjang misalnya cacing pita 12-18m.

2) Ada yang kecil kira-kira 1mm, hingga untuk dapat melihat dengan jelas harus

menggunakan mikroskop

D. Patogenesis:

Cara memimbulkan penyakit pada manusia dan hewan dengan berbagai macam

kemungkinan. Pada umumnya peranan cacing yang telah dewasa pada tubuh manusia

dengan jalan:

1) Mengisap darah manusia.

2) Mengisap darah dan mengeluarkan bisa atau racun

3) Didalam tubuh (usus) menghisap zat-zat makanan manusia hingga kekurangan zat

makanan.

4) Karena cacing di dalam usus dapat berkembang biak dengan banyak maka dapat

menimbulkan sumbatan pada saluran pencernaan.

5) Ada cacing berbentuk larva bersarang di dalam pembuluh limfa dan pembuluh darah

sehingga peredaran darah dan limfe terganggu, akibatnya badan atau organ menjadi

bengkak.

E. Perkembangan Cacing

Cacing dapat berkembang melalui perkawinan antara cacing betina dan cacing

jantan. Kemudian cacing betina bertelur. Seekor cacing betina dapat bertelur seharinya

sebanyak 200 butir. Bentuk telur cacing itu ada yang bulat dan ada pula yang bulat

lonjong ukurannya berkisar antara 20 dan 100 mikron. Maka untuk dapat melihat dengan

nyata kita harus pergunakan mikroskop.

1) Faktor resiko terkena penyakit cacingan

3 |F a r m a k o l o g i I

Page 4: Makalah penyakit kecacingan

Setiap orang dari semua usia bisa terkena penyakit cacing, akan tetapi faktor

resiko terbesar terserang penyakit cacingan adalah para balita dan anak-anak. Karena

mereka sering tidak menjaga kebersihan dengan baik, maka dari itu orang tua harus

ikut menjaga dan selalu memperhatikan kebersihan misalnya saja, kuku yang tidak

dipotong pendek  dan dibiarkan dalam keadaan kotor, tidak mencuci tangan dengan

sabun setelah bermain di tanah, membiasakan menggigit jari-jari kuku dsb. Cacingan

tidak mengenal usia, orang dewasapun dapat terserang penyakit cacing kremi yang

sering disebabkan karena pemakaian handuk secara bersamaan, mengonsumsi

makanan setengah matang, tidak menjaga kebersihan badan dan lingkungan dsb.

2) Cara Penularan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang

tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus

yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan

penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal

dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak

menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk

menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka

menempel pada butiran debu.

Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan

minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering

dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.

4 |F a r m a k o l o g i I

Page 5: Makalah penyakit kecacingan

3) Siklus:

 Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,

membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi,

termasuk protein untuk membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein

per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing

tambang minum 0,2 milimeter

darah per hari. Kalau jumlahnya

ratusan, berapa besar kehilangan

zat gizi dan darah yang

digeogotinya. Seekor cacing

gelang betina dewasa bisa

menghasilkan 200.000 telur setiap

hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup

memproduksi 600.000 telur.

F. Manifestasi Klinik dari Cacingan

1) Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala

nyata. Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan

kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur

karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi.  Gangguan ini

menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi

maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung

anemia.  Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut

penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa

5 |F a r m a k o l o g i I

Page 6: Makalah penyakit kecacingan

menurun.  Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah

lima tahun (balita).

2) Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat

bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan

ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.

3) Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat  menurunnya status gizi penderita yang

menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi

penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit

ini kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS

yang menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama

pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

G. Beberapa Jenis Cacing

Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-

anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi

berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan

infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak

mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber penularan bagi orang-orang

dekat di sekitarnya.

1) Cacing gelang ( Ascaris lumbricoidus )

Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000

telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang

bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja

mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit

dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita

dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare

6 |F a r m a k o l o g i I

Page 7: Makalah penyakit kecacingan

dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang

berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.

2) Cacing cambuk (Trichuris trichiura)

Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan

hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per

hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering

menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan

usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi

pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat

ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan dapat

berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka

anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat

dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita

perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita

sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.

3) Cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya

bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing

tambang sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah

ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini

menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi

secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang

lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus.

Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak

0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan

7 |F a r m a k o l o g i I

Page 8: Makalah penyakit kecacingan

penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat

mempengaruhi daya tubuhnya dan menurunkan prestasi belajar.

Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva.

Larva ini menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing

gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena

nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per

hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.

Frekuensi penyebaran: terdapat di daerah katulistiwa, daerah pertambangan

dan perkebunan, prevalensi lebih dari 70%.

4) Cacing kremi ( Oxyuris vermicularis )

Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, di dekat usus besar. Cacing

ini kecil sekali, yang betina panjangnya 8-10mm, yang jantan ± 5mm dengan ekor

bengkok. Telurnya banyak, sampai 10.000. Bentuk telur panjang, sedikit cekung.

Besarnya 20-45 mikron. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna

putih. Awalnya, cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi

betina akan pindah ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa

gatal.  Bila balita menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke

dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian

lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing

menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.

H. Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak

Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan

dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran

infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula

dikerjakan. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta sumber bahan pangan adalah

8 |F a r m a k o l o g i I

Page 9: Makalah penyakit kecacingan

merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing.

Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar,

dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan

memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.

1) Beberapa Tips Pencegahan :

a. Cucilah tangan sebelum makan.

Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk

mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila

orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir

masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat

berkembang biak cacing di perut kita.

b. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara

masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator

americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk

melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan

sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut

sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya;

cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Setelah larva cacing sampai ke

usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah

manusia. Oleh sebab itu Anda akan mengalami anemia.

c. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di

antara kuku Anda kemudian masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.

d. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap

kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita

9 |F a r m a k o l o g i I

Page 10: Makalah penyakit kecacingan

masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan

perilaku ini maka kotoran-kotoran dapat mencemari lingkungannya. Jika

lingkungan sudah tercemar, penularan sering terjadi pada semua orang. Orang

yang sudah menjaga diri sebersih apapun terkadang masih dapat terjangkit parasit

cacing ini.

e. Peduli dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika

air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, memungkinkan telur

cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa oleh

angin sehingga dapat memungkinkan menempel pada makanan yang kita

konsumsi.

f. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang

mengalir. Agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping

itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.

g. Berhati-hati terhadap makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah

yang sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya

buruk. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan

dapat kita makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam

makanan dapat kita rasakan manfaatnya.

h. Buanglah kotoran hewan peliharaan seperti kucing atau anjing pada tempat

pembuangan khusus.

i. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda

yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang

sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang

terlalu sering berhubungan dengan tanah.

10 |F a r m a k o l o g i I

Page 11: Makalah penyakit kecacingan

I. Penanggulangan

1) Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan

yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-

lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang

disebabkan parasit cacing.

2) Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan

albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat

mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah.

3) Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat

keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi

secara maksimal, tuntas dan paripurna.

J. Obat-Obat Antelmintik

Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)

adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam

istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna

maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi

organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007)

Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga

diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik

diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa

antelmintik  yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin,

Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang

dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat

11 |F a r m a k o l o g i I

Page 12: Makalah penyakit kecacingan

baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap

merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di

beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah

akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara dapat menyebabkan perluasan

kemungkinan infeksi. (Tjay, 2007)

Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,

trematoda, dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan

pada target metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak mempengaruhi atau

berfungsi lain untuk pejamu. (Mycek,2001)

1) Obat-Obat Untuk Pengobatan Nematoda

a. Mebendazol

Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat

ini tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan

terbuka (Ganirwarna, 1995). Mebendazol adalah obat cacing yang efektif

terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina. Trichuris

vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia pisiformis, Taenia

hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant,

2002). Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada

hambatan pemasukan glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi

pengosongan glikogen dalam cacing. Mebendazol juga dapat menyebabkan

kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing

(Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu methyl [(5-benzoyl-3H-

benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3

Farmakokinetika : Mebendazol tidak larut dalam air dan rasanya enak.

Pada pemberian oral absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas

12 |F a r m a k o l o g i I

Page 13: Makalah penyakit kecacingan

sistemik yang rendah yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan

mengalami first pass hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin

dalam bentuk yang utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu

48 jam. Absorbsi mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak

(Ganirwarna, 1995).

Efek Nonterapi dan Kontraindikasi : Mebendazol tidak menyebabkan efek

toksik sistemik mungkin karena absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan

pada penderita dengan anemia maupun malnutrisi. Efek samping yang kadang-

kadang timbul berupa diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Dari

studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi pemberian

dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil memperlihatkan efek

embriotoksik dan teratogenik (Ganirwarna, 1995).

b. Pirantel Pamoat

Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini.

Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga

disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik. Pirantel pamoat dapat

membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya adalah cacing

tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang

(Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis)

(MIMS,1998).

Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing

yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari

tubuh, cacing akan segera mati. Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan

perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).

13 |F a r m a k o l o g i I

Page 14: Makalah penyakit kecacingan

Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis

biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun

demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250

mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50

kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut

diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum. Nama dagang pirantel

pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada Combantrin, Pantrin,

Omegpantrin, dan lain-lain (MIMS,1998) .

c. Tiabendazol

Tiabendazol adalah suatu benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif

terhadap strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing

benang), larva migrans pada kulit atau erupsi menjalar dan tahap awal trikinosis

disebabkan Trichinella spinalis. Obat juga menganggu agregasi mikrotubular.

Meskipun hampir tidak larut dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per

oral. Obat dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine. Efek samping

yang dijumpai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terdapat

beberapa laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan

sindrom Stevens Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol, terdapat beberapa

kematian. (Mycek, 2001)

d. Invermektin

Invermektin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta

sungai) disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk scabies.

Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat) parasite. Aliran

klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing.

Obat diberikan oral. Tidak menembus sawar darah otak dan tidak memberikan

14 |F a r m a k o l o g i I

Page 15: Makalah penyakit kecacingan

efek farmakologik. Namun, tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena

sawar darah otak lebih permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak

boleh untuk ibu hamil. Tidak boleh untuk pasien yang menggunakan

benzodiasepin atau barbiturate – obat bekerja pada reseptor GABA. Pembunuhan

mikrofilia dapat menyebabkan reaksi seperti ’’Mozatti’’ (demam, sakit kepala,

pusing, somnolen, hipotensi dan sebagainya) (Mycek, 2001)

2) Obat Untuk Pengobatan Trematoda

Trematoda merupakan cacing pipih berdaun, digolongkan sesuai jaringan yang

diinfeksi. Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.

a. Prazikuantel

Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel. Obat ini

merupakan obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan

infeksi cestoda seperti sistisercosis. Permeabilitas membran sel terhadap kalsium

meningkat menyebabkan parasite mengalami kontraktur dan paralisis.

Prazikuantel mudah diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan

serebrospinal. Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat

dimetabolisme secara oksidatif dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh

menjadi pendek. Metabolit tidak aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu

(Mycek, 2001)

Efek samping yang biasa termasuk mengantuk, pusing, lesu, tidak mau

makan dan gangguan pencernaan. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita

hamil atau menyusui. Interaksi obat yang terjadi akibat peningkatan metabolisme

telah dilaporkan jika diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan

karbamazepin, simetidin yang dikenal menghambat isozim sitokrom P-450,

menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel. Prazikuantel tidak boleh diberikan

15 |F a r m a k o l o g i I

Page 16: Makalah penyakit kecacingan

untuk mengobati sistiserkosis mata karena penghancuran organisme dalam mata

dapat merusak mata (Mycek, 2001).

3) Obat Untuk Pengobatan Cestoda

Cestoda atau cacing pita, bertubuh pipih, bersegmen dan melekat pada usus pejamu.

Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan usus selama

siklusnya.

a. Niklosamid

Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada

umumnya. Kerjanya menghambat fosforilasi anaerob mitokondria parasit

terhadap ADP yang menghasilkan energi untuk pembentukan ATP. Obat

membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya. Laksan

diberikan sebelum pemberian niklosamid oral. Ini berguna untuk membersihkan

usus dari segmen-segmen cacing yang mati agar tidak terjadi digesti dan

pelepasan telur yang dapat menjadi sistiserkosisi. Alkohol harus dilarang selama

satu hari ketika niklosamid diberikan (Mycek, 2001)

16 |F a r m a k o l o g i I

Page 17: Makalah penyakit kecacingan

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi (Editor).1995.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta

Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat,

penggunaan dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo

Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta

Mycek.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika : Jakarta

MIMS Annual (1998) : Combantrin. Edisi 8. Singapore.

Drugs.Com (2016). Pyrantel Pamoate. Dikutip 25 Nop 2016.

Combantrin Product Inf

http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/mebendazole-hexamine-adidryl.html

17 |F a r m a k o l o g i I