Makalah Penyakit Tropis TBC

44
Makalah Penyakit Tropis OLEH KELOMPOK 1 JAYANTI SEKAR WANGI AYULIANA A.EMMY SATTI PRANA HENDRI Y A.KUSMAWATI STIKES PRIMA BONE TBC (TUBERCULOSIS)

description

MAKALAH TENTANG PENYAKIT TBC

Transcript of Makalah Penyakit Tropis TBC

Page 1: Makalah Penyakit Tropis TBC

Makalah Penyakit Tropis

OLEH

KELOMPOK 1

JAYANTI SEKAR WANGI

AYULIANA

A.EMMY SATTI

PRANA HENDRI Y

A.KUSMAWATI

STIKES PRIMA BONE

2013KATA PENGANTAR

TBC(TUBERCULOSIS)

Page 2: Makalah Penyakit Tropis TBC

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Penyakit Tropis ini dengan judul

“TBC (TUBERCULOSIS)” , sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat

terselesaikan. Maka patutlah kiranya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan kepada Dosen mata

kuliah Penyakit Tropis yang telah memberi tugas untuk tambahan pengetahuan

mahasiswa.

Dengan segala kerendahan hati kami berusaha menyajikan yang terbaik dalam

makalah ini. Namun, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh

dari harapan, kritik atau saran yang bersifat konstruktif tetap diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis

pada khususnya. Aamiin.

Watampone, Mei 2013

Penulis

(Kelompok 1)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 1

Page 3: Makalah Penyakit Tropis TBC

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................ 2

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 3

1.1 Latar Belakang....................................................................... 3

1.2 Tujuan...................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................... 5

2.1KONSEP MEDIS ....... .............................................................. 5

2.1.1 Defenisi ............................................................................ 5

2.1.2 Etiologi ........................................................................... 6

2.1.3 Penularan ......................................................................... 6

2.1.4 Manifestasi Klinis ............................................................ 7

2.1.5 Patofisiologi ..................................................................... 9

2.1.6 Klasifikasi ........................................................................ 10

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 11

2.1.8 Komplikasi ...................................................................... 14

2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................. 15

2.2 KONSEP KEPERAWATAN ..................................................... 17

2.2.1 Pengkajian ....................................................................... 17

A. Pengumpulan Data ........................................................ 17

B. Analisa Data .................................................................. 20

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................... 20

2.2.3 Intervensi ......................................................................... 21

2.2.4 Implementasi .................................................................... 27

2.2.5 Evaluasi ............................................................................. 27

BAB III : PENUTUP ................................................................................ 28

3.1Kesimpulan ............................................................................ 28

3.2Saran .................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 2

Page 4: Makalah Penyakit Tropis TBC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai

penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius

dan merupakan pembunuh nomor satu di antara penyakit menular. Hal ini

disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Selain

proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan

jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap secara

bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Didik Supardi,

2006).

Tuberkulosis Paru sudah lama ada dan  menyebar di dunia. Di temukan bahwa

Indonesia merupakan  negara ketiga terbesar di dunia setelah India dan Cina.

Diketahui pula bahwa di Indonesia setiap tahunnya bertambah dengan seperempat

juta kasus baru TB Paru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya.

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008). Dalam

mengurangi penyebaran dan masalah TB Paru, diperlukan tindakan atau

penanganan secara awal yaitu penanganan dalam lingkup keluarga. Mengingat

keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang tertdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (DEPKES RI, 1998), maka penyakit TB Paru

ini akan mudah atau rentan pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya

terkena TB Paru.

Tuberkulosis Paru menyerang tidak memandang usia produktif, kelompok

ekonomi rendah, dan berpendidikan rendah. Namun TB Paru lebih banyak

ditemukan di daerah miskin. Hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan yang kurang

mendukung menjadi penyebab TB Paru. Beberapa faktor yang erat hubungannya

dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis yaitu antara lain jumlah basil yang cukup

banyak dan terus menerus (memapar) calon penderita, adanya sumber penularan,

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 3

Page 5: Makalah Penyakit Tropis TBC

mikrobakteri tuberculosis keganasan basil serta daya tahan tubuh dimana daya

tahan tubuh ini erat kaitannya dengan faktor lingkungan misalnya perumahan dan

pekerjaan, faktor imunologis, dan juga keadaan penyakit yang memudahkan infeksi

seperti campak dan diabetes melitus.

Penderita TB Paru yang tidak mendapatkan penanganan secara baik atau tidak

mengkonsumsi obat secara teratur maka akan mengalami komplikasi perdarahan

dari saluran pernapasan bagian bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena

syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, penyebaran infeksi, ke organ lain

misalnya otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

Untuk menanggulangi masalah peningkatan penderita tuberklosis paru ini telah

dilakukan berbagai macam usaha antara lain strategi DOTS dimulai pada tahun

2001 dengan melakukan pelatihan tenaga pelaksana secara bertahap dan

pembentukan forum kemitraan TBC nasional, adanya tim manajemen di tingkat

propinsi, akurasi penegakan diagnosa menjadi lebih baik dengan adanya pelatihan

untuk petugas laboraturium, pengadaan mikroskop dan reagen dengan kualitas yang

lebih baik, serta pengelolaan obat anti tuberculosis (fixed Dose Combination). Selain

itu untuk tim kesehatan seperti perawat juga harus lebih peka dan peduli dalam

masalah peningkatan penderita TB Paru dengan melaksanakan berbagai macam

usaha seperti pendidikan atau pemberian penyuluhan tentang TB Paru dan cara

pencegahannya. Serta pengetahuan pada keluarga yang anggota keluarganya

menderita TB Paru agar tidak sampai menularkan pada anggota keluarga yang lain.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

mahasiswa baik itu pembaca maupun penulis mengenai penyakit tropis yaitu TBC

atau tuberculosis. Dimana makalah ini membahas Konsep Medis dan Konsep

Keperawatan dari penyakit Tuberculosis. Diharapkan setelah membaca makalah ini

baik itu pembaca ataupun penulis yang merupakan mahasiswa keperawatan dapat

memanfaatkan ilmu dan mengaplikasikan ilmu tentang penyakit tuberculosis kelak di

masyarakat dan memberikan pelayanan terbaik guna meningkatkan status

kesehatan masyarakat Indonesia.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 4

Page 6: Makalah Penyakit Tropis TBC

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 Defenisi

Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer,

2009: hal 472).

Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009:

hal 918).

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru. (Esther, 2010: hal 193).

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini

disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya

ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan

mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).

Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini bisanya mengenai paru,

tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal

544).

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis

yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak

adalah paru-paru (IPD, FK, UI).

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

basilMycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang

dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012).

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 5

Page 7: Makalah Penyakit Tropis TBC

batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain

saat bernafas. (Widoyono, 2008).

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh

kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).

2.1.2 Etiologi

  Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan

Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6

mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak

mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari

lipoid (terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian

warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA),

serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam

keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada

pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.

Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap

(bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran

udara (Widoyono, 2008).

2.1.3 Penularan

Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosisditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup

oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat

berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam

paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.

Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan

sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu

lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 6

Page 8: Makalah Penyakit Tropis TBC

tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa

remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia

melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui

peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.

Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga

kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya

melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih

berisiko dibandingkan kontak biasa(tidak serumah).

Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi

menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak

menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar

10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100

penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-

nya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak

jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala

respiratorik dan gejala sistemik ( Djojodibroto, 2009):

1.   Gejala respiratorik

a.    Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur

darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b.    Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau

bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 7

Page 9: Makalah Penyakit Tropis TBC

banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah.

c.    Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-

hal yang menyertai seperi efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d.   Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2.    Gejala sistemik, meliputi:

a.    Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari

mirip demam ifluenza, hilang timbul dan makin panjang serangannya. Sedangkan

masa bebas serangan makin pendek.

b.    Gejala sistemik lain

Keringat malam, aoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala

biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut

dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyertai

gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe :

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara

membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

1.   Batuk darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

b. Darah berbuih bercampur udara

c. Darah segar berwarna merah muda

d. Darah bersifat alkalis

e. Anemia kadang-kadang terjadi

f. Benzidine test negatif

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 8

Page 10: Makalah Penyakit Tropis TBC

2.   Muntah darah

a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual

b. Darah berampur sisa makanan

c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

d. Darah bersifat asam

e. Anemia sering terjadi

f. Benzidin test positif

3.   Epistaksis

a. Darah menetes dari hidung.

b. Batuk pelan kadang keluar.

c. Darah berwrna merah segar.

d. Darah bersifat alkalis.

e. Anemia jarang terjadi.

2.1.5 Patofisiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman adalah

kuman berbentuk batang aerobik dan tahan asam yang yang merupakan organisme

patogen maupun saprofit. Organisme ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini

lebih kecil dari ukuran sel darah merah (Sylvia & Marry, 2006).

Sebagian besar komponen M. Tuberkulosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga

kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan

factor fisik.Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang

banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks

paru-paru yang kandungan oksigennya tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk

penyakit tuberculosis(Somantri, 2008).

Port de’entri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,

saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui

udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman

basil tuberkel yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu

sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 9

Page 11: Makalah Penyakit Tropis TBC

dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada

dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit

polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh

organisme tersebut.

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa

yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju

getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang

dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi

oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam. ( Ardiansyah, 2012).

2.1.6 Klasifikasi

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinis, bakteriologik, radiologik dan

riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifiksi ini penting karena merupakan salah satu

faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. Klasifikasi TB paru di bagi

sebagai berikut :

1. TB Paru BTA positif dengan kriteria :

a. Dengan atau tanpa gejala klinik

b. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong

biakan positif 1

c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2. TB Paru BTA negatif dengan kriteria :

a. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif

b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif

3. Bekas TB Paru dengan kriteria :

a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.

b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto

yang tidak berubah.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 10

Page 12: Makalah Penyakit Tropis TBC

d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (mendukung).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan

pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.

b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat

didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase). Merupakan uji serologi

imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG

spesifik terhadap basil TB.

d. Tes Mantoux / Tuberkulin, Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai

alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

e. Tehnik Polymerase Chain Reaction. Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui

amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga

dapat mendeteksi adanya resistensi.

f. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC). Deteksi growth indeks

berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh

mikobakterium tuberculosis.

g. MYCODOT. Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang

direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan

dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.

h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral. Gambaran foto thorax

yang menunjang diagnosis TB, yaitu :

1)      Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah

2)      Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )

3)      Adanya kavitas, tunggal atau ganda

4)      Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru

5)      Adanya klasifikasi

6)      Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 11

Page 13: Makalah Penyakit Tropis TBC

7)      Bayangan millier

Menurut Sudoyo, dkk (2009 :  hal  2235), pemeriksaan diagnostic

 yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)

Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus

atas atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah

(bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada

tuberculosis endobronkial).

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa

bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.

lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat

bayangan yang bergaris-garis. Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai

bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis

yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus

maupun pada satu bagian paru.

Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapang paru.

Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah

penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi

pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax).

Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan

sekaligus (pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik,

klasivikasi kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak

dipakai di rumah sakit rujukan  adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan).

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 12

Page 14: Makalah Penyakit Tropis TBC

Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan

densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.

c. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )

Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai

proses-proses dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan

dapat dibuat transversal, segital dan koronal.

d. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang

meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru

mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis

pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai

meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah

limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.

e. Sputum (BTA)

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3

batang kuman  BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman

dalam 1 ml sputum.

f. Tes tuberculin/ tes mantoux

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan

diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes

mantoux yakini dengan menyuntikan  0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein

derivative).

Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu  1 atau 2 T.U

(first strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative,

berarti tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah

cukup berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang

atau pernah terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.

Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :

1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan  non sensitivity.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 13

Page 15: Makalah Penyakit Tropis TBC

2) Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran

antibody normal masih menonjol.

3) Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran

antibody selular paling menonjol.

2.1.8 Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :

Komplikasi dini

1)      Pleuritis

2)      Efusi pleura

3)      Empiema

4)      Laringitis

    Menjalar ke organ lain : Usus

    Poncet’s arthropathy

Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis).

2) Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal.

3) Amiloidosis.

4) Karsinoma paru.

5) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS).

Menurut Sudoyo, dkk (2009 :  hal  2238), komplikasi yang dapat terjadi pada

klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a.       Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab

lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju

ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.

b.      Efusi pleura

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 14

Page 16: Makalah Penyakit Tropis TBC

Keluarnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan

selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga

pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi

dan exudat pleura yang kaya akan protein.

c.       Empisema

Penumpukan cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura

yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis

(pleuritis tuberculosis).

d.      Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis

tuberculosis.

e.       TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di  dalam saluran

pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya

lemah, dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening,

oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ

tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.

f.       Keruskan parenkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru,

sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada

parenkim yang terinfeksi.

g.      Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan

gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh

jaringan tubuh.

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mnecegah

kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan

mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 15

Page 17: Makalah Penyakit Tropis TBC

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan

terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai

dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan

Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan

Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan

dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

                                                                                Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)

Obat Anti TB Esensial          Aksi           Potensi            Per Hari             Per Minggu

                                                                                                           3 x     2 x

Isoniazid (H)                  Bakterisidal     Tinggi                 5                    10      15

Rifampisin (R)               Bakterisidal      Tinggi               10                    10      10

Pirasinamid (Z)              Bakterisidal     Rendah              25                    35      50

Streptomisin (S)            Bakterisidal     Rendah              15                    15       15

Etambutol (E)              Bakteriostatik   Rendah              15                     30       45

         

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu

perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

Directly Observed Treatment Short Course  (DOTS) yang direkomendasikan oleh

WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

penanggulangan TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang

pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat

dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan

pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku. 

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 16

Page 18: Makalah Penyakit Tropis TBC

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi

mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut :

a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan

membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).

b) Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

c) Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu

perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi

udara, dan penyinaran matahari di rumah.

d) Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor

(polusi).

e) Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

2.2 KONSEP KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

A.     PENGUMPULAN DATA

1. Identitas

Identitas Px meliputi : nama, jenis kelamin, umur (TBC dapat menyerang semua

usia), pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat,

tipe rumah (permanen/ tidak),  tanggal dan jam masuk RS, No. Reg, ruangan, serta

identitas yang bertanggung jawab.

2. Keluhan Utama

Biasanya Px TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.

3. Riwayat Kesehatan

a.  Riwayat kesehatan sekarang.

Pada umumnya Px TB Paru sering mengalami panas lebih dari 2 minggu sering

terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada malam hari

dan kadang disertai dengan hemaptoe.

b.  Riwayat kesehatan lalu.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 17

Page 19: Makalah Penyakit Tropis TBC

Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin

berhubungan dengan TBC antara lain ISPA, Efusi pleura, dan TB paru yang kembal

aktif.

c.  Riwayat kesehtan keluarga.

Px keluarganya tidak mempunyai penyakit menular atau mempunyai penyakit

menular

d.  Riwayat psikososial.

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis Px dimana status

ekonomi menengah ke bawah serta sanitasi yang kurang dengan padatnya

penduduk mengakibatkan klien merasa diasingkan dengan penyakitnya yang

dianggap menular.

4. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan sistem tubuh:

1.  B1 (Breathing)

Pada sistem pernafasan didapatkan pemeriksaan fisik:

- Inspeksi : adanya tanda-tanda retraksi dada, diafragma, pergerakan nafas yang

tertinggal, suara nafas melemah, adanya penggunaan otot bantu nafas,

takipneu.

- Palpasi: fremitus vokal meningkat

- Perkusi : redup

- Auskultasi : suara nafas bronkhial dengan atau tanpa ronchi basah dan kasar

2.  B2 (Blood)

Takikardi, cyanosis.

3.  B3 (Brain)

Kesadaran pasien Composmentis dengan GCS 456.

4.  B4 (Blader)

Biasanya klien jarang mengalami gangguan pada sistem ini kecuali ada komplikasi

lebih lanjut.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 18

Page 20: Makalah Penyakit Tropis TBC

5.  B5 (Bowel)

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, BB turun.

6.  B6 (Bone)

Adanya keterbatasan aktivitas akibat adanya kelemahan, kurang tidur dan keadaan

sehari-hari yang kurang menyenangkan. Pada kulit terjadi cyanosis, dingin dan

lembab, turgor kuli menurun.

5.  Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan penunjang

1) LED meningkat.

2) Leukosit meningkat.

3) Hb menurun.

4) Blood gas (PaCo2, PaCo3, PaO2)

b. X-foto

- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau tanpa

adanya infiltrat.

- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

c. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang dapat di

diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.

- Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung

dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi – sewaktu

(SPS).

d. Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulis

- Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.

a) Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.

b) Indurasi 5 mm – 9 mm : reaksi meragukan.

c) Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 19

Page 21: Makalah Penyakit Tropis TBC

- Tes Tuberkulin dapat negatif pada Px HIV / AIDS, malnutrisi berat, TB milier,

morbili meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis.

B. ANALISA DATA

a.  Data Subyektif

- Px batuk kurang lebih 3 minggu.

- Px batuk disertai darah.

- Px sesak nafas dan rasa nyeri dada.

- Anoreksia.

- Demam meriang.

b.   Data Obyektif

- Px tampak panas yang naik turun.

- Berat badan menurun, mual, muntah.

- Batuk, ada darah, batuk ada sputum.

- Px biasanya lemah dan lesu.

- TTV :

1. Suhu terjadi peningkatan.

2. RR biasa terjadi peningkatan.

3. TD : tidak ada peningkatan TD.

4. Nadi : pada Px TBC bisa terjadi takikardi.

c.   Kemungkinan Penyebab

Infiltrasi bakteri mycobacterium tuberkulosa keseluruh tubuh.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum atau batuk, dyspnea atau anoreksia.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer/ sistem imun, penurunan gerakan silia, stasis dari sekresi.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 20

Page 22: Makalah Penyakit Tropis TBC

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan

dengan informasi kurang atau tidak akurat.

2.2.3 Intervensi

DX 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.

Kriteria Hasil :

1).    Sesak nafas pasien berkurang dalam waktu 1 x 24 jam.

2).    Batuk berkurang dalam waktu 2 x 24 jam.

3).    Mampu melakukan batuk efektif

4).    Suara nafas vesikuler

5).    RR dalam batas normal (16-20 x/menit)

Rencana Tindakan :

1) Jelaskan kx tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat

penumpukan sekret di saluran pernafasan.

R / : pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan kx terhadap rencana teraupetik.

2) Ajarkan kx tentang metode yang tepat pengontrolan batuk efektif.

R / : batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,

menyebabkan frustasi.

3) Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R / : memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4) Lakukan pernafasan diafraqma.

R / : pernafasan diafraqma menurunkan frekuensi nafas dan meningkatkan

ventilasi alveolar.

5) Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan

sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan batukan dari

dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 21

Page 23: Makalah Penyakit Tropis TBC

R / : meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran

sekret.

6) Auskultasi paru sebelum dan sesudah kx batuk.

R / : pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk kx

7) Ajarkan kx tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : memperthankan

hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 samapi 1500 cc / hari

bila tidak kontraindikasi.

R / : sekresi kental sulit untuk encerkan dan dapat menyebabkan sumbatan

mukus, yang mengarah pada atelektasis.

8) Lakukan fisio Tx dada clapping / vibrasi.

R / :  dengan gaya gravitasi sekret akan keluar ke alveoli besar dan

memudahkan pengeluaran sekret.

9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisiologi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Konsul photo toraks.

R / :  expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi

perbaikan kondisi kx atas pengembangan parunya.

DX 2 :   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan : pertukaran gas efektif Blood gas (pH, pCO2, pO2)

Kriteria Hasil :

1).    BGA dalam batas normal (pH : 7.35- 7.45, pCO2 : 35-45, pO2 : 80-100)

2).    Memperlihatkan frekuensi pernafasan yang efektif.

3).    Tidak ada gejala distress nafas

Rencana Tindakan :

1.Kaji dyspnea, tachypnea, bunyi pernafasan abnormal, peningkatan upaya

respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 22

Page 24: Makalah Penyakit Tropis TBC

R/   : Tubercolusis paru dapat menyebaban meluasnya jangkauan dalam paru-paru

yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis,

pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan Perubahan

warna kulit, membran mukosa dan warna kuku.

R/   : Akumulasi secret dapat menganggu oksigenasi di organ vital dan Jaringan.

3.Demonstrasikan / anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir di Disiutkan,

terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan Parenkim.

4.Anjurkan untuk tirah baring, batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien Sesuai

kebutuhan.

R/   : Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

5. Kolaborasi - Monitor pemeriksaan BGA dan oxymeter

R/   : menurunnya saturasi oksigen (pO2) atau meningkatnya pCO2 Menunjukkan

perlunya penanganan yang lebih adekwat atau perubahan Terapi.

6. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

R/   : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi terhadap Penurunan

ventilasi/menurunnya permukaan alveolar.

DX 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelemahan, sering batuk/produksi secret, dispnea, anoreksia dan

ketidakcukupan sumber keuangan.

Tujuan : kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria Hasil :

1) Menunjukkan berat badan meningkat dan bebas dari malnutrisi,

2) Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan

berat yang tepat.

Rencana Tindakan :

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 23

Page 25: Makalah Penyakit Tropis TBC

1) Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

R / : dengan membantu kx memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan

dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupeutik

Berikan  perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafan

R/   : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

Anjurkan dan berikan periode istirahat sering

R/   : Menghemat energy khususnya bila kebutuhan metabolic meningkat saat

demam.

2) Pastikan pola diet pasien, yang disukai dan tidak disukai

R / : Membantu identifikasi kebutuhan, pertimbangan keinginan individu dapat

memperbaiki masukan diet.

3) Observasi anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan

obat.

R / : Dapat mempengaruhi diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk

meningkatkan pemasukan nutrisi.

4) Anjurkan pasien makan makanan sedikit dan sering dengan makanan tinggi

protein dan karbohidrat (TKTP).

R / : Memaksimalkan masukan  nutrisi dan menurunkan iritasi daripada

lambung.

Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut :

a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).

b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).

c. Thiamiru (kacang-kacang, buncis, oranges).

d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayur hijau, kacang segar).

R / : masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan

metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jaringan hepar.

Kolaboratif - kosultasikan ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

R/: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk

kebutuhan metabolic dan diet.

Konsul untuk pemberian terapi 1-2 jam sebelum / sesudah makan.

R/: Dapat memebantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan

dengan obat atau efek pengobatan pada perut yang penuh.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 24

Page 26: Makalah Penyakit Tropis TBC

Konsul untuk pemeriksaan laboratorium seperti BUN, protein serum dan

albumin.

R/: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan

intervensi/perubahan program terapi.

5) Konsul untuk pemberian antipiretik.

R/: Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan juga konsumsi kalori.

Dx 4 : Resiko  penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak

adekwat, penurunan kerja silia/stasis secret.

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi selama dalam perawatan

Kriteria hasil :

1. Pasien dapat memperlihatkan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau

bersin).

2. Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan.

3. Tidak ada anggota keluarga/orang terdekat yang tertular penyakit seperti

penderita.

Rencana tindakan :

1) Kaji patologi penyakit (fase aktif/inaktif) dan potensial penyebaran infeksi melalui

udara selama pasien batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa, dll.

R/  :  Untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak

berarti tubuh pasien sudah terbebas dari kuman tubercolusis.

2) Mengidentifikasi resiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang

sama dengan pasien.

R/  :  Mengurangi resiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang

sama dengan pasien.

3) Menganjurkan pasien untuk membuang sputum dengan wadah tertutup yang

berisi clorin, mereview pentingnya mengontrol infeksi, misalnya dengan

menggunakan masker.

R/ :  Penyimpanan sputum pada wadah yang terdesinfeksi dan penggunaan

masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi melalui droplet.

4) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 25

Page 27: Makalah Penyakit Tropis TBC

R/   :   Periode singkat terakhir 2-3 hari setelah terapi awal tetapi pada adanya

penyakit luas-sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

Anjurkan pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodic terhadap sputum

untuk lamanya terapi.

R/: Untuk pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap

terapi.

Kolaborasi & Konsultasi dengan dokter untuk pemberian OAT

R/: Untuk mempercepat proses kesembuhan pasien

DX. 5: Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan

berhubungan dengan informasi kurang atau tidak akurat.

Tujuan  : Pasien mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi, terapi dan

dapat mencegah penularan kepada orang lain.

Kriteria hasil :

1) Mampu  menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan

pengobatan dan kemungkinan komplikasi.

2) Mampu mengidentifikasi/melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan

perilaku untuk mencegah terulangnya/terjadinya komplikasi.

Rencana tindakan :

1) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan,

lingkungan, media yang terbaik bagi klien.

R/ Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan tingkatkan pada

tahapan individu

2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat. Contoh: hemoptisis, nyeri

dada, demam, kesulitan bernafas.

R/ Dapat menunjukkan kemajuan dalam pengetahuan pengaktifan penyakit atau

efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut,

3) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama, kaji potensial interaksi dengan obat lain.

R/ Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah

penghentian obat sesuai dengan kondisi klien

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 26

Page 28: Makalah Penyakit Tropis TBC

4) Kaji efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

R/ Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi

dan meningkatkan kerjasama dalam program

5) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada klien ntuk rujukan.

Contohnya jadwal obat

R/ Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah

besar informasi. Pengulangan dapat menguatkan ingatan klien.

2.2.4 Implementasi

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan,

meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan

keperawatan dan pengumpulan data (Lismidar, 1990).

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan

melihat situsi dan kondisi klien.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari

masalah kesehatan px dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan px dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 27

Page 29: Makalah Penyakit Tropis TBC

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru

yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008). Gejala yang

biasa ditunjukkan antara lain batuk,batuk darah, sesak napas, demam, nyeri dada,

muntah darah dan kadang epitaksis.

Diagnosa keperawatan yang bisa diambil untuk pasien TB Paru ini

yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental,

kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran oiveolar-

kapiler, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum atau batuk, dyspnea atau anoreksia, resiko tinggi

terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,

penurunan geraan silia, stasis dari sekresi. Serta kurang pengetahuan tentang

kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang atau tidak

akurat.

3.2 Saran

Pentingnya pengetahuan tentang penyakit TBC harus selalu disosialisasikan

kepada masyarakat. Sebagai perawat atau calon perawat, tidak cukup hanya

dengan melakukan tindakan tetapi harus disertai pengetahuan yang bermanfaat

untuk memberikan penyuluhan bagi pasien atau masyarakat sekitarnya. Dengan

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 28

Page 30: Makalah Penyakit Tropis TBC

begitu perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan yang baik dan

meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.

Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,

EGC, Jakarta ,1999.

Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.

M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta

Price, Sylvia A dan Mary P. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit . Edisi 6. Jakarta. Buku Kedokteran ECG

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih

bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika

Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998

Wibisono, M. Yusuf, dkk. 2010. Buku Ajar Penyakit Paru. Surabaya. Departemen

Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 29

Page 31: Makalah Penyakit Tropis TBC

Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan

pemberantasannya. Erlangga. Jakarta

http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html

http://dianrina89.blogspot.com/2013/02/contoh-askep-tbc-tuberculosis-terbaru.html

http://perawathati.blogspot.com/2012/04/askep-tbc.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17277/5/Chapter%20I.pdf

http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-tbc.html

http://www.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU

http://www.scribd.com/doc/28060863/tuberkulosis-atau-TBC

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 30