Post on 03-Aug-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Ekuitas pemegang saham dalam satu perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah
besar unit atau lembar saham. Dalam satu kelompok saham, setiap lembar saham sama
dengan lembar saham lainnya. Setiap kepentingan pemilik perusahaan diwakili oleh
jumlah lembar saham yang dimiliki.
Setiap saham memiliki hak dan keistimewaan atau privilege tertentu yang hanya
dapat dibatasiolehkontrk khusus pada saat saham diterbitkan. Seseorang harus meneliti
anggaran dasar perusahaan, sertifikat saham, dan ketentuan hukum negara bagianuntuk
meyakinkan pembatasan atas atau variasi dari hak dan keistimewaan standar.
Keunggulan utama dari system saham (modal saham) adalah kemudahannya
dalam pemindahan kepentingan dalam perusahaan dari seseorang ke pihak lainnya.
Karena saham dapat dipindah tangankan secara bebas setiap saat, maka perusahaan
perlu merevisi buku besar pembantu pemegang saham secara periodik, yang
umumnyadiakukan sebelum pembayaran dividen atau rapat pemegang saham.
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan ini sebagai berikut.
1. Apa saja karakteristik perseroan dan jenis-jenis saham?
2. Bagaimanakah saham bernilai pari dan tidak berniai pari ?
3. Bagaimanakah pencatatan modal saham ?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk menjelasakan karakteristik perseroan dan jenis-jenis saham.
2. Untuk mengetahui saham bernilai paridan tidak bernilai pari.
3. Untuk mengetahui pencatatan modal saham.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KARAKTERISTIK PERSEROAN DAN JENIS-JENIS SAHAM
2.1.1 Karakteristik Perseroan
a) Kesatuan Usaha Terpisah
Suatu perseroan harus memiliki anggaran dasar yang disahkan notaris dan harus
didaftarkan serta mendapat persetujuan departemen kehakiman. Apabila anggaran dasar
telah disetujui oleh departemen kehakiman dan diumumkan dlam lembaran negara
makan secara hukum perseroan telah dipandan sebagai subyek hukum. Dari segi
akuntansi suatu perseroan yang telah berdiri dengan sah akan dipandang sebagai suatu
kesatuan akuntansi yang terpisah dari para pemilik (para pemegang saham). Hal ini
berbeda dengan perusahaan perseroan atau persekutuan.
b) Tanggung Jawab Terbatas
Tanggung jawab para pemegang saham atas kewajiban-kewajiban (utang-utang)
perseroan biasanya terbatas pada jumlah penyertaanya dalam perseroan yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab dengan
seluruh harta kekayaan yang dimilikinya seandainya perseroan tidak mampu melunasi
utang-utangnya. Sebagai contoh misalnya winarto memiliki 50 lembar saham PT sinar
surya yang seluruhnya Rp 25.000.000,00. Seandainya PT sinar surya jatuh pailit
(bangkerut), maka perseroan harus menjual seluruh kekayaanya yang dimliki untuk
melunasi kewajibanya dan kalau ada sisanya maka jumlah sisa bisa dibagikan kepada
para pemegang saham.
c) Pemindahan Pemilikan
Saham-saham yang dikeluarkan suatu perseroan dapat dipindahtangankan tanpa
mempengaruhi operasi perusahaan. Apabila saham dijual oleh pemegangya kepada
pihak lain, maka hal ini tidak perlu dibukukan oleh perseroan yang mengeluarkan
saham tersebut, tetapi cukup dengan membuat suatu catatan atau keterangan dalam
buku saham. Sudah barang tentu perseroan perlu memiliki daftar pemegang saham
yang diperlukan untuk mengundang mereka dalam rapat umum pemegang saham atau
untuk pembayaran deviden, tetapi hal ini tidak membutuhkan pengakuan akuntansi.
2
d) Kelangsungan Hidup
Karena pemilikan saham biasa dipindahkan atau dioperkan kepada pihak lain
tanpa mengganggu jalanya operasi perusahaan, maka kelangsungan hidup perseroan
lebih terjamin bila dibandingkan dengan persekutuan. Dalam suatu persekutuan, setiap
perubahan pemilik (sekutu) secara teknis akan menyebabkan bubarnya persekutuan
yang lama dan membentuk persekutuan baru.
e) Kemampuan Meningkatkan Modal
Tanggung jawab terbatas pemegang saham dan kemudahan dalam menjual
kembali saham merupakan daya tarik yang menyebabkan perseroan mudah
meningkatkan modalnya apabila dikehendaki. Baik pemegang saham dalam jumlah
besar maupun kecil, sama-sama mempunyai hak kepemilikan dalam perseroan. Dengan
demikian perseroan tidak hanya menarik bagi ornag-orang kaya tetapi juga penanaman
modal kecil.
2.1.2 Jenis-Jenis Saham
Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham – saham itu
disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan itu 2 saham,
yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas (preferred stock).
Berikut ini diuraikan mengenai masing – masing jenis saham.
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang
paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling
besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik
maka dividen saham biasa akan lebih besar daripada saham prioritas. Dibandingkan
dengan saham prioritas, saham biasa tidak mempunyai preferensi, karena saham
prioritas juga mempunyai hak yang sama dengan saham biasa. Kadang – kadang, hak
suara dalam rapat pemegang saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering
juga saham prioritas mempunyai hak suara. Jika saham perusahaan yang dikeluarkan
cuma satu macam maka saham itu selalu saham biasa.
b. Saham Prioritas/saham preferen
Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan,
biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian dividen atau pembagian aktiva
3
pada saat likuidasi. Kelebihan dalam hal pembagian dividen adalah bahwa dividen
yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan,
baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham prioritas tidak terutang
atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah diumumkan oleh perusahaan. Dalam
hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian dividen dalam satu periode
maka dividen tadi hilang. Biasanya saham prioritas mempunyai nilai nominal dan
dividennya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas itu
tidak mempunyai nilai nominal maka dividennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan
bukan dalam bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu
macam saham prioritas yang disebut saham prioritas kesatu, saham prioritas kedua dan
seterusnya, di mana saham prioritas kesatu mempunyai klaim yang pertama terhadap
laba dan saham prioritas kedua mempunyai klaim kedua dan seterusnya. Ada beberapa
kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu:
1) Saham prioritas kumulatif dan tidak kumulatif
Saham prioritas kumulatif adalah saham prioritas yang dividennya setiap tahun
harus dibayarkan kepada pemegang saham. Apabila dalam suatu tahun dividen tidak
dapat dibayarkan, maka pada tahun – tahun berikutnya dividen yang belum dibayar tadi
harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian dividen untuk saham biasa.
Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika tidak terdapat saldo
laba tidak dibagi. Jika saham prioritas itu tidak kumulatif, dividen tahun – tahun
sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun – tahun berikutnya. Jadi
jika akan membagi dividen untuk saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar
dividen saham prioritas untuk tahun tersebut.
2) Saham prioritas partisipasi dan tidak berpartisipasi
Saham prioritas mungkin berpartisipasi penuh atau sebagian. Yang dimaksud
dengan partisipasi penuh adalah jika saham prioritas berhak atas dividen dengan jumlah
yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa mendapat dividen sebesar
persentase dividen saham prioritas. Partisipasi sebagian berarti saham prioritas akan
mendapat dividen sampai jumlah tertentu yang ditetapkan sesudah saham biasa
mendapat dividen dengan tarif yang sama dengan saham prioritas. Jumlah tertentu yang
akan diterima oleh saham prioritas biasanya dinyatakan dalam persentase.
4
Saham preferen mempunyai macam-macam karakteristik yang berbeda dari
saham biasa. Salah satu keistimewaanya terletak pada hak istimewa dalam pembagian
deviden yang akan diuraikan lebih lanjut
a) Deviden
Deviden adalah bagian laba yang dibagikan pada para pemegang saham. Apabila
dewan komisaris megumumkan pembagian deviden, maka pemegang saham preferen
akan mendapatkan sejumlah deviden tahunan tertentu sebelum ditentukan deviden
untuk pemegang saham biasa. Besarnya deviden tahunan untuk saham preferen ini
ditetapkan dalam akte pendiri perseroan yaitu dlam bentuk suatu persentase tertentu dari
nilai dari nilai pari sham atau dari nilai tertentu bila saham tidak memiliki nilai pari
(mengenal saham bernilai pari dan saham tidak bernilai pariakan diterangkan
kemudian). Sebagai contoh bila tiap lembar saham preferen bernialai Rp 100.000,00
dengan tingkat deviden 6%, maka pemegang saham preferen akan menerima deviden
sebesar Rp 6.000,00 untuk tiap lembar saham yang dimilikinya. Jumlah ini kan terutang
kepada pemegang saham preferen jika hal itu telah diumumkan oleh dewan komisaris.
Setelah pemegang saham preferen mendapatkan deviden, giliran pemegang
saham biasa untuk dihitung devidenya, apabila masih ada sisa laba yang akan dibagikan
Dalam situasi tertentu, pemegang sham preferen mungkin masih akan menerima
deviden tambahan bersama-sama dengan pemegang saham biasa. Sham preferen
demikian disebut preferen partisipatif, jika tidak ada penambahan deviden maka disebut
non partisipatif. Misalnya saham perseroan yang beredar terdiri atas 2.000 lembar
saham biasa yang masing-masing bernialai pari Rp 100.000,00 dan 1000 lembar saham
biasa preferen 6% partisipatif, yang masing-masing bernilai pari Rp 100.000,00
seandainya perseroan memutuskan untuk membagikan dividen RP 27.000.000,00 maka
pembagian kan dilakukan
Preferen Biasa Jumlah
Saham yang beredar
Deviden preferen 6% dan 6%
Untuk saham biasa
Sisa sebesar Rp 9.000,00 dibagi
Rp 100.000,00
Rp 6.000,00
Rp 200.000,00
Rp 12.000,00
Rp 300.000,00
Rp 18.000,00
5
Rata kepada semua pemegang
saham
Rp9.000,00/Rp300.000,00
=3%
Jumlah deviden yang dibagikan
Taraf pembagian
Rp 3.000,00
Rp 9.000,00
9%
6.000,00
Rp 18.000,00
Rp 9.000,00
Rp 27.000,00
b) Hak Suara
Biasanya pemegang saham preferen tidak mempunyaai hak suar dalam memilih
anggota dewan komisaris. Namun hal tersebut bisa juga diberikan kepada pemegang
saham preferen apabila diatur dalam akte pendirian perseroan. Suatu akte pendirian
mungkin menetapkan bahwa semua pemegang saham mempunyai hak suara atau ada
juga yang memberi hak suar dalam hal-hal tertentu seperti dalam hal perseroan akan
menetapkan dibayar tidaknya dividen pada suatu tahun tertentu
c) Beberapa Pengertian Modal
Didalam akte pendirian perseroasn harus dicantumkan jumlah maksimum
lembar saham yang bisa dikeluarkan , yang disebut modal dasar perseroan apabila
perseroan bermaksud mengeluarkan saham yang lebih besar dari modal dasarnya, maka
perseroan tersebut harus mengubah akte pendiriannya terlebih dahulu.
Saham yang telah dicetak dan siap untuk dijual (masih berada di tengah
perseroan) disebut modal modal yang ditempatkan. Bila saham yang ditempatkan telah
dijual dan berada ditangan pemegang saham, maka saham-saham tersebut modul yang
disetor atau modul saham beredar.
2.2 SAHAM BERNILAI PARI DAN TIDAK BERNILAI PARI
Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap lembar saham
yang tersebut nilai pari saham. Pada waktu saham partama kali. Baiasanya harga jual
saham sama dengan nilai parinya. Tetapi bila telah berjalan beberapa tahun maka harga
saham dipasarkan mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya. Salah satu
6
faktor yang mempengaruhi atas nilai pari saham adalah tingkat keuantungan perseroan
pada masa lalu dan prospek perseroan dimasa depan.
Seperti telah disebutkan di atas, saham mungkin dijual dengan harga yang
berbeda dengan nilai parinya. Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai
parinya, maka selisi kelebihan agio dan bila saham dijual dengan harga lebih rendah
dari nilai parinya maka selisi kekuranganya yaitu disagio.
Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai nominal,
maka selisih itu akan dicatat di dalam rekening agio atau disagio saham. Rekening
(akun) agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga di atas nilai nominalnya
sedang rekening disagio saham dipakai untuk mencatat kekurangan harga dari nilai
nominal saham. Rekening – rekening agio atau disagio saham adalah rekening yang
menunjukkan modal yang disetor dari pemegang saham, oleh karena itu selama saham –
saham tersebut masih beredar maka rekening itu juga akan nampak dalam neraca. Di
dalam neraca rekening agio saham merupakan tambahan terhadap rekening modal
saham, dan rekening disagio saham merupakan pengurangan terhadap rekening modal
saham. Apabila saham yang beredar ditarik, maka rekening agio dan disagio saham
yang berhubungan dengan saham tersebut dibatalkan.
2.3 PENCATATAN MODAL SAHAM
Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui
istilah – istilah berikut ini:
a. Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi, yaitu jumlah saham yang
dapat dikeluarkan sesuai dengan akta pendirian perusahaan.
b. Modal saham beredar, yaitu jumlah saham yang sudah dijual (beredar).
c. Modal saham belum beredar, yaitu jumlah saham yang sudah diotorisasi tetapi
belum dijual.
d. Treasury stock, yaitu modal saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli kembali
oleh perusahaan.
e. Modal saham dipesan, yaitu jumlah saham yang disisihkan karena sudah dipesan
untuk dibeli. Modal saham yang dipesan ini baru dikeluarkan bila harga jualnya
sudah dilunasi.
7
PSAK No. 21 paragraf 15 menyatakan bahwa modal saham yang dijual dicatat
dalam rekening modal saham sebesar nilai nominalnya yaitu nilai yang tercantum dalam
lembaran saham. Jika harga jualnya tidak sama dengan nilai nominal, selisihnya dicatat
dalam rekening agio saham atau disagio saham. Rekening agio saham menunjukkan
selisih di atas nilai nominal dan rekening disagio saham menunjukkan selisih dibawah
nilai nominal.
2.3.1 Penjualan Secara Tunai
Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening)
kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham (perdana)
dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham atau
mendebit rekening disagio saham. Jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana
adalah:
Kas Rp xxx
Disagio Saham xxx
Modal Saham Rp xxx
Atau
Kas Rp xxx
Modal Saham Rp xxx
Agio Saham xxx
2.3.2 Penjualan Melalui Pesanan
Kadang – kadang, penjualan saham dilakukan melalui pesanan, yaitu dengan
cara dibayar sebagian dan sisanya akan dilunasi kemudian. Jumlah harga yang belum
dilunasi dicatat sebagai piutang, pesanan saham, dan jumlah nominal saham yang
dipesan dikreditkan ke rekening modal saham dipesan. Apabila harga jual saham tidak
sama dengan nilai nominalnya, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau
disagio saham pada waktu pesanan itu diterima. Untuk pemesan yang sudah melunasi
harga saham maka sahamnya dikeluarkan. Pengeluaran saham ini dicatat dengan
mendebit rekening modal saham dipesan dan mengkredit modal saham.
8
Rekening piutang pesanan saham dapat dibuat sebagai rekening kontrol dan
dibuatkan buku pembantunya dalam hal pemesan saham ini jumlahnya banyak.
Biasanya piutang pesanan saham akan segera dilunasi oleh pemegang saham sehingga
dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar. Sebagai penjelasan keterangan diatas,
berikut ini diberikan contoh membuat jurnal untuk mencatat penjualan saham.
Misalnya PT Risa Fadila mempunyai modal statuter sebanyak 1.000 lembar
nominal @ Rp.1.000,00 dan akan dijual semuanya (ditempatkan). Transaksi – transaksi
dan cara pencatatan saham tersebut sebagai berikut:
Transaksi Jurnal
Penjualan saham 400
lembar, tunai
Rp.100.000,00 dan mesin
seharga Rp.300.000,00
Kas Rp.100.000,00
Mesin Rp.300.000,00
Modal Saham Rp.400.000,00
Diterima pesanan 500
lembar saham dengan kurs
110, dibayar tunai70%,
sisanya 30 hari.
Piutang pesanan saham Rp.550.000,00
Modal saham dipesan Rp.500.000,00
Agio saham Rp. 50.000,00
Kas Rp.385.000,00
Piutang pesanan saham Rp.385.000,00
Diterima pelunasan sisa
pesanan untuk 300 lembr
saham. Saham 300 lembar
diserahkan.
Kas Rp.99.000,00
Piutang pesanan saham Rp.99.000,00
Modal saham dipesan Rp.300.000,00
Modal saham Rp.300.000,00
Dalam contoh jurnal diatas, rekening modal saham dikredit dengan jumlah
sebesar saham yang dijual. Pencatatan jumlah saham statuter (saham yang diotorisasi)
dilakukan dengan catatan memo. Ada metode lain untuk mencatat modal saham statuter
yaitu dibuat jurnal untuk mencatat modal saham statuter, di mana debitnya adalah
rekening modal saham belum beredar. Setiap kali terjadi penjualan saham maka
rekening modal saham belum beredar dikredit sebesar saham yang dijual. Apabila
digunakan metode seperti ini, untuk mengetahui berapa jumlah saham yang sudah
9
beredar adalah dengan cara mengurangkan saldo rekening modal saham belum beredar
ke rekening modal saham statuter.
2.3.3 Pembatalan Pesanan Saham
Saham yang sudah dipesan, jumlah lembarnya disisihkan tersendiri dan akan
diserahkan kepada pemesan bila harga jual saham sudah dilunasi. Apabila terjadi
pemesan tidak dapat melunasi kekurangan pembayarannya maka perusahaan dapat
mengambil salah satu jalan sebagai berikut:
a. Uang yang sudah diterima dikembalikan kepada pemesan.
b. Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi biaya
atau kerugian penjualan kembali saham – saham tersebut.
c. Uang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan).
d. Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah diterima.
Pencatatan yang dilakukan perusahaan jika terjadi adanya pemesan yang tidak
dapat melunasi kekurangannya tergantung dari tindakan yang diambil perusahaan.
Contoh pencatatan pembatalan pesanan saham diambilkan dari contoh dimuka yaitu
sebanyak 500 lembar dengan kurs 110 dan sudah dibayar sebanyak 70%. Dari pesanan
tersebut seorang pemesan yang memesan saham sebanyak 100 lembar tidak dapat
melunasi kekurangannya. Modal saham dipesan yang dibatalkan oleh perusahaan dapat
dijual kembali dengan kurs 105.
Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila dalam masing – masing keadaan adalah
sebagai berikut:
a. Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp 10.000,00
Piutang pesanan Rp.33.000,00
Kas Rp.77.000,00
Kas Rp.105.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 5.000,00
10
b. Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi biaya
atau kerugian penjualan kembali saham – saham tersebut.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00
Utang pada pesanan Rp.77.000,00
Kas Rp.105.000,00
Utang pada pemesan Rp. 5.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00
Utang pada pemesan Rp.72.000,00
Kas Rp.72.000,00
c. Uang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan).
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 10.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00
Modal dari pembatalan pesanan Rp.77.000,00
Kas Rp.105.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 5.000,00
d. Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah diterima.
Modal saham dipesan Rp.100.000,00
Agio saham Rp. 3.000,00
Modal saham Rp.70.000,00
Piutang pesanan saham Rp.33.000,00
Kas Rp.31.500,00
Modal saham Rp.30.000,00
Agio saham Rp. 1.500,00
11
2.3.4 Penjualan Saham Secara Lumpsum
Penjualan saham bisa dilakukan dengan cara penjualan per unit saham. Unit
saham ini terdiri dari beberapa jenis saham. Apabila penjualan dilakukan dengan cara
seperti ini maka penerimaan dari penjualan akan dibagikan untuk setiap jenis saham.
Dalam penjualan cara ini dasar pembagiannya adalah harga pasar dari saham tersebut.
Metode yang dapat digunakan adalah: (1) Metode Inkremental, dan (2) Metode
Proporsional. Bila harga pasar kedua jenis saham diketahui maka perhitungannya
menggunakan metode proporsional. Namun apabila hanya harga salah satu jenis saham
saja yang diketahui, maka digunakan metode inkremental.
Misalnya: 1 unit saham terdiri sari: 1 lembar saham prioritas nominal
Rp.10.000,00, 1 lembar saham biasa nominal Rp.1.000,00
Harga jual per unit Rp.10.500,00. Pada saat penjualan diketahui harga pasar
saham biasa = Rp.1.250,00. Karena hanya harga pasar saham biasa yang diketahui,
maka harga setiap saham dihitung dnegan menggunakan metode inkremental sebagai
berikut:
Harga 1 unit saham Rp.10.500,00
Harga pasar saham biasa Rp. 1.250,00
Nilai saham prioritas Rp. 9.250,00
Dari perbandingan nilai nominal dan harga pasar masing – masing jenis saham
dapat diketahui bahwa dari penjualan di atas, saham biasa mendapat agio sebesar
Rp.250,00 dan saham prioritas mendapat disagio Rp.750,00. Penjualan satu unit saham
dengan harga seperti di atas dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Kas Rp.10.500,00
Disagio saham prioritas Rp. 750,00
Modal saham prioritas Rp.10.000,00
Modal saham biasa Rp. 1.000,00
Agio saham biasa Rp. 250,00
Dari contoh diatas bila diketahui harga pasar saham prioritas sebesar
Rp.9.500,00 maka perhitungan harga pasar setiap saham dilakukan dengan
menggunakan metode proporsional sebagai berikut:
12
Harga pasar saham biasa Rp. 1.250,00
Harga pasar saham prioritas Rp. 9.500,00
Harga pasar keseluruhan saham Rp.10.750,00
Dengan demikian maka harga saham biasa adalah:
Rp. 1.250,00 x Rp.10.500,00 = Rp.1.220,00
Rp.10.750,00
Harga saham prioritas adalah:
Rp. 9.500,00 x Rp.10.500,00 = Rp.9.280,00
Rp.10.750,00
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa disagio saham biasa sebesar Rp.30,00
dan disagio saham prioritas sebesar Rp.500,00. Jurnal untuk mencatat transaksi
penjualan atau unit saham sebagai berikut:
Kas Rp.10.500,00
Disagio saham biasa Rp. 30,00
Disagio saham prioritas Rp. 720,00
Modal saham biasa Rp. 1.250,00
Modal saham prioritas Rp.10.000,00
2.3.5 Pertukaran Saham Dengan Aktiva Selain Kas
Kadang – kadang, modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva (selain
dari kas). Dalam keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan dicatat dalam rekening
modal dan rekening aktiva didasarkan pada yang lebih mudah ditentukan dari:
a. Harga pasar saham yang dikeluarkan, atau
b. Nilai wajar aktiva yang diterima.
PSAK No.21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat berdasarkan nilai
wajar aktiva bukan kas yang diterima (butir b). Apabila kedua dasar penilaian di atas
tidak dapat ditentukan, biasanya dilakukan penilaian terhadap aktiva yang diterima.
Penilaian ini bisa juga dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Kecenderungan yang
sering terjadi jika penilaian dilakukan oleh pimpinan perusahaan adalah menghindari
13
adanya disagio saham, sehingga aktiva dan modal saham akan dicatat terlalu besar.
Apabila modal saham dan aktiva yang diterima dicatat terlalu besar maka modal saham
itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat terlalu kecil maka neraca yang disusun
mengandung “cadangan rahasia”.
Contoh:
PT Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp.1.000,00 per lembar
dan ditukar dengan sebuah gedung.
1. Apabila harga pasar saham tidak diketahui, tetapi harga pasar gedung diketahui
sebesar Rp.15.000.000,00, maka jurnal yang dibuat adalah:
Gedung Rp.15.000.000,00
Modal Saham Rp.10.000.000,00
Agio Saham Rp. 5.000.000,00
2. Apabila harga pasar gedung tidak diketahui tetapi harga pasar saham diketahui
sebesar Rp.14.000.000,00, maka jurnalnya adalah:
Gedung Rp.14.000.000,00
Modal Saham Rp.10.000.000,00
Agio Saham Rp. 4.000.000,00
3. Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak diketahui dari pimpinan
perusahaan menetapkan harga perolehan bangunan sebesar Rp.12.500.000,00, maka
jurnal yang dibuat adalah:
Gedung Rp.12..500.000,00
Modal Saham Rp.10.000.000,00
Agio Saham Rp. 2.500.000,00
2.3.6 Nilai Buku Per Lembar Saham
Informasi yang tercantum dalam bagian modal dari suatu neraca perseorangan
diperlukan oleh para investor atau calon investor dan manajemen sebagi bahan untuk
dianalisis. Slah satu alat pengukuran yang sangat penting didalam melakukan analisis
laporan keuangan ialah “ nilai buku per lembar saham”
Dibawah ini akan ditunjukkan cara menentukan nilai buku saham apabila (1)
perseroan hanya mengeluarkan satu jenis saham biasa dan (2) perseroan mengeluarkan
saham biasa dan saham preferen.
14
Sebagai contoh misalkan bagian modal neraca suatu perseroan menunjukkan informasi
berikut:
Modal
Modal saham
Saham biasa, nilai pario Rp 50.000,00, 5000 lembar
Modal dasar, ditempatkan dan beredar ………………….Rp 250.000.000,00
Tambahan modal:
Agio saham biasa …………………………………………. Rp 100.000.000,00
Laba ditahan ………………………………………………..Rp 80.000.000,00
Jumlah modal ……………………….……………Rp 430.000.000,00
Berhubung dalam perseroan diatas hanya terdapat satu jenis saham maka nilai
buku perlembar saham biasa adalah jumlah modal dibagi dengan jumlah lembar saham
yang beredar, yaitu : Rp430.000.000,00 : 5.000 = Rp 86.000,00. Dalam perhitungan ini
yang dipakai sebagi pembagi adalam jumlah saham yang beredar. Dengan demikian
jumlah saham yang belum beredar atau jumlah lemdar yang diperoleh kembali tidak
dikutsertakan
Bagian modal yang dianggap berasal dari sham preferen ditunjukkan oleh jumlah yang
akan diterima oleh pemegang saham preferen bila perseroan dilikuidasi, yaitu preferen
likuidasi saham preferen ditambah dengan deviden untuk saham preferen yang terutang.
Bagian modal yang dianggap berasal dari saham biasa adalah sisah dari jumlah modal
keseluruhan setelah dikurangi dengan bagian modal yang berasal dari sham preferen. Sebagi
contoh misalkan bagian modal dari neraca suatu perseroan menunjukkan informasi sebagi
berikut:
Modal
Modal saham
Saham preferen 7%, nilai pari Rp 100.000,00, 1000
lembar modal dasar, ditempatkan dan beredar …………… Rp 100.000.000,00
Saham biasa, nilai ditetapkan Rp 40.000,00, 3000
Lembar modal dasar , ditempatkan dan beredar ………..…..Rp 120.000.000,00
15
Tambahan modal :
Agio sham preferen 7% ……………………………………Rp 5.000.000,00
Agio saham biasa ……………………………….………….Rp 6.000.000,00
Laba ditahan …………………………………………………..Rp 73.000.000,00
Jumlah modal ………………………………………......Rp 304.000.000,00
Seandainya preferensi likuaidasi untuk saham preferen adalah Rp 103.000,00
per lembar saham preferen dan tidak ada deviden yang terutang, maka bagian modal
yang berasala dari peeferan adalah Rp 103.000.000,00. Dengan demikian jumlah modal
yang dianggap berasala dari saham biasa adalah sebagai berikut
Jumlah modal saham yang berasal dari sham preferen ………. Rp 103.000.000,00
Jumalah Jumlah modal seluruhnya …………………...……….. Rp 304.000.000,00
modal yang berasal dari sham biasa yang beredar ….………… Rp 201.000.000,00
Jumlah sham biasa yang beredar………….…………………… 3000 lembar
Nilai buku perlembar sham biasa:
Rp 201.000.000,00 : 3000 lembar = …………………….. Rp 67.000,00
Informasi tentang nialai buku per lembar saham biasanya dilaporkan oleh
manajemen dalam laporan tahunan untuk pemegang sham. Informasi ini berguna untuk
mengambil keputusan dalam berbagi hal, misalnya dalm pengambilan keputusan untuk
penggabungan dua buah perseroan (merger), dalam penetuan harga jual saham dan
sebaginya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Suatu perseroan harus memiliki anggaran dasar yang disahkan notaris dan harus
didaftarkan serta mendapat persetujuan departemen kehakiman. Apabila
anggaran dasar telah disetujui oleh departemen kehakiman dan diumumkan
dlam lembaran negara makan secara hukum perseroan telah dipandan sebagai
subyek hokum. Saham terbagi atas saham biasa dan saham preferen.
2. Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap lembar saham
yang tersebut nilai pari saham. Pada waktu saham partama kali. Penerbitan
saham tanpa nilai pari menghindari kwajiban kontinjen.
3. PSAK No. 21 paragraf 15 menyatakan bahwa modal saham yang dijual dicatat
dalam rekening modal saham sebesar nilai nominalnya yaitu nilai yang
tercantum dalam lembaran saham. Jika harga jualnya tidak sama dengan nilai
nominal, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham.
Rekening agio saham menunjukkan selisih di atas nilai nominal dan rekening
disagio saham menunjukkan selisih dibawah nilai nominal.
3.2 Saran
1. Perusahaaan perlu merevisi buku besar pembantu pemegang saham secara
periodik karena saham dapat dipindahkan tangankan secara bebas setiap saat.
2. Untuk mendapatkan dana yang diperlukan guna membiayai kegiatan operasi,
maka suatu perseroan mengeluarkan sejumlah surat (sertifikat) saham yang
dijual kepada para pendiri dan orang-orang lain yang berminat.
17
Daftar Pustaka
Baridwan, Zaki. 2011. Intermediate Accounting Edisi 8. Yogyakarta: BPFE.
Jusup, A.L Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta. STIE.
18