Post on 15-Feb-2015
MAKALAH
DRAMA/TEATER
Disusun Oleh:
Fajar Kurnia Aji
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata -
mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra,
pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah
geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel
cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang
teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain
yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar
biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan
financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang
penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat
berkembang terus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan di atas, maka kami dapat menarik suatu rumusan
masalah yaitu sebagai berikut.
1. Apakah Drama itu?
2. Bagaimana sejarah tentang drama?
3. Hal-hal apa sajakah yang ada di dalam drama?
4. Manfaat apa saja yang didapat setelah bermain peran/drama?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Agar kita mengetahui pengertian tentang drama.
2
2. Agar kita mengetahui sejarah dan asal mula drama.
3. Agar kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam drama.
4. Supaya kita dapat mengetahui manfaat-manfaat yang kita peroleh setelah
bermain peran/drama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
1. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala
yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting),
dan ketegangan pada para pendengar.
2. Arti kedua,
a. Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
(life presented in action).
b. Menurut Brander, drama itu ”konflik menjadi dasar utama drama”.
c. Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak
dengan action.
d. Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat
dan sifat manusia dengan gerak.
3. Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience)
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau
teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan
menghubungkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan
4
iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi
dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan
melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu
dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi
ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting,
yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama
mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-
dialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama
sebelum memanggugkan drama itu.
Selainkan diperankan oleh orang dewasa, drama juga bisa diperankan oleh
anak-anak. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh
pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dll.
B. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre
menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah
kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang
bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu
saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum
Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan
indikasi berbagai tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama.
1. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara
relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa.
Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering
memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang – kadang
meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar
beberapa ratus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri
sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari
banyak drama.
5
2. Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari
koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan
almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin
rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan
bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul
pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas
panggung.
3. Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan
manusia untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling
api perkemahan menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau
peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur.
Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang
pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya
membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni
pertunjukan.
C. Unsur – unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1. Tema : gagasan/ide/dasar cerita.
2. Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan,
pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun :
alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
3. Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan
tokoh bawahan (sampingan).
4. Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian
ketikatokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
- latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
6
- latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal,
rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5. Amanat: pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang
melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan
drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang
dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton,
apabila dalam bentuk drama pementasan.
D. Struktur Drama
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah
menulis Poetics. Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan
spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari
strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.
Strukturdramatik :
1. Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang
berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil
akhir : Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
2. Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar
tokoh. Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis.
Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
3. Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik
sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua
kekuatan yang berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya
memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
4. Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari
kubu Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan
dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
5. Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu
protagonis atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan
kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali.
7
Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral
yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung..
E. Kelengkapan Drama
1. Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum
pentas.
2. Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam
bentuk jadi naskah drama
3. Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu
kelompok drama.
4. Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita
5. Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan
6. Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias
dan memakaian propertis pakaian
7. Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu
dalam pementasan
8. Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap
adegan
9. Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita
F. Jenis – jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama
baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian
luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
8
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau
bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan
lain sebagainya.
G. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog
yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
9
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
H. MANFAAT DRAMA/TEATER BAGI ANAK
Banyak hal yang dapat anak raih dalam bermain drama, baik fisik maupun
psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama
dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini
akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.
a. Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman anak terhadap fenomena dan kejadian-
kejadian yang sering anak saksikan dan anak hadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang
paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah
satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater anak
selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri
anak tersebut. Dari segi individual differences inilah anak dituntut untuk
memahami orang lain. Pemahaman anak kepada orang lain tidak hanya dilihat
dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak,
cara berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah,
merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut.
b. Mempertajam kepekaan emosi
Drama melatih anak untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa,
menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi anak. Rasa kadang kala
tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri anak. Perlu diingat bahwa
rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang
ada dihadapan anak perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang
ada akan anak anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Anak
akan semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih.
Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari
10
emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan
batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka
keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak,
semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan
anak terhadap sesuatu yang anak hadapi.
c. Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.
Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar anak semakin jelas dan mudah
dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar
untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya
memudahkan pemaknaan. Dimana anak memberi koma (,) dan titik (.). hampir
keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam anak berlatih membaca dalam
bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan
lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya
kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak
semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus
ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua
kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan
berisi lakuan serta ucapan.
d. Apresiasi dramatik.
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi
pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Anak bisa
memberi pernyataan tersebut jika tidak pernah mengenal drama. Semakin
sering anak menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman anak
terhadap drama atau teater. Karena itulah, anak dituntut untuk lebih
meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik.
e. Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan
dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan
11
postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama,
sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang
nantinya dapat membentuk postur tubuh anak sedemikian rupa. Karena pada
usia anak pertumbuhan tubuh terjadi
f. Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali
monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau
group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama,
bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri
kita sendiri. Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan
tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang,
semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama
selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain dan
lingkungannya.
Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua
unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya
penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok
merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan
hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan
drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua
orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, anak akan belajar
bagaimana bekerjasama di dalam suatu kelompok yang perlu adanya
kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan.
g. Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang
berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama
terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari,
arsitektur). Oleh karena itu anak akan menyalurkan hobi mereka pada sesuatu
yang lebih bermanfaat dari pada hanya bermain PS atau yang lainnya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa
juga dipandang sebagai pengertian action.
2. Sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita
bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama
di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM.
Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal.
3. Unsur – unsur Drama
- Tema
- Alur
- Tokoh
- Latar
- Amanat
4. Manfaat drama/teater :
- Menyalurkan hobi
- Berkelompok (Bersosialisasi)
- Pembentukan Postur Tubuh
- Apresiasi dramatik.
- Pengembangan ujar
- Mempertajam kepekaan emosi
- Meningkatkan pemahaman
13
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-
penulisan-naskah-drama/
2. http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
3. http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
4. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-
pelajaran-bahasa-indonesia
5. http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-
drama
6. http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/
14