Post on 21-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah serius yang melanda banyak Negara sedang berkembang
atau Negara miskin sejak berakhirnya era kolonisai pasca perang dunia kedua
hingga sekarang ini, era globalisasi dan perdagangan bebas, adalah utang luar
negeri (ULN), khususnya yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia tidak terkecuali.
Sejak era Orde Lama hingga sekaran ini perekonomian Indonesia tidak bisa
sepenuhnya lepas dari ketergantungan pada ULN. Dampak negatif dari terlalu
tergantung pada ULN terhadap perekonomian Indonesia pada umumnya dan pada
keuangan pemerintah (APBN), pada khususnya, mencapai klimaksnya pada saat
krisis ekonomi tahun 1997/1998 lalu. Bahkan dapat dipastikan bahwa besarnya
ULN Indonesia, baik dari pemerintah maupun yang dibuat oleh sector swasta,
khususnya perbankan dan perusahaan-perusahaan besar (konglomerat) selama era
Orde Baru merupakan penyebab utama yang mentransfer depresiasi nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS yang mulai terjadi sekitar pertengahan tahun 1997
menjadi sebuah krisis ekonomi yang besar yang mencapai titik terburuknya pada
tahun 1998.
Sebenarnya suatu Negara berutang terhadap Negara lain bukanlah suatu hal
yang negatif. Namun, berutang itu menjadi suatu masalah besar apabila utang
tersebut tidak membuahkan hasil positif yang lebih besar dari pada nilai utang itu
sendiri, yang membuat akhirnya Negara yang berutang itu tidak mampu membayar
cicilan utang berserta bunganya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil dari berutang ke luar negeri selama ini di Indonesia?
2. Apakah ULN membantu pengurangan kemiskinan selama ini?
3. Apakah Indonesia semakin tergantung pada ULN (semakin terjerumuske dalam
“krisis ULN”) atau semakin bisa melepaskan diri dari ketergantungan tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ULN bisa membawa hasil yang positif, dalam arti
mendorong pembangunan, namun bisa juga membawa dampak buruk, dalam
arti Indonesia bisa terjerumuke krisis ULN.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas yang tidak memiliki latar
belakang ekonomi untuk memahami kenapa Indonesia harus berutang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kerangka Teori
A. Pertumbuhan Ekonomi
Dari perspektif teori, ada dua kelompok teori yang umum
digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi. Kelompok
pertama menekankan pada pentingnya pertumbuhan ekonomi.
Kelompok pertama menekankan pada pentingnya pertumbuhan
produktivitas faktor total (TPF). Dasar pemikiran teori ini adalah
sebagai berikut.
Model pertumbuhan dari A. Lewis dan Paul A. Baran, teori
ketergantungan neocolonial, dan model pertumbuhan W.W. Rostow.
Model pertumbuhan dari A. Lewis dikenal dengan sebutan “suplai
tenaga kerja tak terbatas”. Ini merupakan satu di antara model-model
neo klasik yang meneliti perkembangan atau pertumbuhan ekonomi
di Negara berkembang. Model ini menjelaskan bagaimana
pertumbuhan ekonomi dimulai di sebuah Negara berkembang dengan
dua sector yang sifat masing-masing sector tersebut berbeda, yakni
pertanian tradisional yang subsisten di pedesaan dan industri modern
di perkotaan. Dalam model ini pertumbuhan ekonomi terjadi karena
pertumbuhan industry dengan proses akumulasi modal yang pesat.
Sementara itu, pertumbuhan pertanian relative rendah dengan
akumulasi modal yang juga rendah sekali.
Model pertumbuhan Paul.A Baran