Post on 14-Apr-2018
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
1/6
LP RESIKO PERILAKU KEKERASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun Oleh :
Dani Safdinan
A01101547
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2012
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERAAN
1. Konsep Dasar Teori
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal,
146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 )
b. Rentang Respon Marah
Adaptasi Maladaftif
Asertif Prestasi Pasif Agresif Amuk/perilaku kekerasan
Menurut ( Yosep, 2007 rentang respon marah yaitu :
Asertif adalah : kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
Frustasi adalah: respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tidak reakstis atau
hambatan dalam proses percakapan tujuan.
Pasif adalah : individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu,
pendiam sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
Agresif adalah: perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa : mukakusam , bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
Ngamuk adalah: perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri ,
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Psikopatologi
Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada perilaku kekerasan
yang dipengaruhi oleh faktor predesposi dan faktor presipitasi. (Yosep (2007))
1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan yaitu :
a) Faktor PsikologisPSICHOANALYTICAL THEORY : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
2/6
akibat dari INSTRUCTUAL DRIVES. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ;
dan kedua : insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b) Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatanmaka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur
dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefinisikan
ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis,
penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik)
2) Faktor PresipitasiSecara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia
tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik
perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasikannya. Ancaman dapat berupa
internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan
hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh
dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang
dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang
perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu
:
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
3) Tanda dan gejala
Menurut (Radjiman, 2003), tanda dan gejala yang mucul pada perilaku kekerasan atau
agresifitas dilihat dari tingkah laku klien yaitu :
a) Menyatakan perilaku kekerasan
b) Mengatakan perasaan jengkel atau kesal
c) Sering memaksakan kehendak
d) Merampas atau memukul
e) Tekanan darah meningkatf) Wajah merah. Pupil melebar
g) Mual
h) Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot.
4) Penatalak sanaan medis
a) Terapi Somatik
Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapi Somatik adalah terapi yang
diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang
maladaptife menjadi perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada
kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien .
b) Terapi kejang listrikTerapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
3/6
klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali
(seminggu 2 kali).
2. Konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan
a. Pengkajian1) Pengumpulan data
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses dan merupakan proses yang sistematis untuk
mengumpulkan data, menganalisis data dan menentukan diagnosa keperawatan ( Keliat,
1998). Adapun data yang diperoleh pada klien dengan prilaku kekerasan adalah sebagai
berikut : menyatakan melakukan prilaku kekerasan, mengatakan perasaan jengkel / kesal,
sering memaksakan kehendak, merampas atau memukul. Tekanan darah meningkat. Wajah
memerah, pupil melebar, mual, kewasapadaan meningkat disertai ketegangan otot,
pandangan mata tajam, sering menyendiri, harga diri rendah merasa keinginan tercapai. Dari
data tersebut didapatkan beberapa rumusan masalah :
a) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
b) Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lainc) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
d) Gangguan hubungan sosial: harga diri rendah
e) Ideal diri tidak tercapai.
2) Pohon masalah :
Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain
perilaku kekerasan
Harga diri rendah
3) Adapun diagnosa keperawatan diantaranya :
a) Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b) Perilaku kekerasan
c) Harga diri rendah
b. Perencanaan
1) Tupan : Klien tidak melakukan perilaku kekerasan
2) Tupen :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan klien, dengan menggunakan komunikasi
terapeutik yaitu beri salam atau panggil nama, perkenalkan nama perawat, jelaskan maksudpertemuan, jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati,
lakukan kontrak singkat tapi sering.
Rasional : hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
b) Klien dapat mengidenifikasikan penyebab prilaku kekerasan
Intervensi :
(1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Dengan memberi kesempatan mengungkapkan perasaannya dapat mengetahui
masalah yang dialami oleh klien.
(2) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal.
Rasional : Dengan mengungkapkan penyebab perasaan jengkel maka akan meringankan
beban pikiran.c) Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala prilaku kekerasan.
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
4/6
Intervensi :
(1) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan di rasakan saat ini.
Rasional : Agar dapat meringankan beban pikiran yang dialami oleh klien.
(2) Observasi tanda dan prilaku kekerasan pada klien.
Rasional : Agar dapat dipantau tindakan yang dilakukan oleh klien.
(3) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel atau kesal.Rasional : Agar dapat diketahui tanda dan gejala jengkel yang dialami oleh klien.
d) Klien dapat mengidentifikasikan prilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Intervensi :
(1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan prilaku kekerasan yang biasa dilakukan (verbal,
pada orang lain, pada lingkungan dan pada diri sendiri).
Rasional : Dengan memberikan kesempatan untuk mengungkapkannya dapat meringankan
beban yang dialami oleh klien.
(2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan prilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan salah.
(3) Bicarakan dengan klien,apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : Agar dapat dipertimbangkan perbuatan yang dilakukannya adalah sikap yangmenyimpang atau salah.
e) Klien dapat mengidentifikasikan akibat prilaku kekerasan.
Intervensi :
(1) Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Rasonal: Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan telah merugikan dirinya
sendiri
(2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
Rasional : Agar klien termotivasi untuk mempelajari cara yang dapatmencegah prilaku
kekerasan.
(3) Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Rasional : Agar klien termotivasi untuk mempelajari cara yang dapatmencegah prilaku
kekerasan.
f) Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah prilaku kekerasan.
Intervensi :
(1) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
Rasional : Dengan mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan dapat memotivasi kegiatan
yang baik dilakuakn.
(2) Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
Rasional : Agar dapat meningkatkan harga diri klien.
g) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku kekerasan.
Intervensi :(1) Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien dan beri contoh cara bicara yang baik dan
mita klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
Rasional : Dengan mendiskusikan kegiatan yang biasa dilakukan dapat memotivasi kegiatan
yang baik dilakuakn.
(2) Minta klien mengulang sendiri.
Rasional : Agar dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakkan benar atau salah.
(3) Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : Agar dapat meningkatkan harga diri klien
h) Klien dapat mendemonstrasikan cara spritual untuk mencegah prilaku kekerasan.
Intervensi :
(1) Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.Rasional : Dengan mediskusikan kegiatan ibadah, klien dapat mengingat agar lien mau
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
5/6
menerapkan kegiatan ibadah yang dilakukan.
(2) Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
Rasional : Dengan memberikan kesempatan untuk mendemontrasikannya dapat diingat
kegiatan ibadahyang dilaksanakan.
(3) Beri pujian atas keberhasilan Klien.
Rasional : Dapat meningkatkan harga diri klien.i) Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku kekerasan.
Intervensi :
(1) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (5 benar).
Rasional : Agar klien mau mematuhi peraturan minum obat.
(2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat.
Rasional : Dengan mendiskusikan manfaat minum obat dapat merangsang keinginan klien
untuk patuh minum obat.
j) Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan prilaku kekerasan.
Intervensi :(1) Anjurkan klien untuk ikut TAK.
Rasional : Dengan menganjurkan klien TAK dapat membantu klien berinteraksi dengan
teman-temannya.
(2) Diskusikan dengan klien tentang kegiaatan selama TAK.
Rasional : Agar dapat mengevaluasi perasaan klien selama TAK.
k) Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan prilaku
kekersan.
Intervensi :
1) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan
ke keluarga dalam merawat klien.
Rasional : Agar dapat diketehui seberapa jauh tentang perawatan keluarga terhadap klien.
2) Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : Agar dapat menumbuhkan peran serta keluarga.
c. Pelaksanaan
Menurut keliat (2005), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan
mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah di rencanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now).
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalampelaksanaan tindakan keperawatan.
d. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2005) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang diharapkan
pada asuhan keperawatan klien dengan prilaku kekerasan adalah :
1) Klien membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan.
3) Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala prilaku kekerasan.4) Klien dapat mengidentifikasi prilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
7/27/2019 Lp Resiko Perilaku Kekerasan
6/6
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat prilaku kekerasan.
6) Klien dapan mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah prilaku kekerasan.
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku kekerasan
8) Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah prilaku kekerasan.
9) Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku
kekerasan.10) Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan prilaku kekerasan.
11) Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan prilaku
kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Keliat, B.A.
(2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC
Maramis, W.K. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Rajiman, W. (2003). Pedoman Penulisan Laporan dan Strategi Pelaksanaan, Malang: Dep
Kes RI.