Post on 15-Feb-2015
1. PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian
Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma
rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar
sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah
ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid
besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
cincin anular (Price and Wilson, 2006).
2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat
(Brunner & Suddarth, 2001).
a. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi
pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),
tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1% dari
pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan kanker
pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus
dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis.
c. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk
menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif
kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar
20%. Pasien dengan struktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari
adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada
tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan
pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker
dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease.
d. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker
kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker
kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.
e. Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk
memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok
lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita
adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas,
obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah
menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya
adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan
risiko terjadinya adenoma.
f. Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian,
meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara
serat dan kanker kolorektal.
3. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas
ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa
mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi
seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi
lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi pada
tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah
apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan
berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001). Secara
histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular, tubulovillous, dan
villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam
hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas
dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).
4. PATHWAYS
Polip usus, ulseratif kolitisFaktor gaya hidup
Riwayat kanker / polip
Defifit thiamin, asam folat, reboflafin
Gang. Organesis usus
Cancer kolorektal
Obstruksi rektum
Konstipasi penumpukan gas
Mual, mmuntahColonsoscopy, sigmoidoscopy,darah lengkap, biopsi, rontgen intake oral menurun
Ditemukan massa padakolon atau rektum
Operatif atau pembedahan Konservatif
Insisi jaringan pemberian laksatif
diare
Luka operasi
Trauma saraf penurunan Terputusnyamobilitas fisik kontinuitas jaringan
peristaltik usus menurun
Gang. Pemenuhan nutrisi kurang dari
keb. tubuh
Resiko tinggi infeksi
Gang. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Gang. Eliminasi bowel :
konstipasi
Nyeri
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong saat
BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut
atau nyeri
e. Penurunan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus
6. KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system,
yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara lain :
a. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
c. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
Stadium Deskripsi Kanker
Stadium Deskripsi
T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum
T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal
T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan
T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal
T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal
(The American Joint Committee on Cancer 2006)
Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi)
TNM
Stadium
Modifed Dukes
Stadium Deskripsi
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa
T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural
T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T M1 D Metastasis jauh
(The American Joint Committee on Cancer 2006)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji
faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.
Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,
tumor akan teraba keras dan menggaung.
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu
penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu
plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya
mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol dengan
suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk cincin
3. Barium Enema
yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian
dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4. Sigmoidoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat
polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum
sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5. Colonoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat
polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui rektum
sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
6. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara
patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90
sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,
carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors
7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium
I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan
stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment
dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan
dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang
hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah
diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi
setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
2. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran
tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai
terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di
pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan
kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan
kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan
peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll
B. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu
Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)
b. Data obyektif:
Kelemahan umum.
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif : -
b. Data obyektif :
Hipotensi
3. Integritas Ego
a. Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan, kesulitan
berekspresi diri.
4. Eliminasi
Data Subyektif :
Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri
5. Makan dan minum
a. Data Subyektif :
Nafsu makan hilang
Nausea / vomitus
b. Data obyektif :
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
Obesitas (faktor resiko)
6. Sensori neural
a. Data Subyektif :
Nyeri abdomen
Kelemahan
b. Data obyektif :
Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan
7. Nyeri (kenyamanan)
a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko )
9. Keamanan
Data obyektif : Resiko jatuh
10. Interaksi social
Data obyektif : kepurtusasaan
11. Pengajaran pembelajaran
Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga
12. Pertimbangan rencana pulang.
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan
rumah.
(Doenges E, Marilynn,2000)
II. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh
secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ,,, x 24 jam diharapkan
keseimbangan cairan tubuh adekuat
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut
nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang
sesuai
Intervensi
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi
- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada
sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi
ataupun obstruksi sistem urinarius
- Pantau tanda-tanda vital
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
- Anjurkan klien untuk meningkatkan inteke oral
R/ memnuhi kebutuhan cairan klien
2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran
yang terus-menerus, metastase kanker
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien
mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan
pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
Intervensi
- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10)
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan
R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan
- Berikan informasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional
- Ajarkan tekhnik relaksasi
R : mengurangi nyeri dengan teknik non farmakologi
- Observasi efek analgetik
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan
efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien
mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi
Kriteria hasil : klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal, klien mengrti dan
mengikuti anjuran diet, tidak ada mual / muntah.
Intervensi :
- Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi pasien
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
- Timbang berat badan sesuai indikasi
R : mengawasi kefektifan secara diet
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan
- Tawarkan minum saat makan bila toleran
R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
- Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot
abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola
eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk
Kriteria hasil : klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di
butuhkan, melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
Intervensi
- Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri
tekan abdomen
R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana
selanjutnya.
- pantau tanda gejala rupture usus.
R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan
peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.
- Kaji faktor penyebab konstipasi
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang
tepat
- Anjurkan klien makan makanan tinggi serat
R : membantu melancarkan BAB
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,
krisis stuasi atau krisis maturasi
Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat stress.
- Klien mampu mempertahankan penampilan peran
- Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
- Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.
Intervensi ;
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
R : memudahkan intervensi
- Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa
lalu
R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas
- Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society
Inc. Atlanta
Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center,
University of Texas.
De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media
Aesculapius. Jakarta
Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.
National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, Available from
http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 07 Januari 2013)
Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from http://www.apocp.org/
cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 07 Januari 2013)
Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC
Jakarta