Post on 15-Jun-2019
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
82
Transkrip Wawancara
Narasumber: Ignatius Haryanto, Pakar Majalah
1. Berdasarkan pengertian atau pemahaman bapak mengenai majalah
segmentasi secara umum, dan secara khusus majalah bersegmen
Rohani?
Majalah rohani mau mengisi kebutuhan yang tak diberikan oleh media
massa umum. majalah rohani memiliki pasar tersendiri.
2. Bagaimana pandangan bapak dengan persaingan dunia bisnis media
belakang ini, dan bagaimana dengan majalah segmentasi? Seperti yang saya katakan media massa umum dan media segmentasi
punya pasar masing-masing. keduanya tidak perlu dipertentangkan karena
terkadang saling komplementer.
3. Mungkin bapak bisa sedikit menceritakan tentang majalah HIDUP,
Mengingat bapak Dulunya dan sekarang adalah salah satu penulis di
majalah ini, serta bagaimana perkembangan majalah ini? Soal sejarah dan perkembangan silakan tanya pada orang HIDUP
sendiri. saya melihat HIDUP sebagai majalah agama yang mencoba untuk
terus kontekstual dengan kehidupan umat Katolik. ia melakukan banyak
kegiatan untuk memperbaiki majalah agar terus bisa menemui pembaca yang
lebih muda.
4. Menurut Bapak, apa yang unik dari majalah HIDUP bila dibandingkan
dengan majalah sejenis yang lain? HIDUP adalah majalah yang sebenarnya milik keuskupan agung
Jakarta, tapi kemudian menjadi majalah yang dikenal luas se Indonesia. oleh
karena itu HIDUP lalu dikenal menjadi semacam media nasional untuk umat
Katolik. Namun tantangan besar HIDUP adalah bagaimana menemui
pembaca-pembaca yang lebih muda. Survei terakhir menunjukkan pembaca
HIDUP rata-rata berusia 50 tahun.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
83
Transkrip Wawancara
Narasumber: Masri Sareb Putra, Pakar Majalah
1. Bagaimana pendapat/pandangan bapak mengenai majalah HIDUP?
HIDUP ini agak unik karna milik KAJ. Majalah ini segmentasinya
jelas yaitu umat Katolik di indonesia. Pendekatan terlalu hirarki sentris
dimana pemberitaan itu selalu mengenai uskup dan pastur. Umat kurang
mendapat tempat. People wants to know about people. Angelnya di balik
tidak lagi Hirarki sentris karena terlalu membantasi. Ada konsep di konten.
2. Apa yang menjadi pembeda antara majalah rohani HIDUP dengan
majalah rohani lainnya?
Bagaimana peristiwa di potret dari kacamata Katolik. Misalnya
peristiwa-peristiwa biasa. Kecelakaan, bencana alam, dll di kaitkan dengan
kepercayaan Katolik. Dan narasumber di ambil dari awam bukan hanya pastor
saja. Yang paling pokok adalah jualan di majalah itu bukan hanya sekedar
iseng. Melainkan konten tersebut yang terkait dengan audiens. Ada yang
namanya cost per mil atau biaya per seribu kepala. Pembaca majalah HIDUP
50 juta, biaya iklan 5 juta. Berarti biaya per kepala itu 1 rupiah. Ada kaitan
antara isi, audiens dan iklan. Sebuah media bisa bertahan dan berkembang
atau mundur apabila menampikkan audiens. Audiens tidak menjadi raja dan
tidak menjadi yang utama. Karena majalah tanpa audiens nothing, begitu pula
majalah tanpa iklan. Nothing. Pengelolaan majalah itu bukan interstnya
redaktur atau wartawan. Tetapi bagaimana kepentingan audiens di
terjemahkan atau di konsep. Apa yang di ingin di ketahui, apa yang ingin di
baca? Orang akan baca ketika berguna. Dan tidak akan membaca kalo tidak
berguna.
3. Mengapa majalah HIDUP masih bisa bertahan hingga saat ini?
Mengingat banyak majalah segmentasi yang lain mulai meredup atau
gulung tikar.
Mengapa HIDUP bisa bertahan? Karena Orang Katolik tidak ada
wadah yang nasional. Biasanya wadahnya melalui paroki atau keuskupan.
Mengapa majalah segmentasi yang lain tidak bisa bertahan? Karena mereka
terpecah-pecah. Berbeda dengan Katolik yang merupakan satu kesatuan.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
84
Transkrip Wawancara
Narasumber: R.B.E Agung Nugroho, Redaktur Kompartemen Majalah HIDUP
1. Strategi Manajemen apa yang dipakai oleh Majalah HIDUP?
Yang dipakai adalah Manajemen Strategic dimana didalam
manajemen strategic tersebut dibagi lagi kedalam 3 kategori besar yakni
produk pembeda (differentiation), biaya menyeluruh (overal cost leadership),
dan fokus.
2. Adakah kompetitor terberat Majalah HIDUP?siapa?
Banyak media rohani Katolik, namun Majalah HIDUP tidak
menganggap mereka sebagai Kompetitor atau pesaing melainkan sebagai
mitra atau kerabat. Hal ini lantaran media-media rohani lain berbeda skope.
Dimana majalah HIDUP skalanya nasional-internasional, sementara majalah
rohani lainnya hanya berskala kecil, baik itu intern atau regional. Di satu sisi,
majalah HIDUP menjadi panutan atau menjadi media rohani acuan. Jika di
luar sana Kompas menjadi acuan dalam sumber berita, begitu pula dengan
majalah HIDUP yang menjadi sumber acuan berita bagi media Rohani
lainnya. Hal ini lah yang membuat majalah HIDUP seakan tidak memiliki
pesaing.
Yang menjadi pembeda dengan majalah Rohani lain ialah penafsiran
keagamaan yang dimiliki oleh agama masing-masing. Sementara yang
menjadi pembeda dengan majalah rohani sejenis ialah narasumber atau para
pakar atau ahli yang mengulas mengenai sebuah topik. Di majalah HIDUP,
jika ingin membahas tentang Bunda Maria, maka akan mencari narasumber
yang benar-benar memahami tentang Maria atau seorang Mariolog, sementara
media rohani lain yang sifatnya untuk kalangan sendiri atau intern, mereka
akan mencari orang yang hanya mengerti dengan pembahasan tersebut. entah
itu romo parokinya maupun awam yang bertugas di sebuah kategori yang
bersangkutan.
3. Apa yang menjadi produk utama yang dijual oleh Majalah HIDUP?
Produk utama yang di jual majalah HIDUP ada di dalam rubrik atau di
dalam isi majalah HIDUP itu sendiri. Hal ini lantaran majalah HIDUP
menganut ajaran resmi gereja Katolik yang mengusung aspek pewartaan
seperti
1. Ajaran iman Katolik (dogma, kitab suci, dll)
2. Proses mewariskan tradisi Gereja Katolik (sakramen, liturgi, cara
berdoa, dll) supaya tetap terus berlangsung,
3. Moral Kristiani yaitu HIDUP baik sebagai umat kristiani.
4. Apa keunggulan yang dimiliki majalah HIDUP?
HIDUP adalah media komunikasi sosial (komsos) milik Keuskupan
Agung Jakarta berskala nasional, dan berusaha mewadahi pengetahuan Iman
Katolik seluruh daerah. HIDUP memegang atau mengacu pada ajaran resmi
gereja Katolik yang tidak dimiliiki oleh media rohani lain.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
85
HIDUP berada di bawah sebuah yayasan milik KAJ yakni Yayasan
HIDUP Katolik. Di dalam yayasan ada pembina Pengurus dan pengawas.
Pembina adalah seorang Pastur yang berkarya di Kesukupan Agung Jakarta,
pengawas sesuai yang di tunjuk pembina, dan pengurus berdasarkan sesuai
yang di tunjuk pembina dan pengawas. Keterwakilan daripada KAJ terdapat
di dalam yayasan, dimana Pembina yayasan merupakan seorang pastur yang
bertugas di KAJ. Selain dari yayasan, KAJ juga mengutus seorang Delegatus
yakni Seorang Romo yang berada langsung di keredaksian majalah HIDUP,
tugas dari delegatus sendiri adalah memastikan apa yang di tulis dan
diwartakan oleh majalah HIDUP tidak melenceng dari ajaran gereja.
Delegatus merupaka wakil Uskup.
5. Ada 3 prinsip bisnis yang di kemukakan oleh Potter dalam Strategic
management, yakni strategi diferensiasi, overall cost leadership, dan
fokus. Mana dari ketika prinsip bisnis tersebut yang digunakan oleh
majalah HIDUP?
Di dalam strategi diferensiasi, yang menjadi produk pembeda dengan
majalah atau media lain yang sejenis adalah adanya ajaran resmi gereja
Katolik. Ajaran resmi tersebut di dapat dari Bapak Uskup, Paus, dan beberapa
narasumber yang sekiranya memiliki kompetensi di dalam memberikan ajaran
resmi gereja Katolik.
Ada juga yang namanya reputasi leadership. Reputasi leadership
terbentuk dari adanya hubungan yang erat antara redaksi dengan bapak
Uskup. Dimana Uskup sebagai pemimpin tertinggi gereja Katolik dapat
memacu pasar. Karena mayoritas mengikuti apa yang dibicarakan atau apa
yang dititahkan bapak uskup. Selain menjalin hubungan yang baik dengan
bapak uskup, para ahli-ahli agama Katolik yang lainpun turut diberikan ruang
dan kesempatan untuk menulis.
Kemitraan yang terjalin disini adalah majalah HIDUP sebagai media
atau alat untuk pewartaan oleh Bapak Uskup, pastur, maupun imam. Karena
salah satu tugas mereka ialah pewartaan. Maka dengan memberikan pendapat,
argument, tulisan, dll, di majalah HIDUP, maka salah satu tugas imam yakni
pewartaan sudah terlaksana. Di sisi lain menjadi narasumber, disisi lain punya
kepentingan untuk memakai HIDUP sebagai media mereka untuk
mewartakan.
Berikutnya cost leadership. Dalam cost leadership konsep biaya ketat
dan rekayasa produk juga diterapkan oleh majalah HIDUP. Konsep biaya
tetap yang dipakai oleh pihak manajemen majalah HIDUP adalah menjalin
kemitraan untuk menekan cost atau biaya. Yang selama ini dilakukan adalah
menjalin kemitraan dengan Sentra Kumala Agency. Agency ini yang kemudian
menyebarkan majalah HIDUP untuk kemudian di jual di dalam toko buku
seperti Gramedia. Agency mendapat diskon dari HIDUP berdasar dengan
jumlah eksemplar yang mereka ambil, kemudian di sembarkan ke toko-toko
buku gramedia.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
86
Selain biaya ketat, adapula yang namanya rekayasa produk atau
engineering product. Rekayasa produk ini biasanya menyesuaikan dengan
pasar (redesign). Rekayasa produk di dalam majalah HIDUP lebih ke arah
content atau isi malajah itu sendiri. Ada rubrik yang tidak tetap yang sewaktu-
waktu bisa di gusur atau digantikan dengan rubrik yang lain. Seperti rubrik
wawancara, rubrik surat gembala yang biasanya diulas sebulan sekali, rubrik
konsili vatikan, dan lain-lain. Sebetulnya bukan menggusur atau menggati,
melainkan mengurangi porsi rubrik itu sendiri. Seperti rubrik news yang
tadinya 7 halaman bisa sewaktu-waktu menjadi 2 atau 3 halaman saja.
Dalam fokus yang terbagi menjadi pasar spesifik dan produk khas,
majalah HIDUP memiliki ciri khas yang sangat unik yakni di dalam pasar
spesifik terbagi menjadi tiga yakni pasar potensial, pendekatan teritori, dan
pendekatan kategori.
Pasar potensial dilihat dari paroki atau gereja manakah yang sekiranya
memiliki atensi tinggi terhadap majalah. Pendekatan teritori dilihat dari
struktur gereja Katolik di Jakarta. Pasalnya pendekatan teritori merupakan
pendekatan majalah HIDUP berdasarkan para petinggi-petinggi gereja yang
mencakup lingkungan yang merupakan dasar dari struktur, hingga konferensi
yang merupakan puncak struktur. Dan dari sini akan di bangun sebuah
hubungan yang harmonis. Dan pendekatan kategori merupakan sebuah
pendekatan dengan lingkup yang lebih kecil lagi yakni pendekatan ke arah
kategori-kategori yang ada di dalam gereja seperti orang muda Katolik,
WKRI, dan lain-lain.
Sementara yang menjadi produk khas adalah adanya rubrik konsultasi
iman, dimana rubrik ini membahas secara umum seputar gereja Katolik.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
87
Transkrip Wawancara
Narasumber: A. Margana, Pemimpin Redaksi Majalah HIDUP
1. Sasaran Utama Majalah HIDUP?
Keluarga. Karena di dalam keluarga itu terdapat ayah, ibu, anak,
nenek, dll. majalah HIDUP berusaha untuk mewadahi kebutuhan daripada
masing-masing anggota keluarga itu sendiri. Anak yang membutuhkan
informasi untuk tugas, orangtua yang ingin membaca renungan harian, dll.
Biara bukan menjadi sasaran utama lantaran target market kurang
tercapai. Satu biara paling hanya membeli 1 untuk ramai-ramai. Berbeda
dengan paroki yang potensial membeli majalah lebih besar ketimbang di
biara.
2. Ada banyak media rohani diluar sana, apakah HIDUP menganggap
mereka sebagai kompetitor?
Untuk media rohani sejenis yang berbisnis dengan pasar yang sama
mereka bukannlah kompetitor, majalah lain hanya bersifat regional atau lokal,
dan pengangkatan tema atau topikpun berbeda dengan majalah HIDUP.
majalah lain lebih bersifat sensasional. sehingga sejauh ini tidak ada
kompetitor atau pesaing bagi majalah HIDUP Sendiri.
90 persen pembaca majalah HIDUP berstatus pelanggan tetap, 10
persennya lagi tidak tetap. Majalah HIDUP tidak bermain di eceran, majalah
HIDUP lebih menyasar pembaca tetap. Sehingga statistik majalah HIDUP
tidak terlalu fluktuatif atau mengalami penurunan atau kenaikkan yang drastis.
3. Strategi mempertahankan pembaca
Memberikan atau memenuhi needs mereka dalam hal pengetahuan iman
Katolik.
Tim marketing harus bisa mencari keluarga-keluarga baru yang ada di
paroki-paroki. Karena paroki merupakan satu-satunya tempat untuk
berkumpulnya keluarga pada hari Sabtu atau Minggu.
Beberapa upaya lain seperti: mencari pelanggan yang tidak mampu di
dalam paroki, mencarikan donatur supaya orang tersebut bisa membaca
majalah HIDUP, dalam kasus ini, banyak umat Katolik yang mampu untuk
berlangganan, namun bukan berlangganan untuk diri sendiri melainkan di
langgankan untuk orang lain yang sekiranya memerlukan majalah HIDUP.
Promosi: menjalin hubungan baik dengan beberapa sekolah Katolik,
Mengadakan seminar atau kursus jurnalistik Katolik di sekolah.
Apakah penjualan itu naik setelah mengadakan promosi di sekolah?
Tentu tidak karena decision maker ada di tangan orangtua, anak-anak
diharapkan untuk bisa mengingat atau mengetahui majalah HIDUP.
4. Tantangan yang dihadapi
Minat baca. Tidak hanya majalah HIDUP saja, melainkan seluruh
media massa cetak mengalami hal ini, lantaran penduduk indonesia rata-rata
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
88
lebih suka mendengar. Selain itu peranan majalah sudah mulai tergantikkan
dengan kehadiran alat elektronik.
HIDUP bukan semata-mata bisnis untuk mencari uang, karena pada dasarnya
ini adalah majalah Rohani. Value tidak mesti tentang uang, tapi value bisa dilihat
dari segi isi, artikel, dll.
Ada 4 fungsi komunikasi: To Inform, To Educate, To Persuade, And To
Entertain. HIDUP mengikuti fungsi ini, namun yang paling utama adalah
persuade. Di satu sisi HIDUP memenuhi needs pembaca, disatu sisi HIDUP
mempersuade khalayak untuk membaca majalah HIDUP.
HIDUP mengambil ceruk pasar yang berbeda, yang berada di antara pasar-
pasar potensial yang diambil media umum.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
89
Transkrip Wawancara
Narasumber: Greg Soetama, SJ. Romo Delegatus
1. Apa tugas dari Delegatus?
Perwakilan pemilik untuk keHIDUPan sehari-hari di majalah HIDUP,
dengan mengurusi 2 hal
a) Mengenai isi dari majalah HIDUP yang merupakan majalah Agama
Katolik, maka isi harus sesuai dengan visi-misi, ajaran, dan nilai-nilai
KAJ.
b) Karena ini adalah lembaga/yayasan, maka butuh seseorang yang
memainkan peranan pastoral dan moral. (pengembalaan dalam level
psikologi, spiritual, dan material).
Delegatus bekerja bersama dengan yayasan dan KAJ. Delegatus di
angkat oleh seorang uskup, maka pertanggung jawaban seorang delegatus
kepada bapak uskup. Delegatus tidak mengeksekusi, tidak merencanakan,
tidak memimpin, dan tidak mengambil keputusan apapun. Hanya bertugas
sebagai seorang pembimbing.
2. Apa Sasaran utama majalah HIDUP.
Umat gereja Katolik seluruh indonesia khususnya keluarga Katolik
KAJ. Profil, umat berusia berumur 30-45 atau usia rumah tangga,
masyarakat kota, yang sedang mencari hidup beriman di jaman modern.
Mencari makna HIDUP dan makna iman. Mereka yang berusia di atas 45
tahun, tidak terlampau sulit untuk beradaptasi dengan majalah HIDUP.
mereka yang ada di desa karena pengaruh kebudayaan, tv, dsb beradaptasi
dengan masyarakat kota juga tidak terlalu sulit, dan begitu sebaliknya.
Mengapa seluruh indonesia dengan fokus terutama KAJ adalah karena
ini milik KAJ, strategis karena berada di Jakarta, dan Jakarta sangat tepat
dalam mendapatkan financial supporting jika serius memainkan pasar di
Jakarta. Apa yang di buat di Jakarta selalu memancar ke seluruh indonesia.
3. Siapakah atau adakah kompetitor bagi majalah HIDUP?
Saya melihat media rohani lain bukan sebagai sebuah kompetitor
karena ragu orang yang tidak membaca majalah HIDUP karena memilih
majalah rohani yang lain. orang tidak membaca majalah HIDUP bukan
karena ia memilih majalah Katolik yang lain melainkan beberapa dari
umat Katolik ada yang tidak suka membaca, lalu ada anggapan bahwa
beriman itu tidak ada kaitannya dengan membaca majalah rohani. Padahal
gereja Katolik beranggapan bahwa beriman itu harus berakal. Orang tidak
membaca majalah HIDUP lantaran menurut mereka beriman adalah pergi ke
gereja, ke biara, berdoa. Yang mengerus majalah HIDUP bukan
kompetitor, melainkan habit, dan pemahaman tentang iman.
Majalah HIDUP merupakan majalah mainstream di majalah HIDUP
atau majalah sentral di Jakarta. Dan jika majalah lain berani bermain di level
yang sama dengan HIDUP, maka majalah HIDUP akan mati, karena
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
90
majalah lain tersebut tidak memiliki channel yang kuat seperti majalah
HIDUP. majalah lain lebih bermain di level pinggiran yang majalah HIDUP
tidak berani menyentuh level itu.
Pembeda dari majalah HIDUP dengan majalah yang lain adalah
majalah ini tidak profit oriented atau mencari keuntungan yang lebih,
melainkan value oriented, yakni memberikan atau menanamkan ajaran-
ajaran agama menurut redaksi kepada pembaca. Bukan menyediakan atau
memberikan apa yang khalayak mau baca atau inginkan. Majalah HIDUP
memposisikan diri, dan pembaca diminta untuk ikut kedalam visi misi
majalah HIDUP.
Rubrik yang sangat disukai, Kesaksian konsultasi iman, meskipun
harapan dari majalah HIDUP adalah cover story/sajian utama yang menjadi
minat utama, namun nampaknya kurang bisa menyentuh emosi
umat/pembaca.
4. Apa strategi yang digunakan majalah HIDUP untuk mempertahankan
pembacanya?
menentukan segmen, menyamai dengan psikologi pembaca, Bacaan
itu bukan hanya intelektual tapi juga emosional, dan lifestyle. dan kemudian
mencocokan isi dengan psikologi pembaca. Kemudian mengatur
manajemen organisasi di dalam majalah HIDUP sendiri.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
91
Transkrip Wawancara
Narasumber: Margaretha Intantri, Marketing (sirkulasi) Majalah HIDUP
1. Bagaimana posisi majalah HIDUP di dalam persaingan bisnis media
rohani khususnya?
Majalah HIDUP sebagai salah satu media komunikasi, yang tentunya
sama dengan media umum lainnya, dimana berkembangnya media digital
diantara media cetak sangat mempengaruhi survive nya suatu media
cetak. Dimana setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi apapun
dengan cepat dan mudah, melalui media internet. Posisinya diantara media
umum, adalah suatu media yang segmennya sudah jelas yaitu Keluarga
Katolik. Majalah HIDUP sebagai Mingguan Katolik milik Keuskupan Agung
Jakarta. Beredar secara nasional. Posisinya diantara media rohani menjadi
leader dibidang media rohani Katolik.
2. Seberapa jauh khalayak mengenal majalah HIDUP?? Majalah HIDUP dikenal sebagai majalah rohani Katolik, mengenal
Majalah HIDUP dari orangtua, dan sekarang sekarang melanjutkan
langganan orangtua. Masih banyak keluarga muda yang belum mengetahui
manfaat membaca HIDUP secara rutin.
3. Bagaimana cara mempromosikan majalah HIDUP? Melakukan kunjungan ke paroki-paroki KAJ untuk mempromosikan
majalah. biasanya melalui kotbah romo delegatus. Mengapa melalui Romo?
Karena umat Katolik biasanya akan mendengarkan hal sekecil apapun
yang dibicarakan oleh Romonya. Hal ini terbukti, segera setelah Romo
berkotbah di mimbar mengenai majalah HIDUP, rata-rata 50 pelanggan
baru mendaftar untuk berlangganan, dengan rentan waktu 6 bulan atau 1
tahun.
Pasar majalah HIDUP ya di gereja-gereja. Umat mengetahui HIDUP
melalui penjualan eceran di gereja-gereja dan toko buku rohani baik di
gereja ataupun di luar lingkup gereja (Toko buku rohani dan umum).
Juga menjalin relasi atau kerjasama dengan sekolah-sekolah Katolik di
Jakarta. Apakah penjualan itu naik setelah mengadakan promosi di sekolah?
Tentu tidak karena decision maker ada ditangan orangtua. Anak-anak
diharapkan untuk bisa mengingat atau sekedar mengetahui majalah HIDUP.
Selain itu juga mencarikan orang yang mau melanggankan majalah
HIDUP untuk guru agama. Baik itu guru agama yang mengajar di sekolah-
sekolah pada umumnya, atau guru agama yang mengajar di gereja (katekese).
Karena banyak guru agama yang menjadikan majalah HIDUP sebagai acuan
ataupun referensi dalam pembelajarannya kepada murid. Dan ini merupakan
salah satu sarana promosi secara tidak langsung. Banyak umat Katolik
yang mampu untuk berlangganan, namun bukan berlangganan untuk diri
sendiri melainkan dilanggankan untuk orang lain yang sekiranya memerlukan
majalah HIDUP.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
92
Transkrip Wawancara
Narasumber: A. Nendro Saputro, Kabag Website HIDUP
1. HIDUP ini memiliki website, sejak kapan website ini ada?
Website Majalah HIDUP yaitu: www.HIDUPkatolik.com.
HIDUPkatolik.com mulai mengudara di jagad internet pada hari Minggu 5
Juni 2011. Web ini dibuat untuk mendukung karya pewartaaan Majalah
HIDUP kepada umat Katolik di Indonesia.
2. Apakah sudah berjalan dengan semestinya?
Kalau tujuan utama untuk Promosi website sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Memang jika dilihat sebagai sebuah website media
informasi umat Katolik yang ideal masih belum karena memang tujuannya
hanya untuk promosi majalahnya saja.
3. Apa tujuan mengadakan website HIDUP?
Tujuan utama website HIDUP adalah sebagai media promosi Majalah
HIDUP dan untuk menyebarkan isi dan informasi ke seluruh dunia.
4. Apa harapan dari HIDUP dengan adanya website ini?
Harapannya dapat menjadi media informasi yang dapat berkembang
dari sisi konten dan sisi bisnisnya.
5. Apakah banyak dari pembaca yang beralih untuk menggunakan atau
membaca HIDUP di web??
Pembaca tidak beralih, buktinya tiras Majalah HIDUP masih terus
meningkat dan pembaca website juga terus meningkat
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
93
Transkrip Wawancara
Narasumber: Fransisca Adhelia, Mahasiswi, 19 tahun
1. Sejak kapan berlangganan majalah HIDUP?
Berlangganan sejak Mei 2013
2. Mengapa memilih majalah HIDUP sebagai majalah Katolik yang di
percaya?
Karena majalahnya memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih
seputar gereja-gereja Katolik. Jadi lebih tahu kegiatan-kegiatan gereja Katolik
yang terorganisir.
3. Mengetahui majalah HIDUP dari siapa?
Mengetahui majalah HIDUP dari mama, karena kakek dulu
berlangganan. Namun lebih mengetahui lagi semenjak mengikuti seminar di
gereja.
4. Apakah majalah HIDUP sudah memenuhi kebutuhan kamu sebagai
pembaca?
Sudah sangat mencukupi, dengan adanya renungan harian jadi makin
giat membaca alkitab, menambah pengetahuan mengenai santo-santa, dan
mengambil hikmah dari setiap kesaksian yang ada.
5. Wawasan apa yang di dapat dari majalah HIDUP?
Mengetahui kegiatan-kegiatan gereja lain, baik dalam maupun luar
negeri, dan sedikit banyak mulai mengetahui liturgi yang ada di dalam gereja
6. Ada kesulitan dalam menjangkau majalah HIDUP?
Tidak ada kesulitan dalam menjangkau, lantaran berlangganan melalui
agen yang ada di gereja. Distribusi tidak di antar kerumah, melainkan
menggambil sendiri di agen yang ada di gereja.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
94
Transkrip Wawancara
Narasumber: Tarsisius Bambang Purwanto, Pegawai Swasta, 54 Tahun
1. Sejak kapan berlangganan?
Kira-kira 7 tahun yang lalu.
2. Kenapa Majalah HIDUP?
Majalah HIDUP isinya variasi, ada membahas mengenai konsultasi
keluarga, perkembangan gereja. Membaca majalah HIDUP sudah menjadi
sebagai bagian dari kebutuhan. Tidak membanding-bandingkan majalah, saya
tahu majalah HIDUP ya saya beli. Kalo saya rasa kurang ya saya cari yang
lain.
3. Tahu HIDUP dari mana?
Mengetahui majalah HIDUP dari orang tua, karena dulu dirumah ya
bacaannya kalo tidak kompas ya HIDUP.
4. Dengan membaca HIDUP, kebutuhan terpenuhi atau nga?
Majalah ini kurang cukup memenuhi, maka saya memenuhi dengan
berlangganan majalah lain seperti liturgi, mengingat saya memerlukan
majalah tersebut karena saya seorang prodiakon di gereja.
5. Sudah puas apa belum?
Ada peningkatan dari segi kualitas majalah, dan dari segi isi majalah
sudah mulai oke.
6. Harapannya?
Tingkatkan lagi kualitas berita majalah HIDUP, karena masih banyak
yang belum terekspos di majalah, misalnya permasalahan pembangunan
gereja, mengingat banyak yang sulit membangun gereja. Banyak membahas
mengenai mudika, karna mudika dirasa kurang mengetahui tokoh-tokoh
gereja Katolik. Sehingga Ada ruang lah untuk membina.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014
95
Transkrip Wawancara
Narasumber: D.P. Sutaryono, Wiraswasta
1. Sejak kapan berlangganan majalah HIDUP?
Berlangganan sejak tahun 1996-2012
2. Mengapa memilih majalah HIDUP sebagai majalah Katolik yang di
percaya?
Taunya majalah Katolik itu ya HIDUP, gak ada yang lain. Sementara
tahu ada majalah Katolik lainnya namun gak suka. Karena ga sesuai dengan
harapan, karena isinya lebih kearah mistis dan bersifat sensasional.
3. Mengetahui majalah HIDUP dari siapa?
Sejak SD sudah tahu majalah HIDUP dari orangtua.
4. Apakah majalah HIDUP sudah memenuhi kebutuhan Bapak sebagai
pembaca?
Sudah, karena dengan membaca majalah HIDUP, saya jadi tahu
mengenai pengetahuan iman yang lain yang saya tidak dapat di gereja.
Strategi Penerbitan..., Adrian Hartanto Hardi, FIKOM UMN, 2014