PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

175
i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA FANTASI MELALUI TEKNIK LOCI PADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : MIKAEL TEGUH SANJAYA 151224041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

Page 1: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN

MENCERITAKAN KEMBALI CERITA FANTASI

MELALUI TEKNIK LOCI

PADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

MIKAEL TEGUH SANJAYA

151224041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN

MENCERIT AKAN KEMBALI CERITA FANT ASI

MELALUl TEKNIK LOCI

PADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia

Oleb:

MlKAEL TEGUH SANJA Y A

151224041

Telah dlsetujui oleb :

Pembimbing r Tanggal , 13 Maret 2020

, rs. 1. Prapta Diharja SJ, M.Hum.

Pembimbing II Tanggal, 13Maret 2020

Drs. P. Hariyanto, M.Pd.

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN

MENCERITAKAN KEMBALI CERITA FANTASI

MELALUI TEKNIK WCI

P ADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Disusun oleh :

MlKAEL TEGUH SANJA Y A

151224041

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 19 Maret 2020

dan dinyatakan telah metnenuhi syarat

Susunan Psoitia Penguji

Nama leogkap -Ketua Rishe Purnama Dewi, S.Pd. ,M.Hum.

Sekretaris Danang Satria Nugraha, S.S., M. A

Aoggota Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.

Anggota Drs. 1. Prapta Diharja SJ, M.Hum.

Anggota Drs. Petrus Hariyanto M.ed.

Yogyakarta, 19 Maret 2020

Fakultas Keguman dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dhanna

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si .

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta

Bapak Yoanes Rotimin Gunarso

Ibu Martina Titik Sumaryanti

Abang Abdi Kurnia S. & Ayuk Yoani Juita S.

Om Upri & Bulek Eksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

v

MOTO

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab ia baik!

Tuhan itu pengasih dan penyayang,

panjang sabar dan besar kasih

setia – Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

viii

ABSTRAK

Sanjaya, Mikael Teguh. 2020. Peningkatan Keterampilan

Menceritakan Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa

Kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi :

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi melalui teknik loci pada siswa kelas VII

G SMP Xaverius 1 Jambi tahun pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini

termasuk penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus

dalam penelitian ini memuat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi.

Berdasarkan uraian di atas, muncul permasalahan sebagai berikut (1)

Bagaimanakah peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi

pada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah

menggunakan teknik loci pada saat pembelajaran ? dan (2) Bagaimana

perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi terhadap

pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci ? Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan menceritakan kembali

cerita fantasi pada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah

menggunakan teknik loci pada saat pembelajaran dan mendeskripsikan

perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi terhadap

pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita

fantasi pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi. Hasil tes

pratindakan menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai sebesar 66,33

atau masih dalam kategori kurang. Hasil tes pada siklus I rata-rata skor yang

dicapai 77,88 atau masih dalam kategori cukup meskipun rata-rata skor sudah

meningkat, namun belum memenuhi target yang ditentukan sehingga

dilakukan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II rata-rata skor yang

dicapai sebesar 93,30 atau meningkat dari siklus I atau sudah masuk pada

kategori amat baik. Nilai pada siklus II telah mencapai nilai target yang

ditentukan sehingga tindakan siklus III tidak perlu diadakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

ix

ABSTRACT

Sanjaya, Mikael Teguh. 2020. Improving the Skills of Retelling

Fantasy Stories through Loci Techniques in Class VII G Students of

Xaverius 1 Jambi Middle School in 2019/2020 Academic Year. Thesis:

Indonesian Language Study Program, Faculty of Teacher Training and

Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study aims to describe the skills of retelling fantasy stories

through loci techniques in class VII G students of Xaverius 1 Jambi Junior

High School in 2019/2020. This type of research includes classroom action

research consisting of two cycles. Each cycle in this study contains four

stages, namely planning, action, observation and reflection.

Based on the description above, the problem arises as follows (1) How

to improve the skills to tell fantasy stories to students in class VII G Students

of Xaverius 1 Jambi after using the locus technique during learning? and (2)

How does the behavior change of VII VII G grade Students of Xaverius 1

Jambi towards learning to retell, after participating in learning to retell fantasy

stories with locus techniques? The purpose of this study is to describe the

improvement of fantasy story retelling skills in students in class VII G

Students of Xaverius 1 Jambi after using loci techniques during learning and

describe changes in behavior of students VII G Students of Xaverius 1 Jambi

junior high school students in learning to retell, after participating in learning

telling stories of revisiting fantasy stories with locus techniques.

Based on the research data obtained, it can be concluded that the loci

technique can improve the storytelling skills of fantasy stories in class VII G

students of Students of Xaverius 1 Jambi. The pre-action test results showed

that the average score achieved was 66.33 or still in the poor category. Test

results in the first cycle the average score achieved 77.88 or still in the

sufficient category even though the average score has increased, but has not

met the specified target so that the cycle II action is carried out. In the second

cycle of action the average score achieved was 93.30 or increased from the

first cycle or was included in the category of very good. The value in cycle II

has reached the specified target value so that the cycle III action does not need

to be held.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

kasih karunia, cinta, semangat, serta kesehatan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul“PeningkatanKeterampilan Menceritakan

Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa Kelas VII G SMP

Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019 / 2020”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, masukan,

nasihat,bimbingan, dan kerjasama dari pihak-pihak lain maka skripsi tidak akan

dapatdiselesaikan. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dan

turut memperlancar penulisan skripsi ini.

2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengizinkan penulis

untuk melanjutkan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing

pertama, yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk

membimbing dan memberikan saran yang sangat berguna kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xi

4. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua, yang

bersedia meluangkanwaktu kepada penulis dengan penuh kesabaran,

membimbing penulis dalammenyelesaikanskripsi ini.

5. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan

serta wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan di PBSI

sehingga mempunyai bekal untuk menjadi pendidik yang baik.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-

buku penunjang selama menyelesaikan skripsi.

7. Ibu Rusmiyati, karyawan sekretariat PBSI yang telah dengan sabar

membantu penulis dalam penyelesaian administrasi studi dan penyelesaian

skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu memberikan cinta,

doa,dukungan, dan semangat serta dukungan finansial yang sangat

berharga bagi penulis. Bapak Yoanes Rotimin Gunarso dan Ibu Martina

Titik Sumaryanti, terima kasih atas cinta,doa, dukungan, dan semangat

yang tulus kepada penulis.

9. Kepala Sekolah SMP Xaverius 1 Jambi Bapak Markus Wahyudi, S.Pd dan

guru bidang studi Bahasa Indonesia Ibu Yoani Juita Sumasari, M.Pd. yang

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan proses penelitian dan

pengambilan data penelitian.

10. Om Upri dan Eksi yang telah mendampingi penulis selama menempuh

pendidikan di PBSI, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih

Om Upri yang telah menjadi pendamping saat ujian skripsi berlangsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xii

dan menemani penulis dalam perjalanan studi dari awal sampai akhir di

Yogyakarta.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya telah membantu

peneliti dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini diucapkan

terima kasih. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini belum sempurna.

Semoga penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi peneliti

selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 19 Maret 2020

Penulis,

Mikael Teguh Sanjaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………...............................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv

HALAMAN MOTO...............................................................................................v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................vi

HALAMAN PENGESAHAN KEASLIAN KARYA........................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT...........................................................................................................ix

KATA PENGANTAR………………………........................................................x

DAFTAR ISI………………………...................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN…..……………………….........................…................1

A. Latar Belakang Masalah…………………......................................................1

B. Rumusan Masalah..………………………….................................................4

C. Tujuan Penelitian………..………..................................................................5

D. Manfaat Penelitian…......……………............................................................5

E. Batasan Istilah………………...………..........................................................6

F. Sistematika Pengajian.....................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI………..…………..….………...............................8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xiv

A. Penelitian yang Relevan………..……….................…….....….....................8

B. Landasan Teori……...……………………………….….............................13

1. Teori Membaca……….………..............................................................13

a. Jenis Membaca………………............................................................15

b. Membaca Pemahaman……….….............….…......................…........16

c. Membaca Ekspresif……………….........................................……....18

2. Teori Cerita Fantasi……...……………....……................….….............19

a. Pengertian Cerita Fantasi…...…..................................….....…..…....20

b. Unsur Intrinsik Cerita Fantasi...........................…...................……...24

3. Menceritakan Kembali…………….............……...........….....................27

a. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali.................29

b. Pengertian Menceritakan Kembali......................................................31

c. Langkah-Langkah Menceritakan Kembali .........................................32

4. Teknik Loci………………...........………………...................................34

C. Kerangka Berpikir………….....……........………........................................35

D. Hipotesis Tindakan……….......………..........................…..........................36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………….…….............................37

A. Desain Penelitian………..................................................……….…...........37

1. Proses Tindakan Siklus I..........................................................................39

a. Perencanaan…………….........................................................…......39

b. Tindakan………….…....................................................................40

c. Observasi………………….................................................….......43

d. Refleksi…………………….......................…...............................43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xv

2. Proses Tindakan Siklus II...............…........................................................44

a. Perencanaan…………………….......................................................44

b. Tindakan………………....................................................................45

c. Observasi…………………..................................…...................…...47

d. Refleksi..............................................................................................47

B. Subjek Penelitian……………….........................................................….....48

C. Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi…...............…............48

D. Instrumen Penelitian…........…….......................................................….….48

1. Instrumen Tes……………………...........................................................49

2. Instrumen Nontes………………….........................................................50

3. Pedoman Observasi………………...................................................…...51

4. Pedoman Wawancara………………..............................................….....52

5. Dokumentasi………………....…............................................................52

6. Kriteria Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita Fantasi....53

E. Teknik Pengumpulan Data……………………...............................…….…53

1. Teknik Tes……………………...............................................................54

2. Teknik Nontes………………..................................................................54

3. Observasi…………….........…….....…....................................................54

4. Dokumentasi………………….................…...................................…....55

F. Teknik Analisis Data………........…………................................................55

1. Teknik Kuantitatif………………...……….…......…….................….....56

2. Teknik Kualitatif…………………...………...........................................57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................58

A. Hasil Penelitian ............................................................................................58

Hasil Tes Pratindakan ..................................................................................58

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................59

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................60

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................61

4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................62

5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................63

6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................64

7. Aspek Bahasa...........................................................................................65

8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................66

9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................67

B. Refleksi Pratindakan.....................................................................................68

Hasil Penelitian Siklus I................................................................................69

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................69

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................70

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................71

4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................72

5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................73

6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................75

7. Aspek Bahasa...........................................................................................76

8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................77

9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................78

Hasil Nontes Siklus I....................................................................................79

Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I.........................................................79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xvii

Jurnal.............................................................................................................81

a. Jurnal Siswa.............................................................................................82

b. Jurnal Guru...............................................................................................83

Wawancara...................................................................................................84

Refleksi Siklus I............................................................................................86

Hasil Penelitian Siklus II..............................................................................87

Hasil Tes Siklus II........................................................................................87

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................87

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................88

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................89

4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................90

5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................91

6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................92

7. Aspek Bahasa...........................................................................................93

8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................94

9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................95

Hasil Nontes Siklus II...................................................................................96

Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II........................................................96

Refleksi.........................................................................................................99

Jurnal...........................................................................................................100

a. Jurnal Siswa...........................................................................................100

b. Jurnal Guru.............................................................................................101

Wawancara.................................................................................................102

B. Pembahasan................................................................................................102

1. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi.............105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xviii

2. Perubahan Sikap Peserta Didik...................................................................109

3. Kondisi Awal Peserta Didik pada Prasiklus...............................................110

4. Kondisi Siswa Pada Siklus I.......................................................................111

5. Kondisi Siswa Pada Siklus II......................................................................111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................112

A. Kesimpulan.................................................................................................112

B. Saran...........................................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................115

LAMPIRAN ..……….........................................................................................117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Penilaian...........................................................................................108

Lampiran 2 Dokumentasi Foto.............................................................................129

Lampiran 3 RPP Cerita Fantasi............................................................................133

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian....................................................................................156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa diharapkan mampu membantu peserta didik

mengenali dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan

dan perasaaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan keterampilan

analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Bahasa memiliki peran sentral

dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan

merupakan penunjang dalam mempelajari keberhasilan dan mempelajari semua

bidang studi. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi keterampilan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia.

Pembelajaran membaca bertujuan agar peserta didik mampu memahami

pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan media bahasa tulis dengan

cermat, tepat, dan cepat secara kritis dan kreatif. Kecermatan dan ketepatan dalam

memahami pesan komunikasi itu sangat penting agar dapat dicapai pemahaman

terhadap pesan komunikasi tersebut. Keterampilan membaca merupakan salah

satu keterampilan bahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di sekolah.

Pembelajaran sastra tidaklah bertujuan untuk membuat peserta didik agar

menjadi sastrawan atau sebagai ahli sastra yang tahu bermacam-macam tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

2

teori dan sejarah sastra melainkan ingin menanamkan apresiasi sastra agar mereka

menjadi orang yang menggemari karya-karya sastra, mau menceritakan kembali

sendiri karya-karya sastra itu sehingga peserta didikdapat mengambil manfaat

bagi perkembangan pribadinya dan dapat menyerap nilai-nilai terutama nilai-nilai

moral yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri. Pada hakikatnya, tujuan

pembelajaran sastra tidak hanya ditekankan pada peningkatan pengetahuan

melalui teori-teori, tetapi yang lebih penting lagi yaitu agar dapat mengaktifkan

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, lewat pembelajaran sastra

peserta didik dapat mengungkapkan buah pikiran yang menjadi idealismenya.

Dengan adanya pengalaman-pengalaman dalam pembelajaran sastra, maka akan

memperkaya nuansa batin dan pola pikir peserta didik yang akhirnya dapat

mempengaruhi tanggapan peserta didik terhadap dirinya, alam sekitar, dan

penciptanya.

Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti

lakukan di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi, pembelajaran sastra khususnya

seni menceritakan kembali cerita fantasi kurang mendapat perhatian khusus guru

bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru mengajarkan seni menceritakan

kembali cerita fantasi hanya sekilas sehingga pemahaman dan penghayatan

peserta didik terhadap seni menceritakan kembali cerita fantasi menjadi kurang.

Hal ini berpengaruh terhadap rendahnya daya apresiasi dan daya kreatif peserta

didik. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti memperoleh data tentang

kurangnya hafalan peserta didik dalam hal menceritakan kembali cerita fantasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

3

Berdasarkan masalah di atas, penulis mencoba meningkatkan keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Teknik loci adalah teknik

mengingat-ingat bahan bacaan cerita fantasi. Teknik ini dapat digunakan oleh

pembaca bacaan sastra, berita, kejadian, dan proses. Dalam bacaan sastra

digunakan untuk mengingat nama-nama tempat kejadian dengan cara

mengasosiasikan tempat-tempat dalam cerita dengan tempat-tempat yang telah

dikenal (Haryadi 2007:138). Proses pembelajarannya adalah peserta didik

membaca teks cerita fantasi dan peserta didik mengingat-ingat apa yang telah

dibacanya, kemudian peserta didik menceritakan kembali teks cerita fantasi

tersebut dengan mencatat selanjutnya peserta didik membaca hasil catatan tersebut

di depan kelas.

Berdasarkan uraian di atas peneliti membatasi penelitian ini pada teknik

loci dalam proses pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi

serta peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dan

perubahan sikap setelah menggunakan teknik yang diberikan peneliti.Peserta didik

mengamati contoh guru menceritakan kembali cerita fantasi, kemudian peserta

didik mengevaluasi cerita fantasi yang dibawakan oleh guru. Setelah itu, peserta

didik diminta untuk menceritakan kembali cerita fantasi dengan irama/tekanan

suara tertentu, intonasi, tempo bicara yang cepat atau lambat, nada suara yang

keras atau lirih dan dibimbing oleh guru secara berkelanjutan sehingga mencapai

hasil pembelajaran yang memuaskan.

Hasil pengamatan menunjukkan adanya pembelajaran sastra khususnya

seni menceritakan kembali cerita fantasi kurang mendapat perhatian khusus guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

4

bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti memilih SMP Xaverius 1

Jambi karena peneliti mendapatkan kemudahan dalam hal perizinan dan kesediaan

guru pendamping untuk dilakukan observasi pada pembelajarannya. Peneliti

memilih cerita kembali karena materi ini dibahas dan terdapat pada kurikulum

K.13 yang menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Penggunaan teknik loci pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1

Jambi diharapkan dapat mengatasi permasalahan peserta didik dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi. Oleh karena itu, penulis

melakukan penelitian mengenai “Peningkatan Keterampilan Menceritakan

Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa Kelas VII G SMP

Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019/2020“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan di atas, maka masalah yang

akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita

fantasi padapeserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi

setelahmenggunakan teknik loci pada saat pembelajaran ?

2. Bagaimana perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi

terhadap pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti

pembelajaranmenceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita

fantasipada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi

setelahmenggunakan teknik loci pada saat pembelajaran.

2. Mendeskripsikan perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1

Jambi JAMBIterhadap pembelajaran menceritakan kembali, setelah

mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik

loci.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis.

I. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian

tindakan kelas.

Penelitian ini juga diharapkan menambah pengetahuan dan

pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menceritakan

kembali cerita fantasi pada peserta didik kelas VII dengan teknik loci

sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

6

belajar peserta didik dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi.

II. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya menceritakan kembali cerita fantasi, sehingga keterampilan

peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi dapat

ditingkatkan. Bagi guru hal ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan upaya meningkatkan keterampilan menceritakan

kembali cerita fantasi bagi peserta didiknya. Bagi peserta didik, dengan

adanya penelitian ini peserta didik mendapat pengalaman belajar yang

bermakna melalui teknik loci dan keterampilan menceritakan kembali

cerita fantasi. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai upaya meningkatkan kualitas guru dan peserta didik di sekolah.

E.Batasan Istilah

Dalam penelitian ini diberikan batasan istilah-istilah sebagai berikut.

1. Menceritakan Kembali :Menurut Abdul Majid (2001:9), bercerita berarti

menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi

mereka.

2. Cerita Fantasi: Cerita fantasi merupakan salah satu genre ceritayang

penting untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

7

melatih kreativitas. Berfantasi secara aktif dapat melatih kreativitas.

Contoh Cerita Fantasi : Harry Potter Alwi (KBBI 2002: 210).

3. Teknik Loci : Teknik mengingat-ingat bahan bacaan cerita fantasi. Teknik

ini dapat digunakan oleh pembaca bacaan sastra, berita, kejadian, dan

proses. Dalam bacaan sastra digunakan untuk mengingat nama-nama

tempat kejadian dengan cara mengasosiasikan tempat-tempat dalam cerita

dengan tempat-tempat yang telah dikenal(Haryadi 2007:138).

F. Sistematika Pengajian

Sistematika laporan hasil penilitian tindakan kelas ini, terdiri atas Bab I

sampai Bab V. Bab I Pendahuluan yang terdiri atas 6 bagian. Bab II yang terdiri

atas 4 bagian. Bab III yang terdiri atas 6 bagian. Bab IV terdiri atas IV bagian.

Bab V terdiri atas 2 bagian. Daftar Pustka dan lampiran-lampiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan

kerangka teori. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik sejenis

yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi teori-teori yang

digunakan sebagai landasan analisis dalam penelitian ini yang terdiri atas hakikat

membaca, membaca pemahaman, membaca ekspresif, hakikat cerita fantasi,

teknik loci.

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai keterampilan bersastra khususnya keterampilan

membaca sudah banyak dilakukan oleh para penulis. Dari berbagai penelitian itu

banyak dihasilkan manfaat yang dapat menunjang pembelajaran dari keterampilan

membaca. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh

penulis sebelumnya mengenai keterampilan membaca khususnya yang berkaitan

langsung dengan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik

loci.

Alexander Johan Wahyudi melakukan penelitian dalam rangka skripsi

yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak

Yang Dibaca Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Berpasangan

Siswa Kelas VII Semester I SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN

2011/2012”. Alexander Johan Wahyudi menempuh pendidikan di Universitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

9

Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh data

berkaitan dengan analisis data penelitian tes tulis menceritakan kembali cerita

anak pada pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan dari nilai

rata-rata kelas dan presentase ketuntasan siswa. Pada pratindakan presentase

ketuntasan hanya 46,15% dengan rata-rata nilai kelas 62,38. Nilai rata-rata

tersebut dalam skala 10 termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus I persentase

ketuntasan siswa mencapai 69,23% dan nilai rata-rata kelas mencapai 68,96. Nilai

rata-rata tersebut dalam skala 10 termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II

persentase ketuntasan siswa mencapai 80,77% dengan rata-rata kelas mencapai

68,96.

Etie Karismi melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menceritakan kembali Isi Cerpen dengan Strategi

Think Talk Write pasa siswa SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta”.

Etie Karismi menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data menunjukkan bahwa penerapan

strategi Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa IX A

SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Peningkatan hasil belajar dapat

dilihat dari skor rata-rata keterampilan bercerita dari prasiklus sampai siklus II.

Pada prasiklus, skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 16,84 kemudian

meningkat menjadi 21,42. Pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 28,31 pada

siklus II. Peningkatan skor rata-rata dari siklus I sampai siklus II sebesar 6,34,

sedangkan skor rata-rata kelas dari prasiklus hingga siklus II sebesar 12,10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

10

Indah Dwi Cahyani melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang

berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Melalui

Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas

II A SD Negeri Panggang Sedayu”. Indah Dwi Cahyani menempuh pendidikan di

Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini siswa kelas II A SD Negeri

Panggang Sedayu tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 22 siswa. Penerapan

teknik paired storytelling berbantuan media boneka tangan dapat meningkatkan

keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa kelas II A SD Negeri

Panggang Sedayu. Hal itu terbukti pada pra siklus, presentase keberhasilan siswa

yang termasuk kategori berkembang sesuai harapan yaitu 31,82%. Pada siklus I

meningkat menjadi 45,45%, dan menjadi 86,36% pada siklus II. Keberhasilan

penelitian ini juga dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa. Presentase

aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,82% sehingga dapat dikategorikan

cukup dan pada siklus II presentase aktivitas siswa meningkat menjadi 85,23%

sehingga dapat dikategorikan sangat baik.

Alifarose Syahda Zahra melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang

berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dengan

Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 2 Jatikalen

Nganjuk”. Alifarose Syahdan Zahra menempuh pendidikan di Universitas Negeri

Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kabupaten Jatikalen. Subjek penelitian adalah

siswa kelas IX A yang terdiri atas 24 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

11

bahwa penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan

bercerita siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Jatikalen Kabupaten Nganjuk.

Peningkatan tersebut ditunjukkan dari kualitas proses pembelajaran yang

tercermin dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi siswa pada pelajaran, minat

siswa selama pembelajaran, keberanian siswa bercerita di depan kelas.

Peningkatan secara produk dapat dilihat dari skor ratarata keterampilan bercerita

dari pratindakan sampai siklus II. Pada pratindakan, skor rata-rata kelas yang

diperoleh sebesar 16,84, kemudian meningkat menjadi 21,42 pada siklus I dan

meningkat lagi menjadi 28,31 pada siklus II. Peningkatan skor rata-rata dari siklus

I hingga siklus II sebesar 6,34 sedangkan skor rata-rata kelas dari pratindakan

hingga siklus II sebesar 12,10.

Sandi Ariesna melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Dengan Media Wayang Suluh

Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek Bantul”. Sandi Ariesna menempuh

pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini termasuk Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII A SMP

Negeri 2 Kretek, Bantul yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tes bercerita, angket,

wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket, lembar pengamatan, catatan

lapangan, lembar penilaian keterampilan bercerita serta dokumentasi kegiatan.

Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Peningkatan hasil atau produk

dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata bercerita siswa pada setiap siklus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

12

Skor rata-rata siswa pada tahap pratindakan adalah 20,64, pada saat siklus I

meningkat menjadi 23,07, dan pada siklus II meningkat menjadi 25,43. Dengan

demikian, keterampilan bercerita siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek, Bantul

telah mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah diberi

tindakan menggunakan media wayang suluh.

Anafi melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan Menggunakan Media Wayang

Boneka Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman”. Anafi

menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 1 Seyegan

Sleman. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B yang terdiri dari 36 siswa.

Peningkatan kualitas produk/hasil dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata

bercerita siswa pada tahap pratindakan sampai pascatindakan siklus II. Skor rata-

rata siswa pada tahap pratindakan sebesar 20,31, pada siklus satu meningkat

menjadi 23,36, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 26,73. Skor rata-rata

keterampilan siswa mengalami peningkatan sebesar 6,42. Dengan demikian,

keterampilan bercerita siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman telah

mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah diberi tindakan

dengan menggunakan media wayang boneka.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut di atas dapat diketahui bahwa

penelitian tindakan kelas tentang menceritakan kembali cerita fantasi sangat

menarik dan belum banyak dilakukan peneliti-peneliti lain. Penelitian yang

dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

13

penelitian tersebut. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama berusaha

untuk melakukan peningkatan hasil belajar menceritakan kembali suatu cerita

dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda. Perbedaannya penelitian ini

menggunakan teknik loci yang belum digunakan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka penelitian pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci menjadi pelengkap dalam

upaya memperkaya teknik pembelajaran di sekolah. Teknik loci sangat menarik

untuk diterapkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa yang dapat

diterapkan guru di sekolah.

B. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat

membaca, membaca pemahaman, membaca ekspresif, hakikat cerita fantasi,

Teknik loci.

1. Teori Membaca

Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan banyak

hal,tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual,

berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim

2005:2). Dalam hakikat membaca ini akan dibahas tentang pengertian membaca,

tujuan membaca, manfaat membaca, dan jenis membacakan. Hodgson (dalam

Tarigan 1987:7) berpendapat bahwa kegiatan membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

14

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Untuk

memperoleh pesan melalui media kata-kata, kegiatan ini menurut adanya suatu

kesatuan yang berupa kelompok kata yang dapat terlihat dalam pandangan sekilas

dan mengetahui makna setiap kata.

Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor

yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga

dapat dikatakan sebagai jenis keterampilan manusia sebagai produk belajar dari

lingkungan, dan bukan keterampilan yang bersifat instingtif atau naluri yang

dibawa sejak lahir (Nurhadi 2005:123).

Menurut Haryadi (2006:77) membaca merupakan interaksi antara pembaca

dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, tetapi bersifat komunikatif.

Komunikasi antara pembaca dan penulis akan baik jika pembaca mempunyai

keterampilan yang lebih baik. Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya

tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan

gagasan, perasaan, dan pengalamannya.

Membaca adalah aktifitas pencarian informasi melalui lambang-lambang

tertulis (Endang dalam Tarigan 1990:133). Membaca menurut Harjasujana

(1998:1.3) merupakan interaksi antara pembaca dan penulis.Interaksi tersebut

tidak secara langsung, namun bersifat komunikatif. Berdasarkan pendapat dari

beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah interaksi

antara pembaca dan penulis untuk mencari informasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

15

a. Jenis Membaca

Tarigan (1987:22) membagi kegiatan membaca menjadi dua bagian, yaitu

membaca nyaring atau membaca bersuara yang bersifat mekanis dan membaca

dalam hati yang bersifat pemahaman.

Membaca nyaring atau membaca bersuara adalah suatu aktifitas yang

menggunakan penglihatan dan ingatan, juga turut aktif ingatan pendengaran dan

ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot kita untuk menangkap serta

memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.

Membaca dalam hati adalah suatu aktifitas yang hanya mempergunakan

ingatan visual dan melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Secara garis besar,

membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca

intensif.

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan

1987:31).Membaca ekstensif meliputi membaca survey (survey reading),

membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).

Membaca intensif adalah membaca studi seksama, telaah teliti, dan

penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas

yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan

1987:35).Membacaintensif terbagi menjadi dua kelompok, yaitu membaca telaah

isi (contentstudy reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).

Djumini (dalam Lutfiani 2006:30) menegaskan pendapat Tarigan tersebut

dengan berpendapat bahwa, karena tujuan kegiatan membaca yang beraneka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

16

ragam muncul jenis membaca yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut ini.

Pertama, membaca intensif, yang merupakan membaca cermat yang bertujuan

untuk memahami keseluruhan bahan bacaan secara mendalam sampai bagian yang

sekecil-kecilnya. Kedua, membaca kritis yang digunakan untuk menemukan

fakta-fakta yang terdapat dalm bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap

fakta-fakta tersebut. Ketiga, membaca cepat yang menitikberatkan pada kecepatan

memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang singkat. Keempat,

membaca indah yang lebih menitikberatkan pada pengungkapan segi keindahan

yang terdapat pada karya sastra. Dan kelima, membaca teknik atau membaca

nyaring untuk membaca kalimat dengan lancar tanpa cacat baca.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa secara

garis besar jenis membaca itu ada dua, yaitu membaca nyaring atau membaca

bersuara dan membaca dalam hati. Membaca nyaring digunakan untuk mencapai

tujuan dalam keterampilan membaca mekanis, sedangkan membaca dalam hati

digunakan untuk keterampilan pemahaman.

b. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang

dimaksudkan di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:

a) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards)

b) resensi kritis (critical review)

c) drama tulis (printed drama)

d) pola-pola fiksi (pattern of fiction)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

17

(Tarigan 1987:56) Menutur Bond dkk. (dalam Kholid A. Harnas 1990:42),

membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yamg bertujuan memperoleh

pemahaman dan penafsiran yang memadai terhadap makna-makna yang

terkandung di dalam lambang-lambang tulis. Sasaran utamanya adalah

menghasilkan membaca efektif.

Adapun aspek-aspek dalam membaca pemahaman menurut Kholid A.

Harnas (1990:42) adalah sebagai berikut.

1. Memahami pengertian-pengertian sederhana mencakup:

a. Keterampilan memahami kata-kata atau istilah baik secara leksikal

maupun secara gramatikal yang terdapat dalam suatu bacaan.

b. Keterampilan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata serta

susunan kalimat-kalimat panjang yang sering dijumpai didalam

tulisan resmi.

c. Keterampilan menafsirkan lambing atau tanda tulisan yang terdapat

dalam bacaan.

2. Memahami signifikan atau makna yang mencakup:

a. Keterampilan memahami ide-ide pokok yang dikemukakan oleh

pengarang,

b. Keterampilan mengaplikasi isi karangan dengan kebudayaan yang

ada,

c. Dapat meramalkan relasi-relasi yang kemungkinan timbul dari si

pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

18

3. Dapat mengevaluasi isi dan bentuk-bentuk karangan.

4. Dapat menyelesaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak

dicapai. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah

bahan bacaannya. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan

menjadi kendala bagi pembaca dalam memahami, tetapi sebaliknya peserta

didik akan memahami dengan baik bacan yang tergolong mudah.

Berdasarkan aspek-aspek membaca pemahaman menurut Harnas,

mengandung pengertian bahwa membaca pemahaman merupakan jenis

kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang tersirat

ataupun yang tersurat dalam bacaan. Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan untuk

memahami pesan-pesan media tulis yang dipengaruhi pula oleh faktor

internal dan eksternal pembaca.

c. Membaca Ekspresif

Ekspresif menurut Alwi (KBBI 2002:291) tepat (mampu) memberikan

(pengungkapan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan.

Menurut Sunaryo (2005:17) membaca ekspresif merupakan keterampilan

berbahasa tingkat lanjut. Artinya, untuk dapat melakukan kegiatan membaca

ekspresif,seseorang harus telah menguasai aspek-aspek dasar bahasa.

Orang tersebut tidak lagi dalam rangka belajar menguasai bahasa, tetapi

dia telah masuk dalam kegiatan berkreasi. Dalam hal ini, seseorang harus

berkreasi untuk dapatmengekspresikan teks. Membaca ekspresif dalam konteks ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

19

tidak lain sebagai aktivitas mengekspresikan teks sehingga apa yang mulanya

berbentuk tulis (teks) dapat “dihidupkan” dalam bentuk lisan dengan segala

muatan emosi dan karakter.

Membaca ekspresif disikapi sebagai aktivitas berkesenian, yang sangat

menuntut keterampilan kreatif seseorang (Tarigan dalam Sunaryo 2005:18). Hal

ini dikarenakan oleh kenyataan bahwa aktivitas membaca dengan target

menghidupkan teks dengan muatan emosi dan karakter lebih berkenaan dengan

aktivitas kreatif (berkesenian): dramatisasi, membaca puisi (deklamasi),

pengisahan cerita (storytelling).

Dalam kaitannya sebagai aktivitas kreatif, membaca ekspresif merupakan

aktifitas khusus dan khas yang menuntut banyak potensi pendukung dan prosedur

kerja tertentu. Potensi pendukung akan mencakup aspek diri dan nondiri yang ada

pada pelaku kegiatan (pembaca). Prosedur kerja akan berkenaan dengan jenis dan

tataurutan aktivitas yang ditempuh oleh pelaku (pembaca) (Sunaryo 2005:18).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca ekspresif adalah

membaca dengan mengekspresikan teks atau “menghidupkan” teks.

2. Teori Cerita Fantasi

Membaca cerita fantasi adalah kegiatan membaca cerita fantasi, baik

berupa cerpen, dongeng, maupun fabel yang isinya harus berbicara tentang

kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi

mereka. Dalam cerita fantasi ini akan dibahas tentang pengertian cerita fantasi dan

unsur-unsur pembangun cerita fantasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

20

a. Pengertian Cerita Fantasi

Cerita adalah narasi pribadi setiap orang, dan setiap orang suka menjadi

bagian dari suatu peristiwa, bagian dari satu cerita, dan menjadi bagian dari

sebuah cerita adalah hakikat cerita (Sarumpaet 2002). Cerita fantasi adalah cerita

karangan yang memiliki alur normal namun bersifatimajinatif. Dalam cerita

fantasi jalan cerita terkesan dilebih-lebihkan yang jika dipikirkan oleh logika tidak

akan terjadi di dunia nyata.

Cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang penting untuk

melatih kreativitas. Berfantasi secara aktif dapat melatih kreativitas. Contoh Cerita

Fantasi : Harry Potter Alwi (dalam KBBI 2002: 210) cerita adalah tuturan yang

membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb). Forster

(dalam Nurgiyantoro 2007:91) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai

kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Seperti halnya Foster,

Abrams (dalam Nurgiantoro 2007:91) juga memberikan pengertian cerita sebagai

urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu.

Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan

dapat kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang

dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita

adalah salah satu bentuk karya sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh

orang yang tidak dapat membaca.

Menurut Sarumpaet (2003), sastra anak, termasuk di dalamnya cerita

fantasi adalah cerita yang ditulis untuk anak, yang berbicara mengenai kehidupan

anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak, dan tulisan itu hanyalah dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

21

dinikmati oleh anak dengan bantuan dan arahan orang dewasa. Cerita fantasi

adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat

wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, tetapi tidak ruwet sehingga

komuniktif.

Di samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-

anak dan keberadaan jiwa serta sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak

yang digemari. Dengan kata lain, cerita fantasi harus berbicara tentang kehidupan

anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.

Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak

berbeda dari struktur fiksi orang dewasa. Dengan demikian, organisasi cerita

anak-anak harus ditopang sejumlah pilar yang menjadi landasan terbinanya

sebuah bangunan cerita.

Secara sederhana sebenarnya cerita dimulai dari tema. Rancangan

bangunan cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi oleh lima pilar

sebagai berikut.

1. Amanat

Amanat yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Tetapi amanat ini harus dijalin secara menarik, sehingga

anak-anak tidak merasa membaca wejangan moral atau khotbah

agama. Pembaca dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan

menghibur, dan dari bacaan itu anak-anak (atau orang tua mereka)

dapat membangun pengertian dan menarik kesimpulan tentang

pesan apa yang hendak disampaikan pengarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

22

2. Penokohan Secara umum tokoh dapat dibagi menjadi dua, yaitu

tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis)

Tokoh utama ini biasanya disertai tokoh-tokoh sampingan

yang umumnya ikut serta dan menjadi bagian kesatuan cerita.

Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi paling

istimewa jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan.

Kondisi fisik maupun karakternya digambarkan secara lengkap,

sebagaimana manusia sehari-hari.

Di samping itu, sering pula dihadirkan tokoh datar, yaitu

tokoh yang ditampilkan secara satu sisi (baik atau jahat) sehingga

dapat melahirkan tanggapan memuja atau membenci dari para

pembaca. Penokohan seharusnya memperlihatkan perkembangan

karakter tokoh.

3. Peristiwa terbina dan dilema yang muncul di dalam alur harus

mampu membawa perubahan dan perkembangan pada tokoh

sehingga lahir identifikasi pembaca pada tokoh yang muncul

sebagai hero atau sebagai antagonis yang dibenci.

4. Latar

Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat dibangun dengan

menarik jika penempatan latar waktu dan latar tempatnya

dilakukan secara tepat, karena latar berhubungan dengan tokoh dan

tokoh berkaitan erat dengan karakter. Bangunan latar yang baik

menunjukkan bahwa cerita tertentu tidak dapat dipindahkan ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

23

kawasan lain, karena latarnya tidak dapat dipindahkan ke kawasan

lain, karena latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-

peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja.

Dengan kata lain, latar menunjukkan keunikan tersendiri dalam

rangkaian kisah sehingga mampu membangun penokohan spesifik

dengan sifat-sifat tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu

itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh dan

menghidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur

menjadikan cerita spesifik dan unik.

5. Alur

Alur menuntut keterampilan utama pengarang untuk

menarik minat pembaca. Dengan sederhana alur dapat dikatakan

sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Alur dapat

dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara kronologis.

Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama lain hingga

cerita berakhir.

Alur juga dapat dibangun episodik, di mana cerita diikat

oleh episode-episode tertentu, setiap episode ditemukan gawatan,

klimaks, dan leraian. Khususnya pada cerita-cerita panjang, alur

episodik ini dapat memberikan pikatan karena keingintahuan

pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal misterius yang mungkin

terjadi pada bab-bab selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

24

6. Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau alur maju

(foreshadowing)

Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi

pada masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini.

7. Sementara foreshadowing merupakan wujud ancang-ancang untuk

menerimaperistiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi.

8. Gaya

Gaya menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional

dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang

dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang

enak dibaca, ungkapan yang baru dan hidup, suspence yang

menyimpan kerahasiaan, pemecahan persoalan yang rumit tetapi

penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa

kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang

membuat pembaca terpesona. Gaya adalah salah satu kunci yang

menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pada hakikatnya cerita

fantasi adalah cerita sederhana yang kompleks dan berbicara tentang kehidupan

anak-anak dengan segala aspek yang mempengaruhi mereka.

b. Unsur Intrinsik Cerita Fantasi

Sebuah teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah

sebuah kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

25

dapat dibedakan ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik cerita

fantasi adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam,

menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur-

unsur tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Tokoh

Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan

perjalanaan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai

pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.

2. Alur Cerita

Istilah yang biasa dipergunakan untuk menyebut alur

adalah alur cerita, plot, jalan cerita. Dalam kaitannya dengan

sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti

peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks,

serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan

masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu

digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita

yang padu dan menarik.

3. Latar

Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu

berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

26

dalam cerita fiksi. Latar menunjuk pada tempat, yaitu lokasi di

mana cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial-budaya, keadaan

kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi.

4. Tema

Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan

yang mengikat cerita (Lukens dalam Nurgiantoro 2005:260),

mengikat berbagai unsur intrinsik yang membangun cerita

sehingga tampil sebagai sebuah kesatupaduan yang harmonis.

Tema sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama atau makna

utam cerita.

5. Moral

Moral atau amanat dapat dipahami sebagai sesuatu yang

ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan

dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi

kehidupan, dan mendidik.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) dapat dipahami sebagai cara

sebuah cerita dikisahkan. Abrams (dalam Nurgiantoro 2005:269)

mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan penampilan

tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

27

cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca. Secara lebih

konkret sudut pandang adalah “siapa yang melihat, siapa yang

berbicara”, atau “ dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan”.

7. Stile dan Nada

Bahasa yang dipergunakan dalam teks-teks sastra dapat

dipandang sebagai representasi sebuah stile, yaitu stile

penulisannya. Stile pada hakikatnya adalah cara pengekspresian

jatidiri seseorang karena setiap orang akan mempunyai cara-cara

tersendiri yang berbeda dengan orang lain.

3. Menceritakan Kembali

Cerita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai : sebuah

tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa secarapanjang lebar,

karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa, suatu lakon

yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara film dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian pengertian tersebut, dapat dimengerti bahwa cerita itu

merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau gambaran atau deskripsi dari suatu

peristiwa atau kejadian.

Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini menunjukkan bahwa

cerita disusun atau dibuat oleh seseorang. Karangan tersebut bisa disajikan secara

tertulis ataupun secara lisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

28

Menurut Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni

sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka

cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa

menimbulkan kesenangan baik padaanak-anak maupun orang dewasa. Cerita

merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya

suatu peristiwa.

Bercerita hampir sama pengertiannya dengan menceritakan kembali.

Bercerita dan menceritakan kembali sama-sama mempunyai arti menuturkan

cerita. Bercerita menurut Hidayat dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu

yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang

sungguh-sungguh terjadi ataupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai

menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Menurut Abdul Majid (dalam Harjasujana 1988:9), bercerita berarti

menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka.

Dari batasan yang dikemukakan ini menunjukkan paling tidak ada tiga komponen

dalam bercerita, yaitu:

1. pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita

dapat disampaikan secara tertulis atau lisan,

2. cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang

sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis

oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

29

3. penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak

ceritra yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun

membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.

a. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali

Menceritakan kembali adalah sebuah skill. Tidak semua orang memiliki

keterampilan menceritakan sebuah peristiwa dengan runtut dan detail. Sebagian

di antara peserta didik menceritakan dengan alur yang melompat atau kadangkala

peserta didik sering menggunakan kata “pokoknya”. Kegiatan menceritakan

kembali bukan hanya mengasah keterampilan berbahasa peserta didik, tetapi juga

mengasah peserta didik untuk fokus “menyadari” apa yang dilihat/dialami peserta

didik. Disamping itu, menceritakan kembali juga melatih peserta didik untuk

berlogika: membangun urutan kejadian dan korelasi antar kejadian. Menurut

Majid (2001: 30-62), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pencerita atau

pendongeng adalah seperti berikut ini.

1. Pemilihan cerita

Pencerita hendaknya memilih cerita yang sangat ia kuasai dan

suasana audiens.

2. Tempat penyampaian cerita

Bercerita tidak harus dilakukan di ruang belajar. Bisa saja

dilakukan di luar ruangan atau tempat lain yang dipandang pantas.

3. Posisi duduk dalam bercerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

30

Sebelum cerita dimulai, pendengar harus dalam posisi duduk santai

tetapi terkendali. Posisi duduk pencerita juga harus diperhatikan

agar tidak terkesan monoton dan dapat menarik perhatian

pendengar.

4. Bahasa cerita

Bahasa cerita yang digunakan seorang pencerita hendaknya

menggunakan bahasa yang dekat dengan bahasa pendengar.

5. Suara dalam membawakan cerita

Tinggi rendahnya nada suara yang digunakan pencerita disesuaikan

pada situasi dan kondisi yang ada pada alur cerita dan

menyesuaikan plot yang terjadi dalam cerita. Intonasinya pun harus

diperhatikan agar cerita enak didengarkan. Kenyaringan suara

harus bisa terdengar oleh seluruh pendengar dari segala penjuru

6. Membuat tokoh cerita berperan sesuai aslinya.

Pencerita dalam memerankan cerita perlu memperhatikan tokoh

yang diceritakan

7. Memperhatikan reaksi sikap emosional

Dalam penceritaan, pencerita diharapkan mampu membawa emosi

pendengar ke dalam cerita, misalnya saat peristiwa yang

memilukan pendengar dapat meneteskan air mata.

8. Menirukan suara

Menirukan suara merupakan salah satu keahlian pencerita. Di sini

pencerita diharapkan mampu membedakan suara masing-masing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

31

tokoh, misalnya orang baik biasanya bersuara halus dan lembut

begiu juga sebaliknya.

9. Mendengarkan emosi pendengar

Apabila ada pendengar yang kurang memperhatikan hendaknya

didekati dan dapat dijadikan sebagai contoh dalam ceritanya.

b. Pengertian Menceritakan Kembali

Menceritakan kembali atau melanjutkan cerita terkandung pengertian

bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran melanjutkan cerita

maka akan meningkat ke pembelajaran menceritakan kembali. Di dalam

pembelajaran ini peserta didik mulai belajar mandiri merangkai kata-kata sendiri

meskipun sederhana. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 210),

dinyatakan bahwa menmenceritakan kembali berarti menuturkan cerita kembali.

Menceritakan kembali merupakan kegiatan mengujarkan kembali cerita yang

telah dibaca. Kegiatan bercerita merupakan umpan balik akan memberikan

gambaran tentang segala sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah

mendengar cerita. Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang

menggambarkan perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah dilaluinya.

Penceritaan yang disajikan oleh anak bertujuan untuk mengungkapkan

keterampilan dan keterampilan anak bercerita. Menceritakan kembali merupakan

kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita. Ada

tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali

cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

32

lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil mengekspresikan

perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif. Hal tersebut diungkapkan pula

oleh Keraf (1994, hlm. 136), menceritakan kembali bertujuan untuk mengunggah

pikiran para pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Menceritakan

kembali merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan informasi

mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Runtutan kejadian atau peristiwa yang

disajikan itu dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan atau pengertian

pembaca.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menceritakan

kembali yaitu kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak dari proses

penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang

lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita

yang telah didengar, peran guru memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis

dan dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik.

c. Langkah-Langkah Menceritakan Kembali

Bahasa merupakan lambang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan sikap manusia dengan cara menggunakan lisan, tulisan,

isyarat bilangan, ekspresi muka, dan seni. Cerita juga merupakan sarana

menyampaikan ide atau pesan melalui serangkaian penataan yang baik diterima

dan memberi dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran. Menceritakan

kembali sebuah cerita tentunya ada beberapa langkah yang harus diperhatikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

33

Ada beberapa petunjuk untuk menceritakan kembali sebuah cerita, yaitu

diantaranya:

a) Pilihlah topik cerita yang punya nilai.

b) Tulislah peristiwa dalam urutan dan kaitan yang jelas.

c) Selipkan dialog jika mungkin perlu.

d) Pilihlah detail cerita secara teliti.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

menceritakan kembali, pembaca harus benar-benar memperhatikan detail cerita

dengan baik.

Hal ini dilakukan agar memudahkan seseorang menangkap isi dan hal-hal

apa saja yang terdapat dalam sebuah cerita. Dikemukakan bahwa ada beberapa

teknik menceritakan kembali sebuah teks, yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan informasi yang berlebihan.

2. Mengkombinasikan informasi.

3. Menyeleksi topik kalimat.

4. Membuat ikhtisar.

5. Mengingat hal menarik dari bacaan.

Kegiatan menceritakan kembali membantu anak menciptkan struktur

ingatan narasi yang akan memungkinkan anak untuk mengganti, menggunakan,

dan mengelaborasikan elemen narasi utama cerita lagi dan lagi untuk kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

34

mereka. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam menceritakan kembali

yang harus diperhatikan:

Bedahlah teks terlebih dahulu, langkah ini dimaksudkan sebagai upaya

untuk memahami unsur pembangun cerita yang harus sampai kepada pendengar

atau pembaca.

1. Mengetahui unsur instrinsik yang terdapat pada cerita, seperti tema,

amanat, alur, perwatakan, latar belakang dan sudut pandang.

2. Berpedoman pada catatan gagasan pokok atau mencatat gagasan

pokok cerita.

3. Mengetahui kerangka cerita atau kerangka teks.

4. Menceritakan kembali isi teks dengan menggunakan bahasa

sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah-

langkah menceritakan kembali merupakan kegiatan yang memungkinkan anak

untuk menciptakan dan membangun cerita sesuai dengan kaidahnya. Sehingga,

akan dengan mudah mengembangkan pokok cerita menjadi sebuah informasi yang

menarik.

4. Teknik Loci

Teknik loci merupakan teknik mengingat yang mula-mula digunakan

untuk mengingat bahan pidato yang akan disampaikan. Modifikasi dari teknik ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

35

dalam membaca adalah mengingat-ingat bahan bacaan yang akan disampaikan

oleh pembaca (Haryadi 2007:137).

Loci berarti lokasi alat mnemonik (yang membantu ingatan; menghafal)

yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-tempat atau benda-benda di

lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin anda ingat. Ingatan merupakan

suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada

dasarnya ingatan adalah sesuatu yang berbentuk jati diri manusia yang

membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia

keterampilan masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan

kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam

saluran indrawidan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik

diseluruh bagian otak.

Keterampilan kita mengingat sesuatu sesungguhnya luar biasa, tetapi

mungkin terdapat beberapa faktor yang membuat proses itu terganggu.

Faktor yang mempengaruhi keterampilan kita dalam mengingat sesuatu

adalah seberapa besar minat kita terhadap informasi yang ingin diingat, kemudian

tidak konsentrasi dalam mengingat, serta kondisi psikologis.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi peserta belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal inidisebabkan oleh tiga faktor yang

berpengaruh yaitu faktor peserta didik, faktor teknik yang digunakan oleh guru,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

36

dan faktor lingkungan sekolah. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dan

harus segera dicari jalan keluarnya adalah faktor teknik yang digunakan oleh guru.

Selama ini, dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi,

teknik yang digunakan masih konvensional dan kurang bervariasi. Ceramah

menjadi pilihan utama dalam setiap pembelajaran sehingga terkesan monoton.

Hal ini menyebabkan peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran

tersebut. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menghadirkan teknik

loci yang menarik minat peserta didik untuk berlatih menceritakan kembali cerita

fantasi, sehingga keterampilan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita

fantasi meningkat. Penulis sebagai guru akan berperan sebagai pembaharu.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, disusun sebuah hipotesis tindakan dari

penelitian yang dilakukan yaitu pembelajaran cerita fantasi dengan teknik loci

dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi serta dapat

mengubah sikap peserta didik menjadi lebih positif pada peserta didik.

Pratindakan Siklus I Siklus II

P : Perencanaan

R : Refleksi

T : Tindakan

RP : Revisi perencanaan

O : Observasi

P : Perencanaan

R : Refleksi

T : Tindakan

RP : Revisi perencanaan

P : Perencanaan

R : Refleksi

T : Tindakan

RP : Revisi perencanaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

artinya bentuk penelitian yang bersifat reflektif dan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran secara

professional (Arikunto, dkk 2007:2-5). Desain penelitian tindakan kelas dengan

teknik Kemmis merupakan model yang tidak terlalu sulit dilakukan.Teknik

kemmis adalah sistem spiral refleksi diri yang terdiri dari empat tahapan. Model

ini terdiri atas empat tahapan, yaitu :

1. Perencanaan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan dan perubahan sebagai solusi. Dalam penelitian ini,

rencana berupa pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi.

Dalam penelitian ini perencanaan kegiatan dilaksanakan pada

semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Xaverius 1 Jambi.

2. Tindakan, yaitu tindakan apa yang dilakukan guru sebagai upaya

memperbaiki, meningkatkan atau perubahan sebagai solusi.

Maksudnya adalah melakukan perbaikan terhadap peserta didik

dalam membacakan cerita fantasi. Kegiatan Tindakan dilaksanakan

pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Xaverius 1

Jambi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

38

3. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan oleh peserta didik. Kesalahan peserta

didik, kesulitan yang dihadapi peserta didik, tanggapan peserta

didik menjadi pertimbangan untuk siklus selanjutnya. Kegiatan

Observasi dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020

di SMP Xaverius 1 Jambi.

4. Refleksi, yaitu suatu kegiatan yang mempertimbangkan dampak

dari tindakansehinggadapat memperbaikinya apabila ada

kesalahan-kesalahan.

(Arikunto, dkk 2007 16-22).

Kegiatan refleksi dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran

2019/2020di SMP Xaverius 1 Jambi.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Jika dalam siklus

pertama muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, maka akan

dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta dilakukan

refleksi ulang untuk siklus kedua. Tiap-tiap siklus memiliki tujuan yang berbeda.

Siklus I bertujuan mengetahui keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi

peserta didik. Dari siklus I dijadikan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan

pada siklus II. Tujuan siklus II sendiri adalah untuk meningkatkan keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta didik dengan teknik loci dan

perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang

didasarkan pada refleksi siklus I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

39

Siklus I Siklus II

Keterangan:

P : Perencanaan R : Refleksi

T : Tindakan RP : Revisi perencanaan

O : Observasi

1. Proses Tindakan Siklus I

Proses tindakan siklus I merupakan tindakan awal penelitian. Hasil siklus I

dipakai sebagai refleksi melakukan siklus II. Siklus I terdiri atas empat tahap yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tiap-tiap tahap diuraikan

sebagai berikut.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-

langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang

dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi adalah

rendahnya keterampilan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi

yang masih menggunakan teknik yang konvensional. Upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan berusaha memanfaatkan teknik

Pratindakan

P

T

O

R

RP

R

O

T

P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

40

pembelajaran sebagai bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini, peneliti mencoba menerapkan teknik loci.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah

1. menyusun rencana pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci,

2. membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman

observasi untuk mengetahui bagaimana perilaku peserta didik

ketika dilakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

dengan menggunakan teknik loci, lembar wawancara, lembar

jurnal, dan dokumentasi untuk memperoleh data nontes, dan

3. menyiapkan pedoman penskoran dan penilaian.

b. Tindakan

Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya

perbaikan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta didik.

Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan menggunakan teknik

loci.

Setiap pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap

pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup. Proses pembelajaran pada

sislus I ini dilakukan selama dua kali pertemuan.

Pertemuan pertama, pada tahap pendahuluan dilakukan langkah-langkah

berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

41

1. guru mengkondisikan peserta didik untuk siap mengikuti pelajaran,

2. Guru memberikanapersepsi tentang cerita fantasi. Tahap

selanjutnya adalah pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan, guru melakukan pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci. Langkah-langkah yang dilakukan guru antara

lain:

1. peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul

“Sakinah dan Anaknya”,

2. peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita fantasi

tentang penokohan, alur, dan latar cerita fantasi yang dibaca,

3. secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang

menarik dan tidak menarikdengan alasan logis,

4. peserta didik menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain

menanggapi.

Sebagai penutup guru bersama-sama dengan peserta didik merefleksi

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Guru

memberitugas rumah agar peserta didik berlatih menceritakan kembali cerita

fantasi yang dibaca di rumah.

Pertemuan kedua, tahap pendahuluan dimulai dengan

1. guru dan peserta didik bertanya jawab tentang cerita fantasi yang

dibaca sebelumnya,

2. peserta didik berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

42

Tahap pelaksanaannya,

1. Guru menjelaskan tentang kriteria menceritakan kembali cerita

fantasi yang baik,

2. Guru membimbing peserta didik untuk berlatih vokal secara

bersama-sama,

3. Peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul

“Putri Kelingking Raja”,

4. Peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita anak tentang

penokohan, alur, dan latar cerita anak yang dibaca,

5. Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang

menarik dan tidak menarik dengan alasan logis,

6. Peserta didik secara individu menceritakan kembali isi cerita di

hadapan kelompoknya,

7. Beberapa peserta didik lain menilai peserta didik yang tampil di

kelompoknya, guru mengamati tiap-tiap kelompok,

8. Beberapa peserta didik yang terbaik dari kelompoknya

menceritakan kembali di depan kelas, peserta didik lain

menanggapi.

9. Tahap penutup dilakukan dengan

10. Peserta didik dan guru menyimpulkan cara menceritakan kembali

cerita fantasi secara kronologis,

11. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

43

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang

penerapan teknik loci selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi berlangsung. Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat

keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik. Pengambilan data

nontes dilakukan untuk melihat perubahan perilaku peserta didik selama

mengikuti pembelajaran dan respon peserta didik terhadap pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Aspek-aspek yang dinilai

dalam pengamatan meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pembelajaran

seperti kesungguhan peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang cerita

fantasi dan latihan vokal.

d. Refleksi

Refleksi adalah mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan

revisi terhadap rencana awal siklus II. Setelah putaran tindakan, peneliti

melakukan analisis terhadap hasil observasi, hasil wawancara dan jurnal. Hasil

observasi ini menunjukkan jumlah peserta didik yang telah mengikuti kegiatan

belajar mengajar (KBM) dengan baik dan yang masih melakukan penyimpangan.

Dengan adanya refleksi ini peneliti dapat langsung memperbaiki kesalahan-

kesalahan peserta didik. Untuk mengetahui tanggapan peserta didik mengenai

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi denganteknik loci, peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

44

Hasil wawancara tersebut untuk mengetahui pemahaman peserta didik

terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik yang

telah digunakan dan alasan-alasan yang dikemukakan peserta didik. Dengan

lembar wawancara tersebut, peneliti akan mengetahui peserta didik-peserta didik

yang mengalami kesulitan dan penyebab kesulitannya, agar segera dapat

melakukan penanganan. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui pesan dan

kesan terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi melalui jurnal

yang dibuat untuk peserta didik. Tiap-tiap kendala dari peserta didik, guru, materi,

teknik atau yang lain perlu segera ditangani agar dapat memperbaiki kelemahan-

kelemahan pada tindakan berikut.

2.Proses Tindakan Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan

untuk memperbaiki rencana pada tindakan yang telah dilaksanakan. Langkah-

langkah pada siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada siklus I.

Perbedaannya hanya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan

pada tindakan siklus berikutnya.

a. Perencanaan

Mengacu pada hasil refleksi siklus I, peneliti mempersiapkan hal-hal yang

dilaksanakan pada siklus II. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan di

antaranya sebagai berikut.

1. Menyusun perbaikan rencana pembelajaranmenceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

45

2. Menyiapkan lembar wawancara, lembar observasi, lembar jurnal,

dan pedoman penilaian proses untuk memperoleh data nontes pada

siklus II, dan

3. Menyiapkan perangkat tes menceritakan kembali cerita fantasi

yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.

b. Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang

telah dibuat dengan memperbaiki siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II

adalah

1. memberi umpan balik berupa pertanyaan mengenai pertemuan pada

siklus I,

2. melaksanakan proses pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci,

3. memotivasi peserta didik agar berpartisipasi lebih aktif pada saat

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dan,

4. guru memberikan penguatan dan memberikan penghargaan bagi

peserta didik yang aktif dalam pembelajaran. Berbeda dengan

siklus I, pada siklus II peneliti hanya melakukan satu kali

pertemuan.

5. Pada siklus II, materi pelajaran yang disampaikan masih sama

dengan siklus I, yaitu menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci. Pembelajaran dimulai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

46

6. guru mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran,

7. guru memberikan apersepsi tentang manfaat membaca cerita

fantasi,

8. guru memberitahukan letak kesalahan–kesalahan peserta didik

dalam menceritakan kembali cerita anak pada siklus sebelumnya.

Tahap pelaksanaan dimulai dengan

1. peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul

“Tiga Ekor Kambing”,

2. peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita fantasi

tentang penokohan, alur, dan latar cerita fantasi yang dibaca,

3. secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang

menarik dan tidak menarik dengan alasan logis,

4. peserta didik menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain

menanggapi,

5. peserta didik satu per satu menceritakan kembali cerita fantasi yang

dibaca ke depan kelas.

Kemudian tahap penutup dilakukan dengan

1. Guru mengadakan evaluasi, dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan,

2. peserta didik dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran,

3. guru membantu peserta didik merefleksi pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

47

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang

penerapan teknik loci selama pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

dengan teknik loci pada siklus II berlangsung.

Proses pengambilan data tes masih digunakan untuk melihat keterampilan

menceritakan kembali cerita anak pada peserta didik dengan intonasi, pelafalan,

kelancaran, mimik, gesture yang tepat.

Pengambilan data nontes dilakukan untuk melihat perubahan perilaku

peserta didik selama mengikuti pembelajaran dan respon peserta didik terhadap

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II ini untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik

pada siklus II. Evaluasi ini untuk menentukan tingkat kemajuan yang telah dicapai

oleh peserta didik selama proses pembelajaran.

Refleksi pada siklus ini juga dilakukan untuk mencari kelemahan-

kelemahan yang muncul pada peserta didik selama proses pembelajaran.

Kemajuan yang dicapai pada siklus II merupakan peningkatan nilai menceritakan

kembali cerita fantasi dan perubahan perilaku peserta didik dari negatif menjadi

positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

48

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII. Kompetensi dasar

yang harus dicapai peserta didik setingkat SMP/MTs pada Kurikulum 2013 salah

satunya adalah menceritakan kembali cerita fantasi yang dibaca. Alasan dipilihnya

kelas VII G sebagai subjek penelitian karena hasil menceritakan kembali cerita

fantasi mereka kurang memuaskan. Hal ini disebabkan pembelajaran yang

dilakukan guru masih konvensional dan kurang bervariasi. Pembelajaran yang

dilakukan selama ini terkesan monoton sehingga peserta didik merasa jenuh dan

bosan. Selain itu peserta didik kelas VII G lebih senang belajar eksak daripada

belajar membaca sastra.

C.Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi

Menceritakan kembali cerita fantasi merupakan salah satu apresiasi peserta

didik terhadap karya sastra yang diwujudkan melalui keterampilan membaca.

Dalam penelitian ini, peserta didik dikatakan berhasil apabila total skor rata-rata

kelas mencapai 75, sesuai dengan patokan nilai ketuntasan belajar yang diterapkan

dalam Kurikulum 2013. Penggunaan Teknik loci Pembelajaran menceritakan

kembali cerita anak dengan teknik loci dilakukan dengan cara mengingat isi

bacaan kemudian menceritakan kembali isi bacaan yang dibaca.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes

dan nontes. Soal test digunakan untuk mengungkapkan data tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

49

keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi. Soal nontes yaitu lembar

observasi, lembar jurnal, dan lembar wawancara. Dokumentasi foto digunakan

untuk mengungkapkan perubahan perilaku peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran menceritakan kembali cerita anak.

1. Instrumen Tes

Penilaian adalah kegiatan yang digunakan untuk mengukur tingkat

pencapaian peserta didik dalam belajar yang diperoleh dari penerapan program

pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (Persivar 1998:95). Hasil

penilaian peserta didik dalam belajar hanya salah satu dari cakupan faktor yang

diperoleh melalui proses pembelajaran.

Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi adalah penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian dengan sistem

ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan hasil yang lebih

berkualitas. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil

(Mulyasa 2006:102). Penilaian dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil

dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% pesrta didik terlibat

secara aktif baik fisik, mental, atau sosial dalam proses pembelajaran, di samping

itu menunjukkan semangat yang tinggi dan rasa percaya diri pada diri sendiri.

Penilaian dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi

perubahan sikap positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya

75%. Lebih lanjut pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas tinggi apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

50

masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, sesuai

dengan kebutuhan/perkembangan masyarakat dan pembangunan.

Penilaian proses dilakukan dengan menilai sikap dan respon peserta didik

pada saat pembelajaran berlangsung,yang dapat diambil melalui data observasi,

jurnal dan wawancara. Penilaian hasil diambil dari hasil menceritakan kembali

cerita fantasipeserta didik dengan menitikberatkan pada aspek kesesuaian isi,

bahasa, pelafalan/intonasi, gerak/mimik.

Bentuk instrumen penelitian yang berupa tes digunakan untuk

mengungkapkan data keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi. Bentuk

instrumen penelitian yang berupa tes adalah tes membaca. Hasil akhir tes diambil

berdasarkan jumlah skor tiap aspek.

Aspek yang dinilai dalam tes menceritakan kembali cerita fantasi adalah

kesesuaian isi, bahasa, pelafalan/intonasi, gerak/mimik. Soal tes berupa siswa

diminta untuk menceritakan kembali cerita yang sudah didengar dengan

memperhatikan aspek menyebutkan nama tokoh, menjelaskan watak tiap tokoh,

menjelaskan latar cerita, mengungkapkan alur, mengungkapkan hal yang menarik

dari cerita, kesesuaian isi, bahasa, pelafalan/intonasi dan gerak/ mimik. Setiap

unsur jawaban siswa tersebut merupakan aspek penilaian yang diperhatikan oleh

peneliti.

2. Instrumen Nontes

Bentuk instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku

peserta didik, sikap peserta didik dalam pembelajaran, serta tanggapan peserta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

51

didik mengenai pembelajaran yang telah dilakukan selama mengikuti

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Bentuk

instrumen nontes dalam penelitian ini terdiri atas pedoman observasi, jurnal,

wawancara, dan dokumentasi.

3. Pedoman Observasi

Tujuan utama pembuatan lembar observasi adalah untuk memperoleh data

mengenai perubahan perilaku peserta didik selama mengikuti pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Subjek sasaran yang

diamati dalam observasi difokuskan pada perilaku positif dan perilaku negatif

yang muncul saat berlangsungnya penelitian pada siklus I dan siklus II. Pedoman

observasi juga digunakan untuk mengamati tingkah laku, respon, dan sikap

peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati dalam

observasi meliputi

1. keantusiasan peserta didik dalam mendengarkan penjelasan guru,

2. keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru,

3. perhatian peserta didik terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu

teknik loci,

4. kesungguhan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita

fantasi,

5. keberanian peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi

di depan kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

52

4. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dari peserta

didik mengenai pembelajaran cerita fantasi. Wawancara ditujukan pada peserta

didik yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah. Untuk melakukan

wawancara pada peserta didik yang telah dipilih tersebut dilakukan di luar jam

pelajaran, hal itu dimaksudkan agar peserta didik yang diwawancarai merasa

nyaman. Untuk mempermudah wawancara peneliti berpedoman pada

membacakan lembar wawancara yang sudah dipersiapkan. Pedoman wawancara

yang dilakukan pada siklus I dan siklus II mengenai (1) bagaiamanakah tanggapan

peserta didik mengenai teknik yang digunakan oleh guru, (2) apakah kesulitan

yang dialami peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi, (3)

bagaimanakah kesan peserta didik terhadap pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci.

5. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi

foto. Pengambilan data dengan dokumentasi foto digunakan dengan tujuan

memperoleh gambaran secara visual tentang pembelajaran yang dilakukan.

Pengambilan data dengan dokumentasi foto ini difokuskan pada semua aktivitas

yang dilakukan peserta didik pada pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

53

6. Kriteria Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita Fantasi

Penilaian kompetensi menceritakan kembali cerita fantasi ini didasarkan

pada keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi yang terdapat dalam

kompetensi dasar menceritakan kembali cerita fanatasi yang dibaca yang harus

dicapai siswa. Penilaian ini terdiri atas komponen-komponen menceritakan

kembali cerita fantasi dengan menyebutkan nama tokoh, menjelaskan watak

tokoh, menjelaskan latar cerita, mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,

kesesuaian isi, bahasa yang baik, pelafalan/intonasi, dan gerak/mimik yang tidak

berlebihan. Penilaian tiap aspek tersebut disusun dengan skor 1 sampai dengan 5

berdasarkan kategorinya masing-masing,l dengan tiap aspek memiliki nilai

terendah 20 dan nilai tertinggi 100, jadi skor 1 berniali 20, skor 2 bernilai 40, skor

3 bernilai 60, skor 4 bernilai 80, skor 5 bernilai 100. Rubrik penilaian kompetensi

menceritakan kembali cerita anak dengan teknik lociterlampir.

Peserta didik dikatakanmencapai nilai minimal ketuntasan belajar jika nilai

akhir interval 68-83 maka peserta didik tersebut dikategorikan dalam

keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi sudah baik.

Sebelum instrumen penelitian ini digunakan maka dilakukan uji validitasnya.

Pengujian itu bermaksud agar hasil yang dicapai nanti merupakan hasil yang dapat

diandalkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan alat pengumpulan data yang

berbentuk tes dan nontes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

54

1. Teknik Tes

Data tes dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes menceritakan kembali

cerita fantasi peserta didik pada setiap siklus. Hasil tes pada siklus pertama

dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang

ada kemudian peserta didik diberi pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus

kedua.

Tes keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi dilakukan sebanyak

satu kali pada setiap siklus. Tes ini merupakan tugas membacakan cerita fantasi.

2. Teknik Nontes

Data nontes pada penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, jurnal,

wawancara, dan dokumentasi. Masing-masing teknik diuraikan sebagai berikut.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh dua orang

(peneliti dan guru kelas/teman sejawat). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

jika peneliti lupa mencatat fenomena-fenomena yang muncul seperti yang terdapat

dalam lembar observasi. Guru kelas atau teman peneliti mengamati perilaku

peserta didik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Daftar perilaku

positif dan negatif pada saat pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

sudah tertulis dalam lembar observasi.

Adapun tahap observasi yang dilakukan yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

55

1. menyiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran

pengamatan tentang keaktifan peserta didik dalam mendengarkan

penjelasan guru, keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran, dan keaktifan peserta didik dalam mengerjakan

tugas,

2. melaksanakan observasi selama proses pembelajaran, yaitu mulai

dari penjelasan guru, proses belajar mengajar sampai dengan

peserta didik menceritakan kembali cerita fantasi, dan

3. mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang

telah disiapkan.

4. Dokumentasi

Untuk mengambil data dengan dokumentasi foto, peneliti meminta

bantuan kepada teman sejawat dengan sebelumnya peneliti memberi pedoman

pengambilan data melalui dokumentasi. Pengambilan data melalui dokumentasi

ini dilakukan setiap kali pertemuan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik

analisis data ini digunakan untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh

data dan perkembangan hasil penelitian. Uraian tentang teknik kuantitatif dan

kualitatif adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

56

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dengan

tujuan mengetahui peningkatan menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik

setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menceritakan kembali cerita

fantasi pada siklus I dan siklus II.

Analisis tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Merekap skor yang diperoleh peserta didik.

2) Menghitung skor komulatif dari seluruh aspek.

3) Menghitung skor rata-rata kelas.

4) Menghitung prosentase, dengan rumus.

Pedoman penilaian untuk hasil belajar siswa menggunakan standar penilaian

yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah khususnya SMP Xaverius 1 Jambi. SMP

Xaverius 1 Jambi menggunakan pedoman penilaian berdasarkan standar

kurikulum 2013 yang mencakup nilai batas kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai

75 – 83 mendapatkan skor nilai C, nilai 84 – 91 mendapatkan skor nilai B, 92 –

100 mendapatkan skor nilai A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

57

Rubrik Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali dengan Teknik Loci

NO Aspek Penilaian (Nilai) Skor Nilai NILAI

1 2 3 4 5

20 40 60 80 100

1 Menyebutkan nama tokoh

2 Menjelaskan watak tiap tokoh

3 Menjelaskan latar cerita

4 Mengungkapkan alur

5

Mengungkap hal yang menarik dari

cerita

6 Kesesuaian isi

7 Bahasa

8 Pelafalan/intonasi

9 Gerak/mimik

Jumlah

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data

kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu hasil observasi, jurnal, wawancara, dan

dokumentasi. Hasil data observasi akan diberi gambaran mengenai perubahan

perilaku peserta didik pada saat pembelajaran. Data jurnal digunakan untuk

mengetahui perilaku harian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Selanjutnya hasil

wawancara dianalisis dengan membaca kembali catatan hasil wawancara. Data

dokumentasi digunakan untuk melengkapi data penelitian dan dijadikan bukti

visual. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui peserta didik yang

mengalami kesulitan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci, dan

digunakan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri atas hasi tes dan nontes. Hasil penelitian tes

yang dipaparkan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi hasil pratindakan,

siklus I, dan siklus II. Hasil pratindakan yang dipaparkan merupakan hasil tes

keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi sebelum tindakan penelitian

dilakukan, sedangkan hasil tes tindakan siklus I, dan siklus II merupakan hasil tes

keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Adapun

hasil nontes yang diperoleh dari data observasi, jurnal, dan wawancara pada saat

berlangsungnya pembelajaran.

Hasil Tes Pratindakan

Hasil penelitian tes pratindakan adalah hasil keterampilan menceritakan

kembali cerita fantasi sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes

pratindakan berfungsi untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menceritakan

kembali cerita fantasi. Tes yang dilakukan adalah siswa mampu menceritakan

kembali cerita fantasi dengan kriteria penilaian sebagai berikut

1. menyebutkan nama tokoh,

2. menjelaskan watak tiap tokoh,

3. menjelaskan latar cerita,

4. mengungkapkan alur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

59

5. mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,

6. kesesuaian isi,

7. bahasa,

8. pelafalan/intonasi,

9. Gerak/mimik.

Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel.

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat

menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek

menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Hasil Tes Pratindakan Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2100

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 3 239 9,375 65,62

4 Kurang 40-74 29 1861 90,625 Kategori Kurang

Jumlah 32 2100 100%

Data tabel 1 pada bagian kategori dan skor nilai disesuaikan dengan

ketentuan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

60

pihak sekolah. Untuk kategori kurang dengan rentang nilai 40 -70 dicapai 29

siswa atau 90,62 %. Kategori cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa

atau 9,37 %, sedangkan kategori baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa

atau 0 %. Kategori amat baik dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0

%. Jadi rata-rata keterampilan peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi

dalam aspek menyebutkan nama tokoh pratindakan yaitu sebesar 62,62 atau dalam

kategori kurang.

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,

sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nilai pada aspek

menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Hasil Tes Pratindakan Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2118

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 3 238 9,375 66,18

4 Kurang 40-74 29 1880 90,625 Kategori Kurang

Jumlah 32 2118 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

61

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

menjelaskan watak tiap tokoh ada pada kategori kurang dengan rentang nilai 40 -

74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Untuk kategori cukup dengan rentang nilai 75 -

83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai

0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa

atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan peserta didik kelas VII G SMP XAVERIUS

1 JAMBI dalam menjelaskan watak tiap tokoh pratindakan yaitu sebesar 66,18

atau dalam kategori kurang.

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita

Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada

keterampilan siswa menyebut latar cerita pada cerita fantasi. Hasil perolehan nilai

aspek menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Hasil Tes Pratindakan Aspek Menjelaskan Latar Cerita

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2148

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 4 315 12,5 67,12

4 Kurang 40-74 28 1833 87,5 Kategori Kurang

Jumlah 32 2148 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

62

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 73-85 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan

rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi rata-rata keterampilan peserta

didik kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam menjelaskan latar cerita

pratindakan yaitu sebesar 67,12 atau dalam kategori kurang.

4. Aspek Mengungkapkan Alur

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan

alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari

tabel 4 berikut ini.

Tabel 4

Hasil Tes Pratindakan Aspek Mengungkapkan Alur

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2140

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 4 311 12,5 66,87

4 Kurang 40-74 28 1829 87,5 Kategori Kurang

Jumlah 32 2140 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

63

Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori baik sekali dengan

rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi rata-rata keterampilan siswa

kelas VIIG SMP Xaverius 1 Jambi dalam mengungkapkan alur cerita pratindakan

yaitu sebesar 66,87 atau dalam kategori kurang.

5. Aspek Mengungkapkan Hal Yang Menarik Dari Cerita

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita

dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil

perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari

cerita dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Hasil Tes Pratindakan Aspek Mengungkapkan Hal Yang Menarik

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2126

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 4 310 12,5 66,43

4 Kurang 40-74 28 1816 87,5 Kategori Kurang

Jumlah 32 2126 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

64

Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan

rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa

kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam mengungkapkan hal yang menarik

dari cerita pratindakan yaitu sebesar 66,43 kategori kurang.

6. Aspek Kesesuaian Isi

Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.

Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 6

berikut ini.

Tabel 6

Hasil Tes Pratindakan Aspek Kesesuaian Isi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2115

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 3 234 9,375 66,09

4 Kurang 40-74 29 1881 90,625 Kategori Kurang

Jumlah 32 2115 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

65

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori

cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam kesesuaian isi pratindakan

yaitu sebesar 66,09 kategori kurang.

7. Aspek Bahasa

Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan

nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7

Hasil Tes Pratindakan Bahasa

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2119

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 4 310 12,5 66,21

4 Kurang 40-74 28 1809 87,5 Kategori Kurang

Jumlah 32 2119 100%

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

66

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan

rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa

kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam bahasa pratindakan yaitu sebesar

66,21 kategori kurang.

8. Aspek Pelafalan/Intonasi

Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan

pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan

nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

Hasil Tes Pratindakan Pelafalan/ Intonasi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2111

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 3 234 9,375 65,96

4 Kurang 40-74 29 1877 90,625 Kategori Kurang

Jumlah 32 2111 100%

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori

cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

67

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam pelafalan / intonasi

pratindakan yaitu sebesar 65,96 kategori kurang.

9. Aspek Gerak/Mimik

Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan

kembali fantasi anak ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan

apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada

aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 9 berikut ini.

Tabel 9

Hasil Tes Pratindakan Gerak/ Mimik

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2129

2 Baik 84-91 0 0 0 32

3 Cukup 75-83 3 236 9,375 66,53

4 Kurang 40-74 29 1893 90,625 Kategori Kurang

Jumlah 32 2129 100%

Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori

cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

68

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam gerak/mimik yaitu sebesar

66,53 kategori kurang.

B. Refleksi Pratindakan

Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji,

melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Refleksi pada

pratindakan dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa selama

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi sebelum menggunakan teknik

loci dimulai. Dari hasil tes pratindakan yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat

bahwa keterampilan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak masih

tergolong dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya rendahnya

nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu hanya mencapai 61,30.

Adapun penyebab rendahnya nilai siswa dalam menceritakan kembali

cerita anak di antaranya dipengaruhi oleh teknik yang digunakan guru masih

tradisional sehingga siswa merasa jenuh dan bosan. Selain itu juga masih banyak

siswa yang enggan bertanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama berlatih

menceritakan kembali cerita fantasi sehingga pengetahuan peserta didik mengenai

menceritakan kembali cerita fantaasi sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk

memperbaiki kelemahan dan kekurangan siswa, peneliti melakukan tindakan

siklus I dengan menggunakan teknik loci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

69

Hasil Penelitian Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal

penelitian pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

Tindakan yang dilakukan pada siklus I merupakan upaya untuk memperbaiki dan

memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan. Hasil penelitian dalam

pembelajaran siklus ini merupakan hasil dari data tes dan data nontes.

Data tes diambil dari hasil menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci. Aspek penilaian pada siklus I meliputi

10. menyebutkan nama tokoh,

11. menjelaskan watak tiap tokoh,

12. menjelaskan latar cerita,

13. mengungkapkan alur,

14. mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,

15. kesesuaian isi,

16. bahasa,

17. pelafalan/intonasi,

18. Gerak/mimik.

Hasil penelitian kedua, data tersebut secara rinci dipaparkan sebagai berikut.

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

70

menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek

menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini.

Tabel 10

Hasil Tes Siklus I Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2488

2 Baik 84-91 3 256 9,375 32

3 Cukup 75-83 29 2232 90,625 77,75

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2488 100%

Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menyebutkan nama

tokoh pada siklus I yaitu sebesar 77,75 atau dalam kategori baik.

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

71

sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nalai pada aspek

menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 11 berikut ini.

Tabe 11

Hasil Tes Siklus I Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2490

2 Baik 84-91 3 255 9,375 32

3 Cukup 75-83 29 2235 90,625 77,81

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2490 100%

Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menjelaskan watak tiap

tokoh pada siklus I yaitu sebesar 77,81 atau dalam kategori baik.

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita

Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada

keterampilan peserta didik menyebut latar cerita pada cerita fantasi. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

72

perolehan nilai aspek menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 12 berikut

ini.

Tabel 12

Hasil Tes Siklus I Aspek Menjelaskan Latar Cerita

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2511

2 Baik 84-91 4 346 12,5 32

3 Cukup 75-83 28 2165 87,5 78,46

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2511 100%

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menjelaskan latar cerita

pada siklus I yaitu sebesar 78,46 atau dalam kategori baik.

4. Aspek Mengungkapkan Alur

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

73

alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari

tabel 13 berikut ini.

Tabel 13

Hasil Tes Siklus I Aspek Mengungkapkan Alur

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 2504

2 Baik 84-91 5 427 15,625 32

3 Cukup 75-83 27 2077 84,375 78,25

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2504 100%

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 27 siswa atau 84,37 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek mengungkapkan alur

pada siklus I yaitu sebesar 78,25 atau dalam kategori baik.

5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita

dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

74

keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil

perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari

cerita dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini.

Tabel 14

Hasil Tes Siklus I Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2500

2 Baik 84-91 4 342 12,5 32

3 Cukup 75-83 28 2158 87,5 78,12

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2500 100%

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek mengungkapkan hal

yang menarik dalam cerita pada siklus I yaitu sebesar 78,12 atau dalam kategori

baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

75

6. Aspek Kesesuaian Isi

Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.

Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 15

berikut ini.

Tabel 15

Hasil Tes Siklus I Aspek Kesesuaian Isi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2488

2 Baik 84-91 3 253 9,375 32

3 Cukup 75-83 29 2235 90,625 77,75

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2488 100%

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62%, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek kesesuaian isi pada

siklus I yaitu sebesar 77,75 atau dalam kategori baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

76

7. Aspek Bahasa

Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan

nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

Tabel 16

Hasil Tes Siklus I Aspek Bahasa

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2495

2 Baik 84-91 4 338 12,5 32

3 Cukup 75-83 28 2157 87,5 77,96

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2884 100%

Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek bahasa pada siklus I

yaitu sebesar 77,96 atau dalam kategori baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

77

8. Aspek Pelafalan/ Intonasi

Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan

pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan

nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17

Hasil Tes Siklus I Aspek Pelafalan/Intonasi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2478

2 Baik 84-91 4 343 12,5 32

3 Cukup 75-83 28 2135 87,5 77,43

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2478 100%

Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek pelafalan atau intonasi

pada siklus I yaitu sebesar 77,43 atau dalam kategori baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

78

9. Aspek Gerak/Mimik

Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan

apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada

aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 18 berikut ini.

Tabel 18

Hasil Tes Siklus I Aspek Gerak/ Mimik

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 0 0 0 2477

2 Baik 84-91 3 255 9,375 32

3 Cukup 75-83 29 2222 90,625 77,40

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik

Jumlah 32 2477 100%

Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori

baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan

siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek gerak / mimik pada

siklus I yaitu sebesar 77,40 atau dalam kategori baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

79

Hasil Nontes Siklus I

Data penelitian pada siklus I yang berupa data nontes ini diperoleh dari

hasil observasi yang dilakukan pada siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung, jurnal siswa dan jurnal guru, dan wawancara. Hasil penelitian nontes

siklus I diuraikan secara jelas pada paparan berikut.

Hasil Observasi Peserta didik Siklus I

Hasil nontes siklus I yang pertama yaitu hasil observasi yang dilakukan

oleh peneliti pada responden atau siswa. Observasi ini dilakukan pada waktu

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci di kelas VII

G SMP XAVERIUS 1 Jambi berlangsung. Penelitian nontes yang berupa

observasi dilakukan peneliti.

Aspek yang dinilai dalam observasi adalah (1) keantusiasan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan

guru, (3) perhatian siswa terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu teknik loci,

(4) kesungguhan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi, (5) keberanian

siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas.

Hasil Observasi Siklus I

No Aspek yang dinilai F %

1

2

Keantusiasan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru.

Keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru.

25

14

78,12

43, 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

80

3

4

5

Perhatian siswa terhadap teknik

yang disajikan guru, yaitu teknik

loci.

Kesungguhan siswa dalam

menceritakan kembali cerita anak.

Keberanian siswa dalam

menceritakan kembali cerita anak

di depan kelas.

19

15

17

59,37

46,87

53,12

Uraian tabel di atas merupakan hasil observasi yang dilakukan guru pada

responden

atau siswa.

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik

loci, sikap pesertadidik dapat diamati secara jelas oleh peneliti. Pada aspek

keantusiasan peserta dalam mendengarkan penjelasan guru dalam kategori cukup.

Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya siswa yang antusias mendengarkan

penjelasan guru yaitu 25 peserta didik atau 78,12 %.

Pada aspek keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaaan guru

dapat digolongkan kurang terbukti hanya 14 peserta didik saja atau 43,75 % yang

aktif menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini disebabkan karena siswa tidak

mengetahui secara jelas hal-hal yang berhubungan dengan cerita fantasi sehingga

siswa merasa takut salah apabila menjawab pertanyaan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

81

Penelitian nontes pada observasi aspek perhatian siswa terhadap teknik

yang disajikan oleh guru yaitu teknik loci, dapat dikategorikan cukup karena hasil

perolehan 59,37% atau hanya dicapai 19 peserta didik saja.

Aspek nomor 4 dan aspek nomor 5 pada dasarnya saling berkaitan. Malu

dan tidak punya keberanian untuk tampil di depan kelas menjadi kendala utama

dalam aspek ini bahkan untuk siswa yang tergolong dalam IQ menengah ke atas

pun memiliki keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas

yang kurang tentunya karena rasa malu mereka mengalahkan kelebihan mereka.

Kesungguhan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita anak dicapai 15

peserta didik atau 46,87 %, sedangkan keberanian peserta didik dalam

menceritakan kembali cerita anak di depan kelas dicapai 17 peserta didik atau

53,12%.

Observasi yang dilakukan, dikuatkan dengan adanya dokumentasi foto

pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini digunakan sebagai bukti

otentik dari kegiatan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci yang telah dilakukan.

Jurnal

Hasil penelitian nontes berupa jurnal diambil dari dua jenis yaitu jurnal

siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut sama-sama berisi tanggapan siswa

dan guru selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

82

a. Jurnal Siswa

Pada jurnal siswa, siswa diharapkan dapat mengungkapkan pendapat dan

tanggapanmengenai

1. kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasidengan teknik loci,

2. kesan siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali

ceritafantasi dengan teknik loci,

3. kesan siswa terhadap kerja kelompok dan diskusi dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci,

4. saran siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

agar lebih menyenangkan,

5. kesan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau

peneliti.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

siswa mengalami kesulitan pada waktu menceritakan kembali. Akan tetapi,

mereka lebih menyukai dan antusias terhadap teknik yang diberikan sehingga

terjadi peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta

didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi. Siswa begitu terkesan dan berharap teknik

loci dapat selalu digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi, sehingga dapat menjadi daya tarik dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

83

Kerja kelompok juga memudahkan mereka dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi. Mereka dengan cepat dapat menemukan

tokoh dan menjelaskan watak tiap tokoh dari cerita fantasi dan dapat bertukar

pikiran dalam menceritakan kembali cerita fantasi.

b. Jurnal Guru

Jurnal guru berisi tentang seluruh kejadian yang dirasakan guru

selamapembelajaran berlangsung. Adapaun hal-hal yang menjadi objek

sasaran jurnal guru adalah

1. bagaimanakah kesiapan siswa terhadap pembelajaran menceritakan

kembali cerita anak dengan teknik loci,

2. bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi,

3. bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci,

4. bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung cukup baik.

Sebagian siswa tertarik dan senang dengan teknik yang digunakan. Namun

demikian, ada sebagian siswa yang kurang bersemangat dan terlihat ragu dalam

menggunakan teknik loci. Keterkaitan dengan keaktifan siswa dalam diskusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

84

kelompok, bertanya dan berkomentar dapat dikatakan masih cukup, karena hanya

beberapa siswa saja yang aktif diskusi, bertanya, dan mengomentari.

Meski begitu, keaktifan siswa sudah menunjukkan adanya peningkatan

dari pratindakan yaitu siswa sudah mulai ada kemajuan untuk aktif, baik

berdikusi, bertanya maupun mengomentari teman yang menceritakan kembali

cerita fantasi. Namun demikian, ada sebagian siswa yang kurang suka dengan

sistem diskusi, hal ini ditunjukkan dengan bercerita sendiri ketika waktunya

berdiskusi dan mengomentari teman yang menceritakan kembali cerita fantasi.

Wawancara

Hasil nontes yang berupa wawancara dilakukan setelah selesai

pembelajaran siklus I dan setelah memperoleh nilai hasil tes siklus I. Peneliti

melakukan terhadap tiga siswa dengan kriteria satu siswa yang memperoleh nilai

tinggi, satu siswa yang memperoleh nilai sedang, dan satu siswa yang

memperoleh nilai rendah. Kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan tujuan

untuk mengetahui tanggapan atau respon yang diberikan siswa dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan di antaranya :

1. bagaimana tanggapan Anda mengenai teknik yang digunakan guru,

2. apakah kesulitan yang Anda alami dalam menceritakan kembali cerita

fantasi,

3. bagaimana kesan Anda terhadap pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

85

4. bagaimana kesan Anda dengan adanya diskusi kelompok,

5. bagaimana model pembelajaran yang Anda disukai.

Dari hasil wawancara dengan tiga siswa yang diwawancarai, mereka

mengaku teknik yang digunakan guru sangat menarik dan lebih menyenangkan.

Menurut mereka cara mengajar yang dilakukan peneliti lebih santai dan lebih

mudah dipahami.

Menurut siswa yang memperoleh nilai tinggi, mengungkapkan lebih

mudah menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Alasannya karena

peneliti membuat terobosan baru dalam pembelajaran sehinngga siswa lebih

bersemangat dan menyukai dalam pembelajran menceritakan kembali cerita

fantasi, walaupun ada kesulitan mengingat saat menceritakan kembali cerita

fantasi.Kerja kelompok juga memudahkan mereka dalam menentukan unsur

intrinsik dalam cerita fantasi yang akan diceritakan kembali serta mengomentari

teman yang menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas.

Menurut siswa yang mendapat nilai sedang, siswa mengaku mengalami

kemudahan dalam menceritakan kembali cerita fantasi, akan tetapi belum

terbiasanya tampil di depan kelas membuat siswa kesulitan untuk melafalkan dan

intonasi bacaan dengan benar.

Menurut siswa yang nilainya rendah, siswa mengalami kesulitan dalam

menceritakan kembali cerita fantasi, di antaranya adalah penggunaan teknik,

kesulitan dalam berbahasa, menyebutkan latar cerita, menyebutkan watak tiap

tokoh dan rasa malu tampil di depan kelas, sehingga intonasi dan mimik muka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

86

saat menceritakan kembali cerita fantasi tidak sesuai dengan suasana cerita

fantasi.

Refleksi siklus I

Dapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam

menceritakan kembali cerita fantasi. Namun demikian, ada beberapa aspek

menceritakan kembali cerita fantasi yang harus diperbaiki di antaranya aspek

mengungkapkan alur dengan skor terendah yang masih harus diperhatikan karena

aspek ini sangat berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya hasil menceritakan

kembali cerita fantasi.

Kemudian hasil nontes siswa yang berupa hasil observasi, jurnal (guru dan

siswa), dan wawancara menunjukkan adanya perubahan sikap siswa yang

ditunjukkan masih dalam kategori normal karena masih belum menunjukkan

perubahan yang berarti. Rendahnya perubahan sikap siswa ditunjukkan dengan

belum terfokusnya perhatian siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa

belum serius dalam berdiskusi, bahkan sebagian siswa ada yang masih terlihat

malu untuk menceritakan kembali cerita fantasi. Dari adanya perubahan yang

terlihat pada penelitian siklus I, maka peneliti melakukan tindakan siklus II untuk

dapat mencapai hasil yang ditentukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

87

Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II ini merupakan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi

pada siklus I. Pelaksanakan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

siklus II terdiri atas data tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut akan diuraikan

secara rinci sebagai berikut.

Hasil Tes Siklus II

Hasil tes siklus II berupa keterampilan siswa menceritakan kembali cerita

anak setelah mengikuti pembelajaran menggunakan teknik loci. Jumlah peserta

didik yang mengikuti tes siklus II berjumlah 32 peserta didik.

1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat

menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek

menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 19 berikut ini.

Tabel 19

Hasil Tes Siklus II Aspek Menyebutkan Nama Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 26 2445 81,25 2989

2 Baik 84-91 6 544 18,75 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,40

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2989 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

88

Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

menyebutkan nama tokoh pada siklus II yaitu sebesar 93,40 atau dalam kategori

amat baik.

2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,

sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nalai pada aspek

menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 20 berikut ini

Tabel 20

Hasil Tes Siklus II Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 28 2630 87,5 2993

2 Baik 84-91 4 363 12,5 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,53

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2993 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

89

Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

menyebutkan watak tiap tokoh pada siklus II yaitu sebesar 93,53 atau dalam

kategori amat baik.

3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita

Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada

keterampilan siswa menyebut latar cerita pada cerita. Hasil perolehan nilai aspek

menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 21 berikut ini.

Tabel 21

Hasil Tes Siklus II Aspek Menjelaskan Latar Cerita

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 28 2629 87,5 2991

2 Baik 84-91 4 362 12,5 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,46

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2991 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

90

Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

menjelaskan latar cerita pada siklus II yaitu sebesar 93,46 atau dalam kategori

amat baik.

4. Aspek Mengungkapkan Alur

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan

alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari

tabel 22 berikut ini.

Tabel 22

Hasil Tes Siklus II Aspek Mengungkapkan Alur

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 27 2530 84,375 2983

2 Baik 84-91 5 453 15,625 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,21

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2983 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

91

Data pada tabel 22 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

mengungkapkan alur pada siklus II yaitu sebesar 93,21 atau dalam kategori amat

baik.

5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita

Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita

dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada

keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil

perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari

cerita dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini.

Tabel 23

Hasil Tes Siklus II Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 25 2340 78,125 2976

2 Baik 84-91 7 636 21,875 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2976 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

92

Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 7 siswa atau 21,87 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 25 siswa atau 78,12 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

mengungkapkan hal yang menarik dari cerita pada siklus II yaitu sebesar 93,00

atau dalam kategori amat baik.

6. Aspek Kesesuaian Isi

Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.

Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 24

berikut ini.

Tabel 24

Hasil Tes Siklus II Aspek Kesesuaian Isi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 26 2434 81,25 2978

2 Baik 84-91 6 544 18,75 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,06

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2978 100% Amat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

93

Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek

kesesuaian isi pada siklus II yaitu sebesar 93,06 atau dalam kategori amat baik.

7. Aspek Bahasa

Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan

nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini.

Tabel 25

Hasil Tes Siklus II Aspek Bahasa

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 27 2530 84,375 2983

2 Baik 84-91 5 453 15,625 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,21

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2983 100% Amat Baik

Data pada tabel 25 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

94

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek bahasa

pada siklus II yaitu sebesar 93,21 atau dalam kategori amat baik.

8. Aspek Pelafalan/Intonasi

Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan

pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan

nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 26 berikut ini.

Tabel 26

Hasil Tes Siklus II Aspek Pelafalan/ Intonasi

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 27 2542 84,375 2994

2 Baik 84-91 5 452 15,625 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,56

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2994 100% Amat Baik

Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

95

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek pelafalan

atau intonasi pada siklus II yaitu sebesar 93,56 atau dalam kategori amat baik.

9. Aspek Gerak/Mimik

Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan

apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada

aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 27 berikut ini.

Tabel 27

Hasil Tes Siklus II Aspek Gerak/ Mimik

No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata

1 Amat baik 92-100 26 2441 81,25 2985

2 Baik 84-91 6 544 18,75 32

3 Cukup 75-83 0 0 0 93,28

4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori

Jumlah 32 2985 100% Amat Baik

Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori

kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup

dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

96

dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik

dengan rentang nilai 92-100 dicapai26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata

keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek gerak /

mimik pada siklus II yaitu sebesar 93,28 atau dalam kategori amat baik.

Hasil Nontes Siklus II

Data penelitian pada siklus I yang berupa data nontes ini diperoleh dari

hasil observasi yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung,

jurnal siswa dan jurnal guru, dan wawancara. Hasil penelitian nontes siklus II

diuraikan secara jelas pada paparan berikut.

Hasil Observasi Peserta didik Siklus II

Observasi yang dilakukan dalam penelitian iniyaitu observasi siswa.

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci pada siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi.

Observasi dilakukan oleh peneliti sekaligus sebagai guru. Aspek yang dinilai

dalam observasi adalah

1. keantusiasan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru,

2. keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru,

3. perhatian siswa terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu teknik loci,

4. kesungguhan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi,

5. keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan

kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

97

Hasil Observasi Siklus II

No Aspek yang dinilai F %

1

2

3

4

5

Keantusiasan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru.

Keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan guru.

Perhatian siswa terhadap teknik

yang disajikan guru, yaitu teknik

loci.

Kesungguhan siswa dalam

menceritakan kembali cerita anak.

Keberanian siswa dalam

menceritakan kembali cerita anak

di depan kelas.

30

28

27

30

27

93,75

87,5

84,75

93,75

84,75

Uraian tabel di atas merupakan hasil observasi yang dilakukan guru pada

responden atau siswa. Berdasarkan pada tabel tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci pada siklus II, sikap fantasi dapat diamati secara jelas oleh penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

98

Pada aspek antusias siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dalam

kategori sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya siswa yang antusias

mendengarkan guru yaitu 30 peserta didik atau 93,75 %. Pada aspek keaktifan

peserta didik dalam menjawab pertanyaaan guru dapat digolongkan kurang

terbukti hanya 28 peserta didik saja atau 87,5 % yang aktif menjawab pertanyaan

dari guru. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak mengetahui secara jelas

hal-hal yang berhubungan dengan cerita anak sehingga peserta didik merasa takut

salah apabila menjawab pertanyaan guru. Penelitian nontes pada observasi aspek

perhatian peserta didik terhadap teknik yang disajikan oleh guru yaitu teknik loci,

dapat dikategorikan cukup karena hasil perolehan 84,75 % atau hanya dicapai 27

peserta didik saja.

Aspek nomor 4 dan aspek nomor 5 pada dasarnya saling berkaitan. Malu

dan tidak punya keberanian untuk tampil di depan kelas menjadi kendala utama

dalam aspek ini bahkan untuk siswa yang tergolong dalam IQ menengah ke

ataspun memiliki keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas

yang kurang tentunya karena rasa malu mereka mengalahkan kelebihan mereka.

Namun, dalam penelitian siklus II permasalahan tersebut tidak lagi muncul. Hal

ini dapat dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan. Kesungguhan siswa

dalam menceritakan kembali cerita fantasi dicapai 30 siswa atau 93,75 %,

sedangkan keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan

kelas dicapai 27 peserta didik atau 84,75 %.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

99

Refleksi

Refleksi penelitian tes siklus II yang dilakukan telah menunjukkan

peningkatan perubahan yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari tingginya

nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I.

Hasil ini menunjukkan kategori baik sekali dalam rentang nilai 92-100 karena

mencapai batas yang ditentukan. Dalam siklus ini, siswa telah mencapai aspek

yang ditentukan. Kenaikan tertinggi secara klasikal diperoleh pada aspek bahasa

yaitu sebesar 28,59 pada siklus I. Sedangkan kenaikan terendah diperoleh pada

aspek menyebutkan nama tokoh yaitu sebesar 24,35 pada siklus I. Hasil penelitian

nontes pada siklus II diperoleh dari hasil observasi, jurnal, (guru dan peserta

didik) dan wawancara menunjukkan adanya perubahan siswa yang sangat berarti

selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak berlangsung.

Perubahan ini dapat dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran sudah

menunjukkkan sikap positif. Hal ini dibuktikan dari perhatian dan keseriusan

siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi sudah terfokus.Selain itu juga

siswa bertanya dan berani tampil di depan kelas tanpa rasa malu lagi. Perubahan

sikap siswa tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan

kembali cerita fantasi dan mampu mengubah sikap siswa selama mengikuti

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

100

Jurnal

Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama dengan

jurnal siklus I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut sama-sama

berisi tanggapan siswa dan guru selama proses pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.

a. Jurnal Siswa

Pada Jurnal siswa, siswa harus dapat mengungkapkan pendapat dan

tanggapannya mengenai

1. kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci,

2. kesan siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi

dengan teknik loci,

3. kesan siswa terhadap kerja kelompok dan diskusi dalam pembelajaran

menceritakan kembali cerita anak dengan teknik loci,

4. saran peserta didik terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi agar lebih menyenangkan,

5. kesan fantasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau

peneliti.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama

proses pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci

berlangsung baik. Siswa sudah tidak mengalami kesulitan. Siswa merasa senang

dengan teknik yang dipakai. Alasannya, karena siswa merasa sangat terbantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

101

dengan teknik loci dan dapat meningkatkan semangat mereka dalam pembelajaran

ini. Kebanyakan peserta didik lebih senang bekerja kelompok dan berdiskusi

karena hal ini dapat mempermudah memecahkan masalah.

b. Jurnal Guru

Jurnal guru berisi tentang seluruh kejadian yang dirasakan guru selama

pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran

jurnal guru adalah

1. bagaimanakah kesiapan siswa terhadap pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi dengan teknik loci,

2. bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi,

3. bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci,

4. bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran menceritakan

kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama proses pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung baik. Hampir

semua siswa tertarik dan senang dengan teknik yang dipakai. Berkaitan dengan

keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok, bertanya dan berkomentar dapat

dikatakan baik, karena hampir siswa aktif berdiskusi, bertanya, dan

mengomentari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

102

Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran siklus II

berlangsung dan setelah memperoleh nilai hasil tes siklus II. Peneliti

mewawancarai tiga siswa dengan kriteria satu siswa yang memperoleh nilai

tinggi, satu siswa yang memperoleh nilai sedang, dan satu siswa yang

memperoleh nilai rendah. Kegiatan wawancara dilakukan di luar jam pelajaran.

Kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetahui

tanggapan atau respon yang diberikan siswa dalam pembelajaran menceritakan

kembali cerita anak dengan teknik loci. Pertanyaan yang diajukan dalam

wawancara siswa masih sama dengan pertanyaan pada siklus I. Seperti pada siklus

I, ketiga siswa awalnya canggung untuk diwawancarai, tetapi akhirnya pada

siklusII siswa pun mengetahui tujuan dari kegiatan wawancara.

B. Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan tentang peningkatan

keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci dan

perubahan sikap siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah mengikuti

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan

siklus II. Adapun pembahasan dalam penelitian ini meliputi pembahasan hasil tes

dan nontes. Pembahasan hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang

dicapai siswa dalam uji keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi. Aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

103

– aspek yang dinilai dalam tes keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi

yaitu

1. aspek menyebutkan nama tokoh,

2. aspek menjelaskan watak tiap tokoh,

3. aspek menjelaskan latar cerita,

4. aspek mengungkapkan alur,

5. aspek mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,

6. aspek kesesuaian isi,

7. aspek bahasa,

8. aspek pelafalan / intonasi,

9. aspek gerak / mimik.

Sebelum pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik

loci dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pratindakan. Tes pratindakan ini

dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi awal tentang keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1

Jambi. Setelah melakukan pratindakan, penulis menganalisis hasil tes tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan menceritakan kembali cerita anak

peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi masih kurang memuaskan.

Melihat hasil tes pratindakan peserta didik dalam menceritakan kembali

cerita fantasi yang masih kurang memuaskan, penulis berinisiatif untuk

melakukan tindakan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci. Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

104

Siklus I dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa

dalam menceritakan kembali cerita anak setelah diterapkan pembelajaran dengan

teknik loci.

Hasil tes menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus I menunjukkan

hasil lebih tinggi daripada tes menceritakan kembali cerita fantasi pada

pratindakan. Namun, hasil yang diperoleh siswa secara klasikal belum mencapai

hasil yang ditentukan, sehingga penulis mengadakan penelitian siklus II yang

dilakukan untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan selama proses

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus I.

Proses pembelajaran siklus II dilakukan penulis untuk mencapai hasil yang

telah ditentukan. Kegiatan menceritakan kembali cerita fantasi diawali dengan

menyebutkan langkah – langkah yang harus dilakukan dalam memperbaiki hasil

menceritakan kembali cerita fantasi siswa. Kemudian siswa menceritakan kembali

cerita fantasi dengan teknik loci dengan bekal materi yang telah diberikan.

Dari kegiatan tersebut, dapat dibuktikan hasil tes menceritakan kembali

cerita fantasi siswa pada siklus II sangat memuaskan karena dapat mencapai nilai

yang ditentukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menceritakan

kembali cerita fantasi. Peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita

fantasi siswa dengan menggunakan teknik loci dapat dilihat pembahasan sebagai

berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

105

1. Peningkatan KeterampilanMenceritakan Kembali Cerita Fantasi

Hasil Tes Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasidalam

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

No Aspek

PT S I S II PT - S I S I - S II

1 Menyebutkan nama tokoh 65,62 77,75 93,40 12,13 15,65

2 Menjelaskan watak tiap tokoh 66,18 77,81 93,53 12,63 15,72

3 Menjelaskan latar cerita 67,12 78,46 93,46 11,34 15,00

4 Mengungkapkan alur 66,87 78,25 93,21 11,38 14,96

5

Mengungkapkan hal yang

menarik 66,43 78,12 93,00 11,69 14,88

6 Kesesuain isi 66,09 77,75 93,06 11,66 15,31

7 Bahasa 66,21 77,96 93,21 11,75 15,25

8 Pelafalan / Intonasi 65,96 77,43 93,56 11,47 16,13

9 Gerak / mimic 66,53 77,40 93,28 10,87 15,88

Jumlah 597,01 700,93 839,71 104,92 138,78

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan

menceritakan kembali cerita fantasi, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.

Uraian tabel akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

Hasil pratindakan skor rata-rata kelas mencapai 65,66 atau dalam kategori

kurang, karena masih berada dalam rentang nilai 40-75. Skor rata-rata tersebut

berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

106

Pada pratindakan, aspek menyebutkan nama tokoh memperoleh rata-rata

65,62 atau dalam kategori kurang. Aspek menjelaskan watak tokoh memperoleh

rata-rata 66,18 atau dalam kategori kurang. Aspek menjelaskan latar cerita

memperoleh rata-rata 67,12 atau dalam kategori kurang. Aspek mengungkapkan

alur cerita memperoleh rata-rata 66,87 atau dalam kategori kurang. Aspek

mengungkapkan hal yang menarik dari cerita memperoleh rata-rata 66,43 atau

dalam kategori kurang. Aspek kesesuaian isi memperoleh rata-rata 66,09 atau

dalam kategori kurang. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 66,21 atau dalam

kategori kurang. Aspek pelafalan atau intonasi memperoleh rata-rata 65,96 atau

dalam kategori kurang. Aspek gerak atau mimik memperoleh rata-rata 66,53 atau

dalam kategori kurang. Rendahnya keterampilan menceritakan kembali cerita

fantasi tersebut disebabkan karena faktor dari siswa dan faktor dari guru. Faktor

dari siswa ini dapat dilihat pada keterampilan siswa dalam menceritakan kembali

cerita fantasi masih kurang. Hal ini dibuktikan pada hasil penilaian yang masih

dalam kategori kurang. Faktor dari guru adalah berasal dari pola pembelajaran

yang lebih mengutamakan metode ceramah atau konvensional dan tanpa

memanfaatkan media atau teknik yang ada, sehingga proses pembelajaran guru

menjadi kurang menyenangkan bagi siswa sehingga dalam pembelajaran sastra

siswa menjadi bosan dan berpengaruh pada nilai yang kurang memuaskan.

Hasil tes siklus I keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan

rata-rata kelas mencapai 77,88 atau dalam kategori baik karena berada pada

rentang nilai 75-83. Terjadi peningkatan walaupun hasilnya belum maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

107

Skor rata-rata tersebut masih berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek

yang dinilai.

Pada siklus I, aspek menyebutkan nama tokoh memperoleh rata – rata

77,75 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 12,13 dari pra

tindakan. Aspek menjelaskan watak tiap tokoh memperoleh rata-rata 77,81 atau

dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 12,63 dari pra tindakan.

Aspek menjelaskan latar cerita memperoleh rata-rata 78,46 atau dalam

kategori baik dan mengalami peningkatan 11,34 dari pra tindakan. Aspek

mengungkapkan alur memperoleh rata-rata 78,25 atau dalam kategori baik dan

mengalami peningkatan 11,38 dari pra tindakan. Aspek mengungkapkan hal yang

menarik dari cerita memperoleh rata-rata 78,12 atau dalam kategori baik dan

mengalami peningkatan 11,69 dari pra tindakan. Aspek kesesuaian isi

memperoleh rata-rata 77,75 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan

11,66 dari pra tindakan. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 77,96 atau dalam

kategori baik dan mengalami peningkatan 11,75 dari pra tindakan. Aspek

pelafalan/ intonasi memperolehrata-rata 77,43 atau dalam kategori baik dan

mengalami peningkatan 11,47 dari pra tindakan. Aspek gerak/ mimik memperoleh

rata-rata 77,40 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 10,87 dari

pra tindakan. Dari hasil nilai rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keterampilan menceritakan kembali cerita anak peserta didik mengalami

peningkatan dari rata-rata pra tindakan.

Hasil tes menceritakan kembali cerita anak peserta didik siklus II, didapat

skor rata-rata 93,30 atau dalam kategori amat baik karena berada pada rentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

108

nilai 92 – 100. Hasil pada siklus II ini sudah memenuhi target yang ditetapkan

dengan demikian siklus III tidak perlu dilakukan.

Skor tiap aspek diurutkan sebagai berikut.

1. Aspek menyebutkan nama tokoh memperolehrata – rata 93,40 atau

dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,65 dari siklus

I.

2. Aspek menjelaskan watak tiap tokoh memperoleh rata-rata 93,53 atau

dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,72 dari siklus

I.

3. Aspek menjelaskan latar cerita memperoleh rata-rata 93,46 atau dalam

kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,00 dari siklus I.

4. Aspek mengungkapkan alur memperoleh rata-rata 93,21 atau dalam

kategori amat baik dan mengalami peningkatan 14,96 dari siklus I.

5. Aspek mengungkapkan hal yang menarik dari cerita memperoleh rata-

rata 93,00 atau dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan

14,88 dari siklus I.

6. Aspek kesesuaian isi memperoleh rata-rata 93,06 atau dalam kategori

amat baik dan mengalami peningkatan 15,31 dari siklus I.

7. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 93,21 atau dalam kategori amat

baik dan mengalami peningkatan 15,25 dari siklus I.

8. Aspek pelafalan/ intonasi memperoleh rata-rata 93,56 atau dalam

kategori amat baik dan mengalami peningkatan 16,13 dari siklus I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

109

9. Aspek gerak / mimik memperoleh rata-rata 93,28 atau dalam kategori

amat baik dan mengalami peningkatan 15,88 dari siklus I.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam

menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus II mengalami peningakatan

sebesar 33,86 dari rata-rata kelas pada siklus I.

2. Perubahan Sikap Peserta Didik

Peningkatan prestasi peserta didik kelas VII G SMP XAVERIUS 1

JAMBI pada keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi ini diikuti dengan

adanya perubahan perilaku siswa dari pratindakan sampai siklus II meningkat ke

arah yang lebih baik (positif). Perbandingan perubahan sikap siswa lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

a. Perbandingan Perubahan Sikap Siswa

No Siklus I Siklus II

1

2

3

Keantusiasan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru

masih kurang.

Siswa belum aktif dalam menjawab

pertanyaan guru.

Perhatian siswa terhadap teknik yang

disajikan guru masih kurang.

Siswa sangat antusias dalam

mendengarkan penjelasan guru.

Siswa sudah berperan aktif untuk

menjawab pertanyaan guru mengenai hal-

hal yang berhubungan dengan cerita

fantasi.

Perhatian siswa sudah terfokus pada teknik

yang disajikan oleh guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

110

4

5

Siswa kurang sungguh-sunguh dalam

menceritakan kembali cerita fantasi.

Sebagian siswa tidak berani

menceritakan kembali cerita fantasi

di dalam kelas

Siswa sangat antusias mengikuti

pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci

Siswa sangat berantusias untuk

menceritakan kembali cerita fantasi di

depan kelas.

Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa sikap siswa mengalami

peningkatan ke arah yang lebih positif. Berdasarkan hasil nontes pada siklus I dan

siklus II yang berasal dari hasil observasi, jurnal, wawancara dapat diuraikan

sebagai berikut.

3. Kondisi Awal Peserta Didik pada Prasiklus

Peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci belumlah memuaskan. Hal ini disebabkan oleh sikap

siswa dalam pembelajaran masih menunjukkan perilaku negatif yaitu perhatian

siswa dalam pembelajaran belum terfokus, terbukti dengan adanya siswa yang

masih berbicara dan bercanda dengan temannya, kondisi kelas belum kondusif,

siswa masih pasif dalam bertanya, diskusi dan tanggapan siswa masih belum

menunjukkan semangat dan kurang antusias dalam pembelajaran. Setelah

dianalisis ternyata siswa belum terbiasa dengan pola pembelajaran yang dilakukan

peneliti, karena pada kenyataan yang ada biasanya dalam pembelajaran guru

cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional, sehingga apabila siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

111

belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang digunakan guru dalam

penelitian ini adalah wajar.

3.1 Kondisi Siswa pada Siklus I

Kondisi siswa pada siklus I lebih baik daripada prasiklus. Hal tersebut

dapat dilihat peneliti dari lebih berantusiasnya siswa dalam mendengarkan

penjelasan guru, suasana kelas lebih kondusif, keseriusan siswa dalam mengikuti

pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi sudah nampak, lebih serius

berdiskusi dan lebih berani tampil di depan kelas dibanding dengan siklus I.

Keseriusan itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan skor nilai oleh siswa.

3.2 Kondisi Siswa pada Siklus II

Perbaikan pembelajaran pada siklus II ini ternyata berdampak positif.

Suasana kelasterlihat menjadi kondusif, siswa terlihat antusias terhadap teknik

pembelajaran dari guru. Selain itu, siswa juga tampak lebih aktif dalam

berdiskusi, bertanya, dan menanggapi hasil menceritakan kembali cerita fantasi

temannya. Pada siklus II ini terlihat siswa sudah mulai terbiasa dengan pola

pembelajaran yang diberikan peneliti, terbukti sikap siswa lebih baik dan hasil

yang dicapai siswa sudah terjadi peningkatan di setiap aspeknya, sehingga nilai

rata-rata kelas yang dicapai semakin baik. Dengan demikian pembelajaran

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci pada siswa kelas VII G

SMP Xaverius 1 Jambi sudah bisa dikatakan berhasil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian tindakan kelas ini dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi kelas VII G

SMP Xaverius 1 tahun pelajaran 2019/2020 setelah dilakukan pembelajaran

dengan teknik loci. Peningkatan tersebut dapat diketahui setelah

membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II.

Hasil tes pratindakan menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai sebesar

66,33 atau masih dalam kategori kurang. Hasil tes pada siklus I rata-rata skor

yang dicapai 77,88 atau masih dalam kategori cukup meskipun rata-rata skor

sudah meningkat, namun belum memenuhi target yang ditentukan sehingga

dilakukan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II rata-rata skor yang dicapai

sebesar 93,30 atau meningkat dari siklus I atau sudah masuk pada kategori

amat baik. Nilai pada siklus II telah mencapai nilai target yang ditentukan

sehingga tindakan siklus III tidak perlu diadakan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi telah berhasil

dengan peningkatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

113

2. Sikap siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi mengalami perubahan setelah

dilakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik

loci. Perubahan sikap siswa ini dapat dibuktikan dari hasil nontes yang meliputi

observasi, wawancara, jurnal pada siklus I dan siklus II. Perubahan yang terjadi

yaitu dari sikap negatif menjadi positif. Berdasarkan data nontes pada siklus I

menunjukkan bahwa sikap siswa dalam pembelajaran masih menunjukkan

sikap negatif yaitu perhatian siswa dalam proses pembelajaran belum terfokus,

sebagian siswa masih pasif, dan siswa belum bisa menyesuaikan dengan pola

pembelajaran yang diberikan peneliti. Pada siklus II sudah terjadi perubahan

sikap siswa. Perubahan tersebut mengarah pada perubahan positif yaitu siswa

lebih serius dalam menceritakan kembali cerita fantasi, perhatian siswa dalam

proses pembelajaran lebih terfokus, siswa sudah mulai aktif, dan siswa sudah

bisa menyesuaikan dengan pola pembelajaran yang diberikan peneliti. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita

fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

menceritakan kembali cerita fantasi dapat merubah sikap siswa ke arah yang

positif.

B. Saran

Setelah mengetahui pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan

teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi,

maka peneliti menyarankan pada guru, siswa, dan peneliti lain sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

114

1. Pada guru Bahasa dan Sastra Indonesia agar menggunakan teknik loci sebagai

alternatif pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi karena melalui

menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi dan dapat

memotifasi siswa dalam proses pembelajaran.

2. Pada siswa hendaknya dalam mengikuti proses belajar dan mengajar

khususnya pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan semangat

dan perilaku yang baik atau positif serta banyak berlatih. Dengan demikian

keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi bisa lebih baik.

3. Bagi praktisi di bidang pendidikan atau peneliti lain agar dapat menggunakan

hasil penelitian ini sebagai referensi untuk melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

115

DAFTAR PUSTKA

Ariesna, Sandi. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Dengan

Media Wayang Suluh Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek

Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Angkasa.

Anafi. 2012. Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan Menggunakan Media

Wayang Boneka Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman.

Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Cahyani, Indah Dwi. 2018. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali

Cerita Fabel Melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media

Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II A SD Negeri Panggang Sedayu.

Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Harjasujana, Ahmad S, Yetty Mulyati, Titin N. 1988. Membaca. Jakarta: Karunia.

Karismi, Etie. 2018. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen

Dengan Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas IX A SMP Taman

Dewasa Ibu Pawiyatan. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Mulyasa, Enco. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran

Kreatif yang Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak pengantar Dunia Anak.Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Malang: Sinar

Baru Algensindo.

Persivar, Fred. 1998. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Solso, R. L., Maclin, M. K., Maclin, O. T. (2005). Cognitive Psychology Seventh

Edition. United States: Pearson Education, Inc. 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

116

Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif Edisi

Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur.1987. Membaca Sebagai Keterampilan Bahasa. Bandung:

Angkasa Bandung

Tarigan, Henry Guntur, Aceng Ruhendi Saifullah, Kholid A. Harnas. 1990.

Membaca Dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa Bandung.

Wahyudi, Alexander Johan. 2012. Peningkatan Keterampilan Menceritakan

Kembali Cerita Anak Yang Dibaca Dengan Menggunakan Metode

Kooperatif Teknik Berpasangan Siswa Kelas VII Semester I SMP

KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Universitas

Sanata Dharma. Yogyakarta

Zahra, Alifarose Syahda. 2015. Peningkatan Keterampilan Menceritakan

Kembali Isi Cerpen Dengan Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas

IX A SMP N 2 Jatikalen Nganjuk. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

117

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

118

Lampiran I

PENILAIAN

Rubrik Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali dengan Teknik Loci

NO Aspek Penilaian (Nilai) Skor Nilai NILAI

1 2 3 4 5

20 40 60 80 100

1 Menyebutkan nama tokoh

2 Menjelaskan watak tiap tokoh

3 Menjelaskan latar cerita

4 Mengungkapkan alur

5

Mengungkap hal yang menarik dari

cerita

6 Kesesuaian isi

7 Bahasa

8 Pelafalan/intonasi

9 Gerak/mimik

Jumlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

119

Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menyebutkan Nama Tokoh

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh lengkap. 5 100

2 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh cukup lengkap. 4 80

3 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh kurang lengkap. 3 60

4 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh tidak lengkap. 2 40

5 Peserta didik tidak dapat menyebutkan tokoh. 1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

120

Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menjelaskan Watak Tiap Tokoh

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap

tokoh lengkap.

5 100

2 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap

tokoh cukup lengka.

4 80

3 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap

tokoh kurang lengkap.

3 60

4 Pesera didik dapat menjelaskan watak tiap

tokoh tidak lengkap.

2 40

5 Peserta didik tidak dapat menjelaskan watak

tiap tokoh.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

121

Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menjelaskan Latar Cerita

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat menjelaskan latar

cerita lengkap.

5 100

2 Peserta didik dapat menjelaskan latar

cerita cukup lengkap.

4 80

3 Peserta didik dapat menjelaskan latar

cerita kurang lengkap.

3 60

4 Peserta didik dapat menjelaskan latar

cerita tidak lengkap.

2 40

5 Peserta didik tidak dapat menjelaskan

latar cerita.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

122

Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Mengungapkan Alur Cerita

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat mengungkapkan alur

cerita secara runtut.

5 100

2 Peserta didik dapat mengungkapkan alur

cerita cukup runtut.

4 80

3 Peserta didik dapat mengungkapkan alur

cerita kurang runtut.

3 60

4 Peserta didik dapat mengungkapkan alur

cerita tidak runtut.

2 40

5 Peserta didik tidak dapat mengungkapkan

alur cerita.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

123

Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Hal Yang Menarik

dari Cerita

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang

menarik dari cerita secara tepat dan runtut.

5 100

2 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang

menarik dari cerita cukup runtut.

4 80

3 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang

menarik dari cerita kurang runtut.

3 60

4 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang

menarik dari cerita tidak runtut.

2 40

5 Peserta didik tidak dapat mengungkapkan hal

yang menarik dari cerita.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

124

Kriteria Aspek Penilaian Kesesuaian Isi

No Kriteria Skor Nilai

1 Peserta didik dapat menceritakan kembali

cerita secara lengkap dan runtut sesuai

dengan isi cerita.

5 100

2 Peserta didik dapat menceritakan kembali

cerita secara lengkap dan cukup runtut

sesuai dengan isi cerita.

4 80

3 Peserta didik dapat menceritakan kembali

cerita lengkap dan kurang runtut sesuai

dengan isi cerita.

3 60

4 Peserta didik dapat menceritakan kembali

cerita lengkap dan tidak runtut sesuai

dengan isi cerita.

2 40

5 Peserta didik tidak dapat menceritakan

kembali cerita secara lengkap dan runtut

sesuai dengan isi cerita.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

125

Kriteria Aspek Penilaian Bahasa

No Kriteria Skor Nilai

1 Bahasa sangat baik dan

sangat lancar.

5 100

2 Bahasa baik dan lancar. 4 80

3 Bahasa cukup baik dan

cukup lancar.

3 60

4 Bahasa kurang baik dan

kurang lancar.

2 40

5 Bahasa tidak baik dan

tidak lancar.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

126

Kriteria Aspek Penilaian Pelafalan/intonasi

No Kriteria Skor Nilai

1 Pelafalan kata sangat jelas dan

intonasi tepat.

5 100

2 Pelafalan kata jelas dan intonasi

tepat.

4 80

3 Pelafalan kata cukup jelas dan

intonasi cukup tepat.

3 60

4 Pelafalan kata kurang jelas dan

intonasi kurang tepat.

2 40

5 Pelafalan kata tidak jelas dan

intonasi tidak tepat.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

127

Kriteria Aspek Penilaian Gerak/mimik

No Kriteria Skor Nilai

1 Gerak/mimik sangat serasi antara ekspresi

wajah, gerak, sikap dan ucapan.

5 100

2 Gerak/mimik serasi antara ekspresi wajah,

gerak, sikap dan ucapan.

4 80

3 Gerak/mimik cukup serasi antara ekspresi

wajah, gerak, sikap dan ucapan.

3 60

4 Gerak/mimik kurang serasi antara ekspresi

wajah, gerak, sikap dan ucapan.

2 40

5 Gerak/mimik tidak serasi antara ekspresi

wajah, gerak, sikap dan ucapan.

1 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

128

Kategori Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita

Standar Penilaian SMP Xaverius 1 Jambi Berdasarkan Kurikulum 2013

No Interval Nilai Kategori

1 92 - 100 Baik sekali (A)

2 84 – 91 Baik (B)

3 75 - 83 Cukup (C)

4 40 - 74 Kurang (D)

5 20 - 39 Sangat kurang (E)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

129

Lampiran II

Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan Guru pada siklus I.

Gambar 2 Aktivitas siswa pada saat diskusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

130

Gambar 3 Siswa Menceritakan Kembali Cerita Fantasi pada Siklus I.

Gambar 4 Peserta Didik Menceritakan Kembali Cerita Fantasi di Depan

Kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

131

Pada siklus II ini dokumentasi foto yang diambil meliputi aktivitas pada

saat siswa mendengarkan penjelasan guru, guru membagikan teks cerita fantasi

pada siswa, diskusi kelompok, siswa menceritakan kembali cerita fantasi, aktivitas

siswa mengomentari pembawaan cerita fantasi teman.

Gambar 5 Aktivitas Siswa Mencatat Penjelasan dari Guru pada Siklus II.

Gambar 6 Aktivitas Fantasiyang Berdiskusi Siklus II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

132

Gambar 7 Siswa Menceritakan Kembali Cerita Fantasidari Hasil Diskusi pada

Siklus II.

Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Menceritakan Kembali Cerita Fantasidi Depan

Kelas pada Silkus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

133

Lampiran III

RPP Cerita Fantasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RPP

Nama Sekolah : SMP Xaverius 1 Jambi

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : 3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)

yang dibaca

dan didengar.

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 pertemuan)

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

134

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang)sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)yang dibaca dan

didengar.

Indikator

3.3.1 Menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan

menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.

3.3.2 Menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang

dibaca/didengar.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:

1. Menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan

menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

135

2. Menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang

dibaca/didengar.

3. Menyimpulkan tokoh dan latar cerita fantasi

4. Menyimpulkan urutan cerita fantasi

5. Menceritakan kembali isi cerita fantasi isi secara lisan/ tulis.

D. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Model : Discovery Learning

3. Metode : Tanya jawab, diskusi berkelompok, penugasan, latihan

soal

E. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler

Pengetahuan

· Pengertian cerita fantasi.

· Jenis cerita fantasi.

· Tujuan komunikasi cerita fantasi.

· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.

· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.

Keterampilan

· Praktik memahami isi cerita fantasi (menjawab pertanyaan hal yang

dideskripsikan, apa saja informasi rincian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

136

· Praktik menentukan pola pengembangan isi teks (menggambarkan alur cerita).

2. Materi Pembelajaran Remedial

Pengetahuan

· Pengertian cerita fantasi.

· Jenis cerita fantasi.

· Tujuan komunikasi cerita fantasi.

· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.

· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.

3. Materi Pembelajaran Pengayaan

Pengetahuan

· Pengertian cerita fantasi.

· Jenis cerita fantasi.

· Tujuan komunikasi cerita fantasi.

· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.

· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.

F. Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan

· Mengucapkan salam, berdoa, mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar dan

mengabsen siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

137

· Guru bertanya-jawab tentang bentuk cerita fantasi dalam kehidupan sehari-

hari.Pada bagian awal ini siswa disadarkan adanya cerita fantasi dalam

komunikasi nyata (novel, cerpen yang berasal dari fantasi penulis_ Ini bertujuan

agar siswa lebih menyadari manfaat praktis dan untuk berkontribusi dalam

masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai jenis teks digunakan secara

bersamaan atau sendiri-sendiri. Setiap jenis teks memiliki fungsi yang saling

berkaitan.

· Dibuka dengan contoh cerita fantasi yang ada baik berupa novel maupun cerpen.

Bertanya jawab tentang kata kunci pada novel/ cerpen sehingga disebut cerita

fantasi

· Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang kan dicapai.

· Membangun konteks untuk menumbuhkan sikap yang telah dirancang pada KD

2.

2. Kegiatan Inti

Bagian A dan B: dekonstruksi

Pertemuan Pertama (4 JP)

· Membaca/ mendengarkan contoh judul cerita fantasi.

· Mempertanyakan

· Apa itu cerita fantasi, apa cirinya, dan apa bedanya dengan cerita yang lain

· Menggali informasi

· Membaca berbagai contoh novel terkenal yang merupakan cerita fantasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

138

· Menalar

· Berdiskusi tentang ciri tokoh, seting, alur, dan tema cerita fantasi

· Bermain untuk menyimpulkan ciri umum fantasi dari segi isi dan aspek

kesastraannya (alur, tokoh, latar, amanat, dll)

Pertemuan kedua (4 JP)

· Membaca/ mendengarkan beragam contoh judul cerita fantasi.

· Membuat pertanyaan untuk menebak isi cerita.

· Menggali informasi.

· Meringkas urutan peristiwa dalam cerita.

· Mengomunikasikan.

· Menceritakan secara berantai.

· Saling menilai hasil penceritaan.

3. Penutup

· Siswa bersama guru menyimpulkan butir-butir pokok materi yang telah

dipelajari.

· Siswa bersama guru melakukan indentifikasi keunggulan dan kelemahan

kegiatan

pembelajaran yang sudah dilaksnakan.

· Siswa menerima umpan balik tentang proses pembelajaran.

· Mewajibkan siswa siswa untuk membaca buku fiksi (cerita fantasi) minimal

satu buah. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

139

bacaannya dituangkan pada jurnal harian membaca.

· Siswa menerima penyampaian tentang kegiatan pembelajaran pertemuan

berikutnya.

G. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

1. Penilaian Pengetahuan

Teknik : Tes tulis dan penugasan.

Bentuk : Isian dan tugas yang dikerjakan secara kelompok.

Indikator Soal :

Disajikan teks cerita fantasi.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Cerita fiksi bergenre dunia imajinatif yang diciptakan penulis dan

menceritakan hal yang tidak mungkin dijadikan biasa disebut ….

2. Tema fantasi adalah ….

3. Rangkaian peristiwa dalam cerita disebut ….

4. Rangkaian peristiwa dalam cerita digerakkan dengan hukum ….

5. Unsur cerita yang mengalami rangkaian peristiwa disebut ….

6. Tema dapat dirumuskan dari rangkaian peristiwa pada ….

7. Unsur cerita yang menjadi pesan pengarang melalui ceritanya disebut ….

8. Rangkaian peristiwa cerita fantasi menggunakan berbagai latar yang

menerobos dimensi ….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

140

9. Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi tiga kategori

yaitu ….

10. Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada

dua kategori yaitu ….

11. Kategori cerita fantasi total berisi ….

12. Cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan

nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada

dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata disebut

….

13. Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori

yaitu ….

14. Latar sezaman berarti latar yang digunakan ….

15. Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan ….

Kunci Jawaban

1. Alur

2. Sebab-akibat.

3. Tokoh dan watak tokoh.

4. Alur cerita.

5. Amanat.

6. Cerita fantasi.

7. Majic, supernatural atau futuristik.

8. Ruang dan waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

141

9. Latar lintas waktu masa lampau, latar waktu sezaman, latar lintas waktu

futuristik (masa yang akan datang).

10. Fantasi total dan fantasi sebagian (irisan).

11. Fantasi pengarang terhadap objek/ tertentu.

12. Cerita fantasi irisan.

13. Latar lintas waktu dan latar waktu sezaman.

14. Satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, atau fantasi masa yang

akan datang/ futuristik).

15. Dua latar waktu yang berbeda (misalnya, masa kini dengan zaman

prasejarah, masa kini dan 40 tahun mendatang/ futuristik).

2. Penilaian Keterampilan

Menceritakan Kembali secara Berantai Isi Teks!

Berkelompoklah dan ceritakan isi cerita fantasi dengan bahasamu sendiri.

Dalam kegiatan ini kamu akan menceritakan kembali isi cerita fantasi secara

berantai.

Berdasarkan ringkasan urutan peristiwa cerita fantasi di atas, lakukanlah hal-hal

berikut!

1. Membentuk kelompok yang terdiri atas 5 atau 6 orang satu kelompok!

2. Tiap kelompok diundi untuk ke depan kelas atau di luar kelas (tiap

anggota ditempel kertas bernomor 1-5).

3. Guru memerintahkan nomor yang disebut untuk memulai menceritakan isi

cerita. Guru akan menghentikan dan berpindah pada nomor yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

142

untuk melanjutkan isi cerita. Selama satu kelompok tampil, siswa

kelompok lain menilai dengan format yang telah ditentukan.

Rubrik penilaian dan penskoran: terlampir

3. Pembelajaran Remedial

Aktivitas kegiatan pembelajaran remedial, yang dapat berupa: pembelajaran

ulang, bimbingan perorangan, belajar kelompok atau tutor sebaya dengan

merumuskan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta

didik, alokasi waktu, sarana dan media pembelajaran.

4. Pembelajaran Pengayaan

Kegiatan pembelajaran pengayaan dirumuskan sesuai dengan karakteristik peserta

didik, alokasi waktu, sarana dan media pembelajaran.

H. Media/alat, Bahan dan Sumber Belajar

Media/alat : Buku, infokus.

Bahan : Cerita fantasi.

Sumber Belajar : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Bahasa Indonesia

SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016. Halaman 43 s.d 60.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Buku Guru

Bahasa Indonesia SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016.

Halaman 47 s.d 54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

143

LAMPIRAN MATERI TEKS NARASI (CERITA FANTASI)

Struktur Teks Cerita Fantasi

Pada umumnya struktur teks fantasi hampir sama dengan struktur teks narasi yaitu

terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan ending. Adapun penjelasan dari masing

masing struktur teks fantasi adalah sebagai berikut:

1. Orientasi : Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana

pengarang memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit

alur cerita kepada pembacanya.

2. Konflik : Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan

dimulai dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.

3. Resolusi : Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau

konflik yang tejadi. Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan

mengarah pada ending.

4. Ending : Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat

dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang

dan hidup bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama

tewas setelah mencapai tujuan dan sebagainya.

Jenis Jenis Teks Cerita Fantasi

Secara garis besar jenis dari teks cerita fantasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu

berdasarkan kesesuaian dalam kehidupan dunia nyata dan berdasarkan latar cerita:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

144

Berdasarkan Kesesuaiannya

Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada dua

kategori fantasi total dan fantasi sebagian (irisan).

• Kategori cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek/

tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua

tidak terjadi dalam dunia nyata. Misalnya, cerita fantasi Nagata itu total

fantasi penulis. Jadi nama orang, nama objek, nama kota benar-benar

rekaan pengarang.

• Cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi

masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan

nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi

pada dunia nyata.

Berdasarkan Latar Cerita

Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori yaitu latar

lintas waktu dan latar waktu sezaman.

• Latar sezaman berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini,

fantasi masa lampau, atau fantasi masa yang akan datang/ futuristik).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

145

• Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang

berbeda (misalnya, masa kini dengan zaman prasejarah, masa kini dan 40

tahun mendatang/ futuristik) .

Ciri Ciri Teks Cerita Fantasi

Sebuah cerita dapat dikatakan sebagai cerita fantasi (fiksi) yaitu apabila memiliki

ciri ciri / unsur unsur berikut ini :

1. Ide cerita yang terbuka

Ide cerita dalam cerita fantasi umumnya tidak memiliki batasan realita

(kenyataan) dan dapat kembangkan sesuka pengarang.

2. Terdapat keanehan, misterius, dan keajaiban

Jika anda mendapati sebuah teks cerita mengandung unsur keanehan,

bersifat misterius seperti mengandung unsur mistis maupun terdapat

keajaiban yang tidak dapat dilogika oleh pikiran maka itu dapat menjadi

ciri ciri cerita fantasi.

3. Latar

Latar yang digunakan dalam cerita fantasi dapat menembus ruang dan

waktu.

4. Tokoh yang unik

Tokoh dalam teks cerita fantasi umumnya memiliki kelebihan tersendiri

yang unik dan berbeda dari yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

146

5. Fiksi atau khayalan

Kerena bersifat fiksi dan merupakan cerita khayalan semata, maka cerita

fantasi ini tidak akan bisa dinalar oleh akal pikiran jika dibandingkan

dengan kehidupan di dunia nyata.

6. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita ini umumnya tidak harus selalu

terikat menggunakan bahasa yang formal. Melainkan menggunakan

bahasa yang bervariasi.

Contoh Cerita Fantasi Terpopuler

Contoh Cerita Fantasi Terpopuler

Lighting and Darkness

Di suatu tempat di alam semesta yang bernama dunia fantasi, ada suatu

kegelapan yang sangat kuat menyelimuti dunia fantasi yang berwujud seekor

naga. Di dunia tersebut, makhluk hidup digolongkan menjadi 5 golongan yaitu

golongan pemimpin, ksatria, penyihir, pemburu bayaran dan monster. Ada suatu

ramalan yang menyatakan bahwa akan ada seorang pemuda dari golongan

campuran yang akan menyalamatkan dunia atau menghancurkan dunia dan ada

seorang yang bakalan menjadi pewaris kegelapan. Mendengar ramalan tersebut

para tetua dari setiap golongan memerintahkan bahwa anak berdarah campuran

harus dibunuh, pembantaian berlangsung sangat lama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

147

Di suatu desa hidup penyihir wanita yang memiliki seorang anak berdarah

campuran yaitu penyihir dan orc yang bernama Frank Walker. Wanita tersebut

menyembunyikan anaknya supaya tidak dibunuh dan merawatnya.

Bertahun-tahun kemudian isu tentang ramalan tersebut memudar, dan

hiduplah seorang pemuda yang memiliki mata putih di sebelah kiri (ini adalah ciri

dari orc) dan tangan monster di sebelah kanan, pemuda itu bernama frank walker.

“Frank ayo pulang sudah malam”. Suara itu terdengar dari suara wanita tua yang

tidak lain adalah ibunya sendiri.

“Iya ibu, aku pulang”

Ketika mereka sedang di rumah dan ingin makan malam terdengar suara

ledakan yang ternyata desa penyihir diserang oleh golongan monster. Para

penyihir dibantai habis-habisan dengan segala cara para penyihir menyerang tetapi

tidak mempan karena kulit monster sangatlah keras.

Terdengar suara dari belakang rumah memanggil nama frank, ia ingat

bahwa ibunya ada di belakang rumah, dengan cepatnya frank menuju suara

tersebut dan sontak terkejut melihat ibunya dimakan oleh monster, frank sangat

marah “Ibu tidak…!”, dengan cepat frank merapalkan mantera tetapi ibunya

menyuruhnya untuk pergi sejauh-jauhnya, kemudian frank pergi menjauh dan

kemudian ibunya merapalkan mantera, seketika itu terdengar suara ledakan.

Frank menyadari ibunya merapalkan mantera peledak, kemudian frank menangis

melihat ibunya dan desanya hancur dalam semalam. Kemudian frank pergi

menjelajah tempat-tempat baru dan pertualangannya dimulai. Frank menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

148

sosok yang ditakuti oleh golongan monster karena frank sudah membunuh ratusan

monster dengan kekuatannya, kemudian ia dijuluki sebagai “Pembunuh berdarah

dingin”.

“Tolong…” Terdengar suara orang meminta pertolongan, dengan cepat

frank menuju ke tempat suara tersebut dan melihat seorang gadis yang sedang

dikepung oleh monster. Monster itu terkejut, “Bukankah itu pembunuh berdarah

dingin”, dengan cepat frank membunuh monster tersebut.

“Kamu tidak apa-apa”, tanya frank. “Iya aku tidak apa-apa, ngomong-

ngomong apa yang dimaksud dengan pembunuh berdarah dingin”.“Bukan apa-

apa” Jawab frank dengan santai. “Hei namaku elizabeth dari golongan

pemimpin”, “Hmm.. Kamu mau kemana nanti aku antar kau pulang ke

golonganmu”, frank menawar. “Tidak terima kasih, aku tidak ingin pulang karena

aku sudah diusir dari golonnganku”, jawab elizabeth.

“Ya sudah aku pergi dulu”, frank lalu pergi meninggalkan gadis itu

“Hei tunggu aku ikut dengan kamu”. Perjalanan mereka pun dimulai, dari

perjalanan yang biasa-biasa saja sampai perjalanan yang luar biasa. “Hei, hentikan

sikap kamu yang terus cuek dengan aku” Jawab elizabeth kesal

“Hmm..” Jawab singkat frank.

Mereka terus berpetualang dan lama kelamaaan frank jatuh cinta pada elizabeth.

Perang diumumkan, kegelapan telah menguasai daerah timur, golongan pemimpin

meminta golongan lain ikut bertempur untuk menghancurkan seekor naga yang

menguasai kegelapan. Mereka pun pergi menuju daerah timur dan tak disangka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

149

golongan monster pun ikut bertempur. “Sekarang sudah lengkap semua golongan”

Kata seorang dari golongan pemimpin.

Berkumpullah kelima golongan dan kemudian kelima golongan tersebut pergi

menuju ke daerah timur.

“Mereka mau pergi kemana ya?” Kata elizabeth dengan binggung. “Mereka akan

pergi berperang, ayo kita ikut mereka” Jawab frank.

Sesampainya di sana, mereka dihadang oleh seekor naga yang dikelilingi

hawa kegelapan. “heii…!!! Kalian para manusia mau cari mati ya karena berani

datang kesini” Kata naga tersebut, kemudian mata naga tersebut teralihkan akan

seorang wanita yang tak lain adalah elizabeth. “Oh.. Bagus, kalian membawa

pewarisku ya”, kemudian mata teralihkan kepada elizabeth. “Apa… Wanita itu

pewarisnya, bunuh dia..” Kata dari salah satu prajurit, dengan cepat frank

menyerang orang-orang tersebut untuk melindungi elizabeth. Kemudian elizabeth

tertawa “Haha.. Terima kasih frank karena telah membawaku kemari, aku akan

membunuh mereka semua, ha.. Ha..” Mereka pun terkejut dan seketika itu naga

merubah menjadi kegelapan dan kemudian kegelapan tersebut menyelimuti

elizabeth dengan seketika eilzabeth berubah menjadi sosok yang jahat yang

tubuhnya diselimuti oleh hawa hitam dan matanya berubah menjadi merah.

Elizabeth dengan santainya membunuh prajurit dari semua golongan.

“Elizabeth.. Hentikan ini, sudah cukup, kembalilah seperti yang dulu”, frank

membujuk.

“Ha ha tidak akan frank, para golongan sangat suka berperang dan tidak ingin

berdamai maka dari itu aku akan memberikan mereka perang”, jawab elizabeth.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

150

“Hentikan semua itu atau tidak..”.

“Atau apa frank, kau akan membunuhku”. Elizabeth kemudian mengeluarkan

hawa hitam ke semua prajurit dengan seketika semua prajurit hancur menjadi

debu. Kemudian frank memegang tangan elizabeth dan berkata “Sudah cukup”.

“Frank ikutlah denganku ke dalam kegelapan, aku ingin selalu bersamamu”.

Kemudian frank berubah menjadi monster menakutkan “Aku akan mengikutimu

dalam kegelapan” Jawab frank.

“Frank bunuh mereka”, frank pun membunuh mereka atas perintah dari elizabeth.

Kemudian frank teringat akan ibunya dan memutuskan untuk tidak mengikuti

elizabeth. Kemudian tubuh frank kembali seperti semula, lalu frank memeluk

elizabeth dan berkata “Aku mencintaimu elizabeth”. Kemudian elizabeth sadar

dan meminta membunuhnya, kemudian frank membaca mantra peledak untuk

meledakkan dirinya bersama elizabeth tetapi elizabeth tau akan hal itu dan

memberikan sedikit hawa kegelapan untuk melindungi frank dan seketika itu

ledakan muncul dan menghancurkan kegelapan. Lalu frank terkejut karena dirinya

tidak mati, ia hanya kehilangan tangan kanannya dan juga cintanya. Semua orang

bertepuk dan gembira karena ramalan itu benar-benar terjadi yaitu bahwa

seseorang akan menyelamatkan dunia dan menciptakan perdamaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

151

Jack dan Pohon Kacang Ajaib

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Anaknya

Jack tidak mau bekerja, karena ia seorang pemalas. Itulah kenapa cukup uang.

“Bu ... ada yang bisa dimakan? Aku lapar.” Hari berlalu mereka pun semakin

miskin. Sampai pada akhirnya, mereka pun menjual sapi milik mereka yang

bernama milkuit. Karena tidak bisa memberikan makan sapi itu. Ibunya Jack

menyuruh Jack membawa sapi itu ke pasar dan menjualnya dengan harga terbaik.

Mungkin dengan begitu mereka bisa membeli makanan.

Di perjalanan Jack bertemu dengan seorang kakek yang terlihat aneh, sang

kakek melihat sapi itu dan berkata kepada Jack “hai nak jika engkau memberikan

sapi ini kepada-ku aku akan memberi-mu barang yang sangat berharga”, Jack

sangat senang mendengarnya. Kakek itu mengeluarkan lima butir kacang dari

sakunya. “Kacang, tapi ini kacang ajaib.” Jack awalnya tidak mempercayai sang

kakek, tetapi sang kakek terus membujuknya. “Dengar nak kau terlihat seperti

anak yang baik dan pintar ambilnya kacang ajaib ini kau tak kan menyesal

percayalah pada-ku.”

Jack mempercayai kakek itu dan memberikan milkuit sebagai pengganti

kacang ajaib. Senang dengan barter yang dilakukannya, Jack berlari pulang. “Bu

lihat yang ku dapat”, melihat Jack pulang dengan gembira ibunya mengira Jack

menjual sapi itu dengan harga yang mahal. Ketika Jack menunjukkan kacang

ajaib, ibu Jack menjadi sangat marah. Dia melempar kacang ajaib ke halaman dan

menyuruh Jack masuk ke kamarnya. “Kau dihukum diam dikamar sampai ku

suruh keluar dan tak ada makan malam buat-mu”.

Keesoknya paginya Jack melihat keluar jendela dan tak percaya apa yang

ia lihat. Dari jendela kamarnya Jack dapat melihat sebuah pohon yang tubuh

dengan sangat cepat. Ini bukan pohon biasa atau bunga raksasa, ini pohon kacang

ajaib. Jack melompat ke pohon kacang ajaib dari jendelanya. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

152

menggunakan daun dan cabang berpilit seperti tangga Jack memanjat pohon

kacang itu.

Akhirnya, Jack mendapati dirinya ditempat asing yang semuanya terlihat

lebih besar dari biasanya. Jack melihat jalan berbunga dan rumah sangat besar

diujungnya. Jack mendekati rumah itu dan mengetuk pintunya. Seorang raksasa

wanita menjawab, “eehh begini aku ingin bertanya apa anda punya makanan?”,

“Ya aku punya tapi kau harus pergi sebelum suami-ku pulang, karena ia suka

makan anak-anak”. Tentu saja Jack sedikit takut, tapi juga sangat lapar. Baru saja

Jack duduk di meja untuk makan, ia mendengar seorang berbicara dengan suara

berat.

“Felvivovo aku mencium aroma anak-anak mentah atau dimasak aku tak

apa, aku selalu suka rasa anak-anak.” Raksasa wanita memanggil Jack,

“sembunyilah sementara di oven nak.” Jack pun bersembunyi di dalam oven.

Raksasa masuk ke dapur dan mulai mencium udara. “Aku mencium bau anak,

kau salah sayang kau mungkin mencium daging yang ku berikan ke kucing

kemarin.” Setelah raksasa selesai makan, ia mulai menghitung emasnya. Tak lama

kemudian, raksasa kelelahan menghitung emas dan lalu tertidur. Jack keluar dari

oven dan mengambil sekantung emas. Jack melemparkan karung itu ke bawah

pohon kacang ajaibnya dan turun ke bawah berpegang pohon kacang. Jack

menemukan kantung emas yang ia lemparkan dan berlari pulang.

Saat ibu Jack melihat emas, ia sangat senang. Sejak hari itu, mereka tidak

miskin atau kelaparan lagi. Tetapi setelah beberapa bulan, semua emas mereka

habis. Tanpa ada pilihan lain, Jack memanjat pohon kacang lagi dan pergi ke

rumah raksasa. Kali ini istri raksasa agak curiga kepada Jack. “Terakhir kau disini,

sekantung emas hilang.” Tapi dia tetap merasa kasihan kepada Jack dan

mengundangnya masuk.

Tak lama kemudian, raksasa pulang. “Felvivovo aku mencium aroma

anak-anak mentah atau dimasak aku tak apa aku selalu suka rasa anak-anak.”

Mendengar nyanyian sang raksasa Jack melompat ke oven lagi. Setelah selesai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

153

makan, raksasa meminta istri nya untuk membawakan ayamnya. Saat istrinya

membawakan ayam itu, raksasa memerintah ayam untuk bertelur. Jack sangat

kaget ayam itu mengeluarkan telur emas dan saat raksasa tidur, Jack keluar dari

oven. Dan mengambil ayam itu lalu cepat-cepat turun dari pohon kacang.

Berkat telur emas Jack dan ibunya kini kaya lagi. Tetapi setelah berapa

lama, ingin mencoba keberuntungannya lagi mulai memanjat pohon kacang ajaib.

Kali ini Jack masuk ke rumah raksasa tanpa diketahui istri raksasa dan Jack

bersembunyi di pot tembaga besar. Tak lama raksasa pun pulang “felvivovo aku

mencium aroma anak-anak mentah atau dimasak aku tak aku selalu suka rasa

anak-anak.”

Kali ini istri raksasa ingin Jack tertangkap. Jika di sini ada anak-anak pasti

ia ada didalam oven. Tentu saja Jack bersembunyi di tempat lain. Raksasa dan

istrinya bertekad menemukan Jack, tapi meski sudah mencari seluruh rumah

mereka tak bisa menemukannya. Setelah mereka selesai makan, raksasa menaruh

harpa emas dimeja dan ia memerintahkan bermainlah. Dengan memainkan lagu

pengantar tidur, harpa itu membuat raksasa itu tertidur. Saat itu Jack tau dia

menginginkan harpa itu lebih dari apapun didunia. Jadi ia memanjat lutut raksasa

yang tertidur melompat ke meja dan menuju ke harpa.

Tetapi terjadi sesuatu yang tak terduga. “Tolong ... harpa itu berteriak.”

Jack melompat dari meja sambil membawa harpa dipunggung. Raksasa terbangun

dan mengejar Jack. Jack mulai meluncur menuruni pohon kacang secepat

mungkin disusul raksasa. Saat Jack tiba di rumah, Jack memanggil ibunya “bu

cepat bawakan aku kapak “. Mereka berdua mulai menebang pohon kacang dan

akhirnya pohon kacang beserta raksasa jatuh ke tanah dengan suara keras.

Mereka selamat dari raksasa. “Akhirnya kita selamat.” Mereka memang

selamat tapi Jack menyesal atas segala perbuatannya. Dia hampir mati karena

keserakahannya. Jack berjanji kepada ibunya bahwa tidak akan mencuri dari siapa

pun lagi dan akan bekerja keras. Sejak saat itu, Jack dan ibunya tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

154

kekurangan lagi. Ya mereka mempunyai telur emas yang membantu mereka. Tapi

Jack tak pernah malas bekerja lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

155

Lampiran IV

Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI …

YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG (Akta No.

7/2005; TBNRI 10/2 - 2006 No. 12) KOORDINATORAT

SEKOLAH XA VERIUS JAMBI

SMP XAVERIUS 1 JAMBI NPSN : 10504663 NSS: 204100402027 TERAKREDITASI : A

Jin. Marsda Abdurahman Saleh No. 19 M {0741) 572410 Jambi - 36138

"Baik sekali perbuatan itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia dalarn perkara kecil,

aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab daJam perkara besar." (Mat.25:21)

Nomor : 424.3.1/106/SMP/X.1/P.16 /2020

Hal : Izin Mengadakan Penelitian

Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di

SMP Xaverius 1 Jambi, maka Kepala Sekolah SMP Xaverius 1 Jambi dengan ini

menerangkan

bahwa nama mahasiswa di bawah ini :

Nama

NIM

Program Studi

Jurusan

Universitas

: Mikael Teguh Sanjaya : 151224041 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Pendidikan Bahasa dan Seni : Sanata Dharma Yogyakarta

Telah disetujui untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII G SMP

Xaverius I Jambi, Tahun Ajaran 2019/2020 untuk penyusunan skripsi dengan judul:

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA

FANTASI MELALUl TEKNIK LOCI PADA SISWA KELAS VII G SMP

XAVERIUS 1 JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Demikian surat izin penelitian ini disampaikan, agar digunakan sesuai dengan tujuannya.

Atas perhatian dan kerjasamanya terima kasih.

141

Lampiran IV

Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI