Post on 03-Feb-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia
sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat
menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan
rumah tangga.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan
oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini
dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan
badan dengan posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan
letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah tulang adalah
kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang berakibat tulang
yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau tanpa adanya jarak yang
menyebabkan fragmen.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit dan
inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua fragmen atau
lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja. Fraktur
komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi, kominutif,
dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick fracture, yang khas
pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya ditemukan pada orang dewasa.
Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang
1
disebabkan oleh tarikan ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi
akibat dari kontraksi otot secara paksa.
1.2 TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetagui tentang anatomi dan fisiologi tulang dan sendi pada
ekstermitas atas
2. Agar mahasiswa mengetagui tentang tanda-tanda dari fraktur dan dislokasi
3. Agar mahasiswa mengetagui tentang klasifikasi dari fraktur
4. Agar mahasiswa mengetagui tentang interpretasi kasus pada skenario
5. Agar mahasiswa mengetagui tentang interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario
6. Agar mahasiswa mengetagui tentang diagnosa banding dari kasus dalam skenario
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi tulang dan sendi pada ekstermitas atas?
2. Bagaimana tanda-tanda dari fraktur dan dislokasi?
3. Bagaimana klasifikasi dari fraktur?
4. Bagaimana interpretasi kasus pada skenario?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?
6. Bagaimana diagnosa banding dari kasus dalam skenario?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
“SAKIT SENDI SIKU”
Seorang siswa SMA berusia 17 tahun, yang sedang ujian praktek olahraga,
mengeluhkan lengan kanannya sakit dan sulit digerakan setelah 1 jam sebelumnya melakukan
salah satu manuver senam tanpa terlebih dahulu menjalani pemanasan. Pasien merasa sendi
sikunya terasa keluar dari kedudukannya, terasa kaku dan sangat nyeri terutama ketika
dilakukan gerakan tertentu.
Oleh dokter dilakukan pemeriksaan fisik tampak edema, kemerahan, gerakan
abnormal penonjolan ujung distal bagian belakang lengan atas. Palpasi teraba hangat, nyeri
tekan +, teraba olecranon terpisah dari ulna, nyeri melingkar+, nyeri sumbu +, krepitasi +
teraba belakang sendi siku, Neurovaskuler distal: normal. Pada pemeriksaan gerakan, sulit
melakukan gerakan aktif maupun pasif. Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien, dan
pemeriksaan apalagi yang perlu disarankan untuk menentukan kelainan dengan pasti?
2.2 PEMBAHASAN
A. Terminologi
Olecranon
Pada bagian proksimal dari tulang ulna terdapat sebuah tonjolan tulang yang
disebut prosesus olecranon.
Krepitasi
Krepitasi adalah suara-suara yang dihasilkan oleh gesekan atara segmen-
segmen tulang.
Sendi
Sendi adalah hubungan antara tulang-tulang yang membentuk sistem gerak
pada manusia.
Neurovaskular
Neurovaskular adalah saraf dan pembuluh darah.
Nyeri Sumbu
Nyeri sumbu adalah nyeri yang timbul apabila tulang itu ditekan dari ujung ke
ujung.
B. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi Ekstremitas Atas
3
1. Tulang
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak
dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu
dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan
sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat di gerakan.
Hubungan dua tulng disebut persendian (artikulasi). Bebrapa komponen
penunjang sendi:
- Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.
- Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar
ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga
berfungsi mencegah dislokasi.
- Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang rawan
yang menutupi kedua ujung tululang. Berguna untuk menjaga
benturan.
- Ciran synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
2. Jenis-Jenis Persendian
Ada 3 jenis persendian yang dibedakan berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki:
1. Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapt digerakan, dimna letak
tulang-tulangya sangat berdektan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan
ikat fibrosa, contohnya sutura di antara tulang-tulang tengkorak.
2. Persendian Kartilagenos, yaitu persendian yang gerakanya terbatas, dimana
tulang-tulangya dihubungkan oleh tulang rawan hielin, contohnya tulang iga.
3. Persendian Sinovial, yaitu persendian yng gerakanya bebas, merupakan bagian
terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan
panggul, sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki,
pergerakan tangan dan kaki.
3. Persyarafan sendi
Kapsul dan ligamentum mendapat saraf sensori. Pembuluh darah mendapat
serabut saraf otnom simpatis. Rawan yang meliputi permukaan sendi mendapat
sedikit ujung saraf dekat pinggirnya.
4
Peregangan berlebihan pada kapsul dan ligamentum menimbukan reflex
kontraksi otot sekitar sendi. Peregangan yang berlebihan akan menimbulkan rasa
nyeri. Serabut smpatis mengatur sulay darah pada sendi. Menurut hokum Hilton,
syaraf yang mempersarafi sendi juga mempesyarafi otot yang menggerakan sendi dan
kulit sekitar insersi otot tersebut.
Sendi utama terdiri dari:
1. Sendi fibrus atau sinartrosis, ialah sendi yang tidak bias bergerak, misalny
persambungan tulang bergigi (sutura) yang terdapat pada kepala sela antara
tulang pipih yang menyatukan os frontal, os parietal, os temporal, dan os
etmoidal. Sendi sindesmosis, permukan sendi dihubungkan oleh membrane
pada sendi tibia dan pibula inferior. Sendi tulang rawan (ampiartrosis), ialah
sendi dengan gerak sedikit, permukan diisahkan oleh bahan antara yang
memungkinkan sedikit gerakan. Misalnya, sendi pada simpisis pubis
dipisahkan oleh tulang rawan.
2. Sendi antara manubrium sterni dan korpus sterni, sendi pada tulang rawan
primer yang di jumpai pada efifisis dan diafisis tulang pipa.
3. Sendi sinovial (diartrosis) persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak
ragamnya dan semua mempunyai cirri yang sama. Cirri-ciri sendi yang
bergerak bebas: ujung tulang masuk dalam formasi persendian, ditutup oleh
tulang rawan hialin, ligament untuk mengikat tulang-tulangnya bersama.
Sebuah rongga perendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus
dan di perkuat oleh ligament.
Sendi synovial terdiri dari :
a. Sendi putar, bongkol sendi tepat masuk dalam mangkok sendi yang
dapat memberikan seluh arah, misalnya sendi pangul dan sendi peluru
yang terdapat di bahu.
b. Sendi engsel, satu permukaan bundar diterima yang lain sedemikian
rupa sehungga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah, misalnya
sendi siku dan sendi lutut.
c. Sendi kondiloid, seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua
bidang dan empat arah, lateral, kedepan dan kebelakang. Fleksi, extensi,
abduksi dan aduksi, msalnya pergerakan tangan.
d. Sendi berporos atau sendi putar, pergerakan sendi memutar seperti
pergerakan kepala sendi. Atlas berbentuk cincin berputar di sekitar
5
prosesus odontoid contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna
kronasi dan supinasi.
e. Sendi plana atau timbal balik, msalnya sendi rahang dan tulang
metakarpalia pertama (pergerakan tangan) yang dapat memberikan
kebebasan untuk bergerak, misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan
jari lainya.
4. Pembatasan Gerakan Sendi
Pergerakan sendi banyak di tntukan oleh permukaan persendian, misalnya
dibatasi oleh prosesus olekrani pada sendi bahu, ligament iliopemoral pada sendi
panggul. Kalau melihat bentuk-bentuk sendi tersebut di atas maka pergerakan tulang
dapat benar-benar bebas. Tetapi kenyataan dalam pergerakan sehari-hari tidak
demikian halnya, oleh karena pergerakan tersebut dihalangidan dibatasi oleh otot
yang terdapat di sekeliling sendi dan jugaadanya ikat sendi. Pada sendi panggul, ikat
sendi ini banyak sehingga pergerakan sendi tersebt sangat trbatas.
5. Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas
6
1. Sendi Pergelangan Bahu
a. Art. Sternoklafikular adalah hubungan antara gelang bahu batang badan,
antara pares sternalis klafikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas
berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.
Alat alat khususnya:
1) Kapsula artikularis, jaringan pibrosa sekeliling sendi.
2) Ligaqmentum sterno klavikular yang menghubungkan ujung medialis
klavikula dengan manubrium sterni.
3) Ligamentum interklavikular menghubungkan kdua ujung klavikular
dangan ujung kranialis sternum.
4) Ligamentum kostaklavikular menghubungkan tuberositas klostaris-
klavikula dengan rawan iga I.
5) Discus articularis terletak antara permukaan sendi sternalis klavikula,
melekat pada tepi atas elakang permukaan sndi klavikula.
b. Art. Akromioklavikula.
Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas akomialis dan klavikula
Alat-alat khususnya:
1) Kapsul artikularis terletak diatas dan di bawah ligamentum
akromioklavikularis superior dan imperior.
2) Ligamentum akromioklaavikularis superior, menghubungkan bagian
atas ekstremitas akromialis klavikulare dengan permukaan atas
akromion.
3) Ligamentum akromio klavikularis imperior, di bawah articulation
akromiklavikularis.
4) Ligamentum korakok klavikulare, menghubungkan prossesus
korakokoideus dengan tuberositas korako klavikularis
5) Ligamentum travezoideum, bagian anterior dan lateral.
c. Art Humeri.
Persendian ini merupakan seni peluru karena kaput humeri merupakan
sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput
gerakan humeri.
7
1) Gerakan antevleksi dan retrofleksi, gerakan berlangsung sekeliling
sumbu dengan gerakan horizontal.
2) Gerakan abduksidan aduksi, gerakan berlangsung dalam bidang
scapula sekeliling smbu, gerak yang sagitalis dan tegak lurus pada
bidang scapula.
3) Gerakan rotasi, gerak sekeliling sumbu yang memanjang pada sumbu
humerus, ketiga sumbu gerak berpotogan tegak lurus dikaput humeri.
2. Sendi Siku (Art Cubiti)
Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus,
ulna dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan sendi engsel
yang terdiri dari 3 bagian.
a. Art. Humeroulnaris. sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis
ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang terlebar
pada sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap
terbaik bagi lengan untuk menerima tumpuan.
b. Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea capitulum adii.
c. Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia artikularis radii
dan insisura radialis ulna.
3. Sendi Lengan Bawah dan Tangan
a. Art. Radiokarval, merupakan sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal
radialis yang merupakan lekuk sendi dan os navikularie/ lunatum dan
triquitrum merupakan kepala sendiyang terletak di sebelah distal.
b. Art. Korpometacarpae, terdiri dari:
1) Art. Carpometacarpae I (pollicis), hubungan antara os metacarpal I
dan os multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi
sangat longgar sehingga pergerakan lebih luas.
2) Articulations carpometacarpae II-V, sendi antara ossa carpalia dan
ossa metacarpalia II-V.
3) Articulationes intermetacarpal, basis ossis meta carpal II-V
bersendi satu sama lainya dengan satu permukaansendi yang kecil.
4) Articulaatoones metacarpophalangea, merupakan sendi antara
ossis metakarval, kepala sendi dengan basis ossis phalanx I
merupakan lekuk sendi.
8
5) Articulations digitorum manus, sndi antara phalanx I, II, III
merupakan sendi-sendi engsel yang diprtkuat oleh
(lig.vaginale,endorotasi dan eksorotasi).
4. Fisiologi Pergerakan
Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan diatur oleh saraf, tulang,
sendi, dan otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerjasama untuk
melakukan suatu kegiatan dan pergerakan. Aktivitas volunteer direncanakan oleh otak
dan perintah dikirim ke otot melalui sistem pyramidal yang berhubungan dengan
gerakan dan sikap.
a. Gerakan Pengungkit
Gaya yang dihasilkan oleh suatu otot bergantung pada banyak serabut
otot, semakin banyak serabut otot semakin besar gaya yang dapat dihasilkan.
Tiga macam pengungkit yaitu:
1. Titik penyokong terdapat diantara gaya dan beban yang mempunyai arah
yang sama. Misalnya gaya pada otot tengkuk, titik berat kepala
terdapatdi depan sumbu gerak.
2. Beban dan gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap titik penyokong.
Arah beban dan gaya bertentangan, misalnya menginjak kaki di tanah.
Kaki berinersi pada tuberkalkaneus, berat badan pada tungkai bawah
menekan talus.
3. Badan dan gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap titik penyokong.
Arah gaya dan badan bertentangan. Lengan atas lebih pendek dari lengan
bawah karena gaya otot ketul( m. brakhialis) menahan berat lengan
bawah.
b. Gerakan Anggota Badan
Gerakan mengangkat lengan ke atas tidak dapat dilakukan oleh sendi
bahu saja tetapi dibantu oleh otot pada sendi bahu, dada, punggung, dan
gerakan scapula memutar ke depan. Lengan yang digerakan ekstensi dan
fleksi dapat dilakukan sampai sudut bidang sagital 180o.
9
C. Tanda-tanda Fraktur dan Dislokasi
Gejala klinis fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak
dibagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), nyeri tekan,
krepitasi, gangguan fungsi mukuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang
dengan gangguan neurovakular. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis
diagnosis fraktur dapat ditegakkann walaupun jenis konfigrasi frakturnya belum dapat
ditentukan. Tanda dan gejala dislokasi:
Deformirtas
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan
eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
Terjadinya pemendekan.
Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu.
D. Klasifikasi Fraktur
1. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi menjadi 2 antara
lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
10
3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
4. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
dan ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur)
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit
yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar
dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang
terbuka :
1. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
2. Menurut derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang
lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang
dan fragmen tulang biasanya berubak tempat.
b. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu
sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick.
Kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
3. Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5
yaitu:
a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
11
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh
trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kea rah permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
4. Menurut jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
E. Interpretasi Kasus dalam Skenario
Alasan Pasien Mengeluh Lengan Kanannya Sakit
Pasien dalam skenario mengeluh lengan kanannya sakit disebabkan
karena bergesernya tulang dari sendi dan ligamen yang merupakan
penyokong. Pergeseran tulang tersebut akan membuat saraf-saraf yang
menginervasi sendi dan ligamen dari tulang tersebut mengalami lesi.
Membran-membran yang menyusun sendi seperti ligamen, bila mengalami
pergeseran akan merangsang saraf yang berada di tempat tersebut. Dimana
setiap organ mendapat persarafan sensorik dan motorik. Penyebab dari nyeri
yang dirasakan adalah karena adanya trauma akibat pergeseran tersebut maka
akan merangsang saraf sensorik dan menyebabkan nyeri.
Alasan Pasien Merasa Sendi Sikunya Keluar Dari Kedudukannya, Terasa
Kaku Dan Sangat Nyeri Jika Dilakukan Gerakan Tertentu
Keluarnya sendi siku yang dirasakan oleh pasien dikarenakan ketika
akan melakukan manuver senam, pasien tidak melakukan pemanasan terlebih
dahulu. Pamanasan sangat diperlukan ketika akan melakukan gerakan-gerakan
yang berat agar tidak otot dapat dengan perlahan meningkatkan kontraksi yang
di perlukan untuk gerakan tersebut. Melakukan manuver senam tanpa
melakukan pemanasan terlebih dahulu dapat menyebabkan otot belum terlalu
kuat untuk menopang gerakan tersebut dan menyebabkan fungsi otot sebagai
penyokong tulang menjadi terganggu sehingga tulang keluar dari
12
kedudukannya.
Sementara, penyebab dirasakannya rasa kaku dan nyeri saat dilakukan
gerakan tertentu adalah keluarnya tulang dari persendiannya menyebabkan
terjadinya lesi pada saraf motorik dan sensorik yang mempersarafinya. Selain
itu, karena tulang yang keluar dari sendinya membuat ketika adanya
pergerakan, tulang tersebut tidak dapat bergerak dengan bebas. Selain karena
tidak adanya tempat untuk tulang itu bergerak karena terpisah dari sendinya,
tidak adanya cairan sinovial pada lokasi pergeseran tersebut yang berfungsi
sebagai pelumas atau pelicin saat pergerakan juga membuat adanya rasa kaku
ketika pergerakan dilakukan.
Hubungan Sakit Pada Lengan Yang Dirasakan Oleh Pasien Dengan
Melakukan Maneuver Senam Tanpa Melakukan Pemanasan Terlebih
Dahulu
Hubungan antara tidak dilakukannya pemanasan terlebih dahulu
sebelum dilakukannya manuver senam adalah ketika pemanasan, otot yang
berfungsi sebagai penyokong dari tulang akan secara bertahap meningkatkan
tonusnya. Sehingga ketika akan melakukan gerakan yang lebih berat, otot akan
mampu menahan atau menopang tekanan yang diberikan selama melakukan
gerakan atau kegiatan tersebut. Akan menjadi masalah, ketika otot-otot
tersebut belum mampu menopang tekanan dari kegiatan yang akan dilakukan
seperti melakukan manuver senam dalam skenario. Masalahnya adalah karena
otot tidak akan mampu menopang gerakan secara tiba-tiba tersebut yang dapat
saja mengakibatkan dislokasi. Rasa sakit yang dirasakan tersebut adalah
karena terjadi dislokasi seperti yang telah dijelaskan diatas akibat dari tidak
melakukan gerakan pemanasan terlebih dahulu.
Alasan Pasien Sulit Melakukan Gerakan Aktif Maupun Pasif
Alasan mengapa pasien merasakan sulit melakukan gerakan aktif maupun
pasif adalah dikarenakan posisi tulang yang telah bergeser dari kedudukannya.
Seperti yang diketahui bahwa pada setiap persendian terdapat cairan sinovial
yang berfungsi sebagai pelicin atau pelumas. Ketika tulang bergeser dari
kedudukannya atau terjadi dislokasi maka tulang akan susah untuk digerakan
baik pasif maupun aktif. Selain karena tidak adanya cairan sinovial tersebut,
keadaan tulang yang dislokasi akan bergesekan dengan membran-membran
13
pembungkus tulang seperti ligamen dan otot yang menyebabkan akan terasa
nyeri ketika digerakan.
F. Interprestasi Pemeriksaan Fisik
1. Edema
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema karena terjadi inflamasi. Ketika
terjadi inflamasi, organisme-organisme dari sel darah akan dengan cepat
bertransportasi ke lokasi terjadinya cedera untuk segera menangani cedera
tersebut. Namun dalam keadaan fraktur maupun dislokasi tak jarang terjadi
penjepitan pada pembuluh darah yang membuat adanya sumbatan dan timbulah
edema. Edema terjadi karena ketika banyaknya sel darah pada lokasi tersebut
sehingga menimbulkan vasodilatasi pada pembuluh darah untuk menyediakan
ruangan yang lebih besar untuk sel darah tersebut.
2. Kemerahan
Kemerahan terjadi karena begitu banyaknya sel darah yang bermigrasi ke lokasi
tersebut dan adanya edema, maka akan timbul warna kemerahan pada permukaan
kulit.
3. Gerakan Abnormal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya gerakan abnormal. Dimana hal ini
terjadi karena adanya pergeseran tulang dari sendinya yang membuat adanya
gerakan kaku dari lengan pasien.
4. Palpasi Teraba Hangat
Ketika palpasi didapatkan rasa hangat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan salah
satu fungsi darah sebagai pengatur suhu tubuh.
5. Nyeri Tekan
Pergeseran tulang dari sendinya pasti akan menimbulkan cedera pada berbagai
komponen disekitar tulang tersebut seperti pada ligamen, otot, pembuluh darah
dan juga saraf. Seluruh bagian dari tubuh kita di persarafi oleh saraf sensorik dan
motorik. Ketika terjadi lesi pada saraf sensorik, maka akan menimbulkan nyeri
ketika ditekan.
6. Teraba Olecranon Terpisah dari Ulna
Olecranon dan ulna terasa terpisah karena dalam kasus di skenario ini pasien
mengalami fraktur olecranon. Dimana karena adanya fraktur tersebut
menyebabkan olecranon terpisah dari ulna.
14
7. Krepitasi
Teraba adanya krepitasi dikarenakan terjadi fraktur. Krepitasi pada fraktur ini
teraba karena adanya pecahan tulang yang bergesekan dengan tulang yang lain.
8. Neurovaskular Distal: Normal
Neurovaskular distal dari lokasi nyeri akan tetap normal. Hal ini dikarenakan
saraf dan pembuluh darah yang mengalami cedera tidak akan menimbulkan
impuls negatif kepada bagian distalnya.
G. Diagnosa Banding
Fraktur Olecranon
1. Gejala Klinis
Pasien yang mengalami fraktur olecranon datang dengan nyeri dan
pembengkakan pada siku dengan atau tanpa efusi.
2. Patofisiologi
Fraktur olekranon disebabkan oleh trauma langsung pada siku atau akibat
terjatuh dengan posisi tangan terjulur dan siku tertahan pada posisi fleksi.
Fraktur avulsi juga dapat terjadi akibat tarikan berlebihan otot triseps pada
insersinya. Fraktur akibat tekanan (stress fracture) kadang terjadi pada
pemain baseball dan pesenam.
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan foto anteroposterior dan lateral siku.
Pandangan lateral paling berguna dalam menilai pergeseran dan terjadinya
comminution. Fragmen fraktur dapat dipalpasi dengan olekranon.
Pemeriksaan neurovaskular yang cermat harus dilakukan untuk
mengevaluasi nervus ulnaris, meliputi fungsi motorik otot interoseosa dan
sensasi pada aspek palmar jari kelima.
4. Komplikasi klinis
Fraktur terbuka dapat terinfeksi. Cedera yang terkait meliputi fraktur dan
dislokasi kaput radii, dislokasi siku, dan instabilitas. Nervus ulnaris dapat
mengalami cedera. Pasien dapat kehilangan kisaran fleksi sebanyak 15
derajat setelah fraktur olecranon. Artritis non-union dan pascatrauma
adalah komplikasi lainnya.
5. Penatalaks anaan
Fraktur olecranon memerlukan konsultasi ortopedik dari unit gawat
darurat. Fraktur yang tidak bergeser dapat ditangani secara non-operatif
15
dan dibidai dalam posisi fleksi 30 derajat. Fraktur yang bergeser
memerlukan reduksi terbuka dengan fiksasi internal atau pinning dengan
pita tekan.
Fraktur Caput Radius
1. Gejala Klinis
Penderita fraktur kaput radii (RHF, radial head fracture) datang dengan
nyeri di sekitar siku setelah terjatuh dengan ekstremitas atas terjulur atau,
pada beberapa kasus yang jarang, setelah trauma langsung pada siku.
2. Patofisiologi
Sepertiga dari seluruh fraktur yang mengenai siku merupakan RHF.
Karena kaput radii merupakan unsur penstabil untuk siky dan lengan
bawah, maka RHF dapat mengganggu fungsi ekstremitas atas secara
serius. RHF dapat dikelompokam menjadi Mason tipe 1 (tidak bergeser),
Mason tipe 2 (sedikit bergeser/artikular sebagian), dan Mason tipe 3
(artikular komplet).
3. Diagnosa
Diagnosis dicurigai berdasarkan pada mekanisme cedera dan pemeriksaan
fisik, yang dapat memperlihatkan penurunan ruang gerak serta nyeri tekan
titik secara langsung pada kaput radii. Foto rontgen polos biasanya bersifat
konfirmatif; namun pada beberapa kasus, yang dapat dilihat hanyalah
temuan presumtif yang sesuai dengan fraktur (tanda bantalan lemak
anterior).
4. Komplikasi Klinis
Komplikasinya meliputi penurunan ruang gerak (ekstensi) dan nyeri
kronik pascacedera/pascapengobatan.
5. Penatalaksanaan
Penanganan akut meliputi kompres es, elevasi dan analgesia. Pasien
dengan fraktur yang bergeser minimal atau tidak bergeser biasanya dapat
berhasil ditangani melalui tindakan non-operasi dengan imobilisasi
menggunakan penyangga (sling) jangka pendek selama 7-10 hari. Reduksi
terbuka dengan fiksasi internal dianjurkan untuk “fraktur artikular parsial
dengan fragmen tunggal dan untuk fraktur artikular komplit dengan tiga
fragmen atau kurang”. Fraktur kominutif dan fraktur-dislokasi biasanya
memerlukan eksisi kaput radii.
16
Fraktur Humerus Distal
1. Gejala Klinis
Pada daerah siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan
biasanya pasien mengeluh siku lengannya seperti akan lepas serta
krepitasi.
2. Patofisiologi
Fraktur humerus distal dapat terjadi karena trauma langsung atau tidak
langsung.
Trauma langsung : Dapat terjadi apabila terjatuh,terpleset dengan
posisi siku tangan menopang tubuh atau siku tangan terbentur.
Trauma tidak langsung : Dapat terjadi apabila jatuh dalam posisi
tangan menopang tubuh, tetapi posisi siku dalam posisi tetap lurus.
Fraktur Supracondilar Humeri
1. Gejala Klinis
Pasien yang mengalami fraktur suprakondilar (SF, supracondylar fracture)
datang dengan nyeri, pembengkakan, dan terbatasnya gerakan siku setelah
terjatuh, mengalami trauma langsung, atau trauma berkecepatan tinggi
multipel. SF lebih sering terjadi pada anak.
2. Patofisiologi
SF menyebabkan 3-7% dari seluruh fraktur yang terjadi pada anak dan
untuk sebagian besar (sampai 80%) dari seluruh fraktur siku yang terjadi
pada anak. SF yang paling sering terjadi yaitu melibatkan mekanisme
ekstensi, dimana pada mekanisme tersebut kompleks kondilar bergeser ke
posteromedial atau posterolateral setelah terjatuh dengan tangan terjulur.
Hanya sekitar 2% SF yang melibatkan mekanisme fleksi, pada mekanisme
ini komponen tulang kondilar bergser ke anterolateral. Sampai 15% SF
melibatkan gangguan vaskular awal akibat pembengkakan, perdarahan,
atau efek fragmen fraktur yang bergeser.
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat cidera dan temuan klinis.
Pencitraan radiografik diperlukan untuk diagnosis definitif dan untuk
menentukan posisi fragmen fraktur. Ganagguan vaskuler yang disebabkan
oleh fraktur ini menggambarkan kedaruratan ortopedik.
4. Komplikasi klinis
17
SF adalah fraktur serius dan dapat dipersulit oleh cidera pada arteri
radialis; nervus medianus atau nervus radialis; terjepitnya saraf; cidera
neurovaskular akibat fragmen fraktur yang tajam; kontraktur volkmann
akibat gangguan vaskuler; sindrom kompartemen; dan cacat permanen.
Cidera saraf pada 20% dari seluruh kasus SF.
5. Tatalaksana
Kompres es, imobilisasi dengan bidai yang nyaman, dan elevasi secara
hati-hati merupakan komponen esensial pada tatalaksana SF di unit gawat
darurat (UGD). Selain itu, pemeriksaan secara cermat dan lengkap pada
status neurovaskular eksremitas yang mengalami cedera, bersifat esensial.
Penilain ini sebaiknya sering di ulangi saat pasien masih berada di UGD
serta sebelum dan setelah pasien dibawa ke ruang foto untuk memjalani
foto sinar-x. Semua pasien yang mengalami SF perlu dirawat di rumah
sakit untuk observasi. Sebagian besar pasien akan memerlukan fiksasi
operatif, dan fraktur ini harus memperoleh perhatian on-site dari konsultan
ortopedik.
Fraktur Montegia
1. Gejala klinis
Pasien yang mengalami fraktur-dislokasi monteggia (MFD, Monteggia
Fracture-dislocation) datang dengan nyeri lengan bawah setelah terjatuh
atau mengalami trauma langsung.
2. Patofisiologi
Cidera MFD meliputi fraktur ulna proksimal yang disertai dislokasi caput
radii. Karena letak radius dengan ulna bertepatan, maka kekuatan yang
menyebabkan fraktur pada satu tulang dapat menyebabkan dislokasi
tulang yang berdekatan. Pada MFD, ligamentum anular dan membran
interoseriosa juga sering mengalami cidera. Pada kasus terjatuh,
mekanisme yang paling sering adalah terjatuh dengan posisi tangan
terjulur dengan tangan pronasi atau siku fleksi. Trauma pada lengan
bawah proksimal, seperti akibat ”cedera nighstick” (dimana penderita
mencoba untuk menghambat pukulan yang mengayuh kebawah dari suatu
objek keras, dan menyerupai batang), juga dapat menyebabkan MFD.
3. Diagnosa
18
Pencitraan radiografik memperlihatkan fraktur ulna proksimal dan
kemudian harus dilakukan penilaian kaput radii. Foto rontgen lateral siku
dapat memperlihatkan dislokasi kaput radii. Garis yang ditarik melalui
pusat kaput radii harus melalui bagian tengah kapitulum humeral. Foto
rontgen dengan pandangan lain sebagai perbandingan mungkin diperlukan
pada beberapa kasus. Selain mendiagnosis MFD, dokter harus melakukan
pemeriksaan neurovaskular yang menyeluruh untuk menyingkirkan cedera
yang mengancam ekstremitas dan untuk memeriksa fungsi saraf.
4. Komplikasi Klinis
Nervus interoseosa posterior berjalan di sekitar radius proksimal dan dapat
rusak pada cedera MFD. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan ekstensi
jari/ibu jari tangan. Gangguan ini biasanya sembuh serelah perjalanan
penyakit beberapa bulan. Sindroma kompartemen merupakan potensi
komplilasi yang selalu ada.
5. Penatalaksanaan
Reduksi dan regimen pengobatan sejak dini harus ditentukan oleh ahlo
bedah ortopedik, karena berpotensi mengalami nyeri berkepanjangan dan
cacat jika cedera tersebut tidak ditengani secara tepat. Sebagian besar
MFD pada irang dewasa memerlukan reduksi terbuka dan perbaikan
operatif. Sebagian besar kasus anak sembuh dengan baik melalui
pendekatan tertutup setelah reduksi yang sesuai. Analgesik yang adekuat
bersifat esensial dan antibiotik harus diberikan jika terjadi fraktur terbuka.
Dislokasi Elbow
9. Definisi
Ketika permukaan dari sendi siku terpisah maka disebut dengan
dislokasi. Dislokasi pada siku bisa komplit ataupun parsial. Pada dislokasi
yang komplit, permukaan dari sendi siku terpisah secara komplit. Pada
dislokasi parsial, permukaan dari sendi hanya terpisah sebagian. Dislokasi
parsial biasa juga disebut dengan subluksasi.
2. Epidemiologi
- Jenis kelamin
Dislokasi pada siku lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada
perempuan
19
- Umur
Dislokasi lebih banyak terjadi pada usia dewasa, dengan kekuatan
yang sama pada anak-anak lebih sering terjadi fraktur supracondylar
pada distal humerus.
3. Etiologi
Dislokasi siku biasanya terjadi saat seseorang terjatuh dan terjadi saat
tangan teregang. Ketika tangan menyentuh tanah, tekanan sampai ke siku.
Biasanya terjadi gerakan balik pada gaya ini. Dislokasi siku ini bisa terjadi
saat kecelakaan mobil dan siku terputar keluar dari persendiannya.
Dislokasi siku bisa terjadi pada kecelakaan mobil ketika penumpang
menahan. Tekanan diteruskan ke lengan sehingga bisa terjadi dislokasi
pada siku.
Kestabilan dari siku ditunjang oleh beberapa komponen yang ada
disekitar siku yaitu antara lain permukaan tulang, ligament dan otot.
Ketika terjadi dislokasi pada siku maka banyak struktur yang cedera pada
derajat yang berbeda.
Beberapa orang yang memiliki ligament yang besar dan lemah pada
sikunya akan beresiko lebih besar untuk terjadinya dislokasi pada siku.
Begitu juga pada orang yang memiliki alur ulna yang dangkal pada sendi
engsel siku juga memiliki resiko yang besar terjadinya dislokasi pada siku.
A complete elbow dislocation.
4. Klasifikasi Elbow Dislocation
Pada Dislokasi yang simple tidak terjadi cedera pada tulang yang
utama, sedangkan pada dislokasi yang kompleks akan terjadi cedera yang
parah pada tulang dan ligament. Pada dislokasi yang parah, pembuluh
20
darah dan saraf yang melewati siku kemungkinan bisa terjadi cedera, jika
ini terjadi maka beresiko untuk kehilangan siku.
- Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada
tonjolan olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari
bidang epicondilus. Sebagai contoh seseorang yang jatuh dari sepatu
roda, jatuh ke belakang, dan dapat menyebakan dislokasi posterior.
Dislokasi ini tidak berhubungan dengan cedera neurovaskular.
- Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada
lengan bawah terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi
pemanjangan dalam keadaan supinasi. umumnya terkait dengan gangguan
arteri brakialis dan / atau cedera pada saraf median.
5. Manifestasi Klinis
1. Saat setelah kejadian penderita Menyanggah lengan bawahnya
dengan tangan yang lainnya. Deformitas dan pembengkakan pd siku
biasanya sangat nyata.
2. Penderita mempertahankan sikunya untuk tidak bergerak dalam posisi
fleksi.
3. Arah dislokasi paling sering ke posterior namun dapat pula terjadi ke
arah lateral atau medial.
4. Pada dislokasi yang paling besar terjadi kerusakan jaringan lunak berupa :
robekan kapsul sendi bahkan arteri brachialis, juga dapat terjadi fraktur.
21
5. Bila dislokasi kearah lateral atau medial ligament akan terulur bahkan
ruptur, ovulsi tendon pleksor dan epicondilus medial.
6. Anamnesis
Anamnesis dari dislokasi siku meliputi, mekanisme dari cedera tipe
dan lokasi dari nyeri, disfungsi, pengobatan sebelum datang ke unit gawat
darurat, waktu efusi muncul dan perjalanan terjadinya cedera.
- Mekanisme : saat terjatuh dan terjadi ekstensi dan abduksi pada
lengan (posterior) atau terjadi fleksi langsung pada siku (anterior)
- Nyeri, fokus disekitar sendi siku
- Keterbatasan dalam gerak
- Effusi
7. Pemeriksaan Fisik
- Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada
tonjolan olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari
bidang epicondilus.
- Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada
lengan bawah terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi
pemanjangan dalam keadaan supinasi.
- Fungsi neurovascular harus diperhatikan sebelum dan sesudah
reduksi.
Pemeriksaan dilakukan di lengan. Pemeriksaan dilakukan yaitu
pemeriksaan nyeri, bengkak dan deformitas. Lakukan evaluasi
terhadap kulit dan sirkulasi pada lengan. Pulsasi pada pembuluh darah
juga harus di cek. Jika arteri cedera pada saat dislokasi, maka tangan
akan terasa dingin dan berubah menjadi pucat.
8. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
X-ray untuk menentukan apakah ada cedera tulang. X-ray juga dapat
membantu menunjukkan arah dislokasi. Sinar-X merupakan cara terbaik
22
untuk memastikan adanya dislokasi sendi. Tetapi untuk menentukan
tulang secara detail sulit untuk identifikasi pada sinar X, dapat dilakukan
pada computed tomography (CT) scan. Jika diperlukan untuk
mengevaluasi ligamen, magnetic resonance image (MRI) dapat
membantu.
Tes Lainnya
- Arteriografi harus dilakukan untuk kasus-kasus yang dicurigai
mengalami cedera vaskular.
9. Diagnosis Banding
- Fraktur siku
- Fraktur lengan bawah
- Trauma, cedera pada pembuluh darah perifer
10. Komplikasi
Komplikasi dislokasi siku :
• cedera arteri brakialis
• cedera saraf medial
• cedera saraf ulnaris
• Fraktur secara bersamaan
• avulsi dari triceps mekanisme penyisipan (dislokasi anterior saja)
• Jebakan fragmen tulang dalam ruang sendi
• Kekakuan sendi dengan penurunan ROM (terutama dalam ekstensi)
• Myositis ossificans
• Sindrom Kompartemen
11. Pengobatan
Suatu dislokasi siku harus dianggap cedera darurat. Tujuan pengobatan
langsung dari dislokasi siku adalah mengembalikan siku untuk
penyelarasan normal. Tujuan jangka panjang adalah untuk
mengembalikan fungsi lengan.
23
Pengobatan Non-Bedah
Penyesuaian siku normal biasanya dapat dipulihkan di bagian
gawat darurat di rumah sakit. Sebelum ini dilakukan, biasanya
akan diberikan obat penenang dan obat nyeri. Tindakan
mengembalikan keselarasan ke siku disebut manuver reduksi. Hal
ini dilakukan dengan lembut dan perlahan-lahan. Biasanya
diperlukan dua orang untuk melakukan manuver ini.
Dislokasi siku sederhana diperlakukan dengan menjaga siku
bergerak dalam bidai atau selempang selama dua sampai tiga
minggu, diikuti dengan latihan gerakan awal. Jika siku bergerak
untuk waktu yang lama, kemampuan untuk memindahkan siku
sepenuhnya (range of motion / ROM) mungkin akan terpengaruh.
Terapi fisik dapat membantu selama periode pemulihan.
Beberapa orang tidak akan pernah bisa sepenuhnya terbuka
(memperpanjang) lengan, bahkan setelah terapi fisik. Untungnya,
siku dapat bekerja dengan baik bahkan tanpa berbagai ROM.
Setelah ROM siku membaik, dokter atau terapis fisik dapat
menambahkan program penguatan. X-ray dapat diambil secara
berkala sambil menunggu siku pulih untuk memastikan bahwa
tulang-tulang sendi siku tetap baik.
Pengobatan Bedah
Dalam dislokasi siku kompleks, operasi mungkin diperlukan
untuk mengembalikan keselarasan tulang dan perbaikan ligamen.
Ini bisa sulit untuk mengembalikan kembali dislokasi siku
kompleks dan untuk menjaga sendi sejalan. Setelah operasi, siku
dapat dilindungi dengan engsel eksternal. Perangkat ini
melindungi siku dari dislokasi lagi. Jika pembuluh darah atau saraf
cedera berhubungan dengan dislokasi siku, operasi tambahan
mungkin diperlukan untuk memperbaiki pembuluh darah dan saraf
serta perbaikan tulang dan cedera ligamen.
Bedah rekonstruksi akhir berhasil dapat mengembalikan
gerakan untuk beberapa siku kaku. Operasi ini menghilangkan
24
jaringan parut dan pertumbuhan tulang tambahan. Hal ini juga
menghilangkan hambatan untuk gerakan.
Seiring waktu, ada peningkatan risiko untuk arthritis di sendi
siku jika pengembalian tulang tidak baik, siku tidak bergerak dan
memutar secara normal, atau siku terus dislokasi.
BAB III
25
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa SMA pada skenario tersebut terkena
Dislokasi Elbow beserta Fraktur Olecranon. Diagnosa ini dapat ditegakan dengan
adanya sendi siku yang terasa keluar dari kedudukannya dan bagian olecranon yang
terpisah dari ulna, dimana kedua tanda ini menegakan adanya terjadi dislokasi yang
disertai dengan fraktur. Selain itu, pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya krepitasi
yang merupakan tanda-tanda dari fraktur.
26
Daftar pustaka
1. Guyton, Arthur C. & Hall, John E.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
2. Sloane, Ethel.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta:EGC
3. Price Sylvia. A, dkk. 2005. Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Greenberg, Michael I..2008.Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.
27