lbm 3

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung. Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi 1

Transcript of lbm 3

Page 1: lbm 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia

sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat

menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan

rumah tangga.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan

oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini

dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan

badan dengan posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan

letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah tulang adalah

kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang berakibat tulang

yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau tanpa adanya jarak yang

menyebabkan fragmen.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di

sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur

tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit dan

inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua fragmen atau

lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja. Fraktur

komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi, kominutif,

dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick fracture, yang khas

pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya ditemukan pada orang dewasa.

Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang

1

Page 2: lbm 3

disebabkan oleh tarikan ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi

akibat dari kontraksi otot secara paksa.

1.2 TUJUAN

1. Agar mahasiswa mengetagui tentang anatomi dan fisiologi tulang dan sendi pada

ekstermitas atas

2. Agar mahasiswa mengetagui tentang tanda-tanda dari fraktur dan dislokasi

3. Agar mahasiswa mengetagui tentang klasifikasi dari fraktur

4. Agar mahasiswa mengetagui tentang interpretasi kasus pada skenario

5. Agar mahasiswa mengetagui tentang interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario

6. Agar mahasiswa mengetagui tentang diagnosa banding dari kasus dalam skenario

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi tulang dan sendi pada ekstermitas atas?

2. Bagaimana tanda-tanda dari fraktur dan dislokasi?

3. Bagaimana klasifikasi dari fraktur?

4. Bagaimana interpretasi kasus pada skenario?

5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?

6. Bagaimana diagnosa banding dari kasus dalam skenario?

2

Page 3: lbm 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

“SAKIT SENDI SIKU”

Seorang siswa SMA berusia 17 tahun, yang sedang ujian praktek olahraga,

mengeluhkan lengan kanannya sakit dan sulit digerakan setelah 1 jam sebelumnya melakukan

salah satu manuver senam tanpa terlebih dahulu menjalani pemanasan. Pasien merasa sendi

sikunya terasa keluar dari kedudukannya, terasa kaku dan sangat nyeri terutama ketika

dilakukan gerakan tertentu.

Oleh dokter dilakukan pemeriksaan fisik tampak edema, kemerahan, gerakan

abnormal penonjolan ujung distal bagian belakang lengan atas. Palpasi teraba hangat, nyeri

tekan +, teraba olecranon terpisah dari ulna, nyeri melingkar+, nyeri sumbu +, krepitasi +

teraba belakang sendi siku, Neurovaskuler distal: normal. Pada pemeriksaan gerakan, sulit

melakukan gerakan aktif maupun pasif. Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien, dan

pemeriksaan apalagi yang perlu disarankan untuk menentukan kelainan dengan pasti?

2.2 PEMBAHASAN

A. Terminologi

Olecranon

Pada bagian proksimal dari tulang ulna terdapat sebuah tonjolan tulang yang

disebut prosesus olecranon.

Krepitasi

Krepitasi adalah suara-suara yang dihasilkan oleh gesekan atara segmen-

segmen tulang.

Sendi

Sendi adalah hubungan antara tulang-tulang yang membentuk sistem gerak

pada manusia.

Neurovaskular

Neurovaskular adalah saraf dan pembuluh darah.

Nyeri Sumbu

Nyeri sumbu adalah nyeri yang timbul apabila tulang itu ditekan dari ujung ke

ujung.

B. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi Ekstremitas Atas

3

Page 4: lbm 3

1. Tulang

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak

dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu

dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan

sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.

Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat di gerakan.

Hubungan dua tulng disebut persendian (artikulasi). Bebrapa komponen

penunjang sendi:

- Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di

bagian dalamnya terdapat rongga.

- Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar

ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga

berfungsi mencegah dislokasi.

- Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang rawan

yang menutupi kedua ujung tululang. Berguna untuk menjaga

benturan.

- Ciran synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

2. Jenis-Jenis Persendian

Ada 3 jenis persendian yang dibedakan berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki:

1. Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapt digerakan, dimna letak

tulang-tulangya sangat berdektan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan

ikat fibrosa, contohnya sutura di antara tulang-tulang tengkorak.

2. Persendian Kartilagenos, yaitu persendian yang gerakanya terbatas, dimana

tulang-tulangya dihubungkan oleh tulang rawan hielin, contohnya tulang iga.

3. Persendian Sinovial, yaitu persendian yng gerakanya bebas, merupakan bagian

terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan

panggul, sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki,

pergerakan tangan dan kaki.

3. Persyarafan sendi

Kapsul dan ligamentum mendapat saraf sensori. Pembuluh darah mendapat

serabut saraf otnom simpatis. Rawan yang meliputi permukaan sendi mendapat

sedikit ujung saraf dekat pinggirnya.

4

Page 5: lbm 3

Peregangan berlebihan pada kapsul dan ligamentum menimbukan reflex

kontraksi otot sekitar sendi. Peregangan yang berlebihan akan menimbulkan rasa

nyeri. Serabut smpatis mengatur sulay darah pada sendi. Menurut hokum Hilton,

syaraf yang mempersarafi sendi juga mempesyarafi otot yang menggerakan sendi dan

kulit sekitar insersi otot tersebut.

Sendi utama terdiri dari:

1. Sendi fibrus atau sinartrosis, ialah sendi yang tidak bias bergerak, misalny

persambungan tulang bergigi (sutura) yang terdapat pada kepala sela antara

tulang pipih yang menyatukan os frontal, os parietal, os temporal, dan os

etmoidal. Sendi sindesmosis, permukan sendi dihubungkan oleh membrane

pada sendi tibia dan pibula inferior. Sendi tulang rawan (ampiartrosis), ialah

sendi dengan gerak sedikit, permukan diisahkan oleh bahan antara yang

memungkinkan sedikit gerakan. Misalnya, sendi pada simpisis pubis

dipisahkan oleh tulang rawan.

2. Sendi antara manubrium sterni dan korpus sterni, sendi pada tulang rawan

primer yang di jumpai pada efifisis dan diafisis tulang pipa.

3. Sendi sinovial (diartrosis) persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak

ragamnya dan semua mempunyai cirri yang sama. Cirri-ciri sendi yang

bergerak bebas: ujung tulang masuk dalam formasi persendian, ditutup oleh

tulang rawan hialin, ligament untuk mengikat tulang-tulangnya bersama.

Sebuah rongga perendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus

dan di perkuat oleh ligament.

Sendi synovial terdiri dari :

a. Sendi putar, bongkol sendi tepat masuk dalam mangkok sendi yang

dapat memberikan seluh arah, misalnya sendi pangul dan sendi peluru

yang terdapat di bahu.

b. Sendi engsel, satu permukaan bundar diterima yang lain sedemikian

rupa sehungga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah, misalnya

sendi siku dan sendi lutut.

c. Sendi kondiloid, seperti sendi engsel tetapi dapat bergerak dalam dua

bidang dan empat arah, lateral, kedepan dan kebelakang. Fleksi, extensi,

abduksi dan aduksi, msalnya pergerakan tangan.

d. Sendi berporos atau sendi putar, pergerakan sendi memutar seperti

pergerakan kepala sendi. Atlas berbentuk cincin berputar di sekitar

5

Page 6: lbm 3

prosesus odontoid contoh lain adalah gerakan radius di sekitar ulna

kronasi dan supinasi.

e. Sendi plana atau timbal balik, msalnya sendi rahang dan tulang

metakarpalia pertama (pergerakan tangan) yang dapat memberikan

kebebasan untuk bergerak, misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan

jari lainya.

4. Pembatasan Gerakan Sendi

Pergerakan sendi banyak di tntukan oleh permukaan persendian, misalnya

dibatasi oleh prosesus olekrani pada sendi bahu, ligament iliopemoral pada sendi

panggul. Kalau melihat bentuk-bentuk sendi tersebut di atas maka pergerakan tulang

dapat benar-benar bebas. Tetapi kenyataan dalam pergerakan sehari-hari tidak

demikian halnya, oleh karena pergerakan tersebut dihalangidan dibatasi oleh otot

yang terdapat di sekeliling sendi dan jugaadanya ikat sendi. Pada sendi panggul, ikat

sendi ini banyak sehingga pergerakan sendi tersebt sangat trbatas.

5. Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas

6

Page 7: lbm 3

1. Sendi Pergelangan Bahu

a. Art. Sternoklafikular adalah hubungan antara gelang bahu batang badan,

antara pares sternalis klafikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas

berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.

Alat alat khususnya:

1) Kapsula artikularis, jaringan pibrosa sekeliling sendi.

2) Ligaqmentum sterno klavikular yang menghubungkan ujung medialis

klavikula dengan manubrium sterni.

3) Ligamentum interklavikular menghubungkan kdua ujung klavikular

dangan ujung kranialis sternum.

4) Ligamentum kostaklavikular menghubungkan tuberositas klostaris-

klavikula dengan rawan iga I.

5) Discus articularis terletak antara permukaan sendi sternalis klavikula,

melekat pada tepi atas elakang permukaan sndi klavikula.

b. Art. Akromioklavikula.

Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas akomialis dan klavikula

Alat-alat khususnya:

1) Kapsul artikularis terletak diatas dan di bawah ligamentum

akromioklavikularis superior dan imperior.

2) Ligamentum akromioklaavikularis superior, menghubungkan bagian

atas ekstremitas akromialis klavikulare dengan permukaan atas

akromion.

3) Ligamentum akromio klavikularis imperior, di bawah articulation

akromiklavikularis.

4) Ligamentum korakok klavikulare, menghubungkan prossesus

korakokoideus dengan tuberositas korako klavikularis

5) Ligamentum travezoideum, bagian anterior dan lateral.

c. Art Humeri.

Persendian ini merupakan seni peluru karena kaput humeri merupakan

sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput

gerakan humeri.

7

Page 8: lbm 3

1) Gerakan antevleksi dan retrofleksi, gerakan berlangsung sekeliling

sumbu dengan gerakan horizontal.

2) Gerakan abduksidan aduksi, gerakan berlangsung dalam bidang

scapula sekeliling smbu, gerak yang sagitalis dan tegak lurus pada

bidang scapula.

3) Gerakan rotasi, gerak sekeliling sumbu yang memanjang pada sumbu

humerus, ketiga sumbu gerak berpotogan tegak lurus dikaput humeri.

2. Sendi Siku (Art Cubiti)

Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus,

ulna dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan sendi engsel

yang terdiri dari 3 bagian.

a. Art. Humeroulnaris. sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis

ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang terlebar

pada sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap

terbaik bagi lengan untuk menerima tumpuan.

b. Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea capitulum adii.

c. Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia artikularis radii

dan insisura radialis ulna.

3. Sendi Lengan Bawah dan Tangan

a. Art. Radiokarval, merupakan sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal

radialis yang merupakan lekuk sendi dan os navikularie/ lunatum dan

triquitrum merupakan kepala sendiyang terletak di sebelah distal.

b. Art. Korpometacarpae, terdiri dari:

1) Art. Carpometacarpae I (pollicis), hubungan antara os metacarpal I

dan os multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi

sangat longgar sehingga pergerakan lebih luas.

2) Articulations carpometacarpae II-V, sendi antara ossa carpalia dan

ossa metacarpalia II-V.

3) Articulationes intermetacarpal, basis ossis meta carpal II-V

bersendi satu sama lainya dengan satu permukaansendi yang kecil.

4) Articulaatoones metacarpophalangea, merupakan sendi antara

ossis metakarval, kepala sendi dengan basis ossis phalanx I

merupakan lekuk sendi.

8

Page 9: lbm 3

5) Articulations digitorum manus, sndi antara phalanx I, II, III

merupakan sendi-sendi engsel yang diprtkuat oleh

(lig.vaginale,endorotasi dan eksorotasi).

4. Fisiologi Pergerakan

Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan diatur oleh saraf, tulang,

sendi, dan otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerjasama untuk

melakukan suatu kegiatan dan pergerakan. Aktivitas volunteer direncanakan oleh otak

dan perintah dikirim ke otot melalui sistem pyramidal yang berhubungan dengan

gerakan dan sikap.

a. Gerakan Pengungkit

Gaya yang dihasilkan oleh suatu otot bergantung pada banyak serabut

otot, semakin banyak serabut otot semakin besar gaya yang dapat dihasilkan.

Tiga macam pengungkit yaitu:

1. Titik penyokong terdapat diantara gaya dan beban yang mempunyai arah

yang sama. Misalnya gaya pada otot tengkuk, titik berat kepala

terdapatdi depan sumbu gerak.

2. Beban dan gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap titik penyokong.

Arah beban dan gaya bertentangan, misalnya menginjak kaki di tanah.

Kaki berinersi pada tuberkalkaneus, berat badan pada tungkai bawah

menekan talus.

3. Badan dan gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap titik penyokong.

Arah gaya dan badan bertentangan. Lengan atas lebih pendek dari lengan

bawah karena gaya otot ketul( m. brakhialis) menahan berat lengan

bawah.

b. Gerakan Anggota Badan

Gerakan mengangkat lengan ke atas tidak dapat dilakukan oleh sendi

bahu saja tetapi dibantu oleh otot pada sendi bahu, dada, punggung, dan

gerakan scapula memutar ke depan. Lengan yang digerakan ekstensi dan

fleksi dapat dilakukan sampai sudut bidang sagital 180o.

9

Page 10: lbm 3

C. Tanda-tanda Fraktur dan Dislokasi

Gejala klinis fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak

dibagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), nyeri tekan,

krepitasi, gangguan fungsi mukuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang

dengan gangguan neurovakular. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis

diagnosis fraktur dapat ditegakkann walaupun jenis konfigrasi frakturnya belum dapat

ditentukan. Tanda dan gejala dislokasi:

Deformirtas

Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan

eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.

Terjadinya pemendekan.

Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu.

D. Klasifikasi Fraktur

1. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi menjadi 2 antara

lain:

a. Fraktur tertutup (closed)

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan

jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak

sekitarnya.

2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

10

Page 11: lbm 3

3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

4. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

dan ancaman sindroma kompartement.

b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit

yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar

dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang

terbuka :

1. Derajat I

Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.

2. Derajat II

Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.

3. Derajat III

Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

2. Menurut derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)

Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang

lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang

dan fragmen tulang biasanya berubak tempat.

b. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )

Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu

sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick.

Kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di

sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau

tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan

pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

3. Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5

yaitu:

a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap

sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.

11

Page 12: lbm 3

c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh

trauma rotasi.

d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang kea rah permukaan lain.

e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot

pada insersinya pada tulang.

4. Menurut jumlah garis patahan ada 3 antara lain:

a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.

E. Interpretasi Kasus dalam Skenario

Alasan Pasien Mengeluh Lengan Kanannya Sakit

Pasien dalam skenario mengeluh lengan kanannya sakit disebabkan

karena bergesernya tulang dari sendi dan ligamen yang merupakan

penyokong. Pergeseran tulang tersebut akan membuat saraf-saraf yang

menginervasi sendi dan ligamen dari tulang tersebut mengalami lesi.

Membran-membran yang menyusun sendi seperti ligamen, bila mengalami

pergeseran akan merangsang saraf yang berada di tempat tersebut. Dimana

setiap organ mendapat persarafan sensorik dan motorik. Penyebab dari nyeri

yang dirasakan adalah karena adanya trauma akibat pergeseran tersebut maka

akan merangsang saraf sensorik dan menyebabkan nyeri.

Alasan Pasien Merasa Sendi Sikunya Keluar Dari Kedudukannya, Terasa

Kaku Dan Sangat Nyeri Jika Dilakukan Gerakan Tertentu

Keluarnya sendi siku yang dirasakan oleh pasien dikarenakan ketika

akan melakukan manuver senam, pasien tidak melakukan pemanasan terlebih

dahulu. Pamanasan sangat diperlukan ketika akan melakukan gerakan-gerakan

yang berat agar tidak otot dapat dengan perlahan meningkatkan kontraksi yang

di perlukan untuk gerakan tersebut. Melakukan manuver senam tanpa

melakukan pemanasan terlebih dahulu dapat menyebabkan otot belum terlalu

kuat untuk menopang gerakan tersebut dan menyebabkan fungsi otot sebagai

penyokong tulang menjadi terganggu sehingga tulang keluar dari

12

Page 13: lbm 3

kedudukannya.

Sementara, penyebab dirasakannya rasa kaku dan nyeri saat dilakukan

gerakan tertentu adalah keluarnya tulang dari persendiannya menyebabkan

terjadinya lesi pada saraf motorik dan sensorik yang mempersarafinya. Selain

itu, karena tulang yang keluar dari sendinya membuat ketika adanya

pergerakan, tulang tersebut tidak dapat bergerak dengan bebas. Selain karena

tidak adanya tempat untuk tulang itu bergerak karena terpisah dari sendinya,

tidak adanya cairan sinovial pada lokasi pergeseran tersebut yang berfungsi

sebagai pelumas atau pelicin saat pergerakan juga membuat adanya rasa kaku

ketika pergerakan dilakukan.

Hubungan Sakit Pada Lengan Yang Dirasakan Oleh Pasien Dengan

Melakukan Maneuver Senam Tanpa Melakukan Pemanasan Terlebih

Dahulu

Hubungan antara tidak dilakukannya pemanasan terlebih dahulu

sebelum dilakukannya manuver senam adalah ketika pemanasan, otot yang

berfungsi sebagai penyokong dari tulang akan secara bertahap meningkatkan

tonusnya. Sehingga ketika akan melakukan gerakan yang lebih berat, otot akan

mampu menahan atau menopang tekanan yang diberikan selama melakukan

gerakan atau kegiatan tersebut. Akan menjadi masalah, ketika otot-otot

tersebut belum mampu menopang tekanan dari kegiatan yang akan dilakukan

seperti melakukan manuver senam dalam skenario. Masalahnya adalah karena

otot tidak akan mampu menopang gerakan secara tiba-tiba tersebut yang dapat

saja mengakibatkan dislokasi. Rasa sakit yang dirasakan tersebut adalah

karena terjadi dislokasi seperti yang telah dijelaskan diatas akibat dari tidak

melakukan gerakan pemanasan terlebih dahulu.

Alasan Pasien Sulit Melakukan Gerakan Aktif Maupun Pasif

Alasan mengapa pasien merasakan sulit melakukan gerakan aktif maupun

pasif adalah dikarenakan posisi tulang yang telah bergeser dari kedudukannya.

Seperti yang diketahui bahwa pada setiap persendian terdapat cairan sinovial

yang berfungsi sebagai pelicin atau pelumas. Ketika tulang bergeser dari

kedudukannya atau terjadi dislokasi maka tulang akan susah untuk digerakan

baik pasif maupun aktif. Selain karena tidak adanya cairan sinovial tersebut,

keadaan tulang yang dislokasi akan bergesekan dengan membran-membran

13

Page 14: lbm 3

pembungkus tulang seperti ligamen dan otot yang menyebabkan akan terasa

nyeri ketika digerakan.

F. Interprestasi Pemeriksaan Fisik

1. Edema

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema karena terjadi inflamasi. Ketika

terjadi inflamasi, organisme-organisme dari sel darah akan dengan cepat

bertransportasi ke lokasi terjadinya cedera untuk segera menangani cedera

tersebut. Namun dalam keadaan fraktur maupun dislokasi tak jarang terjadi

penjepitan pada pembuluh darah yang membuat adanya sumbatan dan timbulah

edema. Edema terjadi karena ketika banyaknya sel darah pada lokasi tersebut

sehingga menimbulkan vasodilatasi pada pembuluh darah untuk menyediakan

ruangan yang lebih besar untuk sel darah tersebut.

2. Kemerahan

Kemerahan terjadi karena begitu banyaknya sel darah yang bermigrasi ke lokasi

tersebut dan adanya edema, maka akan timbul warna kemerahan pada permukaan

kulit.

3. Gerakan Abnormal

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya gerakan abnormal. Dimana hal ini

terjadi karena adanya pergeseran tulang dari sendinya yang membuat adanya

gerakan kaku dari lengan pasien.

4. Palpasi Teraba Hangat

Ketika palpasi didapatkan rasa hangat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan salah

satu fungsi darah sebagai pengatur suhu tubuh.

5. Nyeri Tekan

Pergeseran tulang dari sendinya pasti akan menimbulkan cedera pada berbagai

komponen disekitar tulang tersebut seperti pada ligamen, otot, pembuluh darah

dan juga saraf. Seluruh bagian dari tubuh kita di persarafi oleh saraf sensorik dan

motorik. Ketika terjadi lesi pada saraf sensorik, maka akan menimbulkan nyeri

ketika ditekan.

6. Teraba Olecranon Terpisah dari Ulna

Olecranon dan ulna terasa terpisah karena dalam kasus di skenario ini pasien

mengalami fraktur olecranon. Dimana karena adanya fraktur tersebut

menyebabkan olecranon terpisah dari ulna.

14

Page 15: lbm 3

7. Krepitasi

Teraba adanya krepitasi dikarenakan terjadi fraktur. Krepitasi pada fraktur ini

teraba karena adanya pecahan tulang yang bergesekan dengan tulang yang lain.

8. Neurovaskular Distal: Normal

Neurovaskular distal dari lokasi nyeri akan tetap normal. Hal ini dikarenakan

saraf dan pembuluh darah yang mengalami cedera tidak akan menimbulkan

impuls negatif kepada bagian distalnya.

G. Diagnosa Banding

Fraktur Olecranon

1. Gejala Klinis

Pasien yang mengalami fraktur olecranon datang dengan nyeri dan

pembengkakan pada siku dengan atau tanpa efusi.

2. Patofisiologi

Fraktur olekranon disebabkan oleh trauma langsung pada siku atau akibat

terjatuh dengan posisi tangan terjulur dan siku tertahan pada posisi fleksi.

Fraktur avulsi juga dapat terjadi akibat tarikan berlebihan otot triseps pada

insersinya. Fraktur akibat tekanan (stress fracture) kadang terjadi pada

pemain baseball dan pesenam.

3. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan foto anteroposterior dan lateral siku.

Pandangan lateral paling berguna dalam menilai pergeseran dan terjadinya

comminution. Fragmen fraktur dapat dipalpasi dengan olekranon.

Pemeriksaan neurovaskular yang cermat harus dilakukan untuk

mengevaluasi nervus ulnaris, meliputi fungsi motorik otot interoseosa dan

sensasi pada aspek palmar jari kelima.

4. Komplikasi klinis

Fraktur terbuka dapat terinfeksi. Cedera yang terkait meliputi fraktur dan

dislokasi kaput radii, dislokasi siku, dan instabilitas. Nervus ulnaris dapat

mengalami cedera. Pasien dapat kehilangan kisaran fleksi sebanyak 15

derajat setelah fraktur olecranon. Artritis non-union dan pascatrauma

adalah komplikasi lainnya.

5. Penatalaks anaan

Fraktur olecranon memerlukan konsultasi ortopedik dari unit gawat

darurat. Fraktur yang tidak bergeser dapat ditangani secara non-operatif

15

Page 16: lbm 3

dan dibidai dalam posisi fleksi 30 derajat. Fraktur yang bergeser

memerlukan reduksi terbuka dengan fiksasi internal atau pinning dengan

pita tekan.

Fraktur Caput Radius

1. Gejala Klinis

Penderita fraktur kaput radii (RHF, radial head fracture) datang dengan

nyeri di sekitar siku setelah terjatuh dengan ekstremitas atas terjulur atau,

pada beberapa kasus yang jarang, setelah trauma langsung pada siku.

2. Patofisiologi

Sepertiga dari seluruh fraktur yang mengenai siku merupakan RHF.

Karena kaput radii merupakan unsur penstabil untuk siky dan lengan

bawah, maka RHF dapat mengganggu fungsi ekstremitas atas secara

serius. RHF dapat dikelompokam menjadi Mason tipe 1 (tidak bergeser),

Mason tipe 2 (sedikit bergeser/artikular sebagian), dan Mason tipe 3

(artikular komplet).

3. Diagnosa

Diagnosis dicurigai berdasarkan pada mekanisme cedera dan pemeriksaan

fisik, yang dapat memperlihatkan penurunan ruang gerak serta nyeri tekan

titik secara langsung pada kaput radii. Foto rontgen polos biasanya bersifat

konfirmatif; namun pada beberapa kasus, yang dapat dilihat hanyalah

temuan presumtif yang sesuai dengan fraktur (tanda bantalan lemak

anterior).

4. Komplikasi Klinis

Komplikasinya meliputi penurunan ruang gerak (ekstensi) dan nyeri

kronik pascacedera/pascapengobatan.

5. Penatalaksanaan

Penanganan akut meliputi kompres es, elevasi dan analgesia. Pasien

dengan fraktur yang bergeser minimal atau tidak bergeser biasanya dapat

berhasil ditangani melalui tindakan non-operasi dengan imobilisasi

menggunakan penyangga (sling) jangka pendek selama 7-10 hari. Reduksi

terbuka dengan fiksasi internal dianjurkan untuk “fraktur artikular parsial

dengan fragmen tunggal dan untuk fraktur artikular komplit dengan tiga

fragmen atau kurang”. Fraktur kominutif dan fraktur-dislokasi biasanya

memerlukan eksisi kaput radii.

16

Page 17: lbm 3

Fraktur Humerus Distal

1. Gejala Klinis

Pada daerah siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan

biasanya pasien mengeluh siku lengannya seperti akan lepas serta

krepitasi.

2. Patofisiologi

Fraktur humerus distal dapat terjadi karena trauma langsung atau tidak

langsung.

Trauma langsung : Dapat terjadi apabila terjatuh,terpleset dengan

posisi siku tangan menopang tubuh atau siku tangan terbentur.

Trauma tidak langsung : Dapat terjadi apabila jatuh dalam posisi

tangan menopang tubuh, tetapi posisi siku dalam posisi tetap lurus.

Fraktur Supracondilar Humeri

1. Gejala Klinis

Pasien yang mengalami fraktur suprakondilar (SF, supracondylar fracture)

datang dengan nyeri, pembengkakan, dan terbatasnya gerakan siku setelah

terjatuh, mengalami trauma langsung, atau trauma berkecepatan tinggi

multipel. SF lebih sering terjadi pada anak.

2. Patofisiologi

SF menyebabkan 3-7% dari seluruh fraktur yang terjadi pada anak dan

untuk sebagian besar (sampai 80%) dari seluruh fraktur siku yang terjadi

pada anak. SF yang paling sering terjadi yaitu melibatkan mekanisme

ekstensi, dimana pada mekanisme tersebut kompleks kondilar bergeser ke

posteromedial atau posterolateral setelah terjatuh dengan tangan terjulur.

Hanya sekitar 2% SF yang melibatkan mekanisme fleksi, pada mekanisme

ini komponen tulang kondilar bergser ke anterolateral. Sampai 15% SF

melibatkan gangguan vaskular awal akibat pembengkakan, perdarahan,

atau efek fragmen fraktur yang bergeser.

3. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat cidera dan temuan klinis.

Pencitraan radiografik diperlukan untuk diagnosis definitif dan untuk

menentukan posisi fragmen fraktur. Ganagguan vaskuler yang disebabkan

oleh fraktur ini menggambarkan kedaruratan ortopedik.

4. Komplikasi klinis

17

Page 18: lbm 3

SF adalah fraktur serius dan dapat dipersulit oleh cidera pada arteri

radialis; nervus medianus atau nervus radialis; terjepitnya saraf; cidera

neurovaskular akibat fragmen fraktur yang tajam; kontraktur volkmann

akibat gangguan vaskuler; sindrom kompartemen; dan cacat permanen.

Cidera saraf pada 20% dari seluruh kasus SF.

5. Tatalaksana

Kompres es, imobilisasi dengan bidai yang nyaman, dan elevasi secara

hati-hati merupakan komponen esensial pada tatalaksana SF di unit gawat

darurat (UGD). Selain itu, pemeriksaan secara cermat dan lengkap pada

status neurovaskular eksremitas yang mengalami cedera, bersifat esensial.

Penilain ini sebaiknya sering di ulangi saat pasien masih berada di UGD

serta sebelum dan setelah pasien dibawa ke ruang foto untuk memjalani

foto sinar-x. Semua pasien yang mengalami SF perlu dirawat di rumah

sakit untuk observasi. Sebagian besar pasien akan memerlukan fiksasi

operatif, dan fraktur ini harus memperoleh perhatian on-site dari konsultan

ortopedik.

Fraktur Montegia

1. Gejala klinis

Pasien yang mengalami fraktur-dislokasi monteggia (MFD, Monteggia

Fracture-dislocation) datang dengan nyeri lengan bawah setelah terjatuh

atau mengalami trauma langsung.

2. Patofisiologi

Cidera MFD meliputi fraktur ulna proksimal yang disertai dislokasi caput

radii. Karena letak radius dengan ulna bertepatan, maka kekuatan yang

menyebabkan fraktur pada satu tulang dapat menyebabkan dislokasi

tulang yang berdekatan. Pada MFD, ligamentum anular dan membran

interoseriosa juga sering mengalami cidera. Pada kasus terjatuh,

mekanisme yang paling sering adalah terjatuh dengan posisi tangan

terjulur dengan tangan pronasi atau siku fleksi. Trauma pada lengan

bawah proksimal, seperti akibat ”cedera nighstick” (dimana penderita

mencoba untuk menghambat pukulan yang mengayuh kebawah dari suatu

objek keras, dan menyerupai batang), juga dapat menyebabkan MFD.

3. Diagnosa

18

Page 19: lbm 3

Pencitraan radiografik memperlihatkan fraktur ulna proksimal dan

kemudian harus dilakukan penilaian kaput radii. Foto rontgen lateral siku

dapat memperlihatkan dislokasi kaput radii. Garis yang ditarik melalui

pusat kaput radii harus melalui bagian tengah kapitulum humeral. Foto

rontgen dengan pandangan lain sebagai perbandingan mungkin diperlukan

pada beberapa kasus. Selain mendiagnosis MFD, dokter harus melakukan

pemeriksaan neurovaskular yang menyeluruh untuk menyingkirkan cedera

yang mengancam ekstremitas dan untuk memeriksa fungsi saraf.

4. Komplikasi Klinis

Nervus interoseosa posterior berjalan di sekitar radius proksimal dan dapat

rusak pada cedera MFD. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan ekstensi

jari/ibu jari tangan. Gangguan ini biasanya sembuh serelah perjalanan

penyakit beberapa bulan. Sindroma kompartemen merupakan potensi

komplilasi yang selalu ada.

5. Penatalaksanaan

Reduksi dan regimen pengobatan sejak dini harus ditentukan oleh ahlo

bedah ortopedik, karena berpotensi mengalami nyeri berkepanjangan dan

cacat jika cedera tersebut tidak ditengani secara tepat. Sebagian besar

MFD pada irang dewasa memerlukan reduksi terbuka dan perbaikan

operatif. Sebagian besar kasus anak sembuh dengan baik melalui

pendekatan tertutup setelah reduksi yang sesuai. Analgesik yang adekuat

bersifat esensial dan antibiotik harus diberikan jika terjadi fraktur terbuka.

Dislokasi Elbow

9. Definisi

Ketika permukaan dari sendi siku terpisah maka disebut dengan

dislokasi. Dislokasi pada siku bisa komplit ataupun parsial. Pada dislokasi

yang komplit, permukaan dari sendi siku terpisah secara komplit. Pada

dislokasi parsial, permukaan dari sendi hanya terpisah sebagian. Dislokasi

parsial biasa juga disebut dengan subluksasi.

2. Epidemiologi

- Jenis kelamin

Dislokasi pada siku lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada

perempuan

19

Page 20: lbm 3

- Umur

Dislokasi lebih banyak terjadi pada usia dewasa, dengan kekuatan

yang sama pada anak-anak lebih sering terjadi fraktur supracondylar

pada distal humerus.

3. Etiologi

Dislokasi siku biasanya terjadi saat seseorang terjatuh dan terjadi saat

tangan teregang. Ketika tangan menyentuh tanah, tekanan sampai ke siku.

Biasanya terjadi gerakan balik pada gaya ini. Dislokasi siku ini bisa terjadi

saat kecelakaan mobil dan siku terputar keluar dari persendiannya.

Dislokasi siku bisa terjadi pada kecelakaan mobil ketika penumpang

menahan. Tekanan diteruskan ke lengan sehingga bisa terjadi dislokasi

pada siku.

Kestabilan dari siku ditunjang oleh beberapa komponen yang ada

disekitar siku yaitu antara lain permukaan tulang, ligament dan otot.

Ketika terjadi dislokasi pada siku maka banyak struktur yang cedera pada

derajat yang berbeda.

Beberapa orang yang memiliki ligament yang besar dan lemah pada

sikunya akan beresiko lebih besar untuk terjadinya dislokasi pada siku.

Begitu juga pada orang yang memiliki alur ulna yang dangkal pada sendi

engsel siku juga memiliki resiko yang besar terjadinya dislokasi pada siku.

A complete elbow dislocation.

4. Klasifikasi Elbow Dislocation

Pada Dislokasi yang simple tidak terjadi cedera pada tulang yang

utama, sedangkan pada dislokasi yang kompleks akan terjadi cedera yang

parah pada tulang dan ligament. Pada dislokasi yang parah, pembuluh

20

Page 21: lbm 3

darah dan saraf yang melewati siku kemungkinan bisa terjadi cedera, jika

ini terjadi maka beresiko untuk kehilangan siku.

- Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada

tonjolan olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari

bidang epicondilus. Sebagai contoh seseorang yang jatuh dari sepatu

roda, jatuh ke belakang, dan dapat menyebakan dislokasi posterior.

Dislokasi ini tidak berhubungan dengan cedera neurovaskular.

- Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada

lengan bawah terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi

pemanjangan dalam keadaan supinasi. umumnya terkait dengan gangguan

arteri brakialis dan / atau cedera pada saraf median.

5. Manifestasi Klinis

1. Saat setelah kejadian penderita Menyanggah lengan bawahnya

dengan tangan yang lainnya. Deformitas dan pembengkakan pd siku

biasanya sangat nyata.

2. Penderita mempertahankan sikunya untuk tidak bergerak dalam posisi

fleksi.

3. Arah dislokasi paling sering ke posterior namun dapat pula terjadi ke

arah lateral atau medial.

4. Pada dislokasi yang paling besar terjadi kerusakan jaringan lunak berupa :

robekan kapsul sendi bahkan arteri brachialis, juga dapat terjadi fraktur.

21

Page 22: lbm 3

5. Bila dislokasi kearah lateral atau medial ligament akan terulur bahkan

ruptur, ovulsi tendon pleksor dan epicondilus medial.

6. Anamnesis

Anamnesis dari dislokasi siku meliputi, mekanisme dari cedera tipe

dan lokasi dari nyeri, disfungsi, pengobatan sebelum datang ke unit gawat

darurat, waktu efusi muncul dan perjalanan terjadinya cedera.

- Mekanisme : saat terjatuh dan terjadi ekstensi dan abduksi pada

lengan (posterior) atau terjadi fleksi langsung pada siku (anterior)

- Nyeri, fokus disekitar sendi siku

- Keterbatasan dalam gerak

- Effusi

7. Pemeriksaan Fisik

- Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada

tonjolan olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari

bidang epicondilus.

- Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada

lengan bawah terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi

pemanjangan dalam keadaan supinasi.

- Fungsi neurovascular harus diperhatikan sebelum dan sesudah

reduksi.

Pemeriksaan dilakukan di lengan. Pemeriksaan dilakukan yaitu

pemeriksaan nyeri, bengkak dan deformitas. Lakukan evaluasi

terhadap kulit dan sirkulasi pada lengan. Pulsasi pada pembuluh darah

juga harus di cek. Jika arteri cedera pada saat dislokasi, maka tangan

akan terasa dingin dan berubah menjadi pucat.

8. Pemeriksaan Penunjang

Radiografi

X-ray untuk menentukan apakah ada cedera tulang. X-ray juga dapat

membantu menunjukkan arah dislokasi. Sinar-X merupakan cara terbaik

22

Page 23: lbm 3

untuk memastikan adanya dislokasi sendi. Tetapi untuk menentukan

tulang secara detail sulit untuk identifikasi pada sinar X, dapat dilakukan

pada computed tomography (CT) scan. Jika diperlukan untuk

mengevaluasi ligamen, magnetic resonance image (MRI) dapat

membantu.

Tes Lainnya

- Arteriografi harus dilakukan untuk kasus-kasus yang dicurigai

mengalami cedera vaskular.

9. Diagnosis Banding

- Fraktur siku

- Fraktur lengan bawah

- Trauma, cedera pada pembuluh darah perifer

10. Komplikasi

Komplikasi dislokasi siku :

• cedera arteri brakialis

• cedera saraf medial

• cedera saraf ulnaris

• Fraktur secara bersamaan

• avulsi dari triceps mekanisme penyisipan (dislokasi anterior saja)

• Jebakan fragmen tulang dalam ruang sendi

• Kekakuan sendi dengan penurunan ROM (terutama dalam ekstensi)

• Myositis ossificans

• Sindrom Kompartemen

11. Pengobatan

Suatu dislokasi siku harus dianggap cedera darurat. Tujuan pengobatan

langsung dari dislokasi siku adalah mengembalikan siku untuk

penyelarasan normal. Tujuan jangka panjang adalah untuk

mengembalikan fungsi lengan.

23

Page 24: lbm 3

Pengobatan Non-Bedah

Penyesuaian siku normal biasanya dapat dipulihkan di bagian

gawat darurat di rumah sakit. Sebelum ini dilakukan, biasanya

akan diberikan obat penenang dan obat nyeri. Tindakan

mengembalikan keselarasan ke siku disebut manuver reduksi. Hal

ini dilakukan dengan lembut dan perlahan-lahan. Biasanya

diperlukan dua orang untuk melakukan manuver ini.

Dislokasi siku sederhana diperlakukan dengan menjaga siku

bergerak dalam bidai atau selempang selama dua sampai tiga

minggu, diikuti dengan latihan gerakan awal. Jika siku bergerak

untuk waktu yang lama, kemampuan untuk memindahkan siku

sepenuhnya (range of motion / ROM) mungkin akan terpengaruh.

Terapi fisik dapat membantu selama periode pemulihan.

Beberapa orang tidak akan pernah bisa sepenuhnya terbuka

(memperpanjang) lengan, bahkan setelah terapi fisik. Untungnya,

siku dapat bekerja dengan baik bahkan tanpa berbagai ROM.

Setelah ROM siku membaik, dokter atau terapis fisik dapat

menambahkan program penguatan. X-ray dapat diambil secara

berkala sambil menunggu siku pulih untuk memastikan bahwa

tulang-tulang sendi siku tetap baik.

Pengobatan Bedah

Dalam dislokasi siku kompleks, operasi mungkin diperlukan

untuk mengembalikan keselarasan tulang dan perbaikan ligamen.

Ini bisa sulit untuk mengembalikan kembali dislokasi siku

kompleks dan untuk menjaga sendi sejalan. Setelah operasi, siku

dapat dilindungi dengan engsel eksternal. Perangkat ini

melindungi siku dari dislokasi lagi. Jika pembuluh darah atau saraf

cedera berhubungan dengan dislokasi siku, operasi tambahan

mungkin diperlukan untuk memperbaiki pembuluh darah dan saraf

serta perbaikan tulang dan cedera ligamen.

Bedah rekonstruksi akhir berhasil dapat mengembalikan

gerakan untuk beberapa siku kaku. Operasi ini menghilangkan

24

Page 25: lbm 3

jaringan parut dan pertumbuhan tulang tambahan. Hal ini juga

menghilangkan hambatan untuk gerakan.

Seiring waktu, ada peningkatan risiko untuk arthritis di sendi

siku jika pengembalian tulang tidak baik, siku tidak bergerak dan

memutar secara normal, atau siku terus dislokasi.

BAB III

25

Page 26: lbm 3

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa SMA pada skenario tersebut terkena

Dislokasi Elbow beserta Fraktur Olecranon. Diagnosa ini dapat ditegakan dengan

adanya sendi siku yang terasa keluar dari kedudukannya dan bagian olecranon yang

terpisah dari ulna, dimana kedua tanda ini menegakan adanya terjadi dislokasi yang

disertai dengan fraktur. Selain itu, pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya krepitasi

yang merupakan tanda-tanda dari fraktur.

26

Page 27: lbm 3

Daftar pustaka

1. Guyton, Arthur C. & Hall, John E.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Jakarta: EGC

2. Sloane, Ethel.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta:EGC

3. Price Sylvia. A, dkk. 2005. Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Greenberg, Michael I..2008.Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.

27