Post on 08-Feb-2018
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
AULIA FARKHANI, S.Farm
1206312870
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR
TUGAS UMUM PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
AULIA FARKHANI, S.Farm
1206312870
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktek kerja profesi apoteker ini diajukan oleh:
Nama : Aulia Farkhani, S.Farm
NPM : 1206312870
Program studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
No. 7 Jl. Ir. H. Juanda No.30 Periode 3 – 30 April 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program
Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Drs. Medy Hidayat, Apt. ( )
Pembimbing II : Dra. Azizahwati, MS., Apt. ( )
Penguji I : ................................................................ ( )
Penguji II : ................................................................ ( )
Penguji III : ................................................................ ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 2 Juli 2013
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7,Jl. Ir. H. Juanda
No.30, Periode 3–30 April 2013.Pelaksanaan PKPA di Apotek menjadi sangat
penting bagi mahasiswa Profesi Apoteker agar dapat mempelajari dan
memahami berbagai peran apoteker di apotek.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. Penulis
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Dr. Harmita, Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesiayang telah memberikan dukungan dan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI.
3. Drs. Medy Hidayat, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma
No.7 dan pembimbing penulis atas saran dan ilmu pengetahuan yang
diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
4. Dra. Azizahwati, MS., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung
hingga penyusunan laporan akhir.
5. Ibu Fitri dan Ibu Tuti, selaku Supervisor Apotek Kimia Farma No.7 atas
saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
6. Mba Rere dan Mba Lily, selaku Apoteker Pendamping Apotek Kimia Farma
No.7 atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
v
7. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No.7, yangtidak dapat disebutkan
satu persatu atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan selama
pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman,
dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
9. Ibu, ayah, dan adik-adik penulis, atas cinta dan dukungan yang tiada habis-
habisnya serta do’a yang teriring selama ini
10. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76,kalian semua yang telah
berbagi suka, duka dan kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk
berkarya lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi
semua pihak.
Penulis,
2013
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Aulia Farkhani, S.Farm
NPM : 1206312870
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas laporan praktek kerja saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 7
Jl. Ir. H. Juanda No.30 Periode 3 – 30 April 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 2 Juli 2013
Yang menyatakan
(Aulia Farkhani)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
vii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM......................................................................... 3
2.1. Definisi Apotek ........................................................................ 3
2.2. Landasan Hukum Apotek ......................................................... 3
2.3. Tugas dan Fungsi Apotek ......................................................... 4
2.4. Tata Cara Pemberian Izin Apotek ............................................ 4
2.5. Persyaratan Apotek ................................................................... 6
2.6. Tenaga Kerja Apotek ................................................................ 7
2.7. Apoteker Pengelola Apotek ...................................................... 8
2.8. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker .................................... 10
2.9. Pencabutan Surat Izin Apotek .................................................. 11
2.10. Sediaan Farmasi........................................................................ 12
2.10.1. Obat Bebas ................................................................. 12
2.10.2. Obat Bebas Terbatas ................................................... 13
2.10.3. Obat Keras Daftar G ................................................... 14
2.10.4. Narkotika .................................................................... 14
2.10.5. Psikotropika ................................................................ 15
2.11. Pelayanan Kefarmasian di Apotek ........................................... 16
2.11.1. Pelayanan Resep ......................................................... 16
2.11.2. Pemberian Informasi Obat ......................................... 17
2.11.3. Konseling ................................................................... 17
2.11.4. Pemantauan Penggunaan Obat ................................... 17
2.11.5. Promosi dan Edukasi .................................................. 18
2.11.6. Pelayanan Residensial (Home care) ........................... 18
2.12. Pengelolaan Narkotika.............................................................. 18
2.12.1. Pengadaan/ Pemesanan Narkotika ............................. 18
2.12.2. Penyimpanan Narkotika ............................................. 19
2.12.3. Pelayanan/ Penyerahan Narkotika .............................. 19
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
viii
2.12.4. Pemusnahan Narkotika ............................................... 20
2.12.5. Pencatatan dan Pelaporan Narkotika .......................... 21
2.13. Pengelolaan Psikotropika ......................................................... 21
2.13.1. Pemesanan Psikotropika ............................................. 21
2.13.2. Penyimpanan Psikotropika ......................................... 22
2.13.3. Penyerahan Psikotropika ............................................ 22
2.13.4. Pemusnahan Psikotropika .......................................... 22
2.13.5. Pelaporan Psikotropika ............................................... 22
2.14. Pengadaan Persediaan Apotek .................................................. 22
2.15. Pengendalian Persediaan Apotek ............................................. 24
2.15.1. Konsumsi rata-rata ..................................................... 24
2.15.2. Lead Time ................................................................... 24
2.15.3. Buffer Stock (Safety Stock) ......................................... 25
2.15.4. Persediaan Maksimum ............................................... 25
2.15.5. Persediaan Minimum .................................................. 25
2.15.6. Perputaran Sediaan (Inventory Turnover) .................. 25
2.15.7. Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/
Economic Lot Size) ..................................................... 26
2.15.8. Re Order Point (ROP/ Titik Pemesanan) ................... 27
2.15.9. Penentuan Prioritas Pengadaan .................................. 27
2.15.10. Analisa VEN-ABC ..................................................... 29
2.16. Strategi Pemasaran Apotek ....................................................... 29
2.16.1. Attention ..................................................................... 29
2.16.2. Interest ........................................................................ 30
2.16.3. Desire ......................................................................... 30
2.16.4. Action ......................................................................... 30
BAB 3. TINJAUAN UMUM......................................................................... 31
3.1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. .............................................. 31
3.1.1. Sejarah Singkat ........................................................... 31
3.1.2. Visi dan Misi .............................................................. 32
3.1.2.1. Visi ............................................................... 32
3.1.2.2. Misi .............................................................. 32
3.1.3. Struktur Organisasi ..................................................... 32
3.2. PT. Kimia Farma Apotek ......................................................... 32
3.2.1. Visi dan Misi .............................................................. 32
3.2.1.1. Visi ............................................................... 32
3.2.1.2. Misi .............................................................. 32
3.2.2. Struktur Organisasi ..................................................... 33
BAB 4. PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN ..................................... 35
4.1. Business Manager (BM) Wilayah Bogor. ................................ 35
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
ix
4.1.1. Manajer Bisnis ............................................................ 35
4.1.2. Bagian Pengadaan ...................................................... 36
4.1.3. Bagian Keuangan ....................................................... 37
4.1.3.1. Bagian Administrasi/ Ketatausahaan ........... 37
4.1.3.2. Administrasi Hutang Dagang ....................... 38
4.1.3.3. Administrasi Piutang Dagang ...................... 38
4.1.3.4. Administrasi Pajak ....................................... 39
4.1.3.5. Administrasi Inkaso ..................................... 39
4.1.3.6. Administrasi Kas Bank ................................ 39
4.1.3.7. Administrasi Umum ..................................... 40
4.2. Apotek Kimia Farma No.7 Bogor ............................................ 40
4.2.1. Lokasi Apotek ............................................................ 40
4.2.2. Tata Ruang Apotek .................................................... 40
4.2.3. Struktur Organisasi ..................................................... 42
4.2.4. Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek ................... 43
4.2.4.1. Apoteker Pengelola Apotek ......................... 43
4.2.4.2. Apoteker Pendamping .................................. 43
4.2.4.3. Asisten Apoteker (AA) ................................ 43
4.2.4.4. Juru Resep .................................................... 44
4.2.5. Kegiatan Apotek ......................................................... 44
4.2.5.1. Kegiatan Teknis Kefarmasian ...................... 44
4.2.5.2. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian .............. 48
4.2.6. Pengelolaan Narkotika ............................................... 49
4.2.7. Pengelolaan Psikotropika ........................................... 51
BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................... 52
5.1. Lokasi dan Tata Ruang Apotek. ............................................... 52
5.2. Personalia ................................................................................. 55
5.3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek .............. 56
5.3.1. Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan ....................... 56
5.3.2. Kegiatan Penerimaan .................................................. 58
5.3.3. Kegiatan Penyimpanan ............................................... 58
5.3.4. Kegiatan Pelayanan Apotek ....................................... 60
5.4. Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan ....................................... 63
5.5. Kegiatan Administrasi dan Keuangan ...................................... 63
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 65
6.1. Kesimpulan ............................................................................... 65
6.2. Saran ......................................................................................... 65
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 66
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ............................................................... 13
Gambar 2.2. Berbagai label peringatan ......................................................... 13
Gambar 2.3. Penandaan obat bebas terbatas ................................................. 13
Gambar 2.4. Penandaan obat keras ............................................................... 14
Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika ......................................................... 14
Gambar 2.6. Diagram Model Pengendalian Persediaan (Quick, 1997) ........ 27
Gambar 2.7. Matriks analisa VEN-ABC ....................................................... 29
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Contoh formulir APT-1 ............................................................ 68
Lampiran 2. Contoh formulir APT-2 ............................................................ 70
Lampiran 3. Contoh formulir APT-3 ............................................................ 71
Lampiran 4. Contoh formulir APT-4 ............................................................ 77
Lampiran 5. Contoh formulir APT-5 ............................................................ 78
Lampiran 6. Contoh formulir APT-6 ............................................................ 81
Lampiran 7. Contoh formulir APT-7 ............................................................ 82
Lampiran 8. Surat pesanan barang ................................................................ 83
Lampiran 9. Form droppingbarang dari gudang (DCs) ke apotek ................ 84
Lampiran 10. Formulir serah terima barang DC ............................................. 85
Lampiran 11. Bon permintaan barang apotek ................................................. 86
Lampiran 12. Kartu/buku stok obat ................................................................ 87
Lampiran 13. Alur pelayanan resep ................................................................ 88
Lampiran 14. Salinan/copy resep .................................................................... 89
Lampiran 15. Etiket obat ................................................................................. 90
Lampiran 16. Label obat ................................................................................. 91
Lampiran 17. Kemasan obat ........................................................................... 91
Lampiran 18. LIPH ......................................................................................... 92
Lampiran 19. Surat pemesanan narkotika dan psikotropika ........................... 93
Lampiran 20. SIPNAP .................................................................................... 94
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
1Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, Pemerintah menyatakan bahwa
Pekerjaan Kefarmasian adalah berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Salah
satu sarana pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek.
Apotek merupakan salah satu saranapenunjang kesehatan, turut berperan
dalam mewujudkan upaya kesehatan yangdilaksanakan oleh pemerintah sebagai
sarana distribusi obat dan perbekalanfarmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta
terjangkau harganya olehmasyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana
pemberianinformasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga keduapihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat
danturutmeningkatkan penggunaan obat yang rasional (Departemen Kesehatan RI,
2004).
Apoteker berperan dalam pelaksanaan tugas profesional pelayanan
kefarmasian di apotek. Selain sebagai tempat dilakukannya tugas professional,
apotek juga merupakan suatu tempat bisnis. Oleh karena itu, apoteker juga
berperan dalam hal manajerial dan retailer, sehingga apotek mampu berjalan
dengan baik dan memperoleh keuntungan.
Dalam menjalankan perannya di apotek, apoteker dituntut untuk bekerja
secara profesional. Dalam hal ini, apoteker harus memahami pengelolaan
perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian
dengan patient-oriented. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya
untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program
ProfesiApoteker Fakultas FarmasiUI bekerja sama dengan Apotek KimiaFarma
dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 4 – 30
April 2012. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapatmeningkatkan
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
pemahaman calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerialserta pelayanan
kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada diapotek.
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Kimia Farma
Apotekbertujuan agar mahasiswa:
a. Mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek, terutama dalam aspek
profesional yang mencakup ilmu kefarmasian dan pelayanan kefarmasian.
c. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek terutama dalam aspek
managerial yang mencakup pengelolaan sumber daya manusia kesehatan,
pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan, pengelolaan
administrasi keuangan apotek.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
3Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Definisi Apotek
Pengertian apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotekadalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaanfarmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Yang
dimaksud dengan sediaan farmasiadalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika, sedangkan perbekalankesehatan adalah semua bahan selain obat dan
peralatan yang diperlukan untukmenyelenggarakan upaya kesehatan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1, apotek adalah sarana
pelayanankefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pekerjaankefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi,pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat atau
penyaluranobat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasiobat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Pelayanankefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepadapasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk
meningkatkanmutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat,
obat tradisionaldan kosmetika.
2.2. Landasan Hukum Apotek
Landasan hukum apotek diatur dalam:
a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
b. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang
c. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003
tentangperubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
RINo.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek.
e. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
f. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993
tentangKententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
KerjaTenaga Kefarmasian.
j. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP
No.26Tahun 1965 tentang Apotek.
2.3. Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsiapotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun
1980 adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkansumpah
jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan
bentuk,pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yangdiperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.4. Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 992/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotik pasal 7, tata cara pemberian izin apotek adalah
sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1
(Lampiran 1).
b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3).
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT-4 (Lampiran 4).
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5).
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh
FormulirModel APT-6 (Lampiran 6).
g. Terhadap surat penundaan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
Beberapa ketentuan lain yang terkait:
a. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai denganalasan-
alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7 (Lampiran 7).
b. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek,
dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, makaharus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
1) Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas
perjanjiankerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana.
2) Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah
terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang
obatsebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
2.5. Persyaratan Apotek
Persyaratan apotek berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI
No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6 yaitu :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan
farmasi.
Sebuah apotek yang akan didirikan harus memenuhi sejumlah persyaratan
yaitu:
a. Persyaratan Bangunan dan Kelengkapannya
1) Bangunan apotek
Bangunan memiliki alamat apotek serta terdiri dari ruang peracikan dan
penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, serta toilet
(WC).
2) Kelengkapan Bangunan Apotek
Bangunan apotek perlu dilengkapi dengan sumber air, sumber penerangan,
alat pemadam, ventilasi, sanitasi, papan nama APA, serta billboard nama
apotek.
b. Persyaratan Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja di apotek meliputi:
1) Alat pengolahan atau peracikan, seperti batang pengaduk, cawan penguap,
corong, gelas ukur, kompor/ pemanas, labu erlenmeyer,mortir–alu,
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
penangas air, panci, spatel logam, spatel tanduk, spatel gelas, spatel
porselen, termometer skala 100ºC, serta timbangan mg atau g dan anak
timbangan (ditera).
2) Wadah berupa pot/ botol, kertas perkamen, klip dan kantong plastik serta
etiket (putih dan biru).
3) Tempat penyimpanan: lemari/ rak obat, lemari narkotika, lemari
psikotropika, kulkas dan lemari bahan berbahaya.
c. Persyaratan Perlengkapan Administrasi
Perlengkapan administrasi seperti blanko surat pemesanan, faktur penjualan,
nota penjualan, salinan resep, serta blanko laporan narkotika dan
psikotropika;buku catatan pembelian dan catatan penjualan, catatan narkotika
dan psikotropika, catatan racun dan bahan berbahaya, serta kartu stok obat.
d. Persyaratan Kelengkapan Buku Pedoman
1) Buku standar yang wajib: Farmakope edisi IV 1995 dan kumpulan
peraturan/ UU.
2) Buku lainnya: IMMS, ISO, Farmakologi dan Terapi.
e. Persyaratan Tenaga Kerja
1) Daftar tenaga farmasi: nama APA,nama apoteker pendamping dan nama
asisten apoteker.
2) Daftar tenaga non-farmasi: Petugas administrasi, petugas juru resep dan
keamanan.
2.6. Tenaga Kerja Apotek
Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari :
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek.
c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker
di bawah pengwasan apoteker.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri
dari :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan
serta pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek
dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan
keuanganapotek.
2.7. Apoteker Pengelola Apotek
Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker
adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah
jabatanApoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
APA adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas
permohonan SIA, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker
untuk kemudian menjadi APA:
a. Fotokopi SIPA.
b. Fotokopi KTP.
c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau
APA di apotek lain.
d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI).
e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir.
f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA.
Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakanPekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memilikisurat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasianbekerja.
Surat izin bagi apoteker yang melakukan PekerjaanKefarmasian di Apotek,
puskesmas atauinstalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang
apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktikdi 1 (satu) Apotik,
atau puskesmas atau IFRS.SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanankefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat
fasilitaskefarmasian.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
SIPAdikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat
pekerjaankefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila
pekerjaankefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang
tercantumdalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki
(PeraturanPemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) :
a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas
kesehatan yang memiliki izin.
c. Rekomendasi dari organisasi profesi.
Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikanoleh
Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima)tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masihmemenuhi
persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhipersyaratan
(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40):
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yangmemiliki
surat izin praktik.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etikaprofesi.
APA memegang peranan penting dalam perkembangan apotek, berikut
beberapa fungsi APA dalam beberapa aspek:
a. Fungsi Pengabdian Profesi
1) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses penggunaan
produk farmasi.
2) Memilih bentuk sediaan yang digunakan.
3) Memilih dan menjamin penyediaan produk.
4) Menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi untuk penggunaan
masyarakat.
5) Memonitor kepatuhan penggunaan produk.
6) Memonitor interaksi dan efek samping.
7) Mengontrol bagian peracikan.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
8) Menyelenggarakan informasi tentang obat.
9) Mengontrol pelayanan resep yang telah diserahkan kepada pasien.
b. Fungsi Administratif
1) Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan .
2) Membuat laporan dan surat-menyurat.
3) Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan aktiva apotek.
c. Fungsi Kewirausahaan
1) Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang.
2) Mengatur dan mengawasi penjualan.
3) Menentukan kebijakan harga.
4) Meningkatkan permintaan.
5) Memupuk hubungan baik dengan pelanggan.
6) Mencari pelanggan baru.
7) Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.
2.8. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker
Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan
MenteriKesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu :
a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping.
b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti
adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di
tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA dan
tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat
jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan
oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat
keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci
tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara
terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.
2.9. Pencabutan Surat Izin Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku
DinasKesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut SIA apabila:
a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,menyimpan
dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin.
b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari duatahun secara terus
menerus.
c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang-
Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan.
d. SIPA APA dicabut.
e. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.
f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan
tempatpendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan
lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelahdikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan
menggunakancontoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek
denganmenggunakan Formulir Model APT-13.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di
atas,dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi
seluruhpersyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan
menggunakancontoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang
dimaksud dilakukansetelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan
Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek
atauApoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai
peraturanperundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib
mengikutitata cara sebagai berikut:
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat
kerastertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat
yangtertutup dan terkunci.
Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada
KepalaWilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi
wewenangolehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi
yangdimaksud dalam huruf (a).
2.10. Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik.Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka
pemerintahmenggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, sertanarkotik dan psikotropik.
2.10.1. Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 2380/A/SK/VI/83)
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa
resepdokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran
bulatberwarna hijau dengan garis tepi hitam (Gambar 2.1).
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas
2.10.2. Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83)
Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan (Gambar 2.2), yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas
terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam (Gambar
2.3).
P. No. 1
Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P. No. 2
Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur Jangan Ditelan
P. No. 3
Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian
luar badan
P. No. 4
Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No. 5
Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P. No. 6
Awas! Obat Keras
Obat Wasir
Jangan ditelan
Gambar 2.2. Berbagai label peringatan
Gambar 2.3. Penandaan obat bebas terbatas
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
14
Universitas Indonesia
2.10.3. Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86)
Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter.
Tandapada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis
tepihitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi (Gambar 2.4) dan harus
mencantumkankalimat ―Harus dengan resep dokter‖.
Gambar 2.4.Penandaan obat keras
2.10.4. Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Obat narkotika ditandai dengan palang medali
berwarna merah(Gambar 2.5)
Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika
Narkotika dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali
dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
15
Universitas Indonesia
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan
persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Contohnya antara lain: tanaman Papaver somniferum L. (kecuali
bijinya), tanaman koka, tanaman ganja, desmorfina, heroina, katinona,
MDMA.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya antara lain: difenoksilat,
fentanil,metadona,morfin, petidina.
c. Narkotika Golongan IIIadalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya antara lain: kodeina,etilmorfina,dihidrokodeina danbuprenorfina.
2.10.5. Psikotropika
Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat
atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan
menjadi empat golongan.
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses
produksi. Contohnya psilosibin, dan lisergida.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV adal ah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan, contohnya alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, dan
fenobarbital.
2.11. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek,Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan
dantanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untukmeningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini
telahbergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanankefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semulahanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang
menjadipelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidupdari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RINomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep,
pemberianinformasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan
edukasi,serta Pelayanan Residensial (Home Care).
2.11.1 Pelayanan Resep
a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif
(nama,SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf
dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya
alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat).
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
b. Penyiapan obat
Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta
penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan
rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat
diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
2.11.2 Pemberian Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudahdimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
padapasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara
penyimpananobat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harusdihindari selama terapi.
2.11.3 Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematikantara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
yangberkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan
konseling,mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan
lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutanterhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasiatau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit
tertentu sepertikardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis
lainnya, apotekerharus memberikan konseling secara berkelanjutan.
2.11.4 Pemantauan Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakanpemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
sepertikardiovaskuler, diabetes , TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Pemantauandilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang mungkin
dapatterjadi.
2.11.5 Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
berpartisipasisecara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasiinformasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, dan
penyuluhan.
2.11.6 Pelayanan Residensial (Home Care)
Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai
caregiver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk
kelompoklansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker
sebagai caregiver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang
bersifatkunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
denganpengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuatcatatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2.12. Pengelolaan Narkotika
Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan
kesehatandan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang
Nomor 22tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk
menjaminketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atauperkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya
penyalahgunaannarkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika.
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat
melakukanpenyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada
rumah sakit,puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien.
Apotek hanyadapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep
dokter.Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan,
penyimpanan,pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta
dokumentasi.
2.12.1. Pengadaan/Pemesanan Narkotika
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang BesarFarmasi
(PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farmadengan
tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanannarkotika
dilakukan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yangditandatangani oleh
Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yangdilengkapi dengan nama,
nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek,tanggal dan nomor surat,
alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesananhanya untuk satu jenis
narkotika.
2.12.2. Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978)
Berdasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978
tentangpenyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk
penyimpanannarkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat.
c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x
100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
e. Lemari harus dikunci dengan baik.
f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika.
g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang dikuasakan.
h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
2.12.3. Pelayanan/ penyerahan Narkotika
Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek
hanyadapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat
kesehatanmasyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
20
Universitas Indonesia
Apotek hanyadapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari
dokter.
Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang
samadari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang
Nomor9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian,
apotekboleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani diapotek yang menyimpan resep asli.
2.12.4. Pemusnahan Narkotika
Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk
menghapuspertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika,
menjaminnarkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai
dengan standaryang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta
mengurangiresiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen
Kesehatan RI,2008).
Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang NarkotikaPasal
60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa
memenuhistandar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan
dalamproses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan
padapelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan
oleh apotek dengan membuat berita acarapemusnahan narkotika dan dilaporkan
kepada pihka-pihak yang terkait.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik IndonesiaNo.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan
Narkotika dan Undang-Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita
acara pemusnahanmemuat:
a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik
narkotika.
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau
badan tersebut.
d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
e. Cara pemusnahan.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, dokter pemilik
narkotika dan saksi-saksi.
Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap
empatuntuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala
DinasKesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan
satudisimpan sebagai arsip di apotek.
2.12.5. Pencatatan dan Pelaporan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika,apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan
berkalamengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada
dalampenguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan
dalambentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika
danPsikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan.
SistemPelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang
mengaturpelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan
(Puskesmas,Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
denganmenggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamelaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan
Ditjen Binfar danAlkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan
fasilitas internet.
2.13. Pengelolaan Psikotropika
Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat
atauobat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktifmelalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahankhas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat
digunakanuntuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu
pengetahuan.Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk
menjaminketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan
ilmupengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika,
sertamemberantas peredaran gelap psikotropika.
2.13.1. Pemesanan Psikotropika
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan
Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK,
SIA, dan stempel apotek (Lampiran 19). Surat pesanan tersebut dibuat rangkap
tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.
2.13.2. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau
peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka
sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus.
2.13.3. Penyerahan Psikotropika
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan
psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
2.13.4. Pemusnahan Psikotropika
Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa
pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak
pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa,
dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib
dibuatkan berita acara.
2.13.5. Pelaporan Psikotropika
Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulananmelalui
perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika danPsikotropika
(SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama denganpelaporan narkotika.
2.14. Pengadaan Persediaan Apotek
Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk
memenuhikebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan
penganggaran.Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalamjumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
23
Universitas Indonesia
dipertanggungjawabkandalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien
menurut tata cara danketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus
memenuhi beberapasyarat, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) :
a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai
kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.
b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.
c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuanyang berlaku.
Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,
1997):
a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun.
b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam
waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.
c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat
persediaan rendah.
d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual
purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti
cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya,
obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah
utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali
dalam setahun saja. Obat yang relatif slow moving tetapi digunakan secara
reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan
obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat
mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.
Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan
berdasarkanfrekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek
dapatdilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) :
a. Pembelian kontan
Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang
dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena
untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan
kemampuannya dalam menjual.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
b. Pembelian kredit
Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada waktu
jatuh tempo yang telah ditetapkan, misal 30 hari setelah obat diterima apotek.
c. Pembelian konsinyasi (titipan obat)
Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,
dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila
barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu
kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat
dikembalikan pada pemiliknya.
2.15. Pengendalian Persediaan Apotek
Pengendalian persediaan merupakan hal sangat penting bagi sebuah
apotek.Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan
persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara
efektif dan efisien. Selain itu, pengendalian persediaan obat yang tepat memliki
pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek.
Parameter- parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah
konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan
maksimum, dan perputaran persediaan.
2.15.1 Konsumsi rata-rata
Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan
yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang
menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipanen. Walaupun banyaknya
permintaan dapat diprediksi, barang dapat menjadi stok mati dapat terjadi apabila
salah memperkirakan lead time barang tersebut.
2.15.2 Lead Time
Lead time merupakan waktu tenggang yang dibutuhan mulai dari
pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah
ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier. Faktor-faktor yang
dapat berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek,
jumlah pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997).
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
2.15.3 Buffer stock (Safety stock)
Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan
atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan
pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat
secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung
dengan rumus:
SS= Safety stock
LT = Lead Time
CA = Konsumsi rata-rata
2.15.4. Persediaan maksimum
Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika kita telah
mencapai nilai persediaan maksimum ini maka kita tidak perlu lagi melakukan
pemesanan untuk menghindari terjadinyastok mati yang dapat menyebabkan
kerugian.
2.15.5. Persediaan minimum
Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila
penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini,maka langsung dilakukan
pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia
jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok
kosong.
2.15.6. Perputaran persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran persedian ini disebut juga Inventory Turnover (ITOR). ITOR
mengindikasikan efisiensi persediaan yang digunakan. Rasio ini mengukur
seberapa cepat barang dibeli, terjual, dan tergantikan. Dua kelebihan dari
peningkatan ITOR yaitu menurunkan investasi persediaan untuk aktivitas di
apotek dan mempercepat pengembalian investasi. Jika suatu barang memiliki
angka perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
26
Universitas Indonesia
sebagai barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu
barang terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Rumus untuk
menghitung perputaran persediaan yaitu:
Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling
ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi
pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu
sering terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek
dapat memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada
keluhan kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa
terlalu sering terjadi kehabisan stok.
2.15.7. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity / Economic Lot Size)
Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada
waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah
persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan
disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar
setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang
tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang
tidak menentu, ongkos kirim mahal dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan
untuk membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko
penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan
dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomisatau dikenal
dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) :
√
R = Jumlah kebutuhan dalam setahun
P = Harga barang/ unit
S = Biaya memesan tiap kali pemesanan
I = % Harga persediaan rata-rata
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
2.15.8. Re Order Point (ROP / Titik pemesanan)
Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali
sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan
adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama denga
nol. Pada keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa
harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan
suplier. Rumus perhitungan ROP:
ROP = Reorder point
SS = Safety stock
LT = Lead time
Gambar 2.6.Diagram Model Pengendalian Persediaan (Quick, 1997)
2.15.9. Penentuan Prioritas Pengadaan
Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai
berikut:
a. Analisis VEN(Vital, Esensial, Non-esensial)
Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat berdasarkan nilai
kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani
permintaan untuk pengobatan. Semua jenis obat dalam daftar obat dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
1) V (Vital)
Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life
saving drugs) atauuntuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. Contoh: obat diabetes dan
hipertensi.
2) E (Esensial)
Kelompok obat yang efektif untuk obat-obat yang banyak diminta untuk
digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di
masyarakat. Biasanya, obat golongan ini adalah obat yang fast-moving.
3) N (Non esensial)
Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya
tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun
pengobatan penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat non-
essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
b. Analisis PARETO (ABC)
Disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga
yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah
(volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per
unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC:
1) Kelas A : persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini
mewakili sekitar 75-80 % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya
hanya sekitar 10-20 % dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya
yang tinggi. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif.
2) Kelas B : persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas
ini mewakili sekitar 10-20 % dari total nilai persediaan, meskipun
jumlahnya hanya sekitar 15-20 % dari seluruh item. Pengendalian khusus
dilakukan secara moderat.
3) Kelas C : persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini
mewakili sekitar 60-80 % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 %
dari total penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
29
Universitas Indonesia
2.15.10. Analisa VEN-ABC
Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya
selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk
pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
Analisis VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu
matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matrik dapat dibuat sebagai berikut:
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC
Gambar 2.7. Matriks analisa VEN-ABC
Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk
menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat
vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam
kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya
disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997).
2.16. Strategi Pemasaran Apotek
Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis
AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu
rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli
memutuskan untuk membeli di apotek.
2.16.1 Attention
Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian
pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:
a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan
nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang
lewat.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
30
Universitas Indonesia
b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi
ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada
di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih
mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa
obat yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek
didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak
perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk
datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal.
c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior
apotek dapat terlihat dari luar.
2.16.2 Interest
Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk
masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast
moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat
langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat
disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun
berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan
bersih sehingga meningkatkan interest..
2.16.3 Desire
Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah
menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan
pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan m emberikan harga yang
bersaing.
2.16.4 Action
Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek
tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek.
Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek.
Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan
pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
31Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN UMUM
3.1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
3.1.1. Sejarah Singkat
Cikal-bakal Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa
awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik—PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2003
didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma
Trading and Distribution agar dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan
berkembang dengan cepat. PT. Kimia Farma Apotek saat ini, memiliki 36 unit
Bisnis (Business Manager – BM) dan 412 Apotek yang tersebar diseluruh
Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma Trading and Distribution memiliki 40
cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi).
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
32
Universitas Indonesia
3.1.2. Visi dan Misi
3.1.2.1. Visi
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan
koordinasi bisnis yang sinergis
3.1.2.2. Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang:
a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk
yang inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi.
c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan.
3.2. PT. Kimia Farma Apotek
PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan dari PT Kimia Farma
(Persero) Tbk, yang bergerak di bidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek
didirikan pada 4 Januari 2003, hingga sekarang PT. Kimia Farma Apotek
membawahi Apotek Kimia Farma dan wilayah usahanya terbagi menjadi 36 Unit
Bisnis dan 412 unit apotek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tiap-tiap
Unit Bisnis (Business Manager/BM) membawahi apotek pelayanan yang berada
di wilayah usahanya.
3.2.1. Visi dan Misi
3.2.1.1. Visi
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan
mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.
3.2.1.2. Misi
a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
33
Universitas Indonesia
b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.
c. Pengambangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee-
Based Income).
3.2.2. Struktur Organisasi
Sesuai dengan SK. Dir Kimia Farma Apotek No. KEP 023./ DIR-
KFA/VI/2005, tanggal 22 Juni 2005, PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh
seorang direktur (Direktur Utama). Direktur Utama membawahi 3 direktur
(Direktur Operasional, Direktur Keuangan, dan Direktur Pengembangan. Direktur
Operasional dan pengembangan sendiri membawahi: Manager Evaluasi
Operasional,Manager Pengembangan Pasar, Manager Pelayanan dan Logistik, dan
Manager Bisnis. Direktur SDM dan Umum membawahi Manager SDM, dan
Manager Umum. Direktur Keuangan membawahi Manager Keuangan, Manager
Teknologi Informasi, dan Manager Akuntansi dan Perpajakan.
Organisasi Kimia Farma Apotek terdiri dari Bisnis Manager (BM) dan
Apotek Pelayanan. Bisnis Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang
berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manager bertugas menangani pengadaan,
penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di
bawahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan.
Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari
apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga
kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi
dan penyelesaian masalah.
Secara umum, keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah:
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu
pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan
penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang
dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range
margin atau HPP rendah.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
34
Universitas Indonesia
PT.Kimia Farma Apotek membawahi 36 wilayah Unit Bisnis yang
mengelola sebanyak 412 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk
wilayah Jabotabek dibagi menjadi tujuh Unit Bisnis, yaitu:
a. Bisnis Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat
dengan BM (Bisinis Manajer) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran
Baru.
b. Bisnis Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Utara, dengan BM di Apotek Kimia Farma No.48, di Matraman.
c. Bisnis Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor dan Depok, dengan BM di
Apotek Kimia Farma No.7, Bogor.
d. Bisnis Manager Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM
di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang.
e. Bisnis Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
f. Bisnis Manager Bekasi, membawahi wilayah bekasi dan sekitarnya.
g. Bisnis Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur.
Bisnis Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para
manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan
serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-
fungsiyang menjalankan perannya masing-masing.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
35Universitas Indonesia
BAB 4
TINJAUAN KHUSUS
4.1. Business Manager (BM) Wilayah Bogor
Business Manager (BM) wilayah Bogor membawahi 20 apotek pelayanan
yang tersebar di wilayah Bogor, Depok, Sukabumi, dan Cianjur. BM wilayah
Bogor bertempat di Apotek Kimia Farma No.7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor.
BM bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari
apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur
organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang langsung
membawahi para Manager Apotek Pelayanan (MAP) dan membawahi supervisor
akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian
tersebut memiliki fungsi dan peranan masing-masing.
4.1.1. Manajer Bisnis
Tugas dari seorang manajer bisnis adalah mengarahkan, mengelola, dan
mengawasi kegiatan operasional beberapa apotek pelayanan di wilayahnya baik
dari sisi penjualan dan pelayanan, untuk memastikan pencapaian target
operasional yang telah ditentukan baik dari segi penjualan, keuntungan, dan
lainnya. Adapun tanggung jawab utama dari manajer bisnis adalah:
a. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan bisnis
dan operasional unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang digariskan PT. Kimia
Farma Apotek.
b. Merencanakan dan menyusun rencana kerja serta anggaran perusahaan unit
bisnisnya.
c. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan anggaran operasional.
d. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menganalisis
pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan
dan pengembangan usaha.
e. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan yang ada di unitnya.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
36
Universitas Indonesia
4.1.2. Bagian Pengadaan
Bagian Pengadaan dipimpin oleh Inventory Supervisoryang bertanggung
jawab langsung pada ManajerBisnis. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian
pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli
secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada
di bawah pengelolaannya.
Tanggung jawab utama bagi Inventory Supervisor adalah:
a. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang
Apotek) dari apotek pelayanan untuk memastikan pemesanan barang/obat-
obatan kepada distributor/PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang dibutuhkan
apotek pelayanan sesuai dengan rencana dan ketentuan serta prosedur yang
berlaku.
b. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek
berdasarkan pareto penjualan apotek.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barang di gudang, sebelum
dilakukan pemesanan barang kepada distributor untuk memastikan ketepatan
dalam pemenuhan ketersediaan barang.
d. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barang/obat-
obatan kepada distributor/PBF dan permintaan pengiriman barang/obat-obatan
secara langsung dari distributor/PBF kepada apotek pelayanan, untuk
memastikan bahwa distributor/PBF memberikan dan mengirimkan
barang/obat-obatan yang sesuai dengan pesanan kepada apotek pelayanan.
e. Melakukan pemesanan barang/obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi
diskon harga (waktu kegiatan dan waktu pembayaran) dan bonus dengan
distributor/PBF untuk mendapatkan harga yang kompetitif.
f. Melakukan verifikasi faktur dan BPBA dari seluruh apotek pelayanan.
g. Memberikan faktur untuk verifikasi lebih lanjut terhadap barang yang sudah
dicek kepada administrasi pembelian/hutang dagang, memastikan pengarsipan
faktur dan memperlancar proses pembayaran hutang kepada distributor/PBF.
h. Melaksanakan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang/obat-obatan.
i. Melaksanakan pemilihan distributor/PBF.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
37
Universitas Indonesia
4.1.3. Bagian Keuangan
Bagian keuangan dijalankan oleh Supervisor Keuangan dan Akuntansi
(petugas kasir besar) yang bertanggung jawab kepada Manajer Bisnis. Tugas kasir
besar adalah:
a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek.
b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek
pelayanan.
c. Menerima hasil penagihanpiutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari
bagian penagihan.
d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit
BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang
telah jatuh tempo, dan lain-lain.
e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank.
Tanggung jawab kasir besar adalah:
a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti
dokumen yang sah dan disetujui oleh APA.
b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang
(surat berharga).
c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
4.1.3.1. Bagian Administrasi/Ketatausahaan
Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana
pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses
pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan
data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku
di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang Supervisor administrasi dan keuangan
yang bertanggung jawab kepada ManajerBisnis. Supervisor administrasi dan
keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada
dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang,
administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi
umum.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
38
Universitas Indonesia
4.1.3.2. Administrasi Hutang Dagang
Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang
diapotek, yaitu:
a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor
sebagai hutang dagang.
b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan
membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo
pembayaran.
c. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh
tempo.
d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti
pengeluaran kas.
e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan
bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar.
f. Membuat laporan hutang dagang.
g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang.
4.1.3.3. Administrasi Piutang Dagang
Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit
diapotek, kegiatannya meliputi:
a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan,
copy resep, dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masingmasing
debitur.
b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur.
c. Membuat kuitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5
rangkap yaitu 1 untuk bagian administrasi inkaso, 1 lembar untuk bagian
administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur).
d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di
komputer.Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang.
e. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
39
Universitas Indonesia
4.1.3.4. Administrasi Pajak
Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi
pajak yang ada di BM wilayah Bogor, meliputi:
a. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
b. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21.
c. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22.
d. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 23.
4.1.3.5. Administrasi Inkaso
Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi :
a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh
bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi
penagihan, dan bukti fotokopi resep kredit.
b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat
tanda terima kuitansi dari debitur.
c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo
pelunasan piutang tiba.
d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian
penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian
kasir besar.
e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso
sebagai bukti pelunasan piutang.
f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur
yang belum melunasi piutangnya.
4.1.3.6. Administrasi Kas Bank
Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran
melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank
berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran
hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
40
Universitas Indonesia
4.1.3.7. Administrasi Umum
Administrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian umum dan bagian
sumber daya manusia/kepegawaian. Setiap bagian tersebut mempunyai tugas
tersendiri, adapun tugas dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tugas bagian umum :
1) Menyiapkan bahan-bahan rapat.
2) Melakukan kegiatan surat menyurat.
3) Bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan.
b. Tugas bagian SDM/kepegawaian :
1) Membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial
Pensiun), dan Iuran Jamsostek.
2) Mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat
bagi pegawai.
c. Tugas Bagian Teknologi Informasi (IT) bertanggung jawab atas kelancaran
sistem yang digunakan di BM wilayah Bogor baik software maupun hardware.
4.2. Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
4.2.1. Lokasi Apotek
Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu
berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang luas, mudah diakses,
dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan kebun raya
Bogor dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran.
4.2.2. Tata Ruang Apotek
Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai, dimana lantai basement digunakan
untuk tempat laboratorium klinik dan optik, serta di tempat terpisah juga
digunakan sebagai gudang sementara berisi rak obat dan lemari pendingin untuk
meletakkan obat. Lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep
umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi
kesehatan (askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3
digunakan untuk kegiatan Business Manager (BM) untuk wilayah Bogor.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
41
Universitas Indonesia
Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi
pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat
di dalam apotek antara lain :
a. Ruang tunggu
Dalam ruang ini tersedia tempat duduk dengan jumlah yang memadai,
tempat sampah, ventilasi udara dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan
pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat
memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu.
b. Tempat penyerahan resep
Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk
kegiatan penyerahan resep dan pengambilan obat. Terdapat 3 counter yang
dapat melayani penyerahan resep dan pembelian obat dan barang-barang
swalayan dengan 1 counter diantaranya terpisah dibagian swalayan farmasi.
Masing-masing counter tersebut dilengkapi komputer sehingga petugas dapat
langsung terhubung dengan sistem yang berisi harga, stok, dan lokasi
penyimpanan serta dapat menyimpan data tentang pasien dan penjualan obat.
c. Swalayan farmasi
Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah
terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang yang dijual di swalayan farmasi
adalah obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, produk suplemen,
produk susu, minyak angin, kosmetik, alat kesehatan, roti, dan lain-lain.
d. Tempat peracikan obat
Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep. Di
ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep
dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan,
blender, lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku dan alat-
alat untuk meracik lainnya.
e. Tempat penyiapan obat non racikan
Tempat penyiapan obat non racikan berada di sebelah tempat penyerahan
resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket,
plastik pengemas, solasi, copy resep, kuitansi, stempel, dan lain-lain.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
42
Universitas Indonesia
f. Tempat penyimpanan obat
Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat. Rak obat
dipisahkan berdasarkan efek farmakologis obat dan bentuk sediaan serta
disusun secara alfabetis. Terdapat rak khusus untuk obat yang dikategorikan
pareto menurut apotek. Untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil,
telah disediakan lemari pendingin. Selain itu, terdapat lemari kaca terkunci
yang berisi lemari khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika yang kuncinya hanya dipegang oleh Apoteker atau Supervisor.
g. Tempat administrasi
Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang
terhubung dengan sistem informasi apotek. Kegiatan administrasi yang
dilakukan diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA),
Surat Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep
kredit, dan perhitungan keuangan kasir.
h. Tempat penyerahan dan informasi obat
Apotek ini pun telah dilengkapi patient care sebaigai tempat penyerahan
dan informasi obat kepada pasien. Tempat ini berupa meja yang dilengkapi
dengan kursi untuk tempat duduk pasien. Fasilitas tersebut disediakan untuk
mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling.
i. Sarana penunjang
Apotek memiliki berbagai sarana penunjang seperti tempat parkir yang
luas, toilet, masjid yang cukup besar, ruang praktek untuk 13 dokter spesialis,
optik, laboratorium klinik, dan beberapa mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM).
4.2.3. Struktur Organisasi
Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)yang
merangkap sebagai Bisnis Manager (BM) yang bertanggung jawab
terhadapkeseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung Manager
ApotekPelayanan yang terdapat di wilayah BM. Terdapat pelaksana-pelaksana
yang masing-masingmemiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan
memberikan obatkepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung
jawab mengurusipenjualan resep kredit dengan perusahaan atau instansi. Masing-
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
43
Universitas Indonesia
masingAsisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat
tertentumengenai kerapihan, kebersihan dan kelengkapan persediaan obat.
4.2.4. Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek
4.2.4.1. Apoteker Pengelola Apotek
Pimpinan Apotek adalah seorang APA yang telah memiliki Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) dan SuratIzin Apotek. APA bertindak sebagai manajer
apotek pelayanan yang memilikikemampuan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek.
4.2.4.2. Apoteker Pendamping
Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Apotek mempunyai dua orang Apoteker Pendamping yangmelaksanakan
pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telahditetapkan.
4.2.4.3. Asisten Apoteker (AA)
AA bertanggung jawab langsung kepada Manager ApotekPelayanan. Tugas
AA adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan, pengontrolan dan penyusunan penyimpanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara
alfabetis.
b. Penerimaan resep dan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep sesuai
dengan peraturan kefarmasian.
c. Pemeriksaan ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan
resep yang diterima.
d. Pemberian harga pada setiap resep dokter yang masuk.
e. Pelayanan dan peracikan obat sesuai dengan resep dokter, antara lain
penghitungan dosis obat untuk racikan, penimbangan bahan, peracikan,
pengemasan obat dan pemberian etiket.
f. Pembuatan kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian
atau bila diperlukan pasien.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
44
Universitas Indonesia
g. Pemeriksaan kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian.
h. Pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat.
i. Penyerahan obat dan perbekalan farmasi kepada pasien dan pemberian
penjelasan tentang penggunaan obat/ informasi lain yang dibutuhkan.
j. Pencatatan masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.
k. Pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat
dari AA kepada pelanggan.
l. Pembuatan faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah
disepakati.
m. Pencatatan atau penghitungan harga resep-resep kredit dari instansi sesuai
dengan perjanjian yang disepakati.
n. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di
ruang peracikan.
4.2.4.4. Juru Resep
Juru resep bertugas membantu AA dalam penyiapan obatdan perbekalan
farmasi lainnya di bawah pengawasan AA. Tugas juru resep adalah:
a. Penyiapan obat, pengerjaan obat-obatanracikan yang telah disiapkan oleh AA
sesuai dengansediaan yang diminta.
b. Penyiapan obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA.
c. Penjagaan kebersihan ruangan apotek.
4.2.5. Kegiatan Apotek
Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputikegiatan
teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian.
4.2.5.1. KegiatanTeknisKefarmasian
Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi
pengadaan,penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi
lainnya sertapengelolaan narkotika dan psikotropika.
a. Pengadaan barang
Pengadaan barang di apotek dilakukan melalui BM dengan sistem
Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengansistem DC ini kita
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
45
Universitas Indonesia
dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yangberada dalam satu
wilayah BM, sehingga pengiriman barangberdasarkan kebutuhan masing-
masing apotek.Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada
PedagangBesar Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan
Barang/ SPB(Lampiran 8). Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat
dan selanjutnyaakan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen
droping(Lampiran 9) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 10)
melalui jasaekpedisi.Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak
(by pass) jikaobat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi
tidak adapersediaan, permintaan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan
BarangApotek/BPBA (Lampiran 11) yang ditujukan kepada PBF. Khusus
untukpengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh
masing-masingapotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika
dan Psikotropikadan diantar langsung ke apotek pelayanan.
Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari
PBFKimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya.
Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan barang
2) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan
3) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan
4) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu
5) Cara pembayaran.
b. Penyimpanan barang
Apotek memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaanfarmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi danruang
peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk mendisplai obatbebas
dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa
brosur/leaflet.Didalam ruang peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnyadisimpan didalam rak-rak/lemari yang memudahkan
pengisian danpengeluaran barang. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan
yang meliputi:penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan
pengeluaran obat.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
46
Universitas Indonesia
Penyimpanan sediaan farmasi disusun berdasarkan kelas terapi
(sifatfarmakologis),keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun
secaraalfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi di ruang peracikan terdiri
dari:
1) Lemari penyimpanan obat ethical/prescription drugs berdasarkan kelas
terapi dan obat yang sering diresepkan dokter.
2) Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci
3) Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci
4) Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci
5) Lemari penyimpanan bahan baku obat
6) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi
7) Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion
8) Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata
9) Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus
10) Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti:
suppositoria, serum, vaksin, insulin dan tetes mata tertentu.
Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemaripenyimpanan obat yang
telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dankelengkapan/stok obat
yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/ barang harus
selalu diinput kedalam komputer dan dicatat pada kartu stok (Lampiran 12),
meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumen, jumlahbarang yang
diisi/diambil,sisabarang dan paraf petugas yang
melakukanpengisian/pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan
lengkap danrapih serta diletakkan di masing-masing kotak obat/barang.
c. Penjualan
Penjualan yang dilakukan oleh apotek meliputi penjualan tunaidan kredit
obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan dirisendiri
(UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelangganyang
langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan
dibayarsecara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur
sebagaiberikut (Lampiran 13):
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
47
Universitas Indonesia
1) AA pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu
dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
2) Ada tidaknya obat pada persediaan akan diperiksa oleh AA. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan
pemberitahuan kepada pasien.
3) Setelah disetujui oleh pasien, segera dilakukan pembayaran atas obat dan
dibuatkan struk pembayaran obat tersebut yang disatukan dengan resep
aslinya. Pasien menerima struk pembayaran dan diminta untuk menunggu.
Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patient
Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas
membuat salinan resep/Copy resep(Lampiran 14) untuk pengambilan
sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan
kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut.
4) Obat disiapkan.
5) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 15) dan
label (Lampiran 16) bila perlu dan dikemas dengan kemasan (Lampiran 17).
6) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi
nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya, serta
dilakukan juga pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta
kebenaran kuitansi.
7) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai
dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat
pemberian informasi obat atas permintaan pasien.
8) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep
dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah
penjualanobat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah
disepakati olehsuatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya
dilakukan secarakredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala.
Prosedur pelayananresep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
48
Universitas Indonesia
tunai, hanya saja padapelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan
seperti:
1) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan
penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi
langsung dikerjakan oleh petugas apotek.
2) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh
instansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya
berbeda dengan pembelian resep tunai.
3) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep
yang dibeli secara tunai.
4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai
kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan
masing-masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada
saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama.
Pelayanan UPDS adalah penjualan obatbebas atau perbekalan farmasi
yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter sepertiOTC (over the counter) baik
obat bebas dan obat bebas terbatas. Pelayanan UPDSmengikuti alur sebagai
berikut:
1) Permintaan barang dari pasien diterima oleh petugas dan ketersediaan obat
langsung diinformasikan.
2) Setelah disetujui oleh pembeli, langsung dilakukan pembayaran oleh
pembeli .
3) Bagian kasir melakukan penerimaan uang pembayaran dan pembuatan bukti
penyerahannotapenjualan bebas.
4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada
pasien.
4.2.5.2. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
Kegiatan non-teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek KimiaFarma
No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan
IkhtisarPenerimaan Harian (LIPH) (Lampiran 18) baik tunai maupun kredit,
sertamemasukkan data resep tunai dan resep kredit.Kegiatan pencatatan dilakukan
oleh bagian administrasi dan keuangan diBisnis Manajer, meliputi
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
49
Universitas Indonesia
kegiatanadministrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh
beberapa stafadiministrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada
supervisoradministrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani
oleh KasirBesar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar
bertanggung jawablangsung kepada pimpinan apotek BM.
4.2.6. Pengelolaan Narkotik
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan
sampaipemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan
obattersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma
No.7meliputi:
a. Pemesanan narkotika
Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Surat pesanan khusus narkotika (Lampiran19) yang
sudah ditandatangani oleh APA dikirim ke DCs. Pemesanan dilakukan ke PBF
KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika
model N.9 yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada
PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 Lembar copy SP), dan satu lembar
sebagai arsip di apotek. Setiap lembar SP hanya berlaku untuk satu item
narkotika.
b. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA. APA akan
menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan
jumlah narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma
No.7 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut
dipegang oleh senior supervisor.
d. Pelayanan narkotika
Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani resep narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.7 sendiri yang
belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
50
Universitas Indonesia
pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh
apotek lain. Resep yang berisi narkotika dipisahkan dan digarisbawahi dengan
tinta merah serta mencantumkan alamat atau no telepon pasien.
e. Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 dibuat
setiap bulan melalui program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) Kemenkes RI (Lampiran 20) yang meliputi laporan penggunaan
sediaan jadi narkotika dan laporan khusus penggunaan morphine, pethidin, dan
derivatnya. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian
dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dengan tembusan
kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Unit Logistik Sentral
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Unit Pelayanan Penanggung Jawab Narkotika,
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Arsip apotek.
f. Pemusnahan narkotika.
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan
narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan
atau tidak memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai
POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, AA, Petugas
Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor.
d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi: hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan; Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; Cara
pemusnahan; Petugas yang melakukan pemusnahan; nama dan tanda tangan
APA. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (POM), Kepala dinas kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
51
Universitas Indonesia
4.2.7. Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi :
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat
Pesanan Psikotropika (Lampiran 19) yang boleh berisi lebih dari satu jenis
psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing
diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli ) dan 1 lembar sebagai arsip di
apotek.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah
dari sediaan yang lain, terkunci, dan anak kunci dikuasakan kepada AA
penanggung jawab psikotropik.
c. Pelayanan Psikotropika
Apotek KF No.7 hanya melayani resep psikotropika dari resep dokter.
Pengulangan resep atau kopi resep yang berisi psikotropika dapat dilayani
dengan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan serta kerasionalan resep oleh
apoteker.
d. Pelaporan Psikotropika (Lampiran 20)
Prosedur pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan pelaporan
penggunaan narkotika melalui program SIPNAP Kemenkes RI.
e. Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan
bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
52Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma No.7 Bogor berada satu gedung dengan Bisnis
Manager wilayah Bogor sehingga lebih memudahkan dalan urusan operasional.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus menjabat sebagai Manajer Bisnis
(BM) untuk wilayah Bogor. Oleh karena itu, APA dibantu oleh Manager Apotek
Pelayanan (MAP) yang bertugas mengelola seluruh kegiatan di apotek meliputi
operasinal apotek dan SDM, memastikan pencapain target penjualan, laba, dan
pembiayaan biaya operasional sesuai yang telah ditetapkan.
Selain menjadi sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian, Apotek
juga berupakan unit bisnis retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi
dan menjalankan standar pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem
manajerial yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Namun, pengelolaan
apotek juga tidak lepas dari pelayanan farmasi yang berorientasi kepada pasien
(patient oriented). Konsep pengelolaan bisnis dan pelayanan farmasi ini harus
berjalan beriringan agar apotek dapat mendatangkan keuntungan dan
menyediakan pelayanan farmasi yang memuaskan bagi pelanggan.
5.1. Lokasi dan Tata ruang Apotek
Lokasi Apotek Kimia Farma No. 7 berada di Jalan H. Juanda No. 30, Bogor
yang letaknya sangat strategis. Apotek ini terletak di pusat kota Bogor yang
terdapat penduduk yang cukup padat dan beroperasi selama 24 jam dan 7 hari
dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Hal ini dilakukan dalam upaya
untuk menunjukkan dedikasi yang besar dalam memberikan pelayanan yang
optimal kepada pelanggan. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana
yang baik serta terdapat tempat praktek dokter yang cukup memadai, pelayanan
fisioterapi, laboratorium klinik, dan optik untuk melayani kebutuhan pengobatan
pelanggan dengan harapan masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi.
Penataan apotek sendiri sangat baik karena terdiri dari 4 lantai dan ruangan
yang cukup luas dalam melakukan kegiatan kefarmasian dan Kegiatan di Unit
Bisnis. Bangunan apotek ini memilki ciri khusus yaitu adanya logo Kimia Farma
apotek di depan apotek yang berdampingan dengan papan nama bertuliskan
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
53
Universitas Indonesia
praktek dokter. Keberadaan logo Kimia Farma ini membuat apotek mudah
dikenali sehingga dapat menarik pelanggan, terutama yang telah mengenal
reputasi Kimia Farma. Bagian depan apotek berupa kaca tembus pandang
sehingga dapat terlihat dari luar. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kaca
tembus pandang yang langsung menyinari bagian swalayan farmasi tempat
mendisplay obat OTC sehingga cahaya dan panas matahari dapat masuk ke area
swalayan dan mempengaruhi suhu ruangan. Oleh karena itu, penting untuk
mengatur pencahayaan di swalayan farmasi.
Tata ruang apotek terdiri dari ruang tunggu, swalayan, tempat penerimaan
resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan,ruang apoteker, dan
ruang administrasi. Ruang tunggu apotek dirasa cukupnyaman karena dilengkapi
dengan pendingin ruangan, adanya televisi, dandisediakan koran. Apotek juga
telah dilengkapi dengan sarana penunjang sepertitoilet dan musholla yang dapat
digunakan oleh pelanggan apotek.
Penataan swalayan farmasi sudah baik dan tertata rapi. Swalayan farmasi di
apotek sudah cukup lengkap, penataan obat dan barang diletakkan berdasarkan
jenisnya seperti baby and child care, paper product, milk and nutrition, oral care,
haircare, medicine, danvitamin.Akan tetapi, beberapa kali pelanggan merasa
kesulitan dalam memperoleh informasi terkait harga barang-barang swalayan
karena tidak dicantumkan. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan label harga
di masing masing kotak barang atau obat yang di display di swalayan.
Di ruang racik, obat-obat dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan dandisusun
di rak penyimpanan menurut efek farmakologisnya. Semua obat sediaanpadat dan
cair yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus diletakkan ditempat
yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Obat-obat yang memerlukankondisi
penyimpanan khusus seperti suppositoria disimpan dalam lemaripendingin. Setiap
obat diletakkan dalam kotak disertai label nama obat,kekuatannya (jika obat
tersebut tersedia dalam dua kekuatan atau lebih) dan logokimia farma.
Penyimpanan dua (2) macam obat dalam satu kotak atau dua (2) obatsejenis
dengan kekuatan yang berbeda memiliki kelemahan, dimana dapat terjadisalah
pengambilan obat sehingga dapat merugikan pasien dan juga apotek. Hal yang
harus diperhatikan adalah beberapa posisi lemari obat yang tidak ergonomis,
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
54
Universitas Indonesia
sehingga agak menyulitkan pengambilan obat yang dilakukan oleh personil yang
bekerja. Selain itu, penyimpanan obat di kotak obat dilakukan dengan
mengeluarkannya dari dus aslinya. Penyimpanan seperti ini memang akan
memperindah penyimpanan karena obat terlihat rapih. Namun ada hal yang harus
diperhatikan terkait hal ini, yakni terkait bagaimana pengelolaan obat yang
kadaluarsa, khususnya obat yang harusnya dapat dikembalikan kepada distributor
dengan dus aslinya.
Untuk memudahkan penelusuran, kotak-kotak disusun berdasarkan
abjadnama obat. Setiap kotak penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok.
Obat-obatjuga dikelompokkan lagi menjadi obat generik, injeksi, obat Askes,
tetesmata, tetes telinga, salep, krim, sirup, emulsi dan drops. Penyusunan
obatberdasarkan efek farmakologis dinilai baik sebab memudahkan asisten
apotekerdan tenaga kefarmasian lainnya untuk mengetahui obat-obat yang
termasuk kedalam efek farmakologis tertentu. Seperti, mengetahui obat-obat apa
saja yangmemiliki efek farmakologis pada kardiovaskular. Selain itu, juga
memudahkantenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada pasien tentang
obat tersebut.Alangkah baiknya jika untuk obat generik juga disusun berdasarkan
efekfarmakologisnya.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari obat-
obat lain di dalam lemari khusus yang terdapat pada dinding di apotek. Lemari
khusus tersebut dilengkapi dengan kunci dan dipegang oleh asisten apoteker
penanggung jawab narkotika dan psikotropika. Penyimpanan narkotika belum
memenuhi ketentuan yang berlaku karena lemari narkotika belum sepenuhnya
dikunci setiap selesai digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh salah satu faktor
yaitu adanya kesulitan petugas untuk mengunci dan menutup lemari saat harus
menyiapkan resep ketika pasien ramai dan karena letak lemari berada jauh dari
jangkauan petugas sehingga butuh waktu untuk mengambil obat tersebut. Selain
itu, lemari narkotika yang sudah ada masih menerapkan sistem satu pintu
sehingga hanya ada satu kunci yang ada di lemari narkotika. Hal lain yang
sebaiknya dilakukan adalah, selain menggunakan kartu stok dalam pencatatan
pemasukan dan pengeluaran obat, minimal adapula catatan harian seperti yang
disarankan oleh BPOM untuk mempermudah penelusuran dengan lebih baik.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
55
Universitas Indonesia
Daerah pelayanan resep juga terbagi menjadi dua yaitu untuk resep umum
berada di lantai satu dan untuk resep pasien Akses berada di lantai dua. Tempat
penerimaan resep, kasir (pembayaran), dan penyerahan obatberada pada satu
tempat yang hanya dibatasi oleh meja setinggi dada orangdewasa Hal ini
menguntungkan sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di ruang tunggu
apabila Apotek dalam keadaan sangat ramai, khususnya pada malam hari. Pada
resep umum, terdapat dua orang kasir yang dibedakan menjadi kasir untuk OTC
dankasir untuk melayani resep. Pembagian ini ditujukan untuk efektifitas
dalampelayanan, namun dalam pelaksanaannya belum maksimal karena pasien
masihkurang paham mengenai alur pembayaran. Hal ini disebabkan karena
kurangjelasnya petunjuk mengenai kasir untuk OTC dan kasir untuk pelayanan
resep.
5.2. Personalia
MAP Apotek Kimia Farma No.7 dibantu oleh Petugas Teknis Kefarmasian
dan Juru resep. Selain itu, terdapat 2 apoteker pendamping yang khusus berperan
dalam tugas pelayanan kepada pasien. Apotek menggunakan sistem kerja 3 shift.
Masing masing shift selama 7 jam kerja. Apoteker pendamping dibagi menjadi 2
shift yang juga bekerja selama 7 jam.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, dalam pembagian shift tersebut,
terdapat beberapa kali jadwal apoteker pendamping yang tidak terpenuhi sehingga
ada masa dimana tidak ada apoteker pendamping melakukan kegiatan penyerahan
obat, PIO, serta konseling. Oleh karena itu, tugas tersebut digantikan oleh
beberapa asisten apoteker yang sudah senior.
Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek, petugas AA merangkap
sebagai petugas kasir dan administrasi. Setiap AA mendapatkan tanggung jawab
dalam menjalankan tugas administrasi seperti laporan narkotika, laporan
psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan
rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi. Pelayanan kasir sudah
sudah cukup ramah dalam melayani pelanggan. Akan tetapi, terdapat beberapa
kali disaat kasir meninggalkan tempat sehingga pelanggan-pelanggan yang akan
membeli obat harus menunggu beberapa saat didepan kasir dan tidak langsung
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
56
Universitas Indonesia
dilayani. Hal ini dapat berdampak pada kepuasan pelanggan sehingga AA dapat
lebih profesional lagi dalam menjalankan tugasnya saat mendapatkan tugas
menjadi kasir di apotek atau mencari pengganti sementara apabila ingin
meninggalkan tempat kasir.
Selain petugas apotek, terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang
ditugaskan di apotek. SPG membantumeningkatkan penjualan produk dan
membantu petugas apotek dalam menyusun produk-produk di area swalayan
farmasi serta mengambilkan produk-produk yang ditempatkan di area swalayan
farmasi. Hal ini sangat membantu petugas apoteker untuk memberikan pelayanan
yang cepat.
5.3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek
Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek kimia Farma No. 7
meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat
dan perbekalan farmasi kepada pelanggan.
5.3.1. Kegiatan Perencanaan & Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia
sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan
pelayanan (Mashuda, Ali, 2011). Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Oleh karena itu,
kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh
bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Bisnis Manajer (BM). Selain itu
juga bertujuan agar Apotek Pelayanan berkonsentrasi terhadap pelayanan farmasi
di masyarakat.
Sistem DCs ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembelian
barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan
harga yang diperoleh lebih besar. Selain itu juga dapat menghemat faktur
pembelian dan kemungkinan memperoleh potongan harga harga dari PBF cukup
besar karena pembelian dalam jumlah yang besar.
Dasar perencanaan pengadaan sistem ini dibuat berdasarkan stock level
seluruh apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
57
Universitas Indonesia
dari data sales histories minimal 1 bulan dari masing-masing apotek. Dengan
sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui stock level
mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masing-masing
apotek. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat ditentukan dengan cepat.
Selain itu, administrasi pemesanan/pembelian sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya lebih efisien.
Efisiensi modal kerja meningkat terutama untuk Apotek pelayanan Kimia
Farma. Distribution centers (DCs) menjalankan fungsi QR Delivery system (Quick
Response Delivery System) yaitu sistem monitoring dan pengisian persediaan di
apotek (Reorder Point of Purchase) untuk mengurangi lead time, sehingga apotek
dapat mengurangi cost inventory investment dan diharapkan dapat memperbaiki
tingkat pelayanan apotek kepada konsumen.
Namun, terdapat kendala dari sistem DC ini dimana terkadang terjadi
ketidakcocokan antara data persediaan di komputer dengan stok fisik barang. Hal
ini dapat menyebabkan pelayanan obat di apotek menjadi lebih lama karena
masalah kekosongan persediaan karena memerlukan waktu untuk pengambilan
barang CITO langsung ke gudang. Penyebab lain yang juga menyebabkan
kekosongan/kelebihan persediaan, yaitu perencanaan persediaan yang tidak akurat
dan kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stok obat dilemari
penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat lain, atau
persediaan rusak atau hilang).
Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan
persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi
manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi
pengadaan suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan
karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek.
Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan
(HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil. Untuk obat dalam
golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan dengan cara
melakukan pemesanan langsung ke PBF dengan lembar Surat Pemesanan (SP)
khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah dibuat harus dibuat dengan
mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
58
Universitas Indonesia
pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku
distributor tunggal.
5.3.2. Kegiatan Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian baik melalui pembelian langsung,
tender atau konsinyasi dari PBF/distributor ke gudang DCs. Petugas DCs
melakukan verifikasi penerimaan/penolakan dengan memeriksa kesesuaian
jenis,spesifikasi, jumlah, mutu, expired date, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak/pesanan.
Pendistribusian barang dari gudang DCs ke apotek pelayanan dilakukan 2
kali dalam seminggu. Untuk Apotek Kimia Farma No.7 sendiri, dropping
dilakukan pada hari senin dan hari kamis. Penerimaan barang dilakukan oleh AA
dengan memeriksa kesesuaian antara barang yang diterima dengan form dropping
barang apotek dari DCs. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas
apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DC.
5.3.3. Kegiatan Penyimpanan
Sistem gudang apotek tidak diterapkan oleh apotek karena untuk
meminimalisasi penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan
mengurangi cost inventory investment dan meminimalisir kehilangan atau
kerusakan barang karena kadaluarsa. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya yang diterima diletakkan pada tempat yang sesuai. Penyimpanan
barangbarang di apotek dilakukan di dua area, yaitu area apotek dan area
swalayan farmasi.
Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak obat dan di setiap barisnya
obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Penyimpanan obat di apotek sudah sesuai
dengan program GPP (Good Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan
berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis.
Hal ini baik dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga
memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif obat pengganti yang
mengandung zat aktif yang sama.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
59
Universitas Indonesia
Selain itu, penyimpanan sediaan farmasi harus sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan masing-masing produk, misalnya: pada kondisi khusus dalam
lemari pendingin (2-8°C) untuk produk supossitoria, vaksin, dan serum; dan
penyimpanan obat tertentu seperti narkotika, psikotropika, OKT, dan obat mahal
yang dilketakkan di lemari yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh AA yang
diberi kuasa untuk memegang kunci.
Cara penyimpanan yang sesuai juga harus diperhatikan selain
memperhatikan suhu penyimpanan. Berdasarkan cara penyimpanan yang tertera
pada brosur, produk nebulizer harus tetap disimpan di dalam wadah aluminium
dan hanya bertahan selama 3 bulan semenjak kemasan aluminium dibuka. Akan
tetapi, terdapat sediaan cair untuk nebulizer yang dipisahkan dari wadah
aluminium. Hal ini dapat berpengaruh apabila sediaan yang sudah 3 bulan tidak
terjual dan tidak dapat digunakan kembali. Selain itu, terdapat beberapa sediaan
yang disimpan di tempat yang tidak sesuai. Sediaan tetes mata seperti Cendo
Gentamicyn®
dan Cendo Fenikol®
memiliki suhu penyimpanan 2-8oC yang
artinya harus disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu diantara 2-8oC.
Namun, kedua sediaan tersebut disimpan bersama dengan sediaan tetes mata lain
di rak penyimpanan obat.
Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out
(FIFO)dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan
penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun
komputerisasi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih
kurang mendapat perhatian dari petugas apotek sehingga masih banyak ditemukan
obat-obat yang kadaluarsa. Setiap petugas apotek yang diberi tanggung jawab
untuk mengontrol stok obat yang ada di lemari penyimpanan sebaiknya lebih
dapat mengoptimalisasi kerjanya agar dapat mencegah ketidaksesuaian stok dan
kadaluarsa obat.
Upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expire date obat dengan
memberi label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak
obat. Namun, hal tersebut tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan harus
dilakukan secara berkala. Buku/kartu stok barang digunakan sebagai catatan
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
60
Universitas Indonesia
manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan
pemasukan/pengeluaran obat.
Pencatatan kartu stok juga sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar.
Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai
antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering
dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Oleh karena itu, pada saat stock
opname dilakukan, banyak ditemukan ketidakcocokan antara jumlah fisik barang
dan jumlah pada kartu stok. Catatan komputerisasi menjadi sangat penting untuk
pengecekan dalam mengontrol persediaan. Oleh karena itu, setiap petugas lebih
dapat menjalankan standar operasional kegiatan lebih baik lagi.
5.3.4. Kegiatan Pelayanan Apotek
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 7 adalah
melakukan pelayanan resep dokter, penjualanobat bebas dan bebas terbatas/OTC
(Over the Counter) dan perbekalan farmasilainnya yang dikenal sebagai
pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obatOWA (Obat Wajib Apotek)
yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (UpayaPengobatan Diri Sendiri).
a. Pelayanan resep
Dalam melakukan pelayanan resep, pertama kali yang harus dilakukan
oleh petugas ketika menerima resep adalah mengecek kelengkapan resep
tersebut. Petugas kasir sangat berperan dalam penerimaan pertama kali resep
dari pasien karena sebagai kasir harus memiliki kecermatan danketelitian, serta
kemampuan yang baik dalam membaca resep. Hal ini untukmencegah
terjadinya kesalahan dalam dispensing dan pemberian harga.
Apoteker memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari
memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik,
danpertimbangan klinis. Setelah semua pengecekan dilakukan, dilakukan
kegiatan dispensing oleh petugas yang berbeda. Petugas yang berbeda
diharapkan terjadi beberapa kali pengecekan dari awal resep diterima sampai
obatakan diserahkan kepada pasien. Hal ini dimaksud untuk menghindari
kesalahan dalam dispensing obat.
Dalam melakukan kegiatan disensing obat, salah satu hal yang sebaiknya
diterapkan saatperacikan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
61
Universitas Indonesia
petugas yangmeracik obat baik kapsul, puyer, salep, atau sediaan lainnya. APD
yang dapatdigunakan adalah tutup kepala, sarung tangan, masker dan jas lab.
Perlengkapanseperti jas lab, masker dan sarung tangan sebenarnya sudah
tersedia di apotek, namun terkadang ada petugas yang tidak menggunakan
APD secara lengkap. Hal ini sebaiknyadilakukanuntuk mencegah terjadinya
kontaminasi produk obat dari lingkungan dan jugamelindungi petugas dari
paparan obat.
Langkah selanjutnya setelah dispensing obat adalah pembuatan etiket
obat. Etiket obat harus mencantumkan nama obat,jumlah obat, dan tanggal
kadaluarsa disamping aturan pakai obat. Hal ini sesuai dengan GPP dan
bertujuan untuk menjamin keamanan pasien dalam menggunakan obat. Dalam
penulisan etiket, terkadang dokter tidak menulis waktu pemakaian obat
(sebelum/sesudah makan, pagi/siang/sore/malam), sehingga apoteker tidak
mencantumkannya dalam etiket. Namun, sebaiknya apoteker dapat mengetahui
dan memberikan informasi waktu pemakaian obat yang lebih efektif dan
menuliskannya di etiket. Sebaiknya dibuat daftar waktu pemakaian obat atau
penggunaan obat secara khusus, sehingga mempermudah apoteker dalam
mencari hal tersebut. Untuk pemakaian obat antibiotik, apotek telah
menyediakan stiker khusus yang berisi perhatian untuk meminum habis obat
antibiotik tersebut serta peringatan untuk sirup kering antibitotik
penggunaannya masksimal 7 hari setelah pelarutan.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan
pemberianinformasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan
pemeriksaan akhiruntuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep. Pengecekan dilakukan oleh apoteker yang menyerahkan obat.
PelayananInformasi Obat (PIO) diberikan oleh apoteker kepada pasien pada
saatpenyerahan obat. Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat dan
indikasi, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi
pentinglainnya seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat
harusdihabiskan, dan lain-lain. Konseling diberikan pada pasien yang
membutuhkankonseling terkait dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter
atau karenapermintaan pasien sendiri.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
62
Universitas Indonesia
Pengawasan dalam penyiapan obat dilakukan dengan dilakukan
denganmengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah
singkatan dariEtiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap
petugas yangmelaksanakan masing-masing pekerjaan tersebut menandatangani
ataumemberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan
dalam monitoring kerja petugas dan untuk menghindari kesalahan dalam
melakukan penyiapan obat.
b. Pelayanan non-resep
Dalam pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS, pelayanan
yangdiberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Konsep
yangdijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine).
Konsep tersebut dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat harus
dipastikan obat yangakan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan
sudah berapa lamaberlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk
mengobati penyakit,dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi.
Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah
diizinkanoleh pemerintah untuk digunakan pasien tanpa resep dokter, yaitu
obat yang telahmasuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek. Dalam
proses pelayanan,petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan
penggunaan obat yang akandibeli dan apakah pasien telah serring
menggunakan obat tersebut . Apabila pasienbelum pernah mendapatkan obat
sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat didaftar OWA, pasien akan
merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokterterlebih dahulu.
5.4. Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan
Pengelolaan resep di apotek sudah berjalan baik.Resep asli dikumpulkan
berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuainomor resep kecuali resep
dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotikadan psikotropika
dipisahkan dan nama narkotika digarisbawahi dengan tintamerah. Resep dibendel
sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulisketerangan kelompok resep
(umum atau narkotika & psikotropika), tanggal, bulan,dan tahun yang mudah
dibaca dan disimpan ditempat yang telah ditentukan.Penyimpanan bendel resep
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
63
Universitas Indonesia
yang dilakukan secara berurutan dan teraturdimaksudkan untuk memudahkan
petugas jika sewaktu-waktu diperlukanpenelusuran resep.
Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk
memudahkanpenyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat.
Penyimpanandisatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan
psikotropika.Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan.
Pelaporanpenggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali
denganmenyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan
LaporanPenggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Bogor
danarsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker
yangdiberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak
dankadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat,
jumlah, tanggal kadaluarsa.
5.5. Kegiatan Administrasi dan Keuangan
Untuk mempermudah pengelolaan kegiatan administrasi dan keuangan di
apotek, dipakailah Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA)
untuk seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya
SIMKAmaka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat
dilakukandengan cepat dan terkontrol.
Fungsi keuangan dalam masing-masing apotek sendiri, diselenggarakan
oleh kasir besaryang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Apotek
berada di lokasi yang sama dengan BM sehingga arus uang menjadi lebihmudah
dan cepat. Petugas kasir kecil (kasir di apotek) dapat menyetorkan uang hasil
penjualansetiap shift-nya dengan menyertakan bukti setoran kasir.
Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya
denganLaporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor peracikan
sebelumdiserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah
penjualan yangada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus
dicaripenyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientri atau ada penyebab
lainnya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan uang, kasir
kecil tidak bisa membuka LIPH. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
64
Universitas Indonesia
petugastertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga
mekanismepengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah
kehilangan uang.Secara umumfungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan
baik sesuai dengan standarprosedur operasional yang ditetapkan.
Apotek juga melakukan kerjasama dengan universitas dalam menyediakan
apoteknya menjadi tempat kerjapraktek dengan tujuan meningkatkan keahlian
calon apoteker dalam pelayanan kefarmasian terutama di apotek.Dalam
pelaksanaannya, sebaiknya siswa dan mahasiswa diberi sedikit bekal
ilmumengenai kegiatan apotek dan peraturan dalam pelayanan obat kepada
mahasiswasebelum memulai praktek kerja, sehingga pelaksanaannya, mahasiswa
lebih mengerti mengerti mengenai standar prosedur operasional di apotek serta
dapat menghindari kesalahan-kesalahan karena tidak mengetahui
bagaimanaperaturan atau prosedur kerja yang benar. Hal ini dapat dilakukan
dengan adanyaperhatian yang lebih dari seluruh pegawai terhadap siswa dan
mahasiswa yangsedang melakukan kerja praktek di apotek mengenai pekerjaan
yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
65Universitas Indonesia
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
a. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.7
Bogor meliputipelayanan resep dokter, pelayanan swamedikasi/ usaha
penyembuhan diri sendiri (UPDS),pelayanan swalayan farmasi, manajemen
perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Peran dan fungsi apoteker dalam aspek profesional adalah mengelola dan
melakukan kegiatan operasionalpelayanan kefarmasian di apotek, memberikan
pelayanan informasi obat,memberikan konseling mengenai pengobatan kepada
pasien.
c. Peran dan fungsi apoteker dalamaspek manajerial adalah melakukan
pengawasan seluruh aspek pelayanan kefarmasian, pengelolaan perbekalan
farmasi danperbekalan kesehatan dimulai dari pengadaan, penerimaan,
penyimpanan,pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi di apotek. Selain itu,
melakukan pengelolaan dan administrasi mengenai keuangan apotek.
6.2. Saran
a. Pembekalan terhadap mahasiswa program profesi apoteker sebaiknya
dilakukan lebih banyak, sehingga mahasiswa menjadi lebih paham mengenai
pengelolaan apotek, terutama di apotek tempat dilakukan praktek kerja.
b. Pemberian materi tambahan mengenai aspek manajerial dan standar prosedur
operasional di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, sehingga mahasiswa dapat
mengetahui batasan pekerjaan dan untuk menghindari kesalahan yang mungkin
terjadi.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
66Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek. Dalam Peraturan Menteri
KesehatanNomor 25 Tahun 1980. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan
AlatKesehatan Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas
danKlinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan
StandarPelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri
KesehatanRepublik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta:
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI.
Menteri Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri
KesehatanNo.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika.
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta
Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri
KesehatanNo.1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan
MenteriKesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan
dan TataCara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentangRegistrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta.
Presiden RI. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentangPsikotropika.
Jakarta
Presiden RI. (2009). Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Presiden RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009
Tentang Narkotika. Jakarta.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
67
Universitas Indonesia
Presiden RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta.
Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement,
Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd
ed. Revised and
Expanded.Kumarian Press.
Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta: Wira Putra Kencana.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
68
Lampiran1. Contoh Formulir APT-1
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
69
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-1 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
70
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
71
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
72
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-3 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
73
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-3 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
74
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-3 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
75
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-3 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
76
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-3 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
77
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
78
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
79
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-5 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
80
Universitas Indonesia
Contoh Formulir APT-5 (lanjutan)
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
81
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
82
Universitas Indonesia
Lampiran 7.Contoh Formulir APT-7
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
83
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Surat Pesanan Barang
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
84
Universitas Indonesia
Lampiran9. Form dropping barang dari gudang (DCs) ke apotek
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
85
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Formulir serah terima barang DC
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
86
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Bon permintaan barang apotek
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
87
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Kartu/buku stok obat
a. Buku Stok
SediaanTablet/Salep/Krim/Loti
on/Gel/ Tetes/Drop
Halaman Cover
Halaman isi buku/kartu stok
b. Kartu Stok Sediaan Sirup
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
88
Universitas Indonesia
Bagian Peracikan
Obat Jadi Obat Racikan
Lampiran 13.Alur pelayanan resep
Penerimaan Resep
Resep Kredit
Pemeriksaan Kelengkapan adm
Pemberian Harga
Pemberian No.urut
Resep Tunai
Pemeriksaan Kelengkapan adm
Pemberian Harga
Pasien membayar di kasir dan diberi struk
Pemberian Etiket
Pemeriksaan Kesesuaian Obat
Penyerahan Obat
Obat diterima oleh pasien Resep disimpan oleh petugas
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
89
Universitas Indonesia
Lampiran 14.Salinan/copyresep
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
90
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
91
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Etiket Obat
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
92
Universitas Indonesia
Lampiran 16.Label Obat
Lampiran 17.Kemasan Obat
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
93
Universitas Indonesia
Lampiran 18.LIPH
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
94
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
95
Universitas Indonesia
Lampiran19.Surat Pemesanan Narkotika dan Psikotropika
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
96
Universitas Indonesia
Lampiran 20. SIPNAP
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
POSTER EDUKASI DEMAM PADA ANAK
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
AULIA FARKHANI, S.Farm
1206312870
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 2
1.2. Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1. Poster ...................................................................................... 3
2.2. Demam ................................................................................... 4
BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ................................................. 7
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................ 7
3.2. Metode Pengkajian ................................................................. 7
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................. 8
4.1. Kondisi demam ....................................................................... 8
4.2. Penanganan demam ................................................................ 9
BAB 5. PENUTUP ....................................................................................... 12
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 12
5.2. Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 13
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Bagan algoritma demam pada anak ........................................ 6
Gambar 4.1. Poster edukasi demam pada anak ........................................... 11
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam merupakan tanda adanya kenaikan titik patokan di hipotalamus
akibat infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas. Sebaliknya tidak semua anak yang terkena infeksi akan menunjukkan
gejala demam, semakin muda umurnya, semakin tidak jelas gambaran klinisnya
(Ismoedijanto, 2000). Demam menjadi suatu masalah kesehatan yang sering
terjadi pada masyarakat, khususnya pada anak-anak. Beberapa hal yang perlu
diketahui orangtua mengenai demam adalah demam bukanlah suatu penyakit
utama, kondisi ini merupakan reaksi tubuh alamiah terhadap suatu penyakit.
Demam merupakan pertanda tubuh sedang melawan infeksi karena suhu yang
tinggi tersebut memperlambat pertumbuhan bakteri ataupun virus.
Kondisi demam yang terjadi pada anak menimbulkan sikap yang berbeda
dari orangtua. Beberapa orangtua melakukan tindakan yang berlebihan dalam
mengatasi demam pada anak, padahal tindakan tersebut sering merugikan anak
dibanding efek demam itu sendiri. Namun, beberapa orangtua lain yang bersikap
sebaliknya yakni meremehkan. Sikap inipun kurang bijaksana, karena bila demam
disebabkan karena penyakit berbahaya, disertai gangguan yang mengancam jiwa
atau membuat penyakitnya lebih berat bila terlambat penanganannya.
Terkait dengan kedua kondisi tersebut, maka perlu dilakukan edukasi
mengenai kondisi demam yang sering terjadi pada anak-anak, bagaimana kondisi
demam yang harus diwaspadai seperti bila hingga terjadi kejang, dan bagaimana
penanganan yang dapat dilakukan orangtua dirumah dalam mengatasi masalah
demam pada anak-anaknya. Apoteker di apotek sebaiknya juga turut berkontribusi
dalam pemberian edukasi kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk
tanggungjawab profesi dalam pelayanan, disamping dapat menjadi bentuk
promosi apotek itu sendiri. Dan salah satu media yang dapat digunakan dalam
menyampaikan informasi atau edukasi kepada masyarakat adalah poster. Selain
lebih ekonomis, media poster juga memberi keleluasaan dalam pemberian
informasi. Informasi yang diberikan dapat cukup lengkap dan pembaca dapat
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
mengatur tempo dalam membaca informasi yang tertuang, mengulangnya, dan
menanyakan pada orang lain bila kurang mengerti.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan poster edukasi demam pada anak adalah:
a. Memberikan edukasi pada orangtua mengetahui kondisi demam yang terjadi
pada anak-anak.
b. Memberikan edukasi pada orangtua terhadap kondisi kejang demam yang
mungkin terjadi pada anak ketika demam.
c. Memberikan edukasi pada orangtua mengenai penanganan yang dapat
dilakukan ketika anak demam hingga kejang demam.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Poster
Poster merupakan suatu karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya
dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari
perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-
warna kontras dan kuat. Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda,
dan dekorasi.
Tipe poster yang baik adalah:
a. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
b. Ide dan isi yang menarik perhatian
c. Mempengaruhi, membentuk opini/ pandangan
d. Menggunakan warna-warna mencolok
e. Menerapkan prinsip simplicity
Beberapa tips membuat membuat poster yang baik adalah sebagai berikut:
a. Balance atau keseimbangan
Umumnya, keseimbangan bisa dicapai secara simetris. Namun, garis-garis
imajiner, baik vertikal atau horizontal dapat digunakan untuk mencapai
keseimbangan, walaupun tidak simetris.
b. Movement atau alur pembacaan
Alur pembacaan harus diatur secara sistematis untuk mengarahkan mata
pembaca dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster.
c. Emphasis atau penekanan
Prinsip ini yang terpenting dalam mendesain poster. Penekanan bisa dicap
dengan membuat slogan/ judul, atau ilustrasi/photo jauh lebih menonjol dari
elemen desain lain berdasarkan urutan prioritas. Penekanan bisa dicapai
dengan:
1) Perbandingan ukuran.
2) Latar belakang yang kontras dengan tulisan atau gambar.
3) Perbedaan warna yang mencolok.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
4) Memanfaatkan 'white space' atau bidang kosong.
5) Perbedaan jenis, ukuran dan warna huruf
d. Unity atau kesatuan.
Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian rupa
menjadi kelompok-kelompok informasi. Kesatuan dapat dicapai dengan:
1) Mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat overlapping.
2) Menggunakan bidang kotak /lingkaran.
3) Memanfaatkan garis untuk pemisahan informasi
4) Perbedaan warna background specific appeal, penampilan/ kesan.
Poster dirancang untuk keperluan khusus berdasarkan suatu tema. Hal ini
untuk memberikan kesan suatu sentuhan yang sesuai dengan produk, acara atau
layanan.
2.2. Demam
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus.
Dengan meningkatkan patokan tersebut maka hipotalamus mengirimkan sinyal
untuk meningkatkan suhu tubuh. Tubuh merespon dengan menggigil dan
meningkatkan laju metabolisme basal (Corwin, 2009). Demam mengacu pada
peningkatan suhu tubuh akibat dari infeksi atau peradangan. Sebagai respon
terhadap invasi mikroba, sel-sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia
yang dikenal sebagai pirogen endogen, yang memiliki banyak efek untuk
melawan infeksi juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk
meningkatkan patokan termostat (Sherwood, 2001).
2.2.1. Klasifikasi demam pada anak (Ismoedijanto, 2000)
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi.
Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau
adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan
berdasar pada tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur5,6,8, 9 dan
10.
Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang
dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2
bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga
menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute Illness Observation Scale
atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan
kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat merupakan
petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik empirik.
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
a. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,
diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis,
dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
b. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
c. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom
virus.
Di samping klasifikasi tersebut di atas, masih ada klasifikasi lain yaitu
klasifikasi kombinasi yang menggunakan tanda kegawatan dan umur sebagai
entry, dilanjutkan dengan tanda klinis, lama demam dan daerah paparan sebagai
kriteria penyebab, seperti terlihat pada algoritma di bawah ini.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
DEMAM
Meningitis, sepsis, epiglotitis,
pneumonia, perikarditis, heat stroke
Tanda klinis kegawatan:
Toksik, gangguan sensorium, meningismus,
obstruksi jalan napas, ventilasi tidak adekuat,
gagal sirkulasi, ruam hemoragik, hiperporeksia
Imunokompromais
Sepsis Umur Pasien
Sepsis, Meningitis,
Infeksi bakteri
lokal
Panas tidak tinggi
dan/atau tampak
sehat
Infeksi lokal
atau penyakit
eksantern virus
Infeksi bakteri lokal,
sindrom virus, keracunan,
keganasan, penyakit
kolagen-vaskular, lain-lain
Infeksi
bakteri
lokal,
sindrom
virus, reaksi
imunisasi
Sepsis,
meningitis,
infeksi bakteri
lokal, sindrom
virus, reaksi
imunisasi,
keracunan
ISPA, otitis,
sinusitis, faringitis,
gastroenteritis,
infeksi saluran
kemih, artritis,
septik, osteomielitis,
varisela, rubeola
Tampak sehat
dan/ atau suhu
<39oC
Bakteremia, reaksi
imunisasi, keracunan,
keganasan, penyakit
kawasaki, neoplasma,
lain-lain
Sindrom
virus
Ya Tidak
Ya Tidak
TidakYa TidakYa
TidakYa
0-2bl 2-6bl 6-36bl >36bl
Gambar 2.1. Bagan algoritma demam pada anak
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
7 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1. Tempat dan Waktu Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No.7, Jalan Ir. H Juanda
No. 30 Bogor pada tanggal 3-30April 2013.
3.2. Metode Pengumpulan Data dan Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian mengenai poster demam untuk
anak dilakukan dengan melakukan studi literatur (studi pustaka). Pustaka yang
digunakan dalam penyusunan kajian ini bersumber jurnal-jurnal ilmiah dan
berupa artikel-artikel lain dari buku maupun internet. Dari pustaka yang diperoleh
dan digunakan tersebut dilakukan pengkajian apa informasi yang harusdapat
diberikan secara sederhana kepada masyarakat terkait dengan masalah demam ini.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
8 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Demam merupakan masalah kesehatan yang seringkali terjadi di
masyarakat, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Meskipun keadaan
demam pada anak-anak seringkali terjadi dan semua anak sudah pasti pernah
mengalami kondisi demam, serta telah menjadi masalah sehari-hari. Hal tersebut
menyebabkan beberapa orang tua menganggap remeh masalah demam ini, namun
pada beberapa orangtua lain masalah demam ini disikapi dengan berlebihan
karena khawatir atau cemas dengan keadaan anak. Sikap yang harus dilakukan
pada kondisi demam adalah penanganan perlu dilakukan secara tepat dan tepat.
Hal yang perlu diketahui orangtua mengenai demam adalah demam
bukanlah penyakit utama, kondisi ini merupakan reaksi tubuh alamiah terhadap
suatu penyakit. Demam dapat menjadi suatu tanda tubuh bahwa sedang melawan
infeksi karena suhu yang tinggi tersebut memperlambat pertumbuhan bakteri
ataupun virus. Untuk memberikan informasi yang tepat mengenai kondisi demam
dan penanganan yang harus dilakukan, maka edukasi dilakukan dengan media
poster. Pada poster tersebut dijelaskan bagaimana sesungguhnya kondisi demam
dan penanganan yang dapat dilakukan, serta bagaimana demam yang harus
diwaspadai dan penanganannya terutama bila terjadi kejang.
4.1. Kondisi demam
Situasi dimana demam terjadi adalah ketika suhu tubuh berada diatas suhu
normal yang berkisar antara 36-37oC. Dengan demikian tingkatkan kewaspadaan
bila demam anak terjadi pada suhu > 37,5oC. Pada beberapa anak, demam dapat
menimbulkan kejang. Kejang demam atau juga dikenal dengan step terjadi pada
2-5% anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun. Sementara untuk kejang demam,
tidak ada patokan muncul di suhu berapa, karena tidak sama pada masing-masing
anak. Umummnya kejang deman terjadi pada kondisi panas tinggi sekitar 38,5oC
atau > 38oC tergantung toleransi anak terhadap kejang, tapi ada juga yang baru
mulai naik panas sudah kejang, ada pula yang tidak mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan hal yang menakutkan tapi biasanya tidak berbahaya.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
Umumnya, kejang yang terjadi dalam waktu singkat tidaklah berbahaya.
Namun, perlu diwaspadai bila kejang berlangsung lama (lebih dari 5 menit) dan
sering berulang. Karena, setiap kali kejang akan terjadi kerusakan sel-sel otak
akibat kekurangan oksigen dalam otak. Sehingga, semakin lama dan semakin
sering kejang terjadi, sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak, dapat
menyebabkan gangguan perkembangan otak, bahkan kerusakan otak permanen.
4.2. Penanganan demam
Dalam poster ini juga dijelaskan apa yang harus dan dapat dilakukan orang
tua sewaktu anaknya demam maupun jika sampai terjadi kejang demam.
Penanganan yang dapat dilakukan ketika terjadi demam pada anak:
a. Istirahat atau tidur yang cukup sehingga proses metabolisme tubuh berlangsung
optimal.
b. Memberi pakaian atau selimut yang tidak tebal. Selimut dan pakaian tebal dan
tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan.
c. Mengatur ventilasi ruangan agar baik. Aliran udara segar dapat membantu
proses pemulihan.
d. Mengompres dengan air hangat. Hindari kompres dengan air dingin atau
alkohol. Kompres air dingin justru dapat menyebabkan anak menggigil
kedinginan. Kompres alkohol berbahaya karena uap yang ditimbulkannya
terhirup anak dapat berdampak buruk.
e. Memberi asupan cairan lebih banyak sehingga cairan tubuh yang menguap
akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.
f. Mengoleskan minyak telon/ kayu putih pada bagian yang sering kali dingin,
seperti daun telinga telapak tangan dan kaki. Hal ini dilakukan untuk
menyamakan suhu pada seluruh tubuh anak dan menghangatkannya, sehingga
mencegah anak mengigil.
g. Memberikan obat penurun panas seperti parasetamol. Parasetamol cukup aman
dibandingkan dengan obat penurun demam golongan lain, karena efek samping
ke saluran pencernaan minimal. Dapat diberikan secara oral maupun rektal.
Walau bila digunakan melebihi dosis yang dianjurkan dalam waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan hati. Walaupun terdapat pilihan penurun panas lain
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
seperti ibuprofen dan aspirin, namun obat terpilih untuk anak tetap jatuh pada
paerasetamol. Ibuprofen dapat menurunkan demam dan meredakan nyeri serta
antiinflamasi rendah, namun efek sampingnya berupa mual, perut kembung
dan yang paling parah pendarahan di lambung. sedangkan aspirin atau asam
asetilsalisilat yang memiliki fungsi untuk menurunkan demam, meredakan
nyeri dan antiinflamasi, namun juga dapat menyebabkan mual dan pendarahan
lambung sehingga harus dikonsumsi sesudah makan. Selain itu, aspirin juga
tidak dianjurkan untuk anak-anak karena dapat menyebabkan sindrom Reye
(gangguan hati yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran).
Penanganan yang dapat dilakukan ketika anak mengalami kejang demam:
a. Rebahkan anak dilantai atau diatas matras lembut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari resiko anak terjatuh saat kejang, terutama bila direbahkan di
ranjang yang sempit. Bila tersedia termometer di rumah dan memungkinkan,
dapat pula dilakukan pengukuran suhu tubuh.
b. Jika anak mulai muntah atau banyak air liur dimulut, miringkan tubuhnya
secara perlahan. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak tersedak dan untuk
menghindari tersumbatnya jalan nafas.
c. Longgarkan pakaian anak terutama bagian leher dan dada untuk mencegah
anak terhambat jalan napasnya.
d. Jangan menahan gerak anak selama kejang.
e. Jangan menaruh benda apapun kedalam mulutnya selama kejang. Dahulu orang
biasa menempatkan batang kayu atau sendok di mulut anak untuk
mencegahnya menggigit lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena
berisiko merusak gigi dan cedera mulut lain. Bahkan minuman ataupun
makanan sebaiknya tidak diberikan segera setelah berhenti kejang, tunggu
beberapa saat setelah anak benar–benar sadar untuk menghindari anak
tersedak.
f. Jangan panik karena kejang akan berhenti dalam beberapa menit. Sikap panik
hanya akan membuat orang tua tidak tahu harus berbuat apa, yang mungkin
saja akan membuat penderitaan anak tambah parah. Yang harus dilakukan
hanyalah fokus untuk menurunkan demam anak.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
Bila kejang sudah berakhir, anak akan terjaga beberapa saat setelah kejang,
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit
kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Selain itu,
harus diperhatikan juga berapa lama anak kejang, semakin lama anak kejang
semakin berbahaya dan mengancam jiwa. Dan perlu diwaspadai bila kejang sering
terjadi berulang. Bila hal itu terjadi maka segeraperiksakan anak ke dokter untuk
mencari tahu penyebab kejangnya, apa hanya karena demam atau ada faktor lain.
Gambar 4.1. Poster edukasi demam pada anak
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
12 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Poster edukasi mengenai demam pada anak dapat digunakan dan cukup
efektif dalam pemberian informasi kepada masyarakat terkait dengan kondisi
demam dan penanganan yang dapat dilakukan di rumah.
5.2. Saran
a. Poster yang telah dibuat sebaiknya dipublikasikan.
b. Penggunaan poster sebagai media dalam penyebaran informasi kesehatan
sebaiknya ditingkatkan agar masyarakat teredukasi dan memiliki wawasan
lebih baik.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013
13 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Corwin, E.J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku, Edisi 3. Alih bahasa, Nike B.
Subekti; Editor, Egi K. Yudha, et.al. Jakarta: EGC.
Irdawati. (2009). Kejang Demam dan Penatalaksanaanya. Berita Ilmu
Keperawatan, September 2(3): 143–146.
Ismoedijanto. (2000). Demam pada Anak. Sari Pediatri, Agustus 2(2) : 103–108.
Sherwood. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Alih bahasa,
Brahm U. Pendit; Editor, Beatricia I.Santoso. Jakarta: EGC.
Deliana, M. (2002). Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri,
September 4(2): 59–62.
Laporan praktek…., Aulia Farkhani, FF, 2013