Post on 18-Jan-2016
description
I.1. Identitas Pasien
Nama : Tn.H
Umur : 59 tahun
TB/BB : 170 cm/ 80 kg
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Tanjung Pinang, RT 10 No. 43
Suku : Jambi
Bangsa : Indonesia
I.2. Anamnesis
- Keluhan Utama : Kontrol ulang
- Riwayat penyakit sekarang :
Os datang ke poli usila Puskesmas Tanjung Pinang untuk mengontrol gula
darah. Sebelumnya ± 5 bulan yang lalu os mengeluh badan terasa lemas, os
sering merasa haus dan sering buang air kecil, nafsu makan meningkat namun
berat badan semakin menurun, demam(-), telapak tangan dan kaki terasa
kesemutan (-), pandangan kabur (-), gatal-gatal (-). Batuk lama di sangkal,
kontak dengan orang yang batuk lama disangkal. Kemudian os berobat ke
puskesmas dilakukan pemeriksaan darah dan didiagnosa menderita diabetes.
Os sudah mengkonsumsi obat selama 5 bulan ini dan di kontrol setiap 1 bulan
sekali.
1
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit yang sama (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat TBC (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu Os dengan riwayat DM
- Riwayat Sosial Ekonomi :
Menengah kebawah
- Riwayat Kebiasaan :
Os sangat jarang berolahraga dan sering mengkonsumsi makanan yang manis-
manis.
I.3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Gizi : Baik
- Tanda vital : TD : 120/80 mmhg
N : 72x/m
R : 20x/m
S :36,50C
- Kepala :
Mata : CA (-), SI (-), pupil isokor Ø 3mm, lensa keruh (-)
THT : dbn
- Leher : Pembesaran KGB (-)
2
- Dada :
Paru-paru : Inspeksi : Statis dinamis simetris
Palpasi : stemfremitus ka=ki, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler (+) N, whezing (-), Rhonkhi (-)
Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tak terlihat
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas Jantung dbn
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
- Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi: Bising usus (+) N
Genitalia : Tidak diperiksa
- Anggota gerak :
Superior/Inferior : akral hangat, odem, kekuatan 5 5 5 5
IV. Pemeriksaan Penunjang
- GDS : 178 mg/dl
Pemeriksaan Anjuran:
- GDN-PP
- HbA1C
3
V. Diangnosis :
Diabetes Melitus Type II
VI. Penatalaksanaan :
Non Medikamentosa :
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Medikamentosa :
- Glibenclamide tablet 5 mg 1 x1
- Bcomp tablet 3x1
VII. Prognosis :
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Pengamatan Rumah
Rumah yang dihuni os sangat sederhana. Dimana samping kiri dan kanannya
langsung tetangga os. Rumah os berukuran 6x6 meter. Dimana terdapat 2 kamar.
Dinding rumah os terbuat dari bata tanpa di licincan. Atap rumah os dari seng.
Sedangkan dibawahnya hanya di kasi terpal. Lantai os dari semen dan hanya di kasi
tikar. Rumah os agak berantakan dan jarang diurus.
Pengamatan Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah os bersih, namun padat penduduk. Di depan pintu
langsung ada jalan setapak, dan os tidak memiliki halaman.
4
Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:
Penderita tinggal bersama kedua anaknya, terdapat keluarga dengan riwayat
yang sama yaitu alm. Ibu os. Adanya faktor genetik pada keluarga memperbesar
resiko menderita diabetes melitus pada os dan anak os.
Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:
Dari hasil anamnesa perilaku kesehatan pasien didapatkan hasil: perilaku
kesehatan pasien baik karena pasien sudah melakukan diet ketat makanan dan
minuman. Pasien mengaku mengurangi konsumsi karbohidrat seperti nasi dan
kentang dan mengurangi makanan dan minuman yang manis, lebih banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Analisis pasien secara holistik
Pasien Tn.H 59 tahun dengan keluhan ± 5 bulan yang lalu, os tidak pernah
melakukan diet makanan. Pasien bisa > 3 kali makan dalam sehari namun berat badan
semakin menurun. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 3 kali.
Dari anamnesis Os mengaku sedang mengkonsumsi OHO glibenclamide
setiap hari. Keluhan pasien hanya sering merasa badannya mudah lemas. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, dan pada status generalis pada
pemeriksaaan fisik tidak ada kelainan.
Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap os, keluarga, dan
lingkungannya. Terhadap os dilakukan pengobatan yang dilakukan dengan
mengkonsumsi glibenclamide 5 mg 1 kali sehari dan di lakukan diet ketat. Dilakukan
edukasi terhadap keluarga mengenai Diabetes Melitus, membantu mengontrol
konsumsi obat dan diet serta menjelaskan faktor resiko, dan mengenai higiene
pribadi serta lingkungan.
Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga:
- Rumah dibersihkan dan jendela serta pintu dibuka agar sinar matahari masuk
ke rumah serta berperilaku hidup sehat.
5
- Mengatur pola makanan dan diet yang cukup glukosa agar glukosa darah tidak
terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Pola makanan yang sehat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
- Tidak minum-minuman bersoda karena kadar glukosanya tinggi
- Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur seperti jogging,bermain bulutangkis
dll
- Harus menggunakan obat-obat DM secara teratur
- Kontrol gula darah ke sarana kesehatan terdekat baik rumah sakit maupun
puskesmas
- Tidak stres fisik maupun psikologis dalam menghadapi suatu masalah
Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:
Menjelakan kepada pasien bahwa Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga
dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan
penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas
tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah
menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini mencapai hasil yang diharapkan maka dapat mengontrol
kadar gula darah.
Anjuran-anjuran promosi kesehatan penting yang dapat memberi
semangat/mempercepat penyembuhan pada pasien:
- Pasien harus melakukan pola makan dan diet yang cukup kalori.
- Pasien berperilaku hidup sehat
- Pasien tidak boleh merasa stres fisik dan stres psikis.
- Pasien harus beraktivitas dan berolahraga secara teratur.
6
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar
tidak memiliki faktor risiko untuk terjadinya DM. Pencegahan primordial ditujukan
kepada masyarakat yang sehat untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum
dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM. Misalnya, berperilaku hidup sehat,
tidak merokok, memakan makanan yang bergizi dan seimbang, diet, membatasi diri
dengan makanan tertentu ataupun kegiatan jasmani yang memadai.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk
menderita DM. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi/
menghilangkan faktor-faktor tersebut.
Usaha pencegahan primer ini dilakukan secara menyeluruh pada masyarakat tetapi
diutamakan dan ditekankan untuk dilaksanakan dengan baik pada mereka yang
berisiko tinggi yang berpotensi menderita DM. Tindakan yang perlu dilakukan untuk
usaha pencegahan primer ini meliputi penyuluhan mengenai perlunya pengaturan
gaya hidup sehat sedini mungkin dengan memberikan pedoman, yaitu
mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang seperti
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan
karbohidrat sederhana, dan mempertahankan berat badan normal sesuai dengan umur
dan tinggi badan. Selain itu yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan jasmani
yang cukup dan sesuai dengan umur dan kemampuan.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah
terjadi penyakit. Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan dan
menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan
7
sejak awal. Pengobatan sejak awal harus segera dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi mengenai diabetes mellitus
dan pengelolaannya akan meningkatkan kepatuhan pasien untuk berobat.
a. Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM.
Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang berhubungan
dengan gaya hidup. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, tim kesehatan/ perawatan, dan orang-orang yang beraktivitas
bersama-sama dengan penderita DM setiap hari.
Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ini ditujukan kepada mereka yang baru
terdiagnosis diabetes. Kelompok penderita diabetes ini masih sangat perlu diberi
pengertian mengenai penyakit diabetes supaya mereka dapat mengendalikan
penyakitnya dalam mengontrol gula darah, mengatur makanan, dan melakukan
aktifitas olah raga sesuai dengan keadaan dirinya sehingga pada akhirnya penderita
akan merasa nyaman karena bisa mengendalikan gula darahnya.
Materi yang dapat diberikan dalam penyuluhan adalah definisi diabetes mellitus,
penatalaksanaan diabetes secara umum, obat-obat untuk mengontrol glukosa darah
(tablet dan insulin), perencanaan makan dengan menggunakan bahan makanan
penukar, manfaat kegiatan jasmani (olah raga). Selanjunya dapat diberikan materi
penyuluhan lanjutan, yaitu mengenal dan mencegah komplikasi akut diabetes,
pengetahuan mengenai komplikasi kronik diabetes, penatalaksanaan diabetes selama
menderita penyakit lain, dan pemeliharaan kaki diabetes.
b. Pengobatan
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani secara teratur,
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin.
o Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
o Insulin
Pencegahan Tersier
8
Pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
walaupun sudah terjadi komplikasi. Untuk mencegah terjadinya kecacatan harus
dimulai dengan deteksi dini komplikasi DM agar komplikasi DM tersebut dapat
dikelola dengan baik.
Pada upaya pencegahan primer tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga.
Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal.Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar
disiplin terkait terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin
ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain
seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi,
medis, gizi, pediatri dan sebagainya sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan
pencegahan tersier.
9