Post on 01-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang waktu manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut
situasi dan kondisi lingkungannya. Hal ini terlihat pada perubahan rancangan
peralatan (teknologi) yang dipergunakan manusia. Selain itu pada saat ini dimana
kebutuhan manusia semakin kompleks dan tuntutan manusia terhadap kepuasan
atas suatu pelayanan jasa juga semakin besar, maka masyarakat juga semakin
menyadari akan arti pentingnya faktor kenyamanan dalam pelaksanaan segala
aktivitasnya.
Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja
adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan
jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.
Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun
fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran
anthropometry tubuh operator maupun penerapan data-data antropometrinya.
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan ruang dan fasilitas
akomodasi secara ergonomis agar didapat kepuasan baik dari pengguna jasa
(masyarakat) maupun pemberi jasa produksi, dimana kepuasan tersebut dapat
berupa kenyamanan maupun kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu
anatomi, fisiologi, psikologi, kesehatan dan keselamatan kerja, perancangan dan
manajemen, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti
panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun
dinamis.
Hal lain yang perlu diamati adalah seperti misalnya: berat dan pusat massa
dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari
tangan dan kaki dan lain-lain.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat pada praktikum kali ini yaitu :
1. Bagaimana cara mengetahui ukuran dimensi tubuh manusia, tangan,
kepala, dan kaki untuk kepentingan ergonomic.
2. Bagaimana cara untuk menyeragamkan data antropometri
3. Bagaimana cara mengolah data keseragaman.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh dan tangan untuk kepentingan
ergonomi.
2. Mengetahui tabel anthropometry.
3. Mengetahui segmen tubuh yang di gunakan untuk perancangan produk dan
optimasi metodologi kerja.
4. Mengetahui penggunaan data anthropometry dalam perancangan produk
dan stasiun kerja.
5. Mengetahui manfaat perancangan yang ergonomis untuk menghindari
kecelakaan dan rasa sakit pada saat kerja.
1.4 Manfaat Penelitian
Data antropometri dapat digunakan untuk :
1. Perancangan areal kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),
dan sebagainya
3. Perancangan- perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja,
computer, dan lain- lain
4. Perancangan kerja fisik.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos, ergon berarti kerja dan nomos
berarti peraturan atau hokum. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis
tentang manusia bersama-samadengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk
mencapai penyesuain satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaannya, yang manfaatnya dapat diukur dengan efisieni dan kesejahteraan
kerja.
Di Indonesia, ergonomi diartikan sebagai ilmu (dan penerapannya) yang
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia secara optimal. Ergonomi merupakan
upaya untuk mendapatkan keseimbangan dalam hubungan manusia dan
pekerjaannya agar dicapai produktivitas yang tinggi dari sumber daya manusia
sertaa mencegah/ meniadakan adanya keluhan-keluhan/ sakit karena
pekerjaannya.
Tujuan utama ergonomi adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi
dengan itu produktivitas juga ditingkatkan. Dengan ergonomic diharapkan dapat
diperoleh :
a. Derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal.
b. Derajat kesehatan lingkungan yang optimal.
c. Keselamatan kerja yang optimal.
d. Produktivitas kerja yang optimal.
Sasaran penerapan ergonomi di lingkungan kerja yaitu :
a. Kesejahteraan fisik dan mental dengan mencegah cedera dan munculnya
penyakit akibat kerja dan mental, serta mempromosikan kerja dan
kepuasan kerja.
b. Kesejahteraan sosial dalam meningkatkan kualitas kontak sosial,
pengelola/ organisasi kerja.
c. Keseimbangan rasional antar aspek teknis, ekonomis, antropologis dan
budaya dari system manusia-mesin, serta efisiensi sistem.
2.2 Pengertian Anthropometri (Ukuran Tubuh)
Istilah anthropometri berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti
manusia dan “metron (measure)” yang berarti ukuran (4). Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk
pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi
dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam
menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik
produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman
kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987);
Pheasant (1988), dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi
tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang
sesuatu yang dipakai orang.
Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli
ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan yaitu:
1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu
darurat.
2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu.
Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau
mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan
lain- lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of
gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan
melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika
diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah
manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar
variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh
maupun persegmen-nya.
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
2.3 Pengukuran Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh
manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh
manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada
Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai
individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.
Gambar 2.1 Posisi Duduk Samping Gambar 2.2 Posisi Berdiri
1. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai
posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih
sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas.
Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.
Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat
bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja.
Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari
seorang juru ketik atau operator komputer.
95%
1.96 1.96
97.5-th%ile2.5-th%ile
)σ,XN( X
X
2.4 Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu
dari sekelompok orang yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai
tersebut. Misalnya, 95 persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada
pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5 persentil akan menunjukkan
5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Besarnya nilai
persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Dalam anthropometry 95 persentil akan menggambarkan ukuran manusia
yang “terbesar” dan 5 persentil sebaliknya akan menunjukkan ukuran
“terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan
95% dari populasi yang ada, maka disini diambil rentang 2,5 dan 97,5
persentil sebagai batas ruang yang dapat dipakai.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data anthropometry dapat dijelaskan seperti berikut ini :
Persentil Perhitungan
1-st
2.5-th
5-th
10-th
50-th
90-th
95-th
x -2.325 σx
x -1.960 σx
x -1.645 σx
x -1.280 σx
x
x +1.28 σx
x +1.645 σx
97.5-th
99-th
x +1.960 σx
x +2.325 σx
2.5 Alat Ukur Antropometri
Antropometer adalah suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut
suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini berguna sebagai
alat bantu untuk mendisain atau mengetahui posisi alat-alat atau instrument
pengendali dari suatu mesin atau system kerja terhadap posisi operatornya.
Gambar 2.3 Antropometer
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh
manusia, diantaranya:
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira
berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian
manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60
tahun.
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali
dada dan pinggul.
c. Suku Bangsa (Etnis)
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.
d. Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh
manusia.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus)
yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga
perlu mendapat perhatian, seperti:
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi
orang- orang cacat.
b. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan,
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang
pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy),
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran
dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian
khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti
itu.
2.7 Posisi Tubuh Dalam Bekerja
Kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut
melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Clark
(1996), menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai
derajat stabilitas tubuh yang tinggi; mengurangi kelelaan dan keluhan subjektif
bila bekerja lebih dari 2 jam. Di samping itu tenaga kerja juga dapat
mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan.(9)
Mengingat posisi duduk mempunyai keutungan maupun kerugian, maka
untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh,
perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja yang sesuai dilakukan
dengan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan
pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk
adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki;
2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan;
3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar;
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian
lebih dari 15 cm dari landasan kerja;
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi;
6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama; dan
7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan
dengan posisi duduk.
Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang
dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran
tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya.
Fleksi lutut membentuk sudut 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau
injakan kaki (Pheasant, 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang
akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari
posisi rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman.
Sanders & Mc Cormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian
landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut:
1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik;
2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rileks dari bahu, dengan lengan bahwa mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun (sloping down slightly); dan
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan.
Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di
perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai
keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri
merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang
dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke
berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada
dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang
dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.
Pada desain stasiun kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk
periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan
pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar
tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan
posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark
(1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan
dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut:
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;
2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);
3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;
4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan diperlukan
mobilitas tinggi.
Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi berdiri, secara
prinsip hampir sama dengan desain ketinggian landasan kerja posisi dudukan.
Manuaba (1986); Sanders & Mc Cormick (1987); Grandjean (1993) memberikan
rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri
didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai tersebut berikut ini.
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk
mengurangi pembebasan statis pada otot bagian belakang, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual, di mana pekerjaan sering memerlukan ruangan
untuk peralatan; material dan kontainer dengan berbagai jenis, tinggi
landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi suku berdiri.
3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi
landasan kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
Desain stasiun kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang
dilakukan. Baik desain stasiun kerja untuk posisi duduk maupun berdiri keduanya
mempunyai keuntungan dan kerugian. Clark (1996) mencoba mengambil
keuntungan dari kedua posisi tersebut dan mengkombinasikan desain stasiun kerja
untuk posisi duduk dan berdiri menjadi satu desain dengan batasan sebagai
berikut :
Sedangkan Das (1991) dan Pulat (1992) menyatakan bahwa posisi duduk-
berdiri merupakan posisi terbaik dan lebih dikehendaki daripada hanya posisi
duduk saja atau berdiri saja. Hal tersebut disebabkan karena memungkinkan
pekerja berganti posisi kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa
dalam satu posisi kerja.
Helender (1995) dan Tarwaka (1995), memberikan batasan ukuran
ketinggian landasan kerja untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit penekanan
yaitu 15 cm di bawah tinggi siku untuk kedua posisi kerja. Selanjutnya dibuat
kursi tinggi yang menyesuaikan ketinggian landasan kerja posisi berdiri dengan
dilengkapi sandaran kaki agar posisi kaki tidak menggantung. Mengingat dimensi
ukuran tubuh manusia berbeda-beda, maka desain stasiun kerja harus selalu
mempertimbangkan antropometri pemakainya (user oriented).
Penggunaan antropometri sebagai salah satu metode untuk mengukur status
gizi masyarakat sangat luas. Antropometri berasal dari kata antrophos dan metros.
Antrophos memiliki arti tubuh, sedangkan metros adalah ukuran. Antropometri
yaitu ukuran dari tubuh. Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang
paling sering digunakan di masayarakat. Antropometri dalam pengertian adalah
suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh
(Potter & Perry, 2006). Contoh penggunaan: Program gizi masyarakat dalam
pengukuran status gizi balita, Kegiatan penapisan status gizi masyarakat.
Pengertian pertumbuhan (growth) dan perkembanganmencakup peristiwa
yang statusnya berbeda tetapisaling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan
merupakan Peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa
konsepsi sampai remaja. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan
perkembangan lebih menekankan padamental dan kejiwaan seseorang.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi
tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram,pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Kecepatan
pertumbuhan berbeda pada setiaptahapan kehidupan, hal ini dipengaruhi oleh:
1. Kompleksitas dan ukuran dari organ
2. Rasio otot dengan lemak tubuh
Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi
badan, ditandai denganperubahan otot, lemak dan perkembangan organ yang
diikuti oleh kematangan hormon seks. Pertumbuhan yang optimal sangat
dipengaruhi oleh potensi biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis
seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan:
genetik, lingkungan bio-psiko-sosial, dan perilaku.
Perkembangan (development) menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya
termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan atau.
Penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf
pusat, khususnya diotak. Perkembangan anak yang sehat searah (paralel) dengan
pertumbuhannya.
Pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik sedangkan Perkembangan
lebih menekankan pada aspek pematangan fungsi organ, terutama kematangan
sistem saraf pusat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
a. Faktor Internal (Genetik)
1) Modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan
2) Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,
yang ditandai dengan:
(a) Intensitas dan kecepatan pembelahan
(b) Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan
(c) Umur pubertas
(d) Berhentinya pertumbuhan tulang.
Yang termasuk faktor internal: faktor bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku/bangsa).
Gangguan pertumbuhan:
a. Di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetic.
b. Di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga
oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh
secara optimal.
Menurut Jellife D.B. (1989), yang termasuk factor internal adalah genetik,
obstetrik, dan seks.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
1) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang
optimal. Yang termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisikpsikososial.
Faktor lingkungan dibagi dua:
a. Faktor pranatal
b. Faktor pascanatal
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah:
(a) Lingkungan Pranatal
a. Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir.
b. Meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zatkimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia embrio.
(b) Lingkungan Pascanatal
a. Dipengaruhi oleh lingkungan
b. Meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor
psikososial, keluarga dan adat-istiadat. Contoh;
Internal
a. Genetik Individu (keluarga)
Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan plasenta)
b. Obstetrik BBLR
Lahir kembar
c. Seks
Laki-laki lebih panjang dan berat
Eksternal
a. Gizi
- Gizi Fetus (diet maternal: protein, energi dan
iodium)
- Gizi Bayi (ASI dan susu botol)
- Gizi Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D
dan asam folat
b. Obat-obatan Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-
obat lainnya
c. Lingkungan Iklim yakni Daerah kumuh
d. Penyakit
o Endokrin Hormon pertumbuhan
o Infeksi Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing
o Kongenital Anemia sel sabit, kelainan
metabolisme sejak lahir
o Penyakit kronis Kanker, malabsorpsi usus halus,
jantung, ginjal dan hati
o Psikologis Kemunduran mental/emosi.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
1. Lembar data
2. Meteran
3. Ada 22 subjek/ mahasiswa yang akan diukur.
3.2 Cara Kerja
a. Menghubungkan pengukuran antropometri dengan analisis tugas.
1. Catat identitas 22 subjek untuk diukur dimensinya.
2. Ukur antropometri tubuh subjek baik posisi berdiri maupun duduk.
3. Hitung statistic mean, standar deviasi, 5 th, dan 95 th persentil untuk
masing-masing pengukuran antropometri.
4. Ukur peralatan/ fasilitas kerja yang digunakan.
5. Tentukan dimensi tubuh yang dipakai dan persentil yang digunakan
untuk tiap ukuran peralatan.
b. Ukuran Antropometri Tubuh Manusia.
Gambar 3.1
Antopometri Tubuh
Keterangan dari gambar diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Dimensi Tubuh
DIMENSI TUBUH
1 = Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 14 = Tinggi lipat lutut
2 = Tinggi mata 15 = Lebar bahu
3 = Tinggi bahu 16 = Lebar panggul
4 = Tinggi siku 17 = Tebal dada
5 = Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah
18 = Tebal perut
6 = Tinggi badan pada posisi duduk19 = Jarak dari siku ke ujung jari
7 = Tinggi mata pada posisi duduk20 = Lebar kepala
8 = Tinggi bahu pada posisi duduk21 = Panjang tangan
9 = Tinggi siku pada posisi duduk22 = Lebar tangan
10 = Tebal paha
23 = Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri
11 = Jarak dari pantat ke lutut
24 = Tinggi pegangan tangan pada posisi tangan vertikal ke atas dan berdiri tegak
12 = Jarak dari lipat lutut kepantat
25 = Tinggi pegangan tangan papa posisi tangan vertikal ke atas dan duduk
13 = Tinggi lutut26 = Jarak genggaman tangan ke punggung
pada posisi tangan ke depan
Gambar 3.2
Antropometri tangan
Keterangan dari gambar diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tabel 3.2 Dimensi Tangan
DIMENSI TANGAN
1 = Panjang tangan 11 = Tebal jari telunjuk
2 = Panjang telapak tangan 12 = Lebar telapak tangan
3 = Panjang ibu jari 13 = Lebar telapak tangan (sampai ibu jari)
4 = Panjang jari telunjuk 14 = Lebar telapak tangan (minimum)
5 = Panjang jari tengah 15 = Tebal telapak tangan
6 = Panjang jari manis 16 = Tebal telapak tangan (sampai ibu jari)
7 = Panjang jari kelingking 17 = Diameter genggam (maksimum)
8 = Lebar ibu jari18 = Lebar maksimum (ibu jari ke jari
kelingking)
9 = Tebal ibu jari 19 = Lebar fungsional maksimum (ibu jari ke
jari lain)
10 = Lebar jari telunjuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Antropometri
No
Nama Lingkar Kepala Lebar Tangan
1 Abdul rohman 50 82 Agus Maryono 54 83 Ahmad M. 52 84 Amir 49 75 Bagas 50 96 Choirul 52 77 Didin 51 78 Mahyar 52 79 Mahyudi 52 8
10 Perly 53 711 Rizki 51 812 Rohman 54 713 Rion 52 714 Roisandi 50 715 Saripudin 53 716 Sopyan 54 817 Supriyadi 54 818 Supriyatna 50 719 Wahyuhabibi 53 820 Widhi 54 721 yulia 54 722 Ade 52 7
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perhitungan Nilai Rata- rata (Mean)
No
Nama Lingkar Kepala Lebar Tangan
1 Abdul rohman 50 82 Agus Maryono 54 83 Ahmad M. 52 84 Amir 49 75 Bagas 50 96 Choirul 52 77 Didin 51 78 Mahyar 52 79 Mahyudi 52 8
10 Perly 53 711 Rizki 51 812 Rohman 54 713 Rion 52 714 Roisandi 50 715 Saripudin 53 716 Sopyan 54 817 Supriyadi 54 818 Supriyatna 50 719 Wahyuhabibi 53 820 Widhi 54 721 yulia 54 722 Ade 52 7
Rata- rata (Mean) 52,09 7,45
4.2.2 Perhitungan Nilai Standar Deviasi
SD = √∑ ¿¿¿¿
4.2.2.1 Standar Deviasi Data Lingkar Kepala
No Nama Lingkar Kepala ( Xi )
(xi - ) (xi - ) 2
1 Abdul rohman 50
52,09
-2,09 4,36812 Agus Maryono 54 1,91 3,64813 Ahmad M. 52 0,09 0,00814 Amir 49 -3,09 9,54815 Bagas 50 2,09 4,36816 Choirul 52 -0,09 0,00817 Didin 51 -1,09 1,18818 Mahyar 52 -0,09 0,00819 Mahyudi 52 -0,09 0,0081
10 Perly 53 1,09 1,188111 Rizki 51 -1,09 1,188112 Rohman 54 2,09 4,368113 Rion 52 -0,09 0,008114 Roisandi 50 -2,09 4,368115 Saripudin 53 1,09 1,188116 Sopyan 54 2,09 4,368117 Supriyadi 54 2,09 4,368118 Supriyatna 50 -2,09 4,368119 Wahyuhabibi 53 1,09 1,188120 Widhi 54 2,09 4,368121 yulia 54 2,09 4,368122 Ade 52 -0,9 0,81
Jumlah 1146 5,01 59,3001
SD =√ Cn−1
= √ 59.3021
= √2.82
= 1.679 cm