Post on 14-Dec-2015
description
STASE OBSTERTI DAN GINEKOLOGI
PERDARAHAN POST PARTUM
Oleh:
Nama : Shabrina Sasianti
NIM : 2011730098
Pembimbing : dr. Bambang W, Sp. OG
Rumah Sakit : RSIJ Sukapura
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Perdarahan Post Partum”. Laporan kasus ini
penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase
Obstetri dan Ginekologi di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas selesainya laporan kasus ini,
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.
Bambang W Sp. OG yang telah memberikan persetujuan dan pembimbingan. Semoga laporan
kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, Juli 2015
Penulis
Shabrina Sasianti
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : Ny. U
2. Nama suami : Tn. I
3. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Mei 1990
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Kurnia, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara
6. Suku : Betawi
7. Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
8. Pekerjaan : Karyawan
9. Tanggal masuk : 3 Juli 2015, pukul 19.00 WIB
10. No R.M.K : 00204967
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Pasien mengeluh keluar darah sejak tiga jam yang lalu
2. Riwayat penyakit skrg: Pasien mengeluh keluar darah dalam jumlah yang banyak melalui
vagina sejak tiga jam yang lalu, keluhan itu sudah terjadi tiga kali
sejak tindakan section caesarea yang dialami pasien satu bulan
yang lalu. Pasien juga mengeluh sakit perut, sakit dirasakan
menjalar ke bagian bawah. Selain itu pasien juga merasa lemas,
pusing, menggigil dan berkunang-kunang
3. Riwayat perkawinan : Kawin ke 1, Masih kawin, Lama kawin 2 tahun
4. Riwayat menstruasi : Pertama 14 tahun, Teratur, Lama 7 hari, Siklus 28 hari,
Hari pertama haid terakhir 28 Juni 2014, Taksiran persalinan
5 Maret 2015
5. Riwayat operasi : Pasien pernah mengalami sectio caesarea
6. Riwayat persalinan :
Tempat Penolong Tahun Aterm Jenis Anak
Sex Berat Keadaan
Rumah
sakit
Dokter 2015 Aterm Sectio caesarea ♂ 2995gr Sehat
7. Riwayat penyakit dahulu :Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama
seperti ini sebelumnya. Keluhan ini merupakan yang ke tiga
kali sejak tindakan section caesarea yang dialami pasien satu
bulan yang lalu.
8. Riwayat penyakit keluarga :Pasien menyangkal anggota keluarga ada yang pernah
mengalami keluhan yang sama
9. Riwayat pengobatan :Pasien menyangkal sudah mengkosumsi obat sejak
mengalami keluhan ini
10. Riwayat alergi :Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, debu,
cuaca, dan lain-lain
11. Riwayat psikososial :Pasien mengaku memiliki pola makan dan pola istirahat
yang teratur, namun pola olah raga tidak teratur. Pasien
juga menyangkal mengkonsumsi rokok, obat, atau alkohol
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sakit sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tekanan darah : 100/70 mmHg
4. Suhu : 35,7oC
5. Pernapasan : 20 kali/menit
6. Nadi : 80 kali/menit
7. Tinggi badan : 150 cm
8. Berat badan : 48 kg
9. Rambut : Bersih
10. Mata : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik
11. Mulut : Mukosa bibir lembab
12. Gigi : Tidak caries
13. Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar
14. Dada : Jantung normal, Paru-paru normal
15. Payudara : Simetris, Putting susu menonjol, ASI ada
16. Abdomen : BU (+)
17. Vagina : Pengeluaran pervaginam ada, (√) Darah, (-) Lendir, (-),
Fluor albus, Banyak, Penyakit kelamin tidak ada,
Varices tidak ada
18. Ekstremitas : Odema tidak ada, Simetris
D. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan
1 Hemoglobin 7,20 11,3-15,5 g/dl
2 Hematocrit 21,4 36,0-46,0 %
3 Leukosit 12,0 4,3-10,4 103/µL
4 Trombosit 135 132-402 10s/µL
5 Ultrasonography Uterus tampak normal
E. Diagnosis
Perdarahan Postpartum (Post Sectio caesaria 1 bulan yang lalu), disertai anemia gravis
F. Penatalaksanaan
Resusitasi cairan dan tranfusi darah
G. Catatan Perkembangan
Tanggal Catatan Perkembangan Tatalaksana
4 Juli 2015 S : Keluar darah dari vagina
O : Ku : Sakit sedang
Kes : Somnolen
TD : 90/50 mmHg
R : 19 x/mnt
N : 90 x/mnt
IVFD : RL : 20 tpm
Tranfusi darah dilakukan
karena Hb <8
Observasi KU, TD, N, R, S
S : 37,4ᵒC
Mata : Anemis (+), ikterik (-)
Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)
Thorax : Cor : BJ I,II regular
Pulmo : vesikuler
Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)
Abdomen : BU (-)
Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)
Ekstrimitas: Hangat (-), CRT <2dtk (+), edema (-)
Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)
A : Perdarahan pervaginam post SC
Observasi perdarahan
Observasi input-output cairan
Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 6,80 11,3-15,5 g/dl
Hematocrit 20,0 36,0-46,0 %
Leukosit 17,0 4,3-10,4 103/µL
Trombosit 130 132-402 10s/µL
5 Juli 2015 S : Lemas dan pusing, perdarahan
melalui vagina masih banyak
O : Ku : Sakit sedang
Kes : Composmentis
TD : 120/75 mmHg
R : 20 x/mnt
N : 88 x/mnt
S : 37,9 o C
Mata : Anemis (+), ikterik (-)
Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)
Thorax : Cor : BJ I,II regular
Pulmo : vesikuler
Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)
Abdomen : BU (+)
Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)
Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)
Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)
A : Perdarahan pervaginam post SC
IVFD : RL : 20 tpm
Tranfusi darah dilakukan
karena Hb <8
Observasi KU, TD, N, R, S
Observasi perdarahan
Observasi input-output cairan
6 Juli 2015 S : Lemas, mual dan meriang,
perdarahan melalui vagina masih
banyak
O : Ku : Sakit ringan
Kes : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
IVFD : RL : 20 tpm
Tranfusi darah dilakukan
karena Hb <8
Paracetamol Tab 500 mg
R : 18 x/mnt
N : 70 x/mnt
S : 39,0 o C
Mata : Anemis (+), ikterik (-)
Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)
Thorax : Cor : BJ I,II regular
Pulmo : vesikuler
Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)
Abdomen : BU (+)
Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)
Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)
Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)
A : Perdarahan pervaginam post SC
Observasi KU, T, N, R, S
Observasi perdarahan
Observasi input-output cairan
Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 11,7 11,3-15,5 g/dl
Hematocrit 33,0 36,0-46,0 %
Leukosit 9,2 4,3-10,4 103/µL
Trombosit 129 132-402 10s/µL
7 Juli 2015 S : Lemas, perdarahan melalui vagina
mulai berkurang
O : Ku : Sakit ringan
Kes : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
R : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36,2 o C
Mata : Anemis (-), ikterik (-)
Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)
Thorax : Cor : BJ I,II regular
Pulmo : vesikuler
Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)
Abdomen : BU (+)
Genitalia: Darah (-), lendir (-), fluor albus (-)
Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)
Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)
A : Perdarahan pervaginam post SC
Observasi KU, T, N, R, S
Observasi perdarahan
Aff infus
Aff kateter
Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 11,9 11,3-15,5 g/dl
Hematocrit 31,7 36,0-46,0 %
Leukosit 6,0 4,3-10,4 103/µL
Trombosit 142 132-402 10s/µL
8 Juli 2015 S : Lemas, sudah tidak ada perdarahan
melalui vagina
O : Ku : Sakit ringan
Kes : Composmentis
TD : 130/70 mmHg
R : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36,1 o C
Mata : Anemis (-), ikterik (-)
Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)
Thorax : Cor : BJ I,II regular
Pulmo : vesikuler
Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)
Abdomen : BU (+)
Genitalia: Darah (-), lendir (-), fluor albus (-)
Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)
Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)
A : Perdarahan pervaginam post SC
Observasi KU, T, N, R, S
Observasi perdarahan
Pasien rawat jalan
Kontrol jika ada keluhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi
500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan perdarahan postpartum
sekunder. Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang berlangsung dalam 24
jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih. Sedangkan perdarahan postpartum
sekunder adalah perdarahan yang berlangsung setelah 24 jam pertama dengan jumlah 500
cc atau lebih.
2. Epidemiologi
Faktor predisposisi kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum sebelum terjadinya
proses kehamilan dapat dijabarkan sebagai berikut: ibu yang memiliki riwayat perdarahan
postpartum berulang, grandemultipara, adanya mioma uteri, adanya penyakit darah
seperti idiopatik trombositopenia purpura, gangguan pembekuan darah, atau leukemia.
Sedangkan faktor predisposisi kemungkinan terjadinya perdarhan postpartum setelah
terjadinya proses kehamilan yaitu ibu hamil dengan anemia, grandemultipara, regangan
uterus yang berlebihan akibat hidroamnion, hamil ganda, atau makrosemia, perdarahan
pada kehamilan tua akibat plasenta previa atau solusio plasenta, gangguan jalan
oersalinan akibat prolong labor atau neglected labor, persalinan operatif akibat
anesthesia, persalinan pervaginam dengan tindakan transabdominal, kesalahan
tatalaksana kala III, gangguan pembekuan darah akut akibat emboli air ketuban atau
emboli lainnya, dan infeksi seperti khorioamnionitis.
3. Etiologi
Perdarahan postpartum primer disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan
jalan lahir seperti: rupture uteri inkomplet atau komplet, hematoma parametrium,
perlukaan servikal, perlukaan vagina atau vulva, dan perlukaan perineum.
Sedangkan perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh sisa plasenta atau
koteledonnya, terdapat sisa membrane sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi untuk
menutup pembuluh darah di tempat implantasinya, terdapat plasental polip, perdarahan
karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma, perdarahan yang bersumber dari perlukaan
yang terbuka kembali, serta infeksi pada tempat implantasi plasenta.
4. Fisiologi
Penghentian terjadinya perdarahan postpartum sangat penting, oleh karena selama
kehamilan terjadi sirkulasi retroplasenta yang makin lama makin meningkat, sehingga
pada akhir kehamilan berjumlah sekitar 500-600cc/menit. Di dasar plasental bed
terbukalah darah arteri yang tegak lurus, sementara itu pembuluh darah vena seolah-olah
sejajar dengan dinding uterus. Pada saat persalinan berakhir dengan lahirnya bayi, maka
terjadi retraksi otot iterus yang mengakibatkan: plasenta tidak mampu mengikuti
pengecilan dan tempat implantasinya, plasenta melepaskan diri melalui lapisan jaringan
ikatnya (Nitabusch), pembuluh darah arteri atau vena akan terjepit, berlekuk-lekuk
sehingga lumennya tertutup dan perdarahan dari plasental bed berhenti, ujung-ujung
pembuluh darah akan membentuk thrombus sehingga perdarahan akan berhenti sama
sekali, hari berikutnya sudah mulai pembentukan epithelia, menuju kesembuhan luka
bekas implantasi plasenta yang berlangsung sampai 14-15 hari. Dengan pengertian
demikian dapatlah diterapkan gambaran pengeluaran lokia sebagai berikut: lokia tubra
atau darah berlangsung selama 3 sampai 5 hari, lokia sanguinolenta berlangsung selama 5
sampai 12 hari dengan gambaran seperti darah namum bercampur lender, lokia alba
berlangsung sampai masa nifas berakhir dengan gambaran lender berwarna putih atau
jernih.
5. Patofisiologi
Bentuk perdarahan postpartum yang dimaksud adalah atonia iteri dan retensio plasenta
yang dapat diterangkan sebagai berikut: pada perdarahan postpartum akibat atonia uteri,
terjadi keadaan dimana otot uterus tidak mengalami retraksi dan kontraksi yang kuat
sehingga pembuluh darah terbuka, kemudian hal tersebut menimbulkan perdarahan yang
banyak dalam waktu singkat. Sedangkan pada perdarahan postpartum akibat retensio
plasenta atau plasenta rest, terjadi keadaan dimana lepasnya plasenta tidak terjadi
bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya, kemudian hal
tersebut menyebabkan terganggunya retraksi dan konraksi otot uterys, sehingga sebagian
pembuluh darah tetep terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan plasenta rest
dapat diterangkan dengan mekanisme yang sama. Selain itu, terjadinya gangguan
pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga menghambat berhentinya
perdarahan. Pembentukan epitel juga akan terganggu sehingga menimbulkan perdarahan
yang berkepanjangan.
6. Gejala Klinik
Gejala klinik perdarahan postpartum adalah sebagai berikut: perdarahan terjadi setelah
bayi lahir, dapat terjadi sebelum plasenta lahir atau sesudah plasenta lahir, jumlah sekitar
400 sampai 500 cc, terjadi umumnya mendadak dan tanpa disadari, dapat diikuti dengan
menurunnya kesadaran, dan perubahan system kardiovaskuler.
Sedangkan gejala klinik perdarahan postpartum sekunder adalah sebagai berikut:
perdarahan terjadi terus-menerus setelah seharusnya lokia rubra berhenti, dapat terjadi
perdarahan mendadak seperti perdarahan postpartum primer dan diikuti gangguan system
kardiovaskuler sampai syok, selain itu pada perdarahan post partum sekunder juga mudah
terjadi infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan lokia yang terjadi berbau dan
keruh, serta fundus uteri yang tidak segera mengalami inovulusi, terjadi subinovulasi
uteri.
7. Pencegahan
Untuk mengurangi kemungkinan perdarahan post partum khususnya yang disebabkan
atonia uteri dan retensio plasenta maka dilakukan tatalaksana aktif pertolongan kala III,
sebagai berikut: 1) Upaya pencegahan, berikan oksitosis segera setelah bahu lahir IM dan
diikuti dengan methergin, persalinan bayi dilakukan perlaha-laha sehingga kontraksi
uterus dapat mengikutinya, setelah bayi lahir klem tali pusat sedekat mungkin dengan
vulsa sementara yang lainnya sekitar 10 cm panjangnya dari bayi; 2) Brandt-Andrew
teknik, selang beberapa menit uterus akan berkontraksi dan retraksi sehingga plasenta
akan lepas dari tempat implantasinya, tampak tanda plasenta telah lepas adalah tali pusat
memanjang, terjadi perdarahan Duncan-Schultze atau kombinasinya, bentuk uterus
membulat dan sedikit terdorong ke atas, saat itu tangan kiri diletakan di antara simfisis
dan fundus uterus mendorongnya kea rah fundus, sementara tangan kanan menarik tali
pusat, dengan demikian plasenta akan segera dapat dilahirkan untuk menghemat waktu
dan mengurangi terjadi perdarahan, sikap menunggu lahirnya plasenta spontan telah
ditinggalkan; 3) Evaluasi perlukaan, diikuti evaluasi perlukaan jalan lahir utama,
perlukaan serviks uteri akan berkurang karena persalinan bayi dilakukan perlahan-lahan,
vagina bagian atas, perlukaan vulva dan perineum, kemungkinan hematoma sekitar
parametrium, vagina atas, dan vulva.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perdarahan post partum dapat dijabarkan sebagai berikut; 1) Konsep
dasar tonia uteri, perdarahan karena atonia uteri paling sering dan paling banyak dijumpai
dapat dikemukakan secara skematis dalam skema.
Periapan terapi perdarahan postpartum sekunder: 1) Infus dan tranfusi darah, 2)
tergantung dari sumber perdarahannya, jika perdarahan berasal dari perlukaan yang
terbuka maka dilakukan penjahitan kembali dan evaluasi kemungkinan terjadinya
hematoma, jika perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta maka dilakukan
anesthesia dengan demikian kuratase dapat dilakukan dengan aman dan bersih dan
jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh kepastian.
Perawatan terapi pada perdarahan postpartum sekunder adalah dengan rehidrasi
diteruskan sampai tercapainya keadaan optimal, berikan antibioka, berikan pengobatan
suportif seperti gizi yang baik dan vitamin dan preparat Fe, dan berikan terapi lanjut
tergantung dari hasik patologi anatominya.
9. Komplikasi
Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian maternal yang cukup tinggi
khususnya di negara berkembang, oleh karena beberapa faktor social, ekonomi dan
budaya. Kematian maternal akibat perdarahan postpartum sekitar 4 kali lipat perdarahan
antepartum.
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah: 1) kejadian perdarahan
postpartum mendadak dengan jumlah perdarahan yang besar sehingga sulit mendapatkan
pertolongan yang adekuat, 2) karena kejadiannya mendadak, maka menimbulkan
kesulitan untuk lakukan rujukan dan mendapatkan tranfusi dalam jumlah yang cukup, 3)
sementara perdarahan antepartum sudah dikenal masyarakat dapat membahyakan jiwa
maternal dan perinatal sehingga lebih mendapatkan perhatian khusus dan sudah
melakukan persiapan.
Perdarahan postpartum saat ini sudah makin berkurang oleh karena beberapa faktor
utama di antaranya: 1) berkurangnya faktor predisposisi terutama grandemultipada, 2)
pelayanan terhadap masyarakat makin didekatkan ke daerah pemukiman sehingga lebih
cepat tepat untuk mendapatkan pertolongan, 3) fasilitas untuk segera memberikan
pertolongan pertama telah siap dan dijabarkan dengan jelas pada pusat pelayanan
kesehatan.
Komplikasi perdarahan postpartum yang harus diperhitungkan adalah: 1) syok
hipovolemik, 2) mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang
berasal dari trauma jalan lahir, 3) sindroma Sheehan, yaitu sindroma dimana terjadi atropi
dan nekrosis dari master of gland, kelenjar hipofisis dengan berbagai tingkatannya, gejala
dari sindroma ini adalah terjadinya amenorrhea, gagal memberikan laktasi karena
payudara atropi, hilangnya bulu sebagai tanda seksual sekunder pada pubis dan ketiak,
terjadinya gangguan kelenjar seperti hipotiroidisme dan insufisiensi kelenjar adrenal.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary; Lenovo, Kenneth J.; Bloom, Steven L.; Hauth, John C.; Gilstrap III, Larry C.; Wenstrom
Katherine D. Williams Obstetrics. Edisi 22. New York: McGraw Hill Company. 2005.
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Edisi Ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp.226-237
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 1997
Prawirodiharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.