Lapkas Perdarahan Post Partum

16
STASE OBSTERTI DAN GINEKOLOGI PERDARAHAN POST PARTUM Oleh: Nama : Shabrina Sasianti NIM : 2011730098 Pembimbing : dr. Bambang W, Sp. OG Rumah Sakit : RSIJ Sukapura PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2014

description

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan perdarahan postpartum sekunder.

Transcript of Lapkas Perdarahan Post Partum

STASE OBSTERTI DAN GINEKOLOGI

PERDARAHAN POST PARTUM

Oleh:

Nama : Shabrina Sasianti

NIM : 2011730098

Pembimbing : dr. Bambang W, Sp. OG

Rumah Sakit : RSIJ Sukapura

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Perdarahan Post Partum”. Laporan kasus ini

penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase

Obstetri dan Ginekologi di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik

dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas selesainya laporan kasus ini,

penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.

Bambang W Sp. OG yang telah memberikan persetujuan dan pembimbingan. Semoga laporan

kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

Shabrina Sasianti

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

1. Nama Pasien : Ny. U

2. Nama suami : Tn. I

3. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Mei 1990

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Kurnia, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara

6. Suku : Betawi

7. Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

8. Pekerjaan : Karyawan

9. Tanggal masuk : 3 Juli 2015, pukul 19.00 WIB

10. No R.M.K : 00204967

B. Anamnesis

1. Keluhan utama : Pasien mengeluh keluar darah sejak tiga jam yang lalu

2. Riwayat penyakit skrg: Pasien mengeluh keluar darah dalam jumlah yang banyak melalui

vagina sejak tiga jam yang lalu, keluhan itu sudah terjadi tiga kali

sejak tindakan section caesarea yang dialami pasien satu bulan

yang lalu. Pasien juga mengeluh sakit perut, sakit dirasakan

menjalar ke bagian bawah. Selain itu pasien juga merasa lemas,

pusing, menggigil dan berkunang-kunang

3. Riwayat perkawinan : Kawin ke 1, Masih kawin, Lama kawin 2 tahun

4. Riwayat menstruasi : Pertama 14 tahun, Teratur, Lama 7 hari, Siklus 28 hari,

Hari pertama haid terakhir 28 Juni 2014, Taksiran persalinan

5 Maret 2015

5. Riwayat operasi : Pasien pernah mengalami sectio caesarea

6. Riwayat persalinan :

Tempat Penolong Tahun Aterm Jenis Anak

Sex Berat Keadaan

Rumah

sakit

Dokter 2015 Aterm Sectio caesarea ♂ 2995gr Sehat

7. Riwayat penyakit dahulu :Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama

seperti ini sebelumnya. Keluhan ini merupakan yang ke tiga

kali sejak tindakan section caesarea yang dialami pasien satu

bulan yang lalu.

8. Riwayat penyakit keluarga :Pasien menyangkal anggota keluarga ada yang pernah

mengalami keluhan yang sama

9. Riwayat pengobatan :Pasien menyangkal sudah mengkosumsi obat sejak

mengalami keluhan ini

10. Riwayat alergi :Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, debu,

cuaca, dan lain-lain

11. Riwayat psikososial :Pasien mengaku memiliki pola makan dan pola istirahat

yang teratur, namun pola olah raga tidak teratur. Pasien

juga menyangkal mengkonsumsi rokok, obat, atau alkohol

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Sakit sedang

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tekanan darah : 100/70 mmHg

4. Suhu : 35,7oC

5. Pernapasan : 20 kali/menit

6. Nadi : 80 kali/menit

7. Tinggi badan : 150 cm

8. Berat badan : 48 kg

9. Rambut : Bersih

10. Mata : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik

11. Mulut : Mukosa bibir lembab

12. Gigi : Tidak caries

13. Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar

14. Dada : Jantung normal, Paru-paru normal

15. Payudara : Simetris, Putting susu menonjol, ASI ada

16. Abdomen : BU (+)

17. Vagina : Pengeluaran pervaginam ada, (√) Darah, (-) Lendir, (-),

Fluor albus, Banyak, Penyakit kelamin tidak ada,

Varices tidak ada

18. Ekstremitas : Odema tidak ada, Simetris

D. Pemeriksaan Penunjang

No Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan

1 Hemoglobin 7,20 11,3-15,5 g/dl

2 Hematocrit 21,4 36,0-46,0 %

3 Leukosit 12,0 4,3-10,4 103/µL

4 Trombosit 135 132-402 10s/µL

5 Ultrasonography Uterus tampak normal

E. Diagnosis

Perdarahan Postpartum (Post Sectio caesaria 1 bulan yang lalu), disertai anemia gravis

F. Penatalaksanaan

Resusitasi cairan dan tranfusi darah

G. Catatan Perkembangan

Tanggal Catatan Perkembangan Tatalaksana

4 Juli 2015 S : Keluar darah dari vagina

O : Ku : Sakit sedang

Kes : Somnolen

TD : 90/50 mmHg

R : 19 x/mnt

N : 90 x/mnt

IVFD : RL : 20 tpm

Tranfusi darah dilakukan

karena Hb <8

Observasi KU, TD, N, R, S

S : 37,4ᵒC

Mata : Anemis (+), ikterik (-)

Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)

Thorax : Cor : BJ I,II regular

Pulmo : vesikuler

Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)

Abdomen : BU (-)

Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)

Ekstrimitas: Hangat (-), CRT <2dtk (+), edema (-)

Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)

A : Perdarahan pervaginam post SC

Observasi perdarahan

Observasi input-output cairan

Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan

Hemoglobin 6,80 11,3-15,5 g/dl

Hematocrit 20,0 36,0-46,0 %

Leukosit 17,0 4,3-10,4 103/µL

Trombosit 130 132-402 10s/µL

5 Juli 2015 S : Lemas dan pusing, perdarahan

melalui vagina masih banyak

O : Ku : Sakit sedang

Kes : Composmentis

TD : 120/75 mmHg

R : 20 x/mnt

N : 88 x/mnt

S : 37,9 o C

Mata : Anemis (+), ikterik (-)

Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)

Thorax : Cor : BJ I,II regular

Pulmo : vesikuler

Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)

Abdomen : BU (+)

Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)

Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)

Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)

A : Perdarahan pervaginam post SC

IVFD : RL : 20 tpm

Tranfusi darah dilakukan

karena Hb <8

Observasi KU, TD, N, R, S

Observasi perdarahan

Observasi input-output cairan

6 Juli 2015 S : Lemas, mual dan meriang,

perdarahan melalui vagina masih

banyak

O : Ku : Sakit ringan

Kes : Composmentis

TD : 100/60 mmHg

IVFD : RL : 20 tpm

Tranfusi darah dilakukan

karena Hb <8

Paracetamol Tab 500 mg

R : 18 x/mnt

N : 70 x/mnt

S : 39,0 o C

Mata : Anemis (+), ikterik (-)

Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)

Thorax : Cor : BJ I,II regular

Pulmo : vesikuler

Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)

Abdomen : BU (+)

Genitalia: Darah (+), lendir (-), fluor albus (-)

Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)

Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)

A : Perdarahan pervaginam post SC

Observasi KU, T, N, R, S

Observasi perdarahan

Observasi input-output cairan

Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan

Hemoglobin 11,7 11,3-15,5 g/dl

Hematocrit 33,0 36,0-46,0 %

Leukosit 9,2 4,3-10,4 103/µL

Trombosit 129 132-402 10s/µL

7 Juli 2015 S : Lemas, perdarahan melalui vagina

mulai berkurang

O : Ku : Sakit ringan

Kes : Composmentis

TD : 110/70 mmHg

R : 20 x/mnt

N : 80 x/mnt

S : 36,2 o C

Mata : Anemis (-), ikterik (-)

Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)

Thorax : Cor : BJ I,II regular

Pulmo : vesikuler

Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)

Abdomen : BU (+)

Genitalia: Darah (-), lendir (-), fluor albus (-)

Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)

Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)

A : Perdarahan pervaginam post SC

Observasi KU, T, N, R, S

Observasi perdarahan

Aff infus

Aff kateter

Jenis pemeriksaan Nilai hasil Nilai normal Satuan

Hemoglobin 11,9 11,3-15,5 g/dl

Hematocrit 31,7 36,0-46,0 %

Leukosit 6,0 4,3-10,4 103/µL

Trombosit 142 132-402 10s/µL

8 Juli 2015 S : Lemas, sudah tidak ada perdarahan

melalui vagina

O : Ku : Sakit ringan

Kes : Composmentis

TD : 130/70 mmHg

R : 20 x/mnt

N : 80 x/mnt

S : 36,1 o C

Mata : Anemis (-), ikterik (-)

Leher : Pem. KGB (-), pem. Tiroid (-)

Thorax : Cor : BJ I,II regular

Pulmo : vesikuler

Mamae: ASI (+), Penonjolan putting (+)

Abdomen : BU (+)

Genitalia: Darah (-), lendir (-), fluor albus (-)

Ekstrimitas: Hangat (+), CRT <2dtk (+), edema (-)

Otonom : Flatus (+), BAK (+), BAB (+)

A : Perdarahan pervaginam post SC

Observasi KU, T, N, R, S

Observasi perdarahan

Pasien rawat jalan

Kontrol jika ada keluhan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi

500 cc yang dibagi menjadi bentuk perdarahan primer dan perdarahan postpartum

sekunder. Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan yang berlangsung dalam 24

jam pertama dengan jumlah 500 cc atau lebih. Sedangkan perdarahan postpartum

sekunder adalah perdarahan yang berlangsung setelah 24 jam pertama dengan jumlah 500

cc atau lebih.

2. Epidemiologi

Faktor predisposisi kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum sebelum terjadinya

proses kehamilan dapat dijabarkan sebagai berikut: ibu yang memiliki riwayat perdarahan

postpartum berulang, grandemultipara, adanya mioma uteri, adanya penyakit darah

seperti idiopatik trombositopenia purpura, gangguan pembekuan darah, atau leukemia.

Sedangkan faktor predisposisi kemungkinan terjadinya perdarhan postpartum setelah

terjadinya proses kehamilan yaitu ibu hamil dengan anemia, grandemultipara, regangan

uterus yang berlebihan akibat hidroamnion, hamil ganda, atau makrosemia, perdarahan

pada kehamilan tua akibat plasenta previa atau solusio plasenta, gangguan jalan

oersalinan akibat prolong labor atau neglected labor, persalinan operatif akibat

anesthesia, persalinan pervaginam dengan tindakan transabdominal, kesalahan

tatalaksana kala III, gangguan pembekuan darah akut akibat emboli air ketuban atau

emboli lainnya, dan infeksi seperti khorioamnionitis.

3. Etiologi

Perdarahan postpartum primer disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan

jalan lahir seperti: rupture uteri inkomplet atau komplet, hematoma parametrium,

perlukaan servikal, perlukaan vagina atau vulva, dan perlukaan perineum.

Sedangkan perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh sisa plasenta atau

koteledonnya, terdapat sisa membrane sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi untuk

menutup pembuluh darah di tempat implantasinya, terdapat plasental polip, perdarahan

karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma, perdarahan yang bersumber dari perlukaan

yang terbuka kembali, serta infeksi pada tempat implantasi plasenta.

4. Fisiologi

Penghentian terjadinya perdarahan postpartum sangat penting, oleh karena selama

kehamilan terjadi sirkulasi retroplasenta yang makin lama makin meningkat, sehingga

pada akhir kehamilan berjumlah sekitar 500-600cc/menit. Di dasar plasental bed

terbukalah darah arteri yang tegak lurus, sementara itu pembuluh darah vena seolah-olah

sejajar dengan dinding uterus. Pada saat persalinan berakhir dengan lahirnya bayi, maka

terjadi retraksi otot iterus yang mengakibatkan: plasenta tidak mampu mengikuti

pengecilan dan tempat implantasinya, plasenta melepaskan diri melalui lapisan jaringan

ikatnya (Nitabusch), pembuluh darah arteri atau vena akan terjepit, berlekuk-lekuk

sehingga lumennya tertutup dan perdarahan dari plasental bed berhenti, ujung-ujung

pembuluh darah akan membentuk thrombus sehingga perdarahan akan berhenti sama

sekali, hari berikutnya sudah mulai pembentukan epithelia, menuju kesembuhan luka

bekas implantasi plasenta yang berlangsung sampai 14-15 hari. Dengan pengertian

demikian dapatlah diterapkan gambaran pengeluaran lokia sebagai berikut: lokia tubra

atau darah berlangsung selama 3 sampai 5 hari, lokia sanguinolenta berlangsung selama 5

sampai 12 hari dengan gambaran seperti darah namum bercampur lender, lokia alba

berlangsung sampai masa nifas berakhir dengan gambaran lender berwarna putih atau

jernih.

5. Patofisiologi

Bentuk perdarahan postpartum yang dimaksud adalah atonia iteri dan retensio plasenta

yang dapat diterangkan sebagai berikut: pada perdarahan postpartum akibat atonia uteri,

terjadi keadaan dimana otot uterus tidak mengalami retraksi dan kontraksi yang kuat

sehingga pembuluh darah terbuka, kemudian hal tersebut menimbulkan perdarahan yang

banyak dalam waktu singkat. Sedangkan pada perdarahan postpartum akibat retensio

plasenta atau plasenta rest, terjadi keadaan dimana lepasnya plasenta tidak terjadi

bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya, kemudian hal

tersebut menyebabkan terganggunya retraksi dan konraksi otot uterys, sehingga sebagian

pembuluh darah tetep terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan plasenta rest

dapat diterangkan dengan mekanisme yang sama. Selain itu, terjadinya gangguan

pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga menghambat berhentinya

perdarahan. Pembentukan epitel juga akan terganggu sehingga menimbulkan perdarahan

yang berkepanjangan.

6. Gejala Klinik

Gejala klinik perdarahan postpartum adalah sebagai berikut: perdarahan terjadi setelah

bayi lahir, dapat terjadi sebelum plasenta lahir atau sesudah plasenta lahir, jumlah sekitar

400 sampai 500 cc, terjadi umumnya mendadak dan tanpa disadari, dapat diikuti dengan

menurunnya kesadaran, dan perubahan system kardiovaskuler.

Sedangkan gejala klinik perdarahan postpartum sekunder adalah sebagai berikut:

perdarahan terjadi terus-menerus setelah seharusnya lokia rubra berhenti, dapat terjadi

perdarahan mendadak seperti perdarahan postpartum primer dan diikuti gangguan system

kardiovaskuler sampai syok, selain itu pada perdarahan post partum sekunder juga mudah

terjadi infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan lokia yang terjadi berbau dan

keruh, serta fundus uteri yang tidak segera mengalami inovulusi, terjadi subinovulasi

uteri.

7. Pencegahan

Untuk mengurangi kemungkinan perdarahan post partum khususnya yang disebabkan

atonia uteri dan retensio plasenta maka dilakukan tatalaksana aktif pertolongan kala III,

sebagai berikut: 1) Upaya pencegahan, berikan oksitosis segera setelah bahu lahir IM dan

diikuti dengan methergin, persalinan bayi dilakukan perlaha-laha sehingga kontraksi

uterus dapat mengikutinya, setelah bayi lahir klem tali pusat sedekat mungkin dengan

vulsa sementara yang lainnya sekitar 10 cm panjangnya dari bayi; 2) Brandt-Andrew

teknik, selang beberapa menit uterus akan berkontraksi dan retraksi sehingga plasenta

akan lepas dari tempat implantasinya, tampak tanda plasenta telah lepas adalah tali pusat

memanjang, terjadi perdarahan Duncan-Schultze atau kombinasinya, bentuk uterus

membulat dan sedikit terdorong ke atas, saat itu tangan kiri diletakan di antara simfisis

dan fundus uterus mendorongnya kea rah fundus, sementara tangan kanan menarik tali

pusat, dengan demikian plasenta akan segera dapat dilahirkan untuk menghemat waktu

dan mengurangi terjadi perdarahan, sikap menunggu lahirnya plasenta spontan telah

ditinggalkan; 3) Evaluasi perlukaan, diikuti evaluasi perlukaan jalan lahir utama,

perlukaan serviks uteri akan berkurang karena persalinan bayi dilakukan perlahan-lahan,

vagina bagian atas, perlukaan vulva dan perineum, kemungkinan hematoma sekitar

parametrium, vagina atas, dan vulva.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan perdarahan post partum dapat dijabarkan sebagai berikut; 1) Konsep

dasar tonia uteri, perdarahan karena atonia uteri paling sering dan paling banyak dijumpai

dapat dikemukakan secara skematis dalam skema.

Periapan terapi perdarahan postpartum sekunder: 1) Infus dan tranfusi darah, 2)

tergantung dari sumber perdarahannya, jika perdarahan berasal dari perlukaan yang

terbuka maka dilakukan penjahitan kembali dan evaluasi kemungkinan terjadinya

hematoma, jika perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta maka dilakukan

anesthesia dengan demikian kuratase dapat dilakukan dengan aman dan bersih dan

jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh kepastian.

Perawatan terapi pada perdarahan postpartum sekunder adalah dengan rehidrasi

diteruskan sampai tercapainya keadaan optimal, berikan antibioka, berikan pengobatan

suportif seperti gizi yang baik dan vitamin dan preparat Fe, dan berikan terapi lanjut

tergantung dari hasik patologi anatominya.

9. Komplikasi

Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian maternal yang cukup tinggi

khususnya di negara berkembang, oleh karena beberapa faktor social, ekonomi dan

budaya. Kematian maternal akibat perdarahan postpartum sekitar 4 kali lipat perdarahan

antepartum.

Faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah: 1) kejadian perdarahan

postpartum mendadak dengan jumlah perdarahan yang besar sehingga sulit mendapatkan

pertolongan yang adekuat, 2) karena kejadiannya mendadak, maka menimbulkan

kesulitan untuk lakukan rujukan dan mendapatkan tranfusi dalam jumlah yang cukup, 3)

sementara perdarahan antepartum sudah dikenal masyarakat dapat membahyakan jiwa

maternal dan perinatal sehingga lebih mendapatkan perhatian khusus dan sudah

melakukan persiapan.

Perdarahan postpartum saat ini sudah makin berkurang oleh karena beberapa faktor

utama di antaranya: 1) berkurangnya faktor predisposisi terutama grandemultipada, 2)

pelayanan terhadap masyarakat makin didekatkan ke daerah pemukiman sehingga lebih

cepat tepat untuk mendapatkan pertolongan, 3) fasilitas untuk segera memberikan

pertolongan pertama telah siap dan dijabarkan dengan jelas pada pusat pelayanan

kesehatan.

Komplikasi perdarahan postpartum yang harus diperhitungkan adalah: 1) syok

hipovolemik, 2) mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang

berasal dari trauma jalan lahir, 3) sindroma Sheehan, yaitu sindroma dimana terjadi atropi

dan nekrosis dari master of gland, kelenjar hipofisis dengan berbagai tingkatannya, gejala

dari sindroma ini adalah terjadinya amenorrhea, gagal memberikan laktasi karena

payudara atropi, hilangnya bulu sebagai tanda seksual sekunder pada pubis dan ketiak,

terjadinya gangguan kelenjar seperti hipotiroidisme dan insufisiensi kelenjar adrenal.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary; Lenovo, Kenneth J.; Bloom, Steven L.; Hauth, John C.; Gilstrap III, Larry C.; Wenstrom

Katherine D. Williams Obstetrics. Edisi 22. New York: McGraw Hill Company. 2005.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Edisi Ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp.226-237

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 1997

Prawirodiharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2010.