Post on 02-Dec-2015
description
LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM PENGANTAR FARMAKOLOGI LAUT
Mata Acara Praktikum :Pengujian Komponen Fitokimia Bahan Hayati
Disusun oleh:
Maulida Ranintyari230210120062
Kelompok 4Shift 3
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJATINANGOR
2013
0
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LAUTSemester Genap, TA 2012/2013
Disusun oleh:Nama : Maulida RanintyariNPM : 230210120062Kelas : Ilmu Kelautan
Menyetujui,Jatinangor, 22 Mei 2013
Pembimbing
Yeni Mulyani,S.si.,M.si197908192008012016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjtakan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan banyak kesempurnaan, kenikmatan, serta anugerah yang tentunya
tidak dapat ditandingin dengan kekuatan makhluk-Nya ini. Dengan kenikmatan-
Nya, Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum Pengantar
Farmakologi Laut dengan mata acara praktikum “Pengujian Komponen Fitokimia
Bahan Hayati” ini.
Tujuan dari pengerjaan praktikum pengantar farmakologi laut ini adalah
tidak lain untuk mengetahui bagaimana cara pengujian fitokimia bahan hayati,
selain itu untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan alkanoid, flavonoid,
fenol, terpenoid, steroid, saponin, dan tannin di dalam tumbuhan laut yang
dijadikan sampel praktikum.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kedua orang tua yang telah member dorongan kepada saya untuk selalu
berkreasi, dosen mata kuliah Pengantar Farmakologi Laut yang tidak pernah lelah
untuk memberikan ilmunya kepada saya, asisten laboratorium yang membimbing
saya pada saat praktikum, serta rekan-rekan mahasiswa yang selalu berdiskusi dan
membagikan ilmunya kepada saya.
Pepatah mengatakan,“Tak ada gading yang tak retak”. Maka tidak ada
manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Saya
menerima segala kritik serta saran yang dapat membuat saya dapat berkreasi lagi
dan dalam proses praktikum maupun penyusunan laporan akhir.
Jatinangor, Mei, 2013
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB HalamanLEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................. vi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 11.2 Tujuan Praktikum.............................................................................. 11.3 Prinsip Praktikum.............................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Sampel.................................................................... 22.1.1 Barringtonia asiatica.................................................................... 22.1.2 Avicennia sp................................................................................ 32.1.3 Enhalus acoroides........................................................................ 32.2 Metabolit Sekunder........................................................................... 42.3 Pelarut................................................................................................ 42.4 Pereaksi............................................................................................. 5
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................ 63.2 Alat dan Bahan.................................................................................. 63.2.1 Alat.............................................................................................. 63.2.2 Bahan........................................................................................... 63.3 Prosedur............................................................................................. 73.3.1 Uji Alkanoid................................................................................ 73.3.2 Uji Flavonoid............................................................................... 73.3.3 Uji Senyawa Fenolik................................................................... 73.3.4 Uji Triterpenoid Steroid.............................................................. 83.3.5 Uji Saponin.................................................................................. 83.3.6 Uji Tannin.................................................................................... 83.4 Analisa Data...................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.................................................................................................. 94.2 Pembahasan....................................................................................... 10
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 135.2 Saran.................................................................................................. 13
iv
v
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14
LAMPIRAN........................................................................................... 15
v
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman1. Alat beserta Fungsinya............................................................................ 122. Data Hasil Praktikum Shift 1................................................................. 153. Data Hasil Praktikum Shift 2................................................................. 15
4. Data Hasil Praktikum Shift 3.................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala
jesnis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari seumber utmbuhan, termasuk
sayuran dan buah-buahan. Dalam arti umum, fitokimia biasanya digunakan untuk
merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolism sekunder yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang berbeda-
beda antara spesies. Senyawa ini tidak selalu dihasilkan, hanya dihasilkan pada
saat dibutuhkan atau pada fase-fase tertentu. Senyawa hasil metabolism sekunder
diantaranya adalah alkanoid, terpenoid, steroid, flavonoid, saponin, tannin, dan
senyawa fenol. Dengan praktikum inilah akan diketahui apakah senyawa-senyawa
tersebut terkandung dalam bahan hayati dari tumbuhan laut yang digunakan
sebagai sampel atau tidak.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara pengujian fitokimia bahan hayati
2. Untuk mengetahui adanya kandungan alkanoid, terpenoid, steroid,
tannin, saponin, fenol, dan flavonoid pada tumbuhan laut.
1.3. Prinsip Praktikum
Dengan penambahan senyawa asam atau pereaksi, sampel mengalami
perubahan warna atau bermunculanya endapan yang menunjukkan adanya
senyawa hasil metabolism sekunder.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Sampel
2.1.1 Barringtonia asiatica
Barringtonia asiatica merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu
lunak memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. Keben
mempunyai sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut
ketika sedang pasang. Ia juga memiliki banyak percabangan yang terletak di
bagian bawah batang mendekati tanah. Bentuk daunnya cukup besar, mengkilap
dan berdaging. Daun mudanya berwarna merah muda dan akan berubah menjadi
kekuningan setelah tua.
Klasifikasi Barringtonia sp berdasarkan SITH ITB adalah sebagai berikut:
Divisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaBangsa : LecythidalesSuku : LecythidaceaeMarga : BarringtoniaJenis : Barringtonia asiatica
2.1.2 Avicennia sp
Avicennia atau api-api merupakan salah satu tumbuhan mangrove yang
termasuk kedalam Famili Avicenniaceae/Verbenaceae. Api-api banyak ditemukan
di ekosistem mangrove yang terletak paling luar atau dekat dengan lautan. Hidup
di tanah berlumpur agak lembek atau dangkal, dengan substrat berpasir, sedikit
bahan organik dan kadar garam tinggi (Afzal et al. 2011).
Klasifikasi Avicennia sp menurut Bengen (2001) adalah sebagai berikut:
Kingdom : PlantaeFilum : ThacheophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : SapindalesFamili : AvicenniaceaeGenus : AvicenniaSpesies : Avicennia sp
2
3
2.1.1 Enhalus acoroidesLamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut.Tumbuhan ini
mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu
mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan
terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik, mampu
melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam. Secara
struktural lamun memiliki batang yang terbenam dalam tanah yang disebut
rimpang. Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat
lamun dapat berdiri dengan kuat menghadapi arus dan ombak (Dahuri 2003).
Klasifikasi lamu Enhalus acoroides menurut Philips dan Menez (1998)
dalam Soedhrama et al (2007) adalah sebagai berikut:
Divisi : AnthophytaKelas : Angiospermae Subkelas : MonocotyledonaeOrdo : Helobiae Famili : HydrocharitaceaeGenus : Enhalus Species : Enhalus acoroides
Menurut Fahrudin (2002) dalam Sangaji (1994), Enhalus acoroides
dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan
kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang
yang telah mati.
2.2 Metabolit SekunderMetabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organism dan ditemukan dalam bentuk yang berbeda-beda anatar
spesies yang satu dan lainnya. Setiap organism biasanya menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa
metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam satu kingdom.
Senyawa ini tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau
pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasai hama dan
penyakit, emanrik pollinator, pertahanan diri dengan makhluk hidup lain dan
4
sebagai molekul sinyal. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah obat atau
model obat baru, pestisida, produksi sabun, produksi minyak herbal, produksi
pewarna, produksi permen karet, dan produksi plastic alami.
Senyawa metabolit sekunder adalah:
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar
secara terbatas pada tumbuhan
2. Terpenoid
3. Terpenoid merupakan metabolit sekunder terbesar.
4. Fenolik
Fenolik adalah senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
5. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di
alam
6. Tannin
Tannin adalah zat pahit, tanaman polipenol baik yang mengikat dan
mengendapkan atau mengecilkan protein.
7. Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak tanaman.
2.3 PelarutPelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair, dan
gas yang menghasilkan sebuah larutan. Beberapa jenis pelarut mungkin dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tapi kebanyakan dari jenis bahan pelarut
ini memiliki rumus kimia pelarut yang harus berhati-hati dalam
menggunakannya.pelarut yang paling umum digunakan adalah air. Pelarut lain
yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon)
yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah
dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan.
Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya
terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
5
2.4 PereaksiPereaksi kimia, reaktan atau reagen adalah bahan yang menyebabkan atau
dikonsumsi dalam suatu reaksi kimia yang diterapkan utnuk tujuan analisis. Istilah
reagen juga digunakan untuk menunjukkan pada zat kimia dengan kemurnian
yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. Sebagai contoh, sebuah reagen
air tidak boleh mengandung banyak ketidakmurnian seperti on natrium, klorida,
atau bakteri, dan juga memiliki tahanan listrik yang tinggi.
Pereaksi digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Pereaksi padat
Pereaksi padat adalah pereaksi yang berbentuk padatan atau sebuk
2. Pereaksi cair
Pereaksi yang berbentuk cairan, baik encer maupun kental.
BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan TempatWaktu pelaksanaan praktikum “Pengujian Komponen Fitokimia Bahan
Hayati” dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 10 Mei 2013 pada pukul 15.00-
17.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Kelautan
lantai 3 gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Kampus Jatinangor.
3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat-alat yang digunakan pada saat parktikum adalah sebagai berikut:
No. Nama Alat Fungsi
1 Tabung reaksi Tempat untuk mereaksikan 2 atau
lebih zat
2 Neraca analitis Untuk menimbang benda padat
dengan ketelitian 0,0001 gram
3 Kompor listrik Memanaskan sampel
4 Gelas ukur Untuk mengukur volume suatu zat
5 Penjepit Sebagai pegangan alat laboratorium
sehingga tidak terasa panas ke tangan
6 Saringan Untuk menyaring sehingga
memisahkan zat cair dan zat padat
dalam satu larutan
7 Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam
volume kecil
8 Kaca arloji Tempat untuk mereaksikan 2 atau
lebih zat yang berbeda
Table 1: Alat berserta fungsinya
3.2.2 Bahan yang digunakan adalah:
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah:
1. Pereaksi meyer (KI+HgCl2)
6
7
2. Pereaksi Lieberman Burchard (H2SO4)
3. Amonia 10%
4. HCL 1N
5. CHCl3
6. HCL 2%
7. FeCl3
3.3 Prosedur3.3.1 Uji Alkanoid
1. Sampel ditimbang 0,5 gram
2. Dilarutkan di dalam kloroform
3. Ditambahkan 3-5 tetes NH4OH
4. Larutan disaring dalam tabung reaksi tertutup
5. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes
H2SO4 2M
6. Lapisan asam dipisahkan dalam tabung reaksi lain
7. Masing-masing ditetesi 2 tetes lapisan/fraksi asam (2 tetes dragendroff
dan 2 tetes pereaksi meyer)
3.3.2 Uji Flavonoid1. Sampel ditimbang 0,5 gram
2. Ditambahkan 25 mL methanol dan dididihkan selama 10 menit
3. Larutan disaring dalam keadaan panas, pelarut diuapkan sampai
kering
4. Ditambahkan 5 mL kloroform dan 5 mL air suling
5. Larutan dibiarkan sejenak hingga membentuk 2 lapisan
6. Sebagian lapisan air diambil dan dipisahkan dengan pipet ke tabung
reaksi
7. Ditambahkan 0,1 gram magnesium
8. Ditetesi 3-5 tetes asam klorida pekat, amil alcohol
9. Diamati
3.3.3 Uji Senyawa Fenolik1. Lapisan air dari uji flavonoid diambil sebagian
2. Dimasukkan ke dalam plat tetes
7
8
3. Ditetesi 1-2 tetes pereaksi FeCl3 1%
4. Larutan diamati
3.3.4 Uji Triterpenoid Steroid1. Lapisan kloroform dari uji flavonoid diambil sebagian
2. Dimasukkan ke dalam plat tetes
3. Ditunggu sampai mongering
4. Ditetesi 1 tetes asam asetat anhidrida
5. Ditetesi 1 tetes asam sulfat pekat
6. Diamati
3.3.5 Uji Saponin1. Sampel ditimbang seberat 0,5 gram
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Ditambahkan 10 mL air panas
4. Dididihkan selama 5 menit
5. Larutan disaring dalam keadaan panas
6. Larutan diambil 10 mL
7. Dikocok secara vertical selama 10 detik
8. Diamati
9. Ditetesi 1 tetes HCL 2N
10. Diamati kembali
3.3.6 Uji Tannin1. Sampel ditimbang 0,5 gram
2. Ditambahkan 10 mL air
3. Larutan disaring
4. Filtratnya diambil 2 mL
5. Ditetesi 1-2 tetes pereaksi FeCl3 1%
6. Diamati
3.4 Analisis DataHasil uji komponen fitokimia pada ketiga sampel didapatkan senyawa
metabolit sekunder yang merupakan hasil dari metabolism sekunder. Hasil
pengujian ini dibandingkan dengan literature dan antar sampel yang digunakan.
8
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil praktikum “Pengujian Komponen Fitokimia Bahan Hayati” disajikan dalam table 2, table 3, dan table 4.
Tabel 2: Data Hasil Praktikum Shift 1, dengan sambel Barringtonia asiatica
Kel. Nama Uji Hasil (+/-) Keterangan
1 Alkaloid - Tidak trebentuk endapan putih
2 Flavanoid - Tidak ada perubahan warna
Warna orange : Warna akhir abu-abu
keruh
3 Fenolik - Ditetesi FeCl3 : Bercak abu-abu
Diaduk : Warna Kuning
Saponin + Busa tidak hilang setelah penambahan
HCl , busa warna putih kekuningan
Setelah penambahan HCl ketebalan
busa = 4,5cm. sebelum penambhana
HCl tinggi busa = 5cm.
4 Triterpenoid +Merah
Steroid -
5 Tannin + Biru kehitaman
9
10
Tabel 3: Data Hasil Praktikum Shift 2, dengan sampel Avicennia sp
Kel. Nama Uji Hasil (+/-) Keterangan
1 Alkaloid - Bening hijau
2 Flavanoid - Bening, gumpalan hijau kekuningan
3 Fenolik - Berubah jadi warna hijau
Saponin - Tidak berbusa, kuning bening
4 Triterpenoid -Hijau, kuning
Steroid -
5 Tannin + Hijau kehitaman
Tabel 4: Data Hasil Praktikum Shift 3, dengan sampel Enhalus acoroides
Kel. Nama Uji Hasil (+/-) Keterangan
1 Alkaloid - Terdapat butiran seperti Kristal
2 Flavanoid - Cairan keras
3 Fenolik - Cairan Bening
Saponin - Busa 0,5cm hilang saat ditambha HCl
4 Triterpenoid +Berwarna orange kemerahan
Steroid -
5 Tannin - Warna kuning kehitaman, ada
endapan
4.2 Pembahasan
Pada sampel Barringtonia asiatica uji fitokimia yang menunjukkan adanya
kandungan fitokimia adalah uji saponin yang ditunjukkan dengan adanya busa
berwarna putih kekuningan yang tidak hilang pada saat penambahan HCl dan
terjadinya penurunan tinggi busa dari 5 cm menjadi 4,5 cm. Selain itu untuk uji
triterpenoid-steroid menghasilkan hasil yang positif dengan ditandai perubahan
warna menjadi warna merah, lalu pada uji tannin juga menunjukkan hasil yang
positif, yaitu terjadinya perubahan warna menjadi biru kehitaman.
10
11
Berdasarkan perbandingan dengan thesis mahasiswa UNIPA, Barringtonia
asiatica mengandung senyawa aktif fitokimia berupa alkaloid, flavanoid, saponin,
triterpenoid, dan juga tannin. Tetapi, praktikan hanya berhasil membuktikan pada
uji saponin, titerpenoid-steroid, dan juga tannin yang menunjukkan hasil positif
pada saat praktikan melaksanakan praktikum. Untuk uji alkaloid dan flavanoid
praktikan tidak berhasil membuktikan adanya senyawa tersebut pada sampel.
Padahal alkaloid merupakan senyawa yang dominan diantara senyawa yang
lainnya, alkaloid pada sampel ini juga bisa menjadi bahan antiseptic (obat kumur).
Hal ini mungkin bisa terjadi, karena praktikan kurang cermat dan teliti pada saat
pelaksanaan praktikum.
Pada sampel Avicennia sp uji fitokimia yang menunjukkan adanya kandungan
fitokimia hanyalah pada uji tannin saja yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi hijau kehitaman. Untuk uji alkaloid menghasilkan warna hijau bening,
perubahan warna ini menunjukkan negative untuk uji alkaloid. Pada uji flavonoid
menghasilkan gumpalan hijau kekuningan dan warna bening, ini menunjukkan
hasil yang negative untuk uji flavonoid. Untuk uji fenolik menghasilkan warna
hijau dan untuk uji saponin menghasilkan warna kuning bening serta tidak
berbusa, kedua uji ini menunjukkan hasil yang negative bagi uji fitokimia pada
sampel Avicennia sp. Uji selanjutnya adalah uji triterpenoid dan steroid. Pada uji
menghasilkan warna hijau kuning, hasil inilah yang menandakan bahwa uji ini
negative.
Jika kita bandingkan dengan literartur yang saya dapatkan berasal dari peneliti
IPB, seharusnya sampel Avicennia sp mengandung hamper semua kandungan
fitokimia yang diujikan. Terkecuali untuk fenolik dan steroid.
Pada hasil praktikum di atas, praktikan berhasil menunjukkan bahwa tannin
memang terkandung pada Avicennia sp dibuktikan pada hasil praktikum pada uji
tannin menghasilkan hasil yang positif. Selain itu praktikan berhasil menunjukkan
bahwa fenolik dan steroid tidak terkandung pada Avicennia sp. Akan tetapi,
praktikan tidak berhasil untuk membuktikan bahwa Avicennia sp memiliki
12
kandungan alkaloid, flavanoid, saponin, triterpenoid. Hal ini bisa terjadi mungkin
dikarenakan ada kesalahan pada tahap prosedur dan praktikan kurang cermat
dalam mengamati maupun dalam pelaksanaan praktikum.
Pada sampel Enhalus acoroides dihasilkan hasil positif hanya pada uji
triterpenoid-steroid yang menunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa
triterpenoid yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna menjadi orange
kemerahan dan uji tannin yang mengalami perubahan warna menjadi kuning
kehitaman serta terjadinya endapan. Sedangkan untuk uji alkaloid menghasilkan
butiran-butiran seperti Kristal yang menunjukkan bahwa uji ini negatif. Untuk uji
flavanoid cairan menjadi keras, ini menandakan bahwa uji ini menghasilkan hasil
yang negatif. Untuk uji fenolik, cairan menjadi warna bening, ini menunjukkan
bahwa uji ini negatif. Untuk uji saponin menghasilkan busa 0,5 cm dan busa
tersebut hilang pada saat ditambahkan HCl, sehingga uji ini dikatakan negatif.
Bersumber dari hasil penelitian Sekolah Farmasi ITB http://bahan-
alam.fa.itb.ac.id, sampel Enhalus acoroides mengandung senyawa aktif fitokimia
berupa flavanoid, triterpenoid-steroid, dan tannin. Praktikan berhasil
menunjukkan bahwa sampel Enhalus acoroides mengandung senyawa aktif
fitokimia triterpenoid-steroid, tetapi tidak untuk uji tannin dan flavanoid. Hal ini
mungkin bisa terjadi karena adanya kesalahan pada saat praktikum dan kurang
cermatnya praktikan pada saat praktikum berlangsung.
12
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ”Pengujian Komponen
Fitokimia Bahan Hayati” adalah untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia
pada bahan hayati yang disajikan sampel dapat dilakukan dengan uji alkaloid
dengan penambahan NH4OH lalu diberi 10 tetes H2SO4 kemudian ditetesi fraksi
asam meyer. Dengan uji flavanoid dengan ditambahkan 25 mL methanol lalu
dididihkan selama 10 menit dan ditunggu sampai membentuk dua lapisan lalu
ditambahkan magnesium dan ditetesi larutan asam. Uji fenolik menggunakan
lapisan air daru uji flavanoid kemudian ditetesi FeCl3 1%. Dengan uji triterpenoid-
steroid menggunakan lapisan kloroform dari uji flavanoid kemudian diberi 2
pereaksi asam. Dengan uji saponin, sampel ditambahkan air panas lalu dididihkan
kemudia diambil sedikit lalu dikocok dan ditetesi HCL. Uji terakhir dengan uji
tannin yang sampel diberi air lalu filtratnya ditetesi pereaksi Fe3Cl.
Kandungan yang berhasil dibuktikan oleh praktikan adalah bahwa sampel
Barringtonia asiatica memiliki kandungan saponin, triterpenoid, dan tannin.
Untuk sampel Avicennia sp memiliki kandungan tannin, sedangkan untuk sampel
Enhalus acoroides memiliki kandungan triterpenoid saja
5.2 Saran Saran bagi praktikan adalah:
1. Praktikan harus lebih cermat dan teliti pada saat praktikum
2. Praktikan harus mengikuti segala prosedur yang ada
3. Praktikan harus senantiasa menjaga alat laboratorium yang ada, serta
senantiasa bertanggung jawab setelah pemakaian
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.-.-.(online). Tersedia:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61383/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=2.(14 Mei 2013)
Anonym.-. Api-api.(online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Api-api.
(14 Mei 2013)
Anonym.-. Api-api putih. (online). Tersedia:
http://www.plantamor.com/index.php?plant=2114. (14 Mei 2013)
Anonym.-. Pelarut.(online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut. (14
mei 2013)
Anonim.-. Pereaksi Kimia. (online). Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pereaksi_kimia. (14 Mei 2013)
Jo,Dwi.2012. Macam Macam Pelarut.(online). Tersedia: http://dwi-
jo.blogspot.com/2012/02/macam-macam-pelarut.html. (14 Mei 2013)
Orient. 2012. Enhalus acoroides. (online). Tersedia:
http://orienttaking86.blogspot.com/2012/11/enhalus-acoroides_25.html. (14
Mei 2013)
Pereaksi. 2012. Pereaksi. (online). Tersedia: http://pereaksi.wordpress.com/.
(14 Mei 2013)
Sunnudin, Adriani.-.Habitat Lamun (Enhalus acoroides. (online). Tersedia:
http://eol.org/data_objects/19205465. (14 Mei 2013)
Zaesty, Arif. 2012. Metabolit Sekunder.(online). Tersedia: http://arifzaesty-
uns.blogspot.com/2012/09/metabolit-sekunder.html. (14 Mei 2013)
14
LAMPIRAN
Lapisan kloroform uji flavonoid di atas plat tetes
Akan ditetesi asam asetat anhidrida
Hasil dari uji triterpenoid dan steroid. Larutan menghasilkan warna orange ke merah-merahan yang menandakan postif mengandung triterpenoid
15