Post on 05-Jan-2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transfer massa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam ilmu pengetahuan
dan teknik. Secara mudah, transfer massa adalah proses pergerakan partikel dari medium satu
ke medium yang lain baik terjadi secara alami maupun karena adanya gaya pendorong dari luar.
Salah satu contoh peristiwa transfer massa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
adalah difusi.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.Faktor yang
mempengaruhi kecepatan difusi yaitu ukuran partikel, kecepatan partikel bergerak, luas suatu
area, jarak antara dua konsentrasi, dan suhu. Salah satu contoh difusi dalam kehidupan adalah
proses pelarutan gula dalam air teh dengan cara difusi.
Dengan mengetahui difusivitas (koefisien difusi) suatu zat, maka akan dapat
mengetahui kemampuan penyebaran massa zat tersebut ke dalam fase yang lain atau dalam
suatu fase.
B. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai koefisien difusi asam oksalat dan membuat grafik hubungan antara
konsentrasi asam oksalat dengan waktu yang digunakan untuk difusi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Difusi
Difusi adalah peristiwa dimana terjadi transfer materi melalui materi lain. Transfer
materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh agitasi thermal. Walaupun
sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa arah tertentu, namun secara
keseluruhan ada arah netto dimana entropi akan meningkat. Difusi merupakan proses
irreversible.Pada fasa gas dan cair, peristiwa difusi mudah terjadi; pada fasa padat difusi juga
terjadi walaupun memerlukan waktu yang lebih lama (Sudaryatno, 2010).
Difusi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk transfer massa yang
disebabkanoleh adanya gaya dorong (driving force) yang timbul karena gerakan-
gerakanmolekul atau elemen fluida. Difusivitas cairan tergantung pada sifat – sifatkomponen,
temperatur serta konsentrasi dari cairan tersebut tetapi dalampelaksanaan percobaan ini faktor
temperatur diabaikan karena perbedaantemperatur yang kecil akan menyebabkan perbedaan
densitas yang kecil,sehingga menyebabkan massa tidak berubah.
Transfer massa berlangsung secara difusi antara dua fase ataulebih, kebanyakan dalam
operasi pemisahan konstituen dari campuran terdapatdua fase yang saling bersinggungan yang
dinamakan sebagai kontak fase.
Dinamika sistem sangat berpengaruh terhadap kecepatan transfermassa. Sehingga dalam
transfer massa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Difusi molekuler yaitu transfer massa yang disebabkan oleh gerakanmolekul secara
acak dalam fluida yang diam atau bergerak secara laminer.Difusi molekuler juga
merupakan difusi yang berhubungan dengangerakan molekul-molekul melalui sesuatu
zat yang disebabkan oleh tenagapanasnya. Kecepatan rata-rata molekul tergantung pada
suhunya. Molekulbergerak melalui lintasan yang sangat zig-zag, sehingga
kecepatandifusinya, yaitu jarak bersih yang ditempuh dalam satu arah, hanyamerupakan
bagian kecil dari panjang lintasan yang sesungguhnya.Sehingga difusi molekuler
berjalan dengan sangat lambat.
3
2. Difusi olakan yaitu transfer massa yang terjadi apabila ada suatu fluidayang mengalir
melalui sebuah permukaan dengan aliran turbulen, atautransfer massa yang dibantu oleh
dinamika aliran.(Hardjono, 1989)
Dalam aliran fluida turbulen yaitu aliran fluida yang terjadi olakan atau gumpalan
ataupun gelombang saat mengalir, mekanisme proses alir yangmeliputi gerakan olakan di inti
turbulen tidaklah diketahui sepenuhnya.Sebaliknya mekanisme difusi molekuler, sekurang-
kurangnya untuk gas,sudah diketahui dengan baik. Oleh karena itu sudah sewajarnya, apabila
orangberusaha untuk melukiskan kecepatan transfer massa melalui tiga zone, yaituzone
laminer, buffer, dan turbulen seperti pada zone laminer itu sendiri.Jika ditinjau sebuah gas yang
mengalir secara turbulen melaluisebuah permukaan dalam keadaan tetap, dan pada saat yang
sama dalam alirantersebut terjadi difusi equimolar arus berlawanan. Komponen A mendifusi
daripermukaan dinding ke badan utama gas, sedangkan komponen B mendifusidari badan
utama gas ke permukaan dinding.(Hardjono, 1989)
Dalam mengamati aliran laminer dalam percobaan, prinsip –prinsip yang harus kita
ketahui adalah partikel – partikel fluida mengalirsecara teratur dan sejajar dengan sumbu
tabung, hal ini dapat dilihat daribesarnya bilangan Reynold (Re) pada aliran fluida
tersebut.Sedangkan sifataliran turbulen partikel – partikel tidak lagi mengalir secara teratur
(Re>2000)(Brown, 1950).
B. Kondisi Difusi
Pada proses difusi terdapat dua kondisi yang sering terjadi, yaitu:
1. Kondisi Mantap
Suatu peristiwa difusi dalam keadaan mantap yang terjadi pada satu lapis
material. Materi yang terdifusi menyebar dari konsentrasi yang tinggi ke arah
konsentrasi yang lebih rendah. Konsentrasi materi yang terdifusi bervariasi secara linier
sebesar Co di xo menjadi Cx di x. Secara thermodinamis, faktor pendorong untuk
terjadinya difusi, yaitu penyebaran materi, dan adanya perbedaan konsentrasi. Situasi
ini analog dengan peristiwa aliran muatan listrik dimana faktor pendorong untuk
terjadinya aliran muatan adalah perbedaan potensial.
4
2. Kondisi Transien
Peristiwa yang lebih umum terjadi adalah peristiwa transien, di mana
konsentrasi berubah terhadap waktu. Cx merupakan fungsi waktu yang juga berarti
bahwa fluksi materi juga merupakan fungsi waktu. Pada t= 0 konsentrasi di x adalah
Cxo, pada t= t1 difusi telah terjadi dan konsentrasi di x meningkat menjadi Cx1, pada
t= t2 konsentrasi di x meningkat lagi menjadi Cx2 dan seterusnya.
C. Analisa Matematika
Dalam teori kinetik yang disederhanakan sebuah molekul bergeraksecara garis lurus
dengan kecepatan yang seragam sampai bertumbukandengan molekul lain, maka terjadi
perubahan kecepatan baik besarnya maupunarahnya. Molekul bergerak secara zig – zag
namun tetap menuju arah tertentusesuai dengan perbedaan konsentrasi yang
menyebabkannya. Karenagerakannya berliku – liku, menyebabkan waktu difusi menjadi
lama denganadanya penurunan tekanan jumlah tumbukan akan berkurang
sehinggakecepatannya akan bertambah. Demikian pula dengan adanya
penambahantemperatur akan menyebabkan gerakan molekul bertambah cepat.Mekanisme
terjadinya difusi dari sistem biner (dua komponen)yang berbeda konsentrasinya dapat
digambarkan dengan gambar sebagaiberikut :
CAPCB
Gambar 1. Mekanisme terjadinya difusi dari sistem biner
(Treyball, 1988)
Arah difusi dari A ke B pada awalnya mempunyai konsentrasiyang berbeda, karena
adanya fluks massa yaitu banyaknya suatu komponenbaik dalam satu satuan massa atau
dalam satuan mol yang melintasi satusatuan luas permukaan dalam satu satuan waktu, maka
5
konsentrasi massa Aakan semakin berkurang dan konsentrasi B akan bertambah. Apabila
prosesdifusi berlangsung dalam waktu yang relatif lama, maka konsentrasi A dan Bakan
seimbang atau CA = - CB.
Difusivitas adalah suatu faktor perbandingan yaitu difusivitasmassa ataukomponen
yang mendifusi melalui komponen pendifusi. Zat yangterlarut akan mendifusi dari larutan
yang konsentrasinya tinggi ke daerahyang konsentrasinya rendah. Kecenderungan zat untuk
mendifusi dinyatakandengan koefisien difusi.Koefisien difusi merupakan sifat spesifik
system yang tergantung pada suhu, tekanan dan komposisi sistem. DAB adalahkoefisien
difusi untuk komponen A yang mendifusi melalui B. Darihubungan dasar difusi molekuler
yaitu fluks molar relatif terhadap kecepatanrata-rata molar JA. Yang pertama kali ditemukan
oleh Fick untuk sistem isotermal dan isobarik.
Yang dimaksud dengan fluks sendiri adalah banyaknya suatukomponen, baik dalam
satuan massa atau mol, yang melintasi satu satuanluas permukaan dalam satu satuan waktu.
Fluks dapat ditetapkan berdasarkansuatukoordinat yang tetap di dalam suatu ruangan, suatu
koordinat yangbergerak dengan kecepatan rata-rata massa, atau suatu koordinat
yangbergerak dengan kecepatan rata-rata molar.Koefisien difusi dapat dijumpai pada
persamaan hukum Fick :J = -DAB …………………………………………………………..…(1)
Tanda negatif menunjukkan bahwa difusi terjadi dengan arahyang sejalan dengan
penurunan konsentrasi.
Neraca Massa :
Massa Masuk – Massa Keluar – Massa yang Bereaksi = Massa Akumulasi− . . − − . . ∆ + 0 = . ∆ . .....…(2)
Persamaan (2) dibagi dengan A dx, maka :− =− =
6
= − . ………………………………………...…..………(3)
Bila dala percobaa digunakan asam oksalat
Konsentrasi asam oksalat mula – mula dala pipa kapiler adalah CA0pada :
x = x
t = 0
CA = CA0
Konsentrasi aam oksalat dalam pipa kapiler pada waktu t = ~ :x = x
t = ~CA = 0
Pada ujung pipa kapiler yang tertutup tidak ada transfer massa :
x = 0
t = t= 0
Konsentrasi asam oksalat pada ujung pipa kapiler pada setiap saat :
x = L
t = tCA = CA
Penyalesaian persamaan diferensial dari persamaan (3) adalah := ∑ ( )( ) . cos ( )( ) . ( ) . . . ………..(4)
Menghitung asam oksalat setelah difusi :
N = CA . V
dN = CA . dV + V . dCA ; CA = tetap
dN = CA . A .dx
N = ∫ C . A . dxJumlah asam oksalat mula – mula dalam pipa kapiler adalah :
7
No = CAo .A . L
Persentase asam oksalat setelah difusi dalam pipa kapiler adalah :
E = x 100%
E =.∫ .. . x100%
E = ∫ . 100%.........................................................................(5)
Persamaan ( 4 ) disubstitusikan ke persamaan ( 5 ), sehingga diperoleh :
E = ∑ ( ) . ( ) . . .…………...(6)
Untuk DAB yang tetap dan DAB .t/L2 kecil, maka persamaan ( 6 ) dapatdidekati dengan :
= 100 − 200 . .100 − = 200 . .log(100 − ) = log(200 . ) + 12 log2 log(100 − ) = 2 log(200 . ) + log …………………(7)
Sehingga persamaan dapat dibuat grafik hubungan antaralog terhadap log(100 −)dan juga persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metodeLeast Square, dengan
persamaan pendekatan secara garis lurus sebagai berikut:
y = a + bx
Dimana :
Y = 2 log(100 − )x = loga = 2 log(200( . )b = tan α = gradient = 1
8
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Bahan Yang Digunakan
Asam Oksalat
Air
Bahan analisa : NaOH, Aquadest, dan Indikator
B. Alat Percobaan (Rangkaian Alat DI dan Titrasi)
Gambar 2. Rangkaian alat percobaan difusivitas integral.
Keterangan gambar :
1. Bejana penyimpanan air
2. Pipa plastik
3. Katup pengatur aliran
4. Bahan isian
5. Pipa kapiler
Alat bantu yang dipakai :
- Bejana difusi - Alat suntik - Alat titrasi
- Piknometer - Timbangan
9
Gambar 3. Rangkaian alat titrasi
C. Cara Kerja
Menghitung volume pipa kapiler dengan jalan menghitung berat dan densitas dari
aquadest. Dilakukan standarisasi NaOH menggunakan asam oksalat, dengan jalan titrasi.
Setelah melakukan analisis diatas, langkah selanjutnya adalah mengisi pipa kapiler dengan
sampel 1 (asam oksalat) sebagai X1 dan diusahakan tidak ada gelembung udara di dalam pipa
kapiler, lalu sampel 1 dituangkan ke dalam erlenmeyer untuk di titrasi (catat volume titrasi).
Kemudian isi kembali pipa kapiler dengan sampel 1 (asam oksalat) sebagai X1 setelah difusi,
dan dimasukkan kedalam wadah yang terdapat bahan isian dan dialiri air hingga over flow
selama 5 menit. Ulangi langkah diatas terhadap sampel 2 sebagai X2.
10
Diagram alir :
11
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Suhu aquadest = 30°C
Densitas aquadest = 0.99568 gr/ml
Interval waktu = 5
N larutan standard = 0.1 N
PIPA KAPILER
Tabel 1. Berat dan Panjang Pipa Kapiler
NO Berat Pipa
Kosong
(gr)
Berat Pipa
isi (gr)
Berat
aquadest
(gr)
Volume
pipa (ml)
Panjang
pipa (cm)
1 21.17 21.544 0.374 0.3756 9.8013
2 22.34 22.745 0.405 0.40676 9.1013
3 22.32 22.722 0.391 0.3922 9.912
4 22.40 22.777 0.377 0.3786 9.912
5 21.74 22.126 0.386 0.3877 9.410
Standarisasi NaOH : 0.1 N
N. Asam Oksalat : I. = 10 ml
Volume NaOH : II. = 9.5 ml
III. = 10 ml
Volume NaOH rata-rata = 9.833 ml
12
1) Standarisasi Asam Oksalaat : X2
Table 2. Hasil standarisasi asam oksalat : X2
No Volume Asam
Oksalat (ml)
Volume NaOH
(ml)
N. Asam Oksalat
(N)
1 0.3756 0.80.021853035
2 0.40676 1.10.027746091
3 0.3927 1.30.033964859
4 0.3786 1.50.040649762
5 0.3877 1.40.037049265
N. rata-rata 0.032253
2) Standarisasi Asam Oksalaat : X3
Table 3. Hasil standarisasi asam oksalat : X3
No Volume Asam
Oksalat (ml)
Volume NaOH
(ml)
N. Asam Oksalat
(N)
1 0.3756 0.90.024584665
2 0.40676 1.30.032790835
3 0.3927 1.60.041802903
4 0.3786 0.80.021679873
5 0.3877 1.450.038372453
N. rata-rata 0.031846
13
1. Untuk larutan asam oksalat X2
Tabel 4. Hasil analisa larutan asam oksalat X2 setelah difusi
No Volume pipa
(ml)
Waktu
(menit)
Volume
NaOH
sebelum
difusi (ml)
Volume
NaOH
setelah difusi
(ml)
1 0.3756 5 0.8 0.9
2 0.40676 10 1.1 0.9
3 0.3927 15 1.3 0.85
4 0.3786 20 1.5 0.7
5 0.3877 25 1.4 0.63
2. Untuk larutan asam oksalat X3
Tabel 5. Hasil analisa larutan asam oksalat X3 setelah difusi
No Volume pipa
(ml)
Waktu
(menit)
Volume
NaOH
sebelum
difusi (ml)
Volume
NaOH
setelah difusi
(ml)
1 0.3756 5 0.9 0.8
2 0.40676 10 1.3 1.1
3 0.3927 15 1.6 1.5
4 0.3786 20 0.8 1.3
5 0.3877 25 1.45 0.9
14
B. Perhitungan
1) Standarisasi NaOH
N2 (Normalitas NaOH) = V1 (Asam okasalat) x N1 (Asam oksalat) / V2 (NaOH)
N2 = 10 ml x 0.1 N / 9,833 ml
= 0.1016 N
2) Standarisasi Asam Oksalat X2
1) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.8 ml x 0.01016 N0.3756 ml = 0.021853035 N
2) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.1 ml x 0.01016 N0.40676 ml = 0.027746091 N
3) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.3 ml x 0.01016 N0.3927ml = 0.033964859 N
4) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.5 ml x 0.01016 N0.3786ml = 0.040649762 N
5) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.4 ml x 0.01016 N0.3877ml = 0.037049265 N
15
3) Standarisasi Asam Oksalat X3
1) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.9 ml x 0.01016 N0.3756 ml = 0.024584665 N
2) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.3 ml x 0.01016 N0.40676 ml = 0.032790835 N
3) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.6 ml x 0.01016 N0.3927ml = 0.041802903 N
4) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.8 ml x 0.01016 N0.3786ml = 0.021679873 N
5) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.45 ml x 0.01016 N0.3877ml = 0.038372453 N
4) Standarisasi Asam Oksalat X2 Setelah Difusi
1) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.9 ml x 0.01016 N0.3756 ml = 0.024584665 N
2) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.9 ml x 0.01016 N0.40676 ml = 0.022701347 N
3) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.85 ml x 0.01016 N0.3927ml = 0.022207792 N
16
4) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.7 ml x 0.01016 N0.3786ml = 0.018969889 N
5) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.63 ml x 0.01016 N0.3877ml = 0.016672169 N
5) Standarisasi Asam Oksalat X3 Setelah Difusi
1) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.8 ml x 0.01016 N0.3756 ml = 0.021853035 N
2) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.1 ml x 0.01016 N0.40676 ml = 0.027746091 N
3) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.5 ml x 0.01016 N0.3927ml = 0.039190222 N
4) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 1.3 ml x 0.01016 N0.3786ml = 0.035229794 N
5) N1 (N. Asam Oksalat) =( ) ( )( )1 = 0.9 ml x 0.01016 N0.3877ml = 0.023817385 N
17
6) Mencari Effisiensi
a) Mencari effisiensi untuk X2
E =.. x 100%
A. E =.. 100% = 112.5 %
B. E =.. 100% = 81.81818 %
C. E =.. 100% = 65.38462%
D. E =.. 100% = 46.66667 %
E. E =.. 100% = 45 %
*Rumus Mencari X
X = 2 dan Y = 2 log (100-E)
Tabel 6. Distribusi hubungan x dan y dalam (X2)
No Waktu
(s)
L (cm) E (%) X Y X2 XY
1 300 9.8013 112.5 0.494554 0 0.244584 0
2 600 9.1013 81.81818 0.859944 2.519275 0.739504 2.166436
3 900 9.912 65.38462 0.96192 3.078538 0.92529 2.961307
4 1200 9.912 46.66667 1.086859 3.453997 1.181262 3.754007
5 1500 9.410 45 1.228912 3.480725 1.510225 4.277505
∑ 4.632189 12.53254 4.600864 13.15926
18
b) Mencari effisiensi untuk X2
E =.. x 100%
A. E =.. 100% = 88.88889 %
B. E =.. 100% = 84.61538%
C. E =.. 100% = 93.75%
D. E =.. 100% = 162.5%
E. E =.. 100% = 62.06897 %
*Rumus Mencari X
X = 2 dan Y = 2 log (100-E)
Tabel 7. Distribusi hubungan x dan y dalam (X3)
No Waktu
(s)
L (cm) E (%) X Y X2 XY
1 300 9.8013 88.88889 0.494554 2.091515 0.244584 1.034367
2 600 9.1013 84.61538 0.859944 2.374173 0.739504 2.041657
3 900 9.912 93.75 0.96192 1.59176 0.92529 1.531146
4 1200 9.912 162.5 1.086859 0 1.181262 0
5 1500 9.410 62.06897 1.228912 3.157989 1.510225 3.880891
∑ 4.632189 9.215438 4.600864 8.488061
19
7) Pendekatan Least Square
A. Untuk X2 mencari a dan b
n(a) + b∑x = ∑y => 5a + (4.632189)b = 12.53254……………… (1)
na∑x + b∑x2 = ∑xy => 5a(4.632189) + (4.600864)b = 13.15926…. (2)
5a + 4.632189b = 12.53254 x(23.16) => 115.8a + 107.277b = 290.2536
23.16a + 4.600864b = 13.15926 x(5) => 115.8a + 23b = 65.7963 _
84.277b = 224.4573
b = 2.66
Subtitusi ke persamaan …………………………………………….. (1)
5a + 4.632189b = 12.53254
5a + 4.632189(2.66) = 12.53254
5a + 12.3216 = 12.53254
5a = 0.21094
a = 0.042188 *diberoleh harga a = 0.042188 dan b = 2.66
Mencari DAB untuk larutan asam oksalat X2
a = 2log (200 )
0.042188 = 2log (200 )
0.021094 = log (200 )
1.04977 = 200
5.24885 10 =
= 0.023
20
B. Untuk X2 mencari a dan b
n(a) + b∑x = ∑y => 5a + (4.632189)b = 9.215438……………… (1)
na∑x + b∑x2 = ∑xy => 5a(4.632189) + (4.600864)b = 8.488061…. (2)
5a + 4.632189b = 9.215438 x(23.16) => 115.8a + 107.277b = 213.4295
23.16a + 4.600864b = 8.488061 x(5) => 115.8a + 23b = 42.440305 _
84.277b = 170.9892
b = 2.03
Subtitusi ke persamaan …………………………………………….. (1)
5a + 4.632189b = 9.215438
5a + 4.632189(2.03) = 9.215438
5a + 9.4033 = 9.215438
5a = - 0.1879
a = - 0.03758 *diberoleh harga a = - 0.03758 dan b = 2.03
Mencari DAB untuk larutan asam oksalat X2
a = 2log (200 )
- 0.03758 = 2log (200 )
- 0.01879 = log (200 )
0.95776558 = 200
4.78828 10 =
= 0.022
21
8) Perhitungan Ralat
% Ralat = 100%y = a + bx
A. Untuk X2 => a = 0.042188
=> b = 2.66
Tabel 8. Ralat X2
No y data y hitung % Ralat
1 0 1.357701 100
2 2.519275 2.32964 8.140095249
3 3.078538 2.600895 18.36456322
4 3.453997 2.933232 17.75396424
5 3.480725 3.311094 5.123111877
Rata-rata ralat 29.87634692
B. Untuk X2 => a = - 0.03758
=> b = 2.03
Tabel 9. Ralat X3
No y data y hitung % Ralat
1 2.091515 0.966364 116.4312973
2 2.374173 1.708107 38.99438638
3 1.59176 1.915117 16.88447068
4 0 2.168743 100
5 3.157989 2.457111 28.52445435
Rata-rata ralat 60.16692174
22
9. Grafik Pebandingan
a) -Grafik waktu vs konsentrasi asam oksalat X2 sebelum difusi
Tabel 10. waktu vs konsentrasi (X2) sebelum difusi
Gambar 4. Grafik waktu vs konsentrasi X2 sebelum difusi
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Kons
entr
asi (
N)
Waktu (detik)
t vs konsentrasi sebelum difusi X2
t (s)Konsentrasi
N
300 0.8
600 1.1
900 1.3
1200 1.5
1500 1.4
23
-Grafik waktu vs konsentrasi asam oksalat X2 setelah difusi
Tabel 11. waktu vs konsentrasi (X2) setelah difusi
Gambar 5. Grafik waktu vs konsentrasi X2 setelah difusi
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Kons
entr
asi (
N)
Waktu (s)
t vs konsentrasi setelah difusi X2
t (s)Konsentrasi
N
3000.9
6000.9
9000.85
12000.7
15000.63
24
b) -Grafik waktu vs konsentrasi asam oksalat X3 sebelum difusi
Tabel 12. waktu vs konsentrasi (X3) sebelum difusi
Gambar 6. Grafik waktu vs konsentrasi X3 sebelum difusi
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Kons
entr
asi (
N)
Waktu (s)
t vs konsentrasi sebelum difusi X3
t (s)Konsentrasi
N
3000.9
6001.3
9001.6
12000.8
15001.45
25
-Grafik waktu vs konsentrasi asam oksalat X3 setelah difusi
Tabel 13. waktu vs konsentrasi (X3) setelah difusi
Gambar 7. Grafik waktu vs konsentrasi X3 setelah difusi
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Kons
entr
asi (
N)
Waktu (S)
t vs konsentrasi setelah difusi X3
t (s)Konsentrasi
N
3000.8
6001.1
9001.5
12001.3
15000.9
26
c) -Grafik x vs y untuk X2
Tabel 14. x dan y untuk X2
x y0.494554 0
0.859944 2.519275
0.96192 3.078538
1.086859 3.453997
1.228912 3.480725
Gambar 8. x vs y untuk X2
0
1
2
3
4
0 0.5 1 1.5
Y
X
X vs Y
27
-Grafik x vs y untuk X3
Tabel 15. x dan y untuk X3
x Y0.494554 2.091515
0.859944 2.374173
0.96192 1.59176
1.086859 0
1.228912 3.157989
Gambar 9. x vs y untuk X3
00.511.522.533.5
0 0.5 1 1.5
Y
X
X vs Y
28
C. Pembahasan
Pada percobaan difusivitas integral digunakan pipa kapiler sebanyak 5 buah dengan
berat dan panjang yang berbeda. Bejana difusi diisi dengan bahan isian dan dialiri fluida hingga
over flow. Pengambilan data pada kedua sampel larutan di lakukan pada sebelum dan sesudah
difusi. kemudian menghitung koefisisien difusivitas asam oksalat dari data yang diperoleh.
Evaluasi yang dilakukan pada percobaan difusivitas integral meliputi evaluasi berat dan
panjang pipa yang digunakan, yang digunakan oleh 2 sampel yang berbeda untuk menentukan
koefisien dfusivitas (DAB) menggunakan metode least square. Perhitungan dilakukan setiap
volume titrasi dicatat, baik sebelum maupun sesudah difusi.
Hubungan antara konsentrasi asam oksalat terhadap proses difusi adalah menyebabkan
gerakan molekul akan bertambah cepat atau melambat. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecepatan
aliran fluida yang berpengaruh pada gaya dorong (driving force) yang juga akan berakibat pada
gerakan molekul-molekul asam oksalat. Pada dasarnya difusivitas cairan bergantung pada
faktor-faktor berikut :
- Konsentrasi,
- Temperatur,
- Tekanan, dan
- Kecepatan alirannya.
Dari data percobaan didapatkan koefisien difusivitas larutan X2 adalah 0.023 cm2/s, lebih
besar bila dibandingkan dengan koefisien difusivitas larutan X3 yaitu 0.022 cm2/s, hal ini
jelas menunjukan pengaruh dari faktor kemurnian terhadap proses difusivitas.
29
BAB IV
KESIMPULAN
1. Larutan asam oksalat X2 diperoleh harga koefisien difusivitas sebesar 0,023 cm2/menit
dengan metode Least Square : Y = 0.042188x + 2.66.
2. Larutan asam oksalat X2 diperoleh harga koefisien difusivitas sebesar 0,022 Cm2/menit
dengan metode Least Square : Y = - 0.03758x + 2.03.
3. Persamaan yang didapat merupakan fungsi linier dari 2 Log (100 – E) denganLog (t/L2)
yang menunjukkan semakin lama waktu operasi difusi maka akan semakin banyak asam
oksalat yang terdifusi ke dalam air.
4. Pada percobaan di semakin kecil normalitas suatu larutan atau senyawa
maka koefisien difusivitasnya semakin kecil.