Post on 14-Jun-2018
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYA
KOTA MANADO
2013
KERJASAMA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR
SOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYASOSIAL BUDAYA
KOTA MANADO
2013
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
LAPORAN AKHIR
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA
KOTA MANADO
KERJASAMA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
ii
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera Kegiatan penyusunan laporan indikator sosial budaya kota Manado merupakan hasil dari usaha nyata yang bersifat luas dan menyeluruh untuk tidak sekedar menyediakan data tetapi juga sikap yang dapat ditempuh pemerintah kota melalui badan perencanaan pembangunan daerah dalam membuat kebijakan, usul-saran kepada pimpinan yang berdampak pada program-program pembangunan yang mensejahterakan warga kota. Hasil laporan ini berisi tentang analisis indikator sosial budaya yang dapat menjadi ukuran dan petunjuk sejauhmana pembangunan lingkungan sosial budaya di kota Manado. Oleh karena itu laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak, terutama instansi di daerah yang terkait langsung atau pun tidak langsung dengan urusan dan penanganan aspek-aspek sosial budaya dan lingkungan yang mengitarinya. Didalamnya juga bagaimana perubahan sosial kemasyarakatan diperhadapkan dengan tanggungjawab pemerintah kota dalam mengahadapinya, tentu juga dengan kesiapan teknologi informasi sebagai alat mediasi untuk bisa terhubung dan dipadukan, baik keinginan pemerintah maupun masyarakat. Dari sana dapat diambil kebijakan yang tepat dalam hal mengantisipasi tinggi rendahnya aspirasi, partisipasi masyarakat di berbagai bidang lingkup sosial budaya. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Untuk itu kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih. Penghargaan khusus diberikan kepada tim penyusun yang telah memberikan waktu, tenaga serta pikiran penuh dari awal kegiatan perencanaan penelitian/penulisan hingga selesainya laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga laporan ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Manado, Agustus 2013 Dekan Fakultas Ilmu Budaya Kepala Badan Perencanaan Universitas Sam Ratulangi Manado Pembangunan Daerah Kota Manado
Dra. Troutje A. Rotty, M.Hum. Peter K. B. Assa, Ph.D NIP. 196002031990032002 NIP. 196705151994031003
iii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR BAGAN vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN/PENULISAN 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN 6
BAB II LANDASAN KONSEP
2.1 KONSEP INDIKATOR SOSIAL BUDAYA 7
2.2 MODEL PENELITIAN 10
BAB III METODOLOGI
3.1 RANCANGAN LAPORAN 11
3.2 LOKASI PENELITIAN 13
3.3 JENIS DAN SUMBER DATA 13
3.4 INSTRUMENT PENELITIAN 13
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 14
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA 15
3.7 TEKNIK PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA 15
iv
BAB IV. INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO 16
4.1 DIMENSI INDIKATOR SOSIAL BUDAYA 16
4.2 MEDIA MASSA 30
4.3 LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA 38
4.4 PARTISIPASI MASYARAKAT DI BIDANG OLAHRAGA 56
BAB V. SIMPULAN 68
DAFTAR PUSTAKA 70
v
DAFTAR TABEL
hlm
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Manado 29
Tabel 2 Media yang Bertumbuh di Manado 32
Tabel 3 Data Gereja Protestan dan Denominasinya 39
Tabel 4 Data Gereja dan Kapel Umat Katolik 41
Tabel 5 Data Masjid di Kota Manado 42
Tabel 6 Tempat Ibadah Per-Kecamatan, Data Mutakhir Thn. 2013 47
Tabel 7 Data Sanggar Kesenian 50
Tabel 8 Cabang Olahraga dan Jumlah Club Olahraga 59
vi
DAFTAR GAMBAR
hlm.
Gambar 1 Peta Kota Manado 12
Gambar 2 Piramida Penduduk Kota Manado 28
Gambar 3 Pengaruh Media Massa Terhadap Individu, Masyarakat Pemerintah 38
vii
DAFTAR BAGAN
hlm
Bagan 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga 57
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pembangunan kemasyarakatan di kota Manado semakin
kompleks, dan aras kompleksitas pengaruhnya tidak hanya terbatas pada
aspek sosial budaya yang menjadi titik pijak pembahasan, namun akan tetap
menyentuh berbagai aspek terkait. Membicarakan sosial budaya sudah pula
menyangkut aspek politik, aspek ekonomi, dan sebagainya. Sulit dibatasi lagi
ketika membicarakan aspek sosial, itupun sudah menyangkut aspek budaya,
demikian sebaliknya. Begitupun ketika kedua kata tersebut disatukan
menjadi sosial budaya, maka berbagai aspek apapun itu sudah terkait
langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan masyarakat kota.
Sebagai suatu kota yang berkembang dari kota benteng, Manado
sebagai suatu kota telah bertumbuh sedemikian rupa sampai dengan
wajahnya kekinian. Sejarah mencatat bahwa perkembangan dan
pertumbuhan kota Manado telah berbilang abad, sudah sejak lama
kosmopolitan. Sejak awal didiami, lokasi yang awalnya disebut Wenang
tumbuh sebagai tempat rendesvouz atau tempat bertemu, tempat
dilakukannya perdagangan, tempat barter antara penduduk pribumi
Minahasa pedalaman dengan orang asing dari pulau-pulau terluar kota
Manado, bahkan berkembang kemudian dengan adanya perjumpaan dengan
bangsa Spanyol dan Portugis pada periode awal abad ke-16 dan 17,
dilanjutkan kemudin dengan VOC-Belanda. Hingar-bingar tiga kekuatan
bangsa Eropa ini kemudian silih berganti menposisikan diri sebagai yang
terkuat dan berkuasa di perairan Sulawesi. Bagi siapa saja yang mampu
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
2
menguasai laut Sulawesi, merekalah yang kemudian dapat menguasai
perdagangan regional, berupa hasil rempah-rempah dari pedalaman
Minahasa, seperti padi/beras, tali ijuk, kelapa, kayu cendana, dan lainnya.
Perang tanding di laut dan sifat keramahan yang diperlihatkan orang
Minahasa menjadikan bangsa asing betah untuk tinggal dan menetap di
lokasi Manado yang sekarang. Benteng berhasil dibangun, yang walaupun
awalnya hanya dari kayu oleh Spanyol dan Portugis silih berganti, akhirnya
VOC-Belanda mampu membangun benteng dari beton dan menjadi yang
dipertuan atau penguasa di daerah ini, walaupun bagi Minahasa sendiri,
Belanda adalah sahabat dengan perjanjian melindungi daerah ini dari
bercokolnya kembali Spanyol akibat pengalaman yang tidak mengenakkan
bagi kedua pihak yang berujung pada Perang Minahasa-Spanyol tahun 1643-
1644. Perkembangan kemudian, lokasi benteng menjadi pelabuhan atau
Bandar (bendar) dan sekitarnya kemudian disebut sampai kini pasar 45.
Sejak masa kolonial, daerah Manado sebagai suatu wilayah sudah
didiami oleh berbagai sukubangsa, daerah ini sudah pluralisme sejak lama,
hal ini dibuktikan dengan hadirnya orang-orang Eropa, dan Asia yang
diwakili orang Tionghoa, India, Arab, dan orang Melayu lainnya. Bukti
mengenai kehadiran mereka, keanekaragaman sukubangsa, dan
multikulturalismenya dengan adanya kampung Cina dan Kampung Arab di
sebelah timur benteng sejak masa kolonial sampai kini, kemudian kampung
Ternate sebelah sungai arah timur-utara benteng, sedangkan kelompok
pribumi Minahasa, diatur oleh pemerintah kolonial secara segregatif lurus
mengikuti arah jalan sebelah selatan benteng, mulai dari Pondol sampai batas
aliran sungai Sario atau sekarang sepanjang jalan Sam Ratulangi.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
3
Selanjutnya, dari waktu ke waktu, Manado sebagai suatu kota menjadi
tujuan migrasi penduduk sekitar Manado dengan berbagai alasan. Baik
alasan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, seperti
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga untuk mengecap pendidikan yang lebih
tinggi, dengan adanya dua perguruan tinggi besar di daerah ini, yakni
Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan Universitas Negeri Manado (Unima)
tanpa mengesampingkan beberapa Perguruan Tinggi Swasta lainnya yang
tumbuh kemudian.
Saat ini kota Manado telah mengalami kemajuan yang sangat pesat
sebagai suatu kota yang kosmopolitan. Selain itu sebagai suatu kota mandiri
dan otonom dengan visi pembangunan Manado sebagai kota model
ekowisata (Manado Model City for Ecotourism, 2015 dan misi Manado
menjadikan kota Manado sebagai kota yang menyenangkan (to Take Manado a
City of Happines), maka berbagai penelitian dilakukan untuk mengisi
perkembangan, pertumbuhan kota yang serbadimensi seperti yang
dilakukan ini, yakni Indikator Sosial Budaya Kota Manado.
Penelitian dan penyusunan laporan Indikator Sosial Budaya kota
Manado juga sesuai dengan penjabaran visi misi yang akan diwujudkan
dalam masa lima tahun pembangunan, walaupun dalam laporan ini, tujuan
visi-misi itu jika dihitung mulainya sejak tahun 2010, maka terhitung dari
tahun 2013, sisa spirit pembangunan itu, 2 tahun lagi sampai tahun 2015.
Untuk jelasnya, jabaran visi-misi sebagai tujuan yang ditetapkan
dikelompokkan menjadi lima pokok grand strategi goals pembangunan daerah
kota Manado, yakni:
1. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas, rukun dan
damai
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
4
2. Menciptakan lingkungan perkotaan yang nyaman
3. Membangun identitas dan citra kota sebagai kota model ekowisata
4. Meningkatkan peran Manado dalam pengembangan ekonomi
kawasan
5. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (Evaluasi
RPJMD, 2012).
Untuk mencapai grand strategi goals dengan puluhan sasaran dan skala
prioritas pembangunan di daerah kota Manado, maka penting dilakukan
penelitian Indikator Sosial Budaya guna menunjang capaian strategi dan
tujuan dimaksud.
Luasnya cakupan indikator sosial budaya, maka dalam penelitian ini
dibatasi pada aspek media masa, lingkungan sosial budaya, dan partisipasi
masyarakat di bidang olahraga. Untuk spasial geografis meliputi seluruh
wilayah administrasi pemerintahan dan pembangunan kota Manado yang
meliputi 187 kelurahan didalam 11 kecamatan, yakni:
1. Kecamatan Malalayang
2. Kecamatan Wanea
3. Kecamatan Sario
4. Kecamatan Wenang
5. Kecamatan Tikala
6. Kecamatan Paal II
7. Kecamatan Mapanget
8. Kecamatan Tuminting
9. Kecamatan Singkil
10. Kecamatan Bunaken
11. dan Kecamatan Bunaken Kepulauan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
5
Indikator merupakan instrumen atau alat untuk evaluasi, ukuran
untuk mengukur hasil yang dicapai dan menilai realisasi tingkat capaian
yang diinginkan dalam suatu cara objektif dan terus-menerus. Indikator
dapat didasarkan pada informasi kuantitatif (berdasarkan angka-angka
numerik statistik) maupun kualitatif (melalui suatu proses, pengaruh faktor-
faktor penentu) untuk menilai luaran (output) dan input.
1.2 Rumusan Masalah
Pada hakekatnya pembangunan merupakan usaha untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sejak semula
pemerintah menyadari bahwa pembangunan bukanlah hal yang mudah
karena mencakup banyak segi dan multidimensi. Proses pembangunan
semacam ini merupakan suatu usaha jangka panjang yang memerlukan data
penunjang untuk setiap tahap dan bidangnya. Oleh karena kebutuhannya
bersifat terus menerus dan tersebar di segala bidang itulah, maka usaha
pembangunan harus dibarengi juga dengan kebutuhan untuk setiap saat
menyempurnakan dan mengembangkan informasi/data yang ada.
Pengukuran hasil-hasil pembangunan pun menjadi beraneka ragam. Segala
macam informasi dikumpulkan, baik sebagai data dasar maupun sebagai
indikator untuk menyusun dan mengevaluasi kebijakan dan program yang
telah dilaksanakan.
Kaitannya dengan kebutuhan penulisan, maka masalah dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa sajakah dimensi indikator sosial budaya di kota Manado
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
6
2. Sejauhmana indikator sosial budaya khususnya media masa,
lingkungan sosial budaya, dan partisipasi masyarakat di bidang
olahraga mempengaruhi pembangun kota Manado.
1.3 Tujuan Penelitian/Penulisan
Adapun tujuan penelitian dan penyusunan indikator sosial budaya
kota Manado secara umum dapat menjadi alat ukur untuk pengambilan
kebijakan kaitannya dengan fokus masalah:
1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran umum apa saja
bentuk atau dimensi indikator sosial budaya di kota Manado
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan penjelasan sejauhmana
pengaruh indikator media masa, indikator lingkungan sosial
budaya, dan indikator partisipasi masyarakat di bidang olahraga
terhadap pembangunan kota Manado
1.4 Manfaat Penelitian
Mengacu kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian, adapun
hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan manfaat:
1. Dapat bermanfaat untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi
pemerintah dan instansi terkait, dalam hubungannya dengan
masalah-masalah sosial budaya di kota Manado.
2. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang perencanaan dan pembangunan wilayah
yang berwawasan sosial dan budaya.
3. Dapat dijadikan acuan di masa akan datang untuk pihak-pihak
yang berkepentingan, dan yang mempunyai relevansi dengan
perencanaan dan pembangunan kota dari aspek sosial budaya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
7
BAB II
LANDASAN KONSEP DAN MODEL PENELITIAN
Konsep sangat penting dalam suatu penelitian. Teori dapat dibangun
apabila telah ada pemahaman dengan baik konsep-konsep analitis serta
diketahui cara penerapannya dalam penelitian. Untuk itu dalam penelitian
ini akan dikemukakan satuan konsep yang mendukung pembahasan, yaitu
konsep indikator sosial budaya.
2.1 Konsep Indikator Sosial Budaya
Indikator sama dengan tanda atau penunjuk. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, indikator diartikan sebagai sesuatu yang dapat
memberikan (menjadi) petunjuk atau dapat memberikan
informasi/keterangan. Indikator sosial budaya kaitannya dengan variable
atau faktor-faktor sosial budaya yang menentukan, menjadi petunjuk atau
dapat memberikan informasi, baik dalam bentuk keterangan/data dalam
bentuk angka-angka (statistic) maupun dalam bentuk keterangan, penjelasan,
gambaran, deskripsi kritis terhadap sesuatu atau sejumlah permasalahan.
Bentuk-bentuk indicator itu dapat dibagi atas indicator sosial dan indicator
budaya atau juga digabung keduannya.
Indikator sosial antara lain: kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, kemiskinan, organisasi lingkungan sosial, media, dan
partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Ada juga yang memasukannnya
dengan sub-struktur indikator sosial, seperti infrastruktur kota (termasuk
infrastruktur pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial dan lainnya); sub-
struktur kesehatan dan kemiskinan terkait dengan penanggulan masyarakat
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
8
miskin, kualitas pendidikan dan SDM pengelola kesehatan; sub-struktur
lingkungan sosial budaya, terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan
beragama, perlindungan dan kesejahteraan sosial. Selanjutnya indikator
budaya antara lain: sistem nilai dalam masyarakat, lembaga atau organisasi
kebudayaan termasuk keberdayaan organisasi dan kelembagaannya dan
keberdayaan sumberdaya manusia yang terlibat didalam proses indikator
tersebut. Sub-struktur indikator budaya termasuk pembangunan
kependudukan (SDM) dan pembinaan kepemudaan serta berbagai kegiatan
olahraga, termasuk didalamnya soal keagamaan, ketertiban dan keamanan.
Jadi, jelas dalam membicarakan indikator sosial sudah turut juga
mencakapkan indikator budaya.
Dalam tulisan ini, kedua indikator digabung menjadi satu disebut
indikator lingkungan sosial budaya. Dalam tataran teoretis, ketika
membicarakan masalah-masalah sosial sudah juga menyangkut masalah
kebudayaan beserta lingkungan yang menyertainya atau disebut sub-
struktur atau yang mengikutinya/terkait langsung ataupun tidak langsung.
Indikator sosial budaya termasuk indikator pembangunan yang menjadi alat
ukur kemajuan dalam proses pembangunan.
Adapun peran indikator dapat menjadi instrument untuk:
1. Membuat kebijakan yang lebih baik dan perkembangan dalam
monitoring pelaksanaan pembangunan
2. Mengidentifikasi dampak dari pelaksanaan kebijakan yang telah
dilakukan
3. Mengidentifikasi aktor dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
realisasi pembangunan sosial budaya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
9
4. Mengungkap berbagai hal dalam proses pembangunan yang masih
perlu dibenahi
5. Memberikan peringatan dini akan adanya potensi pelanggaran dan
mendorong adanya tindakan pencegahan
6. Meningkatkan consensus sosial budaya dalam usaha mengatasi
berbagai kesulita, berbagai persoalan yang sementara dihadapi dalam
proses pembangunan
7. Memberikan issu-issu penting berbagai persoalan/masalah yang
diabaikan, dikesampingkan, belum ditangani secara serius atau
disembunyikan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
10
2.2 Model Penelitian
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA
MANADO Catatan: Pengaruh Langsung Saling Mempengaruhi
VISI MISI
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
MEDIA MASSA
LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
PARTISIPASI MASY. DI BID. OLAHRAGA
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
11
BAB III METODOLOGI
3.1 Rancangan Laporan Penelitian
Penelitian ini dirancang sesuai dengan paradigma keilmuan sosial
budaya. Paradigma berkaitan dengan keyakinan ilmiah, yang menjadi sudut
pandang peneliti dalam memahami fenomena sosial budaya, dan mengkaji
serta menyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. Paradigma membantu
peneliti untuk membedakan antara satu komunitas ilmiah tertentu dari
komunitas ilmiah yang lain. Menurut Filsuf Thomas Khun, paradigma
didefinisikan seperti di bawah ini.
Paradigma adalah gambaran fundamental mengenai masalah pokok dalam ilmu tertentu. Paradigma membantu dalam menentukan apa yang mesti dikaji, pertanyaan apa yang mestinya diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan apa aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Paradigma adalah unit konsensus terluas dalam bidang ilmu tertentu dan membantu membedakan satu komunitas ilmiah atau (sub komunitas) tertentu dari komunitas ilmiah yang lain. Paradigma menggolongkan, menetapkan, dan menghubungkan eksemplar, teori, metode, dan instrumen yang ada di dalamnya. (Ritzer & Goodman, 2007: Apendiks A – 12).
Sebagai sebuah penelitian sosial budaya, dalam hal ini penelitian
indikator sosial budaya menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan
kuantitatif adalah penunjang. Metode penelitian kualitatif berupaya
memahami berbagai peroalan kemasyarakatan, persoalan sosial budaya,
situasi atau peristiwa yang diberikan kepadanya secara nyata. Penelitian
kualitatif berusaha memahami fenomena sosial budaya empirik yang
kompleks melalui observasi lapangan. Penelitian kualitatif adalah wilayah
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
12
kajian multimetode, antardisiplin, lintasdisiplin, yang menyiratkan prosesual
dan pemaknaan (Denzin & Lincoln, 2009), dan yang menfokuskan
interpretasi dan pendekatan naturalistic, etnografi bagi suatu persoalan
dengan beragam paradigma. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan
khas dalam memahmi aspek sosial terutama sosial budaya, dan unik dalam
dimensi naturalistik (data lapangan), kukuh dalam pemahaman interpretatif
mengenai berbagai pengalaman kemanusiaan (Endraswara, 2006; Denzin &
Lincoln, 2009).
Gambar 1 Peta Kota Manado
Sumber: Manado dalam Angka Tahun 2012
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
13
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Daerah kota Manado dimaksud adalah suatu kota otonom yang secara
geografis memiliki luas daratan 157,26 km2 dengan garis pantai 18,7 km2, dan
meliputi 11 kecamatan dengan 87 kelurahan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif sebagai penunjang. Data kualitatif adalah data yang
berupa kata-kata yang deskripsikan, sedangkan data kuantitatif adalah data
penunjang yang berupa angka-angka, misalnya dalam menyatakan jumlah
penduduk. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan
wawancara yang dilakukan secara terbuka. Sementara data kuantitatif
diperoleh melalui buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan penelitian
berkaitan dengan kota Manado, dan transkrip lainnya.
Mengenai jenis sumber data, terdiri atas sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer adalah objek yang diobservasi
langsung dari lapangan dan dari informan terpilih, yang ditentukan
berdasarkan pertimbangan purposif atau tujuan yang ingin dicapai. Sumber
data sekunder berupa dokumen atau sumber-sumber tertulis pada
umumnya, seperti data statistik penduduk, dokumen, laporan-laporan
penelitian, peta Manado, serta berbagai naskah lainnya yang relevan.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang utama adalah tim peneliti sendiri selain
menggunakan alat penelitian, yaitu pedoman wawancara yang didukung alat
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
14
rekaman, blocknote untuk pencatatan hal-hal yang penting di samping kartu
ikhtisar dan catatan lainnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis dan sumber datanya, maka teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) studi
dokumen.
Observasi atau pengamatan lapangan penting dilakukan dalam
penelitian ini untuk mendapatkan data berkenaan dengan kondisi objektif
yang ada di lapangan. Observasi lapangan dilakukan dengan mendatangi
subjek penelitian, seperti perusahaan yang mengelola media massa, instansi
terkait, lembaga/institusi yang berhubungan dengan organisasi sosial
kemasyarakatan, berbagai kegiatan dan pembinaan pemuda dan olahraga.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara
tim peneliti dan informan. Teknik wawancara digunakan untuk
mendapatkan berbagai informasi, keterangan lisan dari informan yang
berkaitan dengan permasalahan kajian. Teknik wawancara dan observasi
atau pengamatan lapangan, keduanya sangat membantu dalam melengkapi
laporan penelitian untuk perbandingan data dan saling mengisi
kekurangannya.
Selain observasi dan wawancara, studi dokumen juga dilakukan.
Dokumen dalam penelitian ini adalah berupa bahan-bahan tertulis berupa
naskah-naskah ketikan, laporan-laporan penelitian kaitan dengan kota
Manado dan atau masalah penelitian.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
15
3.6 Teknik Analisis Data
Seperti sudah diuraikan di atas bahwa penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, sehingga analisis data juga menggunakan analisis deskripsi
kualitatif, sedangkan data kuantitatif sebagai penunjang. Ada beberapa
tahapan dalam analisis data kualitatif, yaitu tahapan open coding, axial coding,
dan selective coding.
1) Pada tahapan open coding, peneliti berusaha memperoleh sebanyak-
banyaknya variasi data yang terkait dengan objek penelitian kemudian
dilakukan breaking down atau proses merinci data yang diperoleh, examining
atau memeriksa, comparing membandingkan, conceptualizing
menkonseptualisasikan dan terakhir categorizing mengkategorikan data-data
atas data primer dan sekunder.
2) Pada tahapan axial coding data diorganisir kembali berdasarkan
kategori sebagai lanjutan dari open coding kemudian dianalisis hubungan
antardata/kategori atau pengelompokkan data.
3) Pada selective coding dilakukan klasifikasi proses pemeriksaan data
atas kategori data, dibandingkan, dihubungkan dan diperiksa kategori data
kemudian ditarik satu kesimpulan akhir dan akhirnya dibuat general design
(Sudikan 2001).
3.7 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Sebagai sebuah laporan penelitian, data akan disajikan dalam bentuk
informal, dengan uraian/narasi, deskriptif kata-kalimat yang baik sesuai
dengan bahasa ilmiah sehingga mudah dipahami. Di samping itu, dilakukan
secara formal berupa tabel statistik, gambar, bagan, dan peta. Penyajian hasil
analisis dituangkan ke dalam beberapa bab.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
16
BAB IV
INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA MANADO
4.1 Dimensi Indikator Sosial Budaya Kota Manado
Dimensi sosial budaya merupakan salah satu faktor penentu ukuran
keberhasilan pembangunan suatu daerah, disamping faktor lainnya seperti
faktor ekonomi dan politik. Sebagaimana masalah yang dirumuskan,
penelitian ini lebih difokuskan pada bentuk dimensi faktor sosial budaya
yang dapat dilihat melalui beberapa indikator sosial budaya yaitu;
kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kemiskinan,
organisasi lingkungan sosial, media, kesehatan, dan partisipasi masyarakat di
bidang olahraga. Beberapa indikator sosial budaya tidak mudah diukur
dengan motode pendekatan statistic (kuantifikasi). Kriteria kemiskinan
misalnya, atau kegiatan yang berkaitan dengan organisasi lingkungan sosial,
media masa dengan berbagai bentuknya, baik tradisional maupun media
masa modern, kesehatan masyarakat, dan partisipasi masyarakat di bidang
olahraga. Mengapa demikian, karena dimensi indikator ini secara
kuantifikasi ukurannya adalah perspektif, dan angka statistik yang
seharusnya bersifat kepastian, ketika diperhadapkan dengan realitas
kehidupan masyarakat, realitas sosial budaya yang sesungguhnya di
lapangan, terkadang jauh dari usaha pemerintah untuk dapat melangkah
dengan pasti dalam mengatasi patologi sosial budaya. Kompleksitas
persoalan pembangunan sosial budaya antara indikator sosial budaya yang
satu dengan yang lain saling terintegrasi, maka dalam pembahasan ini
metode kualitatif dan kuantitatif dipadukan, disebut dengan metode research
development.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
17
Membaca Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Manado 2010-2015 ada beberapa permasalahan pembangunan kota Manado
yang diprediksi menonjol sampai tahun 2015. Beberapa indikator inipun
merupakan masalah krusial setiap kota berkembang di Indonesia. Adapun
isu-isu utama yang berkaitan dengan dimensi sosial budaya pembangun kota
Manado sebagi berikut.
4.1.1 Infrastruktur Perkotaan
Menyangkut infrastrukur perkotaan diperhadapkan dengan sejumlah
persoalan yang terkait langsung dengan manusia penghuni kota. Makin
besar pertumbuhan jumlah penduduk kota Manado, maka makin besar pula
berbagai kebutuhan yang kaitannya dengan infrastruktur, seperti:
a. Penyediaan sarana dan prasarana yang belum terasa belum optimal baik
di daratan (mainland) maupun di wilayah kepulauan, Prasarana dasar
wilayah yang masih terbatas dan belum representatif seperti jaringan
jalan dan sistem jaringan transportasi kota yang terintegrasi dalam sistem
transportasi nasional bahkan internasional yang didukung fasilitas
terminal serta fasilitas transport yang nyaman dan aman. Sediaan energi
listrik, prasarana dan jaringan komunikasi, informasi yang belum
mendukung Manado memasuki komunitas informasi global, selanjutnya
infrastruktur permukiman seperti jaringan drainase, prasarana dan
sarana sanitasi kota berupa air minum/bersih, persampahan,
pengelolaan limbah, penyediaan penerangan jalan umum yang belum
memenuhi standard yang merujuk pada peningkatan daya saing kota
yang mengusung pariwisata sebagai leverage perekonomiannya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
18
b. Penataan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), yang belum
mendapat perhatian yang besar dimana pemanfaatannya belum
mencerminkan kearah water front city.
c. Fasilitas dan utilitas pasar-pasar tradisional yang tidak memadai, serta
fasilitas perdagangan yang masih belum memenuhi kualitas yang
diharapkan dengan ruang pasar yang berwawasan lingkungan.
d. Belum maksimalnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang obyek
kepariwisataan maupun obyek sejarah dan budaya.
4.1.2 Penataan Ruang Kota
a. Belum diperdakannya dokumen perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian bidang penataan ruang yaitu rencana tata ruang wilayah
(RTRW) yang merupakan alat operasional dalam mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan pembangunan sektoral secara
spasial. Dokumen lainnya seperti rencana detail tata ruang kawasan
(RDTRK), rencana teknis ruang kawasan (RTRK), serta rencana tata
bangunan dan lingkungan belum semuanya tersedia.
b. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) (skilled, knowledgeable, competent,
excellent service mentality ) dimulai dari mereka yang terlibat langsung,
berada paling depan front liner seperti pemandu wisata, sopir taksi,
pelayan, receptionist, office boy sampai pada upper level seperti pegawai
teknis Dinas Pariwisata (middle management) yang harus menguasai
pengembangan kepariwisataan.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata, masyarakat yang berada di
dalam kawasan wisata tersebut masih belum ikut “memiliki”, manfaat
yang dihasilkan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
19
sekitarnya, sehingga kepedulian untuk menjaga dan menunjang kegiatan
pariwisata masih kurang.
4.1.3 Lingkungan Hidup
Prinsip pembangunan berkelanjutan ini harus dipegang teguh untuk
pelestarian sumber daya alam di Kota Manado bukan hanya untuk
kepentingan masa sekarang ini, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita
di masa depan. Pembangunan Kota Manado ke depan haruslah memikirkan
aspek keberlanjutan (sustainable). Pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) lebih cenderung pada pemahaman bahwa dalam setiap proses
pembangunan harus mengutamakan faktor kelestarian lingkungan.
a. Belum tersedianya tempat pembuagan air limbah masyarakat dimana
pengolahan air limbah domestik pada umumnya dilakukan secara
individual (on-site sanitation). Air limbah dari sarana tersebut pada
umumnya tidak diolah sama sekali dan langsung ke saluran terbuka
atau ke sungai
b. Perlunya pengelolahan lingkungan yang sinergis antara pemerintah dan
masyarakat untuk mencegah dan menangulangi kerusakan dan
pencemaran lingkungan, yang jika tidak di optimalkan pelaksanaannya
memberi dampak terhadap rawannya terkena bencana.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebersihan
lingkungan dimana masih ada kebiasaan sering membuang sampah
sembarangan.
d. Belum optimalnya penerapan pendekatan reduce, reuse, dan recycle (3R)
ditunjukkan dengan masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
20
pengomposan, hal ini menyebabkan masih banyaknya sampah organik
yang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
e. Perlu dicarikan solusi penggunaan pupuk hasil komposting yang selama
ini masih terbatas pada penggunaan rumah tangga, sehingga ketika
terjadi surplus sementara fasilitas pemasaran tidak tersedia hal ini
mempengaruhi motivasi rumah tangga untuk melakukan komposting.
4.1.4 Distribusi Pendapatan, Pengangguran dan Kemiskinan
Iklim ketenagakerjaan yang sehat dan kondusif sangat penting sebagai
salah satu faktor penentu untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang layak
yaitu lapangan kerja produktif dan memberikan perlindungan yang
memadai bagi pekerja. Iklim usaha yang kondusif tentunya menjadi
prasyarat bagi terciptanya investasi yang mampu menciptakan kesempatan
kerja produktif sebesar-besarnya agar pengangguran terbuka semakin
berkurang. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat
pengangguran terbuka antara lain rendahnya tingkat produktivitas tenaga
kerja yang masuk pasar kerja. Rendahnya tingkat produktivitas disebabkan
karena rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas atau kompetensi yang
dimiliki untuk bekerja terlebih di sektor produksi formal. Kemudian
kurangnya pelatihan kerja berbasis kompetensi, peningkatan
profesionalisme, dan pelatihan kewirausahan guna meningkatkan
produkfivitas pencari kerja.
4.1.5 Perekonomian Kota dengan Pariwisata
Belakangan ini pariwisata berkembang pesat di kota Manado. Bahkan
dinilai bahwa sektor pariwisata adalah sektor yang paling siap dan
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
21
menjanjikan dijadikan unggulan Manado di masa yang akan datang. Oleh
karenanya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kota Manado 2005-2025 pariwisata ditetapkan sebagai leading sector. Berkat
visi misi serta strategi pembangunan daerah kota Manado 2005-2010; 2010-
2015 yang terarah pada pariwisata, maka pariwisata kota Manado dalam 5
tahun berlalu mengalami kemajuan yang pesat. Manado tumbuh dan
berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang semakin di kenal dunia dan
mulai berkembang menjadi kota MICE tourism. Dalam perannya sebagai
leading sektor perekonomian kota Manado kedepan, masih terdapat
beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut:
a. Taman Nasional Bunaken tetap menjadi primadona tujuan wisata di kota
Manado, dan kedepan diharapkan tetap menjadi daya tarik utama.
Namun demikian sebagai wisata alam, kelestariannya sangat tergantung
pada kemampuan seluruh pihak untuk menjaganya. Masalah yang masih
belum sepenuhnya terpecahkan adalah bersihnya lingkungan Bunaken
ini dari sampah, ketersediaan sarana dan fasilitas pendukung seperti
transportasi yang aman dan nyaman, listrik dan air bersih serta
permukiman dan perumahan yang layak sebagai daerah tujuan wisata
berskala internsional serta keterlibatan masyarakat lokal baik dalam arti
ekologis maupun ekonomis.
b. Objek-objek wisata lokal termasuk situs-situs budaya belum dapat
dimanfaatkan secara optimal, demikian juga jejaring perjalanan wisata
dengan memanfaatkan objek-objek wisata di hinterland meskipun sudah
terbangun namun belum secara maksimal.
c. Masih ditemukan aktivitas/kegiatan pengurusan perizinan yang tidak
mengikuti prosedur yang sebenarnya untuk menunjang upaya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
22
menjadikan prosedur investasi di daerah yang terbebas dari ekonomi
biaya tinggi (high cost economy) dengan mengoptimalkan fungsi
pelayanan satu pintu yang diharapkan memberikan sistem dan
mekanisme pelayanan perijinan yang mudah, cepat dan murah sesuai
standar pelayanan.
d. Masih belum optimalnya kualitas iklim usaha, promosi dan kerjasama
investasi.
e. Belum terselenggaranya secara optimal sentra pelatihan wirausaha dan
fasilitasi pemasaran di setiap kecamatan. Terbatasnya ketersediaan
lembaga yang memberikan jasa seperti pelatihan kewirausahaan,
bimbingan pembinaan dan konsultasi serta fasilitasi pemasaran dan
pengembangan usaha Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Padahal pemberdayaan UMKM merupakan upaya penting
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha sehingga
mengurangi angka pengangguran terbuka serta meningkatkan taraf
hidup.
f. Belum optimalnya produktifitas perikanan, peternakan dan pertanian
maupun industri kerajinan (handycraft) berorientasi pariwisata.
g. Kurangnya intensitas pembinaan yang diberikan terhadap koperasi yang
ada sehingga menyebabkan banyak koperasi yang tidak aktif.
Perkembangan usaha UMKM nampaknya terhambat disebabkan karena
kurangnya modal karena regulasi perbankan yang mempersyaratkan
adanya agunan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
23
4.1.6 Kualitas Pendidikan
Pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat, karenanya pendidikan menjadi prioritas utama
secara nasional dengan kebijakan minimal 20% anggaran disediakan untuk
pendidikan. Meskipun demikian permasalahan yang masih ditemui terkait
bidang pendidikan, seperti :
a. Meski budaya belajar sudah tinggi seperti ditunjukkan oleh angka buta
huruf yang rendah serta rata-rata lama belajar 12 tahun, yang artinya
rata-rata setiap penduduk di kota Manado mengecap pendidikan sampai
dengan kelas 3 SMA, kondisi pendidikan secara umum belum merata,
pelayanan pendidikan serta akses untuk mendapatkan pendidikan
formal belum sepenuhnya baik. Di sana-sini masih terdapat banyak
ketimpangan pendidikan, terutama persoalan biaya pendidikan dan
kebutuhan lain-lain ke arah itu. Meskipun pemerintah telah
menyediakan bantuan dan berbagai fasilitas namun kesenjangan
partisipasi pendidikan terlihat makin mencolok pada jenjang menengah
dan tinggi.
b. Ketersediaan dan sebaran, serta kualitas pendidik. Sejalan dengan
perhatian yang besar terhadap pendidikan, tingkat kesejahteran tenaga
pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini semakin membaik namun
hal ini belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan
dan kapasitas pendidik agar mereka dapat mengemban tugas dengan
baik, sehingga melalui program pendidikan yang dilaksanakan dapat
melahirkan lulusan-lulusan yang bermutu atau SDM yang berkualitas.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
24
c. Belum tersedianya secara merata sarana, prasarana dan fasilitas
penunjang pendidikan seperti perpustakaan, buku pelajaran dan
laboratorium terutama di wilayah kepulauan.
d. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti akses internet
dalam menunjang proses belajar mengajar masih belum memadai.
e. Persoalan yang juga semakin terasa saat ini adalah kesesuaian antara
hasil pendidikan dengan kebutuhan dunia pasar kerja. Tingkat
pengangguran yang cukup tinggi di kota Manado, ketika ditelusuri lebih
jauh menunjukan adanya lapangan kerja yang kualifikasinya tidak dapat
dipenuhi oleh tenaga kerja lokal.
f. Masalah lainnya antara lain rehabilitasi dan revitalisasi gedung sekolah,
kualitas dan kesejahteraan pendidik serta distribusi yang tidak merata,
cakupan pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
4.1.7 Kualitas Pelayanan Kesehatan
Sebagai ujung tombak pembangunan, kesehatan merupakan suatu
pilar yang harus diletakkan sebagai dasar yang kokoh, sekalipun berbagai
hasil telah banyak dicapai oleh Kota Manado dalam bidang kesehatan,
namun dalam pelaksanaannya penanganan kesehatan perlu untuk
diperhatikan terlebih peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan yang
berkualitas bagi masyarakat miskin, adapun masalah yang dihadapi antara
lain:
a. Peningkatan penanganan penyakit infeksi menular yang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol, masalah gizi
kurang dan gizi buruk terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita, serta
berbagai masalah gizi utama lain.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
25
b. Belum optimalnya penyediaan obat dan perbekalan kesehatan,
pengawasan obat dan makanan, dan keamanan pangan.
c. Perilaku hidup sehat yang belum menjadi budaya dalam masyarakat
baik karena faktor sosial ekonomi maupun karena kurangnya
pengetahuan. Di bidang keluarga berencana, pertumbuhan penduduk
yang diperkirakan terus meningkat; dan jaminan penyediaan alat/obat
KB serta pelayanan KB bagi penduduk miskin merupakan masalah dan
tantangan pokok kedepan
d. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas belum merata.
Puskesmas masih menghadapi berbagai masalah seperti keterbatasan
prasarana dan sarana fisik termasuk tenaga medis dan paramedis yang
difungsikan pada Puskesmas dan Pusat Pelayanan Terpadu (Pustu). Di
samping itu citra puskesmas masih kurang baik dalam hal mutu
pelayanan.
e. Belum seluruhnya puskesmas mengoptimalkan fungsi tenaga medis dan
kurangnya para medis yang memiliki daya saing dan professional
dibidangnya.
f. Permasalahan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin diakibatkan lemahnya pemantauan terhadap ketepatan targetting
penerima bantuan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
masyarakat miskin sehingga masih banyak penduduk miskin yang
berhak mendapatkan bantuan tidak bisa terakomodir, sementara ada
yang bukan merupakan masyarakat miskin malah mendapatkan
bantuan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
26
4.1.8 Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan aspek penting dalam pengelolaan
desntralisasi dan otonomi daerah. Dalam beberapa tahun terakhir ini
pendapatan daerah kota Manado mengalami peningkatan yang signifikan
yaitu rata-rata …% pertahun. Khusun PAD bahkan meningkat lebih tinggi
lagi yaitu rata-rata ….% pertahun. Namun demikian peningkatan tersebut
dilampaui oleh laju peningkatan belanja aparatur yaitu rata-rata …% per
tahun sehingga belanja yang dapat disediakan untuk pembangunan dan
khususnya pelayanan justru semakin terbatas dan menurun dari tahun
ketahun.
Disamping itu manajemen keuangan daerah perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Menggunakan hasil audit BPK atas kinerja
pengelolaan APBD Kota Manado yang pengelolaan keuangan daerah ini
harus menjadi prioritas.
4.1.9 Kapasitas Birokrasi
Tata pemerintahan yang baik merupakan kunci untuk menjadikan
masyarakat mendukung pemerintah sebagai lokomotif pembaharuan. Untuk
itu, maka tata pemerintahan yang baik yang bebas dari Korupsi Kolusi
Nepotisme (KKN) haruslah menjadi landasan utama bagi pelaksanaan
pembangunan di Kota Manado. Prinsip-prinsip dalam membangun
kepercayaan dari masyarakat harus dimiliki oleh segenap aparatur
pemerintah dalam jajaran pemerintah Kota Manado. Dengan demikian apa
yang menjadi visi, misi dan program Pemerintah Kota Manado akan
terlaksana dengan baik. Untuk mengoptimalkan hal ini, perlu adanya
pengawasan juga dari masyarakat. Fungsi pengawasan ini adalah wujud
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
27
”public controling” yang dapat mencerminkan sebuah kehidupan demokratis
yang baik pada daerah ini. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
a. Perlu adanya peningkatan profesionalisme, tingkat kompetensi, serta
etika aparatur pemerintahan kota sehingga lebih berdaya guna,
produktif, dan transparan
b. Walaupun dari segi pendidikan formal sudah memadai, namun
ketrampilan dan keahlian teknis dirasakan masih kurang dalam
mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan dan pelayanan
publik yang efektif dan efisien
c. Belum optimalnya kualitas pengembangan pemasaran pariwisata dan
pengelolaan destinasi wisata
d. Pentingnya kepekaan birokrat sesuai tugas dan pekerjaan yang
diembannya sehingga tantangan dan permasalahan mampu dihadapi
disamping kreativitas dan inovatif terhadap kinerja semakin tinggi.
Semua aspek dimensi sosial budaya yang sudah dijelaskan di atas,
langsung atau pun tidak langsung sangat berhubungan dengan penyakit
sosial masyarakat yang jika tidak segera diatasi maka penyakit sosial
(patologi), seperti merajalelanya kemiskinan, kriminalitas-kejahatan,
pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan berbagai tingkah laku
yang menyimpang berkaitan dengan itu (Kartono, 2003), termasuk korupsi
akan berkembang lebih luas dan melebar. Fenomena penyakit sosial ini akan
saling berintegrasi lagi dengan hal-hal yang tidak diharapkan sebelumnya,
maka jalannya pemerintahan dan pembangunan di daerah, apalagi Manado
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
28
dengan misinya ingin menjadikan Manado sebagai kota yang menyenangkan
akan sulit dicapai jika tidak sesegera mungkin dicari jalan keluarnya.
Dari sejumlah permasalahan di atas, berikut akan dijelaskan tiga
dimensi sosial budaya yang menjadi subjek pembahasan dari berbagai
dimensi sosial budaya di atas. Diharapkan ketiga dimensi dimaksud, yakni
Media Masa, Lingkungan Sosial Budaya, dan Partisipasi Masyarakat dalam
bidang Olahraga dapat memberikan pijakan ukur bagi pemerintah, seluruh
perangkat kerja stakeholder dalam mengambil kebijakan pembangunan yang
terkait dengan kota Model Ekowisata dan menjadikan kota Manado sebagai
kota yang menyenangkan di tahun 2015.
Untuk data awal yang terkait dengan sosial budaya adalah manusia
dan aktivitasnya, maka data kependudukan perlu diketengahkan. Berikut
keadaan piramida penduduk kota Manado.
Gambar 2 Piramida Penduduk Kota Manado
Sumber: Manado dalam Angka 2012
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
29
Komposisi penduduk Kota Manado didominasi oleh penduduk usia
produktif. Hal yang menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk
adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk dimana kelompok
penduduk usia 35 tahun ke bawah memiliki jumlah lebih besar dari
penduduk usia 35 tahun ke atas. Jika tingkat pertumbuhan ini terus
dipertahankan, maka diperkirakan akan terjadi pertumbuhan penduduk
yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini seharusnya dapat menjadi
perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di
bidang kependudukan ke depan.
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Manado
Indikator Kependudukan Manado
URAIAN 2009 2010 2011
Jumlah penduduk 406.705 410.481 415.114 Pertumbuhan Penduduk
0,56 0,93 1,13
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2.586 2.610 2.623
Sex Ratio 98 101 97
Jumlah Rumah Tangga
- 106.340 111.308
Rata-rata ART - 3,9 3,73
% Penduduk Menurut kelompok umur
0-14 Tahun 25,9 27,0
15-64 Tahun 68,6 69,8 68,3
65+ Tahun 5,2 4,3 4,6
Sumber: Manado dalam Angka 2012
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
30
Jumlah penduduk Kota Manado mencapai 415.114 jiwa pada tahun
2011. Angka ini terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
lalu. Tingkat pertumbuhan penduduk juga mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun. Selama periode tahun 2007-2011 rata-rata tingkat pertumbuhan
penduduk tercatat sebesar 0,9 persen. Dengan luas wilayah sebesar 157,26
km2, setiap km2 diperkirakan dihuni penduduk sebanyak 2.623 jiwa pada
tahun 2011. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan
oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100. Pada tahun 2011, jumlah
penduduk perempuan lebih banyak 3 persen daripada jumlah penduduk
laki-laki.
4.2 Media Massa
Media massa menjadi salah satu indikator sosial budaya karena
perannya yang signifikan sebagai media sosial dan jejaring melalui
penyebaran informasi berita, baik lisan maupun tulisan. Informasi itu dapat
bersifat positif dan yang berdampak positif bagi pembangunan, namun di
lain pihak juga ada berita yang dapat memperkeruh suasana, mempertajam
konflik dalam masyarakat, gap opini, dan sebagainya. Untuk memahami
lebih jauh, tentang peran media massa sebagai salah satu faktor penentu
dalam pelaksanaan, proses pembangunan suatu kota, maka perlu kiranya
diberikan batasan, apa dan bagaimana media massa itu.
Media merupakan salah satu issu global dari lima dimensi globalisasi,
yakni etnoscapes (migrasi besar-besaran penduduk dari satu tempat ke tempat
lain, contohnya maraknya kegiatan pariwisata), technoscapes (kemajuan pesat
di bidang teknologi informasi, internet dsb), finanscapes (bank-bank dan
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
31
perusahaan transnasional antar negara), ideoscapes (munculnya berbagai
aliran, paham, ideology baru, seperti terorisme, neoliberalisme), dan
mediascapes. Media yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang dapat
dijadikan agen pemberitaan/publikasi, baik secara visual maupun secara
tercatat (tertulis), antara lain, buku, majalah, brosur, iklan, televisi, radio, dan
situs website internet. Era globalisasi menmepatkan media sebagai salah satu
faktor penting dalam dimensi perubahan sosial budaya. Hal ini sejalan
dengan pemikiran Appadurai (Ritzer dan Goodman: 2007), media menjadi
penting mengacu pada sejenis gerakan:
“Mediascapes. …yang terlibat di sini adalah “distribusi kapabilitas
elektronik untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi (Koran,
majalah, televisi, studio pembuat film), yang sekarang tersedia untuk
kepentingan televisi dan swasta yang semakin banyak, dan ….imaji
dunia-dunia yang diciptakan oleh media ini” (Ritzer dan Goodman,
2007).
Penjelasan di atas menunjukkan bagaimana media diasumsikan
merujuk pada pelbagai institusi atau bisnis dalam menyebarkan informasi
dan berkomunikasi dengan para konsumen, terutama dalam menyediakan
pengisi waktu luang/hiburan. Melalui media, banyak imaji, opini tentang
dunia dapat diciptakannya. Menurut Burton (2008), tugas dan peran media
memang memediasi, yaitu mereka merekonstruksi materi sumber dengan
pelbagai cara, untuk pelbagai alasan, terutama untuk menjadikannya
menarik bagi masyarakat.
Media biasanya ditunjukkan dengan adanya lembaran-lembaran surat
kabar, majalah, tabloid, televisi yang berisi berita dan berbagai peristiwa
dunia yang dapat dibaca, kemudian media radio yang darinya dapat
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
32
diperoleh berita dan televisi dari melihat dan mendengar, dan selanjutnya
media televisi yang berisi berbagai program informasi, film, dan sebagainya.
Media semacam ini dapat dikelompokkan sebagai media cetak, radio, dan
televisi yang keduanya disebut media elektronik termasuk di dalamnya
media internet. Media juga dapat diartikan sebagai suatu institusi yang
kompleks, multidimensional yang melahirkan banyak relasi institusi, yang di
dalamnya juga media telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian
manusia (Mursito, 2006). McLuhan (Bungin, 2005) menyebutkan bahwa
media telah menjadi sahabat baru manusia.
Tabel 2 Media yang Bertumbuh di Manado
JENIS NAMA MEDIA JUMLAH
PRODUK TERBITAN
Media Cetak
a. Koran
Manado Post
Posko
Radar
Komentar
Metro
Swara Kita
Media Sulut
Koran Manado
Reportase
Jurnal Sulut
Cahaya Pagi
Tribun Manado
Kabar
(dalam ribuan)
55 oplah/hari 30 – 35.000 20 – 25.000 15.000 10.000 2000 5 - 6000 5.300 5.300 1000 1000 45.000 1000
b. Majalah Otomanado 1 - 2000
c. Tabloid Identitas 1- 2000
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
33
Media Radio
Radio Smart FM
RAL FM
Delta FM
Sumber Kasih
Mitra Kawanua
RRI
Trendy
Cosmo Female
Memora
KDFM
ROM2
Radio Manado
Cakupan lokal, nasional dan internasional
Media Online beritamanado.com manadotoday.com
beritakawanua.com
suaramanado.com
swaramanado.com
fokussulut.com
suluttoday.com
clickmanado.com
identitasnews.com
idmanado.com
manadoinside.com
antaranews.com
Cakupan lokal, nasional dan internasional Berita, gambar dan film
Media Televisi
TVRI Manado Pacifik TV TV Manado
Cakupannya lokal, nasional dan internasional Berita, Gambar dan Film
Sumber: Observasi Data Tim Peneliti, Juli 2013
Dari sejumlah dan ragam media berdasarkan tabel di atas, ada
beberapa media yang belum terangkum. Hal tersebut disebabkan belum
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
34
terdaftar atau belum melaporkan statusnya. Untuk yang sudah tercatat
dalam tabel di atas, inilah media-media yang mempengaruhi kognitif
masyarakat dan pemerintah kota dalam keseharian, media sudah menjadi
sahabat baik melalui bacaan maupun pendengaran.
Sebagai bagian dari kehidupan keseharian manusia, dan sebagai
sahabat, media sangat mempengaruhi pola pikir manusia. Menurut Rogers
(Bungin, 2005), ada empat kategori media yang mempengaruhi manusia,
yaitu media tulisan (writing), media cetak (printing), media telekomunikasi
(telecommunication), dan media komunikasi interaktif (interactive
communication). Adanya persahabatan manusia dengan media menjadikan
dunia ini semakin kecil, tanpa batas dengan pola hubungan yang luas dan
transparan. Inilah dunia baru yang dikonstruksi oleh media dan sebenarnya
dunia masa depan adalah dunia yang berada di atas “telapak tangan” media.
Terminologi massa dalam kaitannya dengan media massa, dalam
komunikasi massa dipahami sebagai komunikasi yang berhadapan dengan
massa atau komunikasi melalui media massa atau banyak orang, dan dapat
disebut media saja. Di Indonesia istilah lain yang banyak digunakan
hubungannya dengan media adalah pers (Mursito, 2006). Menurut Kasiyan
(2007), perihal media massa tidak dapat dipisahkan dari kerangka diskursus
tentang budaya massa, produk budaya yang terstandarisasi dan homogen,
budaya yang sangat populer, disukai orang banyak dan term budaya massa
disebut juga budaya populer.
Mediascpaes tidak bisa dihindari, sebagaimana ungkapan berikut ini.
“Saat ini, kita hidup dalam dunia multimedia. “Multi” tidak hanya
dalam hal keaneka-ragaman pesan, sistem penandaan, dan corak
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
35
wacana yang dilemparkan kepada kita dalam kecepatan tinggi, tetapi
juga dalam bentuk media tersebut. Kita mencari informasi dan
hiburan-atau “infotainment” dari buku, radio, pers, televisi, sinema,
video kaset, cd-rom, laserdisc, internet” (Sardar dan van Loon, 2005).
Banyak contoh, dunia media dengan multimedianya sudah menjadi
bagian kehidupan sehari-hari manusia, yang dalam perkembangannya
sekarang, media tidak hanya diartikan secara sempit lagi, media telah
berkembang maju (post-teknologi), era virtualitas dan telah ‘mengepung’
manusia, baik di ruang publik maupun di ruang privat, yaitu budaya media
visual. Visualisasi telah merambah kehidupan manusia, sebagai contoh di
lokasi lampu lalulintas, ada banyak visual spanduk dan baliho (terutama
yang elektronik) dengan berbagai pesan iklan di sepanjang jalan-jalan utama,
dan visual “pembangunan” (program pemerintah kota) dapat dijumpai di
banyak tempat, seperti Mall-Mall, pusat perbelanjaan, yang setiap waktu
dikonsumsi dan mengiring manusia menciptakan berbagai imajinasi dan
opini sebagai warga kota (konsumen).
Dalam proses komersialisasi, media menempatkan dirinya sebagai
agen pemegang kekuasaan distribusi, sesekali sebagai produsen dalam
relasinya dengan konsumen (warga kota dan pemerintah). Tawaran-tawaran
media menjadikan suatu produk sosial budaya sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari (Tester, 2003). Tanpa disadari pula, media telah
menggiring manusia modern (pemerintah dan warganya) menjadi konsumen
yang telah di selaraskan dengan ideologi media, bukan melalui suatu
paksaan, melainkan melalui suatu hiburan, kegiatan sosial, dan budaya
hiburan. Media pula memediasi berbagai kegiatan sosial budaya dalam
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
36
media menjadi budaya instan yang erat kaitannya dengan kepentingan
bisnis, bahkan kegiatan sosial budaya sebenarnya hanya mendapatkan porsi
yang tidak sebesar dengan porsi berbagai promosi produk lain untuk
kepentingan komersial (Wibowo, 2007). Dengan kata lain, produk
pembangunan misalnya, visi-misi pemerintah kota atau pun sejumlah
masalah penting kota dapat dijadikan kendaraan dan kesempatan oleh media
untuk promosi produk barang dan jasanya sendiri bukan untuk kepentingan
kolektif (masyarakat).
Media massa sebagai salah satu faktor penentu, tidak bisa dilepaskan
oleh pemerintah sebagai mitranya dalam mendistribusi program-program
pembangunan terutama menyampaikan visi-misinya. Persoalan kemudian
pemerintah pun tidak bisa membatasi kontrol sosial media terhadap
pandangan kritisnya terhadap jalannya pembangunan. Namun demikian,
dibalik dari semua ideology dan kekuatan antara media massa dan
pemerintah, sebenarnya masyarakat yang menjadi tujuan produk dan
distribusi kepentingan keduanya, sedang diseleksi oleh masyarakat atas
semua pemberitaan dan kepentingan. Apalagi Manado dengan tingkat
kemelekkan huruf dan pendidikannya yang tinggi, sudah mampu memilah
kebenaran informasi dan berita yang diperolehnya. Untuk itu, pemerintah
pun harus selektif dan kerja keras dalam soal menggunakan media sebagai
sumber informasi. Sudah tepat ketika bagian Humas Pemerintah Kota
Manado memiliki websitenya sendiri, artinya sumber berita tidak hanya satu
pintu saja, produk informasi dapat diminimalisir oleh websitenya pemkot
apabila terjadinya penyimpangan pemberitaan yang dapat merugikan
pemerintah dan masyarakat umumnya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
37
Secara sosial issu-issu pembangunan yang keliru diterima oleh
masyarakat pada umumnya, dapat mengganggu tercapainya tujuan-tujuan
pembangunan yang diproduk oleh pemerintah kota. Apa yang diinginkan
pada tahun 2015, jika tidak diantisipasi oleh pemberitaan yang benar dan
dapat membangkitkan spirit warga kota kepada hal yang positif, maka
terlalu jauh rasanya untuk menjadikan Manado sebagai kota yang
menyenangkan. Pemberitaan melalui beberapa media pers kriminal
misalnya, sudah sangat mengganggu opini masyarakat kelas menengah ke
atas. Hal tersebut menunjukkan kehidupan sosial masyarakat sudah berada
pada garis patologi sosial, artinya adanya penyakit secara sosial dalam
kehidupan masyarakat yang harus dicari jalan keluarnya, termasuk, bukan
dibatasi hadirnya sejumlah gambar, potret yang vulgar mengenai tubuh
perempuan, kekerasan lainnya dalam bentuk gambar atau visualisasi
cucuran darah, tabrakan maut, perkosaan, pembunuhan, perampokan, dan
berbagai pelecehan lainnya, tetapi bagaimana kemudian berbagai perangkat
sosial budaya, seperti tokoh agama, lembaga-lembaga keagamaan, institusi
yang peduli dengan itu dapat memberikan informasi, pemberitaan yang
lebih kuat lagi untuk membendung opini masyarakat yg mulai kuatir tentang
masa depannnya. Paling tidak ada banyak upaya dari berbagai pihak, tidak
saja terkait langsung dengan penegakan hukum, kepolisian dan alat Negara
lainnya untuk keamanan, tetapi usaha nyata pemerintah kota menciptakan
rasa aman itu melalui peranan media massa.
Berikut gambar pengaruh media terhadap individu, masyarakat, dan
pemerintah serta hasilnya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
38
Gambar 3 Pengaruh Media Massa
Terhadap Individu, Masyarakat, Pemerintah dan Dampaknya
4.3 Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya menyangkut aspek-aspek terkait dengan
kehidupan sosial budaya masyarakat kota. Integrasi antar institusi atau
pranata dalam kehidupan masyarakat, sistem nilai yang mengaturnya, baik
tertulis maupun tidak tertulis mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan suatu kota. Kegiatan keagamaan merupakan salah satu
indikator sosial budaya. Untuk itu dibawah ini diberikan data indikator,
rumah ibadah (Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, dan Budha.
Media
Massa
Individu
Masyarakat
Kognitif Opini
Pemerintah
Opini
Kebijakan
Perubahan Sikap
Perubahan Sikap
Program
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
39
Tabel 3 Data Gereja Protestan dan Denominasinya
NO NAMA GEREJA ALAMAT
Kantor TEMPAT IBADAH
1 Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
Talete II Tomohon 126
2 Kerapatan Gereja Protestan Minahasa
Jl. Sea Malalayang 21
3 Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI)
Jl. Samrat 98
4 Gereja Advent Hari ketujuh (GMAHK)
Jl. Yos Sudarso Paal II 37
5 Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) Bahu Lingk. I 1
6 Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT)
Jln. Mongisidi 80 Bahu
4
7 Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)
Babe Palar Rike 1
8 Gereja Sidang Pantekosta Filadelfia Jln Diponegoro 2
9 Gereja Pantekosta (GP) Tumumpa Lingk VI 1
10 Gereja Adven Pembaharuan Jln. Korengkeng 55 2
11 Gereja Kristen Bahtera Injil (GKBI)
Jl. Sarapung No. 37 5
12 Gereja Bala Keselamatan Jl. Toar No. 21 3
13 Gereja Betel Indonesia (GBI) Jl. Pomorow No. 22 19
14 Gereja Bethel Injil Sepenuh Jl. Soegiono No. 22 Pinaesaan
1
15 Gereja Bethel Tabernakel Jl. Babe Palar Rike 1
16 Kerapatan gereja Baptis Indonesia Jl. Sarapung 6
17 Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU)
Jl. Achmad Yani 7
18 Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Tanjung Batu 8
19 Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI)
Jl. Mawar Sario 7
20 Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia
Pogidon Tumumpa Ling III
13
21 Gereja Penyebaran Injil (GPI) Kleak No. 22 6
22 Gereja Segala Bangsa (Gesba) Jl. 14 Februari 7
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
40
23 Gereja Pantekosta Rahmat Jl. 17 Agustus 1
24 Gereja Kemah Injil Indonesia Jl. 17 Agustus Lorong Harmoni
1
25 Gereja Pantekosta Merdeka Jl. Gunung Lokon Wanea
1
26 Gereja Kristen PB Fajar Kebenaran Jl. Garuda No 12 1
27 Gereja Pekabaran Injil Rahmat Ilahi Jl. Pumorow Kompleks SMPN 6
5
28 Gereja Pantekosta Kharismatik Jln Samrat No.8 7
29 Gereja Pantekosta Isa Almasih Jln Martadinata 2
30 Gereja Pantekosta Serikat Indonesia
Jl. Salak 13 Lingk II Tikala Baru
2
31 Gereja Sidang Jemaat Kristus Jl. Sawangan Paal IV 1
32 Gereja Pimpinan Rohulkudus Jl. Pingkan Matindas 17/203 Dendal
1
33 Gereja Tuhan Indonesia 1
34 Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia
Jl. Stadion Klabat 31
35 Gereja Alkitab Anugerah Jl. Tololiu Supit 1
36 Gereja Kerasulan Baru di Indonesia Jl. Lumimuut IV No 25 Tikala
0
37 Gereja Kerapatan Injil Bangsa Indonesia (KIBAID)
Pakowa Lingk IV 1
38 Gereja Isa Alamasih (GIA) Jln. TNI 68 Manado 1
39 Gereja Injil Se-utuh Inter Jemaat Kalvari (GISI)
Winangun 1
40 Gereja Kristen Baitani Jl. Maesa 11 Ranomuut
1
41 Gereja Cahaya Rohulkudus Jl. Martadinata VII 0
42 Gereja Injil Kasih Karunia Indonesia (GIKKI)
Jl. Garuda No. 43 Mahakeret
1
43 Gereja Kalam Kudus Jl. Walanda Maramis 0
44 Gereja City Blessing Jl. 17 Agustus 0
45 Gereja Pekabaran Injil Jalan Suci Jln. Maesa 11a Ranomuut
0
46 Gereja Bethani Indonesia Wanea Plaza 0
47 Gereja Mawar Sharon Jl. Piere Tendean 1
Jumlah 437
Sumber: Arsip Kantor Agama
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
41
Tabel 4
Data Gereja dan Kapel Umat Katolik
NO NAMA GEREJA/KAPEL ALAMAT
GEREJA
1 Hati Tersuci Maria Katedral Jln. Sam Ratulangi 55 A Kec. Wenang 95111
2 Hati Kudus Yesus Lingk. 2 RT.013/RW/06 Karombasan Kec. Wanea
3 Santo Yoseph Pekerja Jl. Santo Joseph No. 17 Kec. Malalayang
4 Santa Theresia Jl. Woloter Mongisidi Malalayang I Barat Ling. I
5 Yesus Gembala yang Baik Jl. Babe Palar No. 48 Rike Kec. Wanea 95117
6 Santo Ignatius Jl. Sudirman No. 34 Manado Kec. Wenang
7 Santo Mikael Jl. Flamingo No. 78 Perkamil Kec. Tikala
8 Raja Damai Jln. Daan Mogot No. 49 Tikala Baru Kec. Tikala
9 Santo Antonius Paal IV Kec. Tikala
10 Salib Suci Taas Kec. Tikala
11 Ratu Rosario Suci Jl. Pogidon I No. 26 Lingk. II Karang Ria Kec. Tuminting
12 Santo Fransiscus Xaverius Buha Kec. Mapanget
13 Bunda Hati Kudus Kairagi Weru Kec. Tikala
14 Bunda Hati Kudus Pandu Kec. Mapanget
15 Santo Cosmas Damianus Pandu Pemukiman Kec. Mapanget
16 Yesus Gembala Baik Jl. AA. Maramis, Paniki Manado Kec. Mapanget
17 Santa Veronika Kairagi II Kec. Mapanget
18 Santa Veronika Perum Paniki II Kec. Mapanget
19 Santa Rosa Mistica Lapangan Kec. Mapanget
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
42
20 Santo Petrus Mapanget Barat
21 Santo Yohanes Kima Atas Kec. Mapanget
KAPEL
1 Kapel St. Josep Keuskupan Manado
Jl. Sam Ratulangi No. 66 Kec. Wenang
2 Kapel Biara JMJ St. Joseph Jl. Sam Ratulangi No. 60 Kec. Wenang
3 Kapel Biara Hati Kudus Yesus Karombasan Lingk. II Kec. Wanea
4 Kapel Biara Frater CMM Jl. Sudirman Kec. Wenang
Sumber: Penyelenggara Bimas Katolik, Pemutakhiran Data Thn 2012
Tabel 5 Data Masjid di Kota Manado
NO MASJID KELURAHAN TAHUN
TERDAFTAR
1 Al Furqan Bahu 1976
2 Ulil Albab Kleak 1985
3 Al Mubasyirin Kleak 1998
6 Asmaul Husna Malalayang Dua 1990
8 Azidin Malalayang 1997
9 Al Muhajirin Malalayang I 1987
10 Al Fallah Malalayang
11 Nurul Rahman Perum Dolog
Malalayang 1985
12 Asmaul Hussnah Malalayang II
13 Al-Fatah Malalayang Satu 1960
14 Asyifah RSU Prof. Kandou
Malalayang
15 Jabal Nur Malalayang I Timur
16 Al Bayinah Malalayang I Timur
17 An Nur Manibang 1999
18 At Taqwa Winangun 1986
19 Al Muttaqin Winangun 1990
20 Al Hikmah Teling Atas 1982
21 Al Falah Teling Atas 1980
22 An Nur Teling Atas 1937
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
43
23 Laelatul Qadri Teling Atas 1985
24 Nurul Birri Teling Atas 1978
25 Ikhlas Teling Atas 1984
26 Al Abrar Pakowa 1963
27 Al Fajar Pakowa 1984
28 Jamiatul Muslimin Ranotana Weru 1978
29 Al Amin Wanea 1973
30 Al Ikhlas Pakowa 1960
31 Iqra Karombasan 1985
32 Nurul Iman Karombasan 1986
33 Baitul rahim Tingkulu 1996
34 Al Amanah Malendeng 1996
35 Firdaus Titiwungen 1994
36 Miftahul Jannah Titiwungen 1992
37 Al Furqan Titiwungen 1987
38 Nurul Jihad Sario 1986
39 Nurul Hakim Sario Tumpaan 1989
40 Hidayatulah Sario Utara 1986
41 Al Mujahidin Sario Kotabaru 1976
42 Al Hijrah Kairagi I 2002
43 Al Kautsar Kairagi II 1990
44 An Nur Kairagi II 1991
45 Al Muhajirin Paniki Bawah 1967
46 Al Hijrah W Nusantara Paniki Bawah 1997
47 Baitur rahman Paniki Bawah 1993
48 Raudatul Jannah Polda Paniki Bawah 1998
49 Baitush Solihin Paniki I 1995
50 Al Muhajirin Paniki II 1981
51 Al Azim Lapangan 1975
52 Hijatrus Salam Mapanget barat 1997
53 Al Amanah Mapanget Barat 1997
54 Nurul Khaerat Mapanget Barat 1998
55 Al Hikmah Buha Camar 1999
56 Sabilal Muhladin Buha Asri 1998
57 DarunNaim Buha Bhayangkara 2002
58 Al Muhajirin Bengkol 1997
59 Nurul Iman Pandu 1978
60 Asyuhada Pandu Panjian 1978
61 Al Ikhsan Dendengan Dalam V 1981
62 As Sholihin Dendengan Dalam III 1959
63 At Takmir Tikala VI 1982
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
44
64 Al Hijrah Takala Baru V 1986
65 Al Rhmah Banjer II 1982
66 Uswatun Hassanah Banjer V 1990
67 At Taqwa Perkamil VI 1986
68 Al Anshar Takila Baru VI 1994
69 Al Wunawarah Tikala Baru V 1994
70 Al Kautsar TVRI Banjer 1985
71 Al Gufran Malendeng 1994
72 Al Hidayah Malendeng 1993
73 Darus Saadah Tikala Baru 1982
74 Thulul Arqan Banjer V 1989
75 Al Istiqamah Tikala Baru IV 1987
76 Al Muhajirin Tikala Banjer II 1985
77 Nurul Jannah Ranomuut 1992
78 Al fatah Paal II –IV 1975
79 Al Mustaqin Paal II-I 1983
80 Al Mubaraq Dendengan Dalam 1986
81 Nurul Taqwa Malendeng 1976
82 Al Iskandaria Ranomuut I 1974
83 Al Djufri Malendeng 1982
84 Al Amin Dendengan Dalam V 1984
85 Al Hijrah Dendengan Luar IV 1992
86 Nurul jariah Tikala Baru VI 1977
87 Awwal Fathul Mubien Kel. Islam II 1760
88 Baitul makmur Tuminting 1984
89 At Taufiq Tumumpa 1986
90 Alfalah Sindulang II 1994
91 Al Inayah Tumumpa Dua VII 1982
92 Al Hidayah Maasing II 1984
93 Al Munnawarah Mahawu VI 1988
94 Al Djihad Maasing 1986
95 Ibnul Min Mahawin Tuminting VII 1992
96 Al Ridwan Mahawu 1982
97 Darus Salam I Sindulang Satu 1994
98 Al Ihwan Tuminting VII 1987
99 Nur Muhammad Tuminting 1984
100 Darus Salam II Bitung Karangria 1986
101 Baitur Rahman Kel. Islam II 1982
102 An Nur Tuminting 1980
103 Darul Istiqamah Bailang 1988
104 Al Ilham Tuminting 1994
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
45
105 Al Huda Sindulang I 1996
106 Nurul Falah Sindulang II 1993
107 Al Ihwan Kel. Islam 1996
108 MAN Manado Islam 2001
109 Jabal Rahmah Tuminting 1993
110 LP Manado Tuminting 1992
111 Al Hijrah Tuminting 1987
112 Al Falah Kel. Islam Tuminting 1986
113 Al Muhajirin Wawonasa 1938
114 Nurul Huda Ketang Baru 1947
115 Al Maqfirah Karame 1951
116 Al Amanah Wawonasa 1956
117 Al Misbah Singkil 1998
118 Al Ikhlas Wawonasa 1965
119 An Ni’mah Kombos 1965
120 Al Hasanah Ternate Baru 1968
121 Al Mufid Ternate tanjung 1972
122 Darul Arqam Ternate tanjung 1975
123 Nurul Iman Singkil II 1991
124 At Taqwa Wawonasa 1983
125 Walfajri Wawonasa 1986
126 Miftahul Janah Ternate 1987
127 PKP Manado Kombos 1977
128 Aisyah Manado Ketang Baru 1980
129 Al Mikmin Singil 1989
130 Jabal Nur Singkil 1994
131 Babul Jannah Ternate 1988
132 Wadil Arqam Kombos 1994
133 Ahmad Yani Wenang 1999
134 Arsyad Tawil Wenang 1974
135 Anwabin Wenang 1978
136 Nurulah Wenang 1984
137 Masyur Wenang 1993
138 Al Khaeriyah Wenang 1988
139 Al Mutaqin Wenang 1968
140 Al Jihad Wenang 1988
141 RA Kartini Wenang 1985
142 As Salam Wenang 1987
143 Al Amin Bunaken 1996
144 Al Kautsar Bunaken 1994
145 Al Munawarah Bunaken 1990
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
46
146 Al Hikmah Bailang 2000
147 Darus salam III Bailang III 1986
148 Darul Istiqamah Bailang 1988
149 Irsyadud Ibad Bailang 1994
150 Al Aqshar Molas 1995
151 Al Baiats Meras 1998
152 Al Taubah Bailang 2000
153 Hidayatullah Molas 1999
Sumber: Kantor Departemen Agama Kota Manado Catatan: Banyak masjid yang sudah berdiri jauh sebelumnya
Memperhatikan data statistik tempat ibadah umat Kristen dan Islam
dan kelompok agama lainnya, setiap tahun bertambah jumlahnya seiring
dengan perkembangan kota, terutama perluasan pemukiman dengan
banyaknya kehadiran perumahan di kota Manado. Adanya pemukiman baru
berupa perumahan menuntut kehadiran fasilitas keagamaan, yakni tempat
ibadah. Untuk jelasnya data mutakhir berkaitan dengan perkembangan
tempat ibadah yang sudah diperinci seperti masjid dan mushola untuk Umat
Islam, atau gereja dan kapel untuk umat Kristen dan katolik, dan golongan
agama lainnya per kecamatan dapat dilihat pada tabel 6.
Pada tabel 6 dibawah ini, pertumbuhan gereja dan masjid cukup
signifikan sejak tahun 2010 – 2013. Pertambahan itu rata-rata pertahun
ketambahan 10-15 tempat ibadah, baik gereja maupun masjid. Tahun 2010/11
jumlah masjid 150-an, di tahun 2013 mencapai angka 187 ditambah lagi
dengan mushola yang berjumlah angka 29. Begitupun pertumbuhan gedung
gereja terutama yang Kristen protestan. Di tahun 2010/11, jumlah gedung
gereja 430-an, di tahun 2013 mencapai angka 523, dan angka ini belum
ditambah dengan gedung gereja katolik, berupa gereja dan kapel. Berikut
data lengkapnya pada tabel dibawah ini.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
47
Tabel 6 Tempat Ibadat Per Kecamatan
Data Mutakhir Tahun 2013
NO KECAMATAN MASJID MUSHOLA GEREJA Kristen
GEREJA Katolik
PURA VIHARA /TITD
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Malalayang 15 - 63 2 - 2
2 Sario 7 3 25 - 1 2
3 Wanea 18 1 74 2 - -
4 Wenang 14 5 27 2 - 8
5 Tikala 38 11 82 5 2 4
6 Mapanget 27 2 99 9 - 1
7 Singkil 24 8 38 - - 1
8 Tuminting 28 7 50 1 - -
9 Bunaken 16 2 65 - - -
JUMLAH TOTAL
187 29 523 21 3 18
Sumber: Kantor Agama, Agustus 2013 Catatan: Belum dipisahkan kecamatan yang baru, yakni kecamatan Paal II termasuk di Kecamatan Tikala, dan Kecamatan Bunaken untuk Kecamatan Bunaken Kepulauan.
Banyak sedikitnyanya tempat ibadah, didasarkan pertumbuhan dan
perkembangan jumlah penduduk, selain ruang yang diberikan oleh
pemerintah dengan adanya kemudahan untuk mendirikan tempat ibadah.
Jika diamati, angka tahun berdirinya rumah ibadah masjid di kota Manado
sesuai angka tahun di atas, eksistensi rumah ibadah bagi umat Islam sejak
tahun 1760, kemudin tahun 1937 dan berlanjut terus pemberian ijinnya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
48
sesudah Indonesia merdeka sampai kini. Pertumbuhan pembangunan masjid
semakin intens terutama pada masa pemerintahan Orde Baru sampai
kekinian. Adanya jumlah rumah ibadah masjid yang begitu banyak,
menunjukkan pluralisme dan multikulturalisme di kota Manado sudah sejak
lama hidup rukun dan damai. Bukan hal yang baru kebersamaan telah
dibangun di antara umat beragama di kota ini. Walaupun image dibanyak
tempat dan ruang, bahwa kota Manado dan Minahasa pada umumnya
adalah daerah Kristen tetapi keterbukaan terhadap umat beragama yang lain
selalu ada.
Sebagai suatu kota yang terbuka dengan tingkat religiusitasnya yang
tinggi, maka persoalan keagamaan, hubungan antar umat beragama menjadi
perhatian serius pemerintah. Persoalan kemudian di masa depan, apabila
rumah ibadah sudah banyak secara kuantitatif maka harus memberi dampak
pada sikap kehidupan warga kota. Semoga dapat memberikan pencerahan
pada persoalan meminimalisir tindakan kriminalitas berbanding dengan
jumlah rumah ibadah yang meluas di banyak tempat. Langkah-langkah ke
arah itu, bukan tidak ada, namun justru intens dengan adanya beberapa
lembaga, baik yang didirikan oleh pemerintah dengan prakarsa masyarakat
penganut agamanya atau sebaliknya. Organisasi dimaksud seperti, Badan
Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSUA), dan Forum Komunikasi Umat
Beragama (FKUB), dan lainnya.
Agama didalamnya termasuk membangun tempat ibadah sebagai
suprastrukturnya juga merupakan bagian dari kebudayaan. Aspek
keagamaan ini terkait langsung secara mendasar dalam perkembangan dan
pertumbuhan kota Manado sebagai bagian dari indikator kebudayaan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
49
Selanjutnya, membahas kebudayaan terkait dengan pelestarian,
pengembangan dan perlindungan, namun ketiga hal ini harus pula
memperhatikan tiga kemampuan dasar sub-struktur indikator kebudayaan
sebagai konsep memberdayakan kebudayaan. Artinya ada ruang sosial bagi
masyarakat dalam memenuhi aspek pelestarian, pengembangan, dan
perlindungan. Tidak hanya itu, pemerintah dan swasta juga harus dapat
duduk bersama, memikirkan secara bersama bagaimana perlindungan,
pengembangan, dan perlindungan kebudayaan dapat maju dalam
menyeimbangkan kehidupan kemasyarakatan. Adapun ketiga kemampuan
itu sebagai sub indikator kebudayaan adalah:
1. Ruang kebudayaan untuk kemampuan kreatif-inovatif
2. Ruang kebudayaan untuk kemampuan adaptif, dan
3. Ruang kebudayaan untuk kemampuan akulturatif
Keberdayaan kebudayaan merupakan kemampuan suatu kebudayaan
untuk tumbuh dan berkembang secara kreatif, kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pengaruh perkembangan dan perubahan
global, serta kemampuan untuk mengolah dan mengambil manfaat terhadap
berbagai peluang dalam keterbukaan kebudayaan.
Disadari ataupun tidak, menerima atau pun menolak, pengaruh arus
budaya global dalam berbagai dimensi pertumbuhan dan perkembangan
kota sangat terasa. Tanpa kekuatan dan spirit kebudayaan yang tertata baik
sebagai cerminan identitas lokalitas Manado sebagai bagian dari tanah
Minahasa, dan dengan spirit yang harus dijaga sebagai bagian dari
penerimaan pluralisme, kemajemukan, keanekaan suku, ras, agama, tradisi,
budaya yang secara alamiah ada dan terus tersemaikan di kota Manado,
maka bukan tidak mungkin muncul berbagai konflik yang bersumber dari
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
50
penafsiran agama yang keliru dari komunitas atau oknum. Ini adalah modal
sosial budaya yang tidak semua kota di Indonesia memilikinya. Modal sosial
budaya ini dapat dijadikan instrumen pemerintah kota dalam membangun
masyarakatnya.
Berikut beberapa organisasi kesenian (sanggar) yang hidup dan
berkembang di kota Manado.
Tabel 7 Data Sanggar Kesenian
NO NAMA SANGGAR SPESIAL/FOKUS 1 Gema Sangkakala Seni Suara
2 Vox Angelica Seni Suara
3 Kitawaya Seni Tari
4 Senggigilang Tumumpa Seni Tari
5 Sebelas (Jln. Sarapung) Seni Tari
6 Lumimuut (SMK VI) Seni Tari
7 Blue Choir Seni Suara
8 Imanuel Choir Seni Suara
9 Bethesda Choir Seni Suara
10 Manado Chatolic Choir Seni Suara
11 Solagratia Tikala Choir Seni Suara
12 Imanuel Bunaken Seni Musik (Bambu)
13 Putra Galangan Tumumpa Seni (Massamper)
14 Anugerah Kayuwatu Seni (Massamper
15 SMA Neg. I Manado Seni Suara/Tari
16 Orkes Cakrawala Tumumpa Seni Musik (Orkes)
17 Mahamba Bantik (Buha) Seni Tari
18 Mahamba Bantik (Bengkol) Seni Tari
19 Mahamba Bantik (Meras) Seni Tari
20 Mahamba Bantik (Molas) Seni Tari
21 Musik Kolintang Panbers Seni Musik
22 Musik Kolintang SMP Fr. Donbosco Seni Musik
23 Group Hadrah Kel. Karame
24 Group Qasidah Kampung Arab
25 Group Teater Nazaret Tumumpa Seni Teater
26 Teater Club Fak. Sastra Seni Teater
27 Teater Kronis Artsas Seni Teater
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
51
28 Sanggar Seni Budaya Citra Fak. Sastra Unsrat Seni Tari (Maengket)
29 Tim Kesenian Nyong dan Nona Manado Seni Tari
Sumber: Hasil Survai Tim Peneliti ke Dinas Pariwisata Kota Manado Apabila memperhatikan data pada tabel 7 di atas, maka terlihat
kurangnya organisasi-organisasi yang bergerak aktif di bidang kesenian di
kota Manado. Data ini memang didasarkan pada data keaktifan dalam
beberapa kegiatan kesenian (seni budaya) yang dilaksanakan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado selang beberapa tahun terakhir ini.
Namun demikian, data dilapangan secara acak menunjukan, ada begitu
banyak organisasi sosial budaya yang turut membangun lewat jalur
kesenian. Sebut saja dalam banyak pagelaran seni budaya di kota Manado,
seperti misalnya lomba paduan suara (koor), maka akan berjubel puluhan
group paduan suara yang mewakili lembaga, instansi, kelurahan, kecamatan
dan lainnya. Organisasi gerejawi memang terbanyak kemudian perguruan
tinggi negeri dan swasta di kota Manado, diikuti instansi dan lembaga
tertentu. Begitu pun halnya, dengan berbagai kesenian lainnya, seperti seni
teater dan kesenian lainnya, baik melalui oragnisasi yang disebut di atas
maupun lainnya. Namun ada juga karena inisiatif dari masyarakat sendiri,
terutama ketika lembaga-lembaga pemerintah mulai mengucurkan dana
pembinaan terhadap sanggar-sanggar seni budaya atau adanya festival seni
budaya. Angka statistik, sekali lagi menunjukkan perkembangan yang
signifikan tinggi atau pun rendah, namun untuk perkembangan seni budaya
sulit diukur dari kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, baik oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, instansi tertentu lainnya, seperti Dinas
Pendidikan, Taman Budaya Manado, Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado
dan sebagainya.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
52
Untuk berbagai kegiatan kesenian dalam kehidupan Masyarakat itu
selalu ada, hanya saja tidak terekspose/terpublikasi secara massal sehingga
tidak diketahui atau dapat menjadi indikator pengukur, namun aktifitas
kesenian bagi masyarakat kota Manado sudah menjadi bagian hidup. Di
masa depan aspek indikator sosial budaya terutama di bidang kesenian perlu
mendapat perhatian besar dari pemerintah dalam hal memberi ruang
apresiasi dalam kreativitas dan inovatifnya para seniman di kota Manado.
Ruang publik ekpresi seni bagi seniman dalam berkesenian, sebaiknya
tidak ditentukan oleh kuasa pemerintah tetapi sebisanya dapat duduk
bersama untuk membahas dimana seharusnya ruang yang tepat bagi
seniman dalam mengekspresi hasil imajinasinya. Gedung kesenian di kota
Manado yang tidak terurus-rawat seperti keadaannya sekarang ini,
menunjukkan perkembangan seni budaya tidak sejalan dengan kemampuan
adaptif pemerintah yang bersinergi dengan kelompok seniman di kota
Manado. Harusnya ada ruang, lokasi yang tepat sebagai tempat bertemu,
berdiskusi, berekspresi dalam berkesenian, namun juga mengakomodatif
hasil-hasil karya, produk seniman untuk dicarikan jalan keluar untuk
diproduksi. Lingkaran atau ekosistemnya berkesenian, biasanya terhambat
pada memproduksi karya dalam wujudnya, dan ini dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah untuk menfasilitasi, baik memberikan lokasi, gedung yang
representatif, dana pembinaan, maupun penghargaan dalam banyak festival
atau lainnya, sehingga semakin terasa hidup ekspresi berkesenian seniman di
kota Manado yang tidak kalah kreatifnya dengan kota-kota lainnya di
Indonesia. Semua ini juga adalah modal sosial budaya kota ekowisata
Manado.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
53
Untuk menjadikan modal sosial budaya ini sebagai instrument
pembangunan masyarakat, maka perlu memperhatikan 4 indikator
keberdayaan kebudayaan sebagai berikut:
1. Sistem Nilai
Sistem nilai berkaitan dengan kekuatan yang dimiliki lembaga,
institusi atau pun organisasi-organisasi yang mengelola kebudayaan
(pelestarian, pengembangan, dan perlindungan kebudayaan daerah).
Sistem nilai pada hakekatnya menyangkut rung-ruang dialog yang
dikembangkan dan tumbuh sendiri dalam kehidupan masyarakat, seperti
sistem gotong-royong, mapalus, dan sejenisnya, ataupun nilai-nilai dasar dan
instrument yang menyertainya untuk hidup rukun dan damai dalam
berdialog, beradaptasi dan bersinergi dengan nilai-nilai baru yang muncul.
Munculnya konflik di daerah lain, benturan peradaban dengan arus migrasi
penduduk urban tidak semudah merapuhkan sistem nilai yang tetap terjaga,
berkelanjutan sebagai sistem nilai yang berentitas dalam jatidiri masyarakat
kota.
Adanya ruang ekspresi, kreatif dan inovatif untuk menghadapi
perubahan zaman yang begitu cepat, harus lebih diberi ruang oleh
pemerintah seperti adanya Badan Kerjasama Antar Umat Beragama
(BKSUA), Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan sejenisnya.
Namun juga ruang kesenian dalam arti yang luas sebagai bagian dari
membangun mentalitas warga kota. Perlu dihidupkan dan diberi ruang
hadirnya sanggar-sanggar senibudaya, teater rakyat, festival, pagelaran,
lomba seni budaya, dsb. Jika persoalan di atas dapat berkembang maka
keberdayaan lembaga, institusi kebudayaan mampu mengelola, baik
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
54
mengelola peluang maupun ancaman dalam menghadapi berbagai
perubahan zaman. Dalam konteks kebudayaan masyarakat kota Manado,
ikatan-ikatan kekerabatan sosial budaya, arisan rukun keluarga, rukun
tetangga, ibadah-ibadah berjemaah, kelompok-kelompok keagamaan,
organisasi gereja, organisasi mesjid, pura dan vihara menjadi kekuatan
bersama yang menjadi modal utama pembangunan.
2. Sistem Simbolik
Sistem simbolik adalah kemampuan budaya simbol bagi warga kota
dengan ruang kreativitasnya mampu mengakomodatif simbol-simbol kota,
baik yang fisik maupun nonfisik tanpa terpengaruh dengan arus budaya
luar. Jatidiri tetap dipertahankan walaupun pengaruh teknologi mulai
merambah tetapi substansi symbol tetap nyata. Simbol-simbol keagamaan
dijadikan pererat antar umat kedalam maupun dengan umat yang beragama
lain, artinya ada toleransi untuk tidak merusak atau pun melecehkan.
Kemudian symbol-simbol budaya yang dominan seperti ornament, ragam
hias yang menjadi milik bersama dan memberi semangat, seperti adanya
patung-patung bersejarah yang menghiasi kota Manado, benda-benda
peninggalan masa lampau yang memiliki nilai dan makna kolektif, ataupun
aspek fisik ynag lebih modern, bagian dari spirit membangun kota, yakni
monument Adipura sebagai kota terbersih, dan sebagainya.
3. Unsur Budaya yang Fungsional
Keberdayaan unsur-unsur budaya dengan kemampuan menfungsikan
unsure-unsur budaya yang menjadi perekat, seperti ekonomi kerakyatan,
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
55
organisasi sosial, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, sistem religi yang
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kota.
4. Sumber Daya Manusia Pendukung Kebudayaan
Keberdayaan sumber daya manusia adalah kemampuan manusia dan
masyarakat pendukung kebudayaan menposisikan diri sebagai subyek
pembangunan, mampu berkomunikasi lintas budaya, lintas sektoral, melalui
pengembangan kemampuan kreatif, inovatif dalam memberikan respon
terhadap perubahan, peluang dan tantangan dalam konteks lokal, lingkup
kota Manado khususnya, dan Sulawesi Utara umumnya.
Beberapa indikator Budaya yang perlu mendapat perhatian antara
lain:
a) Meningkatnya perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara
b) Meningkatnya kerukunan hidup bermasyarakat dan berbudaya
c) Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan
d) Meningkatnya kreasi di bidang seni budaya
e) Meningkatnya kesadaran sejarah dalam kehidupan bermasyarakat
f) Meningkatnya pengelolaan industry budaya
g) Meningkatnya inventarisasi dan dokumentasi warisan budaya
h) Meningkatnya perlindungan, penghargaan terhadap pelaku budaya
daerah dan hasil ciptaannya
i) Berkurangnya secara nyata praktik korupsi di birokrasi
j) Terciptanya sistem ketatalayanan dan pemerintahan yang bersih,
efisien, efektif, transparan, professional, dan akuntabel
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
56
k) Terhapusnya berbagai praktik hukum yang diskriminatif terhadap
warga Negara, kelompok, atau golongan tertentu
l) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan
public
m) Meningkatnya sumberdaya manusia yang berkualitas yang
professional pelayananya di bidang kebudayaan
n) Meingkatnya peranserta masyarakat dalam pelestarian,
pengembangan, dan perlindungan kebudayaan
o) Meningkatnya perlindunganterhadap peninggalan bersejerah dan
kepurbakalaan
p) Meningkatnya kerjasama inter dan antar daerah di bidang
kebudayaan
4.4 Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga
Mengapa olahraga dijadikan sebagai indikator pembangunan sosial
budaya? Olahraga berkaitan dengan kesehatan/gaya hidup sehat. Gaya
hidup sehat ini akan mengurangi resiko terkena penyakit, dan jika begitu
mempengaruhi kesehatan seseorang, dan semakin banyak orang sehat maka
angka harapan hidup menjadi tinggi. Jika orang sehat maka kemungkinan
tersedianya untuk SDM yang produktif, dan SDM produktif berarti akan
mempegaruhi kesejahteraan seseorang atau masyarakat umumnya. Jika
kesejahteraan tercapai oleh masyarakat maka akan meningkatkan
pembangunan sosial. Masyarakat sehat negara kuat.
Adapun paritispasi masyarakat di bidang olahraga dapat dilihat dari
beberapa pandangan:
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
57
1. Apa yang disebut dengan bentuk partisipasi masyarakat di bidang
olahraga?
2. Bagimana luas jangkauannya partisipasi masyarakat di bidang
olahraga
3. Mengapa mereka berpartisipasi
Partisipasi masyarakat di bidang olahraga adalah keikutsertaan
masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung yang terkait dengan
usaha, upaya berkegiatan, menunjang di bidang keolahragaan. Tindakan
nyata ikut ambil bagian, dapat berupa pimpinan salah satu organisasi di
bidang olahraga, anggota organisasi keolahragaan, pendukung, penggemar,
praktisi dan pengamat di bidang olahraga, sedang melakukan,
melaksanakan, menyelenggarakan atau pelaku usaha di bidang pendidikan
atau sekolah olahraga, atlit atau pelaku olahraga, partisipan atau karena hobi
berolahraga, dan sebagainya.
Persoalan kemudian adakah hubungan antara berbagai komponen
aktivitas olahraga masyarakat dengan menempatkan pada posisi hirarkis atas
luasnya partisipan di bidang olahraga.
Bagan 1
Tingkat Partisipasi Masyarakat di Bidang Olahraga
1. Menduduki jabatan secara administratif di organisasi keolahragaan
2. Anggota aktif di salah satu cabang organisasi olahraga 3. Keangotaan pasif di salah satu cabang olahraga 4. Penulis Rubrik Olahraga 5. Pengamat dan Praktisi Olahraga 6. Usaha/Bisnis Olahraga (Toko) 7. Usaha dan Bisnis Olahraga (Pendidikan dan Pelatihan)
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
58
8. Penggemar olahraga (rutinitas olahraga kelompok/komunitas
9. Penggemar Olahraga (rutinitas olahraga pribadi) 10. Pelatih untuk cabang olahraga tertentu 11. Atlit Olahragawan
Pada bagan di atas terlihat partisipasi masyarakat olahraga dalam
menunjang pembangunan di bidang olahraga. Secara hirarkis bagan di atas
sudah menunjukkan keterlibatan aktif dan pasifnya tingkat partisipatif.
Namun demikian, bagan di atas tidak serta merta menunjukkan realitas
yang sebenarnya. Pada berbagai tingkatan partisipatifnya tentu berbeda-beda
dalam pelaksanaannya, termasuk jika posisi paling atas tidak bekerja
sebagaimana mestinya, maka dapat mempengaruhi aspek hirarkis lain
dibawahnya, terutama atlit olahragawan. Sungguhpun yang lain walau
dalam posisi di atas atau di bagian tengah hirarkis, tetapi aktivitas lebih
banyak, ketika melakukan penelitian, penulisan, pengamatan di bidang
olahraga. Di tingkat hirarkis bawah, pada keterlibatan individual tidak
terpengaruh jika hirarkis di atasnya goyah atau terjadi konflik. Hal itu
ditandai dengan kesadaran masyarakat kota untuk berolahraga.
Di kota Manado sendiri aktivitas olahraga justru terjadi dengan
kesadaran sendiri. Di pagi dan sore hari, terlihat aktivitas rutin pemuda dan
orang tua lanjut usia melakukan olahraga seperti di lapangan Koni,
Lapangan Tikala, seputaran Mall sepanjang boulevard atau di tempat lainnya
yang dirasa cocok. Kemudian di hari-hari khusus yang sudah ditetapkan,
sejumlah organisasi keolahragaan melakukan rutinitas latihan, terutama
cabang-cabang olahraga yang membutuhkan banyak tenaga, yang biasanya
latihannya di sore hingga menjelang malam hari. Olahraga dimaksud, seperti
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
59
dalam gimnastik, olahraga seni beladiri: karate, yudo, kempo, silat dan senam-
senam lainnya.
Tabel 8 Cabang Olahraga dan Jumlah Club Olahraga
NO CABANG OLAHRAGA JUMLAH CLUB
1 Sepak Bola 30
2 Bola Volley 24
3 Bulutangkis 16
4 Tinju 8
5 Bridge 10
6 Karate 14
7 Silat 19
8 Taekwondo 17
9 Tenis Meja 10
10 Tenis Lapangan 12
11 Sof Ball 4
12 Wushu 2
13 Catur 8
14 Menembak 4
15 Kempo 3
16 Renang 1
17 Panjat Tebing 9
Jumlah 191
Sumber: Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMD Kota Manado, 2012
Disadari memang, beberapa tahun terakhir ini, aktivitas olahraga
terkesan menurun karena kurangnya fasilitas dan fasilitasi olahraga.
Fasilitasi kaitannya dengan ruang yang diberikan pemerintah atau pun
swasta lainnya dalam menggelar iven-iven olahraga. Fasilitas kaitannya
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
60
dengan infrastruktur yang sifatnya fisik, seperti tersedianya lapangan
olahraga yang memadai, jumlah alat olahraga yang digunakan, pelatih dan
minat masyarakat. Minat kaitannya dengan cabang-cabang olahraga yang
dipertandingkan secara nasional maupun internasional, seperti di Pekan
Olahraga Nasional (PON) atau Sea Games, dan lainnya. Kalau untuk olahraga
pada umumnya animo masyarakat cukup tinggi yang kasat mata dapat
dilihat ketika menjelang sore hari di banyak tempat. Di beberapa kelurahan
yang memiliki lapangan sepak bola, sejumlah aktivitas olahraga rakyat
kebanyakan banyak dilakukan, selain untuk tujuan olahraga kesehatan,
lainnya untuk hiburan dan rekreasi.
Banyak faktor yang menyebabkan kemandekan cabang-cabang
olahraga tertentu yang awalnya, dulu menjadi kebanggaan daerah, seperti di
cabang olahraga berkuda, cabang olahraga sepakbola (club persma, panther
Manado, Taji Wenang, dll); kemudian cabang bridge, bulutangkis, catur,
menembak, anggar, atletik dan apalagi tinju. Kemandekan itu disebabkan
antara lain:
1. Pendanaan, sarana dan prasarana
2. Kurangnya iven / kegiatan olahraga
3. Sponsorship
4. Minat dan spirit di bidang olahraga menurun
5. Belum menjanjikan sebagai suatu profesi di masa depan
6. Kurangnya pembinaan dan perekrutan atlit
7. Management pengelolaan sumberdaya dan organisasi yang kurang
8. Tingkat profesionalitas yang masih rendah
9. Zaman yang berbuah dan berkembang dengan banyak pilihan hobi
yang lebih modern, dan
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
61
10. Faktor lainnya
Untuk perbandingan sejumlah permasalahan kaitannya dengan
perkembangan olahraga di kota Manado, berikut laporan kegiatan Liga
Pelajar putaran pertama di tahun 2013.
a. Latar Belakang Kegiatan Liga Pelajar
Dalam sistim pembinaan olahraga, sebelumnya pembinaan akrab
dengan sistim pembinaan piramidal yang banyak dianut oleh berbagai
organisasi cabang olahraga di tanah air. Namun hingga saat ini, sistim yang
menekankan pada tiga tahapan penting dalam pembinan prestasi yakni,
pemasssalan, pembibitan dan peningkatan prestasi ini, belum mampu
dijabarkan dengan berdaya guna dan berhasil guna.
Kota Manado sebagai ibukota propinsi yang sekaligus menjadi
barometer pembinaan olahraga di Sulawesi Utara, juga mengalami stagnasi
pembinaan prestasi olahraga yang berkepanjangan. Hal itu disebabkan ada
mata rantai sistim pembinaan yang hilang; yakni pada tahap pemassalan
yang dilaksanakan oleh beberapa cabang olahraga, seolah-olah berdiri
sendiri dan lebih bersifat seremonial belaka. Demikian pula dengan tahap
pembibitan yang lebih banyak menitikberatkan pada aspek prestasi sesaat
dan bukannya pada;
1). Penggalian potensi dasar fisik (kebutuhan anthropometrik, fisik,
psikis, riwayat medik, dst).
2). Potensi psikis (minat dan bakat).
3). Faktor sosial (orang tua dan lingkungan).
Lebih dari pada itu, pada tahap peningkatan prestasi banyak kali
dilupakan tiga hal pokok yakni
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
62
1). faktor kondisional pelatihan (pelatih, fasilitas/instrumen dan alat
penunjang, bantuan medis, dll)
2). Penyelenggaraan kompetisi (teratur, terarah dan kontinyu)
3). pemberian apresiasi dalam bentuk dan cara yang tepat.
Cabang olahraga yang bericiri individu seperti, atletik, bulutangkis,
tenis lapangan, pencaksilat dan bridge adalah cabang olahraga yang memiliki
komponen gerak bervariasi, komponen kondisi fisik penunjang yang banyak
dan organisasi kompetisi yang tidak sederhana, oleh karena itu bukanlah
suatu hal yang mudah untuk membentuk ataupun melahirkan seorang atlit
yang handal, mengingat potensi sumber daya manusia dan dana seringkali
menjadi kendala utama.
Namun di era kompetisi yang serba ketat ini, tidak ada pilihan lain
bagi kita yang peduli dengan prestasi olahraga di Kota Manado, selain
dengan jalan men”set-up” para pelajar Kota Manado yang memiliki potensi
di beberapa cabang olahraga melalui suatu model pembinaan prestasi
olahraga yang tepat-guna; yakni Liga Pelajar Kota Manado.
b. Dasar Pelaksanaan.
Dasar pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado untuk cabang olahraga atletik,
bulutangkis, dan pencak silat adalah :
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keoahragaan
Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
63
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tentang Penyelenggaraan Pekan
dan Kejuaraan Olahraga.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18, tentang Pendanaan
Keolahragaan.
6. Surat Keputusan Bapak Walikota Manado Nomor
13/KEP/D.02/PORA/2013 tentang Pembentukan Pelaksana Liga
Pelajar Kota Maado
c. Tujuan Pelaksanaan.
Tujuan pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado adalah :
1. Menjaring calon atlit dan pelatih yang memiliki potensi dicabang
olahraga atletik, bulutangkis, tenis lapangan, pencak silat dan
bridge; diantara Pelajar dan Guru Pendidikan Jasmani (Guru
Olahraga) di Kota Manado.
2. Membentuk klub sekolah untuk cabang olahraga atletik,
bulutangkis, dan pencak silat, di Kota Manado.
3. Menyelenggarakan model pembinaan secara terpadu dan
berkesinambungan mulai dari tahapan pemassalan, pembibitan
dan peningkatan prestasi untuk cabang olahraga atletik,
bulutangkis, dan pencak silat.
4. Menyelenggarakan kompetisi dalam bentuk sirkuit dengan system
kompetisi penuh untuk cabang olahraga atletik, bulutangkis, dan
pencak silat.
d. Sasaran
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
64
Sasaran pelaksanaan Liga Peajar Kota Manado adalah seluruh pelajar
kelas 4 (empat) dan 5 (lima) Sekolah Dasar dan kelas 7 (tujuh) Sekolah
Menengah Pertama.
e. Bentuk Kegiatan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Liga Pelajar Kota Manado untuk cabang olahraga :
No Cabang Olahraga Nomor/Jenis Lomba Ket
1 Atletik Lari 60 m Pa/Pi
2 Bulutangkis Beregu Putra dan Putri Pa/Pi
3 Pencak Silat
Tunggal baku Putra dan Putri
Pa/Pi
4 Bridge
5 Tenis Lapangan
f. Tahapan Pelaksanaan dan Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan.
1. Koordinasi antar institusi terkait.
(telah dilaksanakan pada bulan September- Desember 2012)
2. Sosialisasi dan pembentukan Badan Liga Pelajar Kota Manado.
(telah dilaksanakan pada Januari 2013)
3. “Training Camp” untuk guru penjasorkes dan pelajar Kota
Manado,untuk masing-masing cabang olahraga, sekaligus
pemanduan minat dan bakat. Dimana masing-masing sekolah
mengutus 1 (satu) orangg Guru Penjas dan 8 orang pelajar putra
dan putri. (telah dilaksanakn pada bulan Pebruari-Maret 2013 dan
diikuti oleh 96 Sekolah Dasar dan 16 Sekolah Menegah Pertama)
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
65
4. Pembinaan dan Pelatihan di masing-masing sekolah, pendataan
sarana- prasarana kompetisi, penyusunan jadwal kompetisi. (telah
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013
5. Pertemuan Teknis untuk 3 (tiga) cabang olahraga (telah
dilaksanakan pada 27 April 2013, diikuti oleh 86 sekolah)
6. Pelaksanaan Liga Pelajar untuk cabang olahraga atletik,
bulutangkis, dan pencak silat dengan sistim”Home & Away”,
monitoring, evaluasi dan promosi. ( telah dilaksanakan sejak
tanggal 4 Mei 2013 dan berkhir pada 6 Juli 2013)..
g. Jumlah Peserta Masing-Masing Cabang Olahraga. Tingkat Sekolah Dasar :
NO CABANG
OLAHRAGA JUMLAH
KLUB/SEKOLAH
JUMLAH ATLIT
PUTRA PUTRI
1 ATLETIK 20 80 80
2 B. TANGKIS 27 108 108
3 P. SILAT 10 45 16
TOTAL 64 233 204
Tingkat Sekolah Menengah Pertama:
NO CABANG
OLAHRAGA JUMLAH
KLUB/SEKOLAH
JUMLAH ATLIT
PUTRA PUTRI
1 ATLETIK 5 20 20
2 B. TANGKIS 11 22 20
3 P. SILAT 7 9 17
TOTAL 23 51 57
h. Dampak Pelaksanaan.
Dampak Langsung Pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado, adalah :
1. Terbentuknya klub sekolah yang dinamis dan terkontrol.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
66
2. Terselenggaranya kegiatan ekstra kurikuler yang terencana, terarah
dan berkesinambungan.
3. Terciptanya wadah pembinaan sekaligus wadah penyaluran minat
dan bakat olahraga dari para pelajar se Kota Manado.
4. Terbinanya cabang olahraga secara berjenjang dan komprehensif
dari segi pelatihan hingga kompetisi.
5. Terjaringnya calon atlit potensial melalui kompetisi yang “fair”
dan berkesinambungan yang bermuara pada Olimpiade Olahraga
Siswa Nasional (O2SN) dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional
(POPNAS).
Dampak tidak langsung dari kegiatan liga pelajar Kota Manado
adalah,
1. Pelatihan olahraga dan kompetisi jangka panjang menjadi saluran
hasrat beraktifitas para pelajar, yang dipercaya dapat menekan
angka kenakalan dikalangan pelajar.
2. Pengisian waktu luang dengan kegiatan yang positif dan terarah,
akan mempersempit peluang bagi para pelajar untuk melakukan
kegiatan yang kontra produktif.
3. Tercipta hubungan emosional diantara pelajar secara intra dan
antar sekolah.
4. Terbangun usaha aktualisasi diri dan pengenalan potensi diri sejak
usia muda.
5. Terbina sikap sportif, kerjasama, tenggang-rasa, taat aturan dan
jiwa kompetitif; sejak usia muda.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
67
Dampak Ikutan dari pelaksanaan Liga Pelajar Kota Manado adalah,
pelaksanaan kompetisi Liga Pelajar memberi nuansa baru bagi para peserta
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dalam berkompetisi. Hal
tersebut diindikasikan dengan terpilihnya beberapa orang pelajar Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama pada cabang olahraga atletik, bulu
tangkis dan tenis lapangan yang terpilih dan diikutsertakan pada Olimpiade
Olahraga Siswa Nasional, mewakili Sulawesi Utara.
i. Permasalahan
Rancangan pembinaan komprehensif, berjenjang dan
berkessinambungan ini, masih memiliki beberapa kelemahan yakni:
- Sumber daya manusia pelaksana dalam hal ini, wasit, tenaga
pelaksanna dan pengawas pertandingan masih sangat kurang baik
dari segi kualitas dan kuantiitas, untuk kelima cabang olahraga
yang dipertandingan/diperlombakan.
- Peralatan/perlengkapan perlombaan dan pertandingan masih
terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas.
- Sesuai rencana semula, semua pertandingan/perlombaan akan
dilaksanakan di masing-masing sekolah peserta, namun karena
kondisi yang belum memungkinkan hal tersebut belum terpenuhi.
- Sumber dana dari pihak sponsor yang telah disepakati
sebelumnya, tidak terealisasi sebagaimana penjelasan dari pihak
event organizer
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
68
BAB V.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan di dalam bab-bab sebelumnya
mengenai indikator sosial budaya kota Manado disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, indikator sama dengan tanda atau penunjuk. Indikator
diartikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau
dapat memberikan informasi/keterangan. Indikator sosial budaya kaitannya
dengan variable atau faktor-faktor sosial budaya yang menentukan, menjadi
petunjuk atau dapat memberikan informasi, baik dalam bentuk
keterangan/data dalam bentuk angka-angka (statistic) maupun dalam
bentuk keterangan, penjelasan, gambaran, deskripsi kritis terhadap sesuatu
atau sejumlah permasalahan. Bentuk-bentuk indicator itu dapat dibagi atas
indicator sosial dan indicator budaya atau juga digabung keduannya.
Indikator sosial antara lain: kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, kemiskinan, organisasi lingkungan sosial, media, dan
partisipasi masyarakat di bidang olahraga. Ada juga yang memasukannnya
dengan sub-struktur indikator sosial, seperti infrastruktur kota (termasuk
infrastruktur pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial dan lainnya); sub-
struktur kesehatan dan kemiskinan terkait dengan penanggulan masyarakat
miskin, kualitas pendidikan dan SDM pengelola kesehatan; sub-struktur
lingkungan sosial budaya, terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan
beragama, perlindungan dan kesejahteraan sosial. Selanjutnya indicator
budaya antara lain: sistem nilai dalam masyarakat, lembaga atau organisasi
kebudayaan termasuk keberdayaan organisasi dan kelembagaannya dan
keberdayaan sumberdaya manusia yang terlibat didalam proses indikator
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
69
tersebut. Sub-struktur indikator budaya termasuk pembangunan
kependudukan (SDM) dan pembinaan kepemudaan serta berbagai kegiatan
olahraga, termasuk didalamnya soal keagamaan, ketertiban dan keamanan.
Kedua, Indikator sosial budaya termasuk indikator pembangunan
menjadi instrument atau alat ukur kemajuan dalam proses pembangunan
untuk membuat kebijakan yang lebih baik dan perkembangan dalam
monitoring pelaksanaan pembangunan dalam hal: Mengidentifikasi dampak
dari pelaksanaan kebijakan yang telah dilakukan; Mengidentifikasi aktor dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi pembangunan sosial
budaya; Mengungkap berbagai hal dalam proses pembangunan yang masih
perlu dibenahi; Memberikan peringatan dini akan adanya potensi
pelanggaran dan mendorong adanya tindakan pencegahan; Meningkatkan
konsensus sosial budaya dalam usaha mengatasi berbagai kesulitan yang
sementara dihadapi dalam proses pembangunan; Memberikan issu-issu
penting berbagai persoalan/masalah yang diabaikan, dikesampingkan,
belum ditangani secara serius atau disembunyikan. Apabila ternyata aspek-
aspek temuan melalui kajian indikator sosial budaya ini tidak diperhatikan
atau ditindaklanjuti untuk berbagai persoalan krusial, maka akan ada banyak
kesulitan dengan berbagai perubahan dalam proses pembangunan kota
Manado, dan perubahn-perubahan yang begitu cepat ini tanpa kesadaran
sosial budaya akan sulit mencapai target Manado sebagai kota yang
menyenangkan di tahun 2015.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
70
DAFTAR PUSTAKA Dokumen (Naskah Ketikan)
- Analisis Pengangguran Terdidik Kota Manado, tahun 2012. Kerjasama Bapedda Kota Manado dan BPS Kota Manado.
- Kajian Perumusan Kebijakan Tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Manado, tahun 2012. Kerjasama Bapdedda Manado dan BPS Kota Manado
- Laporan Olahraga Liga Pelajar, Januari 2013. - Laporan Pendataan Keagamaan Kristen Kantor Kementerian
Agama Kota Manado tahun 2012. Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen.
- Laporan Pemutakhiran Data Rumah Ibadah Katolik. Bimas Katolik
Manado. 2012.
- Manado dalam Angka, tahun 2012. Badan Pusat Statistik Kota Manado.
- Pemerintah Kota Manado: Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Manado. Tahun 2010-2015. Bapedda Tahun 2011.
- Pemerintah Kota Manado: Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan
RPJMD Kota Manado Tahun 2010-2015. Manado: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Manado, tahun 2012.
- Statistik Daerah Kota Manado, Tahun 2012. Badan Pusat Statistik
Kota Manado Buku
- Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia, Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa. (Edisi Revisi). Jakarta: Prenada Media.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
71
- Burton, Graeme. 2008. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.
- Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvone S. 2009. Handbook of
Qualitative Research. (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
- Kasiyan. 2008. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan Dalam Iklan.
(Kata Pengantar St. Sunardi). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
- Keith, Tester. 2003. Media, Budaya dan Moralitas. (Terj. Muh. Syukri). Yogyakarta: Kerjasama Juxtapose dan Kreasi Wacana.
- Makello, Ilham Daeng. 2010. Kota Seribu Gereja, Dinamika Keagamaan
dan Penggunaan Ruang di Kota Manado. Yogyakarta: Ombak. - Mursito, BM. 2006. Memahami Institusi Media. Jateng: Lindu
Pustaka. - Ritzer dan Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern,
(Terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. - Sardar, Ziauddin dan van Loon, Borin. 2005. Seri Mengenal dan
Memahami Cultural Studies. (Terj). Batam Centre: Scientific Press. - Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan,
Surabaya: Citra Wacana. - Tim Penyusun, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- Wibowo, Fred. 2007. Kebudayaan Menggugat: Menuntut Perubahan
atas Sikap, Perilaku, Serta Sistem yang Tidak Berkebudayaan.
Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Indikator Sosial Budaya Kota Manado
72