Konvergensi industri media dan hak publik

Post on 28-Nov-2014

1.166 views 2 download

description

Presentasi Mustaba Hamdi dari MediaLink "Konvergensi industri media dan hak publik"

Transcript of Konvergensi industri media dan hak publik

Konvergensi Industri Media dan Hak Publik

Mujtaba HamdiPerkumpulan MediaLink

27.12.2011

Konvergensi = Takdir?

● Takdir? Entah. Mungkin. Tapi yang jauh penting adalah, bagaimana kita mengambil keputusan mengenai arahnya: menguntungkan kita semua, warnanegara Indonesia keseluruhan, rakyat semua, atau menguntungkan hanya bagi segelintir orang?

Konvergensi Industri

● Konvergensi media bukan sekadar konvergensi teknologi (tek informasi, telekomunikasi + penyiaran). Tapi konvergensi media juga terkait konvergensi kepemilikan usaha.

● Di ranah penyiaran, konvergensi kepemilikan sudah terjadi, akan terus jadi tren jika tak dikontrol.

● MNC= 3 stasiun. VMA= 2 stasiun. TransCorp= 2 stasiun. Emtek= 2 stasiun.

Lanj..

● Setiap stasiun induk jaringan memiliki puluhan stasiun pemancar lokal.

● RCTI: 49. TPI: 28. GlobalTV: 20. Total MNC: 97.

● ANTV: 23. TVOne: 26. Total VMA: 49.● TransTV: 30. Trans7: 27. Total

TransCorp: 57. ● SCTV: 47. Indosiar: 40. Total Emtek: 87.●

Lanj..

● Di era konvergensi, tren kepemilikan meluas.

● Mengontrol keseluruhan rantai pasokan (supply chain)= konten, packaging, distribusi. Menguasai dan memiliki berbagai platform.

● Distribusi multiplatform: video → laptop + mobile. Cetak → komputer + mobile. Audio → komputer + mobile.

Lanj..

● Konsentrasi kepemilikan pada berbagai jalur distribusi multiplatform.

● MNC: 3 TV + jaringan radio SindoRadio + online Okezone + cetak Seputar Indonesia. Rantai pasokan hulu: berbagai PH + SindoTV.

● Emtek: 2 TV + O'Channel + jaringan Radio Elshinta + TV. Rantai pasokan hulu: PH.

● TransCorp: 2 TV + pembelian portal online detik.com (600 M, Juli 2011).

Dampak Publik

● Dampak konsentrasi kepemilikan pada publik?

Satu, publik hanya menjadi penonton saja atas pertarungan opini antar satu media dan media lainnya; refleksi pertarungan antar para pemiliknya.

● Dua, publik dihitung sebagai konsumen saja; bukan sebagai warga negara yang memiliki hak atas informasi dan komunikasi. Yang menjadi sesembahan itu rating.

Negara?

● RUU Konvergensi justru lebih memberi jalan korporasi untuk semakin mengkomoditaskan informasi, ketimbang melindungi kepentingan dan hak warga negara atas informasi.

● "informatika sebagai komoditas", "pembukaan pasar", dst.

● Pasal 30: "Setiap Penyelenggara Telematika dapat melakukan penggabungan, peleburan atau pengambilalihan usaha dengan Penyelenggara Telematika lainnya."

Negara?

● Upaya legalisasi juga lewat draft revisi UU Penyiaran.

● Pasal-pasal pembelaan terhadap korporasi sangat kentara; penyiaran publik dan penyiaran komunitas kian tak diberi ruang.

● Pindah tangan frekuensi jadi sah; lewat jualbeli saham.

Negara?

● RUU Konvergensi juga makin lemahkan hak warga di hadapan korporasi.

● Pasal 11: "Penyelenggaran Telematika dapat memanfaatkan atau melintasi tanah dan/atau bangunan milik perseorangan atau badan hukum untuk tujuan pembangunan, pengoperasian, dan/atau pemeliharaan fasilitas jaringan telematika."

● Tak ada hak gugat, hanya “kewajaran harga”. Picu konflik agraria.

● Kembali: konvergensi takdir? Kita yang putuskan arah: untuk kepentingan publik secara merata atau untuk kepentingan segelintir pemodal?

● Termasuk dampak ke jurnalis dan pekerja kreatif. Beban kerja berlipat, gaji satu.

● Multiplatform. Cetak + online + audio + video. Jurnalis tulis bawa kamera juga.

● Copyright ada di perusahaan, bukan jurnalis.

Desakan● Regulasi konvergensi media harus

mempertimbangkan kepentingan publik dan kepentingan profesional, tidak hanya kepentingan korporat.

● Ruang yang setara dan seimbang harus juga diberikan kepada lembaga penyiaran publik dan lembaga penyiaran komunitas.

● Regulasi mendesak bukan untuk konglomerasi melainkan utk melindungi kepentingan publik. Rombak total.

Terima Kasih