Post on 02-Dec-2015
description
MAKALAH PRIBADI
MODUL 2 BLOK 1
KOMUNIKASI DAN EMPATI
Filzah Atikah binti Johamin
ryeeika@gmail.com
102012491
Kelompok D2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, No 6 , Jakarta 11510
PENDAHULUAN
Pada masa kini, bidang kedokteran menjadi semakin berkembang pesat dan bertambah maju,
banyak teknik-teknik perawatan dan pengobatan yang baru ditemui. Namun hakikatnya pasien
masih, lebih dan sangah membutuhkan sentuhan-sentuhan manusiawi. Pasien lebih suka
keluhannya didengar dan ditanggapi dari hanya ditemani dirawat dan diobat tanpa ada bicara.
Seorang dokter itu sepatutnya sangat butuh teknik-teknik untuk berkomunikasi dengan pasien,
bukan hanya sewaktu proses anamnesis tetapi juga sewaktu proses perawatan dan pengobatan
pasien. Komunikasi efektif sangat penting dan dibutuhkan terutamanya ketika dokter
mewawancara pasien sewaktu anamnesis agan bukan sahaja bisa mengerti tanda-tanda verbal
pasoen tetapi juga tanda-tanda non verbal yang kadang-kadasng lebih memberi informasi yang
banyak buat dokter. Dokter juga butuh komunikasi yang efektif saat berkomunikasi dengan
pasien ketika mereka dirtawat dan diberi obat agar dokter juga bisa mampu berhubung dengan
emosi pasien dan bisa berempati dengan pasien.
ISU PEMBAHASAN
1. KOMUNIKASI
Dalam Bahasa Latin, komunikasi disebut communist dan dalam Bahasa Inggeris commom.
Komunikasi ialah proses menyampaikan informasi, pesan atau idea dari saru pihak ke satu pihak
yang lain. Umumnya komunikasi berlaku melalui lisan (bicara) tapi terdapat juga komunikasi
melalui bahasa isyarat dan tulisan. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila ada kesamaan antara
penyampai dengan penerima pesan.
Tedapat dua tipe komunikasi iaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Kedua-dua
tipe komunikasi ini berkaitan dan saling berhubungan sesama sendiri. Contohnya, semasa
individu berbicara(verbal), pesan atau perasaan yang ingin disampaikan tidak hanya melalui
kata-kata tetapi juga diekspresikan melalui ekspresi dan riak wajah, melalui gerakan-gerakan
anggota tubuh serta penampilan individu tersebut umumnya.
1.1 KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal disampaikan atau diluahkan melalui kata-kata yang diucaphan. Ia bisa
disuarakan melalui lisan ataupun melalui tulisan. Aspek ini dipengaruhi oleh kualitas
suara(jeras/tidak), pace(kecepatan pertuturan) dan juga intonasi(tinggi/rendah) suara. Selain itu
sifat kata juga memainkan peran contohnya kata-kata yang tajam,lembut,ancaman mahupun
penuh kasih sayang atau sebagainya. Kata-kata mampu memberi gambaran sebenar realitas yang
sedang berlaku.
Sebagai contoh, pasien yang mengalami penyakit diabetes mellitus yang kritis yang tidak mahu
menanggapi nasehat dokter,tidak mahu makan obat,tidak menjaga pola kesehatannya dan tetap
mahu merokok bisa dimanipulasiakan sehingga akhirnya dia bisa mengikuti semua nasehat
dokter dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dan bisa menggambarkan keadaannya.
Seseorang juga dapat belajar tentang bagaimana mengubah persepsi dan berkomunikasi secara
efektif. 1
1.2 KOMUNIKASI NON VERBAL
Komunikasi non verbal diluahkan dan disampaikan tanpa menggunakan kata-kata(non lisan). Ia
disuarakan melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, pakaian, gaya rambut, gaya
tulisan, symbol dan paralinguistik(kualitas suara, emosi, gaya bicara, ritme bicara dan intonasi).
Perlakuan non erbal seperti senyuman,bersalaman, sentuhan dan gerak tubuh bisa menunjukkan
keramahan dan sifat kasih sayang dokter lantas membuatkan pasien merasa hangat, ditanggapi,
dihargai dan juga bisa merasa selamat. Prilaku ini dapat meningkatkan komunikasi yang berlaku
antara pasien dan dokter serta bisa membantu dalam proses anamnesis, perawatan dan
pengobatan.
Dalam aktifitas seharian, komunikasi non vervbal lebih mendominasi komuinikasi verbal kerana
non verbal bisa menekankan, membenarkan dan memberi kepastian serta mengukuhkan lagi
kata-kata yang diungkapkan sehingga bisa menguatkan lagi keyakinan orang yang menerima
pesan. Sebagai contoh sewaktu menyampaikan berita sedih, ekspresi wajah orang yang
menyampaikan pesan akan meyakinkan lagi penerima pesan bahwa berita itu sememangnya
bener-bener terjadi sehingga ekspresi wajahnya bisa menjadi sedih sekali.
1.3 KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN
Terdapat beberapa rintangan dalam mencapai komunikasi efektif dokter-pasien antaranya:
1. Dokter yang pasif/dominant
2. Perasaan tidak nyaman dari dokter
3. Dokter memberi kepastian palsu kepada pasien
4. Penyingkapan kisah diri pasien yang berlebihan
5. Pertanyaan dokter bersifat interogatif
6. Dokter melakukan konfrontasi sebelum memperlihatkan dan menunjukkan empati
Tetapi, rintangan-rintangan ini harus diatasi untuk mencapai tujuan komunikasi. Tujuan
komunikasi efektif dokter-pasien adalah:
1. Menanyakan riwayat penyakit pasien dan keluarga pasien
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya(bila perlu da nada ijin)tentang status
kesehatan pasien
3. Memberikan masukan, perencanaan pengobatan kepada pasien dan keluarganya.
Komunikasi efektif dokter-pasien memberi banyak manfaat antaranya:
1. Mampu melakukan anamnesis dengan baik agar bisa memperoleh informasi agar
diagnosis dan prognosis dapat dilakukan dengan tepat.
2. Mengurangkan dan mencegah risiko malpraktek.
3. Meningkatkan kesehatan, fungsi dan status emosional pasien
4. Meningkatkan kepuasan pasien dan dokter
Komunikasi yang efektif bisa terjadi apabila wujudnya komunikasi dua arah antara dokter-
pasien. Dokter bisa berbicara dan mendengar keluhan pasien manakala pasien juga bisa
mendengar dan menyampaikan keluhan ke dokter. pasien akan merasa ditanggapi dan dihargai
apabila dia didengar, diberi perhatian dan diberi kata-kata nasehat. Dokter harus bisa membuat
pasien merasa dipeduli agar kekhawatiran dan ketakutan pasien berkurangan.4 Dengan itu, pasien
akan bisa lebih terbuka dan hambatan dalam menjalankan komunikasi efektif dokter pasien bisa
dikurangkan. Komunikasi bisa lancar.
Bahasa penerimaan yang digunakan harus dapatd\ diterima apa adanya oleh kedua-dua dokter
dan pasien. Oleh itu dokter seharusnya menggunakan bahasa yang mudah dan menggantikan
istilah-istilah kedokteran dengan istilah yang lebih gampang difahami pasien agar pesan yang
disampaikan sampai kepada pasien dan pasien bisa tahu kondisi kesehatannya dan rawatan serta
obat yang harus dijalaninya.
Dokter juga harus berusaha menjadi pendengar yang aktif. Tanggapi setiap kata-kata yang
dibicarakan pasien agar dia bisa melanjutkan keluhannya. Dokter menunjukkan kepada pasien
bahwa konsentrasi sepenuhnya diberikan oleh dokter sewaktu pasien tersebut berbicara dan
sesekali menganggukkan kepala atau komentar pendek. Tanyakan kejelasan dan minta
konfirmasi ke pasien apabila dokter tidak memahami bicara pasien. Pendengar aktif berusaha
mengetahui dan memahami pemikiran, perasaan serta keinginan pembicara. Jadi, dokter yang
aktif mendengar sambil memberi perhatian sewaktu pasien berbicara, dia juga turut membuat
tanggapan bijak, melakukan kesimpulan berdasarkan keluhan-keluhan pasien serta tahu pokok
masalah pasien.
Komunikasi antara dewasa dan dewasa juga bisa mewujudkan komunikasi efektif.ini kerana,
orang yang berkomunikasi akan saling menghargai antara satu sama lain. Komunikasi ini tidak
mengatur saja dan tidak juga secara otoriter.kedua pihak akan berdiskusi dengan matang.
Wawancara efektif juga bisa melahirkan komunikasi efektif. Wawancara efektif bisa menjadi
cara untuk mendapatkan informasi dan data daripada pasien. Dokter juga akan lebih mudah
menyampaikan informasi dan terapi(psikoterapi) kepada pasien. Menurut Othmer & Othmer,
wawancara yang efektif dapat membina rapport (saling menghargai), mampu menilai status
mental seseorang dengan menggunakan teknik khusus serta mampu menegakkan diagnosis.
1.4 FAKTOR MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN
Lingkungan sosial (keluarga,teman-teman)
Keadaan ekonomi
Tingkat pendidikan
1.5 EMPATI
Empati adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri
seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan, perilaku
serata kondisi fisik dan mental orang tersebut. Sikap empati mendidik kita menerima orang lain
apa adanya atas dasar kasih sayang(agape) tanpa pamrih. Empati juga tidak mencampur baurkan
nilai-nilai dan selera orang yang berempati dan orang yang diempati atau bereaksi secara
emosional apabila nilai- nilai orang yang berempati berbeda dengan nilai-nilai orang yang
diempati. Jadi berempati juga berarti jtidak bersikap menghakimi, baik dalam artikata
menyalahkan, membenarkan, menyetujui, atau tidak menyetujui perbuatan seseorang.
Empati bersifat manusiawi. manusiawi adalah menerima orang lain apa adanya dan menghargai
nilai-nilai dan perbedaan pendapat. Tidak boleh memaksa ikut kehendak, tidak menghakimi dan
tidak bersikap apriori(berprasangka) serta menrima kelebihan dan kekurangan orang lain.
Empati memerlukan upaya dan kemampuan seperti yang pertama kemampuan kognitif,yaitu
mengerti kebutuhan pasien. Misalnya, jika pasien merasa sakit, dokter akan melakukan tindakan
medis ke atas pasien sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut. Perbuatan dokter tersebut
menunjukkan empati kemampuan kognitif.3 Kemampuan efektif iaitu peka dengan perasaan
pasien serta kemampuan perilaku iaitu kemampuan untuk memperlihatkan atau menyampaikan
empati kepada pasien.
Terdapat beberapa enam level empati dalam konteks komunikasi dokter-pasien iaitu:
1. Level 0 : dokter menolak sudut pandang pasien
2. Level 1 : dokter mengenal secara sambil lalu
3. Level 2 : dokter mengenal pasien secara dari sudut implisit
4. Level 3 : dokter menghargai pendapat pasien
5. Level 4 : dokter mengkonfirmasi kepada pasien
6. Level 5 : dokter berbagi perasaan dan pengalaman
Level 3-5 : pengenalan dokter ke atas sudut pandang pasien terhadap penyakitnya adalah secara
eksplisit.
Keterampilan empati bukan hanya sekadar berbasa-basi atau bermanis mulut dengan pasien
tetapi juga ia adalah untuk melakukan pendengaran aktif terhadap keluhan-keluhan pasien agar
dokter bisa memberikan respon sesuai dengan kebutuhan dan keperlian pasien. Empati juga
sebagai salah satu cara untuk membantu dan memberikan pertolongan kepada pasien. Empati
juga merupakan pendekatan ‘sakit’ bukan ‘penyakit’.
Pendekatan berdasarkan sakit adalah komunikasi berdasarkan keluhan, penderitaan,
kekhawatiran pendapat pasien dan harapan pasien dari penyakitnya dan merupakan kominikasi
dari sudut pandang pasien. Pendakatan penyakit adalah berdasarkan kepentingan dokter untuk
diagnosis, cari tanda dan gejala.
1.6 ANALISA TRANSAKSIONIL
Teori analisa transaksionil ini diperkenalkan oleh Eric Berne pada tahun 1961. Proses analisa
transaksionil ini adalah komunikasi dalam hubungan sosial amtara dua atau lebih individu
berbeda terdapat empat macam bentuk interaksi yang dapat dianalisis.
1. Struktural analisis
Analisa kepribadian seseorang berdasarkan perasaan yang terkait dengan pengalaman
masa lalu
2. Transaksional analisis
Analisis tentang hubungan antara personaliti dan ego. Menentukan ego yang dominant
yang sedang berlangsung (orang tua, dewasa, kanak-kanak) pada setiap individu yang
sedang berinteraksi
3. Game analisa/Analisis permainan
Menganalisa apa yang tersembunyi dari analisa yang dilakukan dan menganalisa hasil
dari interaksi yang dilakukan.
4. Script analisa/Analisa naskah
Menganalisa drama/kejadian dalam kehidupannya yang sedikit sebanyak mempengaruhi
semua interaksi yang dilakukan
Menurut Berne, manusia mempunyai tiga ego stat yaitu orang tua: O , dewasa: D , dan kanak-
kanak : K . semasa berkomunikasi salah satu daripada tiga ego stat ini iaitu ego stat dominant
akan menonjol berbanding yang lain bergantung kepada situasi, perasaan, keadaan seseorang itu
semasa berinteraksi dan dengan siapa dia berinteraksi.
Orang tua:
Individu yang berperasaan dan bertindak seperti yang dilakukan ibu dan ayah. Individu ini
mengecam dan mendorong. Dalam ego stat ii, penampilan yang terlihat ialah seperti proteksi,
kritik, bimbingan dalam bagaimana untuk melakukan sesuatu, pantang-larang, undang-undang
serta peraturan yang diberi bertujuan untuk memberi panduan dalam hidup. Ia juga menunjukkan
perasaan terhadap agama, tradisi dan tatakarma memiliki opini tertentu yang tidak dapat diubah..
Terdapat dua tipe yaitu orang tua kritikal(negatif) dan orang tua pengasih(positif).
Ego stat dewasa:
Individu yang mengolah persoalan berdasarkan data, analisa dan logika. Individu ini
berorentasikan pada kenyataan,memberi keterangan yang diperlukan, menganalisa situasi dan
mencoba memahami, membandingkan berbagai alternative. Mereka percaya pada diri sendiri dan
tidak dipengaruhi oleh perasaan serta akan melakukan koreksi pada orang tua dan kanak-kanak
jika perlu. Mereka sering menggunakan persoalan bagaimana, untuk apa, apa dan siapa.
Ego stat kanak-kanak
Individu tersebut masih kecil dan sering dipengaruhi dan bertindak berdasarkan perasaan, emosi
dan intuisi. Mereka memiliki potensi yang sangat besar dan memberi respon sesuai petunjuk
kerana perasaan dan pola tingkah laku mereka bersifat wajar. Mereka mamou bertindak sendiri
lepas dari,orang tua tetapi bisa juga menyesuaikan diri untuk memuaskan orang tua dalam
individu tersebut. Ego stat ini patut dipelihara dan dibina sepanjang umur. Mereka amat mudah
meniru perbuatan orang lain tanpa mengetahui benar atau salah mahupun betul atau tidak.
Mereka memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, dampaknya mereka berani mencoba perkara baru..
Mereka ingin dikasihi, dicintai dan ditimang. Ada waktunya ego stat ini menampilkan yang
negatif.
1.7 JENIS-JENIS KOMUNIKASI
Terdapat tiga jenis komunikasi:
1. Complementary transaction (transaksi komplementer)
Komunikasi ini yang paling sehat kerna pesan yang dikirim dari suatu ego stat ke suatu ego stat
yang lain atau ego stat yang sama menghasilkan respon yang sesuai.
2. Crossed transaction (transaksi silang)
Komunikasi ini berhasil mendapatkan respon tapi respon tidak sesuai dengan pesan yang
diharapkan. Komunikasi akan terhenti kerana respon yang duharapkan tidak diperoleh. Hasil
akhir bisa terjadi salah faham yang menyebabkan kemarahan, perasaan bersalah dan rebut. Gaya
komunikasi seperti ini menghalang pertukaran ide kreatif. Individu tersinggung bisa membalas
dengan ego stat kanak-kanak.5
3. Ulterior transaction (transaksi ulterior)
Peran disampaikan oleh ego stat tertenti dan melibatkan dua atau lebih ego stat. pesan yang
disampaikan memiliki maksud tersirat dan tersembunyi. Maksud tersurat berbeda dengan
maksud tersirat.
2. KEPRIBADIAN
Keperibadian adalah seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap dan bersifat khas pada
seseorang dalam caranya mengadakan hubungan, caranya berpikir tentang lingkungan dan
dirinya sendiri.
Kepribadian dipengaruhi oleh:
1. Temperamen (tabiat)
Aspek yang berhubungan erat dengan konstitusi jasmani. Ia merupakan bawaan sejak lahir.
Tabiat adalah kebiasaan yang sangat sukat diubah oleh pengaruh lingkungan luar. Temperamen
sangat dipengaruhi faktor- faktor fisiologik tubuh dan menetap seumur hidup.
2. Watak (karakter)
Watak ialah keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu ransangan dan terus
berkembang dalam masa kehidupan seseorang seiring dengan peningkatan usia. Watak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pengalaman dan pendidikan.
Menurut Sigmund Freud iaitu bapak psikoanalisis, perilaku-perilaku manusia dimotivasikan oleh
impuls dan naluri seksual yang direpresi.6 Ia terbahagi kepada tiga:
Id
Merupakan keinginan-keinginan yang tersimpan dalam psikis seseorang. Ia juga adalah
lapisan psikis paling dalam.ia dikuasai oleh prinsip kesenangan, tidak menganal waktu
dan logika.
Ego
Lapisan psikis yang mengadakan hubungan langsung dengan dunia luar. Ia terbentuk
kdengan diferensiasi dari Id kerana kontaknya dengan dunia luar. Dikuasai prinsip
realitas seperti tampak dalam pikiran yang objektif sesuai dengan tuntutan sosial dan
rasional. Ego berfungsi mempertahankan kepribadian diri dan juga menyesuaikan dalam
lingkungan.
Superego
Lapisan psikis yang terbentuk dari internalisasi larangan-larangan, perintah-perintah dan
aturan-aturan dalam psikis seseorang.ia merupakan dasar hati nurani. Contoh superego
dalam diri seseorang misalnya rasa menyesal, rasa bersalah dan rasa berdosa.2
3. PERILAKU SEHAT
Segala aktifitas yang dilakukan seseorang unyuk mempertahankan atau meningkatkan
kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya pada saat itu atau apakah perilaku yang
dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. (Sarafino 2004)
Terdapat lima perilaku sehat:
Pencegahan
Perlindungan
Perilaku sebelum sakit
Perilaku saat sakit
Kondisi sosial
3.1 PERUBAHAN PERILAKU
Perubahan adalah suatu proses. Semua orang mempunyai tingkat kesedaran dan motivasi yang
berbeda untuk berubah. Melalui tahap-tahap in, seseorang bisa berubah secara total dan bisa
befrhasil mendapatkan perilaku dan cara hidup sehat. Taha-tahap perubahan perilaku adalah:
1. Prekontemplasi
Tidak ada niat untuk berubah
2. Kontemplasi
Ada niat ingin berubah tapi belum siap berkomitmen
3. Persiapan
Siap untuk berubah
Pernah melakukan tapu mungkin masih gagal
4. Tindakan
Sudah melakukan perilaku sehat
Berusaha mempertahankan sekurang-kurangnya sehingga enam bulan
5. Pemeliharaan
Sudah berjaya melakukan lebih enam bulan
Mungkin berlangsung lama
Enam bulan dilihat kembali
KESIMPULAN
Dokter harus mengetahui, mempelajari dan mengamalkan komunikasi efektif agar bisa menjaga
dan memelihara hubungan dengan pasien. Dokter juga harus peka dengan perlakuan verbal dan
non verbal pasien serta menerapkan kedua tipe komunikasi ini semasa berhubungan dengan
pasien. Dokter juga harus berusaha untuk mendapatkan, memiliki dan menyampaikan sikap
empati kepada pasien dan sentiasa menerapkan dan menggunakan transaksi komplemeter agar
komunikasi dokter-pasien bisa mencapai tujuan. Selain itu, dokter juga harus berusaha membawa
kehidupan pasien ke arah lebih baik, lebih sehat dan lebih poisitif. Bantu pasien berhadapan
dengan perubahan perilaku sehat sehingga dia bisa mengamalkan perilaku sehat dan hidup dalam
perilaku sehat secara total.
DAFTAR PUSTAKA
1. Iqbal Mochtar. Dokter juga manusia; Jakarta 2009. PT Gramedia Pustaka Utama
2. Sheila L. Videbeck. Buku ajar perawatan jiwa; Jakarta: 2008. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Richard E. Walton, Mahmoud Torabinejad. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia; 2003.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. dr. J.B. Suharjo B. Cahyono. Membangun budaya keselamatan pesian dalam praktik kedokteran; Yogyakarta: 2008. Penerbit Kanisius.
5. Tarmizi Yusof. Be the winner; Jakarta 2005. PT Alex Media Komputindo
6. K. Bertens. Psikoanalisis Sigmund Freud; 2006. PT Gramedia Pustaka Utama