Post on 23-Jul-2019
0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2009 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum
otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI
Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi
ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional
(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro
ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat
kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2009
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 11
Sisi Permintaan halaman 12
Sisi Penawaran halaman 20
Boks 1. Arah Perkembangan Dunia Usaha di Wilayah Sulawesi Utara Pada
Triwulan I-2010
halaman 29
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 33
halaman 34
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37
Fungsi Intermediasi halaman 37
Risiko Kredit halaman 48
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 51
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 53
Dana Perimbangan halaman 53
Perkembangan APBD Provinsi halaman 55
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 59
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 59
Penemuan Uang Palsu halaman 62
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 63
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 64
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 66
Pengangguran halaman 66
Kemiskinan halaman 70
Rasio Gini halaman 72
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 73
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 75
Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 75
Prakiraan Inflasi halaman 76
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 78
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : hasiando@bi.go.id ratu_m@bi.go.id
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara
pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi
makro ekonomi Indonesia yang menunjukan perkembangan yang
positif. Perbaikan ekonomi global telah mendukung pulihnya
kinerja ekspor dan investasi seiring dengan membaiknya
permintaan dunia dan domestik/nasional. Kinerja ekspor yang
sempat turun pada semester I-2009, mulai menunjukan tanda-
tanda pembalikan. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga
diperkirakan akan tumbuh pada level yang cukup tinggi, didorong
oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen
yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya
konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk
meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009.
Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,
pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV-2009 diperkirakan
akan mencapai sebesar 4,4% (yoy). Secara keseluruhan,
perekonomian nasional sepanjang Tahun 2009 diprediksi tumbuh
sebesar 4,3% (yoy).
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional
berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro
ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain
ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi
global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui
jalur perdagangan internasional tercermin dari mulai melandainya
kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam beberapa periode
sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu,
optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan
regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan
konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota
Perkembangan berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi indonesia yang menunjukkan perkembangan yang positif.
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada perkembangan indikator makro ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara.
5
Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini,
telah mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat
perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta Tahun
Baru 2010. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama
triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada level 8,03% (yoy) jauh
lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi
nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan
Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh
7,9% lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan nasional Tahun
2009 yang hanya 4,3% (yoy).
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009
diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi
dan investasi sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan belum
maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan
perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring
dengan meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil
Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel
berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu,
perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus
berlangsungnya perluasan pembangun Mega Trade Center, hotel,
perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja modal
hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau
naik 53,57% (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama
tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis
ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif minimal tercermin
dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy).
Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya
ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas
pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam
rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit
Dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh seluruh sektor...
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan investasi...
6
yang membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan
perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009
menunjukkan adanya peningkatan. Inflasi Kota Manado pada
triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang
mencatat deflasi sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi
tahunan, secara triwulanan, Kota Manado juga mengalami
peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai
2,50% (qtq) meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan
sebelumnya yang hanya sebesar 0,74% (qtq). Jika dibandingkan
dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit
lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78%
(yoy).
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian
besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor
fundamental yang paling berpengaruh adalah kenaikan ekspektasi
inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha
dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama
yang menyebabkan ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat
mengalami peningkatan. Kondisi tersebut secara musiman selalu
meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non
fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods
yang juga masih terkait dengan kegiatan konsumsi masyarakat
pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir tahun.
Perkembangan Perbankan Daerah
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada
triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada trend yang
melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari
perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana
Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi November 2009) berada pada tren yang melambat...
Laju inflasi tahunan di Kota Manado pada akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan.
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor fundamental maupun non fundamental.
7
bermasalah (Non Performing Loan). Bila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan
(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi
perbankan masih berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit
yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK sehingga rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan. Dengan risiko
dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup
tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada
penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran
kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi
usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara
pada Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik
17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45%
mencapai jumlah Rp5,34 Triliun berikutya adalah Dana Sektoral
yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai
Rp788 milliar.
Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sampai dengan 31 Desember 2009, total pengeluaran pemerintah
mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target
pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu,
total penerimaan pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5%
dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039 milliar.
Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran
menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009
mengalami defisit sebesar Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya
ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah senilai Rp99,10
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%...
Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik...
8
milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow. Artinya
jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) lebih
besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk
ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada
triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan
perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) serta perayaan
menjelang tahun baru.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu
yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada
triwulan IV-2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar
uang pecahan Rp100.000,-, 15 lembar uang pecahan Rp50.000,
10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing 2
lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh
lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah
sudah cukup baik.
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak
96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat
jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun
nominal transaksi. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar
warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak
1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009 berada pada kondisi net outflow.
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado adanya menunjukan penurunan yang signifikan...
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan nilai Rp2.181 miliar atau meningkat jumlahnya...
9
meningkat 17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal
kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian
Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT
(Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis
(0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar
10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi
Februari 2009 yang juga mengalami penurunan sebesar 0,07%.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi
sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi
pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan
sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi
daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka
pengangguran tertinggi.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010
diprediksi akan tumbuh baik yang didukung oleh semakin pulihnya
perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-
2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan,
perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi
sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang
diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan.
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan
dampak dari ketiadaan even berskala besar selama triwulan ke
depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana 2 (dua)
even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan
Bunaken Sail telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu,
kegiatan konsumsi diperkirakan akan tumbuh positif seiring
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikkan...
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik...
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan dampak dari ketiadaan even berskala besar...
10
dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan
dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan)
wilayah administratif termasuk pada tingkat provinsi.
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan
diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Salah satu sektor ekonomi yang
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang significant pada
triwulan mendatang adalah sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I-2010
diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor
ekonomi lainnya.
Outlook Inflasi Regional
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009. Secara
triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan berkirsar antara 1%
hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar
5% hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada
Januari, rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah
dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 merupakan
faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan
harga secara umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara
tahunan terjadi karena relatif rendahnya harga-harga komoditas di
pasar internasional pada awal Tahun 2010.
Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010
diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada
akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian, inflasi
pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat
suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi
kenaikan harga dari sisi permintaan (demand) relatif terkendali.
Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi
Utara hingga April 2010 juga menahan kemungkinan
meningkatnya harga barang secara umum.
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi...
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan diperkirakan akan mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara...
Di sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 diperkirakan akan meningkatkan jumlah uang beredar...
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional Provinsi Sulawesi Utara menjelang akhir
tahun 2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia. Secara
umum, perekonomian nasional terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik.
Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan
ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Di
tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari
daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil,
ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal
dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik.
Sejalan dengan itu, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat
mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan investor terkait krisis utang
Dubai World dan krisis fiskal Yunani, dampak kedua krisis tersebut berlangsung singkat dan
rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia.
Di sisi domestik, perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor dan peningkatan
investasi. Kinerja ekspor yang anjlok sangat signifikan di semester I-2009, mulai membaik
pada pertengahan tahun sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang kian
membaik dan peningkatan harga komoditas. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga
masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta
keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi
mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak
pertengahan tahun 2009. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,
pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan mencapai
sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh
sebesar 4,3%.
Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada
perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi
Utara. Hal ini antara lain ditandainya dengan semakin minimalnya dampak krisis ekonomi
global terhadap perekonomian Sulawesi Utara khususnya melalui jalur perdagangan
internasional tercermin dari mulai melandainya kontraksi ekspor luar negeri bahkan dalam
12
beberapa periode sempat mencatat pertumbuhan positif. Seiring dengan itu, optimisme
masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan
tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen
(SEK) Kota Manado. Pada tahap berikutnya, peningkatan rasa optimisme ini, telah
mendorong peningkatan kegiatan konsumsi khususnya saat perayaan hari raya keagamaan
(Idul Adha dan Natal) serta Tahun Baru 2010. Mulai terlihatnya tanda-tanda pemulihan
ekspor dan meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk
menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder
serta merujuk hasil survey yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado maka, laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada
level 8,03% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi
nasional yang hanya berada pada 4,4% (yoy). Secara keseluruhan Tahun 2009,
perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 7,9% jauh melebihi perkiraan
pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3%.
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, perekonomian selama triwulan IV-2009 diperkirakan lebih banyak
disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan kegiatan ekspor
diperkirakan belum maksimal meskipun dalam beberapa bulan sempat menunjukan
perkembangan membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya
optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil
penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu,
perkembangan investasi antara lain tercermin dari terus berlangsungnya perluasan
pembangun Mega Mal, hotel, perumahan serta peningkatan persentase realisasi belanja
modal hingga akhir Tahun 2009 yang mencapai Rp241,64 milliar atau naik 53,57%
dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp157,34 miliar.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (%)
Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Q4*) Sumb.Konsumsi 3.8 2.6 4.1 8.5 6.4 4.0 8.3 5.3 6.8
Konsumsi Swasta 4.4 1.9 3.4 5.1 5.2 3.5 8.5 3.6 5.6Konsumsi Pemerintah 2.9 0.7 5.3 15.9 9.0 5.0 7.9 1.8 9.2
PMTB 13.1 3.0 11.7 10.0 6.3 8.2 9.7 2.4 8.6Stok 48.5 0.6 40.5 -19.9 -36.1 -32.5 33.1 0.5 -16.8Ekspor 10.5 4.6 18.4 6.0 6.9 -10.6 4.0 1.8 1.4Impor 7.6 2.7 18.4 7.9 -0.8 -22.2 5.6 2.0 -2.9
PDRB 8.1 8.1 7.6 7.5 8.3 7.6 8.0 8.0 7.9
20082008
Jenis Penggunaan2009
2009*)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
13
1. Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama Triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,3% (yoy) dengan
kontribusi sebesar 5,3% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian
periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan
laporan mengalami peningkatan. Faktor pendorong meningkatnya konsumsi diantaranya
adalah (1) Perayaan beberapa hari besar keagamaan yaitu Idul Adha dan Natal (2) Perayaan
pesta akhir Tahun 2009 (3) Meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah menjelang
berakhirnya tahun anggaran (4) Dan, maraknya pemasangan baliho dan spanduk Pilkada
baik Gubernur, Bupati dan Walikota serta (5) musim liburan sekolah akhir tahun.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada
konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi swasta khususnya
konsumsi rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui beberapa indikator
penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Dorongan faktor
musiman menjelang akhir tahun dan peningkatan pendapatan ekspor diperkirakan
menopang kestabilan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2009.
Stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan
beberapa indikator dini. Salah satu diantaranya adalah hasil Survei Ekspektasi Konsumen
(SEK) Kota Manado periode Desember 2009 dimana sebagian besar konsumen yakin bahwa
kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasinya ke depan masih cukup baik terindikasi dari
kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 122 pada Desember 2008 menjadi 137
pada Desember 2009 (optimis > 100). Membaiknya kondisi ekonomi saat ini, utamanya
mencakup aspek penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja dimana sebagian besar
responden menyatakan bahwa kondisinya saat ini lebih baik dibandingkan 3 – 6 bulan yang
lalu.
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari meningkatnya
daya beli masyarakat khususnya para petani tercermin dari membaiknya Nilai Tukar Petani
(NTP). Tercatat NTP untuk posisi November 2009 pada level 101,71 (taraf sejahtera > 100),
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,51 (taraf tidak sejahtera,
NTP < 100). Berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata
pencaharian bertani.
14
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Milliar Rp
Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari data
perkembangan penjualan ecaran berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE).
Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta perayaan Tahun
Baru 2010, telah mendorong meningkatnya permintaan masyarakat sebagaimana tercermin
dari hasil SPE. Tercatat, nilai penjualan selama triwulan laporan mengalami peningkatan
21,9% dari Rp139 milliar selama triwulan IV-2008 menjadi Rp170,6 milliar selama triwulan
IV-2009. Seiring dengan itu, kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan
mengalami peningkatan sepanjang Tahun 2009. Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi
dengan meningkatnya persentase realisasi belanja pemerintah di 2009 yang mencapai
jumlah Rp792,82 milliar atau naik 4,93% (yoy) dibandingkan pencapaian akhir Tahun 2008.
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
Indeks Keyakinan Konsumen
60708090
100110120130140150
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2008 2009
Kondisi Ekonomi Saat Ini
60
70
80
90
100
110
120
130
140
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2008 2009
Grafik 1.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani
95
100
105
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Eceran
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE)
15
2. Investasi
Pada triwulan IV-2008, investasi di Sulawesi Utara diperkirakan masih tumbuh pada level
yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,7% (yoy). Namun demikian, kinerja ini masih lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1% (yoy). Perlambatan ini diprediksi
sebagai dampak dari berkurangnya pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik oleh
pemerintah maupun swasta seiring dengan berakhirnya perhelatan even berskala
internasional WOC (World Ocean Conference), CTI Summit dan Bunaken Sail.
Perlambatan kinerja investasi selama triwulan laporan, antara lain dapat dikonfirmasi melalui
data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang memperlihatkan penurunan
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat jumlah penjualan semen pada
triwulan IV-2009 sebanyak 122,5 ribu ton atau turun 3,3% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 126,8 ribu ton. Selain itu, melambatnya
kinerja investasi juga dapat dikonfirmasi dengan data volume impor barang modal dan
jumlah kredit yang disalurkan. Volume impor barang modal pada Triwulan IV-2009
diperkirakan hanya 402 ton atau mengalami kontraksi lebih dari 40% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Sedangkan kredit investasi pada November 2009 hanya tumbuh
11,98% (yoy) dengan jumlah baki debet Rp958 milliar. Pertumbuhan kredit investasi ini jauh
lebih lambat dibandingkan November 2008 lalu yang tumbuh 31,45% (yoy).
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009
Ton
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
%
CapitalgCapital
0
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Ton
-20
-10
0
10
20
30
40%
Penjualan gPenjualan
Grafik 1.20 Perkembangan Impor Barang Modal
Grafik 1.19 Perkembangan Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Sumber : Direktorat Statistik dan Moneter, KP BI
16
3. Ekspor – Impor
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan negara mitra dagang
Sulawesi Utara, kinerja ekspor pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan membaik. Indikasi
membaiknya kinerja ekspor tercermin dari membaiknya permintaan negara maju seperti
Amerika Serikat, Belanda dan China. Sementara itu, pasar domestik juga menunjukan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini mendorong pengiriman produk Sulawesi Utara
tidak hanya di pasar luar negeri namun juga pasar demestik di dalam negeri.
Laju pertumbuhan ekspor Sulawesi Utara selama triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 4%
(yoy), masih lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,6% (yoy).
Namun dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja ekspor selama triwulan laporan
diperkirakan akan lebih baik. Salah satu indikator untuk mengkonfirmasi kinerja ekspor
adalah perkembangan volume ekspor baik ke luar negeri maupun ke pasar domestik (dalam
negeri). Selama triwulan IV-2009, diperkirakan volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri
mencapai 190 ribu ton atau naik 4,3% (yoy) dengan nilai ekspor mencapai USD 115,4 juta
atau naik 9,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama
dalam bentuk Food & Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan
dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan
utama adalah Belanda, Amerika Serikat dan China.
Grafik 1.3. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Sumber : Laporan Bank Umum
-
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910 11
2008 2009
%
500
600
700
800
900
1,000
Milliar Rp
InvestasigInvestasi
17
Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor
Negara Tujuan 2007
Nilai Ekspor 557,359 670,295 419,418
Belanda 38.52 27.66 21.08 Amerika Serikat 14.93 20.75 17.98 China 12.98 8.11 15.97 Korsel 9.52 Korsel 11.65 Korsel 8.91 India 4.81 India 7.55 Jepang 8.02 Jerman 3.91 Jepang 4.00 Jerman 5.88 Lainnya 22.16 Lainnya 22.16 Lainnya 22.16
Total 100.00 100.00 100.00
2009*)2008
idem idem
Pangsa Pasar
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. November 2009
Sejalan dengan ekspor, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009
diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun tetap
Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Tabel 1.2. Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
-
50
100
150
200
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Juta USD
-80
-60
-40
-20
0
20%
Ekspor_Value gEkspor_Value
Grafik 1.5. Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Tahun Food & Live Animals
Animal & Veg. Oils & Fats Others Total
2005 393.04 481.53 66.00 940.572006 177.91 407.45 35.23 620.592007 326.87 591.18 16.21 934.252008 303.51 467.42 11.55 782.48
2009*) 175.00 355.00 20.00 550.00
-
50
100
150
200
250
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
%Ekspor_Vol gEkspor_Vol
18
-
50
100
150
200
250
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
%NetEximr_Vol gEkspor_Vol
-
50
100
150
200
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Juta USD
-80
-60
-40
-20
0
20%
NetExim_Value gNetExim_Value
tumbuh positif yaitu sebesar 5,6% (yoy). Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara
lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan laporan yang mencapai
1,23 ribu ton atau meningkat 11,70% (yoy) dengan total nilai impor mencapai USD 3,41
juta. Secara agregat, neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih berada pada
kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi
dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke Sulawesi Utara.
Grafik 1.5. Perkembangan Net Nilai Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Data Desember 2009, diestimasi
-113579
111315
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
-250
0
250
500%
Impor_ValuegImpor_Value
-113
579
11
1315
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
-250
0
250
500
750
1,000%
Impor_VolgImpor_Vol
Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.4. Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) Desember 2009, diestimasi
Grafik 1.5. Perkembangan Net Vol Ekspor Sulawesi Utara
19
Tahun Food & Live Animals
Manufactured Goods
Machinaery & Transport Eqp Others Total
2005 13.51 0.01 0.03 0.33 13.88 2006 9.12 0.25 1.25 1.28 11.90 2007 19.10 0.07 1.72 5.98 26.87 2008 3.63 0.20 2.09 1.90 7.82
2009*) 0.12 4.08 13.35 1.62 19.17
Menurut strukturnya, kegiatan impor luar negeri sejak Tahun 2008 memiliki perbedaan
dibandingkan tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2008 kegiatan impor luar negeri lebih
didominasi oleh kelompok Food & Live Animals khususnya komoditi bahan makanan yaitu
gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak awal Tahun 2008
hingga saat ini impor Sulawesi Utara lebih didominasi oleh produk barang modal
diantaranya dalam bentuk mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya. Meningkatnya
komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan
terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal
barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari negara China, Thailand
dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. November 2009, barang impor lebih
banyak didatangkan dari negara China, Australia dan Filipina.
. Grafik 1.6.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara
‘
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat
dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar-muat barang melalui pelabuhan Bitung (khususnya
untuk perdagangan dalam negeri). Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan
Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. November 2009
Total USD 10,59 Juta
Tahun 2008
13.55
11.47
8.99 49.2
6.7
10.0
China
Thailand
Australia
Filipina
Singapore
Negara Lainnya
Tahun 2009
40%
18%
16%
12%
8%6%
ChinaAustraliaFilipinaMalaysiaJepangNegara Lainnya
Total USD 10,59 Juta Total USD 29,63 Juta
20
pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi sedangkan kegiatan bongkar
didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan
IV-2009, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik
mencapai 267,2 ribu ton meningkat 9,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Sedangkan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) melalui Pelabuhan
Bitung mencapai 772,5 ribu ton, naik 17,99% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi
oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk
perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan
kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi
Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi
Utara masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih
harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan IV-2009 relatif
minimal tercermin dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,03% (yoy). Potensi
perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat tertolong
-1,000
500
2,000
3,500
5,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
16
16
17
17
18
18
19
19
20%
BongkargBongkar
0
150
300
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009
Ribu Ton
-8
-4
0
4
8
12%Muat gMuat
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Bongkar dan Muat di Pelabuhan Bitung
21
oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya
dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang membawa
multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.
Tabel 1.6.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Q4 Sumb. Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4*) Sumb.Pertanian 1.55 0.32 2.66 4.68 4.21 -0.65 -0.14 4.94 0.94 3.22Pertambangan & Penggalia 9.87 0.51 9.39 5.74 5.75 5.45 0.29 5.18 0.27 5.51Industri Pengolahan 4.97 0.40 6.20 5.43 6.67 8.31 0.64 6.65 0.52 6.80Listrik, Gas & Air Bersih 8.11 0.06 7.53 17.75 18.65 13.98 0.10 6.32 0.05 13.95Bangunan 14.02 2.33 10.73 7.86 5.77 7.14 1.17 6.58 1.15 6.81PHR 9.58 1.65 10.88 12.37 15.37 8.61 1.27 11.78 2.06 11.97Pengangkutan & Komunika 12.14 1.32 11.02 8.72 14.55 21.94 2.66 10.02 1.13 13.93Keu., Sewa & Jasa Perusah 6.85 0.44 7.34 7.03 6.94 8.25 0.55 11.86 0.75 8.63Jasa-Jasa 7.10 1.04 5.42 6.47 6.42 7.21 1.08 7.99 1.16 7.05
PDRB 8.06 8.06 7.56 7.45 8.31 7.63 7.63 8.03 8.03 7.87
20092009*)Lapangan Usaha 2008
2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan
periode yang sama Tahun 2008. Pada triwulan ini, sektor pertanian diperkirakan akan
tumbuh 4,94% (yoy). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama
disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan
dan sub sektor perikanan.
Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor
kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas.
Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi
tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu
sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya
pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan
kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap
pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati
dalam memanfaatkan lahan yang ada.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data
perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III-2009
(Sep – Des 2009) diperkirakan mencapai 79.461 ton atau naik 1,76% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama
22
Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Beras dan Jagung
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
-
100
200
300
400
500
600Milliar Rp
PertaniangPertanian
Tw.III-2009 produksinya naik 6,03% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu
mencapai jumlah 169.102 ton.
2008 2009
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.I Tw.II Tw.III
Luas Panen (Ha) 36,202 37,341 32,890 37,398 40,990 32,456 Produksi Gabah (Ton) 173,909 185,711 156,897 190,246 192,857 162,150
Produksi Beras (Ton) 109,563 116,997 78,089 119,855 94,509 79,461
2008 2009
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.I Tw.II Tw.III
Luas Panen (Ha) 39,721
39,636
39,636
41,872
50,555
47,554
Produksi Jagung (Ton)
153,878
159,480
159,480
177,495
180,380
169,102
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif
terbatas. Sampai dengan November 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian hanya Rp345 milliar atau hanya 3,34% dari total kredit yang disalurkan. Belum
terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing
Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai dampak krisis
ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan
Grafik 1.8. Pertumbuhan Kredit Pertanian
23
0
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Ton
-20
-10
0
10
20
30
40%
Penjualan gPenjualan
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
0
100000
200000
300000
400000
500000
(Juta Rp)
KonstruksigKonstruksi
pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya
pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-80% (yoy) di
akhir Tahun 2008 menjadi -36,01% (yoy).
2. Sektor Bangunan (Konstruksi)
Kinerja sektor bangunan (konsturksi) selama triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami
perlambatan dari 14,02% (yoy) pada triwulan IV-2008 menjadi 6,58% (yoy) pada triwulan
IV-2009. Perlambatan kinerja sektor bangunan diperkirakan dipengaruhi oleh menurunnya
aktivitas pembangunan sarana dan prasarana pendukung even Internasional seperti World
Ocean Conference (WOC) dan Bunaken Sail . Namun demikian, kinerja sektor ini masih
relatif baik tercermin dari positifnya pertumbuhan. Kinerja sektor ini terutama
disumbangkan oleh berlanjutnya perluasan pembangunan beberapa pusat –pusat
perbelanjaan satu diantaranya adalah perluasan pembangunan mega mal. Beberapa
variabel ekonomi yang bisa mengkonfirmasi perkembangan sektor ini diantaranya adalah
data perkembangan volume penjualan semen yang selama triwulan IV-2009 diperkirakan
mencapai 30,4 ribu ton atau mengalami kontraksi -3,86% (yoy). Dari sisi pembiayaan, posisi
kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan IV-2009 juga menunjukan tren yang
melambat hanya tumbuh 10,06% (yoy) dengan jumlah nomnal Rp471 milliar.
.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE dan LBU Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor PHR pada triwulan IV-2009 diprediksi akan tumbuh 11,78% (yoy). Kinerja ini relatif
lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 9,58% (yoy).
Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah dan
Grafik 1.9. Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen
Grafik 1.10. Perkembangan Kredit Konstruksi
24
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2007 2008 2009
orang
0
10
20
30
40
50
60%
Wisman gWisman (y.o.y)-
5,000
10,000
15,00020,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2007 2008 2009
orang
0
10
20
30
40
50
60
%
MenginapgMenginap (y.o.y)
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2007 2008 2009
orang
-5
0
5
10
15
20
25%
Kmr Terjual gKmr Terjual (y.o.y)-
10
20
30
40
50
60
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2007 2008 2009
%
-
1
2
3
4
5
6hari
TPK Ratas Menginap
Natal serta perayaan Tahun Baru 2010 membawa dampak pada meningkatnya kegiatan di
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Kinerja sektor PHR antara lain dapat
dikonfirmasi dengan perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan
perkembangan positif diantaranya adalah data kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah
tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar
terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi melalui indeks penjualan eceran dari
hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari
139,9 di triwulan IV-2008 naik menjadi 170,6 pada triwulan IV-2009 atau naik 21,7% (yoy).
Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Sulut
Grafik 1.12. Jumlah Tamu Menginap
Grafik 1.13. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.14. Jumlah Kamar Terjual
25
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
1800000
2050000
2300000
2550000
2800000
3050000
(Juta Rp)
PerdagangangPerdagangan
-20406080
100120140160180
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Milliar Rp
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi
yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,9 triliun atau
meningkat 8,54% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini
mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota
Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Hal ini
berpengaruh pada meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2009 tumbuh
10,02% (yoy). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan
oleh sub sektor komunikasi (20%).
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat
yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari
bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu provider Tri setelah
sebelumnya Fren dan Esia disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base
Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga
Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.13. Indeks Penjualan Eceran Kota Manado
26
meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan
berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para
pengguna jasa telekomunikasi. Namun, dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor angkutan dan telekomunikasi s.d. November 2009 hanya Rp60,1
milliar jumlah ini turun lebih dari 30,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
-40
-20
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
-
100
200
300
400
500
600Milliar Rp
PertaniangAngkutan
5. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 7,99% (yoy) pada triwulan IV-2009, sedikit lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 7,10% (yoy). Perbaikan
kinerja sektor jasa-jasa antara lain tercermin dari meningkatnya persentase realisasi PAD
selama Tahun 2009 mencapai Rp331,11 milliar atau meningkat 2,7% (yoy) dibandingkan
pencapaian Tahun 2008.
6. Sektor Lainnya
Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan
IV-2009 relatif minimal sehingga sektor industri pengolahan diprediksikan tumbuh 6,65%
(yoy). Perkembangan kinerja sektor ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan jumlah
penggunaan BBM Industri selama triwulan IV-2009 yang naik secara significant mencapai
80,35% (yoy) dengan jumlah penggunaan 23.080 Kilo Liter. Menurut jenisnya, penggunaan
solar dan premium mencatat kenaikan tertinggi masing-masing sebesar 81,31% (yoy) dan
81,74% (yoy). Sedangkan untuk jenis minyak tanah peningkatan relatif kecil hanya sebesar
11,36% (yoy). Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan
pembiayaan oleh perbankan yang hingga November 2009 mencapai Rp221 milliar.
Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
27
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2009
diperkirakan 6,32% (yoy). Peningkatan kinerja sektor ini, tak lepas dari pulihnya pasokan
listrik di Sulawesi Utara seiring dengan meningkatnya debit air Danau Tondano selama
musim penghujan. Selain itu, meningkatnya pasokan listrik juga disebabkan oleh kembali
berfungsinya beberapa mesin pembangkit yang sebelumnya mengalami kerusakan dan
pemeliharaan. Kinerja sektor listrik, gas dan air besih antara lain dapat dikonfirmasi dengan
-
200
400
600
800
1,000
Q1 Q2 Q3 Q4*)
2009
MW
-2
468
1012
%Listrik (MW) gListrik (%)
Sumber : PLN Kanwil Sulutenggo
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,75%
(yoy). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub
sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
KL
-80-60-40-20020406080100
%
BBM IndustrigBBM Industri
Grafik 1.10. Penggunaan BBM Non Subsidi
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2009
%
-
50
100
150
200
250Milliar Rp
IndustrigIndustri
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Grafik 1.11. Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara
28
penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor
penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan
industri berskala besar. Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 6,85% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan
dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru (Bank Common Wealth dan Bank
Mayapada), penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk
baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam
bertransaksi.
29
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2007 2008 2009 2010
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan UsahaSumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
(10,00)
(8,00)
(6,00)
(4,00)
(2,00)
-
2,00
4,00
6,00
8,00 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Grafik 2. Perkembangan Seluruh Sektor Ekonomi (SBT)
Perkiraan Triwulan I-2010
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
BOKS 1
ARAH PERKEMBANGAN DUNIA USAHA DI WILAYAH SULAWESI UTARA
PADA TRIWULAN I-2010
Arah pertumbuhan dunia usaha di wilayah Sulawesi Utara di awal tahun 2010 diperkirakan
akan mengalami perlambatan. Hal ini diperlihatkan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
dimana responden merasa pesimis terhadap kondisi perekonomian kedepan, yang tercermin
dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 0,82% untuk perkiraan triwulan I-2010, menurun
signifikan bila dibandingkan SBT 19,66% untuk perkiraan kondisi usaha pada hasil survei
sebelumnya. Menurut responden, faktor permintaan dari dalam negeri masih menjadi tumpuan
untuk meningkatkan kegiatan usaha, disamping dampak dari ketiadaan even berskala besar
selama triwulan kedepan, serta kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk keberhasilan
panen khususnya di sektor pertanian.
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha (SBT)
Sektor ekonomi yang akan mencatat
penurunan usaha yang signifikan
adalah sektor pertanian (SBT -
8,14%) dan sektor Pengangkutan
Hotel dan Restauran (SBT -1,67%).
Penurunan usaha di sektor pertanian
merupakan dampak dari kondisi
cuaca yang tidak menguntungkan
petani yang sedang mengalami masa
panen. Sedangkan untuk sektor PHR,
turunnya usaha dikonfirmasi oleh
30
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2007 2008 2009 2010
Realisasi Harga Jual
Perkiraan Harga Jual
semakin menurunnya jumlah kunjungan wisman dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) seiring
dengan ketiadan even berskala besar yang diselenggarakan di wilayah Sulut.
Seiring dengan kontraksi usaha yang terjadi di awal tahun 2010, harga jual secara umum di
triwulan I-2010 diperkirakan juga mengalami penurunan. Kondisi ini tercermin dari SBT sebesar
2,49% yang jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan harga jual pada hasil survei periode
sebelumnya (SBT 8,58%). Sektor ekonomi yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap
penurunan harga jual pada awal triwulan I-2009 adalah sektor pertanian (SBT -10,03%).
Grafik 3. Perkembangan Harga Jual (SBT)
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
Namun ditengah-tengah pesimisme masyarakat terhadap kegiatan usaha di awal tahun 2010,
kondisi perekonomian Sulawesi Utara secara umum diharapkan masih dapat tumbuh seiring
dengan penurunan tingkat suku bunga kredit yang akan mendorong dunia usaha untuk dapat
kembali bergairah, disamping meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang kampanye
pemilihan kepala daerah di wilayah Sulawesi Utara yang akan dilaksanakan pada pertengahan
tahun 2010.
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Laju inflasi tahunan di Kota Manado di akhir triwulan IV-2009 menunjukkan adanya
peningkatan. Inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 2,31% (yoy) atau
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi
sebesar 0,01% (yoy). Seperti halnya laju inflasi tahunan, secara triwulanan, Kota Manado
juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan inflasi yang mencapai 2,50% (qtq)
meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,74%
(qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi tahunan Kota Manado masih sedikit
lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 2,78% (yoy).
Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah
Inflasi Kota Manado selama triwulan IV-2009 disebabkan sebagian besar oleh faktor
fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental yang paling berpengaruh
adalah kenaikan ekspektasi inflasi dan tekanan permintaan. Perayaan keagamaan (Idul Adha
dan Hari Natal) serta tahun baru 2010 merupakan faktor utama yang menyebabkan
ekspektasi inflasi dan permintaan masyarakat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut
secara musiman selalu meningkatkan tekanan inflasi. Sementara itu, faktor non
fundamental lebih disebabkan oleh kenaikan harga volatile foods yang juga masih terkait
dengan kegiatan konsumsi masyarakat pada saat perayaan keagamaan dan menjelang akhir
tahun.
Grafik 2.2 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (yoy)
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2008 2009
YOY Manado
YOY Nasional
‐4
‐2
0
2
4
6
8
10
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2008 2009
QTQ Nasional QTQ Manado
32
A. INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado cenderung mengalami trend peningkatan dari posisi
deflasi 0,01% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 2,31% (yoy) pada triwulan IV-2009. Secara
umum, peningkatan laju inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan pada saat perayaan
keagamaan dan menjelang akhir tahun 2009. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok bahan makanan yakni dari -0,82% (yoy) di triwulan III-2009 menjadi 5,82%
(yoy) di akhir triwulan IV-2009.
Peningkatan laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh inflasi
pada sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta ikan segar. Pada triwulan IV-
2009, terdapat 2 (dua) acara perayaan keagamaan yakni Idul Adha dan hari Natal, ditambah
dengan perayaan menjelang tahun baru 2010 menyebabkan adanya peningkatan
permintaan masyarakat akan bahan makanan. Sementara itu, kondisi cuaca yang tidak
stabil mengakibatkan produksi hasil pertanian menjadi berfluktuasi. Pasokan yang kurang
stabil ditambah dengan tingginya permintaan dari masyarakat menyebabkan peningkatan
laju inflasi kelompok bahan makanan. Namun peningkatan laju inflasi kelompok bahan
makanan masih dalam kondisi yang relatif normal.
Selanjutnya kelompok yang mengalami laju inflasi tertinggi kedua adalah kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yakni dari deflasi -0,15% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 0,44% (yoy). Sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan biaya
tempat tinggal mencatat inflasi tertinggi dalam kelompok ini. Adanya kebiasaan masyarakat
di Suawesi Utara memperbaiki kondisi rumah/tempat tinggal serta membeli perlengkapan
rumah tangga menjelang perayaan Natal dan tahun baru diperkirakan menjadi pengaruh
peningkatan laju inflasi kelompok ini.
Laju inflasi kelompok sandang meningkat dari 4,67%(yoy) di triwulan III-2009 menjadi
6,37% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok sandang
disumbang oleh sub kelompok sandang laki-laki, sandang wanita dan sandang anak-anak.
Inflasi yang terjadi pada kelompok ini juga disebabkan oleh adanya pola musiman dimana
terjadi peningkatan permintaan pakaian baru pada saat perayaan Natal dan menjelang
Tahun Baru 2010
33
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
B. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, inflasi Kota Manado meningkat menjadi sebesar 2,50% (qtq). Tidak
berbeda dengan inflasi tahunan, peningkatan inflasi tertinggi secara triwulanan berasal dari
kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Faktor utama pendorong kenakan inflasi tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman,
yakni peningkatan permintaan saat perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal) dan
menjelang akhir tahun 2009. Aktivitas rumah tangga yang meningkat menjelang hari raya
Natal dan tahun baru akan meningkatkan pembelian barang-barang antara lain: pakaian,
softdrink, semen (bahan bangunan), tiket transportasi serta bahan-bahan pembuat
makanan (mentega, dll). Sementara itu, tingginya angka realisasi proyek fisik yang dilakukan
Pemerintah Daerah di triwulan akhir tahun anggaran 2009 juga turut menyumbang laju
inflasi Kota Manado pada triwulan laporan.
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV1 Bahan Makanan 13,58 27,35 26,69 16,95 21,82 4,75 -0,82 5,822 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,33 3,45 5,29 7,11 8,03 7,5 6,15 4,883 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 6,89 13,01 11,77 7,16 3,54 2,07 -0,15 0,444 Sandang 10,31 9,13 8,02 6,21 6,05 4,94 4,67 6,375 Kesehatan 10,08 13,32 13,13 11,51 9,16 5,43 4,84 4,126 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2,34 1,83 2,02 2,32 2,58 2,03 2,63 1,817 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,52 9,91 9,95 8,83 1,05 -8,66 -8,76 -5,33
7,68 13,18 13,15 9,71 8,85 2,25 -0,01 2,31
2008 2009No Kelompok
Umum
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV1 Bahan Makanan 2,32 7,16 6,50 0,15 6,58 -7,86 0,84 6,862 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,68 1,57 3,14 1,55 1,54 1,07 1,85 0,343 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,22 1,15 2,45 0,18 -0,26 -0,29 0,23 0,774 Sandang 4,13 -0,90 1,19 1,71 3,97 -1,93 0,92 3,365 Kesehatan 3,36 5,95 1,56 0,26 1,18 2,32 0,99 -0,426 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,32 0,76 0,32 0,90 0,57 0,22 0,91 0,107 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,13 10,93 0,10 -2,12 -7,03 0,28 -0,02 1,57
1,98 4,25 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50Umum
No Kelompok2008 2009
34
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (mtm)
Sumber: BPS Prov. Sulut dan Nasional, diolah.
B. INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, inflasi pada triwulan IV-2009
memiliki tren meningkat. Pada awal periode,
Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,83%
(mtm), selanjutnya pada bulan Nopember
2009 angka ini meningkat menjadi 1,27%
(mtm), dan sampai dengan akhir triwulan
laporan inflasi di Kota Manado tercatat
sebesar 0,38% (mtm). Berdasarkan kelompok
barang dan jasa, angka inflasi tertinggi
selama triwulan IV-2009 adalah kelompok
sandang yang terus mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 1,67% (mtm) dan
1,53% (mtm) pada bulan Nopember dan Desember 2009. Jika dibandingkan dengan angka
inflasi nasional, inflasi di Kota Manado pada periode laporan jauh berada diatas inflasi
nasional.
Sementara itu, para pelaku ekonomi khususnya konsumen di Sulawesi Utara memiliki
ekspektasi inflasi yang sejalan dengan perkembangan inflasi yang mengalami tren
peningkatan di awal periode laporan namun mengalami penurunan di akhir bulan periode
laporan.
Grafik 2.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
Sumber : BPS Sulut dan Survei Konsumen KBI Manado.
Keterangan : SK* = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 3 bln sebelumnya
SK** = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb menurut SK 6 bln sebelumnya
‐2
‐1
0
1
2
3
4
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
2008 2009%
MTM Manado MTM Nasional
‐2,0
‐1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
0
50
100
150
200
250
Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2008 2009
SK* SK** Inflasi (mtm)
35
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Oktober 2009
Sumber: BPS Nasional, diolah.
OKTOBER 2009
Kota Manado pada Oktober 2009
mengalami inflasi sebesar 0,83%. Angka
ini meningkat dari posisinya di bulan
September yang mencatat deflasi sebesar
0,36% (m.t.). Inflasi dan sumbangan
terbesar berasal dari kelompok bahan
makanan. Total sumbangan bahan
makanan terhadap angka inflasi mencapai
0,77%, dengan inflasi terbesar berasal dari
sub komoditi sayur-sayuran dan bumbu-
bumbuan.
NOPEMBER 2009
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya,
Kota Manado pada Nopember 2009 juga
mengalami inflasi sebesar 1,27%. Kelompok
bahan makanan masih tetap sebagai
penyumbang terbesar dengan andil sebesar
1,06%. Sub kelompok yang mengalami
inflasi tertinggi adalah bumbu-bumbuan.
Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga selama Nopember 2009
adalah : cabe rawit, daun bawang, buncis,
cabe merah, emas perhiasan, kentang, dan
bawang merah.
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Nopember 2009
Sumber: BPS Nasional, diolah.
‐1 0 1 2 3
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
2,91
‐0,25
0,19
0,14
0,00
0,00
0,27
0,77
‐0,04
0,05
0,01
0,00
0,00
0,04
Andil
Inflasi (m.t.m)
‐1 0 1 2 3 4
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
3,94
0,20
0,26
1,67
‐0,47
0,10
0,13
1,06
0,04
0,06
0,10
‐0,02
0,01
0,02
Andil
Inflasi (m.t.m)
36
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa Desember 2009
DESEMBER 2009
Di akhir triwulan laporan Kota Manado
mengalami masih mengalami inflasi sebesar
0,38%. Laju inflasi ini lebih rendah dari
angka inflasi pada bulan Oktober dan
November. Inflasi yang rendah didorong
oleh penurunan indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar dan kelompok
pendidikan.
Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok
bahan makanan yang selama ini menjadi
kelompok yang menyumbangkan inflasi
terbesar, pada Desember 2009 justru
mengalami deflasi sebesar 0,09% dengan
andil sebesar -0,02%.
Sumber: BPS Nasional, diolah.
‐1 0 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
‐0,09
0,38
0,32
1,53
0,04
‐0,01
1,17
‐0,02
0,07
0,08
0,09
0,00
0,00
0,16
Andil
Inflasi (m.t.m)
37
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Secara umum perkembangan perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan IV-2009 (posisi
November 2009) berada pada trend yang melambat walaupun tetap tumbuh positif. Hal ini
tercermin dari perkembangan berbagai indikator seperti total aset, kredit, Dana Pihak Ketiga
(DPK) serta peningkatan jumlah rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan). Bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, total aset dan DPK mengalami pertumbuhan
(yoy) yang juga lebih rendah. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan masih
berjalan baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK sehingga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan.
Dengan risiko dan ketidakpastian pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi,
perbankan saat ini melakukan strategi dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian
dan khusus dalam penyaluran kreditnya saat ini perbankan juga lebih memperhatikan
potensi usaha debitur kedepan melalui risk based pricing.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Total Aset 8.958 9.319 9.905 10.548 10.793 11.691 12.359 13.527 13.635 14.235 14.860 14.732
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,76 17,76 21,67 19,59 20,48 25,45 24,78 28,24 26,33 21,76 20,24 15,53
DPK (Rp Miliar) 5.985 6.436 6.504 7.070 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725 9.755
Tumbuh Y.o.Y (%) 18,14 20,88 19,34 17,49 20,12 20,65 21,91 25,31 23,90 21,67 22,64 15,58
Kredit (Rp Miliar) 5.179 5.638 6.079 6.577 6.823 7.852 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004 10.328
Tumbuh Y.o.Y (%) 20,25 22,04 26,85 29,70 31,74 39,27 39,08 35,84 33,30 22,60 18,34 17,55
LDR (%) 86,53 87,61 93,46 93,02 94,90 101,13 106,62 100,84 102,11 101,90 102,88 105,87
NPL (%) 5,12 4,91 6,29 3,77 4,86 4,88 3,43 2,86 3,86 3,72 3,58 3,25
kredit UMKM 3.221 3.632 3.882 4.064 4.305 5.079 5.435 5.727 5.841 6.185 6.270 6.371
Share UMKM 62,19 64,42 63,86 61,79 63,09 64,68 64,29 64,10 64,22 64,25 62,67 61,68
NPL UMKM (%) 8,23 7,62 7,11 5,67 6,01 5,69 4,91 3,78 4,91 4,96 5,18 4,97
Ket: * Data sampai dengan bulan November 2009
Komponen2007 2008 2009
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
. A. Fungsi Intermediasi Perbankan
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan
melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya
menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya
mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2009 memutuskan untuk tetap
mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%. Pelonggaran kebijakan moneter ini sudah mulai
38
direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang ditandai dengan
penurunan rata-rata tingkat suku bunga kredit, walaupun perubahannya relatif tidak terlalu
signifikan dikarenakan perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam
menurunkan tingkat suku bunga kreditnya ditengah-tengah kondisi pemulihan ekonomi
pasca krisis yang masih dibayangi oleh faktor risiko yang relatif tinggi. Seperti halnya tingkat
suku bunga kredit, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan juga sudah mulai
mengalami penurunan. Lambatnya pihak perbankan dalam merespon penurunan BI Rate
tidak lepas dari adanya penawaran Surat Utang Negara (SUN) seri terbaru yang
menawarkan return sekitar 10%, jauh diatas BI rate.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi perbankan nasional, perbankan di wilayah Sulawesi
Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat suku bunga antar bank. Dampak dari
proses pemulihan krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh masyarakat Sulut,
ditunjukkan melalui pertumbuhan DPK dan kredit yang cenderung melambat. Namun
pertumbuhan kredit masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK, hal inilah yang
menyebabkan LDR mengalami peningkatan. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif
tinggi walau sudah pada trend menurun berimplikasi pada tidak optimalnya akselerasi
pertumbuhan kredit. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik dibawah, sampai
dengan akhir bulan November tingkat suku bunga kredit berfluktuasi tipis dikisaran
16,43%. Pihak perbankan masih mematok margin keuntungan bank yang sangat tinggi,
disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika debitur
mengalami gagal bayar (default). Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku
bunga kredit modal kerja mencapai 17,33% per tahun, kredit investasi (17,04% per tahun)
dan kredit konsumsi (14,91% per tahun). Sementara itu untuk tingkat suku bunga deposito
menunjukkan perkembangan yang sama dengan yang terjadi pada suku bunga kredit.
Trend penurunan dilakukan perbankan sejalan dengan penurunan BI Rate pada bulan
Desember 2008 yang terus turun hingga mencapai 6,50% pada bulan September 2009.
Pada bulan September 2009 tingkat suku bunga deposito berada pada posisi 6,04%.
39
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Penyerapan Dana Masyarakat
Selama empat triwulan terakhir, pertumbuhan DPK secara tahunan relatif tumbuh
melambat. Pada triwulan IV-2009 posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah Sulawesi Utara
tercatat sebesar Rp9.755 miliar atau tumbuh hanya 15,58% (yoy), jauh menurun
dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis
simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis giro yang meningkat 20,55% (yoy)
kemudian disusul oleh jenis tabungan sebesar 17,41% (yoy) dan deposito sebesar 10,53%
(yoy).
Grafik 3.2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.1. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit di Sulut dan BI Rate
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
14,0
14,5
15,0
15,5
16,0
16,5
17,0
17,5
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nop
2009
Sk. Bunga Kredit BI Rate
%
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nop
%Sk. Bunga Deposito BI Rate
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nop
2009
Modal Kerja Investasi Konsumsi
40
Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Persen)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 44,95% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (34,18%) dan giro (20,87%).
Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 65,77% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,23%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,74% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 11,63% (yoy). Perkembangan
pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari
adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih
lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Selain itu, maraknya
bank swasta yang baru membuka cabang di Kota Manado berdampak terhadap persaingan
antar bank dalam menyaring dana pihak ketiga. Seperti halnya jumlah dana pihak ketiga
berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan kepemilikannya juga
‐500
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Giro Deposito Tabungan
21%
34%
45%
Giro Deposito Tabungan
41
masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten
tercatat sebesar Rp1.549 miliar atau tumbuh sebesar 43,06% (yoy). Sedangkan dana milik
swasta juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8.205 miliar atau tumbuh sebesar
11,52% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 72,54% atau Rp7.076 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,12%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (6,86%), Kota Bitung (6,77%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,71%).
Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan
kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra
pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas
pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado.
Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Miliar)
Grafik 3.6 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Bank Pemerintah Bank Swasta
(1.000) 1.000 3.000 5.000 7.000 9.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
2008
2009
Swasta Pemerintah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*Minahasa 468 513 684 586 833 827 794 793 Bolaang Mongondow 392 427 391 448 553 669 697 669 Sangihe Talaud 315 329 343 372 440 473 575 557 Manado 5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 6.835 6.989 7.076 Bitung 644 635 552 583 639 642 669 661 Total 7.189 7.765 7.929 8.860 8.907 9.448 9.725 9.755
Kota/Kabupaten 20092008
42
Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 64,82% (yoy) dengan total DPK sebesar Rp669 miliar. Berikutnya
adalah Kabupaten Sangihe Talaud yang tumbuh 44,69% (yoy) dengan jumlah Rp557 miliar,
Kota Bitung (13,38%), Kota Manado (13,38%) dan Kabupaten Minahasa yang mencatat
pertumbuhan terkecil sebesar 9,14% (yoy).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Mulai membaikknya kondisi perekonomian, belum menunjukkan dampak terhadap
penyaluran kredit oleh bank umum konvensional. Hal ini terlihat dari masih melambatnya
pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2009. Outstanding kredit yang disalurkan sampai
dengan bulan November 2009 adalah sebesar Rp10.328 miliar. Secara tahunan, kredit
tumbuh 17,55% (yoy) terus mengalami koreksi sejak akhir triwulan IV-2008. Berdasarkan
jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi
mencapai jumlah Rp5.751 miliar atau tumbuh sebesar 32,98%. Pertumbuhan yang cukup
signifikan ini dipicu dari tingginya aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang
dikonfirmasi dengan data pertumbuhan ekonomi khususnya dari komponen konsumsi yang
juga dominan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara. Untuk jenis
kredit investasi dan kredit modal kerja pertumbuhannya masing-masing sebesar 11,98%
(yoy) dan 0,36% (yoy).
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.8 Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Milyar Rupiah)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008
Bitung 644 635 552 583 639 642 669 661
Manado 5.371 5.862 5.959 6.872 6.443 6.835 6.989 7.076
Sangihe Talaud 315 329 343 372 440 473 575 557
Bolmong 392 427 391 448 553 669 697 669
Minahasa 468 513 684 586 833 827 794 793
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000 Minahasa Bolmong Sangihe Talaud
Manado Bitung
0 20 40 60 80 100
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q4‐09*
Q3‐09
Q4‐08
43
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Miliar)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
55,68% dari total kredit yang disalurkan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi yang juga paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan modal
kerja. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 35,04%, dan kemudian diikuti
oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 9,28%. Berdasarkan sektor ekonominya,
penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor lainnya
(konsumsi) dengan jumlah Rp5.556 miliar dengan pangsa 55,80%. Selanjutnya diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.916 miliar dengan
pangsa sebesar 28,24% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada sektor konstruksi
dan sektor jasa dunia usaha masing-masing dengan pangsa 4,56% dan 4,16%. Dominasi
penyaluran kredit pada sektor PHR didorong oleh tingginya tingkat aktivitas konsumsi
masyarakat, dibukanya pusat perbelanjaan baru di Manado (Manado Trade Center), dan
meningkatnya wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Sulawesi Utara pasca
terselenggaranya event internasional, sehingga hal ini menjadi insentif bagi pihak
perbankan untuk menyalurkan kredit di sektor ini.
Sementara itu berdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertumbuhan kredit paling
signifikan terjadi di sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan yang tumbuh 100,17% (yoy) dengan
jumlah Rp89 juta. Berikutnya adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor laimmya
(konsumsi) yang tumbuh masing-masing sebesar 43,79% (yoy) dan 32,79% (yoy).
Selanjutnya beberapa sektor juga mengalami kontraksi penyaluran kredit yakni di sektor
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Persen)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
‐5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nop
2009
% gInvestasi gModal Kerja gKonsumsi gTotal Kredit
‐ 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
2008
2009 Konsumsi
Investasi
Modal Kerja
44
pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 36,01% (yoy), sektor transportasi dan
komunikasi terkontraksi sebesar 30,77% (yoy) dan sektor perindustrian yang berkontraksi
sebesar 1,40% (yoy).
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.952 miliar atau mencapai
pangsa pasar 76,99% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.376 miliar
dengan pangsa pasar 23,01%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum
pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh
sebesar 24,30% (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan penyaluran kredit di bank swasta justru
mengalami kontraksi sebesar 0,53% (yoy). Banyaknya bank swasta di wilayah Sulawesi
Utara memdorong persaingan yang semakin kuat, yang berdampak terhadap lambatnya
pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank swasta.
Grafik 3.13.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
‐ 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
2008
2009
Lainnya (Konsumsi)
Sektor Produktif LainnyaPHR
Konstruksi
Pertanian
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Bank Pemerintah Bank Swasta
45
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp10.328 miliar, sebesar
64,85% atau sebesar Rp6.697 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak
lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai
sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,40% (Rp1.281 miliar), Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 9,98% (Rp1.030 miliar), Kota Bitung sebesar 6,69% (Rp.691 miliar),
dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,09% (Rp.629 miliar).
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Minahasa sebesar 25,41% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota
Manado sebesar 12,28% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan
terjadi karena respon pihak perbankan atas kondisi ketidakpastian pemulihan perekonomian
global yang kemudian berdampak pada perilaku perbankan yang lebih memperhitungkan
faktor risiko dengan fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih memperhatikan potensi
usaha dari debitur kedepan melalui risk based pricing.
Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan tercermin dari angka Loan to
Deposit Ratio (LDR) sebesar dari 105,87% pada triwulan laporan, naik dari posisinya di
periode yang sama tahun lalu sebesar 101,33%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan
LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan
karena pertumbuhan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan DPK
yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Bitung Manado Sangihe Talaud
Bolmong Minahasa
‐ 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q4*‐2009
Q3‐2009
Q4‐2008
46
dialami oleh Kota Manado sebesar 94,65%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Minahasa sebesar 161,61%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten
Bolaang Mongondow sebesar 154,01%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 112,93%, dan
Kota Bitung sebesar 104,55%.
Grafik 3.16.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan IV–2009
(bulan November 2009), jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.371
miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 12,13% (yoy). Pencapaian ini lebih rendah baik bila
dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 17,55%
(yoy), maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat
mencapai 15,37% (yoy).
Grafik 3.17.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
‐ 50 100 150 200
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q4*‐2009
Q3‐2009
Q4‐2008
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug Sep
Okt
Nop
2009
gKredit gUMKM
47
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,69% dari total kredit MKM merupakan jenis
kredit menengah sedangkan sisanya 32,67% merupakan jenis kredit kecil dan baru
sebagian kecil atau hanya 5,65% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro
dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis
kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 15,38% dan 6,70%, jauh dari batas
toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik
yaitu sebesar 3,09%.
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih
banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,37%
dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang rata-
rata memiliki pangsa pada kisaran 5,8%-10%. Berdasarkan laju pertumbuhannya,
perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi
yaitu sebesar 31,39% (yoy) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM
terendah adalah Kabupaten Kep.Sangihe Talaud yang tumbuh hanya sebesar 0,79% (yoy).
Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Miliar)
Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Persen)
Grafik 3.20. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
‐
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Mikro Kecil Menengah
‐ 20 40 60 80 100 120 140 160
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4*
2008
2009
Menengah
Kecil
Mikro
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Bitung ManadoSangihe‐Talaud BolmongMinahasa
0 20 40 60 80
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q4*‐2009
Q3‐2009
Q4‐2008
%
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
48
B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan IV-2009 (November
2009) memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,83% turun dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 5,95%. Penurunan rasio
merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi intermediasi
perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia yang
dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih
memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing.
Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(Rp. Miliar)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan (November 2009) NIM menunjukkan angka
yang positif tercatat sebesar Rp1.017 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp897miliar. Pendapatan
bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan
lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Plafond 7.774 8.460 9.688 9.920 10.187 10.647 11.031 11.499
Outstanding 6.823 7.297 8.454 8.934 9.095 9.627 10.004 10.328
Rasio UL (%) 7,86 9,89 7,94 5,95 6,20 5,50 5,38 5,83
‐
2
4
6
8
10
12
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000 %Milliar
49
dan deposito). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK.
Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak
efisien. Pada triwulan IV-2009 (November 2009) rasio BOPO menunjukkan adanya
penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan
laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari rasio BOPO
bank umum yang turun menjadi 71,24% dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 73,62%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih
efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Grafik 3.24. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Pend.Bunga 266 560 890 1.242 363 748 1.154 1.438
Biaya Bunga 72 147 232 345 119 235 348 420
NIM 194 413 659 897 244 513 805 1.017
‐
200
400
600
800
1.000
1.200
‐
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
BO 231 571 776 1.087 322 683 997 1.202
PO 316 831 1.061 1.477 423 880 1.358 1.687
Rasio 73,21 68,71 73,18 73,62 76,05 77,62 73,40 71,24
64
66
68
70
72
74
76
78
80
‐
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800 %Miliar
50
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2009
(November 2009), rasio ROA bank umum tercatat sebesar 4,08% mengalami peningkatan
bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,19%.
Peningkatan rasio ROA ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset
yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Risiko Pasar
Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
Tabel 3.3
Portfolio Interest Instrument Perbankan di Sulawesi Utara
Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum
(Persen)
Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum
(Juta Rupiah)
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
ROA (Persen)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009
Aset (Rp Juta) 10.79311.69112.35913.52713.63514.23514.86014.732
L/R (Rp Juta) 79 174 274 297 134 253 459 601
‐50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*1 Penempatan pada Bank Indonesia 495.073 285.011 147.572 268.989 325.866 557.217 276.822 823.005 506.112 2 Penempatan pada Bank Lain 303.272 514.885 181.097 736.439 882.820 662.912 811.397 428.212 393.565 3 Surat Berharga yang Dimiliki 9.406 47.065 28.724 30.503 26.997 99.444 118.866 84.048 66.814 4 Kredit yang Diberikan 6.572.753 7.852.343 8.258.003 8.454.101 8.934.226 9.095.096 9.627.209 10.004.379 10.327.683 5 Tagihan Lainnya 2.773 1.255 1.276 1.437 1.483 1.507 1.678 1.473 1.679
7.383.277 8.700.559 8.616.672 9.491.469 10.171.392 10.416.176 10.835.972 11.341.117 11.295.853
Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*1 Giro 1.282.087 1.536.988 1.420.546 1.383.487 1.496.273 1.794.586 1.938.986 2.054.467 2.036.156 2 Tabungan 3.564.430 4.021.549 3.793.125 3.803.628 4.341.512 3.779.939 4.200.386 4.251.509 4.348.740 3 Simpanan Berjangka 2.208.649 2.206.430 2.429.922 2.742.030 3.022.149 3.332.881 3.308.172 3.418.644 3.333.849 4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 4.774 4.779 4.458 4.491 4.352 3.823 3.340 3.215 3.174 5 Kewajiban kepada Bank Lain 275.456 482.334 407.649 620.490 1.096.345 358.076 596.771 567.913 472.554 6 Surat Berharga yang Diterbitkan 169.434 171.530 9.536 168.801 162.987 161.087 163.091 161.031 161.366 7 Pinjaman yang Diterima 11.329 9.430 65.862 9.589 8.555 8.040 13.742 13.158 10.782 8 Kewajiban Lainnya 50.643 70.695 11.385 87.197 74.771 60.921 86.231 65.521 129.363 9 Setoran Jaminan 10.833 10.586 - 12.364 16.906 17.669 19.950 19.298 20.281
7.577.635 8.514.321 8.142.483 8.832.077 10.223.850 9.517.022 10.330.669 10.554.756 10.516.265-194.358 186.238 474.189 659.392 -52.458 899.154 505.303 786.361 779.588
2009
2009
RSA
RSLGAP
No. Aktiva
No. Passiva
2008
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
51
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan IV-2009 berada pada kondisi positif
gap yang berarti RSA > RSL. Salah satu penyebabnya adalah perbankan masih
mempertahankan tingkat suku bunga kredit yang jauh lebih tinggi dibandingkan suku
bunga simpanan untuk memaksimalkan keuntungannya.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional
dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara
sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo.
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Kinerja BPR selama triwulan IV-2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan periode
yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin dari
naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa
indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL. Pada triwulan laporan
total aset BPR tercatat Rp239,5 miliar, tumbuh 16,74% (yoy) dibandingkan posisi yang
sama tahun sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 19,03%
(yoy) mencapai Rp171,3 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan
dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,34% atau sebesar Rp120,5 miliar, sedangkan
sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
Aset 177,2 186,6 194,5 205,2 207,9 220,4 237,8 239,5 16,74%
DPK 132,8 135,5 143,1 144,0 153,0 160,3 171,5 171,3 19,03%
Deposito 96,0 95,4 101,5 100,4 108,8 113,1 120,3 120,5 20,00%
Tabungan 36,8 40,1 41,6 43,5 44,2 47,2 51,2 50,8 16,79%
Kredit 139,8 157,8 161,6 156,9 163,7 181,5 195,6 203,1 29,44%
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 32,5 35,4 37,7 36,6 39,6 45,7 51,0 55,2 50,71%
Investasi 12,2 12,4 14,5 14,2 14,5 13,5 13,4 13,3 -5,89%
Konsumsi 95,1 110,1 109,4 106,1 109,5 122,3 131,2 134,6 26,81%
Sektoral
Pertanian 3,0 2,9 3,4 3,3 3,1 3,2 3,9 4,5 33,32%
Perindustrian 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,6 42,82%
PHR 24,3 26,9 27,6 26,4 28,1 28,2 31,6 34,2 29,67%
Jasa-jasa 10,8 11,3 12,7 12,2 14,3 15,1 18,1 18,9 54,97%
Lain-lain 101,0 116,3 117,6 114,6 117,7 134,4 141,5 144,9 26,50%
LDR (Persen) 105,3 116,5 113,0 109,0 107,0 113,2 114,0 118,5
NPL (Persen) 3,5 3,1 3,4 3,3 3,5 3,2 3,3 3,1*) posisi November 2009Sumber : Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan rakyat (LBPR)
Y.o.YKomponen2008 2009
52
besar merupakan kredit konsumsi mencapai Rp134,6 miliar dengan pangsa 66,28%,
selanjutnya kredit modal kerja sebesar Rp55,2 miliar (27,16%) dan sisanya kredit investasi
sebesar Rp13,3 miliar (6,56%).
Terlihat dalam tabel diatas, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 50,71% (yoy) kemudian
disusul oleh kredit konsumsi sebesar 26,81%(yoy). Sebaliknya kredit investasi mengalami
pertumbuhan yang negatif sebesar 5,89%. Peningkatan pertumbuhan kredit modal kerja ini
sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor perdagangan dan retail, dimana nasabah
yang mengajukan kredit modal kerja di BPR umumnya digunakan untuk usaha jenis retail.
Sementara itu, kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu konsekuensi
logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung
oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan
bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi
intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang mencapai
118,5% mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 109,0%. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan
penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total
kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR
(total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai
salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Kinerja yang semakin membaik juga
diperlihatkan oleh penurunan pada jumlah kredit bermasalah yang dicerminkan oleh
turunnya rasio NPL (Non Performing Loan) menjadi 3,1% dari posisi yang sama tahun
sebelumnya maupun dari posisinya pada triwulan III-2009 sebesar 3.3%.
53
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009
diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama
berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34
Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.
Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara
2005 2006 2007 2008 2009F
Sektoral - 1,478 2,271 2,850 3,089
TOTAL 2,779 5,646 6,618 7,872 9,220
1,094 613 693 788 Perimbangan (DAU/DAK) 1,853 3,074 3,734 4,328 5,343 Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan 927
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu
4.1. Dana Perimbangan
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun
2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008.
Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota
di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di
Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota
Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong
Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong
sebesar 16,96%.
54
Total Dana
Perimbangan (Juta Rp) th.
2008
Total Dana Perimbangan (Juta Rp) th.
2009
Naik/Turun (Persen)
Pemprov 604.70 668.99 10.63 Manado 504.13 516.13 2.38 Bitung 327.74 335.57 2.39 Tomohon 293.07 284.38 (2.97) Minahasa 459.47 465.44 1.30 Minsel 316.74 359.70 13.56 Minut 361.32 335.43 (7.16) Bolmong 406.96 337.93 (16.96) Talaud 326.03 344.78 5.75 Sangihe 297.18 419.46 41.14 Kotamobagu 94.66 265.69 180.67 Bolmut 92.74 266.61 187.47 Sitaro 120.89 286.80 137.24 Mitra 122.79 335.43 173.17 Boltim n.a. 54.22 Bosel n.a. 66.88 TOTAL 4,328.44 5,343.44 23.45 *) Daerah Pemekaran Tahun 2008
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan
pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah
Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran,
Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe
sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana
perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009
Grafik 4.1 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008
Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
55
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi
Utara pada APBD Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara
agregat, pangsa dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturut-
turut sebesar 76,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana
perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah)
yang dilakukan melalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari
sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya
pangsa Dana Bagi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi
Sulawesi Utara terhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan
sumber daya alam masih kecil.
4.2. Perkembangan APBD Provinsi
Kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 relatif lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan 31 Desember 2009, total
pengeluaran pemerintah mencapai Rp1.034 milliar atau mencapai 91,3% dari target
pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133 milliar. Sementara itu, total penerimaan
pemerintah mencapai Rp1023 milliar atau 98,5% dari target penerimaan dalam APBD-P
sebesar Rp1.039 milliar. Realisasi penerimaan yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran
menyebabkan keuangan pemerintah hingga triwulan IV-2009 mengalami defisit sebesar
Rp11,08 milliar. Keadaan ini selanjutnya ditanggulangi dengan adanya pembiayaan daerah
senilai Rp99,10 milliar hingga di akhir tahun terdapat SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran) sebesar Rp88,02 milliar.
Grafik 4.3 Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009
Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu
56
Nominal % Nominal % Penerimaan 791.77 924.74 965.07 104.4 1,039.06 1,023.37 98.5
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 240.20 296.42 322.41 108.8 317.32 331.11 104.3 Dana Perimbangan 488.57 609.83 613.66 100.6 686.74 692.26 100.8 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63.00 18.50 29.00 156.8 35.00 - -
Pengeluaran 821.06 973.58 912.87 93.8 1,133.47 1,034.46 91.3 Konsumsi Pemerintah 669.27 791.34 755.53 95.48 849.50 792.82 93.3 Belanja Pegawai 311.99 386.14 366.61 94.9 355.38 335.04 94.3 Belanja Barang dan Jasa 205.33 196.87 184.69 93.8 252.86 236.00 93.3 Belanja Bantuan Sosial 64.98 59.80 58.54 97.9 57.13 54.72 95.8 Belanja Bagi Hasil Pajak 70.95 108.13 107.10 99.0 146.02 136.75 93.7 Belanja Bantuan Keuangan 11.00 29.50 29.50 100.0 10.00 6.00 60.0 Belanja Tidak Terduga 5.02 2.00 0.34 17.0 4.00 2.25 56.3 Belanja Hibah - 8.90 8.75 98.3 24.11 22.06 91.5 Belanja Modal 151.80 182.24 157.34 86.3 283.97 241.64 85.1
Surplus / Defisit -29.29 -48.83 52.20 -94.40 -11.08Pembiayaan Daerah 29.29 48.83 -5.05 94.10 99.10SILPA - - 47.16 -0.30 88.02
APBD-P 2007
APBD-P 2008Rincian
Realisasi s.d. 31 Des 2009
Realisasi s.d. 31 Des 2008 APBD-P
2009
1. Penerimaan Provinsi
Total realisasi penerimaan provinsi s.d. posisi 31 Desember 2009 mencapai Rp1.023,37
milliar, atau 98,5% dari target penerimaan dalam APBD-P. Berdasarkan komponen
pembentuknya, sumber penerimaan ini terutama berasal dari dana perimbangan (utamanya
Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 67,65% disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan
pangsa 32,4%.
Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-
aset yang dimiliki hingga akhir tahun terlihat optimal. Hal ini tercermin dari meningkatnya
prosentase realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 104,3% dengan nominal
sebesar Rp331,11 milyar. Berdasarkan komponen pembentuknya, PAD ini terutama
bersumber dari penerimaan pajak sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Pencapaian PAD sepanjang Tahun 2009 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan
kebutuhan dana pembangunan di Sulawesi Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio
kemandirian fiskal daerah yaitu perbandingan PAD terhadap total belanja yang hanya
32,4%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh
dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
Tabel 4.3. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2009
(dalam Miliar Rp)
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
57
2. Pengeluaran Provinsi
Realisasi pengeluaran provinsi sepanjang Tahun 2009 mencapai Rp1.034,45 milliar atau
91,3% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009. Pencapaian ini
sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu mencapai
93,8%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama didominasi
untuk konsumsi pemerintah dengan pangsa 76,6% mencapai Rp792,82 milliar sedangkan
pangsa belanja modal mencapai Rp 241,64 milliar dengan pangsa 23,4%. Dibandingkan
tahun lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp283,97 milliar meningkat
sebesar 55,82%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan
meningkatnya kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata
dialokasikan untuk konsumsi semata (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).
3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan
tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil
bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 2,47% terhadap nilai
tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi belanja modal memberikan
kontribusi sebesar 0,75%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk
diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi
anggaran belanja dan modal dalam APBD-P provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar
3,22% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, dampak realisasi APBD
provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember 2009
berada pada kondisi ekspansif yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih sedikit
dibandingkan jumlah pengeluarannya.
58
Nominal % Realisasi
% thd PDRB
A. PENERIMAAN RUPIAH 1,028.71 1,039.06 1,023.37 98.5 3.18Pendapatan Asli Daerah 309.72 317.32 331.11 104.3 1.03
Pajak Daerah 275.62 279.83 289.38 103.4 0.90Retrebusi 7.60 10.09 7.57 75.0 0.02Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16.50 16.30 16.37 100.4 0.05Lain-lain 10.00 11.10 17.80 160.3 0.06
Dana Perimbangan 668.99 686.74 692.26 100.8 2.15Bagi Hsl. Pajak 56.52 56.52 61.30 108.5 0.19Dana Alokasi Umum 558.63 558.63 558.63 100.0 1.74Dana Alokasi Khusus 52.88 52.88 52.88 100.0 0.16Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.96 0.97 1.46 150.8 0.00Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 17.75 18.00 101.4 0.06
Lain-Lain Pendapatan Sah 50.00 35.00 0.00 0.0 0.00B. PENGELUARAN RUPIAH 1,121.51 1,133.46 1,034.45 91.3 3.22
Konsumsi Pemerintah 878.82 849.49 792.81 93.3 2.47Belanja Pegawai 397.78 355.38 335.04 94.3 1.04Belanja Barang dan Jasa 221.12 252.86 236.00 93.3 0.73Belanja Bantuan Sosial 58.41 57.13 54.72 95.8 0.17Belanja Bagi Hasil Pajak 167.63 146.02 136.75 93.6 0.43Belanja Bantuan Keuangan 10.00 10.00 6.00 60.0 0.02Belanja Tidak Terduga 7.50 4.00 2.25 56.3 0.01Belanja Hibah 16.38 24.11 22.06 91.5 0.07
Belanja Modal 242.69 283.97 241.64 85.1 0.75D. SURPLUS/ (DEFISIT) -93.08 -94.40 -11.08C. PEMBIAYAAN DAERAH 91.73 94.10 99.10E. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) -1.35 -0.30 88.02
APBD-P 2009
Realisasi APBD 31 Des 2009
URAIAN APBD 2009
Tabel 4.4. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 Desember 2009
(dalam Milliar Rp)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
59
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non
tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan undang-
undang. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal dimasyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu
dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu, untuk transaksi non
tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman dan
handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata
peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses
hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran,
itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang
dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang
dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan
dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen
dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara
wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-2009
berada pada kondisi net outflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang keluar ke
masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang
masuk ke Bank Indonesia (inflow). Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan
merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan keagamaan (Idul Adha dan Hari
Natal) serta perayaan menjelang tahun baru.
Jumlah aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 7,89%
(yoy) atau sebesar Rp17,16 miliar sedangkan aliran uang keluar mengalami peningkatan
yang cukup signifikan sebesar 60,56% (yoy) atau sebesar Rp259,26 miliar. Peningkatan ini
antara lain disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat akan uang kartal menjelang
perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Posisi outflow juga banyak disumbangkan baik melalui
penukaran langsung oleh masyarakat di counter Bank Indonesia maupun melalui bayaran
60
kepada pihak perbankan. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada
pada kondisi outflow sebesar Rp452,84 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya sebesar Rp210,82 miliar. Secara bulanan, net outflow tertinggi terjadi
pada bulan Desember 2009 sebesar Rp537,15 miliar, berikutnya di bulan November 2009
sebesar Rp67,80 miliar. Sedangkan di bulan Oktober 2009. Kondisi pada triwulan laporan
yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas perekonomian lebih bergairah
pada triwulan ini, hal ini berkenaan dengan faktor musiman antara lain perayaan
keagamaan (Idul Adha dan Hari Natal), perayaan menjelang Tahun Baru, serta tingginya
realisasi konsumsi pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran 2009.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
(Rp. Miliar)
Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan
kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan
terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap
uang kartal masuk tercatat sebesar 89,15%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 46,91%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi
tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp209,10 miliar atau naik 105,06%
(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122 235
Outflow (‐) ‐87 ‐337 ‐370 ‐428 ‐18 ‐355 ‐235 ‐687
Net Flow 505 ‐218 ‐268 ‐211 595 ‐195 ‐113 ‐453
‐800
‐600
‐400
‐200
0
200
400
600
800
61
Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
(Persen)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan IV-2009 posisi aliran kas titipan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Inflow 533 516 702 615 621 542 645 629
Outflow -463 -672 -755 -560 -443 -611 -566 -673
Netflow 70 -156 -53 55 178 -69 80 -44
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Inflow (+) 592 119 103 217 613 160 122 235
PTTB 305 169 118 102 53 78 490 209
Rasio 51,44 142,50114,74 46,91 8,57 49,00 402,99 89,15
‐
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
‐
100
200
300
400
500
600
700 % Miliar Inflow (+) PTTB Rasio
62
Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp43,77 miliar. Net outflow yang terjadi
selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan
sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.
Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna
(Rp. Miliar)
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe.
Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk
melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh
dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna
cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna
pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang
lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar
Rp3,49 miliar. Kondisi ini mengalami penurunan 94,48% jika dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat outflow sebesar Rp63 miliar. Kondisi net
outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna mengindikasikan kembali bergairahnya
perekonomian di daerah tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja
pemerintah dan swasta.
B. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan
adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009
Inflow 51 19 23 36 57 27 40 108
Outflow -31 -67 -71 -100 -39 -78 -63 -111
Netflow 20 -48 -49 -63 18 -51 -23 -3
-150
-100
-50
0
50
100
150
63
2009 sebanyak 47 lembar yang terdiri dari 18 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 15
lembar uang pecahan Rp50.000, 10 lembar uang pecahan Rp20.000,- serta masing-masing
2 lembar uang pecahan Rp10.000,- dan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan
posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 136 lembar. Penurunan temuan ini
mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah
cukup baik.
Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Rp Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku
pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi
tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal
tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan
peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk
melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak
Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan IV-2009 sebanyak 96.098 lembar dengan
nilai Rp2.181 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode sebelumnya,
terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat
berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan
tercatat sebanyak 1.582 lembar dengan nilai sebesar Rp36 miliar. Angka inipun meningkat
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
- Rp100.000,- 2 1.014 14 1 14 5 4 18
- Rp50.000,- 17 19 16 135 23 12 6 15
- Rp20.000,- 6 0 1 0 3 0 4 10
- Rp10.000,- 0 2 2 0 0 0 0 2
- Rp5.000,- 0 0 0 0 1 1 0 2
- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 25 1.035 33 136 41 18 14 47
2008Pecahan
2009
64
17,76% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1.20% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,98%
maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,02%.
Namun jika dilihat dari segi jumlah nominalnya terdapat penurunan sebesar 14,16% (yoy)
dari 1,49% pada triwulan IV-2008 menjadi 1,28% pada triwulan IV-2009 dari rata-rata
nominal cek dan BG yang dikliringkan per hari.
D. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, mempunyai keunggulan
dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat
diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan IV-2009 perkembangan
volume transaksi melalui RTGS (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai 5.774
transaksi dengan nilai Rp2.414,15 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 5,78%
dibandingkan nilainya di triwulan IV-2008. Namun jika dilihat dari banyaknya transaksi,
volume RTGS mengalami penurunan sebesar 16,68% dari 6.930 transaksi di triwulan IV-
2008 menjadi hanya 5.774 transaksi pada periode laporan. Perkembangan volume RTGS di
wilayah Sulawesi Utara terus mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh lambatnya
proses penyelesaian transaksi sejak dioperasikannya RTGS secara sentralisasi melalui Kantor
Pusat Bank Indonesia.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Perputaran Kliringa. Lembar 76.386 85.075 87.329 85.612 83.172 90.363 93.945 96.098b. Nominal (Rp miliar) 1.634 1.703 1.804 1.803 1.762 1.891 2.036 2.181 Rata-rata perputaran kliring per haria. Lembar 1.273 1.350 1.386 1.451 1.409 1.457 1.566 1.582b. Nominal (Rp miliar) 27,24 27,04 28,63 30,57 29,90 30,45 33,97 36,00 Persentase rata-rata penolakana. Lembar (%) 0,51 0,56 0,75 0,98 0,87 0,91 1,02 1,20b. Nominal (%) 0,83 0,58 0,80 1,49 0,79 0,92 1,14 1,28
20092008KETERANGAN
65
Tabel 5.3.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Rp. Milliar)
Nilai Nilai Nilai(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Okt 204,55 841 488,21 952 692,76 1.793Nov 202,07 715 449,31 957 651,38 1.672Dec 300,83 1.042 637,31 2.127 938,14 3.465Tw IV-08 707,45 2.598 1.574,83 4.036 2.282,28 6.930Jan 196,05 619 490,73 1.275 686,78 1.894Feb 220,92 716 435,00 784 655,92 1.500Mar 278,32 751 563,45 835 841,77 1.586Tw I-09 695,29 2.086 1.489,18 2.894 2.184,47 4.980Apr 254,13 845 623,87 994 878,00 1.839Mei 250,57 946 515,09 849 765,66 1.795Jun 156,81 479 494,57 830 651,38 1.309Tw II-09 661,51 2.270 1.633,53 2.673 2.295,04 4.943Jul 127,73 420 539,12 1.388 666,85 1.808Agust 130,87 502 502,00 800 632,87 1.302Sep 143,68 460 526,54 792 670,22 1.252Tw III-09 402,28 1.382 1.567,66 2.980 1.969,94 4.362Okt 191,76 718 498,42 799 690,18 1.517Nov 225,20 748 544,54 941 769,74 1.689Dec 356,68 1.036 597,55 1.532 954,23 2.568Tw IV-09 773,64 2.502 1.640,51 3.272 2.414,15 5.774Pertumbuhan (%) 9,36 -3,70 4,17 -18,93 5,78 -16,68
BulanFROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
Sumber : www.bi.go.id, diolah
66
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus 2009
mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar
10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar
10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap kondisi Februari 2009 yang juga
mengalami penurunan sebesar 0,07%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian
masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke
sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan sektor jasa. Berdasarkan persebarannya,
Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka
pengangguran tertinggi.
A. PENGANGGURAN
Struktur ketenagakerjaan pada periode Agustus 2009 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1.051.130 orang (62,05%) masih lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 642.995 orang. Jumlah
angkatan kerja ini meningkat tipis sebesar 2,96% (yoy) atau sebanyak 30.178 orang
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009
Penduduk 15 Thn ke atas 1.621.331 1.639.282 1.654.863 1.672.655 1.658.299 1.669.313 1.685.502 1.694.125
Angkatan Kerja 990.759 970.416 1.086.281 1.036.499 1.046.665 1.020.952 1.077.155 1.051.130
Bekerja 855.300 828.550 944.635 908.503 917.363 912.198 962.627 940.173
Mencari Kerja 135.459 141.866 141.646 127.996 129.302 108.754 114.528 110.957
Bukan Angkatan Kerja 630.572 668.866 568.582 636.156 611.634 648.361 608.347 642.995
Sekolah 134.119 135.456 126.474 135.611 127.274 135.318 133.770 141.920
Mengurus Rumah Tangga 407.173 443.542 359.201 398.195 406.055 406.882 371.568 416.048
Lainnya 89.280 89.868 82.907 102.350 78.305 106.161 103.009 85.027
TPAK (persen) 61,10 59,20 65,60 61,97 63,12 61,16 63,91 62,05
TPT (persen) 13,70 14,60 13,00 12,35 12,35 10,65 10,63 10,56
Setengah Pengangguran 296.780 258.838 269.657 250.435 214.237 260.650 254.457 237.686
Setengah Pengangguran Terpaksa 138.683 114.537 125.402 120.060 124.522 128.580 124.806 110.398
Setengah Pengangguran Sukarela 158.097 144.301 144.255 130.375 89.715 132.070 129.651 127.288
Aug-09Jenis Kegiatan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data
Agustus 2009 mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja berjumlah
67
940.173 orang, meningkat 3,07% (yoy) atau sebanyak 27.975 orang dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja,
jumlah orang yang mencari kerja pun mengalami peningkatan yaitu dari 108.754 orang
pada Agustus 2008 naik 2,03% (yoy) menjadi 110.957 orang pada Agustus 2009.
Peningkatan jumlah pencari kerja menggambarkan kondisi penyerapan tenaga kerja yang
cenderung memburuk. Apabila dilihat komponennya, maka peningkatan ini dipicu oleh
semakin banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Agustus 2008 – Agustus 2009
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami peningkatan 0,88% (yoy) dari 61,16% pada Agustus 20008 menjadi 62,05%
pada Agustus 2009. TPAK sebesar 62,05% tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 62
penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari pekerjaan dari sebanyak 100
orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) pada Agustus 2009 sebesar 10,56%, merupakan angka yang
terendah selama periode Februari 2006 – Agustus 2009. Hal ini menunjukkan bahwa dari
sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja hanya 10-11 orang yang
menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.
Penurunan tingkat pengangguran ini
terkonfirmasi dari hasil survey konsumen
yang diselenggarakan di kota Manado. Dari
hasil survey konsumen tersebut, konsumen
rumah tangga menilai ketersediaan
lapangan pekerjaan saat ini masih cukup
baik. Sampai dengan data akhir bulan
Desember 2009, indeks ketersedian
lapangan kerja saat ini cukup optimis,
dicerminkan dengan indeks 136 (diatas
angka 100).
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
Berdasarkan SK Desember 2009
Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen September 2009
100,5
66,567,0
84,5
112,0
123,5
110,0128,5
140,5
122,0
76,5
136,0
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
2009
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini
68
Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Periode Februari 2006 – Februari 2009
Pertanian 378.631 373.329 363.771 362.615 386.873 345.595
Pertambangan 18.229 8.703 14.806 12.804 19.048 18.301
Industri 65.290 44.497 61.270 43.846 57.094 57.520
Listrik, Gas & Air Bersih 2.872 1.338 3.223 3.951 4.312 4.048
Konstruksi 54.819 61.209 56.406 67.121 53.091 68.843
Perdagangan 174.127 164.718 144.155 163.693 175.012 173.432
Transportasi 89.220 86.287 136.047 90.561 102.115 93.012
Keuangan 12.900 15.627 10.127 13.850 14.496 16.546
Jasa 148.547 152.795 127.558 153.757 150.586 162.876
TOTAL 944.635 908.503 917.363 912.198 962.627 940.173
Ags-09Lapangan Pekerjaan Utama Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Agustus
2009 relatif sama bila dibandingkan Agustus 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama
penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 345.595
orang (37,76%). Jumlah ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan pada bulan
Agustus 2008 yang tercatat sebanyak 362.615 orang. Secara umum bila dibandingkan
dengan kondisi pada Agustus 2008, seluruh sektor selain sektor pertanian, mengalami
peningkatan jumlah tenaga kerja. Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun sektor
utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi Utara masih paling banyak di sektor
pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama ke sektor
perdagangan yang tumbuh cukup signifikan sebesar 18,45%. Pergeseran ini terjadi terkait
dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka perhelatan
even internasional. Adanya penyelenggaraan even internasional ini membawa efek lanjutan
dimana wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga
lebih memacu pertumbuhan di sektor PHR.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
36,76%
1,95%
6,12%
0,43%
7,32%
18,45%
9,89%
1,76%
17,32%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas & Air BersihKonstruksi
Perdagangan
Transportasi
Keuangan
Jasa
69
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Periode Februari 2006 – Februari 2009
Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada
di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi
oleh berusaha sendiri sebanyak 286.716 orang (30,50%), dan buruh/karyawan/pegawai
sebanyak 284.798 orang (30,29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah
kategori pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap – buruh dibayar sebanyak 42.900 orang
(4,56%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah
sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 167.838 orang (45,33%) dan berusaha sendiri
sebesar 115.573 orang (31,22%). Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan
penduduk yang bekerja sebagian besar adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 171.143
(30,03%) dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 116.960 orang (20,52%). Penduduk laki-
laki yang bekerja paling banyak berstatus berusaha sendiri yaitu sebesar 209.072 orang dan
buruh/karyawan/pegawai sebesar 192.248 orang, sedangkan penduduk perempuan yang
bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 92.550 orang dan
pekerja yang tidak dibayar sebanyak 56.308 orang.
Grafikl 6.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi
Sulawesi Utara Februari 2007 – Agustus 2009
Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan
Nasional Februari 2007 - Agustus 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Kota Desa LK PR
Berusaha Sendiri 328.437 282.696 287.238 286.716 115.573 171.143 209.072 77.644
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar
148.096 134.423 130.426 129.345 28.322 101.023 104.011 25.334
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar
27.657 31.026 41.175 42.900 12.312 30.588 39.303 3.597
Buruh/Karyawan 246.547 264.692 279.163 284.798 167.838 116.960 192.248 92.550
Pekerja Bebas Pertanian 50.688 60.824 64.141 48.003 5.506 42.497 42.005 5.998
Pekerja Bebas Non Pertanian 34.629 47.802 39.899 55.056 21.511 33.545 48.851 6.205
Pekerja Tak Dibayar 81.309 90.735 120.585 93.355 19.183 74.172 37.047 56.308
TOTAL 917.363 912.198 962.627 940.173 370.245 569.928 672.537 267.636
DaerahAug-09Status Pekerjaan Feb-08
Jenis KelaminAgs-08 Feb-09
65,60
61,97
63,12
61,16
63,91
62,05
58
59
60
61
62
63
64
65
66
Feb‐07 Agt‐07 Feb‐08 Ags‐08 Feb‐09 Aug‐09
TPAK Sulut (%)13,00
12,35
12,35
10,65
10,63
10,56
9,75
9,11
8,46
8,39
8,14
7,87
‐ 5 10 15
Feb‐07
Agt‐07
Feb‐08
Ags‐08
Feb‐09
Aug‐09
TPT Nasional (persen) TPT Sulut (persen)
70
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir terus mengalami penurunan. Namun bila dibandingkan dengan TPT nasional
sebesar 7,87%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang periode Februari 2007 sampai
dengan Agustus 2009 masih termasuk cukup tinggi.
B. KEMISKINAN
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di
Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan
dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 –
Maret 2009.
Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan
jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah
223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk
miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di
perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang
cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk
miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu
(7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%).
Kota Desa Total Kota Desa Total
S ulawes i Utara 35,9 156,3 192,2 4,37 11,76 8,93
Indones ia 11.369,0 24.777,9 36.146,9 12,13 20,11 16,66
S ulawes i Utara 46,4 155,0 201,5 4,96 12,70 9,34
Indones ia 13.297,4 23.504,7 36.800,9 12,48 20,63 16,69
S ulawes i Utara 61,2 171,4 232,6 6,52 14,01 10,76Indones ia 13.568,4 23.820,9 37.389,3 12,68 20,84 16,90
S ulawes i Utara 79,0 171,0 250,1 8,31 13,80 11,42
Indones ia 13.559,3 23.609,0 37.168,3 12,52 20,37 16,58
S ulawes i Utara 72,7 150,9 223,5 7,56 12,04 10,10
Indones ia 12.768,5 22.194,8 34.963,3 11,65 18,93 15,42
S ulawes i Utara 79,25 140,31 219,57 8,14 11,05 9,79Indones ia 11.910,0 20.620,0 32.530,0 10,72 17,35 14,15
J uli 2005
J uli 2006
Maret 2007
Maret 2008
Tahun
J umlah Penduduk Miskin (000 orang)
Persentase Penduduk Miskin
Februari 2004
Maret 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
71
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada
Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah
perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 -
Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara
di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan
dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masing-
masing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan
persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain
disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif
rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan
meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Tabel 6.5.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara
Periode Februari 2004 – Maret 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret
2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan
pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai
77,67%.
Makanan Bukan Total
Maret 2008 131.456 44.173 175.628 72,68 7,56
Maret 2009 146.007 47.244 193.251 79,25 8,14
Maret 2008 128.498 33.935 162.433 150,86 12,04
Maret 2009 141.599 36.672 178.271 140,31 11,05
Maret 2008 129.781 38.378 168.160 223,55 10,10Maret 2009 143.512 41.260 184.772 219,57 9,79
KOTA & DESA
PERKOTAAN
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) J umlah Penduduk
Mi ki
Persentase Penduduk
Mi ki
PERDESAAN
Tahun
72
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic
poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang
berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang
cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk
miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam
ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat
dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
Pada periode Maret 2008 - Maret 2009,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak
berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung
sama dengan kondisi periode yang lalu
mendekati garis kemiskinan begitu pula
dengan ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskinnya.
C. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah
dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk
berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM
yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena
yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40%
menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret
2008 - Maret 2009
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tahun Kota Desa Total
Maret 2008 1,08 1,87 1,53 Maret 2009 1,27 1,77 1,55
Maret 2008 0,30 0,45 0,38 Maret 2009 0,32 0,39 0,36
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
73
Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2007
Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populas i dengan
pendapatan terendah
40% populas i dengan
pendapatan moderat
20% populas i dengan
pendapatan tertinggi
R as io Gini
40% populas i dengan
pendapatan terendah
40% populas i dengan
pendapatan moderat
20% populas i dengan
pendapatan tertinggi
R as io Gini
S ulawesi Utara 20,03 39,27 40,70 0,32 21,19 37,57 41,24 0,32
P rovins i
20072005
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah
sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006 2007Angka Harapan Hidup 70,9 71,0 71,7 71,8 74,4Angka Melek Huruf 98,8 99,1 99,3 99,3 99,3R ata-R ata Lama S ekolah 8,6 8,6 8,8 8,8 8,8P engeluaran R iil/Kapita (000 R p) 587,9 611,9 616,1 616,9 619,4IP M 71,3 73,4 74,2 74,4 76,0P eringkat Nas ional 2 2 2 2 2
Berdasarkan wilayah administrasinya,
perkembangan komponen IPM di
kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado dan Kab.Kepulauan
Sangihe memiliki angka harapan hidup
tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan
terendah di Kabupaten Minahasa
Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Bolaang Mongondow 74,6 98,6 7,4 607,3Minahasa 75,5 99,5 8,8 616,0Kepulauan S angihe 75,6 98,5 7,7 623,9Kepulauan Talaud 74,2 99,3 8,5 619,0Minahasa S elatan 75,3 99,4 8,5 606,0Minahasa Utara 75,3 99,7 9,1 617,8Bolaang Mongondow Utara 72,7 98,3 7,1 615,1Kepulauan S iau 73,0 99,3 8,1 601,3Minahasa Tenggara 71,7 99,5 8,2 618,2Manado 75,6 99,8 10,6 626,0Bitung 73,6 98,9 9,2 623,6Tomohon 75,3 99,8 9,6 616,2Kotamobagu 74,8 99,5 8,8 614,8Sulawesi Utara 74,4 99,3 8,8 619,4
KAB/KOTA/P R OV.Angka
Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
R ata-rata Lama
S ekolah
P engeluaran per Kapita (000 R p)
74
merata di seluruh daerah dengan rata-rata 99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah
dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara
yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang Mongondow Utara dan Bitung.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu
selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama
10,6 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626
ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.10.
Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
2006 2007 2006 2007
Bolaang Mongondow 71,8 74,0 126 118Minahasa 74,2 76,4 57 54Kepulauan S angihe 73,8 76,0 66 63Kepulauan Talaud 73,0 75,6 81 67Minahasa S elatan 72,3 75,3 100 77Minahasa Utara 74,2 76,7 55 42Bolaang Mongondow Utara 70,5 73,3 184 147Kepulauan S iau 70,8 73,3 168 145Minahasa Tenggara 70,8 74,1 167 113Manado 76,4 78,6 14 8Bitung 73,7 76,1 68 59Tomohon 74,7 77,0 44 34Kotamobagu 72,6 75,9 92 65Sulawesi Utara 74,4 76,0 2 2
KAB/KOTA/PROV.
IPM Ranking Nasional
75
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2007 2008 2009 2010
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Tw.IV-2009, KBI Manado
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
1. Prospek Ekonomi Makro
Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh baik
yang didukung oleh semakin pulihnya perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi
pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,7% (yoy), sedikit lebih lambat dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi
pada kegiatan investasi sedangkan di sisi penawaran, salah satu sektor ekonomi yang
diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan. Perkiraan ini didukung
antara lain oleh Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengindikasikan bahwa
realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2010 cenderung lebih lambat dibandingkan
triwulan I-2009.
Grafik 7.1. Ekspektasi Realisasi Kegiatan Dunia Usaha
Dari sisi permintaan, perlambatan kegiatan investasi merupakan dampak dari ketiadaan
even berskala besar selama triwulan ke depan, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya
dimana 2 (dua) even berskala besar yaitu WOC (World Ocean Conference) dan Bunaken Sail
telah memicu kegiatan investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan berlangsungnya perayaan Tahun Baru Imlek 2561 dan
dimulainya kampanye pemilihan kepala daerah di 9 (sembilan) wilayah administratif
termasuk pada tingkat provinsi. Peningkatan aktivitas konsumsi ini antara lain dapat
76
dikonfirmasi dengan hasil Survei Konsumen, yang mengindikasikan adanya peningkatan
ekspekasi konsumen pada triwulan I – 2010.
Grafik 7.1.
Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2008 2009 2010
Ekspektasi PenghasilanEkspektasi EkonomiEkspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor bangunan diperkirakan akan mendorong
perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan I-2010. Namun demikian,
secara umum kinerja sektor bangunan masih tetap positif seiring dengan rendahnya tingkat
suku bunga dan pulihnya permintaan masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan oleh
dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan
akan mengalami pertumbuhan yang significant pada triwulan mendatang adalah sektor
PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran). Peningkatan aktivitas konsumsi selama triwulan I-
2010 diperkirakan akan mendorong kinerja sektor PHR dan sektor ekonomi lainnya.
2. Prakiraan Inflasi
Pada triwulan I-2010, inflasi Kota Manado secara triwulanan diperkirakan lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV-2009. Secara triwulanan, inflasi Kota Manado diperkirakan
berkirsar antara 1% hingga 1,2% (qtq), sementara secara tahunan diperkirakan sekitar 5%
hingga 5,5% (yoy). Potensi meningkatnya harga beras pada Januari, rencana kenaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL) oleh pemerintah dan dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010
merupakan faktor-faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan harga secara
umum. Sementara itu, perlambatan inflasi secara tahunan terjadi karena relatif rendahnya
harga-harga komoditas di pasar internasional pada awal Tahun 2010.
77
Musim tanam pada awal Tahun 2010 diperkirakan akan mempengaruhi pasokan beras. Di
sisi lain, dimulainya kampanye Pilkada pada Maret 2010 diperkirakan akan meningkatkan
jumlah uang beredar yang pada akhirnya dapat memicu tekanan harga. Namun demikian,
inflasi pada triwulan I-2010 masih akan tertahan oleh rendahnya tingkat suku bunga acuan
Bank Indonesia (BI Rate) sehingga potensi kenaikan harga dari sisi permintaan (demand)
relatif terkendali. Selain itu penundaan program konversi minyak tanah di Sulawesi Utara
hingga April 2010 juga menahan kemungkinan meningkatnya harga barang secara umum.
Ekspektasi harga pedagang eceran mengalami peningkatan pada 3 (tiga) bulan ke depan.
Kalangan pedagang eceran, berdasarkan SPE, memperkirakan akan terjadi inflasi yang lebih
besar pada triwulan I-2010 terutama pada bulan Maret 2010. Hal ini diduga, berkaitan
dengan meningkatnya harga sebagai akibat tingginya permintaan pada akhir triwulan I-
2010 menjelang penyelenggaraan Pilkada. Sementara di kalangan konsumen, berdasarkan
SK, memperkirakan akan terjadi peningkatan ekspektasi inflasi akibat potensi peningkatan
daya beli seiring dengan kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri serta rencana kenaikan beberapa
harga komoditi yang diatur pemerintah (administrated price). Hal ini diduga berkaitan
dengan ekspektasi konsumen yang lebih dipengaruhi oleh tingkat harga yang saat ini
mengalami tren kenaikan.
78
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
79
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow.PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.