Post on 30-Jan-2018
39
BAB III
KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Kepribadian Guru
Sebelum membahas makna kepribadian guru terlebih dahulu perlu
mengemukakan tentang kepribadian itu sendiri. Kepribadian dalam bahasa
inggris " Personality" sedangkan dari bahasa latin adalah " Personal"
yang berarti kedok atau topeng,1 yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan
perilaku, watak atau pribadi seseorang. Kepribadian juga dapat diartikan
sebagai sifat yang hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.2
Upaya memahami tentang pengertian kepribadian, berikut ini
penulis mengutip beberapa difinisi yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya adalah :
G. W. Allport berpendapat Personality is the dynamic organization
within the individual of those psychophysical system, that determines his
unique adjusmen to his environment. Artinya personality itu adalah suatu
organisasi psichophysis yang dinamis daripada seseorang yang
menyebabkan ia dapat menyseuaiakan diri dengan ligkungannya.
M. Prince berpendapat tentang kepribadian yaitu personality is the
sum total of all the biological innatedisposition impulses, tendencies,
appetites, instinct of individual and the acquered dispositions and tendencies
acquered by experience, dalam hal ini kepribadian di bawa sejak lahir,
1Kartini Kartono, Teori Kepribadian ( Bandung : 1980), hlm. 8. 2Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm. 701.
40
berperan juga disposisi-disposisi psykis lainnya yang diperoleh dari
pengalaman.3
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar
dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan
atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam
tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi
setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.
Barangkali dalam hal ini, lebih baik kita memandang kepribadian
tersebut dari segi terpadu, dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar
dan sehat, karena segala unsur dalam kepribadiannya berseimbang dan
serasi. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu
tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak
didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disanyangi oleh guru,
betapapun sikap dan tingkah lakunya.
Dengan keterangan di atas maka kepribadian guru adalah suatu
totalitas psikhophisis yang komplek dari individu, jadi tampak tingkah
lakunya yang unik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Guru
Guru adalah orang yang terpelajar dan penentu masa depan.4 Ia
pendidik, pembimbing, pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan
pemimpin sejati bagi masyarakat.5 Ahli-ahli pendidikan Islam-juga
pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik.
Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan
dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.6
3Agus Sujanto, dkk., Psikologi Kepribadian, ( Jakarta: Bumi Aksara ), hlm. 11. 4Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 94. 5Kamal Muhammad ‘Isa, Manejemen Pendidikan Islam, Terj. Chairul Halim (Jakarta:
PT. Fikahati Aneska, 1994), hlm. 64. 6Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 78.
41
Guru yang yang mempunyai kepribadian rabbani dan profesional
akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan
tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan
sesuai dengan tuntutan, agar mampu melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Adapun syarat-syarat tersebut meliputi:
1. Syarat fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus
berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang
membahayakan. Sabda Nabi Muhammad saw.
المؤمن عن ابى هريرة رضى اهللا عنه قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم
7 )رواه مسلم ( من المؤمن الضعيف القوي خير واحب الىاهللا
Artinya: “ Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda: “orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”. (H.R. Muslim).
2. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami
gangguan jiwa maupun kelainan.
3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki didikasi
yang tinggi pada tugas jabatannya.di sini seorang guru harus selalu
meningkatkan wawasannya sesuai dengan kemajuan zaman. Allah swt.
berfirman:
)28: الفاطر ( انما يخشى اهللا من عباده العلماء Artinya: “ …… Sesungguhnya yang takut kepada Allah swt. diantara
hamba-hambanya hanyalah orang-orang yang berilmu”. (Q.S. Al Fathir / 35:28).8
4. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki
sikap susila yang tinggi. Dalam hal ini guru harus memiliki sifat kasih
sayang dan mempunyai sifat adil. Sabda Nabi Muhammad saw.
7Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Ashqalani, Bulughul Maram (Bairut-Libanon: Darul Fikri, t.th),
hlm. 342. 8Soenarjo. dkk,op.cit., hlm. 688.
42
رضى اهللا عنه قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم انما عن جرير هريرة
9) رواه الطبرانى ( يرحم اهللا من عباده الرحماء
Artinya: “Dari Jarir ra. Rasulullah saw. Bersabda Sesungguhnya Allah swt. hanya kasih kepada hamba-hambanya yang belas kasihan”. (HR. Thabrani)
5. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga
kependidikan, yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan
kewajiban sebagai pendidik.10
Guru merupakan faktor yang penting yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pendidikan. Ia adalah figur manusia teladan
bagi peserta didiknya dalam segala segi kehidupannya. Ia tidak hanya
bertugas menjadikan peserta didiknya memiliki kecerdasan dalam berfikir,
namun juga menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral dalam diri mereka.
Oleh sebab itu, guru harus memiliki intelektual yang tinggi, dan juga
mempunyai kepribadian yang baik, yang harus terwujud dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kepribadian guru adalah:
a. Faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah
dibawa manusia sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang
bersifat kebutuhan.
Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan
dan lain sebagainya, yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan
kepribadian guru atau seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula.
Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tenggorokan, susunan urat
syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga akan
mempengaruhi kepribadian guru.
9Jalaluddin Abdurrahman asy-Syuyuthi, al-Jami’us Shaghir, Jilid II (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1990), hlm. 168. 10Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar-
Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 9.
43
b. Faktor luar atau faktor lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di luar
manusia baik yang hidup maupun yang mati.11 Dalam hal ini faktor
lingkungan guru bertempat tinggal, berkomunikasi, latar belakang
pendidikannya maupun yang lainnya. Demikian pula tradisi, dapat
istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di keluarga dan
masyarakat.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pengaruh faktor lingkungan
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan dan
kehidupannya sehari-hari dari kecil maupun besar, terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian guru.
C. Peran dan Tugas Guru dalam Pendidikan Islam
Sebelum membahas tentang pengertian guru menurut al-Qur'an,
terlebih dahulu akan diungkapkan sedikit tentang pengertian guru,
sehingga akan diperoleh hubungan yang jelas antara guru dan pendidikan,
demikian juga sebaliknya.
Guru merupakan anggota masyarakat yang bertugas membimbing,
mengajar atau melatih peserta didiknya. Ia merupakan faktor yang besar
pengaruhnya dalam keberhasilan proses pendidikan.
Dalam konteks pendidikan Islam, yakni pendidikan yang
berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits, istilah-istilah yang dipakai untuk
menunjuk makna pada guru antara lain " al-Murabbi " المربي( ) dan
"al- Mu'alim" ( المعلم ). Kedua istilah tersebut diambilkan dari al-Qur'an,
sedangkan istilah yang diambil dari al-Hadits adalah " al-Mu'adib " )المؤدب( .12 Al-Murabbi " المربي( ) adalah isim fa'il yang berasal dari
kata kerja rabba ( ربى ) yang memiliki arti mendidik dan mengasuh.13
11M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1995) hlm, 72. 12H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta : Pt. Logos Wacana Ilmu,
1997), hlm. 61. 13H. Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia ( Jakarta : CV Hida Karya Agung,
1990), hlm. 137.
44
Serta memiliki arti memelihara. Pengertian Murabbi mengisyaratkan
bahwa guru agama harus orang-orang yang memiliki sifat-sifat rabbani
yaitu nama bagi orang-orang yang bijaksana, terpelajar dalam bidang
pengetahuan.14
Manusia dalam kehidupan telah diutus oleh Allah swt. sebagai
khalifah atau pemimpin yang sekaligus sebagai guru bagi umatnya. Ia
memiliki tugas utama untuk membaca ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa
umat manusia, menyampaikan ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu Allah dengan
mengajarkan kitab-kitab Allah dan hikmah serta mengajarkan apa-apa
yang belum diketahui umatnya. Allah swt. berfirman:
واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما آما ربياني صغيرا
) 24: اال سراء (
Artinya: " Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil " ( Q. S. Al-Isra' : 24 ) 15
Dari ayat tersebut jelas bahwa Ibu dan Bapak merupakan guru bagi
anak-anaknya. Mereka bertanggungjawab atas pendidikannya. Mereka
berkewajiban untuk mengasuh, memelihara dan mendidik anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang. Sebagai guru, mereka berkewajiban untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anaknya, baik
yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah dengan menanmkan nilai-nilai
kebaikan, sehingga mencapai pertumbuhan yang sepurna, yakni
kedewasaan dan kematangan jasmaniah dan rohaniah.
Sebagai guru bagi anak-anaknya, orang tua dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya bukan saja menjadikan aspek jasmaniah
anak-anaknya tumbuh secara sempurna, tetapi juga menjadikan aspek
14HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ofsset, cetakan I, 1996), hlm. 12. 15Soenarjo. dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 424.
45
rohaniahnya memiliki kepribadian yang luhur dengan menanamkan nilai-
nilai agama Islam sehingga akan mempunyai kesempurnaan akal dan
kebersihan jiwa.
Dari uraian di atas jelas bahwa yang dinamakan guru adalah
mereka yang mengasuh, memelihara dan mendidik peserta didiknya
dengan sadar dan penuh kasih sayang untuk menumbuhkan potensi-
potensi yang ada pada dirinya, sehingga mencapai kedewasaan dan
kematangan, baik dalam aspek jasmaniah maupun aspek rohaniah demi
tercapainya kesempurnaan hidup, yakni kebahagian hidup didunia dan di
akhirat.
Sedangkan al-Mu'alim ( المعلم ) adalah isim fa'il yang berasal
dari kata kerja 'allama ( yang berarti "mengajar" yakni pengajar ( علم
yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan atau
keterampilan.16 Pengertian mu'alim mengandung konsekuensi bahwa
mereka harus alim ( ilmuwan) yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki
kreatifitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap
hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah di dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan konsep ta'dib mencakup pengertian integritas ilmu
dengan amal sekaligus.17 Al-Qur'an sering menggunakan kata 'allama,
antara lain dalam firman Allah :
)31: البقره ( وعلم ادم األسماء آلها Artinya : " Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda
seluruhnya ". ( al-Baqarah : 31) 18
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt sebagai Maha Pencipta
sekaligus sebagai guru. Menciptakan adam dengan membekali ilmu
pengetahuan yang pasti kejelasannya, seperti nama-nama manusia, hewan,
16H. Mahmud Yunus, Op. Cit., hlm. 277. 17HM. Chabib Thoha Op. Cit, hlm 12 . 18Soenarjo. dkk., Op. Cit., hlm 14.
46
tumbuh-tumbuhan dan lainya yang mudah dimengerti dan dipahami oleh
akal Adam as.
Allah sebagai Maha guru yang mutlak, mengajarkan kepada
manusia segala sesuatu (ilmu) yang belum pernah diketahui oleh manusia.
Sebagaimana firman Allah swt:
)5: العلق ( علم اال نسان مالم يعلم Artinya: " Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"
( Q. S. al-Alaq : 5 ) 19
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sebagai Zat Yang Maha
mengetahui berusaha memberikan pengetahuan kepada manusia, dengan
harapan agar manusia mau mempelajarinya sehingga menjadi tahu dan
pandai serta mau mengembangkan demi kepentingan dirinya sendiri atau
sesamanya.
Berdasarkan penjelasan ayat-ayat tersebut, maka yang dinamakan
guru adalah mereka yang karena kelebihan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya berusaha menstrasfer ilmunya kepada peserta didiknya
dengan melalui proses pendidikan, sehingga peserta didik yang
sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu dengan ilmu yang diterima
dan dipelajarinya.
Sedangkan al-Mua'adib )المؤدب( adalah isim fa' il yang berasal dari
kata kerja addaba ( ادب ) yang berarti memberi adab dan mendidik.20
Yakni mendidik yang lebih bertujuan pada penyempurnaan akhlak budi
pekerti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa guru merupakan pihak
yang mengajak, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar
beradab atau berakhlak baik, dengan melalui aktivitas paedagogis.
19Ibid, hlm 1079. 20H. Mahmud Yunus, Op. Cit., hlm. 277. lihat Juga H. Abudin Nata, op. cit., hlm. 61.
47
Demikianlah, bahwa ketiga istilah tersebut sangat terkait dan
menyatu dalam pembahasan pengertian guru. Dari ketiga istilah guru
tersebut (al-Murabbi, al-Mu'alim, dan al-Mu'adib) di dapati adanya proses
aktivitas paedagogis dari masing-masing istilah yang sangat terkait dan
menyatu seperti aspek kognitif, afektif dan pikomotorik, dimana terjadinya
aktivitas ketiga aspek tersebut sangat diharapkan dalam proses pendidikan.
Oleh karena itu, proses pendidikan akan dikatakan berhasil, apabila
didalamnya terjadi aktivitas paedagogis yang menyangkut perubahan dan
peningkatan semua aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun aspek
psikomotorik, yang dilakukan secara sadar dalam rangka untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dari uraian tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
yang dinamakan guru menurut al-Qur'an adalah manusia yang karena
kelebihan ilmu dan keluhuran akhlak yang dimilikinya, secara sadar dan
tanggungjawab berusaha untuk mempengaruhi peserta didiknya dengan
melalui proses pendidikan untuk menyampaikan dan dan menanamkan
nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam dalam diri peserta didik, agar menjadi
muslim yang seutuhnya alam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat kelak.
Manusia diutus oleh Allah sebagai khalifah atau pemimpin yang
sekaligus sebagai guru bagi umatnya, ia mempunyai tugas utama untuk
membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa umat manusia,
menyampaikan ajaran-ajaran atau ilmu-ilmu Allah dengan mengajarkan
kitab-kitab Allah dan hikmah serta mengajarkan apa-apa yang belum
diketahui oleh umatnya. Sebagaimana firman Allah swt:
كم ايتنا ويزآيكم ويعلمكم الكتاب آما ارسلنا فيكم رسوال منكم يتلوا علي
)151: البقره ( والحكمة ويعلمكم مالم تكونوا تعلمون Artinya: ”Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan
48
hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S.al-Baqarah /4:151).21
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tugas seorang Rasul yang
sekaligus sebagai khalifah dan guru bagi umatnya adalah mengajarkan
tentang ketauhidan (keEsaan) dan hidayah serta segala nikmat itu benar-
benar sesuatu yang datang dari Allah swt., sehingga dapat menjadikan
umat yang selalu mengenal Tuhan pencipta dan selalu mengingat dan
mensyukuri segala pemberiannya.
Sebagai guru, Rasul juga memiliki tugas untuk mensucikan jiwa
manusia dari akhlak-akhlak yang lama seperti kemungkaran, kekerasan,
kemaksiatan, dan akhlak-akhlak hina yang lainnya, serta mengisinya
dengan akhlak yang mulia seperti keimanan, ketaqwaan, ketauhidan dan
lain-lain, sehingga menjadi makhluk yang dekat dengan Allah swt.
Al-Ghazali berpendapat sebagaimana dikutip oleh H. Samsul Nizar
bahwa tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan serta membawa hati manusia untuk bertaqarub kepada Allah
swt.22 Lebih lanjut Al-Ghazali membagi tugas guru adalah sebagai berikut:
1. Belas kasihan kepada pelajar dan hendaknya memperlakukan mereka
seperti anaknya sendiri sehingga guru dapat menanamkan nilai-nilai
rabbani dalam jiwa anak didik.
2. Hendaknya pengajar/guru mengikuti pemilik syara’ Rasulullah saw.,
sehingga ia mengajarkan ilmu bukan untuk mencari upah dan tidak
untuk memaksudkan mencari balasan, tidak pula untuk supaya
dipuji, melainkan ia mengajar hanya untuk mencari ridla dari Allah
swt. dan agar biasa mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan
dasar ini guru akan benar-benar menjiwai nilai-nilai rabbani dalam
kehidupannya.
3. Hendaknya guru tidak membiarkan sedikitpun dari membaguskan
pelajar. Yaitu dengan mencegah dari menempatkan diri pada suatu
21Ibid., hlm. 38. 22H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 44.
49
martabat sebelum masanya dan menekuni ilmu yang tersembunyi,
sebelum selesai dari ilmu yang nyata. Kemudian guru mengingatkan
pelajar bahwa tujuan menuntut ilmu, ialah mendekatkan diri kepada
Allah swt., bukan untuk mencari kedudukan, kebanggaan dan
bermegah-megahan dan bisa melupakan akan tujuan menuntut ilmu
yang sebenarnya.
4. Tugas ini termasuk lembutnya peraturan pengajar, yaitu hendaknya
guru mencegah pelajar dari buruknya akhlak baik yang berhubungan
langsung kepada Allah maupun yang berkaitan dengan masyarakat
sekitar, sedapat mungkin dengan cara menyindir, tidak terang-
terangan dan dengan cara belas kasihan, bukan dengan cara
menjelek-jelekan. Sebab, menerangkan buruknya akhlak itu akan
membuka rahasia diri dan menyebabkan berani melawan guru, serta
membangunkan keinginan untuk tetap pada akhlak yang buruk.
5. Orang yang menekuni sebagian ilmu dan berharap ilmunya dapat
bermanfaat, sebaiknya tidak menghina, merendahkan dan
menjelekkan ilmu-ilmu yang berada di belakang pelajar seperti
pengajar bahasa yang biasanya menjelek-jelekkan ilmu fiqih, dan
pengajar fiqih menjelek-jelekkan pengajar ilmu hadits.
6. Hendaknya guru membatasi pelajar, sesuai dengan kadar
kemampuan daya serapnya dan pemahamannya, jangan
menyampaikan kepadanya, apa yang akalnya tidak sampai, sehingga
membuat lari atau membingungkan akalnya. Dengan adanya hal
tersebut pelajar akan lebih tertarik dengan apa yang disampaikan
guru. Bagi anak didik yang kemampuannya di bawah standar anak
didik yang lainnya akan merasa terpanggil untuk meningkatkan
prestasi yang telah diraihnya.
7. Terhadap pelajar yang kemampuan akalnya pendek, seyogyanya
diajarkan ilmu yang nyata (konkrit) yang sesuai dengannya dan
tidak menuturkan kepadanya, bahwa dibelakang hal yang nyata itu
terdapat perkara yang lembut (abstrak) tetapi hendaklah guru
50
menyimpan saja. Sebab, menuturkan hal tersebut, bisa
mengendurkan keinginan pelajar itu terhadap hal yang nyata,
menggangu hatinya dan membuat berprasangka bahwa guru bakhil
dengan ilmu yang lembut itu.
8. Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, sehingga perbuatannya tidak
mendustakan perkataannya.23 Dengan itu, pelajar akan dapat
mengambil uswah yang telah diajarkan oleh guru.
Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah, melainkan bisa di
mana saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua atau ayah-ibu
adalah pendidik bagi putra dan putrinya. Di dalam masyarakat sekitar
yaitu masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya guru sering kali
dipandang sebagai tokoh masyarakat ataupun suri teladan bagi orang-
orang di sekitarnya, baik dalam sikap dan perbuatanya misalnya cara dia
berpakaian, berbicara dan bergaul maupun pendapat-pendapatnya dan
fikiran-fikirannya sering kali menjadi ukuran atau pedoman kebenaran
bagi orang-orang yang berada di sekitarnya karena diangggap guru
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal.24
Memang tidak jarang guru di daerah pedesaan atau kota kecil
terpilih sebagai ketua atau pengurus berbagai perkumpulan atau
organisasi-organisasi sosial, ekonomi dan kesenian seperti perkumpulan
mencari dana-dana sosial dan perkumpulam koperasi. Demikian pula
masyarakat kampung atau desa menganggap guru adalah orang yang
berpengetahuan dan berpengalaman luas dan memiliki kemampuan dan
kecakapan untuk melakukan tugas-tugas apapun di desa tersebut, atau
sekurang-kurangnya pendapat, pertimbangan dan saran-saran selalu
diperlukan guna membangun masyarakat. Karena itu guru benar-benar
berperan aktif dalam kehidupan masyarakat sekitar dengan
23Imam Al-Ghazali, Ihkya’ Ulumuddin: Menuju Filsafat dan Kesucian Hati di Bidang
Insan dan Ikhsan, disuting oleh KH. Misbah Zaenul Musthafa (Semarang: CV. Bintang Pelajar, t.th), hlm. 178.
24Tim Pembina Matakuliah Didaktik/Metodik/Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar
Didaktik Metodik Kurikulum PBM (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), hlm. 11.
51
menyumbangkan tenaga dan fikiran-fikiran mereka dalam berbagai hal
kegiatan sosial, akan menjalankan peranan sebagai penyuluh dan
pemegang obor bagi masyarakat sekitarnya.25
Menurut Ag. Soejono, tugas guru adalah sebagai berikut ini.
1. Wajib menemukan karakter pembawaan yang ada pada anak didik,
baik pembawaan jasmani maupun pembawaan rokhani dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan,
angket penyelidikan dan lain sebagainya. Dengan adanya hal tersebut
guru akan lebih cepat dalam menyampaikan pelajaran.
2. Berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menolong anak didik
dalam perkembangannya, agar pembawaan buruk tidak berkembang
dan pembawaan baik berkembang subur, mendekati puncak
kemungkinan dengan menyiapkan lingkungan yang diperlukan oleh
anak didik. Lingkungan itu berisi segala kebutuhan guna
berkembangnya jasmani dan rokhani anak didik dengan baik.
3. Memperlihatkan dan memberikan contoh kepada anak didik tugas
orang dewasa. Orang dewasa berkarya dalam berbagai cabang
pekerjaan sesuai dengan bakatnya, bidang keahlian, ketrampilan,
agar anak didik memilih dengan sendirinya secara tepat. Dengan
demikian anak didik akan lebih semangat dalam belajar karena
adanya gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang akan
dihadapinya.
4. Menyajikan jalan yang terbaik dan menunjukkan arah perkembangan
yang tepat kepada pelajar. Guru mampu melaksanakan karena sudah
mengalami lika-likunya jalan dan mengetahui kemungkinan
sesatnya jalan yang menimbulkan tidak tercapainya tujuan. Cabang
pekerjaan tidak hanya dipandang sebagai sumber nafkah melainkan
juga sebagai tempat pengabdian kepada Nusa, Bangsa dan Agama
25Ibid., hlm. 12.
52
(Tuhan). Dengan adanya hal tersebut anak didik akan dapat memilih
hal-hal yang terbaik baginya.
5. Mengadakan evaluasi untuk mengetahui, apakah perkembangan anak
didik dalam usaha mencapai tujuan sudah tercukupi dengan baik.
Dengan adanya evaluasi guru akan dapat mengetahui perkembangan
anak didik dengan jelas.
6. Memberikan bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan
potensinya.26 Dengan itu, anak didik tidak akan kebingungan dalam
menghadapi masalahnya dan dapat belajar kembali seperti anak didik
yang lainnya.
Demikian betapa pentingnya peranan guru dan betapa beratnya
tugas serta tanggung jawabnya terutama tanggung jawab moral untuk
“digugu dan ditiru” yaitu kata-katanya, perbuatan dan kelakuannya. Di
rumah mereka menjadi tumpuan kesejahteraan keluarga, di sekolah
mereka menjadi ukuran atau pedoman tata tertib kehidupan sekolah yaitu
pendidikan/pengajaran bagi murid-muridnya, dan di dalam masyarakat
sekitar mereka dipandang sebagai “suri teladan” tingkah laku bagi warga
masyarakat sekitar. Hakikat tugas guru adalah mendidik, maka setiap guru
harus memberikan contoh yang sebaik-baiknya dalam bersikap tindak
terhadap siapa saja dan kapan saja, agar kebaikannya ini dapat terawasi
oleh anak didiknya. 27
Tugas dan tanggung jawab guru yang telah dikemukakan para ahli
sangat mementingkan kepada tanggung jawab moral yang begitu besar dan
berat selain jabatan para guru dan para pendidik pada umumnya. Tugas
dan tanggung jawab guru ini adalah merupakan amanat yang harus
dijalankan menurut ketentuan yang berlaku. Karena Allah swt. Telah
memerintahkan kepada orang yang berhak menerimanya, yaitu mereka
26Ag. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum (Bandung: CV. Ilmu, t.th.), hlm.
62. 27A. Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan: Suatu Tinjauan filosofis-Edukatif
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm. 79.
53
yang ahli dalam bidangnya atau pekerjaan yang bersangkutan. Allah swt.
berfirman:
)58: النسا ء ( ان اهللا ياء مرآم ان تؤدوا األمنت الى اهلها Artinya: ” Sesungguhnya Allah swt. menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada orang yang berhak menerimanya” (Q.S. An-Nisa’ /4:58).28
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa tugas guru ada tiga
macam yaitu:
1. Sebagai pengajar, yakni bertugas mengajarkan ajaran-ajaran Allah
dan Rasul-Nya yang di dalamnya memuat perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian terhadap program pengajaran tersebut serta
memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau
ketrampilan-ketrampilan kepada anak didik.
2. Sebagai pendidik, yakni mengarahkan peserta didik ke tingkat
kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan
Allah menciptakannya. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai
kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria, baik
kriteria instisional maupun konstisional.
3. Sebagai pemimpin, yakni memimpin peserta didiknya dengan selalu
mengarahkan pemikiran dan perilaku untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Tugas tersebut harus dipegang dan dilaksanakan dengan baik,
sehingga guru akan tetap menjadi teladan yang baik bagi peserta
didiknya.29
28Soenarjo, dkk., op.cit., hlm. 128. 29Mengenai tugas dan peran guru sebagai pendidik lebih lanjut dapat dilihat dalam
bukunya Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 150, dan dalam bukunya Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset, 2000), hlm. 181.
54
D. Sifat-Sifat Guru
Al-Qur'an merupakan sumber pedoman hidup yang paling utama
bagi manusia terutama umat Islam, didalamnya berisi petunjuk-petunjuk
yang harus diamalkan dalam kehidupannya. Untuk itu, guru harus menjadi
panutan bagi yang lainnya, guru harus memiliki sifat-sifat yang diajarkan
dalam al-Qur'an.
Nabi Muhammad saw, disamping sebagai utusan Allah juga sebagai
guru bagi umatnya. Beliau memiliki akhlak yang mulia sehingga dapat
dijadikan teladan dalam kehidupan umatnya. Sebagaimana firman Allah
swt:
)21: األحزاب ( لقد آان لكم فى رسول اهللا اسوة حسنة Artinya : " Sesungguhnya telah ada pada (diri ) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu ….. " ( Q. S. Al-Ahdzab : 21 )30
Dengan demikian seorang guru harus dapat menjadi panutan bagi
peserta didiknya, ia harus memiliki akhlak yang agung, sebagaimana
dalam diri Rasulullah saw. Allah swt berfirman:
)4: القلم ( لعلى خلق عظيم وانك Artinya : " Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung " ( Q. S. al – Qolam : 4 ) 31
Untuk lebih rincinya, bahwa akhlak mulia bagi seorang guru
muslim sebagai sifat-sifat terpuji yang harus dimilikinya adalah sebagai
berikut:
1. Ikhlas dan Tidak Tamak
Ikhlas adalah sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan,
semata-mata demi memperoleh ridla atau perkenan Allah, dan bebas
30Soenarjo, dkk., op.cit.., hlm 670. 31Ibid, hlm. 670.
55
dari pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka. Dengan sikap
yang ikhlas orang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa
batinnya dan kaya lahirnya, baik pribadi maupun sosial. Dengan sikap
ikhlas pula, manusia tidak akan menganggap bahwa segala sesuatu itu
harus diukur dengan materiil. Dengan dasar keikhlasan seseorang akan
menerima segala apa adanya apa yang telah diberikan Allah swt.32
Dengan demikian guru bukan hanya semata-mata untuk
menambah wawasan keilmuwannya lebih jauh dari itu harus ditujukan
untuk meraih keridlaan Allah serta mewujudkan kebenaran. Dengan
demikian, seorang pendidik semaksimal mungkin menyebarkan
kebenaran kepada anak didiknya. Dan berusaha untuk ikhlas atas
segala hal yang telah diperbuatnya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya demi mencari
keridloan Allah sebagai tujuan tertinggi. Sebagaimana firman Allah
swt:
) 51: هود .... ( فطرنى ذى على ال االن اجري ا , يقوم ال اسئلكم عليه اجرا Artinya : " Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi
seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah swt yang telah menciptakanku" ( Q. S. Hud : 51) 33
Maksudnya, bahwa guru tidak menjadikan untuk mencari upah
sebagai tujuan utamanya, namun untuk mencari keridloan Allah
semata yang dijadikan tujuan utama dalam menjalankan tugasnya.
2. Jujur
Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang
pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia
ajarkan dalam kehidupan pribadinya. Jika apa yang diajarkan guru
sesuai dengan apa yang dilakukannya anak didik akan menjadikan
32Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar Menggas Paradigma Baru Pendidikan
(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. XV. 33Ibid., hlm 335.
56
gurunya sebagai teladan. Namun jika perbuatan gurunya bertentangan
dengan apa yang dikatakan anak didik akan menganggap apa yang
diajarkan gurunya sebagai materi yang masuk kuping kanan dan keluar
dari kuping kiri. Dalam hal ini guru harus jujur dalam banyak hal,
asalkan dapat membawa sikap positif bagi peserta didik.34
)2: الصف ( ماال تفعلون لم تقولون امنوايا ايهاالذين Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu buat " ( Q. S. Ash-Shaf : 2 )35
Ayat tersebut jelas, bahwa guru harus selalu konsisten dalam
perkataan dan perbuatannya. Begitu pula hendaklah guru
mengamalkan ilmunya, sehingga perbuatannya tidak mendustakan
perkataannya. 36 Dengan itu, pelajar akan dapat mengambil uswah
yang telah diajarkan oleh guru. Sebagai seorang guru, ia harus selalu
berusaha mengamalkan apa-apa yang dikatakan dan diajarkan kepada
peserta didiknya, sehingga tidak akan gagal dalam mendidik peserta
didiknya.
3. Adil dan Taqwa
Taqwa adalah sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu
mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang
diridlai oleh Allah, dengan menjaga diri dari sesuatu yang tidak
diridlai-Nya. Sikap taqwa harus selalu dijaga dalam mengembangkan
potensi dan dalam kondisi apapun sehingga akan mencapai derajat
sebagai orang yang muttaqin.
34Abdurrahman an-Nahlawi, Ushul at–Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal
Madrasati wal Mujtama’, Terjamah Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insan Press, 1995)., hlm. 170
35Soenarjo., dkk., Op. Cit , hlm. 928. 36Imam Al-Ghazali, Ihkya’ Ulumuddin: Menuju Filsafat dan Kesucian Hati di Bidang
Insan dan Ikhsan, disuting oleh KH. Misbah Zaenul Musthafa (Semarang: CV. Bintang Pelajar, t.th), hlm. 178.
57
Begitu juga guru harus bersikap adil diantara peserta didiknya,
tidak cenderung kepada salah satu golongan diantara mereka, dan tidak
melebihkan seorang atas yang lain, dan segala kebijaksanaan dan
tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar dan dengan
memperhatikan setiap peserta didik, sesuai dengan kemampuan dan
perbuatnnya. Seorang guru yang selalu berbuat adil, dimana ia berbuat
berdasarkan kebenaran berarti berusaha untuk menjadikan orang lebih
bertaqwa, yakni melaksanakan apa-apa yang merupakan kebenaran
dan meninggalkan apa-apa yang merupakan kesalahan,37 sesuai dengan
perintah Allah swt:
ان ,هواقرب للتقوى واتقوا اهللا ,اعدلوا, تعدلوا اال يجرمنكم شنان قوم علىوال
) 8: ئدة الما( بير بما تعملون اهللا خ Artinya : " Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan "
( Q. S. Al-Maidah : 8 )38
4. Lemah Lembut, Pemaaf dan Musyawarah
Dengan sifat yang lemah lembut, guru akan menjadikan dirinya
disenangi dan dihormati oleh peserta didiknya. Ia mengajar dan
mendidik peserta didiknya dengan rasa kasih sayang sebagaimana
mengasihi anaknya sendiri. Ia juga harus bersifat pemaaf terhadap
peserta didiknya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan,
lapang hati, banyak sabar, dan jangan marah karena sebab kecil, serta
ia harus dapat mejalin hubungan dengan peserta didiknya secara
demokratis, yakni selalu mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan tentang permasalahan-permasalahan yang
37Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 170. 38Soenarjo, Op. Cit, hlm. 159.
58
menyangkut kepentingan bersama. Sehingga murid tidak akan berani
untuk melawan guru.39 Sebagaimana firman Allah swt:
ب النف يظ القل ا غل ت فظ م ولوآن ت له ن اهللا لن ة م ا رحم ك فبم ن حول وا م ض
) 159: ال عمران .... ( فاعف عنهم واستغفرلهم وشاورهم فى األ مر Artinya: " Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu… " ( Q.S. Ali Imran 159) 40
5. Rendah Hati
Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan dan
kecakapan lebih bila dibanding dengan peserta didiknya. Namun
demikian dengan kelebihan yang dimilikinya, jangan sampai membuat
guru menjadi sombong, melainkan tetap rendah hati dan mau
menghargai kemampuan peserta didiknya. Di sini guru dituntut untuk
lebih kreatif dalam menciptakan metode yang tepat yang akan
disajikan.41 Sebagaimana firman Allah swt:
الوا ا واذا حاطبهم الجاهلون ق ى اال رضى هون وعباد الرحمن الذين يمشون عل
) 63: الفرقان ( سلما Artinya: " Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha
penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapanya, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan " ( Q.S. Al Furqan : 63) 42
39Imam Al Ghazali, Ikhya' Ulumuddin : Menuju Filsafat dan kesucian Hati di Bidang
Insan dan Ikhsan, disunting oleh KH Misbah Zaenul Musthofa (Semarang: CV Bintang Pelajar, t.th. )hlm. 178.
40Soenarjo., dkk. Op.Cit., hlm. 103. 41Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 170 42Ibid., hlm 568.
59
6. Wibawa
Wibawa diartikan sebagai Sikap dan penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan rasa hormat sehingga peserta didik
merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Kewibawaan
didasari oleh kerelaan, kasih saying dan kesediaan mencurahkan
kepercayaan.43 Kewibawaan ini dapat terwujud oleh karena
kemampuan lebih yang dimilikinya oleh guru dibanding dengan
peserta didiknya, sehingga membuat yang didiknya itu menjadi patuh
dan tunduk serta merasakan mendapatkan pengayoman dan
perlindungan apabila di bawah pengajaran dan pendidikannya.
Sebagaimana kewibawaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman as oleh
karena kemampuan ilmunya yang tinggi, membuat angin yang kencang
mau tunduk dan patuh atas perintahnya. Firman Allah swt :
ريح ليمان ال ره ولس ا م ري ب فة تج ا ص ى األرض ع ى ال ا الت ا فيه بارآن
) 81: األنبيْا ( Artinya: " Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang
sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya kenegeri yang telah kami memberkatinya". ( Q. S. Al-Anbiya' : 81 )44
7. Berilmu Luas dan Bertubuh Sehat
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar,
maka guru harus memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang sehat.
Kesehatan merupakan syarat utama bagi seorang guru, sebagai orang
yang setiap harinya bekerja dan bergaul dengan dan diantara anak-
anak. 45 Sebagaimana firman Allah swt:
43H. Zahara Idris, H. Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta : PT Grasindo, 1992)
hlm. 48. 44Soenarjo dkk, Op. Cit. hlm. 505 45 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1995), hlm. 141.
60
)247: البقره ( والجسم بسطة فى العلم وزاده عليكم هل ان اهللا اصطفقا Artinya: " Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa" (Q. S. Al Baqarah : 247)46
8. Menguasai bahan pengajaran
Guru harus menguasai bahan-bahan yang akan diajarkan
kepada peserta didiknya sehingga apabila timbul permasalahan yang
berkaitan dengan bahan pengajaran akan dapat menjawabnya, begitu
juga guru harus terampil dan cerdik dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan materi pelajaran.47
Sebagaimana Firman Allah swt :
) 43: العنكبوت ( وما يعقلها اال العالمون وتلك األمثال نضربها للناس
Artinya: " Dan perumpamaan-perumpamaan ini, Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu". ( Q. S. Al-Ankabut : 43)48
9. Mencintai Pekerjaan
Seorang yang memiliki profesi sebagai guru, berarti ia harus
mencintai dan menjunjung tinggi citra pekerjaannya, Karena barang
siapa yang memilih pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah
memilih pekerjaan yang penting dan besar, 49 sehingga ia akan merasa
senang dan terpanggil untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.. Sebagaimana firman Allah swt :
)31: ال عمران ( ى فاتبعون اهللا قل ان آنتم تحبون Artinya: " Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku" ( Q. S. Ali Imran : 31 )50
46Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 60. 47Abdurrahman an-Nahlawi, Op. Cit, hlm. 173. 48Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 634. 49Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000 ) hlm. 76. 50Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm. 0
61
Guru harus mencintai pekerjaannya, karena pekerjaan mengajar
dan mendidik manusia merupakan pekerjaan yang diperintahkan oleh
Allah.
10. Menguasai Kapasitas Akal Peserta Didiknya
Hendaknya guru mengetahui kemampuan akal yang dimiliki
oleh peserta didiknya, sehingga ia dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan perlakuan terhadap mereka sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.51 Sebagaimana firman Allah swt :
)83 : السراء ...... ( على شاآلته قل آل يعمل Artinya: " Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan
masing-masing …. " ( Q. S. Al Isra' : 84)52
Dengan mengetahui dan memahami kapasitas kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik, membuat mudah bagi guru untuk
melaksanakan tugas proses pendidikan, sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
11. Selalu Ingin Menambah Keilmuannya
Guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan,
dan kajiannya.53 Guru sebagai penstrasfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didiknya, maka ia harus mau berusaha dan berdo'a agar
bertambah ilmunya. Sebagaimana firman Allah swt:
)114: طه ( وقل رب زدنى علما Artinya: "Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan". ( Q. S. Thaha : 114) 54
51Abdurrahman, An-Nahlawi, Op.Cit., hlm 170 52Soenarjo dkk. Op. Cit., hlm 437. 53Abdurrahman, An-Nahlawi, Op.Cit., hlm 170 54Soenarjo, dkk, Op.Cit., hlm. 489.
62
12. Selalu Mengajak Kepada Kebaikan
Seruan dan anjuran seorang guru, hendaknya tercermin pula
dalam sikap keluarganya atau para sahabatnya.55 Guru harus selalu
mengajak kepada kebaikan, sesuai dengan tugasnya, yakni mengajar
dan mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia yang baik..
Sebagaimana firman Allah swt :
نكم تكن م المعروف وال رون ب اء م ر وي ى الخي دعون ال ة ي ام
)104 : ال عمران ( واولئك هم المفلحون , وينهون عن المنكر Artinya: " Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung". ( Q. S. Ali Imran : 104)56
Demikianlah beberapa diantara sifat-sifat yang harus dimiliki
oleh guru berdasarkan al-Qur'an. Pada intinya, guru harus memiliki
sifat-sifat yang rabbani, yaitu orang yang sempurna ilmu dan
taqwanya kepada Allah swt.
Dari beberapa sifat yang telah disebutkan, maka secara garis
besar, sifat-sifat tersebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok:
1. Sifat-sifat yang menyangkut keadaan fisik, yaitu sifat-
sifat yang berkenaan dengan lahiriah guru, seperti tubuh
sehat dan kuat serta akal yang sehat pula.
2. Sifat-sifat yang menyangkut keadaan spikis, yaitu sifat-
sifat yang menyangkut atau berkenaan dengan batiniah
atau kejiwaan guru, seperti sifat taqwa, ikhlas, jujur,
sabar, lemah lembut, pemaaf dan lain sebagainya.
3. Sifat-sifat yang menyangkut masalah didaktis yaitu sifat
yang berkenaan dengan tugas dalam pendidikan seperti:
55Kamal Muhammad Isa, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Fikahati Aneska,
1994), hlm. 66. 56Soenarjo, dkk, Op.Cit., hlm. 93.
63
berilmu dan berwawasan luas, menguasai bahan
pengajaran, mengetahui kapasitas akal peserta didik,
kemampuan untuk selalu menambah keilmuannya,
mengajak peserta didiknya untuk selalu berbuat baik,
mencintai pekerjaan dan lain sebagainya.
E. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Seorang guru hendaknya mengetahui bagaimana cara murid belajar
dengan baik dan berhasil. Berikut ini adalah unsur-unsur pokok yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam masalah belajar:
1. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar. Seorang guru yang
berpengalaman, tidak berusaha mendorong muridnya untuk
mempelajari sesuatu di luar kemampuannya, dan ia tidak akan
mempompakkan ke otaknya pengetahuan yang tidak sesuai dengan
kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman masa lalu. Ia
juga tidak akan menggunakan metode yang tidak sesaui dengan
mereka. Begitu pula seorang guru tidak akan mengabaikan keadaan
kejiwaan mereka, dengan ringkas dapat dikatakan bahwa dalam proses
belajar mengajar, guru harus mampu memperhatikan keadaan murid,
tingkat pertumbuhan dan perbedaan perorangan yang terdapat diantara
mereka.
2. Membangkitkan minat murid. Guru harus menjaga aturan kelas, dan
menjadikan murid bergairah menerima pelajaran. Dia juga harus
mengarahkan kelakuan mereka kepada yang baik yang diinginkan,
dengan suka rela dan atas kemauan sendiri bekerja dan bergerak. Jalan
itu adalah membangkitkan minat murid dengan berusaha memenuhi
keperluan mereka dan minat murid dengan berusaha memenuhi
keperluan mereka, dan menjaga bakat mereka, serta mengarahkan
kepada yang benar.
3. Menumbuhkan sikap dan bakat yang baik. Banyak macam kegiatan
yang dilakukan anak didik dalam belajar, membangkitkan minat dan
64
keperluannya, pembentukan berbagai bakat dan sikap, yang menjadi
bagian dari kepribadian mereka. Menggairahkan atau menjauhkannya
dari sekolah bahkan mempengaruhi hari depan mereka dan kehidupan
mereka pada umumnya.
4. Mengatur proses belajar mengajar dan mengatur pengalaman belajar
serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, adalah faktor
utama dalam berhasilnya proses belajar, karena ia memudahkan murid
untuk memperoleh pengalaman tersebut dan dalam memanfaatkannya.
Pengaturan itu terjadi dengan menghubungkan unsur-unsur pelajaran
dengan keperluan murid, dan menjadikannya kesatuan yang terpadu,
yang berkisar pada masalah-masalah yang menjadi perhatian mereka,
dengan demikian pelajaran akan menjadi bermakna.
5. Berpindahnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya kedalam
kehidupan nyata, agar belajar berhasil dan berguna dalam kehidupan
di luar sekolah, guru haruslah mengetahui dasar-dasar yang
memungkinkan terjadinya perpindahan pengaruh belajar ke dalam
kehidupan di luar sekolah.
6. Hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar: Proses belajar
dapat berjalan lancar atau tersendat-sendat, tergantung kepada
hubungan sosial dalam kelas antara guru dan murid dan diantara
murid-murid sesama mereka. Yakni sesuai dengan keadaan sosial
yang menonjol dalam kelas. Oleh karena itu guru harus memahami
berbagai hubungan sosial dalam proses belajar mengajar.57
Dengan kriteria di atas jelas dan dapat dilihat bagaimana seorang guru
harus mempersiapkan dan dibina dalam pekerjaannya. Oleh sebab profesi
guru terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
maka guru professional adalah seorang yang terus menerus berkembang,58
guru akan lebih profesional dan berprikepribadian luhur bila mengetahui akan
57Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980)h hlm. 21-23. 58H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Renika Cipta, 2000),
hlm. 136.
65
pentingnya peningkatan kemampuan dan keahlian bagi guru. Dari berbagai
uraian di atas jelas bahwa guru sangat berpengaruh pada proses belajar
mengajar. Guru dapat dinilai kompeten secara professional di sekolah,
apabila:
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya, baik tanggung jawab moral, pendidikan maupun keilmuwan.
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranan secara berhasil, baik
peranan di sekolah maupun diluar sekolah.
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar
mengajar,59 terutama yang berkaitan dengan kemajuan peserta didik.
Pendapat ini lebih menekankan pada aplikasi dari pelaksanaan
kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru sebagai realisasi tanggung
jawabnya sebagai tenaga pendidik yang professional dan berakhlak mulia.
Dengan adanya aplikasi tersebut, guru dapat diharapkan melaksanakan
peranannya dalam proses belajar mengajar. Masing-masing akan diperjelas
berikut ini.
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik
bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma
kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai
karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.
Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila memiliki
kompetensi yang diperlukan demi terlaksananya pemenuhan tanggung
jawab tersebut dengan baik.
59Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar-
Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 9.
66
Adapun tanggung jawab guru dalam pendidikan yang memerlukan
sejumlah kompetensi antara lain “tanggung jawab moral, tanggung jawab
dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab bidang
kemasyarakatan dan tanggung jawab bidang keilmuwan”.60
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranan secara berhasil
Peranan guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Tanpa adanya kemampuan profesional, guru tidak akan dapat
menjalankan peranannya sebagai guru yang profesional. Dengan adanya
kemampuan-kemampuan profesional yang dimilikinya, guru akan dapat
menjalankan peranannya secara baik dan berhasil.61
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan sekolah merupakan tujuan yang hendak dicapai
berkaitan dengan kualitas hasil lulusan pendidikan sekolah. Tujuan
pendidikan sekolah tersebut meliputi perubahan dan peningkatan pada
diri siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan maupun
nilai dengan sikap siswa,62 sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar
tercapai dengan baik.
Untuk itu, secara keprofesionalan guru dituntut persyaratan
kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki. Guru
harus memiliki kepribadian luhur, bermoral pancasila, bersikap inovatif,
kreatif, menghargai profesinya, berbadan sehat dan lain sebagainya. Di
samping itu, guru harus memiliki dan mengusai bahan pengetahuan yang
luas tentang hal-hal yang menjadi bidang pekerjaanya, serta memiliki
ketrampilan-ketrampilan praktis yang baik dalam hal mengajar dan
mendidik siswanya.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar
mengajar
60Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi (Bandung: Mandar Maju,
1991), hlm.43-46. 61Ibid., hlm. 51. 62Ibid., hlm. 50-52.
67
Kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya
dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan
ke dalam empat kemampuan yaitu:
a. Merencanakan program pengajaran.
b. Melaksanakan dan mengelola/memimpin program belajar mengajar.
c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar.
d. Menguasai bahan pelajaran dalam artian menguasai bidang studi atau
mata pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.63
Keberhasilan guru melaksanakan peranannya alam bidang
pendidikan atau peranannya sebagai pendidik dan pengajar, sebagian
besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang
bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar di dalam kelas. Tiap-
tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau ketrampilan mengajar.
Adapun peranan-peranan guru yang memerlukan ketrampilan-
ketrampilan sebagai guru adalah sebagai berikut:
a. Guru sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki ketrampilan memberikan informasi kepada kelas. Guru
sebagai pengajar harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan
siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua
itu, guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan
pelajaran, menguasai teori dan praktik kependidikan, menguasai
kurikulum dan metodelogi pengajaran. Dengan ketrampilan yang
dimilikinya, guru akan dapat memberikan variasi dalam
menyampaikan materi yang disajikannya sehingga anak didik tidak
akan jenuh dalam menerima materi yang disampaikan guru dengan
jelas.
63Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm 9.
68
b. Guru sebagai pemimpin kelas (manajer), perlu memiliki ketrampilan
cara memimpin kelompok-kelompok dan peranannya.64 Guru harus
mampu memimpin, untuk itu guru harus mampu memiliki
kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip
hubungan antarmanusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai
berbagai aspek kegiatan organisasi yang berada di sekolah. Guru
dituntut untuk dapat memiliki kemampuan memimpin kelas agar
dapat menguasai kelas meskipun anak didik terdiri dari berbagai
macam kemampuannya.
c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki ketrampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar.65 Peranan
ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah
untuk membimbing anak di sekolah menjadi manusia yang dewasa
susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi segala perkembangan dirinya.
Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak
tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa,
ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun
juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik
belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Sehingga ketika ada
permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang
berhubungan dengan anak didik, guru dapat memberikan solusi
yang terbaik atas permasalahan tersebut.
d. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki ketrampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Dengan
penguasaan alat bantu seperti UHP, guru akan lebih praktis dalam
menyampaikan materi, anak didik akan menganggap bahwa guru
64Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Renika
Cipta, 1995), hlm. 98. 65Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 53-54
69
lebih profesional, sehingga anak didik akan memperhatikan materi
yang disampaikannya.
e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki ketrampilan cara
memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan
penjelasan, sehingga ketika anak didik menghadapi permasalahan
guru dapat memberikan saran dan penjelasan yang terbaik untuk
anak didik.
f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki ketrampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. Dalam
permasalahan ini guru harus terjun langsung ke masyarakat dan
mengadakan penelitian secara langsung, sehingga hasil penelitian
tersebut dapat valid dan dapat diterima oleh anak didik sebagai
materi yang perlu dikaji.
g. Guru sebagai perencana perlu memiliki ketrampilan-ketrampilan cara
memilih, meramu bahan pelajaran secara profesional. Dengan
ketrampilan ini guru akan lebih bisa menguasai kelas dan lebih
variatif dalam memilih metode dalam menyampaikan setiap bahan
pelajaran.
h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki ketrampilan mengawasi
kegiatan anak dan ketertiban kelas.66 Sebagai supervisor, guru
hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru
kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi
belajar mengajar dengan baik. Untuk itu kelebihan supervisor bukan
hanya posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga
karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau
ketrampilan-ketrampilannya yang dimilikinya, atau karena memiliki
sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat
66Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif (Jakarta:
Renika Cipta, 2000), hlm. 43.
70
melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau
sesuatu yang disupervisi. Dalam hal ini guru harus pro aktif dalam
mengawasi kegiatan yang dilakukan anak didik baik yang dilakukan
di sekolah maupun di masyarakat, dengan adanya pengawasan yang
ketat anak didik tidak akan terjerumus oleh hal-hal negatif sebagai
dampak yang dilaksanakannya.
i. Guru sebagai motivator, perlu memiliki ketrampilan cara mendorong
motivasi belajar kelas. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya
memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motiv-motiv yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya
di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator,
karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak
didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.
Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya. Juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk
bergairah dalam belajar. Peranan guru dalam motivasi sangat penting
dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan
mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial. Dengan dorongan
dari guru anak didik akan lebih termotivasi dalam meningkatkan
prestasinya karena merasa mendapatkan perhatian dari guru.
j. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki ketrampilan cara menilai
anak-anak secara obyektif, kontinyu dan komprehensif,67 baik dari
bidang kognitif, afektif atau psikomotorik. Sebagai evaluator, guru
dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan
intrinsik. Penilaian terhadap aspek instrinsik lebih menyentuh pada
aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai. Berdasarkan hal ini,
67Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hlm. 142.
71
guru harus bisa memberikan penilaian terhadap kepribadian anak
didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban
anak didik ketika di beri tes. Anak didik yang berprestasi baik, belum
tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi penilaian itu pada
hakekatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar
menjadi manusia susila yang cakap.
k. Guru sebagai penanya, perlu memiliki ketrampilan cara bertanya
dan merangsang kelas berfikir dan memecahkan masalah. Dengan
berbagai variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan keadaan kelas,
anak didik akan lebih termotivasi dengan materi pelajaran.
Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah pengajaran yang baik.
Oleh karena itu ketrampilan bertanya, menjadi penting jika di
hubungkan dengan pendapat yang mengatakan “ berfikir sendiri itu
adalah bertanya”.68 Pertanyaan yang baik akan dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dihadapinya,
mengembangkan pola berfikir dan belajar aktif siswa, dan
memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang dihadapinya.
l. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki ketrampilan cara memberikan
ganjaran terhadap anak-anak berprestasi. Sehingga dengan adanya
perhatian dari guru, anak didik akan lebih termotivasi untuk
meningkatkan prestasinya.
m. Guru sebagai konselor, perlu memiliki ketrampilan cara membantu
anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. 69 Sebagai konselor,
guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan
gerak-gerik muridnya. Guru harus berusaha memberikan tanggapan
yang konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar.
Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memberikan solusi,
68J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 62. 69Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 53-54.
72
saran-saran yang terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi anak
didik.
F. KODE ETIK GURU
Kode etik di sini berarti sumber etik. Etik artinya tata-susila (etika)
atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Jadi “kode etik guru” diartikan aturan tata-susila keguruan.
Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan
guru) dilihat dari segi susila. Maksud kata susila adalah hal yang berkaitan
dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan santun
dan keadaban.
Kode etik guru merupakan statement formal yang merupakan
norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. Sehubungan
dengan hal itu tidaklah terlalu salah kalau dikatakan bahwa kode etik guru
merupakan semacam penangkal dari kecenderungan manusiawi seorang
guru yang ingin menyeleweng. Kode etik guru merupakan perangkat untuk
mempertegas atau mengkristalkan kedudukan dan peranan guru serta
sekaligus untuk melindungi profesinya.
Kode etik guru merupakan landasan untuk menjaga dan
mempertahankan kemurnian profesi keguruan, sehingga terhindar dari
bentuk penyimpangan dan menjadikan guru tetap sebagai tenaga
profesional. Karena itu, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki
“kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur
pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik tersebut harus
merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Kode
etik guru harus tetap dipegangi dalam kondisi apapun, sebab kode etik ini
merupakan ciri khas dari kepribadian guru. Adapun rumusan kode etik guru
yang merupakan kerangka pedoman dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan hasil konggres XIII di Jakarta tahun
1973. Dan kemudian disempurnakan dalam konggres PGRI XVI tahun
73
1989 juga di Jakarta.70 Adapun teks kode etik yang telah disempurnakan
adalah sebagai berikut dan masing-masing akan diperjelas berikut ini.
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila. 71 Maksud dari rumusan
ini, guru harus mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan
mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, baik
fisik maupun mental agar menjadi manusia pembangunan yang
menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitas
dengan mendasarkan pada sila-sila dalam pancasila. Guru harus
membimbing anak didiknya ke arah hidup yang selaras, serasi dan
seimbang.
2. Guru memiliki kejuruan profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anak didiknya masing-masing.72 Berdasarkan
item ini, maka guru harus mampu mendisain program pengajaran
sesuai dengan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting
lagi guru harus dapat menerapkan kurikulum secara benar, sesuai
dengan kebutuhan anak didik.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang peserta didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.73 Dalam kaitan belajar mengajar, guru perlu
mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik. Hal
ini terutama agar guru mendapatkan informasi secara lengkap
mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan
karekteristik anak didik, maka akan sangat membantu bagi guru dan
70Soetjipto dan Raflis kosasi, Prosesi Keguruan (Jakarta: Renika Cipta, 2000), hlm. 35-
35. 71Hadari Nawawi dan Mini Martini, Kebijakan Pendidikan di Indonesia di Tinjau dari
Sudut Hukum (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1994), hlm. 337. Lihat juga Zahara Idris, H.Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I (Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia, 1992), hlm. 44. Lihat juga Made Pidarta, landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: Renika Cipta, 1997), hlm. 273.
72Hadari Nawawi dan Mini Martini, Ibid., hlm. 337. 73Ibid., hlm. 337.
74
siswa dalam menciptakan proses belajar mengajar yang optimal.
Kemudian yang perlu diingat oleh guru adalah dalam mengadakan
komunikasi, hubungan yang harmonis dengan anak didik tidak boleh
disalahgunakan. Dengan sikap ramah, kasih sayang dan saling
keterbukaan yang kemudian dapat memperoleh informasi mengenai
diri anak didik secara lengkap ini semata-mata demi kepentingan anak
didik, tidak boleh untuk kepentingan guru, apalagi untuk maksud-
maksud pribadi guru itu sendiri.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua peserta didik dengan sebaik-baiknya bagi
kepentingan peserta didik.Guru harus dapat menciptakan kondisi-
kondisi optimal, sehingga anak didik itu merasa belajar, harus belajar,
perlu dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana
kehidupan sekolah itu menyangkut dua hal. Pertama, yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar di kelas secara langsung. Hal tersebut
meliputi pengaturan tata ruangan yang lebih kondusif untuk
kepentingan pengajaran dan menciptakan iklim atau suasana belajar
mengajar yang lebih serasi dan menyenangkan. Kedua, menciptakan
kehidupan sekolah dalam arti luas, yaitu meliputi sekolah secara
keseluruhan. Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan
interaksi antara guru dengan guru, guru dengan anak didik, guru
dengan pegawai. Dengan demikian memang dituntut adanya
keterlibatan semua pihak di dalam lembaga pendidikan, sehingga
dapat menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
Selanjutnya dalam mengusahakan keberhasilan proses belajar
mengajar itu, guru harus membina hubungan baik dengan orang tua
murid. Hal ini diharapkan dapat mengetahui keadaan anak didiknya,
bagaimana keadaan belajar anak didiknya di rumah. Juga untuk
mengetahui beberapa hal tentang anak didik melalui orang tuanya,
sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan
kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Hubungan baik antara guru
75
dan orang tua murid merupakan faktor yang tidak dapat ditinggalkan,
karena keberhasilan belajar anak didik tidak dapat dipisahkan dengan
bagaimana keadaan dan usaha orang tua murid.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.74Guru harus membina hubungan yang baik dengan
masyarakat, agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana
proses belajar mengajar. Dari segi masyarakat di sekitar sekolah, bagi
guru sangat penting selalu memelihara hubungan baik, karena guru
akan mendapatkan masukan, pengalaman serta memahami berbagai
kejadian atau perkembangan masyarakat. Hal ini dapat dimanfaatkan
sebagai usaha pengembangan sumber belajar yang lebih mengena
demi kelancaran proses belajar mengajar. Selanjutnya kalau dilihat
dari masyarakat secara luas, maka keterikatan atau hubungan baik guru
dengan masyarakat luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru
tentang persepsi kemasyarakatan yang lebih luas.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.75 Dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus dapat
meningkatkan mutu profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan
ataupun secara bersama-sama. Hal ini sangat penting, karena baik
buruknya lanyanan akan mempengaruhi citra guru di tengah-tengah
masyarakat.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja, maupun di dalam hubungan
keseluruhan.76 Kerja sama dan pembinaan hubungan antar guru di
lingkungan tempat kerja, merupakan upaya yang sangat penting. Sebab
dengan pembinaan kerja sama antarguru di suatu lingkungan kerja
74ibid., hlm. 337. 75Ibid., hlm. 337. 76Ibid., hlm. 337.
76
akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga
sebagai langkah-langkah peningkatan mutu profesi guru secara
kelompok. Guru juga perlu membina hubungan dengan sesama guru
secara keseluruhan, termasuk guru-guru di lingkungan tempat kerja.
Hal ini dapat memberi masukan dan menambah pengetahuan masing-
masing guru, karena mungkin perkembangan di suatu daerah berbeda
dengan perkembangan daerah yang lain (studi komporasi).
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.77 Salah satu
ciri profesi adalah dimilikinya organisasi profesional. Begitu juga
guru sebagai tenaga profesional kependidikan, juga memiliki
organisasi profesional. Di Indonesia wadah atau organisasi adalah
PGRI, atau juga IPSI. Untuk meningkatkan pelayanan dan sarana
pengabdiannya maka organisasi itu harus dipelihara, dibina bahkan
ditingkatkan mutu dan kekompakannya. Sebab dengan peningkatan
mutu organisasi berarti akan mampu merencanakan dan melaksanakan
program yang bermutu, sesuatu dengan kebutuhan masyarakat.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.78 Guru adalah bagian warga
negara dan warga masyarakat yang merupakan aparat Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan atau aparat pemerintah di bidang
pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memahami dan kemudian
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-persoalan
pendidikan. Dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan itu diharapkan proses pendidikan berjalan lancar dan akan
menopang bagi pelaksanaan pembangunan bangsa secara integral.
Dengan memahami sembilan butir kode etik guru, diharapkan
guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi
77Ibid., hlm. 337. 78Ibid., hlm. 337.
77
kepada subyek belajar yang dihadapi oleh anak didik berarti akan
dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan kemampuan serta
kegairahan mereka sendiri. Dengan demikian kegiatan belajar
mengajar akan berjalan dengan baik, sehingga hasilnya optimal.