Post on 26-Dec-2015
MENELUSURI JEJAK SEJARAH KAMBELO SEBAGAI JALUR PERDAGANGAN REMPAH (CENGKEH) MALUKU ABAD KE- V1
KEDUDUKAN ORANG BUTON DITENGAH SENTIMEN ANAK ADAT DI KECAMATAN HUAMUAL KABUPATEN SERAM BAGIAN
BARAT
STUDI TENTANG PELAYARAN TRADISIONAL ORANG BUTON
DI DUSUN AMAHOLU NEGERI LUHU KECAMATAN HUAMUAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Orang Buton yang bermukim di pesisir pantai Hoamual Barat,
khususnya di Dusun Amaholu, Negeri Luhu, Kecamatan Huamual,
Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, masih
mengembangkan tradisi maritim (berlayar) dan papalele
(berdagang keliling). Meskipun para pelayar ini juga
mengembangkan usaha lain, pihamota (berkebun) ubi-ubian, sayur-
sayuran, kelapa, cengkeh, dan pala, tetapi tradisi perlayaran dan
perdagangan maritim ini, masih tetap dijadikan sebagai mata
pencarian ungulan. Aktivitas berlayar-berdagang keliling ini, sudah
dilakukan secara regenerasi, dari masa ke lampauan hingga kondisi
ke kinian.
Ketangguhan dan keuletan mereka dalam melakukan
aktivitas pelayaran ditengah ruang samudra, tidak bisa lagi
diragukan. Menghadapi berbagai peristiwa alam seperti, angin
kencang, gelombang laut, atau cuaca buruk, pada musim barat dan
musim timur, sudah dianganggapnya sebagai hal yang biasa-biasa
saja, dan bukan sesuatu yang menakutkan. Anggapan pelayar
Buton di Dusun Amaholu bahwa fenomena alam seperti itu, lazim
terjadi dalam dunia pelayaran dan perdagangan yang melintasi
ruang samudra. Meskipun perahu dan nyawa mereka terkadang
menjadi taruahnya. Dengan berpegang pada prinsip berlayar
seperti meminjam istilah Abdurahman Hamid, dalam buku Orang
Buton Suku Bahari Indonesia (2011), “Sabangka Asarope” satu
teman berlayar, satu arah haluan atau tujuan.
Solidaritas sesama awak dalam konteks Sabangka Asarope
ini, di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan dalam satu perahu
perlu diperhatikan serta dijunjung tinggi. Seluruh awak kapal harus
berpegang dalam satu pemikiran, satu tujuan, tunduk, dan patuh
terhadap satu komando, serta mengikuti apa yang diarahan dan
dianjurkan juragang, selaku pimpinan tertinggi dalam perahu.
Kalaupun ada kesalapahaman sesama awak dalam perahu, maka
juragang terlebih dahulu harus menyelesaikanya. Sebelum
melakukan aktivitas pelayaran. Jika, kesalapahaman itu terjadi
ditengah laut, maka sebelum turun ke darat harus diselesaikan.
Demikian pula sebaliknya. Sebab jika tidak, maka akan berimbas
pada nasip sial, seperti kecelakaan perahu. Singkatnya, permasalah
sesama awak di laut, harus diselesaikan di laut, dan masalah di
darat harus diselesaikaan di darat. Dengan berpegang pada
komitmen, sekali menancapkan layar pantang berbalik.
Para pelayar ini akan kembali ke kampung halaman mereka,
ketika sudah membawa hasil dan berhasil. Telah menjadi prestise
social (harga diri) bagi pelayar, jika mereka berlayar dan kembali
tidak membawa hasil dan berhasil. Prinsip ini telah tertanam di
dalam benak mereka sebagai pelayar, dan menjadi penyemangat
disetiap aktivitas pelayaran. Selain itu, ada sesuatu yang di
sakralkan pomali (larangan) bagi para pelayar Buton, lebih khusus
orang Buton di Dusun Amaholu ketika sedang berlayar. Dimana
perahu harus berbalik haluan ketempat semula (star awal), disaat
perjalanan itu belum sampai ke tempat tujuan. Kemudian disisi lain,
hal yang biasa dipomalikan pelayar Buton di Dusun Amaholu yaitu
awak kapal yang sudah menikah terutama juragang, harus berbaik
hati dengan isrtinya. Dalam artian, rumahtangga harus akur.
Sebelum melakukan aktivitas berlayar-berdagang.
Keberanian dan ketangguhan orang Buton di Dusun Amaholu
dalam mengarungi ruang samudra ini. Sudah sepatutnya, dan
sepantasnya, mendapatkan julukan sebagai “Komunitas Maritim” di
Kabupaten SBB. Betapa tidak? para pelayar di Dusun Amaholu ini,
telah melakukan pelayaran ke berbagai daerah di Indonesia.
Bahkan, nenek moyang mereka (Binongko) dalam kurun niaga,
sudah berlayar dan membangun kontak jaringan perdagangan
maritim menjangkau wilayah mancanegara, seperti Malaysia,
Singapura, Filipina Selatan, Deli, Palau disebelah timur Filipina, dan
jalur pelayaran itu dianggap sebagai rutinitas biasa. Kedatangan
orang Buton di Pulau Seram, termasuk di Dusun Amaholu pun, tidak
terlepas dari sejarah pelayaran tradisional dan perniagaan itu
sendiri.
Wilayah timur seperti Irian, Nusa tenggara Timur, (Flores)
Nusa Tenggara Barat (Bima), kepulauan Maluku, Maluku Utara, dan
pulau-pulau terdepan dan terluar, dan wilayah Barat seperti
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali. Wilayah Indonesia tengah, seperti
Sulawesi Selatan, (Makassar) Sulawesi Tenggara (Kepulauan Buton,
Bau-Bau dan Kendari), Sulawesi tengah (banggai, dan luwuk),
Sulawesi Utara (Manado dan Bitung) dan hampir seluruh kepulauan
Indonesia, telah dijangkau oleh para pelayar Buton di Dusun
Amaholu. Mereka telah mendekatkan pulau-pulau dalam konteks
geografi, dan ruang kulrutal yang utuh tentang Indonesia. Hal itu,
terdengar dari cerita-certia yang terekam dalam ingatan kolektif
para pelayar sebagai pelaku sejarah di Dusun Amaholu. Mereka
dengan gampangnya menyebut nama daerah, jenis angin, sebaran
karang di laut, dan krateristik masyarakatnya, di tempat yang
pernah di kunjungi. Fakta ini membuktikan, bahwa aktivitas
berlayar orang Buton di Dusun Amaholu, dalam mengarungi laut
telah mendekatkan ruang komunikasi. Mereka pun dapat
membentuk jaringan dagang, dengan berbagai etnis di kepulauan
Indonesia.
Orang Buton di Dusun Amaholu sudah mengeluti dunia
pelayaran taradisonal ini, sejak dari berlayar menguanakan perahu
Bangka, yang masih mengandalkan kekuatan angin sebagai tenaga
pengerak perahu, Motorisisasi perahu layar, sampai dengan Motor
Piber, sekarang. Kepawaian mereka dalam aktivitas kebaharian ini,
ternyata bukan hanya bisa berlayar mengarungi ruang samudra,
dan membentuk jarigan dagang (mencari sabangka) dengan
masyarakat disetiap daerah yang dijumpai, tetapi mereka juga
pandai membuat perahu Bangka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DUNIA MARITIM DAN NEGARA KEPULAUAN
a. Dunia maritim
b. Konsep Kelautan
c. Negara Kepulan
B. JALUR PERDAGANGAN DAN PELAYARAN
a. Pelayaran
b. Perdagangan
c. Jalur perdagangan
C. PELAYAR dan PEDAGANG BUTON
a. Jiwa bahari Orang
b. Pelayar pedagang Buton
c. Kepandaian Orang Buton Membuat perahu (Bangka)