tinjauan pustaka.docx

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya tersebut akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan secara potensial. Sumber daya potensial tidak hanya berasal dari sumber daya alam, tetapi juga berasal dari sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak harus berkuantitas besar. Budidaya tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan bagi sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikulthural yang setiap tahunnya kian meningkat. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat di Indonesia maka kebutuhan akan pangan terutama makanan pokok seperti buah dan sayuran akan meningkat (Sudjianto, 2001). Tanaman sayuran dalam ilmu pertanian disebut sebagai anggota komoditas hortikultura, karena merupakan tanaman yang biasanya diusahakan di kebun. Dalam dunia pangan, tanaman sayuran mengandung vitamin, mineral, sumber protein dan kalori. Kalsium dan besi adalah diantara mineral yang terkandung di dalam sayuran, yang penting bagi penderita kekurangan kalsium dan anemia. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan serat di dalam sayuran berguna untuk memperbaiki pencernaan. (syarief husen, dkk : 1993). 1

Transcript of tinjauan pustaka.docx

Page 1: tinjauan pustaka.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya

tersebut akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan secara potensial. Sumber daya

potensial tidak hanya berasal dari sumber daya alam, tetapi juga berasal dari

sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak harus

berkuantitas besar. Budidaya tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan

bagi sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikulthural

yang setiap tahunnya  kian meningkat. Seiring dengan meningkatnya taraf  hidup

masyarakat di Indonesia maka kebutuhan akan pangan terutama makanan pokok

seperti buah dan sayuran akan meningkat (Sudjianto, 2001).

Tanaman sayuran dalam ilmu pertanian disebut sebagai anggota komoditas

hortikultura, karena merupakan tanaman yang biasanya diusahakan di kebun.

Dalam dunia pangan, tanaman sayuran mengandung vitamin, mineral, sumber

protein dan kalori. Kalsium dan besi adalah diantara mineral yang terkandung di

dalam sayuran, yang penting bagi penderita kekurangan kalsium dan anemia.

Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan serat di dalam sayuran

berguna untuk memperbaiki pencernaan. (syarief husen, dkk : 1993).

Tanaman sayur dapat berbentuk rumput, perdu, semak, atau pohon.

Bentuk pertumbuhanya tegak pendek, menjulang, atau menjalar dengan hasil

berupa umbi, bunga, buah atau biji. Umumnya tanaman sayur berbunga sempurna

(hermaphrodit), yakni dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan betina. Alat

reproduksi jantan disebut benang sari (stamen). Benang sari mengandung tepung

sari (polen) dalam kantong sari (anthera). Sementara alat reproduksi betina

disebut putik (pistillum). Putik terdiri dari bagian bakal buah (stigma). Benang

sari  Ada pula tanaman yang berbungga betina dan jantannya terpisah atau

berkelamin tunggal (unisexualis), tetapi dalam satu pohon. Selain itu ada juga

tanaman sayur yang berumah satu (monoecus), seperti melinjo, nangka, dan

keleweh (Hendro sunarjono, 2003).

1

Page 2: tinjauan pustaka.docx

Tanaman sayur sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya tanaman ini dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, tetapi kini lebih

dikenal dengan nama hortikultura. Budidaya sayuran perlu pengolahan dan

perhatian yang lebih dari tanaman lain. Agar dapat menghasilkan tanaman yang

maksimal.

Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi

makanan  sehari-hari dapat duperbaiki dengan mengkonsumsi sayuran, karna

disayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati,dan tentunya serat.

Menurut hasil seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of Food tahun 1968, setiap

orang indonesia memerlukan sayuran sebanyak 150 g berat bersih/orang /hari

dalam menu makanannya

1.2.Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum hortikultura ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara budidaya konvensional dan vertikultur

Pada tanaman sayur sawi, kankung,selada.

2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk Organik Cair (POC) dan

N,P,K.

3. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanman sayuran sawi,

selada, kankung

1.3.Kegunaan percobaan

Adapun kegunaan dari praktikum hortikultura ini yaitu :

1. Agar budidaya konvensional dan vertikultur dapat diterapkan

dalam dunia pertanian

2. Dapat ditanam dipekarangan sempit

3. Tidak membutuhkan lahan yang luas

4. Gampang cara perawatannya

2

Page 3: tinjauan pustaka.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Syarat tumbuh

2.1.1. Tanaman sayuran sawi

Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat bermanfaat untuk mencegah

berbagai penyakit, terutama kanker. Hal itu disebabkan tingginya kadar senyawa

fitokimia pada sawi, khususnya glukosinolat. Di dalam tanaman, glukosinolat

bereaksi dengan enzim mirosinase, menghasilkan komponen aktif indol dan

isotiosianat. Indol dan isotiosianat berfungsi untuk mereduksi potensi kanker

karena kemampuan kedua komponen itu mengatur enzim yang berfungsi

mendetoksifikasi hati. Indol dan isotiosianat juga dapat menghambat enzim yang

dapat menyebabkan terbentuknya senyawa karsinogenik.

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman sawi diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom  : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas  : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus  : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan

cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua

arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain

mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya

batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003). Batang sawi pendek sekali dan beruas-

ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk

dan penopang daun (Rukmana, 2002).  Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu

dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)

hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran

tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai

3

Page 4: tinjauan pustaka.docx

bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak.

Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun

mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah

putik yang berongga dua.

2.1Adapun   Syarat Tumbuh tanaman sawi ialah :

Sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain

tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji

secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002).

Adapun keadaan lingkungan (iklim dan tanah) yang cocok untuk

membudidayakan tanaman sawi  adalah sebagai berikut:

I. Keadaan Iklim

Keadaan iklim yang perlu mendapat perhatian didalam memnentukan

lokasi usaha tani sawi adalah suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan

penyinaran cahaya matahari.

a.       Suhu Udara.

Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis)

tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang

dikehendaki untuk pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu

malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C . (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).

Pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara

19ºC - 21ºC.. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan

ketinggian tempat daripermukaan laut (dpl).  Daerah yang memiliki suhu berkisar

antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000 – 1200 m dpl, semakin

tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin

rendah.sementara itu pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara.

Misalnya proses perkecambahan, pertunasan, pembangunan dan lain sebagainya.

b.      Kelembaban Udara

Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal

berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban yang tinggi darlebih dari 90%

berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yakni tanaman tumbuh tidak

sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan bila penanaman bertujuan

4

Page 5: tinjauan pustaka.docx

untuk pembenihan maka kualitas biji jelek. Kelembaban udara juga berpengaruh

terhadap proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang diikuti dengan

meningkatnya pertumbuhan tanaman.

c.       Curah Hujan

Tanaman sawi dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah

hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup

tanaman karena ketersediaan air tanah mencukupi.  Curah hujan yang sesuai untuk

pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000 – 1500 mm/tahun. Daerah yang

memiliki  curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/tahun ialah daerah dengan

ketinggian 1000 – 1500 m dpl. (Cahyono, 2003)  Sawi tahan terhadap air hujan,

sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya

tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam

dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang

menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir

musim penghujan.

d.      Penyinaran Cahaya Matahari

Tanaman dapat melakukan fotosintesis memerlukan energi yang cukup.

Cahaya matahari merupan energi yang dieprlukan untuk tanaman dalam

melakukan fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan

tanamn untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 cal / cm2 – 400 cal /

cm2 setiap hari. Tanaman sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi.

(Cahyono, 2003).

Faktor cahaya sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman dan

produksi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mengakibatkan menigkatnya proses

fotosintesa tercapai, akan tetapi peningkatan proses fotosintesis akan tyerhenti

pada titik jenuh cahaya matahari. Cahaya matahari yang kurang juga dapat

menyebabkan pertumbuahn dan produksi tanaman menurun. Tanaman

pertumbuhannya lemah, pucat, kurus, dan memanjang. Sehingga produktifitas

tanaman sangat kurang.

5

Page 6: tinjauan pustaka.docx

II.   Keadaan Tanah

Persyaratan tumbuh bagi jenis komoditi ini tidak terlalu sulit. Caisin dapat

tumbuh dan beradaptasi baik hampir disemua jenis tanah baik pada tanah-tanah

mineral yang bertekstur ringan sampai liat berat maupun tanah organic seperti

tanah gambut. pH tanah yang optimal untuk budidaya caisin berkisar antara 6-6,5.

Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,

banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.

2.1.2Tanaman sayuran selada

Selada merupakan sayuran yang termasuk ke dalam famili Compositae

dengan nama latin Lactuca sativa L. Asal tanaman ini diperkirakan dari dataran

Mediterania Timur, hal ini terbukti dari lukisan di kuburan di Mesir yang

menggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500

SM.

klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman

20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap

oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi

(Rukmana, 1994).

Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung

varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar,

berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun

lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun

bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun

selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm(Wicaksono,

6

Page 7: tinjauan pustaka.docx

2008).

Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek

dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat

dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang

selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada

batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm

(Rubatzky dan Yamaguchi,1998).

Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga

bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar

bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak

muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang

dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap

krop mengandung sekitar 10-25floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (A

shari, 1995).

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,

berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan

lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan

dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman.

Adapun Syarat Tumbuh tanaman selada ini yaitu :

Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga

dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis

tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah

yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran

terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk

organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam,

daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya

dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.

2. Tanaman sayuran kangkung

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu

tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-

cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai

kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm.

7

Page 8: tinjauan pustaka.docx

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifasikan

sebagai berikut:

Kingdom        :Plantae

Divisio           :Spermatophyta

Kelas              :Dicotyledoneae

Ordo               :Convolvulales

Famili             :Convolvulacae

Genus             :Ipomoea

Spesies           : Ipomoea aquatica.

Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak

mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.

Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan

merayap (menjalar).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di

ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.

Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan

berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya

berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah

lembayung.

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir

biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam

jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10

mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping

dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generative.

adapun syarat tumbuh kangkung ialah :

Baik di dataran rendah maupun tinggi, tanaman sayuran dapat ditanam di

tanah- tanah ataupun di sawah. Menurut strukturnya, tanah yang baik untuk

ditanami sayuran ialah tanah yang mempunyai struktur remah, tanah itu

8

Page 9: tinjauan pustaka.docx

mengandung pasir 50 – 60 %, lumpur 25- 35 % dan liat 15 – 25 %. Tanah seperti

itu saat musim kemarau, tidak banyak kehilangan air, begitu juga saat musim

penghujan, air mudah meresap dalam tanah. (sugeng : 1981).

Beberapa syarat tumbuh tanaman sayuran khususnya kangkung :

a)      Iklim

I. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun.

Kangkung      darat       dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas

dan beriklim    dingin

II. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar

antara 500-5000 mm/tahun.

III. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau

mendap   sinar     matahari yang cukup.Di tempat yang terlindung

(ternaungi) tanaman kangkung    akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi

kurus-kurus. Kangkung sangat kuat     menghadapi panas terik dan

kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat      yang agak

terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen.

IV. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi

tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung

ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi

agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.

b)    Media Tanam

Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak

mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang,

karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air

membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.

Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,

sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan

kandungan air secara baik.

c)         Curah hujan

9

Page 10: tinjauan pustaka.docx

 Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar

antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi

rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang

yang agak rimbun.

d)     Intensitas cahaya matahari

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar

matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat

menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat

yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen.

e)      Temperatur

Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi

tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di

tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras,

sehingga tidak disukai konsumen.

f)       Ketinggian Tempat

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat

maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di

dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman kangkung membutuhkan tanah

datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak

dapat mempertahankan kandungan air secara baik.Hasilnya akan tetap sama asal

jangan dicampur aduk.

2.2.  Jenis pupuk yang digunakan.

Pemupukan ini secara umum bertujuan untuk menjaga tetap terpeliharanya

keseimbangan unsur hara dalam tanah, mengurangi bahaya erosi karena akibat

pemupukan yang terjadi sehingga pertumbuhan vegetatif kurang baik, serta

10

Page 11: tinjauan pustaka.docx

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Pemberian pupuk

pada tanaman juga harus memenuhi 3 syarat, yaitu tepat dosis, waktu, dan

aplikasinya, agar hasil atau produksi tanaman dapat maksimum serta efisiensi

pemupukan pada tanaman.

Jenis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan yaaitu pupuk urea yang

mengandung zat niitrogen; pupuk SP-36 (super phosphate), yang mengandung zat

phosphat; dan pupuk KCL (kalium klorida) yang mengandung kalium. Pupuk urea

mengandung nitrogen (N) 46%, pupuk SP-36 mengandung phosphat (P2O5) 36%,

PUPUK kcl mengandung (K2O) 60%.

2.2.1 Nitrogen

unsur hara (makro)          : nitrogen (n)

Nama pupuk                 : Urea, ZA, Amonium Sulfat

 Fungsi Nitrogen :

1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman

2.  Meningkatkan  kadar protein dalam tanah

3.  Meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan

rerumputan ternak

4.  Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah

Sumber-sumber nitrogen :

1. Nitrogen antara lain bersumber dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA,

dan Amonium Sulfat.

2. Udara merupakan sumber nitrogen paling besar  yang dalam proses

pemanfaatannya oleh tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam

bentuk amonia dan nitrat yang sampai ketanah melalui air hujan, atau yang

di ikat oleh bakteri pengikat nitrogen.

3. Sumber nitrogen lainnya adalah pupuk kandang dan bahan2 organis

lainnya.

Gejala kekurangan nitrogen :

Tanaman tumbuh kurus kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu

berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringatanaman mengering dan mati, buah

kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.

11

Page 12: tinjauan pustaka.docx

Kelebihan nitrogen berakibat :

1. Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif

2. Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian

3. Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian

4. Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan

tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan sulit diserap

tanaman.

5. Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.

2.  Kalium

     1. Unsur Hara Makro      : Kalium (K)

         Nama pupuk                : KCL, ZK, Kalium Majemuk dll.

Fungsi Kalium   :

1. Pembentukan protein dan karbohidrat

2. Membantu membuka dan menutup stomata

3. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama

4. memperluas pertumbuhan akar tanaman

5. Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan)

6. Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa generatif dan

menambah rasa manis/enak pada buah

7. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah

rontok.

Gejala kekurangan Kalium  :

1. Daun terlihat lebih tua, mengerut keriting dan timbul bercak-bercak merah

coklat lalu kering dan mati

2. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek dan tidak tahan simpan

(cepat busuk)

3. Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok

4. Batang dan cabang lemah mudah rebah

Biji buah menjadi kempes mengkerut

3.   Fosfor

Unsur Hara Makro        : Fosfor (P)

Nama Pupuk                 : TSP, SP 36, CIRP, Pospat Alam

12

Page 13: tinjauan pustaka.docx

Fungsi Fosfor   :  

1. Mempercepat Pertumbuhan akar semai

2. Memperkuat batang tubuh tanaman

3. Mempercepat proses pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian

4. Meningkatkan produksi buah dan biji-bijian

Sumber – sumber Fosfor (P)  :

1. Bahan organik, pupuk kandang, dan lainnya

2. Bahan tambang mineral alami seperti CIRP

3. Pupuk buatan pabrik seperti TSP, SP 36 dll.

Gejala kekurangan Fosfor  :

1. Daun berubah berwarna tua atau tampak mengkilap kemerahan

2. Tepi Daun, cabang dan batang berwarna merah ungu, lalu berubah

menjadi kuning, buah kecil, pematangan buah lambat

3. Perkembangan bentuk dan warna buah jelek, biji berkembang tidak

normal, akar lambat berkembang

3. Pupuk Organik POC 

Pupuk Organik VOC  SUPERNASA merupakan Pupuk Organik yang

terbuat dari Formula khusus murni dari bahan-bahan organik untuk pupuk dasar

penyiraman tanaman,

fungsi utama pupuk organik VOC SUPERNASA :

1. Ditujukan terutama untuk mengurangi penggunaan pupuk NPK (50% dari

dosis rekomendasi setempat) sehingga terjadi keseimbangan antara

penggunaan pupuk kimia (Urea, SP-36, dan KCl) dan pupuk organik.

2. Ditujukan untuk memperbaiki lahan-lahan yang rusak karena Pupuk

Organik Padat SUPERNASA memiliki kandungan Humat dan Fulvat yang

berangsur-angsur akan memperbaiki konsistensi (kegemburan) tanah yang

keras membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat

bagi tanaman seperti cacing, mikroba alami setempat, dll.

3. Dapat digunakan untuk semua jenis tanaman pangan (Padi, palawija, dll),

tanaman horti (Sayuran, buah, bunga) dan tanaman tahunan (Coklat,

kelapa sawit, karet, dll). Pupuk Organik Padat SUPERNASA juga

mengandung unsur hara/nutrisi makro dan mikro bagi tanaman.

13

Page 14: tinjauan pustaka.docx

4. Kandungan Hormon / Zat Pengatur Tumbuh (Auxin, Gibrelin, dan

Sitokinin) akan mempercepat perkembangan biji, pertumbuhan akar, fase

vegetatif/pertumbuhan tanaman serta memperbanyak dan mengurangi

kerontokan bunga dan buah.

5. Memacu perbanyakan pembentukan senyawa polyfenol untuk

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit.

6. Dapat melarutkan SP-36 dengan cepat.

Fungsi Pupuk organik POC SUPERNASA yang lain:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.

2. Melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat

dimanfaatkan tanaman kembali.

3. Memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan

serta mengurangi kerontokan bunga dan buah.

2.4. Tekhnik budidaya konvensional dan budidaya vertikultur

1) Tekhnik budidaya konvesional.

Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh

sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input

dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan

hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang

sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak

input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa

depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang

ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat. Kemajuan

itu antara lain berupa:

1) Digunakannya varietas-varietas tanaman yang lebih produktif, lebih

bermutu, lebih tahan atau toleran pada hama dan penyakit utama, lebih

tahan pada kekurangan air dan hara, serta dapat berproduksi tinggi pada

lahan-lahan marginal.

2) Lebih memanfaatkan biota di lingkungan pertanian, baik untuk

meningkatkan kesuburan lahan, maupun toleransi terhadap OPT.

14

Page 15: tinjauan pustaka.docx

3) Penggunaan pupuk akan lebih bijaksana, berdasarkan Integrated Plant

nutrition System, sehingga tidak berlebih, berdasarkan kebutuhan riel

tanaman, tidak banyak yang tercuci dan mencemari lingkungan.

4) Penggunaan pestisida akan sangat berkurang; pengendalian organisme

pengganggu tanaman akan berdasarkan PHT.

5) Konsolodasi lahan-lahan pertanian akan terjadi, sehingga pengelolaan

sistem produksi akan lebih mudah.

6) Tenaga kerja di pertanian berkurang karena urbanisasi dan menjadi pekerja

pada sektor industri, sehingga:

teknologi pertanian konvnsional tersebut bertumpu pada tehnik-tehnik

budidaya sebagai berikut:

1.      Pengolahan Tanah Intensif, 

2.      Budidaya Monokultur,

3.      Aplikasi Berbagai Pupuk Sintetik,

4.      Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi,

5.      Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia,

6.      Manipulasi Genom Tanaman dan Binatang yang menghasilkan varietas-

varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa

genetik.

 Dampak Pertanian Konvensional pada pertanian ialah

Dari pengalaman selama berpuluh tahun di semua negara, penerapan

pertanian konvensional tidak membawa keadaan yang lebih baik tetapi justru

menimbulkan masalah-masalah baru. Penerapan teknologi pertanian konvensional

secara luas dan seragam mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan, kondisi

sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Menurut Gliessmann (2007) dampak

samping pertanian konvensional meliputi:

a) Degradasi dan Penurunan Kesuburan Tanah.

b) Penggunaan Air Berkelebihan dan Kerusakan Sistem Hidrologi.

c) Pencemaran Lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di

lingkungan dan makanan.

d) Ketergantungan petani pada Input-input Eksternal.

15

Page 16: tinjauan pustaka.docx

Pertanian Konvensional mengakibatkan kerusakan lingkungan serta

semakin menghabiskan energi dari sumberdaya alam tidak terbarukan. Harga

energi semakin lama semakin meningkat karena persediaan bahan bakar fosil

semakin habis. Dilihat dari sisi ekonomi, keuntungan yang diperoleh dari

pertanian konvensional semakin menurun. Fenomena pertanian konvensional

dengan segala dampak sampingnya tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri

tetapi sudah dan sedang terjadi diIndonesia, termasuk dalam pelaksanaan program

ketahanan pangan. Kondisi lingkungan dan ekonomi di ekosistem persawahan kita

sudah sedemikian kritis sehingga sulit untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi

pertanian secara efektif dan efisien. Berbagai bentuk pemborosan ekonomi,

lingkungan dan sosial budaya sedang terjadi di lahan-lahan sawah dan pedesaan

saat ini. Kita akan mewarisi generasi mendatang dengan kerusakan dan biaya

lingkungan yang sangat mahal yang sulit untuk dikembalikan lagi.

2) Budidaya vertikultur.

Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang

dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik

adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media

tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi.  Sistem

vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya

tanaman namun memiliki ruang atau lahan yang sangat terbatas.

Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini

tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang

tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini

memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien.

Secara estetika, taman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang

tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan

pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Dalam perkembangan

selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di

pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun. Bercocok

tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di

kebun maupun di ladang.

16

Page 17: tinjauan pustaka.docx

Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman

organik secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur. (2) Penyiapan dan

penggunaan pupuk organik. (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pada tulisan ini

akan dipaparkan ketiga aspek tersebut secara singkat dan jelas.

Untuk memulai budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak

perlu direpotkan dengan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya yang

besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang

baik bagi tanaman. Namun terkadang kita ingin hasilnya nanti tidak hanya berupa

panen tapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan struktur

bangunan/ wadah tanam tahan lama.

Jenis Tanaman yang Dapat Ditanam dengan Vertikultur :

Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya

 a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan

lain-lainnya),

b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll;

c) tanaman obat-obatan yang sekulen.

Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai,

tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan

tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah. Sistem

vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang

mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya.

Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias. Karena wadah

yang digunakan sebagai vertikultur kecil sehingga tanaman yang dapat di tanam

dalam vertikultur adalah hanya tanaman musiman.

Kelebihan sistem pertanian vertikultur :

(1)   Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak

dibandingkan sistem konvensional,

(2)   Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,

(3)   Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,

(4)  Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah

tertentu.

(5)   Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman,

17

Page 18: tinjauan pustaka.docx

(6)   Adanya atap plastik memberikan keuntungan

Kekurangan sistem Vertikultur :

Namun dalam prakteknya sistem pertanian vertikultur terdapat kekurangan :

(1) Investasi awal cukup tinggi.

(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan

tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.

(3) memerlukan keterampilan khusus

(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikultura

(5) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat

tingginya populasi tanaman adanya atap plastik.

2.4. Hama dan penyakit

1) Tanaman sawi

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawit adalah sebagai

berikut :

1.  Ulat Plutella (Plutella xylostella L)

Nama lain : ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas,

ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa).

Ciri – ciri hama yaitu :

(1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara

(2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik

kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun

sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam

(3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekeringan,

berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari

(4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar

yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan

(5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah

dibawah sisa-sisa tanaman atau hinggap dibawah permukaan daun bawah.

Gejala pada tanaman :

biasanya menyerang pada musim kemarau

daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang

menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja

18

Page 19: tinjauan pustaka.docx

umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak

tanaman yang sedang membentuk bunga.

2.   Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)

Ciri – ciri hama ini yaitu :

siklus hidup 22-32 hari, tergantung temperatur udara

ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut

kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong didalam tanah dan telur

diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai

genteng rumah

menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga.

3.   Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)

Ulat tanah disebut ulat taneuh ( Aceh), hileud orok (Sunda) dan uler

lettung (Jawa). Ciri – ciri hama yaitu : siklus hidup 6-8 minggu, aktif pada senja

dan malam hari, pada malam hari ulat tanah bersembunyi di bawah daun.

Gejala pada tanaman : memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman,

sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu.

Cara pengendalian :

mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya

pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang

dijadikan tempat bertelur hama tanah

dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.

4.   Kutu daun (Aphis brassicae)

Hidup berkelompok di bawah daun/massa bunga (curd), berwarna hijau

diliputi semacam tepung berlilin.

Gejala : menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga

menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor.

Menyerang hebat dimusim kemarau.

Pengendalian : menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40

EC 1-2 cc/liter air.

5.  Ulat daun

19

Page 20: tinjauan pustaka.docx

Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp.,

Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura).

Gejala : daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat

daunnya

Pengendalian : mengatur pola tanam, menjaga kebersihan kebun,

penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion

1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC.

Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi adalah

sebagai berikut :

a. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)

2. Penyebab: bakteri yang merupakan patogen tular benih (seed borne) dan

dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya.

3. Gejala: tanaman semai rebah, karena infeksi awal terjadi pada kotiledon

dan menjalar ke seluruh tanaman secara sistematik, adanya bercak coklat

kehitam-hitaman pada batang , daun, tangkai dan bunga.

4. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)

5. Penyebab : bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman

sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan.

6. Gejala : luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen.

a. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)

7. Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae.

8. Gejala yang terdapat pada tanaman :

(1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau

pagi hari daun tampak segar kembali

(2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga

bahkan dapat mati

(3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam.

4.  Bercak hitam (Alternaria sp.)

a. Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.

b. Gejala: munculnya bercak-bercak coklat muda bergaris konsentris pada

batang, menyerang akar dan pangkal batang.

c. Pengendalian: menanam benih yang sehat.

20

Page 21: tinjauan pustaka.docx

5.   Busuk lunak berair

a. Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan

daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat

menyebar melalui biji dan spora.

b. Gejala: pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati, bila menyerang

batang mak daun akan layu dan rontok, bila menyerang daun maka daun akan

membusuk dan berlendir. Pengendalian: gunakan biji sehat, rotasi tanaman

dengan tanaman yang tidak sejenis, pemberantasan dengan hama.

2. Tanaman selada

Hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya selada adalah sebagai

berikut:

a. Jangel (Bradybaena similaris ferussac), bentuknya seperti siput berukuran 2

cm. Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada

pangkal daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.

b. Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel

namun tidak memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang

pada daun. Hama ini lebih banyak menyerang di musim kemarau

dibanding musim hujan.

c. Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit

ini menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun

menjadi coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang

masih ditanam, penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap

diangkut ke pasar.

d. Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini

menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.

e. Kutu Daun, jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman selada

adalah kutu daun. Akibat yang ditimbulkan dari hama ini berupa mengerut

dan mengeringnya daun karena kurang cairan. Tanaman muda yang

terserang kutu daun, pertumbuhannya tidak dapat sempurna atau kerdil.

Untuk mengendalikan kutu ini, diperlukan Insektisida, seperti Diazinon,

Orthene 75 SP, maupun Bayrusil. Cara pemakaiannya dengan

menyemprotkan insektisida tersebut dengan dosis 2 cc/l air.

21

Page 22: tinjauan pustaka.docx

f. Thrips, hama lain yang juga kerap menyerang tanaman selada adalah

thrips. Ciri dari serangan hama ini berupa menguning dan mengeringnya

daun sebelum akhirnya tanaman mati. Untuk mengendalikan hama ini

dapat digunakan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC, atau Tokuthion 500

EC dengan dosis 2 ml perliter air.

g. Penyakit busuk batang, untuk jenis penyakit yang sering menyerang

tanaman selada adalah penyakit busuk batang. Gejalanya ditandai dengan

melunak dan berlendirnya batang, sedang akibat yang ditimbulkannya

adalah membusuknya akar. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Rhizoctonia solani. Untuk mencegahnya, lahan harus senantiasa dijaga

kebersihannya serta mengurangi kelembaban lahan. Dapat pula dengan

menyemprotkan fungisida Maneb atau Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.

Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot

hama dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan

penyakit dilakukan dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun,

rotasi tanaman dan kalau terpaksa lakukan penyemprotan dengan pestisida

nabati. Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat terbukti efektif

mengendalikan hama. 

3. Tanaman kangkung

Hama  yang  menyerang  tanaman kangkung adalah ulat grayak

(Spodoptera litura F), Kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphids

gossypii),. Penyakit  yang menyerang batang tanaman kangkung adalah

penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea  reptans. 

Gejala penyakit ini  yaitu adanya pustul – pustul (bintik berwarna putih di

sisi daun sebelah bawah batang ). Apabila diperlukan  gunakan pestisida

yang benar – benar aman dan cepat terurai seperti pestisida biologi, atau

pestisida nabati.

Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh

Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida

yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau

pestisida piretroid sintetik.

22

Page 23: tinjauan pustaka.docx

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat dan waktu

3.1.1. Tempat

Adapun tempat praktikum dilaksanakan yaitu dilahan pertanian kampus 3

Universitas Methodist Indonesia.

3.1.2. Waktu

Adapun waktu praktikum dilaksanakan yaitu pada 31 september -

3.2 Alat dan bahan

3.2.1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum hortikultura ialah    

    

a. Cangkul diguanakan untuk mengolah lahan

b. Pot digunakan sebagai tempat media tanam

c. pipa paralon tempat media tanam

d. gembor digunakan untuk penyiram tanaman

e. meter digunakan untuk mengkur lahan

f. tali digunakan untuk pengkur lahan

g. pacak digunakan untuk hasil pengukuran

3.2.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum hortikultura ialah

Bibit kangkung,bibit selada,bibit sawi,tanah top soil,npk dan Voc nasa

3.2. Prosedur kerja

I.  Prosedur kerja untuk media tanam.

1. Disediakan alat dan bahan

2. Diambil tanah topsoil dan sekam bakar

3. Dicampur pupuk kompos tanah topsoil dan sekam bakar

4. Diisi media tanam berupa pot pipa paralon dan tempat media

hidroponik dengan tanh yang sudah tercampur

II.   Prosedur kerja untuk pengolah lahan

1. Dibersihkan lahan yang akan diolah

23

Page 24: tinjauan pustaka.docx

2. Diukur lahan 1m x3 m

3. Dibuat bedengan pada lahan yang telah di cangkul

4. Dirapikan lahan yang telah diolah

III.  Prosedur kerja untuk penyemaian

1. Direndam benih kangkung,selada dan sawi

2. Ditaburkan ketempat penyemaian

3. Disiram dengan air dan diamati pertumbuhannya.

IV. Prosedur kerja untuk penyiangan

1. Disediakan bahan dan alat

2. Dibersihkan lahan dari gulma

3. Disiram tanaman dari komoditi

V.   prosedur kerja untuk pemupukan

1. Disediakan bahan dan alat

2. Dicampur pupuk nasa dan urea

3. Diberikan pupuk NASA dan urea pada tanaman dengan cara

disemprot menggunakan sprayer

VI.  prosedur kerja untuk pemanenan

1. Disediakan bahan dan alat

2. Dicabut sayuran lalu dibersihkan

3. Dipotong akar dari sayuran tersebut

4. Dimasukkan kedalam wadah yang telah dibuat.

24

Page 25: tinjauan pustaka.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

25

Page 26: tinjauan pustaka.docx

3.2. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan

vertikukltur dan konvensional dapat diketahui banwa tehnik vertikultur dengan

menggunakan pipa paralon dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu

selada ,sawi ,dan kangkung.

Pertumbuhan yang optimal dengan tehnik vertikultur tidak sempurna

karena pemeliharaan yang kurang baik yaitu penyiraman yang kurang optimal

sehingga tanaman tidak tumbuh baik jadi hasil panen kurang baik.

Sedangkan pada tehnik konvensional yang ditanami jenis tanaman

sawi ,selada dan kangkung yang ditanam pada lahan yang terdiri dari dari 6

bedengan dengan jarak tanam 15 x 30 dengan jumlah per bedengan yaitu 40

populasi dengan penggunaan pupuk yaitu voc dan kimia yang berupa n,p,k.

Tanaman tersebut tidak tumbuh baik karena tanaman terserang hama dan

penyakit dimana dapat dilihat dari bentuk tanaman yang daunnya berlubang serta

tidak tumbuh sempurna, dengan tidak adanya pengendalian yang dilakukan

sehingga hama dan penyakit tersebut mengurangi nilai estetika dan hasil panen

tanaman hortikultura tersebut.

Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh

sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input

dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan

hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang

sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak

input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa

depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang

ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat

26

Page 27: tinjauan pustaka.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diambil adalah Pertumbuhan yang optimal

dengan tehnik vertikultur tidak sempurna karena pemeliharaan yang kurang baik

yaitu penyiraman yang kurang optimal sehingga tanaman tidak tumbuh baik jadi

hasil panen kurang baik.

Sedangkan pada tehnik konvensional yang ditanami jenis tanaman

sawi ,selada dan kangkung yang ditanam pada lahan yang terdiri dari dari 6

bedengan dengan jarak tanam 15 x 30 dengan jumlah per bedengan yaitu 40

populasi dengan penggunaan pupuk yaitu voc dan kimia yang berupa n,p,k.

Tanaman tersebut tidak tumbuh baik karena tanaman terserang hama dan

penyakit dimana dapat dilihat dari bentuk tanaman yang daunnya berlubang serta

tidak tumbuh sempurna, dengan tidak adanya pengendalian yang dilakukan

sehingga hama dan penyakit tersebut mengurangi nilai estetika dan hasil panen

tanaman hortikultura tersebut.

Jenis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan yaaitu pupuk urea yang

mengandung zat niitrogen; pupuk SP-36 (super phosphate), yang mengandung zat

phosphat; dan pupuk KCL (kalium klorida) yang mengandung kalium. Pupuk urea

mengandung nitrogen (N) 46%, pupuk SP-36 mengandung phosphat (P2O5) 36%,

PUPUK kcl mengandung (K2O) 60%.

Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh

sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input

dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan

hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang

sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak

input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa

depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang

ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat

27

Page 28: tinjauan pustaka.docx

Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang

dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik

adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media

tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi.  Sistem

vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya

tanaman namun memiliki ruang atau lahan yang sangat terbatas.

Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman

organik secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur. (2) Penyiapan dan

penggunaan pupuk organik. (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pada tulisan ini

akan dipaparkan ketiga aspek tersebut secara singkat dan jelas.

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawit adalah sebagai

berikut :

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh

terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah

penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa

berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya

bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi

yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali

sore atau pagi hari.

           Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu

setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu

rapat.Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah

tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah

yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan

tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa

pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng

penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.

Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan

penyiangan.

28

Page 29: tinjauan pustaka.docx

5.2. Saran

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju diharapkan

agar penggunaan tekhnik konvensional dan vertikultur dapat diterapkan didalam

sistem pertanian sehingga pertanian mempunyai berdampak baik dalam

kehidupan petani.

29