tinjauan pustaka.docx
-
Upload
fredi-irfanta -
Category
Documents
-
view
246 -
download
3
Transcript of tinjauan pustaka.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya
tersebut akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan secara potensial. Sumber daya
potensial tidak hanya berasal dari sumber daya alam, tetapi juga berasal dari
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak harus
berkuantitas besar. Budidaya tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan
bagi sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikulthural
yang setiap tahunnya kian meningkat. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup
masyarakat di Indonesia maka kebutuhan akan pangan terutama makanan pokok
seperti buah dan sayuran akan meningkat (Sudjianto, 2001).
Tanaman sayuran dalam ilmu pertanian disebut sebagai anggota komoditas
hortikultura, karena merupakan tanaman yang biasanya diusahakan di kebun.
Dalam dunia pangan, tanaman sayuran mengandung vitamin, mineral, sumber
protein dan kalori. Kalsium dan besi adalah diantara mineral yang terkandung di
dalam sayuran, yang penting bagi penderita kekurangan kalsium dan anemia.
Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan serat di dalam sayuran
berguna untuk memperbaiki pencernaan. (syarief husen, dkk : 1993).
Tanaman sayur dapat berbentuk rumput, perdu, semak, atau pohon.
Bentuk pertumbuhanya tegak pendek, menjulang, atau menjalar dengan hasil
berupa umbi, bunga, buah atau biji. Umumnya tanaman sayur berbunga sempurna
(hermaphrodit), yakni dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan betina. Alat
reproduksi jantan disebut benang sari (stamen). Benang sari mengandung tepung
sari (polen) dalam kantong sari (anthera). Sementara alat reproduksi betina
disebut putik (pistillum). Putik terdiri dari bagian bakal buah (stigma). Benang
sari Ada pula tanaman yang berbungga betina dan jantannya terpisah atau
berkelamin tunggal (unisexualis), tetapi dalam satu pohon. Selain itu ada juga
tanaman sayur yang berumah satu (monoecus), seperti melinjo, nangka, dan
keleweh (Hendro sunarjono, 2003).
1
Tanaman sayur sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Awalnya tanaman ini dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, tetapi kini lebih
dikenal dengan nama hortikultura. Budidaya sayuran perlu pengolahan dan
perhatian yang lebih dari tanaman lain. Agar dapat menghasilkan tanaman yang
maksimal.
Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi
makanan sehari-hari dapat duperbaiki dengan mengkonsumsi sayuran, karna
disayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati,dan tentunya serat.
Menurut hasil seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of Food tahun 1968, setiap
orang indonesia memerlukan sayuran sebanyak 150 g berat bersih/orang /hari
dalam menu makanannya
1.2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum hortikultura ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara budidaya konvensional dan vertikultur
Pada tanaman sayur sawi, kankung,selada.
2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk Organik Cair (POC) dan
N,P,K.
3. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanman sayuran sawi,
selada, kankung
1.3.Kegunaan percobaan
Adapun kegunaan dari praktikum hortikultura ini yaitu :
1. Agar budidaya konvensional dan vertikultur dapat diterapkan
dalam dunia pertanian
2. Dapat ditanam dipekarangan sempit
3. Tidak membutuhkan lahan yang luas
4. Gampang cara perawatannya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Syarat tumbuh
2.1.1. Tanaman sayuran sawi
Sawi merupakan jenis sayuran yang sangat bermanfaat untuk mencegah
berbagai penyakit, terutama kanker. Hal itu disebabkan tingginya kadar senyawa
fitokimia pada sawi, khususnya glukosinolat. Di dalam tanaman, glukosinolat
bereaksi dengan enzim mirosinase, menghasilkan komponen aktif indol dan
isotiosianat. Indol dan isotiosianat berfungsi untuk mereduksi potensi kanker
karena kemampuan kedua komponen itu mengatur enzim yang berfungsi
mendetoksifikasi hati. Indol dan isotiosianat juga dapat menghambat enzim yang
dapat menyebabkan terbentuknya senyawa karsinogenik.
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman sawi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.
Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003). Batang sawi pendek sekali dan beruas-
ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penopang daun (Rukmana, 2002). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu
dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)
hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).
Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran
tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai
3
bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak.
Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun
mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah
putik yang berongga dua.
2.1Adapun Syarat Tumbuh tanaman sawi ialah :
Sawi pada umumnya banyak ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain
tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji
secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002).
Adapun keadaan lingkungan (iklim dan tanah) yang cocok untuk
membudidayakan tanaman sawi adalah sebagai berikut:
I. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang perlu mendapat perhatian didalam memnentukan
lokasi usaha tani sawi adalah suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan
penyinaran cahaya matahari.
a. Suhu Udara.
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis)
tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu
malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C . (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996).
Pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara
19ºC - 21ºC.. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan
ketinggian tempat daripermukaan laut (dpl). Daerah yang memiliki suhu berkisar
antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000 – 1200 m dpl, semakin
tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin
rendah.sementara itu pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara.
Misalnya proses perkecambahan, pertunasan, pembangunan dan lain sebagainya.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal
berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban yang tinggi darlebih dari 90%
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yakni tanaman tumbuh tidak
sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan bila penanaman bertujuan
4
untuk pembenihan maka kualitas biji jelek. Kelembaban udara juga berpengaruh
terhadap proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang diikuti dengan
meningkatnya pertumbuhan tanaman.
c. Curah Hujan
Tanaman sawi dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Curah
hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup
tanaman karena ketersediaan air tanah mencukupi. Curah hujan yang sesuai untuk
pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000 – 1500 mm/tahun. Daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/tahun ialah daerah dengan
ketinggian 1000 – 1500 m dpl. (Cahyono, 2003) Sawi tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya
tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam
dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan.
d. Penyinaran Cahaya Matahari
Tanaman dapat melakukan fotosintesis memerlukan energi yang cukup.
Cahaya matahari merupan energi yang dieprlukan untuk tanaman dalam
melakukan fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan
tanamn untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 cal / cm2 – 400 cal /
cm2 setiap hari. Tanaman sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi.
(Cahyono, 2003).
Faktor cahaya sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman dan
produksi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mengakibatkan menigkatnya proses
fotosintesa tercapai, akan tetapi peningkatan proses fotosintesis akan tyerhenti
pada titik jenuh cahaya matahari. Cahaya matahari yang kurang juga dapat
menyebabkan pertumbuahn dan produksi tanaman menurun. Tanaman
pertumbuhannya lemah, pucat, kurus, dan memanjang. Sehingga produktifitas
tanaman sangat kurang.
5
II. Keadaan Tanah
Persyaratan tumbuh bagi jenis komoditi ini tidak terlalu sulit. Caisin dapat
tumbuh dan beradaptasi baik hampir disemua jenis tanah baik pada tanah-tanah
mineral yang bertekstur ringan sampai liat berat maupun tanah organic seperti
tanah gambut. pH tanah yang optimal untuk budidaya caisin berkisar antara 6-6,5.
Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
2.1.2Tanaman sayuran selada
Selada merupakan sayuran yang termasuk ke dalam famili Compositae
dengan nama latin Lactuca sativa L. Asal tanaman ini diperkirakan dari dataran
Mediterania Timur, hal ini terbukti dari lukisan di kuburan di Mesir yang
menggambarkan bahwa penduduk Mesir telah menanam selada sejak tahun 4500
SM.
klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L.
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman
20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap
oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi
(Rukmana, 1994).
Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung
varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar,
berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun
lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun
bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun
selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm(Wicaksono,
6
2008).
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek
dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat
dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang
selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada
batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm
(Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga
bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar
bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak
muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang
dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap
krop mengandung sekitar 10-25floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (A
shari, 1995).
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan
lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan
dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman.
Adapun Syarat Tumbuh tanaman selada ini yaitu :
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga
dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis
tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah
yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran
terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk
organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam,
daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya
dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
2. Tanaman sayuran kangkung
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai
kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm.
7
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifasikan
sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica.
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.
Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan
merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung.
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam
jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generative.
adapun syarat tumbuh kangkung ialah :
Baik di dataran rendah maupun tinggi, tanaman sayuran dapat ditanam di
tanah- tanah ataupun di sawah. Menurut strukturnya, tanah yang baik untuk
ditanami sayuran ialah tanah yang mempunyai struktur remah, tanah itu
8
mengandung pasir 50 – 60 %, lumpur 25- 35 % dan liat 15 – 25 %. Tanah seperti
itu saat musim kemarau, tidak banyak kehilangan air, begitu juga saat musim
penghujan, air mudah meresap dalam tanah. (sugeng : 1981).
Beberapa syarat tumbuh tanaman sayuran khususnya kangkung :
a) Iklim
I. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun.
Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas
dan beriklim dingin
II. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 500-5000 mm/tahun.
III. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau
mendap sinar matahari yang cukup.Di tempat yang terlindung
(ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi
kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan
kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak
terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen.
IV. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi
tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung
ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi
agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
b) Media Tanam
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang,
karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air
membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,
sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan
kandungan air secara baik.
c) Curah hujan
9
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh
rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang
yang agak rimbun.
d) Intensitas cahaya matahari
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat
yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen.
e) Temperatur
Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi
tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di
tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras,
sehingga tidak disukai konsumen.
f) Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman kangkung membutuhkan tanah
datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak
dapat mempertahankan kandungan air secara baik.Hasilnya akan tetap sama asal
jangan dicampur aduk.
2.2. Jenis pupuk yang digunakan.
Pemupukan ini secara umum bertujuan untuk menjaga tetap terpeliharanya
keseimbangan unsur hara dalam tanah, mengurangi bahaya erosi karena akibat
pemupukan yang terjadi sehingga pertumbuhan vegetatif kurang baik, serta
10
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Pemberian pupuk
pada tanaman juga harus memenuhi 3 syarat, yaitu tepat dosis, waktu, dan
aplikasinya, agar hasil atau produksi tanaman dapat maksimum serta efisiensi
pemupukan pada tanaman.
Jenis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan yaaitu pupuk urea yang
mengandung zat niitrogen; pupuk SP-36 (super phosphate), yang mengandung zat
phosphat; dan pupuk KCL (kalium klorida) yang mengandung kalium. Pupuk urea
mengandung nitrogen (N) 46%, pupuk SP-36 mengandung phosphat (P2O5) 36%,
PUPUK kcl mengandung (K2O) 60%.
2.2.1 Nitrogen
unsur hara (makro) : nitrogen (n)
Nama pupuk : Urea, ZA, Amonium Sulfat
Fungsi Nitrogen :
1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman
2. Meningkatkan kadar protein dalam tanah
3. Meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan
rerumputan ternak
4. Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah
Sumber-sumber nitrogen :
1. Nitrogen antara lain bersumber dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA,
dan Amonium Sulfat.
2. Udara merupakan sumber nitrogen paling besar yang dalam proses
pemanfaatannya oleh tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam
bentuk amonia dan nitrat yang sampai ketanah melalui air hujan, atau yang
di ikat oleh bakteri pengikat nitrogen.
3. Sumber nitrogen lainnya adalah pupuk kandang dan bahan2 organis
lainnya.
Gejala kekurangan nitrogen :
Tanaman tumbuh kurus kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu
berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringatanaman mengering dan mati, buah
kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.
11
Kelebihan nitrogen berakibat :
1. Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif
2. Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian
3. Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian
4. Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan
tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan sulit diserap
tanaman.
5. Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.
2. Kalium
1. Unsur Hara Makro : Kalium (K)
Nama pupuk : KCL, ZK, Kalium Majemuk dll.
Fungsi Kalium :
1. Pembentukan protein dan karbohidrat
2. Membantu membuka dan menutup stomata
3. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama
4. memperluas pertumbuhan akar tanaman
5. Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan)
6. Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa generatif dan
menambah rasa manis/enak pada buah
7. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah
rontok.
Gejala kekurangan Kalium :
1. Daun terlihat lebih tua, mengerut keriting dan timbul bercak-bercak merah
coklat lalu kering dan mati
2. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek dan tidak tahan simpan
(cepat busuk)
3. Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok
4. Batang dan cabang lemah mudah rebah
Biji buah menjadi kempes mengkerut
3. Fosfor
Unsur Hara Makro : Fosfor (P)
Nama Pupuk : TSP, SP 36, CIRP, Pospat Alam
12
Fungsi Fosfor :
1. Mempercepat Pertumbuhan akar semai
2. Memperkuat batang tubuh tanaman
3. Mempercepat proses pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian
4. Meningkatkan produksi buah dan biji-bijian
Sumber – sumber Fosfor (P) :
1. Bahan organik, pupuk kandang, dan lainnya
2. Bahan tambang mineral alami seperti CIRP
3. Pupuk buatan pabrik seperti TSP, SP 36 dll.
Gejala kekurangan Fosfor :
1. Daun berubah berwarna tua atau tampak mengkilap kemerahan
2. Tepi Daun, cabang dan batang berwarna merah ungu, lalu berubah
menjadi kuning, buah kecil, pematangan buah lambat
3. Perkembangan bentuk dan warna buah jelek, biji berkembang tidak
normal, akar lambat berkembang
3. Pupuk Organik POC
Pupuk Organik VOC SUPERNASA merupakan Pupuk Organik yang
terbuat dari Formula khusus murni dari bahan-bahan organik untuk pupuk dasar
penyiraman tanaman,
fungsi utama pupuk organik VOC SUPERNASA :
1. Ditujukan terutama untuk mengurangi penggunaan pupuk NPK (50% dari
dosis rekomendasi setempat) sehingga terjadi keseimbangan antara
penggunaan pupuk kimia (Urea, SP-36, dan KCl) dan pupuk organik.
2. Ditujukan untuk memperbaiki lahan-lahan yang rusak karena Pupuk
Organik Padat SUPERNASA memiliki kandungan Humat dan Fulvat yang
berangsur-angsur akan memperbaiki konsistensi (kegemburan) tanah yang
keras membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat
bagi tanaman seperti cacing, mikroba alami setempat, dll.
3. Dapat digunakan untuk semua jenis tanaman pangan (Padi, palawija, dll),
tanaman horti (Sayuran, buah, bunga) dan tanaman tahunan (Coklat,
kelapa sawit, karet, dll). Pupuk Organik Padat SUPERNASA juga
mengandung unsur hara/nutrisi makro dan mikro bagi tanaman.
13
4. Kandungan Hormon / Zat Pengatur Tumbuh (Auxin, Gibrelin, dan
Sitokinin) akan mempercepat perkembangan biji, pertumbuhan akar, fase
vegetatif/pertumbuhan tanaman serta memperbanyak dan mengurangi
kerontokan bunga dan buah.
5. Memacu perbanyakan pembentukan senyawa polyfenol untuk
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit.
6. Dapat melarutkan SP-36 dengan cepat.
Fungsi Pupuk organik POC SUPERNASA yang lain:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
2. Melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat
dimanfaatkan tanaman kembali.
3. Memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan
serta mengurangi kerontokan bunga dan buah.
2.4. Tekhnik budidaya konvensional dan budidaya vertikultur
1) Tekhnik budidaya konvesional.
Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh
sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input
dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan
hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang
sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak
input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa
depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang
ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat. Kemajuan
itu antara lain berupa:
1) Digunakannya varietas-varietas tanaman yang lebih produktif, lebih
bermutu, lebih tahan atau toleran pada hama dan penyakit utama, lebih
tahan pada kekurangan air dan hara, serta dapat berproduksi tinggi pada
lahan-lahan marginal.
2) Lebih memanfaatkan biota di lingkungan pertanian, baik untuk
meningkatkan kesuburan lahan, maupun toleransi terhadap OPT.
14
3) Penggunaan pupuk akan lebih bijaksana, berdasarkan Integrated Plant
nutrition System, sehingga tidak berlebih, berdasarkan kebutuhan riel
tanaman, tidak banyak yang tercuci dan mencemari lingkungan.
4) Penggunaan pestisida akan sangat berkurang; pengendalian organisme
pengganggu tanaman akan berdasarkan PHT.
5) Konsolodasi lahan-lahan pertanian akan terjadi, sehingga pengelolaan
sistem produksi akan lebih mudah.
6) Tenaga kerja di pertanian berkurang karena urbanisasi dan menjadi pekerja
pada sektor industri, sehingga:
teknologi pertanian konvnsional tersebut bertumpu pada tehnik-tehnik
budidaya sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah Intensif,
2. Budidaya Monokultur,
3. Aplikasi Berbagai Pupuk Sintetik,
4. Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi,
5. Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia,
6. Manipulasi Genom Tanaman dan Binatang yang menghasilkan varietas-
varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa
genetik.
Dampak Pertanian Konvensional pada pertanian ialah
Dari pengalaman selama berpuluh tahun di semua negara, penerapan
pertanian konvensional tidak membawa keadaan yang lebih baik tetapi justru
menimbulkan masalah-masalah baru. Penerapan teknologi pertanian konvensional
secara luas dan seragam mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan, kondisi
sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Menurut Gliessmann (2007) dampak
samping pertanian konvensional meliputi:
a) Degradasi dan Penurunan Kesuburan Tanah.
b) Penggunaan Air Berkelebihan dan Kerusakan Sistem Hidrologi.
c) Pencemaran Lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di
lingkungan dan makanan.
d) Ketergantungan petani pada Input-input Eksternal.
15
Pertanian Konvensional mengakibatkan kerusakan lingkungan serta
semakin menghabiskan energi dari sumberdaya alam tidak terbarukan. Harga
energi semakin lama semakin meningkat karena persediaan bahan bakar fosil
semakin habis. Dilihat dari sisi ekonomi, keuntungan yang diperoleh dari
pertanian konvensional semakin menurun. Fenomena pertanian konvensional
dengan segala dampak sampingnya tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri
tetapi sudah dan sedang terjadi diIndonesia, termasuk dalam pelaksanaan program
ketahanan pangan. Kondisi lingkungan dan ekonomi di ekosistem persawahan kita
sudah sedemikian kritis sehingga sulit untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi
pertanian secara efektif dan efisien. Berbagai bentuk pemborosan ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya sedang terjadi di lahan-lahan sawah dan pedesaan
saat ini. Kita akan mewarisi generasi mendatang dengan kerusakan dan biaya
lingkungan yang sangat mahal yang sulit untuk dikembalikan lagi.
2) Budidaya vertikultur.
Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik
adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media
tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Sistem
vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya
tanaman namun memiliki ruang atau lahan yang sangat terbatas.
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara
vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini
tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang
tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini
memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien.
Secara estetika, taman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang
tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan
pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Dalam perkembangan
selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di
pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun. Bercocok
tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di
kebun maupun di ladang.
16
Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman
organik secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur. (2) Penyiapan dan
penggunaan pupuk organik. (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pada tulisan ini
akan dipaparkan ketiga aspek tersebut secara singkat dan jelas.
Untuk memulai budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak
perlu direpotkan dengan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya yang
besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang
baik bagi tanaman. Namun terkadang kita ingin hasilnya nanti tidak hanya berupa
panen tapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan struktur
bangunan/ wadah tanam tahan lama.
Jenis Tanaman yang Dapat Ditanam dengan Vertikultur :
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya
a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan
lain-lainnya),
b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll;
c) tanaman obat-obatan yang sekulen.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai,
tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan
tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah. Sistem
vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang
mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya.
Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias. Karena wadah
yang digunakan sebagai vertikultur kecil sehingga tanaman yang dapat di tanam
dalam vertikultur adalah hanya tanaman musiman.
Kelebihan sistem pertanian vertikultur :
(1) Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak
dibandingkan sistem konvensional,
(2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3) Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah
tertentu.
(5) Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman,
17
(6) Adanya atap plastik memberikan keuntungan
Kekurangan sistem Vertikultur :
Namun dalam prakteknya sistem pertanian vertikultur terdapat kekurangan :
(1) Investasi awal cukup tinggi.
(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan
tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.
(3) memerlukan keterampilan khusus
(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikultura
(5) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat
tingginya populasi tanaman adanya atap plastik.
2.4. Hama dan penyakit
1) Tanaman sawi
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawit adalah sebagai
berikut :
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L)
Nama lain : ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas,
ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa).
Ciri – ciri hama yaitu :
(1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara
(2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik
kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun
sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam
(3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekeringan,
berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari
(4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar
yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan
(5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah
dibawah sisa-sisa tanaman atau hinggap dibawah permukaan daun bawah.
Gejala pada tanaman :
biasanya menyerang pada musim kemarau
daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang
menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja
18
umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak
tanaman yang sedang membentuk bunga.
2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ciri – ciri hama ini yaitu :
siklus hidup 22-32 hari, tergantung temperatur udara
ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut
kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong didalam tanah dan telur
diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai
genteng rumah
menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh ( Aceh), hileud orok (Sunda) dan uler
lettung (Jawa). Ciri – ciri hama yaitu : siklus hidup 6-8 minggu, aktif pada senja
dan malam hari, pada malam hari ulat tanah bersembunyi di bawah daun.
Gejala pada tanaman : memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman,
sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu.
Cara pengendalian :
mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya
pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang
dijadikan tempat bertelur hama tanah
dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok di bawah daun/massa bunga (curd), berwarna hijau
diliputi semacam tepung berlilin.
Gejala : menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga
menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor.
Menyerang hebat dimusim kemarau.
Pengendalian : menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40
EC 1-2 cc/liter air.
5. Ulat daun
19
Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp.,
Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura).
Gejala : daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat
daunnya
Pengendalian : mengatur pola tanam, menjaga kebersihan kebun,
penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion
1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC.
Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi adalah
sebagai berikut :
a. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
2. Penyebab: bakteri yang merupakan patogen tular benih (seed borne) dan
dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya.
3. Gejala: tanaman semai rebah, karena infeksi awal terjadi pada kotiledon
dan menjalar ke seluruh tanaman secara sistematik, adanya bercak coklat
kehitam-hitaman pada batang , daun, tangkai dan bunga.
4. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
5. Penyebab : bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman
sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan.
6. Gejala : luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen.
a. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
7. Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae.
8. Gejala yang terdapat pada tanaman :
(1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau
pagi hari daun tampak segar kembali
(2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga
bahkan dapat mati
(3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam.
4. Bercak hitam (Alternaria sp.)
a. Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.
b. Gejala: munculnya bercak-bercak coklat muda bergaris konsentris pada
batang, menyerang akar dan pangkal batang.
c. Pengendalian: menanam benih yang sehat.
20
5. Busuk lunak berair
a. Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan
daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat
menyebar melalui biji dan spora.
b. Gejala: pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati, bila menyerang
batang mak daun akan layu dan rontok, bila menyerang daun maka daun akan
membusuk dan berlendir. Pengendalian: gunakan biji sehat, rotasi tanaman
dengan tanaman yang tidak sejenis, pemberantasan dengan hama.
2. Tanaman selada
Hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya selada adalah sebagai
berikut:
a. Jangel (Bradybaena similaris ferussac), bentuknya seperti siput berukuran 2
cm. Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada
pangkal daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.
b. Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel
namun tidak memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang
pada daun. Hama ini lebih banyak menyerang di musim kemarau
dibanding musim hujan.
c. Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit
ini menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun
menjadi coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang
masih ditanam, penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap
diangkut ke pasar.
d. Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini
menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.
e. Kutu Daun, jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman selada
adalah kutu daun. Akibat yang ditimbulkan dari hama ini berupa mengerut
dan mengeringnya daun karena kurang cairan. Tanaman muda yang
terserang kutu daun, pertumbuhannya tidak dapat sempurna atau kerdil.
Untuk mengendalikan kutu ini, diperlukan Insektisida, seperti Diazinon,
Orthene 75 SP, maupun Bayrusil. Cara pemakaiannya dengan
menyemprotkan insektisida tersebut dengan dosis 2 cc/l air.
21
f. Thrips, hama lain yang juga kerap menyerang tanaman selada adalah
thrips. Ciri dari serangan hama ini berupa menguning dan mengeringnya
daun sebelum akhirnya tanaman mati. Untuk mengendalikan hama ini
dapat digunakan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC, atau Tokuthion 500
EC dengan dosis 2 ml perliter air.
g. Penyakit busuk batang, untuk jenis penyakit yang sering menyerang
tanaman selada adalah penyakit busuk batang. Gejalanya ditandai dengan
melunak dan berlendirnya batang, sedang akibat yang ditimbulkannya
adalah membusuknya akar. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Rhizoctonia solani. Untuk mencegahnya, lahan harus senantiasa dijaga
kebersihannya serta mengurangi kelembaban lahan. Dapat pula dengan
menyemprotkan fungisida Maneb atau Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.
Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot
hama dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun,
rotasi tanaman dan kalau terpaksa lakukan penyemprotan dengan pestisida
nabati. Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat terbukti efektif
mengendalikan hama.
3. Tanaman kangkung
Hama yang menyerang tanaman kangkung adalah ulat grayak
(Spodoptera litura F), Kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphids
gossypii),. Penyakit yang menyerang batang tanaman kangkung adalah
penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans.
Gejala penyakit ini yaitu adanya pustul – pustul (bintik berwarna putih di
sisi daun sebelah bawah batang ). Apabila diperlukan gunakan pestisida
yang benar – benar aman dan cepat terurai seperti pestisida biologi, atau
pestisida nabati.
Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh
Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida
yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau
pestisida piretroid sintetik.
22
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Tempat dan waktu
3.1.1. Tempat
Adapun tempat praktikum dilaksanakan yaitu dilahan pertanian kampus 3
Universitas Methodist Indonesia.
3.1.2. Waktu
Adapun waktu praktikum dilaksanakan yaitu pada 31 september -
3.2 Alat dan bahan
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum hortikultura ialah
a. Cangkul diguanakan untuk mengolah lahan
b. Pot digunakan sebagai tempat media tanam
c. pipa paralon tempat media tanam
d. gembor digunakan untuk penyiram tanaman
e. meter digunakan untuk mengkur lahan
f. tali digunakan untuk pengkur lahan
g. pacak digunakan untuk hasil pengukuran
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum hortikultura ialah
Bibit kangkung,bibit selada,bibit sawi,tanah top soil,npk dan Voc nasa
3.2. Prosedur kerja
I. Prosedur kerja untuk media tanam.
1. Disediakan alat dan bahan
2. Diambil tanah topsoil dan sekam bakar
3. Dicampur pupuk kompos tanah topsoil dan sekam bakar
4. Diisi media tanam berupa pot pipa paralon dan tempat media
hidroponik dengan tanh yang sudah tercampur
II. Prosedur kerja untuk pengolah lahan
1. Dibersihkan lahan yang akan diolah
23
2. Diukur lahan 1m x3 m
3. Dibuat bedengan pada lahan yang telah di cangkul
4. Dirapikan lahan yang telah diolah
III. Prosedur kerja untuk penyemaian
1. Direndam benih kangkung,selada dan sawi
2. Ditaburkan ketempat penyemaian
3. Disiram dengan air dan diamati pertumbuhannya.
IV. Prosedur kerja untuk penyiangan
1. Disediakan bahan dan alat
2. Dibersihkan lahan dari gulma
3. Disiram tanaman dari komoditi
V. prosedur kerja untuk pemupukan
1. Disediakan bahan dan alat
2. Dicampur pupuk nasa dan urea
3. Diberikan pupuk NASA dan urea pada tanaman dengan cara
disemprot menggunakan sprayer
VI. prosedur kerja untuk pemanenan
1. Disediakan bahan dan alat
2. Dicabut sayuran lalu dibersihkan
3. Dipotong akar dari sayuran tersebut
4. Dimasukkan kedalam wadah yang telah dibuat.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
25
3.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan
vertikukltur dan konvensional dapat diketahui banwa tehnik vertikultur dengan
menggunakan pipa paralon dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu
selada ,sawi ,dan kangkung.
Pertumbuhan yang optimal dengan tehnik vertikultur tidak sempurna
karena pemeliharaan yang kurang baik yaitu penyiraman yang kurang optimal
sehingga tanaman tidak tumbuh baik jadi hasil panen kurang baik.
Sedangkan pada tehnik konvensional yang ditanami jenis tanaman
sawi ,selada dan kangkung yang ditanam pada lahan yang terdiri dari dari 6
bedengan dengan jarak tanam 15 x 30 dengan jumlah per bedengan yaitu 40
populasi dengan penggunaan pupuk yaitu voc dan kimia yang berupa n,p,k.
Tanaman tersebut tidak tumbuh baik karena tanaman terserang hama dan
penyakit dimana dapat dilihat dari bentuk tanaman yang daunnya berlubang serta
tidak tumbuh sempurna, dengan tidak adanya pengendalian yang dilakukan
sehingga hama dan penyakit tersebut mengurangi nilai estetika dan hasil panen
tanaman hortikultura tersebut.
Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh
sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input
dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan
hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang
sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak
input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa
depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang
ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diambil adalah Pertumbuhan yang optimal
dengan tehnik vertikultur tidak sempurna karena pemeliharaan yang kurang baik
yaitu penyiraman yang kurang optimal sehingga tanaman tidak tumbuh baik jadi
hasil panen kurang baik.
Sedangkan pada tehnik konvensional yang ditanami jenis tanaman
sawi ,selada dan kangkung yang ditanam pada lahan yang terdiri dari dari 6
bedengan dengan jarak tanam 15 x 30 dengan jumlah per bedengan yaitu 40
populasi dengan penggunaan pupuk yaitu voc dan kimia yang berupa n,p,k.
Tanaman tersebut tidak tumbuh baik karena tanaman terserang hama dan
penyakit dimana dapat dilihat dari bentuk tanaman yang daunnya berlubang serta
tidak tumbuh sempurna, dengan tidak adanya pengendalian yang dilakukan
sehingga hama dan penyakit tersebut mengurangi nilai estetika dan hasil panen
tanaman hortikultura tersebut.
Jenis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan yaaitu pupuk urea yang
mengandung zat niitrogen; pupuk SP-36 (super phosphate), yang mengandung zat
phosphat; dan pupuk KCL (kalium klorida) yang mengandung kalium. Pupuk urea
mengandung nitrogen (N) 46%, pupuk SP-36 mengandung phosphat (P2O5) 36%,
PUPUK kcl mengandung (K2O) 60%.
Pertanian konvensional adalah pertanian seperti yang dilakukan oleh
sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input
dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan
hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Pada masa yang akan datang
sistem pertanian ini akan lebih ramah lingkungan bersamaan dengan lebih banyak
input teknologi. Perkembangan atau kemajuan pertanian konvensional pada masa
depan dibandingkan masa sekarang terjadi karena peran penelitian bidang
ekofisiologi dan pumuliaan tanaman, serta karena tuntutan masyarakat
27
Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik
adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media
tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Sistem
vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya
tanaman namun memiliki ruang atau lahan yang sangat terbatas.
Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman
organik secara vertikultur, yaitu: (1) Pembuatan rak vertikultur. (2) Penyiapan dan
penggunaan pupuk organik. (3) Penanaman dan pemeliharaan. Pada tulisan ini
akan dipaparkan ketiga aspek tersebut secara singkat dan jelas.
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawit adalah sebagai
berikut :
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh
terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa
berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya
bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi
yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali
sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu
setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu
rapat.Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah
tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah
yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan
tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa
pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng
penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.
Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan
penyiangan.
28
5.2. Saran
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju diharapkan
agar penggunaan tekhnik konvensional dan vertikultur dapat diterapkan didalam
sistem pertanian sehingga pertanian mempunyai berdampak baik dalam
kehidupan petani.
29