bab I- pustaka.docx
-
Upload
muhammad-aziz-firdaus -
Category
Documents
-
view
97 -
download
1
Transcript of bab I- pustaka.docx
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
BAB I
TINJANUAN PUSTAKA
1.1 Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan alat untuk mengefisienkan perpindahan panas
antara dua fluida yang berbeda temperatur dan dipisahkan oleh dinding atau sekat
untuk mencegah percampuran atau kontak langsung diantara keduanya. Perpindahan
panas seperti ini disebut mekanisme perpindahan panas secara konduksi. Sistem
aliran pendingin pada heat exchanger :
a. Once Through System
b. Open Recirculating System
c. Closed Recirculating System
1.2 Sea Water Cooling System
Air pendingin yang digunakan untuk heat exchanger yang berada di PT.
Badak NGL ini berasal dari air laut, yang digunakan sebagai pemanfaatan SDA
terbanyak dan terdekat di lingkungan PT. Badak NGL. Cooling water system di PT.
Badak NGL ini menggunakan sistem kontrol “Once Through System” (pendinginan
satu kali lewat):
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 1
SEAWATER PUMPI
NG PROCE
SS
COOLING
PROCESS
SEA WATER
PUMPING PROCESS COOLING PROCESS
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Gambar 1.1 Flow Chart Cooling Water System
Air laut diperoleh menggunakan pompa lalu dialirkan melaui unit heat
exchanger sebagai media pendingin dan langsung dibuang kembali ke laut. Plant 32
memiliki peran untuk menyediakan air pendingin yang utamanya digunakan untuk
unit surface condenser dan termasuk di dalamnya unit penyedia Sodium
Hypochlorite. Untuk memenuhi kebutuhan air pendingin di PT Badak NGL
digunakan sarana pendingin air laut yang diolah di Plant 32. Sarana yang tersedia
pada sistem Utilities I adalah 10 unit Cooling Water Pump dengan daya penggerak
sebuah motor listrik yang masing-masing membutuhkan 4500 HP (3300 kW) dan
berkapasitas 65000 GPM. Pada pengoperasian 4 unit Train digunakan 8 unit Cooling
Water Pump dan 2 unit pompa sebagai cadangan.
Sarana yang tersedia pada sistem Utilities-II adalah 12 pompa pendingin air
laut, masing-masing mempunyai kapasitas 65000 GPM dengan daya penggerak
motor listrik masing-masing membutuhkan tenaga 4500 HP (3300 kW). Dalam
pengoperasian normal pada Train E dan F dibutuhkan masing-masing dua buah
pompa yang beroperasi, sedangkan untuk Train G dan H dibutuhkan masing-masing
3 pompa dan lainnya sebagai cadangan. Pompa pendingin air laut tersebut antara lain
32GM-11/12/13, 32GM-14/15, 32GM-16/17/18/19, dan 32GM-60/61/62. Selain itu,
Cooling Water Pump-11 yang terdapat di bagian Utilities-II dapat dialirkan ke Train-
D, dan Cooling Water Pump-10 pada Utilities-I dapat dialirkan ke Train-E cooling
water line.
Air laut sebelum didistribusikan akan disaring dan diolah terlebih dahulu. Air
laut akan memasuki basin, penyaringan yang pertama ini menggunakan temporary
net untuk menyaring kotoran - kotoran besar seperti plastik dan sampah kering, misal
kayu yang terbawa ke dalam basin, namun sebelumnya terlebih dahulu dihembuskan
udara dengan menggunakan air sparger untuk menjauhkan kotoran - kotoran dari
intake basin dan untuk mencegah pertumbuhan organisme air laut lain karena dapat
mengganggu dan merusak sistem pemompaan dan sistem pendinginan yang
menggunakan air laut, maka diinjeksikan NaOCl (sodium yang lebih umum) ke
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 2
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
dalam Basin. NaOCl ini di produksi di Hypochlorite Generator. Terdapat 2 merek
Hypochlorite Generator sesuai dengan asal pembuatnya yaitu DAIKI yang
diproduksi oleh Jepang dan Chloropac oleh Amerika Serikat.
Dari temporary net air laut masuk ke travelling screen, di travelling screen ini
air laut disaring kembali karena kemungkinan masih adanya kotoran - kotoran yang
masih terbawa. Travelling screen ini alatnya berputar seperti PLTA yang kotoran-
kotorannya terangkat oleh penyangganya dan dispray menggunakan air discharge dari
pompa.
Dari traveling screen air laut masuk ke water intake pump dengan tekanan 6,0
kg/cm², kapasitas pompa adalah 65.000 GPM dengan putaran pompa adalah 600 rpm
(putaran per menit). Lalu di distribusikan melalui discharge pompa dengan pipa
ukuran 48“ dan melewati boving valve yang berfungsi sebagai alat pengaman
mencegah terjadi aliran balik.
Setelah melewati boving valve, aliran masuk ke HWS (Hayward Strainer). Di
HWS ini terdapat penyaringan dengan mesh yang lebih halus lagi dari pada
penyaringan di traveling screen, sehingga diharapkan air yang keluar sudah cukup
bersih dan layak digunakan sebagai media pendingin. Untuk membersihkan kotoran
yang terdapat di HWS maka pada strainer ini dilengkapi dengan backwash system
yaitu pembersihan secara aliran balik.
Dari HWS air laut dialirkan ke header, namun sebelum ke header di pasang
AMRI valve yang berfungsi sebagai pembatas atau mengisolasi pompa dari sistem
lainnya apabila pompa dalam kondisi stop atau standby atau sedang dalam perbaikan,
selain itu juga dipasang manual valve yang sama fungsinya dengan AMRI valve
tetapi digerakkan dengan tenaga manusia.
Setelah dari AMRI valve aliran dilewatkan ke pipa header dengan diameter
pipa 84” ke area proses dan pipa cabang 36” ke area utilities. Untuk pengaman di
pipa header maka dipasang surge horizontal vessel untuk mencegah terjadinya
goncangan aliran yang terlalu besar saat menjalankan atau menyetop pompa secara
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 3
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
tiba - tiba dan vacuum breaker untuk menghindari terjadinya kevakuman di dalam
aliran pipa.
Gambar 1.2 Diagram Alir Plant-32 (Proses Penyediaan Air Pendingin)
1.3 Sodium Hypochlorite Plant
Sodium hypochlorite (NaOCl) diinjeksikan ke dalam kolam untuk membunuh
organisme laut yang terbawa oleh pompa air pendingin. Bahan baku dari Sodium
hypochlorite ini adalah laut yang di elektrolisis. Di Utilities modul I terdapat 8 unit
Hypochlorite generator (Chloropac) dengan kapasitas 29.5 kg sedangkan di Utilities
modul II terdapat 11 unit.
Sodium Hypochlorite diinjeksikan secara kontinyu ke dalam penampung-
penampung suction/basin pompa air pendingin untuk mengendalikan/mencegah
pertumbuhan organisme laut/ganggang, kerang laut yang terbawa oleh air laut. Pada
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 4
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
dasarnya Sodium Hypochlorite dihasilkan dengan cara elektrolisa dengan bahan
bakunya dari air laut. Sodium hypochloride ini dihasilkan oleh system generator,
antara lain:
Sistem pembuat hipoklorit terdiri dari dua buah komponen utama yaitu sel-sel
pembangkit dan penyedia tegangan. Sel-sel pembangkit terdiri dari pipa-pipa yang
dialiri air laut, dan sel-sel penyedia tegangan akan menghasilkan arus DC sehingga
proses elektrolisa dapat terjadi. Reaksi pembentukkan sodium hipoklorit adalah :
NaCl + H2O NaOCl + H2
Sodium hipoklorit dimasukkan ke basin dan gas hydrogen yang terjadi
dibuang ke atmosfer. Kemudian air pendingin yang telah diinjeksikan NaOCl ini
dipompakan ke process train dan utilities area melalui 4 buah pipa berdiameter 72”
ke Train ABCD dan 4 buah pipa berdiameter 84” ke Train EFGH.
1.4 Shell dan Tube
Jenis shell dan tube merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam
industri minyak dan gas. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/silinder) dimana
didalamnya terdapat susunan pipa atau tube dengan diameter yang relatif kecil. Satu
jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian
luar pipa tetapi masih didalam shell. Heat exchanger tipe shell dan tube yang
dibedakan berdasarkan konstruksinya:
Fixed tube sheet
Floating tube sheet
U tube bundle
Double pipe
Coil pipe
Open tube section
Unit heat exchanger yang berada di PT. Badak NGL ini berbentuk shell and
tube heat exchanger. Berikut kelebihan dari shell and tube heat exchanger:
1. Telah tersedia metode perancangan yang lebih baik.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 5
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
2. Tersedia dalam berbagai bahan kontruksi.
3. Memiliki permukaan perpindahan panas yang lebih besar.
4. Memiliki susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk
operasi bertekanan.
5. Prosedur pengoprasian lebih mudah.
Alat-alat yang terdapat pada penukar panas telah distandardisasi untuk
menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi
pembuat heat exchanger yang dikenal dengan Standards of Tubular Exchanger
Manufacturers Assn. (TEMA).
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 6
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Gambar 1.3 Heat Exchanger Berdasarkan Front End, Shell dan Rear End dalam TEMA
1.5 Komponen Dasar Penyusun Heat Exchanger
Gambar 1.4 Komponen Dasar Penyusun Heat Exchanger
1. Tube
Tube merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell.
Komponen ini merupakan lintas pertukaran panas antara kedua jenis
fluida yang mengalir didalamnya. Material tube harus tidak mudah
terkorosi oleh fluida kerja. Berikut beberapa tipe susunan tube:
a. Segitiga (Triangular Pitch)
Keuntungan:
Film koeffisien lebih tinggi dari pada square pitch.
Dapat dibuat dalam jumlah tube yang lebih banyak
sebab susunannya kompak.
Kerugian:
Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 7
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Tidak baik untu fluida fouling.
Pembersihan secara kimia.
b. Bujur Sangkar (Square Pitch)
Keuntungan:
Baik untuk kondisi yang memerlukan pressure drop
rendah.
Baik untuk pembersihan luar tube secara mekanik.
Baik untuk menangani fluida fouling.
Kerugian:
Film koeffisien relatif rendah.
Gambar 1.5 Tipe Sususan Tube
2. Tube Pitch
Lubang yang tidak dapat dibor karena jarak yang terlalu dekat akan
melemahkan struktur penyangga tube.
Gambar 1.6 Tube Pitch
3. Clearance
Merupakan jarak terdekat antara dua tube yang berdekatan
Gambar 1.7 Clearance
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 8
C
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
4. Tube Sheet
Tube sheet merupakan tempat untuk merangkai ujung-ujung tube
sehingga menjadi satu yang disebut tube bundle. Tube sheet berfungsi
sebagai pembatas aliran fluida di shell & tube. Pada umumnya tube
exchanger memakai dua buah tube sheet.
Gambar 1.8 Tube Sheet
5. Baffle Plate
Komponen ini merupakan lempengan logam yang dipasang di sisi
shell untuk meningkatkan transfer panas karena meningkatnya turbulensi
aliran dan untuk menjaga tube sehingga mengurangi kemungkinan
adanya kerusakan atau kegagalan materialkarena getaran. Selain itu
baffle plate berfungsi:
Mengarahkan aliran fluida yang berada dalam tube
sehingga pertukaran panas dapat berlangsung sempurna.
Support terhadap tube supaya tidak melengkung, menjaga
jarak antara masing-masing tube, menahan vibrasi yang
timbul karena aliran fluida.
Menahan struktur tube bundle.
Orifice baffle dan road baffle merupakan dua jenis baffle yang
dapat memberikan aliran longitudinal.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 9
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
6. Impingement Baffle
Impingement baffle berfungsi untuk menahan aliran fluida agar
tidak langsung mengenai tube atau shell yang dapat mengakibatkan erosi
pada tube atau shell.
7. Shell
Konstruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan
ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran
besar atau pelat logam yang di roll. Shell merupakan badan dari heat
exchanger, dimana didapat tube bundle. Untuk temperatur yang sangat
tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan ekspansi.
8. Nozzle
Komponen alat yang merupakan saluran masuk dan keluar fluida
kedalam shell dan kedalam tube.
9. Tie Rod
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan
di bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar
jarak antara baffle yang satu dengan lainnya tetap.
10. Floating Head Cover
Berfungsi mengembalikan aliran fluida yang melalui sisi tube
agar terjadi pengarahan aliran pada fluida tersebut.
11. Channel Cover
Merupakan tutup yang dapat dibuka saat pemeriksaan dan
pembersihan.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 10
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
1.6 MR Compressor After Cooler E4-E-6A/B
Gambar 1.9 MR Compressor After Cooler E4-E-6A/B
E4-E-6 berfungsi sebagai pendingin MCR (Multi Component
Refrigerant) yang menunjukkan proses pendinginan dari MCR. MCR akan
masuk melalui MCR inlet menuju ke shell side E4-E-6A kemudian MCR akan
turun ke E4-E-6B untuk melakukan proses pendinginan lanjutan hingga keluar di
MCR outlet. Media pendinginnya masuk dari sea water inlet pada E4-E-6B. Air
laut akan mengalir melalui tube yang ada di E-4E-6B kemudian air laut tersebut
akan naik menuju tube yang ada di E4-E-6A hingga keluar malalui sea water
outlet.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 11
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
1.7 Pengujian Logam
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat
fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut
adalah sifat mekanik. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk
melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk
dibentuk dan dilakukan proses pemesinan ataupun untuk sebuah penanganan
dalam suatu kegagalan material tersebut. Untuk mengetahui sifat mekanik pada
suatu logam maka harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut.
Tujuan dari pada dilakukannya suatu pengujian mekanis adalah untuk
menentukan respon material dari suatu konstruksi, komponen atau rakitan
fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar sehingga kita
dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Pengujian logam memiliki dua
cara yakni:
1. Pengujian logam dengan cara merusak (destructive test).
Proses dalam pengujian tarik (tensile test) yang menggunakan
mesin uji tarik (Universal Testing Machine).
Proses dalam pengujian kekerasan (hardness test) yang
menggunakan mesin uji keras Rockwell-C.
Proses dalam pengujian mulur (creep test).
Proses dalam pengujian impak (impact test).
2. Pengujian logam dengan cara tidak merusak (non destructive test).
Visual
X-ray
Ultrasonic
Eddy Current
Thermography
Acoustic Emission
Accoustic Microscopy
Magnetic Particle
Magnetic Measurements
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 12
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Liquid Penetrant
Tap Testing
Microwave
Replication
Pengujian logam yang dibahas pada penelitian praktik kerja
lapangan kali ini mengacu pada pengujian logam dengan cara tidak
merusak (non destructive test) yakni menggunakan pengujian eddy current
dan inspeksi secara visual.
1.8 Visual Inspection
Metode visual mudah dilakukan, murah dan biasanya tidak memerlukan
peralatan khusus. Ini memerlukan cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan dari
benda uji yang dicitrakan dengan perangkat sensitif terhadap cahaya, seperti mata
manusia. Inspeksi visual dapat ditingkatkan dengan berbagai metode pemeriksaan
mulai dari kaca pembesar daya rendah hingga borescopes.
Inspeksi Borescope kebanyakan dilakukan oleh seseorang know ledgable
tentang bahan dan aspek proses pengaplikasian dari borescope. Namun keuntungan
dari optik yang digunakan dalam borescope adalah bahwa mereka menghasilkan
kedalaman panjang lapangan. Perbesaran borescope yang memungkinkan kedalaman
luas area atau kisaran di mana mereka berada dalam area fokus. Borescope Video
menangkap komponen penting dalam lingkungan pabrik yang bisa dikatakan tidak
dapat diremehkan sebagai layanan yang berharga oleh departemen pengawasan mutu.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 13
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Gambar 1.10 Inspeksi Visual dengan Menggunkan Alat Bosescope
1.9 Eddy Current
Eddy Current adalah salah satu yang paling banyak diterapkan metode
Inspeksi NDT. Hal ini tergantung pada mengukur perubahan dalam impedansi
kumparan akibat perubahan aliran arus eddy current dalam sebuah konduktor. Setiap
perubahan material yang mempengaruhi aliran induksi arus eddy current cukup dapat
dideteksi. Karena begitu banyak hal yang mempengaruhi aliran, eddy current saat ini
dapat diterapkan pada berbagai macam situasi tes. Prinsip area aplikasi adalah deteksi
cacat, pengukuran ketebalan bahan, menyortir paduan dan pemantauan kondisi
metalurgi seperti kekerasan dan perlakuan panas. Selain fleksibilitas, keuntungan
utama dari eddy current adalah kecepatan di mana tes dapat dilakukan dan
kemampuannya untuk memeriksa melalui lapisan dicat. Hal ini dapat digunakan juga
untuk memeriksa kedua bahan feromagnetik dan non-magnetik. Prinsip kerugian dari
metode ini terbatas kedalaman pemeriksaan ke dalam materi atau bagian yang
diperiksa.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 14
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Gambar 1.11 Cara Kerja Eddy Current
Gambar 1.12 Proses Eddy Current
Faktor-faktor yang mempengaruhi eddy current adalah:
1) Frekuensi
Besarnya frekuensi akan mempengaruhi kedalaman dari penetrasi inspeksi
atau kemampuan menjangkau cacat material.
2) Permeabilitas
Semakin besar permeabilitas maka makin besar pula medan magnet yang akan
terbentuk ketika eddy current mengalir.
3) Konduktifitas
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 15
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Bila konduktifitas besar maka semakin besar pula kemampuan untuk
mengalirkan arus, eddy current mebutuhkan material yang konduktif.
Dengan memonitor tegangan kumparan pada pengaturan tersebut kita dapat
mendeteksi perubahan dalam materi yang menarik.
Beberapa kelebihan metode inspeksi dengan Eddy Current:
1. Sensitif terhadap crack kecil dan defect-defect lain;
2. Detects surface and near surface defects;
3. Memberikan hasil yang cepat;
4. Peralatannya sangat portable;
5. Dapat digunakan lebih dari sekedar untuk deteksi cacat;
6. Persiapan benda uji minimum;
7. Test probe tidak harus kontak dengan benda uji;
8. Dapat menginspeksi material konduktif yang bentuk dan ukurannya
kompleks.
Sedangkan, kekurangan dari metoda Eddy Current yaitu:
1. Hanya dapat digunakan untuk menginspeksi material konduktif;
2. Permukaan harus dapat diakses oleh probe;
3. Dibutuhkan skill dan training yang lebih ekstensif daripada teknik yang lain;
4. Kekasaran dan kehalusan permukaan dapat berpengaruh;
5. Dibutuhkan standar referensi untuk set up;
6. Kedalaman penetrasi terbatas;
7. Cacat seperti delaminasi yang terletak sejajar dengan lilitan koilprobe dan
arah scan probe tidak dapat dideteksi.
1.10 Fouling
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 16
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Heat exchanger sulit terlepas dari Fouling (beberapa heat exchanger dapat
tidak terjadi fouling dan beberapa heat exchanger lainnya terus menurus mengalami
akumulasi fouling) , cukup banyak kerugian yang dapat ditimbulkan oleh fouling
tersebut. Biasanya perancang heat exchanger akan memasukkan nilai koefisien
fouling pada saat penentuan koefisien keseluruhan (overall coefficient heat transfer)
untuk memastikan bahwa heat exchanger tersebut nantinya ketika dioperasikan tidak
mengalami masalah dalam jangka waktu yang cepat.
Dikarenakan terdapat endapan atau deposit pada permukaan perpindahan
panas, maka dibutuhkan luas perpindahan panas yang lebih agar perpindahan panas
yang diinginkan dapat tercapai (dengan beban atau duty yang diberikan). Pada shell &
tube heat exchanger, fouling dapat terjadi baik pada bagian dalam (inner tube)
maupun luar tube (outside tube) dan dapat terjadi pula pada bagian dalam shell .
Fouling juga dapat menyebabkan pengurangan cross sectional area (luas penampang
melintang), dan meningkatkan pressure drop, sehingga dibutuhkan energi ekstra
untuk pemompaan.
1.10.1 Definisi Fouling
Fouling dapat didefinisikan sebagai akumulasi endapan yang tidak
diinginan pada permukaan perpindahan panas.
1.10.2 Jenis Fouling
Fouling secara umum dapat dibagi menjadi:
1) Precipitation fouling (scaling)
Scaling merupakan pengendapan bahan terlarut pada permukaan
perpindahan panas. Jika solute memiliki karakteristik inverse (kebalikan)
solubility, maka pengendapan terjadi pada permukaan panas lanjut
(superheated surface), pengendapan ini disebut dengan scaling, contohnya
calsium sulfat pada air, pengkristalan garam dari larutan encer.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 17
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Pengendapan juga dapat terjadi melalui sublimasi seperti pada ammonium
choride pada aliran uap.
2) Particulate fouling
Merupakan akumulasi partikel (dalam fluida) pada permukaan
perpindahan panas. Pada beberapa aplikasi, akumulasi partikel ini
terjadi disebabkan oleh gravitasi. Fenomena ini disebut juga
sedimentasi fouling. Contoh : dust , karat, pasir halus (fine sand) dan
lain.
3) Chemical reaction fouling
Merupakan pembentukan deposit yang disebabkan oleh reaksi kimia,
atau dengan kata lain pemecahan dan pengikatan senyawa-senyawa
yang tidak stabil pada permukaan perpindahan panas. Oil sludge,
polimerisasi, coking dan cracking hidrokarbon adalah contohnya.
4) Corrosion fouling
Terjadi ketika permukaan perpindahan panas itu sendiri bereaksi
membentuk produk korosi (karat) yang kemudian mengotori (foul) dan
dapat menyebabkan bahan atau materi pengotor (foulant) lainnya
menempel pada permukaan.
5) Biological fouling adalah penempelan mikro atau makro organisme
biologi pada permukaan perpindahan panas.
6) Solidification fouling adalah solidifikasi (pembekuan) liquid pada
permukaan subcooled heat transfer (perpindahan panas pada sub
cooled) contohnya adalah pembekuan es.
7) Ice Fouling in Tube Condenser
1.10.3 Jenis Fluida
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 18
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
Berikut jenis fluida yang berpotensi membentuk fouling:
a) Non Fouling Fluid, tidak membutuhkan pembersihan secara
regular. Contohnya adalah nonpolimerisasi hidrokarbon ringan,
steam dan subcooled boiler feed water.
b) Asymptotic fouling fluid, dimana tahapan fouling mencapai nilai
maksimum secara konstant dalam waktu yang singkat. Kecepatan
fluida mengakibatkan shear stress pada lapisan fouling dimana
dapat mengakibatkan lapisan tersebut berkurang (kehilangan
deposit). Dengan semakin tebalnya lapisan fouling ,
mengakibatkan luas area aliran (flow area, ingat bahwa kecepatan
fluida dijabarkan dengan Q/A, dimana Q adalah debit atau
volumetrik flowrate dan A adalah luas penampang melintang,
dengan semakin kecil A maka kecepatan fluida akan semakin
tinggi) semakin berkurang dan kecepatan meningkat, sehingga
menyebabkan laju pengurangan deposit atau fouling semakin
tinggi. Apabila laju pengurangan sama dengan laju deposit atau
endapan sama, fouling mencapai asymptotic limit. Ketebalan akhir
lapisan fouling berbanding terbalik proporsional terhadap
kecepatan. Cooling tower water adalah contoh dari asymptotic
fouling.
c) Linear fouling fluid
Lapisan fouling secara terus menerus terbentuk terbentuk secara
linear terhadap waktu (fouling fungsi waktu ). Laju terbentuknya
fouling tergantung dari kecepatan, pada kecepatan rendah,
pembentukan fouling di kontrol oleh difusi massa ke permukaan
panas, peningkatan laju (pada range ini) meningkatkan laju difusi
sehingga dengan demikian akan meningkatkan fouling. Pada
kecepatan tinggi fouling di kontrol oleh deposit shearing dan
waktu tinggal (resident time), sehingga fouling akan semakin
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 19
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
berkurang dengan naiknya kecepatan. Mekanisme linear fouling
sangat tergantung pada temperature permukaan. Crude oil dan
polimerisasi hidrokarbon adalah contoh dari linear fouling fluid.
1.10.4 Mekanisme Fouling
Gambar 1.13 Mekanisme Fouling
Temperatur permukaan tube meningkat akibat adanya perpindahan panas.
Lalu terbentuk Precipitation fouling atau scaling. Adhesi terbentuk dipermukaan tube
dan mengakibatkan pertumbuhan scaling di daerah tersebut. Scaling menjalar
kedaerah lainnya akibat adanya flow stream yang mengikis sebagian fouling, dan
fouling tersebut menempel pada bagian lain dari pada tube. Begitulah seterusnya
seiring meningkatya temperatur dan menurunnya velocity dari pada seawater yang
mengalir pada tube tersebut.
1.10.5 Faktor Penyebab Fouling
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 20
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
a) Kecepatan aliran fluida
b) Suhu permukaan
c) Permukaan material
d) Jenis fluida
e) Proses heat transfer
f) Pertimbangan desain
g) Kotoran dan padatan yang terbawa oleh fluida
1.10.6 Kerugian Akibat Fouling
Berikut beberapa kerugian akibat fouling:
a) Peningkatan capital cost
Heat exchanger dengan fouling yang tinggi akan menyebabkan
pengurangan overall coefficient heat transfer, dengan demikian
dibutuhkan luas area perpindahan yang lebih ( bila dibandingkan
dengan fouling yang lebih rendah). Luas HE yang lebih besar
mengakibatkan peningkatan cost.
b) Energi tambahan.
Perlunnya energi tambahan ini sehubungan dengan peningkatan energi
pompa dan effisiensi thermodinamika yang rendah pada kondensasi
dan siklus refrigasi.
c) Mintenance cost untuk anti foulant, chemical treatment dan untuk
pembersihan permukaan perpindahan panas yang tertutup oleh fouling.
d) Pengurangan output ataukeluaran (rate) dikarenakan pengurangan
cross sectional area.
e) Downtime cost
Downtime cost merupakan kerugian waktu produksi yang diakibatkan
oleh peralatan tidak dapat dioprasikan dengan semestinya dikarenakan
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 21
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANPT BADAK NGL
BONTANG – KALIMANTAN TIMUR
oleh maintanance, power failure atau power trip, breakdown dan lain-
lain.
1.11 Pembersihan Heat Exchangers
Pada kebanyakan aplikasi, fouling diketahui terjadi terlepas dari desain
yang baik, operasi yang efektif, dan pemeliharaan. Oleh karena itu, heat
exchanger dan peralatan yang terkait harus dibersihkan untuk mengembalikan
pengoprasian heat exchanger menjadi lebih efisien kembali. Waktu pembersihan
sangat tergantung pada tingkat keparahan masalah fouling itu sendiri. Dalam
beberapa kasus, pembersihan dapat dilakukan selama program pemeliharaan
berkala (katakanlah, dua kali setahun atau tahunan) tetapi dalam kasus lain sering
dibersihkan akan diperlukan, mungkin sering bulanan atau per/tiga bulan.
Secara umum, teknik yang digunakan untuk menghilangakan fouling dari
permukaan heat exchanger dapat secara luas diklasifikasikan menjadi dua
kategori:
a) Pembersihan mekanis
b) Chemical cleaning.
Proses pembersihan dapat dilakukan saat pabrik:
a) Masih beroperasi, yang diberi nama pembersihan online
b) Saat pabik dalam keadaan shutdown untuk membersihkan heat
exchanger, yang dikenal sebagai pembersihan off-line.
DEVI MULYANTI (2613101001/402542)TEKNIK METALURGIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 22