tinjauan pustaka.docx

32
1. Definisi Ada beberapa definisi menurut para ahli yaitu : Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365). Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).

Transcript of tinjauan pustaka.docx

Page 1: tinjauan pustaka.docx

1.    Definisi

Ada beberapa definisi menurut para ahli yaitu :

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.

Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer

& Bare, 2002 : 2357).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan

dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi

apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).

Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada

keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam

keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).

Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma

langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI

dalam Jitowiyono, 2010 : 15).

Pasien datang dengan paha yang membesar, mengalami deformitas dan nyeri sekali dan

tidak dapat menggerakan pinggul maupun lututnya. Fraktur dapat transversal, oblik, spiral

Page 2: tinjauan pustaka.docx

maupun kominutif. Sering pasien mengalami syok, karena kehilangan darah 2 sampai 3 unit

kedalam jaringan, sering terjadi pada faktur ini (Smeltzer & Bare, 2002:2379).

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah

terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.

2.    Anatomi Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk

melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu

berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan

tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat (Price, 2006: 1357).

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang

(mis: femur), tulang pendek (mis: tulang tarsalia), tulang pipih (mis: sternum), dan tulang tak

teratur (mis: tulang vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan

gaya yang bekerja padanya (Smeltzer & Bare, 2002: 2264).

Gambar 1: Anatomi tulang (http//www.4shared.com/gmbr_anatomi.html)

Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang adalah diafisis (batang) merupakan bagian

tengah yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan

yang besar.

Page 3: tinjauan pustaka.docx

Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini

disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoetik.

Sum-sum merah juga terdapat di bagian epifisis dan diafisis tulang.

Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk

perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan

longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian

epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis

sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa

yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan

dalam proses pertumbuhan tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteri nutrisi

khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya

proses penyembuhan suatu tulang yang patah.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel, yaitu :

a.    Sel osteoblas

Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai

matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang

aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali,

yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks

tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan masuk kedalam aliran darah, dengan demikian maka

kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang baik dalam pembentukan

tulang setelah mengalami patah tulang.

b.    Sel osteosit

Page 4: tinjauan pustaka.docx

Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

c.    Sel osteoklas

Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks

tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel

ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang

melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah (Price,

2005:1358).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang adalah :

a.    Herediter

Masing-masing individu memiliki genetik untuk tinggi badan, dengan gen diturunkan dari

kedua orang tuanya. Ada banyak gen yang terlibat, namun interaksinya belum diketahui secara

pasti. Beberapa diantara gen-gen ini kemungkinan gen untuk enzim yang terlibat dalam

pembentukan kartilago dan tulang karena demikianlah cara tulang bertumbuh.

b.    Nutrisi

Nutrien merupakan bahan mentah untuk pembuatan tulang. Kalsium, fosfor, dan protein

menjadi bagian matriks tulang. Vitamin D yang diperlukan untuk absorbsi kalsium dan fosfor

yang efisien oleh usus halus. Viatamin A dan C bukan merupakan bagian tulang, namun

dibutuhkan untuk pembentukan matriks tulang (osifikasi).

c.    Hormon

Kelenjar endokrin memproduksi hormon yang menstimulasi efek spesifik pada sel tertentu.

Beberapa hormon mempunyai peran penting hormon tersebut meliputi hormon pertumbuhan,

Page 5: tinjauan pustaka.docx

tiroksin, hormon paratiroid, dan insulin yang membantu mengatur pembelahan sel, sintetis

protein, metabolisme kalsium, dan produksi energi.

d.    Latihan atau ”tekanan” bagi tulang

Latihan berarti menahan beban, yang memang merupakan tugas khusus. Tanpa tekanan ini,

tulang akan kehilangan kalsium lebih cepat dari pada penggantinya. Latihan tidak perlu

berlebihan dapat berupa berjalan sebagaimana dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. Tulang

yang tidak mendapat latihan ini, misalnya pada pasien tirah baring, akan menipis dan mudah

rapuh.(Scanlon, 2007:97).

Menurut Syaifuddin (2006:67), fungsi tulang secara umum meliputi :

a.    Formasi kerangka: tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan bentuk dan ukuran

tubuh, tulang-tulang menyokong tubuh yang lain.

b.    Formasi sendi: tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak

tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak menghasilkan bermacam-macam

pergerakan.

c.    Perlengkatan otot: tulang-tulang menyediakan permukaan untuk melekatnya otot, tendo dan

ligamentum untuk melaksanakan pekerjaanya.

d.    Sebagai pengungkit: untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.

e.    Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan

gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat menjadi kaku dan menjadi lentur.

f.     Proteksi: tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur yang halus

seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-paru, alat-alat dalam perut dan panggul.

g.    Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.

Page 6: tinjauan pustaka.docx

h.    Fungsi imunologi: limfosit ”B” dan magrofag dibentuk dalam sistem retikuloendotel sumsum

tulang.

i.      Penyimpanan kalsium: tulang mengadung 97 % kalsium yang terdapat dalam tubuh baik dalam

bentuk anorganik maupun garam-garam terutama kalsium fosfat.

Tulang paha (femur)

Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang berhubungan dengan

asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari

kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter minor dan trokanter minor. Dibagian ujung

membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan

kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang

tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus (syaifuddin, 2006:64).

Gambar 2: Anatomi tulang femur (http//www.4shared.com/gmbr_anatomi.html)

Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar

tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat

melekatnya otot biceps femoris.

Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah

pada sumsum tulangnya. (http://doctorology.net/?p=307).

3. Etiologi

Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010: 16), penyebab fraktur dapat dibagi

menjadi tiga yaitu :

a.    Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

Page 7: tinjauan pustaka.docx

1).  Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah

secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan

pada kulit diatasnya.

2).  Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh

dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

3).  Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b.    Fraktur patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1)    Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

2)    Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai

salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

3)    Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin D yang mempengaruhi

semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat

disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang

rendah.

c.    Secara spontan

Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang

yang bertugas di kemiliteran (Jitowiyono dkk, 2010:16).

4.    Klasifikasi Fraktur

a.    Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (beregeser dari posisi normal).

Page 8: tinjauan pustaka.docx

b.    Fraktur tidak komplet (incomplete) adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah

tulang.

c.    Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.

d.    Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau

membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:

1)    Derajat I

Fraktur dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.

2)    Derajat II

Fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

3)    Derajat III

Fraktur yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif,

merupakan yang paling berat

e.    Jenis khusus fraktur

1)    Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi lainya membengkok.

2)    Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3)    Oblik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang ( lebih tidak stabil dibanding

transversal).

4)    Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang.

5)    Komunitif: fraktur dengan menjadi beberapa fragmen.

Gambar 3: jenis-jenis fraktur

(http://doctorology.net/?p=307).

6)    Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah).

Page 9: tinjauan pustaka.docx

7)    Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

8)    Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pager,

mestastasis tulang, tumor).

9)    Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlekatanya.

10) Epifisieal: fraktur melalui epifisis.

11) Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainya.

f.     Bergeser/tidak bergeser

1.  Fraktur bergeser.

2.  Fraktur tidak bergeser ( Smeltzer & Bare, 2002: 2358)

Menurut Black dan Mattasarin dalam Musliha (2010:133), fraktur diklasifikasikan

berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:

a.      Tidak ada dislokasi

b.      Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi :

1.    Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut

2.    Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

3.    Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

4.    Dislokasi at lotuscum controtinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.

Gambar 4: tipe fraktur menurut garis frakturnya (http://doctorology.net/?p=307).

5.    Patofisiologi

Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :

a.    Inflamasi

Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada cedera di

lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi

Page 10: tinjauan pustaka.docx

pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan

nyeri.

b.    Proliferasi sel

Dalam sekitar 5 hari, hematome akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin

dalam jendela darah , membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan

osteoblast.

c.    Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain

sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang di gabungkan dengan jaringan fibrus,

tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung

dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan.

d.    Penulangan kalus (osifikasi)

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui

proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar

telah bersatu dan keras. Penulangan perlu waktu 3-4 bulan.

e.    Remodeling menjadi tulang dewasa

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi

tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan

sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang,

dan stres fungsional pada tulang (Smeltzer & Bare, 2002:2268).

Page 11: tinjauan pustaka.docx

6.    Manifestasi Klinik

Menurut Smeltzer & Bare (2002:2358), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya

fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan

warna.

a.    Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot

yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan

gerakan antar fragmen tulang.

b.    Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak

alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas

ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal.

Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melekatnya otot.

c.    Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang, yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

d.    Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitasi

yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. ( uji kripitasi dapat

membuat kerusakan jaringan lunak lebih berat).

e.    Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah bebebrapa jam atau hari

setelah cedera.

7.    Komplikasi

Komplikasi fraktur yang terpenting adalah :

Page 12: tinjauan pustaka.docx

a.    Komplikasi awal

1).  Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema

2).  Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam

3).  Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan

4).  Infeksi dan tromboemboli

5).  Koagulopati intravaskular diseminata

b.    Komplikasi lanjutan

1).  Mal-union/ non union

2).  Nekrosis avaskular tulang

3).  Reaksi terhadap alat fiksasi interna ( Suratun, 2008: 151).

8.    Diagnosis

a.    Pemeriksaan fisik fokus

Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada paha. Sering didapatkan keluhan nyeri pada

luka terbuka.

1)    Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha dengan deformitas

yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka

terbuka ada fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan

beresiko meningkat respon syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat

yang mengantarkan pada resiko tinggi infeks.

Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas, pemendekan

ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada

Page 13: tinjauan pustaka.docx

kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah

beberapa jam atau beberapa setelah cedera.

2)    Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi

3)  Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan memberika respon trauma

pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen tulang yang patah (Muttaqin, 2009: 303).

9.    Pemeriksaan Diagnosis

a.    Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

b.    Skan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c.    Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d.    Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan

bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma

multipel.

e.    Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens ginjal.

f.     Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau cidera

hati ( Doenges dalam Jitowiyono, 2010:21).

10. Penatalaksanaan

a.  Penatalaksanaan kedaruratan

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur,

dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah. Maka bila dicurigai adanya fraktur, penting

untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang

Page 14: tinjauan pustaka.docx

mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian,

ektremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi dan

angulasi. Gerakan angulasi patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak,

dan perdarahan lebih lanjut.

Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang

memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Pada cedera ekstremitas atas lengan dapat

dibebat dengan dada, atau lengan yang cedera dibebat dengan sling.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi

jaringan yang lebih dalam.

b.  Prinsip penanganan fraktur

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengambilan fungsi dan

kekuatan normal dengan rehabilitasi.

1) Reduksi fraktur

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya

dan rotasi anatomis

a)    Reduksi tertutup : pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang keposisinya ( ujung-ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasin atau

traksi manual.

b)    Traksi : dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

c)    Redusi terbuka : pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah,

fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dapat berupa pin, kawat, skrup, plat, paku atau

Page 15: tinjauan pustaka.docx

batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi.

2)    Imobilisasi fraktur

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam

posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi eksterna dan interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

3) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi : segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang

dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.

4)    Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur: diperlukan berminggu-minggu sampai

berbulan–bulan untuk kebanyakan fraktur untuk mengalami penyembuhan. Adapun faktor yang

mempercepat penyembuhan fraktur adalah:

a)    Imobilisasi fragmen tulang

b)     Kontak fragmen tulang maksimal

c)     Asupan darah yang memadai

d)     Nutrisi yang baik

e)     Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang

f)      Hormon– hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik

g)     Potensial listrik pada patahan tulang

Faktor – faktor yang memperhambat penyembuhan tulang

a)    Trauma lokal ekstensif

b)     Kehilangan tulang

c)     Imobilisasi tak memadai

Page 16: tinjauan pustaka.docx

d)     Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang

e)     Infeksi

f)      Penyakit tulang metabolik

g)     Nekrosis avaskuler

h)     Usia (lansia sembuh lebih lama) (Smeltzer & Bare, 2002 : 2359)

B. Konsep dasar fixsasi internal

1.  Definisi

Open Reduksi Internal Fiksasi (ORIF) adalah sebuah prosedur medis mengacu pada

operasi terbuka untuk mengatur tulang , seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang

fiksasi internal. mengacu pada fiksasi sekrup dan / atau piring untuk mengaktifkan atau

memfasilitasi penyembuhan.

ORIF mengacu pada prosedur pembedahan untuk memperbaiki patah tulang parah "Buka

reduksi" berarti operasi diperlukan untuk menyetel kembali yang patah tulang ke posisi normal

"Fiksasi Internal" mengacu pada batang baja, sekrup, atau pelat digunakan untuk menjaga patah

tulang stabil untuk menyembuhkan cara yang benar dan membantu mencegah infeksi.

Terapi fisik juga merupakan bagian penting dari proses pemulihan setelah terbuka

internal fiksasi suatu pengurangan.. Karena bagian tubuh yang telah terluka biasanya diadakan

diam atau bergerak untuk waktu yang lama, otot-otot, tendon , dan ligamen dapat menjadi lemah

Terapi fisik membantu untuk memulihkan kekuatan, rentang gerak , dan daya tahan daerah yang

terkena. Hal ini juga dapat membantu dengan manajemen nyeri.

http://www.wisegeek.com/what-is-orif.htm

2.    Indikasi

Page 17: tinjauan pustaka.docx

Menurut Sjamsuhidayat (2005:851), biasanya imobilisasi secara operasi dengan pin, skrup,

pelat, atau alat lainya disebut osteosintetis. Operasi dipakai berbagai alasan dan indikasi seperti

penghindaran imobilisasi penderita lama distrasi seperti prang tua dengan patah tulang leher

femur atau orang muda dengan fraktur intraartikuler di lutut atau di pergelangan kaki.

Indikasi lain ialah penderita cedera multipel dengan patah tulang ekstremitasnya, penderita

dapat dirawat lebih baik untuk cedera lain, seperti trauma otak, thoraks, atau perut. Pada fraktur

terbuka dengan luka luas dan kerusakan banyak, perawatan luka dapat dikerjakan dengan lebih

baik setelah tulang distabilisasi dengan cara osteosintesi. Cara ini dilakukan pula bila

penanganan non bedah gagal, misalnya karena patah tulang patologi.

3.    Perawatan pasca bedah

Menurut Oswari (2005:29), untuk mengurangi perasaan sakit, dapat diberikan suntikan

analgesik sesuai dengan perintah dokter. Jelaskan pada pasien bahwa sakit luka akan berkurang

setelah 24 jam. Utnuk mengurangi perasaan nyeri, lakukanlah usaha sebagai berikut :

1)     Ubah sikap

Beri tambahan bantal dan ganjalah pinggang pasien dengan bantal.

2)     Nafas dalam-dalam

Untuk mencegah komplikasi paru - paru akibat pembiusan, suruh lah pasien menarik nafas

dalam- dalam.bila pasien merasakan ada lendir yang menyumbat tenggorokannya, suruhlah ia

batuk agara lendirnya keluar

3)     Cuci muka dan tangan pasien

4)     Mencuci muka dan tangan pasien akan menyejukkan perasaan psien yang baru dioperasi.

5)     Basahi bibir

Page 18: tinjauan pustaka.docx

Bila pasien belum diizinkan minum, basahi lah bibr pasien dengan kapas basah

6)     Gosok pinggang pasien dengan alkohol

Pinggang dan tungkai bila diolesin alkohol akan terasa enak

7)     Bila pasien sudah flatus, berilah minum sesendok air putih

8)     Buang air kecil

Pada umumnya operasi didaerah perut dan operasi kebidananan, setelah 8 – 10 jam pasien

disuruh buang air kecil sendiri. Usahakan agar pasien buang air kecil sendiri. Bila perlu, siram

dengan air dingin, kompres hangat, atau mengubah sikap tidur pasien. Seandainya usaha semua

itu gagal dan pasien sudah merasa kesakitan karena kandung kemih nya penuh, barulah

dilakukan kateterisasi urin. Semua air senih yang keluar harus diukur jumlahnya

9)     Buang air besar

Setiap buang air besar harus dicatat. Bila pasien tidak buang air besar selama 2 hari, p[erlu

dilakukan klisma dengan gliserin hangat. Jangan diberi obat pencuci perut. Terutama pada pasien

pasca laparotomi

10)  Sikap tidur pasien

Sikap tidur pasien perlu diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi paru–paru yang tidak dapat

berkembang dengan baik dapat menimbulkan pneumonia, pantat yang tidak bergerak-gerak

dapat menimbulkan dekubitus karena peredaran darah terganggu. Semuanya itu dapat

memperlambat operasi.

4.    Perawatan luka operasi

Page 19: tinjauan pustaka.docx

Luka ditutup dengan kassa steril, sehingga sisa darah diserap oleh kassa tadi. Dengan

menutup luka tadi kita mencegah terjadinya kontaminasi (kemasukan kuman), tersenggol, dan

memberi kepercayaan pada pasien bahwa lukanya diperhatikan oleh perawat.

Jahitan luka biasanya dibuka setengahnya hari keenam atau ketujuh, kecuali bila ada perintah

lain dari dokternya (Oswari, 2005:32).

Menurut Oswari ( 2005:49), proses penyembuhan luka terdiri tiga tahap :

1)    Tahap tidak lancar

2)    Tahap fibroplasia

3)    Tahap pengerutan

Tahap tidak lancar

Tahap ini terjadi bila serum dan sel darah membentuk jaringan dari searat didalam luka,

lalu mengikat luka itu sehingga tampak seperti koreng kemerah-merahan.

Tahap fibroplasia

Tahap fibroplasia adalah keadaan penyembuhan dengan membentuk serat fibrolas dalam

anyaman protein. Kemudian anyaman protein itu diserap perlahan-perlahan. Sementara itu

timbul pula pembuluh darah kapiler dari pinggir luka, sehingga terbentuk jaringan baru yang

masih kasar dan disebut jaringan granulasi. Jaringan granulasi ini berwarna merah, permukaanya

benjol-benjol halus dan bila disentuh, mudah berdarah. Kemudian timbulah sel-sel baru dipinggir

luka, sehingga akhirnya seluruh permukaan luak tertutup oleh sel-sel kulit baru.

Tahap pengerutan

Page 20: tinjauan pustaka.docx

Pertautan utama atau persatuan pertama. Luka pertama yang dibuat dikamar bedah

biasanya aseptis dan jaringan yang rusak sedikit. Luka semacam ini akan sembuh

dengansempurna dan disebut sembuh perprimam atau persatuan utama.

Menurut Potter & Perry (2006:1859), Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka adalah :

1)    Nutrisi

Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses fisiologi

penyembuhan luka tergantung pada tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C),

mineral renik zinc dan tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang

diperoleh fibrolas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen.

Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Element ranik zinc

diperlukan untuk pembentukan epitel, sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat-serat

kolagen. Klien yang telah menjalani operasi diberikan nutrisi yang baik masih tetap

membutuhkan sedikitnya 1500 kkal/hari.

2)    Penuaan

Walaupun tahap penyembuhan luka pada klien lansia terjadi secara lambat, aspek

fisiologi penyembuhan luka tidak berbeda dengan klien yang masih muda. Masalah yang terjadi

selama proses penyembuhan sulit ditentukan penyebabnya, karena proses penuaan atau karena

penyebab lainya, seperti nutrisi, lingkungan atau respon individu terhadap stres.

Faktor-faktor yang mengganggu penyembuhan luka

1)    Usia

Penuaan dapat menganggu semua tahap penyembuhan luka

2)    Malnutrisi

Page 21: tinjauan pustaka.docx

Stres akibat luka atau trauma yang parah akan meningkatkan kebutuhan nutrisi

3)    Obesitas

Jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk melawan infeksi bakteri dan untuk mengirimkan

nutrisi serta elemen seluler yang berguna dalam penyembuhan luka

4)    Gangguan oksigenasi

Tekanan oksigen arteri yamg rendah akan mengganggu sintesis kolagen dan pembentukan sel

epitel

5)    Merokok

Merokok dapat mengganggu mekanisme sel normal yang dapat meningkatkan pelepasan oksigen

kedalam jaringan

6)    Obat-obatan

Steroid menurunkan respon inflamasi dan memperlambat sintesis kolagen

7)    Diabetes

Hiperglikemia menganggu kemampuan leukosit untuk melakukan fagositosis dan juga

mendorong pertumbuhan sel endotel dan jaringan kolagen

8)    Radiasi

Proses pembentukan jaringan parut vaskuler dan fibrosa akan terjadi pada jaringan kulit yang

tidak teradiasi

9)    Stres luka

Tekanan mendadak yang tidak terduga pada luka insisi akan menghambat pembentukan sel

endotel dan jaringan kolagen

5.    Komplikasi

Page 22: tinjauan pustaka.docx

Komplikasi dari ORIF dapat mencakup infeksi, pembengkakan, dan gerakan perangkat

keras yang terpasang. Proses pemulihan dapat mengambil bulan, karena tulang tumbuh perlahan.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemulihan lokasi dan tingkat keparahan istirahat,

usia orang tersebut, dan jenis patah tulang. Risiko dan komplikasi dapat mencakup kolonisasi

bakteri pada tulang, infeksi , kekakuan dan kehilangan berbagai gerakan , non-serikat, malunion,

kerusakan otot, kerusakan saraf dan lumpuh, arthritis , tendonitis , kronis sakit yang terkait

dengan pelat, sekrup, dan pin, sindrom kompartemen, deformitas