BAB 1 Revisi Pustaka.docx

92
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini perkembangan teknologi dapat dikatakan semakin pesat.Fenomena perkembangan teknologi mampu memberikan kontribusi banyak terhadap berbagai aktivitas masyarakat,sehingga apa yang mereka lakukan kini bisa lebih efektif dan efisien baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Perkembangan teknologi ini dulunya hanya berkembang pada beberapa aspek.Namun saat ini sudah merambah hampir pada semua aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial dan budaya. Teknologi merupakan suatu pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Dalam ranah komunikasi, teknologi lebih fokus pada 1

Transcript of BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Page 1: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi dapat dikatakan semakin

pesat.Fenomena perkembangan teknologi mampu memberikan kontribusi

banyak terhadap berbagai aktivitas masyarakat,sehingga apa yang mereka

lakukan kini bisa lebih efektif dan efisien baik dari segi proses maupun dari

segi hasil. Perkembangan teknologi ini dulunya hanya berkembang pada

beberapa aspek.Namun saat ini sudah merambah hampir pada semua aspek

kehidupan seperti ekonomi, sosial dan budaya.

Teknologi merupakan suatu pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin,

material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya.

Dalam ranah komunikasi, teknologi lebih fokus pada perangkat-perangkat

teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang

digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar

komunikasi berhasil (komunikatif) (Munir, 2008).

Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, selain

sebagai mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki

kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama. Teknologi sebenarnya lebih

dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia. Teknologi

1

Page 2: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di

dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta

yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah

menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang

pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas

manusia yang lain.

Dewasa ini masyarakat Indonesia dihadapkan pada perkembangan

teknologi yang mana masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi

tanpa terbatas ruang dan waktu seperti pada saat ini dimana informasi terus

mengalir dalam media konvensional ataupun new media. Media konvensional

menyajikan informasi-informasi yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat,

Media tersebut memberikan informasi-informasi yang murah, informatif dan

mudah dijangkau seperti contoh televisi, majalah, koran ataupun radio

sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi.

Televisi merupakan salah satu media yang sangat mempunyai peranan

penting bagi kelangsungan bahkan dari keseharian masyarakat khususnya di

Indonesia. Televisi menjadi salah satu cara yang dianggap mudah bagi

masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi yang dicari bahkan

dianggap penting. Selain dianggap mudah, televisi juga merupakan salah satu

sumber informasi yang murah, dibandingkan dengan munculnya new media

seperti keberadaan internet. Tidak semua kalangan masyarakat bisa

mengakses internet. Dikarenakan ada beberapa faktor, contohnya faktor SDM

2

Page 3: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

yang masih rendah sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia masih buta

akan munculnya new media atau keberadaan dari internet.

New media merupakan salah terobosan baru teknologi yang berintegrasi

dengan koneksi internet. Dengan melihat prospek pertumbuhan penggunaan

internet yang cukup menggiurkan dan mampu mempengaruhi kognisi

masyarkat, kini penyebaran informasi melalui media ini mampu memberikan

efektivitas dan efisiensi yang cukup baik. Sehinnga keberadaan new media

sendiri menjadi ancama bagi media konvensional yang dinilai kurang mobile

dan masih terikat waktu. Tidaklah wajar kini banyak konvergensi media

konvensional kedalam new media.

Saat ini persaingan new media dan konvensional televisi semakin ketat.

Hal ini bisa dilihat dari kelebihan dan kekuarang dari tiap media tersebut

yang saling melengkapi. Dari new media sendiri dengan kelebihan mampu

menawarkan tiga unsur utama dalam menyajikan informasi. Yakni penyajian

yang lebih cepat, pengemasan informasi menarik,serta dengan

adanyaberbagai inovasi layanan yang sangat atraktif dan berpotensi merubah

secara perlahan animo masyarakat untuk berpindah menggunakan media ini

(tampilan, fitur, dsb). Ketiga faktor ini membuat masyarakat memandang

bahwa new media saat ini semakin menyaingi media konvensional sebagai

sumber utama dalam memperoleh informasi.

Dari segi media konvensional, televisi memiliki kelebihan utama yang

menjadi faktor utama bertahannya media ini seperti keterjangkauan yang

3

Page 4: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

lebih spesifik di hampir seluruh lapisan masyarakat. Dengan jangkauan yang

lebih luas dan hampir tidak mengenal usia menjadikan media ini masih tetap

bisa bertahan. Selain itu, penyajiannya yang dapat dikonsumsi secara massive

(serempak dalam satu waktu) menjadi pertimbangan utama para penyedia

informasi (iklan, program) untuk tetap menggunakan media ini sebagai sarana

penyebaran dan hal tersebut menjadi salah satu penguat televisi tetap

bertahan. Bisa kita lihat industri pertelevisian di Indonesia semakin hari

semakin besar dan tentu saja menjadi sarana konglomerasi karena kekuatan

Televisi yag gangat besar dalam membentuk public opinion.

Adanya kelebihan dari dua media yang saling bersaing tersebut

menyebabkan konflik sesaat terhadap pemikiran masyarakat dalam pemilihan

media apa yang nantinya akan digunakaan dalam mendapatkan informasi.

Konflik sesaat tersebut akan berdampak terhadap adanya perubahan animo.

Perubahan animo masyarakat menjadi salah satu faktor utama pertimbangan

media konvensional untuk terus bergelut dan mengencangkan diri dalam

menghadapi persaingan dengan new media seperti dengan adanya terobosan

konvergensi media kedalam new media. Konvergensi media konvensional

menjadi salah satu upaya yang cukup efektif dalam mempertahankan animo

masyarakat untuk tetap setia menggunakan media konvensional. Konvergensi

media tidak hanya mentransformasikan basis data, dan medium yang

menyalurkannya. Namun, selurh proses produksi, pengolahan, dan distribusi

informasi, sehingga media-media konvensional seperti koran, radio, televisi

dan lain-lain akan berubah dengan bentuk-bentuk media baru yang

4

Page 5: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

sepenuhnya digital, seperti Streaming TVdan World Wide Webatau situs-situs

tertentu (berita online, bealnja online).

Pesatnya perkembangan media baru secara nyata akan membawa suatu

perubahan pola pikir, sikap dan tindakan / prilaku bagi setiap

individu.Perubahan tersebut paling tidak akan membawa individu ke dalam

pola hidup yang menurutnya efektif dan efesien. Atas dasar alasan inilah,

kaum kosmopolitan menyatakan bahwa perkembangan new media merupakan

media pencerah peradaban yang lebih maju. Perkembangan new media akan

membawa dampak positivisme sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidupnya.

Namun ada beberapa asumsi dari peneliti mengenai kedua media

tersebut. Di satu pihak, media baru dapat membuka cakrawala dunia yang

sangat menjanjikan yang kaya warna, kaya nuansa, kaya citra, namun disisi

lain ini akan menjadi sebuah dunia yang seakan-akan tanpa kendali. Begitu

juga dengan media konvensional. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa

media ini rentan akan berbagai terpaan seperti krisis global, menurunnya

minat membaca dan pendapatan periklanan (media cetak), serta

ketidakmampuan untuk mempertahankan usaha mereka dalam konteks untuk

menkonvergensikan diri ke dalam media digital (Salman, Ibraham, Abdullah,

Musthafa, Mahbob (2011))

Berkaca pada fenomena saat ini, individu yang lebih memilih

“ketinggalan dompetnya” daripada “ketinggalan handphonenya”

5

Page 6: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

menunjukkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari media dan menjadikan

media sebagai salah satu kebutuhan primer. Ada sebuah teori yang

menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia mengalami beberapa perubahan

seiring dengan perkembangan komunikasi yakni mengenai fenomen

masyarakat informasi. Dalam ranah komunikasi, masyarakat informasi adalah

sekumpulan masyarakat yang berpaku pada informasi sebagai komoditas

ekonomi yang sangat berharga, saling berinteraksi dengan sesamadi dalam

sebuah sistem komunikasi global, sertamendapatkan informasi dengan

intensitas yang sangat tinggi dan dalam cakupan kepentingan yang sangat

penting (Abrar, 2003).

Berkaca pada fenomena saat ini, adanya anggapa bahawa individu akan

lebih memilih “ketinggalan dompetnya” daripada “ketinggalan

handphonenya” menunjukkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari media

dan menjadikan media sebagai salah satu kebutuhan primer. Bisa dilihat dari

kejadian disekitar kita bahwa orang sedang sibuk dengan gadgetnya, entah

mereka browsing, sosial media (twitter, facebook, insagram, path) sampai nge

game padahal mereka sedang bersama teman tetapi mereka tetap memegang

gadget mereka. Kemudaha media berupa jejaring sosial sudah mengubah total

mobilitas masyarakat saat ini.

Penggunaan teknologi media saat ini mengubah berbagai macam aspek

kehidupan mulai dari cara berinteraksi sampai dengan gaya hidup. Sampai-

sampai sekarang terdapat istilah “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan

yang jauh”. Intensitas interaksi sosial di dalam masyarakat menjadi

6

Page 7: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

berkurang, dan kebanyakan mereka sering asik dengan aktivitas gadget

masing-masing dan menyebabkan mereka terjebak di dunia virtual yang

mereka ciptakan sendiri.Hal ini berkaitan dengan bagaimana kognisi manusia

itu mampu membentuk perspektif tersendiri yang dapat berdampak terhadap

apa yang akan manusia lakukan. Ada dua teori pendukung dari tradisi

sosiopsikologis yang relevant untuk memahami individu yakni teori sifat dan

teori kognitif (Rahmiati, 2013).

Teori sifat akan membantu memahahi bagaimana seorang individu

berinteraksi di dalam suatu keadaanakan bergantung pada sifat yang

diperlihatkan individu dan situasinya atau lingkungan dimana individu

tersebut dapat menentukan identitasnya sendiri. Dan kajian yang menjadi

konsen pemahaman adalah tentang model sifat extraversion. Karena model

sfiat ini berkaitan dengan kecenderungan akan lebih menyukai apa saja yang

bersifat kolektif, termasuk dalam suatu pemilihan keputusan menggunakan

media serta juga didukung oleh motivasi diri (Rahmiati, 2013). Apa yang

dianggap banyak orang, adalah yang terbaik dan akan cenderung diikuti oleh

individu.

Oleh sebab itu berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk

membahasa fenomena persaingan new media dan media konvensional dengan

judul “Persaingan New Media dan Media Konvensional serta Dampaknya

terhadap Masyarakat di Era Modern” dengan fokus pembahasan studi pada

efek komunikasi situs jejaring sosial dan televisi di masyarakat.

7

Page 8: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persaingan new media dan media konvensional saat ini ?

2. Bagaimana dampak dari persaingan tersebut terhadap masyarakat di era

modern ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persaingan new media dan media konvensional saat ini.

2. Untuk mengetahui dampak dari persaingan dari new media dan media

konvensional terhadap masyarakat di era modern.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang persaingan new

media dan media konvensional serta dampaknya.

2. Manfaat Akademis

Sebagai landasan pemikiran atau sumbangsih kepada ilmu pengetahuan

khususnya penelitian dalam bidang persaingan media di era modern.

8

Page 9: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan New Media dan Media Konvensional

”New Media adalah sebuah istilah yang mulai muncul pada era 90an. New

Media kerap kali dikaitkan dengan digitalisasi. Yang merujuk pada akses pada

setiap konten kapanpun, dimana, dan pada setiap media elektronik yang ada.

Dalam teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama dan

kedua. Pertama, pandangan interaksi social : membedakan media menurut

seberapa dekat media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan

integritas social : pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk

informasi, interaksi, atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau

bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat

dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.”

(Triwijanarko, utomo, & widayati, 2013)

Munculnya media baru dipicu oleh kekuatan teknologi komunikasi yang

mendukung penyebaran berita, dengan kecepatan yang tinggi, serta adanya

kemudahan akses dan lebih adaptif terhadap penggunanya. Namun perbedaan

karakteristik dalam aplikasi teknologi komunikasi, secara prinsip memiliki

persamaan yaitu, kemampuan mengirim berita dengan cepat dan bisa mengikat

berbagai kelompok yang memilki perbedaan sosial, ekonomi dan politik. Dalam

9

Page 10: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

interaksi konvensional, melalui komunikasi tatap muka, sangatlah susah untuk

melakukan komunikasi dalam dan amat sangat terdapat suatu perbedaan. Selain

itu, untuk menyatukan sikap, maupun perilaku , sudah jelas membutuhkan biaya

dan tenaga.

“Rogers (1986 : 1), teknologi komunikasi pada umumnya didukung oleh

perangkat keras dan perangkat lunak, yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan

dengan mengurangi ketidakpastian. Teknologi komunikasi juga mendorong

tumbuhnya media baru, yang memiliki karakter spesifik lebih fleksibel dan

mandiri. Rahardjo (dalam Junaedi dkk, 2011: 6), mengungkapkan, “ keberadaan

media baru tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologiu dan komunikasi

yang begitu pesat”.“ (Susanto)

“Menguatnya, media baru yang didukung oleh teknologi komunikasi

mendorong media konvensional mengikuti karakter media baru yang mengan

dalkan kebebasan, kecepatan, fleksibilitas dan transparansi dalam penyebaran

informasi. Sejalan dengan itu, Utari (dalam Junaidi dkk, 2011: 49), menyatakan,

teknologi internet dapat dengan mudah diakses kapanpun, dimanapun dan oleh

siapapun. Dia memilki konektivitas dan jangkauan secara global. Efisien dalam

penggunaanya, melibatkan interakktivitas, fleksibel dan yang paling pentinmg

bersifat pribadi.”

“Rogers (1986:7), bahwa “sifat utama teknologi komunikasi baru

mengandung implikasi untuk melakukan riset komunikasi tentang interaktivitas

dari media baru, sifat media baru yang individualistis membuat media baru

10

Page 11: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

tersebut hampir – hampir tidak mungkin dapat distandarkan”. Setiap individu

dapat menerima informasi yang sangat berbeda dari suatu sistem komunikasi yang

interaktif .”

Daya tarik khalayak terhadap suatu media umumnya berbeda dengan daya

tariknya terhadap media-media lain, meskipun tumpang tindih suka terjadi.

Penggemar televisi, misalnya, biasanya jarang menggemari buku. Pembaca setia

Koran biasanya bukan penggemar film. Bahkan terhadap suatu jenis media,

ketertarikan khalayak berbeda-beda, tergantung pada profesi, minat dan selera

mereka. (Rivers, Jensen, & Peterson, 2003). Media bukan saja bisa menjadi

pembujuk kuat, namun media juga bisa membelikkan pola perilaku atau sikap-

sikap yang ada terhadap suatu hal. (Rivers, Jensen, & Peterson, 2003)

Berdasarkan catatan Media Planning Guide (2010:454), pengguna internet

di Indonesia meningkat tajam, sebelum tahun 1998, yang berjumlah kurang lebih

limaratus ribu pengguna, menjadi kira – kira duapuluh satu juta pengguna. Dari

jumlah tersebut, pengguna berusia muda sekitar 60,7 %. Berarti pengguna internet

memang didominasi oleh generasi muda.

“Sebuah data dari MarkPlusInsight,sebuah organisasi yang bergerak dalam

bidang riset tentang teknologi internet mengatakan bahwa pada tahun 2011,

jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta pengguna. Dengan

kisaran umur 15‐30 tahun sebagai pengguna terbanyak. Penggunaan situs

Facebook di Indonesia adalah yang terbesar ketiga didunia. Berdasarkan data

statistic pada bulan maret 2012 oleh Sociabakers, Indonesia memiliki 43.523.740

11

Page 12: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

akun pengguna Facebook. Data dari Semiocast.com pada februari tahun 2012

menjelaskan bahwa pengguna Twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta jutaan

pengguna. Terbesar kelima didunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan

Inggris Raya. Mahasiswa berada pada usia yang aktif menggunakan perangkat

new media, apa dampak dari penggunaan new media dan media konvensional

terhadap tingkat sosialisasi politik.” (Susanto)

2.2 Persaingan Antar Media

Jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan

jurnalistik dengan menggunakan teknologi internet maka disebut dengan media

online yang menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana saja. Hampir

setiap orang di dunia pernah membuka sebuah media online. Karena bisa dibilang

lebih ringkas dan cepat dalam memperoleh informasi. Kemudahan-kemudahan

yang ditawarkan oleh dunia seiring dengan perkembangan zaman membuat

sebuah perubahan besar dalam dunia jurnalistik. Khususnya media jurnalistik

online yang semakin berkembang dan merambah hampir ke seluruh dunia. Mudah

sekali bagi sebagian orang untuk mendapatkan berita terhangat dengan

manggunakan internet.

Di Indonesia, media online menjadi trend belakangan ini. Sebagai contoh,

media online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan beragam

berita, selain itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi

internet. Seiring berjalannya waktu, media online lain mulai bermunculan seperti

12

Page 13: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

astaga.com, satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com, dan pekan ini muncul

okezone.com. Dengan lahirnya media online maka media cetakpun tidak mau

kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media online seperti kompas.com,

temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com. dan

masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru berkembangnya teknologi yang telah

melahirkan jurnalisme online.

Memang ada data yang menyebutkan bahwa media cetak terutama surat

kabar menurun dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7 juta

eksemplar pada saat ini. Dan juga bahwa sekarang ini dunia pemberitaan

mengistilahkan ”yang cepat mengalahkan yang lambat bukan yang besar

mengalahkan yang kecil” dalam arti, berita yang cepat sampai kepada khalayak

itulah yang banyak diminati.

Faktor lain yang membuat media cetak tidak kehilangan pamor, yakni

tidak semua orang di dunia, khususnya di Indonesia tidak memiliki skill dan

pengetahuan yang cukup untuk mengakses sebuah media online. Mereka harus

memiliki kemampuan dalam pengoperasian komputer dan juga pengetahuan

tambahan mengenai para pengaksesan website-website di Internet. Ditambah lagi

dengan semangat belajar orang-orang yang bisa dibilang kurang sehingga

membuat mereka lebih memilih untuk membaca atau mencari informasi yang

sudah tersedia di depan mata dan lebih mudah di dapat, yakni media cetak.

Konvergensi media tidak hanya mengubah basis data, dan medium yang

menyalurkannya. Namun, secara keseluruhan juga mengubah proses produksi,

13

Page 14: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

pengolahan, dan distribusi informasi, sehingga media-media seperti koran, radio,

televisi dan lain-lain akan berubah dengan bentuk-bentuk media baru yang

sepenuhnya digital, seperti televisi, World Wide Web dan internet. Konvergensi

komputer, telekomunikasi, dan sistem media massa konvensional membawa

berbagai perubahan fundamental dalam fungsi media. Sumber media massa

menjadi semakin banyak dan less authoritative and less profesional. Kemampuan

media massa untuk bertindak sebagai gatekeeper akan menghilang.

2.3 Konsep Budaya Populer Sebagai Produk Media

Sebenarnya budaya populer itu mempunyai power, budaya perlu dikaji, tapi itu

tidak berarti kita datang langsung ke budaya tersebut diturunkan . Kita bisa

mendapatkan informasi yang mereka akan tahu tentang budaya media massa .

Namun, media hanya menampilkan budaya populer dalam masyarakat yang adil.

Penerimaan budaya populer itu sendiri adalah hal yang sangat kompleks. Ini

karena kita bukanlah orang yang hanya menerima budaya populer dalam arti arah.

Tapi kita juga pengguna budaya populer di spreader yang sama.

Menurut Raymond Williams (1962) mendefinisikan budaya sebagai “suatu

cara hidup tertentu” yang dibentuk oleh nilai, tradisi, kepercayaan, objek material,

dan wilayah. Pada dewasa ini sumber daya-sumber daya yang dikenal akrab yang

mencakup mulai dari maknaan, bahasa, ritual keagamaan hingga programTV dan

internet dipadukan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok ke dalam

repertoar budaya yang khusus atau “kotak perlahan” (Hannerz, 1969). Yang

digunakan untuk menciptakan kebiasaan, keterampilan, gaya, dan “strategi aksi”

14

Page 15: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

kontenporer (Swidler, 1986). Dengan banyaknya cara-cara hidup yang

dipergunakan pada zaman sekarang ini yang sudah terkumpul menjadikan budaya

tersebut menjadi budaya yang rutin digunakan.

Media juga tidak hanya melintasi batasan geografis, tetapi juga batas-batas

kelas, ras, budaya, politik, pendidikan dan jenis kelamin, dalam rangka

mendistribusikan sebagai produk yang disampaikan secara rutin, hiburan dan

informasi yang menanamkan dan menyegarkan sudut pandang dan cara

pemahaman tertentu.

Media seperti TV atau internet juga tidak terlepas dari kehidupan kita,

meskipin ke dua nya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai hiburan dan

menjadi hal penting, media menjadi pnegaruh terbesar yang sampai sekarang tetap

menjadi publikasi yang paling tersohor. Banyak dinatara situs-situs web bahkan

siaran televisi yang membahas mnegenai kasus yang sedang terjadi, seperti hal

nya kasus alay atau istilah lain seperti cabe-cabean. Kalau dipikirkan kembali,

menurut kita, sebeberapa penting sih istilah-istilah kata tersbebut buat kehidupan

kita?. Sebagai contoh kata-kata yang tercipta dan menjadi budaya populer saat ini

seperti diakibatkan karena adanya pemikiran yang melekat pada diri individu

tersendiri.

Media yang berorientasi anak remaja merupakan fenomena yang cukup

baru. Sudah dianggap bahwa remaja saat ini dapat menonton media internet sering

dilakukan. Remaja berhasratnya untuk menonton, mendengarkan, atau membaca.

15

Page 16: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Saat ini begitu banyak remaja yang mneggunakan media dan begitu banyak

produk media menjangkau para remaja sehingga hubungan mereka telah menjadi

dua arah. Anak-anak muda sangat dipengaruhi oleh muatan yang disediakan oleh

media massa, di saat yang bersamaan media massa menjadi sangat dipengaruhi

oleh apa yang diinginkan remaja.

Mendefinisikan "budaya" dan "populer", yang pada dasarnya adalah

konsep yang masih dibicarakan, sangat rumit. Definisi itu bersaing dengan

berbagai definisi budaya populer itu sendiri. John Storey, dalam Cultural Theory

and Popular Culture, membahas enam definisi. Definisi kuantitatif, suatu budaya

yang dibandingkan dengan budaya "luhur" (Misalnya: festival-festival kesenian

daerah) jauh lebih disukai. "Budaya pop" juga didefinisikan sebagai sesuatu yang

"diabaikan" saat kita telah memutuskan yang disebut "budaya luhur". Namun,

banyak karya yang melompati atau melanggar batas-batas ini misalnya

Shakespeare, Dickens, Puccini-Verdi-Pavarotti-Nessun Dorma. Storey

menekankan pada kekuatan dan relasi yang menopang perbedaan-perbedaan

tersebut seperti misalnya sistem pendidikan.

Definisi ketiga menyamakan budaya pop dengan Budaya Massa. Hal ini

terlihat sebagai budaya komersial, diproduksi massal untuk konsumsi massa. Dari

perspektif Eropa Barat, budaya pop dapat dianggap sebagai budaya Amerika.

Atau, "budaya pop" dapat didefinisikan sebagai budaya "autentik" masyarakat.

Namun, definisi ini bermasalah karena banyak cara untuk mendefinisikan

"masyarakat". Storey berpendapat bahwa ada dimensi politik pada budaya

populer; teori neo-Gramscian” melihat budaya pop sebagai tempat perjuangan

16

Page 17: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

antara 'resistansi' dari kelompok subordinat dalam masyarakat dan kekuatan

'persatuan' yang beroperasi dalam kepentingan kelompok-kelompok dominan

dalam masyarakat." Suatu pendekatan postmodernism pada budaya populer "tidak

lagi mengenali perbedaan antara budaya luhur dan budaya populer."

Storey menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat

revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi

"budaya massa". Penelitian terhadap Shakespeare (oleh Weimann atau Barber

Bristol, misalnya) menemukan banyak vitalitas karakteristik pada drama-drama

Shakespeare dalam partisipasinya terhadap budaya populer Renaissance.

Sedangkan, praktisi kontemporer, misalnya Dario Fo dan John McGrath,

menggunakan budaya populer dalam rasa Gramscian yang meliputi tradisi

masyarakat kebanyakan (Ludruk misalnya).

Kekhasan budaya populer terletak pada kemampuannya untuk

menggabungkan sukses komersial dengan kekuatan retoris untuk mengklaim

berbicara atas nama rakyat dan dengan suara mereka. Meskipun sukses komersial

yang memungkinkan untuk mengklaim persetujuan luas di kalangan populasi

relatif mudah, keberhasilan retoris yang lebih kompleks. Ini adalah kompleks

karena, seperti telah kita lihat, itu bukan kasus sederhana dari produsen inscribing

satu set perangkat retoris yang dapat dibaca dari sebuah teks sebagai milik rakyat.

Negosiasi retoris ini budaya populer harus sangat terlibat dalam negosiasi dan

berkembang dinamika hegemoni dan secara historis kontingen (Conboy,2002)

Budaya populer mungkin dapat dilihat lebih sebagai mutasi dari

kebudayaan rakyat yang telah disesuaikan dengan pasar massal ekonomi kapitalis.

17

Page 18: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Daya tariknya terletak pada cara itu berhasil mempertahankan klaimnya keaslian

dengan orang-orang biasa yang berada di luar kekuasaan elite. Hal ini, sebagian,

dengan mempertahankan aspek hubungan yang nyata antara manusia dan artefak.

Identitas konsumen dengan produk, identitas tersebut yang dijual kepada orang-

orang. Tentu saja ini adalah sebuah manuver sangat politis, mengamankan

masuknya orang-orang di mesin ini dari ekonomi politik dengan

mengartikulasikan aspek pengalaman otentik masyarakat dan mampu memberikan

mereka dengan cara yang memiliki kekuatan untuk meyakinkan mereka dari

tempat mereka di dalamnya. Saluran persuasi ini adalah retorika.

Ada dua pers populer muncul dari kompleksitas budaya populer. Satu

dipolitisasi, menyarankan alternatif dan berkampanye atas nama perubahan sosial

yang radikal. Lain adalah unsur populer yang menolak segala keterlibatan dengan

budaya tinggi demokrasi perwakilan, yang lebih memilih strategi perlawanan

ironis atau main-main sinis. Seperti yang akan kita lihat ini adalah jarang saling

eksklusif dan setiap artikulasi populer harus mengandung unsur-unsur dari kedua

hiburan dan informasi: kesenangan dan propaganda, keuntungan dan altruisme.

Budaya populer tidak hanya bermaka tersebar luas, arus-utama, dominan,

atau sukses secara komersial, sebagaimana sering dipahami. Lebih dari itu,

budaya populer bermakna bahwa “artefak-artefak dan gaya-gaya ekspresi

manusia berkembang dari kreativitas orang kebanyakan, dan beredar di kalangan

orang-orang menurut minat, preferensi, dan selera mereka.” (Lull, 2000). Budaya

populer dengan demikian muncul dari masyarakat, tidak hanya dijejalkan pada

mereka. “Popular culture is made by the people, not produced by the culture

18

Page 19: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

industry… Popular culture is made by the people at the interface between the

products of the culture industries and everyday life. Popular culture is made by

the people, not imposed upon them; it stems from within, from below, and not

from above. Popular culture is the art of making do with what the system

provides.” (de Certeau, 1984; Fiske, 1995). Budaya popular berkembang dari

dalam, tidak dapat dipaksakan dari luar atau dari atas. Budaya populer akan

mengkonstruksi dan menegosiasikan makna di tengah medan pertarungan ideologi

dan hegemoni yang, di satu sisi, ingin mengkomersialkan, dan di sisi lain, ingin

mendemokratisasikan praktek-praktek budaya yang kita jalani dalam kehidupan

sehari-hari.

2.4 Kajian Teori

2.4.1 Cultivation Analysis

Teori kultivasi (cultivation theory)adalah teori yang memprediksi dan

pembentukan jangka panjang presepsi, pemahaman, dan keyakinan audiens

mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi televisi. Teori ini ditemukan oleh

George Gerbener dan Lawrence Gross pada tahun 1972. Gerber mengemukakan

bahwa pesan- pesanmedia mengubah pemikiran tradisional mengenai waktu,

ruang dan pengelompokan sosial merupakan tantangan langsung terhadap

pemikiran yang saat itu bahwa media memiliki sedikit pengaruh terhadap individu

dan budaya. Teori ini ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan

dan dipersepsikan penonton televisi. Tradisi pengaruh media dalam jangka waktu

19

Page 20: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

panjang dan efek yang tidak langsung menjadi kajiannya. Argumentasi awalnya

adalah, “televisi telah menjadi anggota keluarga yang penting, anggota yang

bercerita paling banyak dan paling sering” (dalam Severin dan Tankard,

2001:268).

Teori ini mencerminkan transformasi media secara perlahan dari

ketergantungan pada presepektif transmisional menjadi prespektif ritual.

Prespektif trnsmisional melihat media sebagai pengirim pesan – pesan. Sedangkan

prespektif ritual, berpendapat sebaliknya, bahwa media dikonseptualisasikan

sebagai suatu cara mentranmisikan “pesan dalam ruang” tetapi sebagai hal yang

sentral bagi “pemeliharaan masyarakat dalam suatu waktu”. Komunikasi massa

bukan sebagai tindakan mengkomunikasikan informasi melainkan representasi

keyakinan yang dimiliki bersama.

Dalam riset proyek indikator budaya terdapat lima asumsi yang dikaji Gerbner

dan koleganya (Baran, 2003 : 324‐325).

1. Televisi secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media massa

lainnya. Televisi terdapat di lebih daripada 98 persen rumah tangga

Amerika. Televisi tidak menuntut melek huruf seperti pada media

suratkabar, majalah dan buku. Televisi bebas biaya, sekaligus menarik

karena kombinasi gambar dan suara.

2. Medium televisi menjadi the central cultural arm masyarakat Amerika,

karena menjadi sumber sajian hiburan dan informasi.

20

Page 21: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

3. Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang

spesifik tentang fakta kehidupan. Karena kebanyakan stasiun televisi

mempunyai target khalayak sama, dan bergantung pada bentuk

pengulangan program acara dan cerita (drama).

4. Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkulturasi

melalui isi tayangannya (berita, drama, iklan) sehingga pemahaman akan

televisi bisa menjadi sebuah pandangan ritual (ritual view/ berbagi

pengalaman) daripada hanya sebagai medium transmisi (transmissional

view).

5. Observasi, pengukuran, dan kontribusi televisi kepada budaya relatif kecil,

namun demikian dampaknya signifikan. Menurut teori kultivasi ini,

televisi menjadi media atau alat dimana para pemirsa televisi itu belajar

tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Dengan kata lain untuk

mengetahui dunia nyata macam apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh

pemirsa televisi. Atau bagaimana media televisi mempengaruhi persepsi

pemirsa atas dunia nyata. Asumsi selama pemirsa kontak dengan televisi,

mereka akan belajar tentang dunia (dampak pada persepsi), belajar

bersikap dan nilai‐nilai orang.

Televisi menjadi potret sesungguhnya dunia nyata. Gerbner dan koleganya

berpendapat bahwa televisi menanamkan sikap dan nila tertentu. Media pun

kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota

masyarakat yang kemudian mengikatnya bersama‐sama pula. Media

21

Page 22: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

mempengaruhi penonton dan masing‐masing penonton itu meyakininya. Sehingga

para pecandu berat televisi itu akan mempunyai kecenderungan sikap yang sama

satu sama lain (Nurudin, 2003 :159). Sementara McQuail (2001:465) mengutip

pandangan Gerbner bahwa televisi tidak hanya disebut sebagai jendela atau

refleksi kejadian sehari‐hari di sekitar kita, tetapi dunia itu sendiri.

Empat tahap Kultivasi

1. Analisis sistem pesan, terdiri atas analisis isi mendetail dari program

televisi untuk menunjukan tayangan yang paling sering berulang dan

konsisten

2. Formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton, melibatkan

penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan

sehari-hari mereka

3. Menyurvei khalayak, mensyaratkan bahwa pertanyaan pada tahap

kedua diberikan kepada khalayak dan peneliti menanyakan kepada

para penonton ini mengenai level kosumsi televisi mereka.

4. Membandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat (heavy

viewer) dan kelas ringan ( light viewer). Bagi gerber terdapat sebuah “

diferensi kultivasi” atau perbedaan respon diantara penonton kelas

berat dan rigan.

Inilah yang kemudian dalam analisis kultivasi televisi memberikan

homogenisasi budaya atau kultivasi terjadi dalam dua hal mainstreaming

(pelaziman) dan resonance (resonansi). Mainstreaming dalam analisis kultivasi

22

Page 23: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

terjadi pada pecandu berat televisi (menonton lebih dari 4 jam perhari) yang mana

simbol‐simbol televisi telah memonopoli dan mendominasi sumber informasi dan

gagasan tentang dunia. Orang menginternalisasi realitas sosial dominannya lebih

kepada aspek kultural, karena ini lebih dekat dengan kesehariannya.

Sementara, resonance terjadi ketika pemirsa melihat sesuatu di televisi

yang sama dengan realitas kehidupan mereka sendiri, realitas televisi tak berbeda

dengan realitas di dunia nyata. Artinya, mereka menganggap bahwa pemberitaan

perang, kriminalitas, dan konflik para pesohor di televisi ialah realitas dunia yang

sesungguhnya. Televisi tidak sekadar memberikan pengetahuan, atau melaporkan

realitas peristiwa. Lebih dari itu, televisi berhasil menanamkan realitas

bentukannya ke benak pemirsa.

Teori ini melihat posisi audience secara pasif, presepsi yang dibangun

dibenak individu atau masyarakat dan budaya ditentukan oleh Televisi. Adanya

pengajaran pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama dan -

nilai bersama melalui Televisi. Heavy viewers kan melihat realitas sesuai dengan

realitas yang ditampilkan televisi sedangkan light viewers cenderung tidak

terpengaruh dengan tampilan televisi di dunia. Kemudian ditemukan adanya

variabel-variabel yang menentukan dampak menonton televisi seperti usia, jenis

kelamin, pendidikan dan terpaan berita.

Kesimpulanya penelitan George Gerber mencoba untuk menyatakan

bahwa menonton televisi mempengaruhi pemikiran kita tentang dunia dan realita.

Televisi menciptakan kesamaan pandangan mengenai melihat dunia yang

otomatis mempengaruhi kebiasan dan culture di masyarakat. Televisi meng

23

Page 24: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

homogenkan budaya yang berbeda, dan efek yang ditimbulkan tidak langsung

namun terakumulasikan dalam waktu yang lama.

2.4.2 Uses and Gratification

Teori Uses and Gratification mencoba menjelaskan sudut pandang

seseorang terhadap media. Teori ini melihat manusia berdasarkan an outcome of

Abraham Maslow’s Hierarchy of Needs, melihat bagaimana individu

menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sehingga Uses and

Gratificatioans bersifat lebih manusiawi dalam melihat penggunaan media

(Blumer dan Katz, 1974).

Audiens berperan sebagai pengguna komunikasi massa yang memegang

kendali. Pengguna media aktif dalam proses komunikasi dan berorientasi

mencapai tujuanya dalam penggunaan media. Mereka mencari sumber media

mana yang paling mampu memenuhi kebutuhanya dan bebas memutuskan

bagaimana menggunakan media serta pengaruhnya terhadap mereka. Seperti

mereka memilih menonton berita di Televisi atau mencari alternatif lain melalui

media online merupakan proses dari teori ini.

Asumsi Teori Uses and Gratification

1. Audiens bersifat aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada

tujuan.

Setiap individu memiliki tingkat kebutuhan terhadap media yang

berbeda antara satu dan lain. Berikut adalah tipe kebutuhan akan media :

24

Page 25: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

(1) Kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman, (2)

afektif, pengalaman emosional, menyenangkan atau estetis, (3) Personal

intregrative, meningkatkan kredibilitas, percaya diri dan status, (4) social

intregative, meningkatkan hubungan keluarga, teman dll; (5) pelepasan

ketegangan, pelarian atau pengaluhan (Katz, Gurefitz dan Hass, 1973).

McQuail mengklasifikasikan kebutuhan dan keputusan khalayak :

(1) diversion atau pengaliha, (2) personal relationship, ketika seseorang

menggunakan media sebagai ganti temanya, (3) personal identity,

menggunakan media untuk menekankan nilai-nilai individu, (4)

surveillance atau pengawasan, bagaimana individu mengumpulkan

informasi yang ia butuhkan di media.

2. Audiens memiliki inisiatif dalam menghubungkan kepuasan dengan

pilihan media tertentu. Asumsi ini menekankan hak otonomi yang

dimiliki audiens dalam mengambil keputusan tentang media yang ia

pilih.

3. Media yang berbeda berkompetisi untuk kepuasan kebutuhan.

Hubungan antara media dan audiens dipengaruhi oleh lingkungan atau

masyarakat.

4. Individu mempunyai kesadaran diri yang cukup dalam penggunaan

media, minat motif sehingga bisa memberikan gambaran akurat

tentang penggunaan media tersebut. Asumsi ini menjadi bahan untuk

penelitian tentang uses ang gratification, bahwa audiens berada pada

kondisi sadar mengapa mereka memilih media tertentu.

25

Page 26: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

5. Penialaian terhadap nilai isi media hanya dapat dilakukan oleh audiens.

Asumsi ini didasarkan pada pernyataan bahwa indvidu memiliki kuasa

atas pilihanya sehingga hanya mereka yang menilai tentang isi media.

Beberapa penelitian lanjutan menyatakan bahwa sebagai manfaat

media ,erupakan soa kebiasaan. Penggunaan mediaanya terkadang bersifat

selektif dan rasional namun terkadang meggunakam media untuk bersantai

dan sebagai tempat pelarian. Pendekatan uses end gratification tidak

menolak pendapat bahwa ada kemungkinan media mempengaruhi audiens

di alam bawah sadarnya dan bagaimana mereka melihat dunia tetapi teori

ini tidak mampu melihat sejauh mana keberadaan efek media.

2.4.3 CMC (Computer Mediated Communication)

Computer Mediated Communication menurut A.F Wood dan M.J Smith

adalah segala bentuk komunikasi antar individu, individu dengan kelompok yang

saling berinterkasi melalui computer dalam suatu jaringan internet

Computer Mediated Communication merupakan sebuah konsep

berkomunikasi melalui internet dengan media komputer. internet adalah media

berbasis komputer yang semula berawal dari media “tools” untuk menyimpan

serta mengolah informasi data. Setelah mengalami modifikasi (dengan saluran

telepon dan modem), digunakan sebagai media (elektronik) komunikasi dalam

bentuk jaringan (network) yang luas dan mengglobal. Internet sebagai media

komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap

26

Page 27: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

penggunanya/user, jauh melebihi penawaran interaktif pada televisi dan radio

(yang terbatas pada satu program dan isi materi acara). Bahkan, internet

memberikan penawaran pencarian informasi yang diinginkan melalui fasilitas

querydan boolean dengan menggunakan kata kunci (keywords).

Meskipun dalam aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet adalah

pertukaran data melalui komputer, namun tetap melibatkan manusia sebagai

pemberi konteks atau situasi pada aktivitas dan proses komunikasi tersebut, yang

meliputi konteks individual, group, organisasi, massa dan sosial. Pada level

individual, pengguna menggunakan internet tools untuk mencari dan menerima

informasi.

CMC mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk atau diubah

melalui pertukaran informasi menggunakan media computer. Dalam

perkembangannya komunikasi lewat media computer terjadi peleburan antara

komunikasi mediation (perantara) dan immediate (langsung). Mediation mengacu

pada proses pertukaran pesan dimana pesan disampaikan melalui perantaraan

media bentuk teknologi dari yang paling sederhana seperti kertas, sampai

teknologi canggih seperti komputer internet. Immediate merupakan proses

komunikasi tatap muka secara langsung tanpa adanya media perantara apapun.

Berkaitan dengan karakteristik medium internet, dari segi penggunaan

medium tersebut adalah berbasis pada penggunaan komputer sebagai perangkat

pokok, beserta program pendukung operasionalisasi internet dengan

menggunakan energi elektronik, terkoneksi dalam bentuk jaringan yang luas

27

Page 28: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

melalui berbagai peralatan seperti satelit, modem, wireless phone dan sebagainya.

Karena jaringan yang luas tersebut, maka cakupan media internet tidak terbatas

pada batasan geografis sehingga lintasan benua dapat dicapai yang

memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi antarbudaya. Hambatan

waktu (timelesness) oleh medium internet relatif lebih cepat kapasitas

kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang berupa teknologi digital

komputer dalam bentuk teks, grafis, audio ataupun video. Semua bentuk pesan

tersebut, kecepatannya tergantung pada rute transmisi yang harus dilalui, juga

sangat bergantung pada kebutuhan penerima informasi untuk melihat informasi

tersebut.

28

Page 29: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Media Competition

New Media Mass Media Media Effect

Popular Culture

Media Effect and Social Construction

Interaction

Theories

SKI

2.5 Kerangka Berfikir

29

Page 30: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Alur berpikir dari penelitian ini didasari dengan adanya kompetisi antara

media konvensional dan digital saat ini. Televisi yang dimana merupakan media

konvensional dalam penyebaran informasi mulai tersaingi oleh kehadiran new

media. Persaingan kedua macam media tersebut menimbulkan efek pada

masyarakat dari berbagai macam aspek mulai interaksi sampai budaya. Salah satu

contoh produk dari persaingan kedua media tersebut adalah popular culture.

Masyarakat era modern ini menggunakan produk pop culture tersebut sehingga

mempengaruhi aspek-aspek dalam kehidupan. Salah satu aspek yang terpengaruhi

adalah pola interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lain.

Interaksi manusia akan berubah ketika dipengaruhi oleh aspek-aspek

tertentu. Dalam hal ini, interaksi dipengaruhi oleh hasil dari popular culture.

Dalam menganalisis perubahan perilaku interaksi sosial tersebut, kami

menggunakan teori-teori yang digunakan antara lain: Cultivation theory, uses and

gratification, dan CMC (Computer mediated communication) theory. Dari

interaksi-interaksi tersebut, maka akan muncul efek-efek pada lingkungan sosial

dan membentuk konstruksi sosial. Efek-efek tersebut pada akhirnya membentuk

sebuah sistem komunikasi baru di Indonesia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek-efek dari

persaingan media dari sisi masyarakat. Bagaimana media berpengaruh pada

sistem komunikasi masyarakat dan merubah pola interaksi masyarakat sehingga

menimbulkan budaya-budaya baru di masyarakat.

30

Page 31: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

BAB 3

METODOLOGI DAN PEMBAHASAN

3.1       Analisis Wacana

Pada dasarnya, analisis merupakan upaya yang dilakukan untuk menguak

identitas objek analisis. Karena obek analisis wacana tidak pernah hadir sendirian,

selalu disertai konteks, maka konteks merupakan penentu identitas objek analisis.

Dalam hal ini kita memfokuskan objek kita pada salah satu media massa yang

ada, yaitu Televisi dan Internet. Dalam pemberitaan di televisi dan Internet

sebagai media online , tak jarang kita menemukan adanya ketimpangan-

ketimpangan yang terjadi. Terkadang diantara televisi dan internet , satu berita

yang sama akan berbeda kesan yang kita dapatkan jika kita membandingkannya.

Tentu hal ini bisa membuat kita bingung dan bertanya-tanya, informasi manakah

yang benar-benar akurat. Tetapi dengan mencoba menganalisis wacana tersebut,

kita akan mengetahui motif/ideology yang tersembunyi di balik teks berita

tersebut secara sederhana, cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini

disebut sebagai analisis wacana.

3.2 Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan

dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang paling

banyak dipakai. Analisis wacana kritis model van Dijk bukan hanya semata-mata

31

Page 32: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

mengalisis teks, tapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan

kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, dan bagaimana kognisi atau

pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks yang

dianalisis. Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi atau bangunan

yaitu : teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

     Inti analisisnya adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke

dalam satu kesatuan analisis. Pada  dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur

teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.

Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita, yang melibatkan

kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan aspek ketiga

mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat  akan suatu

masalah yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur disini terjadi

perbandingan diantara dua media yang disini adalah internet dan televisi.

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan

dasar  penelitian mengunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk.

Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran laporan penyajian. Oleh karena sifatnya

berhubungan dengan  kata-kata dan perilaku orang, maka pendeskripsian menjadi

sangat penting untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih jelas atas

masalah yang dibahas. Proses interpretasi dilakukan, yaitu menafsirkan data guna

mengungkapkan makna-maknanya sebagai bagian dari analisis.

32

Page 33: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

3.3 TVOne dan Detik.Com

3.3.1 TVOne

TvOne (sebelumnya bernama lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta

Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan pada 9 Agustus 2002 oleh pengusaha

Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak

menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan

beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga

dimiliki oleh Group Bakrie yang juga memiliki staiun televisi antv.

Pada tanggal 14 Pebruari 2008, Lativi secara resmi beganti nama menjadi

tvOne, dengan komposisi 70% berita, sisanya gabungan program olahraga dan

hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne.

Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar

49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd

10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ardiansyah Bakrie, dan Pemimpin

Redaksi pemberitaan tvOne adalah Karni Ilyas.

TVone merupakan salah satu media TV swasta yang besar di Indonesia.

Karakteristik program tvOne lebih menekankan pada acara berita dan selebihnya

adalah acara olahraga dan hiburan dengan komposisi 70% berita, sisanya

gabungan program olahraga dan hiburan. TVOne Mengklasifikasikan program-

programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One,

tvOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan

menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian

33

Page 34: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

program. tvOne memiliki program-program yang menjadi unggulan yaitu;

Indonesia Lawyer Club, Kabar Arena, Kabar Petang. TVOne juga memiliki

program yang lain seperti sport, talkshow dan Info. Acara-acara TVOne bersifat

reality. Di TV One tidak menayangkan gosip selebriti ataupun berita sensasional

selebriti, TVOne Juga tidak menayangkan sinetron dan sejenisnya.

Segmentasi khalayak pemirsa tvOne mencakup semua kalangan, karena

acara yang berbentuk berita-berita ringan yang sifatnya umum, seperti kabar pagi,

kabar siang, kabar petang, dan acara sejenis lainnya. Selain segmentasi kalangan

yang mencakup semua. Terdapat juga segmentasi yang bisa dikatakan khusus

mungkin hanya untuk kalangan menengah keatas yaitu berita-berita Khusus

seperti Kabar Pasar (berita ekonomi) dan Jakarta Lawyers Club.

3.3.2 Detik.Com

Detikcom ialah sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel

dalam jaringan di Indonesia. Detikcom merupakan salah satu situs berita

terpopuler di Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia

lainnya, detikcom hanya mempunyai edisi daring dan menggantungkan

pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, detikcom merupakan yang

terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news). Sejak tanggal 3 Agustus

2011, DetikCom menjadi bagian dari trans corpora.

Detikcom merupakan salah satu media digital yang ada di Indonesia.

Detikcom berada dibawah naungan transcorp yang dimiliki oleh Chairul Tanjung.

34

Page 35: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Peliputan utama detikcom terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi

informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik,

detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.

Detikcom merupakan portal kepada situs-situs: detikNews, detikFinance,

detikFood, detikHot, detiki-Net, detikSport, detikHealth, detikShop, detikTV,

detikSurabaya, detikBandung, detikforum, blogdetik serta beberapa fasilitas

lainnya

Selain karena sebagai pelopor media online, detik.com dianggap memiliki

kelebihan sebagai media online. Beberapa kelebihan detik.com di antaranya

adalah :

1. Informasi yang cepat dalam menyampaikan informasi yang didapat dari

masyarakat. Dalam hal ini update informasi dilakukan selama 24 jam.

2. Berita yang dimuat, ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami

masyarakat.

3. Mudah mengaksesnya, dan bisa dinikmati dengan berbagai macam

perangkat tekhnologi baik komputer maupun telepon genggam.

4. Memungkinkan interaksi pembaca melalui fasilitas forum pembaca.

Sehingga masing-masing pembaca bisa saling berdiskusi atas sebuah

topik.

5. Didukung oleh wartawan wartawan yang memiliki tingkat profesionalisme

tinggi sehingga mampu menyuguhkan berita yang bermutu.

35

Page 36: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

3.4 Perbandingan antara Tvone dan detik.com

Informasi pada zaman sekarang sangat mudah diakses. Masyarakat

disajikan bermacam-macam informasi dari berbagai sumber dan masyarakat

berhak memilih sumber yang mereka inginkan. Media konvensional seperti

televisi menyajikan hal-hal yang mudah dijangkau dari berbagai lapisan

masyarakat. Sedangkan dari media online sendiri menyajikan berjuta-juta

informasi yang terkadang tidak bisa ditemukan dalam televisi. Media online yang

merupakan produk dari pop culture dapat bersaing dengan media konvensional

seperti televisi. Bagaimana masyarakat menyikapi fenomena ini? apakah

masyarakat semakin terliterasi oleh media ataukah masyarakat semakin apatis

terhadap media dengan kemudahanya dalam pengaksesanya dan heterogennya?

Sebagai media konvensional, TVone memiliki kelebihan dimana sebagian

besar masyarakat mengakses media melalui televisi, sehingga jumlah penonton

TVone lebih banyak daripada pengakses Detikcom. Namun karena era yang

semakin canggih, masyarakat disuguhi kemudahan dalam mengakses media tanpa

terhambat oleh ruang dan waktu. Disinilah detik.com akan dibandingkan dengan

Tvone. Masyarakat tentu saja mengenal Tvone karena Tvone merupakan stasiun

televisi nasional yang terkenal di Indonesia. Sedangkan Detikcom merupakan

pionir atau berita online pertama di Indonesia. Hal ini juga yang membuat

detikcom melekat di masyarakat, mudah diingat dan dikenal. Tvone dan detik.com

juga memiliki pemilik yang berbeda dan banyak perbedaan dalam hal lainya. Dari

sinilah alasan mereka dibandingkan.

36

Page 37: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Pertama adalah perbedaan mereka mengenai jenis tayangan.

Menggunakan teori uses and gratification, masyarakat Indonesia akan mencari

dan memilih apa yang dapat memuaskan kebutuhannya. Karena pada zaman

sekarang media yang disajikan kepada masyaraka sangat banyak dan mudah

diakses dimanapun dan kapanpun. Dalam konteks ini Tvone dan detik.com

merupakan dua media massa yang sama –sama menfokuskan diri pada

penyampaian informasi. TVone merupakan media yang megkhususkan pada

berita dan Informasi mengenai politik, sport, pengetahuan dan bersifat reaitas .

Berbeda dengan TVone, Detikcom merupakan media digital yang tidak hanya

fokus pada berita, namun detikcom juga menyajikan konten hiburan, seperti

lifestyle, musik, fashion dan yang tidak ada di Tvone adalah Gosip.

Kedua perbedaan Tvone dan detik.com adalah keberpihakan media.

Keberpihakan media terjadi karena media tersebut dikuasi oleh pemerintah, partai

politik, dll. Isi konten dari TVone tidak berimbang karena pemilik dari TVone

tersebut Aburizal Bakrie yang mencalonkan dirinya menjadi calon presiden. Isi

konten dari Tvone akan lebih membuat citra yang baik bagi Aburizal Bakrie dan

memperburuk citra para pesaing dari Aburizal Bakrie yaitu calon-calon presiden

yang lain. Sehingga konten dari TVone tersebut tidak berimbang. Berbeda halnya

dengan Detikcom, meskipun pemilik media tersebut adalah Chairul Tanjung,

namun konten dari Detikcom lebih netral dan tidak memihak, meskipun tidak

seratus persen.

Ketiga perbedaan antara TVone dan Detikcom adalah pengarsipan.

TVone yang merupakan media konvensional (fokus pada TV) hanya

37

Page 38: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

menampilkan berita yang memang sedang tayang saat itu, kita tidak bisa mencari

berita pada hari sebelumnya bahkan berita pada hari selanjutkan. Berbeda dengan

media digital yang selalu mudah untuk diakses dimanapun dan kapan pun, karena

salah satu kelebihan dari media digital adalah dapat memberikan informasi pada

hari-hari sebelumnya atau sesudahnya. Namun pada media konvensional (televisi)

tidak bisa menayangkan pemberitaan pada hari-hari sebelumnya, jadi kita hanya

bisa menyaksikan pada pemberitaan hari itu juga. Meskipu sekarang tvone sudah

menyediakan website http://www.tvonenews.tv/ namun hal ini akan masuk

kedalam media online.

Pada media konvensional (TVone) siaran debat-debat lebih sering terjadi

karena memang secara audio visual lebih mudah dipahami dari pada kita harus

menonton di internet 9yang terkadang buffering) ataupun membacanya di internet

(berupa teks). Disini penggunaan media digital di Indonesia memiliki

keterbatasan. Namun dsisnilah yang membuat media online berbeda dengan

media massa konvensional yaitu dengan adanya interaksi dengan audiens.

Audiens dapat memberikan komentar pada berita yang disajikan. Dalam

detik.com, audiens dapat memberikan komentar dengan

menggunakan account jejaring sosial yang dimiliki. Hal tersebut memberikan

kesempatan pada audiens untuk menanggapi berita. Hal ini merupakan poin

keempat dari perbedaan mereka.

Dari konten yang sudah ada jelas sangat berbeda antara media

konvensional TVone dengan media digital detikcom. Selain itu cara penyajiannya

yang dimana ke dua media tersebut berlomba-lomba untuk menampilkan yang

38

Page 39: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

terbaik bagi publik. Ketika sedang gembor-gembornya pemilu kemarin, ke dua

media tersebut berlomba dengan menyiarkan secara update disepanjang harinya.

Dan ketika ada isu-isu yang sedang hangat bisa dipastikan kedua dari media

tersebut akan menayangkan lebih awal dan terdepan dengan berbagai narasumber

yang kompeten.

Kelima adalah bahasa yang digunakan. Untuk media konvensional TVone

cara penyajiannya masih menggunakan kata-kata yang frontal yang tidak

semestinya digunakan dalam media. TVone juga kadang memberikan perkataan

yang kasar, bahkan TVone juga terkenal dengan sebutannya yang suka

mengkompor-kompori suatu masalah yang ada. Dari kejadian ini banyak sekali

efek yang didapat terhadap masyarakat, diantaranya masyarakat akan lebih

terpengaruh pola pikirnya dan sebagian masyarakat juga merasakan

ketidaknyamanan dalam pemberitaan yang ditayangkan. Misalnya debat dalam

indonesia lawyer club yang merupakan salah satu dari acara di tvone. Terkadang

mereka mengumpat dan memaki bahkan mereka teriak dan marah di dalam acara

tersebut. Berbeda Dalam detik.com , detik menggunakan bahasa yang lebih halus

dan sopan. Meski terkadang informasi dari detik.com tidak terlalu mendetail dan

kebanyakan dari tulisannya lebih membahas permukaan masalah. Namun detik

menyajikanya dengan bahasa yang bagus karena terdapat gatekeeper yang

mengawasi pemostingan artikel- artikel tersebut.

Keenam adalah segementasi penonton. Segmentasi penonton juga

berbeda, TV one yang lebih mengarah ke politik memiliki banyak tayangan untuk

menengah keatas. Iklan apartemen, kabar ekonomi, indonesia lawyer club

39

Page 40: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

merupakan tayangan untuk segmentasi menengah keatas. Tidak ada gosip ataupun

sinetron dalam Tvone. Berbeda dengan detik.com yang memiliki berita lebih

umum sepeerti fashion, gosip dan berita-berita ringan lainya.

Banyak yang berpendapat bahwa pemberitaan TVone juga terlampau dari

penyimpangan, karena penyajian ini disiarkan secara terpotong-potong tanpa ada

keutuhan sebuah berita. Sedangkan ada yang menilai bahwa detik.com belum

objektif dalam menginformasikan berita. Objektif disini secara umum berarti

bersifat faktual atau berpatokan pada kenyataan yang ada. berita harus objektif

maksudnya adalah berita tersebut harus dikemukakan secara faktual, berpatokan

pada informasi yang sah tentang apa yang benar-benar terjadi, bukannya

berpatokan pada orang yang memberitakannya, ataupun penonton. Keduanya

dinilai kurang objektif, Tvone menyajikan informasi yang kurang lengkap

sedangkan detik terkadang hanya mengulas permukaan dari suatu permaslahan.

Pembanding/ Media Tvone Detik.com

Pemilik media Ardiansyah Bakrie Chairul Tanjung

Tayangan politik, sport, pengetahuan

dan bersifat reaitas

(konten lebih berat)

Politik, sport, lifestyle, gosip,

fashion

(konten lebih ringan)

Media penyampaian Audiovisual Mayoritas berupa teks, dan

beberapa ada yang

audiovisual (streaming)

Pengarsipan Terbatas (dalam website Dapat di arsipkan dam dapat

40

Page 41: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

tvone) dicari berita kapanpun

Feedback Tidak ada feedback Feedback langsung denngan

cara berkomentar di website

detik.com

Bahasa Tegas, terkadang kasar dan

cenderung mengkompori

suatu masalah

Cenderung lebih sopan dan

penataan bahasa yang baik

Segmentasi

Penonton

Menengah keatas Menengah dan menengah

keatas

3.5 Analisa terhadap teori

3.5.1 Analisis teori kultivasi dalam tvone

Dalam teori kultivasi menjelaskan tentang efek media massa yang bersifat

kumulatif, maksudnya audiens mengkonsumsi informasi yang diberikan media

massa secara terus menerus. Televisi merupakan media yang dapat menjangkau

semua khalangan masyarakat. Menurut teori kultivasi televisi merupakan media

yang menciptakan pandangan tentang realitas, walaupun tidak akurat tetapi

menjadi realitas karena kita percaya bahwa hal tersebut adalah realitas.

TV one adalah sebuah stasiun televisi lokal yang dimana lebih banyak

menyajikan acara-acara berita. Tv one mudah diakses karena menggunakan media

televisi yang dapat mencakup semua khalangan masyarakat, dan juga dalam

acara-acara yang ada ditelevisi berbentuk audio visual sehingga para audiens lebih

41

Page 42: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

mudah dalam menerima informasi yang disuguhkan. Dalam konteks acara, TV

one lebih fokus dalam menyampaikan informasi politik. Hampir seluruh acara

dalam TV one menyangkut tentang masalah politik.

TV ONE merupakan salah satu media yang dimana acara-acara yang

disiarkan merupakan acara berita. Sekarang ini dimana bulan-bulan akan

mendekati pilpres, semua yang ditayangkan dalam berita TVONE di dalamnya

menyangkut berita-berita politik. Menurut hasil analis mengenai berita yang

dimuat atau ditayangkan dalam TV ini lebih mengungkap atau membicarakan

sosok orang lain yang pada intinya sedikitr menjelekkan. Sedangkan pemilik TV

ini sendiri merupakan bakal calon presiden yang sedang mencalonkan ,berita-

berita yang disiarkan lebih memihak kepada si pemilik medianya, bisa dikatakan

semua tayanngan berita yang diberitakan stasiun televisi ini tidak bersifat netral.

Dalam penyajian penyampaian informasi tentang politik, misalnya tentang

pemilu mendatang. TVone lebih cenderung membuat citra yang lebih baik

terhadap Aburizal Bakrie sebagai calon Presiden dibandingkan dengan calon-

calon presiden yang lainnya, karena Aburizal Bakrie merupakan pemilik dari

Tone tersebut. Dalam hal ini TVone sudah mengkonstruksi realitas terhadap

audiens tentang citra Aburizal Bakri sebagai calon presiden. Informasi yang

diterima audiens secara terus menerus ini yang akhirnya menjadikan realitas yang

disajikan oleh TVone menjadi realitas audiens walaupun informasi tersebut tidak

atau kurang akurat.

42

Page 43: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Jika dikaitkan dalam teori kultivasi ini, media televisi yang kami angkat

dalam realitasnya yaitu TV ONE cenderung dipengaruhi oleh unsur politik yang

ada dibelakangnya.Dalam menayangkan beritanya TV ONE mempertajam berita

yang mampu mencederai pihak tertentu. Dan tindakan seperti ini bisa dibilang

sebagai tindakan yang tidak professional.Dari analisis mengenai aktualisasi

penayangannya TV ONE selalu mengutamakan acara-acara yang sudah ada atau

yang sedang tayang.Dalam hal ini yang dimaksud adalah tidak menghentikan

acara yang sedang berlangsung demi berita terbaru yang baru saja didapatkan.

Dari segi ke originalitasan tayangannya juga bisa dibilang masih diragukan karena

bisa dibuktikan adanya kemiripan konsep dari acara-acara TV ONE dengan salah

satu stasiun tv lain yaitu MetroTV. yang lebih dulu ada daripada TV ONE. Dari

segi kualitas gambar TV ONE menghadirkan gambar yang cahayanya terlalu

berlebihan sehingga tampak terlalu terang, serta dalam hal latar belakang atau

background contohnya background yang digunakan di belakang pembaca berita

itu terkesan atau cenderung kaku.

3.5.1 Analisis Detik.com Menggunakan Teori CMC

Teori CMC (computer-mediated communication) menjelaskan bahwa

internet merupakan salah satu bentuk dari CMC. Dalam dunia maya terdapat

kelemahan dimana para pengguna tidak dapat menggunakan gerak tubuh, nada

suara serta ekspresi raut wajah untuk berkomunikasi sehingga para pengguna

tidak dapat mengitepretasikan interaksi secara sempurna, hal ini menyebabkan

43

Page 44: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

pengguna menjadi lebih agresif dan impulsif dalam berkomunikasi.

Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi yang pesat saat ini

memunculkan berbagai media dalam internet yang dapat digunakan untuk

berinteraksi dengan orang lain dalam jarak yang jauh sekalipun serta mencari

informasi dalam skala global, seperti dalam situs detik.com yang menyajikan

berbagai informasi yang dapat kita temukan, mulai dari olahraga, politik hingga

informasi finansial. Didalam detik.com tidak hanya menyajikan text serta gambar

dalam penyampaian informasinya, tetapi juga melalui video yang dapat di akses

melalui tv.detik.com, yang memudahkan para pengguna menerima informasi

dalam bentuk visual bergerak dari pada tulisan serta gambar. Detik.com juga

menyediakan forum untuk berinteraksi antar individu dan saling bertukar

pendapat tentang suatu fenomena yang diberitakan dalam detik.com.

Dalam interaksi yang terjadi di dalam forum detik.com, sebagian besar

para pengguna tidak saling mengenal, hal ini menyebabkan kurangnya informasi

tentang krasteristik pengguna media tersebut. Sehingga para pengguna dapat

menyampaikan pendapat serta opininya lebih angresif dan terbuka dalam suatu

fenomena yang sedang di ulas, walaupun terjadi konflik antara pengguna karna

perbedaan pendapat dalam suatu fenomena, hal ini tidak menjadi masalah besar

karena pada dasarnya para pengguna tidak saling mengenal satu sama lain

sehingga adanya rasa percaya diri bahwa pendapat mereka sendiri adalah yang

paling tepat, seperti misalnya pendapat orang lain dianggap kurang benar dalam

suatu masalah karna mereka memiliki informasi yang berbeda. Adapun pengguna

yang lebih memilih pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri disebabkan

44

Page 45: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

orang tersebut lebih banyak memiliki informasi dalam suatu fenomena yang

sedang di bahas.

Secara garis besar detik.com merupakan salah satu media informasi yang

up to date dalam jaringan internet. Karena dalam penyampaian informasinya tidak

seperti media konventional yang sudah ditentukan waktu penyuguhan

informasinya, dalam detik.com hampir setiap saat munculnya berita baru yang di

update dalam situsnya. Detik.com juga menyediakan seacrh engine bagi para

pengakses situs tersebut untuk mencari informasi yang di inginkan yang tidak

dimunculkan di homepagenya, biasanya informasi yang dicari tersebut merupakan

informasi yang sudah cukup lama sehingga tidak dapat ditemukan dalam

websitenya yang hanya memuat informasi paling baru.

3.5.1 Analisa TVOne dan detik.com dalam Teori Uses and Gratification

Dalam teori ini khalayak media konvensional dan digital memilih untuk

memuaskan kebutuhanya. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa setiap orang

memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan pencarian informasi.

Alasan-alasan tersebut antara lain bahwa khalayak memiliki selera yang berbeda

dan pengetahuan mengenai media yang berbeda-beda.

Pada dasarnya khalayak TVone biasanya terfokus pada golongan menengah

keatas, yang dimana pada golongan menengah keatas lebih banyak menyukai

informasi-informasi tentang bisnis politik. Karena dilihat dari kontennya TVone

memiliki konten yang cukup berat dan cara penyajian beritanya pun lebih

45

Page 46: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

mengutamakan debat-debat politik. Khalayak yang memang merupakan

segmentasi Tvone, mereka yang menonton Tvone memiliki tujuan bagi dirinya

sendiri, mereka sadar untuk memilih menonton Tvone tersebut untuk memenuhi

kebutuhannya. Namun bagi khalayak yang diluar segmentasi Tvone, mereka yang

berada pada golongan menengah kebawah, mereka umumnya memiliki tingkat

edukasi yang rendah sehingga tingkat melek media dari khalayak tersebut masih

rendah. Menurut asumsi keempat dari uses and gratification di bab 2, penonton

memilih secara sadar dalam pemilihan media. Dalam hal ini, khalayak yang

berada di segmentasi menengah kebawah menonton secara tidak sadar karena

mereka tidak melek media, mereka menonton juga tidak untuk mencukupi

kebutuhan mereka, melainkan hanya ingin mengikuti apa saja.

Seperti pada media konvisional Tvone, media digital detik.com juga

terfokus pada golongan menengah ke atas, dimana pada golongan menengah

keatas yang sudah mengerti akan teknologi dan melek terhadap media. Karena

dilihat dari kontennya detik.com adalah media digital yang dimana detik.com bisa

diakses kapan pun dan dimana pun, detik.com itu sendiri juga bisa menyajikan

pemberitaan yang telah lewat ditayangkan atau yang belum ditayangkan.

Khalayak yang memang memilih detik.com adalah mereka yang berada pada

kalangan pekerja dan mempunyai tujuan bagi dirinya sendiri untuk memenuhi

kebutuhan, mereka sadar akan butuhnya informasi yang bisa diakses pada saat-

saat yang bisa ditentukan.

Hal ini dari teori uses and gratification yang dipakai menimbulkan efek

yang memang mempengaruhi pola pikir masyarakat, seperti contoh pada kalangan

46

Page 47: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

menengah kebawah yang tidak melek media, pasti berpikir bahwa apa yang

disampaikan dalam media konvensional akan selalu diikuti, tetapi dalam kalangan

menengah keatas yang pemikirannya sudah maju dan melek terhadap media, pasti

akan berpikir jauh dan mempertimbangkan apa yang sedang terjadi. Teori uses

and gratification juga sangat berperan aktif dalam penggunaan medianya pun

berorientasi pada tujuan, maksudnya adalah khalayak mempunyai tipe-tipe

kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengalaman emosional, serta

meningkatkan hubungan.

3.6. Efek tv one menyajikan berbagai konten mempengaruhi masyarakat

yang menonton tv (terhadap sikap)

Seperti yang telah dijalaskan sebelumnya pada sub bab sebelumnya

mengenai perbedaan antara Tvone dengan detik.com, poin-poin tersebut secara

implisit maupun eksplisit akan memberikan efek tertentu kepada mereka yang

menikmati konten yang disajikan oleh masing-masing media tersebut.

Tvone yang merupakan salah satu media televisi yang cenderung

menyajikan konten mengenai berita, memiliki style tersendiri dalam

penyajiannya seperti bersifat lebih frontal, lebih gamblang namun di sisi lain

terkesan berpihak kepada beberapa oknum (salah satunya kepada ownernya).

Hal ini tentu di pengaruhi juga oleh faktor kepemilikan dan keberagaman

informasi serta target segmentasi dari tv one endiri. Dari kepemilikan, sudah

menjadi rahasia umum tv one dimiliki oleh saham dari Bakrie Group yang tak

lain dibawah naungan Abu Rizal Bakrie. Beliau merupakan salah satu tokoh

47

Page 48: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

politisi dari partai politik Golongan Karya. Mengapa faktor kepemilikan

berpengaruh? Karena sebagai owner/ pemilik memiliki kekuasaan yang lebih

untuk mengendalikan apa saja yang menjadi naungannya sekalipun hal tersebut

bisa dikatakan secara halu.

Selain itu dari keberagaman informasi, tv one cenderung fokus kepada

konten yang bersifat informatif seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya bahwa tv one berorientasi 70% konten berita dan sisanya adalah

lain-lain. Namun konten tv one daris sudut pandang dirinya sebagai media

televisi memang dikhususkan bagi segmentasi menengah keatas meskipun bagi

kalangan lain yang dibawahnya masih bisa mengakses (seperti konten

mengenai jual apartemen dll).

Keseluruhan poin-poin di atas akan berdampak terhadap penikmat konten

dari tv one. Bagi mereka yang kerap menikmati televisi terutama tv one, tentu

akan menerima beberapa dampak. Yang pertama dari segi kognisi, masyarkat

penikmat televisi akan terkonstruksi pemikiran seperti apa yang disampaikan

oleh media tersebut dalam hal ini adalah tv one. Terkonstruksi dari

ideologi/pengaruh yang ditanamkan baik oleh owner maupun pihak lain yang

turut memberikan sumbangsih ideologi pada media televisi tersebut. Didukung

dengan kondisi lingkungan yang homogen (sama-sama penikmat televisi) akan

membentuk sebuah budaya yang menjadi sebuah sikap. Seperti halnya

fenomena sosial masyarkat yang mudah terperdaya oleh informasi media tanpa

mencerna dengan baik. Sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan sikap

yang terlalu konsumtif terhadap media televisi tanpa mau bersikap kritis,

48

Page 49: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

karena tidak semua yang info yang diberikan adalah benar dan sesuai (ingat

aspek politisasi kepemilikan), contohnya jika tv one kerap kali cenderung

bersifat frontal, maka masyarakat juga akan cenderung bersifat frontal, padahal

nilai, norma masih mengikat dalam kehidupan mereka. Pernyataan datas

didasarkan atas hasil wawancara kepada beberapa masyarkat yang memang

kerap menggunakan televisi saja sebagai sumber berita (dalam hal ini tv one)

(5 Juni 2014, Kota Probolinggo) mereka menyatakan bahwa apa yang disajikan

oleh tv one adalah fakta sebenarnya dan sangat percaya dan meyakini akan

informasi yang disampaikan sehingga sikap yang mereka ambil kerap kali

ketika membicarakan beberapa topik tertentu yang pernah disiarkan di tv one

cenderung sama seperti penggunaan bahasa (kosa kata) yang sedikit lebih

radikal dan bahkan beberapa informan mengatakan bahwa owner dari tv one

sangat peduli dengan masyarakat karena melihat beberapa iklan yang kerap

kali menunjukan pencitraan dari Abu Rizal Bakrie. Hal ini yang semakin

menunjukkan bahwa konstruksi pemikiran dapat terbentuk dari konten yang

disiarkan oleh televisi

Namun bagi mereka yang telah teredukasi dengan baik (well educated)

tentu tidak akan serta merta menganggap benar apa yang ditayangkan oleh

televisi. Mereka akan lebih bersifat kritis dan mau mencerna informasi yang

mereka terima dengan baik. Hal ini didasarkan hasil wawancara kepada salah

seoarng mantan wartawan di Malang yang memang sangat terliterasi (melek

media) dan berpendidikan baik (dari segi degree) menyatakan bahwa tv one

bukanlah satu-satunya media yang harus dipercaya, dan sebagai masyarakat

49

Page 50: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

yang baik seharusnya mampu melihat dengan jeli adanya faktor-faktor lain-lain

seperti konspirasi pemikiran dan penanaman ideologi.

3.7. detik.com sebagai konten mempengaruhi masyarakat yang suka

mengakses detik.com (terhadap sikap)

Bagi masyarakat yang memiliki kesibukan tingkat tinggi , media portal

bisa menjadi salah satu solusi untuk memperoleh berbagai informasi yang

dibutuhkan karena dengan televisi sudah tidak memungkinkan dan tidak

portable (tidak praktis).

Detik.com merupakan salah satu media portal di Indonesia yang

menyajikan informasi dengan prinsip aktual. Media portal ini memberika

berbagai informasi secara online melalui situs dengan alamat detik.com yang

dapat diakses secara bebas dan memiliki beragam rubrik (berita, entertain,

gosip, fashion dll).

Di sisi lain, detik.com mendapat kritikan dari berbagai pengamat media

yang menganggap bahwa berita yang ditayangkan memang cepat dan aktual

namun penataan bahasa, kebenaran fakta dan keafsahan opini yang

disampaikan masih diragukan. Mengapa demikian? Karena di beberapa kasus

ternyata detik.com kerap kali melakukan perubahan terhadap beberapa

berita/artikel yang telah publikasikan beberapa saat setelah di publish.

Berita yang disajikan oleh detik.com cenderung bersifat permukaan atau

tidak tajam namun dibandingkan tv one yang terlalu frontal, detik.com masih

lebih baik dari segi bahasa.

50

Page 51: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Karakter dari sebuah media portal (dalam hal ini detik.com) akan

memberikan pengaruh kepada para pembaca. Bagaimana cara berpikir,

bagaiman sikap masyarakat tersebut terhadap pemilihan media itu sendiri.

Bagi masyarakat umum yang bermobilitas tinggi, mungkin ketika memiliki

sarana pendukung untuk mengakses media portal akan lebih memilih media ini

daripada televisi dan akan lebih percaya begitu saja dengan apa yang

disampaikan. Namun bagi masyarakat yang bermobilitas tinggi namun

terliterasi dengan baik (well educated) tidak serta merta akan tetap memilih

media portal karena mereka telah berbekal pengetahuan tentang bagaimana

sebenarnya media massa yang benar (konvensional maupun digital). Sehingga

dalam mencerna informasi mereka akan lebih selektif dan lebih smart

(mengkroscek dan mengkritisi keabsahan berita tersebut).

Jika melihat secara luas, tampak sebuah persaingan antara tv one dengan

detik.com secara implisit. Masyarakat sudah bisa merasakan namunt idak

mengetahui dan tidak dapat mendeskripsikan fenomena apa itu sebenarnya

karena telah terbuai oleh konten-konten informasi yang ditayangkan. Padahala

dengan adanya persaingan ini, persaingan antara dua media massa yang

menjadi sumber informasi akan menimbulkan efek kebingungan di benak

masyarakat. Mengapa demikian?

Mengacu pada faktor kepemilikan yang sangat rawan terjadinya politisasi

media massa yang dimiliki, tv one dimiliki oleh Abu Rizal Bakrie sedangkan

detik.com dimiliki oleh Chairil Tanjung. Pada tv one sudah menjadi rahasia

umum bahwa media televisi ini lebih cenderung menyampaikan informasi yang

51

Page 52: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

mendukung eksistensi dari kepentingan partai politik Golongan Karya dimana

Abu Rizal Bakrie adalah ketua umumnya. Sedangkan detik.com cenderung

bersifat netral sekalipun dimiiki oleh salah satu pejabat negara (Menteri

Perekonomian).

Bagi masyarakat yang terliterasi (well educated) akan menimbulkan

kebingungan pemilihan media, manakah yang harus dipilih? Disisi lain tv one

lebih terjamin faktanya sekalipun ada unsur politik dan penggunaan bahasa

yang kurang benar, namun di sisi lain detik.com lebih bersifat netral dan lebih

aktual serta tidak mengenal batas waktu untuk memperoleh informasi

sekalipun pembahasanya tidak mendalam dan keafsahannya masih diragukan.

Keadaan seperti akan menimbulkan sikap apatis dikalangan masyarakat yang

terliterasi karena kebingungan yang tidak jelas.

52

Page 53: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

3.7 Kesimpulan

Persaingan antara media konvensional dengan media digital yang dalam hal ini

mengambil media tv one sebagai media konvensiona dan media portal detik.com

sebagai bahan analisa menunjukkan sebauh perkembengan yang baik dalam cara

penyebaran informasi kepada khalayak. Namun kemunculan perkembangan ini

tentu harus dibarengi dengan beberapa kesiapan seperti persiapan mental dan

sarana prasarana. Hal ini harus dilakukan karena melihat dari sisi efek , dimana

media nantinya akan memberikan berbagai macam informasi yang disampaikan

dan kesemuanya akan mempengaruhi kognisi masyarakt yang menikmati

informasi tersebut. Terlebih fenomena saat ini rawan akan politisasi media yang

berdampak pada isi konten yang ditayangkan. Dalm hal ini persaingan antara tv

one dengan detik.com akan memberikan dampak-dampat tertentu terhadap sikap

dari masyarakat.

Ada dua macam masyarakat di dalam media yakni mereka yang awas (well

educated) dan kurang awas (unwell educated). Bagi segenap masyarakat yang

kurang awas akan menganggap media ( tv one maupun detik.com) merupakan

satu-satunya sumber yang terpercaya dan menjadi panutan. Namun tidak bagi

mereka yang telah awas, akan menganggap media manapun bukanlah satu-

satunya panutan, yang terpenting adalah bagaimana mencari kebenaran infromasi

melalui berbagai media yang ada sekalipun belum tentu memperoleh informasi

yang benar. Keadaan ini akan rawan memunculkan sebuah sikap apatis karena

ketika semua media membuat ragu kalangan masyarakat yang terlitarsi akan

53

Page 54: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

membuat mereka semakin jenuh dengan kebingungan yang terjadi terhadap

pemilihan media dan informasi.

Jika melihat dari sikap memilih media, bagi kaum yan terliterasi mereka

akan cenderung memilih media detik.com daripada media tv one untuk

memperoleh informasi. Berdasarkan hasi wawancara kepada beberapa responden

yang terliterasi, dapat disimpulkan melalui wawancara yang kami lakukan kepada

para pengonsumsi media bahwa, media digital lebih membuat mereka bisa

nyaman menikmati segala tayangan, contohnya seperti masalah pada media yang

kami angkat yaitu penayangan khususnya menonton acara berita. Mereka

menganggap bahwa tayanganyang ditayangkan secara visual lebih menarik dan

lebih cepat ditangkap oleh penontonnya atau yang melihat dibandingkan membaca

pada salah satu situs online.

Dari media online itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang

lebih memilih media online karena mereka sembari mengakses situs-situs

tayangan lainnya.Jadi mereka tidak bosan ketika sedang membaca atau melihat

yang itu saja, mereka bisa menjelajah atau mengakses ke situs lainnya.Memang

pada kenyataannya media online merupakan salah satu solusi dari keterlambatan

menonton.Dimana kita bisa mencari berita itu dari tanggal berapapun.Tetapi,

portal media juga memiliki kekurangan yaitu dimana diperlukan jaringan dari

internet, dan belum tentu itu ada disetiap tempat.

Media konvensional yaitu televisi dipilih karena mampu menayangkan

sebuah tayangan khususnya berita-berita yang dimana penayangannya haruslah

54

Page 55: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

secara aktual dan kebanyakan lebih tajam dan terpercaya. Serta mampu

merepresentasikan suatu kejadian dengan akurasi waktu dan timing.

55

Page 56: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Daftar Pustaka

Abrar, A. N. (2003). Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.

Yogyakarta: LESFI

Conboy, M. (2002). The Press and Popular Culture. London: Sage Publication.

Ibrahim, I. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape

dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.

Ido Prijana Hadi, 2007. Cultivation Theory diakses 26 April 2014,

http://www.academia.edu/1852625/Cultivation_Theory Journal: The

Public Sector Innovation Journal, 16(3), 1-11

Kartika, Kristiya. 1996. Ekologi Media : Persaingan Antar Industri Surat Kabar

Dalam Memperebutkan Iklan, Tesis S2 Universitas Indonesia, Jakarta.

Lull, J. (2000). Media, Communication, Culture: A Global Approach (Vol. II).

New York: Columbia University Press.

Munir (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Alfabeta.

Rahmiati, D. (2013). Minggu kedelapan: Tradisi Komunikasi [powerpoint slides]

teks tidak terpublikasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,

Indonesia.

Rivers, W. L., Jensen, J. W., & Peterson, T. (2003). Media Massa dan

Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

56

Page 57: BAB 1 Revisi Pustaka.docx

Salman, A.. Ibraham, F., Abdullah, M. Y. Musthafa, N., Mahbob, M. (2011), The

Impact of New Media on Traditional Mainstream Mass Media. The

Innovation

Sendjaja, Sasa D, 1996. Teknologi dan Industri Media Massa di Indonesia :

Menuju Era Niching dan Networking

Susanto, E. H. (n.d.). Media Baru , Kebebasan Informasi dan Demokrasi di

Kalangan Generasi Muda. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Tarumanagara .

Triwijanarko, R., utomo, S., & widayati, W. (2013). Pengaruh Penggunaan Media

Konvensional dan New Media Tingkat Sosilisasi Politik Mahasiswa Fisip

Undip. Jurnal Ilmu Pemerintah, 1.

.

57