Post on 21-Aug-2019
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan IV 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi
triwulan IV 2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan
terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh
masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup
beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan
sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini
juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi tahun 2014 tumbuh
sebesar 7,9% (ctc), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% (ctc)
dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 sebesar 5.0% (ctc). Secara tahunan,
perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari
perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Dari sisi harga,
kota Jambi mengalami inflasi 8,72% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 4,31% (yoy) dan inflasi
nasional 8,36% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 8,99%
(yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami perlambatan akibat penurunan dana pihak
ketiga sementara kredit mengalami pertumbuhan sehingga aset menurun. Loan to Deposits Ratio
(LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 119,4% yang
mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum
juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL)
sebesar 2,5%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi
penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi.
Dalam penyusunan KEKR triwulan IV 2014 kami banyak memperoleh support dari dinas-
dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Februari 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa
Kepala Perwakilan
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... ............................................................................................... i
Daftar Tabel ......................................................................................... iii
Daftar Grafik ......................................................................................... v
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... viii
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1
BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7
A. Umum ............................................................................. 7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan..................................................................... 10
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 14
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 15
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 16
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 18
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 20
2. Investasi ................................................................... ... 21
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 23
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 23
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... .. 26
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 27
A. Kajian Umum ................................................................. 27
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 29
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 32
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 36
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 36
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 37
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 37
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 38
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 38
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 39
Boks 1 Dampak Perubahan Harga BBM terhadap inflasi Provinsi Jambi.. 45
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 51
A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 52
B. Bank Umum ................................................................... 53
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
ii
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 53
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 54
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 58
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 62
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 63
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 65
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 66
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 67
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 68
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 69
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 69
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 70
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 70
Boks 2 GNNT sebagai solusi Transaksi Ekonomi ................................... 73
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 79
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ......... 79
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ................ 80
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 82
D. Keuangan Pemerintah Daerah ...................................... ..... 85
BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan ......................... 87
A. Upah Minimum Provinsi .................................................... 87
B. Kemiskinan ........................................................................ 88
C. Kesejahteraan............................................................... ..... 90
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 93
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 94
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 96
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 99
Lampiran
Glosary
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8
1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 15
1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 19
1.4 Indeks Tendensi Konsumen 20
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 30
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 31
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan IV 2014 32
2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 40
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan
kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 40
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi
periode triwulan IV - 2014 43
3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 53
3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 55
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 57
3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 57
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 58
3.6 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 62
3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 63
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 64
3.9 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 68
3.10 Perkembangan Transaksi RTGS 71
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 80
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan IV Tahun 2014 81
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 82
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 83
5.1 Perbandingan UMP wilayah Sumatera 87
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
iv
5.2 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi 89
5.3 Jumlah Penduduk Miskin 89
5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 92
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 95
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
v
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7
1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Triwulan III Tahun 2014 10
1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Triwulan IV Tahun 2014 10
1.4 Produksi Padi 11
1.5 Produksi Jagung 11
1.6 Produksi Kedelai 11
1.7 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 12
1.8 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 13
1.9 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 14
1.10 Perkembangan Produksi Karet Jambi 15
1.11 Tingkat Hunian Hotel 16
1.12 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17
1.13 Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 17
1.14 Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih 17
1.15 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18
1.16 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18
1.17 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran
Triwulanan IV Tahun 2013 19
1.18 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran
Triwulanan IV Tahun 2014 19
1.19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21
1.20 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22
1.21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 22
1.22 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 23
1.23 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 24
1.24 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 24
1.25 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 24
1.26 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 25
1.28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26
1.29 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 26
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 27
2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 28
2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per Desember 2014 29
2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 32
2.5 Perkembangan Harga Jagung 33
2.6 Perkembangan Harga Beras 33
2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 34
2.8 Perkembangan Harga Daging 35
2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 35
2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 37
2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 39
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
vi
2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014 39
3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 54
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 55
3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 63
3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi 65
3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 65
3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 66
3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi
Jambi 69
3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 70
4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 83
4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 83
4.3 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 84
4.4 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 85
5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 90
6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011
s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 97
6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011
s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 97
6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun
2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 97
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV 2014 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV
MAKRO
Indeks Harga Konsumen Kota Jambi 110.41 142.02 144.61 149.71 110.41 110.41 111.51 112.09 113.91 120.04
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
110.62 110.63 113.13 119.06
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 8.74 6.06 5.24 7.95 8.74 8.74 7.51 6.47 4.31 8.72
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4)
6.28 4.58 5.21 8.99
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1)
######### 26,633,836 28,438,144 28,682,759 29,057,847 ######### 29,568,071 30,064,713 30,888,154 #########
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28,767,048 6,383,223 7,604,251 7,304,336 7,475,238 32,509,321 7,928,701 8,010,637 8,237,761 8,332,223
Pertambangan dan Penggalian 30,601,149 7,241,637 7,508,507 7,967,823 7,883,183 31,808,635 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252
Industri Pengolahan 12,543,761 3,060,013 3,131,704 3,109,797 3,242,247 13,130,435 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782
Pengadaan Listrik, Gas 52,315 12,849 13,031 13,139 13,296 56,581 13,165 13,789 13,974 15,653
Pengadaan Air 157,962 40,479 39,852 39,515 38,116 160,471 39,210 39,683 40,235 41,343
Konstruksi 7,908,273 1,908,268 1,968,504 1,995,231 2,036,269 8,661,217 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,669,182 2,341,302 2,397,988 2,451,865 2,478,027 10,661,963 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077
Transportasi dan Pergudangan 3,382,940 811,654 831,619 864,123 875,544 3,669,444 896,697 909,096 924,770 938,881
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,033,110 251,328 257,495 259,915 264,373 1,226,622 298,494 303,159 310,095 314,874
Informasi dan Komunikasi 3,622,360 882,325 893,838 915,730 930,468 3,876,302 942,422 955,154 979,937 998,789
Jasa Keuangan 2,665,645 660,094 668,313 674,820 662,418 2,772,481 673,188 686,360 692,399 720,535
Real Estate 1,695,495 421,022 424,594 428,306 421,574 1,732,795 425,585 430,236 436,359 440,616
Jasa Perusahaan 1,171,835 291,119 292,167 294,719 293,830 1,230,408 298,975 304,466 310,600 316,366
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,652,560 858,686 922,508 866,097 1,005,270 4,141,157 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775
Jasa Pendidikan 3,685,007 938,377 940,292 952,179 854,158 3,694,199 875,384 909,678 943,625 965,511
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,102,954 260,830 270,458 267,833 303,834 1,269,477 308,834 313,943 320,742 325,957
Jasa lainnya 1,100,990 270,629 273,024 277,333 280,005 1,162,075 283,829 286,203 292,330 299,714
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2)
1,143,206 261,826 295,320 302,121 283,939 1,020,560 263,619 278,279 223,628 255,033
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 4,113,979 814,244 1,161,680 1,144,006 994,049 3,814,802 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3)
253,035 16,689 39,052 82,238 115,056 184,980 71,736 53,767 38,560 20,918
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 170,252 41,980 32,722 48,091 47,459 115,977 26,274 31,946 33,758 23,999
Catatan
1)
Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi
2)
Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang
berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.
3)
Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2
digit
4)
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi
Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara
Bungo
20142013INDIKATOR
2013
vii
TERPILIH
b. Perbankan
TAHUN 2014
Tw.IV-11Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-14 Tw.II-14 Tw.III-14 Tw.IV-14
PERBANKAN
A. Bank Umum :
Total Aset (Rp Juta) 23,780,624 24,163,959 24,475,084 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144
DPK(Rp Juta) 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903
- Tabungan 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463
- Giro 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292
- Deposito 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149
23,116,929 23,608,285 25,707,902 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108
- Modal Kerja 9,761,212 9,281,782 9,935,402 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932
- Konsumsi 4,211,014 9,574,000 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228
- Investasi 9,144,703 4,752,503 5,482,548 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947
- Dana 17,236,728 17,075,570 17,799,606 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985
- LDR 134.11 138.26 144.43 141.31 144.47 150.25 135.47 156.04 142.87 144.86 151.60
16,843,087 17,951,066 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475
- Modal Kerja 7,075,722 6,914,923 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472
- Konsumsi 6,921,191 7,784,459 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084
- Investasi 2,846,175 3,251,684 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919
- LDR (%) 95.64 100.19 107.48 109.72 116.02 118.53 121.66 119.22 111.48 112.63 119.42
- NPL Gross nominal 301,173 319,845 328,384 454,021 473,625 521,247 466,983 492,240 612,619 620,912 654,329
- NPL Gross % 1.79 1.78 1.70 2.25 1.93 2.25 1.98 2.06 2.46 2.45 2.49
Kredit MKM (Rp Juta)
3,118,341 3,439,722 3,388,031 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728
- Kredit Modal Kerja 1,266,632 1,464,483 1,464,794 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349
- Kredit Investasi 226,438 246,076 265,709 282,423 623,343 608,907 597,628 618,466 638,798 636,627 647,195
- Kredit Konsumsi 1,625,270 1,729,163 1,657,528 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184
8,169,666 8,582,895 9,193,184 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113
- Kredit Modal Kerja 2,324,547 2,014,978 2,084,917 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090
- Kredit Investasi 952,979 1,028,456 1,117,634 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458
- Kredit Konsumsi 4,892,140 5,539,461 5,990,633 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566
3,252,103 3,368,116 2,588,797 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156
- Kredit Modal Kerja 2,237,132 2,235,693 1,655,435 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807
- Kredit Investasi 613,395 654,497 452,035 748,131 831,987 879,018 899,870 876,907 814,947 808,236 836,608
- Kredit Konsumsi 401,576 477,927 481,328 611,490 664,187 761,909 809,774 804,029 815,357 838,954 881,741
Total Kredit MKM (Rp Juta) 14,540,110 15,390,733 15,170,012 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998
NPL MKM gross (%) 3.85 1.30 2.13 2.45 2.30 2.70 2.31 2.43 2.90 2.95 2.78
- NPL MKM Gross Nominal 559,480 200,255 322,875 416,426 423,813 516,557 450,912 480,211 595,039 614,782 593,170
B. BPR :
Total Aset (Rp Juta) 534,589 622,101 644,378 685,560 691,959 760,030 739,510 742,646 731,857 739,748 758,995
DPK (Rp Juta) 410,115 431,198 481,763 501,520 506,701 551,278 532,417 541,824 539,797 550,872 566,501
- Tabungan (Rp Juta) 69,101 71,206 80,701 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864
- Deposito (Rp Juta) 341,013 359,992 401,062 421,278 429,918 469,923 446,181 459,281 455,928 466,800 481,637
Kredit (Rp Juta) 410,499 463,125 487,782 520,039 554,233 567,445 545,175 544,849 541,885 535,557 524,672
- Modal Kerja 102,479 114,570 123,865 127,272 141,934 156,969 172,919 164,194 171,394 178,183 180,501
- Investasi 87,528 98,433 95,547 101,531 110,867 111,650 94,718 104,588 105,345 107,637 107,056
- Konsumsi 220,492 250,123 268,370 291,236 301,432 298,826 277,538 276,067 265,146 249,737 237,115
Kredit UMKM (Rp Juta) 190,007 213,003 219,412 228,803 218,597 233,076 202,844 227,858 237,051 245,608 248,842
Rasio NPL Gross (%) 3.69 3.63 2.82 4.37 5.01 5.96 6.30 7.99 10.09 11.13 12.21
- NPL Gross (Nominal) 15,131 16,822 13,762 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046
LDR (%) 83.22 81.00 80.71 80.43 87.12 81.21 84.26 82.57 85.60 84.13 79.40
TABEL INDIKATOR EKONOMI
INDIKATORTAHUN 2012 TAHUN 2013
Kredit Menengah (Rp500 juta
< x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan
lokasi kantor cabang
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan
lokasi proyek
Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp
Juta)
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500
juta) (Rp Juta)
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965
Volume Kliring (lembar warkat) 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783
Nominal (juta Rp) 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967
RTGS
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833
Transaksi Tunai
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 393,685 846,548 1,031,722 1,453,196 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878)
Uraian2012 2013 2014
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output Rp 121,76
triliun atau tumbuh sebesar 7,9%1
, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional
2014 sebesar 5.0%. Bila dihitung secara tiwulanan, Perekonomian Jambi pada
triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
6,6% (yoy).
Secara tahunan, perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output
Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor
primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%,
diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%.
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014
memberikan andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
2014, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1%(yoy) yang
memberikan andil sebesar 2,1%(yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar
20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi 2014 sebesar
1,8% (yoy).
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi di triwulan
laporan sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik
dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor sebesar 15,5%(yoy). Secara umum semua sektor
perekonomian di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan positif.
II. Inflasi
Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi
1
Mulai Triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar
2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
Perekonomian Provinsi Jambi
tahun 2014 mengalami
peningkatan yaitu dari 6,7
menjadi 7,9%....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI IV 2014
2
nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun
terakhir (7,23%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 8,99% (yoy)
dan berada di atas inflasi nasional2
.
Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price
yang mencapai 16,20% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah
meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November
2014 yang diikuti oleh kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh
kenaikan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan
harga bahan pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada
berada pada level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti
cenderung stabil di level 3,71% (yoy).
Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar
5,38% (qtq), melonjak tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)).
Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November dan
Desember 2014 masing-masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%. Sementara
itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24% (qtq), lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit lebih rendah
dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada
bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,80%,
2,29% dan 2,07%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum
menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun
(4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6
triliun pada periode laporan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan
berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 679 bps
menjadi sebesar 119,42%. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi
Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) menjadi Rp26,2 triliun. Jumlah
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp21,9 triliun,
menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,5 triliun).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%),
2
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota
Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
Pada triwulan IV 2014, Kota
Jambi mengalami inflasi
sebesar 8,72%
(yoy) dan Kota Bungo 8,99%
(yoy)..........
Kinerja perbankan sedikit
melambat ditandai dengan
menurunnya jumlah aset
dan DPK, meskipun
penyaluran kredit sedikit
kenaikan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL
2,45%).
Pada periode triwulan IV 2014, aktivitas pembayaran mengalami
peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan RTGS
meskipun nilai transaksi kas mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan
laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara aliran kas masuk (cash inflow)
sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan laporan,
Provinsi Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat
sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014.
Untuk pembayaran non tunai, Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Nilai RTGS dari Jambi
meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 7,5% dan
62,6%.
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV
2014 mencapai Rp3,21 triliun (terealisasi sebesar 102,61% dari APBD-P 2014),
sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya,
dari Rp1,76 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,21 triliun pada triwulan IV
2014 (terealisasi 88,21%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 20,24% (yoy) dan 8,72% (yoy).
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 60,38%. Share belanja modal pada tahun ini pun
lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,14%).
Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat pada
triwulan IV-2014 hanya sebesar 34,05% (menurun dibandingkan triwulan IV-2013
yang mencapai 43,07% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,01%)
Aktivitas pembayaran
mengalami peningkatan yang
tercermin dari meningkatnya
transaksi Kliring dan nilai
RTGS dibandingkan triwulan
sebelumnya.....
Realisasi pendapatan
triwulan IV 2014 telah
mencapai 102,61% dari
APBD sementara realisasi
belanja mencapai
88,21%...
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI IV 2014
4
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari
Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000. Sementara itu pada September 2014 garis
kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4% menjadi Rp329.181 per
kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin
dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan
mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21 pada triwulan lalu
VI.Prospek Perekonomian
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2%(qtq),
tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara
itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan
akan tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan
yang tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015
diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%.
Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga
menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan harga
BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah
Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat
dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi
rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring
dengan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Provinsi Jambi disamping realisasi beberapa
proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh terbatas
seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global.
Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7%
(yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh
kelompok administered price dan volatile food.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah
2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation) dan
3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta
terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan
UMP Provinsi Jambi
meningkat 13,83%, akan
tetapi Nilai Tukar Petani (NTP)
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan I 2015 diperkirakan
berkisar 1,7%-2,2% (qtq).....
Inflasi pada triwulan I 2015
diperkirakan berada pada
kisaran 6,2%-6,7% (yoy)
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi
pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun 2015.
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri
karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi.
2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi.
3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan
meningkatkan konektivitas antar daerah.
4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota)
di seluruh wilayah Provinsi Jambi.
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
7
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menghasilkan output Rp38,6 triliun1
dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan
IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,6% (yoy)) (Grafik 1.1). Namun demikian, secara
triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq).
Secara keseluruhan, perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output
Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh
sebesar 7,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 (6,7% (yoy))
dan di atas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 (5.0% (yoy)).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)
Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2014 sebesar
3,3% (yoy) diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar
dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi serta sektor industri
pengolahan masing-masing sebesar 1,1% (yoy), 0,9% (yoy), 0,7% (yoy) dan 0,5% (yoy).
1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of
National Account) 2008.
30.5 32.7
33.4 35.435.8
38.640.9
38.6
9.3
10.7
5.1
2.5
11.0
5.7
7.77.5
(6.0)
6.8
0.9 1.3
1.8
1.7
2.7 1.1
-10
-5
0
5
10
15
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
8
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan
cukup tinggi pada tahun 2014 adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum
yang mencapai 18,7% (yoy) disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar
15,1% (yoy), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
sebesar 13,4% (yoy), sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,0% (yoy) serta
sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,3% (yoy)
(Tabel 1.1).
Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014 memberikan
andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2014, disusul kenaikan
konsumsi rumah tangga sebesar 5,1% (yoy) yang memberikan andil sebesar 2,1% (yoy) dan
kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan
ekonomi Jambi 2014 sebesar 1,8% (yoy). (Tabel 1.1).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor
primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%, diikuti sektor
jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%.
I II III IV I II III IV Growth Andil
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.6 3.7 2.9 2.9 4.7 4.4 5.6 5.5 5.1 2.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 0.1
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 45.0 24.0 30.8 8.9 20.5 1.8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) 12.4 17.2 25.0 31.5 10.6 (7.4) (21.7) 0.3 0.1
Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) 47.5 65.6 2365.0 1.6
Ekspor 13.3 8.8 3.0 (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) 24.7 3.6 2.5
Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 0.2
9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9
2013 2014 Tahun 2014
JENIS PENGELUARAN
PDRB
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
I II III IV I II III IV Growth Andil
Pertanian, Kehutanan & Perikanan -0.7 15.2 3.7 5.8 24.2 5.3 12.8 11.5 13.0 3.3
Pertambangan dan Penggalian 7.6 4.1 8.1 -1.2 6.3 4.4 2.7 2.6 3.9 1.1
Industri Pengolahan 19.4 10.6 -0.3 1.3 5.7 5.2 6.5 1.5 4.7 0.5
Pengadaan Listrik Dan Gas 10.8 10.4 8.9 3.9 2.5 5.8 6.4 17.7 8.2 0.0
Pengadaan Air 11.0 8.9 5.6 -2.4 -3.1 -0.4 1.8 8.5 1.6 0.0
Konstruksi 27.1 27.5 18.7 10.1 11.3 9.6 8.8 8.4 9.5 0.7
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.0 7.6 6.1 5.6 8.6 7.6 9.2 15.5 10.3 0.9
Transportasi dan Pergudangan 9.4 7.6 9.3 4.5 10.5 9.3 7.0 7.2 8.5 0.3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.8 5.9 6.4 18.8 17.7 19.3 19.1 18.7 0.2
Informasi dan Komunikasi 6.7 7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 0.2
Jasa Keuangan 19.2 15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 0.1
Real Estate 6.1 5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 0.0
Jasa Perusahaan 3.0 2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 0.1
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 56.6 22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 0.4
Jasa Pendidikan 12.2 12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 0.0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.6 7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 0.1
Jasa Lainnya 0.2 4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 0.1
9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9
LAPANGAN USAHA
PDRB
2013 2014 Tahun 2014
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan IV 2014
adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,9%, diikuti sektor
perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3% dan sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 0,7%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan,
pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan IV 2014 terjadi pada sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas
sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar 15,5% (yoy) (Tabel 1.1). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut
utamanya didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan penyediaan akomodasi
perhotelan dan makan minum selama momen liburan akhir tahun 2014 dan hari raya
keagamaan (Tahun Baru Islam, Idul Adha, Natal) yang mampu meningkatkan konsumsi
masyarakat.
Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan
tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq).
Sektor pengadaan listrik dan gas mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 12,0%
(qtq) disusul oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
sebesar 6,9% (qtq) serta sektor jasa keuangan sebesar 4,1%. Namun kontraksi yang dialami
oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,1% (qtq)) serta sektor industri pengolahan
(-0,7% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan IV 2014
tercatat sebesar Rp38,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 26,7%, pertambangan dan penggalian sebesar 20,5%
serta sektor industri pengolahan sebesar 10,8% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan
triwulan III 2014 (Grafik 1.2).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
10
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2014
mengalami pertumbuhan sebesar 11,5% (yoy) atau 1,1% (qtq). Secara tahunan sektor ini
mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan
triwulan IV 2013 (5,8% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan mengalami perlambatan
pertumbuhan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (2,8% (qtq)).
Pertumbuhan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan
produksi tanaman bahan makanan padi yang mengalami kenaikan sebesar 1,5% (yoy)
dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di
Provinsi Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang menyatakan
bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan naik sebesar
1,5% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan peningkatan produktivitas sebesar 4,2%.
Namun demikian, pertumbuhan produktivitas yang tidak diikuti dengan luas panen yang
justru mengalami penurunan dari 153.243 ha pada tahun 2013 menjadi 149.291 ha pada
tahun 2014 menyebabkan pertumbuhan produksi padi menjadi kurang maksimal (Grafik
1.4).
PERTANIAN, KEHUTANAN
DAN PERIKANAN,
29,8%
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN, 22,4%
INDUSTRI PENGOLAHAN,
10,1%
PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR, 8,6%
KONSTRUKSI, 6,4%
LAINNYA, 22,8%
PERTANIAN, KEHUTANAN
DANPERIKANAN,
26,7%
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN, 20,5%
INDUSTRI PENGOLAHAN,
10,8%
PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI
MOBIL DAN SEPEDA
MOTOR, 9,3%
KONSTRUKSI, 7,2%
LAINNYA, 25,5%
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
Grafik 1.4. Produksi Padi
Grafik 1.5. Produksi Jagung Grafik 1.6. Produksi Kedelai
Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian sedikit tertahan dengan
menurunnya sub sektor perkebunan yang didominasi tanaman kelapa sawit dan karet alam
sejalan dengan tren menurunnya harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan karet
internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas
perkebunan utama Provinsi Jambi tersebut yang berimbas pada tren penurunan harga CPO
dan karet alam di tingkat lokal.
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1.631,2/kg, turun 2,8% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara
itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.530,2/kg atau turun 0,62% (qtq). Sejalan dengan hal
tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat internasional juga turun 5,61% (qtq) dari
USD693,5/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi USD654,6/metric ton pada Triwulan IV
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)
2010 2011 2012 2013 2014 (ARAM II)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)
20102011201220132014 (ARAM II)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des
(ha)2010 20112012 20132014 (ARAM II)
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
12
2014 (Grafik 1.7). Tren penurunan harga kelapa sawit disebabkan oleh beberapa hal: 1.)
turunnya permintaan negara importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan
ekonomi, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berimbas pada menurunnya
harga CPO untuk bahan bakar nabati dan 3) melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen,
rapeseed, dan bunga matahari) sebagai produk substitusi CPO.
Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,
Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi juga
mengalami penurunan dari rata-rata Rp16.632/kg menjadi Rp15.127/kg (turun 9,0% (qtq))
(Grafik 1.8). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di
tingkat internasional sebesar 14,9% (qtq) dari USD226,4/cent per kg menjadi
USD192,7/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada
Triwulan IV tahun 2013, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 38,6%
(yoy). Tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.)
masih lemahnya permintaan global serta isu tingginya persediaan stok karet di negara
konsumen, utamanya Tiongkok, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia sebagai
bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami.
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2012 2013 2014
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit dan karet,
kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring dengan masih tingginya
permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi. Selain itu, penggunaan teknologi
tepat guna rumah pengering pinang2
mampu meningkatkan harga jual pinang sehingga
memberikan insentif bagi petani pinang.
Kurang optimalnya kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014 disertai juga
dengan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tercatat sebesar 95,42 atau sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,19. Penurunan NTP
terjadi karena meskipun terjadi kenaikan indeks diterima petani namun kenaikan indeks
dibayar petani jauh lebih tinggi terkait kenaikan BBM, seperti terlihat pada grafik 1.9.
Selain NTP yang menurun3
, ketergantungan petani hanya pada satu sumber
pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan
harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada
penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada
petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu.
2
Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial Bank Indonesia
(PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. 3
Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat turunnya
harga komoditas
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
14
Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan IV 2014
menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,9 triliun (pangsa 20,5%), merupakan sektor
kedua terbesar di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 2,6%
(yoy), lebih tinggi daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang terkontraksi sebesar -
1,2% (yoy). Akan tetapi, secara triwulanan, kinerja sektor ini relatif memburuk dan
mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,1% (qtq), dibandingkan triwulan III 2014
yang mempu membukukan pertumbuhan sebesar 4,3% (qtq).
Berdasarkan informasi yang disampaikan BPS, pada triwulan laporan terjadi
peningkatan lifting minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi.
Namun demikian, pertumbuhan kenaikan tersebut merupakan recovery dari penurunan
lifting minyak bumi yang cukup dalam pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan
produksi minyak bumi di tahun 2012, produksi minyak bumi Provinsi Jambi 2014 relatif
stabil.
Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada
triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya disebabkan oleh
melemahnya harga batu bara internasional sebagai dampak tidak langsung penurunan
harga minyak dunia. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda
yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut
menjadi penyebab turunnya produksi.
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013 2014
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi
sebesar Rp4,2 triliun (10,8%), meningkat sebesar 1,5% (yoy). Namun demikian, secara
triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,7%
(qtq).
Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan utamanya
didorong oleh penurunan pertumbuhan produksi pada sub sektor industri pengolahan karet
sebesar 12,4% (qtq) atau 11,5% (yoy) sejalan dengan melemahnya permintaan karet global
dan kondisi cuaca yang kurang mendukung perkebunan karet (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Penurunan kinerja
Industri pengolahan karet
tersebut juga
dikonfirmasi oleh data
Gapkindo (Gabungan
Pengusaha Karet
Indonesia) cabang Jambi,
yang menyatakan bahwa
produksi karet dalam
triwulan IV 2014 sebesar 73.974 ton (Grafik 1.10), menurun cukup signifikan sebesar
15,54% (qtq) dibandingkan triwulan lalu dan turun 2,0% (yoy) dibandingkan triwulan IV
20134
.
4
Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14
Industri Makanan 4.4 8.1 -21.8 24.0 -1.5 1.9 1.0 7.1 -6.4 17.6 9.3 0.47
Industri Minuman -1.1 -0.3 -2.8 3.5 -5.2 -7.5 7.7 2.0 -1.1 -7.0 -10.6 -17.80
Industri Karet dan Barang dari
Karet dan Barang dari Plastik
4.4 1.2 -1.1 14.5 -10.5 -12.4 2.6 7.7 4.3 17.1 0.5 -11.45
I B S 1.70 0.74 -6.57 10.34 -5.44 -0.02 4.58 0.19 -0.76 8.66 2.05 -1.95
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Jenis Industri q-t-q y-on-y
Pertumbuhan
Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Karet Jambi
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
88,713 85,867
81,805
68,679 74,585
77,418
76,065
75,165
74,563
94,647 92,488
75,504
91,329 93,439
87,584
73,974
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
2011 2012 2013 2014
Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
16
4. Sektor-sektor Lain
Pada triwulan IV 2014, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan
sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,6 triliun (pangsa 9,3%).
Pertumbuhan sektor ini mencapai 15,5% (yoy), dengan andil pertumbuhan 1,3% yang
utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan
eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat sehubungan dengan momen liburan akhir tahun, serta adanya momen hari raya
keagamaan (tahun baru islam, idul adha dan natal).
Sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum
tumbuh 19,1% (yoy) seiring
momen libur akhir tahun dan hari
raya keagamaan di triwulan IV
2014 yang berdampak pada
peningkatan aktivitas Meeting
Incentive Converence Exhibition
(MICE) di Provinsi Jambi meskipun
di sisi lain tingkat hunian hotel mengalami penurunan (Grafik 1.11). Rata-rata tingkat
hunian hotel di triwulan laporan sebesar 44,4%, lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan lalu (45,7%), serta triwulan yang sama tahun lalu (51,4%). Jumlah tamu menginap
pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 30,5% (yoy) atau 22,1% (qtq) menjadi
46.402 orang.
Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing
tumbuh sebesar 17,7% (yoy) dan 8,5% (yoy). Secara triwulanan, sektor pengadaan listrik
dan gas tumbuh cukup signifikan sebesar 12,0% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya (1,3% (qtq)). Sementara itu, sektor pengadaan air tumbuh 2,8% (qtq),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (1,4% qtq).
Meningkatnya sub sektor pengadaan listrik tercermin dari meningkatnya jumlah
konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 7,9% (yoy) atau
Grafik 1.11. Tingkat Hunian Hotel
50,821
57,930
47,293
58,288 55,338
72,902
62,409
66,748 65,742
81,909
59,533
46,402
0
10
20
30
40
50
60
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013 2014
Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
858
852
863 857 853
867 854
847 837
844
833 830
-1.6
-0.7
1.3
-0.7 -0.5
1.7
-1.5-0.9 -1.1
0.8
-1.3
-0.3
(3)
(1)
1
3
5
700
720
740
760
780
800
820
840
860
880
900
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4
2012 2013 2014
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
ribu M3
Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS)
1,4% (qtq) dan 7,5% (yoy) atau 2,4% (qtq). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama
triwulan laporan mencapai 268,4 MWH (Grafik 1.12) dengan jumlah pelanggan mencapai
371.170 rekening (Grafik 1.13). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di
Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai 554.063 rekening (91,9%) dengan
konsumsi daya listrik mencapai 244,3 MWH (64,9%).
Grafik 1.12. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN
Pertumbuhan sektor
pengadaan air sedikit
tertahan dengan penurunan
pemakaian air bersih yang
dicatat oleh PDAM Tirta
Mayang (Grafik 1.14). Pada
triwulan laporan pemakaian
air bersih menunjukkan
penurunan (1,4% (yoy)) atau
0,3% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan
laporan sebesar 830,0 ribu M3
, lebih rendah dari triwulan lalu (832,7 ribu M3
). Secara
tahunan, pemakaian air bersih juga mengalami penurunan 1,9% (yoy).
Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,2% (yoy) dengan andil
pertumbuhan 0,5%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,0%
yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor
transportasi sejalan dengan momen liburan akhir tahun 2014.
200 210 225 220 230
242 240 249 244 260 265 268
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
KWH
(dal
am ju
ta)
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
295 302 308 318 324 331 338 345 352 357 362 371
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
ribu
pel
angg
an
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
Grafik 1.14. Perkembangan Total Pemakaian Air bersih
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
18
Meskipun mengalami pertumbuhan positif, jumlah penumpang, baik yang datang
maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Jumlah penumpang (total berangkat dan
datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 334.194 orang, menurun 4,2% (yoy)
dibandingkan periode yang sama di tahun lalu (Grafik 1.15). Secara umum, jumlah
penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke
Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan buat barang di bandara Sultan
Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dimuat sebesar 0,8% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dibongkar dari kargo pesawat
mengalami penurunan sebesar 8,1% (qtq) (Grafik 1.16)
Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan IV 2014 adalah sektor jasa
pendidikan sebesar 13,0% (yoy) dan jasa keuangan sebesar 8,8% (yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan
laporan utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah yang melonjak cukup
tinggi hingga mencapai 69,0% (qtq) dengan andil pertumbuhan sebesar 6,7% (Tabel 1.3).
Diikuti dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa sebesar 4,1%(qtq) dengan andil
pertumbuhan 2,6%. Namun melambatnya pertumbuhan konsumsi (0,2% (qtq)) disertai
kontraksi pertumbuhan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang
Grafik 1.15. Perkembangan Keberangkatan dan
Kedatangan Penumpang
Grafik 1.16. Perkembangan Jumlah Bongkar dan
Muat Barang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ribu orang
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
0
500
1000
1500
I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ton
Jumlah Bongkar Jumlah Muat
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
mencerminkan investasi (-2,8% (qtq)) menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jambi relatif
terbatas.
Berdasarkan strukturnya, 44,7% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto)
22,1%, Net Ekspor 21,4% dan konsumsi pemerintah 16,5% (Grafik 1.18). Pangsa struktur
tersebut cenderung tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada tahun
2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-
masing sebesar 40,9%, 30,6%, dan 16,5% (Grafik 1.17).
Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
I II III IV I II III IV Growth Andil
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.6 3.7 2.9 2.9 4.7 4.4 5.6 5.5 5.1 2.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 0.1
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 45.0 24.0 30.8 8.9 20.5 1.8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) 12.4 17.2 25.0 31.5 10.6 (7.4) (21.7) 0.3 0.1
Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) 47.5 65.6 2365.0 1.6
Ekspor 13.3 8.8 3.0 (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) 24.7 3.6 2.5
Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 0.2
9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9
2013 2014 Tahun 2014
JENIS PENGELUARAN
PDRB
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2013
Grafik 1.18. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2014
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
20
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,1
triliun atau 44,1% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat
5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 (5,6% (yoy)). Secara triwulanan,
konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,2% (qtq), jauh melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,9% (qtq)) rata-rata tiga tahun
sebelumnya (1,38% qtq), sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang
disebabkan oleh turunnya pendapatan akibat rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan
karet serta meningkatnya harga barang/jasa paska kenaikan harga BBM bersubsidi.
Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks
tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV 2014 yang hanya sebesar 104,85
(Tabel 1.4).
Angka indeks tingkat konsumsi komoditas makanan dan bukan makanan juga mengalami
penurunan pada level 110,1, lebih rendah dari sebelumnya yaitu sebesar 115,1.
Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan
pertumbuhan dari sebesar 5,6%(yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 3,6% (yoy) pada
triwulan IV 2014. Perlambatan pertumbuhan kredit real estate seiring dengan belum
kunjung membaiknya kinerja kredit di sektor real estate (Grafik 1.19).
5
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan
Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.Angka yang
masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.
Variabel PembentukTriwulan
I - 2013
Triwulan
II - 2013
Triwulan
III - 2013
Triwulan
IV - 2013
Triwulan
I - 2014
Triwulan
II - 2014
Triwulan
III - 2014
Triwulan
IV - 2014
Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.9 112.2 108.4 104.5 117.1 117.6 101.5
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi 106.9 108.5 109.1 105.2 105.2 107.4 108.9 106.9
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan 100.7 104.2 116.8 106.2 109.0 106.2 115.1 110.1
Indeks Tendensi Konsumen 102.9 106.7 112.3 107.1 105.7 112.2 114.7 104.8
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan
mencapai Rp6,4 triliun meningkat 8,9%(yoy) atau 69,0% (qtq). Hal ini sejalan dengan
realisasi belanja APBD yang meningkat pada triwulan IV 2014 seiring selesainya pelaksanaan
proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan IV 2014 sebesar Rp3,2
triliun (sebesar 88,2% dari APBD-P 2014) meningkat tajam dibandingkan realisasi pada
triwulan III 2014 (sebesar Rp1,8 triliun).
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan IV 2014 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,5 triliun dengan pangsa 22,1%
dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan IV 2014 relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2013 (30,6%). Secara
tahunan, PMTDB / investasi mengalami penurunan sebesar 21,7% (yoy) dan menjadi faktor
penahan laju pertumbuhan provinsi Jambi.
Secara triwulanan, investasi juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,8% (qtq). Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor
diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD-P 2014 yang <90% sehingga penyaluran investasi
fisik pemerintah belum optimal dan 2.) penurunan sektor keuangan real estate terutama
pada perumahan sederhana.
16.5
5.2
11.3
40.3
40.1
49.8
27.115.416.8 16.0
33.4
28.2
26.4
22.0
5.63.6
0
10
20
30
40
50
60
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
Tw I Tw II Tw III Tw
IV
2011 2012 2013 2014
Rp
Milia
r
Kredit Real Estate Pertumbuhan (% yoy)
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
22
Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi
semen yang tumbuh sebesar 20,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
34,5%(yoy). (Grafik 1.20).
Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Penurunan investasi, juga sejalan dengan pendapat pengusaha yang tercermin dari
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2014 dimana terjadi penurunan
kegiatan usaha di Provinsi Jambi yang tercermin dari nilai SBT negatif (-12,98%).
Namun demikian, perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi dengan pertumbuhan
kredit investasi di Provinsi Jambi yang hanya sebesar 9,65% (yoy) jauh melambat
dibandingkan periode yang sama di tahun 2013 yang mampu tumbuh 57,5% (yoy) (Grafik
1.21). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 4,8% (qtq), relatif meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,0% (qtq).
Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
12.8
6.6
46.9
41.3
43.2
33.2
41.9
48.949.8
92.6
76.9
57.5
47.7
10.8
6.6
9.65
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
1
2
3
4
5
6
7
TW I TW II TW III TW
IV
TW I TW II TW III TW
IV
TW I TW II TW III TW
IV
TW I TW II TW III TW
IV
2011 2012 2013 2014
Rp
Triliu
n
Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%)
Sumber : LBU Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
3. Perdagangan Eksternal
Ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan IV 2014
mencapai Rp25,8 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat
tajam sebesar 24,7% (yoy) atau 4,1% (qtq). Meningkatnya nilai ekspor tersebut utamanya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor pertambangan dari Provinsi Jambi khususnya migas
dan hasil perkebunan.
Impor provinsi Jambi pada triwulan IV 2014 mencapai Rp17,6 triliun atau lebih
rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor
sebesar Rp8,2 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami
peningkatan 3,7% (yoy) dan terjadi pada kelompok mesin dan alat angkutan seiring dengan
adanya impor mesin industri pulp & paper.
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Berdasarkan indikator
ekspor impor lainnya, khususnya
ekspor impor non migas,
meskipun kinerja ekspor
mengalami penurunan namun
net ekspor Provinsi Jambi pada
triwulan laporan mengalami
kenaikan. Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang
(PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD255,0 juta, turun
10,2% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD283,9 juta). Sementara itu, impor
luar negeri sebesar USD20,9 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net
ekspor sebesar USD234,1 juta (Grafik 1.22).
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet
mentah (crude rubber) sebesar USD110,6 juta atau 46% dari total ekspor non migas Jambi,
diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD46,9 juta dan
USD29,3 juta (Grafik 1.23 dan 1.25). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat
Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor dan Impor Non
Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
561 550
489
398
330
380
285 295262
295 302284
264 278
223255
21
83
28 39 3417 26 31 17
39 82115 72
54 3921
539
467 462
359
296
363
259 265245
256
220 169192
225
184
234
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw IITrw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
2011 2012 2013 2014
Ekspor Impor Net Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
24
bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun
pertambangan.
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
Kenaikan nilai ekspor Provinsi Jambi utamanya disumbangkan oleh kenaikan fixed
vegetable oil sebesar 143,7% (qtq) seiring tren kenaikan harga CPO internasional pada awal
Desember 2014. Diikuti dengan komoditas pulp and paper sebesar 6,7% (qtq). Sementara
itu, penurunan nilai ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada
komoditas batu bara dan karet mentah masing-masing sebesar 17,3% (qtq) dan 7,3%
(qtq). Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami penurunan volume ekspor
dengan penurunan tertinggi pada komoditas batu bara dan briket sebesar 14,7%(qtq)
diikuti oleh minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 13,9% (qtq) (Grafik 1.24).
Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya harga karet internasional
menyebabkan penurunan volume ekspor karet mentah (crumb rubber) Provinsi Jambi
148.9
77.9
42.8
-20.3-41.1
-31.0
-41.7
-25.8
-20.7 -22.3
5.9-3.9
0.7
-5.8-26.2
-15.2
-100.0
-50.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw
III
Trw
IV
Trw I Trw II Trw
III
Trw
IV
Trw I Trw II Trw
III
Trw
IV
Trw I Trw II Trw
III
Trw
IV
2011 2012 2013 2014
Lainnya Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil Crude Rubber
G. Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.25. Volume Ekspor Non Migas
Provinsi Jambi Volume (ton)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
sebesar 1,93% (qtq). Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter
karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual.
Sementara itu, turunnya nilai dan volume ekspor batubara Provinsi Jambi
dipengaruhi oleh turunnya volume seiring dengan melemahnya permintaan global. Tren
menurunnya harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara produksi Jambi
turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain itu, implementasi UU
Minerba serta adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi
disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya
Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai
membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah,
pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang
ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi.
Grafik 1.26. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.26), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke
negara Malaysia yang mencapai USD 64,5 juta dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar
USD34,4 juta. Meningkatnya ekspor Jambi ke Malaysia utamanya disumbangkan oleh
ekspor komoditas CPO. Namun demikian, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan
kapal di Jambi juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam
mengekspor secara langsung ke negara tujuan.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
2012 2013 2014
Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
juta USD
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
26
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD20,9 juta, turun
sebesar 45,7% (qtq) atau 71,1% (yoy). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.28), impor Jambi
didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD6,3 juta atau 30,4%).
Grafik 1.27. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.28. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
34
17
26 31
17
39
82
72 72
54
39
21-12.2
-50.2
53.5
17.3
-45.3
134.0
110.6
-11.9
-1.0
-25.0
-28.3
-45.8
-100
-50
0
50
100
150
200
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
2012 2013 2014
Impor (juta USD) g. Impor (RHS)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
2012 2013 2014
Lainnya
Alat Pengangkutan Lainnya
Mesin Pembangkit Tenaga
Mesi Industri dan Perlengkapannya
Besi dan Baja
Mesin Industri Tertentu/Khusus
Impor (juta USD)
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
27
BAB II
INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi
nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun
terakhir (7,23%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar
8,99% (yoy) dan juga berada di atas inflasi nasional6
.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya
disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 16,2% (yoy) (Grafik
2.2). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya harga BBM
bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November 2014 yang diikuti oleh
kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan biaya
transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan harga bahan
6
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya
hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi
82 kota.
7.99
4.45
5.31
2.76
3.90
6.80
4.43
4.22
6.06
5.24
7.96
8.74
7.51
6.47 4.31
8.72
6.65
5.54
4.61
3.79 3.97
4.53 4.31
4.30
5.90
5.90
8.40
8.38 7.32
6.70
4.53
8.36
0
5
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012 2013 2014
Persen (%)
Kota Jambi Nasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
28
pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada berada pada
level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti cenderung
stabil di level 3,71% (yoy).
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,38% (qtq), melonjak tajam
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi
bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-
masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24%
(qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit
lebih rendah dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan
(mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing
sebesar 0,80%, 2,29% dan 2,07%.
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan)
dari daftar kota dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo
menempati urutan ke-7 (tujuh). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan,
sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh (Grafik 2.3).7
7
Sumber: BPS Provinsi Jambi
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera
per Desember 2014
Sumber : BPS Provinsi Jambi
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada
triwulan ini bersumber dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy) dengan
sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai 2,04% dan sumbangan ke inflasi
tahunan mencapai 2,50% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan tersebut seiring dengan kenaikan harga BBM per
tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan.
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi mencapai 7,93% (qtq)
dengan kontribusi sebesar 1,94%. Inflasi kelompok bahan makanan tersebut
disebabkan oleh meningkatnya harga cabe merah seiring dengan keterbatasan
pasokan cabe merah dan beras. Jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah habis
pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada Bulan
November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan akan
beras medium dan premium. Secara tahunan kelompok tersebut mengalami
inflasi yang tinggi yaitu 12,10% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu sebesar
2,94%.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
30
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi
sebesar 2,20% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar 0,36% yang utamanya
disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa nasi dengan lauk dan
sate serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek
filter. Secara tahunan mengalami inflasi sebesar 5,55% (yoy) dengan sumbangan
sebesar 0,91%.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi
sebesar 4,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,99% yang utamanya
disumbangkan oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sejalan
dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri
per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12
kg sejak tanggal 10 September 2014. Secara tahunan kelompok ini mengalami
inflasi sebesar 9,46% (yoy) dan memberikan kontribusi sebesar 2,05%.
Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq) dengan
kontribusi sebesar -0,02% namun secara tahunan mengalami inflasi sebesar
0,66% (yoy).
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq) dan
memberikan kontribusi sebesar 0,04% yang disumbangkan oleh sub kelompok
obat-obatan dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,95% (yoy).
Kelompok terakhir yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
mengalami inflasi sebesar 0,34% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar
0,02% yang disumbangkan oleh sub kelompok jasa pendidikan atau secara
tahunan mengalami inflasi sebesar 1,91% (yoy).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi (diolah)
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
31
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 adalah cabai
merah, beras, cabai rawit, rokok kretek filter, tarif listrik, bahan bakar rumah
tangga, bensin, tarif angkutan dalam kota dan tarif angkutan antar kota,
sedangkan penyumbang deflasi adalah daging ayam ras.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
32
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan IV 2014
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan
makanan mengalami
inflasi sebesar 7,93%
(qtq) dengan sumbangan
inflasi mencapai 1,94%
atau secara tahunan
sebesar 12,10% (yoy).
Inflasi bahan makanan
tersebut didominasi oleh
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
33
sub kelompok bumbu-bumbuan (95,66% (qtq)) . Beberapa sub kelompok lainnya
yang juga mengalami inflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok bahan
makanan lainnya (6,99%(qtq)), sayur-sayuran (5,74%(qtq)), padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya (5,58%(qtq)) serta buah-buahan ((4,25%(qtq)). Namun
sebaliknya, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, ikan segar
dan telur, susu dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yaitu masing-masing sebesar
14,98% (qtq), 3,24% (qtq) 0,46% (qtq) dan 0,15% (qtq)
Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, pada triwulan laporan mengalami
inflasi yang cukup tinggi. Harga cabai merah selama triwulan IV 2014
menunjukkan tren peningkatan yaitu pada Oktober 2014 sebesar Rp33.925/kg,
naik menjadi Rp95.000/kg (November 2014), dan sedikit menurun menjadi
Rp71.833/kg (Desember 2014).
Peningkatan harga, terutama yang terjadi di bulan November 2014
disebabkan oleh keterbatasan pasokan cabai merah tersebut. Selain itu,
peningkatan harga BBM bersubsidi juga turut ambil andil dalam meningkatnya
harga cabai merah seiring dengan peningkatan biaya transportasi dan distribusi.
Akan tetapi, pada bulan Desember 2014, seperti tergambar pada Grafik 2.4,
harga sudah mulai mengalami penurunan seiring dengan mulai membaiknya
jumlah pasokan cabai tersebut, meskipun belum kembali menyentuh harga
normal. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi,
Pasar Angso Duo selaku pasar induk utama mendapatkan pasokan sebanyak 20
ton pada bulan Desember 2014.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
34
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan
penurunan. Secara rata-rata harga selama triwulan IV 2014 mengalami
penurunan (3,42% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD
389,1/metric ton menjadi USD 375,1/metric ton. Namun demikian, penurunan
harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan dengan
perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan justru
meningkat sebesar 6,62% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai
akibat dari meningkatnya biaya distribusi beras tersebut seiring dengan
kenaikan BBM dan tarif angkutan. Pasokan beras Jambi sebagian besar
didatangkan dari daerah lain. Selain itu, jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah
habis pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada
Bulan November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan
akan beras medium dan premium.
Untuk harga jagung internasional, secara rata - rata cenderung
mengalami penurunan harga, dari USD 3,5/bushel menjadi USD 3,4/bushel yang
diikuti oleh penurunan harga jagung pipilan pada bulan November dan
Desember 2014.
Perkembangan harga
tepung terigu merk Segitiga
Biru pada triwulan laporan
stabil pada level harga
Rp7.500/kg meskipun terdapat
kecenderungan peningkatan
harga gandum internasional
yang disebabkan oleh
menurunnya produksi gandum
di Amerika Serikat selaku eksportir gandum terbesar di dunia.8
Bawang merah pada triwulan laporan mengalami pergerakan harga yang
cukup stabil yaitu pada September 2014 harga bawang merah berada pada level
Rp15.156/kg, naik menjadi Rp16.376/kg (Oktober 2014), Rp14.667/kg
(November 2014) lalu turun menjadi Rp15.000/kg (Desember 2014). Harga
8
Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
bawang merah yang stabil disebabkan oleh pasokan yang tercukupi dan stabilnya
permintaan akan bawang merah.
Harga daging sapi pada akhir triwulan III 2014 berada pada level harga
Rp110.000/kg (September 2014), naik menjadi Rp117.097/kg pada Oktober
2014, lalu turun kembali menjadi Rp113.000/kg (November 2014) dan
Rp110.000/kg (Desember 2014). Secara umum, harga daging sapi cenderung
bertahan pada harga Rp110.000/kg dimana dalam satu tahun, sebanyak 6(enam)
bulan tercatat mengalami harga di Rp110.000/kg.
Daging ayam ras pada triwulan IV cenderung mengalami penurunan yang
cukup dalam dengan harga 29.322/kg (September 2014), turun menjadi
Rp21.032/kg (Oktober 2014), Rp21.000/kg (November 2014), lalu sedikit
meningkat menjadi Rp23.333/kg (Desember 2014). Penurunan ini disebabkan
oleh pasokan daging ayam ras yang lebih tinggi daripada permintaan.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging
Harga rata-rata Crude Palm
Oil (CPO) di tingkat
internasional pada triwulan
laporan menurun 5,97%
(qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari USD
693,5/metric ton menurun
menjadi USD 652,1/metric
ton. Namun sebaliknya,
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak
Goreng
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
36
harga minyak goreng lokal sedikit meningkat dari Rp10,728/liter pada triwulan
lalu menjadi Rp10.912/liter. Harga minyak goreng cenderung naik dikarenakan
minyak goreng masih membutuhkan biaya proses agar bisa dipakai oleh end
consumer dan bahan baku minyak yang digunakan dibeli pada triwulan
sebelumnya.
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 2,20%(qtq) atau 5,55% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol yaitu sebesar 3,53% (qtq) atau 7,42% (yoy) yang disebabkan oleh
terusan berlakunya pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari
2014.
Sub kelompok nasi dengan lauk mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq)
disebabkan oleh meningkatnya harga beras. Sub kelompok sate mengalami inflasi
sebesar 8,13%. Inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok sate disebabkan
oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan pada sate terutama kacang tanah, kecap
dan cabai. Sedangkan sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman
yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,68% (qtq) dan 1,97% (qtq)..
Inflasi kedua sub kelompok tersebut masih merupakan efek lanjutan kenaikan
harga bahan bakar elpiji.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV
2014 mengalami inflasi sebesar 4,49% (qtq) atau 9,46% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (2,70% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi
tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air
sebesar 10,52% (qtq) atau 21,11% (yoy), penyelenggaraan rumah tangga
sebesar 2,23% (qtq) atau 5,99% (yoy), biaya tempat tinggal sebesar 1,94% (qtq)
atau 4,64% (yoy), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 1,43%
(qtq) atau 4,39% (yoy).
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
Dampak keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik
(TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September
2014 masih terasa hingga akhir tahun 2014.
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang
pada triwulan IV 2014 secara
tahunan mengalami inflasi
sebesar sebesar 0,66% (yoy)
atau menurun dibanding
triwulan sebelumnya (1,42%
(yoy)).
Secara triwulanan,
kelompok sandang
mengalami deflasi sebesar
0,23% (qtq). Terjadinya deflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh
penurunan harga sandang laki-laki sebesar 0,97% (qtq), dan barang pribadi dan
sandang lainnya sebesar 0,58% (qtq)). Secara rata-rata, harga emas pada
triwulan laporan mengalami penurunan dari triwulan III 2014, yaitu turun dari
USD 1.281,85/troy ounce menjadi USD 1.199,61/troy ounce. Penurunan tersebut
disebabkan oleh beralihnya investasi pasar dunia dari emas ke saham, dimana
saham memiliki investment return yang lebih tinggi.9
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,93% (qtq) atau 2,95% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya
bersumber dari meningkatnya permintaan akan obat-obatan dengan inflasi
1,26% (qtq) atau 5,52% (yoy) dan perawatan jasmani dan dan kosmetika
dengan inflasi 1,93% (qtq) atau 4,93% (yoy). Sementara itu sub kelompok jasa
kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil.
9Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram
(http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar
Internasional
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
38
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
0,34% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (0,94% (qtq)) atau 1,91%
(yoy). Sub kelompok jasa pendidikan dan olahraga mengalami inflasi sebesar
1,20% (qtq) dan 0,52% (qtq). Sementara itu, sub kelompok kursus/pelatihan dan
perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami deflasi masing-masing sebesar
5,09% (qtq) dan 8,19% (qtq) seiring dengan telah berlangsungnya tahun ajaran
baru. Hal yang sama juga dirasakan akan sub kelompok rekreasi yang juga
mengalami deflasi sebesar 1,12% (qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi.
7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0,66% (qtq) atau 2,93%
(yoy). Kelompok ini menjadi penyebab utama inflasi pada triwulan IV 2014, jauh
lebih tinggi dari inflasi bahan makanan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga
BBM per tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif
angkutan dan peningkatan biaya transportasi yang cukup tinggi.
Berdasarkan sub kelompoknya, kenaikan terutama tejadi pada subsektor
transpor yang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 15,02% (qtq)
atau 18,58% (yoy). Selain itu, penyumbang terbesar lainnya dalam kelompok ini
adalah subsektor jasa keuangan yang mengalami inflasi sebesar 16,67% (qtq)
atau 16,67% (yoy) seiring dengan adanya kenaikan biaya administrasi
perbankan yang berkisar Rp1.000 Rp2.500 untuk setiap transaksi yang
dilakukan dan kenaikan biaya transfer antar bank sebesar Rp2.500. Sementara
perkembangan harga pada dua subsektor lainnya yaitu komunikasi dan
pengiriman serta sarana dan penunjang transpor masih relatif stabil.
Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional turun
menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada periode laporan harga
minyak dunia mengalami deflasi sebesar 2,49% (qtq) dibandingkan periode
triwulan III 2014 yaitu dari USD 97,51/barrel, menjadi USD 73,15/barrel.
Penurunan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi minyak akan tetapi
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
di sisi lain terjadi penurunan permintaan yang disebabkan oleh melambatnya
perekonomian beberapa negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain
Amerika Serikat dan China
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C. Inflasi Kota Bungo Berdasarkan Kelompok Barang
Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Bungo berada pada urutan 7 (tujuh) dari 23 (dua puluh tiga) kota
di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera
sampai dengan triwulan IV 2014 cenderung meningkat.
Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada dua bulan terakhir di triwulan IV 2014
berada pada level tertinggi sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana
pada Oktober 2014 pada level 0,80% (mtm) menjadi 2,29% (mtm) pada
November 2014 dan 2,07%(mtm) di Desember 2014. Sama seperti Kota Jambi,
peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 lebih disebabkan oleh terbatasnya
pasokan beberapa bahan makanan dan meningkatnya harga BBM yang
mempengaruhi pergerakan harga secara umum.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014
Sumber: BPS (diolah)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
40
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan
Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan IV 2014 terjadi
pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 12,38%
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
(qtq) dengan sumbangan inflasi 1,78% atau 14,94% (yoy) dengan sumbangan
inflasi tahunan mencapai 2,18%. Inflasi kelompok tersebut didominasi sub
kelompok jasa keuangan 23,64% (qtq), transpor 17,31% (qtq), dan sarana dan
penunjang transpor 6,34% (qtq). Adapun terdapat deflasi yang relatif kecil pada
sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 0,07% (qtq).
Sub kelompok transpor mengalami inflasi yang tinggi akibat kenaikan
harga BBM pada tanggal 18 November 2014 yang mengakibatkan meningkatnya
biaya transpor di Bungo. Untuk sub kelompok Jasa Keuangan, peningkatan inflasi
yang tajam diakibatkan oleh peningkatan biaya administrasi dan biaya transfer
antar Bank.
Kelompok bahan makanan merupakan kelompok kedua penyumbang
terbesar inflasi Bungo dengan inflasi sebesar 7,08% (qtq) dan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 1,86% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar
8,32% (yoy) dengan sumbangan mencapai 2,24%. Berdasarkan sub
kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang paling besar diantara sub
kelompok lainnya. Secara triwulanan, bumbu-bumbuan mengalami inflasi sebesar
60,77% (qtq). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan di Bungo dan
ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan dari daerah lain, sehingga harga
menjadi lebih tinggi. Bila dirincikan, penyumbang inflasi terbesar pada bumbu-
bumbuan adalah cabai merah (36,12% (qtq) dan cabai rawit (66,16% (qtq)).
Beras juga mengalami peningkatan sebesar 8,21% (qtq) dengan sumbangan
0,44% akibat telah habisnya jatah raskin dari Pemerintah Pusat. Selain itu,
meningkatnya harga juga disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang
mengakibatkan tingginya biaya distribusi. Kelompok perumahan, air, listrik dan
bahan bakar mengalami inflasi 4,98% (qtq) atau 13,13% (yoy), dengan
sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,91% yang didominasi oleh sub kelompok
bahan bakar, penerangan dan air 10,41% (qtq) atau 23,69% (yoy),
penyelenggaraan rumah tangga (3,60% (qtq)), perlengkapan rumah tangga
(2,28% (qtq)) dan biaya tempat tinggal, (0,72% (qtq)). Inflasi tersebut dipicu oleh
keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan
Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
42
Selain itu, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014
juga masih memberikan dampak yg cukup tinggi.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 1,23% (qtq) atau 5,22% (yoy) dengan sumbangan inflasi
triwulanan sebesar 1,06%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi
sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% (qtq)
atau 9,85% (yoy). Sebagai contoh adalah adanya kenaikan pada rokok kretek
filter yang mencapai 3,60% (qtq). Inflasi sub kelompok ini masih merupakan
terusan efek kenaikan harga bahan bakar elpiji.Kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga mengalami inflasi 5,43% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,40%
atau secara tahunan sebesar 9,40% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar
0,69%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh sub kelompok rekreasi (14,98%
(qtq)) dan olahraga (4,05% (qtq)).
Kelompok sandang secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 0,08%
(qtq) dengan sumbangan inflasi -0,01%. Mayoritas penyebab deflasi adalah
berkurangnya permintaan akan sandang akibat perayaan hari raya yang telah
usai. Secara sub kelompok, sandang laki-laki, barang pribadi dan sandang lainnya
dan sandang wanita mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), 0,16% (qtq) dan
0,13% (qtq). Hanya sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi
sebesar 0,36% (qtq).
Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar
1,15% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan mengalami
inflasi sebesar 3,96% (yoy). Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika
serta sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 2,37% (qtq) dan
0,37% (qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan
jasmani cenderung stabil.
INFLASI
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan IV 2014
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar Bungo pada triwulan IV 2014 adalah cabai merah, beras, bensin dan tarif
listrik. Sedangkan komoditi penyumbang deflasi selama triwulan IV 2014 didominasi
oleh udang basah,kentang serta daging ayam ras.
Sumber: BPS
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
Boks. 1
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum dan berkelanjutan
yang berkaitan dengan mekanisme pasar antara lain supply barang yang terbatas dan
peningkatan permintaan yang tinggi sehingga menimbulkan kenaikan harga. Di lain
sisi, deflasi adalah suatu keadaan dimana harga-harga mengalami penurunan, dan
merupakan kebalikan dari inflasi.
Melihat perkembangan perekonomian Indonesia yang masih mengalami defisit
neraca perdagangan akibat tingginya impor minyak, pemerintah memutuskan untuk
meningkatkan harga BBM bersubsidi yaitu premium dari Rp6.500/liter menjadi
Rp8.500/liter serta solar dari Rp5.500/liter menjadi Rp7.500/liter pada tanggal 18
November 2014. Peningkatan harga BBM bersubsidi memberikan dampak tidak hanya
pada kenaikan harga kedua komoditas tersebut namun juga berdampak signifikan pada
kenaikan harga barang dan jasa lainnya.
Bagaimana BBM mempengaruhi harga barang dan jasa secara umum? Kenaikan
harga BBM secara umum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua
tahap. Tahap pertama merupakan dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas
BBM itu sendiri dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan dampak dari komoditas bensin
dan solar yang mengalami kenaikan dengan angka di atas serta tarif angkutan dalam
dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif.
Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri dari dua yaitu dampak
terhadap kenaikan harga komoditas dan bahan baku beserta jasa lainnya seiring
dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Selanjutnya, peningkatan harga
barang dan jasa tersebut akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang pada
akhirnya akan berujung pada peningkatan upah dan gaji yang berpotensi
meningkatkan harga barang dan tarif jasa. Skema peningkatan harga ini sangatlah
terstruktur.
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
46
Grafik 1: Skema dampak perubahan harga BBM terhadap barang dan jasa
Grafik 2. Inflasi Kota Jambi dan Nasional Saat Kenaikan dan Penurunan Harga BBM
BBM Biaya BBM Tarif
Angkutan
Harga
Bahan baku
Biaya Distribusi
Naik
Biaya Hidup
Karyawan
Kenaikan Biaya
Distribusi
Kenaikan
Upah
Kenaikan Harga
Barang / Jasa Lainnya
Kenaikan Biaya
Produksi
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan
memperhatikan pola historis kenaikan
BBM bersubsidi, setiap kenaikan harga
BBM Rp1000/liter akan berdampak pada
kenaikan inflasi sebesar 1%.
Berdasarkan simulasi kenaikan harga
Rp2000/liter tersebut, diketahui bahwa
sumbangan inflasi adalah sebesar
2,07%. Tambahan inflasi tersebut
bersumber dari: 1) dampak langsung terhadap inflasi komoditas bensin dan solar; 2)
dampak tidak langsung pada tarif angkutan, bahan baku dan tarif hidup; 3) dampak
tidak langsung pada komoditas lainnya yang berujung pada kenaikan harga pada
barang dan jasa.
Tabel 2: Simulasi Perhitungan Dampak Kenaikan Harga BBM
Berdasarkan asesmen tersebut, diketahui bahwa kenaikan BBM akan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 2,07% pada total inflasi Provinsi Jambi. Inflasi yang tinggi
akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang tentu mempengaruhi kenaikan tarif
dan upah, dan selanjutnya berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan
harga barang dan jasa tersebut membawa dampak signifikan dalam kehidupan
masyarakat. Berbagai komoditas mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi,
diantaranya adalah biaya transportasi dan bahan baku makanan. Biaya transportasi
meningkat akibat naiknya harga BBM, sedangkan untuk bahan baku makanan
meningkat akibat naiknya biaya distribusi itu sendiri. Berdasarkan bobotnya dalam
inflasi tahun 2014, bobot transpor mencapai 19% dari total 100%.
Jambi Bungo Jambi (%)
Dampak Langsung 1.22
- Bensin 3.73 3.43 3.70 30.77 1.14
- Solar 0.21 0.31 0.22 36.36 0.08
Dampak tidak langsung ke tarif angkutan 0.25
- Angkutan Antar Kota 0.44 0.57 0.45 12.95 0.06
- Angkutan Dalam Kota 0.94 0 0.85 21.35 0.18
- Angkutan Laut (Sungai, Danau, Penyeberangan) 0.03 0 0.03 2.68 0.00
- Tarif Kendaraan Travel 0.07 0.47 0.11 10.18 0.01
Dampak Tidak Langsung ke komoditas lainnya 0.60
- Core 55.61 0.57 0.32
- Volatile Food 23.12 1.21 0.28
Total Dampak ke Inflasi IHK 2.07
Simulasi Penghitungan Bank Indonesia Jambi Terkait Dampak Kenaikan Harga BBM (Premium dan Solar)
Terhadap Inflasi
(Asumsi kenaikan Harga BBM sebesar Rp 2.000/L)
Dampak Kenaikan Harga BBM BersubsidiBobot SBH Inflasi
(%)
Sumbangan
(%)
Tabel 1. Perkembangan Harga BBM
Bersubsidi
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
48
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika harga BBM turun, maka harga-harga
barang dan jasa lainnya ikut turun?
Dalam jangka waktu tidak lebih dari dua bulan, dengan mengikuti trend
perkembangan minyak dunia yang terus mengalami penurunan dari akhir tahun 2014
hingga awal tahun 2015, Pemerintah memutuskan untuk memberikan penurunan pada
harga BBM bersubsidi. Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM
bersubsidi yaitu harga bensin premium dari sebelumnya Rp8.500/liter menjadi Rp
7.600/liter, dan solar dari Rp7.500/liter menjadi Rp 7.250/liter pada tanggal 1 Januari
2015 yang kemudian diikuti oleh penurunan harga BBM untuk kedua kalinya pada
tanggal 19 Januari 2015 dimana harga bensin premium menjadi Rp 6.600/liter, dan
solar menjadi Rp 6.400/liter diharapkan dapat memberikan dampak penurunan pada
inflasi. Akan tetapi, apakah penurunan itu akan berdampak signifikan?
Sebagai contoh, jika terdapat kenaikan harga BBM yang berujung pada kenaikan
upah tukang dan harga barang produksi pabrik, apabila harga BBM turun apakah upah
dan harga barang pabrik tersebut akan ikut turun juga? Berdasarkan pengamatan
dilapangan, beberapa harga komoditas tidak mengalami penurunan.
Hal ini dapat dianalisis dalam asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Jambi. Berdasarkan simulasi perhitungan dampak penurunan harga BBM,
penurunan sebanyak dua kali diharapkan membawa dampak penurunan sebesar
1,11% pada inflasi Provinsi Jambi.
Tabel 3: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 1 Januari 2015
Tabel 4: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 19 Januari 2015
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
Berdasarkan perkembangan harga BBM yang diterapkan Pemerintah, diketahui bahwa
penurunan harga BBM bersubsidi sudah hampir menuju harga sebelumnya (sebelum
kenaikan per 18 November 2014), akan tetapi secara simulasi sumbangan inflasi dari
penurunan BBM tidaklah sedahsyat dari kenaikan BBM, dimana secara total hanya
memberikan sumbangan penurunan sebesar 1,1%. Hal ini disebut sebagai rigiditas
harga, kondisi dimana terdapat kekakuan harga yang menyebabkan harga tidak
otomatis naik atau turun ketika terdapat perubahan dalam struktur pasar yang
dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Dengan kata lain, dampak kenaikan dan
penurunan harga BBM tidaklah simetris. Rigiditas harga inilah yang menyebabkan
adanya biaya-biaya tertentu yang tidak akan pernah turun dan cenderung naik dan
menyebabkan inflasi di Provinsi Jambi.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Perubahan harga BBM sangatlah berdampak pada kehidupan masyarakat di
Provinsi Jambi, dikarenakan banyaknya elemen yang dipengaruhi oleh harga BBM itu
sendiri. Dampak perubahan harga BBM ini pun tentunya tidak bersifat final. Terdapat
beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan oleh para pemangku kepentingan, tetapi
ada hal-hal yang tentu dapat dikendalikan agar inflasi di Provinsi Jambi tetap terjadi di
level yang rendah dan stabil. Banyak hal dapat mempengaruhi bahkan menahan laju
inflasi yang lebih tinggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan TPID Provinsi
Jambi, pelaku usaha maupun masyarakat untuk menciptakan situasi kondunsif dan
mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci utama meminimalkan dampak
lanjutan perubahan harga BBM. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM
dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan
dampak kenaikan inflasi yang signifikan dapat diminimalkan.
Selain itu, untuk meminimalisir risiko perubahan harga BBM, instansi-instansi
terkait wajib memiliki strategi untuk menekan fluktuasi harga-harga yang terkena
dampak perubahan harga BBM. Salah satu strategi tersebut diantaranya melalui
pemetaan dan identifikasi potensi-potensi yang ada dalam menunjang kegiatan
perekonomian Provinsi Jambi, sehingga semua stakeholder terkait diharapkan memiliki
data dan perbaikan, antara lain sebagai berikut:
a. Neraca produksi dan konsumsi kebutuhan bahan makanan di Provinsi
Jambi. Hal ini diharapkan dapat memberikan perkembangan supply dan
demand akan beberapa komoditas utama yang paling dibutuhkan oleh
masyarakat.
b. Produksi bahan makanan dan komoditas unggulan termasuk jalur
distribusi, waktu produksi, pembeli serta kebutuhan dalam Provinsi Jambi.
Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola produksi
DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI
PROVINSI JAMBI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
50
dan bagaimana mengendalikan risiko musiman akan komoditas-komoditas
terkait.
c. Ketergantungan bahan makanan di Jambi terhadap daerah lain termasuk
jalur distribusi, asal daerah produsen, serta kebutuhan di dalam Provinsi
Jambi. Data ini akan digunakan untuk meminimalisir ketergantungan akan
suatu daerah, sehingga jika dikedepannya terdapat masalah dari daerah
asal, maka kelangkaan bahan makan tersebut dapat disubtitusi dari
daerah lain. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai pemetaan jalur
pasokan yang paling efisien dan ekonomis sehingga dapat menghemat
biaya distribusi.
d. Peta produksi, distribusi dan konsumsi bahan makanan se- Provinsi Jambi.
e. Peningkatan kualitas infrastruktur. Infratruktur yang baik dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perdagangan dan
mengurangi biaya-biaya tidak terduga
51
BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum menunjukkan sedikit
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan cenderung
mengalami penurunan (4,9% (qtq)) dan diikuti dengan penurunan dana pihak ketiga
(2,5% (qtq)). Sementara itu kredit mengalami sedikit kenaikan (3,4% (qtq)) meskipun
secara umum mengalami perlambatan yang cukup tajam dibanding 2013. Dana pihak
ketiga yang menurun sementara di sisi lain kredit mengalami pertumbuhan
menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor
mengalami peningkatan sebesar 679 bps menjadi sebesar 119,4%.
Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (2,1% (qtq)) dan secara tahunan mengalami
peningkatan (9,2% (yoy)), meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan total kredit. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada
periode laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2014. Sejalan dengan hal
tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di
Provinsi Jambi juga menunjukkan peningkatan. Kualitas kredit masih terjaga yang
tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%), meskipun sedikit memburuk
dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,45%).
Kebutuhan pembayaran tunai mengalami penurunan baik dari sisi aliran kas
keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk (cash inflow). Sementara itu kinerja
pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:
Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami
sedikit penurunan (1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.).
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
52
Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan
ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya,
masing-masing sebesar 7,5% dan 62,6%.
A.Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama triwulan IV 2014 adalah 51 bank
seiring dengan pembukaan 1 (satu) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu PT BPR
Ukabima dan penutupan PT BPR Bungo Mandiri sehingga terdapat 32 (tiga puluh
dua) bank umum dan 19 (sembilan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga
puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh
tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya
memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit
Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank
lainnya merupakan bank syariah.
Jumlah kantor bank mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya menjadi
408 (empat ratus delapan) kantor bank seiring dengan penutupan 2 (dua) unit kantor
BPR dan pembukaan 1 (satu) unit kantor BPR. Sementara itu terdapat peningkatan
status kantor PT BPD Jambi dari Kantor Kas Sengeti menjadi Kantor Cabang Sengeti
di Muara Jambi. Secara lebih rinci dari 408 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut,
378 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara 30 lainnya merupakan
kantor BPR.
Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu
34,6% atau 141 (seratus empat puluh satu) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Sarolangun sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kantor (9,3%), dan
Merangin dan Bungo masing-masing sama sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) kantor
(9,1%) (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten/kota yang paling sedikit jumlah kantor
banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Sungai Penuh, yaitu
masing-masing sebanyak 12 (dua belas) kantor atau sebesar 2,9%.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR
Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
B.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun
(4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6 triliun
pada periode laporan. Penurunan tersebut seiring dengan penurunan aset bank
pemerintah dan bank syariah yaitu sebesar Rp1,8 triliun (7,8%(qtq)) dan Rp23,6 miliar
(1,1% (qtq)). Sebaliknya bank swasta mengalami peningkatan aset sebesar Rp208,9
juta (2,4%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada
triwulan IV 2014 (13,9%) (yoy)) mengalami perlambatan yang cukup signifikan
dibandingkan triwulan III 2014 (20,3% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp21,8 triliun (66,8%), diikuti oleh bank swasta Rp8,8 triliun (27,0%) dan bank
syariah Rp2,0 triliun (6,2%)
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4
Kota Jambi 133 135 137 138 140 139 140 141 34.6
Sarolangun 31 31 31 31 38 38 38 38 9.3
Merangin 31 31 31 31 37 37 37 37 9.1
Bungo 36 36 36 36 37 39 39 37 9.1
Muara Jambi 36 36 36 36 36 36 36 36 8.8
Tebo 23 23 23 23 27 28 28 28 6.9
Tanjung Jabung Barat 22 22 22 22 28 27 28 28 6.9
Batanghari 24 24 24 24 25 25 25 25 6.1
Kerinci 23 23 23 20 14 14 14 14 3.4
Tanjung Jabung Timur 10 10 10 10 12 12 12 12 2.9
Sungai Penuh 5 5 5 8 11 12 12 12 2.9
T O T A L 374 376 378 379 405 407 409 408 100.0
2013 Pangsa
(%)
2014JUMLAH BANK
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
54
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
umum sebesar Rp21,9 triliun, menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan
sebelumnya (Rp22,5 triliun) seiring dengan penurunan giro dan deposito berjangka
masing-masing sebesar 18,9% (qtq) dan 8,2% (qtq) (Grafik 3.2. dan Tabel 3.2.).
Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan 6,7%(qtq). DPK
bank pemerintah dan bank syariah masing-masing menurun 4,7% (qtq) dan 1,0%
(qtq) sedangkan bank swasta tumbuh sebesar 3,0% (qtq).
Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,1% (sebesar Rp2,5 triliun) yang
didominasi oleh kenaikan deposito Rp2,2 triliun (48,9% (yoy)) dan tabungan sebesar
Rp614,5 juta (5,4% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut disebabkan oleh kenaikan
suku bunga deposito seiring dengan kenaikan BI Rate dari 7,25% (September 2013),
7,50% (November 2013) dan menjadi 7,75% sejak November 2014 hingga bulan
laporan triwulan IV 2014. Sementara giro mengalami penurunan sebesar Rp335,0
juta (10,0% (yoy)) seiring dengan realisasi realisasi belanja Provinsi Jambi yang
mencapai Rp3,21 triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun)
dibandingkan triwulan III 2014 yang hanya terealisasi 48,3%.
19
20 21 21
23 24 24 24
27 28 29
29 30
35 34 33
8.67.6
3.7
1.5
9.8
3.2
1.6 1.3
8.8
4.62.5
0.5
3.5
17.4
-1.5
-4.9
23.6
27.7
25.9
23.124.4
19.2
16.816.5
15.517.0
18.1 17.211.5
25.2
20.3
13.9
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-
11
Q2-
11
Q3-
11
Q4-
11
Q1-
12
Q2-
12
Q3-
12
Q4-
12
Q1-
13
Q2-
13
Q3-
13
Q4-
13
Q1-
14
Q2-
14
Q3-
14
Q4-
14
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008
5,131 5,388 5,706
4,642 6,187
7,286 7,529
6,912
9,492 9,646 10,070
11,430
10,703
10,970 11,291 12,044
18,376 19,155 19,521 19,415
20,069
22,307 22,527 21,965
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
24,000
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14
Rp (dalam miliar)Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV q-t-q y -o-y
12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 -4.7% 18.8%
1 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 -25.9% -11.8%
2 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 10.6% 8.8%
3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 -13.9% 75.8%
6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 3.0% 1.9%
1 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 0.8% -2.3%
2 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 -1.8% -4.3%
3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 12.6% 15.9%
890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 -1.0% 11.3%
1 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 92.0% -20.8%
2 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 8.4% 22.3%
3 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 -31.3% 5.5%
1,693,139 3,152,739
19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 -2.5% 13.1%
1 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 -18.9% -10.0%
2 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 6.7% 5.4%
3 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 -8.2% 48.9%
Giro
Tabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
Bank Konvensional
PertumbuhanURAIAN
2013
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Tabungan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
56
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp14,7 triliun (67,2%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp6,2 triliun (28,3%) dan bank syariah Rp991,2 juta (4,5%) (Tabel 3.2). Bank
pemerintah masih mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai
18,8% (yoy), bank syariah 11,3% (yoy) dan bank swasta nasional hanya mampu
tumbuh sebesar 1,9% (yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama
berasal dari Bukan Lembaga Keuangan, Lembaga Keuangan Non Bank dan
perseorangan masing-masing 66,1% (qtq) menjadi Rp2,8 triliun, 17,1% (qtq) menjadi
Rp423,2 miliar dan 7,8% (qtq) menjadi Rp16,1 triliun. Kenaikan DPK pada Bukan
Lembaga Keuangan dan Lembaga Keuangan Non Bank tersebut didominasi oleh
kenaikan deposito berjangka golongan swasta nasional dan tabungan golongan
swasta nasional sedangkan untuk perseorangan lebih didorong oleh peningkatan
tabungan.
Secara tahunan, pertumbuhan DPK secara tahunan ditopang oleh golongan
pemilik BUMD (139,4% (yoy)), Lembaga Keuangan Non Bank (125,2% (yoy)), BUMN
atau Pemerintah Campuran (55,6% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (25,8% (yoy)),
dan perseorangan (11,9% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan
bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK
khususnya deposito berjangka dimana suku bunga tertimbang deposito berjangka
yang pada triwulan IV 2013 sebesar 6,94% (BI rate 7,5%) naik menjadi 8,7% (BI rate
7,75%) pada triwulan IV 2014.
Sementara itu DPK milik Pemerintah Daerah menurun sebesar 19,5% (yoy)
menjadi Rp1,3 triliun. Penurunan DPK milik Pemerintah Daerah tersebut terjadi pada
semua komponen DPK seiring dengan meningkatnya realisasi APBD Provinsi Jambi.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh
meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo (Tabel 3.4.).
Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten
Batanghari, Merangin, Kerinci dan Kota Jambi masing-masing sebesar Rp161,0 miliar
(30,3%), Rp133,7 miliar (17,6% (yoy)), Rp174,2 miliar (15,7%(yoy)) dan Rp2,0 triliun
(15,3% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi
dan mencapai Rp15,7 triliun (71,7%) diikuti oleh Bungo dan Kerinci masing-masing
sebesar Rp1,4 triliun (6,5%)dan 1,2 triliun (5,9%).
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
(dalam jutaan rupiah)
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 35,692 127,212 124,323 127,570 36,967 0.2% 3.6% 0.0%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 6.2% -19.5% -1.2%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 0.1% -4.5% 0.0%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553,401 997,696 1,239,891 1,235,340 860,883 3.9% 55.6% 2.2%
5 BUMD 47,010 119,318 100,426 107,854 112,541 0.5% 139.4% 0.7%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 187,916 234,135 339,842 361,514 423,224 1.9% 125.2% 2.4%
7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 13.1% 25.8% 3.4%
8 Sektor Swasta Lainnya 113,914 110,337 74,787 37,413 75,647 0.3% -33.6% -0.1%
9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 73.7% 11.9% 8.8%
Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379
Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 0.0% -69.7% 0.0%
19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 100.0% 13.1% 13.1%
Trw.IV-2014Trw .IV-2013 Trw .III-2014Trw .II-2014Trw .I-2014
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan Pemilik
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 15,758,165 71.7 2,091,441 15.3
2 Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 1,438,515 6.5 22,137 1.6
3 Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 1,287,077 5.9 174,241 15.7
4 Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 1,127,828 5.1 (32,128) (2.8)
5 Kab. Merangin 761,310 860,365 1,003,186 951,992 895,078 4.1 133,768 17.6
6 Kab. Batanghari 532,202 596,299 656,535 636,131 693,234 3.2 161,032 30.3
7 Kab. Sarolangun 325,766 413,629 472,262 424,943 354,016 1.6 28,250 8.7
8 Kab. Tebo 243,659 308,651 349,467 368,023 209,323 1.0 (34,336) (14.1)
9 Tanjung Jabung Timur 196,183 255,464 411,933 384,511 167,343 0.8 (28,840) (14.7)
10 Kab. Muaro Jambi - - - - 34,325 0.2 34,325 #DIV/0!
19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 100 2,549,888 13.1
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Trw . II-14 Trw . III-14 Trw . IV-14 Pertumbuhan (yoy )Trw . I-14
JUMLAH
Trw . IV-13No. Kota/Kabupaten
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
58
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar
(3,4% (qtq)) yaitu dari Rp25,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,2 triliun
(Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya (2,0% (qtq)). Berdasarkan liaison yang dilakukan Bank
Indonesia, peningkatan kredit tersebut seiring dengan meningkatnya optimisme dunia
usaha atas pelantikan Presiden Republik Indonesia terpilih pada triwulan IV 2014 yang
berlangsung dengan baik. Dunia usaha juga mengindikasikan pertumbuhan investasi
meskipun masih relatif terbatas.
Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran
kredit pada triwulan IV 2014 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh
melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 yang dapat mencapai 22,5%
(yoy).
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank
konvensional sebesar 3,8% (qtq) atau 12,4% (yoy), sementara bank syariah
mengalami penurunan kredit sebesar 1,0% (qtq) atau 3,4% (yoy). Pangsa kredit bank
TW IV TW I TW II TW III TW IV q-t-q y-o-y
Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0%
1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 4.1% 14.5%
2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 2.9% 7.7%
3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 -1.0% -3.4%
Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0%
1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 4.0% 12.8%
2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 4.8% 9.7%
3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 2.1% 10.5%
Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 3.4% 11.0%
1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 4.8% 20.2%
2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 -8.2% 42.8%
3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 18.6% 13.3%
4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 -6.7% -34.8%
5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 -2.4% 6.8%
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 3.2% 12.4%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 4.1% 2.1%
8
Keuangan,Real estate dan Jasa
Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 0.2% -40.4%
9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 12.7% 42.6%
10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 2.1% 11.4%
2014
URAIAN
2013 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
konvensional mencapai 92,5% sementara bank syariah sebesar 7,5%. Bank
pemerintah mengalami kenaikan jumlah kredit yang signifikan secara tahunan yaitu
14,5% (yoy) sedangkan bank swasta hanya 7,7% (yoy) dimana kenaikan tersebut
didominasi kenaikan kredit jenis penggunaan konsumsi sub sektor kredit kepemilikan
rumah (KPR) dan multiguna.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 43,0%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,5%) dan kredit investasi
(24,5%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi
(4,8% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (4,0% (qtq)) dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)).
Pertumbuhan kredit tersebut cenderung meningkat dibandingkan pertumbuhan
kredit triwulan III 2014 (kredit investasi (1,0% (qtq)), kredit modal kerja (1,9% (qtq)),
dan kredit konsumsi (2,7% (qtq)).
Dari liaison yang dilakukan ke dunia usaha, kenaikan kredit investasi tersebut
didorong oleh pertumbuhan investasi pada mesin dan maintenance peralatan demi
mencapai efisiensi biaya produksi. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah
antisipasi dalam meredam efek kenaikan harga BBM terhadap ongkos produksi
dimana dunia usaha berusaha berhemat dengan mengoptimalkan kinerja dan
produktifitas mesin.
Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit konsumsi
menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,8% (yoy), 10,5% (yoy) dan
9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2013.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada
sektor industri (18,6% (qtq)), jasa-jasa (12,7% (qtq)), pertanian (4,8%(qtq)) dan
pengangkutan (4,1% (qtq)). Secara tahunan pertumbuhan kredit terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai 42,8% (yoy) dan diikuti oleh sektor
jasa-jasa (42,6% (yoy)), sektor pertanian (20,2% (yoy)), sektor industri ((13,3% (yoy)),
sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,4% (yoy)) dan sektor bukan lapangan
usaha (11,4% (yoy)).
Kenaikan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan kenaikan kredit
modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi
batubara dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi. Kenaikan pada sektor jasa-
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
60
jasa disebabkan menggeliatnya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang
mendorong peningkatan kredit modal kerja rumah sakit dan kredit investasi profesi
dokter.
Sedangkan pada sektor pertanian, kenaikan kredit didorong permintaan yang
meningkat atas kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit
dan sektor industri yang ditopang kredit investasi sub sektor industri minyak goreng
dari kelapa sawit mentah. Hal ini sejalan dengan informasi yang didapat dari liaison
yang dilakukan BI, dimana dunia usaha berusaha memanfaatkan momentum
membaiknya harga jual CPO pada Oktober 2014 (menyusul meningkatnya harga
sawit dunia yang turun sejak awal tahun 2014) namun terkendala pada pasokan
bahan baku kelapa sawit yang tidak terlalu banyak. Kurangnya pasokan kelapa sawit
tersebut disebabkan oleh musim puncak buah yang telah berlalu sehingga hasil
produksi kelapa sawit dari perkebunan di sekitar Provinsi Jambi menurun dan kualitas
buah yang dihasilkan pun tidak terlalu bagus.
Kenaikan sektor bukan lapangan usaha didorong oleh kenaikan kredit rumah
tangga untuk keperluan pemilikan rumah tinggal (KPR) dan untuk keperluan
multiguna.
Sementara itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor
listrik, gas dan air mengalami penurunan. Penurunan kredit sektor keuangan,real
estate dan jasa perusahaan tersebut disebabkan penurunan yang signifikan
outstanding kredit sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang
sebelumnya pada triwulan IV 2013 sebesar Rp134,0 milyar menjadi hanya Rp4,7
milyar. Selain itu kualitas kredit pada sub sektor tersebut juga memburuk menjadi
16,1% dari 1,4% (triwulan IV 2013) yang disumbangkan oleh kredit jenis
penggunaan investasi.
Namun berbanding terbalik dengan kredit pada sub sektor real estate
perumahan sederhana perumnas yang mengalami penurunan, kredit pada sub
sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 21, tipe 22 s.d.
70, dan sub sektor real estate perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas
70) justru mengalami peningkatan yang signifikan masing-masing 464,5% (yoy),
516,8% (yoy) dan 320,9% (yoy). Kenaikan tersebut karena developer lebih tertarik
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
membangun perumahan komersil (non subsidi) yang memberikan margin yang lebih
kompetitif dengan pangsa pembeli yang bankable.
Sementara itu sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan sejalan dengan
penurunan kredit sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih dan sub sektor
ketenagalistrikan pedesaaan, namun penurunan tersebut sedikit tertahan dengan
kenaikan kredit pada sub sektor gas.
Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit
kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran (24,7%) dan sektor pertanian (18,5%). Dominasi penyaluran kredit
pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,6% dari total outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp34,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,2 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi.
Dibandingkan triwulan lalu, terjadi peningkatan sebesar 2,6% (qtq) dari sebelumnya
Rp33,2 triliun. Sementara secara tahunan meningkat 8,7% (yoy) dari sebelumnya
Rp31,4 triliun (Tabel 3.6). Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya kredit di sektor pinjaman bukan lapangan usaha sebesar sebesar Rp1,2
triliun (10,2% (yoy)), sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp600,4 miliar
(9,9% (yoy)) dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar
Rp535,3 miliar (8,7% (yoy)). Pertumbuhan kredit tertinggi baik secara triwulanan dan
tahunan terjadi di Kota Sungai Penuh. Sementara pertumbuhan kredit di Kota Jambi
dan Bungo cenderung melambat.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
62
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,0 triliun,
sedikit meningkat sebesar Rp166,1 miliar (8,9%) dari triwulan sebelumnya (Rp1,8
triliun) (Tabel 3.7). Peningkatan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh
meningkatnya kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar
Rp189,5 miliar (2.818,3% (qtq)) dan Rp53,6 miliar (117,3% (qtq)). Sementara
kelonggaran tarik kredit modal kerja menurun Rp77,0 miliar (5,0% (qtq)). Penurunan
kelonggaran tarik kredit modal kerja tersebut seiring dengan menurunnya kredit
modal kerja sektor konstruksi sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar,
mewah (tipe diatas 70) seiring dengan peningkatan realisasi perumahan tipe diatas 70
tersebut.
Sementara itu kelonggaran tarik kredit konsumsi meningkat seiring dengan
meningkatnya persetujuan kredit konsumsi atas pemilikan rumah tinggal sampai tipe
21, 22 sd 70, diatas 70, dan pemilikan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan).
Kelonggaran tarik kredit investasi meningkat disebabkan meningkatnya pencairan
kredit pada sektor perdagangan hotel dan restoran khususnya sub sektor
perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama, hotel, sektor pengangkutan dan
komunikasi khususnya sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan dan sektor
industri khususnya pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah.
Tw I Tw I I Tw I I I TW IV Tw I Tw I I Tw I I I Tw IV qtq yoy
Batanghari 1,508,116 1,579,718 2,169,553 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 9.3 1.4
Sarolangun 1,255,087 1,336,600 1,432,189 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 -0.6 9.4
Kerinci 1,192,469 1,302,065 1,356,805 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1.9 10.3
Muaro Jambi 2,676,342 2,574,578 2,558,954 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 9.8 7.8
Tanjung Jabung Barat 1,414,421 1,548,968 1,631,702 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 1.0 27.3
Tanjung Jabung Timur 479,297 557,052 596,913 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 2.4 17.1
Tebo 1,206,085 1,320,692 1,386,283 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 -2.7 28.7
Merangin 2,074,462 2,225,806 2,348,526 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 1.4 9.9
Bungo 2,890,655 3,193,794 3,324,256 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 2.6 5.7
Sungai Penuh 7,241 8,722 11,584 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 15.6 96.9
Jambi 11,767,331 12,563,303 13,108,469 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 2.0 5.5
T O T A L 26,471,507 28,211,298 29,925,234 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 2.6 8.7
Pertumbuhan2014Kabupaten/Kota
2013
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan
Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross
Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)10
pada triwulan laporan mengalami peningkatan
sebesar 679 BPS dikarenakan DPK yang mengalami penurunan 2,5% (qtq) sedangkan
kredit mengalami pertumbuhan 3,4% (qtq). LDR berdasarkan bank pelapor mencapai
119,4% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut
mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi namun perlu
diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,49% (Rp654,3 miliar) (di
10
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
TW IV TW I TW II TW III TW IV Nominal %
1 Investasi 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 53,617 17.3
2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 189,589 2,718.3
3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 (77,013) (5.0)
2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 166,193 8.9
Jenis Penggunaan
Total
Kategori
Pertumbuhan (qtq)2013 2014
0.91.0
1.01.1 1.1
1.21.2
1.21.2
1.11.1
1.2
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
64
bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu
(2,45% atau Rp620,9 miliar) (Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa,
pertambangan dan penggalian, dan LGA masing-masing sebesar 33,5%, 24,6%
dan 10,8%. Cukup tingginya NPL tersebut disebabkan kinerja kredit sub sektor
jasa kesehatan manusia (tempat perawatan/ pengobatan) dan ketenagalistrikan
pedesaan yang masih tertahan serta harga jual sektor pertambangan, dalam hal
ini batu bara yang belum membaik yang berdampak pada menurunnya
kemampuan bayar debitur di sektor tersebut. Selain itu, penerapan Undang-
Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil
tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai,
turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini karena mengakibatkan sebagian
besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas
kegiatan tambang.
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan
(margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito)
perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 4,9% menjadi 4,7% seiring
dengan adanya tren peningkatan suku bunga simpanan dalam beberapa bulan
terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode
laporan tercatat sebesar 8,7% atau meningkat dibandingkan triwulan III 2014 (8,5%)
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,623,883 89,426 1.93 4,844,114 117,242 2.42
2. Pertambangan dan Penggalian 149,907 12,927 8.62 137,590 33,893 24.63
3. Industri 820,967 6,855 0.83 974,021 19,413 1.99
4. LGA 3,922 400 10.21 3,660 395 10.79
5. Konstruksi 880,225 22,436 2.55 859,266 36,196 4.21
6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6,287,606 259,950 4.13 6,491,044 240,902 3.71
7 Pengangkutan dan Komunikasi 320,157 5,969 1.86 333,392 5,816 1.74
8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 673,888 22,515 3.34 674,966 14,212 2.11
9. Jasa-jasa 482,693 19,058 3.95 544,056 182,182 33.49
10. Bukan Lapangan Usaha 11,128,283 181,377 1.63 11,367,367 4,057 0.04
25,371,531 620,912 2.45 26,229,475 654,309 2.49
TW IV-14
J U M L A H
No Sektor Ekonomi
TW II I-14
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
sementara suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode
laporan tercatat cenderung stabil di level 13,40% dibandingkan triwulan sebelumnya
(13,39%).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan
Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan menjadi Rp9,6 triliun, sedikit
meningkat (2,1% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,4 triliun) dan secara
tahunan mengalami peningkatan 9,2% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy))(Grafik 3.5.).
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
10.1
7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.46.3
5.6 5.1 4.94.7
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
2011 2012 2013 2014
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18.6
16.6 19.0
13.0
9.9
5.0
7.2
9.2
28.3
31.9 28.9
22.5
18.7
11.9
9.7 11.0
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2
4
6
8
10
12
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2013 2014
Rp
Triliu
n
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
66
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit
menurun yaitu dari 37,2% di triwulan lalu menjadi 36,7% (Grafik 3.6.). Berdasarkan
distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,0%, kredit mikro
yaitu 33,6%, dan kredit kecil sebesar 32,3% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM
tersebut didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa
51,5%, sektor pertanian peternakan kehutanan dan perikanan sebesar 29,6% dan
sektor konstruksi sebesar 4,9%.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit pertumbuhan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami
peningkatan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit
perlambatan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan
sebesar Rp19,2 miliar (2,6% (qtq)) dari sebesar Rp739,74 miliar menjadi Rp758,9
miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp15,6 miliar (2,8%
(qtq)) dari sebelumnya Rp550,87 miliar menjadi Rp566,5 miliar. Peningkatan DPK
tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar
11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4
13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9
13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5
60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2013 2014
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
Rp14,8 miliar (3,2% (qtq)) menjadi Rp481,6 miliar dan Rp792,3 juta (0,9% (qtq))
menjadi Rp84,8 miliar.
Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp10,8
miliar (2,0% (qtq)) menjadi Rp524,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh
penurunan kredit konsumsi sebesar Rp12,6 miliar (5,1% (qtq)) menjadi Rp237,1 miliar
dan kredit investasi sebesar Rp581,1 juta (0,5% (qtq)) menjadi Rp107,0 miliar.
Sedangkan kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp2,3 miliar (1,3%
(qtq)) menjadi Rp180,5 miliar.
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 11,1%
menjadi 12,2% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,
sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut didominasi kredit
konsumsi dan kredit investasi sedangkan kredit modal kerja menunjukkan sedikit
perbaikan. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, NPL didominasi
oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan
belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit pada harga normal sehingga
mempengaruhi kemampuan membayar debitur.
BPR cukup baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya, yang tercermin
dari LDR BPR yang berada pada level 79,40% meskipun menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (84,13%) sejalan dengan menurunnya pertumbuhan penyaluran
kredit.
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM
debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi negeri di
Provinsi Jambi untuk melaksanakan edukasi kepada mahasiswa. Edukasi GNNT
dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan pameran.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
68
Pada periode triwulan IV 2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami
penurunan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk
(cash inflow). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:
Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami sedikit penurunan
(1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.).
Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke
Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-
masing sebesar 7,5% dan 62,6%.
Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
D.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash
inflow) sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan
laporan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat
sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014. Hal tersebut menunjukkan uang
kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari
perbankan (inflow).
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 37,622 1.5
Volume Kliring (lembar warkat) 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 (1,228) (1.7)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 (1,026,970) (52.7)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 (479,269) (17.2)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) (547,700) 65.2
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 2,075 5.4
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 (4,052) (7.5)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 (8,104) (62.6)
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 (64) (3.5)
Nominal (juta Rp) 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 28,781 40.4
UraianPertumbuhan (qtq)2013 2014
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows
di Provinsi Jambi
D.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian
tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp417,1 miliar, atau mencapai
45,3% dari total inflow Provinsi Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (16,9%).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan
edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume
UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
D.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi
peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
(2,500,000)
(2,000,000)
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2014
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
70
Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
D.4.Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp2,57 triliun, sedikit meningkat (1,5% (qtq)) dibandingkan triwulan
sebelumnya (Rp 2,53 triliun) (Grafik 3.8.). Sementara volume kliring mengalami
penurunan sebesar 1,7% (qtq), yaitu dari 70.240 lembar warkat menjadi 69.012
lembar warkat. Penurunan volume pembayaran non tunai melalui kliring tersebut
disebabkan oleh menurunnya aktivitas transaksi setelah hari Raya Idul Fitri 1435H.
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Seiring dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan
BG kosong pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari Rp71,1 miliar menjadi Rp99,9 miliar sedangkan dari sisi jumlah
lembar sedikit menurun dari 1.847 lembar menjadi 1.783 lembar.
D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)11
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi nominal
11
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang
penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika(real time).
60,000
80,000
2,400,000
2,600,000
2,800,000
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2014
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar sebesar Rp10,0 triliun
(9,6% (qtq)) menjadi Rp95,2 triliun. Sementara volume transaksi meningkat dari
41.754 transaksi menjadi 44.672 transaksi. Penurunan nominal RTGS tersebut seiring
dengan lewatnya perayaan Idul Fitri 2014.
Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp33,2
triliun (53,6%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp62,0 triliun
menjadi Rp95,2 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi
merupakan yang terbesar dan mencapai Rp49,6 triliun, diikuti oleh transfer ke luar
Jambi Rp40,7 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,8 triliun. Aliran RTGS
menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS
(dalam miliar rupiah)
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Tw 1 - 11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801
Tw 2 - 11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945
Tw 3 - 11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486
Tw 4 - 11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169
Tw 1 - 12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368
Tw 2 - 12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630
Tw 3 - 12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319
Tw 4 - 12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651
Tw 1 - 13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804
Tw 2 - 13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318
Tw 3 - 13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342
Tw 4 - 13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705
Tw 1 - 14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232
Tw 2 - 14 26,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213
Tw 3 - 14 38,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5,595 105,337 41,754
Tw 4 - 14 40,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672
Periode
TOTAL
Volume
Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi
Volume Volume
Dari dan Ke Provinsi
Jambi
Volume
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
73
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
I. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai, adalah urat nadi perekonomian setiap
negara. Efektivitas dan kelancaran perekonomian sangat dipengaruhi oleh mekanisme sistem
pembayaran yang dimiliki. Pelaksanaan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter yang dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian jumlah yang yang
beredar dan penetapan suku bunga, memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien,
cepat, aman, dan handal.
Kegiatan pembayaran non tunai di Jambi menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam 5 tahun terakhir. Jumlah bank peserta kliring yang pada awalnya berjumlah 28 bank
pada tahun 2009 bertambah menjadi 46 bank pada tahun 2014 atau meningkat sebesar
64,29%. Peningkatan ini diikuti dengan rata-rata transaksi harian yang pada tahun 2009
sebanyak 978 transaksi per hari atau sebesar Rp25,96juta per transaksi/hari menjadi 1.109
transaksi per hari atau sebesar Rp40,94juta per transaksi/hari, atau meningkat 57,76% dalam 5
tahun terakhir.
Namun demikian, perkembangan
instrumen non tunai di Jambi masih
terbatas, yakni pada cek giro dan
beberapa jenis APMK seperti kartu debet
dan kartu kredit. Sementara itu,
pemanfaatan uang elektronik juga masih
terbatas, yaitu baru tersedia di beberapa
outlet/merchant saja.
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
2,000
2,200
2,400
2,600
2,800
3,000
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
2012 2013 2014
Mili
ar R
p
Grafik 1. Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring Volume Kliring (lembar warkat)
(2,500)
(2,000)
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
TwI
TwII
TwIII
TwIV
2012 2013 2014
Rp (miliar) Grafik 2. Perkembangan Uang Kartal
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
-50%
0%
50%
100%
-
10
20
30
TrwI
TrwII
TrwIII
TrwIV
TrwI
TrwII
TrwIII
TrwIV
TrwI
TrwII
TrwIII
2012 2013 2014
Grafik 3. Perkembangan Net Outflows
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Aliran Uang Keluar
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
74
Berbeda dengan pertumbuhan instrumen non tunai, penggunaan uang tunai
menunjukan tren outflow yang terus meningkat. Selain itu, Data Euromonitor tahun 2012
menunjukkan bahwa sekitar 92,5 persen dari transaksi di tahun 2011 dilakukan menggunakan
uang tunai.
Sejalan dengan tantangan perekonomian terkini yang membutuhkan mekanisme
settlement dan pengelolaan likuiditas yang lebih efisien, near-zero time transaction, dan
berbiaya rendah, perlu upaya switching mekanisme sistem pembayaran dari tunai ke non tunai.
Hal ini memerlukan inovasi-inovasi baru dalam penciptaan alat pembayaran non tunai,
khususnya didukung oleh perkembangan teknologi informasi dewasa ini. Tentu saja hal ini
dapat dicapai ketika aspek paling mendasar sudah terpenuhi terlebih dahulu, yaitu
terhubungnya masyarakat ke lembaga keuangan.
II. SISTEM PEMBAYARAN DAN INKLUSI KEUANGAN
Keuangan inklusif merupakan suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk
meniadakan hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa
keuangan, salah satunya adalah sistem pembayaran non tunai. Isu yang muncul selanjutnya
adalah bagaimana menjembatani segmen masyarakat tertentu yang juga membutuhkan
layanan jasa pembayaran tapi belum bersentuhan dengan dunia perbankan (unbanked people).
Golongan ini belum tersentuh oleh dunia perbankan karena beberapa faktor, yaitu lokasi
geografis yang jauh dari perbankan, atau mereka belum mengetahui fungsi lembaga
keuangan.
Masyarakat yang masuk dalam kategori ini sangat besar. Survei World Bank tahun 2010
menunjukan sekitar 62% masyarakat Indonesia masuk dalam golongan tersebut. Artinya
dengan perkiraan penduduk saat ini yang berjumlah kurang lebih 250 juta, 150 juta belum
tersentuh perbankan, apalagi menggunakan produk bank khususnya sistem pembayaran non
tunai.
Survei neraca rumah tangga yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2012
menunjukkan hanya 48% dari total rumah tangga di Indonesia yang memiliki tabungan dan
simpanan di bank, lembaga keuangan non bank, dan non lembaga keuangan. Dengan kata
lain, 52% rumah tangga di Indonesia belum memiliki tabungan sama sekali.
Sementara itu, hasil financial literacy baseline survei yang dilakukan BI Jambi
menunjukkan hasil yang serupa meskipun sedikit lebih baik, yakni 53% dari total rumah tangga
sudah memiliki tabungan dan simpanan di bank. Sementara, 47% sisanya tidak pernah
menggunakan layanan/produk bank.
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
Menilik berbagai hasil survei ini, masih banyaknya penduduk yang belum terjangkau
layanan jasa keuangan menunjukkan sistem keuangan belum berjalan dengan optimal.
Bayangkan benefit yang bisa didapat perekonomian Indonesia bila kita bisa membuat 80
persen populasi ini terhubung dengan pembayaran elektronik, seperti misalnya mobile
branchless banking.
III. POTENSI PENGEMBANGAN
Potensi unbanked people yang sedemikian besar tersebut dapat digarap oleh perbankan
bekerja sama dengan lembaga yang memiliki basis jaringan distribusi luas sampai ke pelosok
seperti Kantor Pos Indonesia. Pola kolaborasi ini juga dapat dikembangkan lagi dengan
perusahaan yang memiliki basis infrastruktur teknologi informasi, seperti penyedia jaringan
seluler. Harapannya, perlahan-lahan tingkat awareness unbanked people akan meningkat
terhadap produk maupun jasa pembayaran.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan yang dapat memfasilitasi perluasan
dan penyebaran produk dan jasa keuangan secara lebih merata, melalui edukasi dan diseminasi
informasi, khususnya pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Kebijakan
tersebut harus dapat dilakukan secara customized, menyesuaikan dengan karakteristik sosial,
ekonomi, demografi, dan keberadaan serta jarak bank ke tempat tinggal. Untuk itu, diperlukan
inovasi produk dan jasa perbankan yang bersifat mudah, murah, dan aman.
IV. GNNT
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah Gerakan Nasional untuk mendorong
masyarakat menggunakan sistem dan instrumen pembayaran non tunai dalam melakukan
transaksi pembayaran. Pencanangan GNNT itu sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 14
Agustus 2014 lalu yang dihadiri oleh Presiden RI. Banyak manfaat yang didapat masyarakat
dengan melakukan pembayaran secara non tunai. Secara nasional akan meningkatkan efisiensi
perekonomian, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, meningkatkan keamanan dan
kecepatan dalam bertransaksi.
Salah satu contoh permasalahan sederhana dalam melakukan pembayaran secara tunai
adalah pembayaran lebih dari jumlah nominal transaksi yang kita lakukan. Nilai transaksi yang
seharusnya kita bayar sebesar Rp. 125.385,00 akan dibulatkan menjadi Rp. 125.400,00 atau
bahkan lebih dari itu.
Selain masalah pembulatan, salah satu persoalan yang selama ini membelenggu
perekonomian nasional untuk dapat bersaing di era globalisasi adalah fenomena ekonomi biaya
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
76
tinggi, misalnya praktek pungutan liar, suap, korupsi, dan lemahnya layanan serta tata kelola
birokrasi. Ini semua dapat mempengaruhi efisiensi perekonomian nasional. Permasalahan itu
sejatinya dapat diatasi dengan penggunaan transaksi non tunai yang memungkinkan seluruh
transaksi tercatat secara elektronis dan lebih efisien dari sisi waktu, media, dan biaya transaksi.
Gerakan Nasional Non Tunai ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu
komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash
Society/LCS).
V. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN
Dalam mewujudkan masyarakat Less Cash Society (LCS), dibutuhkan upaya dan
sinergisitas antara Bank Indonesia, Pemerintah, institusi, dan lembaga terkait lainnya. Beberapa
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga teknis antara lain inisiatif
Bukan Pajak (PNBP) di seluruh kementerian teknis, pembayaran pajak secara non tunai,
pembayaran retribusi non tunai, penyaluran bantuan siswa miskin melalui rekening bank
Semua upaya tersebut selain akan meningkatkan efisiensi pembayaran juga
meningkatkan governance pengelolaan keuangan negara. Berbagai potensi kebocoran dapat
dihindari, pencatatan dan rekonsiliasi bisa lebih cepat dan tepat. Pada gilirannya perencanaan
dan eksekusi anggaran menjadi lebih efekif, transparan dan memenuhi tata kelola yang baik.
Secara makro, negara yang sudah mengarah ke non tunai paling tidak memiliki tiga
keuntungan. Pertama efisiensi transaksi ekonomi. Pastinya perputaran uang akan lebih cepat,
yang pada akhirnya aktivitas ekonomi masyaratnya di segala aspek akan lebih bergairah. Kalau
ini merata, tentunya pendapatan nasional akan meningkat, karena tingkat konsumsi meningkat
yang tentunya akan menggerakan permintaan negara tersebut.
pada tahun 2013 menghasilkan temuan bahwa tumbuhnya penggunaan produk pembayaran
elektronik seperti kartu kredit dan debit berkontribusi sebesar US$6,4 miliar (Rp80 triliun)
terhadap PDB Indonesia. Studi yang dilakukan di 56 negara termasuk Indonesia tersebut, yang
merepresentasikan 93% dari total PDB global, menyimpulkan bahwa penggunaan kartu
pembayaran dapat lebih meningkatkan efisiensi serta memberikan kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara global, pembayaran elektronik
berkontribusi sebanyak US$ 983 milyar terhadap PDB di 56 negara dalam kurun waktu 2008-
2012. Dalam kurun waktu yang sama, PDB di negara-negara tersebut rata-rata tumbuh sebesar
1.8%.
GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI
TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
77
Meskipun lebih praktis dan aman, tidak semerta-merta membuat masyarakat begitu saja
beralih ke instrumen non tunai. Perlu ada upaya mengubah mindset masyarakat melalui
regulasi yang tepat, kampanye berkesinambungan, dan pemberian berbagai insentif atas
penggunaan alat pembayaran non tunai. Misal dengan adanya diskon atas penggunaan
prepaid card untuk pembayaran ongkos bis atau kereta dll. Sementara bagi mereka yang tetap
menggunakan uang tunai akan membayar biaya normal yang tentunya lebih mahal.
Dengan kepraktisan dan kecanggihannya, instrumen non tunai juga mampu membuka
peluang tumbuhnya industri-industri baru, antara lain e-commerce yang saat ini sedang
tumbuh dengan pesat di Indonesia. Bahkan pada tanggal 12 Desember 2014 ada perayaan Hari
Belanja Online Nasional (Harbolnas) dimana berbagai toko online besar di Indonesia secara
serentak memberikan promo dan diskon besar-besaran selama satu hari saja. Untuk
bertransaksi di toko online, dibutuhkan instrumen non tunai seperti transfer uang, kartu debet,
dan kartu kredit untuk melakukan pembayaran.
Potensi pasar non tunai ini juga sejalan dengan hasil penelitian oleh Redwing Asia pada
eCommerce in Indonesia a big bang waiting to happen Para ahli industri
memperkirakan bahwa potensi eCommerce di Indonesia akan bernilai sekitar US$10-12 miliar
pada tahun 2015. Hal ini didorong oleh meningkatnya penggunaan smartphone serta
pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Tingkat penetrasi internet di Indonesia juga
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 55 juta pengguna di tahun 2012 menjadi 125
juta pengguna di tahun 2017. Sementara itu, tingkat kepemilikan smartphone juga
diperkirakan akan naik sebanyak 20 persen pada tahun 2012, menjadi 52 persen di tahun
2017.
Sebagai bentuk komitmen atas
perluasan penggunaan instrumen non tunai,
Bank Indonesia menjadikan GNNT sebagai
gerakan tahunan yang didukung dengan
berbagai kegiatan untuk mendorong
meningkatkan pemahaman masyarakat akan
penggunaan instrumen non tunai dalam
melakukan transaksi pembayaran. Tahun 2014
lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
mendorong kerjasama antara Universitas
Jambi dan Bank Rakyat Indonesia melalui penggunaan Kartu Mahasiswa yang terintegrasi
dengan produk electronic money BRIZZI. Kini seluruh mahasiswa Universitas Jambi yang
berjumlah lebih dari 10.000 orang dapat berbelanja hanya berbekal kartu mahasiswa mereka.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
79
BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV
2014 mencapai Rp3,2 triliun (terealisasi sebesar 102,6% dari APBD-P 2014),
sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya,
dari Rp1,8 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,2 triliun pada triwulan IV
2014 (terealisasi 88,2%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-
masing sebesar 20,2% dan 8,7%.
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 60,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun
lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,1%).
Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat
pada triwulan IV 2014 hanya sebesar 34,1% (menurun dibandingkan triwulan IV
2013 yang mencapai 43,1% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,0%)
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014
Pada Triwulan IV tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar
Rp3,2 triliun atau mencapai 102,6% dari APBD-P tahun 2014 (Rp3,1 triliun).
Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer
pemerintah pusat yang mencapai Rp1,9 triliun (58,7% dari total pendapatan).
Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah
dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp948,3 miliar (29,6%
dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
80
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp1,3
triliun (41,3% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat
32,7% dibanding triwulan IV 2013. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh,
pajak daerah yang mencapai Rp1,0 triliun pada akhir tahun 2014 (31,5% dari
total pendapatan), lebih besar dari DAU yang didapatkan dari Pemerintah Pusat.
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan IV Tahun - 2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014
Pada triwulan IV 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp3,2
triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun). Nilai realisasi
tersebut meningkat Rp257,6 miliar atau 8,7% dibanding triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih
menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,9 triliun atau 60,0% dari total belanja
tahun 2014 (terealisasi sebesar 87,6% dari APBD-P 2014) (Tabel 4.2). Komponen
belanja operasional terbesar adalah untuk belanja barang yang mencapai
Rp812,9 miliar (terealisasi 85,9% dari APBD-P 2014) dan diikuti oleh belanja
pegawai Rp570,4 miliar (terealisasi sebesar 86,7% dari APBD-P 2014). Kedua
jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp821,0 miliar (mencapai 89,3%
dari APBD-P 2014). Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja
modal dari triwulan III 2014 dengan triwulan IV 2014 (meningkat Rp375,2 miliar)
yang disebabkan oleh banyaknya proyek pembangunan yang selesai pada akhir
tahun 2014, sehingga pembayaran penuh dapat dilakukan pada triwulan IV
2014. Alokasi belanja modal dalam APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, lebih
rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%.
Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan
jaringan dengan total Rp547,1 miliar (dapat terealisasi 92,6% dari APBD-P).
Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak
pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Dari segi penyerapan anggaran,
belanja bangunan dan gedung, yang mengindikasikan pembangunan yang pesat
yang didorong oleh kondisi ekonomi yang kondusif di Provinsi Jambi,
membukukan penyerapan anggaran terbesar jika dibandingkan dengan APBD-P
nya (terealisasi 94,7% dari APBD-P 2014). Infrastruktur yang dibangun beserta
sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan
ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan IV Tahun -2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
82
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama tahun 2014 mencapai
Rp3,2 triliun, meningkat 4,7% (yoy) dibandingkan akhir tahun 2013 (Rp3,1
triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan
Pajak Dalam Negeri (4,6%(yoy)) seiring dengan naiknya pendapatan Pajak
Penghasilan (PPh) (13,0%(yoy)) sejalan dengan meningkatnya daya beli dan
penghasilan masyarakat Provinsi Jambi.
Peningkatan lainnya terdapat pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB)
lainnya yang meningkat 10,2%(yoy)) dan Penerimaan SDA (Sumber Daya Alam)
(40,2%(yoy)). Peningkatan SDA disebabkan oleh naiknya pendapatan
pertambangan umum, terutama dari sektor pertambangan batubara dan migas
seiring dengan mulai bangkitnya sektor pertambangan di provinsi Jambi.
Penurunan dirasakan oleh Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
(20,1%(yoy)) sejalan dengan turunnya turunnya Pendapatan Bea Masuk karena
terjadinya penurunan impor di Provinsi Jambi yang cukup dalam.
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari
pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp2,9 triliun (88,8%) dan diikuti
oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp242,6 miliar (7,5%) (Grafik 4.1).
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
Apabila dirinci lebih lanjut, pendapatan Pajak Dalam Negeri adalah dalam bentuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp1,41 triliun (49,5%) dan diikuti oleh
Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp1,34 triliun (47,1%) (Grafik 4.2).
Grafik 4.1
Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di
Provinsi Jambi (%)
Grafik 4.2
Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam
Negeri di Provinsi Jambi (%)
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
84
Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi sepanjang tahun
2014 terealisasi sebesar Rp4,9 triliun, meningkat 1,0% (yoy) dibandingkan total
realisasi belanja tahun 2013 (Tabel 4.4). Naiknya angka realisasi belanja tersebut
utamanya disebabkan oleh meningkatnya Belanja Pegawai sebesar Rp222,9 miliar
(15,4% (yoy)) serta Belanja Barang sebesar Rp223,3 miliar (18,4% (yoy))
dibandingkan dengan tahun 2013.
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar
untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,7 triliun (33,4%) (pada tahun 2013 hanya
sebesar 29,3%) yang utamanya digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan (Rp1,6
triliun). Belanja Barang menjadi belanja kedua terbesar (Rp1,4 triliun) (pangsa
meningkat dari 24,6% pada 2013 menjadi 28,8%) (Grafik 4.3).
Namun di sisi lain, Belanja Modal yang merupakan belanja yang dikeluarkan
untuk meningkatkan infrastruktur yang berperan penting dalam menggerakkan
roda prekonomian di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan sebesar Rp267,6
miliar (15,7% (yoy)) pada tahun 2014. Penurunan Belanja Modal ini dikhawatirkan
dapat mengganggu perkembangan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana
infrastruktur adalah komponen utama dalam kemajuan perekonomian. Pangsa
Belanja Modal turun dari 34,5% pada tahun 2013 menjadi 28,8% pada 2014.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan
Pemerintah Dareah
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
85
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan III
2014 turun 64,8% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,4 triliun
seiring dengan mulai terealisasinya komponen belanja pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 (Grafik 4.4). Penurunan
simpanan terbesar disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari Rp1,9 triliun
pada triwulan sebelumnya menjadi Rp610 miliar pada triwulan laporan atau
turun sebesar 68,5%. Selanjutnya, penurunan drastis juga terjadi pada simpanan
dalam bentuk giro dari Rp1,9 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp740
miliar pada triwulan laporan atau turun sebesar 61,7%.
Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
87
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari
Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000. UMP tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. Pada
September 2014, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4%
menjadi Rp329.181 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan
persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21
pada triwulan lalu.
A. Upah Minimum Provinsi (UMP)
UMP Provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari
Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000,-. Nilai UMP tersebut sedikit diatas KHL
Jambi (Rp.1.708.174,-) dan kenaikan UMP tersebut lebih tinggi dari pada angka
inflasi Jambi tahun 2014 (8,72%). Sementara itu, dibandingkan dengan provinsi
lainnya, UMP Jambi berada di urutan keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera,
dan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung
dan Bengkulu. (tabel 5.1.).
Tabel 5.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera
Sumber : Dinsosnakertrans Provinsi Jambi
2012 2013 2014 2015
1 BANGKA BELITUNG 1,100,000 1,265,000 1,640,000 2,100,000 28.05
2 SUMSEL 1,195,220 1,350,000 1,825,600 1,974,346 8.15
3 KEPRI 1,015,000 1,365,087 1,665,000 1,954,000 17.36
4 NAD 1,400,000 1,550,000 1,750,000 1,900,000 8.57
5 RIAU 1,238,000 1,400,000 1,700,000 1,878,000 10.47
6 JAMBI 1,142,500 1,300,000 1,502,230 1,710,000 13.83
7 SUMUT 1,200,000 1,305,000 1,505,850 1,625,000 7.91
8 SUMBAR 1,150,000 1,350,000 1,490,000 1,615,000 8.39
9 LAMPUNG 975,000 1,150,000 1,399,037 1,581,000 13.01
10 BENGKULU 930,000 1,200,000 1,350,000 1,500,000 11.11
%No ProvinsiUMP
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
88
Tahapan penentuan UMP di Provinsi Jambi mengacu pada Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 sebagaimana diubah dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-
226/MEN/2000. Sebelum penetapan UMP tahun 2015 oleh Gubernur, Dewan
Pengupahan yang terdiri dari perwakilan asosiasi pengusaha, serikat pekerja, dan
dinas terkait melakukan survei secara triwulanan untuk mengetahui Kebutuhan
Hidup Layak (KHL) di Provinsi Jambi. Survei tersebut telah dilaksanakan pada
bulan Mei/Juni, September, dan awal Oktober 2014.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penetapan UMP antara
lain; nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas makro, pertumbuhan
ekonomi, kondisi pasar kerja, dan usaha yang paling tidak mampu (marginal).
Namun demikian, dari 5 (lima) faktor tersebut, nilai KHL-lah yang dominan
menjadi faktor pertimbangan penetapan UMP karena nilainya lebih
mencerminkan kondisi riil berdasarkan hasil survei. Selanjutnya, berdasarkan KHL
yang telah ditetapkan Dewan Pengupahan, Gubernur menetapkan besarnya
UMP.
Berdasarkan diskusi dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi
terhadap beberapa asosiasi perusahaan, didapatkan informasi bahwa kenaikan
UMP tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi karena mayoritas
perusahaan telah menetapkan standar gaji yang lebih tinggi dari UMP. Namun
kenaikan harga BBM dan inflasi akan mempengaruhi kenaikan biaya tenaga kerja
tahun berikutnya. Sebagian besar perusahaan menyiasati kenaikan UMP tersebut
dengan meningkatkan efektifitas, melakukan efisiensi kerja dan menyesuaikan
harga jual produk dengan ongkos produksi.
B. Kemiskinan
Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada
bulan September 2014 meningkat 3,4% menjadi Rp329.181/bulan/orang (tabel
5.2.). Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi
yaitu mencapai Rp390.931/kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
89
sebesar Rp302.162/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut sama-
sama mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2014.
Dari jenis komponennya, peranan komoditas makanan (77,38%)
mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (22,62%) (perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan
sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan
adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah perumahan.
Jumlah penduduk miskin pada September 2014 adalah 281,75 ribu orang
yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 109,07 ribu orang dan
penduduk miskin desa sebanyak 172,68 ribu orang. Jumlah penduduk miskin
tersebut mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2014 dan menyebabkan
peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Namun
demikian, persentase penduduk miskin Provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari
angka nasional yang pada September 2014 mencapai 10,96%.
Tabel 5.2. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Miskin
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi
(melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)
MakananNon
MakananTotal Makanan
Non
MakananTotal
Kota 280,327 98,856 379,183 73.93 290,152 100,778 390,931 74.22
Perdesaan 230,895 60,638 291,534 79.20 239,213 62,948 302,162 79.17
Kota + Desa 245,969 72,293 318,262 77.29 254,718 74,463 329,181 77.38
Sumber : Susenas, BPS 2014
September 2014
%GK
Makanan
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
%GK
Makanan
Wilayah
Maret 2014
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
September 2013 Maret 2014 September 2014 September 2013 Maret 2014 September 2014
Kota 10.41 9.85 10.67 104.92 100.12 109.07
Perdesaan 7.54 7.07 7.39 172.82 163.68 172.68
Kota + Desa 8.41 7.92 8.39 277.74 263.80 281.75
Sumber : Susenas,BPS 2014
Wilayah
Jumlah Penduduk MiskinPersentase Penduduk Miskin
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
90
kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 2.616 ton, turun 70,0% dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 8.721 ton (grafik 5.1). Penurunan penyaluran raskin selama
triwulan IV 2014 disebabkan oleh faktor telah disalurkannya jatah raskin bulan
November dan Desember 2014 pada bulan Maret dan April 2014 dan tidak
terdapat raskin tambahan selama 2014.
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
C. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan
Desember 2014, NTP sebesar 95,06 atau turun 115 bps dibandingkan
September 2014.1
Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima
petani yang jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani.
Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami kenaikan indeks yang diterima
petani namun pada beberapa sub sektor terjadi kenaikan yang jauh lebih besar
pada indeks yang dibayar petani akibat kenaikan BBM.
1
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga
yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk
pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan
sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun
dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar
ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di
perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan
indeks dapat dijaga ketepatannya.
6.1
3.3
7.8
12.4
4.2
9.3
10.8
12.5
8.1
9.8
8.7
2.6
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TW IV
2012 2013 2014
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (%)
Sumber: BULOG Divre Jambi
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
91
Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija
mengalami sedikit kenaikan menjadi 94,71 dari triwulan sebelumnya 94,47
disebabkan kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan
indeks dibayar petani seiring dengan kenaikan permintaan beras dan beberapa
tanaman palawija (beras, wortel, ketimun, jagung manis dan kacang panas)
yang mengalami inflasi pada Desember 2014.
Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan pada triwulan laporan
mengalami penurunan menjadi dibawah 100 (99,50), padahal sejak Januari
2014 hingga November 2014 selalu berada sedikit diatas 100. Hal tersebut
disebabkan kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya produksi.
Nilai tukar petani hortikultura dan peternakan mengalami penurunan
meskipun terdapat kenaikan permintaan dan harga dalam rangka perayaan
Natal dan Tahun Baru yang ditandai dengan inflasi beberapa komponen
diantaranya cabai merah dan daging sapi. Namun nilai kenaikan harga tersebut
lebih kecil dibandingkan efek kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya
transportasi serta biaya produksi lainnya dari petani hortikultura dan peternakan.
Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat selama tahun 2014
menunjukkan tren penurunan dari 99,43 (triwulan I 2014), 98,22 (triwulan II
2014), 95,86 (triwulan III 2014) dan menjadi 94,31 pada triwulan IV 2014.
Berdasarkan liaison ke dunia usaha, tren penurunan tersebut didorong oleh
belum begitu membaiknya harga karet di level petani. Petani karet memilih tidak
melakukan penyadapan pada saat harga karet di level petani dirasa sangat
rendah karena tidak sebanding antara apa yang mereka usahakan dengan yang
mereka terima. Petani-petani tersebut lebih memilih menjadi buruh pabrik atau
bekerja pada orang lain untuk mendapatkan penghasilan.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014
92
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
Des Maret Juni September Desember
1
a Indeks Diterima Petani 105.74 110.05 108.28 108.65 114.47 5.36
b Indeks Dibayar Petani 111.08 112.10 112.26 115.01 120.87 5.10
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 95.19 98.18 96.45 94.47 94.71 0.25
2
a Indeks Diterima Petani 105.74 105.28 103.89 108.44 113.11 4.31
b Indeks Dibayar Petani 111.08 111.52 111.97 114.20 120.18 5.24
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 95.19 94.40 92.78 94.96 94.11 -0.90
3
a Indeks Diterima Petani 108.63 111.23 110.08 109.78 113.29 3.20
b Indeks Dibayar Petani 110.58 111.87 112.08 114.52 121.10 5.75
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 98.24 99.43 98.22 95.86 94.31 -1.62
4
a Indeks Diterima Petani 105.89 106.66 108.60 110.72 112.92 1.99
b Indeks Dibayar Petani 108.64 109.47 109.84 111.30 115.11 3.42
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.47 97.43 98.87 99.48 98.10 -1.39
5
a Indeks Diterima Petani 107.25 110.75 113.12 115.85 118.18 2.01
b Indeks Dibayar Petani 109.49 108.59 111.10 112.90 118.78 5.21
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 97.95 100.10 101.82 102.62 99.50 -3.04
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 107.26 109.42 108.70 109.70 113.57 3.53
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 110.33 111.46 111.73 114.03 119.47 4.77
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.21 98.17 97.29 96.21 95.06 -1.20
Perikanan
2014
PERUBAHAN (%)
( Sept 2014 ke Des 2014)
PROVINSI JAMBI
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Hortikultura
Tanaman Pangan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2013
93
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I 2015
diperkirakan relatif membaik (1,7%-2,2% (qtq)) dibandingkan triwulan IV 2014.
Kebijakan Pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi dan beberapa
barang yang diproduksi BUMN (LPG 12 Kg dan semen) pada bulan Januari 2015
diperkirakan dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi kontributor
utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Penurunan harga
BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah
Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli
masyarakat dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Selain itu,
realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah Provinsi Jambi juga
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015
disamping. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih
akan didominasi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil
dan sepeda motor dan sektor konstruksi.
Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya
8,7% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya
dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan
harga BBM bersubsidi per tanggal 1 Januari 2015 dan 19 Januari 2015,
menurunkan harga jual LPG 12 Kg serta semen produksi BUMN yang disusul
dengan penurunan tarif angkutan umum akan menjadi penyumbang utama
penurunan tekanan inflasi pada Triwulan I 2015. Namun demikian, rencana
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
94
kenaikan tarif listrik untuk 12 kategori pelanggan dam keputusan Pemerintah
Provinsi Jambi untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kg akan
menahan penurunan inflasi pada triwulan I 2015.
Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas
cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi
pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015
dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015
diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile
food. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian
selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal
triwulan III 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi
dari perkiraan antara lain: adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah
angkutan udara oleh pemerintah dan tekanan dari sektor eksternal berupa
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi
meningkatkan inflasi inti (core inflation).
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2% (qtq), tumbuh
relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu,
pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang
tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015
diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%.
Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah
tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan
harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan
Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli
masyarakat yang akan mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
95
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin
meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur
pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring
mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global.
Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas
terutama karet di pasar global, diperkirakan akan berimbas pada menurunnya
pendapatan masyarakat dan kinerja ekspor sehingga berpotensi menahan laju
pertumbuhan ekonomi Jambi.
Berbeda dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang
yang diperkirakan tumbuh dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan IV
2014 menyatakan bahwa responden belum optimis dalam memandang
perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan
perkembangan dunia usaha pada triwulan I 2015 sebesar -0,6, meskipun jauh
lebih baik dibandingkan realisasi SBT Triwulan IV 2014 (-13,0) (tabel 6.1).
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi diperkirakan masih akan
meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan, pusat
bisnis, hiburan dan rekreasi, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala
nasional/internasional serta investasi pemerintah daerah.
Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh pada triwulan
mendatang. Membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai
meningkatnya permintaan global produk Crude Palm Oil (CPO) dan pinang akan
mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
Triwulan
I-2013
Triwulan
II-2013
Triwulan
III-2013
Triwulan
IV-2013
Triwulan
I-2014
Triwulan
II-2014
Triwulan
III-2014
Triwulan
IV-2014
Triwulan
I-2015*)
1 Pertanian 0.7 (0.7) 1.5 - (6.9) - - (10.5) -
2 Pertambangan dan Penggalian (3.1) (1.0) - (1.0) (1.4) 1.4 (1.4) (1.4) 1.4
3 Industri Pengolahan - - 1.1 - (0.5) (1.0) (0.2) 0.9 (1.0)
4 Listrik dan Air Minum 0.3 0.1 (0.2) - 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
5 Bangunan - - (0.7) - (3.4) (3.4) (3.4) (3.4) -
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.9) - (0.9) 0.9 (4.6) (6.3) (7.0) (1.6) (3.3)
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.0 1.3 (0.7) - 7.1 6.1 - - -
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.4 1.4 1.4 1.8 1.2 1.8 1.1 1.4 1.4
9 Jasa-jasa (1.0) - (1.6) (0.5) 1.2 1.4 0.3 1.2 0.3
(0.6) 1.1 0.1 1.1 (6.9) 0.5 (10.2) (13.0) (0.6)
No Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : *) Angka perkiraan
Saldo Bersih Tertimbang
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
96
mendatang. Hal ini juga didukung faktor cuaca masuknya musim hujan yang
berdampak baik bagi produktivitas tanaman kelapa sawit. Sejalan dengan hal
tersebut, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan akan
tumbuh seiring dengan masuknya masa tanam dan perkiraan panen pada akhir
triwulan I 2015. Namun demikian, masih rendahnya permintaan dan harga karet
global berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan sektor perkebunan
dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian.
Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya
perkebunan kelapa sawit akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor
industri pengolahan khususnya kelapa sawit. Di sisi lain, penurunan kinerja
perkebunan karet seiring dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung bagi
penyadapan karet diperkirakan berdampak terhadap penurunan produksi crumb
rubber. Dari sisi eksternal, masih rendahnya permintaan global dan potensi harga
minyak dunia yang masih rendah pada triwulan I 2015 diperkirakan berdampak
negatif bagi pertumbuhan industri pengolahan karet dan berpotensi menahan
laju pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sudah dapat kembali
mencapai tingkat produksi seperti kondisi optimal di tahun 2012. Namun
demikian, masih rendahnya harga minyak dunia perlu diwaspadai sebagai
penghambat pertumbuhan di sektor pertambangan migas. Pertambangan non
migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya
harga batu bara internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar
kalori batubara Jambi.
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya
8,7% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Penurunan laju inflasi ini utamanya
dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
97
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi
Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi
Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi
Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan
harga BBM bersubsidi per tanggal 1 dan 19 Januari 2015 disertai penurunan
harga jual elpiji 12 kg dan semen produksi BUMN per tanggal 19 Januari 2015
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi
0,5%
m-t-m (%)
2013 2011 2012 2015 2014
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan
deviasi 0,5%
y-o-y (%)
2011 2013 2012 2015 2014
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan
deviasi 0.5%
y-t-d (%)
2011 2012 2013 2014 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
98
akan menjadi penyumbang utama menurunnya tekanan inflasi. Namun demikian,
keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) kepada pelanggan
dengan daya listrik diatas 900 VA serta keputusan Pemerintah Daerah menaikkan
harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 Kg sedikit menahan penurunan inflasi
Triwulan I 2015.
Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas
cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi
pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015
dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015
diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile
food (masukkan faktor panen raya di Maret). Disamping itu, prakiraan cuaca yang
cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih
berlanjut sampai dengan awal triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan
pasokan bahan makanan.
Beberapa komoditas yang akan menjadi penyumbang utama inflasi di
triwulan mendatang adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, emas
perhiasan, mobil, motor, rokok kretek filter, serta beberapa komoditas bahan
makanan seperti daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan udang. Di
sisi lain, komoditas yang akan menjadi penyumbang utama deflasi adalah bensin,
solar, beberapa tarif angkutan dan kelompok volatile food seperti cabai merah
dan beras.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah
2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation)
dan 3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta
terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan
transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi
pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun 2015.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
99
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri
karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui:
a) Revitalisasi kebun karet untuk meningkatkan produktivitas tanaman;
b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui
pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di
bidang karet;
c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
karet untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang
melibatkan koperasi petani karet;
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya.
2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat;
b) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam
rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama
penyumbang inflasi;
c) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi
masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014
100
3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan
meningkatkan konektivitas antar daerah melalui:
a) Mempercepat pembangunan jalan penghubung antara daerah
produsen komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit) menuju
kawasan industri pengolahan dan pelabuhan, serta jalan penghubung
daerah produsen bahan pangan menuju daerah konsumen.
b) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur
distribusi via darat;
c) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota
di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan
memperlancar jalur distribusi barang/jasa;
d) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang
masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta
surplus/defisit Provinsi Jambi;
e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk
meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi;
4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota)
di seluruh wilayah Provinsi Jambi dengan cara:
a) Meningkatkan rasio belanja modal terhadap total belanja APBD
Provinsi dan Kota di seluruh Provinsi Jambi. Share belanja modal pada
APBD-P 2014 Provinsi Jambi hanya sebesar 25,3%, lebih kecil
dibandingkan share belanja modal pada APBD-P 2013 (31,5%). Alokasi
yang lebih besar untuk belanja modal untuk meningkatkan
infrastruktur akan memperlancar distribusi barang dan jasa dan
aktivitas perekonomian di Provinsi Jambi.
b) Memprioritaskan pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan,
pelabuhan) dalam rangka mempermudah dan mempercepat distribusi
barang. Pemerintah Provinsi Jambi telah berupaya meningkatkan dana
pemeliharaan jalan provinsi dan pembangunan beberapa pembangkit
listrik.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
101
c) Alokasi dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk Pengendalian
laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir tahun berjalan.
Salah satu upaya pengendalian inflasi melalui pengembangan klaster
ketahanan pangan (pengembangan teknologi dan kapabilitas SDM
untuk meningkatkan produktivitas) dapat meningkatkan pasokan
bahan pangan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah
Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk
menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk pembangunan
industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku
karet, sawit, dan batubara. Adanya industri hilir tersebut diharapkan dapat
menjamin permintaan domestik yang stabil terhadap komoditas karet dan
batubara ditengah melambatnya permintaan global dan rendahnya harga
komoditas internasional. Kestabilan permintaan akan mendorong
peningkatan pendapatan petani karet dan pelaku usaha batubara.
Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat. Percepatan pembangunan kawasan
ekonomi Ujung Jabung dapat menjadi langkah awal dalam menarik
investor untuk membangun industri hilir seperti pabrik ban dan produk
turunan karet serta pabrik produk turunan CPO. Selain itu, pencipataan
nilai tambah pada produk hasil industri hilir dapat menaikkan harga jual
sehingga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang
pada akhirnya akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi. Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah
Daerah dimulai dari promosi sektor unggulan dan potensi industri hilir di
Provinsi Jambi, memberikan kemudahan perizinan dan memberikan
insentif bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi
Jambi.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 7,730,204.3 9,355,243.1 8,683,167.1 9,789,777.1 35,558,391.6 9,156,312.6 11,152,525.8 12,170,927.7 10,311,749.6 42,791,515.7
B 8,106,702.7 8,150,935.2 9,246,232.2 8,465,253.6 33,969,123.8 9,132,302.3 9,175,252.7 9,138,815.6 7,936,479.8 35,382,850.5
C 3,930,634.0 3,730,555.0 3,586,021.7 3,804,192.4 15,051,403.0 3,890,700.3 4,058,367.7 4,138,534.3 4,177,834.5 16,265,436.8
D 12,700.9 13,181.3 13,282.4 13,660.4 52,825.1 14,073.5 15,273.3 14,848.3 18,214.0 62,409.1
E 44,582.4 45,626.4 46,607.4 47,685.5 184,501.6 51,079.1 50,864.0 52,174.9 52,776.8 206,894.7
F 2,003,718.3 2,088,856.3 2,172,601.0 2,264,726.4 8,529,902.1 2,399,449.7 2,470,055.1 2,595,138.7 2,796,044.9 10,260,688.5
G 2,657,041.5 2,752,304.9 2,811,603.2 2,966,510.8 11,187,460.5 3,143,884.6 3,328,577.8 3,515,492.1 3,580,137.6 13,568,092.1
H 918,303.8 990,329.9 1,070,329.7 1,091,574.5 4,070,537.9 1,126,548.9 1,182,277.7 1,272,357.7 1,376,223.5 4,957,407.9
I 321,034.4 329,365.7 335,346.2 352,544.1 1,338,290.4 372,787.4 393,363.0 407,482.4 421,496.8 1,595,129.6
J 931,125.2 934,214.2 921,989.8 950,860.5 3,738,189.7 997,303.3 1,004,357.3 1,030,753.6 1,034,972.8 4,067,387.0
K 803,374.1 812,097.0 839,830.4 842,785.2 3,298,086.7 892,308.5 917,961.4 953,756.5 985,238.7 3,749,265.1
L 488,225.8 483,757.6 471,253.2 468,088.4 1,911,325.0 481,259.9 487,811.9 505,669.8 515,695.0 1,990,436.6
M,N 342,185.6 351,496.9 363,593.5 365,081.3 1,422,357.3 375,065.9 387,897.9 401,468.3 414,095.8 1,578,527.9
O 625,217.4 1,002,188.6 1,015,523.5 1,910,222.2 4,553,151.7 1,699,267.3 1,851,051.7 2,133,518.4 2,274,775.1 7,958,612.4
P 1,056,273.3 1,091,676.9 1,209,055.6 1,392,905.1 4,749,910.9 1,381,895.9 1,448,749.5 1,830,965.4 2,021,535.6 6,683,146.4
Q 282,668.3 293,938.1 305,414.4 334,325.7 1,216,346.5 327,614.7 347,563.9 376,664.0 388,069.1 1,439,911.7
R,S,T,U 293,915.4 291,879.9 298,121.1 303,527.4 1,187,443.9 309,952.9 318,468.1 327,026.7 343,979.8 1,299,427.5
30,547,907.7 32,717,647.2 33,389,972.2 35,363,720.6 132,019,247.7 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6
Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
MinumInformasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan
Real Estate
Jasa Perusahaan
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik, Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
II III IV Total
2
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kategori Lapangan Usaha
2013 2014
I II III IV Total I
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 6,383,223.1 7,604,250.7 7,304,336.5 7,475,238.0 28,767,048.2 7,928,701.1 8,010,636.9 8,237,760.5 8,332,222.8 32,509,321.3
B 7,241,636.6 7,508,506.7 7,967,823.2 7,883,182.5 30,601,149.0 7,697,413.3 7,840,131.3 8,180,838.3 8,090,251.8 31,808,634.7
C 3,060,012.9 3,131,703.9 3,109,797.3 3,242,246.6 12,543,760.8 3,233,516.0 3,294,253.6 3,312,882.8 3,289,782.4 13,130,434.7
D 12,849.4 13,030.8 13,139.1 13,295.8 52,315.1 13,165.0 13,789.1 13,974.3 15,652.6 56,581.0
E 40,479.5 39,852.4 39,514.7 38,115.8 157,962.4 39,210.0 39,683.1 40,235.0 41,343.1 160,471.1
F 1,908,268.4 1,968,504.5 1,995,231.0 2,036,269.0 7,908,272.9 2,124,820.9 2,158,461.0 2,170,639.2 2,207,296.1 8,661,217.2
G 2,341,302.4 2,397,988.0 2,451,864.5 2,478,026.9 9,669,181.9 2,543,491.8 2,580,776.8 2,676,617.2 2,861,077.5 10,661,963.2
H 811,654.2 831,618.8 864,122.8 875,544.4 3,382,940.3 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 3,669,443.7
I 251,328.2 257,494.6 259,914.6 264,372.6 1,033,110.0 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 1,226,622.0
J 882,325.0 893,837.5 915,729.6 930,467.7 3,622,359.8 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 3,876,301.8
K 660,093.7 668,313.1 674,820.3 662,417.7 2,665,644.9 673,187.6 686,359.7 692,398.6 720,535.1 2,772,481.0
L 421,021.6 424,594.0 428,305.7 421,573.8 1,695,495.1 425,585.0 430,235.7 436,358.7 440,616.1 1,732,795.4
M,N 291,119.3 292,167.4 294,718.6 293,830.0 1,171,835.3 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 1,230,408.0
O 858,685.6 922,507.5 866,096.9 1,005,270.0 3,652,560.0 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 4,141,157.3
P 938,377.5 940,291.7 952,179.1 854,158.3 3,685,006.5 875,384.1 909,678.4 943,625.5 965,511.5 3,694,199.5
Q 260,829.7 270,457.9 267,832.9 303,833.6 1,102,954.2 308,834.0 313,942.8 320,742.4 325,957.4 1,269,476.6
R,S,T,U 270,629.3 273,024.0 277,332.5 280,004.6 1,100,990.4 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 1,162,075.4
26,633,836.5 28,438,143.7 28,682,759.4 29,057,847.3 112,812,586.8 29,568,071.3 30,064,713.2 30,888,153.9 31,242,645.6 121,763,584.0
Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Pengadaan Listrik, Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
IV Total
2
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
2013 2014
I II III IV Total I II IIIKategori Uraian
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
I II III IV Total I II III IV Total
1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 13,176,707.4 13,501,393.9 14,159,659.1 14,306,820.1 55,144,580.5 14,803,978.5 15,074,887.8 15,730,444.1 17,057,825.7 62,667,136.1
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 150,041.5 152,748.1 160,189.2 171,718.0 634,696.9 186,080.2 196,253.4 193,025.9 200,846.9 776,206.4
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,192,469.8 2,211,582.8 2,863,553.8 5,829,702.1 12,097,308.5 1,787,610.2 2,800,340.1 3,815,622.9 6,371,072.3 14,774,645.6
4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,078,970.0 7,916,659.1 9,361,405.7 10,836,380.2 35,193,415.0 9,576,985.1 8,915,511.2 8,765,966.2 8,525,724.1 35,784,186.6
5 Perubahan Inventori 297,002.3 -194,254.6 1,065,191.7 -1,203,086.9 -35,147.5 1,694,940.2 1,677,480.8 479,514.6 -1,780,018.6 2,071,916.9
6 Ekspor Barang dan Jasa 23,263,004.2 22,918,837.8 22,018,104.4 21,805,085.0 90,005,031.4 23,196,279.4 25,888,772.5 28,773,749.0 25,849,191.0 103,707,991.8
7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 14,610,287.4 13,789,319.9 16,238,131.8 16,382,898.1 61,020,637.1 15,494,066.6 15,962,826.9 16,892,728.3 17,575,322.0 65,924,943.8
30,547,907.7 32,717,647.2 33,389,972.2 35,363,720.6 132,019,247.7 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6
Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara
KomponenNo
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : BPS Provinsi Jambi
2013 2014
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total
1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 11,613,888.7 11,733,216.4 11,930,624.0 11,973,118.2 47,250,847.3 12,157,939.9 12,253,439.4 12,603,144.6 12,631,892.4 49,646,416.4
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 133,578.0 132,438.1 136,871.6 145,352.3 548,240.0 152,140.2 160,817.9 155,189.9 157,866.5 626,014.7
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 994,098.7 1,808,937.4 2,306,626.7 4,683,920.1 9,793,582.9 1,441,263.7 2,243,929.2 3,016,841.3 5,099,866.4 11,801,900.5
4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 6,472,468.1 7,155,330.6 8,399,170.4 9,650,921.7 31,677,890.8 8,509,029.0 7,916,351.6 7,780,548.2 7,561,283.4 31,767,212.3
5 Perubahan Inventori 545,199.8 -507,221.7 681,463.7 -642,341.5 77,100.4 1,042,682.1 916,536.8 1,005,317.8 -1,064,030.0 1,900,506.7
6 Ekspor Barang dan Jasa 19,196,846.4 20,872,951.1 20,339,254.7 16,656,396.0 77,065,448.2 19,281,298.4 19,871,378.3 19,952,235.6 20,762,598.9 79,867,511.2
7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 12,322,243.3 12,757,508.1 15,111,251.8 13,409,519.6 53,600,522.8 13,016,282.1 13,297,740.0 13,625,123.5 13,906,832.1 53,845,977.8
26,633,836.5 28,438,143.7 28,682,759.4 29,057,847.3 112,812,586.8 29,568,071.3 30,064,713.2 30,888,153.9 31,242,645.6 121,763,584.0
Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : BPS Provinsi Jambi
KomponenNo2013 2014
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo
Tahun Dasar 2012=100
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Sumber : BPS Provinsi Jambi
No URAIAN KOTA JAMBI Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14
1 UMUM / TOTAL 103.02 103.55 103.65 103.58 104.16 105.55 108.98 110.28 109.27 110.21 110.41 112.13 111.26 111.51 111.67 111.93 112.09 113.58 113.76 113.91 114.49 116.99 120.04
2 BAHAN MAKANAN 102.17 106.76 107.18 107.18 106.95 107.22 109.19 114.51 116.97 111.76 112.13 117.32 113.12 112.7 112.66 113.27 113.79 117.77 116.18 116.46 116.26 121.91 125.70
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 103.19 103.64 104.10 104.60 104.67 105.75 106.01 106.78 107.27 108.90 109.74 109.90 110.19 111.03 111.46 111.56 111.79 113.00 113.25 113.34 114.00 114.12 115.83
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 101.85 101.88 102.59 102.70 102.87 104.42 104.45 104.80 105.54 106.76 108.74 110.14 109.66 110.09 110.41 110.69 110.92 111.24 113.08 113.91 116.13 116.69 119.02
5 SANDANG 103.12 103.39 103.02 102.51 101.65 100.59 100.79 100.52 101.38 102.82 102.15 102.78 103.13 102.85 102.67 102.87 102.82 103.61 103.39 103.06 103.09 102.38 102.82
6 KESEHATAN 101.16 101.15 101.60 101.61 101.68 102.00 102.03 102.18 102.18 102.48 103.13 103.56 103.71 103.73 104.16 104.26 104.39 104.89 104.89 105.19 105.53 105.80 106.17
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 101.58 101.66 101.96 102.02 101.87 101.86 101.95 102.76 102.80 102.89 103.09 103.09 103.27 103.67 103.79 103.81 103.73 103.92 104.75 104.70 104.65 104.67 105.06
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 101.21 101.29 102.37 102.42 102.43 102.58 107.50 118.31 120.17 119.25 119.51 119.90 120.73 121.37 121.42 121.47 121.20 122.14 122.52 122.00 122.07 127.97 135.18
No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14
1 UMUM / TOTAL 110.45 111.01 110.62 110.31 109.75 110.63 111.97 112.46 113.13 114.03 116.64 119.06
2 BAHAN MAKANAN 113.33 113.46 111.63 109.34 106.39 107.13 110.21 110.93 112.19 113.61 118.08 120.13
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.75 111.04 110.94 111.09 111.15 113.16 113.2 113.18 113.19 113.25 114.43 114.58
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113.39 114.08 114.46 114.78 115.19 115.66 116.13 118.02 119.71 122.43 123.4 125.67
5 SANDANG 109.85 110.42 110.46 110.01 111.15 113.01 114.29 114.56 114.23 114.24 113.65 114.14
6 KESEHATAN 105.46 106.18 106.77 107.02 107.30 107.48 107.78 107.88 108.89 109.48 109.74 110.14
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106.44 106.44 106.54 107.58 107.84 107.96 110.39 110.36 110.17 110.24 112.62 116.15
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106.98 107.35 107.39 108.50 108.48 108.62 109.48 109.18 109.39 109.47 115.32 122.93
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Istilah
Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang
mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa
tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh
sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan
atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai
dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi
merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank
Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional
sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan
terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional
dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh
perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori
kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia
yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia
kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows
pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash
outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila
terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya
ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN
Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Widyastanto Nugroho
Galih Riyandi Chandra Apriyanto
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : meily@bi.go.id, ihsan@bi.go.id , widyastanto_n@bi.go.id , nurcahaya@bi.go.id