KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … penyusunan KEKR triwulan I-2016 kami banyak memperoleh...

127
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Triwulan I 2016

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … penyusunan KEKR triwulan I-2016 kami banyak memperoleh...

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

Triwulan I 2016

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi

Jambi triwulan I-2016 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan

periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun

komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal

maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha,

perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan

dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah.

KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi

daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan

kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.

Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, PDRB Jambi tumbuh sebesar 3,42%

(yoy), lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,18% (yoy)) meskipun

lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 (5,90% (yoy)). Angka

pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I-2016

yang sebesar 4,92%(yoy). Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, inflasi Jambi

tercatat sebesar 4,99% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 1,37% (yoy) dan inflasi nasional

4,45% (yoy). Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 4,58% (yoy).

Kinerja perbankan mengalami kenaikan ditandai dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada

triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun DPK mengalami

perlambatan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada

posisi yaitu sebesar 122,06% yang mengindikasikan masih derasnya aliran dana dari

perbankan dari luar Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level

yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,19%. Pembenahan

sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit

perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi.

Dalam penyusunan KEKR triwulan I-2016 kami banyak memperoleh support dari dinas-

dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena

itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga

kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam

meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk

kemakmuran masyarakat Jambi.

Jambi, Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI JAMBI

V. Carlusa Kepala Perwakilan

vii

DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... vii Daftar Tabel ......................................................................................... ix Daftar Grafik ......................................................................................... xi Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... xiv Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 6 BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7

A. Umum ............................................................................. 7

B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan.................................................................. ... 9

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 9

3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor........................................ ...................... 12

4. Sektor Industri Pengolahan .......................................... 12

5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 13

C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 15

1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 16

2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto ................. 17

3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 19

3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 19

3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 21

BAB II. Inflasi ....................................................................................... 23

A. Kajian Umum ................................................................. 23

B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 25

1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 28

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau ........... ....................................................... 32

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar....................................................................... .... 33

4. Kelompok Sandang.................................................. .... 34

5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 34

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 35

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 35

C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 36

BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 43

A. Bank Umum .................................................................... 44

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016

viii

1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 44

2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 44

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 49

4. Undisbursed Loan...................................................... .. 55

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing

Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 57

6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 61

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 63

C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 64

1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 65

2. Penyediaan Uang Layak Edar........................................ 66

3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 66

4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 66

Boks 1 Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah Dalam

Mendukung Prospek Ekonomi Islam di Kota Jambi ................... 69

BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 75

A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2016............. 75

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2015 .................. 76

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................. 78

D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. .......... 81

BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daerah ............................ 93

A. Ketenagakerjaan Daerah .................................................... 93

B. Kesejahteraan Petani ......................................................... 97

BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 101

A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 102

B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 104

C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 106

Lampiran Glosary

TRIWULAN I -2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

ix

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8

1.2 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 16

1.3 Indeks Tendensi Konsumen 16

1.4 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 19

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 26

2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi

Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 27

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode Triwulan I-2016 28

2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kabupaten Bungo Tahun 2014-2016 37

2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kabupaten Bungo berdasarkan

kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 38

2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kabupaten Bungo berdasarkan

komoditi periode triwulan I-2016 41

3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 46

3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 49

3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 49

3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi di Proyek

Provinsi Jambi 55

3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan

Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 56

3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi

Jambi 60

3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi

Jambi 65

4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2016 76

4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2016 78

4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 79

4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 80

5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 94

5.2 Jumlah Pekerja Berdasarkan Sektor Usaha 96

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016

x

5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 96

5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 98

6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 103

TRIWULAN I -2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

xi

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I-Tahun 2016 9 1.3 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 10 1.4 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.5 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12 1.6 Produksi Karet Gapkindo Jambi 13 14 1.7 Tingkat Hunian Hotel 13 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik 14 1.9 Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi 14 1.10 Perkembangan Kunjungan Kapal dan Arus Barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi 14 1.11 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 15 1.12 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 15 1.13 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I-Tahun 2016 15 1.14 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 17 1.15 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 18 1.16 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 18 1.17 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 20 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 20 1.19 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 21 1.20 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan I-2016 21 1.21 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 21 1.22 Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 21 1.23 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 22 1.24 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 22 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 23 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 24 2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau

Sumatera per Maret 2016 24 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 29 2.5 Perkembangan Harga Jagung 30 2.6 Perkembangan Harga Beras 30 2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 31 2.8 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 31 2.9 Perkembangan Harga Daging 32 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 34 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 36 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2016 37 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 44 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 45 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 57

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016

xii

3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 61 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 61 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 63 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 65 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 67 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 79 4.2 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 80 4.3 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 81 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 100 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d.

serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016 105 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016 105

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

A. Inflasi dan PDRB

2016TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I

MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 111.51 112.09 113.91 120.04 120.04 116.95 119.33 119.94 121.69 121.69 122.79

Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) 110.62 110.63 113.13 119.06 119.06 116.06 117.29 119.20 120.60 120.60 121.38

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 7.51 6.47 4.31 8.72 8.72 4.88 6.46 5.29 1.37 1.37 4.99

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 6.28 4.58 5.21 8.99 8.99 4.92 6.02 5.37 1.29 1.29 4.58

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 29,262,512.3 29,932,218.3 30,164,704.4 30,625,282.0 119,984,716.9 30,724,577.6 31,228,862.7 31,485,898.7 31,599,373.6 125,038,712.6 31,776,235.8

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,726,006.6 7,893,740.5 7,651,931.0 7,873,750.5 31,145,428.6 8,238,487.7 8,278,595.8 8,197,095.3 8,101,708.8 32,815,887.7 8,403,790.1

Pertambangan dan Penggalian 7,529,794.9 7,804,012.7 7,822,281.4 7,790,897.0 30,946,985.9 7,662,402.2 7,807,953.5 7,800,888.1 7,608,653.2 30,879,897.0 7,960,718.9

Industri Pengolahan 3,336,918.3 3,407,286.5 3,475,015.3 3,411,514.8 13,630,734.9 3,388,166.4 3,525,359.3 3,513,827.3 3,521,477.0 13,948,830.0 3,441,104.6

Pengadaan Listrik, Gas 13,207.4 13,832.0 14,036.6 15,830.6 56,906.6 14,119.2 14,511.0 14,701.6 15,951.7 59,283.5 15,012.3

Pengadaan Air 40,210.0 40,683.1 41,235.0 41,343.1 163,471.1 40,795.9 41,742.2 43,122.7 44,485.9 170,146.7 42,088.7

Konstruksi 2,041,220.9 2,050,461.0 2,160,639.2 2,307,296.1 8,559,617.2 2,034,367.5 2,076,841.2 2,273,908.9 2,420,926.1 8,806,043.7 2,118,853.8

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,554,491.8 2,579,776.8 2,736,617.2 2,791,077.5 10,661,963.2 2,895,811.9 2,961,541.5 2,989,064.5 2,990,170.7 11,836,588.6 2,990,719.5

Transportasi dan Pergudangan 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 3,669,443.7 952,879.8 974,869.2 981,680.1 1,001,753.7 3,911,182.8 997,336.8

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 1,226,622.0 315,495.8 322,805.1 331,435.2 336,502.9 1,306,239.2 325,507.9

Informasi dan Komunikasi 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 3,876,301.8 1,029,422.7 1,032,684.5 1,079,443.8 1,115,924.3 4,257,475.4 1,090,326.9

Jasa Keuangan 676,099.7 686,805.7 690,740.6 704,083.6 2,757,729.7 706,251.9 687,296.8 705,688.8 716,590.4 2,815,827.9 755,872.8

Real Estate 425,582.2 430,233.9 436,358.9 440,620.4 1,732,795.4 449,595.4 450,575.1 452,321.4 452,856.0 1,805,347.9 464,240.1

Jasa Perusahaan 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 1,230,408.0 321,898.1 327,290.8 328,170.0 330,834.1 1,308,193.0 333,751.6

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 4,141,157.3 1,056,847.6 1,067,817.3 1,069,712.1 1,228,024.1 4,422,401.1 1,111,585.7

Jasa Pendidikan 905,384.1 924,678.4 952,025.5 970,511.5 3,752,599.5 976,535.4 1,001,707.3 1,026,504.9 1,028,633.2 4,033,380.8 1,037,538.3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 308,834.0 313,942.8 321,742.4 325,957.4 1,270,476.6 334,498.1 344,440.7 358,909.3 360,295.3 1,398,143.4 362,998.9

Jasa lainnya 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 1,162,075.4 307,001.9 312,831.2 319,424.6 324,586.2 1,263,844.0 324,789.0

Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 263,619 278,279 223,628 255,033 1,020,560 248,706 247,150 242,613 192,651 931,120 190,008 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563 3,814,802 1,089,055 1,046,327 529,392 458,224 3,122,998 580,684

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 71,736 53,767 38,560 20,918 184,980 25,667 28,113 23,589 24,987 102,357 16,893 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 26,274 31,946 33,758 23,999 115,977 27,200 74,696 36,740 30,352 168,988 31,954

Sumber: BPSCatatan1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan

SITC 2 digit yang berlaku.3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit

4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi

Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo

INDIKATOR2014 2015

xiii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

B. Perbankan

2,016 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I

PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 37,671,417 36,946,500 35,699,374 37,641,431 DPK(Rp Juta) 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221 24,702,501 23,444,032 23,896,694

- Tabungan 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 11,316,696 11,817,508 13,099,752 4,422,563 - Giro 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 3,619,074 3,708,267 2,885,355 11,674,692 - Deposito 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451 9,176,726 7,458,925 7,799,438

31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342 37,194,044 37,021,752 37,085,798 - Modal Kerja 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 11,327,405 12,339,123 11,741,672 11,789,330 - Konsumsi 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 10,216,942 10,886,602 11,176,153 11,148,084 - Investasi 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 13,654,995 13,968,319 14,103,926 14,148,384 - Dana 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 24,596,162 25,160,245 23,940,094 24,472,416 - LDR 156.04 142.87 144.86 151.60 146.54 143.11 147.83 154.64 151.54

23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 - Modal Kerja 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 8,869,811 9,049,452 9,195,982- Konsumsi 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 6,976,421 7,326,643 7,471,117- Investasi 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 11,974,568 12,359,713 12,500,015

- LDR (%) 119.22 111.48 112.63 119.42 116.86 113.01 112.62 122.57 122.06- NPL Gross nominal 492,240 612,619 620,912 654,329 769,060 879,166 892,091 811,104 930,215- NPL Gross % 2.06 2.46 2.45 2.49 2.89 3.21 3.21 2.82 3.19

Kredit MKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809 3,506,146 3,511,797 3,405,187 3,559,126

- Kredit Modal Kerja 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 1,537,153 1,555,357 1,501,564 1,638,283 - Kredit Investasi 618,466 638,798 636,627 647,195 669,772 683,815 691,783 717,077 756,730 - Kredit Konsumsi 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391 1,285,178 1,264,656 1,186,546 1,164,113

Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 13,601,753 13,777,763 14,282,793 14,614,745 - Kredit Modal Kerja 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 2,025,697 1,948,250 2,086,405 2,165,164 - Kredit Investasi 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 2,129,599 2,093,978 2,143,840 2,112,702 - Kredit Konsumsi 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404 9,446,457 9,735,535 10,052,548 10,336,880

4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 5,044,331 5,038,407 5,241,789 5,111,674 - Kredit Modal Kerja 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 3,279,252 3,266,149 3,388,552 3,295,800 - Kredit Investasi 876,907 814,947 808,236 836,608 848,942 849,820 851,026 879,234 856,908 - Kredit Konsumsi 804,029 815,357 838,954 881,741 886,629 915,259 921,231 974,003 958,966

Total Kredit MKM (Rp Juta) 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 22,152,229 22,327,966 22,929,768 23,285,546 NPL MKM gross (%) 2.43 2.90 2.95 2.78 3.22 3.45 3.55 3.23 3.64- NPL MKM Gross Nominal 480,211 595,039 614,782 593,170 697,392 765,150 791,695 741,370 846,851

B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 742,646 731,857 739,748 758,995 766,796 759,582 750,518 744,844 765,796DPK (Rp Juta) 541,824 539,797 550,872 566,501 580,220 583,279 578,450 572,778 594,062 - Tabungan (Rp Juta) 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947 85,648 88,876 90,237 92,108- Deposito (Rp Juta) 459,281 455,928 466,800 481,637 495,273 497,631 489,574 482,541 501,953

Kredit (Rp Juta) 544,849 541,885 535,557 524,672 524,425 531,051 525,067 509,941 507,915 - Modal Kerja 164,194 171,394 178,183 180,501 189,211 204,080 205,604 210,834 225,549 - Investasi 104,588 105,345 107,637 107,056 107,172 106,844 103,563 99,270 97,394 - Konsumsi 276,067 265,146 249,737 237,115 228,042 220,127 215,900 199,837 184,972

Kredit UMKM (Rp Juta) 227,858 237,051 245,608 248,842 259,465 270,286 270,992 273,377 282.68 Rasio NPL Gross (%) 7.99 10.09 11.13 12.21 14.50 15.65 17.80 15.81 14.75- NPL Gross (Nominal) 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061 83,127 93,447 80,633 74,893LDR (%) 82.57 85.60 84.13 79.40 80.46 82.38 80.52 76.70 77.55

Sumber: LBU Bank Indonesia

2015

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤

Rp5 miliar) ((Rp Juta)

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi

kantor cabang

2014INDIKATOR

viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

c. Sistem Pembayaran

2016Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

KliringNilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,412,348 2,662,816 2,628,672 2,599,490 2,284,108 Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 67,623 74,693 69,881 72,452 69,594 Cek dan BG KosongLembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,229 1,692 1,580 1,752 1,502 Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 41,570 57,632 51,768 66,346 52,095

Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 892,023 2,573,657 1,563,340 1,354,519 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181 2,545,103 2,170,933 1,159,492 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) 28,555 (607,593) 195,027 Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi

2015Uraian

2014

xv

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

Perekonomian Jambi pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,42%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya (3,18% (yoy)) tetapi masih lebih rendah dari pertumbuhan

ekonomi nasional triwulan I-2016 yang tercatat sebesar 4,92% (yoy).

Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan

ekonomi Jambi pada triwulan laporan utamanya disebabkan

meningkatnya pertumbuhan sektor pertambangan dari -2,34% (yoy)

pada triwulan IV-2015 menjadi 3,89% (yoy) pada triwulan I-2016.

Dari sisi penggunaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi

pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan

konsumsi sebesar 4,39% dari 4,30% pada triwulan sebelumnya.

Selain itu, penurunan pertumbuhan impor dari 10,07%(yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi -6,97%(yoy) pada triwulan I-2016

menyebabkan kinerja net ekspor mengalami perbaikan.

Perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian

disebabkan adanya eksplorasi gas bumi di Kabupaten Tanjung Jabung

Timur selema triwulan laporan. Sedangkan dari sisi penggunaan,

kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditengarai disebabkan

meningkatnya daya beli masyarakat seiring kenaikan UMP dan

penurunan harga BBM selama triwulan laporan.

II. Inflasi

Pada triwulan I-2016, inflasi kota Jambi tercatat 4,99 %(yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37%(yoy)) dan inflasi nasional

(4,45%(yoy)). Namun demikian, realisasi inflasi tersebut masih lebih

rendah bila dibandingkan rata-rata inflasi tahunan triwulan I dalam kurun

waktu tiga tahun terakhir yang tercatat 6,15%. Secara bulanan (month to

month), inflasi pada bulan Januari, Februari dan Maret 2016 masing-

masing sebesar 0,42%, 0,22% dan 0,26%.

Kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi pada triwulan laporan

terutama disebabkan oleh meningkatnya inflasi kelompok volatile food

dari -3,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,67% (yoy) pada

triwulan I-2016. Tingginya curah hujan di sentra produksi cabai dan

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jambi triwulan I

2016 mengalami kenaikan

yaitu dari 3,18% (yoy)

menjadi 3,42% (yoy) .......

Pada triwulan I-2016, Kota

Jambi mengalami inflasi

sebesar 4,99%

(yoy) dan Kota Bungo 4,58%

(yoy) .......

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016

2

bawang merah di Jambi dan Jawa berdampak negatif bagi hasil panen

serta menyebabkan banjir yang mengganggu jalur distribusi. Sementara

itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 2,05%

(yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya

(1,60% yoy). Inflasi inti tercatat relatif stabil yaitu sebesar 4,11% pada

triwulan laporan.

Inflasi Bungo tercatat sebesar 4,58% (yoy), lebih tinggi bila

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,29% qtq) dengan

pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) Januari, Februari dan Maret

2016 masing-masing sebesar 0,78%, 0,18% dan -0,31%.

III. Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan pada triwulan I-2016 secara umum

menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring

meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9,8% (yoy)

meskipun DPK mengalami perlambatan pertumbuhan dari 6,7% (yoy)

pada triwulan IV-2015 menjadi 5,1% (yoy) pada triwulan laporan. Mulai

meningkatnya kinerja perbankan Jambi sejalan dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi Jambi dari 3,18% (yoy) pada triwulan IV-2015

menjadi 3,42% (yoy) pada triwulan laporan. Meskioun demikian, kualitas

kredit mengalami penurunan yang tercermin dari rasio NPL sebesar

3,19% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (2,82%).

Sementara itu, tingkat Loan to Deposits Ratio (LDR) di atas 100%. LDR

perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan

sebesar 52 bps menjadi sebesar 122,06% dari triwulan sebelumnya

112,57%.

Aliran kas masuk (cash inflow) tercatat mengalami penurunan

6,3% (yoy), hal yang sama juga terjadi pada aliran kas keluar (cash

outflow) yang mengalami penurunan 9,8% (yoy) sehingga menyebabkan

net inflow meningkat sebesar 21,4%..

IV. Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan

triwulan I-2016 mencapai Rp908,9 miliar (terealisasi sebesar 26,42%

dari target pendapatan APBD 2016). Realisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mencapai Rp261,1 miliar (28,72% dari total pendapatan), tumbuh

6,0%(yoy) dibandingkan realisasi PAD triwulan I-2015. Pendapatan

Kinerja perbankan

menunjukkan peningkatan

seiring meningkatnya

penyaluran kredit meskipun

DPK mengalami

perlambatan pertumbuhan

..............

Realisasi pendapatan

triwulan I-2016 mencapai

26,42% dari APBD

sementara realisasi

belanja mencapai

12,82%...

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN I-2016| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

3

terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp204,25

miliar (22,5% dari total pendapatan atau 78,2% dari total PAD).

Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan sebesar 14,1%

(yoy) dari Rp420,3 miliar pada triwulan I-2015 menjadi Rp479,7 miliar

pada triwulan I-2016. Nilai realisasi belanja tersebut mencapai 12,82%

dari target belanja APBD 2016 Akan tetapi, pangsa (share) belanja

modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka

meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar

29,1%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang

mencapai 57,9%.

V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Pada Februari 2016, jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi

tercatat sebesar 1,70 juta orang, meningkat 3.800 orang dibandingkan

posisi bulan Februari 2015. Namun, pertumbuhan ekonomi Jambi

triwulan laporan (3,42%, yoy) yang lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan ekonomi triwulan I-2015 (5,90%, yoy) menyebabkan

jumlah penduduk bekerja mengalami penurunan dari 1,65 juta orang di

bulan Februari 2015 menjadi 1,62 juta orang di bulan Februari 2016. Hal

tersebut menyebabkan pengangguran bertambah sekitar 32.800 orang

dan tingkat pengangguran terbuka naik tajam dari 2,73% (Februari 2015)

menjadi 4,66% pada Februari 2016.

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami

peningkatan 127 bps yaitu dari 95,72 pada triwulan IV-2015 menjadi

96,93 pada triwulan laporan sejalan dengan peningkatan NTP pada sub

sektor perkebunan rakyat (4,24%) dan perikanan (0,81%) yang

disebabkan oleh kenaikan harga jual Tandan Buah Segar (TBS) dan

harga bahan olahan karet yang sedikit mengalami kenaikan.

Sementara itu, penyaluran raskin selama triwulan I-2016

mengalami peningkatan sebesar 124,57% (yoy) dengan total raskin yang

disalurkan mencapai 9.328 ton.

Jumlah angkatan kerja

Februari 2016 meningkat

3.800. Namun, jumlah

penduduk bekerja

menurun 5,90% (yoy)

sehingga tingkat

pengangguran terbuka

naik dari 2,73% (Feb 2015)

menjadi 4,66%(Feb

2016)..............

NTP mengalami kenaikan

127 bps seiring kenaikan

NTP perkebunan

rakyat..................

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016

4

VI.Prospek Perekonomian

Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016

diperkirakan pada kisaran 3,71%-4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2016 (3,42% (yoy)). Dari sisi lapangan usaha, sektor

pertambangan diperkirakan akan menjadi sumber utama pertumbuhan

ekonomi Jambi seiring dimulainya penambangan gas di Tanjung Jabung

Timur. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh diantaranya:

1. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan seiring membaiknya

harga TBS dan karet,

2. Kenaikan harga kedua komoditas pertanian tersebut akan

menyebabkan pertumbuhan kinerja sektor perdagangan besar,

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta;

3. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan;

4. Sektor transportasi dan pergudangan

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah diperkirakan menjadi penyumbang utama pertumbuhan

ekonomi Jambi seiring proyeksi meningkatnya pendapatan masyarakat

sejalan dengan membaiknya kinerja komoditas unggulan Jambi (kelapa

sawit dan karet) dan optimisme pemerintahan baru dalam mempercepat

program-program kerjanya. Disamping itu, ekspor yang tumbuh seiring

meningkatkanya ekspor migas ke luar negeri pasca eksploitasi blok gas

baru di Tanjung Jabung Timur.

Inflasi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada di kisaran 2,96%-

3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan laporan (4,99%)

yang disebabkan menurunnya inflasi komoditas administered price dan

proyeksi kestabilan inflasi komoditas volatile food. Penurunan inflasi

komoditas administered price disebabkan penurunan harga bensin dan

solar pada 1 April 2016 yang lalu serta tariff adjustment PLN pada bulan

April 2016. Sementara menurunnya inflasi volatile food utamanya

disebabkan menurunnya harga cabai merah dan beras seiring pasokan

yang melimpah pasca panen raya.

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi

lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) anomali cuaca yang

mengganggu produksi dan 2) rencana pengalihan pelanggan listrik 900

VA ke 1.300 VA.

Laju pertumbuhan PDRB

triwulan II -2016

diperkirakan berkisar

3,65% (yoy).....

Inflasi triwulan II -2016

diperkirakan berkisar

2,96%-3,46% (yoy) .......

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN I-2016| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

5

Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini, beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah adalah:

Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah:

1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:

a) Optimalisasi Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah

untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka mendorong

konektivitas dan perdagangan antar daerah.

b) Pemerintah perlu memperhatikan rantai nilai sektor-sektor

unggulan yang belum dikembangkan secara optimal seperti

pertambangan batu bara dalam hal penciptaan sumber

pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara dan

perkebunan pinang dalam hal pengembangan jaringan

pemasaran ke industri pengolahan/hilir.

c) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi melalui :

1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di

tingkat nasional maupun internasional.

2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi

penanaman modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin,

relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda

RTRW untuk industri.

3. Insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu

penunjang komoditas unggulan di Jambi.

4. Pemerintah perlu memonitor komitmen investasi dari swasta

dan memberikan bantuan/pendampingan apabila terjadi

masalah.

5. Optimalisasi peranan SMK dalam pengembangan

perekonomian melalui peningkatan kompetensi guru,

penambahan jurusan/jenis keahlian, pengembangan jiwa

entrepreneurship dan program insentif untuk lulusan yang

mengembangkan usaha. Hal ini mengingat pengangguran

lulusan SMK yang terus bertambah setiap tahunnya.

2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,

perkebunan dan kehutanan melalui :

1) Program replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat;

2) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan

tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna;

3) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016

6

4) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri

untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;

5) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas

(pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan

dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura)

6) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas

utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani.

7) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi

industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya dengan

memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan

pengembangan;

Menyikapi pengendalian Inflasi

Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi penurunan inflasi selama

triwulan mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan:

1. Mitigasi risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 dan tahun

mendatang melalui program kerja dan alokasi anggaran yang

tepat sasaran.

2. Pemanfaatan forum TPID sebagai tempat untuk mematangkan

konsep dan koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian

inflasi antar SKPD.

3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID

Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi

melalui:

a. Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka

panjang di seluruh Kabupaten/Kota;

b. Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap

Kabupaten/Kota;

c. Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di

Provinsi Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan

keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta

surplus/defisit Provinsi Jambi;

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN I-2016| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

7

d. Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem

pasar lelang forward, resi gudang dll.

e. Percepatan kerjasama antar daerah melalui SKPD terkait

dalam rangka pemenuhan stok bahan makanan.

7

BAB I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perekonomian Jambi pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,42% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya (3,18%,yoy) tetapi

masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I-2016

(4,92%,yoy) (Grafik 1.1).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)

Menurut klasifikasi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi provinsi

Jambi pada triwulan I-2016 utamanya disebabkan membaiknya kinerja pertumbuhan

sektor utama pertambangan dan penggalian dari -2,34% (yoy) pada triwulan IV-2015

menjadi 3,89% (yoy) pada triwulan I-2016. Sementara itu, sektor utama lainnya seperti

sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor dan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan

pertumbuhan pada triwulan laporan.

Menurut andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-2016, sektor

pertambangan dan penggalian menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,97% diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar

0,54% dan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor

sebesar 0,31%.

Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, 3 (tiga) sektor yang mengalami

pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I-2016 adalah sektor jasa kesehatan dan

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

8

kegiatan sosial (8,52%,yoy), sektor jasa keuangan (7,03%,yoy) dan sektor pengadaaan

listrik dan gas (6,33%,yoy) (Tabel 1.1).

Dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan

I-2016 utamanya disebabkan meningkatnya pertumbuhan konsumsi dari 4,30%(yoy)

pada triwulan IV-2015 menjadi 4,39%(yoy) pada triwulan laporan dan kontraksi impor

barang dan jasa (antar daerah maupun antar negara) sebesar 6,97%(yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,07%(yoy) (Tabel 1.1).

I II III IV I II III IV I

4.30 4.35 4.40 4.41 4.07 4.30 4.25 4.30 4.39

13.90 21.43 13.38 8.61 3.06 (0.68) 6.38 8.93 1.84

5.13 3.12 5.75 3.71 1.08 (17.18) (5.00) 16.46 2.18

61.21 26.80 (8.85) (28.20) (11.52) (4.30) (0.42) 13.45 8.94

12.73 (385.93) 18.76 (61.94) (39.52) 0.49 (18.76) (35.13) (8.57)

(5.11) (0.93) 10.51 16.42 15.51 12.03 10.64 (0.44) (4.83)

0.44 8.70 0.90 2.07 6.91 7.28 7.69 10.07 (6.97)

9.06 6.65 6.74 7.05 5.90 4.33 4.38 3.18 3.42

Sum ber: BPS (diolah)

2014 2016

PDRB

Ekspor

Im por

Pengeluaran Konsum si Pem erintah

Pem bentukan M odal Tetap Dom estik Bruto

Perubahan Inventori

JENIS PENGELUARAN

Pengeluaran Konsum si Rum ah Tangga

Pengeluaran Konsum si Rum ah Tangga LNPRT

2015

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (% yoy)

I II III IV I II III IV I

18.05 12.11 8.67 5.77 6.63 4.88 7.12 2.90 2.01

3.16 4.41 2.24 7.20 1.76 0.05 -0.27 -2.34 3.89

7.52 5.04 5.05 1.82 1.54 3.47 1.12 3.22 1.56

2.55 6.86 8.36 20.86 6.90 4.91 4.74 0.77 6.33

5.67 5.22 2.63 4.00 1.46 2.60 4.58 7.60 3.17

10.79 -0.04 12.37 13.05 -0.34 1.29 5.24 4.92 4.15

7.73 5.38 10.26 11.73 13.36 14.80 9.22 7.13 3.28

10.81 8.48 6.40 7.23 6.27 7.23 6.15 6.70 4.67

23.69 22.49 19.31 10.73 5.70 6.48 6.88 6.87 3.17

6.81 6.86 7.01 7.34 9.23 8.12 10.15 11.73 5.92

3.12 3.47 2.77 6.00 4.46 0.07 2.16 1.78 7.03

1.08 1.33 1.88 4.52 5.64 4.73 3.66 2.78 3.26

2.70 4.21 5.39 7.67 7.67 7.50 5.66 4.57 3.68

14.63 11.51 20.58 7.81 7.37 3.80 2.43 13.31 5.18

-2.48 -0.60 -0.02 8.54 7.86 8.33 7.82 5.99 6.25

18.40 16.08 20.13 7.28 8.31 9.71 11.55 10.53 8.52

4.88 4.83 5.41 7.04 8.16 9.30 9.27 8.30 5.79

9.06 6.65 6.74 7.05 5.90 4.33 4.38 3.18 3.42

20162014

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

2015

Jasa Lainnya

Inform asi dan Kom unikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Adm inistrasi Pem erintahan, Pertahanan dan

Jam inan Sosial W ajib

Pertanian, Kehutanan & Perikanan

Pertam bangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik Dan Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi M obil

dan Sepeda M otor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akom odasi dan M akan M inum

PDRB

LAPANGAN USAHA

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

9

B.PDRB Sisi Lapangan Usaha

Perekonomian Jambi pada triwulan I-

2016 tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 3,42% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

(3,18%,yoy). Meningkatnya pertumbuhan

ekonomi utamanya disebabkan

pertumbuhan sektor pertambangan dan

penggalian yang melonjak drastis dari

kontraksi sebesar 2,34% (yoy) pada

triwulan IV-2015 menjadi 3,89% seiring

kegiatan eksplorasi gas bumi di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur pada triwulan laporan.

Menurut andilnya, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan I-2016 adalah

sektor pertambangan dan penggalian dengan andil pertumbuhan sebesar 0,97%, sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 0,54% dan

diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar

0,31%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada

triwulan laporan terjadi pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (8,52%,yoy),

sektor jasa keuangan (7,03%,yoy) dan sektor pengadaan listrik dan gas (6,33%,yoy).

Menurut pangsanya, perekonomian Jambi selama triwulan I-2016 didominasi oleh

sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (30,06%), sektor pertambangan dan

penggalian (16,77%), sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor (11,79%) serta sektor industri pengolahan (10,66%) (Grafik 1.2).

1. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2016 menyumbangkan

nilai tambah sebesar Rp6,77 triliun (pangsa 16,77%), tumbuh 3,89%(yoy) dan menjadi

Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2016

Sumber: BPS (diolah)

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

10

kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi pada triwulan laporan

(0,97%).

Pertumbuhan positif sektor pertambangan dan penggalian didorong oleh

eksplorasi gas bumi di Provinsi Jambi seiring dimulainya eksplorasi sumur Tiung di Blok

Jabung, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I-2016

mengalami pertumbuhan sebesar 2,01% (yoy), melambat jika dibandingkan

pertumbuhan triwulan IV-2015 (2,90% (yoy)). Meskipun demikian, sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan masih menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan

ekonomi Jambi pada triwulan laporan dengan andil pertumbuhan 0,54%.

Indikator sub sektor perkebunan karet masih belum menunjukkan perbaikan.

Masih lemahnya harga komoditas karet di tingkat internasional dan lokal berdampak

pada menurunnya harga karet lokal. Harga rata-rata bokar di Jambi pada triwulan

laporan tercatat mengalami penurunan sebesar 15,81%(yoy), semakin jatuh

dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi 10,53% (yoy) (Grafik

1.3). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di

tingkat internasional sebesar 24,60%(yoy) dari harga rata-rata USD1,84/kg menjadi

USD1,38/kg (Grafik 1.3). Musim hujan yang terjadi selama triwulan I 2016 berdampak

pada penurunan frekuensi penyadapan karet oleh petani. Disamping itu, makin

rendahnya harga bahan olah karet (bokar) menyebabkan petani enggan menyadap

tanaman karetnya.

Grafik 1.3. Perkembangan Harga Bokar di provinsi Jambi

12,865

154.27

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

7,500

17,500

27,500

37,500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2012 2013 2014 2015 2016

USD cent/KgRp/Kg

Harga Bokar (Rp/kg)

Harga Karet Internasional, aksiskanan (USD cent/kg)

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Jambi dan Bloomberg

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

11

Kondisi sub sektor perkebunan kelapa sawit juga menunjukkan hal yang sama.

Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp

1.476,29/kg, terkontraksi sebesar 14,35%(yoy) bila dibandingkan triwulan yang sama di

tahun 2015. Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami

penurunan sebesar 7,88%(yoy) dari USD625,44/metric ton pada triwulan I-2015 menjadi

USD576,18/metric ton pada triwulan I-2016. (Grafik 1.4). Masih rendahnya harga TBS

merupakan dampak dari belum membaiknya harga minyak mentah dunia yang

mendorong melemahnya harga CPO global sebagai salah satu produk substitusi minyak

mentah.

Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,

Harga Inti dan TBS 10 Tahun di provinsi Jambi

Namun demikian, perlambatan yang terjadi pada sub sektor perkebunan sedikit

tertahan oleh meningkatnya kinerja sub sektor pertanian tanaman pangan seiring panen

raya komoditas tanaman bahan makanan (tabama) di Provinsi Jambi pada akhir triwulan

laporan yang dilaporkan lebih baik dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015.

Hal tersebut terindikasi dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan

yang pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 96,93, lebih tinggi dibandingkan NTP pada

triwulan IV-2015 (95,72) dan triwulan I-2015 (95,81). Kenaikan NTP terjadi karena

kenaikan indeks diterima petani sebesar 6,49% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan

kenaikan indeks dibayar petani sebesar 5,25%(Grafik 1.5).

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2012 2013 2014 2015 2016

Harga (Rp)

CPO Int'l CPO INTI TBS 10 TAHUN

USD/Metric

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: Dinas Perkebunan provinsi Jambi dan Bloomberg

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

12

Grafik 1.5. Nilai Tukar Petani (NTP) provinsi Jambi

3. Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor

menyumbangkan Rp4,76 triliun terhadap PDRB triwulan I-2016, tumbuh sebesar 3,28%

(yoy) dengan andil pertumbuhan 0,31%, melambat bila dibandingkan triwulan

sebelumnya (7,13%,yoy) maupun triwulan I-2015 (13,36%,yoy). Sektor ini cenderung

mengalami perlambatan sejak triwulan III-2015. Hasil liaison Kantor Perwakilan BI

Provinsi Jambi pada pusat perbelanjaan di Jambi menyatakan bahwa penjualan pada

triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015.

Disamping itu, harga jual beberapa produk juga tidak mengalami kenaikan berarti seiring

penurunan penjualan pada produk-produk yang bukan merupakan produk consumer

goods.

4. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan menyumbangkan Rp4,30 triliun terhadap PDRB

triwulan I-2016 dan tumbuh sebesar 1,56% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,17%,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (3,22% (yoy)).

Perlambatan terindikasi dari hasil Liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi ke

beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit. Responden menyatakan produksi CPO tidak

mengalami kenaikan berarti seiring kelangkaan bahan baku TBS akibat musim kemarau

2015 yang mengurangi produktivitas tanaman. Data produksi pabrik pengolahan karet

92.00

93.00

94.00

95.00

96.00

97.00

98.00

99.00

90

95

100

105

110

115

120

125

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015

Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100

indeks terima indeks bayar NTP (aksis kanan)

Sumber: BPS (diolah)

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

13

(crumb rubber) yang tergabung dalam GAPKINDO1 (Gabungan Pengusaha Karet

Indonesia) cabang Jambi juga menunjukkan kontraksi sebesar 10,51% (yoy) pada

triwulan laporan, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

9,26%(yoy) (Grafik 1.6).

Grafik 1.6. Produksi Karet GAPKINDO Jambi

Sumber : GAPKINDO provinsi Jambi

5. Sektor-sektor Lain

Sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum

tumbuh 3,17%(yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh sebesar

6,87%(yoy) maupun triwulan yang

sama di tahun 2015 (5,70%,yoy).

Perlambatan ini ditengarai

disebabkan menurunnya

permintaan makan minum

(catering) untuk acara hajatan dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pemerintah

selama triwulan laporan.

Namun demikian, data rata-rata tingkat hunian hotel di Jambi selama triwulan

laporan mengalami kenaikan dari 45,52% pada triwulan IV-2015 menjadi 48,04% pada

1 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo

73,974

86,652

67,123 69,892

-9.26

-10.51

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Volume Produksi Crumb Rubber (Ton) G (% yoy)

Grafik 1.7. Tingkat Hunian Hotel

56,219

63,514 60,125

37.62

45.5248.04

0

10

20

30

40

50

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I

2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)

Sumber : BPS (diolah)

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

14

triwulan laporan. Kenaikan tingkat hunian hotel juga tercermin dari kenaikan jumlah tamu

menginap hotel di Jambi selama triwulan laporan sebesar 6,95%(yoy) (Grafik 1.7).

Sektor pengadaan listrik

dan gas serta sektor pengadaan

air masing-masing tumbuh

sebesar 6,33%(yoy) dan

3,17%(yoy). Pertumbuhan sektor

pengadaan listrik dan gas

mengalami kenaikan bila

dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya (0,77%

(yoy)). Hal ini terindikasi dari

kenaikan pemakaian tenaga listrik

sebesar 6,68%(yoy) dan kenaikan

jumlah pelanggan listrik sebesar

8,47%(yoy) selama triwulan

laporan (Grafik 1.8). Namun

demikian, pertumbuhan konsumsi

air di Kota Jambi justru mengalami

penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya (7,60%,yoy) yang

diindikasikan oleh kontraksi

konsumsi air bersih di Kota Jambi

sebesar 1,56%(yoy) (Grafik 1.9).

Sektor transportasi dan

pergudangan tumbuh sebesar

4,67% (yoy) dengan andil

pertumbuhan 0,14%, melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2015 (6,70%(yoy)). Perlambatan tersebut

terindikasi dari data arus bongkar muat barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi dan

Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik Prov. Jambi

Grafik 1.9. Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi

Grafik 1.10. Perkembangan Kunjungan Kapal dan Arus Barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

15

Bandara Sultan Thaha Jambi. Kunjungan kapal dan Arus barang di pelabuhan Talang

Duku Jambi tercatat mengalami tren penurunan (Grafik 1.10).

Data arus barang di Bandara Sultan Thaha Jambi juga menunjukkan tren

penurunan. Jumlah barang yang dibongkar dan dimuat tercatat mengalami penurunan

masing-masing sebesar 11,78%(yoy) dan 14,10%(yoy) (Grafik 1.12). Namun demikian,

jumlah penumpang yang berangkat maupun datang mengalami kenaikan signifikan

masing-masing sebesar 31,98%(yoy) dan 30,73%(yoy) (Grafik 1.11) yang utamanya

disebabkan beroperasinya terminal baru Bandara Sultan Thaha Jambi yang mampu

menampung pesawat dan penumpang yang lebih banyak pada triwulan I-2016.

Sektor lain yang tumbuh tinggi pada triwulan laporan adalah sektor jasa

kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,52%(yoy) dan sektor jasa keuangan sebesar

7,03% (yoy).

Grafik 1.11. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang

Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Bongkar dan

Muat Barang

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

16

C. PDRB Sisi Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran,

meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi

pada triwulan laporan disebabkan oleh

meningkatnya pertumbuhan konsumsi

sebesar 4,39% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya (4,30%,yoy) dan kontraksi

impor barang dan jasa (antar daerah

maupun antar negara) sebesar 6,97% (yoy)

yang menurun cukup tajam dibandingkan

triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,07%(yoy). Berdasarkan

andil pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan masih disumbangkan

oleh konsumsi rumah tangga dengan andil 1,93% dan pembentukan modal tetap

domestik bruto (PMTDB) dengan andil sebesar 1,90% (Tabel 1.2). Berdasarkan

strukturnya, perekonomian provinsi Jambi pada triwulan laporan masih didominasi oleh

konsumsi rumah tangga sebesar 46,48%, diikuti PMTDB sebesar 23,33% dan net

ekspor sebesar 22,88% (Grafik 1.13).

1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku memberikan kontribusi

Rp18,75 triliun atau 46,48% terhadap PDRB Jambi pada triwulan I-2016. Konsumsi

rumah tangga tumbuh 4,39% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya (4,30% yoy) seiring meningkatnya pendapatan masyarakat sejalan

kenaikan UMP dan penurunan harga BBM selama triwulan laporan.

Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.13. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

17

Angka indeks tendensi konsumen (ITK) triwulan I-2016 tercatat 100,53, yang

mengindikasikan bahwa persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi triwulan laporan

relatif baik dibandingkan triwulan sebelumnya. ITK beberapa komoditi makanan dan

bukan makanan tercatat sebesar 100,58 pada triwulan laporan yang mengindikasikan

stabilnya tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan laporan (Tabel 1.3).

Tabel 1.3. Indeks Tendensi Konsumen

Namun demikian, data indikator konsumsi menunjukkan tren perlambatan.

Penyaluran kredit real estate tercatat tumbuh 2,7%(yoy) pada triwulan laporan, sedikit

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,9%(yoy)) (Grafik 1.14).

Grafik 1.14. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di provinsi Jambi

Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan

sebesar Rp2,26 triliun, tumbuh 2,18%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015

(1,08%,yoy) meskipun mengalami perlambatan bila dibandingkan triwulan sebelumnya

(16,46%,yoy). Hal tersebut didukung oleh data realisasi belanja operasi Pemerintah

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

18

provinsi Jambi pada triwulan I-2016 yang tumbuh 12,69% (yoy). Kenaikan belanja

utamanya disebabkan meningkatnya belanja hibah yang mencapai 49,83% (yoy).

Sementara itu, belanja pegawai dan barang oleh pemerintah pusat di Provinsi Jambi

tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 13,50%(yoy) dan 117,09%(yoy).

2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)

Pertumbuhan investasi yang dinyatakan oleh PMTDB mengalami perlambatan.

Tercatat invetasi tumbuh sebesar 8,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 13,45%(yoy).

Perlambatan investasi terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan kredit

investasi dari 13,94%(yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 12,12%(yoy) pada triwulan

laporan (Grafik 1.15).

Grafik 1.15.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di provinsi Jambi

Perlambatan investasi juga terindikasi dari data konsumsi semen yang

menunjukkan kontraksi sebesar 4,70%(yoy) pada triwulan laporan yang lebih dalam

dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya (2,84%,yoy) (Grafik 1.16).

Sumber : LBU Bank Indonesia

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

19

Grafik 1.16.Konsumsi Semen provinsi Jambi

Adapun menurut data BKPM, investasi yang ditanamkan di provinsi Jambi dari

dalam negeri (PMDN) pada triwulan laporan mencapai Rp197,0 miliar (Tabel 1.4) yang

utamanya diinvestasikan pada industri makanan (Rp104,38 miliar) dan peternakan

(Rp44,35 miliar). Nilai investasi tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan

hingga 232,65%(yoy) bila dibandingkan dengan triwulan I-2015. Kenaikan investasi

ditengarai bersumber dari investasi terkait kegiatan eksplorasi tambang gas bumi di

Tanjung Jabung Timur.

Tabel 1.4 PMA dan PMDN provinsi Jambi

3. Perdagangan Eksternal

Ekspor provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah lain pada triwulan I-

2016 mencapai Rp25,65 triliun, terkontraksi sebesar 4,83% (yoy), jauh lebih dalam

dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya (0,44%,yoy). Nilai ekspor luar negeri

Provinsi Jambi (data BPS) menunjukkan kontraksi 47,03% pada triwulan laporan.

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

20

Turunnya ekspor utamanya dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak dan gas (migas)

provinsi Jambi yang terkontraksi hingga 57,10%(yoy) dan ekspor karet dan olahannya

yang terkontraksi 19,83%(yoy).

Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) pada triwulan I 2016

tercatat sebesar Rp16,41 triliun, terkontraksi 6,97% (yoy), dan merosot bila dibandingkan

triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh positif 10,07% (yoy)). Namun

demikian, impor dari luar negeri (data BPS) tercatat tumbuh sebesar 18,72% (yoy) yang

didorong meningkatnya nilai impor bahan kimia dan sejenisnya hingga 202,15% (yoy).

3.1. Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi.

Menurut indikator ekspor dan impor luar negeri non migas, kinerja ekspor dan

impor luar negeri non migas Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami

penurunan. Penurunan ekspor terjadi pada hampir semua komoditas unggulan Jambi

seperti karet, CPO dan batubara. Sementara ekspor komoditas kertas dan bubur kertas

tercatat mengalami pertumbuhan.

Menurut dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri non-

migas Jambi pada triwulan laporan sebesar US$190,00 juta, terkontraksi 23,6% (yoy)

dari triwulan I-2015

(US$248,70 juta). Sementara

itu, impor luar negeri non

migas sebesar US$16,89 juta,

terkontraksi 34,19%(yoy)

dibandingkan impor triwulan I-

2015 (US$ 25,66 juta).

Dengan kondisi tersebut,

Jambi mengalami net ekspor

sebesar US$173,11 juta

(Grafik 1.17).

Menurut jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar masih disumbangkan

komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar US$67,20 juta atau 35% dari total

Grafik 1.17. Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri

Non-Migas di provinsi Jambi

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

21

ekspor non migas Jambi, diikuti oleh komoditas kertas dan bubur kertas (pulp and paper)

serta buah-buahan dan sayuran masing-masing US$38,71 juta dan US$19,89 juta

(Grafik 1.18). Sementara itu, nilai ekspor CPO tercatat sebesar US$17,04 juta, menurun

bila dibandingkan triwulan sebelumnya (US$ 39,17 juta) dan triwulan I-2015 (US$52,66

juta). Apabila dilihat dari struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk

industri pengolahan dari sub sektor perkebunan dan kehutanan masih mendominasi

ekspor Jambi pada triwulan laporan (Grafik 1.20).

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi

Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas

Utama

Grafik 1.20. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw I 2016

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

22

Menurut negara tujuan (Grafik 1.21 dan 1.22), ekspor Jambi pada triwulan laporan

sebagian besar ditujukan ke Tiongkok dengan nilai US$37,10 juta, diikuti Amerika

Serikat sebesar US$26,11 juta.

3.2. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Jambi

Impor non migas provinsi Jambi selama triwulan laporan tercatat sebesar

US$16,89 (Grafik 1.23) juta, terkontraksi sebesar 34,19%(yoy). Penurunan impor yang

cukup dalam utamanya terjadi pada mesin industri dan perlengkapannya (-76,46%,yoy),

mesin industri tertentu/khusus (50,94%,yoy) dan kertas dan bubur kertas (-37,03%,yoy).

Menurunnya impor mesin-mesin industri sejalan dengan melambatnya aktivitas produksi

dan kinerja ekonomi Sementara itu, impor yang melonjak cukup tajam adalah mesin

pembangkit tenaga (164,29%, yoy). Menurut pangsanya, impor Jambi pada triwulan

laporan didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus sebesar US$3,81 juta atau 23%

dari total impor dan bahan kimia inorganis sebesar US$2,83 juta atau 17% dari impor

Jambi) (Grafik 1.24).

Grafik 1.23. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

Grafik 1.21. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I

2016

Grafik 1.22. Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara

Tujuan

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

23

Grafik 1.24. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

41

BAB II INFLASI

A. Kajian Umum

Pada Triwulan I-2016, inflasi kota Jambi tercatat 4,99% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37% yoy), serta lebih tinggi dari inflasi

nasional (4,45% yoy), namun lebih rendah dari rata-rata inflasi Triwulan I dalam

kurun waktu tiga tahun terakhir (6,15% yoy) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi

Bungo tercatat sebesar 4,58% (yoy) dan juga lebih tinggi dari inflasi nasional5.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi,

kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi pada

kelompok volatile food yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,99% (yoy), setelah

mengalami deflasi pada triwulan sebelumnya (3,20% yoy). Tingginya curah hujan

baik di Jambi maupun di Jawa berdampak negatif bagi panen cabai dan bawang

merah serta menyebabkan banjir yang mengganggu jalur distribusi. Sementara

5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya

hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

42

itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 2,05% (yoy),

sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,60% yoy) (Grafik

2.2). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan hilangnya base

effect dampak kebijakan menaikkan harga BBM pada tanggal 1 dan 28 Maret

2015. Inflasi inti tercatat relatif stabil yaitu sebesar 4,11% (yoy) pada triwulan

laporan.

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)

Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-13 (tiga

belas) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera.

Sementara Bungo menempati urutan ke-8 (delapan) terendah. Inflasi tertinggi

pada Triwulan I-2016 terjadi di Kota Sibolga (7,89%), sedangkan inflasi terendah

terjadi di Kota Banda Aceh (3,10%) (Grafik 2.3)6.

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2016

6 Sumber: BPS Provinsi Jambi

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

43

Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota

Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,90% (qtq), meningkat

cukup signifikan bila dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan yang sama

tahun sebelumnya (2,57% qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada

bulan Januari, Februari, dan Maret 2016 masing-masing sebesar 0,42%, 0,22%,

dan 0,26%.

Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi

sebesar 4,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya

(1,29% yoy) namun sedikit menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu

(4,92% yoy) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari,

Februari, dan Maret 2016 masing-masing sebesar 0,78%, 0,18%, dan -0,31%.

B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan kelompoknya, tingginya inflasi kota Jambi utamanya

disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan 10,67%

(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 2,59%, dari sebelumnya mengalami deflasi

3,05% (yoy) pada Triwulan IV-2015, dan inflasi triwulanan sebesar 2,14% (qtq)

(Tabel 2.1). Kenaikan inflasi kelompok tersebut dipicu oleh inflasi sub kelompok

bumbu-bumbuan sebesar 83,93% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi

sebesar 28,83% (qtq), inflasi sub kelompok ikan segar sebesar 8,41% (yoy) dan

secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 3,27% (qtq), serta inflasi sub

kelompok sayur-sayuran 8,61% (yoy) meskipun secara triwulanan masih

mengalami deflasi sebesar 8,13% (qtq).

Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya

dari -6,00% (yoy) dan 2,98% (qtq) pada Triwulan IV-2015 menjadi -0,77% (yoy)

dan -5,97% (qtq).

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami

inflasi yang cukup tinggi mencapai 8,82% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar

1,52% dan inflasi triwulanan mencapai 2,94% (qtq) dengan kontribusi inflasi

sebesar 0,52%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok

makanan jadi yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

44

mie, dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol seiring kenaikan

harga rokok kretek filter dan rokok kretek.

Kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar mengalami inflasi 2,18%

(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,48% dan inflasi triwulanan sebesar

0,66% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,15%. Inflasi kelompok ini

didominasi inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan

bakar, penerangan dan air.

Kelompok sandang mengalami deflasi 0,27% (yoy) dengan kontribusi

deflasi sebesar 0,02% dan deflasi triwulanan sebesar 0,10% (qtq) dengan

kontribusi sebesar 0,01%. Deflasi kelompok ini didominasi deflasi sub kelompok

sandang anak-anak dan sub kelompok sandang wanita.

Kelompok kesehatan mengalami inflasi 4,76% (yoy) dengan kontribusi

inflasi sebesar 0,21% dan inflasi triwulanan sebesar 2,28% (qtq) dengan

kontribusi inflasi sebesar 0,10%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub

kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,88%

(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,26% dan inflasi triwulanan 0,37% (qtq)

dengan kontribusi inflasi sebesar 0,02%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi

sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan.

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi

sebesar 0,51% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,10% dan secara

triwulanan mengalami deflasi sebesar 2,01% (qtq) dengan kontribusi deflasi

sebesar 0,39%. Deflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub

kelompok transpor seiring dampak penurunan tarif BBM dan turunnya tarif

angkutan udara selama off season awal tahun.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn

I Bahan Makanan -1.44 -0.32 0.76 0.18 3.86 0.90 -3.05 -0.73 2.14 0.51 10.67 2.59

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.66 0.28 9.25 1.58 1.30 0.22 8.29 1.41 2.94 0.50 8.82 1.53

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.23 0.05 6.68 1.49 0.78 0.17 2.90 0.64 0.66 0.15 2.18 0.48

IV Sandang 0.41 0.03 1.44 0.09 -1.26 -0.08 0.39 0.02 0.10 0.01 -0.27 -0.02

V Kesehatan 1.12 0.05 3.50 0.09 0.33 0.01 2.88 0.13 2.28 0.10 4.76 0.21

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 3.23 0.21 3.87 0.26 0.10 0.01 3.62 0.24 0.37 0.02 3.88 0.26

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.22 0.24 8.44 1.64 1.12 0.22 -1.04 -0.20 -2.01 -0.39 0.51 0.10

0.51 0.54 5.29 5.34 1.46 1.45 1.37 1.52 0.90 0.90 4.99 5.16 INFLASI

Sumber: BPS (diolah)

Triwulan III-2015

(q-t-q, %)

Triwulan IV-2015

(q-t-q, %)

Triwulan III-2015

(y-o-y, %)

Triwulan I-2016

(q-t-q, %)

Triwulan I-2016

(y-o-y, %)

Triwulan IV-2015

(y-o-y, %)KELOMPOK

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

45

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulanan pada Triwulan I-2016 (Januari,

Februari, dan Maret 2016) utamanya disumbangkan oleh inflasi cabai merah,

bawang merah, tukang bukan mandor, dan udang basah. Sedangkan

penyumbang deflasi adalah komoditas bensin, tarif listrik, angkutan udara,

daging dan telur ayam ras.

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -10.52 -0.20 5.84 4.62 -1.44 0.76 3.86 -3.05 2.14 10.67

a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.14 7.10 -5.64 3.06 4.63 4.39 1.67 0.53 0.99 1.38

b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -10.93 -13.45 8.66 -19.12 -5.69 -22.38 2.98 -6.00 -5.97 -0.77

c. IKAN SEGAR -1.91 3.44 5.57 2.81 -3.38 -0.40 2.92 2.98 3.27 8.41

d. IKAN DIAWETKAN 2.37 0.30 0.72 2.27 -0.31 -0.54 -0.85 1.92 2.88 2.43

e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA -1.00 9.36 5.47 7.18 1.10 5.41 -0.03 5.54 -2.06 4.41

f. SAYUR-SAYURAN -14.12 -17.54 20.52 15.55 15.63 26.55 -15.17 1.53 -8.13 8.61

g. KACANG-KACANGAN -3.76 -2.41 1.38 -1.31 0.07 -2.07 -0.43 -2.78 -0.26 0.76

h. BUAH-BUAHAN -6.82 -2.24 11.36 5.37 -6.95 0.66 15.36 11.38 -8.08 9.87

i. BUMBU-BUMBUAN -48.64 4.28 25.97 51.71 -18.75 2.85 39.50 -26.67 28.83 83.93

j. LEMAK DAN MINYAK 0.74 -3.04 -2.01 -3.84 -5.31 -6.20 0.17 -6.36 2.42 -4.80

k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.05 11.37 -0.39 8.26 0.91 7.49 0.77 1.24 1.27 2.58

II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 2.43 6.86 2.65 8.95 1.66 9.25 1.30 8.29 2.94 8.82

a. MAKANAN JADI 2.67 6.32 2.52 8.18 1.81 8.97 0.87 8.10 1.79 7.18

b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 1.94 5.06 4.47 9.71 0.10 8.71 1.14 7.82 3.21 9.16

c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 2.25 9.39 1.74 10.23 2.38 10.28 2.38 9.05 5.35 12.35

III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.37 9.59 0.49 9.30 0.23 6.68 0.78 2.90 0.66 2.18

a. BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.15 3.87 0.04 3.09 0.18 2.00 0.89 0.95 1.93 3.06

b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 3.89 22.79 0.97 23.50 -0.31 15.58 0.91 5.53 -1.02 0.53

c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.49 4.84 0.99 5.05 1.16 5.16 0.58 4.27 0.59 3.35

d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.92 5.63 0.70 4.77 1.25 5.19 0.16 3.06 0.08 2.20

IV. SANDANG 0.76 0.73 0.49 1.25 0.41 1.44 -1.26 0.39 0.10 -0.27

a. SANDANG LAKI-LAKI 0.01 -0.64 0.96 0.24 0.40 0.39 -0.60 0.76 0.88 1.64

b. SANDANG WANITA 0.01 1.30 0.04 0.63 1.24 1.89 -2.16 -0.90 -3.39 -4.27

c. SANDANG ANAK-ANAK 0.14 1.14 -0.41 0.31 -0.47 -0.63 0.39 -0.36 -0.31 -0.81

d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 2.55 1.08 1.22 3.40 0.54 3.76 -2.48 1.79 2.54 1.77

V. KESEHATAN 0.44 2.81 0.96 3.13 1.12 3.50 0.33 2.88 2.28 4.76

a. JASA KESEHATAN 1.35 1.35 0.61 1.97 0.00 1.97 0.03 2.00 2.84 3.50

b. OBAT-OBATAN -1.24 3.87 1.51 4.77 2.32 3.87 -0.83 1.72 0.01 3.00

c. JASA PERAWATAN JASMANI 1.29 2.54 0.00 1.29 0.00 1.29 0.00 1.29 3.13 3.13

d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.29 3.89 1.19 3.85 1.89 5.39 1.36 4.81 2.76 7.39

VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.11 1.46 0.16 1.56 3.23 3.87 0.10 3.62 0.37 3.88

a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.72 0.00 1.72 3.63 3.63 0.00 3.63 0.00 3.63

b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 3.84 0.00 3.84 9.25 9.25 0.00 9.25 2.38 11.86

c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.93 2.59 1.03 3.01 1.22 6.60 0.13 3.35 1.08 3.50

d. REKREASI -0.26 -1.71 -0.21 -1.62 0.68 -0.91 0.23 0.44 -0.15 0.55

e. OLAHRAGA 0.00 0.52 2.17 2.70 2.51 5.28 2.70 7.56 0.00 7.56

VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -3.52 7.46 0.22 7.85 1.22 8.44 1.12 -1.04 -2.01 0.51

a. TRANSPOR -5.06 10.29 -0.15 10.28 1.54 10.71 1.42 -2.37 -3.04 -0.30

b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.26 -0.97 0.02 -0.59 0.17 0.33 0.49 0.95 -0.10 0.58

c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.71 2.63 4.83 7.10 1.18 8.05 0.07 7.96 1.91 8.17

d. JASA KEUANGAN 0.00 16.67 0.00 16.67 0.00 16.67 0.00 0.00 3.35 3.35

INFLASI (UMUM) -2.57 4.88 2.02 6.46 0.51 5.29 1.46 1.37 0.90 4.99

Sumber: BPS (diolah)

TW III-2015TW I-2015 TW II-2015 TW I-2016TW IV-2015KELOMPOK/SUBKELOMPOK

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

46

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I-2016

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 10,67% (yoy)

dengan sumbangan mencapai 2,59%, setelah mengalami deflasi pada triwulan

sebelumnya 3,05% (yoy).

Secara triwulanan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar

2,14% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,86

(qtq). Meningkatnya inflasi bahan makanan dipicu meningkatnya inflasi yang

TW I-2016 TW I-2016

Sumbangan Sumbangan

JANUARI JANUARI

1 Tarip Listrik 0.2380 1 Bensin -0.1953

2 Daging Ayam Ras 0.1996 2 Angkutan Udara -0.1552

3 Udang Basah 0.1230 3 Kacang Panjang -0.1017

4 Gabus 0.0998 4 Cabai Merah -0.0772

5 Bawang Merah 0.0760 5 Ketimun -0.0485

6 Rokok Kretek Filter 0.0737 6 Pepaya -0.0460

7 Bawang Putih 0.0559 7 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.0392

8 Beras 0.0525 8 Solar -0.0353

9 Kue Kering Berminyak 0.0339 9 Sawi Hijaui -0.0330

10 Telur Ayam Ras 0.0324 10 Cabai Rawit -0.0334

0.9848 -0.7648

FEBRUARI FEBRUARI

1 Cabai Merah 0.1343 1 Tarip Listrik -0.2086

2 Nanas 0.1262 2 Daging Ayam Ras -0.1650

3 Gabus 0.0841 3 Bawang Merah -0.1342

4 Tukang Bukan Mandor 0.0760 4 Tomat Buah -0.0749

5 Udang Basah 0.0684 5 Tomat Sayur -0.0723

6 Rokok Kretek 0.0636 6 Bensin -0.0375

7 Pisang 0.0535 7 Jeruk -0.0311

8 Kangkung 0.0491 8 Wortel -0.0295

9 Rokok Kretek Filter 0.0458 9 Nila -0.0274

10 Kacang Panjang 0.0401 10 Semangka -0.0250

0.7411 -0.8055

MARET MARET

1 Cabai Merah 0.3579 1 Gabus -0.2102

2 Bawang Merah 0.2954 2 Daging Ayam Ras -0.1731

3 Tukang Bukan Mandor 0.1516 3 Nanas -0.1260

4 Ikan Bakar 0.0485 4 Telur Ayam Ras -0.1153

5 Tarip Puskesmas 0.0452 5 Beras -0.0855

6 Cabai Rawit 0.0426 6 Pepaya -0.0810

7 Bawang Putih 0.0426 7 Tarip Listrik -0.0495

8 Tomat Sayur 0.0389 8 Udang Basah -0.0341

9 Rendang 0.0339 9 Sepatu -0.0333

10 Rokok Kretek Filter 0.0272 10 Kangkung -0.0322

1.0838 -0.9402

Sumber: BPS Provinsi Jambi

10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47

cukup tinggi pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang tinggi (28,83% qtq) di

triwulan laporan, setelah sebelumnya juga mengalami inflasi (39,05% qtq) di

Triwulan IV-2015.

Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan

laporan mengalami

inflasi yang tinggi

(Grafik 2.4). Harga rata-

rata cabai merah

selama Triwulan I-2016

menunjukkan tren

meningkat yang cukup

signifikan dari

Rp28.938/kg pada

Januari 2016, lalu naik

ke level Rp35.825/kg di bulan Februari 2016 hingga menjadi Rp38.754/kg pada

Maret 2016. Bank Indonesia Jambi menganalisis tren meningkatnya harga cabai

merah tersebut sebagai berikut:

1. Tingginya curah hujan dan banjir di beberapa wilayah sentra produksi

di Jambi dan Jawa, sehingga mengakibatkan petani mengalami gagal

panen dan membusuknya hasil panen cabai.

2. Banjir juga mengganggu jalur distribusi komoditas hortikultura dari

daerah pemasok ke Jambi.

3. Pasokan yang mulai berkurang seiring masih berlangsungnya masa

tanam di daerah produsen di Jawa.

Meningkatnya harga bumbu-bumbuan juga terjadi pada komoditas

bawang merah dari harga rata-rata Rp30.222/kg di bulan Desember 2015

menjadi Rp37.072/kg di bulan Maret 2016.

Sub kelompok yang mengalami peningkatan tingkat inflasi cukup tajam

pada Triwulan I-2016 adalah sub kelompok ikan segar yaitu sebesar 8,41% (yoy),

jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,98% (yoy)

seiring dengan inflasi yang terjadi pada komoditas ikan nila (6,78% yoy), udang

basah (16,47% yoy), dan ikan patin (9,6% yoy). Tingginya curah hujan

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

48

menyebabkan angka kematian ikan tinggi sehingga mengganggu pasokan ikan

hasil budidaya dalam kolam.

Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi

sebesar 1,38% (yoy) yang utamanya disebabkan inflasi mie kering instan sebesar

8,36% (yoy). Sementara itu, secara rata-rata harga beras lokal medium di Jambi

pada Triwulan I-2016 mengalami penurunan dibandingkan Triwulan IV-2015.

Harga rata-rata beras medium pada bulan Maret 2016 tercatat Rp10.848/kg,

lebih rendah dibandingkan harga beras medium pada bulan Desember 2015

sebesar Rp10.984/kg (Grafik 2.5). Penurunan harga beras utamanya disebabkan

dua hal utama:

1. Panen raya padi di Jambi sudah berlangsung sejak Februari 2016 dan,

2. Realisasi impor beras oleh Bulog sebesar 1.1 juta ton (hingga Februari

2016) yang dapat mendorong kestabilan harga beras.

Penurunan harga beras lokal tersebut berbanding terbalik dengan tren naiknya

harga beras internasional dari rata-rata USD 331,84/metric ton pada triwulan

sebelumnya menjadi USD 341,43/metric ton pada Triwulan I-2016.

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras

Komoditas jagung internasional, secara rata-rata sedikit mengalami

penurunan harga, dari USD 3,58/bushel pada Triwulan IV-2015 menjadi USD

3,51/bushel pada Triwulan I-2016. Berbanding terbalik dengan hal tersebut,

harga rata-rata jagung pipilan mengalami kenaikan dari Rp7.810/kg pada

Triwulan IV-2015 menjadi rata-rata Rp8.0000/kg pada Triwulan I-2016. (Grafik

2.6).

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2013 2014 2015 2016

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD/Bushel)

Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

300.00

350.00

400.00

450.00

500.00

550.00

600.00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2013 2014 2015 2016

Thousa

nds

(Rp ribu/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD/CWT)

Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan)

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

49

Perkembangan harga

tepung terigu pada

triwulan laporan juga

cenderung mengalami

peningkatan cukup tajam

dari rata-rata harga

Rp7.627/kg pada

Desember 2015 menjadi

Rp8.040/kg pada bulan Januari 2016. Namun demikian, harga rata-rata gandum

internasional mengalami sedikit penurunan dari USD 4,1/bushel pada bulan

Desember 2015 menjadi USD 4,0/bushel pada bulan Januari 2016 (Grafik 2.7)7.

Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi 5,97% (qtq). Tren

penurunan harga terjadi

pada komoditas daging

ayam ras. Pada triwulan

laporan harga rata-rata

daging ayam di pasar

mengalami penurunan

dari Rp26.619/kg pada

bulan Desember 2015

menjadi Rp24.261/kg

pada bulan Maret 2016. Melimpahnya stok daging ayam ras hasil panen bulan

Desember 2015-Januari 2016 menyebabkan penurunan harga komoditas

tersebut.

Sementara itu, harga rata-rata daging sapi pada Triwulan I-2016 tidak

mengalami perubahan yang berarti dari Rp Rp120.158/kg pada bulan Desember

2015 menjadi Rp120.000/kg pada bulan Maret 2016 (Grafik 2.8).

7Satu bushel setara dengan 27 kg.

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu

Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

0

500

1000

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123

2012 2013 2014 2015 2016

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD / Metric Ton)

CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

50

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging

Sub kelompok lemak dan minyak mengalami deflasi 4,80% (yoy) pada

triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya sebesar

6,38% (yoy) yang utamanya disebabkan deflasi komoditas minyak goreng

sebesar 7,98% (yoy). Sementara itu, pemantauan harga Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jambi justru menunjukkan kecenderungan kenaikan harga

minyak goreng dari rata-rata Rp9.000/liter pada bulan Desember 2015 menjadi

Rp9.942/liter pada bulan Januari 2016. Hal ini sejalan dengan harga rata-rata

Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 505/metric ton menjadi USD

625/metric ton (Grafik 2.9).

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami

inflasi sebesar 8,82% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,53% dan mengalami

kenaikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (8,29% (yoy)).

Apabila dilihat secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau tercatat 2,94% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,50%.

Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 12,35% (yoy) atau

5,35%(qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok

80000

85000

90000

95000

100000

105000

110000

115000

120000

125000

130000

0

10000

20000

30000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2013 2014 2015 2016

(Rp/Kg)

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/Kg)

Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

51

kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 14,10% (yoy) dan 12,13%

(yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama Triwulan I-2016.

Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 7,18% (yoy) atau

1,79% (qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa

mie 9,78% (yoy). Sementara itu, inflasi sub kelompok minuman yang tidak

beralkohol sebesar 9,16% (yoy) atau 3,21% (qtq).

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Triwulan I-

2016 mengalami inflasi sebesar 2,18% (yoy) dengan sumbangan 0,48%, lebih

rendah dari triwulan sebelumnya (2,90% yoy) dan secara triwulanan mengalami

inflasi 0,66% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,15%. Penurunan inflasi tahunan

utamanya disebabkan penurunan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan

dan air dari 5,53% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,53% (yoy) pada

triwulan laporan seiring penurunan harga LPG 12 Kg pada Januari 2016 dan

penurunan tarif listrik berturut-turut sejak bulan Januari hingga Maret 2016

sesuai kebijakan tariff adjustment oleh PLN.

Sub kelompok perlengkapan rumah tangga juga mengalami penurunan

inflasi dari 4,27% (yoy) pada Triwulan IV-2015 menjadi 3,35% (yoy) pada

triwulan laporan yang utamanya disebabkan penurunan inflasi permadani dari

Triwulan IV-2015 sebesar 0,03% (yoy) menjadi deflasi sebesar 2.88% (yoy) pada

Triwulan I-2016.

Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami

inflasi sebesar 2,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan

sebelumnya (3,06% yoy) yang utamanya disebabkan deflasi pada

pengharum/pelembut cucian dan pembasmi nyamuk elektrik.

Sementara itu, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami kenaikan

inflasi dari 0,95% (yoy) pada Triwulan IV-2015 menjadi 3,06% (yoy) pada

Triwulan I-2016 yang utamanya disebabkan kenaikan biaya tukang bukan

mandor dari triwulan sebelumnya sebesar 0,00% (yoy) menjadi sebesar 11,77%

(yoy).

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

52

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada Triwulan I-2016 secara tahunan mengalami

deflasi sebesar 0,27% (yoy) dengan sumbangan deflasi 0,02%, setelah pada

triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,39% (yoy). Secara triwulanan,

kelompok sandang mengalami inflasi 0,10% (qtq) dengan sumbangan 0,01%.

Secara sub kelompok, penurunan inflasi kelompok ini didorong penurunan

inflasi sub kelompok sandang wanita dari triwulan sebelumnya deflasi sebesar

0,90% (yoy) menjadi deflasi 4,27% (yoy), serta deflasi yang terjadi pada sub

kelompok sandang anak-anak sebesar 0,81% (yoy) sedikit lebih tinggi dari deflasi

0,36% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu sub kelompok sandang

laki-laki mengalami inflasi 1,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi 0,76%

(yoy) pada triwulan sebelumnya. Inflasi sub kelompok barang pribadi dan

sandang lainnya tercatat sebesar 1,77% (yoy) utamanya disebabkan kenaikan

inflasi emas perhiasan

menjadi 1,92% (yoy)

sejalan dengan tren

naiknya harga emas

internasional. Harga rata-

rata emas global pada

triwulan laporan tercatat

USD 1.243,96/troy ounce,

lebih tinggi dibandingkan

harga rata-rata pada Triwulan IV-2015 sebesar USD 1.068,82/troy ounce8 (Grafik

2.10).

5. Kelompok Kesehatan

Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami

inflasi tahunan sebesar 4,76% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,21%,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (2,88% (yoy)). Sementara itu,

inflasi triwulanan tercatat sebesar 2,28% (qtq). Kenaikan inflasi yang terjadi

utamanya bersumber dari tingkat inflasi perawatan jasmani dan kosmetika 8Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

800

1000

1200

1400

1600

1800

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2013 2014 2015 2016

Sumber: Bloomberg

(USD/troy ounce)

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

53

(7,39% (yoy)) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,81% (yoy))

serta jasa kesehatan yang mengalami inflasi sebesar 3,50% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan inflasi sebesar 2,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan

sebesar 3,88% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,26%, sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (3,62% (yoy)). Sementara itu, inflasi secara

triwulanan sebesar 0,37% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,02%. Kenaikan

Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dari triwulan

sebelumnya sebesar 9,25% (yoy) menjadi sebesar 11,86% (yoy) yang utamanya

disebabkan kenaikan biaya bimbingan belajar. Sementara itu sub kelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 3,50% (yoy) atau

1,08% (qtq) seiring dengan kenaikan buku tulis bergaris.

7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Secara tahunan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

mengalami inflasi sebesar 0,51% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,10%, naik

setelah mengalami deflasi pada triwulan sebelumnya (1,04% (yoy)). Sementara

secara triwulanan tercatat mengalami deflasi 2,01% (qtq) dengan sumbangan

deflasi 0,39%. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub

kelompok transport 0,30% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan deflasi

pada triwulan sebelumnya (2,37% (yoy)), yang utamanya disebabkan oleh

hilangnya base effect dampak kebijakan menaikkan harga bensin dan solar

pada tanggal 1 dan 28 Maret 2015.

Sub kelompok sarana dan penunjang transport mengalami sedikit

peningkatan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,96% (yoy) menjadi

8,17% (yoy) yang didorong meningkatnya biaya pemeliharaan/service. Sub

kelompok jasa keuangan juga mengalami inflasi sebesar 3,35% (yoy) yang

disebabkan kenaikan biaya administrasi kartu ATM. Sementara itu sub

kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit penurunan inflasi dari

triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (yoy) menjadi 0,58% (yoy) yang didorong

sedikit menurunnya harga telepon selular.

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

54

Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan

laporan tercatat mengalami sedikit kenaikan dibandingkan Triwulan IV-2015

yaitu dari USD 37,23/barrel, menjadi USD 37,76/barrel (Grafik 2.11). Harga

minyak sedikit terdongkrak naik Maret 2016 disebabkan beberapa faktor,

antara lain pelemahan kurs dolar Amerika dan berlanjutnya kekhawatiran atas

kebakaran hutan besar-besaran di wilayah pasir minyak Kanada. Kebakaran

hutan mengamuk di bagian barat Kanada yang telah memaksa evakuasi besar-

besaran di Fort McMurray. Kebakaran yang meluas tampak belum secara

langsung merusak lokasi-lokasi tambang minyak, namun evakuasi lebih dari

100.000 orang di kawasan itu memaksa perusahaan-perusahaan untuk

memangkas produksi mereka.

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang

Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di

Provinsi Jambi. Inflasi Bungo pada Triwulan I-2016 berada pada urutan 8 (ke

delapan) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung

tingkat inflasinya. Inflasi tahunan Bungo pada Triwulan I-2016 tercatat 4,58%

(yoy), lebih tinggi bila dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,29% yoy).

Sementara itu, inflasi triwulanan Bungo pada Triwulan I-2016 tercatat 0,65%

(qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan sebelumnya

(1,17% (qtq)).

0.00

25.00

50.00

75.00

100.00

125.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2012 2013 2014 2015 2016Sumber: Bloomberg

Harga Minyak (USD/Barrel)

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

55

Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada Triwulan I-2016 adalah sebagai berikut -

0,78%(mtm) pada Januari 2016, 0,18% (mtm) pada Februari 2016, dan deflasi

0,31% (mtm) pada Maret 2016.

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2016

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

56

Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada

Triwulan I-2016 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 9,80% (yoy)

dengan sumbangan inflasi 2,56% dan secara triwulanan mengalami inflasi

1,07% (qtq). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub

kelompok bumbu-bumbuan sebesar 64,33% (yoy) dan sub kelompok makanan

jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 5,52% (yoy). Inflasi pada sub

kelompok bumbu-bumbuan didorong oleh naiknya harga cabai merah dan

bawang merah. Kenaikan inflasi juga terjadi pada sub kelompok daging dan

hasil-hasilnya 18,10% (yoy) serta sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya

sebesar 5,47% (yoy).

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami

inflasi sebesar 5,52% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,14% atau secara

triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,13% (qtq). Inflasi kelompok ini utamanya

disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

57

mencapai 13,00% (yoy) seiring kenaikan berkala harga rokok kretek filter dan

harga rokok putih. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami

inflasi 5,85% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir 14,66% (yoy) dan

teh 11,24% (yoy). Sementara sub kelompok makanan jadi cenderung tidak

mengalami inflasi berarti.

Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi

sebesar 2,12% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,39% dan secara

triwulanan mengalami inflasi 0,62% (qtq). Inflasi kelompok ini didominasi oleh

sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,22% (yoy), dan sub

kelompok biaya tempat tinggal sebesar 1,89% (yoy). Inflasi kedua kelompok

tersebut utamanya disebabkan kenaikan bahan bakar rumah tangga 2,92% (yoy),

dan tukang bukan mandor 13,86% (yoy). Sementara itu sub kelompok

perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi 3,52% (yoy) sedangkan sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi 0,97% (yoy) yang

dipicu inflasi sabun cair/cuci piring sebesar 8,60% (yoy).

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,06% (yoy) dengan

sumbangan inflasi 0,17% dan secara triwulanan mengalami inflasi 1,81% (qtq).

Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh inflasi sub kelompok sandang anak-

anak sebesar 5,89% (yoy) seiring kenaikan harga baju muslim sebesar 100,0%

(yoy). Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi 0,82% (yoy), sementara

sub kelompok sandang wanita mengalami deflasi 0,72% (yoy). Sub kelompok

barang pribadi dan sandang lainnya mengalami 1,63% (yoy).

Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar

2,17% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,10% dan secara triwulanan mengalami

inflasi sebesar 0,46% (qtq). Inflasi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani

dan kosmetika sebesar 3,86% (yoy) seiring kenaikan harga pasta gigi sebesar

10,11% (yoy). Sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 1,77% (yoy)

dan sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar atau 1,57% (yoy).

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 2,85%

(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,21% dan secara triwulanan terjadi inflasi

sebesar 0,71% (qtq). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub

kelompok kursus-kursus/pelatihan dengan inflasi 11,76% (yoy) dan sub kelompok

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

58

jasa pendidikan dengan inflasi 1,64% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut

dipicu kenaikan biaya bimbingan belajar 18,63% (yoy) dan biaya taman kanak-

kanak 5,80% (yoy). Sementara itu, sub kelompok rekreasi mengalami inflasi

12,50% (yoy), sedangkan harga pada sub kelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan mengalami deflasi 0,28% (yoy).

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi

0,79% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,11% namun secara triwulanan

mengalami deflasi sebesar deflasi 1,39% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya,

transpor adalah adalah penyumbang deflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu

2,45% (qtq) yang didorong oleh turunnya harga bensin dan solar namun masih

mengalami inflasi sebesar 0,74% (yoy). Sub kelompok komunikasi dan

pengiriman mengalami inflasi 1,14% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan

harga telepon seluler sebesar 7,25% (yoy). Sementara itu sub kelompok sarana

dan penunjang transpor serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga

secara triwulanan walaupun sub kelompok sarana dan penunjang transpor secara

tahunan mengalami inflasi sebesar 0,25% (yoy).

INFLASI

TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

59

Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi

Periode Triwulan IV-2015

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar

Bungo pada Triwulan I-2016 adalah cabai merah, bawang merah, rokok kretek filter, dan

daging sapi. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada Triwulan I-

2016 adalah ikan nila, bensin, jeruk, solar, kentang, beras, wortel, kacang panjang, dan

tarip listrik.

Sumber: BPS

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015

60

43

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan pada triwulan I-2016 secara umum menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan mulai membaiknya

perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan berjalan sebesar 3,42% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya 3,18% (yoy). Kredit yang diberikan dan DPK

mengalami pertumbuhan. Kredit tumbuh sebesar 9,8% (yoy) menjadi Rp29,1 triliun

dibandingkan triwulan sebelumnya 9,6% (yoy). DPK tumbuh 5,1% (yoy) menjadi

Rp23,8 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 6,7% (yoy).

Peningkatan kredit tersebut diiringi dengan peningkatan risiko kredit dan risiko

likuiditas. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5%

(3,19%) atau memburuk dengan triwulan sebelumnya yang berada di posisi 2,82%.

Risiko likuiditas meningkat terindikasi oleh meningkatnya Loan to Deposits Ratio

(LDR) di atas 100%. LDR perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit

peningkatan sebesar 51 bps menjadi sebesar 122,06% dari triwulan sebelumnya

122,57%.

Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,

untuk aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) mengalami

penurunan masing-masing 6,3% (yoy) dan 9,8% (yoy) sehingga net inflow meningkat

sebesar 21,4%. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan

laporan tercatat mengalami peningkatan baik nilai dan volume masing-masing

sebesar Rp2,2 triliun dan 69.594 lembar atau meningkat 3,7% (yoy)) dan 11,8% (yoy)

dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

44

A.Bank Umum

1. Perkembangan Aset Bank

Aset perbankan pada triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan sebesar

8,7%(yoy) menjadi Rp37,6 triliun, namun mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan IV-2015 (9,3% (yoy)). (Grafik 3.1.). Peningkatan tersebut seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan aset bank swasta sebesar 9,2% (yoy) dan bank syariah

16,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana bank swasta tumbuh 5,2%

(yoy) dan bank syariah mengalami sedikit penurunan 0,6% (yoy). Sementara itu bank

pemerintah tumbuh sebesar 7,9% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,8% (yoy).

Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah

Rp25,8 triliun (68,6%), diikuti oleh bank swasta Rp9,4 triliun (25,2%) dan bank

syariah Rp2,3 triliun (6,3%)

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

(dalam satuan triliun rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh

bank umum sebesar Rp23,8 triliun tumbuh sebesar 5,1% (yoy) atau melambat

30

35 34 33

35

38 37 36

38

3,5

17,4

-1,5

-4,9

6,0

8,8

-1,9-3,4

5,4

11,5

25,2

20,3

13,916,6

8,1

7,6

9,3 8,7

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16

Persen

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

45

dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,7% (yoy) (Grafik 3.2.).

Perlambatan tersebut didorong penurunan simpanan berjangka sebesar 3,0% (yoy)

menjadi Rp7,7 triliun atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

7,9% (yoy) dan tabungan hanya tumbuh 7,6% (yoy) menjadi Rp11,6 triliun atau

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,8% (yoy). Sementara itu giro

mengalami peningkatan dengan tumbuh 15,1% (yoy) menjadi Rp4,4 triliun dibanding

triwulan sebelumnya yang menurun 4,1% (yoy)).

Komposisi dana pihak ketiga posisi triwulan berjalan didominasi tabungan

48,9%, deposito berjangka 32,6% dan giro 18,5%. Dominasi tabungan tersebut

sejalan dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia bahwa produk perbankan yang

paling banyak dimiliki oleh konsumen Jambi adalah tabungan diikuti kredit tanpa

agunan dan kredit lainnya.

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

3.179 4.052 3.707 3.008 3.842 3.619 3.708 2.885 4.423

6.187 7.286 7.529

6.912 8.044 9.269 9.177

7.459

7.799

10.703

10.970 11.291 12.044

10.847 11.317 11.818

13.100 11.675

20.069

22.307 22.527 21.965 22.734 24.205 24.703

23.444 23.897

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16

Rp (dalam miliar)Tabungan Simp Berjangka Giro DPK

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

46

Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari

bank pemerintah dan mencapai Rp16,0 triliun (67,0%), diikuti oleh bank swasta

nasional Rp6,8 triliun (28,5%) dan bank syariah Rp1,0 triliun (4,6%) (Tabel 3.1).

Pertumbuhan DPK bank pemerintah sebesar 1,4% (yoy ) melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 5,0% (yoy), sedangkan DPK bank syariah

dan bank swasta masing-masing mengalami peningkatan 15,7% (yoy) dan 13,3%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 11,0% (yoy) dan 10,1% (yoy)).

DPK pada bank pemerintah didominasi oleh tabungan (46,9%), diikuti

simpanan berjangka (30,0%) dan giro (23,1%). Perlambatan DPK pada bank

pemerintah didorong oleh penurunan simpanan berjangka sebesar 11,3% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 3,8% (yoy) dan

tabungan yang mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 4,1% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 7,4% (yoy).

Sedangkan giro mengalami peningkatan 17,1% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami penurunan 1,0% (yoy). Peningkatan giro tersebut

2016

Trw IV Trw I Trw II Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I

12.422.771 13.244.757 15.422.489 14.754.448 15.784.692 16.779.660 16.996.760 15.497.379 16.002.262

1 2.459.884 2.446.629 3.253.415 2.170.558 3.151.412 2.851.543 3.032.504 2.149.396 3.689.854

2 7.365.988 6.811.479 7.016.344 8.017.609 7.213.510 7.350.104 7.589.424 8.608.158 7.506.337

3 Simpanan Berjangka 2.596.900 3.986.649 5.152.731 4.566.281 5.419.770 6.578.014 6.374.833 4.739.825 4.806.071

6.101.268 5.916.091 5.957.636 6.219.164 6.004.004 6.436.017 6.639.462 6.845.956 6.800.697

1 745.775 679.344 749.585 728.768 639.409 713.105 611.598 643.224 679.017

2 3.543.220 3.371.287 3.400.929 3.390.026 3.036.639 3.366.466 3.597.620 3.825.531 3.551.046

3 Simpanan Berjangka 1.812.272 1.865.460 1.807.122 2.100.369 2.327.956 2.356.446 2.430.244 2.377.200 2.570.633

890.976 908.588 927.272 991.292 945.290 989.544 1.066.279 1.100.697 1.093.735

1 137.808 53.510 48.589 109.137 51.321 54.427 64.165 92.735 53.693

2 520.567 520.620 552.542 636.657 597.265 600.126 630.464 666.062 617.309

3 232.601 334.458 326.140 245.499 296.705 334.991 371.649 341.899 422.734

1.693.139 3.152.739

19.415.015 20.069.436 22.307.397 21.964.903 22.733.986 24.205.221 24.702.501 23.444.032 23.896.694

1 3.343.467 3.179.483 4.051.589 3.008.463 3.842.142 3.619.074 3.708.267 2.885.355 4.422.563

2 11.429.775 10.703.386 10.969.816 12.044.292 10.847.414 11.316.696 11.817.508 13.099.752 11.674.692

3 4.641.773 6.186.567 7.285.993 6.912.149 8.044.430 9.269.451 9.176.726 7.458.925 7.799.438

Tabungan

Tabungan

Bank Swasta Nasional

2014

Bank Konvensional

URAIAN20152013

Giro

Tabungan

Giro

Giro

Simpanan Berjangka

Simpanan Berjangka

Jumlah

Bank Syariah

Tabungan

Giro

Bank Pemerintah

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47

terkait dengan siklus tahunan APBD dimana pada awal triwulan penyerapan APBD

yang releatif kecil terkait dengan realisasi proyek.

DPK bank swasta nasional pada laporan triwulan tercatat sebesar Rp6,8 triliun

yang terdiri dari tabungan 52,2%, deposito berjangka 37,8% dan giro sebesar

10,0%. DPK tersebut mengalami kenaikan 13,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 10,1% (yoy). Kenaikan tersebut didorong kenaikan tabungan

dan giro masing-masing sebesar 16,9%(yoy) dan 6,2%(yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,8% (yoy) dan menurun

11,7%(yoy). Simpanan berjangka mengalami perlambatan yaitu sebesar 10,4% (yoy)

setelah triwulan sebelumnya mampu tumbuh 13,2%(yoy).

DPK bank syariah pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar

15,7%(yoy) menjadi Rp1,0 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

11,0% (yoy). Komposisi DPK bank syariah didominasi tabungan sebesar 56,4%,

deposito sebesar 38,7% dan giro sebesar 4,9%. Peningkatan DPK bank syariah

tersebut didorong kenaikan deposito berjangka sebesar 42,5% (yoy) jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya 39,3% (yoy) dan giro yang tumbuh 4,6%(yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 15,0%(yoy). Tabungan

mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 3,4% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4,6% (yoy).

Berdasarkan golongan pemilik, perlambatan DPK terutama didorong oleh

penurunan semua golongan pemilik kecuali golongan Pemda dan golongan Lembaga

Keuangan Non Bank yang mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut didominasi

perlambatan DPK golongan perseorangan sebesar 10,1% (yoy) menjadi Rp16,8

triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,2% (yoy). Perlambatan

golongan perseorangan tersebut didorong penurunan giro sedangkan tabungan dan

deposito mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut juga didorong golongan

pemilik BUMN dan Pemerintah Campuran dan golongan Bukan Lembaga Keuangan

yang mengalami penurunan 14,9% (yoy) dan 0,6% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya tumbuh 2,7% (yoy) dan 5,8% (yoy). Penurunan golongan pemilik BUMN

dan Pemerintah Campuran didorong penurunan deposito sedangkan golongan Bukan

Lembaga Keuangan disebabkan menurunnya tabungan dan deposito.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

48

Sebaliknya terdapat golongan pemilik yang menunjukkan peningkatan yaitu

golongan pemilik Pemda dan Lembaga Keuangan Non Bank mengalami perbaikan

kinerja dengan hanya mengalami penurunan 4,2% (yoy) dan 10,1% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang jauh mengalami penurunan 35,7% (yoy) dan

20,2% (yoy). Peningkatan kedua golongan pemilik tersebut didorong tabungan dan

simpanan berjangka. (Tabel 3.2.).

Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan lokasi, perlambatan DPK terjadi di sebagian besar

kota/kabupaten yaitu Kota Jambi, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi

dimana masing-masing hanya tumbuh sebesar 1,9% (yoy), 12,8% (yoy), 2,8% (yoy),

9,3% (yoy), 33,8% (yoy) dan 48,7% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya 6,0%

(yoy), 19,2% (yoy), 4,2% (yoy), 133,7% (yoy), 35,8% (yoy) dan 108,5% (yoy). Namun

terdapat juga kabupaten yang mengalami kenaikan yaitu Kabupaten Bungo,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun

masing masing sebesar 0,7% (yoy), 11,7% (yoy), 19,6% dan 26,1% (yoy), dari

triwulan sebelumnya mengalami penurunan 9,5% (yoy), 1,8% (yoy), 8,7% (yoy) dan

Sarolangun yang tumbuh 23,2% (yoy). (Tabel 3.3.). Berdasarkan pangsanya,

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil

Penduduk/Residents

1 Pemerintah Pusat 36.967 50.973 66.667 105.146 76.528 69.288 0,3% 35,9% 0,1%

2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1.370.397 3.537.138 4.061.422 3.977.099 880.624 3.388.018 14,2% -4,2% -0,6%

3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 30.811 23.604 134.135 63.582 44.278 8.711 0,0% -63,1% 0,0%

4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 860.883 865.923 849.587 713.538 884.231 736.694 3,1% -14,9% -0,5%

5 BUMD 112.541 112.609 305.753 312.919 118.638 99.041 0,4% -12,0% 0,0%

6 Lembaga Keuangan Non Bank 423.224 441.793 474.869 465.087 337.587 396.975 1,7% -10,1% -0,2%

7 Bukan Lembaga Keuangan 2.874.686 2.358.029 2.409.426 2.547.973 3.041.492 2.344.855 9,8% -0,6% -0,1%

8 Sektor Swasta Lainnya 75.647 63.344 51.974 62.305 68.382 27.818 0,1% -56,1% -0,1%

9 Perseorangan 16.178.221 15.278.982 15.850.085 16.453.420 17.990.142 16.822.640 70,4% 10,1% 7,1%

Jumlah 21.963.379 22.732.395 24.203.919 24.701.070 23.441.903 23.894.040

Bukan Penduduk/Non-Residents 1.525 1.593 1.432 1.432 2.129 2.653 0,0% 66,5% 0,0%

21.964.903 22.733.988 24.205.351 24.702.501 23.444.032 23.896.694 100,0% 5,1% 5,1%

Trw.I-2015

Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan PemilikTrw.IV-2014 Trw.I-2016Trw.IV-2015Trw.III-2015Trw.II-2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

49

mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi (66,8%) dan mencapai Rp15,9

triliun diikuti oleh Kerinci Rp1,6 triliun (6,8%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,5%).

Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Pertumbuhan kredit triwulan I 2016 mengalami peningkatan dengan tumbuh

sebesar 9,80% (yoy) menjadi Rp29,1 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan IV

2015 yang mencapai 9,6% (yoy). Peningkatan kredit yang diberikan tersebut sejalan

dengan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I 2016 yang

sebesar 3,42% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2015 (3,18% (yoy)).

Berdasarkan, hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyatakan

bahwa pelaku usaha kedepan masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan

untuk modal kerja dan investasi meskipun pada triwulan I-2016 masih menahan diri

dalam investasi sebagai imbas dari belum membaiknya harga karet, kelapa sawit dan

pertambangan batu bara.

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal yoy

1 Kota J ambi 15, 758, 165 15, 650, 453 16, 227, 486 16, 804, 236 16, 710, 423 15, 951, 841 66. 8 301, 388 1. 9

2 Kab. Kerinci 1, 287, 077 1, 441, 853 1, 496, 942 1, 612, 738 1, 533, 979 1, 627, 024 6. 8 185, 172 12. 8

3 Kab. Bungo 1, 438, 515 1, 304, 995 1, 360, 464 1, 354, 929 1, 301, 548 1, 314, 440 5. 5 9, 446 0. 7

4 Tanjung J abung Barat 1, 127, 828 1, 161, 155 1, 275, 431 1, 211, 166 1, 107, 941 1, 296, 965 5. 4 135, 810 11. 7

5 Kab. Merangin 895, 078 973, 374 1, 066, 829 1, 090, 145 932, 708 1, 000, 491 4. 2 27, 117 2. 8

6 Kab. Batanghari 693, 234 656, 017 885, 135 717, 222 633, 201 784, 666 3. 3 128, 649 19. 6

7 Kab. S arolangun 354, 016 486, 306 554, 387 640, 734 436, 150 613, 469 2. 6 127, 163 26. 1

8 Kab. Tebo 209, 323 565, 926 696, 390 612, 709 489, 259 618, 374 2. 6 52, 447 9. 3

9 Tanjung J abung Timur 167, 343 303, 041 362, 789 391, 511 227, 265 405, 556 1. 7 102, 515 33. 8

10 Kab. Muaro J ambi 34, 325 190, 869 279, 368 267, 110 71, 558 283, 868 1. 2 92, 999 48. 7

21,964,903 22,733,988 24,205,221 24,702,501 23,444,032 23,896,694 100 1,162,706 5.1

Sumber : L BU Bank I ndones i a ( di ol ah)

Trw. I-2016 Pertumbuhan (yoy) Trw. I-15Trw. IV-14

JUMLAH

No. Kota/KabupatenTrw. II-15 Trw. VI 15Trw. III 15

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

50

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan didorong oleh peningkatan

pembiayaan perbankan syariah sebesar 4,2% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang menurun 2,6% (yoy). Sementara itu perbankan konvensional

mengalami perlambatan dengan tumbuh 9,8% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya 9,6% (yoy). Perlambatan kredit bank konvesional tersebut seiring

dengan melambatnya kredit yang diberikan bank pemerintah yang pada triwulan

laporan tumbuh 12,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,5% (yoy). (Tabel

3.4.). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 93,1% sementara bank syariah

sebesar 6,9%.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang

mencapai 42,9%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,5%) dan kredit investasi

(25,6%). Peningkatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan konsumsi masing

masing tumbuh 8,3% (yoy) dan 9,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

6,2% (yoy) dan 9,5% (yoy). Sementara itu kredit investasi mengalami perlambatan

dengan tumbuh 12,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,9% (yoy).

Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi,

pertumbuhan kredit investasi yang melambat disebabkan investasi yang dilakukan

dunia usaha saat ini sebagian besar merupakan lanjutan investasi tahun sebelumnya

2016

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

Kelompok Bank 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115

1 Bank P emerintah 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 18,256,586 18,697,924 19,545,989 19,645,953

2 Bank S was ta*) 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 7,217,127 7,246,371 7,263,283 7,520,046

3 Bank S yariah 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 1,881,321 1,876,505 1,926,537 2,001,116

J enis Penggunaan 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115

1 Modal Kerja 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 8,869,811 9,049,452 9,195,982

2 Inves tas i 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 6,976,421 7,326,643 7,471,117

3 Kons ums i 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 11,974,568 12,359,713 12,500,015

Sektor Ekonomi 18,149,036 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,563,556 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115

1 P ertanian 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 5,171,866 5,265,773 5,332,562 5,488,872

2 P ertambangan dan P enggalian 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001 151,834 140,685 130,725 94,071

3 Indus tri 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211 1,083,490 1,154,720 1,144,555 1,118,260

4 LGA 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 8,141 9,944 10,348 8,639

5 Kons truks i 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603 842,362 839,402 783,348 753,241

6 P erdagangan Hotel dan R es toran 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 6,780,454 6,922,825 7,482,305 7,674,548

7 P engangkutan dan Komunikas i 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 342,338 306,489 285,497 325,028

8

Keuangan,R eal es tate dan J as a

P erus ahaan 1,135,751 704,085 674,747 674,966 700,696 682,401 667,614 680,836 646,632

9 J as a-jas a 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 580,733 529,700 517,922 551,146

10 Bukan Lapangan Us aha 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 11,711,415 11,983,649 12,367,711 12,506,678

20152014URAIAN

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

51

dan untuk investasi tahun kedepan dengan mempertimbangkan perkembangan

harga karet dan kelapa sawit.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, peningkatan kredit disebabkan oleh

peningkatan kredit pada sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan

sektor bukan lapangan usaha. Kredit sektor industri tumbuh 18,4% (yoy) menjadi

Rp1,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 17,5% (yoy) yang didorong oleh

kredit modal kerja dan investasi sub sektor industri minyak mentah (minyak makan)

dari nabati dan hewani, sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah

dan sub sektor industri pengolahan lainnya. Sementara itu sub sektor industri yang

mengalami penurunan adalah kredit modal kerja dan investasi sub sektor industri

barang-barang logam siap pasang untuk bangunan, pembuatan tangki, dan

generator, kredit modal kerja sub sektor industri karet remah (crumb rubber) dan

kredit modal kerja sub sektor industri barang-barang dari batubara.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 17,3% (yoy) menjadi Rp7,6

triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 15,3% (yoy). Peningkatan tersebut

didorong peningkatan kredit modal kerja sub sektor perdagangan dalam negeri yang

tidak diklasifikasikan di tempat lain, kredit modal kerja dan investasi sub sektor

perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman

dan tembakau, sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit dan sub sektor hotel

bintang. Kenaikan kredit modal kerja dan investasi ini didorong tingkat hunian hotel

selama triwulan I 2016 menunjukkan trend peningkatan yaitu 34,73% di Januari

2016, 54,09% di Februari 2016 dan 55,31% pada Maret 2016. Selain itu juga

terdapat sub sektor yang mengalami penurunan yaitu kredit modal kerja dan investasi

sub sektor perdagangan eceran kaki lima tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan barang

keperluan, kredit investasi sub sektor perdagangan besar tekstil, pakaian jadi, dan

kulit dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor perdagangan karet. Penurunan

kredit yang diberikan atas sektor industri sub sektor perdagangan karet sejalan

dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia bahwa industri pengolahan

terkena imbas belum membaiknya harga komoditas karet yang mempengaruhi

ketersediaan bahan baku karet dan investasi yang akan dilakukan.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

52

Sektor bukan lapangan usaha mengalami pertumbuhan 9,4% (yoy) menjadi

Rp12,5 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 8,8% (yoy) yang didorong

peningkatan kredit yang diberikan atas sub sektor rumah tangga untuk keperluan

multiguna, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70

dan sub sektor rumah tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat

lain. Selain itu juga terdapat sub sektor yang mengalami penurunan yaitu sub sektor

rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan sub sektor rumah

tangga untuk pemilikan kendaraan bermotor lainnya. Penurunan sub sektor rumah

tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 ini sejalan dengan liaison yang

dilakukan Bank Indonesia bahwa hingga triwulan I-2016 terdapat penurunan

penjualan hunian non subsidi hingga 50%. Hunian non subsidi merupakan tipe 45

keatas dimana tipe-tipe ini merupakan wadah investasi yang khususnya menyasar

kalangan menengah keatas.

Selain itu terdapat sektor yang mengalami perlambatan yaitu sektor pertanian

dan sektor listrik, gas dan air. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan 8,6% (yoy)

menjadi Rp5,4 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 10,1% (yoy).

Perlambatan tersebut didorong penurunan kredit modal kerja dan investasi sub sektor

perkebunan karet dan penghasil getah lainnya dan kredit modal kerja sub sektor

budidaya biota laut rumput laut. Penurunan kredit tersebut seiring dengan belum

membaiknya harga karet selama triwulan I-2016 dengan rata-rata harga bokar

Rp12.413/kg dibandingkan rata-rata harga triwulan I-2015 yang mencapai

Rp14.874/kg. Selain terdapat juga sub sektor yang mengalami kenaikan kredit modal

kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor pengusahaan

hasil hutan selain kayu. Kenaikan kredit sub sektor perkebunan kelapa sawit terkait

dengan kecendrungan kenaikan harga TBS selama tahun 2016 yang didorong

keterbatasan pasokan TBS disebabkan musim trek (imbas dari bencana kabut asap di

Provinsi Jambi) sehingga perbankan masih optimis akan sub sektor tersebut.

Sektor listrik, gas dan air tumbuh 41,6% (yoy) menjadi Rp8,6 miliar atau

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 182,8% (yoy). Perlambatan tersebut

didorong penurunan kredit modal kerja dan investasi sub sektor gas dan kredit

investasi sub sektor uap dan air panas, Sebaliknya terdapat juga sub sektor yang

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

53

mengalami peningkatan yaitu sub sektor ketenagalistrikan pedesaan dan sub sektor

pengadaan dan penyaluran air bersih.

Sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor pertambangan dan

penggalian, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan yang semakin dalam

sebesar 28,2% (yoy) menjadi Rp94,0 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang

menurun 5,0% (yoy). Penurunan tersebut didorong penurunan kredit modal kerja

dan investasi sub sektor jasa pertambangan minyak dan gas bumi dan sub sektor

penggalian batu-batuan, tanah liat dan pasir serta kredit investasi sub sektor

pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara. Belum

membaiknya harga batu bara dan ketentuan Minerba sangat mempengaruhi kinerja

sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara.

Belum membaiknya kinerja pertambangan batu bara sejalan dengan liaison yang

dilakukan Bank Indonesia bahwa penurunan harga batu bara hingga 70% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan anjloknya harga batubara dunia

hingga 65%, dari USD.45,- ke USD.16,- akibat penurunan harga minyak dunia. Selain

itu, pasokan batubara murah dari Afrika Selatan dan negara tujuan ekspor India mulai

memberlakukan izin eksplorasi batubara di negaranya turut memperparah iklim bisnis

batubara sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak terkait. Sementara

itu terdapat juga sub sektor yang mengalami peningkatan yaitu kredit modal kerja

sub sektor pertambangan emas, kredit modal kerja sub sektor pengusahaan tenaga

panas bumi dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor pertambangan dan

penggalian lainnya.

Sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan mengalami penurunan

sebesar 7,7% (yoy) menjadi Rp646,6 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang

masih tumbuh 0,9% (yoy). Penurunan tersebut didorong penurunan kredit modal

kerja sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) leasing dan kredit investasi

sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) selain leasing, kredit investasi sub

sektor persewaan mesin lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di

tempat lain, kredit modal kerja dan investasi sub sektor persewaan alat transportasi

air dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa perusahaan lainnya yang tidak

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

54

diklasifikasikan di tempat lain. Selain terdapat penurunan pada sektor ini juga

terdapat sub sektor yang mengalami peningkatan yaitu kredit modal kerja sub sektor

real estate gedung perbelanjaan (mal, plaza), kredit modal kerja sub sektor persewaan

mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya dan kredit investasi sub sektor real

estate gedung rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan).

Sektor jasa semakin mengalami penurunan 7,8% (yoy) menjadi Rp551,1 miliar

dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 4,8% (yoy). Penurunan tersebut

didorong kredit modal kerja sub sektor jasa kegiatan lainnya, kredit modal kerja dan

investasi sub sektor jasa pendidikan lainnya, kredit modal kerja dan investasi sub

sektor administrasi pemerintahan, dan kebijaksanaan ekonomi dan sosial, kredit

modal kerja dan investasi sub sektor perpustakaan, arsip, museum, dan kegiatan

kebudayaan lainnya dan kredit investasi sub sektor jasa kebersihan. Selain itu juga

terdapat sub sektor yang menunjukkan peningkatan yaitu kredit investasi sub sektor

rumah sakit, kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa perorangan yang

melayani rumah tangga, kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa kesehatan

manusia - poliklinik / rumah bersalin dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor

jasa kesehatan manusia - tempat perawatan / pengobatan.

Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi

oleh perbankan sebesar Rp37,0 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan kredit yang

disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp29,1 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat

Rp7,9 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Jumlah

kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi pada triwulan berjalan hanya tumbuh 8,7%

(yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,5% (yoy)).

Peningkatan kredit terjadi di beberapa kota/kabupaten di Provinsi Jambi yang

didominasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi dan Kabupaten Batanghari

masing masing tumbuh 50,5% (yoy) menjadi Rp3,0 triliun, 6,5% (yoy) menjadi

Rp15,8 triliun, dan 37,6% (yoy) menjadi Rp2,9 triliun dibandingkan triwulan

sebelumnya 48,0% (yoy), 5,7% (yoy), dan 35,8% (yoy).

Perlambatan kredit yang diberikan terjadi di Kabupaten Tebo, Kota Sungai

Penuh, dan Kabupaten Kerinci masing-masing tumbuh 17,6% (yoy) menjadi Rp2,5

triliun, 285,8% (yoy) menjadi Rp173,9 miliar, dan 4,6% (yoy) menjadi Rp1,6 triliun

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

55

dibandingkan triwulan sebelumnya 27,8% (yoy), 421,2% (yoy), dan5,6% (yoy).

Penurunan kredit yang diberikan terjadi di Kabupaten Bungo yang semakin

mengalami penurunan sebesar 9,1% (yoy) menjadi Rp3,0 triliun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang menurun 8,3% (yoy) dan Kabupaten Sarolangun yang

menurun sebesar dan 0,8% (yoy) menjadi Rp1,6 triliun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 2,2% (yoy).

Secara sektor ekonomi peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya

kinerja sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan

komunikasi dan sektor jasa-jasa.

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)

4. Undisbursed Loan

Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan berjalan

mengalami peningkatan sebesar 8,0% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami penurunan 9,7% (yoy) . (Tabel 3.7.). Peningkatan undisbursed loan

tersebut didominasi kenaikan kelonggaran tarik kredit modal sebesar 17,5% (yoy)

menjadi Rp268,4 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,6%

(yoy). Peningkatan undisbursed loan modal kerja ini seiring dengan meningkatnya

kredit modal kerja yang diberikan pada triwulan berjalan. Sub sektor yang

mendorong kenaikan undisbursed loan tersebut yaitu sektor pertanian, perdagangan

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal %

Batanghari 2,177,564 2,311,350 2,903,325 2,999,462 2,996,037 8.1 818,472 37.6

S arolangun 1,623,578 1,597,502 1,592,802 1,637,229 1,610,065 4.3 -13,512 -0.8

Kerinci 1,571,827 1,603,035 1,586,727 1,616,311 1,643,570 4.4 71,743 4.6

Muaro Jambi 2,701,710 2,649,706 2,964,801 2,701,003 2,712,094 7.3 10,384 0.4

Tanjung Jabung Barat 2,012,352 2,303,911 2,711,775 2,954,834 3,027,808 8.2 1,015,456 50.5

Tanjung Jabung Timur 739,897 759,156 773,061 788,522 806,789 2.2 66,892 9.0

Tebo 2,137,947 2,191,066 2,457,114 2,521,725 2,513,183 6.8 375,236 17.6

Merangin 2,796,085 2,866,103 2,569,387 2,618,719 2,633,938 7.1 -162,147 -5.8

Bungo 3,378,293 3,483,694 3,574,119 3,056,303 3,071,773 8.3 -306,520 -9.1

S ungai P enuh 45,102 49,188 109,445 137,820 173,981 0.5 128,879 285.8

Kota Jambi 14,922,669 15,384,630 15,951,488 15,989,823 15,896,560 42.9 973,891 6.5

T O T A L 34,107,025 35,199,342 37,194,044 37,021,752 37,085,798 100.0 2,978,773 8.7

Kabupaten/Kota Tw I yoy

2016 Pertumbuhan

Tw III Tw IV

2015

Tw IITw I

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

56

dan sektor perantara keuangan. Pada sektor pertanian undisbursed loan didorong

meningkatnya sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor pengusahaan hasil

hutan selain kayu, pada sektor perdagangan didorong sub sektor perdagangan dalam

negeri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor perdagangan dalam

negeri beras, sub sektor perdagangan besar barang-barang keperluan rumah tangga

lainnya sedangkan pada sektor perantara keuangan didorong sub sektor perantara

keuangan lainnya (non bank) leasing.

Sementara itu, undisbursed loan kredit investasi menurun sebesar 32,8% (yoy)

menjadi Rp158,1 miliar atau semakin menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang menurun 31,4% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh sektor pertanian,

sektor konstruksi, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi dan sektor real

estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan. Pada sektor pertanian didorong oleh

menurunnya undisbursed loan sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah

lainnya dan sub sektor perkebunan kelapa sawit. Sektor konstruksi didorong oleh sub

sektor bangunan jalan jembatan dan landasan. Sektor transportasi, pergudangan dan

komunikasi didorong oleh sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan dan sub

sektor angkutan jalan rel. Penurunan undisbursed loan pada sektor real estate, usaha

persewaan, dan jasa perusahaan disebabkan menurunnya sub sektor persewaan

mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya dan sub sektor persewaan mesin

lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.

Undisbursed loan kredit konsumsi masih menurun sebesar 66,5% (yoy)

menjadi Rp22,3 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang jauh menurun 98,7%

(yoy). Penurunan tersebut didorong oleh sektor bukan lapangan usaha sub sektor

rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan sub sektor rumah

tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Penurunan tersebut

seiring dengan menurunnya kredit yang diberikan terhadap sub sektor rumah tangga

untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan imbas belum membaiknya harga

komoditas utama yang mempengaruhi daya beli masyarakat.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

57

Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)

gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Loan to Deposits Ratio (LDR)18 pada triwulan laporan mengalami

peningkatan sebesar 51 bps dikarenakan kenaikan kredit yang diberikan

mengalami peningkatan sedangkan DPK mengalami perlambatan, LDR

berdasarkan bank pelapor tercatat sebesar 122,06% (Grafik 3.3.). LDR bank

umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan relatif tingginya

sumber pendanaan kredit/pembiayaan yang berasal dari perbankan di luar

Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit

sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan meningkatnya risiko likuiditas perbankan

di Provinsi Jambi.

18

LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.

2016

TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal %

1 Inves tas i 235,459 234,106 276,994 249,514.8 158,128.2 (77,331) (32.8)

2 Kons ums i 66,937 65,170 1,931 2,626.6 22,393.6 (44,543) (66.5)

3 Modal kerja 1,535,554 1,511,650 1,537,010 1,575,263.4 1,804,012.2 268,458 17.5

1,837,950 1,810,925 1,815,935 1,827,405 1,984,534 146,584 8.0

Pertumbuhan (yoy) I 20162015

J enis Penggunaan

Total

Kategori

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

58

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik. Meski demikian, rasio NPL

gross mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebesar 2,82%

(Rp811,1 miliar) menjadi 3,19% (Rp930,2 miliar) atau memburuk pada triwulan

berjalan. (Tabel 3.8.).

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor

pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan

dan sektor konstruksi masing-masing 35,35%, 6,93% dan 5,67%. NPL sektor

pertambangan dan penggalian meningkat dari 25,57% (yoy) triwulan I-2015

menjadi sebesar 35,35% (Rp33,2 miliar) pada triwulan I-2016. NPL tersebut

masih didominasi sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan

gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan

Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah

hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang

mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai,

yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara

menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang.

NPL sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan pada triwulan

laporan adalah 6,93% menjadi Rp44,8 miliar atau memburuk dibandingkan

triwulan sebelumnya 4,79%. Memburuknya NPL tersebut disumbangkan oleh

1.2

1.1 1.1

1.2

1.2

1.1 1.1

1.2 1.2

104%

106%

108%

110%

112%

114%

116%

118%

120%

122%

124%

0

5

10

15

20

25

30

35

Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16

Rp triliun

Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

59

sub sektor real estate perumahan sederhana - selain Perumnas s.d. tipe 22 s.d.

70, sub sektor real estate lainnya, sub sektor persewaan mesin lainnya dan

peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain dan sub sektor jasa

perusahaan lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.

NPL sektor konstruksi sebesar 5,67% menjadi Rp42,7 miliar atau

memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya 4,89%. Hal tersebut didorong

meningkatnya NPL kredit yang diberikan atas sub sektor konstruksi perumahan

menengah, besar, mewah (tipe diatas 70), sub sektor konstruksi perumahan

sederhana - lainnya tipe 22 s.d. 70 dan sub sektor konstruksi gedung

perbelanjaan lainnya. NPL yang menunjukkan peningkatan tersebut

mempengaruhi kredit yang diberikan atas sektor ini dimana pada triwulan

berjalan sektor konstruksi masih menunjukkan penurunan 8,0% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun 8,8% (yoy).

Sementara itu penyumbang NPL tertinggi adalah sektor pertanian

peternakan kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan hotel dan restoran

dan sektor bukan lapangan usaha. NPL sektor pertanian peternakan kehutanan

dan perikanan pada triwulan berjalan sebesar 3,65% menjadi Rp200,2 miliar

atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya 3,11%. NPL tersebut

disumbangkan oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya,

sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor jasa perikanan lainnya.

Kondisi sektor ini akibat belum membaiknya harga komoditas karet dan

keterbatasan pasokan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha triwulan I-2016 yang dilakukan Bank Indonesia bahwa kegiatan

usaha sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-

2016 relatif mengalami penurunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penurunan pada sektor-sektor tersebut adalah faktor pelemahan ekonomi lokal

yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, dampak musim kemarau

dan kabut asap beberapa waktu lalu.

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

60

NPL sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 4,48% menjadi

Rp343,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya 3,90%. NPL tersebut didorong

kenaikan NPL sub sektor perdagangan karet, sub sektor perdagangan kelapa dan

kelapa sawit, sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang

didominasi makanan, minuman dan tembakau, sub sektor perdagangan dalam

negeri bahan-bahan konstruksi lainnya dan sub sektor jasa akomodasi lainnya.

NPL sektor bukan lapangan usaha pada triwulan berjalan adalah 1,81%

menjadi Rp226,5 miliar atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya

1,58%. Hal tersebut didorong sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah

tinggal tipe 22 s.d. 70, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal

tipe diatas 70, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah toko (ruko) atau

rumah kantor (rukan) dan sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna.

Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata

tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di

Provinsi Jambi kembali meningkat dari 5,4% menjadi 5,5% seiring dengan

penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku

bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode

laporan tercatat sebesar 7,50% atau menurun dibandingkan triwulan IV 2015

(7,68%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode

Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)

1. P ertanian P eternakan Kehutanan dan P erikanan 5,052,401 2.67 5,171,866 2.94 5,265,773 2.99 5,332,562 3.11 5,488,872 200,253 3.65

2. P ertambangan dan P enggalian 131,001 27.13 151,834 23.37 140,685 24.36 130,725 25.57 94,071 33,253 35.35

3. Indus tri 944,211 2.09 1,083,490 1.53 1,154,720 1.51 1,144,555 1.61 1,118,260 11,780 1.05

4. LGA 6,099 4.46 8,141 2.32 9,944 1.90 10,348 1.28 8,639 75 0.87

5. Kons truks i 818,603 7.68 842,362 8.70 839,402 6.77 783,348 4.89 753,241 42,710 5.67

6. P erdagangan Hotel dan Res toran 6,544,280 4.21 6,780,454 4.60 6,922,825 4.88 7,482,305 3.90 7,674,548 343,437 4.48

7 P engangkutan dan Komunikas i 338,174 1.71 342,338 7.49 306,489 5.60 285,497 3.48 325,028 5,006 1.54

8. Keuangan,Real es tate dan Jas a P erus ahaan 703,449 2.84 682,401 4.16 667,614 3.54 680,836 4.79 646,632 44,803 6.93

9. Jas a-jas a 597,609 2.64 580,733 3.70 529,700 5.12 517,922 5.06 551,146 22,324 4.05

10. Bukan Lapangan Us aha 11,430,482 1.74 11,711,415 1.83 11,983,649 1.84 12,367,711 1.58 12,506,678 226,573 1.81

26, 566, 309 2.89 27, 355, 034 3.21 27, 820, 801 3.21 28, 735, 809 2.82 29, 167, 115 930, 215 3.19

Triwulan I-2016TW VI- 2015TW II- 2015TW I- 2015 TW III- 2015

J U M L A H

No Sektor Ekonomi

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

61

laporan tercatat di level 12,98% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

(13,08%).

Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi, bahwa suku bunga

rata-rata tertimbang kredit yang berada di kisaran 13% masih dianggap tinggi

meskipun telah terjadi trend penurunan suku bunga kredit sejak triwulan I 2015

seiring dengan penurunan BI rate. Namun dunia usaha tetap berharap penurunan

suku bunga kembali terjadi sehingga dunia usaha memperoleh tingkat suku bunga

yang lebih rendah ditengah kondisi belum membaiknya harga komoditas utama saat

ini.

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam satuan %)

6. Perkembangan Kredit UMKM

Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,7 triliun,

mengalami perlambatan dengan tumbuh 7,7% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 10,8% (yoy) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan

pertumbuhan total kredit (9,8% (yoy)) (Grafik 3.5.).

8,0 8,3 8,3 8,2 8,0 7,8 7,46,3 5,6 5,1 4,9 4,7

4,85,0 5,2 5,4

0

5

10

15

20

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I2012 2013 2014 2015 2016

Margin Deposito Kredit BI-rate

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

62

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi mengalami penurunan

yaitu dari 37,2% di triwulan lalu menjadi 36,9% pada triwulan berjalan (Grafik 3.6.).

Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu 35,3%, kredit

mikro 33,1% dan kredit menengah sebesar 31,6% dari total kredit UMKM. Kredit

UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor

pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi masing-masing sebesar

50,8%, 27,2% dan 3,7%.

Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan

eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau,

sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau

tembakau),sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perdagangan

karet, sub sektor pedagangan kelapa, sub sektor industri furnitur, sub sektor

perdagangan eceran bahan konstruksi dan sub sektor yang berkaitan dengan

kendaraan roda 2 dan 4 (sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris sepeda

motor, sub sektor penjualan mobil, sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris

mobil dan sub sektor penjualan motor). Bergeraknya UMKM sektor perdagangan ini

turut menggerakkan pertumbuhan sektor perdagangan dalam perekonomian Provinsi

Jambi.

9,9

5,07,2

9,2

13,5

11,48,6

10,8

7,7

18,7

11,99,7

11,011,0

10,0 9,79,6

9,8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

-

2

4

6

8

10

12

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2014 2015 2016

Rp

Tri

liu

n

Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

63

Kredit UMKM sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit

kepada sub sektor perkebunan kelapa sawit, sub sektor perkebunan karet dan

penghasil getah lainnya, sub sektor jasa pertanian, perkebunan dan peternakan dan

sub sektor pembibitan dan budidaya unggas . Dominasi kredit UMKM komoditas

karet dan kelapa sawit ini menunjukkan pentingnya kedua komoditas dalam

perekonomian Provinsi Jambi sehingga mendapatkan perhatian khusus dari pihak

terkait. Sedangkan kredit UMKM sektor konstruksi didominasi oleh kredit UMKM sub

sektor bangunan jalan raya, sub sektor konstruksi khusus, dan sub sektor penyiapan

lahan lainnya.

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)\

B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Secara umum. kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami penurunan.

Penurunan tersebut terlihat dari aset yang sedikit menurun sebesar 0,1% (yoy)

menjadi Rp765,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy).

Penurunan aset tersebut didorong penurunan kembali kredit sebesar 3,1% (yoy)

menjadi Rp507,9 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan

sebesar 2,8% (yoy). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami peningkatan dengan

hanya tumbuh 2,4% (yoy) menjadi Rp594,0 miliar dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh 1,1%(yoy).

11,1 12,5 11,8 12,4 12,3 12,3 11,6 12,0 12,2

13,7 12,0 12,6 11,9 12,0 12,1 12,5 12,5 13,0

12,0 12,6 12,8 12,5 13,2 13,0 12,8 12,6 11,6

63,2 63,0 62,8 63,3 62,4 62,5 63,2 62,8 63,1

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2014 2015 2016

Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

64

Peningkatan dana pihak ketiga didorong oleh pertumbuhan simpanan

berjangka sebesar 1,3% (yoy) menjadi Rp501,9 miliar atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya tumbuh 0,2% (yoy). Sementara itu, tabungan mengalami

peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 8,4% (yoy) menjadi Rp92,1 miliar

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,3% (yoy).

Kredit yang diberikan masih mengalami penurunan 3,1%(yoy) menjadi

Rp507,9 miliar yang didominasi oleh penurunan kredit konsumsi dan investasi

masing-masing sebesar 18,9% (yoy) dan 9,1% (yoy) menjadi Rp184,9 miliar dan

Rp97,3 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun masing-masing

sebesar 15,7% (yoy) dan 7,3% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan

pertumbuhan dengan tumbuh 19,2% (yoy) menjadi Rp225,5 miliar dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 16,8% (yoy).

Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan perbaikan yang

ditandai dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross menjadi

14,75% dibandingkan 15,81% pada triwulan sebelumnya. Penurunan NPL tersebut

seiring dengan menurunnya nominal NPL dan kredit yang diberikan oleh BPR pada

triwulan berjalan,

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar

adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan serta sektor perdagangan hotel dan restoran. Dominasi sektor tersebut

didorong belum membaiknya harga komoditi karet dan keterbatasan pasokan TBS

mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil

liaison, bahwa belum membaiknya harga komoditas karet dan sawit turut

mempengaruhi pendapatan konsumen dan daya beli (konsumsi).

Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang

tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 77,55% sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (76,70%).

C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan

fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan.Kebijakan

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

65

dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas

pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan

kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi

keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia

(inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow) dan

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)).

Kinerja pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) dan kas

keluar (cash outflow) menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 6,3% (yoy)

dan 9,8% (yoy) sehingga terjadi net inflow. Sementara itu kinerja pembayaran non

tunai melalui kliring mengalami sedikit kenaikan dimana nilai dan volume kliring

mengalami kenaikan sebesar 3,7% (yoy) dan 11,8% (yoy) menjadi Rp2,2 triliun dan

69.594 lembar warkat.

Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,

untuk aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) mengalami

penurunan masing-masing 6,3% (yoy) dan 9,8% (yoy) sehingga net inflow meningkat

sebesar 21,4%. Peningkatan inflow tersebut mencerminkan kecendrungan

masyarakat menyimpan uangnya di perbankan.

2016

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw VI Tw I Nominal Persen

Kliring

Nilai Kliring (juta Rp) 2.571.965 2.202.247 1.765.978 2.628.672 2.599.490 2.284.108 81.861 3,7

Volume Kliring (lembar warkat) 69.012 62.245 50.179 69.881 72.452 69.594 7.349 11,8

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 921.379 1.445.865 892.023 2.573.657 1.563.340 1.354.519 (91.347) (6,3)

Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2.309.258 1.285.175 2.354.181 2.545.103 2.170.933 1.159.492 (125.683) (9,8)

Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1.387.878) 160.690 (1.462.158) 28.555 (607.593) 195.027 34.337 21,4

-

Cek dan BG Kosong

Lembar 1.783 1.229 1.692 1.580 1.752 1.502 273 22,2

Nominal (juta Rp) 99.967 41.570 57.632 51.768 66.346 52.095 10.526 25,3

Pertumbuhan (yoy)Uraian

2014 2015

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

66

Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows

di Provinsi Jambi

Sumber: Bank Indonesia Jambi

C.2.Penyediaan Uang Layak Edar

Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi

masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang

tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas

keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara

berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan

uang yang tidak layar edar (UTLE).Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan

uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di

Provinsi Jambi sebesar Rp259,4 miliar, atau 19,2% dari total inflow Provinsi Jambi,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (16,2%).

Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang

dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan

(1.500.000)

(1.000.000)

(500.000)

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw VI Tw I

2015 2016

Rp (juta)

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)

Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

67

edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume

UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.

C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan ditemukan uang rupiah tidak asli yang mencapai 326

lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

atau sama dibandingkan triwulan sebelumnya (326 lembar). Dalam rangka

mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang

Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat.

C.4.Perkembangan Kliring Lokal

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan sarana transfer

dana non tunai selain RTGS dengan nominal yang lebih kecil. Lalu lintas pembayaran

non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,2 triliun,

mengalami peningkatan (3,7% (yoy)) dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya. (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilai kliring, volume kliring juga mengalami

peningkatan sebesar 11,8% (yoy), yaitu menjadi 69.594 lembar.

Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber: Bank Indonesia Jambi

-

20.000

40.000

60.000

80.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

1.800.000

2.000.000

2.200.000

2.400.000

2.600.000

2.800.000

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw VI Tw I

2015 2016

Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

68

Sejalan dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan

BG kosong pada triwulan laporan juga masih mengalami peningkatan (25,3% (yoy))

menjadi Rp52,0 miliar. Demikian juga halnya dari sisi jumlah lembar warkat cek dan

BG kosong terjadi peningkatan (22,0%(yoy)) menjadi 1.502 lembar warkat.

BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

69

BOKS 1

Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah Dalam

Mendukung Prospek Ekonomi Islam Di Kota Jambi

Dalam mengembangkan dan menerapkan ekonomi Islam di Provinsi Jambi khususnya Kota Jambi, masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Tantangan utama dan mendasar ialah kondisi obyektif masyarakat, dimana tingkat kesadaran tentang pengetahuan dan pengamalan ekonomi Islam masih

rendah. Kesadaran masyarakat khususnya kaum muslim masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, baik kesadaran pemimpin, tokoh agama, dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari market share lembaga keuangan syariah secara kuantitatif masih kecil, salah satunya yaitu Perbankan Syariah.

Keberadaan bank syariah di Kota Jambi hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dilihat dari proporsi aset, pembiayaan dan kredit antara bank konvensional dengan bank syariah.

Perkembangan aset, penyaluran pembiayaan dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat di Kota Jambi sendiri masih jauh jika dibandingkan dengan bank konvensional.

Oleh karena itu, riset yang lebih mendalam mengenai fenomena tersebut di atas diperlukan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif sebagai bahan pertimbangan strategis dalam mendukung perkembangan perbankan syariah sebagai salah satu pilar ekonomi Islam di Provinsi Jambi.

Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah penelitian melalui metode survei di

Kota Jambi dengan memilih Kecamatan dalam Kota Jambi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yang berdasarkan data statistik dari BPS Kota Jambi tahun 2015, adalah Kecamatan Kota Baru, yaitu sebanyak 157.648 jiwa. Dari Kecamatan Kota Baru ini diambil 2 (dua) Kelurahan, yaitu Kelurahan Kenali Besar dan Kelurahan Simpang III Sipin. Di Kelurahan Kenali Besar diambil 2 (dua) RT, yaitu RT 03 dan RT 35, sedangkan di Kelurahan Simpang III Sipin diambil 1 (satu) RT, yaitu RT. 03. Adapun hasil penelitian dimaksud menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat Pemahaman Masyarakat Kota Jambi terhadap Perbankan

Syariah

a. Hubungan Agama Responden dengan Jenis Bank

BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

70

Jika dilihat dari hasil silang data antara agama reponden dengan bentuk

tabungan di bank, diketahui bahwa semua pengguna produk perbankan

syariah adalah masyarakat yang beragama Islam, sedangkan yang

menggunakan produk perbankan konvensional dan syariah 96%

beragama Islam dan 4% beragama Budha. Dari data ini terlihat bahwa

ada kepercayaan masyarakat non Islam untuk menggunakan jasa

perbankan syariah.

b. Hubungan Pendidikan Responden dengan Jenis Bank

Jika dilihat dari hasil silang data antara pendidikan reponden dengan

bentuk tabungan di bank, diketahui bahwa 74% pengguna bank syariah

merupakan masyarakat berpendidikan minimal SLTA. Dari silang data ini

dapat interpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman

masyarakat terhadap bank syariah.

c. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Jenis Bank

Hasil silang data antara jenis pekerjaan dengan bentuk tabungan di bank

menunjukkan pengguna jasa perbankan syariah adalah masyarakat yang

memiliki pekerjaan lainnya, yaitu sebesar 59%, diikuti PNS sebesar 22%,

dan wiraswasta 11%. Sedangkan pada bank konvensional, pengguna

tertinggi merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta,

yaitu sebesar 42%, diikuti masyarakat yang bekerja lainnya dan PNS,

masing-masing sebesar 24% dan 15%.

d. Hubungan Pendapatan per Bulan Responden dengan Jenis Bank

Dari sisi pendapatan, hasil silang data pendapatan perbulan responden

dengan jenis bank menunjukan bank syariah lebih banyak diminati oleh

masyarakat yang berpendapatan menengah (2 juta – 4 juta per bulan),

yaitu sebesar 56%, dan masyarakat yang berpendapatan rendah (kurang

dari 2 juta per bulan) hanya 41%. Sedangkan bank konvensional,

peminat paling banyak produknya adalah masyarakat yang

berpendapatan rendah (kurang dari 2 juta per bulan), mencapai angka

BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

71

45%, dan masyarakat yang berpendapatan menengah (2 juta – 4 juta

per bulan) 35%.

2. Faktor yang Menahan Laju Perkembangan Perbankan Syariah di Kota

Jambi.

Berdasarkan hasil survei, dapat diuraikan faktor penghambat laju

perkembangan bank syariah di Kota Jambi sebagai berikut:

a. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan masyarakat sangat mempengaruhi laju

perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi. Semakin tinggi

tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat

pemahamannya terhadap perbankan syariah. Hal ini tercermin dari

74% pengguna bank syariah di Kota Jambi merupakan masyarakat

berpendidikan minimal SLTA.

b. Tingkat Pendapatan Masyarakat

Pengguna produk perbankan syariah lebih banyak masyarakat

berpendapatan menengah keatas (2 juta – 4 juta per bulan), yaitu

sebesar 56%, sedangkan bank konvensional lebih banyak didominasi

oleh masyarakat berpendapatan menengah kebawah (dibawah 2 juta

per bulan), yaitu sebesar 45%. Hal ini mencerminkan, Semakin tinggi

tingkat pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula minat

masyarakat untuk menggunakan produk perbankan syariah.

c. Sosialisasi dan Iklan Produk Perbankan Syariah

Dewasa ini dominasi kampanye produk perbankan konvensional tidak

dapat dipungkiri, baik melalui media elektronik, cetak hingga

merambah ke media sosial. Begitu familiarnya produk perbankan

konvensional di tengah masyarakat memberikan dampak positif

terhadap perkembangan industri perbankan konvensional. Di sisi lain,

mayoritas masyarakat belum banyak mengenal produk perbankan

syariah bahkan masyarakat Kota Jambi yang beragama muslim belum

dapat membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah.

BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

72

Pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai

perbankan syariah menjadi salah satu faktor dalam menghambat

perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi. Hal ini menjadi

tantangan sendiri bagi penggiat industri perbankan syariah untuk

dapat mensosialisasikan perbankan syariah beserta produk-produknya

agar lebih dikenal oleh masyarakat luas, terutama di kalangan

masyarakat yang berpendidikan SLTA kebawah dan masyarakat yang

berpendapatan rendah yang notabene merupakan masyarakat

mayoritas, sehingga mereka dapat mengerti tentang produk

perbankan syariah dan berminat untuk menggunakannnya.

d. Fasilitas Bank Syariah

Masih minimnya fasilitas bank syariah menjadi salah satu

penghambat minat masyarakat untuk menggunakan produk

perbankan syariah itu sendiri. 42,4% responden yang mengerti

tentang produk perbankan syariah mengutarakan faktor minimnya

fasilitas perbankan syariah memberikan keenggan tersendiri bagi

mereka untuk menggunakan jasa perbankan syariah.

Fasilitas seperti kantor cabang bank syariah yang jumlahnya

masih sedikit, yaitu hanya 44 kantor cabang di Provinsi Jambi. Bagi

masyarakat yang kurang memahami tentang perbankan syariah tentu

akan memilih menggunakan produk/menyimpan uangnya pada bank

yang mudah dijumpai, yaitu bank konvensional karena memang

jumlah kantor cabangnya mencapai 408 kantor. Selain letak kantor

bank syariah yang jauh dari tempat tinggal masyarakat, masalah ATM

juga menjadi alasan untuk menentukan bank pilihan.

3. Langkah-langkah untuk Mendukung Perkembangan Ekonomi Islam di

Kota Jambi

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perbankan syariah agar dapat

berkembang lebih pesat lagi adalah:

a. Memperbanyak Sosialisasi dan Iklan

BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

73

Sosialisasi dan iklan dimaksudkan untuk memperkenalkan perbankan

syariah beserta produk-produknya kepada masyarakat luas dan lebih

difokuskan kepada masyarakat yang berpendidikan SLTA kebawah

dan masyarakat yang berpendapatan rendah. Sosialisasi dan iklan ini

dapat dilakukan baik melalui media elektronik seperti televisi lokal,

media cetak, maupun dengan cara turun langsung ke masyarakat

dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang ekonomi

dan perbankan syariah yang dibarengi dengan penawaran produk

perbankan syariah.

b. Memperbanyak Fasilitas Bank Syariah

Memperbanyak fasilitas perbankan syariah dapat dilakukan dengan

cara penambahan/pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah

minimal 1 (satu) kantor cabang per jenis bank syariah dalam setiap

kecamatan. Dengan banyaknya kantor-kantor cabang dan dengan

jarak yang lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat maka dapat

meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan produk

perbankan syariah. Selain penambahan kantor cabang, penambahan

jumlah ATM di berbagai tempat yang strategis juga menjadi hal yang

tak kalah penting dalam menarik minat masyarakat terhadap bank

syariah.

c. Mempermudah Proses Pembiayaan dan Pencairan Dana

Proses pelayanan yang dirasa oleh masyarakat cukup sulit perlu untuk dilakukan

peninjauan ulang oleh manajemen bank syariah guna mempermudah masyarakat

dalam proses pembiayaan. Penambahan jumlah plafon pembiayaan dan

memperpanjang jangka waktu pengembalian juga menjadi hal yang dapat

meningkatkan minat masyarakat terhadap pembiayaan bank syariah. Hal ini perlu

dilakukan untuk lebih menarik minat nasabah dalam mengajukan pembiayaan

pada bank syariah agar dapat bersaing dengan bank konvensional.

93

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I-

2016 mencapai Rp908,9 miliar (terealisasi sebesar 26,42% dari APBD 2016).

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp261,1 miliar (28,72% dari

total pendapatan), naik 65,5% dibandingkan realisasi PAD Triwulan I-2015

(Rp157,76 miliar atau 30,14% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar

disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp204,25 miliar (22,5% dari

total pendapatan dan 78,2% dari total PAD), naik 60,6% dibandingkan periode

yang sama tahun 2015. Pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp2,20 miliar,

mengalami penurunan 3,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

Rp2,28 miliar. Hal ini sejalan dengan perlambatan perkonomian provinsi Jambi

dari 5,9% (yoy) pada Triwulan I-2015 menjadi 3,42% (yoy) pada Triwulan I-2016.

Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan dibanding triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada Triwulan I-2015

(terealisasi 11,26%) menjadi Rp479,7 miliar pada Triwulan I-2016 (terealisasi

12,82%). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai realisasi

realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 14,1%.

Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk

pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

pada APBD 2016 hanya sebesar 29,1%, jauh lebih kecil dibandingkan share

belanja operasi yang mencapai 57,9%. Meski demikian, pangsa ini masih lebih

baik dibandingkan pangsa belanja modal pada tahun 2015 (23,2%) dan 2014

(25,3%).

A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I-2016

KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

94

Pada Triwulan I-2016, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp908,9

miliar atau mencapai 26,4% dari APBD tahun 2016 (Rp3,44 triliun). Berdasarkan

jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat

yang mencapai Rp647,4 triliun (71,2% dari total pendapatan). Adapun proporsi

terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk

Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp356,8 miliar (39,3% dari total

pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).

Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui

pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp261,1

miliar (28,7% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat

65,5% dibanding Triwulan I-2015. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh

pajak daerah yang mencapai Rp204,2 miliar hingga Triwulan I-2016 (22,5% dari

total pendapatan dan 78,2% dari total PAD), meningkat 60,6% dibandingkan

triwulan yang sama pada tahun 2015. Hal ini seiring dengan bertambahnya

jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Jambi. Sementara itu pendapatan dari

retribusi daerah mencapai Rp2,20 miliar, mengalami penurunan 3,5% dari

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,28 miliar.

Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I-2016 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I-2016

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

PENDAPATAN 3,259.50 522.55 16.03 3,207.13 98.39 3,440.05 908.91 26.42

Pendapatan Asli Daerah 1,253.62 157.76 12.58 1,244.03 99.23 1,273.89 261.09 20.50

Pajak Daerah 1,051.87 127.20 12.09 1,010.32 96.05 1,062.32 204.25 19.23

Retribusi Daerah 18.83 2.28 12.11 21.13 112.23 20.61 2.20 10.68

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 33.20 0.23 0.69 35.40 106.61 33.50 0.48 1.42

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 149.72 28.05 18.73 177.18 118.34 157.47 54.16 34.40

Pendapatan Transfer 2,004.45 364.79 18.20 1,955.89 97.58 2,164.81 647.36 29.90

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,527.55 252.29 16.52 1,487.92 97.41 1,548.00 496.24 32.06

Dana Bagi Hasil Pajak 247.99 - - 134.46 54.22 198.82 21.74 10.93

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 212.45 - - 286.34 134.78 126.01 117.69 93.40

Dana Alokasi Umum 1,009.17 252.29 25.00 1,009.17 100.00 1,070.45 356.82 33.33

Dana Alokasi Khusus 57.94 - - 57.94 100.01 152.72 - 0.00

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 476.90 112.50 23.59 467.97 98.13 616.81 151.12 24.50

Dana Penyesuaian 476.90 112.50 23.59 467.97 98.13 616.81 151.12 24.50

Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.43 - - 7.22 504.59 1.34 0.45 33.95

Pendapatan Hibah 1.43 - - 2.61 182.73 1.34 0.45 33.95

Pendapatan Lainnya - 4.60 100.00 - - -

S.D TW IV-2015

URAIAN APBD 2015

S.D TW I-2015

APBD 2016

S.D TW I-2016

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah

TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI

95

Hingga Triwulan I-2016, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp479,7

miliar atau mencapai 12,8% dari APBD 2016 (Rp3,7 triliun). Nilai realisasi tersebut

relatif meningkat sebesar Rp59,4 miliar atau 14,1% dibanding triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih

menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp286,3 triliun atau 59,7% dari total belanja

Triwulan I-2016 (terealisasi sebesar 13,2% dari target APBD 2016) (Tabel 4.2).

Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja hibah yang

mencapai Rp167,7 miliar (58,6% dari belanja operasional) dan diikuti oleh

belanja pegawai Rp85,7 miliar (29,9% dari belanja operasional). Kedua jenis

komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.

Terdapat lonjakan yang relatif tinggi dalam realisasi belanja modal pada

Triwulan I-2016 dibanding Triwulan I-2015 (meningkat Rp35,9 miliar atau

51,8%). Alokasi belanja modal dalam APBD 2016 sebesar 29,1%, lebih tinggi

dibandingkan alokasi pada APBD 2015 (22,2%).

Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan

jaringan dengan total Rp102,5 miliar (terealisasi 13,3% dari target pada APBD

2016). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling

berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai

realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan meningkat cukup tinggi sebesar 57,8%

dibandingkan realisasi pada Triwulan I-2015. Dengan tingkat inflasi di Provinsi

Jambi sebesar 4,99% (yoy), nilai realisasi belanja modal yang lebih tinggi tersebut

mengindikasikan lebih banyaknya kuantitas pembangunan jalan, irigasi, dan

jaringan dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan indikasi semakin kuatnya

komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan

pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan

prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2016.

KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

96

Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I-2016 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan I-

2016 mencapai Rp651,1 miliar, meningkat 9% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya (Rp597,6 miliar) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut

disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (9,84% yoy) yang

utamanya disebabkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 24,9% seiring

mulai meningkatnya transaksi perekonomian masyarakat yang didorong

meningkatnya harga komoditas. Sementara itu, Pajak Penghasilan tercatat

meningkat sebesar Rp11,9 miliar atau tumbuh 3,7% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya.

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

Nominal

(Rp. Miliar) Persen

BELANJA 3,734.04 420.29 11.26 3,409.98 91.32 3,742.02 479.74 12.82

Belanja Operasi 2,339.65 254.07 10.86 2,151.11 91.94 2,167.79 286.31 13.21

Belanja Pegawai 714.40 107.32 15.02 654.52 91.62 756.89 85.74 11.33

Belanja Barang 859.78 34.83 4.05 752.66 87.54 766.81 32.88 4.29

Belanja Subsidi - - - - - - - -

Belanja Hibah 630.85 111.92 17.74 624.61 99.01 633.86 167.68 26.45

Belanja Bantuan Sosial 0.62 - - - - - - -

Belanja Bantuan Keuangan 134.00 - - 119.32 89.05 10.23 - 0.00

Belanja Tidak Terduga - - - - - -

Belanja Modal 830.03 69.37 8.36 790.11 95.19 1,087.38 105.27 9.68

Belanja Tanah 15.79 - - 14.93 94.56 43.18 0.12 0.27

Belanja Peralatan dan Mesin 90.24 3.53 3.91 80.57 89.28 116.92 2.17 1.86

Belanja Bangunan dan Gedung 154.29 0.89 0.58 147.55 95.63 157.17 0.50 0.32

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 567.01 64.93 11.45 544.37 96.01 767.77 102.49 13.35

Belanja Aset Tetap Lainnya 2.70 0.02 0.74 2.69 99.60 2.33 - 0.00

Belanja Aset Lainnya - - - - - - -

Belanja Tak Terduga 3.50 - - 1.05 29.89 5.10 0.15 2.94

Belanja Tak Terduga 3.50 - - 1.05 29.89 5.10 0.15 2.94

Transfer 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27

Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27

Bagi Hasil Pajak 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27

Bagi Hasil Retribusi - - - - - - - -

S.D TW IV-2015

URAIAN APBD 2015

S.D TW I-2015

APBD 2016

S.D TW I-2016

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah

TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI

97

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat

di Provinsi Jambi (Juta Rupiah)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Berdasarkan komposisinya, penerimaan pendapatan terbesar adalah dari

pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp560,27 miliar (86%) dan

diikuti oleh PNPB lainnya sebesar Rp77,4 miliar (11,9%) (Grafik 4.1).

Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)

Grafik 4.3. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)

Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan

I-2016 terealisasi sebesar Rp650,69 miliar meningkat 42,2% (yoy)

dibandingkan total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel

4.4). Kenaikan angka realisasi belanja didorong oleh naiknya Belanja Modal

Nominal (%)

I Pajak Dalam Negeri 510,077 1,303,433 560,272 50,196 9.84%

PPh 319,863 619,870 331,803 11,941 3.7%

PPN 172,718 618,835 215,678 42,960 24.9%

PBB 6,340 51,961 1,529 (4,811) -75.9%

Pendapatan BPHTB 0.00 5 - - -

Cukai 0.00 40 - - -

Lainnya 11,156 12,724 11,261 105 0.9%

Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai 0.00 - - - -

II Pajak Perdagangan Internasional 10,632 28,113 13,153 2,521 23.71%

III Penerimaan SDA - - 335 335 -

IV PNPB Lainnya 76,882 30,592 77,353 471 0.61%

V Pendapatan Hibah - - - - -

VI Pendapatan Bagian Laba BUMN - - - - -

VII Pendapatan Badan Layanan Umum - 17,114 - - -

VIII Pendapatan Penyesuaian 25 (4) - (25) -100.0%

597,616 1,379,247 651,113 53,497 8.95%

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

REALISASI PENDAPATAN Tw I-2015Pertumbuhan (yoy)

Tw I-2016Tw IV-2015

Total Realisasi Pendapatan

86,0%

2,0%0,1%

11,9%

Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan SDA PNPB Lainnya

KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

98

sebesar Rp134,9 miliar (3.840,11%) dan Belanja Barang sebesar Rp69,7 miliar

(91,06% yoy) sementara Belanja Pegawai hanya naik sebesar Rp22,4 miliar

(6,51% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

dalam jutaan rupiah

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar

untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp365,8 miliar dengan pangsa mencapai

56,2%, relatif menurun dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 75%. Selanjutnya Belanja Barang menjadi belanja kedua

terbesar yaitu sebesar Rp146,2 miliar, dengan pangsa yang cukup meningkat dari

16,7% pada periode yang sama tahun 2015 menjadi 22,5% pada Triwulan I-

2016 (Grafik 4.3).

Grafik 4.4. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Nominal (%)

I Belanja Pegawai 343,408 535,032 365,775 22,367 6.51%

II Belanja Barang 76,499 791,296 146,157 69,658 91.06%

III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan - - - 0.00%

III Belanja Bantuan Sosial 34,181 127,413 360 (33,821) -98.95%

IV Belanja Lain-Lain - - - - 0.00%

V Belanja Modal 3,513 1,243,161 138,405 134,892 3840.11%

457,601 2,696,901 650,697 193,096 42.20%Total Realisasi Belanja

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

Pertumbuhan (yoy )Tw I-2016Tw I-2015 Tw IV-2015REALISASI BELANJA

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah

TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI

99

Sementara itu Belanja Modal mencapai sebesar Rp138,4 miliar dengan

pangsa mencapai 21,3%, sangat jauh meningkat dibandingkan pangsa pada

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,8%. Peningkatan Belanja Modal

ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di

Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah salah satu komponen utama yang

berperan dalam kemajuan perekonomian.

D. Keuangan Pemerintah Daerah

Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan I-

2016 adalah sebesar Rp3,39 triliun, atau turun 4,21% dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,54 triliun (Grafik 4.5). Penurunan

simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari

Rp1,37 triliun pada Triwulan I-2015 menjadi Rp1,04 triliun pada triwulan laporan,

serta turunnya simpanan dalam bentuk tabungan dari Rp21,4 miliar pada

Triwulan I-2015 menjadi Rp16,7 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu

simpanan dalam bentuk giro mengalami sedikit peningkatan dari Rp2,15 triliun

pada Triwulan I-2015 menjadi Rp2,33 triliun pada triwulan laporan atau naik

sebesar 8,8% (yoy). Hal ini mengindikasikan sudah berjalannya dropping

anggaran dari pemerintah pusat.

Grafik 4.5. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia

-

1

2

3

4

5

6

7

8

0

1

2

3

Tw I-13 4 5 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Tw II-15 Tw III-15 Tw IV-15 Tw I-16

(Rp triliun)(Rp triliun)Tabungan Deposito Giro Total (LHS)

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

82

BOKS 2

Kota Jambi menuju Smart City 2018

1. LATAR BELAKANG

Kawasaan perkotaan adalah pusat pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang

menawarkan berbagai pilihan jenis usaha, lapangan pekerjaan, hiburan,

kesehatan, dan pendidikan. Dengan segala pilihan ini, kawasan perkotaan

akan selalu menarik minat penduduk dari desa yang menginginkan

kesempatan lebih baik. Inilah yang mendorong tren urbanisasi dan

pertumbuhan kelas menengah.

Berdasarkan data statistik tahun 2015, saat ini 59,35% penduduk Indonesia

tinggal di kota. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 82,37%

akan tinggal di kota pada tahun 2045. Selain menguntungkan, urbanisasi dan

pertumbuhan penduduk di perkotaan yang tidak ditangani dengan baik juga

dapat menimbulkan ekses negatif seperti kemacetan dan polusi lingkutan.

Berbagai permasalahan dan tantangan yang dapat muncul antara lain:

Begitupun halnya di Kota Jambi, yang sedang mengalami perkembangan

cukup pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk menyediakan kondisi

hidup yang layak, baik untuk generasi sekarang dan masa mendatang,

kawasan perkotaan perlu didukung oleh tata kelola dan standar pelayanan

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

83

perkotaan yang baik. Selain itu, kawasan perkotaan juga harus ditata dengan

mempertimbangkan aspek keberlanjutan jangka panjang sehingga dapat siap

merespon perubahan struktur ekonomi, sosial, dan lingkungan.

2. INDIKATOR

Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) 2011 yang dilakukan oleh Komite

Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) terhadap 245

kabupaten/kota di 19 provinsi di Indonesia dapat memberikan gambaran

mengenai kualitas tata kelola ekonomi di daerah.

Akses lahan, prasyarat dasar yang dibutuhkan untuk berusaha, masih dinilai

bermasalah. Satu dari tiga pelaku usaha mengaku kesulitan untuk

mendapatkan lahan. Waktu yang dibutuhkan pelaku usaha untuk mengurus

sertifikat tanah di Jambi mencapai 10,6 minggu, lebih lama dari rata-rata

sekitar 8,3 minggu.

Salah satu infrastruktur mendasar yang paling penting dalam menentukan

kualitas hidup adalah ketersediaan air bersih dan listrik. Berdasarkan persepsi

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

84

pelaku usaha, rata-rata air minum tidak mengalir di Indonesia bagian barat

hanya 0,8 kali dalam seminggu, sementara di Indonesia timur mencapai 2 kali

seminggu. Dari 11 provinsi yang disebut memiliki frekuensi aliran air berhenti

lebih tinggi dari rata-rata keseluruhan, hanya Babel dan Jambi yang mewakili

Indonesia bagian barat.

Sementara dari sisi energi, Jambi termasuk provinsi yang sering mengalami

pemadaman listrik mencapai 3,1 kali dalam seminggu, sedikit lebih tinggi dari

rata-rata 2,9 kali dalam seminggu. Kondisi ini diperburuk dengan relatif masih

minimnya kepemilikan genset oleh para pelaku usaha.

Biaya transaksi resmi mencakup pajak, retribusi, dan sumbangan pihak ketiga

(SP3) yang ditetapkan melalui peraturan di daerah. Mayoritas pelaku usaha

tidak merasa terhambat oleh biaya transaksi. Di Jambi, hanya 4,3% pelaku

usaha yang merasa terhambat oleh biaya transaksi, baik resmi maupun tidak

resmi. Meski demikian, porsi ini masih sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-

rata.

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

85

3. SMART CITY

Smart City merupakan sebuah konsep perencanaan kota dengan

memanfaatkan perkembangan teknologi untuk membuat hidup lebih mudah

dan sehat dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Inti dari konsep

kota cerdas adalah memecahkan masalah dari tiga aspek utama daerah

perkotaan yaitu fisik, sosial, dan ekonomi dengan menggunakan teknologi

dan sumber daya yang ada pada kota tersebut secara efisien dan efektif.

Smarty City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu menggunakan SDM,

modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan

pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi,

dengan manajemen sumber daya yang efisien melalui pemerintahan berbasis

partisipasi masyarakat.

Pada dasarnya smart city harus menyediakan infrastruktur inti yang baik,

memberikan kualitas hidup yang memadai bagi warganya, menyediakan

lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan, serta pemanfaatan aplikasi

berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Infrastruktur inti yang dimaksud

adalah:

• Sumber air bersih

• Pasokan listrik yang cukup

• Sanitasi termasuk pengelolaan limbah pada

• Sistem transportasi publik yang efisien

• Perumahan yang terjangkau, terutama bagi masyarakat miskin

• Digitalisasi, infrastruktur IT, dan konektivitas yang reliable

Smart City mengoptimalkan pemanfaatan teknologi beserta infrastruktur yang

ada untuk menyediakan kualitas hidup yang lebih baik bagi penduduk,

sekaligus menciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan usaha berbasis

pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Negara-negara di seluruh dunia telah menyepakati sekumpulan target

pembangunan yang harus dicapai dalam kurun waktu 30 tahun, yaitu sejak

tahun 2015 sampai dengan 2045. Target pembangunan yang dinamakan

Sustainable Development Goals (SDG) itu memiliki 17 goals dengan 169

indikator dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Salah satu agenda yang tertuang dalam goal nomor 11 adalah “Make cities inclusive, safe, resilient, and sustainable”. Agenda ini diterjemahkan oleh

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

86

pemerintah Indonesia ke dalam visi pembangunan kota berkelanjutan dan

berdaya saing 2015-2045, yaitu kota yang:

• Kota layak yang aman dan nyaman (lingkungan yang sehat, ramah

bagi pejalan kaki, terjangkau, nyaman, berbasis kebudayaan,

konektivitas tinggi)

• Kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana (banyak ruang

terbuka hijau, pengelolaan sampah dan limbah yang baik,

transportasi ramah lingkungan, pasokan air bersih, energi

terbarukan)

• Kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi

(perekonomian maju, sumber daya manusia berkompetensi tinggi,

pemerintahan berbasis teknologi)

4. UPAYA KOTA JAMBI MEWUJUDKAN SMART CITY

Transformasi kawasan perkotaan membutuhkan kepemimpinan yang kuat

dan pemerintahan yang inovatif dan mampu terus belajar. Pemerintah Kota

Jambi telah menggulirkan program perubahan untuk meningkatkan layanan

publik dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan seluruh stakeholder

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

87

dalam merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan kota. Hal-hal yang

telah dilakukan pemerintah Kota Jambi untuk mendorong pembangunan

infrastruktur, mengembangkan perekonomian, dan green living antara lain:

• Program Kampung Bantar (bersih, aman, dan pintar). Program yang

diimplementasikan pada tahun 2015 ini bertujuan untuk meningkatkan

semangat bekerja sama dan gotong royong, mempercepat

pengembangan infrastruktur, mengurangi kesenjangan antar RT, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program yang digulirkan di

1.537 RT ini mendorong masyarakat untuk bersaing dalam

mempromosikan kebersihan, keamanan, dan pendidikan dalam tatanan

lokal serta menciptakan kawasan hijau bagi masyarakat. Pemenang

Kampung Bantar akan mendapatkan bantuan finansial untuk memperbaiki

kondisi infrastruktur lingkungannya.

• Program Bangkit Berdaya (Bangun Kecamatan Secara Intensif dan

Terpadu, Secara Swadaya). Program ini mendorong pembangunan

infrastruktur melalui kemandirian daerah. Pemerintah kota hanya

menyediakan material konstruksi yang dibutuhkan, sementara

pembangunan dilakukan swadaya oleh penduduk setempat secara

gotong-royong. Program ini telah menghasilkan banyak hasil yang positif,

antara lain:

o Pengurangan biaya pembangunan hingga 45%.

o Pekerjaan dapat lebih cepat dengan keterlibatan seluruh lapisan

masyarakat.

o meningkatkan rasa kepemilikan oleh masyarakat setempat.

• Program Kampung Iklim. Kampung iklim dipersiapkan untuk merespon

perubahan iklim dengan adaptasi dan mitigasi lokal, antara lain melalui

pengelolaan sampah, pengelolaan air, pengurangan pencemaran

lingkungan, dan penggunaan sumber energi alternatif. Kota Jambi akan

membuat 10 (sepuluh) Kampung Iklim hingga tahun 2018.

• Kota Jambi mendorong pembentukan bank sampah di seluruh kelurahan

dan sekolah tingkat menengah dan atas. Saat ini Kota Jambi memiliki 49

bank sampah aktif dan satu bank sampah utama yang berkontribusi

terhadap 5% dari pengurangan sampah kota. Bank Sampah adalah

organisasi yang didirikan oleh masyarakat untuk mengurangi sampah

sambil memberikan penghasilan tambahan bagi rumah tangga.

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

88

• Kota Jambi juga memiliki kebijakan pelestarian lingkungan lokal seperti

pengelolaan sumber air (dengan melarang pembuatan sumur dalam),

program sejuta Bio Pori (meningkatkan penyerapan air oleh tanah,

mengubah sampah menjadi kompos dan pupuk organik), program Sejuta

Pohon (menanam pohon melalui kerjasama dengan swasta), dan program

membangun sejuta taman untuk mencapai target 11% Ruang Terbuka

Hijau (RTH).

• Meningkatkan layanan kesehatan yang fokus pada masyarakat miskin,

antara lain:

o Asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin

o Puskesmas yang buka 24 jam sebanyak 20 unit dengan sistem

kesehatan online

o Dukungan untuk Unit Pelayanan Terpadu dengan memberikan

insentif pada sukarelawan tenaga kesehatan

• Dari 3 pilar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pendukung smart city

yaitu: konektivitas, konten, dan komunitas, pengembangan smart city di

Kota Jambi saat ini baru menyentuh pilar konektivitas. Pembangunan

infrastruktur yang telah dilakukan Kota Jambi di bidang TIK antara lain:

o Pemasangan lampu jalan pintar

o Pelaporan keluhan masyarakat melalui Whatsapp.

o E-Planning untuk mengumpulkan dan memonitor usulan masyarakat

secara bottom up pada saat Musrenbang tahunan.

o Sistem pembayaran pajak online untuk mengurangi waktu antrian,

yang meningkatkan pendapatan daerah.

o Sistem pengadaan online

o Sistem pendaftaran pendidikan online

o Pembangunan taman di berbagai sudut kota dengan akses Wi-Fi

gratis.

o Pembangunan pedestrian yang nyaman bagi para pejalan kaki.

• Untuk rencana berikutnya, Kota Jambi telah membuat roadmap

pembangunan smart city sebagai berikut. Namun sebelum itu, Kota Jambi

akan mempersiapkan infrastruktur jaringan internet terlebih dahulu

melalui kolaborasi dengan penyedia jasa internet untuk meningkatkan

konektivitas.

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

89

5. KERJASAMA DAN KOLABORASI INTERNASIONAL

Sebagai salah satu upaya mewujudkan Smart City, pemerintah Kota Jambi

juga terus aktif belajar salah satunya dengan menjadi anggota United Cities

and Local Governments (UCLG) regional Asia Pasifik, sebuah lembaga

internasional beranggotakan pemerintah daerah dan kota-kota di seluruh

dunia yang bekerja sama dan bertukar pikiran dalam rangka memecahkan

permasalahan dalam tata kelola kawasan perkotaan. UCLG adalah satu-

satunya organisasi pemerintah daerah yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB).

Pada bulan Mei 2016, UCLG-Aspac melaksanakan Smart City Summit di New

Delhi, India. Pada kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut, para

walikota, ahli perkotaan, dan organisasi donor dari berbagai belahan dunia

saling berdiskusi dengan sejumlah topik, antara lain “Accelerating the Pace of Urban Rejuvenation - Building Efficient Urban Infrastructure”, “Leveraging Technology for Smart Cities”, “Innovative Urban Governance and Empowered City Leadership - A Requisite for Urban Transformation”, “Moving in Cities with Ease and Comfort”, “Rural Urban Continuum – The Inclusive Future”,

“Sustainable Urban Management”, dan “Clean Cities”. Di akhir kegiatan,

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

90

mereka menandatangani deklarasi bersama untuk membuat kota yang

inklusif, dikelola dengan baik, cerdas, dan berkelanjutan sebagai berikut.

• Berkomitmen untuk membangun smart city melalui inovasi, perbaikan

manajemen, teknologi mutakhir, reformasi kelembagaan, dan langkah-

langkah lain menuju pemanfaatan sumber daya berkelanjutan dengan

mengadopsi prinsip good governance yaitu transparansi, akuntabilitas,

dan partisipasi.

• Fokus pada pembangunan yang berorientasi pada masyarakat,

memastikan bahwa kearifan lokal, budaya, dan norma umum telah

dimasukkan dalam perencanaan dan investasi dilakukan kepada

sumber daya manusia, khususnya kaum muda.

• Membangun kota secara inklusif dengan fokus pada keterlibatan

masyarakat, terpadu, perencanaan yang terkoordinasi, dan

memperhatikan kaum termarjinalkan termasuk perempuan, anak-anak,

orang berkebutuhan khusus, dan orang tua.

• Pembangunan berkelanjutan dengan menyediakan lingkungan yang

layak ditinggali dan terjangkau, sistem transportasi terintegrasi,

bangunan hemat energi, pemanfaatan sumber daya air yang optimal,

dan mendorong upaya mengurangi sampah dan limbah.

• Pengembangan kota melalui visi, perencanaan jangka panjang, dan

memitigasi efek perubahan iklim, mempromosikan keanekaragaman

hayati, dan meningkatkan kesiapan menghadapi bencana alam di

masa depan

• Meningkatkan kesejahteraan, produktivitas, dan tingkat kebahagiaan

dalam pengembangan kota-kota di Asia Tenggara melalui kolaborasi

dan pertukaran informasi antar pemerintah daerah di tingkat nasional,

regional, dan global.

• Pengembangan kawasan perkotaan melalui kemitraan pemerintah dan

swasta yang adil dan saling menguntungkan dalam penyediaan

layanan infrastruktur publik.

• Pembangunan akan memperhatikan aspek budaya melalui upaya

menjaga peninggalan sejarah serta warisan kota di masa lalu serta

mengintegrasikannya dengan pengembangan kawasan perkotaan

secara luas.

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

91

• Meningkatkan kapasitas koordinasi kelembagaan dan sektoral melalui

pengembangan sumber daya manusia, baik di tingkat administrasi

maupun pimpinan lembaga.

• Kemauan politik para pengambil kebijakan yang murni ingin

melakukan pembangunan berorientasi pada manusia dan kota.

• Mengumpulkan dan berbagi data terkait kinerja pemerintah untuk

mendorong partisipasi publik yang lebih besar, baik dalam

pengembangan infrastruktur, meningkatkan layanan, tata kelola

pemerintah, perencanaan, dan pengambilan kebijakan.

6. REKOMENDASI

a. Meningkatkan partisipasi warga dalam mengelola kawasan perkotaan.

Seringkali pemerintah kota memiliki keterbatasan sumber daya melakukan

pengelolaan. Dengan perkembangan teknologi perangkat seluler, sosial

media, dan konektivitas internet, masyarakat kini lebih aware dengan

perkembangan lingkungan dan lebih vokal menyuarakan aspirasinya. Tren

ini perlu digarap oleh pemerintah kota dalam memperoleh input

permasalahan dan solusi sekaligus menjadi alat monitoring proyek-proyek

pembangunan yang sedang dilakukan.

b. Membuka data untuk transparansi dan meningkatkan kualitas layanan.

Membuka data akan mendorong transparansi di seluruh sistem,

mendorong partisipasi warga dalam pemerintahan, dan memastikan

efektivitas terlaksananya sebuah proyek. Selain itu, data yang terbuka

akan menjadi pemicu munculnya berbagai layanan inovatif yang memiliki

nilai komersial maupun sosial.

c. Melibatkan peran swasta. Sektor swasta memiliki dalam hal inovasi dan

efisiensi, dua modal utama yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi

sebuah kota pintar dan berkelanjutan. Dari perusahaan start-up hingga

pemain besar skala global, dengan kekayaan pengetahuan dan sumber

daya, dapat dirangkul oleh pemerintah daerah untuk menghasilkan

berbagai solusi kreatif. Model Public-Private Partnership (PPP) telah

menjadi pilihan utama untuk mengembangkan proyek-proyek kota pintar

dan berkelanjutan di seluruh dunia.

d. Menggali sumber pembiayaan inovatif. Untuk kebutuhan tertentu,

tergantung pada sifat dari investasi yang dibutuhkan, kota mungkin dapat

BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016

92

memanfaatkan beberapa sumber pendanaan lainnya. Sebagai contoh,

proyek Smart City yang fokus pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

dapat mengakses Green Climate Fund (GCF) dari United Nations

Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Proyek smart city

juga dapat dibiayai menggunakan dana CSR perusahaan atau

crowdfunding.

e. Pembentukan lembaga khusus yang terpadu. Pembangunan Smart City

merupakan proyek skala besar yang melibatkan berbagai instansi lintas

sektor. Sementara instansi-instansi dalam birokrasi pemerintah kota

dibentuk hanya untuk memenuhi misi tertentu. Dengan demikian, banyak

pemerintah kota menemui kesulitan saat harus melakukan koordinasi

antar instansi. Agar lebih efektif, pemerintah kota dapat membentuk

sebuah badan khusus yang akan bekerja sama dengan pejabat kota dan

pembuat kebijakan, dalam rangka memastikan bahwa strategi kota dan

target perencanaan kota benar-benar selaras dengan keseluruhan visi

Smart CIty. Lembaga ini akan mampu mendorong kolaborasi aktif dan

dapat berfungsi sebagai layanan satu pintu untuk semua pemangku

kepentingan.

f. Meningkatkan komunikasi untuk menghasilkan kemitraan dan

keterlibatan dengan para stakeholder dalam mewujudkan proyek smart city. Pemerintah daerah perlu melakukan diskusi-diskusi kecil secara

konsisten dengan masyarakat untuk membangun awareness dan

keterlibatan serta menangkap aspirasi mereka.

93

BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada bulan Februari 2016, jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi

mengalami peningkatan 3,8 ribu orang menjadi 1,70 juta orang dibandingkan

Februari 2015 (1,69 juta orang). Namun, pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan

laporan (3,42%, yoy) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi

triwulan I-2015 (5,90%, yoy) menyebabkan jumlah penduduk bekerja mengalami

penurunan dari 1,65 juta orang di bulan Februari 2015 menjadi 1,62 juta orang

di bulan Februari 2016. Sejalan dengan hal tersebut jumlah pengangguran

mengalami peningkatan dari 46,2 ribu orang pada Februari 2015 menjadi 79,0

ribu orang pada Februari 2016 sehingga tingkat pengangguran terbuka naik

tajam menjadi 4,66% dari sebelumnya 2,73%.

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan

127 bps yaitu dari 95,72 pada triwulan IV-2015 menjadi 96,93 pada triwulan

laporan sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor perkebunan rakyat

(4,24%) dan perikanan (0,81%) yang disebabkan oleh kenaikan harga jual

Tandan Buah Segar (TBS) dan harga bahan olahan karet yang sedikit mengalami

kenaikan. Sementara itu, penyaluran raskin selama triwulan I-2016 mengalami

peningkatan sebesar 124,57% (yoy) dengan total raskin yang disalurkan

mencapai 9.328 ton.

A. KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan oleh Badan

Pusat Statistik Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Februari 2016 adalah sebesar

1,70 juta orang atau bertambah 3,8 ribu jiwa dibandingkan Februari 2015

dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 68,53%.

Namun demikian, seiring dengan masih melemahnya kondisi perekonomian dan

melambatnya pertumbuhan di provinsi Jambi, meningkatnya jumlah angkatan

kerja tersebut diikuti oleh menurunnya jumlah pekerja bekerja sebanyak 29,20

ribu orang dan meningkatnya pengangguran sebanyak 32,80 ribu orang

sehingga tingkat pengangguran terbuka meningkat tajam dari sebelumnya

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

94

2016

FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI1 Angkatan Kerja 1.570,3 1.570,8 1.692,4 1.620,8 1.696,2

- Bekerja 1.531,1 1.491,0 1.646,2 1.550,4 1.617,0 - Penganggur 39,3 79,8 46,2 70,3 79,0

2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66,51 65,59 69,92 66,14 68,53 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,50 5,08 2,73 4,34 4,66 4 Pekerja penuh 840,5 812,6 932,6 893,5 908,6 5 Pekerja tidak penuh 690,6 678,4 713,6 656,9 708,4

Setengah penganggur 164,3 143,6 191,5 155,9 208,6 Paruh waktu 526,3 534,8 522,1 501,0 499,8

Sumber: BPS Provinsi Jambi

KEGIATAN UTAMA2014 2015

sebesar 2,73% pada Februari 2015 menjadi 4,66% pada Februari 2016. Hal ini

sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Provinsi Jambi

bahwa sebagian besar responden menyatakan terdapat penurunan jumlah

tenaga kerja yang disebabkan oleh pengunduran diri dan pensiun karyawan

meskipun sebagian lainnya menyatakan bahwa tingkat tenaga kerja di triwulan I-

2016 relatif tetap dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang)

Jumlah pekerja penuh mengalami penurunan menjadi 908,6 ribu orang pada

Februari 2016 dari sebelumnya 932,6 ribu orang pada Februari 2015. Pekerja

tidak penuh juga menurun dari 713,6 ribu orang pada Februari 2015 menjadi

708,4 ribu orang pada Februari 2016.

Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di provinsi

Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai

sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi. Penyerapan tenaga kerja pada

sektor ini mencapai 760,6 ribu orang (47,09%), namun sedikit menurun bila

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mampu menyerap sebanyak

821,1 ribu orang (49,88%), sejalan dengan melambatnya aktivitas ekonomi dan

kinerja pertumbuhan pada sektor pertanian.

Penurunan jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan selain didominasi

oleh sektor pertanian juga berasal dari penurunan tajam tenaga kerja sektor

industri yang mencapai 36,74% yaitu dari 90,1 ribu orang pada Februari 2015

menjadi 57,0 ribu orang pada Februari 2016. Berdasarkan hasil liaison penurunan

tenaga kerja terutama terjadi akibat keterbatasan produksi karet yang turut

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

95

mempengaruhi ketersediaan bahan baku karet pada industri pengolahan crumb

rubber disebabkan karena masih terbatasnya pasokan bahan produksi untuk

kegiatan proses bisnis dan melambatnya kinerja sektor industri pengolahan yang

akhirnya berdampak pada efisiensi berupa pengurangan jumlah pekerja.

Sementara sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebanyak 283,5 ribu

orang (17,55%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan I-2016 yang mampu

tumbuh 0,02% (qtq) atau 3,28% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan

0,31% atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 (yoy).

Terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja sektor perdagangan pada Februari 2016

dibandingkan Februari tahun lalu sebesar 2,53%.Peningkatan pekerja sektor ini

diduga disebabkan oleh mulai dibukanya beberapa pusat perdagangan baru

(Supermarket dan Departement Store) di provinsi Jambi. Selanjutnya kontribusi

lapangan kerja terbesar di provinsi Jambi adalah sektor Jasa Kemasyarakatan yang

mencapai 281,5 ribu orang (17,43%).

Selain sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor, sektor yang mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja adalah sektor

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan.

Kenaikan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi disebabkan oleh

adanya peralihan pekerja sektor pertanian ke sektor transportasi seperti tukang

ojek serta meningkatnya jumlah angkutan taksi seiring mulai aktifnya Bandara

Sultan Thaha Syaifuddin Jambi sejak akhir triwulan IV-2015, yang berdampak

terhadap berkembangnya arus moda transportasi. Sementara munculnya aktivitas

perdagangan baru juga berimbas terhadap aktivitas pergudangan di provinsi

Jambi.

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

96

Tabel 5.2 Pekerja Berdasarkan Sektor Usaha (ribu orang)

Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai

buruh/karyawan yaitu sebanyak 612,4 ribu orang, menurun dibandingkan

Februari 2015 sebesar 662,7 ribu orang, dengan pangsa sebesar 37,87%. Pekerja

dengan berusaha sendiri sebanyak 329,7 ribu orang (20,4%), pekerja berusaha

dibantu buruh tidak tetap sebanyak 260,1 ribu orang (16,01%) dan pekerja

keluarga/tak dibayar sebanyak 232,2 ribu orang (14,4%).

Tabel 5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan)

Menurunnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh

menurunnya pekerja dengan status buruh/karyawan pada sektor formal seiring

berkurangnya pekerja pada sektor pertanian dan sektor industri akibat dampak

adanya efisiensi yang dilakukan pihak perusahaan sejalan dengan melambatnya

kinerja kedua sektor tersebut.

2016FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI

Pertanian 755,6 736,2 821,1 819,5 760,6 Industri 44,0 52,5 90,1 62,0 57,0 Konstruksi 54,3 61,8 82,1 65,0 83,3 Perdagangan 287,2 251,8 276,5 261,6 283,5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 54,5 55,5 55,1 55,0 75,0 Keuangan 37,3 25,4 19,2 21,3 25,5 Jasa Kemasyarakatan 272,5 269,6 250,5 236,8 281,5 Lainnya ***) 25,6 38,2 51,6 29,1 50,8

1.531,0 1.491,0 1.646,2 1.550,3 1.617,2 Sumber: BPS Provinsi Jambi

***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air

2015Lapangan Pekerjaaan Utama

2014

TOTAL

2016FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI

A Pekerja Formal1 Berusaha dibantu buruh tetap 75,1 61,9 69,8 61,2 64,42 Buruh / karyawan 541,7 496,3 662,7 579,9 612,4

Total Pekerja Formal 616,8 558,2 732,5 641,1 676,8

B Pekerja Informal1 Berusaha Sendiri 338,3 319,9 329,3 324,4 329,72 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 241,3 263,2 231,5 223,9 260,13 Pekerja bebas 78,2 99,3 99,1 130,4 118,44 Pekerja keluarga / tak dibayar 256,4 250,5 253,7 230,6 232,2

Total Pekerja Informal 914,2 932,9 913,6 909,3 940,4

1.531,1 1.491,0 1.646,2 1.550,4 1.617,2 TOTAL

Lapangan Pekerjaaan Utama2014 2015

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

97

Sementara pada sektor informal khususnya pekerja berusaha dibantu

buruh tidak tetap dan pekerja bebas mengalami peningkatan yang relatif besar,

yang juga tercermin pada meningkatnya jumlah pekerja sektor perdagangan dan

jasa kemasyarakatan pada triwulan laporan. Menurunnya jumlah pekerja

khususnya pekerja sektor formal di sektor utama pertumbuhan provinsi Jambi

seperti sektor industri dan sektor pertanian, merupakan dampak dari perlambatan

ekonomi yang terjadi di provinsi Jambi. Komposisi angkatan kerja yang sebagian

melakukan peralihan pekerjaan dari sektor formal yang cenderung lebih produktif

ke sektor informal yang jauh lebih rendah dari sisi penciptaan output dan nilai

tambah serta dari sisi penghasilan membawa implikasi negatif bagi pertumbuhan

provinsi jambi dan juga kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan tidak akan

optimal karena ditopang oleh sektor informal. Tingkat pendapatan masyarakat

yang bekerja pada sektor informal tersebut juga cenderung lebih rendah

sehingga akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

B. KESEJAHTERAAN PETANI

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan,

antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada

bulan Maret 2016, NTP sebesar 96,93 atau naik 127 bps dibandingkan Des

2015 (tabel 5.3.).7 Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima

petani (2,39%) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani

(1,11%) seiring dengan cukup terjaganya tingkat inflasi pada triwulan I-2016.

7Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

98

Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)

Kenaikan NTP di bulan Maret 2016 didorong kenaikan NTP petani tanaman

perkebunan rakyat serta perikanan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan,

hortikultura dan peternak mengalami penurunan.

NTP perkebunan rakyat meningkat menjadi 95,94 dibandingkan triwulan

sebelumnya 92,04. Kenaikan NTP ini disebakan oleh harga jual TBS dan Karet

yang mulai sedikit membaik di bulan Februari dan Maret 2016. Sedikit

membaiknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit didorong oleh faktor

keterbatasan produksi yang disebabkan oleh dampak lanjutan kabut asap pada

tahun 2015. Sementara harga karet sedikit membaik seiring skema pembatasan

kuota ekspor karet yang disepakati (Agreed Export Tonnage Scheme) yang

mampu sedikit mendongkrak harga karet dunia.

NTP perikanan mengalami kenaikan menjadi 100,55 dibandingkan triwulan

sebelumnya (99,73). Kenaikan NTP Perikanan selama triwulan laporan sejalan

Des Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar

1

a Indeks Diterima Petani 114,47 119,52 115,57 119,39 124,88 123,42 124,06 124,28 -0,48

b Indeks Dibayar Petani 120,87 117,50 120,07 121,18 122,83 122,92 122,92 124,47 1,34Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94,71 101,72 99,26 98,52 101,67 100,41 100,93 99,85 -1,79

2

a Indeks Diterima Petani 113,11 108,73 110,57 114,29 116,76 115,71 114,62 115,36 -1,20

b Indeks Dibayar Petani 120,18 117,21 119,50 120,47 121,87 121,63 121,71 122,77 0,74Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94,11 92,76 92,53 94,87 95,81 95,13 94,17 93,96 -1,92

3

a Indeks Diterima Petani 113,29 109,04 114,30 109,59 112,50 114,50 115,87 118,64 5,46

b Indeks Dibayar Petani 121,10 117,36 119,64 120,87 122,23 122,34 122,51 123,66 1,17Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 94,31 92,91 95,54 90,67 92,04 93,59 94,58 95,94 4,24

4

a Indeks Diterima Petani 112,92 113,86 116,02 119,86 117,35 117,89 117,52 117,82 0,40

b Indeks Dibayar Petani 115,11 113,51 115,45 116,32 117,58 117,97 118,20 119,10 1,29Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98,10 100,31 100,50 103,05 99,80 99,93 99,42 98,93 -0,88

5

a Indeks Diterima Petani 118,18 117,40 119,06 120,31 120,41 120,57 120,99 121,24 0,69

b Indeks Dibayar Petani 118,78 116,74 118,65 119,88 120,73 119,70 119,94 120,58 -0,12Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 99,50 100,56 100,35 100,36 99,73 100,73 100,88 100,55 0,81

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 113,57 111,86 114,38 113,94 116,34 116,99 117,56 119,12 2,39b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 119,47 116,76 119,03 120,15 121,54 121,60 121,73 122,89 1,11c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 95,06 95,81 96,09 94,83 95,72 96,21 96,57 96,93 1,27

PROVINSI JAMBI

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

PERUBAHAN (%) (Des ke Mar 2016 )

Tanaman Pangan

Hortikultura

Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK

2014 20162015

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

99

dengan inflasi pada beberapa komoditas ikan diantaranya gabus, nila, patin dan

lele mengalami inflasi pada triwulan I-2016. Selain itu terjadi penurunan biaya

produksi seiring dengan turunnya harga bahan bakar solar pada triwulan I-2016.

Nilai tukar petani tanaman pangan berupa padi dan palawija menurun

menjadi 99,85 dibandingkan triwulan sebelumnya 101,67 disebabkan indeks

yang dibayar petani lebih besar dibandingkan dengan indeks yang diterima

petani, khususnya pada petani di sektor tanaman padi. Penurunan tersebut

didorong oleh kurang baiknya kondisi musim saat triwulan laporan dimana

lahan pertanian yang telah memasuki masa panen dihantam banjir sehingga

mempengaruhi produktivitas dan pendapatan petani tanaman pangan.

Nilai tukar petani hortikultura menurun menjadi 93,96 dari 95,81 pada

triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh menurunnya indeks yang diterima

oleh petani tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan obat-obatan. Penurunan

tersebut didominasi oleh penurunan harga cabai merah yang pada Desember

2015 sebesar Rp44.111/kg menurun menjadi Rp38.754/kg. Penurunan cabai

merah tersebut disebabkan persediaan pasokan yang melimpah masuk dari luar

provinsi Jambi.

Nilai tukar petani peternak juga mengalami penurunan menjadi 98,93

dibandingkan sebelumnya 99,80. Penurunan tersebut karena indeks yang yang

dibayar petani mengalami kenaikan yang jauh lebih tinggi (1,29%)

dibandingkan indeks yang diterima petani (0,40%) akibat naiknya beberapa

input produksi.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui BULOG dalam

hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin

(raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran

raskin mencapai sebesar 9.328 ton, meningkat 124,57% (yoy) bila dibandingkan

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (4.154 ton) (Grafik 5.1). Secara

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

100

umum penyaluran raskin triwulan laporan relatif lebih baik dibandingkan triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya. Namun sesuai pola historisnya, penyaluran

raskin pada triwulan I-2016 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada awal tahun masing-masing

pemerintah kabupaten/kota masih menyusun juknis penyaluran raskin.

Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)

8,7

2,6

4,2

8,57,3

14,3

9,3

(200,00)

(100,00)

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

-

2

4

6

8

10

12

14

16

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2012 2013 2014 2015 2016

Rib

u t

on

Pertumbuhan Raskin (% yoy)

101

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016

diperkirakan berada pada kisaran 3,71% - 4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2016 (3,42%,yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun

2016 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,06% - 4,56%, sedikit lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%).

Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

pada triwulan II-2016 akan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan

penggalian seiring dimulainya penambangan ladang gas baru di Jambi. Sektor

lain yang diperkirakan berkontribusi pada triwulan mendatang adalah sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum serta

sektor transportasi dan pergudangan.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan

ekspor diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi

Jambi triwulan II-2016.

Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada pada

kisaran 2,96% - 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan

sebelumnya (4,99%). Penurunan inflasi pada triwulan II-2016 utamanya

disebabkan penurunan harga komoditas kelompok administered price dan

proyeksi kestabilan harga bahan makanan.

Sampai dengan bulan April 2016, inflasi year to date tercatat -0,56%.

Secara tahunan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada

kisaran 4,05%-4,55% dan berada dalam target inflasi nasional 2016 pada

kisaran 4 ±1%.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

102

Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan

inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain anomali cuaca yang

mengganggu produksi dan rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke

1.300 VA. Namun demikian, masih berlanjutnya penurunan harga komoditas

karet dapat menahan laju konsumsi masyarakat terutama petani karet dan dapat

mengurangi tekanan inflasi selama bulan puasa.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016

diperkirakan berada pada kisaran 3,71% - 4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2016 (3,42%,yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun

2016 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,06% - 4,56%, sedikit lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%).

Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

pada triwulan II-2016 akan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan

penggalian seiring dimulainya penambangan ladang gas baru di Jambi. Sektor

lain yang diperkirakan berkontribusi pada triwulan mendatang adalah sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan yang diindikasikan dari meningkatnya harga

kelapa sawit dan masa panen raya padi yang masih berlangsung pada awal dan

pertengahan triwulan laporan. Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil

dan sepeda motor juga diperkirakan tumbuh sebagai dampak tidak langsung

membaiknya kinerja sub sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan

(kelapa sawit) yang dapat mendorong aktivitas perdagangan. Disamping itu,

proyeksi kenaikan konsumsi seiring pembayaran THR bagi karyawan dan PNS (gaji

ke-14) diperkirakan turut mendorong aktivitas perdagangan selama puasa dan

menjelang lebaran. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh dan berkontribusi

terhadap perekonomian Jambi adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum serta sektor transportasi dan pergudangan.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan

menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II-2016 seiring

pertumbuhan sektor pertanian, perikanan dan kehutanan. Kenaikan konsumsi

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

103

juga didorong oleh pembagian THR untuk karyawan dan PNS (gaji ke-14) selama

bulan Juni 2016 (bulan puasa dan menjelang lebaran). Konsumsi pemerintah juga

diperkirakan mengalami tren kenaikan seiring realisasi belanja pemerintah pusat

dan provinsi yang cukup baik pada triwulan laporan. Ekspor diperkirakan sedikit

membaik sejalan dengan membaiknya kinerja sub sektor pertambangan gas dan

masih berlanjutnya tren kenaikan ekspor pulp and paper.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2016 menunjukkan

optimisme pelaku usaha dalam memandang perekonomian pada triwulan

mendatang yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar

6,64%. Pelaku sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor jasa serta sektor listrik dan air minum memandang optimis

perekonomian pada triwulan mendatang yang tercermin dari nilai SBT positif

(Tabel 6.1). Namun demikian, hasil sebaliknya terjadi pada sektor pertanian,

industri pengolahan dan jasa keuangan dimana pelaku usaha di sektor tersebut

memandang pesimis pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang yang

tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) negatif pada sektor-sektor

tersebut. Sementara pelaku usaha pertambangan dan penggalian serta bangunan

memandang kondisi perekonomian pada triwulan mendatang relatif sama

dibandingkan triwulan laporan.

Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

104

Risiko perlambatan konsumsi terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK)

Jambi bulan April 2016 yang menunjukkan pesimisme konsumen selama bulan

April 2016 (Indeks Keyakinan Konsumen: 98,8). Konsumen memandang pesimis

terhadap kondisi ekonomi saat ini yang tercermin dalam dari Indeks Kondisi

Ekonomi (IKE) yaitu 82,3. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

tercatat positif sebesar 115,3 yang menunjukkan optimisme konsumen terhadap

perbaikan ekonomi di triwulan mendatang..

B. Proyeksi Inflasi

Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada pada

kisaran 2,96% - 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan

sebelumnya (4,98%). Penurunan inflasi pada triwulan II-2016 utamanya

disebabkan penurunan harga komoditas kelompok administered price seperti

bensin dan solar pada bulan April 2016 dan tarif tenaga listrik pada bulan April

dan Mei 2016. Penurunan inflasi juga diperkirakan dipengaruhi oleh kestabilan

harga cabai merah dan beras seiring pasokan yang cukup pasca panen raya.

Program pemerintah daerah dalam menyambut bulan puasa dan lebaran seperti

operasi pasar beras, daging, pasar murah dan panen cabai kelompok binaan

SKPD juga diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi pada triwulan

mendatang.

Sampai dengan bulan April 2016, inflasi year to date tercatat -0,56%.

Secara tahunan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada

kisaran 4,05%-4,55% dan berada dalam target inflasi nasional 2016 pada

kisaran 4±1%.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

105

Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016

Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016

Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan

inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain anomali cuaca

seperti hujan angin dan banjir yang dapat mengganggu produksi tanaman bahan

makanan, sayuran dan hasil budidaya/tangkapan ikan. Selain itu, rencana

pemerintah untuk mengurangi subsidi listrik dengan mengalihkan pelanggan

listrik 900 VA ke 1.300 VA dapat berpotensi meningkatkan inflasi. Namun

demikian, masih berlanjutnya penurunan harga komoditas karet dapat menahan

laju konsumsi masyarakat terutama petani karet dan dapat mengurangi tekanan

inflasi selama bulan puasa.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

106

C. Rekomendasi Kebijakan

Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini serta potensi risiko perlambatan

pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi, Pemerintah perlu memperhatikan

beberapa hal berikut:

Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah:

1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:

a) Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah untuk pembangunan

infrastruktur (jalan, jembatan, saluran irigasi dan pelabuhan) dalam

rangka mendorong konektivitas dan perdagangan antar daerah.

b) Pemerintah perlu memperhatikan rantai nilai (value chain) sektor-sektor

unggulan yang belum dikembangkan secara optimal seperti sub sektor

pertambangan batu bara dalam hal penciptaan sumber pembangkit

listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara dan sub sektor

perkebunan pinang dalam hal pengembangan jaringan pemasaran ke

industri pengolahan/hilir.

c) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi dengan cara:

1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di

tingkat nasional maupun internasional.

2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman

modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak

daerah bagi investor dan pembuatan Perda RTRW untuk industri.

3. Insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu

penunjang komoditas unggulan di Jambi.

4. Pemerintah perlu memonitor komitmen investasi swasta dan

memberikan bantuan/pendampingan apabila terjadi masalah.

d) Optimalisasi peranan SMK dalam pengembangan perekonomian

melalui peningkatan kompetensi guru, penambahan jurusan/jenis

keahlian, pengembangan jiwa entrepreneurship lulusan dan program

pemerintah yang bersifat insentif untuk lulusan SMK yang

mengembangkan usaha. Hal ini mengingat pengangguran lulusan

SMK yang terus bertambah setiap tahunnya.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

107

2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,

perkebunan dan kehutanan melalui.

a) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat;

b) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman

dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna;

c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;

d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan

untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;

e) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang

spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis

untuk tanaman hortikultura)

f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya

yang mudah diakses sampai ke level petani.

g) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,

penunjang, dan industri terkait lainnya dengan memberikan

kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;

Menyikapi pengendalian inflasi:

Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi penurunan inflasi selama triwulan

mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan:

1. Mitigasi risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 dan tahun mendatang

melalui program kerja dan alokasi anggaran yang tepat sasaran.

2. Pemanfaatan forum TPID sebagai tempat untuk mematangkan konsep dan

koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian inflasi antar SKPD.

3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID

Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:

a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang

di seluruh Kabupaten/Kota;

b) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap

Kabupaten/Kota;

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016

108

c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi

untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai

modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi;

d) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar

lelang forward, resi gudang dll.

e) Percepatan kerjasama antar daerah melalui SKPD terkait dalam rangka

pemenuhan stok bahan makanan.

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA JAMBI DAN BUNGO TAHUN DASAR 2012 = 100

Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

V. Carlusa (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi)

Meily Ika Permata (Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bidang Ekonomi dan Keuangan) ([email protected])

KOORDINATOR PENYUSUN

Ihsan Wahyu Prabawa (Kepala Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan) ([email protected])

TIM PENULIS

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Galih Riyandi Chandra Apriyanto ([email protected])

Nurcahaya Elisabet Sitinjak ([email protected])

Muhammad Firmansyah ([email protected])

KONTRIBUTOR

Unit Statistik, Survei dan Liaison

Unit Operasional Kas

Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI

Tim Ekonomi dan Keuangan

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122

No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112

Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank