Neonatal Life Support

41
Pendahuluan Proses kelahiran merupakan keadaan hipoksia yang harus dilalui oleh seorang bayi, yang disebabkan oleh perubahan sistem pernafasan bayi dari dalam kandungan yang sangat berbeda dengan keadaan di luar kandungan. Sebagian kecil bayi memerlukan tindakan atau bantuan agar dapat melewati proses ini dengan baik, sehingga mampu bernafas secara spontan setelah lahir. Nls. Sekitar 90% bayi mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstra uterine dengan sempurna, hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan, dan sangat penting bahwa kitasama sekali jangan mengganggu momen kedekatan dan kenangan keluarga yang menghadapi persalinan lancer tanpa komplikasi (1) . Dampak yang terjadi apabila bayi tidak mampu melewati masa transisi ini dengan baik akan terkait dengan masalah seumur hidup, bahkan menyebabkan kematian. Asfiksia saat lahir menjadi penyebab lebih dari 23% dari sekitar 4 juta kematian neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya (2) . Asfiksia sendiri sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab kematian terbesar neonatus. Selain itu, beberapa komplikasi jangka panjang asfiksia sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, yang tentunya akan mempengaruhi kualitas generasi suatu bangsa. Program Neonatal life support/resusitasi neonatus bertujuan untuk membantu bayi melewati masa transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, yang terdiri dari beberapa langkah, antara lain (3) : Mengeringkan bayi dan mencegah bayi kehilangan panas (hipotermi) 1

Transcript of Neonatal Life Support

Page 1: Neonatal Life Support

Pendahuluan

Proses kelahiran merupakan keadaan hipoksia yang harus dilalui oleh seorang

bayi, yang disebabkan oleh perubahan sistem pernafasan bayi dari dalam kandungan

yang sangat berbeda dengan keadaan di luar kandungan. Sebagian kecil bayi

memerlukan tindakan atau bantuan agar dapat melewati proses ini dengan baik,

sehingga mampu bernafas secara spontan setelah lahir. Nls. Sekitar 90% bayi

mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstra uterine dengan sempurna,

hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan, dan sangat penting bahwa

kitasama sekali jangan mengganggu momen kedekatan dan kenangan keluarga yang

menghadapi persalinan lancer tanpa komplikasi (1).

Dampak yang terjadi apabila bayi tidak mampu melewati masa transisi ini

dengan baik akan terkait dengan masalah seumur hidup, bahkan menyebabkan

kematian. Asfiksia saat lahir menjadi penyebab lebih dari 23% dari sekitar 4 juta

kematian neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya (2).

Asfiksia sendiri sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab

kematian terbesar neonatus. Selain itu, beberapa komplikasi jangka panjang asfiksia

sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, yang tentunya

akan mempengaruhi kualitas generasi suatu bangsa.

Program Neonatal life support/resusitasi neonatus bertujuan untuk membantu

bayi melewati masa transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, yang terdiri dari beberapa

langkah, antara lain (3):

– Mengeringkan bayi dan mencegah bayi kehilangan panas (hipotermi)

– Menentukan apakah bayi memerlukan intervensi lanjut

– Memastikan saluran pernafasan terbuka (Airway)

– Mengisi jaringan paru/alveoli dengan udara

– Membantu pernafasan bayi (Breathing)

– Tindakan kompresi dada

– Memberikan obat obatan yang diperlukan

1

Page 2: Neonatal Life Support

Perubahan fisiologis pada saat kelahiran

Sekitar 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk mulai bernafas saat

lahir dan kurang dari 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat.

Tindakan resusitasi neonatus mencakup juga tindakan ABC, yaitu : pastikan bahwa

jalan nafas (Airway) tetap terbuka dan bebas. Pastikan bahwa pernafasan (Breathing)

berlangsung, baik spontan maupun dengan bantuan. Pastikan bahwa sirkulasi

(Circulation) darah yang teroksigenasi sudah adekuat. Setelah lahir, bayi dalam

keadaan basah dan mudah kehilangan panas. Oleh karena itu, sangat penting untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal selama melakukan

resusitasi(1).

Asfiksia yang terjadi akan sangat mempengaruhi bayi bahkan dapat

menyebabkan kematian pada bayi baru lahir. Menurut American Academy of

Pediatricians (2004) asfiksia perinatal pada seorang bayi menunjukkan tanda-tanda(2):

1. Asidemia metabolik atau campuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas,

yaitu pH <7 pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilikal.

2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5.

3. Manifestasi neurologi pada bayi baru lahir segera, termasuk kejang,

hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksi iskemik.

4. Terjadi disfungsi multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.

Nilai Apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir

dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara

keseluruhan dan keberhasilan tindakan resusitasi.Namun, tindakan resusitasi harus

dimulai sebelum perhitungan pada menit pertama. Jadi nilai Apgar tidak digunakan

untuk menentukan apakah seorang bayi memrlukan resusitasi, langkah mana yang

dibutuhkan atau kapan kita membutuhkannya. Nilai Apgar dinilai pada menit pertama,

selanjutnya pada menit ke-5.Jika nilai pada menit ke-5 kurang dari 7, tambahan

penilaian harus dilakukan tiap menit sampai 20 menit (1)..

Sistem Pernafasan dan Sirkulasi bayi sebelum kelahiran

Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah kelahiran.

Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan janin berasal dari difusi darah ibu ke

2

Page 3: Neonatal Life Support

darah janin melewati membrane plasenta. Hanya sebagaian kecil darah janin yang

dialirkan ke paru-paru janin. Paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen

atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Paru janin berkembang di dalam

uterus, tetapi alveoli terisi oleh cairan, bukan udara. Pembuluh arteriol di dalam paru-

paru janin mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan oksigen parsial (pO2) rendah(1).

Sebelum lahir, sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat

memasuki paru karena resistensi pembuluh darah paru janin yang

mengkerut/vasokontriksi masih tinggi, sehingga sebagian besar aliran darah ini

mengambil jalur yang mempunyai resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus

arteriosus menuju aorta (1).

Gambar 1 Cairan di dalam alveoli dan vasokonstriksi pembuluh darah sebelum lahir (kiri).

Dilatasi pembuluh darah paru saat lahir (kanan).(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Gambar 2Aliran darah yang melalui duktus arteriosus pada janin

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Perubahan sistem pernafasan dan sirkulasi janin setelah proses kelahiran

3

Page 4: Neonatal Life Support

Secara garis besar, terjadi tiga perubahan besar setelah kelahiran, yaitu (1):

1. Cairan alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru dan alveoli akan terisi

udara.

2. Arteri dan vena umbilikalis akan menutup dan dijepit (vasokonstriksi). Hal ini

menyingkirkan jalur sirkuit plasenta yang resistensinya rendah dan

menghasilkan peningkatan dalam tekanan tekanan darah sistemik.

3. Akibat mengembangnya alveoli oleh udara berisi oksigen, kadar oksigen

dalam alveoli meningkat. Pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi

sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.

Gambar 3Cairan di dalam alveoli akan digantikan oleh udara

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Gambar 4Setelah kelahiran, aliran darah melalui duktus arteriosus terhenti dan aliran darah akan

mengalir ke paru-paru.(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Setelah lahir, terjadi peningkatan tahanan darah sistemik, menyebabkan

tekanan darah arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tahanan darah sistemik

akan meningkatkan aliran darah paru secara dramatik dan menurunkan aliran darah

pada duktus arteriosus. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh darah

4

Page 5: Neonatal Life Support

paru mengalami relaksasi, duktus srteriosus akan menyempit. Darah yang

sebelumnya melalui duktus arteriosus, sekarang melalui paru-paru akan membawa

banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.

Pada akhir masa transisinormal, bayi menghirup udara dan menggunakan

paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan nafas yang

dalam cukup kuat mendorong cairan dari jalan nafasnya. Oksigen dan pengembangan

paru merupakan rangsangan pertama utama relaksasi pembuluh darah paru-paru.

Pada saat oksigen masuk adekuat ke dalam pembuluh darah, warna kulit akan

berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.

Walaupun tahap awal transisi normal terjadi dalam beberapa menit setelah

kelahiran, proses selanjutnya belumlah lengkap sampai beberapa jam atau bahkan

beberapa hari setelah persalinan. Penutupan secara sempurna duktus arteriosus

memakan waktu 12 – 24 jam setelah persalinan, dan relaksasi pada paru secara

sempurna belum terjadi sampai beberapa bulan kemudian (1).

Beberapa kesulitan yang mungkin akan terjadi pada neonatus yang baru lahir,

antara lain :

Bayi mungkin tidak bernafas dengan baik untuk menyingkirkan cairan dari

alveoli atau benda asing seperti mekonium. Sehingga paru tidak berisi

udara dan oksigen tidak dapat diserap oleh aliran darah paru-paru

(hipoksemia).

Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik).

Kehilangan darah yang banyak, kontraktilitas jantung yang buruk atau

bradikardia akan menghambat peningkatan tekanan darah.

Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran karena sebagian atau

seluruh paru gagal mengembang atau karena kekurangan oksigen

sebelum/selama persalinan (hipertensi pulmonal persisten neonatus

(PPHN), sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan

oksigen ke jaringan.

Bayi baru lahir yang mengalami kesulitan pada masa transisi akan

menunjukkan satu atau lebih gejala-gejala berikut, yaitu (1):

Tonus otot yang buruk akibat kurangnya oksigen ke otak, otot dan organ-

organ lainnya.

Depresi pernafasan karena kekurangan oksigen ke otak.

5

Page 6: Neonatal Life Support

Bradikardia karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung dan batang

otak.

Tekanan darah yang rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung

atau kehilangan darah.

Takipnea karena kegagalan penyerapan cairan di dalam alveoli paru-paru.

Sianosis yang menetap, atau oksimetri menunjukan saturasi rendah, karena

kadar oksigen di dalam darah rendah.

Setiap masalah yang mengakibatkan gangguan aliran darah atau oksigenasi,

baik di dalam uterus, selama persalinan dan/atau kelahiran dapat mengganggu

keadaan janin dan bayi baru lahir. Stress perinatal, awalnya bermanifestasi sebagai

periode pernafasan cepat, kemudian diikuti oleh periode henti nafas (apneu) primer

(tidak ada pernafasan/megap-megap). Selama periode apneu primer ini, rangsangan

seperti mengeringkan bayi atau menyentil kaki akan menimbulkan kembalinya usaha

nafas.

Bila gangguan kardiorespirasi selama apnu primer terus berlanjut, bayi akan

mengalami periode pernafasan megap-megap lagi, yang berlangsung singkat dan

kemudian masuk ke periode apnu sekunder, di mana rangsangan taktil tidak akan

mengembalikan pola pernafasan bayi. Harus diberikan bantuan ventilasi untuk

membalikan proses yang terjadi (1).

Gambar 5Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama periode apnu

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Persiapan Resusitasi

6

Page 7: Neonatal Life Support

Pada setiap persalinan, kita harus siap melakukan resusitasi karena

kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Dengan pertimbangan yang

baik tentang faktor risiko, lebih dari separoh bayi baru lahir yang memerlukan

resusitasi dapat diidentifikasikan sebelum lahir. Persiapan yang perlu dilakukan antara

lain (1,2):

Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi.

Setiap cairan tubuh harus dianggap sebagai bahan yang berpotensi

menyebabkan infeksi. Petugas harus mencuci tangan, memakai sarung

tangan dan alat proteksi lain seperti kacamata, celemek dan baju khusus

selama prosedur penanganan.

Persiapan peralatan dan obat-obatan.

Peralatan dan obat-obatan yang lengkap harus tersedia pada setiap

persalinan.Peralatan dan obat tersebut harus diperiksa secara regular.

Pada setiap akan berlangsungnya persalinan, alat tersebut harus diperiksa,

diuji dan diyakinkan baik fungsinya.

Persiapan keluarga.

Pada setiap persalinan diperlukan komunikasi antara petugas dengan

keluarga, terutama suami ibu yang akan melahirkan.

Persetujuan tindakan medik.

Petugas seharusnya mendiskusikan rencana tatalaksana bayi dan

memberikan informasi kepada keluarga.Setelah keluarga setuju, petugas

meminta persetujuan secara tertulis.

Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat.

Lingkungan tempat melahirkan harus dijaga suhunya supaya tidak

menyebabkan bayi menjadi hipotermia. Bila resusitasi tidak diperlukan, bayi

dapat diletakkan di tubuh ibunya, di dada atau perut dengan cara kontak

kulit dengan kulit. Bayi akan tetap hangat karena sumber panas dari tubuh

ibunya.

Penilaian Bayi Baru Lahir

Penilaian awal

Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan

apakah tindakan resusitasi harus segera dilakukan. Segera setelah lahir, dilakukan

7

Page 8: Neonatal Life Support

penilaian pada semua bayi dengan mengajukan pertanyaan yang harus segera

dijawab oleh penolong, yaitu (1,4,5,6) :

- Apakah bayi lahir cukup bulan?

- Apakah bayi bernafas atau menangis?

- Apakah tonus otot baik?

Bila bayi cukup bulan dan bugar, dilakukan perawatan rutin, yang meliputi (7):

- Jaga kehangatan

- Bersihkan jalan nafas (bila perlu).

- Keringkan

- Pemantauan tanda bahaya.

- Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 mmenit

setelah lahir.

- Lakukan inisiasi menyusui dini

- Berikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral

setelah inisiasi menyusui dini.

- Berikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata.

- Lakukan pemeriksaan bayi.

- Berikan imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.

Bila salah satu atau lebih jawaban “tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi,

dimulai dengan langkah awal resusitasi.

Langkah Awal Resusitasi

Pada saat sudah ditentukan bahwa bayi memerlukan resusitasi, maka langkah

awal resusitasi harus segera dilakukan. Walaupun disebutkan sebagai “awal”, dan

dilaksanakan dalam urutan tertentu, harus tetap diaplikasikan selama proses

resusitasi. Langkah awal tersebut meliputi :

A. Memberikan kehangatan.

Bayi diletakan di bawah alat pemancar panasagar tim dapat mencapai bayi dengan

mudah dan mengurangi kehilangan panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari

alat pemancar dapat mencapai bayi.

8

Page 9: Neonatal Life Support

Gambar 6Memberikan kehangatan dengan meletakan bayi di bawah pemancar panas

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

B. membuka jalan nafas dengan posisi leher sedikit ekstensi.

Bayi diletakkan terlentang atau miring dengan leher sedikit tengadah dalam posisi

menghidu. Dengan demikian posisi faring, laring dan trakea dalam satu garis lurus

yang akan mempermudah masuknya udara. Untuk membantu mempertahankan

posisi yang benar, dapat diletakan gulungan kain atau handuk di bawah bahu.

Gambar 7Meletakkan bantalan kain di bawah bahu untuk mendapatkan posisi sedikit tengadah

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

C. membersihkan jalan nafas (bila diperlukan)

Membersihkan jalan nafas, tergantung pada :

1. Adanya mekonium

2. Tingkat keaktifan bayi

Apabila di dalam cairan ketuban terdapat mekonium, kita harus menilai apakah

bayi dalam keadaan bugar atau tidak. Bayi dikatakan bugar kalau :

- Usaha nafas yang kuat

- Tonus otot yang baik

9

Page 10: Neonatal Life Support

- Frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit.

Apabila bayi tidak dalam keadaan bugar, harus segera dilakukan

penghisapan trakea sebelum pernafasan untuk menghindari sindrom aspirasi

mekonium.

Gambar 8Penghisapan trakea pada bayi dengan cairan ketuban bercampur mekonium yang tidak bugar

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Apabila bayi dalam keadaan bugar, cukup membersihkan sekret dan

mekonium dari mulut dan hidung dengan balon penghisap atau kateter penghisap

berukuran 12F atau 14F.Bila terdapat sekret kental keluar dari mulut, miringkan

kepala. Dengan demikian sekretakan terkumpul di pipi dan dengan mudah dapat

dibersihkan.

Mulut dihisap sebelum hidung untuk memastikan bahwa sudah tidak ada

sekret yang dapat diaspirasi seandainya bayi bernafas ketika dilakukan

penghisapan mulut.

Apabila menggunakan kateter, jangan sampai menghisap mulut terlalu

kuat atau terlalu dalam.Perangsangan faring posterior dalam beberapa menit

setelah lahir dapat menimbulkan reflex vagus yang menyebabkan bradikardia berat

dan apnu. Bila terjadi bradikardia selama penghisapan, hentikan penghisapan dan

lakukan penilaian terhadap frekuensi jantung.

10

Page 11: Neonatal Life Support

Gambar 9Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan balon penghisap

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

D. Keringkan, rangsang dan posisikan kembali

Mengeringkan tubuh bayi selain akan membantu mengurangi kehilangan

panas, juga dapat memberikan rangsangan pada bayi baru lahir. Sebagai bagian

dari resusitasi, harus disiapkan beberapa handuk atau selimut yang telah

dihangatkan.Sambil mengeringkan bayi, pastikan bahwa kepala bayi berada pada

posisi yang benar agar jalan nafas tetap terbuka.

Gambar 10Mengeringkan bayi dan memposisikan kembali

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Bila bayi masih dalam keadaan bernafas yang tidak adekuat, dapat

dilakukan rangsangan taktil yang lain, seperti (1, 4, 5, 6):

- Menepuk atau menyentil kaki bayi

- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.

11

Page 12: Neonatal Life Support

Setelah dilakukan satu atau dua tepukan atau sentilan pada telapak kaki atau

gosokan pada punggung, namun bayi masih dalam keadaan apnu, diperlukan

segera ventilasi tekanan positif.

Gambar11Rangsang taktil yang dapat diberikan pada bayi baru lahir

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Evaluasi setelah langkah awal

Langkah selanjutnya adalah menilai bayi untuk menentukan apakah perlu

melanjutkan resusitasi. Seluruh proses resusitasi sampai tahap ini memerlukan waktu

tidak lebih dari 30 detik, kecuali memerlukan tindakan oenghisapan mekoneum dari

trakea). Tanda vital yang perlu dievaluasi adalah pernafasan dan frekuensi jantung (1,4,5,6):

1. Pernafasan

Terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya pernafasan

bertambah setelah rangsangan taktil untuk beberapa detik.

2. Frekuensi jantung

Seharusnya frekuensi jantung di atas 100 kali/menit. Cara termudah dengan

meraba pulsasi pada pangkal tali pusat, apabila tidak teraba dapat

mendengarkan suara jantung di daerah kiri dada dengan menggunakan

stetoskop. Apabila tidak dapat menilai jantung dengan kedua cara di atas,

mintalah salah seorang tim untuk meletakan probe oksimeter atau cardiac

leads yang dihubungkan dengan oksimeter atau monitor jantung. Menghitung

frekuensi jantung selama 6 detik, kemudian dikalikan 10.

Bayi bernafas tetapi terdapat sianosis setelah langkah awal

Warna kulit bayi paling baik dilihat dengan melihat bagian sentral tubuh.

Sianosis yang disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam darah akan terlihat

12

Page 13: Neonatal Life Support

sebagai warna kebiruan di bibir lidah dan tubuh bagian tengah. Akrosianosis yaitu

warna kebiruan yang hanya terdapat pada tangan dan kaki, biasanya disebabkan

oleh kurangnya sirkulasi yang mencapai ekstremitas. Hanya sianosis sentral yang

merupakan petanda kadar oksigen darah yang rendah, yang memerlukan

intervensi. Oksimeter harus dipasang/dipakai untuk mengkonfirmasi adanya

sianosis.

Ada dua faktor yang mempersulit keputusan untuk memberikan oksigen

hanya karena sianosis (1,4,5,6) :

Penilaian terhadap warna kulit secara klinis tidak selalu tepat, dan

variasinya tergantung pada fungsi pigmen kulit.

Penelitian lain menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan transisi normal

memerlukan waktu beberapa menit untuk meningkatkan saturasi oksigen

dari 60% di dalam uterin menjadi lebih dari 90% pada bayi sehat yang

bernafas baik.

Tidak mengherankan jika bayi baru lahir terlihat sedikit sianosis selama

beberapa menit setelah lahir. Bila sianosis menetap, harus dipasang probe

oksimeter untuk melihat oksigenasi bayi. Apabila nilainya rendah dan tidak

meningkat, harus diberikan oksigen tambahan. Selama resusitasi neonatus,

dianjurkan untuk menempatkan probe oksimeter pada tangan atau pergelangan

tangan kanan agar menampilkan saturasi pra-duktus.

Tabel1 : rentang nilai SpO2 pra duktus selama 10 menit pertama(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Waktu SpO2

1 menit 60% - 65%

2 mmenit 65% - 70%

3 menit 70% - 75%

4 menit 75% - 80%

5 menit 80% - 85%

10 menit 85% - 95%

Oksigen tambahan tidak rutin diberikan pada awal resusitasi. Akan tetapi

apabila bayi tampak sianosis atau oksimeter menunjukkan kadar lebih rendah dari

yang diharapkan, kadar oksigen dapat dapat meningkat lebih cepat apabila

13

Page 14: Neonatal Life Support

diberikan oksigen tambahan yang konsentrasinya lebih tinggi dari 21% (udara

kamar). Akan tetapi, pemberian oksigen 100% akan meningkatkan saturasi

oksigen lebih cepat dari yang biasa, bahkan bisa menimbulkan kadar yang toksik,

terutama pada bayi prematur. Paling baik memberikan oksigen yang bias diatur

antara 21% sampai 100%. Pemberian oksigen dapat dimulai dari konsentrasi

rendah, kemudian dengan panduan oksimeter dapat ditingkatkan sesuai dengan

target SpO2. Hal ini memerlukan tersedianya sumber udara bertekanan dan

blender oksigen (1,4,5,6).

Gambar 12Blender oksigen (sumber udara – selang kuning, selang oksigen – selang hijau)

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Yang dimaksud dengan oksigen aliran bebas adalah cara mengalirkan

oksigen ke hidung bayi agar bayi bernafas dengan udara yang kaya oksigen.

Selama resusitasi, pemberian oksigen aliran bebas dengan aliran 5L/menit sudah

memadai. Untuk jangka pendek, hal ini dapat tercapai dengan cara :

- Sungkup oksigen

- Sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri

- T piece resuscitator

- Selang/pipa oksigen yang diletakkan dekat mulut dan hidung bayi.

14

Page 15: Neonatal Life Support

Gambar 13Pemberian oksigen aliran bebas

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Setelah tindakan resusitasi, namun bayi masih memerlukan oksigen, maka

harus dilakukan analisa gas darah arteri dan tetap menggunakan oksimeter untuk

mmemandu konsentrasi oksigen yang diperlukan. Oksigen yang berasal dari tangki

oksigen atau dari sumber dinding biasanya kering dan dingin. Untuk mencegah

kehilangan panas dan saluran nafas menjadi kering, bila oksigen akan diberikan

dalam waktu yang lama, perlu dihangatkan dan dilembabkan. Pada saat resusitasi,

oksigen kering dan tidak dihangatkan boleh diberikan selama beberapa menit, untuk

menstabilkan kondisi neonatus.

Apabila sudah tidak didapatkan adanya sianosis sentral atau saturasi pada

oksimeter antara 85% - 90%, secara bertahap oksigen dapat dikurangi secara

bertahap, sampai bayi dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal

dengan udara kamar.

Bayi dengan pernafasan dan frekuensi jantung abnormal setelah langkah awal

Bila bayi belum bernafas/megap-megap atau frekuensi jantung masih di

bawah 100 kali/menit, tindakan yang tepat adalah memberikan bantuan ventilasi yang

dapat diperoleh dengan memberikan ventilasi tekanan positif (VTP). Selain itu, apabila

sianosis tetap menetap atau saturasi oksigen tetap di bawah 85%, dapat diberikan

ventilasi tekanan positif.

Terdapat tiga alat yang bias dipergunakan untuk memberikan VTP pada bayi, yaitu :

1. Balon mengembang sendiri (self inflating bag).

Terisi spontan setelah diremas, menyedot gas ke dalam balon.

2. Balon tidak mengembang sendiri (flow-inflating bag)

Akan terisi hanya bila gas yang berasal dari sumber gas bertekanan mengalir

ke dalam balon.

15

Page 16: Neonatal Life Support

3. T piece resuscitator hanya bekerja bila dialiri gas dari sumber bertekanan ke

dalamnya.

Karakteristik alat VTP pada bayi baru lahir (1) :

- Ukuran sungkup yang sesuai.

Sungkup harus menutup dagu, mulut dan hidung, bukan mata.Tetapi

harus tetap cukup kecil agar dapat melekat dengan baik pada wajah.

- Ukuran balon yang memadai.

Balon yang dipergunakan untuk bayi baru lahir harus mempunyai volume

200-750 mL.

- Alat resusitasi harus mempunyai alat pengaman tertentu untuk mencegah

atau membatasi bila tanpa sengaja kita memberikan tekanan positif terlalu

tinggi.

Gambar 14Balon mengembang sendiri dengan katub pengaman

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Gambar 15Reservoir oksigen

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

16

Page 17: Neonatal Life Support

Gambar 16Ukuran sungkup harus sesuai

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Cara melakukan ventilasi tekanan positif (1) :

1. Sebelum persalinan, alat dirangkai serta dihubungkan dengan oksigen

sehingga dapat memberikan kadar antara 21% - 100%. Siapkan sungkup

dengan ukuran yang sesuai.

2. Pastikan alat berfungsi dengan baik.

3. Operator atau penolong berdiri di sisi kepala atau samping bayi. Sungkup

diletakan di wajah bayi dengan perlekatan yang baik.

4. Dilakukan pemompaan dengan tekanan awal 20 cmH2O. Bila frekuensi

jantung meningkat (bersamaan dengan peningkatan saturasi oksigen) dan

terdengar suara nafas bilateral, inilah indikator terbaik bahwa tekanan inflasi

sudah adekuat, dengan frekuensi 40-60 kali/menit. Apabila frekuensi jantung

dan oksimetrer tidak segera menunjukkan perbaikan (dalam 5-10 nafas

pertama), minta tolong tim untuk mendengarkan suara nafas bilateral.

Terdapat tiga penyebab ventilasi tidak efektif, yaitu :

Lekatan dengan sungkup dan wajah bayi tidak adekuat

Jalan nafas tersumbat

Tekanan yang diberikan tidak cukup untuk mengembangkan paru-paru

bayi

5. VTP dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-30 kali, dengan fase ekspirasi

lebih panjang. Setelah 30 detik dilakukan evaluasi frekuensi jantung.

6. Apabila frekuensi jantung <60 kali/menit, resusitasi dilanjutkan dengan

kompresi dada dan VTP secara terkoordinasi. Bila frekuensi jantung >60

17

Page 18: Neonatal Life Support

kali/menit, hentikan kompresi dada dan VTP dilanjutkan sampai frekuensi

jantung mencapai 100 kali/menit atau lebih dan bayi bernafas spontan.

Gambar 17Frekuensi pemberian ventilasi tekanan positif

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

Bayi baru lahir yang memerlukan VTP dengan sungkup lebih dari beberapa

menit, memerlukan pemasangan pipa orogastrik.Pemberian oksigen dengan sungkup

dapat menyebabkan sebagian udara masuk ke dalam lambung melalui

esophagus.Udara di dalam lambung dapat mengganggu pemberian ventilasi.

Pertimbangkan tindakan koreksi apabila didapatkan tindakan ventilasi tidak

efektif, meliputi :

– Sungkup melekat rapat (S)

– Reposisi jalan nafas (R)

– Isap mulut dan dan hidung (I)

– Buka mulut (B)

– Tekanan dinaikkan (T)

– Alternative jalan nafas (A)

Kompresi Dada

Kompresi dada adalah penekanan yang teratur pada tulang dada, yaitu :

– Menekan jantung kea rah tulang belakang

– Meningkatkan tekanan intratorakal

– Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital

Bayi yang mempunyai frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit, meskipun

telah dirangsang dan diberikan ventilasi tekanan positif selama 30 detik, mungkin

18

Page 19: Neonatal Life Support

mempunyai kadar oksigen darah yang sangat rendah dan asidosis yang signifikan.

Akibatnya miokardium tertekan dan tidak cukup kuat untuk berkontraksi memompa

darah ke seluruh tubuh.

Kompresi dinding dada diindikasikan pada keadaanbila frekuensi jantung

masih dibawah 60 kali/menit meskipun sudah dilakukan VTP yang efektif selama 30

detik.

A. Posisi penekanan

Penekanan dilakukan pada 1/3 bawah tulang dada, yang terletak antara tulang

dada sifoid dan garis khayal yang menghubungkan kedua putting susu.

Gambar 18Lokasi penekanan pada kompresi dinding dada

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

B. Teknik pemijatan

Terdapat dua teknik yaitu :

1. Teknik ibu jari

Teknik ini dilakukan dengan cara melingkari dada bagian lateral dengan

kedua tangan. Ibu jari diletakan di tulang dada dan jari jari tangan di

bawah tubuh bayi, menyangga tulang belakang. Kedua ibu jari bias

diletakkan berdampingan atau saling susun.

Gambar 19Teknik Ibu Jari

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

19

Page 20: Neonatal Life Support

2. Teknik dua jari

Pada teknik ini, ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu

tangan digunakan untuk menekan. Kedua jari tegak lurus dinding dada.

Tangan yang lain dipergunakan untuk menopang bagian belakang bayi,

sehingga dapat efektif.

Gambar 20Teknik dua jari

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

C. Besarnya tekanan

Setelah penempatan jari yang tepat, lakukan penekanan yang cukup

untuk menekan tulang dada sedalam 1/3 diameter antero-posterior, kemudian

tekanan dilepaskan untuk memberikan kesempatan jantung terisi. Lamanya

penekanan ke bawah harus lebih pendek lamanya dibandingkan pelepasan,

untuk memberikan curah jantung yang maksimal.Ibu jari atau jari harus

bersentuhan dengan dinding dada selama penekanan dan pelepasan.

D. Frekuensi dan koordinasi dengan ventilasi tekanan positif

Selama resusitasi kardiopulmuner, kompresi dada harus selalu disertai dengan

VTP.Kedua kegiatan ini harus terkoordinasi dengan satu ventilasi setiap

selesai tiga penekanan, 30 ventilasi dan 90 penekanan permenit.

Gambar 21 Koordinasi antara ventilasi tekanan positif dan kompresi dada

(sumber : Bloom RS, Cropley C, 2012)

20

Page 21: Neonatal Life Support

Evaluasi setelah pemberian kompresi dada dan ventilasi tekanan positif

Setelah dilakukan secara efektif dan benar selama 45-60 detik, dilakukan

evaluasi frekuensi jantung (1,4,5,6) :

- Frekuensi jantung lebih dari 60 kali/menit

Kompresi dada dihentikan, namun VTP tetap diberikan dengan frekuensi 40-

60 kali/menit.

- Frekuensi jantung diatas 100 kali.menit dan bayi bernafas spontan

Ventilasi tekanan poositif dihentikan secara perlaha-lahan, dan bayi dilanjutkan

dengan perawatan pasca resusitasi.

- Frekuensi tetap dibawah 60 kali/menit : pemasangan jalur intravena untuk

pemberian obat-obatan.

Pemberian Obat-Obatan dan Cairan

Obat dan cairan jarang digunakan pada resusitasi neonatus.Bila laju jantung

tetap dibawah 60 kali/menit walaupun telah diberikan VTP dan pijat jantung yang

adekuat, maka perlu diberikan obat-obatan.Karena obat diharapkan mempunyai efek

terhadap jantung, maka secara ideal pemberiannya obat secara cepat melalui vena

umbilikalis. Pemberian obat dan cairan jangan sampai mengurangi efisiensi VTP dan

kompresi dada (1)

Pemberian obat dapat diberikan melalui :

1. Vena umbilikalis

Cara tercepat untuk pemberian cairan dan obat-obatan.Dilakukan melalui

pemasangan kateter umbilical.

2. Pipa endotrakeal : hanya pemberian epinefrin

3. Vena perifer

Pemasangan vena perifer dapat sulit pada bayi baru lahir terutama yang

mengalami syok.

4. Intramuscular

5. Intraoseus.

Jalur ini jarang dipergunakan pada bayi karena lebih cepat mengakses melalui

vena umbilikalis dan fragilitas tulang pada bayi baru lahir serta kecilnya ruang

itraoseus.

21

Page 22: Neonatal Life Support

Gambar 22Pemasangan kateter umbilikalis

Sumber : Neimeyer,S. 2001)

Obat-obat yang dapat diberikan :

- Epinefrin

Indikasi

Frekuensi jantung tetap dibawah 60 kali/menit setelah melakukan VTP

efektif selama 30 detik (lebih baik setelah dilakukan intubasi) dilanjutkan

dengan VTP dan kompresi dada secara efektif selama 45-60 detik.

Dosis

1. Intravena : 0,1 – 0,3 mL/kgBB larutan 1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03

mg/kgBB)

2. Endotrakeal (apabila jalur intravena sedang dipasang) : 0,3 – 1 mL/kgBB

larutan 1:10.000 (setara dengan 0,03 – 0,1 mg/kgBB).

Setelah pemberian epinefrin, diharapkan frekuensi jantung meningkat

lebih dari 60 kali/menit dalam waktu 30 detik setelah pemberian epinefrin.

Apabila dengan dosis ini tidak terjadi peningkatan, dapat diulang setiap 3-5

menit. Dosis ulangan diberikan secara intravena dan pastikan bahwa ventilasi

dan kompresi tetap efektif.

- Cairan penambah volume

Indikasi

Bila bayi tampak pucat, ada bukti kehilangan darah dan respon resusitasi

baik.

Cairan yang dianjurkan adalah :

1. Larutan garam fisiologis

22

Page 23: Neonatal Life Support

2. Larutan ringer laktat

3. Darah golongan O negative, bila ada bukti atau dugaan anemia yang

berat pada janin. Bila waktu memungkinkan dilakukan cross matched

dengan darah ibu.

Dosis : 10 cc/kgBB melalui vena umbilikalis dengan kecepatan 5-10 menit. Bila

bayi menunjukkan perbaikan yang minimal setelah pemberian pertama, dapat

diberikan dosis tambahan lagi 10 mL/kgBB.

- Natrium Bikarbonat

Walaupun masih kontroversi, pemberian natrium bikarbonat selama

resusitasi dapat mangatasi asidosis metabolik yang terjadi. Pemberian natrium

bikarbonat dapat berbahaya, terutama apabila pemberian terlalu dini dalam

proses resusitasi. Pastikan dahulu bahwa paru telah diventilasi secara

adekuat.

Komplikaksi Pasca resusitasi

Bayi yang memerlukan ventilasi takanan positif berkepanjangan, kompresi

dada atau intubasi sangat mungkin mengalami stress beart dan mempunyai ririko

kerusakan fungsi organ multiple yang tidak segera tampak komplikasi tersebut

tampak pada tabel 1 (2).

Sistem Organ Komplikasi Tindakan Pasca ResusitasiOtak Apnea

KejangPemantauan apneaBantuan ventilasi Pemantauan gula darah, elektrolitPencegahan hipotermiaPertimbangkan terapi antikejang

Paru-paru Hipertensi pulmonalPneumoniaPneumotoraksTakipnea persistenSindrom aspirasi mekoniumDefisiensi surfaktan

Pertahankan ventilasi dan oksigenasiPertimbangkan antibioticFoto toraksPertimbangkan pemberian surfaktanTunda minum bila sesak

Kardiovaskular Hipotensi Pemantauan tekanan darah dan frekuensi jantungPertimbangkan pemberian ibotropik

Ginjal Nekrosis tubuler akut Pemantauan produksi urineBatasi masukan cairan bila ada oliguri dan volume vaskuler adekuat

23

Page 24: Neonatal Life Support

Pemantauan kadar elektrolitGastrointestinal Ileus

Enterokolitis nekrotikansTunda pemberian minumBerikan cairan intravenaPertimbangkan pemberian nutrisi parenteral

Metabolik /hematologi

HipoglikemiaHipokalsemia, hiponatremiaAnemiaTrombositopenia

Pemantauan gula darahPemantauan elektrolitPemantauan hematokritPemantauan trombosit

Selain itu perlu kita perhatikan adanya komplikasi jangka panjang yang

mungkin terjadi, seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan fungsi

pendengaran, maupun penglihatan.

Syok pada Bayi Baru Lahir

24

Page 25: Neonatal Life Support

Syok adalah gejala klinis yang kompleks yang disebabkan oleh kegagalan

fungsi sirkulasi yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang

tidak adekuat. Keadaan syok dapat dijumpai dalam masa antepartum, intrapartum

dan postpartum. Syok menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius dalam

kaitannya dengan mekanisme kompleks yang menyertai pada masa transisi janin (2).

Syok merupakan kelainan yang progresif, tetapi secara umum terbagi menjadi

3 fase, yaitu kompensasi, dekompensasi dan ireversibel. Tetapi pada BBL tidak

mungkin dibedakan pada masing-masing fase.

Faktor Risiko :

– Infeksi tali pusat

– Abnormalitas plasenta

– Hemolisis fetal/neonatal

– Perdarahan fetal/neonatal

– Infeksi maternal

– Anestesi/hipotensi maternal

– Asfiksia intrauterine dan/ atau intrapartum

– Sepsis neonatorum

– Pulmonary leak syndrome

– Over distensi VTP

– Aritmia jantung

Hipotensi dan syok pada BBL dapat terjadi karena berbagai macam factor, antara lain:

– Hipovolemia

– Septic

– Reaksi obat (anafilaktik)

– Kardiogenik

– Neurogenik

– Endokrinogenik

Diagnosis

25

Page 26: Neonatal Life Support

Pemeriksaan tekanan darah

Pengukuran dengan menggunakan manset yang meliputi 20-25% diameter

ekstremitas yang dipergunakan.

Manifestasi klinis :

– Takikardia

– Perfusi yang jelek

– Kutis mamorata

– Akral dingin, tetapi suhu tubuh normal

– Denyut nadi yang dalam, lemah

– Gangguan nafas : apnea, takipnea

– Asidosis metabolic

– Dieresis normal sesudah 24 jam : 2 mL/kgBB/jam. Pada jam-jam pertama 0,5-

1 mL/kgBB/jam.

Penatalaksanaan :

1. Terapi bantuan dasar dengan :

– Bebaskan jalan nafas

– Terapimoksigen/ventilator mekanik

– Suhu lingkungan yang netral

– Segera cari akses vena/intraoseus untuk pemberian cairan

2. Nilai penyebab syok pada BBL

3. Pemberian terapi empiric dengan ekspansi dengan menggunakan

koloid/kristaloid (garam fisiologis/Ringer laktat) sebanyak 10 mL/kgBB

intravena selama 5-10 menit, dapat diulang bila perlu, tergantung penyebab

syok:

– Bila menunjukkan respon yang baik, pertimbangkan untuk melanjutkan

ekspansi volume cairan

– Bila tidak terjadi respon yang baik, mungkin bayi memerlukan lebih banyak

ekspansi cairanatau harus dimulai pemberian obat inotropik.

– Bila perlu berikan terapi pendukung pernafasan.

26

Page 27: Neonatal Life Support

Daftar Pustaka 1. Bloom RS, Cropley C. Buku Panduan Resusitasi neonatus. 6 ed. Chair I,

Marnoto BW, Firmansyah R, editors. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia; 2012.

2. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editors. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.

3. Newborn Life Support. Resuscitation Council (UK); 2010.4. Kattwinkel J, Pelman JM, Aziz K, Colby C, Fairchild K, Gallagher J, et al.

Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Pediatrics. 2010;126:e1400-12.

5. NRP 2012 - Puting new resuscitation guidelines into practise [database on the Internet]2010.

6. Dharmasetiawani N. Resusitasi Neonatus (Konsensus 2010). Perinasia [serial on the Internet]. 2012.

7. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departeman Kesehatan 2008.

8. Niemeyer, S. Evidence-based Guidelines for Neonatal Resuscitation. Neoreviews 2001;2;e38.

Lampiran 1

27

Page 28: Neonatal Life Support

APGAR SCORE

Keterangan 0 1 2

Appearance (color)

Warna

Blue/pale Pink body with

blue extremities

Completely pink

Biru/pucat Badan merah

muda, ekstremitas

biru

Merah muda

Pulse (heart rate)

Denyut jantung

Absent Slow (<100

beats/min)

> 100 beats/min

Tidak ada Lambat (<100

x/menit)

> 100 x/menit

Grimace (reflex

irritability)

Kepekaan reflex

(respon terhadap

stimulasi)

No response Grimace Cough or sneeze

Tidak ada Meringis Batuk, bersin,

menangis

Activity (muscle

tone)

Tonus otot

Limp Some flexion Active movement

Lemah Sedikit fleksi pada

ekstremitas

Gerakan aktif

Respiration

Pernafasan

Absent Slow, irregular Good, crying

Tidak ada Lambat, irregular Bagus, menangis

Lampiran 2

28

Page 29: Neonatal Life Support

Peralatan yang diperlukan pada resusitasi neonatus

Perlengkapan penghisap

Balon penghisap (Bulb syringe)

Penghisap mekanik dan tabung

Kateter penghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F dan 14F.

Pipa lambung no. 8F dan semprit 20 mL.

Penghisap mekonium

Peralatan balon dan sungkup

Balon resusitasi neonatus

Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan kurang bulan

Sumber oksigen dengan pengatur aliran

Peralatan intubasi

Laringoskop dengan daun lurus, no.0 (kurang bulan) dan no.1 (cukup bulan)

Lampu cadangan dan baterai untuk laringoskop

Pipa endotrakeal no.2,5 – 3,0 – 3,5 – 4,0 mm diameter internal

Stilet (bila tersedia)

Gunting

Plester atau alat fiksasi endotrakeal

Kapas alkhohol

Alat pendeteksi CO2

Sungkup laring (bila tersedia).

Obat-obatan

Epinefrin 1 : 10.000 (0,1 mg/mL) – 3 mL atau ampul 10 mL.

Kristaloid isotonik (NaCl atau RL)

Natrium bikarbonat 4,2%

Nalokson hidroklorida

Dekstrose 10%

Pipa orogastrik

Kateter umbilikal

Sarung tangan steril

Scalpel / gunting

Larutan yodium

Plester umbilikal

Kateter umbilikal 3, 5F,5F

29

Page 30: Neonatal Life Support

Three way stopcock

Semprit, 1, 3, 5, 10, 20, 50mL

Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum.

Lain-lain

Sarung tangan dan pelindung lain

Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya

Alas resusitasi yang keras

Jam (bila tersedia)

Kain hangat

Stetoskop (dianjurkan untuk bayi baru lahir)

Plester, ½ atau ¾ inchi

Monitor jantung dan pulse oximeter dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia

di kamar bersalin)

Oropharyngeal airways (0,00 da ukuran 000 atau panjang 30 – 40 – dan 50mm)

Untuk bayi sangat prematur (bila tersedia)

Sumber udara tekan

Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan

Pulse oksimeter dan probe oksimeter

Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup

Alas pemanas kimia

Inkubator transport untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan

Lampiran 3 : alur resisitasi neonatus

30

Page 31: Neonatal Life Support

31