Post on 23-Dec-2015
description
JENIS GULMA PERKEBUNAN KAKAO
DAN
CARA PENGENDALIANNYA
1. Pengertian Gulma
Gulma adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki dan
umumnya merugikan manusia, atau belum diketahui manfaatnya. Jadi suatu tumbuhan akan
berstatus sebagai gulma atau tidak, tergantung pada situasi tempat tumbuhnya, apakah
tumbuhnya di tempat yang dapat merugikan usaha manusia atau tidak.
Gulma dapat berupa tumbuhan berdaun lebar, rumput-rumputan, tanaman air maupun
tanaman berbunga parasitik. Pada umumnya tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma
cenderung mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk
mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan.
2. Klasifikasi Gulma
Ada bermacam-macam dasar penggolongan gulma, antara lain :
a. Berdasarkan Morfologinya
Grasses (rumput-rumput); yang masuk famili gramineae; untuk gulma di perkebunan
misalnya :
Alang-alang (Imperata cylindrica) :
Pahitan (Paspalum conjugatum) :
Jambe-jambean (Setaria plicata) :
Ottochloa nodosa :
Sedges (sejenis teki, termasuk famili Cyperaseae) mirip dengan golongan rerumputan,
bedanya batangnya berbentuk segitiga, untuk di perkebunan misalnya
Teki udel (Cyperus cyperoides) :
Teki (Cyperus rotundus) :
Cyperus iria :
Broad leaf (daun lebar), untuk gulma di perkebunan misalnya :
Mekania (Mekania sp) :
Putri malu (Mimosa sp) :
Wedusan (Ageratum conizoydes) :
Ciplukan (Physalis angulata) :
Paku-pakuan (pakis), untuk gulma di perkebunan misalnya :
Pakis kadal (Cyclosorus aridus) :
Pakis kawat (Gleichenia linearis) :
Pakis (Nephrolepis biserrata) :
Pakis (Nephrolepis cordifolia) :
b. Berdasarkan Umur Gulma
Annual weed (umurnya kurang dari satu tahun).
Gulma ini mudah dikendalikan tetapi sulit diberantas karena umumnya bijinya banyak dan
memiliki dormansi.
Biannual (berumur lebih dari satu tahun dan maximum 2 tahun). Tahun pertama umumnya
tumbuh ke arah vegetatif, dan tahun kedua ke arah generatif, setelah itu mati.
Perennial (tahunan, hidup lebih dari 2 tahun) dapat berkembang biak secara vegetatif dan
generatif, yang dibedakan.
Gulma tahunan sederhana, berkembang biak dengan biji, dan secara vegetatif jika akar
tajuknya dilukai.
Gulma tahunan menjalar, berkembang biak dengan akar yang menjalar, baik yang tumbuh
diatas tanah (stolon), maupun yang ada di dalam tanah (rhizoma). Golongan ini paling sulit
dikendalikan.
3. Ciri-ciri Tumbuhan yang lazim menjadi gulma
a. Pertumbuhan cepat
b. Mempunyai daya saing yang kuat dalam perebutan hara, air dan sinar matahari.
c. Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim
d. Mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif atau
kedua-duanya
e. Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang
f. Biasanya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam
kondisi yang tidak menguntungkan.
4. Kerugian dan Manfaat keberadaan Gulma
a. Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali akan menimbulkan kerugian antara lain :
Menjadi pesaing dalam pengambilan hara, air dan sinar matahari
Gulma tertentu (alang-alang dan Mekania sp) menghasilkan sekresi yang bersifat racun bagi
tanaman pokok (sifat allelopati)
Mempengaruhi mikro klimat, yang menguntungkan perkembangan populasi hama/penyakit
tanaman pokok (sumber hama/penyakit)
Menjadi tanaman inang pengganti (alternate host) dari hama penyakit tanaman pokok
Gulma yang merambat, dapat membelit tanaman pokok, sehingga pertumbuhannya
terganggu
Menyulitkan kegiatan kultur tehnis misalnya, pemupukan, wiwil kasar, menunas dan
sebagainya.
Meningkatkan resiko kebakaran.
b. Walaupun demikian, pada situasi tertentu gulma ada manfaatnya juga, misalnya :
Melindungi permukaan tanah dari sinar matahari
Mengurangi bahaya erosi
Menambah bahan organik ke dalam tanah
Memperbaiki inviltrasi air sehingga menambah retensi air dalam tanah
Memperbaiki sifat biologi tanah
c. Oleh karena itu managemen pengendalian gulma terutama diarahkan untuk menekan atau
menghilangkan kerugian yang ditimbulkan terhadap tanaman pokok dan lingkungan
sekitarnya.
5. Metode Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma kuratif pada umumnya dilakukan dengan dua cara yakni manual (dengan
tangan, cangkul atau sabit) dan secara kimiawi (dengan herbisida). Untuk areal yang
kemiringannya > 30º, pengendalian secara kimiawi hanya dilakukan pada larikan tanaman,
sedangkan punggung (“perengan”) tidak dianjurkan dikendalikan secara kimiawi karena
dikhawatirkan akan terjadi longsor atau tanah tererosi. Pada lahan yang miring tersebut cukup
dengan melakukan jombret (“slashing”), tanpa mencabut gulma dengan akarnya.
a. Mekanis
Dilakukan dengan tenaga manusia yang dibantu dengan alat-alat pertanian seperti sabit,
cangkul, garpu, parang, traktor dsb. Biasanya dilakukan pada daerah yang cukup tenaga
manusianya, atau pada lahan yang relatif datar (untuk traktor). Cara mekanis yang biasa
dilakukan:
- Pendongkelan (dengan akarnya, rizhome, umbi dsb), khusus untuk tanaman perdu
Keuntungannya
Dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
Mudah dikerjakan dan tidak membutuhkan keahlian/skil khusus
Pada keadaan tertentu biayanya lebih murah
Kerugiannya
Pada tanah miring akan memperbesar erosi
Dalam waktu yang lama akan terjadi cekungan tanah disekitar tanaman sehingga terjadi
genangan air pada musim hujan
Jika kurang hati-hati dapat merusak tanaman
- Kesrik Pendem
Yakni pengendalian dengan cara mencangkul gulma sehingga perakaran gulma yang dangkal
ikut terpotong (tercabut), kemudian serasah gulma tersebut dibenam di ujung daerah feeder
root / gandungan sehingga menjadi humus yang dapat memperbaiki struktur tanah
- Jombret (slashing)
Penyiangan tanpa mengganggu akar gulma dengan tujuan membuang bagian vegetatif dan
generatif gulma yang berada di atas tanah. Dibedakan antara jombret dan jombret merah.
Jombret merah adalah jombret yang mepet, gulma yang tersisa ≤ 5 cm.
Keuntungannya
Menghasilkan bahan mulsa untuk tanaman pokok
Tidak menambah erosi
Mudah dikerjakan dan tidak membutuhkan keahlian/skil yang tinggi
Pada keadaan tertentu biayanya lebih murah
Kerugiannya
Jika pertumbuhan gulma cepat, harus dilakukan berulang-ulang
Merangsang akar untuk menyerap unsur hara dari tanah yang lebih banyak.
b. Kultur tehnis
Beberapa kultur tehnis yang dapat menekan pertumbuhan gulma adalah :
Mengatur jarak tanam tanaman pokok
Menutup permukaan tanah sekitar tanaman pokok dengan seresah/mulsa
Menanam tanaman penaung
c. Biologis
Dengan menggunakan musuh alami tertentu (berupa serangga atau jamur) yang menyerang
gulma tertentu. Sampai dengan saat ini belum diterapkan di Indonesia.
d. Kimiawi
Pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang disebut herbisida.
(Klasifikasi herbisida dijelaskan pada uraian pestisida dan alat aplikasinya).
- Keuntungan
Tidak memerlukan banyak tenaga manusia
Kerusakan pada tanaman pokok dapat dihindari
Erosi tanah dapat diminimisasi
Waktu yang diperlukan lebih singkat
Cekungan-cekungan tanah di sekitar tanaman dapat dihindari
- Kerugian
Biaya pengendalian gulma sangat tergantung dari harga herbisida
Diperlukan tenaga skill
Menggunakan alat-alat khusus yang relatif lebih mahal
Jika tidak hati-hati dapat merusak tanaman pokok dan meracuni manusia, ternak serta
mencemari lingkungan
Pemakaian terus menerus dalam jangka panjang dapat mengeraskan tanah.
( Herbisida yang digunakan dijelaskan pada sub Bab pestisida dan alat aplikasinya ).
e. Terpadu
Adalah menggabungkan cara-cara pengendalian tersebut menjadi satu bagian yang utuh.
Dalam pelaksanaan di lapang, pada umumnya pengendalian secara terpadu inilah yang
diterapkan. Saat ini yang banyak diterapkan ialah gabungan antara mekanis, kultur tehnis,
dan kimiawi.
6. Manajemen Pengendalian Gulma
Dalam pengendalian gulma dibedakan menjadi dua macam yakni pemberantasan (eradikasi)
dan pengendalian (weed control). Pemberantasan ditujukan untuk gulma jahat yakni alang-
alang dan mekania, sedangkan untuk gulma lainnya (general weed) dilakukan pengendalian.
a. Pemberantasan Alang-alang
Tujuan pemberantasan alang-alang untuk melindungi tanaman pokok dari gangguan alang-
alang. Pemberantasan alang-alang harus dilakukan sedini mungkin, karena alang-alang
termasuk gulma keras (jahat) yang menghasilkan sekresi yang bersifat racun bagi tanaman
pokok (sifat allelopati).
Pelaksanaan pemberantasan alang-alang, dibedakan antara areal alang-alang dan areal eks
hutan atau budidaya pokok (kopi, kakao, karet, teh)
Di areal eks alang-alang, pemberantasan alang-alang dilakukan sebelum konservasi tanah
dimulai dan di ulang setelah konservasi tanah selesai. Sedangkan di areal eks hutan atau eks
budidaya pokok, pemberantasan alang-alang dilakukan setelah konservasi tanah selesai.
Cara pemberantasannya sama, yakni dilakukan secara kimiawi. Urutan pekerjaan :
(1) Persiapan dan Perencanaan
- Pertama kali, dibuat inventarisasi alang-alang dengan dilakukan survey seluruh areal dan
mencatat kondisi alang-alang yang ada pada areal tersebut, kemudian dipetakan. Dari data
tersebut dibakukan pada daftar inventarisasi alang-alang, sekaligus dibuat peta kondisi alang-
alang. Sesuai kondisi dilapang, alang-alang diklasifikasikan sebagai berikut :
Sheet
Pertumbuhan alang-alang dikatakan sheet. Jika dalam 1 m2 terdapat alang-alang ≥ 60
rumpun, dengan keadaan menutup lebih dari 60 % per hektar
Vlekken (spot)
Pertumbuhan alang-alang dikatakan spot jika dalam 1 m2 terdapat alang-alang ≥ 60 rumpun,
dengan menutup kurang dari 60 % per hektar. Jadi keadaan spot ialah keadaan sheet tetapi
dalam luasan yang lebih kecil (dapat terpencar dibeberapa tempat)
Sporadis
Pertumbuhan sporadis ialah pertumbuhan yang tidak menutup suatu luasan areal.
Pertumbuhan alang-alang sporadis dibedakan antara :
Sporadis berat
Bila terdapat lebih dari 10 rumpun per m2. Sporadis berat ini dapat segera berubah menjadi
sheet/spot jika tidak segera mendapat perlakuan
Sporadis sedang
Bila terdapat 5 – 10 rumpun per m2
Bebas
Suatu areal disebut bebas alang-alang bukan berarti tidak ada alang-alang sama sekali, tetapi
pertumbuhan alang-alang jarang sekali. Karena itu areal yang bebas alang-alang tetap
memerlukan kontrol yakni dengan buru alang-alang.
- Dengan Daftar Inventaris dan Peta Alang-alang, disusun Rencana Kerja Pemberantasan
Alang-alang, yang meliputi :
Jumlah hektar areal alang – alang yang harus diberantas
Jumlah herbisida yang dibutuhkan
Jumlah alat semprot yang dibutuhkan
Jumlah air yang harus disiapkan setiap harinya, letak sumber air. Air cukup diangkut dengan
tenaga manusia atau perlu diangkut dengan kendaraan bermotor (truk), dan
Kebutuhan tenaga kerja setiap hari
- Semuanya dirangkum pada suatu daftar seperti contoh belangko pada lampiran.
- Alat semprot yang digunakan ialah alat semprot punggung tekanan rendah (Solo, Kef, CP,
Micron Herbi dsb). Keterangan selengkapnya dapat dibaca pada sub bab Pestisida dan Alat
Aplikasinya.
Tabel Dosis Herbisida Sesuai Dengan Kondisi Alang-alang di lapang
Klasifikasi Alang-
alang
Sheet dan
Sporadis Berat
Vlekken dan
Sporadis Sedang
Sporadis Ringan
Areal Terbuka
Areal
Terlindungi
Dosis glyphosate (L/ha-efektif)
5
4
2,5
2,0
1,25
1,00
Alat semprot
tekanan rendah
Nozel Poli jet
(ICI)
Nozel ULV 100
Nozel ULV 200
Micron Herbi
Jumlah Air yang Digunakan (L/ha-efektif)
600 – 800
100 – 200
200 – 300
20 – 30
300 – 400
50 – 100
100 – 150
10 – 15
150 – 200
25 – 50
50 – 75
5 – 7,5
(2) Pelaksanaan
- Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
Waktu aplikasi
Aplikasi harus disesuaikan dengan kondisi alang-alang dan kondisi lingkungan setempat.
Sebaiknya diaplikasikan pada saat :
Pertumbuhan vegetatif alang-alang sedang aktif, tidak pada saat alang-alang berbunga
(pertumbuhan generatif). Areal yang alang-alangnya sudah setinggi ≥ 0,75 meter atau lebih,
sebelum disemprot dengan herbisida agar dibabat dulu, kemudian dibiarkan tumbuh kembali
sampai setinggi 25-50 cm dan masih tumbuh aktif, baru disemprot.
Pada musim hujan harus diperhatikan bahwa hujan yang turun kurang dari 4 jam setelah
penyemprotan dapat mengakibatkan tercucinya sebagian herbisida sehingga akan mengurangi
efektifitasnya.
Sebaliknya, pada kondisi yang ekstrim kering pemberantasan alang-alang dengan herbisida
tidak dapat ditranslokasikan ke seluruh jaringan tumbuhan dengan baik
Penyemprotan herbisida pada saat terjadi angin kencang akan menyebabkan droplet herbisida
tidak terarah
Air pelarut
Air yang digunakan diusahakan bersih ( tidak kotor ) karena dapat memfiksasi herbisida,
sehingga pemberantasan tidak efektif.
Kalibrasi
Sebelum melaksanakan penyemprotan , para penyemprot dianjurkan untuk melakukan
kalibrasi, tujuan kalibrasi :
Agar dosis herbisida tepat sasaran
Agar dosis herbisida yang telah ditentukan dapat disemprotkan merata diseluruh areal
Cara melakukan kalibrasi diuraikan pada sub bahan pestisida dan Alat Aplikasinya.
Cara mencampur herbisida. Bahan dan alat yang harus disediakan :
Gelas ukur
Drum dengan volume 100 -200 liter
Alat pengaduk dari kayu
Air dan herbisida
Sarung tangan plastik
Alat perlengkapan KKK
Misalnya membuat formulasi dengan 600 liter air dan 4 liter herbisida, dapat dilakukan
beberapa tahap pencampuran (misalnya 4 tahap). Setiap kali pencampuran terdiri : 150 L air
+ 1 L herbisida, caranya:
Isi drum dengan air sebanyak ± 1/3 bagian dan 150 L air
Kemudian tambahkan 1 liter herbisida
Aduk sampai rata
Sambil diaduk terus, sisa air (± 2/3 bagian) dituangkan sedikit demi sedikit sampai habis
Tuangkan ke alat semprot
- Cara kerja di lapang
Areal yang akan disemprot, dikelompokkan sesuai klasifikasi alang-alang (daftar inventaris).
Setiap kelompok dibagi menjadi beberapa blok yang luasnya disesuaikan dengan kemampuan
menyemprot perhari (tergantung pada jumlah alat semprot dan tenaga kerja yang tersedia)
- Prioritas pemberantasan alang-alang dengan urutan sebagai berikut :
Sporadis (ringan, sedang, berat)
Spot (vlekken)
Sheet
- Penyemprotan koreksi
Tiga minggu setelah penyemprotan pertama, perlu dilakukan penyemprotan koreksi pada
areal yang lolos penyemprotan pertama. Pada saat itu nampak alang-alang yang tersemprot
sudah berwarna kuning kecoklatan sedangkan yang lolos tetap berwarna hijau.
(3) Pengawasan dan Evaluasi
- Pengawas bertanggung jawab atas :
Orang yang mengerjakan
Bahan yang dipergunakan
Alat yang dipakai
Hasil pekerjaan yang dilakukan
- Selesai penyemprotan dilakukan evaluasi hasil kerja yang telah dilaksanakan setiap harinya
sebagai berikut :
Selesai disemprot, areal tersebut diberi patok (ajir) yang ujungnya dicat dengan warna yang
berlainan dengan warna patok hasil penyemprotan hari sebelumnya (kemarin)
Pastikan bahwa hasil kerja hari tersebut sudah sesuai dengan rencana yang dibuat. Apabila
realisasi masih dibawah rencana, perlu dicari penyebabnya.
Semua hasil kerja hari tersebut dipetakan dan diberi warna yang berlainan dengan warna
hasil penyemprotan sebelumnya (kemarin)
Data hasil kerja hari tersebut, dipakai untuk menyusun penyesuaian rencana kerja hari esok.
Begitu seterusnya setiap hari dikerjakan sampai seluruh areal tersemprot.
Kemudian dibuat rekapitulasi hasil kerja yang mencantumkan luas terealisir, jumlah
herbisida, air, tenaga kerja dan sebagainya, disertai peta hasil kerja. (Contoh blangko pada
lampiran)
b. Pemberantasan Mikania sp
Tujuan memberantas Mikania sp ialah melindungi tanaman pokok dari gangguan Mikania sp.
Pemberantasan Mikania sp harus dilakukan sedini mungkin, karena Mikania sp termasuk
gulma keras (jahat), yang menghasilkan sekresi bersifat racun bagi tanaman pokok (sifat
alelopati). Pemberantasan Mikania sp dilaksanakan secara kimiawi atau manual. Urutan
pekerjaan pemberantasan secara kimiawi sebagai berikut :
(1) Persiapan dan Perencanaan
- Inventarisasi Mikania sp
Dengan membawa peta kebun, dilakukan survey seluruh areal dan dicatat kondisi Mikania sp
yang ada pada areal tersebut. Kemudian data tersebut dibakukan pada Daftar inventarisasi
Mikania sp sekaligus dibuat peta Kondisi Mikania sp (contoh pada lampiran).
Kondisi Mikania sp di lapang diklarifikasikan sebagai berikut :
Sheet = jika Mikania sp menutup areal lebih 60% per hektar
Spot = Jika Mikania sp menutup areal kurang 60% per hektar. Dapat merupakan
satu kelompok atau terpencar dibeberapa tempat
Sporadis = Jika Mikania sp tumbuh tersebar disuatu luasan areal tetapi tidak menutup
suatu luasan.
- Alat semprot, yang digunakan :
Alat semprot punggung tekanan rendah (Solo, Keff, CP dll)
Alat semprot bermesin (power sprayer), khusus untuk sheet, misalnya pada TTAD
- Herbisida yang digunakan dijelaskan dalam sub bab pestisida dan alat aplikasinya
(2) Pelaksanaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksaan :
Waktu Aplikasi Herbisida
Sebaiknya diaplikasikan pada saat pertumbuhan vegetatif mekania sp sedang aktif.
Hujan yang turun kurang dari 5 jam setelah penyemprotan akan mengurangi efektitas
herbisida karena sebagian herbisida akan tercuci, sehingga pemberantasan tidak efektif.
Sebaliknya pada kondisi extrim kering jangan menyemprot mikania sp, karena herbisida
tidak dapat ditranslokasikan dengan baik.
Penyemprotan dilakukan pada saat angin dalam keadaan tenang, karena menyemprot dalam
keadaan angin kencang menyebabkan droplet herbisida tidak terarah.
Sebaiknya pemberantasan mikania sp dilaksanakan pada menjelang musim kemarau, karena
akan lebih efektif.
Kalibrasi : Untuk memperoleh hasil semprotan yang baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara
pelaksanaannya dapat dilihat pada uraian pestisida dari alat aplikasinya.
Cara mencampur herbisida sama dengan yang dilakukan dalam memberantas alang – alang.
Cara kerja lapang sama dengan yang dilakukan pada saat pemberantasan alang - alang
Penyemprotan koreksi sama dengan yang dilakukan pada penyemprotan koreksi untuk alang
- alang
- Apabila pertumbuhan mikania sp sudah menutup areal dan tebalnya 30 cm, sebelum
disemprot dibabat dulu, kemudian dibiarkan tumbuh kembali sampai setinggi 15 cm, baru
disemprot dengan herbisida. Tujuan dibabat selain untuk mengurangi volume air, juga agar
aplikasi bisa tepat padasaat pertumbuhan vegetatif aktif dan untuk memudahkan
penyemprotan berjalan.
- Pada saat membabat mikania sp, harus diusahakan batang tersebut akan tumbuh sehingga
populasi mikania sp semakin banyak. Oleh karena itu pada saat membabat, batang mikania
sp langsung digulung rapat, kemudian diikat kuat dengan tali (rafia). Selanjutnya dipendam
dalam lubang tanah dan ditutup tanah setebal 25 cm, atau diletakkan diatas para-para yang
dibuat khusus untuk itu.
(3) Pengawasan sama dengan pada saat membrantas alang - alang
c. Buru alang-alang dan mikania sp
Merupakan gulma jahat di perkebunan, maka setelah pemberantasan (penyemprotan) harus
dilanjutkan dengan buru alang - alang dan mikania sp. Yang dimaksud ‘ buru’ adalah
memberantas alang- alang dan mikania sp secara terus menerus, sebab apabila tidak segera
diatasi, dalam jangka tertentu akan menjadi sheet lagi. Metode yang digunakan adalah spot
spraying dan wiping untuk alang-alang, atau spot spraying dan dongkel untuk mekania. Buru
alang-alang dan mekania dilaksanakan 9 X setahun diutamakan pada bulan – bulan basah.
- Tehnis pelaksanaan buru alang-alang dan mekania sp secara manual
Mikania sp dicabut dengan pacul garpu sampai seakar-akarnya. Batang mikania sp yang
tercecer dapat segera tumbuh, karena itu harus diupayakan agar batang mekania tidak
tercecer.
Mikania sp yang telah dibabat, dikumpulkan dan dijemur diatas para-para khusus, sampai
kering/busuk dan mati
Buru alang-alang secara manual dikerjakan jika herbisida untuk wiping tidak ada.
- Tehnis pelaksanakan buru alang – alang dan mekania secara kimiawi
Jika keadaan alang-alang atau mikania sp sporadis ringan, buru alang – alang dapat
dilakukan dengan spot spraying dengan herbisida.
Herbisida yang digunakan untuk alang – alang ialah herbisida berbahan aktif glyphosate
dengan konsentrasi sesuai petunjuk dalam kemasan.
Herbisida yang digunakan untuk mekania ialah herbisida berbahan aktif 2.4D dengan
konsentrasi sesuai petunjuk dalam kemasan yang dilakukan seawal mungkin pada saat
pertumbuhan vegetatif.
Alat semprot yang digunakan knapsack tekanan rendah, dengan nosel cone (kerucut).
d. Penyiangan Gulma / Pengendalian Gulma ( general weed)
Untuk gulma umum tidak dilakukan eradikasi tetapi dilakukan pengendalian, yang dapat
melaksanakan dengan dua cara yakni secara kimiawi atau secara mekanis.
(1) Penyiangan secara kimawi
- Perencanaan
Menentukan areal yang akan disemprotkn
Menyiapkan tenaga penyemprotan sesuai dengan kebutuhan, berikut tenaga pengawasan
Menyiapkan alat, berupa bak penampungan air atau drum, alat semprot (knap sack takanan
rendah, atau mikro herbi)
Menyiapkan bahan berupa air bersih, herbisida dan perekat atau perata pada saat musim
hujan.
- Pelaksanaan
Herbisida yang digunakan
Untuk gulma dominan berdaun sempit, digunakan herbisida dengan bahan aktif sulphosate
atau glyphotosate, dengan dosis 100 – 1,5 liter per hektar efektif per aplikasi.
Untuk gulma dominan berdaun lebar, digunakan herbisida dengan bahan aktif 2,4 D, dengan
dosis 1,5 -2,0 liter per hektar efektif per aplikasi.
Cara pencampuran herbisida:
Mencampur herbisida dan perekat atau perata dengan air hingga merata sesuai konsentrasi
atau dosis hingga merata ditentukan (seperti pencampuran herbisida pada pemberantasan
alang –alang).
Tuangkan larutan tersebut ke dalam alat semprot yang telah disediakan hingga volume
larutan tersebut hampir penuh.
Melakukan menyemprotan pada areal yang ada rumput pengganggunya.
Pada saat penyemprotan diharuskan para pelaksana (penyemprot, pencampur pestisida)
memakai alat pengaman
Apabila terjadi hujan atau gerimis, maka penyemprotan harus dihentikan. Untuk itu perlu
memprediksikan cuaca pada pagi hari (setelah rol).
Bila menunjukkan tanda – tanda akan terjadi hujan sebaiknya tidak dilakukan penyemprotan.
Apabila penyemprotan akan dihentikan, 15 menit sebelum waktu berakhir, alat semprot yang
dipakai harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih.
Setiap selesai penyemprotan, alat semprot yang digunakan harus dibersihkan dengan air
bersih
Cara penyimpanan alat semprot diuraikan dalam bab VIII. Uraian pestisida dan alat
aplikasinya.
- Pengawasan
Mandor dan sinder wajib mengontrol jalannya dibetulkan pada saat itu juga
Mandor mencatat hasil kerja harinya dan mengawasi pengembalian alat semprot ke gudang
afdeling.
- Persiapan, perencanaan dan pelaksanaan selengkapnya seperti dalam pemberantasan alang-
alang.
(2) Penyiangan secara mekanis
- Perencanaan
Tentukan lokasi dan luas areal yang akan disiang
Siapkan tenaga sesuai areal tersebut
Periksa /pastikan bahwa alat yang dibawa (sabit,cangkul) sudah tajam (layak pakai)
Setiap tenaga kerja harus membawa batu asah
- Pelaksanaan
Sesuai dengan perjanjian dan contoh kualitas pekerjaan yang telah disepakati, misalnya
jombret, jombret merah, kesrik pendem dsb.
- Pengawasan
Mandor dan sinder wajib mengotrol jalannya pekerjaan tersebut, apabila ada yang salah
harus dibetulkan pada saat itu juga.
Mandor mencatat hasil kerja (baik kuantum maupun kualitasnya).
7. Pengendalian Gulma di Areal Tanaman Tahun Yang Akan Datang (TTAD)
a. Pemberantasan alang – alang
- Di areal yang relatif datar, untuk memudahkan penyediaan air / formulasi herbisida dan
pengawasan, pada saat menyemprot, penyemprotan berjajar dengan jarak 2 meter bila
menggunakan nozle biru, dan sebagainya. Dimulai dengan berjajar dan waktu yang sama,
para penyemprotan maju dengan kecepatan yang sama, sesuai hasil kalibrasi yang telah
dilakukan.
- Agar penyemprot dapat berjalan lurus kedepan, pada jarak tertentu diberi ajir yang
ujunganya diberi bendera / tanda.
Arah jalan jangan berlawanan dengan arah angin, tetapi justru harus searah dengan arah
angin.
↑ ↑ ↑ ↑ ↑x x x x x↑ ↑ ↑ ↑ ↑x x x x x↑ ↑ ↑ ↑ ↑0 0 0 0 0
Gambar. Cara Menyemprot Alang-alangKeterangan:
0 = penyemprot berdiri berjajar, jarak penyemprot satu dengan yang lainnya tergantung nozle yang digunakan
↑ = arah penyemprot maju kedepan x = ajir yang ujungnya diberi bendera
- Diareal yang berteras, para penyemprotan berjalan sepanjang terasan. Nozle yang digunakan
dipilih yang lebar semprotnya sesuai denan lebar terasan.
- Pemberantasan alang – alang ini diikuti oleh buru atau wiping secara kontinyu
b. Pemberantasan mikania sp
- Pemberantasan mikania Sp diareal TTAD dilaksanakan secara kimiawi setelah konservasi
tanah selesai dikerjakan.
- Seperti terhadap alang – alang, setelah selesai pemberantasan dilakukan buru mekania, baik
secara mekanis ataupun kimiawi.
8. Pengendalian Gulma di Areal Tanaman Tahun Ini (TTI)
a. Pemberantasan gulma jahat (alang – alang dan mikania sp)
- Sebelum bibit kakao ditanam, areal harus sudah bebas dari alang – alang dan mikania sp,
karena kedua macam gulma tersebut sudah diberantas pada saat TTAD.
- Perlakuan terhadap alang –alang dan mikania sp pada TTI hanya terbatas pada buru / wiping.
- Pelaksanaan buru / wiping sama dengan yang dilakukan pada TTAD.
b. Penyiangan
- Sebelum tanaman kakao ditanam, sepanjang larikan tanaman kakao harus bersih dari gulma
rerumputan maupun tanaman semak.
- Penyiangan sebelum menanam kakao, dilakukan secara kimiawi.
- Penyiangan ini hanya dilakuakn satu kali. Dikerjakan pada baris tanaman sebagai persiapan
tanam. Menggunakan sprayer tekanan rendah atau micron herbi.
- Penyiangan setelah menanam tanaman kakao dilakukan sekali secara manual (kesrik) pada
piringan pohon.
9. Pengendalian Gulma di Areal Tanaman Belum Menghasilkana. Buru Alang – alang dan mikania sp
Buru alang – alang dan mikania sp tetap di lakukan secara rutine kurang lebih sebulan satu
kali pada seluruh areal termasuk di gawangan tanaman rotasi 9 kali setahun , dilakukan pada
bulan – bulan basah, sedangkan pada musim kemarau tidak di lakukan , karena pertumbuhan
vegetatif jauh berkurang.
b. Penyiangan
Pada TBM I , Penyiangan dilakukan secara Manual. Penyiangan secara Kimiawi tidak
dianjurkan karena dikhawatirkan droplet Herbisida akan mengenai tanaman Kakao yang
masih rendah. Sedangkan pada TBM II dan III dapat dilakukan pengendalian secara
kimiawi. Lahan yang di siang seluruh Areal dibedakan sbb :
1. Penyiangan Pada piringan Pohon
Dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah selebar
piringan pohon yang telah ditentukan sehingga tanah bersih (Clean weeding) atau disebut
kesrik
Rotasi 6 kali setahun, di utamakan untuk persiapan pemupukan dan setelah pemupukan .
2. Penyiangan di gawangan Pengendalian Gulma cukup di lakukan dengan slashing (Jombret), sehingga akar Gulma
tidak tercabut. Rotasi 6 x setahun
Gambar : Chemical weeding pada tanaman belum menghasilkan
10. Pengendalian Gulma Pada Areal Tanaman Menghasilkan
a. Buruh alang – alang dan mikania sp
- Buru alang-alang dan mikania sp tetap dilakukan secara rutin ± sebulan 1 x, baik pada
gawangan maupun pada larikan tanaman
- Rotasi ± 9 x setahun, dilakukan pada bulan-bulan basah, sedang pada musim kemarau tidak
dilakukan karena pertumbuhan vegetatif jauh berkurang
b. Penyiangan
Penyiangan pada budidaya kakao hanya dilakukan secara insidentil, terutama pada lahan
yang miring atau “hiatten”. Dilakukan secara kimiawi dan manual
- Penyiangan secara kimiawi : Penyiangan kimiawi dilakukan 2 x setahun pada saat tanaman
tidak berbunga besar, atau buah muda ukuran < 10 cm sebagai persiapan pemupukan.
- Penyiangan secara manual : Penyiangan secara manual dilakukan 4 x setahun, diutamakan
setelah pemupukan.
c. Picisan / Krakat (Drymoglossum piloselloides)
- Picisan / krakat termasuk tumbuhan golongan paku-pakuan yang epifit, menempel pada
batang dan dahan. Picisan ini menyebabkan kelembaban (RH) yang tinggi sehingga
menunjang perkembangan hama dan penyakit. Tanaman kakao yang batangnya ditumbuhi
picisan daunnya akan menjadi lebih kecil, cepat menguning, dan gugur sebelum waktunya.
Jika picisan tidak diberantas, pohon kakao dapat mati. Rimpang picisan dengan tunas yang
lebat dan perakaran yang melekat erat pada kulit cabang kakao menimbulkan tekanan
mekanis sehingga cabang kakao “tercekik”
- Penelitian yang pernah dilakukan di balai Penelitian Perkebunan Bogor, menunjukkan
bahwa terdapat jamur “simbiosis” pada akar picisan yang bersifat parasit, yang diduga
sebagai penyebab kematian tanaman.
- Pada cabang-cabang besar kakao, rimpang picisan menutup dan mengganggu bantalan bunga
sehingga bunga mudah gugur atau tidak normal.
- Selain picisan, lumut yang menempel pada batang kakao juga menaikkan kelembaban dan
menghambat tumbuhnya bunga.
- Pemberantasan picisan dilakukan secara mekanis (manual) sedangkan untuk lumut dapat
digunakan alat sederhana yang tidak melukai bantalan bunga, misalnya dengan sabut kelapa.
- Waktu pemberantasan yang paling efektif ialah pada awal musim penghujan, karena :
Krakat mudah ditarik (tidak mudah putus, seperti pada musim kemarau), dan belum sempat
menyebarkan spora
Lumut relatif mudah mengelupas jika “dikerok”. Pemberantasan secara kimiawi sedang
diteliti.
- Perkembangan pertumbuhan krakat :
Sebagai pionir pada batang dari kakao tumbuh lebih dulu semacam lumut kerak yang
merupakan bercak berwarna keputihan
Pada tahap kedua pada bercak tersebut merupakan media tumbuh bagi sejenis lumut
Pada tahap ketiga lumut tersebut sebagai tempat tumbuh bagi krakat
- Telah dicoba bahwa lumut pada batang kakao diberantas dengan bahan kimiawi yang
disebut dengan bubur kaliwining.
- Pertumbuhan krakat harus selalu diupayakan seminim mungkin. Karena selain menyebabkan
tertekannya tanaman kakao, populasi krakat yang sudah terlanjur banyak sangat menyulitkan
cara pemberantasannya sehingga ranting tanaman kakao yang ditumbuhi terpaksa dipotong.
- Pemberantasan krakat lebih mudah dilakukan pada tahap awal perkembangan populasi dari
pada mengendalikan pada saat populasi telah melimpah. Dalam pemberantasan krakat dan
benalu diprioritaskan pada areal yang berpotensi tinggi dan keberadaan krakat dan benalu
sesuai klasifikasi berat, sedang dan ringan.
- Tindakan pemberantasan yang dianjurkan meliputi :
Membersikan koloni picisan secara manual dengan menggunakan tangan paling baik
dilakukan pada awal musim hujan.
Kegiatan pemberantasan dapat dipadukan dengan kegiatan lain seperti pemangkasan
Mencegah tanaman lain didalam dan disekitar kebun tidak ditumbuhi picisan, misal :
penaung lamtoro.
Benalu dibuang secara dini agar tidak menyebabkan parasit bagi tanaman pokok,
pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan pangkasan
- Jika keadaan sudah bersih (bebas dari picisan dan benalu) diperlukan kontrol keseluruh
areal minimal 1 x setahun.