Post on 29-Jul-2019
ippm uniYERSuns uDflYnnn UNIVERSITASUDAYANA
RESEARCH and C O m m U M T Y SERVICEtot PROSPERITY
U N V A N Q A N
SENASTEK-ll2015
SEMINAR NAS10NALSAINS & TEKNOLGI
20 59 Ocu* Watefpar* - BaliHoliday Inn *
Jl Satna
Inovasi Humaniora, Sains dan TeknologiJl Asia GtraThe Patn las* Bali Resort and Villas wneav.
untuk Pembangunan Berkelanjutanjl. Sempati »
S. Bali Anport TransfersFfestma and Spa
Wanda/a
KUTA, 29 - 3 0 OKTOBER 2015X
BANDARA NGURAH RAI
m r L e g ) a s u ^ LEMBAGA PENELITIAN &
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATbatan-rlSTfcKDIKTI
KEM ENTERIAN PEND IDIKA N DAN KEBUDAYAANUNTVERSITAS UDAYANA
SENASTEK-II SUSUNANACARALEM BAGA PEN ELITIA N DAN PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT
U N IV E R S IT A S U D A Y A N A
Han I : Kamis, 29 Oktober 2015Dengan mi, kami mohon kehadiran Bapak/Ibu sebagaiPeserta pada acara : 07.30 08.40 Wita Registrasi Peserta dan Kudapan
08.40 09.30 Wita Upacara Pembukaan08.30 Wita Tan Penyambutan (Sekar Jagat)08.40SEMINAR NASIONAL SAINS dan TEKNOLGI
08.50 09.00 Wita Sambutan Rektor UNUD(SENASTEK) II Tabun 201509.00 09.30 Wita Arahan M enten RISTEK DIKTI sekaligus
membuka acara SENASTEK 2015dengan tema : 10.30 Wita Pem akalah U tam a 109.30
Dir. Riset dan Pengmas. KementenanRISTEK DIKTIInovasi Humaniora, Sams dan TeknologiPem akalah U tam a 210.30 11.30 Witauntuk Pembangunan Berkelanjutan”Kepala Badan Tenaga Nuklir NasionalDiskusi11.30 12.00 Wita
yang akan dilaksanakan pada: 12.00 13.00 W ita : Makan Slang13.00 17.00 Wita Semmar Pararel
Hari/Tanggal Kamis-Jumat, 29-30 Oktober 2015Han I I : Jumat, 30 Oktober 2015Waktu 07.30 - 17.00 Wita
Hotel Patra Jasa BaliTempatRegistrasi Peserta dan Kudapan07.30 - 08.30 Wita
Resort & Villas Tuban 08.30 -09 .10 Wita Pem akalah U tam a 4Kuta, Badung, Bali Dir. PT Toyota Motor Manufacturing
Indonesia (PT. TMMI)Pem akalah U tam a 509.10 -09 .50 WitaAtas kehadiran Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.Akademisi Umversitas Udayana
09.50 10.20 Wita DiskusiKetua LPPM UNUD, 10.20 12.30 W ita Semmar Pararel
13.30 Wita Makan Slang2.3017.00 Wita Semmar Pararel13.3017.05 Wita7.00 PenutupanProf. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng
NIP. 19640807 992031002
RIAN RISET, TEKNOLOGI D AN PEND ID IK A N
UNIVERSITAS UDAYANAPENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Bali E m a il: info-ippm@ unud ac id Web : lppm unud ac id Telp / Fax : (0361) 703367
SERTIFIKAT
•̂HOLCG* 9̂^ A S o '
N o: 1250/UN. 14.2/PNL.03.00/2015Diberikan Kepada:
______ I WAYAN ARNATA S.TP; M.Si.S t B A Q A I
P E M A K A L A HSEMINAR NASIONAL SAINS dan TEKNOLOGI II
(SENASTEK II) 2015" Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi
untuk Pem bangunan Berkelanjutan'29 - 30 Oktober 2015 di Patra Jasa Bali Resort and Villas
Kuta, Badung, BaliKetua Panitia,SENAS
UNUD,
Nyoman Ode Antara, M.Eng 7 199203 1 002
REfERRCH and COfRMUftlTY SERVICE for PROSPERITY
rof. Dr. Ir. rQefle Rai Maya Temaja, MP. NIP. 19621009 198803 1 002
TSi S i l tfeKYrrtMi
K A R A K T E R I S T I K B I O E T A N O L
P A D A T P A D A B E R B A G A I
K O N S E N T R A S I B I O E T A N O L
D A N P E R B A N D I N G A N B O B O T
B I O E T A N O L D E N G A N A S A M
S T E A R A Tby I Wayan Arnata
FILE FULL_PAPER_UNTUK_SENASTEK.PDF (229.39K)
TIME SUBMITTED 05-FEB-2016 09:50AM WORD COUNT 4800
SUBMISSION ID 628027807 CHARACTER COUNT 28449
aKARAKTERISTIK BIOETANOL PAD AT PAD A BERBAGAIKONSENTR ASI BIOETANOL DAN PER BANDING AN BOBOT BIOETANOL DENG AN ASAM
STEARAT
I Wayan A main 1)i I Wayan Gede Sedana Yoga1 f
'Teknologi Indjstri Pertanian, Fak. Tcknologi Pertanian, Universitas Udayana, JL KampusUiuid Bukit Jimbaran, Badang 80364
Email: yan_kadir@yahoo.com
ABSTRAKProduksi bioetanol padat merupakan salah saiu cara uniuk mQgembangan produk-produk hilir bioetanol. Pcnclitian ini bcrtujuan untuk incncntukan karakteristik bioetanol padat terbaik pada herbaiffclconscntrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat. Penelitian menggunakan RancangfiSlAcak Kelompok Faktorial. Faktor 1 adalah konsentrasi bioetanol dengan 3 land' yailu 70% (v/v), 80% (v/v>, dan 90% fv^CTFaktor [1 adalah perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat dengan 3 taraf yaitu 2: I (b/b); 1:1 (b/b) dan 1:2 (b/b). Karakteristik bioetanol padat terbaik di has ilk an dari pcrlakuankonsentrasi bioetanol 90% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 2:1 yaitu dengan nilai kekerasan 0,938 N/cm2. kerapatan 0,702 gr/cm3, kadar abu 0,0002 %, sisa pembakaran 1,93%, nilai kalor 7.003,47 kal/grdan efisiensi tcrmal 79,99%.
Kata kunei: bioetanol padat, asam stearat, nilai kalor, efisiensi tcrmal.
ABSTRACTSolid BBiiihanol production is one way to developing of the down stream product of
biocthanol. The aim of this study were to determine of the caracteristic of solid bioethanol in various bioethanol concentration and weight ratio bet^Q i biocthanol with stearic acid. Research using Factorial Randon ^ l d Block Design, The first factor is the bioethanol concentration with 3 levels namely 70% (v/v), 80% (v/v), and 90% (v/v). The secoi^^ictor H is weight ratio between biocthanol with stearic acid that consist of 3 levels, namely 2:1 (w/w), 1:1 (w/w), and 1:2 (w/w). The best caracteristic of solid bioethanol was obtained in bioethanol concentration of 90% and weight ralio between bioethanol with stearic acid 2:1. This product has caracteristic hardness 0.938 N/cm", density 0.702 gr/cnr, ash content 0.0002 %, burning residue 1,93% (w/w), calorific value 7003,47 eal/gr dan thermal effisieney 79,99%.
Keywords: solid bioethanol, stearic acid, calory value, thermal effisieney
PENDAHULUAN
Bioetanol sebagai hasil produksi fermentasi dapat diapiikasikan dalam berbagai
macam bahan bakar dengan nilai ekonomis yang lebih linggi (Rasyid, 2012). Hanya saja,
sekarang ini yang ban yak ditcliti dan dikembaugkan adalah bioetanol sebagai bahan bakar
1
pcnsubsitusi bensin. Namiin untuk dapnt mcnjadikan bioctanol sebagai pcnsubsitusi bensin,
diperlukan tingkat kemurman yang linggi (Rarasati dan Rizky, 2013), Berdasarkan 5N1
7390:2008 tcrcantum bahwa syarat stundar bioctanol agar dapat dipcrgunakan sebagai bahan
bakar, minimal harus mempunyai kemurman 99,6%. Untuk proses pemurniannya sudah tentu
tidak dapat dilakukan dengan proses distilasi biasa scpcrti yang tclah umum ditcrapkan
dimasyarakat. Tcknologi pemurniannya, selain mclalui proses distilasi, juga harus mclalui
proses dehidrasi yang biasanya menggunakan bahan atau senyawa tambahan* sepeni adsorben
zcolit sintetis 3 Angstrong yang sampai saat ini inasih impor (Hambali, 2007). Tcknologi
dehidrasi inilah yang menyebabkan biaya produksi bioetanol menjadi mahal. Melihat kondisi
ini sudah tentu untuk mcnjadikan bioctanol sebagai bahan bakar pcnsubsitusi bensin relative
sulit untuk dikembangkan. apalagi pada skala-skala kerakyatan.
Untuk mengatasl masalah ini, seharusnya produk bioetanol dapat dikembangkan
menjadi produk-produk hilir bahan bakar yang tidak menuntut ringkat kemurnian yang
tinggi, menglngat bioetanol dengan konsentrasi minimal 40 % sudah dapat terbakar, Salah
satu produk hilir bahan bakar yang dapat dikembangkan adalah bioetanol padat. Bioetanol
padat dapat dipergunakan sebagaimana halnya kila menggunakan parafin, Parafln merupakanmbabtin bakar padat yang seringkali digunakan oleh pam tentara dan para peneinta a lam (...... ).
Bentuknya yang sangat ringkas sangat bermanfaat digunakan dalam kondisi darurat. Parafin
sangat praktis dibawa dalam perjalanan, tidak ada resiko lumpah dan sangat mudah
didapatkan. Namun, parafin juga mempunyai beberapa kckurangan yaitu parafin bersumber
dan minyak bumi sehingga tidak (erbaharukan, menimbulkan jelaga selama pembakaran sen a
menimbulkan einisi gas beracun. Selain itu, bau hasil pembakaran parafin cukup kuat dan
menyengat. Karaktcristik sebaliknya diiniliki oleh bioctanol padat yaitu bersifat terbaharukan,
selama pembakaran tidak berasap. tidak menimbulkan jelaga, tidak menghasilkan gas
berbahaya, bersifat non karsinogenik dan non korosif. Bentuknya yang padat memudahkan
2
dalam pengcmasan dan pcndistribusian. Bioctanol padal sangat cocok digunakan untuk
menghangatkan makanan (chafing dish fuel) pada industri catering, pada saat berkemah, dan
untuk keperluan tcntara (Mcrdjan and Matione, 2003). Bioctanol padat juga prospektif
sebagai pensubsitusi bahan bakar methanol atau spritus pada industri catering. Methanol
bersifat toksik dan tidak seinua masyarakat tahu proses produksi methanol sehingga sulit
untuk dikembangkan pada skala kerakyatan. Dengan fungsi yang sama dan melihat
kekurangan yang dimiliki oleh parafin dan metanol, maka bioetanol padat sangat prosfektif
untuk dikembangkan pada industri kerakyatan atau rumah tangga, terutama untuk mendukung
industri catering atau industri jasa boga.
Karakteristik bioetanol padat dipengaruhi oleh konsentrasi bioetanol dan asam stearat
yang dipergunakan sebagai media pengikat atau pemadat. Pada konsentrasi bioetanol yang
rendah dan bobot asam stearat yang tinggi menyebabkan bioetanol padat akan mempunyai
tekstur yang keras, sulit untuk dinyalakan nainun cenderung mempunyai waktu menyala yang
lama. Sebaliknya, pada konsentrasi bioetanol yang tinggi dengan bobot asam stearat yang
rendah menyebabkan bioetanol padat mempunyai tekstur lembek, mudah dinyalakan nainun
waktu menyala yang singkat. Berkaitan dengan kondisi ini maka perlu diteliti mengenai
tingkat konsentrasi bioetanol dan bobot asam stearat yang memberikan karakteristik terbaik
pada pembuatan bioetanol padat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bioetanol dan
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap karakteristik bioetanol padat, (2)
menentukan konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat
yang menghasilkan karakteristik bioetanol padat terbaik.
3
IBMETODE PENELITIAN
HaEian clan Alai
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pcnelit ian ini ad a i ah bioctanol basil fermentasi
nira diperoleh dari Desa Duda Karangasem Bali dengan konsentrasi 22% (v/v), asam stearat
dan adsorben silika gel diperoleh dari Bratachem. Pcralatan yang dipergunakan adalah
seperangkat alat distilasi kolom, bomb kaloriincter (PARR 6775), Texture analyzer ( TAXT
Plus Analyzer Mierostable USA)T Timbangan analilik ( Sartorius CP323S), jam henti (stop
watch), tanur, termometer, alkohol meter dan alat-alat gelas. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Bioindustri Teknologi Industri Pertanian Universitas Udayana.
Pelak s a naan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu proses pemumian bioctanol dan proses
produksi bioetanol padat. Proses pemumian bioctanol menggunakan proses distilasi dan
dchidrasi secara simultan dengan destilator kolom adsorben (Gambar 1 ). Adsorben yang
dipergunakan adalah silika gel, Silika gel sebelum digunakan sebagai adsorben terlebih
dahulu diaktivasi sccara fisik untuk mcningkatkan kemampuan pcnycrapam Aktivasi ini
dilakukan dengan proses pengovenan pada suhu 200±2°C selama 2 jam. Adsorben yang telah
diaktivasi sebanyak 2,5 kg, kemudian dimasukkan ke dalam kolom adsorben pada alat
dehidrator. Bioetanol dengan konsentrasi bioctanol 22% (v/v) sebanyak 5 liter dimasukkan kc
dalam tangki umpan, Pada proses distilasi dehidrasi, suhu distilasi tangki unipan diatur
100°C. Pada proses dchidrasi, etanol dan air akan menguap dan melewati kolom adsorben
sehingga air akan terserap. sedangkan etanol akan tetap terbawa aliran menuju ko]om
kondensor. Pada kondensor, uap etanol akan beru bah wujud mcncadi fasc cair Etanol yang
dihasilkan ditampung pada tangki produk untuk selanjutnya diukur kadar alkoholnya.
4
Kolom adsorben
Tangki Umpan
Kolom kondensor
Pane! kontrol suhu
Tangki produk
Gumbar I. D eflator kolom adsorben
Pada tahap produksi bioctanol padat, asam stearat dipanaskan pada panci teflon 1,5 L
sampai meneair pada suhu 70°C, kemudian bioetanol dicampurkan sesuai dengan perlakuan.
Paktor yang diperlakukan raempakan kombinasi konsentrasi bioctanol dengan perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat. Campuran bioetanol dan asam stearat diaduk sampai
homo gen. Campuran kemudian dituangkan kc dalam cctakan herbentuk tabling dengan
diameter 10 cm dengan tinggi 2,5 cin. Sctclah dituangkan, bioctanol dibiarkan memadat dan
siap trntuk dianalisis.
Rancangan Percobaan
Proses produksi bioeianol pada! menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola
faktorial dengan dua faktor perlakuan. Paktor pertama adalah konsentrasi bioctanol yang
terdiri dari tiga taraf yaitu 70%, 80% dan 90% (v/v), sedangkan faktor kedua adalah
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat yang terdiri dari 3 taraf yaitu
perbandingan 2:1, 1:1, dan 1:2 (b/b). Dari faktor-taktor ini akan dipcrolch 9 perlakuan
kombinasi dan dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan waktu proses produksi dengano
demikian tendapat 18 unit percobaan, Apubila perlakuan berpengaruh nyata terhadap
parameter yang diamati, maka dilakukan uji lanjul Duncan (Steel dan Torrie ]99l).
5
Parameter yang diamati
Parameter yang diukur sebagai indikator kerja adalah nilai kekerasan bioetanol padat,
kerapatan, kadar abu, lama menyala, nilai kalor, perscntasc residu pembakaran, cfisicnsi
termal, Water Boiling Test (WBT), dan Specific Fuel Consumption (SFC),
Kekerasan diuji dengan mcnggunakan aiat Texture Analyzer (TAXT Plus
Microstable USA) dengan diameter probe 0>6 cm.
Kerapatan diuji dengan menentukan perbandmgan anturu massa dengan besarnya
dimensi volumetrik bioetanol padat (Mitchual ct ak, 2014)
V,ot = JI r tP =m
V iol
p = Kerapatan bioetanol padat (gr/cin3)
m = Massa bioetanol padat (gr)
V,H = Volume total (cm3)
r = Jari-jari labung (cm)
t = Tinggi tabling (cm)
Kadar abu
Lama menyala dihitung dengan cara menimbang 50 gr bioetanol padat dan
dimasukkan ke dalam caw an* kemudian dibakar dan dibiarkan sampai tidak bisa menyala.
Lama menyala ditent ukan dengan menghilung waktu yang dibutuhkan dari awal menyala
sampai tidak bisa menyala dihitung dengan menggunakan jam henti (stop watch) (Onucgbu et
al.,201]).0
Nilai kalor dihitung sebagai nilai kalori kotor HHV (Gross higher heating value)
yang diperoleh melalui pengujian dengan Bom Kalorfmeter menurut ASTM D 2015 dan0
dinyatakan dalam satuan kJ/kg. Nilai kalor atas didefenisikan sebagai panas yang dilepaskan
dari pembakaran sejumlah kuantitas unit bahan bakar (massa). Pada proses ini produknya0
dalam bentuk ash. gas COi, S(>, Nitrogen dan air. tidak termasuk air yang inenjadi uap
(Napitupulu, 2006).
6
Persenlasc sisa pembakaran diitkur dengan earn men unhang 50 gr bioctanol padat,
kemudian dibakar dan dibiarkan sampai tidak bisa terbakar lagi, residu pembakaran
merupakan bahan bagian sisa pembakaran. Pcrsentasc perbandingan antara bobot sisa
pembakaran dengan boboi bioetanol padat merupakan residu pembakaran.
Kllsiensi Lcrmal dihitung dengan menggunakan met ode pendidihan air (Patabang,0
2013). Volume air diukur kemudian dipanaskan sampai incndidih pada tungku dengan
menggunakan bioetanol padat sebagai bahan bakar. Volume air yang diuapkan setelah0
pembakaran dan bobot bioctanol padat yang digunakan dihitung. Lfisicusi tcrnial kemudian
dihitung dengan formulas! sebagai berikut:
tin.[(M x CpI x (Tb-Ta))+ (Ml x Gpv x (Tb-Ta))+(M2 H J) ^ ^
LHVxmxt Vo
Keterangan:rj,i, = Efisiensi tcrmal pembakaran 9%)
M = Massa air mu la-mu la (kg)
M i = Massa panci stainless steel (kg)
M> = Massa uap air (kg)
Cpl = Kalor spesilik air (kJ/kg°C)
Cpv - ^ i lo r spesifik panci (kJ/kg"C)
Hi. = Kalor laten uap (kJ/kg)
LHV = Nilai kalor bawah bioctanol padat (kJ/kg)
m = massa bioetanol padat yang terpakai selama pendidihan air (kg/menit)
Ta = Tempera!ur ambien dan air O’C)
Tb = Temperalur uap air (°C)
t = Lama waktu pendidihan air (incnit)
Nilai kalor bawah (LHV) = HHV - 3240 (kJ/kg)
HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)
Water Boiling Test (WBT) merupakan waktu yang diperlukan uutuk niciididihkan 1 liter air
menggunakan bioetanol padat (Okeleh et a I., 2014).
7
WBT = Waktu yangdiperlukan untuk mendidihkan air (menit) Ujlumeair yangdididihkar (liter)
Specific Fuel Consumption (SFC) merupakan rasio antara bobot bioetanol padat yang
diperlukan untuk mendidihkan 1 liter air (Onuegbu et al., 2011).
SFC = Bobot bioetanol padat untuk mendidihkan air (gram) U)lumeair yangdididihkar (liter)
1IAS1L DAN PEMBAHASAN
Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan guna mengetahui kemampuan bioetanol padat untuk
menahan tekanan luar sehingga menyebabkan bioetanol padat tersebut pecah (...). Hasil
penelitian menujukan bahwa interaksi perlakuan konsentrasi bioetanol dan perbandingan
bioetanol dengan asam stearat berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan bioetanol padat.
Nilai kekerasan tertinggi yaitu 37,08 N/cm' dihasilkan dari perlakuan menggunakan
konsentrasi bioetanol 70% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam sterat 1:2. Untuk
nilai kekerasan terendah yaitu 2,68 N/ cm2 dihasilkan dari perlakuan menggunakan
konsentrasi bioetanol 90% dengan perbandingan asam stearat 2:1. Nilai kekerasan bioetanol
padat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai kekerasan bioetanol padat (N/cm2)Perlakuan P2:1 P I: 1 Pl:2 Rata-rata
B70 2.96 fg 15,06 b 37,08 a 18,37B80 2,68 g 5,68 e 13,61 c 7,32B90 0,94 h 3.96 f 9.03 d 4.64
Rata-rata 2,19 8,23 19,90
Nilai kekerasan bioetanol padat dipengaruhi oleh konsentrasi bioetanol dan besarnya
perbandingan bioetanol dengan asam stearat dengan nilai berkisar antara 0,94 N/cm2 sampai
37,08 N/cm". Nilai ini berbeda dengan Pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai kekerasan
bioetanol padat semakin meningkat dengan semakin rendahnya konsentrasi bioetanol dan
semakin rendahnya nilai perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat. Tingginya nilai
8
kckcrasan bioctanol padat disebabkan oleh kandungan asam stearat yang tinggi. Asam stearat
yang digunakan sebagai media pengikat berpengaruh lerhadap kelahanan bioetanol padat
terhadap tckanan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Akhiroh (2015) yang menyebutkan
bahwa semakin tinggi kandungan asam stearat pada bioetanol padat maka semakin tinggi
nilai kuat tckannya.
Gambar 7. Pengaruh konsentrasi bioetanol dengan perbandingan bobol bioetanol dengan asam stearat terhadap kekerasan bioetanol padat
Kerapatan
Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket. Kerapatan
briket berpengaruh terhadap kualitas briket, kerena kerapatan yang tinggi dapat nieningkalkan
nilai kalor bakar briket. Besar atau kecilnya kerapatan tersebut dipengaruhi oleh ukuran dan
kehomogenan bahan penyusun briket itu sendiri. Kerapatan juga dapat mempengaruhi
keteguhan tekan, lama pembakaran. dan mudah tidaknya pada saat briket akan dinyalakan.
Kerapatan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan briket arang sulit terbakar, sedangkan
briket yang memiliki kerapatan yang tidak terlalu tinggi maka akan memudahkan pembakaran
karena semakin besar rongga udara atau celah yang dapat dilalui oleh oksigen dalam proses
pembakaran. Briket dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan briket cepat
habis dalam pembakaran karena bobot briketnya lebih rendah (Hendra dan Winarni, 2003).
9
Kerapatan menunjukkan tingkat porositas dari bahan. Bahan dcngan kcrapatan yang tinggi
cenderung mempunyai tinggkat porositas yang rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa
interaksi pcrlakuan konscntrasi bioctanol dan perbandingan bioetanol dcngan asam stearat
berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan bioetanol padat. Nilai kerapatan tertinggi yaitu
3,22 gr/cin dihasilkan dari pcrlakuan menggunakan konscntrasi bioctanol 70% pada
perbandingan bobot bioetanol dengan asam sterat 1:2. Penggunaan bioetanol dengan
konsentrasi 90% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 2:1 dan 1:1
menghasilkan nilai kerapatan yang tidak berbeda nyata yaitu masing-masing 0,70 gr/cnv' dan
0.88 gr/cm\ Nilai kerapatan ini juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang dihasilkan
dari penggunaan bioetanol konsentrasi 80% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam
stearat 2:1 yaitu sebesar 0,89 gr/cnv. Nilai kerapatan bioetanol padat disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai kerapatan bioetanol padat (gr/cnv1)Perlakuan P2:1 PI: 1 Pl:2 Rata-rata
B70 1,11 cde 1,41 be 3,22 a 1,9!B80 0,89 def 1,05 de 1,23 bed 1,06B90 0,70 f 0,88 ef 1,48 b 1,02
Rata-rata 0,90 M 1 1,97
Kerapatan bioetanol padat semakin meningkat dengan semakin rendahnya konsentrasi
bioetanol dan nilai perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat. Sebaliknya semakin
menurun dengan semakin tingginya konsentrasi bioetanol dan nilai perbandingan bobot
bioetanol dengan asam stearat. Kerapatan bioetanol padat berhubungan erat dengan nilai
kekerasan bioetanol padat. Bioetanol padat dengan kekerasan tinggi cenderung mempunyai
nilai kerapatan yang tinggi pula. Grafik hubungan konsentrasi bioetanol dan perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap kerapatan bioetanol padat disajikan Gam bar 7.
10
B 7 0 / ’ 2 'l
— Kons. Dio (D!
B 8 0 / P 1 1 B90/P1-2
-FerbandmeanlP' 3io; Stwrat
Gambar 7. Pengaruh konsentrasi bioetanol dengan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap kerapatan bioetanol padat
Radar Abu
Kadar abu menunjukkan kandungan senyawa anorganik yang terdapat dalam suatu
bahan lebih lanjut Jamilatun (2011) menyatakan bahwa abu yang terdapat di dalam bahan
bakar padat merupakan mineral yang tidak dapat terbakar dan tertinggal setelah proses
pembakaran maupun reaksi-reaksi yang menyertainya selesai. Semakin tinggi kadar abu pada
suatu bahan bakar padat, maka semakin rendah kualitas bahan bakar tersebut (Wahyu dkk.,
2013) Ini disebabkan oleh kandungan abu yang tinggi akan dapat menurunkan nilai kalor
briket (Ismayana dan Afriyanto, 2011). Hasil pcnelitian mcnujukan bahwa perlakuan
konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat tidak
berpcngaruh nyata terhadap kadar abu bioetanol padat. Tidak adanya perbedaan kadar abu
yang dihasilkan disebabkan oleh asam sterat yang dipergunakan sifatnya hanya sebagai media
pengikat bioetanol. Kadar abu bioetanol padat yang dihasilkan berkisar antara 0,0002 sampai
0,04 %. Nilai kadar abu bioetanol padat disajikan pada Tabel 6. Kadar abu ini jauh berbeda
dengan penelitian Akhiroh (2015) yang memproduksi bioetanol padat dengan natrium
carboxymethylcellulose dan asam stearat yaitu berkisar antara 1,04% sampai 4,30%.
Perbedaan kadar abu pada bioetanol padat disebabkan oleh adanya perbedaan jenis dan
komposisi dari bahan baku yang dipergunakan sebagai bahan pemadat.
11
Tabcl 6. Nilai kadar abu bioetanol padat (%).
Perlakuan P2:1 P hi EH PI:2EH Rata-rataB70 0,0008 a 0,0043 a 0,0069 a 0,004B80 0.0099 a 0.0120 a 0,0236 a 0.015B90 0.0002 a 0,0024 a 0,0404 a 0.014
Rata-rata 0,004 0,006 0,024
Pada Tabel 6, terlihal bahwa terdapat kecenderungan kadar abu semakin meningkat
dcngan semakin rcndahnya nilai perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat. Dengan
kata lain, semakin tinggi bobot asam stearat yang dipergunakan. maka semakin tinggi kadar
abu dari bioetanol padat yang dihasilkan. Kandungan abu yang terdapat pada bioetanol padat
ini dapat berasal dari bahan baku yang dipergunakan, terutama asam stearat.
I.ama Menyala
Hasil pcnelitian menujukan bahwa perlakuan konscntrasi bioetanol dan perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat berpengaruh nyata terhadap lama menyala bioetanol
padat. Lama menyala tertinggi dihasilkan dari perlakuan menggunakan konscntrasi bioetanol
90% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 2:1 yaitu 101 menit/lOOgr.
Penggunaan konsentrasi bioetanol 70% dan 80% baik pada perbandingan bobot bioetanol
dengan asam stearat 1:1 maupun 1:2 ternyata menghasilkan lama menyala yang tidak berbeda
nyata yaitu berkisar antara 21,86 menit/IOOgr sampai 30,59 menit/IOOgr. Nilai lama menyala
bioetanol padat disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai lama menyala bioetanol padat (menit/lOO gr)._____Perlakuan P2:1 Pl:l Pl:2 Rata-rata
B70 36,78 de 25,81 f 24,40 f 29,00B80 39,82 d 30,59 ef 21,86 f 30,76B90 101,68 a 77,04 b 58,52 c 79.08
Rata-rata 59.43 44.48 34,93
Bioetanol padat semakin lama menyala dengan semakin tingginya konsentrasi
bioetanol dan semakin tingginya perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat. Pengaruh
12
konscntrasi bioctanol dengan pcrbandingan bobot bioctanol dcngan asain stcarat tcrhadap
lama menyala bioetanol padat disajikan pada Gambar 9.
30
& *0
QJ£ SO a™ £0E| 50
J 10
0
6 7 0 / R 2:1 580/ P_:J BOO/ P 1 2
- to s Bio (B) ■Pcrsancingan(P) Bio: Sic:rat
Gambar 9. Pengaruh konscntrasi bioctanol dcngan pcrbandingan bobot bioctanol dengan asam stearat terhadap lama menyala bioetanol padat
Sisa Pemhakaran
Sisa pembakaran merupakan sisa padatan hasil pembakaran (Naryono dan ssoemaryo,
2011). Padatan ini dapat berupa abu yang merupakan unsur-unsur anorganik dari bahan
(Belevi dan Langmeier, 2000). Hasil penelitian menujukan bahwa perlakuan konscntrasi
bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat berpengaruh nyata terhadap
sisa pembakaran bioetanol padat. Penggunaan bioetanol dengan konsentrasi 90% baik pada
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2; 1:1 dan 2:1 menghasilkan sisa
pembakaran yang tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 0,01% sampai 0,04%. Sisa
pembakaran tertinggi dihasilkan dari perlakuan menggunakan konsentrasi bioetanol 70%
dengan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2 yaitu sebesar 60,43%.
Persentase sisa pembakaaran bioetanol padat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase sisa pembakaaran bioetanol padat (%).Perlakuan P2:1 PI: 1 PI :2 Rata-rata
B70 29,02 f 51,74c 69,43 a 50.06B80 c 49,20 d 65,46 b 49,13B90 0,01 g 0.02 g 0,04 g 0,02
Rata-rata 20,58 33,66 44,97
13
Scmakin tinggi konsentrasi bioctanol yang dipergunakan berarti scmakin kccil kadar
air yang ada pada bioetanol padat. Kondisi ini berpengaruh terhadap semakin sedikit sisa
pembakaran yang dihasilkan. Bahan dengan kadar air yang lebih rendah akan lcbih mudah
dan lebih lama dapat menyala dibandingkan dengan bahan yang mempunyai kadar air tinggi.
Pada konsentrasi bioetanol 90%, sisa pembakaran berupa jelaga berwarna hitam. Ini
menunjukkan bahwa asam stearat yang dipergunakan sebagai media pengikat juga ikut
terbakar. Hanya saja dengan terbakarnya asam stearat menghasilkan nyala api yang berwarna
kemerahan. Kondisi sebaliknya pada penggunaan konsentrasi bioetanol yang lebih rendah
yaitu pada konsentrasi bioetanol 70% dan 80% yang masih meninggalkan sisa pembakaran
berupa padatan asam sterat. Pada konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol
dengan asam stearat yang semakin rendah akan menghasilkan sisa pembakaran yang semakin
tinggi, namun tidak menghasilkan siswa berupa jelaga hitam. Pengaruh konsentrasi bioetanol
dengan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap sisa pembakaran
bioetanol padat disajikan pada Gambar 10.
to
sogT 402fU
1 soEan- 20in
10
0
Gambar 9. Pengaruh konsentrasi bioetanol dengan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap sisa pembakaran bioetanol padat
lO.af.a 43,13 a
4 Korn. ?io (6) B P-abarJin^JiiP) Bio Stoat dt
14
Nihti Kalor
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi bioetanol dan perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat berpengaruh nyata terhadap nilai kalor bioetanol padat.
Nilai kalor teitinggi dihasilkan dari perlakuan menggunakan konsentrasi bioetanol 90% pada
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2 yaitu 7.927,15 kal/gr. Pada
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2 ini, penggunaan konsentrasi bioetanol
80% dan 90% menunjukan hasil nilai kalor yang tidak berbeda nyata. Nilai kalor terendah
yaitu 6.071,39 kal/gr dihasilkan dari perlakuan menggunakan konsentrasi bioetanol 80% pada
perbandingan bobot bioetanol 2:1. Nilai kalor bioetanol padat disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai kalor bioetanol padat (kal/gr).Perlakuan P2:1 P I: 1 P 1:2 Rata-rata
B70 6511,58 e 6609.00 e 7592.14 be 6904.24B80 6071,39 f 7026,49 d 7788.69 ab 6962.19B90 7003.47 d 7460,13 c 7927,15 a 7463,59
Rata-rata 6528.81 7031.87 7769.33
Nilai kalor dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsentrasi bioetanol dan bobot asam
stearat yang terkandung pada bioetanol padat. Semakin tinggi konsentrasi bioetanol dan
bobot asam stearat yang dipergunakan, maka akan menghasilkan nilai kalor yang semakin
tinggi. Tinggi rendahya nilai kalor tergantung pada tinggi rendahnya kandungan karbon
terikat pada bahan bahan bakar. Grafik hubungan pengaruh konsentrasi bioetanol dan
perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat disajikan pada Gambar 10.
15
3330 7530 7530
~ 7430 f 7230 ® /JJO I 5330 5 5G30 Z 5430
biiDO 5030 5330
7760.35,1
B 70/P2:l B80/P1;1 390/P1.2
♦ Kuns.3o|B) 1 PeibanJ ngcii iP) Bio. Sltaral
Gambar 10. Pengaruh konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap nilai kalor bioetanol padat
Kllsiensi Termal
Efisiensi termal merupakan indikator besar kecilnya energi yang dapat dipindahkan
untuk memanaskan dan menguapkan air dalam suatu wadah (Oketch et al., 2014). Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot
bioetanol dengan asam stearat berpengaruh nyata terhadap efisiensi termal bioetanol padat.
Efisiensi termal tertinggi dihasilkan dari perlakuan menggunakan konsentrasi bioetanol 90%
pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 2:1 yaitu sebcsar 79,99%. Nilai
efisiensi termal terendah dihasilkan dari perlakuan menggunakan konsentrasi bioetanol 80%
pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2 yaitu 29,27%. Pada perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat yang sama yaitu 1:2, efisiensi termal ini tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi bioetanol 70%. Nilai efisiensi termal bioetanol padat disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Nilai efisiensi termal bioetanol padat (%).Perlakuan P2:1 P I: 1 P 1:2 Rata-rata
B70 52,32 c 46,05 cd 34.16 ef 44.18B80 67,16 b 52,95 c 29,27 f 49,79B90 79,99 a 68,98 b 39,55 dc 62,84
Rata-rata 66,49 55.99 34,33
16
Efisicnsi tcrmal pada bioctanol padat dipcngaruhi olch tinggi rendahnya konscntrasi
bioetanol dan tinggi rendahnya perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat.
Penggunaan konscntrasi bioetanol yang semakin tinggi ccnderung menghasilkan efisicnsi
termal yang semakin tinggi. Hal serupa juga terjadi jika perbandingan perbandingan bobot
bioetanol dengan asam stearat semakin tinggi akan ccnderung menghasilkan efisicnsi termal
yang semakin tinggi. Grafik hubungan pengaruh konsentrasi bioetanol dan perbandingan
bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap efisiensi termal bioetanol padat disajikan pada
Gambar 11.
2D
8 70 /P 2:1 880/ P l: l 890/P 1 2
♦ Knn< llioil!) ■ tv handingan O') II n: SIMM!
Gambar 11. Pengaruh konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap efisiensi termal bioetanol padat
Water Boiling Test
Water boiling test menunjukan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan 1L air
dengan menggunakan bioetanol padat. Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan
konsentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat berpengaruh
nyata terhadap water boiling test bioetanol padat. Waktu tercepat yang diperlukan untuk
mendidihkan 1 liter air dengan bioetanol padat diperoleh dengan menggunakan konsentrasi
bioetanol 90% pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:1 yaitu sebesar
36,13 menit. Hasil w'ater boiling test ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi
17
bioetanol 90% pada perbandingan 2:1. Nilai water boiling test bioetanol padat disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Nilai water boilling test bioetanol padat (menit).Perlakuan P2:1 P I: 1 PI :2 Rata-rata
B70 86,18 a 84,27 ab 90,01 a 86,82B80 64,76 cd 74,94 be 68,85 c 69,52B90 36,95 e 36,13 e 55,00 d 42,69
Rata-rata 62,63 65,11 71,29
Pada Gambar 12 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi bioetanol yang
dipergunakan maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mendidihkan 1 L air, dan
sebaliknya. semakin rendah nilai perbandingan antara bobot bioetanol dengan asam stearat,
maka waktu yang diperlukan untuk mendidihkan 1L air cenderung semakin lama. Namun
pada perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat 2:1 dan 1:1 menunjukkan nilai water
boilling tes yang tidak berbeda nyata.
570 / P 2:1 BS0/P11 B90/P 1:2
-Kon* B o |B) -Perbandingan (P) B c$te?rat
Gambar 12. Pengaruh koasentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap nilai water boilling test bioetanol padat
Spesifie Fuel Coiisumsion
Specific Fuel Consumption (SFC) merupakan bobot bioetanol gel yang diperlukan
untuk mendidihkan 1 L air. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi konsentrasi
bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat tidak berpengaruh nyata
18
terhadap nilai Specific Fuel Consumption. Walaupun Nilai Specific Fuel Consumption
bioetanol padat disajikan pada Tabel 12.
Perlakuan P2:1 P I: 1 Pl:2 Rata-rataB70 102,91 119,49 124.05 115,48 aB80 91,15 100,02 105.89 99.02 bB90 72,65 81,82 91,07 81,85 c
Rata-rata 88,90 b 100,44 ab 107,00 a
PadaTabel 12danGambar 13 terlihat bahwa konsentrasi bioetanol dan perbandingan
bobot bioetanol dengan asain stearat berpengaruh nyata terhadap nilai Specific Fuel
Consumption. Penggunaan konsentrasi bioetanol yang semakin tinggi menyebabkan
penurunan nilai Specific Fuel Consumption. Hal serupa juga terjadi dengan semakin
tingginya nilai perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat akan menurunkan nilai
Specific Fuel Consumption. Ini artinya untuk mendidihkan I L air akan dibutuh bobot
bioetanol yang semakin tinggi. Penggunaan konsentrasi bioetanol 90% pada produksi
bioetanol padat rata-rata membutuhkan sekitar 81,85 gr untuk mendidihkan I L air,
sedangkan pada penggunaan perbandinggan bobot bioetanol dengan asam stearat 1:2, rata-rata
membutuhkan sekitar 107,00 gr untuk mendidihkan 1 Lair.
130
5 120-5 no| 100 E| 90
3 so - 1 T o il 60 -
1 5010
115.48C
88,90 b
107,90.2
31.85 c
670/ P 2:1
<0<H. 81C (61
680/ M il B90/ P 1:2
-Morbandingan (P) Bic Stic^at
Gambar 13. Pengaruh koasentrasi bioetanol dan perbandingan bobot bioetanol dengan asam stearat terhadap nilai Spesific Fuel Consumtion bioetanol padat
19
KESIMPULAN
Dari hasil penditian dapat disimpulkan bahwa: (!) pcrlakuan jenLs adsorben dengan
lama pcrcndaman berpengaruh nyata terhadap peningkatan konscntrasi akhir dari bioctanol.
Konsenirasi bioetanol akhir bioetanol yang dihasilkan sebesar 82,5% (v/v) dihasilkan dari
pcrlakuan menggunakan adsorben silica gel dengan lama pcrcndaman 24 jam. (2)
Karakteristik bioetanol padat terbaik dihasilkan dari pcrlakuan konscntrasi bioetanol 90%
pada perbandingan bobot bioctanol dengan asain stcarat 2:1 yaitu dengan nilai kckcrasan
0,938 N/cm2. kerapatan 0.702 grfciri3. kadar abu 0,0002 %, sisa pembakaran 1,93%, nilai
kalor 7.003,47 kal/gr dan efisiensi termal 79,99%, Water Boil ling Test 36,95 inenit dan
Spcsific Fuel Consunation 72,65 g/L.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, S. dan Anita, C. (2012). Alkaline cellulase produced by a newly isolated thermophilic Ancurinibacillus therinoaerophilus WBS2 from hot spring, India. African Journal pf Microbiology Research 6: 5453-5458.
Ahmed, S., Ammara. B., Huma, S., Mubshara, S. dan Amcr, J. (2009), Production and purification of cellulose degrading enzymes from a filamentous fungus Trichoderma
g harzianum. Journal of Botany 41: 1411-1419,
Akponah, E. dan Akpomie, O.O. (2012). Optimization of biocthano! production from cassava effluent using Saccharomyccs ccrcvisiae. African Journal of Biotechnology 11: 8110-
S 8" 6-Alriksson, B., Horvath, I. S., Sjode, A,, Nilvebrant, N, O. dan Jo ns son, L. J. (2005).
Ammonium hydroxide detoxification of spruce acid hydrolysates. Applied Biochemistry and Biotechnology 121: 911-922.
Anindyawati, T. (2010). Potensi selulase da lam tnendegradasi lignoselulosa limbah pertanian g untuk pupuk organik. Berita Selulosa 45: 7 0 -7 7
Antonius, J. A, Maris V., Derek. A. A., Eleonora, B., Joost, V.D.B., Marko, K., Marijkc, A.H.. Luttik, H., Woutcr, W., Alexander, S., Johannes, P., Dijkcn, V. dan Jack, T.P. (2006). Alcoholic fermentation of carbon sources in biomass hydrolysates by Saccharomyces cerevisiae: current status. Journal of Antonie van Leeuwenhoek 90: 391-gl.
Onucgbul, T.U., Ekpunobi, U.E., Ogbu, I.M., Ekcoma, M.O. dan Obumsclu, F.O. (2011). Comparative Studies Of Ignition Time And Water Boiling Test Of Coal And Biomass Briquettes Blend, Journal of Research and Reviews in Applied Sciences 7:153-159.
Patabang, D. (2013). Karakteristik Termal Briket Arang Scrbuk Gcrgaji Kayu Mcranti. Jurnal Mckanikal 4:410-415.
OketchP.O., Ndiritu, H.M. dan Gathitu B.B. (2014). Experimental 5^^y of Fuel Efficiency and Emissions Comparison from Bio-ethanol Gel Stoves. European International Journal of Science and Technology 3: 328-339.
20
IQEko Naryono dan Socmarno. 2011. Pemanfaatan Rcsidu Pembakaran Sampah Organik
Rumah Tangga . Junta! ljj|bangunan dan Alain Lest an 2:1-9.
Belevi, H. dan M.Langroeier, 2000. Factors determining the element behavior in municipal acid waste incinerators 2 laboratory experiments. Journal Environmental Science and Technology. 34: 2507-2512.
Mitchual S.J.. Kwasi F.M dan Nicholas A. D. 2014. Evaluation of Fuel Properties of Six Tropical Hardwood Timber Species for Briquettes. Journal of Sustainable Bioenergy Systems 4:1-9
21
KARAKTERISTIK BIOETANOL PADAT PADA BERBAGAI KONSENTRASI BIOETANOL DAN PERBANDINGAN BOBOT BIOETANOL DENGAN ASAM STEARATORIGINALITY REPORT
1 2 %SIMILARITY INDEX
1 0 % 5 %INTERNET SOURCES PUBLICATIONS
3 %STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
jurnal.untad.ac.idInternet Source
Lu, Guangjun, Fangqin Cheng, and Jianfeng Li. "Enhancement of coal briquette quality through corn stalk blending and binder optimization", Environmental Progress & Sustainable Energy, 2014.Publication
3 %
1 %
Submitted to Marietta College1 %3 Student Paper
A ejournal.unud.ac.idInternet Source 1 %
Akladious, Samia Ageeb, and Salwa Mohamed Abbas. "APPLICATION OF TRICHODERMA HARZIANUM T22 AS A BIOFERTILIZER POTENTIAL IN MAIZE
1 %
GROWTH", Journal of Plant Nutrition, 2014.Publication
6 www.chalmers.seInternet Source < 1 %
7 medicinalcrop.orgInternet Source < 1 %
8 Tekaligne, Teshager Mekonnen, Abebe Reda Woldu, and Yeshitila Asteraye Tsigie. "Bioethanol production from finger m illet (Eleusine coracana) straw", Ethiopian Journal of Science and Technology, 2015.Publication
< 1 %
senastek.unud.ac.idInternet Source < 1 %
10 www.scirp.orgInternet Source < 1 %
Edward Raja, Chellaiah, and Kiyoshi Omine. "Characterization of boron tolerant bacteria isolated from a fly ash dumping site fo r bacterial boron remediation", Environmental Geochemistry and Health, 2013.Publication
< 1 %
12 great-outdoor-goblog.blogspot.comInternet Source
13 repository.usu.ac.idInternet Source
14 www.ipc.bas.bgInternet Source
15 eijst.org.ukInternet Source
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
16 OZTURK, Lutfu. "Bolgelerarasi Gelir E^itsizligi: Cografi Bolgeler Uzerine Tanim layici Bir Analiz 1965-2001", Uludag Universitesi, 2003.Publication
< 1 %
17 www.serambimekkah.ac.idInternet Source
18 hvsc.pixolut.netInternet Source
19 mtnmath.comInternet Source
20 dspace.c3sl.ufpr.brInternet Source
www.teaching.martahidegkuti.comInternet Source
22 eprints.unipa.ac.idInternet Source
23 repository.unhas.ac.idInternet Source
24 S.-Y. LEE. "Fixation Staining Methods fo r Examining M icrostructure in Whipped Cream by Electron Microscopy", Journal of Food Science, 1/1993Publication
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
25 www.sdu.edu.trInternet Source < 1 %
26 tdpromen.ruInternet Source
EXCLUDE QUOTES OFF EXCLUDE MATCHES
EXCLUDE OFFBIBLIOGRAPHY
< 1 %
OFF