Pnggerek Wita

29
MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN “ Serangan Hama Penggerek Batang Padi Putih di Daerah Simpang Kalijaga Malang“ Nama Anggota Kelompok: Nama : Dimas Assania A (1350402011110140) Wita Firdausi (135040201111037) Ainur Rofik (135040201111430) Sofiatul Ula (135040201111316) Kelas : K

description

penggerek

Transcript of Pnggerek Wita

Page 1: Pnggerek Wita

MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN

“ Serangan Hama Penggerek Batang Padi Putih di Daerah Simpang Kalijaga Malang“

Nama Anggota Kelompok:

Nama : Dimas Assania A (1350402011110140)

Wita Firdausi (135040201111037)

Ainur Rofik (135040201111430)

Sofiatul Ula (135040201111316)

Kelas : K

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MALANG

2014

Page 2: Pnggerek Wita

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmat

dan kuasanya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai hama penggerek batang padi.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hama dan Penyakit Penting Tanaman

(HPPT). Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,

untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dalam

penyusunan makalah selanjutnya. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terimakasih.

Malang, 14 September 2014

Penyusun

Page 3: Pnggerek Wita

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi adalah tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena

makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi.

Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya

seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Padi merupakan tanaman berupa rumput

berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting

dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga

digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut

sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa

oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Namun dalam budidaya tanaman padi masih mengalami berbagai kendala diantaranya

yaitu serangan dari hama yang dapat menurunkan produktivitas tanaman padi sehingga dapat

merugikan petani itu sendiri. Salah satu hama yang sering menyerang tanaman padi yaitu hama

penggerek batang padi. Penggerek batang padi merupakan hama utama tanaman padi yang

sangat merugikan dalam budidaya tanaman padi. Penggerek batang padi juga menyerang lahan

yang kami amati yang terletak di Simpang Kalijaga kota Malang, dimana serangan hama pada

lahan ini cukup merugikan sehingga perlu dilakukan beberapa pengendalian.

Penggerek batang menyerang tanaman padi sejak di persemaian hingga tanaman pada

stadia matang. Cara masuknya hama penggerek batang ke dalam batang padi berbeda

antarspesies. Gejala serangan yang disebabkan oleh semua spesies penggerek batang sama pada

tanaman padi. Pada tanaman stadia vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan sehingga

aliran hara ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk layu dan kemudian

mati. Gejala serangan pada tanaman stadia vegetatif disebut sundep. Kehilangan hasil padi

akibat serangan penggerek batang pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih

dapat membentuk anakan baru. Namun tetap ada pengurangan hasil karena anakan yang baru

Page 4: Pnggerek Wita

lebih kecil yang menghasilkan malai yang kecil pula. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif,

tanaman padi masih sanggup mengkompensasi kehilangan hasil akibat serangan penggerek

batang sampai 30% (Rauf, 2000.).

Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili

Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:

Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)

Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera:

(Noctuidae).

Pada stadia generatif, larva menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran

hasil asimilasi tidak sampai ke dalam bulir padi. Gejala serangan pada tanaman stadia generatif

disebut beluk. Tidak semua tunas tanaman padi yang terserang muncul menjadi beluk, tetapi

juga terdapat calon malai yang terserang tidak sempat muncul. Pada tingkat serangan yang

tinggi, jumlah malai berkurang. Penurunan hasil pada stadia ini disebabkan oleh adanya

pengurangan jumlah malai akibat gejala beluk. Kerugian hasil yang disebabkan oleh setiap

persen gejala beluk berkisar antara 1– 3% dengan rata-rata 1,2%(Martin, I ,dkk 1993) .

kehilangan hasil padi pada stadia generatif tidak sebanding dengan tingkat serangan beluk,

karena adanya aliran hasil asimilasi dari anakan dengan gejala beluk ke anakan yang sehat. Hal

ini dipengaruhi oleh varietas padi, iklim, kesuburan dan kelembaban tanah. Pengurangan hasil

oleh penggerek batang padi kuning di Asia berkisar antara 2–5% (Rauf, A. 2000).

Page 5: Pnggerek Wita

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai acuan penyusun agar tidak menyebar keluar bidang pembahasan, maka kami

membuat rumusan masalah yaitu:

a) Bagaimana klasifikasi hama penggerek batang padi?

b) Bagaimana morfologi hama penyakit batang padi?

c) Apa saja jenis-jenis hama penggerek batang padi?

d) Bagaimana gejala dan tanda yang terjadi akibat serangan penggerek batang padi?

e) Bagaimana bioekologi penggerek batang padi?

f) Bagaimana cara pengendalian panggerek batang padi?

1.3 Tujuan penyusunan makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni diantaranya untuk mengetahui

klasifikasi dari hama penggerek batang, morfologi hama penyakit batang padi, mengidentifikasi

jenis-jenis hama penggerek batang padi, mengetahui gejala dan tanda yang terjadi akibat

serangan penggerek batang padi, bioekologinya serta cara pengendalian panggerek batang padi.

Page 6: Pnggerek Wita

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Penggerek Batang padi putih

Klasifikasi penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) sebagai berikut:

(Rauf, 2000).

Kingdom : Animalia   

Filum : Arthropoda

Upafilum : Hexapoda              

Kelas        : Insecta       

Ordo        : Lepidoptera 

Superfamili : Pyraloidea           

Famili       : Crambidae 

Upafamili : Schoenobiinae                  

Genus      : Scirpophaga           

Spesies     : Scirpophaga innotata

2.2 Morfologi penggerek batang padi putih

Scirpophaga innotata dikenal dengan penggerek putih batang padi. Telurnya berbentuk

bulat panjang berukuran 0,6x0,5 mm diletakkan berjejer seperti letak genteng pada permukaan

bawah daun dan dekat ujung daun berjumlah 50-150 butir. Larva yang baru menetas berwarna

abu-abu, kemudian menjadi krem muda, kepalanya berwarna lebih tua, kuning, cokelat, dengan

panjang ± 20-25 mm. Pupa berwarna kuning yang terbungkus kokon warna putih. Sedangkan

imagonya mempunyai warna sayap muka coklat kekuningan. Ukuran imago jantan lebih kecil

daripada ukuran betina dan berwarna coklat muda. (Rauf, 2000).

Page 7: Pnggerek Wita

2.3 Jenis-jenis penggerek batang padi

a) Penggerek Batang Padi Kuning

Penggerek batang padi kuning merupakan spesies penggerek yang penyebarannya meluas

dari daerah bermusim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Perilaku penggerek batang padi

kuning bergantung pada geografi, di mana di daerah subtropik terjadi diapause sedangkan di

daerah tropis seperti di Indonesia tidak terjadi diapause (Suharto, 2008). Di banyak kabupaten

di Jawa, penggerek batang padi kuning merupakan spesies yang dominan . Lama siklus

hidupnya dipengaruhi oleh temperatur, sehingga di daerah subtropik siklus hidup penggerek

batang padi kuning lebih panjang. Di daerah tropik, penanaman tanaman padi secara terus-

menerus sepanjang tahun menyebabkan penggerek batang padi kuning akan terus berkembang

sehingga dalam satu tahun terdapat 7–8 generasi.

Ngengat penggerek batang padi kuning mudah diidentifikasi yang ditandai oleh sayap

berwarna kuning dengan titik hitam. Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm, dapat

hidup 5–10 hari. Siklus hidup penggerek batang padi kuning berkisar antara 39–58 hari,

bergantung pada lingkungan dan makanan. Jangkauan terbangnya mencapai 6–10 km. Ngengat

bertelur pada pukul 19.00– 22.00 dalam 3–5 malam. Setiap betina bertelur sebanyak 100–600

butir secara berkelompok, tiap kelompok terdiri atas 50–150 butir, dan kelompok telur

ditutupi oleh bulu halus. Dalam 6–7 hari telur menetas, larva terdiri atas 5–7 instar, dan lama

stadium larva 28–35 hari. Larva bersifat kanibal sehingga hanya ada seekor larva yang hidup

dalam satu tunas. Larva instar akhir menuju pangkal batang untuk berubah menjadi pupa.

Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air

atau tanah, yang ditutupi oleh membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago. Pupa

berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna

putih. Panjang pupa 12–15 mm dan stadium pupa 6–23 hari. Pupa berada di dalam pangkal

batang. Di daerah subtropik, jika temperature turun, larva instar akhir menuju pangkal batang

menjadi prepupae, dan jika temperatur naik prepupa berubah menjadi pupa dan keluar menjadi

ngengat. Tanaman inang utama penggerek batang padi kuning adalah padi, tetapi dapat bertelur

pada tanaman lain. Penggerek batang padi kuning lebih berkembang pada pertanaman padi yang

diusahakan secara terus-menerus sepanjang tahun. (Harian umum pelita, 2009)

Page 8: Pnggerek Wita

b) Penggerek Batang Padi Putih

Penggerek batang padi putih menyebar di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Australia. Di

Indonesia, hama ini ditemukan di Kalimantan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, Sumbawa, dan

Madura (Harian umum pelita, 2009). Di Jawa, penyebaran penggerek batang padi putih terbatas

di dataran rendah yang kurang dari 200 m dari permukaan laut dengan musim kemarau yang

kering, curah hujan dalam bulan Oktober–November kurang dari 200 mm (Dhuyo dkk, 2008).

Ngengat sangat tertarik pada cahaya, pada awal musim hujan ngengat keluar serempak

dari populasi prepupa yang berdiapause. Puncak hasil tangkapan ngengat sangat jelas selama

10–14 malam untuk tiap generasi. Sayap ngengat berwarna putih, panjang betina 13 mm dan

jantan 11 mm, hidup 4–7 hari dan maksimum 13 hari. Perbandingan populasi betina dan jantan

adalah 2:1. Ngengat meletakkan telurnya berkelompok, 50–250 butir/kelompok dengan rata-rata

160 butir/kelompok, satu kelompok setiap malam selama 4 hari. Bentuk kelompok telur

penggerek batang padi putih sama dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning,

ditutupi bulu dan telur diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Dalam 5–8 hari telur

menetas, 85% telur menetas sebelum pukul 13.00 (Suharto dkk, 2008).

Bentuk larva penggerek batang padi putih mirip dengan larva penggerek batang padi

kuning, panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan. Stadium larva 19–31 hari,

kecuali untuk larva yang berdiapause. Larva instar terakhir akan menuju pangkal batang dan

menjadi pupa. Lama periode pupa 6–9 hari, dan berada di pangkal batang. Larva instar terakhir

pada tanaman stadia generatif muncul pada musim kemarau, tidak langsung berubah menjadi

pupa, tetapi berdiapause di dalam pangkal batang untuk kemudian berubah menjadi pupa

setelah ada hujan pada awal musim hujan berikutnya. Di Australia, larva berdiapause dalam

tunggul padi dan padi liar (Oryza australiensis) selama musim dingin yang kering. Di Indonesia

2–18% larva tidak berdiapause . Pada tahun 1990 populasi penggerek batang padi yang tidak

berdiapause meningkat menjadi 75% ( Harian umum pelit, 2009).

c) Penggerek Batang Merah Jambu

Penyebaran penggerek batang merah jambu luas, bersifat polifag, dan hidup pada

tumbuhan keluarga Graminae seperti padi, tebu, jagung, sorgum, padi liar, aneka rumpun seperti

Panicum sp. dan Paspalum sp. (Minarn dkk, 2005). Ngengat penggerek batang merah jambu

Page 9: Pnggerek Wita

kekar dengan sayap depan bergaris memanjang, berwarna coklat tua, dan sayap belakang putih,

panjang 4–17 mm, dan kurang tertarik pada cahaya. Ngengat spesies ini penerbang yang kuat

bisa terbang sejauh 32 km untuk ngengat betina dan 50 km untuk ngengat jantan. Siklus hidup

ngengat berlangsung 46–83 hari. Telur diletakkan pada 2–3 baris/kelompok yang menyerupai

manik-manik dengan jumlah 30–100 butir/kelompok telur dalam pelepah atau batang. Lama

stadia telur 6 hari, larva berwarna merah jambu dengan panjang maksimal 35 mm. Dalam satu

tunas didapatkan beberapa larva. Lama stadium larva 28–56 hari. Di antara spesies penggerek

batang yang menyerang atau hidup pada tanaman padi, penggerek batang merah jambu paling

rendah serangannya. Serangan berat terjadi jika populasi sangat tinggi, limpasan dari kebun tebu

atau tanaman lain di sekitarnya.

d) Penggerek Batang Padi Bergaris

Penggerek batang padi bergaris menyebar dari daerah tropik sampai 40° lintang utara, dan

di Indonesia merupakan hama minor. Ngengat bisa hidup sampai satu minggu dan aktif mulai

senja. Kepala ngengat berwarna coklat muda dan warna sayap depan coklat tua dengan venasi

sayap yang jelas, panjang ngengat 13 mm. Seekor betina bisa bertelur 100–550 butir, dalam

kelompok yang terdiri atas 60–70 telur/kelompok selama 3–5 malam. Telur diletakkan pada

pangkal daun adakalanya pada pelepah. Telur berwarna putih dan tidak ditutupi rambut

dengan lama stadium telur 4–7 hari.

Larva berwarna abu-abu, kepala coklat dengan garis coklat sejajar tubuhnya, panjang

maksimal 26 mm, dan stadium larva 33 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup pada satu buku dari

satu tunas. Bergantung pada temperatur dan ketersediaan makanan, satu siklus hidup bisa

mencapai enam generasi/tahun. Larva instar akhir berpupa di dalam batang, setelah membuat

lubang untuk imago keluar dari pupa. Warna pupa coklat tua dengan stadium pupa 6 hari.

( Rauf, 2000)

e) Penggerek Batang Padi Berkepala Hitam

Penyebaran hama ini dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ngengat bertelur sampai 500

butir selama 3–4 malam. Telur diletakkan berkelompok berbaris pada helaian daun pada pukul

19.00 dan 23.00. Telur menetas setelah 4–7 hari pada pagi hari. Stadium larva 30 hari, dengan

panjang 18–24 mm, beberapa larva dapat hidup pada satu tunas. Pupa berwarna coklat tua

Page 10: Pnggerek Wita

dan stadium pupa 6 hari. Kepala ngengat berwarna hitam. Sayap depan bersisik, bagian tengah

keperakan. Sayap belakang kuning muda dengan panjang 10–13 mm. Siklus hidup berlangsung

selama 26–61 hari. Tanaman inang penggerek batang padi bergaris adalah padi, padi liar,

jagung, tebu, sorgum, dan beberapa jenis rumput. (Rauf, 2000)

f) Penggerek Batang Padi Berkilat

Penggerek batang padi berkilat dilaporkan dari Bangladesh, Bhutan, Cina, Hongkong,

India, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera), Malaysia, Myanmar, Nepal,

Filipina, ,Taiwan, Thailand, dan Vietnam ( Harian umum pelita, 2009). Tanaman inangnya

adalah tebu, sorgum, dan rumput-rumputan. Larva biasanya terdiri atas lima instar,

bergantung pada kondisi musim setempat, di daerah musim dingin dapat mencapai delapan

instar. Lama larva berkisar antara 16–51 hari dan lama pupa 6–10 hari. Ekologi dan biologi

spesies ini pada tanaman padi menyerupai penggerek batang padi bergaris. Spesies penggerek

batang padi yang beradaptasi pada satu agroekosistem akan mejadi spesies yang dominan. Dari

enam spesies penggerek batang yang ditemukan pada tanaman padi di Indonesia, empat di

antaranya lebih dominan. Keempat spesies tersebut adalah penggerek batang padi kuning,

penggerek batang padi putih, penggerek batang merah jambu, dan penggerek batang bergaris

(Rauf, 2000)

2.4 Gejala dan tanda yang ditunjukan akibat serangan penggerek batang padi

Penggerek batang padi merupakan hama yang selalu dijumpai pada pertanaman padi,

karena selalu dijumpai mulai dari pesemaian hingga memasuki stadia matang. Gejala serangan

yang disebabkan oleh semua spesies penggerek batang sama pada tanaman padi.

a) Sundep

Gejala serangan pada tanaman padi stadia vegetatif dikenal dengan sebutan sundep. Bila

serangan terjadi pada fase vegetatif, larva memotong bagian tengah anakan sehingga aliran hara

ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk layu dan kemudian mati

(Suharto dkk, 2008). Kehilangan hasil karena serangan penggerek batang pada stadia ini relatif

kecil, karena tanaman masih mampu untuk membentuk anakan baru selain itu daun padi yang

Page 11: Pnggerek Wita

masih muda menguning dan mati, anakan tanaman padi kerdil atau mati dan terhambatnya

pertumbuhan daun dan tunas baru.

b) Beluk

Gejala serangan pada tanaman padi stadia generatif dikenal dengan sebutan beluk. Larva

akan menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran hasil asimilasi tidak sampai ke

dalam bulir padi. Akibatnya proses pengisian bulir padi akan terhambat, sehingga banyak gabah

hampa, ujung bagian bawah batang berwarna gelap, malai padi mati dan berwarna keabu-abuan,

bulir padi kosong dan mudah dicabut. Sedangkan tanda yang ditunjukan akibat serangan

penggerek batang padi yaitu diantaranya kotoran larva dapat terlihat pada pangkal daun yang

dicabut,terdapat kotoran larva dalam batang (Suharto dkk, 2008)

2.5 Bioekologi penggerek batang padi

Daur Hidup

Perkawinan S. Innotata terjadi pada sore hari pada pukul 19.00-21.00. Suhu yang cocok

untuk telur S. Innotata adalah 290 dengan kelembaban 90%. Di dataran tinggi telur S. Innotata

menetas dalam waktu ± 14 hari sedangkan di dataran rendah menetas lebih cepat ± 5 hari.

Setelah menetas, larva bergerak ke bawah lalu masuk ke batang padi dan mulai menggerek

bagian antara upih daun dan batang. Larva terus menggerek batang anakan utama dan larva  yang

lebih tua mungkin berpindah dari satu anakan ke anakan lain. Selama penggerek memakan

bagian dalam tanaman, maka penggerek batang dapat mengakibatkan matinya bagian atas

tanaman. Penyerangan pada masa vegetatif disebut sundep, sedangkan penyerangan pada masa

generatif disebut beluk. Penyerangan ribuan ulat S. Innotata yang sama sekali mematikan

tanaman padi itu disebut juga penyerangan hama sundep. Pada musim kemarau larva instar akhir

tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang singgang atau

tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan

kemarau yang jelas.  Lamanya istirahat tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun

hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan selanjutnya menjadi

Page 12: Pnggerek Wita

ngengat.  Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang relatif bersamaan dan meletakkan

telur di persemaian. ( Minarn, 2005)

Metamorfosis

Scirpophaga innotata mengalami metamofosis sempurna yaitu dari telur kemudian menjadi

larva, lalu berubah menjadi pupa (kepompong) sampai akhirnya menjadi dewasa (imago) dan

biasanya berlangsung selama 35 hari.

Proses metamorfosis Scirpophaga innotata (Minarn, 2005).

1) Telur

Jumlah telur 170-260 butir/kelompok

Diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah

Mirip telur penggerek batang padi kuning

Ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan

Stadium telur 4-9 hari

2 ) Larva

Mirip larva penggerek batang padi kuning

Panjang maksimal 21 mm

Putih kekuningan

Stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami diapause dapat berlangsung 3 bulan)

3) Pupa

Stadium pupa 6-12 hari

4) Imago/Ngengat

Warna putih

Panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm

Page 13: Pnggerek Wita

Tertarik cahaya

Pada musim kemarau larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami

diapause dalam pangkal batang singgang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah

tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas.  Lamanya istirahat

tergantung pada lamanya musim kemarau.

Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan

selanjutnya menjadi ngengat.  Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang

relative, bersamaan dan meletakkan telur di persemaian.

2.6 Pemantauan Tingkat Kerusakan Tanaman

Page 14: Pnggerek Wita

Larva penggerek batang padi hanya beberapa jam berada di luar tanaman, yaitu larva

instar satu yang baru menetas. Pengendalian dengan insektisida hanya efektif sebelum larva

masuk ke dalam tanaman. Pada saat tanaman dalam fase vegetatif, insektisida yang efektif

menekan populasi populasi larva adalah dari jenis butiran yang bersifat sistemik, tetapi

kurang efektif pada saat tanaman telah memasuki stadia generatif.aplikasi insektisida cair

dapat menyetuh telur ngengat dan larva, tetapi mempengaruhi musuh alami pada kanopi

tanaman padi. Aplikasi insektisida butiran dapat mempengaruhi predator dan

mikroorganisme lain yang hidup di dalam air.

Gejala sundep dan beluk baru muncul 1-2 minggu setelah larva masuk ke dalam batang

padi, sehingga mempersulit pengendalian larva. Aplikasi insektisida pada puncak tangkapan

ngengat dan puncak peneluran akan lebih efektif.untuk penggerek batang padi putih

insektisida dapat diaplikasikan juka terdapat dua kelompok telur/20 rumoun tanaman padi

sebelum inisisasi malai atau satu kelompok pada stadia selanjutnya. Direktorat perlindungan

tanaman pangan menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia

vegetatif sebesar 6% dan pada stadia generatif 10% sedangkan ressing et al (1985)

menetapkan 20% pada stadia vegetatif dan 10% pada stadia generatif.

2.7 Pengendalian hama penggerek batang padi

Pengendalian hama penggerek batang padi dilakukan berdasarkan konsep Pengendalian

Hama Terpadu (PHT),sehingga lebih mengedepankan kelestarian ekosistem.

1. Pengendalian Secara Biologi

Pengendalian ini menggunakan musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid

untuk membatasi populasi penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung

memakan hama (Suharto dkk, 2008) . Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur

penggerek batang, sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung. Parasitoid

adalah serangga yang hidup sebagai parasit selama masa pra dewasa penggerek. Parasitoid telur

adalah yang paling banyak dikembangkan, antara lain : Tricogramma japonicum Ashmead,

Telenomus rowani (Gahan), dan Tetrastichus schoenobii Ferriere.

Page 15: Pnggerek Wita

2. Pengendalian Secara Mekanik

Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan kelompok

telur secara intensif di pesemaian, dan penangkapan ngengat secara massal dengan menggunakan

lampu. Penangkapan ngengat secara massal memerlukan 23 lampu petromak/ha. Penggunaan

feromon dapat secara nyata mengurangi serangan penggerek batang padi putih

(Suharto dkk, 2008)

3. Pengendalian Secara Kultur Teknik

Pengendalian penggerek batang secara kultur merupakan cara yang paling ramah

lingkungan dan tidak mengganggu musuh alami. Penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha

dapat meningkatkan populasi musuh alami sehingga menekan serangan penggerek batang.

Waktu tanam yang tepat dapat menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman

pada bulan Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan saat itu sangat sesuai

untuk perkembangan penggerek batang (Suharto dkk, 2008)

4 . Pengendalian Secara Kimiawi

Sebelum dilakukan aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan

ngengat dan pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan

lampu perangkap atau feromon. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi penggunaan

insektisida secara berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap keberadaan populasi

musuh alami predator dan parasitoid. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2002) telah

menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia vegetatif adalah 6%

dan pada stadia generatif adalah 10%. Perlu diperhatikan bahan aktif yang terkandung di dalam

insektisida, bahan aktif yang dapat digunakan antara lain karbofuran, tiokloprid, fipronil dan

karbosulfan(bersifat sistemik). Bahan aktif yang bersifat racun kontak antara lain dimehipo,

bensultaf, mitac dan imidakloprid (Suharto dkk, 2008).

5. Feromon Seks

Page 16: Pnggerek Wita

Pengendalian penggerek batang dengan teknologi feromon seks, sehingga komunikasi

antara ngengat betina dan jantan akan terganggu. Komunikasi yang terganggu menyebabkan

terhambatnya proses perkawinan. Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh

ngengat betina yang masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga jantan

menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini dimanfaatkan untuk

pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama penggerek batang.

Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Suharto dkk, 2008).

6. Penanaman Varietas Tahan

Penanaman varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama secara

terpadu (PHT). Ada varietas padi yang jika terserang hama penggerek batang padi sampai

batas tertentu masih dapat memberikan hasil. Tanam,an yang beranak banyak dapat

mentoleransi 20% kerusakan tanaman akibat sundep dan 10% akibat beluk. Varietas

agronomi yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan toleransi terhadap serangan

penggerek batanag padi. Galur PTB02 dan varietas Gilirang (padi tipe baru atau semi tipe

baru), padi hibrida varietas marodan Intani dan padi inbrida Cilosari (Bandong dkk, 2005)

7. Pemanfaatan parasitoid

Penggunaan insektisida juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap

konsumen dan lingkungan, serta dapat menimbulkan resistensi dan resurgensi hama. Ardjanhar

et al. (2004) melaporkan bahwa penggunaan insektisida cenderung menurunkan peranan

parasitoid telur penggerek batang padi dan tidak dapat mencegah kehilangan hasil akibat

serangan penggerek batang padi. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan upaya

pengendalian melalui konsep pengendalian hama terpadu (PHT) yang menekankan upaya

pengendalian hayati (pemanfaatan musuh alami). Pengendalian hayati menggunakan parasitoid

telur dinilai sangat baik karena mamarasit telur hama, sehingga hama tidak berkembang menjadi

larva (fase yang merusak tanaman), tidak menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen dan

lingkungan, tidak menimbulkan resistensi dan resurgensi hama, organisme yang digunakan dapat

mencari dan menemukan inangnya, dapat berkembang biak dan menyebar, serta pengendalian

Page 17: Pnggerek Wita

dapat berjalan dengan sendirinya. Parasitoid telur adalah faktor penting yang dapat mengatur

populasi penggerek batang padi pada saat kelimpahan hama itu tinggi. Telah diketahui tiga

spesies parasitoid telur penggerek batang padi yaitu Tetrastichus schoenobii Ferriere, Telenomus

rowani Gahan dan Trichogramma japonicum Ashmead. Kemampuan parasitoid mengendalikan

penggerek batang padi berbeda-beda bergantung spesies . T.schoenobii hanya dapat berkembang

biak pada telur penggerek batang padi Scirpophaga. Parasitoid telur yang mempunyai peranan

penting dalam mengendalikan penggerek batang padi adalah T. rowani dan T. schoenobii.

Hamijaya et al. (2004) juga melaporkan.bahwa T. rowani paling dominan ditemukan pada semua

tipologi lahan basah di Kalimantan Selatan.

Page 18: Pnggerek Wita

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah yang kami susun dapat disimpulkan bahwa penggerek batang

padi merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi. Penggerek batang padi memilik

beberapa jenis yaitu penggerek batang padi kuning,penggerek batang padi putih, penggerek

batang padi merah jampu, penggerek batang padi bergaris, dan penggerek batang padi berkepala

hitam.

Gejala yang ditimbulkan dari serangan penggerek batang padi dibagi menjadi 2 fase yang

pertama yaitu fase sundep yakni serangan terjadi pada fase vegetatif, larva memotong bagian

tengah anakan sehingga aliran hara ke bagian atas tanaman terganggu yang menyebabkan pucuk

layu dan kemudian mati. Yang kedua yaitu pada Beluk Gejala serangan pada tanaman padi stadia

generatif dikenal dengan. Larva akan menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran

hasil asimilasi tidak sampai ke dalam bulir padi. Akibatnya proses pengisian bulir padi akan

terhambat, sehingga banyak gabah hampa. Sedangkan tanda yang ditunjukan akibat serangan

penggerek batang padi yaitu diantaranya kotoran larva dapat terlihat pada pangkal daun yang

dicabut,terdapat kotoran larva dalam batang. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna

kuning atau coklat; biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif pada malam hari.

Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa hidupnya sebagai serangga

dewasa. Massa telur dari penggerek batang kuning berbentuk cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu

berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur.

Pengendalian yang dilakukan untuk menangani serangan penggerek batang padi yaitu

pengendalian secara biuologi,mekanik,kultur teknik dan secara kimiawi.

3.2 Kritik dan Saran

Page 19: Pnggerek Wita

Dalam melakukan pengendalian untuk menangani serangan penggerek batang padi

sebaiknya petani memperhatikan berbagai aspek seperti linhgkungan,intensitas serangan dan

ketepatan dalam pemakaian dosis berbagai macam bahan kimia.

DOKUMENTASI

Hasil dokumentasi pengamatan di lapang

Gambar penggerek batang padi putih Gejala serangan penggerek batang padi

Page 20: Pnggerek Wita

Gejala serangan penggerek batang padi telur penggerek batang padi

DAFTAR PUSTAKA

Bandong, j.P and J.A Litsinger. 2005. Rice Crop Stage Susceptibility to the Rice Yeloow

Stemborer, Scirpopaga incertulas 51 (1): 37-43

Dhuyo., A, R, and N. M. Soomro. 2008. Functional Response of the Predators on the Population of Yellow Ricestem Borer, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae) under Laboratory Condition. Journal Pak. Entomol. Vol. 30, No.1, 2008. (on-line).www.pakentomol.com. diakses 8 November 2009.

Direktorat Perlindungan Tanaman.2002 pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Departemen Pertanian. Jakarta hal 46-57.

Harian umum pelita. 2009. Serangan OPT Padi Capai 280.046 Hektar. (on-line). http://www.pelita.or.id/baca.php?id=20069. diakses tanggal 15 November 2009.

Makarim, A.K., E. Suhartatik dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: Hara Penting pada Sistem Produksi Padi. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 2 – 2007. 195-204 hal. (on-line).

Martin, I dan F. Nurdin. 1993. Pengendaliana Hayati dengan Predator dan Parsitoid. Jurnal Pemantapan Penelitian Hama Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami. 73-81 hal

Minarni, E. W., Nurtiati dan D. S. Utami. 2005. Peranan Pengelolaan Habitat terhadap Kemampuan Memerasit Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas . Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”. Vol 9 No 2, Oktober 2005. 130-136 hal.

Suharto dan N. Usyati, 2008. Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi. Jurnal Inovasi

teknologi Produksi 2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang. 323-341 hal.

Rauf, A. 2000. Parasitasi Telur Penggerek Batang Padi, Scirpophaga inotata (Lepidoptera:pyralidae), saat Terjadi Ledakan di Karawang pada Awal 1990-ia. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan 12(1):1-10 (2000)..