Post on 29-Mar-2019
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG
DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH Gedung A.A. Maramis II Lantai 6
Jl. Lapangan Banteng Timur No.. 1-4 Jakarta
Telp: 021-351 6296 Fax: 021-3510727
www.dmo.or.id
Investasi Untuk Pembangunan Bangsa
Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera
Praktik penerbitan instrumen keuangan berbasis syariah telah berkembang pesat dan diterima diseluruh dunia dengan menerapkan prinsip-prinsip transaksi keuangan yang menekankan pada perjanjian yang adil, anjuran terhadap sistem bagi hasil (profit & lost sharing) serta larangan terhadap riba, gharar dan maysir. Sukuk merupakan salah satu instrumen keuangan syariah yang telah banyak digunakan oleh korporasi maupun negara untuk program pembiayaan, termasuk Pemerintah Indonesia.
Pada awal tahun 2012, Pemerintah akan menerbitkan Sukuk Negara Ritel seri SR-004. Penerbitan instrumen ini merupakan salah satu program Pemerintah dalam pembiayaan APBN. Selain itu, penerbitan instrumen keuangan berbasis syariah ini merupakan upaya untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa, sebab hasil penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-004 ini diantaranya akan digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek Pemerintah. Penerbitan Sukuk Negara Ritel juga bertujuan untuk memberikan alternatif instrumen investasi yang aman dan menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.
Perkembangan Pasar Keuangan Syariah & Sukuk Negara
Sukuk Negara: Definisi dan Dasar Hukum
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari ‘sakk’ yang berarti dokumen atau sertifikat. AAOIFI (Accounting and Auditing organization for Islamic Financial Institutions) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu. Perbedaan pokok antara sukuk dengan obligasi konvensional terletak pada konsep imbalan/bagi hasil, dan adanya transaksi pendukung (underlying transaction) berupa akad atau perjanjian antara pihak yang disusun berdasarkan prinsip syariah.
Sukuk Negara adalah Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset Sukuk Negara (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN). SBSN diterbitkan untuk pembiayaan APBN termasuk pembiayaan proyek.
1. UU 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. 2. PP 56/2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara. 3. PP 57/2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga
Syariah Negara Indonesia. 4. PP 51/2010 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara II. 5. PMK No. 218/PMK.08/2008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah
Negara Ritel Di Pasar Perdana Dalam Negeri
1.Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 69/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 70/2008 tentang Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 71/2008 tentang Sale and Lease Back. 4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 72/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Ijarah Sale and Lease Back. 5. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 76/2010 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Ijarah Asset To Be Lease.
Sukuk Negara Ritel
Sukuk Negara Ritel adalah SBSN yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan. Seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dapat berinvestasi pada Sukuk Negara Ritel.
Keuntungan Berinvestasi pada Sukuk Negara Ritel
Yaitu risiko tidak terpenuhinya pembayaran imbalan dan nilai nominal pada saat jatuh tempo. Risiko ini sangat kecil karena berdasarkan undang-undang investasi pada Sukuk Ritel dijamin pembayarannya oleh Pemerintah
DEFAULT RISK (risiko gagal
bayar)
yaitu risiko terjadinya capital loss akibat harga jual di pasar sekunder lebih rendah dari harga beli. Risiko ini dapat dihindari dengan cara memegang Sukuk Ritel sampai jatuh tempo
MARKET RISK (risiko pasar)
yaitu risiko terjadinya kendala untuk menjual di pasar sekunder. Risiko ini dapat diatasi dengan menghubungi dan meminta bantuan Agen Penjual Sukuk Ritel
LIQUIDITY RISK (risiko likuiditas)
Resiko Berinvestasi
SYARAT BERINVESTASI
Mempunyai
REKENING TABUNGAN di salah satu bank umum (bank umum syariah/bank umum konvensional)
dan REKENING SURAT BERHARGA di salah satu sub-registry
Minimum investasi adalah
Rp 5 juta dan
kelipatannya
Maksimum adalah Rp 5 Miliar
Individu atau perseorangan
WNI yang
dibuktikan dengan KTP
1. Membuka rekening tabungan dan rekening surat berharga
2. Mengisi formulir pemesanan dengan melampirkan fotokopi KTP
3. Menyetor dana tunai ke rekening khusus Agen Penjual dan menyampaikan bukti setoran dana kepada Agen Penjual
4. Memperoleh hasil penjatahan Pemerintah
5. Menerima bukti kepemilikan Sukuk Ritel dari Agen Penjual
PROSEDUR BERINVESTASI
Tips Berinvestasi Pada sukuk Negara Ritel
Apabila terjadi gejolak di pasar keuangan, investor Sukuk Negara Ritel dapat menerapkan tips-tips berikut untuk menjaga agar investasinya tetap aman dan menguntungkan: 1. Tetap tenang dan memegang Sukuk Negara Ritel hingga jatuh tempo. 2. Tidak menjualnya di bawah harga par (100%).
Contoh Akad Sukuk Negara Ritel seri SR-004
Ijarah Sale and Lease Back
Ijarah Asset to Be Leased
Pokok Ketentuan Sukuk Negara Ritel seri SR-004
Penerbit Pemerintah melalui Perusahaan Penerbitan SBSN
Akad Ijarah Asset To Be Leased
Seri Sukuk Negara Ritel seri SR-004
Underlying Asset
Barang Milik Negara berupa Tanah dan/atau Bangunan, Proyek Pemerintah
Tenor 3,5 Tahun
Harga Nominal Per Unit
Rp 1.000.000
Investor A membeli Sukuk Ritel di pasar perdana sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan tidak dijual sampai dengan jatuh tempo, maka hasil yang diperoleh adalah: Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan jatuh tempo Pada saat jatuh tempo, nominal yang diterima adalah Rp10 juta
Investor A membeli Sukuk Ritel di pasar perdana sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan dijual di pasar sekunder dengan harga 105%, maka hasil yang diperoleh adalah: Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan saat dijual Capital gain = Rp10.000.000 x (105-100)% = Rp500.000 Pada saat dijual, nominal yang diterima adalah Rp10.500.000, yang berasal dari pokok Sukuk Ritel ditambah dengan capital gain
Investor A membeli Sukuk Ritel di pasar perdana sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan dijual di pasar sekunder dengan harga 95%, maka hasil yang diperoleh adalah: Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan saat dijual Capital loss = Rp10.000.000 x (95-100)% = - Rp500.000 Pada saat dijual, nominal yang diterima adalah Rp9.500.000, yang berasal dari pokok Sukuk Ritel dikurangi dengan capital loss.
(Perhitungan di atas, belum memperhitungkan pembayaran pajak atas imbalan dan capital gain serta biaya transaksi di pasar sekunder)
SIMULASI PENGHITUNGAN
Minimal Pembelian
Rp 5.000.000 dan kelipatannya
Maksimal Pembelian
Rp 5 miliar
Perdagangan di Pasar Sekunder
Bursa Efek Indonesia
Imbalan Fixed Coupon, dan dibayarkan setiap bulan
Kustodian Anggota Sub-Registry
Target Investor Individu / Perseorangan
Agen Penjual Bank: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT Bank Muamalat Indonesia Tbk; PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; Standard Chartered Bank; PT Bank BRISyariah; PT Bank Central Asia Tbk; PT Bank Syariah Mandiri; PT Bank CIMB Niaga Tbk; PT Bank UOB Indonesia; PT Bank OCBC NISP Tbk; Citibank N.A; The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd. Perusahaan Efek: PT Danareksa Sekuritas; PT Mega Capital Indonesia; PT Bahana Securities; PT Trimegah Securities Tbk; PT Reliances Securities Tbk; PT Sucorinvest Central Gani; PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas; PT Kresna Graha Sekurindo; PT Batavia Presporindo Sekuritas; PT Ciptadana Securities; PT Lautandhana Securindo.