Ilmu Hakekat Usul Di18

Post on 26-Dec-2015

51 views 6 download

description

Ilmu Hakekat Usul Di18

Transcript of Ilmu Hakekat Usul Di18

ILMU HAKEKAT USUL DIRI ZULKARNAIN   BANDJAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

H A K I K Iby Zulkarnain Bandjar

ILMU HAKEKAT

Himbauan :

Jangan-lah gampang mengatakan sesat, niscaya kata sesat itu akan balik pada diri sendiri yang

mengatakan !

 

 

Dalam pengajian Ilmu Hakekat berulang kali saya katakan agar TIDAK mendatangi  atau

menyampaikan pengetahuan ini kepada Ulama Syareat dan di anjurkan hanya bertanya, berguru

kepada ahli Hakekat lagi Makrifat lagi Mursyid saja.

Selain dari cara syareat dan cara tarekat, terdapat satu lagi cara untuk merapatkan hubungan dengan

tuhan yaitu dengan cara hakekat.

Cara hakekat merupakan cara yang ketiga yaitu satu cara mendalami ilmu dengan menyelami dan

mengenali diri sendiri, yang merupakan satu–satu-nya jalan yang  dilalui oleh wali-wali Allah,

ariffinbillah dan para aulia.

Mereka yang menjalani pengajian ilmu hakiki ini akan ber-iktiar dengan tekun dan tabah untuk

merapatkan hubungan dirinya dengan Allah s.w.t, dengan cara membongkar, menyelidiki dan

menyaksikan diri sendiri yaitu diri rahasia yang di tanggung oleh dirinya dan berusaha untuk

membentuk dirinya menjadi KAMIL-MULKAMIL.

Bagi mereka yang ingin melalui cara hakiki ini di sarankan terlebih dahulu melalui cara Tarekat,

hingga dia berhasil membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik “saghir”, syirik “khafi” dan syirik

“jalli.”

Mereka hendaklah menjalani perguruan dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta muryid yang

mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai pula ke tahap martabatnya.

Untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya dengan guru-guru makrifat lagi mursyid.

Orang-orang hakiki yang sampai pada martabatnya bukan saja mulia di sisi Allah tetapi mendapat

kemulian juga di tengah masyarakat. Adalah perlu ditegaskan di sini bahwa matlumat akhir pengajian

HAKEKAT adalah untuk megembalikan diri Asal Mu ke semula yaitu Allah pada Zahir dan Batin.

Tiada sesuatu apapun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.

Untuk itu pengajian hakekat ini harus ada kesinambungan dengan pengajian Makrifat. Sesungguhnya

kata hakekat dan makrifat dua perkataan yang tidak bisa di pisahkan.

1.MARTABAT TUJUH

 

Ketika kita berbicara tentang Alam Tujuh atau Martabat Tujuh, maka hal ini tidak lepas dari mem-

bicara-kan “Asal Mu Mula Balik Semula Pada Tuhan”

Firman Allah s.w.t.  

“Innalillah Wa inna ilai-i rajiun”

Maksud dan tujuan ayat ini adalah

“Asal Mu Allah Balik Mu semula Allah”

disini ada dua aspek utama yang di-maksud-kan :

Asal kejadian manusia yang dinyatakan melalui penjelasan pada Martabat Tujuh Atau Martabat

Alam Insan.

Balik Mu semula Allah yaitu persiapan untuk menyerahkan atau mengembalikan Diri rahasia

yang di kandung oleh jasad sebagaimana asalnya suci dan bersih.

Diri Empunya Diri, mentajallikan dirinya dari satu martabat ke satu martabat atau dari satu alam ke

satu satu alam.

Dalam hal kita membicarakan alam atau Martabat Tujuh atau Martabat Alam Insan, maka hal ini

terkandung di dalam Surah Al-Ikhlas yaitu dalam hal menyatakan tentang kewujudan Allah yang

menjadi diri rahasia kepada manusia itu sendiri dan membicarakan tentang proses peng-wujud-an

Allah untuk diterima oleh manusia sebagai diri rahasianya.

Proses pemindahan atau Tajalli Zat Allah s.w.t. bermula dari Alam Gaibul Gaib, terbentuk diri zahir

dan diri batin manusia ketika mulai bernafas di dalam kandungan ibu, kemudiannya zahir ke dunia

yaitu karena pada martabat Gaibul-Gaib adalah merupakan martabat manusia yang paling tinggi, suci

dan inilah martabat yang benar-benar di redhoi oleh Allah s.w.t.

Diri manusia pada martabat “Insannul-Kamil” adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan

batin, tiada cacat celanya dengan Allah s,w.t. yaitu Tuan Empunya Rahasia. Oleh karena itu Rasulullah

Muhammad s.a.w. pernah menegaskan dalam sabdanya :

“bahwa kelahiran seseorang bayi itu dalam keadaan yang suci, tetapi yang men-corak-kannya menjadi kotor adalah ibu-bapaknya”

Jadi ibu-bapak-lah yang mencorakkan sehingga menjadi kotor termasuk masyarakatnya, bangsanya

dan juga negaranya.

Oleh karna itu adalah menjadi tanggung-jawab seorang manusia yang ingin kembali menuju jalan

kesucian dan makrifat kepada Tuhannya, selayaknyalah dia mengembalikan dirinya kesuatu tahap

yang dikenali “Kamilul-Kamil” atau di namakan tahap Martabat Alam Insan.

Dalam membicarakan tingkatan atau martabat pentajallian Allah Tuan Yang Empunya Diri yang

menjadi rahasia manusia adalah melalui tujuh tingkatan.

 

Tingkatan tersebut secara umumnya seperti berikut :

 

1. Ahdah – Alam Lahut – Martabat Zat

2. Wahdah – Alam Jabarut – Martabat Sifat

3. Wahdiah – Alam Wahdiah – Martabat Asma

4. Alam Roh – Alam Malakut – Martabat Afa’al

5. Alam Misal – Alam Bapak

6. Alam Ijsan – Alam Ibu

7. Alam Insan – Alam Nyata

 

 

MARTABAT TUJUH

 

1.1 ALAM AHDAH

 

Pada Alam Gaibul-Gaib yaitu pada martabat Ahdah di mana belum ada sifat, belum ada ada

asma’,belum ada afaal dan belum ada apa-apa lagi yaitu pada Martabat LA TAKYIN, Zatul Haq telah

menegaskan untuk memperkenalkan DiriNya dan untuk diberi tanggungjawab ini kepada manusia dan

di tajallikanNya DiriNya dari satu peringkat ke peringkat sampai zahirnya manusia berbadan rohani

dan jasmani.

Adapun Martabat Ahdah ini terkandung ia di dalam Al-Ikhlas pada ayat pertama yaitu

“QulhuwallahuAhad”, yaitu Sa pada Zat semata-mata dan inilah dinamakan Martabat Zat. Pada

martabat ini diri Empunya Diri (Zat Ulhaki)Tuhan Rabbul Jalal adalah dengan dia semata-mata yaitu

di namakan juga Diri Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya yaitu Wujud Hakiki lagi

Khodim

Pada kondisi ini tiada sifat,tiada Asma dan tiada Afa’al dan tiada apa-apa pun kecuali Zat Mutlak

semata-mata maka berdirilah Zat itu dengan Dia semata-mata dai dalam keadaan ini dinamakan

AINUL KAFFUR dan diri zat dinamakan Ahdah jua atau di namakan KUNNAH ZAT.

1.2 ALAM WADAH

 

Alam Wahdah merupakan peringkat kedua dalam proses pen- tajallian-nya, Diri Empunya Diri telah

mentajallikan diri ke suatu martabat sifat yaitu “La Tak Yan Sani” – sabit nyata yang pertama atau

disebut juga martabat noktah mutlak yaitu ada permulaannya.

Martabat ini di namakan martabat Noktah Mutlak atau dipanggil juga Sifat Muhammadiah. Martabat

ini dinamakan martabat Wahdah yang terkandung pada ayat “Allahus Shomad” yaitu tempatnya Zat

Allah tiada terlindung  sedikit pun meliputi 7 lapis langit dan 7 lapis bumi.

Pada peringkat ini Zat Allah Taala mulai bersifat. SifatNya itu adalah sifat batin jauh dari Nyata dan

bisa di umpamakan sebuah pohon besar yang  subur yang masih di dalam biji, tetapi ia telah wujud,

tidak nyata, tetapi nyata sebab itulah ia di namakan Sabit Nyata Pertama martabat “La Takyin

Awwal” yaitu keadaan nyata tetapi tidak nyata (wujud pada Allah)

Maka pada peringkat ini tuan Empunya Diri tidak lagi Beras’ma dan di peringkat ini terkumpul Zat

Mutlak dan Sifat Batin. Maka di saat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum nyata di dalam nyata

yaitu di dalam keadaan apa yang di sebut ROH-IDDHAFI.

Pada peringkat ni sebenarnya pada Hakiki Sifat. (Kesempurnaan Sifat) Zat Al Haq yang di tajallikan-

nya itu telah sempurna cukup lengkap segala-gala. Ia terhimpunan dan tersembunyi di samping telah

zahir pada hakikinya.

1.3 ALAM WAHDIAH

 

Pada peringkat ketiga setelah tajalli akan dirinya pada peringkat “La takyin Awal”, maka Empunya

Diri kepada Diri rahasia manusia ini, mentajallikan pula diriNya ke satu martabat As’ma yaitu pada

martabat segala Nama dan dinamakan martabat (Muhammad Munfasal) yaitu keadaan terhimpun lagi

bercerai-berai atau di namakan “Hakekat Insan.”

Martabat ini terkandung didalam “Lam yalidd” yaitu Sifat Khodim lagi Baqa, tatkala menilik wujud

Allah. Pada martabat ini keadaan tubuh diri rahasia pada masa ini telah terhimpun pada hakikinya

Zat, Sifat Batin dan Asma Batin. Apa yang dikatakan berhimpun lagi bercerai-berai kerana pada

peringkat ini sudah dapat di tentukan bangsa masing – masing tetapi pada masa ini belum zahir lagi di

dalam Ilmu Allah yaitu dalam keadaan “Ainul Sabithaah”. artinya sesuatu keadaan yang tetap dalam

rahasia Allah, belum ter-zahir, malah untuk mencium baunya pun belum bisa. Dinamakan juga

martabat ini wujud Ardhofi dan martabat wujud Am karena wujud di dalam sekalian bangsa dan

wujudnya bersandarkan Zat Allah Dan Ilmu Allah.

Pada peringkat ini juga telah terbentuk diri rahasia Allah dalam hakiki dalam batin yaitu dapat

dikatakan juga roh di dalam roh yaitu pada menyatakan NYATA TETAPI TIDAK NYATA

 

1.4 ALAM ROH

 

Pada peringkat ke empat di dalam Empunya Diri, Dia menyatakan, mengolahkan diriNya untuk

membentuk satu batang tubuh halus yang dinamaka ROH. Jadi pada peringkat ini dinamakan

Martabat Roh pada Alam Roh.Tubuh ini merupakan tubuh batin hakiki manusia dimana batin ini

sudah nyata Zatnya, Sifatnya dan Afa’alnya.

Pada saat ini menjadi sempurna, cukup lengkap seluruh anggota-anggota batinnya, tida cacat, tiada

cela dan keadaan ini dinamakan (Alam Khorijah) yaitu Nyata lagi zahir pada hakiki daripada Ilmu

Allah. Tubuh ini dinamakan “Jisim Latiff” yaitu satu batang tubuh yang liut lagi halus. yang tidak

akan mengalami cacat cela dan tidak mengalami suka, duka, sakit, menangis, gembira dan hancur

binasa, dan inilah yang dinamakan “KholidTullah.”

Pada martabat ini terkandung di dalam “Walam Yuladd“. Dan berdirilah ia dengan diri tajalli Allah

dan hiduplah ia buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan keadaan Tubuh Hakekat Insan yang

mempunyai awal tiada kesudahannya, dialah yang sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki

Rahasia Allah dalam Diri Manusia.

1.5 ALAM MISAL

 

Alam Misal adalah peringkat ke lima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan

rahasia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah S.W.T., terus

menyatakan diriNya melalui diri rahasiaNya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasiaNya

untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Misal.

Untuk menjelaskan lagi Alam Misal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum

bercamtum dengan badan kebendaan. Alam misal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan

peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Misal

di mana proses peryataan ini ,pengujudan Allah pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam

tidak Nyata.

Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun-ubun bapak, yaitu

permidahan dari alam roh ke alam Bapak (misal).

Alam Misal ini terkandung di dalam “Walam yakullahu” dalam surah Al-Ikhlas yaitu dalam keadaan

tidak bisa dibayangkan. Dan seterusnya menjadi “DI”, “Wadi”, “Mani” yang kemudiannya di salurkan

ke satu tempat yang bergabung di antara diri rahasia batin (roh) dengan diri kasar Hakiki di dalam

tempat yang dinamakan rahim ibu.Maka terbentuklah apa yang di katakan “Manikam” ketika

berlangsung persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak)

Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan

rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal akan arti

mati.

1.6 ALAM IJSAN

 

Pada peringkat ke enam, setelah rahasia diri Allah pada Alam Misal yang di kandung oleh bapak, maka

berpindah pula diri rahasia ini melalui “Mani” Bapak ke dalam Rahim Ibu dan inilah dinamakan Alam

Ijsan.

Pada martabat ini dinamakan martabat “Inssanul Kamil” yaitu batang diri rahsia Allah telah di-

Kamilkan dengan kata diri manusia, dan akhirnya ia menjadi “KamilulKamil”. yaitu menjadi satu

pada zahirnya kedua-dua badan rohani dan jasmani. dan kemudian lahirlah seoarang insan melalui

faraj ibu dan sesungguhnya martabat bayi yang baru dilahirkan itu adalah yang paling suci yang

dinamakan “InnsanulKamil”. Pada martabat ini terkandung di dalam“Kuffuan” yaitu terkumpul

dalam keadaan “KamilulKamil dan nyawa pun di masukkan dalam tubuh manusia.

Setelah cukup waktunya maka diri rahasia Allah yang menjadi “KamilulKamil” itu di lahirkan dari

perut ibunya, maka di saat ini sampailah ia ke Martabat Alam Insan.

1.7 ALAM INSAN

 

Pada alam ke tujuh yaitu alam Insan ini terkandung di dalam “Ahad” yaitu sa (satu). Di dalam keadaan

ini, maka berkumpullah seluruh proses peng-wujud-an dan peryataan diri rahasia Allah s.w.t. di dalam

tubuh badan Insan yang mulai bernafas dan di lahirkan ke Alam Dunia yang Fana ini. Maka pada alam

Insan ini dapatlah di katakan satu alam yang mengumpul seluruh proses pentajallian diri rahasia Allah

dan pengumpulan seluruh alam-alam yang di tempuh dari satu peringkat ke satu peringkat dan dari

satu martbat ke satu martabat.

Oleh kerana hal ini merupakan satu perkumpulan seluruh alam-alam lain, maka mulai alam dunia

yang fana ini, ber-mula-lah tugas manusia untuk mengembalikan balik diri rahsia Allah itu kepada

Tuan Empunya Diri dan proses penyerahan kembali rahasia Allah ini hendaklah ber-awal dari alam

Dunia ini, oleh karena itu persiapan untuk balik kembali ke asalnya mula kembali mu  ke semula

hendaklah dimulai dari sekarang juga (titik)

 

Wasalam,