Post on 02-Jun-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut (World health organisation) WHO angka kematian ibu (AKI) di
negara-negara Asia tenggara seperti malaysia (40/100.000 kelahiran hidup),
Brunei darussalam (23/100.000 KH), Vietnam (54/100.000 KH) serta singapore
(10/100.000 KH) dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu (126/100.000 kelahiran
hidup)(WHO, 2015)
Masalah kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat
prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia
mendatang.Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya penurunan
angka kematian ibu, menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan anak
(KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun
kualitas pelayanan (Sarwono, 2005).
Laporan dari daerah yang diterima Kemenkes RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan sebanyak 5019
orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi
SDKI mencapai 160.68 anak. Hal ini belummencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 100 per 100.000
KH dan AKB sebesar 9,1 per 1.000 KH, sehingga masih memerlukan kerja keras
dari semua komponen untuk mencapai target tersebut.(SDKI, 2012)
Provinsi Aceh mencatat Jumlah Kematian Ibu yang dilaporkan adalah 163
orang dari perhitungan angka kematian ibu (AKI) tahun 2012 sebesar
2
158/100.000 LH. Jumlah kematian ibu paling banyak yaitu antara 12s/d20
kematian Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan akibat kekurangan
energi, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. (Profil Kesehatan Aceh, 2012)
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat mencatat bahwa kasus Bumil
Kekurangan energi kronik (KEK) untuk tahun 2015 terdapat 168 kasus dari 13
Puskesmas, salah satu Puskesmas yang memiliki kasus terbanyak ada di wilayah
kerja Puskesmas Meureubo yaitu 36 kasus, dan paling sedikit ada diwilayah kerja
puskesmas Kuta Padang Layung yaitu 1 kasus. (Laporan Dinkes Kabupaten Aceh
Barat, 2015)
Puskesmas Meureubo merupakan pusat kesehatan masyarakat yang ada
wilayah meureubo. Puskesmas Meureubo pada tahun 2015 mencatat adanya 252
ibu hamil dan 36 diantaranya mengalami kasus KEK. pada tahun 2016 terhitung
dari Januari sampai Agustus mencatat adanya 160 ibu hamil dan 28 orang
diantaranya mengalami KEK (Profil Puskesmas Meureubo, 2016)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS
(Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan asupan energi
dan protein yang berlangsung terus-menerus yang dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan penyakit tertentu. Penderita KEK mempunyai resiko untuk melahirkan
bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan ditandai berat badan kurang dari
40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang dari 23,5 cm(Depkes,
2008)
Menurut survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada10 orang bumil,
didapatkan bahwa 8 orang ibu hamil dengan jarak kelahiran terlalu dekat dan 7
ibu hamil yang tidak melakukan ANC minimal 4 kali dalam masa kehamilan.
3
Inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk memilih judul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian KEK pada Bumil di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureubo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Apakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016”.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2016
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Paritas dengan kejadian
Kekurangan Energi Kronik(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun
2016
1.3.2.2 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Jarak kelahiran dengan
kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016
4
1.3.2.3 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Pengetahuan dengan
kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016
1.3.2.4 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Peran NAKES dengan
kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016
1.3.2.5 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Penyakit infeksi dengan
kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016
1.3.2.6 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi hubungan Pemeriksaan Antenatal
Care (ANC ) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2016
1.4 Hipotesis Penelitian(Ha)
1. Hα: Ada hubungan paritas dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat
2. Hα: Ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat
5
3. Hα: Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat
4. Hα: Ada hubungan peran NAKES dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat
5. Hα: Ada hubungan penyakit infeksi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat
6. Hα: Ada hubungan pemeriksaan ANC dengan kejadian KEK pada ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya
Ilmu Kesehatan Masyarakat, serta memberi informasi tentang tingginya kasus
KEK terhadap peningkatan kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureubokecamatan meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan pengetahuan bagi
masyarakat terutama mengenai kasus KEKterutama bagi ibu hamil
2. Bagi Petugas Kesehatan
6
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan informasi bagi petugas
kesehatan mengenai pengetahuan masyarakat terhadap kasus Bumil KEK dan
memberi wawasan bagi instansi terkait.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gizi dan Kehamilan
2.1.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita
sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada waktu terjadi
kehamilan akan terjadi banyak perubahan baik perubahan fisik, sosial,
maupun mental. Walaupun demikian para calon ibu harus tetap berada di dalam
keadaan sehat optimal karena disini seorang ibu tidak hidup dengan sendiri tetapi
dia hidup bersama dengan janin yang dikandung. (Sukarni, 2013)
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM.
Pemenuhan asupan gizi bagi ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain Pengetahuan dan
Pola makan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah dan pola
makan tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu
hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang
diperoleh. Walker 2012 (dalam juspen simarmata 2014)
8
Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang
tidak hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan
dilihat bukan hanya dalam porsi tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi
yang terkandung dalam makanan yang disalurkan melalui plasenta. Untuk itu ibu
hamil harus mendapatkan gizi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi
janinnya. Maka bagi ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan yang
biasanya cukup untuk kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan
energi agar pertumbuhan janin berjalan dengan baik. Selama hamil, ibu akan
mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya agar siap membesarkan janin yang
dikandungnya, memudahkan kelahiran,dan untuk memproduksi ASI bagi bayi
yang akan dilahirkan ( Francin, 2005)
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum
hamil, peningkatan kebutuhan gizi hamil sebesar 15%, karena
dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air
ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil
dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40%, sedangkan yang 60% untuk
memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai
dengan kebutuhan maka kemungkinan terjadi gangguan dalam kehamilan, baik
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya.Ambarwati 2012 (dalam juspen
simarmata 2014)
Kebutuhan energi pada trisemester I meningkat secara minimal. Kemudian
sepanjang trisemeseter II dan III kebutuhan energy terus meningkat sampai akhir
kehamilan.energi tambahan selama trisemester II diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan
9
payudara, serta penumpukan lemak. Selama trisemester III energy tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Zulhaida, 2003)
Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang
dikandungnya. Angka kejadian BBLR lebih tinggi di negara-negara yang sedang
berkembang daripada negara- negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan
oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi diet ibu (Soetjiningsih,
2009)
Oleh karena itu, para calon ibu harus memiliki gizi yang cukup sebelum
hamil dan lebih lagi ketika hamil. Ibu yang hamil harus memiliki zat gizi
yang cukup karena gizi yang didapat akan digunakan untuk dirinya sendiri dan
juga janinnya. Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun kekurangan gizi selama
masa kehamilan maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi.
Apabila hal ini berlangsung terus-menerus dan tidak segera diatasi maka bayi
akan lahir dengan berat rendah (dibawah 2500 gram), sedangkan untuk ibu yang
kekurangan gizi, maka selama ia menyusui ASI yang dihasilkan sedikit (Sukarni,
2013).
2.1.2. Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan
saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Sukarni, 2013).Gizi
10
ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat
badan sebanyak 10-12 kg (Pujdiadi, 2001).
Makanan ibu hamil harus sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang
seimbang dengan perkembangan masa kehamilan. Ibu hamil sebaiknya
menerapkan menu empat sehat lima sempurna. Triwulan I, pertumbuhan janin
masih lambat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin belum begitu
besar, tetapi pada masa ini sering terjadi masalah-masalah “ngidam” dan muntah,
karena itu kebutuhan gizi harus diperhatikan. Triwulan II dan III, pada masa ini
pertumbuhan janin berlangsung lebih cepat dan perlu diperhatikan kebutuhan
gizinya. Kebutuhan kalori ibu hamil ditambah 300 kalori sehingga menjadi
sekitar 2500 Kkal. Ambarwati 2012 (dalam juspen simarmata, 2014)
Tabel 2.1.
Makanan Ibu Hamil Per Hari
Nama Bahan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga1 2 3
Beras Daging Tempe Sayuran Buah Susu Gula Minyak Selingan
300757530020020010252X
4 gelas nasi3 potong sedang3 potong kecil3 gelas2 potong1 gelas1 sendok makan5 sendok makan
Nilai giziKalori : 2500 Lemak: 82Protein : 85 H.A : 414
Sumber: makanan ibu hamil
11
2.1.3 Bahaya kekurangan gizi saat hamil
Masa hamil adalah masa dimana seorang wanita memerlukan
berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam
keadaan biasa. disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri,
berbagai zat gizi itu juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin yang ada dalam kandungan. Apabila kebutuhan gizi itu tidak dipenuhi
maka akan terjadi berbagai gangguan baik pada ibunya sendiri maupun pada
janinnya (Sjahmien Moehji, 2003).
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi,
khususnya gizi kurang seperti kurang energi kronis (KEK) dan anemia gizi
sehingga mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
kurang (BBLR). (Muliarini, 2010)
2.1.4 Status gizi ibu hamil
Pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil sebelum
kehamilan. Jika calon ibu memiliki asupan gizi yang cukup dan seimbang, maka
akan melahirkan anak dengan yang sehat . Pada umumnya, ibu hamil dengan
kondisi kesehatan yang baik, dengan system reproduksi yang normal, tidak sering
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra-hamil maupun pada
saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu-
ibu yang kondisinya tidak seperti itu. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-
anak dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh
“stunting/kuntet” pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini sering
melahirkan bayi BBLR, kematian yang tinggi, lebih-lebih bila ibu tadi juga
menderita anemia. (Soetjiningsih, 2009)
12
2.2. Konsep KEK ( Kekurangan energi kronik)
2.2.1. Pengertian
KEK adalah keadaan akibat kekurangan energi atau ketidakseimbangan
asupan energy untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang berlangsung dalam waktu
yang lama (Supariasa, 2002)
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan pada ibu hamil. KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS)
dan ibu hamil. Faktor penyebab KEK pada ibu hamil sangat kompleks
diantaranya; ketidakseimbangan asupan zat gizi, penyakit infeksi, dan perdarahan.
KEK pada ibu hamil juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) (Zulhaida, 2003)
2.2.2. Indikator KEK
Bumil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA <23, 5 cm.
Bumil KEK merupakan factor resiko terjadinya BBLR. Pengukuran Lingkar
lengan atas dilakukan dengan mennggunakan pita LILA. Jumlah bumil KEK
dihitung setiap bulan untuk intervensi, sedangkan prevalensi dihitung setiap
tahun.
Cara menghitung :
Prevalensi Bumil KEK =
∑ BUMIL DENGAN LILA<23,5 CM
∑ BUMIL YANG ADA DI WILAYAH KERJA×100 %
Bumil KEK dianggap sebagai masalah kesehatan bila prevalensi ≥ 10 %
(Depkes, 2008)
13
2.2.3. Penentuan status KEK pada bumil
Penentuan status KEK pada WUS adalah dengan menggunakan
lingkar lengan atas atau disebut LILA. Menurut Depkes RI, pengukuran LILA
pada kelompok WUS adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok umur yang
beresiko KEK. WUS yang beresiko KEK di Indonesia jika hasil pengukuran
LILA kurang dari atau sama dengan 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA,
apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak beresiko menderita KEK
(Supariasa, 2002)
2.2.4. Pengukuran Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian secara tidak langsung ada dua yaitu survei konsumsi makanan
dan statistik vital. Penilaian status gizi secara langsung ada empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. (Pudjiadi, 2001).
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara
langsung dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu:
1. Tinggi Badan
Pada Ibu hamil Pengukuran status gizi dengan tinggi badan tidak dapat
dilakukan karena biasanya tinggi badan pada wanita hamil sudah tidak dapat
bertambah lagi. Tinggi badan pada wanita hamil dapat digunakan sebagai
pengukur status gizi sebelum terjadi kehamilan. Tinggi badan ibu hamil
minimal 145 cm yang dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu
hamil yang baik
14
2. Berat Badan
Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai ialah mencatat
pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan dan
membandingkannya dengan berat badan saat sebelum hamil, bila
informasi tersebut tersedia.
Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester
pertama kenaikanya kurang dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang
lebih 3 kg, dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Kenaikan berat badan ibu hamil tergantung pada keadaan sosial ekonomi
keluarga, dalam hal ini tingkat kecukupan makanan pada ibu hamil Karena
makanan merupakan sumber gizi yang utama yang dibutuhkan oleh tubuh (Ibu
Hamil).
2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK
2.3.1. Paritas
Paritas adalah berapa kali seorang ibu telah melahirkan. Dalam hal ini ibu
dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat
riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat
gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh
(Arisman, 2004).
2.3.2. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran adalah tiap berapa tahun seorang ibu melahirkan. Ibu
dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
15
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas
hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah dua tahun. Siswanto Aguswilopo 2004 (dalam halym
surasih 2005)
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah
gizi bagi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. Yayuk Farida Baliwati
2004 (dalam halym surasih 2005)
2.3.3. Pengetahuan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-praktek pengetahuan
tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu
rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan
pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi
menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka
pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih
bergizi dari pada yang kurang bergizi. (Mulyono Joyomartono, 2004)
16
2.3.4. Peran NAKES
Pentingnya peran tenaga kesehatan yaitu bidan, kader posyandu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan yang beresiko tinggi, melakukan vaksinasi,
serta memberikan pelayanan imunisasi pada ibu hamil. Petugas kesehatan yang
memberikan informasi, anjuran, dukungan dan selalu berinteraksi dengan ibu
hamil sehingga mampu menganjurkan makanan seperti apa yang baik dikonsumsi
bumil. (Manuaba, 2000)
2.3.5. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang
gizi sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan
dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya
penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan
hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah
infeksi. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare,
tuberculosis, campak dan batuk rejan (Supariasa, 2002).
Hampir semua penyakit infeksi yang berat yang diderita pada waktu hamil
dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau Berat Badan Lahir Rendah
(Soetjiningsih, 2009).
2.3.6. Pemeriksaan ANC (antenatal care)
Untuk memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu
dilakukan denagn teliti, jangan sampai wanita hamil menjadi terlalu gemuk
17
untuk menghindarkan kesulitan waktu melahirkan kelak. Dan bahkan jangan
sampai terlalu kurus karena dapat membahayakan keselamatan dirinya dan
janin yang dikandungnya.( Sjahmien Moehji, 2003)
Adapun pemeriksaan sedikitnya dilakukan 4 kali yaitu:
1) Pada trimester I dilakukan 1 kali
2) Pada trimester II dilakukan 1 kali
3) Pada trimester III dilakukan 2 kali
2.4. Upaya mencegah kejadian KEK
2.4.1 Kunjungan ANC
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2000). Ketika seorang ibu telah
hamil maka ibu hamil ini harus datang atau didatangi untuk dicatat dan dipantau
serta diperiksa selama masa kehamilannya selesai, sebagai individu yang beresiko,
dan melakukan intervensi segera, itu sedikit inti dari pencatatan kohor,
penjelasanya adalah:
1. Jika sang ibu hamil datang-didatangi pada smester pertama kehamilan maka ia
diperiksa dan dicatat pada kolom smester pertama dan selanjutnya disarankan
(diupayakan) datang-didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada smester-
smester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan standar cakupan
pelayanan minimal K1 dan K4
2. Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada smester
kedua kehamilan (tidak datang-didatangi pada smester pertama) tetap
18
diperiksa dan dicatat pada kolom smester kedua buku register kohor, dan
selanjutnya tetap disarankan (diupayakan) datang-didatangi untuk diperiksa
dan dicatat pada smester-smester berikutnya. Inilah yang tidak diharapkan
karena telah lalai atau mangkir tidak masuk dalam standar cakupan pelayanan
minimal K1 maupun K4.
3. Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada smester
ke tiga kehamilan (tidak datang-didatangi pada smester pertama dan kedua)
tetap diperiksa dan dicatat pada kolom smester ketiga buku register kohor, dan
selanjutnya tetap disarankan (diupayakan) datang-didatangi untuk diperiksa
dan dicatat pada saat mendekati persalinan sebagai pemeriksaan yang terakhir
kalinya. Ini juga tidak masuk dalam standar cakupan pelayanan minimal K1
dan K4.( Arali, 2008)
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah 7T pelayanan yang mencakup
minimal :
1. Timbang badan dan ukur tinggi badan,
2. Tekanan darah diukur
3. Tetanus Toxoid yaitu Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian
Tetanus Toxoid),
4. Tinggi fundus uteri diukur
5. Tablet besi ( diberikan 90 tablet selama kehamilan),
6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling),
7. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan
indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
19
2.4.2 Konsumsi Tablet Besi (Fe)
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan Fe atau zat besi. Jumlah Fe yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan,
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang dari 1.000 mg. Berdasarkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, seorang ibu hamil perlu
tambahan zat gizi rata-rata 20 mg per hari. Sedangkan kebutuhan sebelum
hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20-45 tahun)
(Zulhaida Lubis, 2003). Dengan demikian pada ibu hamil di Indonesia
diharuskan konsumsi tablet tambah darah sedikitnya 90 tablet selama
kehamilan tersebut.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir
kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi
untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
Adapun cara memberikan tablet tambah darah:
1. Tablet tambah darah diberikan pada ibu hamil 6 bulan keatas.
2. Jumlah tablet tambah darah yang diberikan adalah satu tablet setiap hari
sampai ibu melahirkan. Jadi setiap hari selama 3 bulan, ibu diwajibkan
menelan satu tablet sesudah makan ditambah 1 tablet vitamin C. Dainur
dalam halym surasih 2005)
20
2.4.3 Status Gizi Sebelum Hamil
Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum hamil wanita
usia subur (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan
LILA kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari
23,5 cm sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak berisiko melahirkan
BBLR.
Pemantauan kesehatan dan status gizi pada wanita usia subur merupakan
pendekatan yang potensial dalam kaitanya dengan upaya peningkatan
kesehatan ibu dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi baik akan
menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik dan akan mempunyai risiko yang
kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan. Adapun
cara melihat status gizi WUS yang baik dengan melihat Indek Massa Tubuh-nya
Adapun rumus untuk menentukan IMT adalah
IMT = Be r at b a d a n ( kg)
(Tinggi badan )2(m)
21
2.5. Teori anderson
Menurut Anderson (1974) seperti yang dikutip Murniati (2007)
mengembangkan sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health
belief model) yang didasarkan teori lapangan (field theory) dari lewin (1994).
Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan
kesehatan yaitu:
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang.
Komponen terdiri dari:
Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga, dan lain-lain)
Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan, pekerjaan)
Faktor kenyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap persepsi)
2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan
individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Didalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian:
Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar
pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, informasi pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan)
Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
yang dibutuhkan)
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan
merupakan stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan
22
kesehatan apabila faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Termasuk
komponen kebutuhan ini adalah hal-hal yang dirasakan/persepsikan (seperti
kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan bekerja) dan hal-hal yang dinilai
(tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurun diagnosis klinis dari
dokter)
Menurut penelitian Soetjiningsih (2009) menyatakan Faktor yang yang
mempengaruhi status gizi pada ibu hamil adalah jumlah makanan, beban kerja,
pelayanan kesehatan, jarak kelahiran, paritas, konsumsi kafein, dan konsumsi
tablet zat besi. KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil. Faktor
penyebab KEK pada ibu hamil sangat kompleks diantaranya, ketidak seimbangan
asupan zat gizi, penyakit infeksi, dan perdarahan (FKM.UI, 2007)
23
2.6 Kerangka Teori
Adapun kerangka teori yang peneliti gunakan yaitu mengacu pada teori
modifikasi (Anderson 1974) dan (Soetjiningsih, 2009) faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian KEK diantaranya adalah faktor predisposisi
(Umur, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan, sikap, pendidikan)faktor enabling
(pendapatan, keterjangkauan, penyakit infeksi, pantang makan) dan faktor need
(pemeriksaan ANC, Peran NAKES, dan konsumsi Fe)
KEK PADA IBU HAMIL
Komponen predisposisi
UmurPengetahuanParitasJarak kelahiranSikappendidikan
Komponen enabling
Peran tenaga kesehatan Pendapatan Keterjangkauanpenyakit infeksi pantang makan
Komponen need
Pemeriksaan ANCKonsumsi Fe
24
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi
kronik pada ibu hamil.
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka
kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.2
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Jarak kelahiran
Pengetahuan
Peran tenaga kesehatan
Penyakit infeksi
Pemeriksaan ANC
Paritas
KEK PADA IBU HAMIL
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif yang
bersifat analitik dengan desain penelitian Cross sectional untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016 (Notoadmojo, 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten
Aceh Barat. Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada
pada tanggal 5 September – 3 oktober 2016
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah
semua ibu hamil yang adadi Wilayah Kerja Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh
Barat berjumlah 160orang pada tahun 2016
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010).
26
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin
(Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:
Rumus :
n ¿N
1+N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)
Berdasarkan rumus diatas maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah :
n =160
1+160(0,1)²
n = 160
1+160 (0,01 )
n = 160
1+2,60
n = 1603,60
n = 44,44. Jadi jumlah keseluruhan yang diambil sampel sebanyak 44
responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proportional stratified sampling adalah pengambilan sampel dilakukan
27
berdasarkan pertimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-
masing strata / kelas (Notoatmodjo, 2010)
ni = ¿N
xn
Keterangan :
ni : Jumlah sampel menurut lokasi
n : Jumlah sampel dalam keseluruhan
Ni : Jumlah populasi menurut lokasi
N : Jumlah populasi keseluruhan
Table 3.1 Distribusi Jumlah Populasi Dan Sampel Berdasarkan Desa Diwilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Gampong Jumlah Populasi Jumlah sampel
1 Langung 16/160*44 4
2 Ujong drien 8/160*44 2
3 Mesjid tuha 6/160*44 1
4 Meureubo 18/160*44 5
5 Pasi Aceh baroh 10/160*44 3
6 Peunaga baro 11/160*44 3
7 Peunaga cut ujong 14/160*44 4
9 Paya peunaga 16/160*44 4
10 Ranto panyang timur 8/160*44 2
11 Ranto panyang barat 5/160*44 1
12 Ujong tanoh darat 11/160*44 3
13 Peunaga rayeuk 10/160*44 3
14 Gunong kleng 10/160*44 3
15 Ujong tanjong 9/160*44 3
16 Ranup dong 10/160*44 3Total 160 44
28
Pengambilan sampel di wilayah kerja puskesmas meureubo ini terdiri 28
desa dan tepilih 16 desa saja yang berkasus KEK.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel maka peneliti perlu menentukan kriteria
inklusi maupun kriteria eksklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Ibu hamil yang tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Meureubo
2. Ibu hamil yang usia kehamilan 1-36 minggu.
3. Sehat Jasmani dan Rohani.
4. Mau diwawancarai.
5. Bukan kehamilan pertama
Kriteria Eksklusi :
1. Ibu hamil yang bukan tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Meureubo
2. Ibu hamil yang usia kehamilan lebih dari 36 minggu atau melahirkan
3. Ibu hamil yang tidak sehat jasmani dan rohani
4. Tidak bersedia diwawancarai
5. Ibu dengan Kehamilan pertama
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang didapatkan
dari wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden yang berisikan
pertanyaan yang berkaitan tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat
29
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dilaporkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat
dan Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dan
berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan kejadian KEK.
Table 3.2 Definisi operasional
No Variabel Independen
Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur
1 Paritas Jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam keadaan hidup
Wawancara Kuesioner 1.Baik 2. Kurang Baik
Ordinal
2 Jarak kelahiran
Tiap berapa tahun seorang ibu melahirkan bayi
Wawancara Kuesioner 1.Baik 2.Kurang baik
Ordinal
3 Pengetahuan Pemahaman tentang gizi saat hamil
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang baik
Ordinal
4 Peran NAKES
Dukungan bidan/tenaga kesehatan untuk memantau ibu hamil
Wawancara Kuesioner 1. Baik 2. Kurang
baik
Ordinal
5 Penyakit infeksi
Penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit
Wawancara Kuesioner1. Ada2. Tidak ada
Ordinal
6 Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan kesehatan mental dan kondisi fisik ibu hamil
Buku KIA Lembar observasi
1.Ada 2.Tidak ada
Ordinal
30
Variabel Dependen
Defenisi Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur Skala Ukur
7 KEK keadaan dimana wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun
Check list Pita LILA
1.KEK 2. Tidak KEK
Ordinal
3.5 Aspek Pengukuran
3.5.1 Paritas
1. Baik jika responden melahirkan ≤ 3 kali
2. Kurang baik jika responden melahirkan > 3 kali (Arisman, 2004)
3.5.2 Jarak kelahiran
1. Baik jika jarak kelahiran responden > 2 tahun
2. Kurang baik jika jarak kelahiran responden ≤ 2 tahun (Siswanto
aguswilopo, 2004)
3.5.3 Pengetahuan
1. Baik jika responden mendapat skor > 3 dari total skor
2. Kurang baik jika responden mendapat skor ≤ 3dari total skor
3.5.4 Peran NAKES
1. Baik jika responden mendapat skor > 3 dari total skor
2. Kurang baik jika responden mendapat skor ≤ 3 dari total skor
3.5.5 Penyakit infeksi
1. Ada jika responden mendapat skor > 2 dari total skor
2. Tidak ada jika responden mendapat skor ≤ 2 dari total skor
3.5.6 Pemeriksaan ANC
31
1. Ada jika responden mendapat skor > 2 dari total skor
2. Tidak ada jika responden mendapat skor ≤ 2 dari total skor
3.5.7 KEK
1. KEK jika ukuran lingkar lengan atas (LILA) ≤ 23,5 cm
2. Tidak KEK jika ukuran lingkar lengan atas (LILA) responden > 23,5 cm
3.6 Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
3.6.1 Editing
Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap
lembar kuesoiner yang telah diisi oleh responden.
3.6.2 Coding
Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap
pertanyaan sesuai dengan petunjuk koding. Pengkodean merupakan kegiatan
merubah data berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan. Setelah data
kuesioner masuk maka diberikan kode pada kolom di setiap item agar lebih
memudahkan dalam pengolahan data.
3.6.3 Scoring (Penetapan Skor)
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan
tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item
pertanyaan dari setiap variabel
3.6.4 Entri Data
Proses memasukan data, setelah pemberian kode dan skor lalu data
dimasukkan kedalam program komputer (Software Analisis) yang sesuai untuk
kemudian diolah oleh peneliti.
32
3.6.5 Cleaning Data
Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke
dalam tabel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data
bersih dari kekeliruan.
3.7 Teknik Analisa Data
3.7.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan
karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau
nilai karakteristik responden berdasarkan paritas, jarak kelahiran , pengetahuan,
pran NAKES, Penyakit infeksi, pemeriksaan ANC.
3.7.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat
(Chi-square), karena semua data diukur dalam skala katagorik (melihat hubungan
antara variabel katagorik dengan variabel katagorik). Jika ada sel yang
mempunyai nilai harapan lebih kecil dari (kurang dari 5) lebih dari 20 % dari
jumlah keseluruhan sel, maka uji yang digunakan ”Fisher’s Exact Test”.
Prinsip dasar uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observed) dengan frekuensi harapan (expected). Uji statistik Chi-square juga
untuk melihat suatu hubungan (jika ada) antara dua variabel sehingga diperoleh
nilai χ2 dan kemaknaan statistik (nilai p value atau nilai χ2 hitung).
33
Rumus: χ2=∑ (O−E )2
E
df = (k-1) (b-1)α = 0,05
Keterangan:
O = Frekuensi Observed
E = frekuensi Expected
df = degree of Freedom (derajat kebebasan)
k = Kolom
b = Baris
Uji ini dipergunakan untuk membandingkan hasil perhitungan statistik χ2
yang didapat dengan ”critical value” yang ditemukan pada tabel Chi-square.
critical value tersebut tergantung pada yang dipilih (dalam penelitian ini α = 0,05)
dan df nilai χ2 tersebut akan bermakna jika nilai χ2 yang diperoleh dari hasil
perhitungan melebihi nilai critical value dan nilai p value yang diperoleh lebih
kecil dari 0,05 (Hastono, 2007).
Sedangkan ketentuan syarat Uji statistik Chi-square adalah sebagai
berikut:
1. Jika tabel silang yang digunakan 2x2, maka nilai yang dipakai adalah
Contiunity Corection.
2. Jika tabel silang yang digunakan lebih dari tabel 2x2, maka nilai yang dipakai
adalah Pearsion Chi-square.
3. Jika pada tabel 2x2, nilai cell tabel di bawah 1 atau di bawah 5 melebihi 20%,
maka nilai yang dipakai adalah Exact Tes.
34
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah suatu instrumen layak atau
tidaknya untuk diujikan. Sedangkan reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan
sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dan
realibilitas ini dilakukan pada 30 orang responden.
Table 3.3 Distribusi Validitas Berdasarkan Pertanyaan Variabel Pengetahuan
No Pertanyaan Nilai r
hitungValiditas
1. Apakah porsi makanan sehari-hari ibu 2 kali lebih banyak dari ibu yang tidak hamil
.532 Valid
2. Apakah manfaat makanan bernutrisi bagi ibu hamil yaitu untuk Pertumbuhan janin
.335 Valid
3. Apakah manfaat tablet zat besi Fe untuk mencegah anemia
.431 Valid
4. Menurut ibu, makanan yang mengandung protein (nabati dan hewani) adalah tempe dan ikan
-.018 Tidak valid
5. Menurut ibu, apakah mengkonsumsi sumber protein (hewani) harus setiap hari
.044 Tidak valid
6. apakah ibu tahu pentingnya minum susu saat hamil
.346 Valid
7. Apakah Ibu tahu pentingnya mengkonsumsi buah dan sayuran
.383 Valid
8. Menurut ibu, fungsi dari Karbohidrat adalah Sebagai sumber zat tenaga
-.176 Tidak valid
9. Menurut ibu, makanan yang mengandung vitamin dan mineral yaitu wortel dan bayam
-.093 Tidak valid
10.
Apakah ibu tahu apa itu KEK .324 Valid
Terlihat dari 10 pertanyaan, ada 4 pertanyaan P4 (r=-
0,018), P5 (r=0,044), P8(r=-0,176), P9(r= -0,093), yang nilainya
lebih rendah dari r tabel (r=0,297). Sehingga pertanyaan P4, P5,
35
P8, P9 tidak valid, sedangkan untuk pertanyaan P1, P2, P3, P6,
P7, P10 dinyatakan valid.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.503 10
Table 3.4 Distribusi Validitas Berdasarkan Pertanyaan Variabel Peran Tenaga Kesehatan
No Pertanyaan Nilai r hitung Validitas
1. Apakah bidan memberikan dukungan dan konseling kesiapan kehamilan saat ibu ke posyandu maupun di puskesmas
.374 Valid
2. Apakah bidan memberikan informasi tentang pemenuhan gizi saat hamil
.509 Valid
3. Apakah pelayanan yang diberikan oleh NAKES sudah maksimal
-.234 Tidak valid
4. Apakah bidan menimbang berat badan ibu
.110 Tidak valid
5. Apakah petugas kesehatan memberikan rujukan disaat ibu mengalami msalah kesehatan
.110 Tidak valid
6. Apakah petugas kesehatan mengontrol gizi kehamilan ibu
.423 Valid
7. Apakah bidan menimbang berat badan ibu saat hamil
.113 Tidak valid
8. Apakah bidanmemberikan penjelasan tentang pentingnya mengukur LILA ibu secara rutin
.370 Valid
9. Apakah bidan memberikan informasi dan memeriksakan standar 7 T pada ibu hamil
.596 Valid
10. Apakah petugas atau bidan memberikan daftar makanan yang yang bergizi saat hamil
.542 Valid
Terlihat dari 10 pertanyaan, ada 4 pertanyaan P3 (r=-
0,234), P4 (r=-0,110), P5 (r=0,110), P7 (r=0,113), yang nilainya
lebih rendah dari r tabel (r=0,297). Sehingga pertanyaan P3, P4,
36
P5, P7 tidak valid, sedangkan untuk pertanyaan P1, P2, P6, P8,
P9, P10 dinyatakan valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.606 10
Table 3.5 Distribusi Validitas Berdasarkan Pertanyaan Variabel Penyakit Infeksi
No Pertanyaan Nilai r hitung
Validitas
1. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita TBC
.578 Valid
2. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita kecacingan
.720 Valid
3. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita Malaria
-.090 Tidak valid
4. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita diare
.000 Tidak valid
5. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita Hipertensi
.784 Valid
6. Dalam 3 bulan terakhir ini, apakah ibu pernah menderita ISPA
.000 Tidak valid
Terlihat dari 6 pertanyaan, ada 3 pertanyaan P3 (r=-0, 090),
P4 (r=0, 000), P6 (r=0,000)yang nilainya lebih rendah dari r tabel
(r=0,297). Sehingga pertanyaan P3, P4, P6 tidak valid,
sedangkan untuk pertanyaan P1, P2, P5, dinyatakan valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.613 6
37
Table 3.6 Distribusi Validitas Berdasarkan Pertanyaan Variabel Pemeriksaan ANC
N
oPertanyaan Nilai r hitung
Validitas
1. Ibu Melakukan Kunjungan K1 .298 Valid
2. Ibu Melakukan Kunjungan K2 .406 Valid
3. Ibu Melakukan Kunjungan K3 .454 valid
4 Ibu Melakukan Kunjungan K4 .551 Valid
Terlihat dari 4 pertanyaan yaitu P1 (r=0,298), P2 (r=0,406),
P3 (r=0,454) dan P4 (r=0,551)yang nilainya lebih tinggi dari r tabel
(r=0,27). Sehingga pertanyaan P1, P2, P3, dan P4 dinyatakan
valid.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,623 4
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
UPTD Puskesmas Meureubo merupakan puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Muereubo. Berdiri pada tahun 1992 terletak di sebelah Barat Kota
Kota Kabupaten Muelaboh kurang lebih berjarak 3,5 km tepatnya berada di
Gampong Meureubo. Luas wilayah 112,87 km2 dengan persentase luas Kecamatan
terhadap Kabupaten adalah 3,85% jumlah wilayah kerjanya meliputi 28 Gampong
dengan dua kemukiman yaitu kemukiman Meureubo dengan kemukiman Ranto
Panjang dari 28 desa 20 desa kategori desa biasa dan 8 desa masuk dalam kategori
desa sangat terpencil , 2 gampong yaitu Peunaga Baro dan pasir putih merupakan
gampong Persiapan untuk defenitif dengan batasannnya :
Sebelah Utara : Kecamatan Pante Ceureumen
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kecamatan Johan pahlawan
Sebelah Timur : Kabupaten Nagan Raya
4.1.2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga
merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan
39
kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Puskesmas Meureubo di
harapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di wilayah kerja
sebanyak 28.711 jiwa terdiri atas 14760 laki-laki dan 13951 perempuan dengan
jumlah rumah tangga 6629 rumah tangga dan rata-rata jiwa perumah tangga.
Adapun berdasarkan tingkat sosial ekonomi penduduk di Puskesmas
Meureubo sebagian besar berada dikelompok menengah kebawah. Mata
pencaharian sebagian besar adalah petani dan nelayan dan penyerapan tenaga
kerja juga bertambah dengan dibuka areal pertambangan batubara di Kecamatan
Muereubo.
40
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden
1. Usia Kehamilan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan Usia Kehamilan
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia kehamilan Dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Usia Kehamilan (f) (%)1 2 Bulan 1 2.32 3 Bulan 3 6.83 4 Bulan 3 6.84 5 Bulan 3 6.85 6 Bulan 12 27.36 7 Bulan 4 9.17 8 Bulan 13 29.58 9 Bulan 5 11.4
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.1 dari 44 responden ibu hamil yang usia kehamilanya
2 bulan sebanyak 1 responden (2,3%), dan ibu hamil yang usia kehamilanya 8
bulan sebanyak 13 responden (29.5%)
41
4.2.2 Analisa Univariat
1. Pengetahuan Responden Terhadap Kejadian KEK
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengetahuan Dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Pengetahuan Ya Tidak1 Apakah porsi makanan sehari-hari
ibu 2 kali lebih banyak dari ibu yang tidak hamil
31(70,5%)
13(29,5%)
2. Apakah manfaat makanan bernutrisi bagi ibu hamil yaitu untuk Pertumbuhan janin
32(73,7%)
12(27,3%)
3 Apakah manfaat tablet zat besi Fe untuk mencegah anemia
26(59,1%)
18(40,9%)
4 Apakah ibu tahu pentingnya minum susu saat hamil
22(50%)
22(50%)
5 Apakah Ibu tahu pentingnya mengkonsumsi buah dan sayuran
25(56,8%)
19(43,2%)
6 Apakah ibu tahu apa itu KEK 8(18,2%)
36(81,8%)
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat mayoritas jawaban ya responden tertinggi
pada pertanyaan Apakah manfaat makanan bernutrisi bagi ibu hamil yaitu untuk
pertumbuhan janin sebanyak 73,7 % dan untuk jawaban ya responden yang
terendah pada pertanyaan Apakah ibu tahu apa itu KEK sebanyak 18,2 %
responden yang tidak mengetahui pengertian KEK. Berdasarkan hasil penelitian
dari jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang KEK sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran untuk
mencegahterjadinya permasalahan KEK pada ibu hamil.
42
2. Peran tenaga kesehatan Responden Terhadap Kejadian KEK
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan peran tenaga kesehatan Dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Peran tenaga kesehatan Ya Tidak
1 Apakah bidan memberikan dukungan dan konseling kesiapan kehamilan saat ibu ke posyandu maupun di puskesmas
35 (79,5%)
9(20,5%)
2. Apakah bidan memberikan informasi tentang pemenuhan gizi saat hamil
28(63,6%)
16(36,4%)
3 Apakah petugas kesehatan mengontrol gizi kehamilan ibu
19(43,2%)
25(56,8%)
4 Apakah bidanmemberikan penjelasan tentang pentingnya mengukur LILA ibu secara rutin
23(52,3%)
21(47,7%)
5 Apakah bidan memberikan informasi dan memeriksakan standar 7 T pada ibu hamil
18 (40,9%)
26(59,1%)
6 Apakah petugas bidan memberikan daftar makanan yang bergizi saat hamil
15(34,1%)
29(65,9%)
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat mayoritas jawaban ya responden tertinggi
pada pertanyaanApakah bidan memberikan dukungan dan konseling kesiapan
kehamilan saat ibu ke posyandu maupun di puskesmas sebanyak 79,5 % dan
untuk jawaban ya responden yang terendah pada pertanyaanApakah petugas
bidan memberikan daftar makanan yang bergizi saat hamil sebanyak 34,1%
responden yang tidak mendapatkan pelayanan tenaga kesehatan. Berdasarkan
hasil penelitian dari jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa masih
43
minimnya peran tenaga kesehatan dalam upaya memberikan edukasi pada ibu
hamil tentang daftar makanan yang harus diperhatikan oleh ibu hamil.
3. Penyakit infeksi Responden Terhadap Kejadian KEK
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan penyakit infeksi Dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Penyakit infeksi Ya Tidak1 Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu
menderita TBC3
(6,8%)41
(93,2%)2. Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu
menderita Kecacingan3
(6,8%)41
(93,2%)3. Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu
menderita Campak3
(6,8%)41
(93,2%)
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat mayoritas jawaban tidak responden
tertinggi pada ketiga pertanyaan yaitu Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu
menderita TBC, Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu menderita Kecacingan,
Dalam 3 bulan terakhir apakah ibu menderita campak sebanyak 93,2 %.
Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa
hanya sebagian kecil ibu hamil yang menderita penyakit infeksi.
4. Pemeriksaan ANC Responden Terhadap Kejadian KEK
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pemeriksaan ANC Dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
No Pemeriksaan ANC Ya Tidak1 Apakah Ibu melakukanKunjungan K1 31
(70,5%)13
(29,5%)2. Apakah Ibu melakukan Kunjungan K2 20
(45,5%)24
(54,5%)
44
3 Apakah Ibu melakukan Kunjungan K3 8 (18,2%)
36(81,8%)
4 Apakah Ibu melakukan Kunjungan K4 4 (9,1%)
40(90,9%)
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat mayoritas jawaban ya responden tertinggi
pada Apakah Ibu melakukan Kunjungan K1 sebanyak 70,5 % dan untuk
jawaban ya responden yang terendah pada Apakah Ibu melakukan Kunjungan
K4 sebanyak 9,1 % responden yang tidak melakukan kunjungan ANC.
Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban kuesioner tersebut didapatkan bahwa
masih kurangnya kesadaran ibu dalam melakukan pemeriksaan ANC di
puskesmas, praktek, maupun posyandu.
4. KEK Pada Ibu Hamil
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent (KEK
pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No KEK pada ibu hamil (f) (%)1 KEK 28 63.62 Tidak KEK 16 36.4
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6 Dari 44 responden ibu hamil yang KEK sebanyak 28
responden (63,6%), dan ibu hamil yang Tidak KEK sebanyak 16 responden
(36,4%).
45
5. Paritas
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent
(paritas pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan paritas Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Paritas (f) (%)1 Baik 29 65,92 Kurang baik 15 34,1
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.7 Dari 44 responden ibu hamil dengan paritas Baik
sebanyak 29 responden (65,9 %), dan ibu hamil dengan paritas kurang baik
sebanyak 15 responden (34,1%).
6. Jarak kelahiran
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent
(paritas pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan jarak kelahiran Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Jarak kelahiran (f) (%)1 Baik 15 34,12 Kurang baik 29 65,9
Total 44 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
46
Berdasarkan tabel 4.8 Dari 44 responden ibu hamil dengan jarak kelahiran
baik sebanyak 15 responden (34,1 %), dan ibu hamil dengan jarak kelahiran
kurang baik sebanyak 29 responden (65,9 %).
7. Pengetahuan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent
(pengetahuan pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan pengetahuan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Pengetahuan (f) (%)1 Baik 21 47,72 Kurang baik 23 52,3
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.9 Dari 44 responden ibu hamil yang berpengetahuan
baik sebanyak 21 responden (47,7 %). dan ibu hamil yang berpengetahuan
baiksebanyak 23 responden (52,3 %),
8. Peran tenaga kesehatan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent (peran
tenaga kesehatan pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan peran tenaga kesehatan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Peran tenaga kesehatan (f) (%)1 Baik 18 40,92 Kurang Baik 26 59,1
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
47
Berdasarkan tabel 4.10 Dari 44 responden ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan baik dari tenaga kesehatan sebanyak 18 responden (40,9%). dan ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan kurang baik dari tenaga kesehatan sebanyak
26 responden (59,1%).
9. Penyakit Infeksi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
dependent(penyakit infeksi pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut
dibawah ini:
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan penyakit infeksi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Penyakit infeksi (f) (%)
1 Ada 3 6,8
2 Tidak ada 41 93.2
Total 44 100.0Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.11 Dari 44 responden ibu hamil yang menderita
penyakit infeksi sebanyak 3 responden (6,8%). dan ibu hamil yang tidak
menderita penyakit infeksi sebanyak 41 responden (93,2%),
10. Pemeriksaan ANC
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dependent
(pemeriksaan ANC pada ibu hamil) dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan Pemeriksaan ANC Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
No Pemeriksaan ANC (f) (%)1 Baik 6 13.6
48
2 Kurang baik 38 86.4Total 44 100.0
Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.12 Dari 44 responden ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan ANC sebanyak 6 responden (13,6 %). dan ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 38 responden (86,4 %).
4.2.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independent dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai P value< 0,05.
1. Hubungan paritas dengan kejadian KEK
Tabel 4.13 Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Pukesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat
Paritas KEK Total KEK Tidak KEK p(value) OR f % f % f %
Baik 17 58,6 12 41,4 29 100 0,528Kurang Baik 11 73,3 4 26,7 15 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa ibu hamil dengan paritas baik
lebih banyak yang menderita KEK yaitu 17 responden (58,6 %) dibandingkan ibu
hamil dengan paritas kurang baik.
Sedangkan ibu hamil dengan paritas kurang baik lebih sedikit yang
menderita tidak KEK yaitu sebanyak 12 responden (41,4 % ) dibandingkan ibu
hamil dengan paritas baik.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,528 dan ini lebih
besar dari α = 0,05 (Pvalue= 0,528 > α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat tidak ada
49
hubungan yang signifikan antara faktor paritas dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten aceh barat.
2. Hubungan jarak kelahiran Dengan Kejadian KEK
Tabel 4.14 Hubungan faktor Jarak Kelahiran dengan KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah kerja pukesmas meurebo kabupaten aceh barat
Jarak Kelahiran KEK Total KEK Tidak KEK p (value) OR f % f % f %
Baik 5 53,3 10 66,7 15 100 0,007 7Kurang Baik 23 79,3 6 20,7 29 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa ibu hamil dengan jarak kelahiran
Baik lebih banyak yang menderita tidak KEK yaitu 10 responden (66,7 %)
dibandingkan ibu dengan jarak kelahiran kurang baik
Sedangkan ibu hamil dengan jarak kelahiran kurang baik lebih banyak
yang menderita KEK yaitu 23 responden (79,3 %) dibandingkan ibu
dengan jarak kelahiran baik
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,007< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor jarak kelahiran dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
Berdasarkan hasil OR 7 dapat disimpulkan bahwa responden yang jarak
kelahiran ≤ 2 tahun akan berpeluang sebanyak 7 kali untuk menderita KEK di
bandingkan responden yang jarak kelahiran > 2 tahun
50
3. Hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK
Tabel 4.15 Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Pukesmas MeureuboKabupaten Aceh Barat
Pengetahuan KEK Total KEK Tidak KEK p (value) ORf % f % f %
Baik 7 33,3 14 66,7 21 100 0,000 21Kurang Baik 21 91,3 2 8,7 23 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa ibu hamil dengan pengetahuan
baik lebih banyak yang menderita tidak KEK yaitu sebanyak 14
responden (66,7 %) dibandingkan ibu dengan pengetahuan kurang baik.
Sedangkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang baik lebih banyak yang
tmenderita KEK yaitu sebanyak 21 responden (91,3 %) dibandingkan ibu dengan
pengetahuan baik.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
Berdasarkan hasil OR 21 dapat disimpulkan bahwa responden yang
berpengetahuan kurang baik akan berpeluang sebanyak 21 kali untuk menderita
KEK di bandingkan responden yang berpengetahuan baik.
51
4. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Kejadian KEK
Tabel 4.16 Hubungan Faktor Peran Tenaga Kesehatan dengan KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah kerja pukesmas meureubo kabupaten aceh barat
Peran NAKES KEK Total KEK Tidak KEK p(value) ORf % f % f %
Baik 6 33,3 12 66,7 18 100 0,002 11Kurang Baik 22 84,6 4 15,4 26 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa ibu hamil yang mendapatkan
peran tenaga kesehatan baik lebih banyak yang menderita tidak
KEK yaitu sebanyak 12 responden (66,7 %) dibandingkan ibu hamil
yang mendapatkan peran tenaga kesehatan kurang baik.
Sedangkan ibu hamil yang mendapatkan peran tenaga
kesehatan kurang baik lebih banyak yang menderita KEK yaitu 22
responden (84,6 %) di bandingkan ibu hamil yang mendapatkan peran
tenaga kesehatan baik.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,002< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor peran NAKES dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
52
Berdasarkan hasil OR 11 dapat disimpulkan bahwa responden yang peran
NAKES kurang baik akan berpeluang sebanyak 11 kali untuk menderita KEK di
bandingkan responden yang peran NAKES dengan baik
5. Hubungan Penyakit Infeksi Dengan Kejadian KEK
Tabel 4.17 Hubungan Faktor Penyakit Infeksi Dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Pukesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Penyakit Infeksi KEK Total KEK Tidak KEK p(value) OR f % f % f %
Ada 3 100 0 0 3 100 0,290 - Tidak Ada 25 61,0 16 39 41 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami
penyakit infeksi yang menderita KEK yaitu hanya 3 responden (100 %)
dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami penyakit infeksi.
Sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami penyakit infeksi lebih
banyak yang menderita KEK sebanyak 25 responden (61,0 % )
dibandingkan ibu hamil yang mengalami penyakit infeksi.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,290 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,290 > α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat tidak ada
hubungan yang signifikan antara faktor penyakit infeksi dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten aceh barat.
53
6. Hubungan PemeriksaanANC Dengan Kejadian KEK
Tabel 4.18 Hubungan Faktor Pemeriksaan ANC Dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil Di WilayahKerja Pukesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Pemeriksaan ANC KEK Total KEK Tidak KEK p(value) OR f % f % f %
Ada 0 0 6 100 6 100 0,001 1,9Tidak ada 28 73,7 10 26,3 38 100Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa ibu hamil yang ada melakukan
pemeriksaan ANC lebih banyak yang menderita tidak KEK sebanyak
0 responden (0%) dibandingkan ibu hamil yamg tidak ada
melakukan pemeriksaan ANC
Sedangkan ibu hamil yang tidak ada melakukan pemeriksaan ANC lebih
banyak yang tidak menderita KEK yaitu sebanyak 28 responden
(73,7%) dibandingkan ibu hamil yang ada melakukan pemerksaan
ANC.
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,001 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,001< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
54
yang signifikan antara faktor pemeriksaan ANC dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten Aceh barat.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
Meureubo Kabupaten Aceh Barat.Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah variabel dependen yaitu variabel paritas, jarak kelahiran, pengetahuan,
peran tenaga kesehatan, penyakit infeksi, dan pemeriksaan ANC. dengan variabel
Independen yaitu dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
4.3.1 Hubungan Faktor Paritas dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,528 dan ini lebih
besar dari α = 0,05 (Pvalue= 0,528 > α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat tidak ada
hubungan yang signifikan antara faktor paritas dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten aceh barat.
Hasil penelitian ini adalah ha ditolak maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan paritas dengan kejadian KEK. Hal ini sejalan dengan penelitian Ria
novitasari (2016) penelitiannyayaitu Hubungan paritas dengan kejadian resiko
55
KEK pada ibu hamildi desa Sukowono kecamatan sukowono kabupaten jember
yang menyatakan bahwa paritas tidak ada hubungan yang signifikan dengan
kejadian KEK dengan nilai signifikan (p) = 0,384 > (0,05).
Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil rata-rata melakukan perencanaan
kehamilan dikarenakan ibu yang tidak melakukan merencanakan akan membawa
dampak bagi janin yang dikandung setelah nya jika ibu tidak memperhatikan gizi
saat hamil. Oleh karna itu, ibu hamil benar-benar memperhatikan jumlah paritas
saat merencanakan kehamilan. Namun, fakta yang ditemukan dilapangan ibu
hamil dengan paritas ≤ 3 kali juga mengalami kasus kekurangan energi kronik.
Penelitian ini dilakukan memberikan saran kepada berbagai pihak,
terutama bagi bidan dapat mengaplikasikan perannya sebagai pendidik dalam
memberikan pendidikan pentingnya pertimbangan dalam menentukan jumlah
paritas bagi ibu hamil.
4.3.2 Hubungan Faktor Jarak kelahiran dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,007 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor jarak kelahiran dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena
jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Jarak kehamilan
yang pendek cenderung akan menguras nutrisi ibu dari kehamilan dan hilangnya
darah setelah melahirkan, juga selama laktasi yang dapat mengurangi nutrisi ibu
56
melalui pemberian Asi. Sehingga ibu hamil ini cenderung menderita status gizi
kurang sampai buruk yang dapat berkorelasi dengan berat lahir bayi, dan sering
melahirkan bayi berat badan lahir rendah (Aminuddin dkk, 2007)
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
rata-rata responden jarak kelahiran yang terlalu dekat yaitu ≤ 2 tahun akan
beresiko. Sedangkan responden yang Jarak kelahirannya > 2 tahun maka lebih
mempunyai kesiapan fisik akan nutrisi tubuhnya sehingga terhindar dari kejadian
KEK.
Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil dengan jarak kelahiran yang terlalu
dekat akan meberikan dampak psikologis yaitu kesiapan ibu dalam mengurus
anak selanjutnya jika jarak anak pertama dengan anak kedua jarak kelahirannya
sangat dekat. Hal ini memberikan dampak yang kurang baik bagi fisik ibu dalam
memulihkan stamina dari kelahiran anak pertama dan dan megurus anak di
kelahiran kedua. Rata-rata ibu hamil kelelahan dan mengakibatkan tidak
terkendalinya asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
Jarak melahirkan yang terlalu dekat < 2 tahun akan menyebabkan kualitas
janin atau anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Jarak
melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk merperbaiki tubuhnya sendiri dimana ibu memerlukan energi
yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya (Baliwati,
2004)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri handayani (2011) dengan
penelitian analisis faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil yang
57
menyatakan bahwa ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di wilyah kerja wedi klaten dengan uji chi square nilai (p) = 0,047< (0,05).
4.3.3 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,000 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,000< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
Menurut Wahyuni (2008) pengetahuan gizi merupakan pengetahuan
tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Ibu hamil dengan
pengetahuan gizi baik diharapkan dapat memilih asupan makanan yang bernilai
gizi baik dan berimbang bagi dirinya sendiri, janin dan keluarga. Pengetahuan gizi
yang baik dapat membantu seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah
serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalahyang dihadapi. Pengetahuan merupakan proses kognitif dari
seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga
masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang
diterima walaupun stimuli itu sama. Apabila perilaku melalui proses yang didasari
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bertahan lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasarri pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012).
58
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang berpengetahuan kurang baik akan beresiko terkena KEK karena
tidak mengetahui akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk
proses kehamilan yaitu nutrisi ibu maupun janin yang dikandungnya. Sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan baik tidak mengalami KEK karena
responden tersebut mengetahui makanan yang bergizi.
Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil dengan pemahaman yang kurang
maka tidak mendapatkan informasi tentang bagaimana menghadapi kehamilan
serta mampu mempraktekkan hal-hal yang penting untuk dilakukan selama ibu
hamil, seperti meminum susu sebagai penambah asupan gizi bagi janin,
mengkonsumsi buah dan sayur, masih tabu akan pengetahuan mengkonsusmi
table zat besi, berdasarkan jawaban kuisoiner penelitian peneliti menemukan
bahwa sebagian besar ibu hamil tidak mengetahui apa itu KEK yaitu 81,8%
mereka masih menganggap Kejadian KEK ini masih asing.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Andriana palimbo
(2014) dengan penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap
kejadian KEK di wilayah puskesmas pulau telo kuala kapuas yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan
kejadian KEK berdasarkan uji chi square (p=0,002<0,05)
4.3.4 Hubungan Faktor Peran tenaga kesehatan dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor peran NAKES dengan kejadian KEK di puskesmas
meureubo kabupaten aceh barat.
59
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang mendapatkan pelayanan dari petugas kesehatan maupun bidan
cenderung tidak menderita KEK. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan
pelayanan dari petugas kesehatan lebih berisiko terhadap kejadian KEK.
Peneliti berasumsi bahwa peran tenaga kesehatan masih kurang dalam
melayani permasalahan ibu hamil yang perlu diarahkan dalam mempraktekkan
makanan bergizi apa saja yang harus di konsumsi oleh ibu hamil dan harus di
kontrol lebih rutin ini terlihat dari jawaban kuisioner responden 65,9 % yang
tidak mendapatkan daftar makanan bergizi oleh bidan. pemberian daftar makanan
bergizi saat hamil digunakan ibu hamil agar lebih mudah memahami makanan
apa-apa saja yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil serta makanan tambahan apa
saja yang dikonsumsi sebagai penambah asupan gizi untuk meminimalisir
masalah gizi yang dialami oleh ibu hamil. karna penyerapan zat besi dipengaruhi
oleh banyak faktor yaitu makanan yang mengandung protein hewani dan vitamin
C meningkatkan penyerapan, serta tambahan zat besi diperoleh dari makanan.
Dan ini juga dilatarbelakangi oleh kinerja bidan yang lebih
giatmenjelaskan bahwa penting nya timbang berat badan perbulan nya sebagai
upaya mengontrol apakah terjadi penurunan berat badan, pemberian tablet Fe dan
harus diminum sebagai pencegah anemia, mengukur LILA agar jika terdeteksi
KEK maka dapat di tangani, Program bidan di desa/bidan PTT untuk daerah-
daerah pedalaman adalah kunci utama untuk menurunkan angka kelahiran bayi
BBLR dan kejadian KEK pada ibu hamil, dengan didukung oleh dana dari
pemerintah lewat paket pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
60
Wahyuni (2011) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan ibu hamil diantaranya adalah perilaku, petugas
kesehatan khususnya bidan dimana mampu memberikan penyuluhan gizi,
khususnya manfaat tablet zat besi dan kesehatan ibu hamil yang akan berdampak
pada kejadian KEK.
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Sri Hadi Sulistiyanigsih
(2016) dengan penelitiannya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bidan
desa dalam deteksi KEK ibu hamil di kabupaten Pati yang menyatakan bahwa ada
hubungan motivasi kinerja bidan terhadap KEK Pada ibu hamil di mana hasil
chisquare ((p)=0,007<0,05).
Dan juga didukung oleh penelitian Fitrayeni bahwa ada 43,5% Peran bidan
kurang baik saat melakukan kunjungan yang menyebabkan rendahnya
kelengkapan kunjungan ANC ibu hamil.
4.3.5 Hubungan Faktor Penyakit infeksi dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,290 dan ini lebih
besar dari α = 0,05 (Pvalue= 0,290> α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat tidak ada
hubungan yang signifikan antara faktor penyakit infeksi dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten aceh barat.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
sebagian responden ibu hamil tidak menderita penyakit infeksi. Ibu hamil yang
terkena penyakit infeksi mempunyai resiko relatif sama untuk terkena KEK
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terkena penyakit infeksi. Riwayat
penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai
akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan oleh adanya
61
Hasil penelitian ini adalah ha ditolak maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan penyakit infeksi dengan kejadian KEK. Hal ini dikarenakan ibu
hamil selalu memeriksakan keadaan kesehatan mengenai penyakit yang akan
memperburuk kondisi kehamilannya.
Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil sudah sangat baik dalam mengontrol
kesehatan kemungkinandapat mencegah dan memberikan tindakan segerauntuk
menaggulangi penyakit yang telah ada sebelum ibu megalami fase kehamilan.
Ibu sudah sangat paham bahwa penyakit sangat lah berdampak terhadap
kehamilan dan beresiko terhadap janin yang di kandungan maupun berdampak
bagi ibu pasca melahirkan. ibu hamil diberikan penanganan yang intensif
mengenai berbagai macam penyakit yang dapat memperburuk kondisi ibu yang
dapat menyebabkan kejadian yang fatal bagi bayi seperti ibu hamil yang
mendapatkan suntikan TORCH untuk mematikan parasit dari kecacingan.
Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung ibu menderita KEK. oleh
karna itu, ibu yang hamil sangatlah perlu memperhatikan kehamilan teutama
mencegah penyakit melalui kontrol kesehatan. Penyakit infeksi selama kehamilan
sering ditemui akibat makanan jajanan yang tidak hygiene yang dikonsumsi ibu,
sehingga memungkinkan adanya faktor parasit yang akan tertular melalui
makanan, selain itu faktor ibu hamil yang memang sudah terjangkit penyakit
seperti TBC atu hipertensi sebelum kehamilan dapat memperburuk kondisi ibu
dan janin.
Hal ini sejalan dengan penelitian Siti muliawati (2013) dengan penelitian
yaitu faktor penyebab ibu hamil KEKdi Puskesmas Sambi Kabupaten Sambi
kabupaten Boyolali yang menyatakan bahwa faktor penyebab kekurangan energi
62
kronis mayoritas tidak memiliki penyakit infeksi dengan jumlah persentase 86,7
% yaitu 26 ibu hamil.
4.3.6 Hubungan Faktor Pemeriksaan ANC dengan Kejadian KEK
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,001 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor Pemeriksaan ANC dengan kejadian KEK di
puskesmas meureubo kabupaten aceh barat.
Pada pelayanan ANC ibu diharapkan memeriksakan kehamilan minimal 4
kali yaitu trisemester I , 1 kali.pada trisemester II dan 2 kali pada trisemester ke
III.(Depkes 2009). dan kunjungan yang seharusnya adalah berjumlah 14 kali
kunjungan dengan penjadwalan dari hamil 8minggu sampai 28 minggu setiap 4
minggu antara minggu ke 28 hingga 36 setiap 2 minggu dan antara 36 minggu
sampai 40 minggu setiap 1 minggu (Varney,2007)
Menurut World Health Organization (WHO) Antenatal care untuk
mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga
dapat menurunkan angka kematian ibu danmemantau keadaan janin. Idealnya bila
tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut
cepat diketahui, dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik
terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal care.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang melakukan kunjungan ANC secara lengkap akan lebih sedini
mungkin mendeteksi gejala-gejala yang dapat mengganggu kehamilan diantaranya
timbang berat badan,pemberian tablet Fe, mengukur LILA, dan cakupan standar
63
7 T yang harus didapatkan oleh ibu hamil. Sedangkan responden yang tidak
melakukan kunjungan ANC secara lengkap akan berpotensi untuk menderita KEK
dan juga dapat memnyebabkan resiko pada janin nya.
Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil sangat minim dan hanya sesekali
melakukan kunjugan ANC jika kehamilan nya sudah mengalami kelainan dan
dianggap darurat, bahkan hanya 2 kali saja melakukan kunjungan saat akan
menghadapi proses melahirkan, ibu hamil rata-rata masih menganggap kunjungan
masih belum penting, dan juga didukung oleh faktor kesibukan ibu hamil yang
tidak rutin melakukan kunjungan per tri semester kehamilannya.Dan ini terbukti
dari jawaban kuisioner responden 90,9% yang tidak melakukan kunjungan K4.
Antenatal care adalah upaya untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi
terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan memantau keadaan janin dimana kecil resiko ibu mengalami KEK.debby
triwidyastuti (2011)
Hasil penelitian ini didukung oleh Resky maharani (2013) dengan
penelitian nya yaitu gambaran antenatal care dan status gizi ibu hamil di pesisir
tallo kecamatan tallo kabupaten makassar yang menyatakan ibu yang melakukan
kunjungan ANC kurang dari standar minimal sebanyak 27 (34,1 %) ibu yang
berdampak terhadap status gizi KEK
64
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor jarak kelahiran dengan
kejadian kekurangan energi kronik.
2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kejadian
kekurangan energi kronik.
3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor peran tenaga kesehatan dengan
kejadian kekurangan energi kronik.
4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor kunjungan ANC dengan
kejadian kekurangan energi kronik.
5. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor paritas dengan kejadian
kekurangan energi kronik.
65
6. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor penyakit infeksi dengan
kejadian kekurangan energi kronik.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada Puskesmas meureubo khususnya bagian KIA (kesehatan
ibu dan anak) agarmemberikan sosialisasi kepada ibu hamil tentang
pentingnya mengetahui makanan yang bergizi bagi ibu dan janin melalui
pemanfaatan buku KIA yang mencantumkan daftar makanan bergizi bagi ibu
hamil, merencanakan kehamilan, meningkatkan peran tenaga kesehatan lebih
efektif mengontrol ulang kunjungan ibu hamil ke bidan atau posyandu
sehingga ibu hamil dapat mengetahui kunjungan ANC yang sangat penting
untuk persiapan ibu hamilsebagai upaya penanggulangan ibu hamil KEK.
2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Aceh Barat khususnya agar dapat lebih
mensosialisasikan masalah kesehatan kepada masyarakat terkait dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan dan pencegahan terhadap kasus ibu hamil
dengan kekurangan energi kronik dan meningkatkan sosialisisai KEK pada
calon ibu hamil.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang
sama dengan variabel yang lebih luas lagi dan dengan pengolahan data yang
berbeda sehingga menambah wawasan para mahasiswa lainnya tentang
kejadian KEK
66
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Dkk. Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil. Jurnal Medika UNHAS, 2007.
Ambarwati, 2012.Gizi&KesehatanReproduksi. Yogyakarta: CakrawalaIlmu. dalam skripsi juspen simarmata (2014)
Andriana Palimbo, 2014. Jurnal Hubungan Pengetahuan Dan Sikapibu Hamil Terhadap Kejadian Kekurangan Energi Kronik. Vol. 14
Arisman,2004.GiziDalamDaurKehidupan.Jakarta:EGC
Arali, 2008. Cakupan ANC yang salah dan tak terkendali. Polewali mandar Sulbar
Dainur, 1995.KegiatanKIAdiPuskesmas.Jakarta:EGC
Debby, triwidyastuti, 2011.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil.dalam jurnalLili anggraini lubis, 2015
Depkes RI, 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang(PUGS). Jakarta: departemen kesehatan
Dinkes Aceh Barat, 2015.Laporan kejadian KEK Dinkes Aceh Barat,Aceh. Aceh Barat
67
Dinkes Provinsi Aceh, 2012. Profil kesehatan Aceh,Aceh, Banda Aceh
Francin, 2005.Gizi Tentang Kesehatan Reproduksi. Jakarta: FKUI
Fitrayeni. 2015. Penyebab Rendahnya Kelengkapan ANC. Volume.10. no. 1
Handayani, sri. 2011. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Wedi Klaten . Volume.1. no.1
Halym Surasih, 2006 faktor-faktor berhubungan dengan keadaan KEK pada ibu hamil.UNNES.skripsi
Hastono, sutanto priyo. 2007. Analisis data kesehatan. Fakultas kesehatan masyarakat. UI
Kurniati, asria.2012.Skripsi pola makan ibu hamil. Jakarta: UIN syarif hidayatullah
Maharani, resky. Gambaran antenatal care dan status gizi ibu hamil di pesisir tallo kecamatan tallo. Volume. 2 no. 3
Manuaba. 2000.Ilmu Kebidanan Dan Keluarga Berencana . Jakarta: EGC
Muliarini,2010.PolaMakan&GayaHidup Sehat SelamaKehamilan.Yogyakarta: Nuha medika
MulyonoJoyomartono, 2004. PengantarAntropologiKesehatan.Semarang: UNNESPre
Murniati. 2007. faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil di kabupaten aceh tenggara , tesis pasca sarjana
Muliawati, sri. 2013. Faktor penyebab ibu hamil KEK di puskesmas sambi kecamtan sambi kabupaten boyolali. Volume. 3. No.3
Novitasari, ria, 2016. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Resiko KEK pada ibu hamil. Universitas jember. skripsi
Notoadmodjo.2010. Metodelogi Penelitan Kesehatan. Jakarta:Rineka cipta
------------------.2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.RinekaCipta
Puskesmas Meureubo, 2015. Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Meureubo kejadian KEK pada ibu hamil
68
Pudjiadi, 2001. IlmuGiziKlinikpadaAnak.edisi keempat. Jakarta: fakultas kedokteran UI
Riskesdas. 2012. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
Sarwono, 2005.PengkajianStatusGizi.Jakarta:UI
Sjahmie,Moehji.2003.IlmuGizi2.Jakarta:PapasSinarSinanti
Soetjiningsih, 2009. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC
Sukarni, 2013.Kehamilan, Persalinan, danNifas. Yogyakarta:NuhaMedika
Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi.Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sulistiyaningsih, sri hadi. 2016. Faktor yang mempengaruhi kinerja bidan dalam deteksi KEK pada ibu hamil.
Siswanto,Aguswilopo. 2004. Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan KB dalamUpayaMenurunkan KematianMaternal.Jakarta:BKKBN
SDKI, 2012. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta
Walker, 2012. PolaMakan SehatSaat Hamil.Jakarta: BhuanaIlmu Populerdalam skripsi juspen simarmata (2014)
Wahyuni, S. 2008. Hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil.Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. KTI
WHO, 2015. Laporan Kasus AKB (Angka kematian bayi) Dan AKI(angka kematian ibu) di Indonesia
Yayuk Farida Baliwati,2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: PenebarSwadayadalam skripsi halym surasih (2005)
Zulhaida, lubis.2003. Status izi ibu hamil serta pengaruh terhadap bayi yang dilahirkan
Varney, H.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC