Hukum & kearifan lokal

Post on 19-Jul-2015

911 views 3 download

Transcript of Hukum & kearifan lokal

HUKUM & KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM)

Dr. Jonaedi Efendi

Silabus

Prolog

Rumusan Peristilahan kearifan Lokal

Latar Belakang Munculnya Kearifan Lokal

Teori tentang Kearifan Lokal

Hukum & Modernitas

Prinsip-Prinsip kearifanLokal

Tugas

Presentasi

Rujukan

Prolog

Coba Anda tebak.......

•-----

•-----

Tata Nilai?

•------

•------

Per-UU-an?

•-----

•-----

Kesepakatan?

Hukum???

InteraksiSosial

• Antar Individu

• Komunitas

MunculNilai-Nilai

• SebagaiPedoman

Norma

• Religi

• Magis

• dll

Norma dalam MasyarakatNorma

Keagamaan

Norma

Kesusilaan

Norma

Kesopanan

Norma

Hukum

Tujuan Umat manusia,

Penyempurnaan manusia,

Jangan sampai manusia jahat,

Pembuatannya kongkrit,

Ketertiban masyarakat

Jangan sampai ada korban

Isi Ditujukan kepada sikap batin Ditujukan kepada sikap lahir

Asal usul Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa

Sanksi Tuhan Diri sendiri Masyarakat secara

tidak resmi

Masyarakat secara

resmi

Daya kerja Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban &

memberi hak

Lapisan Ilmu Hukum

Filsafat Hukum

Teori Hukum

Dogmatik Hukum

TIGA LAPISAN HUKUM

FILSAFAT HUKUM

TEORI HUKUM

DOGMATIK HUKUM

HUKUM POSITIF

TEORI TEORI TEORI

META-META TEORI

META-TEORI

META-TEORI

Sumber : J.J.H. Bruggink

Istilah

Kearifan Lokal

Masyarakat Adat

Hukum adat

Peristilahan Kearifan Lokal

Tema Humaniora Untuk memulihkanPeradaban dari krisis modernitas

Pandangan hidup, ilmu pengetahun danstrategi masyarakat lokal dalam menjawabpermasalahan serta kebutuhan hidupmereka

DALAM BAHASA ASING SERING JUGA

DIKONSEPSIKAN SEBAGAI KEBIJAKAN

SETEMPAT“LOCAL WISDOM” ATAU PENGETAHUAN

SETEMPAT “LOCAL KNOWLEDGE”ATAU KECERDASAN

SETEMPAT “LOCAL GENIOUS”

Prinsip-Prinsip Kearifan Lokal

Sains modern dianggap memanipulasialam dan kebudayaan dengan

mengobyektivkan semua segi kehidupanalamiah dan batiniah dengan akibat

hilangnya unsur “nilai” dan “moralitas” Sains modern menganggap unsur “nllia’ dan “moralitas” sebagai unsur yang tidak

relevan untuk memahami ilmupengetahuan

Bagi sains, hanya fakta-faktayang dapat diukur yang bolehdijadikan dasar penyusunanpengetahuan. Itulah prinsip

positivisme.

Lanjutan:

Kearifan lokal Merupakan argumen untukmengem balikan “nilai” dan “moralitas” sebagaipokok pengetahuan. Yang khas dari pandangan

kearifan lokal adalah nilai dan moralitas, Kearifan lokal berdasarkan kebenaran penge

tahuannya pada ajaran-ajaran tradisional yang sudah jadi dan hampir tidak mempersoalkan

lagi kandungan politik ajaran-ajaran tradisionalitu.

Kearifan lokal hendak menyatakan“pembentengan” terhadap “kearifan

kuno”, “mitos” “ajaran agama dantradisi” serta semua kondisi“asli”kebudayaan manusia.

Lanjutan:

Dalam bentuknya yang politis, tema kearifanlokal kita saksikan pada penolakan terhadapkebudayaan teknologis. Lingkungan hidup,

misalnya, merupakan kawasan proteksi kearifanlokal melalui pengembalian cara-cara pertanian

tradisional untuk menggantikan cara-carapertanian modern. Pertanian bukan sekadarbagaimana meningkatkan hasil tetapi juga

menjaga kualitas lingkungan hidup. Keberlanjutan adalah premis pokoknya bukan

semata-mata profit.

Konsep Hukum Vis a Vis Kearifan Lokal

Cerminan dari kearifan lingkungan masyarakatyang bercorak religio-magis secara konkrit

terkristalisasi dalam produk hukum masyarakatlokal, yang dalam ancangan antropologi hukum

disebut hukum kebiasaan (customary law), hukum rakyat (folk law), hukum penduduk asli

(indigenous law), hukum tidak tertulis(unwritten law), atau hukum tidak resmi

(unofficial law), atau dalam konteks Indonesia disebut hukum adat (adat law/adatrecht).

Jenis hukum rakyat ini merupakan sistem normayang mengejawantah-kan nilai-nilai, asas,

struktur, kelembagaan, mekanisme, dan religiyang tumbuh, berkembang, dan dianut

masyarakat lokal, dalam fungsinya sebagaiinstrumen untuk menjaga keteraturan interaksi

antar warga masyarakat (social order), keteraturan hubungan dengan sang pencipta

dan roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatansupranatural (spiritual order), dan menjaga

keteraturan perilaku masyarakat dengan alamlingkungannya (ecological order).

Hukum bukan merupakan suatu institusi yang bersifat otonom, tetapi menjadi bagian yang integral, tidak terpisahkan, dipengaruhi oleh

aspek-aspek kebudayaan lain seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan religi, sebagai satu

sistem budaya masyarakat

Komunitas masyarakat merupakan arena sosial(social field) yang memiliki kapasitas untuk

membentuk hukum sebagai mekanisme internal (inner-order mechanism) untuk menjagaketeraturan dan ketertiban sosial dalam

lingkungan komunitasnya (Moore, 1978).

Dalam persepktif antropologi, hukum yang diekspresikan dalam norma-norma yang

mengatur perilaku masyarakat dalam kehidupanbersama merupakan wujud ideal dari

kebudayaan masyarakat (Koentjaraningrat, 1979), yang mencerminkan kearifan komunitas-

komunitas masyarakat lokal.

Oleh karena itu, dalam suatu organisasi politik yang disebut Negara selain terdapat hukum Negara (state law) dalam bentuk peraturan perundang-undangan, juga berlaku hukum agama (religious law), hukumrakyat (indigenous law/customary law/adat law),

dan mekanisme-mekanisme pengaturan lokal (self regulation/inner-order mechanism) yang juga

berfungsi sebagai alat pengendalian sosial (social control), penjaga keteraturan sosial (social order),

atau instrumen ketertiban sosial (legal order).

Fakta kehidupan hukum sepertidimaksud di atas dalam ancangan

antropologi hukum disebut sebagairealitas kemajemukan hukum

(legal pluralism) dalam kehidupanmasyarakat.

Hukum masyarakat adat/lokal juga cenderungdidominasi dan disubordinasi oleh hukum Negara,

sehingga kapasitas hukum adat menjadi takberdaya, tergusur, terabaikan dalam percaturanimplementasi/ penegakan hukum di negeri ini

(Nurjaya, 2002), atau kapasitasnya menjadi semi-otonomi (semi-autonomous social field) ketika

dipertemukan, dihadapkan, atau dipertentangkandengan hukum Negara (Moore, 1989).

Realitas kemajemukan hukum tergusur olehideologi sentralisme hukum (legal centralism)

yang dianut oleh pemerintah dalam politikpembangunan hukum, yang diarahkan untuk

menciptakan unifikasi hukum, kodifikasi hukum, dan uniformitas hukum dengan cap hukumnasional sebagai satu-satunya hukum yang

berlaku bagi semua warga negara di seluruhteritori negara kesatuan Republik Indonesia.

SEKIAN