Post on 21-Oct-2021
369
E-Prodenta Journal of Dentistry. 2021. 5(1) 369-383
DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.eprodenta.2021.005.01.2
E-ISSN : 2597-4912
HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS 5 SD DI KOTA MALANG
Trining Widodorini1, Kristina Linggam Puspaningtyas2
1Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat-Pencegahan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang 65145 2Program Studi Profesi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang, 65145
Korespondensi: Kristina Linggam Puspaningtyas, Email: kristinalinggam@student.ub.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Karies gigi merupakan sebuah penyakit pada gigi akibat interaksi berbagai faktor, salah satunya adalah makanan dan minuman manis. Meningkatnya asupan makanan dan minuman manis, tidak hanya meningkatkan risiko terjadinya karies, tetapi juga dapat meningkatkan berat badan dan kemudian dapat meningkatkan status gizi seseorang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan karies gigi pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) di Kota Malang. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 dengan jumlah subjek sebanyak 50 siswa kelas 5 SD. Karies gigi diukur menggunakan indeks DMF-T pada gigi permanen dan def-t pada gigi sulung. Status gizi diukur menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Digunakan pula kuesioner mengenai frekuensi asupan makanan dan minuman manis. Hasil: Sebagian besar hasil IMT/U subjek adalah normal (60%), DMF-T sangat rendah (54%), def-t sangat rendah (51,42%), dan frekuensi asupan makanan dan minuman manis adalah sedang (52%). Hasil analisis data menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara IMT/U dengan DMF-T adalah p=0,999 r=0,000239 dan IMT/U dengan def-t adalah p=0,117 r=(-) 0,270. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan karies gigi sulung maupun gigi permanen.
Kata kunci: IMT, Karies Gigi, Indeks DMF-T, Gula
RELATIONSHIP BETWEEN BMI AND DENTAL CARIES AMONG STUDENT GRADE 5 IN MALANG
ABSTRACT
Background: Dental caries is a tooth disease caused by multifactorial interaction, one of them is sweet food and beverage. The increasing intake of sweet food and beverage is not only increasing the risk of caries incidence, but also body weight and nutritional status. Objectives: The purpose of this study is to determine the relationship between body mass index and dental caries among grade 5 students in Malang, Indonesia. Methods: The type of this study is analytic observational with cross-sectional design. The study was conducted at Purwantoro 2 Elementary School with the amount of subject was 50 students grade 5. Caries was measured with DMF-T index for permanent teeth and def-t index for deciduous teeth. Nutritional status was measured with body mass index for age (BMI-for-age). A questionnaire about sweet food and beverage intake frequency was also used. Results: Most of the subject’s BMI-for-age is normal (60%), DMF-T is very low (54%), def-t is very low (51,42%), and sweet food and beverage intake frequency is medium (52%). Results of data analysis using Rank Spearman Correlation to determine the relationship between BMI for age and DMF-T is p=0,999 r=0,000239; BMI for age and def-t is p=0,117 r=(-)0,270. Conclusions: There is no relationship between BMI-for-age and dental caries in both permanent and deciduous teeth. Keywords: BMI, Dental Caries, DMF Index, Sugars
370
PENDAHULUAN
Karies gigi adalah sebuah hasil,
yang meliputi tanda dan gejala, dari
larutnya permukaan gigi yang
disebabkan oleh metabolisme biofilm
(plak dental) yang meliputi area gigi
yang terkena dampak.1 Karies memiliki
etiologi multifaktorial, tetapi terdapat
empat faktor utama yang berperan
dalam proses terjadinya karies, antara
lain (1) agen, yaitu mikroorganisme, (2)
substrat, yaitu karbohidrat atau
makanan yang mengandung gula, (3)
host (tuan rumah), yaitu gigi, dan (4)
waktu.2 Berdasarkan data Riskesdas
2018, persentase penduduk Indonesia
yang memiliki masalah D (decay/ gigi
yang berlubang), M (missing/ gigi yang
dicabut karena karies atau yang berupa
sisa akar), F (filling/ gigi yang ditumpat)
adalah 88,8%, sedangkan persentase
penduduk Indonesia usia 5-9 tahun
dengan masalah DMF adalah 92,6%
dan penduduk usia 10-14 tahun dengan
masalah DMF adalah 73,4%.3
Pesatnya pertumbuhan dalam
bidang kuliner turut berperan dalam
perubahan pola konsumsi masyarakat
hingga menyebabkan peningkatan
indeks massa tubuh. Indeks massa
tubuh (IMT) adalah cara pengukuran
status gizi yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan seseorang ke salah
satu dari lima kelompok skor
antropometri, yaitu sangat kurus,
kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Di
Indonesia, prevalensi status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) pada anak usia
5-12 tahun adalah gemuk 10,8%, dan
obesitas 9,2%.3
Konsumsi karbohidrat yang
berlebihan, terutama olahan gula,
memiliki hubungan dengan terjadinya
karies dan menjadi overweight serta
obesitas.4 The Scientific Advisory
Committee on Nutrition melaporkan
adanya hubungan antara konsumsi
makanan mengandung gula dengan
karies gigi.5 Konsumsi minuman yang
mengandung gula memicu terjadinya
peningkatan berat badan serta
peningkatan IMT.4 Di sisi lain, menurut
Psoter dkk., indeks massa tubuh yang
rendah, misalnya malnutrisi, dapat
mengakibatkan karies melalui
penurunan jumlah saliva yang terjadi.6
Anak dengan status gizi stunting
memiliki indeks karies gigi sulung yang
lebih tinggi dibanding dengan siswa
dengan status gizi normal.7
Penelitian dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh dan karies gigi. Lokasi
yang dipilih adalah sekolah karena
lokasi ini merupakan tempat yang tepat
371
untuk melakukan promosi kesehatan,
terutama bagi anak-anak yang
membutuhkan layanan kesehatan.8
Subyek adalah siswa sekolah dasar
kelas 5 karena IMT berdasarkan umur
(IMT/U) secara signifikan berhubungan
dengan tingkat keparahan karies pada
gigi permanen.9 Siswa sekolah dasar
kelas 5 rata-rata berusia 10-11 tahun
dan telah memiliki gigi permanen yang
sedang atau telah erupsi.
Selain itu, apabila ditinjau
tahapan perkembangan kognitifnya,
siswa kelas 5 sekolah dasar yang
umumnya berusia 10-11 tahun berada
dalam tahap perkembangan kognitif
anak operasi konkret.10 Anak pada
tahap ini sudah mampu berpikir logis
secara sederhana dan mulai mampu
memelihara identitas diri sehingga
diharapkan anak diharapkan memberi
respons yang baik terhadap penelitian
dan kemudian mulai mampu
memahami kondisi kesehatan dirinya
melalui pemeriksaan gigi dan
penyuluhan yang dilakukan. Anak pada
tahap operasi konkret juga mampu
mengimajinasikan sesuatu meskipun
memerlukan bantuan objek konkret
sehingga diharapkan penelitian yang
dilakukan turut membangun
pemahaman anak mengenai menjaga
kesehatan gigi.
Dari sisi perkembangan moral,
siswa kelas 5 berada pada tahap
transisi serta tahap autonomous
morality sehingga anak memiliki
keinginan yang kuat untuk memahami
peraturan dan mulai meninggalkan sifat
eksentrik.10 Dengan demikian,
diharapkan tingkat kekooperatifan anak
dalam penelitian adalah baik dan tujuan
serta manfaat penelitian dapat tercapai
dalam diri anak. Pelaksanaan penelitian
dilakukan pada siswa kelas 5 SDN
Purwantoro 2 berdasarkan
pertimbangan dan surat rekomendasi
dari Dinas Kesehatan Kota Malang dan
Puskesmas Cisadea Kota Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik. Pengumpulan
data pada penelitian ini dilakukan pada
satu waktu sehingga termasuk dalam
penelitian dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini berlokasi di SDN
Purwantoro 2 pada bulan Februari
2019. Penelitian ini memiliki 2 variabel,
yaitu indeks massa tubuh menurut
umur (IMT/U) siswa kelas 5 SDN
Purwantoro 2 sebagai variabel bebas
372
dan karies gigi siswa kelas 5 SDN
Purwantoro 2 sebagai variabel terikat.
Penghitungan IMT/U pada
subjek penelitian menggunakan rumus
berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat dari tinggi badan dalam
meter (kg/m2). Hasil penghitungan ini
kemudian dibandingkan dengan
ambang batas (z-scores) sesuai
Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak tahun 2011 yang spesifik
terhadap jenis kelamin dan usia subjek.
Penghitungan usia dilakukan dengan
menghitung tahun dan bulan penuh
anak, sehingga apabila anak berusia 10
tahun 3 bulan 28 hari dihitung sebagai
10 tahun 3 bulan. IMT/U
mengategorikan subjek menjadi 5
kategori, yaitu sangat kurus, kurus,
normal, gemuk, dan obesitas.11
Subjek adalah siswa kelas 5 SD
dari sekolah yang direkomendasikan
Dinas Kesehatan Kota Malang dan
Puskesmas Cisadea, yaitu seluruh siswa
kelas 5 pada SDN Purwantoro 2 Kota
Malang. SDN ini mewakili area Kota
Malang yang berhubungan dengan
latar belakang penelitian, yaitu area
yang memiliki pertumbuhan layanan
kuliner yang cukup pesat. Penelitian ini
dilakukan di SDN Purwantoro 2 Kota
Malang pada tanggal 24-25 Februari
2020.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh dengan karies gigi pada
siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 Kota
Malang. Dari 60 siswa kelas 5 SDN
Purwantoro 2 Kota Malang, jumlah
akhir subjek adalah 50 siswa. Sejumlah
18 siswa lainnya tidak turut serta
menjadi subjek penelitian karena
sebanyak 12 siswa tidak mendapat
informed consent dari orang tua, 5
siswa tidak masuk sekolah saat hari
pemeriksaan, dan 1 orang siswa tidak
mengisi data penelitian secara valid
sehingga tidak diikutsertakan dalam
penghitungan. Jumlah subjek yang
berjenis kelamin perempuan adalah
sama dengan jumlah subjek yang
berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebanyak 25 siswa.
Data penelitian didapatkan dari
pengukuran berat badan, tinggi badan,
dan karies gigi pada subjek. Selain itu,
data penelitian tambahan didapatkan
dari kuesioner yang diisi oleh subjek
dan pemeriksaan erupsi gigi subjek.
Data penelitian ini digunakan untuk
menambah informasi dalam analisis
hal-hal yang berpengaruh dalam
373
hubungan antara IMT/U dengan karies
gigi pada subjek.
Kriteria inklusi sampel adalah
siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 dan
bersedia menjadi subjek penelitian.
Kriteria eksklusi adalah siswa yang
mengalami kelainan mental, siswa yang
memiliki keterbatasan anggota gerak
bawah, siswa yang sedang dalam
perawatan ortodonsia, dan siswa yang
sedang sakit sehingga tidak dapat
beraktivitas sebagaimana mestinya.
Siswa yang telah disetujui oleh
orang tua untuk menjadi subjek
penelitian diukur tinggi badan
menggunakan microtoise dan diukur
berat badan menggunakan timbangan
digital. Pengukuran berat badan dan
tinggi badan dilakukan oleh 6
mahasiswa preklinik kedokteran gigi
yang telah dikalibrasi dengan rincian 3
mahasiswa mengukur berat badan dan
tinggi badan subjek kelas 5A dan 3
mahasiswa lainnya pada subjek kelas
5B.
Setelah itu, subjek diperiksa
erupsi gigi dan karies gigi. Pemeriksaan
erupsi gigi dan karies gigi dilakukan
oleh 5 orang dokter gigi muda yang
telah dikalibrasi. Erupsi gigi subjek
diperiksa menggunakan dua buah kaca
mulut disposable persubjek untuk
mengetahui apakah gigi telah erupsi,
belum erupsi, sedang erupsi, atau telah
tanggal.
Pada proses pengolahan data,
hasil pemeriksaan erupsi gigi subjek
kemudian dibandingkan dengan tabel
kronologi erupsi gigi permanen
Welbury12 untuk mengetahui apakah
subjek mengalami erupsi gigi yang
normal, lebih cepat, atau lebih lambat.
Karies gigi subjek diukur menggunakan
indeks def-t karena subjek masih
memiliki gigi sulung dan indeks DMF-T
karena subjek memiliki gigi permanen.
Alat yang digunakan adalah dua buah
kaca mulut disposable persubjek
sebagaimana yang digunakan untuk
memeriksa erupsi gigi subjek.
Subjek kemudian diminta
mengisi kuesioner mengenai frekuensi
konsumsi makanan dan minuman
manis. Kuesioner yang digunakan
adalah Oral Health Questionnaire for
Children nomor 11 dari Oral Health
Surveys Basic Method Fifth Edition.13
Kuesioner dari World Health
Organization (WHO) ini berbahasa
Inggris dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh Balai Bahasa
dan Budaya, the Center for Language
and Culture, Faculty of Letters,
Universitas Negeri Malang. Penilaian
374
dari kuesioner tersebut
mengategorikan subjek menjadi 5
kelompok frekuensi asupan makanan
dan minuman manis, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi, didasarkan pada total
skor jawaban kuesioner.
Surat keterangan layak etik
bernomor EA/148/KEPK-
Poltekkes_Sby/V/2020.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik usia subjek yang
terlibat dalam penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik Subjek berdasarkan Usia
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui
bahwa subjek penelitian paling banyak
berada dalam rentang usia 11 tahun 0
bulan-11 tahun 11 bulan, yaitu
sebanyak 30 siswa (60%). Hasil
pengukuran IMT/U subjek (Gambar 2)
menunjukkan bahwa sebagian besar
subjek berstatus gizi normal 30 siswa
(60%).
Gambar 2. Status Gizi Subjek Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
Tingkat keparahan karies gigi
subjek (Gambar 3) dari dari hasil
pemeriksaan indeks def-t menunjukkan
bahwa tingkat karies sebagian besar
subjek adalah sangat rendah, yaitu
sebanyak 18 dari 35 subjek (51,42%).
Dari hasil pemeriksaan indeks DMF-T,
tingkat karies sebagian besar subjek
adalah sangat rendah, yaitu 27 dari 50
subjek (54%).
Gambar 3. Tingkat Karies Gigi Subjek
05
101520253035
10 tahun 0bulan - 10tahun 11
bulan
11 tahun 0bulan - 11tahun 11
bulan
12 tahun 0bulan - 12tahun 11
bulan
Usia Subjek
0
5
10
15
20
25
30
35
Sangatkurus
Kurus Normal Gemuk Obesitas
Status Gizi Subjek
0
5
10
15
20
25
30
Sangatrendah
Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi
Tingkat Karies Gigi Subjek
def-t DMF-T
Jum
lah
su
bje
k
19
30
1
Jum
lah
su
bje
k
3 3
30
8 6
Jum
lah
su
bje
k 18
27
9 8 7 7
0
7
5
7 2
7 2
7
375
Berdasarkan data hasil pengisian
kuesioner mengenai frekuensi asupan
makanan dan minuman manis (Gambar
4) diketahui siswa yang mengonsumsi
makanan dan minuman manis dalam
frekuensi sangat rendah berjumlah 1
siswa (2%), rendah 10 siswa (20%),
sedang 26 siswa (52%), tinggi 13 siswa
(26%), dan sangat tinggi 0 siswa (0%).
Sebagian besar subjek memiliki
frekuensi asupan makanan dan
minuman manis yang sedang, yaitu
sebanyak 26 siswa (52%).
Gambar 4. Frekuensi Asupan Makanan dan Minuman Manis Subjek
Berdasarkan Gambar 5 diketahui
bahwa sebagian besar subjek
mengalami erupsi gigi yang normal,
yaitu sebanyak 25 subjek (50%).
Gambar 5. Erupsi Gigi Subjek
Uji korelasi pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara status gizi hasil pengukuran
indeks massa tubuh menurut umur
(IMT/U) dengan karies gigi pada siswa
kelas 5 SDN Purwantoro 2 Kota Malang.
Variable Rank Spearman Test
IMT/U dengan
def-t
p value = 0,117
Tidak terdapat
hubungan antara IMT/U dengan def-t
r = -0.270 Hubungan rendah dan
berlawanan arah
IMT/U dengan DMF-T
p-value = 0.999
Tidak terdapat hubungan
antara IMT/U
dengan DMF-T
r = 0.000239 Hubungan
sangat rendah dan searah
Tabel 1. Hasil Uji Korelasi IMT/U dengan Karies Gigi
Berdasarkan Tabel 1 nilai signifikansi
dari hasil uji korelasi hubungan IMT/U
dengan def-t adalah 0,117. Nilai
signifikansi tersebut >0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima yang
berarti tidak terdapat hubungan antara
IMT/U dengan karies gigi sulung yang
diukur dengan indeks def-t. Nilai
signifikansi dari hasil uji korelasi
hubungan IMT/U dengan DMF-T adalah
0,999. Nilai signifikansi tersebut >0,05
maka dapat disimpulkan bahwa H0
diterima yang berarti tidak terdapat
hubungan antara IMT/U dengan karies
0
5
10
15
20
25
30
Sangatrendah
Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi
Frekuensi Asupan Makanan dan Minuman Manis
0
10
20
30
Normal Lebih cepat Lebih lambat
Erupsi Gigi Subjek
1
10
26
13
0
Jum
lah
su
bje
k
25 24
1
Jum
lah
su
bje
k
376
gigi permanen yang diukur dengan
indeks DMF-T.
PEMBAHASAN
Didapatkan hasil data bahwa
berdasarkan pengukuran IMT/U,
sebagian besar subjek berstatus gizi
normal (60%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jahri dkk.14 pada 350
siswa sekolah dasar, penelitian oleh
Yaqin dan Nurhayati15 pada 378 siswa
sekolah dasar, serta penelitian oleh Dini
dkk.16 pada 155 siswa sekolah dasar
yang menemukan bahwa sebagian
besar subjek berstatus gizi normal
dengan persentase berturut-turut
adalah 76%, 75%, dan 57,6%. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan data
kesehatan nasional yang menyatakan
sebagian besar anak usia 5-12 tahun di
Indonesia adalah berstatus gizi normal
(70,8%).3
Hasil status gizi yang sebagian
besar adalah normal, berdasarkan
pengamatan Peneliti, adalah karena
asupan makanan yang tidak berlebih
dan adanya jadwal pelajaran olahraga
setiap minggu yang memungkinkan
siswa untuk melakukan aktivitas fisik.
Penelitian oleh Ariani dan Masluhiya
pada siswa sekolah dasar di Kota
Malang menyatakan bahwa aktivitas
fisik memiliki hubungan dengan indeks
massa tubuh.17 Senada dengan hal
tersebut, penelitian pada siswa sekolah
dasar oleh Anam dkk. menyatakan
bahwa subjek yang beraktivitas fisik
secara aktif memiliki indeks massa
tubuh yang lebih rendah dibanding
subjek yang inaktif.18
Didapatkan hasil berdasarkan
kuesioner bahwa hanya 26% subjek
yang mengonsumsi asupan makanan
dan minuman manis dalam frekuensi
yang tinggi, sisanya mengonsumsi
dalam frekuensi sedang hingga sangat
rendah (74%). Rendahnya frekuensi
asupan makanan dan minuman manis
dapat berkontribusi positif dalam
pencegahan karies, yaitu semakin
rendah frekuensi asupan makanan dan
minuman manis, maka risiko terjadinya
karies juga semakin rendah.19,20
Frekuensi asupan makanan
manis subjek yang sedang hingga
sangat rendah (74%) juga
berpengaruh terhadap status gizi
subjek yang sebagian besar berstatus
gizi normal (60%) apabila dihitung
dengan IMT/U. Semakin rendah asupan
makanan dan minuman manis maka
risiko menjadi obesitas juga semakin
rendah.21 Hal ini juga sejalan dengan
377
bukti yang menyatakan bahwa
konsumsi gula, yaitu free sugar,
memiliki hubungan yang positif dengan
menjadi gemuk.22 Free sugar
merupakan segala jenis monosakarida
dan disakarida yang ditambahkan ke
makanan atau minuman dan gula yang
secara alami berada pada madu, sirup,
jus buah, dan jus buah dekonsentrasi23
yang dalam kuesioner diwakili oleh 9
butir pertanyaan mengenai makanan
dan minuman manis.
Karies disebabkan oleh
keterlibatan gigi, bakteri, substrat
makanan, dan waktu.20 Selain empat
faktor tersebut, terjadinya karies gigi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,
beberapa di antaranya, yaitu kebiasaan
dan asupan makanan.24 Tingkat karies
gigi subjek, baik gigi sulung maupun
gigi permanen, yang sangat rendah
dimungkinkan dapat terjadi karena dari
hasil kuesioner ditemukan bahwa
frekuensi asupan makanan dan
minuman manis subjek adalah sedang
hingga sangat rendah (74%).
Rendahnya asupan makanan yang
mengandung gula akan semakin
menurunnya risiko karies seiring
menurunnya frekuensi konsumsi.24
Tingkat karies gigi sulung
maupun gigi permanen subjek yang
sebagian besar adalah sangat rendah
dapat juga menunjukkan adanya
pencegahan dan edukasi mengenai
karies gigi yang baik. Berdasarkan
wawancara Peneliti terhadap pihak
kesehatan yang berwenang, kegiatan
UKGS rutin dilaksanakan di SDN
Purwantoro. Hal ini menyebabkan
memadainya edukasi mengenai
menjaga kebersihan rongga mulut.
Pengetahuan yang cukup berakibat
pada turunnya karies dan tingkat
keparahan karies akibat penjagaan
kebersihan mulut yang cukup.25
Data tambahan lain yang
didapatkan dari penelitian adalah
erupsi gigi subjek. Data tambahan ini
kemudian dianalisis hubungannya
dengan status gizi subjek yang diukur
dengan IMT/U. Didapatkan hasil bahwa
sebagian besar subjek mengalami
erupsi gigi yang normal, yaitu sebanyak
25 subjek (50%), sisanya, yaitu 24
(48%) subjek dan 1 (2%) subjek
mengalami erupsi gigi yang secara
berturut-turut lebih cepat dan lebih
lambat.
Erupsi gigi subjek yang sebagian
besar adalah normal (50%) dan lebih
cepat (48%) dimungkinkan terjadi
karena status gizi subjek yang sebagian
besar adalah normal. Hal ini dapat
378
terjadi karena pada anak dengan status
gizi yang normal, kebutuhan nutrisi
untuk mendukung terjadinya proses
erupsi gigi terpenuhi. Sebagai contoh,
dalam masa pembentukan gigi,
terpenuhinya vitamin D memegang
peranan penting dalam penyerapan
kalsium, fosfat, dan magnesium dari
usus yang memungkinkan mineralisasi
tulang dan gigi. Hal ini memiliki
kontribusi yang baik dalam proses
erupsi gigi yang tidak tertunda.26
Hasil penelitian tentang
hubungan antara IMT/U dengan def-t
dan DMF-T subjek menyatakan bahwa
IMT/U tidak memiliki hubungan dengan
karies gigi permanen maupun dengan
karies gigi sulung. Hal ini berbeda
dengan hipotesis penelitian.
Berdasarkan hipotesis penelitian,
IMT/U seharusnya berhubungan
dengan karies gigi melalui jalur gula
atau karbohidrat dalam makanan yang
meningkatkan IMT dan juga karies.
Hasil penelitian yang
menyatakan tidak ada hubungan
antara karies gigi ini mendukung
penelitian oleh Chiu dkk. pada 157 anak
yang menyatakan hasil bahwa IMT dan
karies gigi tidak memiliki hubungan
yang signifikan.27 Penelitian oleh
Lempert dkk. yang mengukur karies
gigi dan IMT sebanyak 2 kali, yaitu
pada awal penelitian dan saat follow-up
6 tahun kemudian menyatakan bahwa
karies pada kedua pengukuran tersebut
tidak berhubungan dengan IMT.28
Serupa dengan hal tersebut, penelitian
oleh Jong-Lenters dkk. pada 230 anak
menyatakan bahwa tidak ditemukan
adanya hubungan antara IMT dengan
karies gigi.29
Hasil penelitian pada subjek di
SDN Purwantoro 2 ini berbeda dengan
penelitian oleh Bhayat dkk. yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara IMT dan karies
gigi.30 Hasil penelitian berbeda pula
dengan hasil yang dikemukakan oleh
Goodson dkk. yang menemukan
adanya hubungan antara status gizi
obesitas dan karies gigi. Perbedaan ini
dimungkinkan terjadi karena
penghitungan karies gigi hanya
didasarkan pada gigi yang berlubang
dan gigi yang ditumpat, sedangkan gigi
yang missing tidak disertakan dalam
penghitungan karies gigi.31
Selain itu, penelitian pada subjek
di SDN Purwantoro 2 ini berbeda pula
dengan hasil penelitian oleh Kartikasari
dan Nuryanto yang menyatakan hasil
bahwa terdapat hubungan yang searah
antara karies gigi dengan status gizi.
379
Hasil yang berbeda ini dimungkinkan
dapat terjadi karena pada subjek
penelitian Kartikasari dan Nuryanto
terdapat pola konsumsi makanan manis
yang tinggi, yaitu 73% subjek
mengonsumsi makanan kariogenik
sebanyak 3-6x sehari. Adapun jenis
makanan kariogenik yang sering
dikonsumsi subjek, antara lain permen,
cokelat, donat, kue isi selai, kue lapis,
dodol, gulali, arumanis, dan snack.32
Hasil penelitian ini apabila
diamati dari arah hubungannya,
walaupun tidak menunjukkan hasil
yang signifikan, IMT/U memiliki
hubungan yang searah dengan karies
gigi pemanen dan hubungan yang
berlawanan arah dengan karies gigi
sulung. Pada gigi sulung, hubungan
yang berlawanan arah dimungkinkan
dapat terjadi karena penelitian
dilakukan terbatas hanya pada siswa
kelas 5. Sebagian siswa telah
mengalami tanggal pada keseluruhan
gigi sulungnya sehingga peneliti tidak
mendapatkan informasi mengenai
kondisi gigi sulung pada siswa-siswa
tersebut. Kondisi yang demikian
dimungkinkan dapat mempengaruhi
hasil analisis hubungan antara status
gizi subjek dengan karies gigi sulung.
Selain itu, dimungkinkan pada
usia anak-anak, pada masa gigi sulung,
anak-anak memiliki kecenderungan
memiliki masalah dengan nafsu makan.
Hal tersebut kemudian dimungkinkan
diatasi dengan asupan makanan yang
diupayakan terus menerus walaupun
sedikit-sedikit agar gizi terpenuhi.
Asupan makanan yang sedikit dapat
mengakibatkan IMT/U yang rendah,
tetapi asupan makanan yang terus
menerus atau frekuensi tinggi
mengakibatkan meningkatnya karies
gigi.29 Hal ini mengakibatkan hubungan
yang berlawanan arah antara IMT/U
dengan karies gigi sulung.
Pada gigi permanen, hubungan
yang berbanding lurus ditemukan
sebagaimana hipotesis yang ada, yaitu
semakin tinggi IMT semakin tinggi pula
karies gigi melalui jalur konsumsi
gula.31 Subjek berada pada usia di
mana mereka telah memiliki keinginan
serta memiliki kesempatan untuk
memilih makanannya sendiri. Subjek
dapat memilih untuk memakan
makanan atau minuman yang manis.
Konsumsi makanan dan minuman
manis pada subjek mengakibatkan
hubungan yang berbanding lurus
antara status gizi siswa yang sebagian
besar adalah normal serta karies gigi
380
yang sebagian besar adalah sangat
rendah.
Dari hasil yang didapat dan
dikemukakan oleh peneliti, penelitian
ini memiliki keterbatasan, yaitu subjek
penelitian berjumlah minimal, hanya
sebanyak 50 subjek. Selain itu, pada
penelitian ini ditemukan hasil bahwa
indeks massa tubuh tidak berhubungan
dengan karies gigi permanen maupun
karies gigi sulung. Informasi mengenai
hal-hal yang menyebabkan hubungan
yang demikian sangatlah minimal,
salah satunya didapatkan melalui data
tambahan, yaitu kuesioner yang
hasilnya tergantung pada kejujuran
subjek saat mengisi setiap butir
pertanyaan.
Selain itu, kuesioner yang
digunakan hanya menyebutkan
makanan dan minuman manis beserta
frekuensi konsumsinya. Kuesioner tidak
mencakup jenis makanan dan minuman
lainnya, misalnya makanan tinggi
lemak, sayur-sayuran. Kuesioner juga
tidak menanyakan jumlah pada setiap
konsumsinya.
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hubungan antara
IMT/U dengan karies gigi, misalnya
kondisi sosioekonomi subjek, tidak
digali dalam penelitian ini. Upaya
pencegahan karies gigi, misalnya
rutinitas menyikat gigi yang baik dan
benar juga tidak dikumpulkan
informasinya dari subjek. Faktor-faktor
tersebut apabila digali pada penelitian
yang lebih lanjut dimungkinkan dapat
memberi informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi hubungan antara
IMT/U dengan karies gigi.
KESIMPULAN
Hasil peneitian ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara
IMT/U dengan karies gigi permanen
maupun gigi sulung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada SDN Purwantoro 2,
Puskesmas Cisadea, Dinas Kesehatan
Kota Malang, Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Kota Malang, dan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya
atas izin yang diberikan untuk
dilaksanakannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fejerskov, O., Nyvad, B., Kidd, E. A.
M. 2015. Dental Caries The Disease
and Its Clinical Management Third
Edition. West Sussex: Willey
Blackwell. Hal 7-9.
381
2. Qualtrough, A. J. E., Satterthwaite,
J. D., Morrow, L. A., Brunton, P. A.
2005. Principles of Operative
Dentistry. Oxford: Blackwell
Munksgaard. Hal. 14, 28.
3. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2018.
Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Hal. 200, 207, 209, 561-563.
4. Shivakumar, S., Srivastava, A.,
Shivakumar G. C. 2018. Body Mass
Index and Dental Caries: A
Systematic Review. International
Journal of Clinical Pediatric
Dentistry, 2018, 11(3): 228-229.
5. Scietific Advisory Committee on
Nutrition. 2015. Carbohydrates and
Health. London: The Stationery
Office. Hal 192-193.
6. Psoter, W. J., Reid, B. C., Katz, R.
V. Malnutrition and Dental Caries :
A Review of the Literature. Caries
Research, 2005, 39: 441-442, 444.
7. Rahman, T., Adhani, R., Triwanti.
2014. Hubungan Antara Status Gizi
Pendek (Stunting) Dengan Tingkat
Karies Gigi Tinjauan Pada Siswa-
Siswi Taman Kanak-Kanak Di
Kecamatan Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar Tahun 2014.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi Vol
I, No 1, Maret 2016: 88, 91.
8. Best, C., Neufingerl, N., Geel, L. V.,
Tina van den Briel., Saskia
Osendarp. 2010. The Nutritional
Status of School-Aged Children:
Why Should We Care? Food and
Nutrtion Bulletin, 2010, 31(3): 400.
9. Macek, M. D., Mitola, D. J. 2006.
Exploring the Association Between
Overweight and Dental Caries
Among US Children. Pediatric
Dentistry, 2008, 26(4): 375.
10. Agustina, N. 2018. Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta:
Deepublish. Hal 158, 372, 375.
11. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2011. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Direktorat Bina Gizi
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Hal. 3-4, 18-22, 36-40.
12. Welbury, R., Duggal, M. S., Hosey,
M. T. 2018. Paediatric Dentistry
Fifth Edition. Oxford: Oxford
University Press. Hal. 12.
382
13. World Health Organization. 2015.
Oral Health Surveys Basic Method
Fifth Edition. Geneva: WHO Press.
Hal. 44, 74, 117.
14. Jahri, I. W., Suyanto., Ernalia, Y.
2016. Gambaran Status Gizi pada
Siswa Sekolah Dasar Kecamatan
Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.
JOM FK Vol 3, No 2, Oktober 2016:
5.
15. Yaqin, M. K., Nurhayati, F. 2014.
Prevalensi Obesitas pada Anak Usia
SD Menurut IMT/U di SD Negeri
Ploso II NO 173 Surabaya. Jurnal
Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Volume 02 Nomor 01
Tahun 2014: 114.
16. Dini, N. I., Fatimah, S. P., Suyatno.
2017. Hubungan Konsumsi
Makanan Jajanan Terhadap Status
Gizi (Kadar Lemak Tubuh dan
IMT/U) pada Siswa Sekolah Dasae
(Studi di Sekolah Dasar Negeri 01
Sumurboto Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol 5, No 1,
Januari 2017: 304.
17. Ariani, N. L., Masluhiya, S. A. F.
2017. Keterkaitan Aktivitas Fisik
Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Siswa SD Kota Malang. Jurnal Care
Vol. 5 No. 3: 460.
18. Anam, M. S., Mexitalia, M.,
Widjanarko, B., Pramono, A.,
Susanto, H., Subagio, H. W. 2010.
Pengaruh Intervensi Diet dan Olah
Raga Terhadap Indeks Massa
Tubuh, Lemak Tubuh, dan
Kesegaran Jasmani pada Anak
Obes. Sari Pediatri Vol 12, No 1 Juni
2010: 39.
19. Asnani, K. H. 2010. Essentials of
Pediatric Dentistry. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.
Hal. 53.
20. Cameron, A. C., Widmer, R. P.
2013. Handbook of Pediatric
Dentistry 4th Edition. Sydney:
Mosby Elsevier. Hal. 48-49.
21. FDI World Dental Federation. 2016.
Sugars and Dental Caries: A
Practical Guide to Reduce Sugars
Consumption and Curb The
Epidemic of Dental Caries. Hal. 29.
22. World Health Organization. 2015.
Information Note About Intake of
Sugars Recommended in The WHO
Guideline for Adults and Children.
Geneva: World Health
Organization. Hal. 1.
23. FDI World Dental Federation. 2015.
Dietary Free Sugars and Dental
Caries. Hal. 1.
383
24. McDonald, R. E., Avery, D. R.,
Dean, J. A. 2011. Dentistry for The
Child and Adolescent Ninth Edition.
Missouri: Elsevier. Hal. 177-178,
193.
25. Haque, S. E., Rahman, M., Itsuko,
K., Mutahara, M., Kayako, S.,
Tsutsumi, A., Islam, M. J., Mostofa,
M. G. 2016. Effect of a School-
Based Oral Health Education in
Preventing Untreated Dental Caries
and Increasing Knowledge,
Attitude, and Practies Among
Adolescents in Bangladesh. BMC
Oral Health 16 (44): 1.
26. Pflipsen, M., Zenchenko, Y. 2017.
Nutrition for Oral Health and Oral
Manifestation of Poor Nutrition and
Unhealthy Habits. General
Dentistry 412. Hal. 37.
27. Chiu, S., DiMarco, M. A., Prokop, J.
L. Childhood Obesity and Dental
Caries in Homeless Children. J
Pediatr Health Care (2013) 27: 281.
28. Lempert, S. M., Froberg, K.,
Christensen, L. B., Kristensen, P. L.,
Heitmann B. L. 2013. Association
Betwen Body Mass Index and
Caries Among Children and
Adolescents. Community Dent Oral
Epidemiol: 4.
29. Jong-Lenters M. D., Dommelen, P.
V., Schuller, A. A., Verrips, E. H. W.
2015. Body Mass Index and Dental
Caries in Children Aged 5 to 8 Years
Attending a Dental Paediatric
Referral Practice in The
Netherlands. BMC Res Notes
(2015) 8, 738: 1, 3.
30. Bhayat, A., Ahmad, M. S., Fadel, H.
T. 2016. Association Between Body
Mass Index, Diet, and Dental Caries
in Grade 6 Boys in Medina, Saudi
Arabia. Eastern Mediterranean
Health Journal. Vol.22 No.9 2016:
690-692.
31. Goodson, J. M., Tavares, M., Wang,
X., Niederman, R., Cugini, M.,
Hasturk, H., Barake, R., Alsmadi,
O., Al-Mutawa, S., Ariga, J.,
Soparkar, P., Behbehani, J.,
Behbehani, K. 2013. Obesity and
Dental Decay: Inference on The
Role of Dietary Sugar. PLOS ONE 8,
10: 5.
32. Kartikasari, H. Y., Nuryanto. 2014.
Hubungan Kejadian Karies Gigi
Dengan Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Status Gizi pada
Anak Sekolah Dasar. Journal of
Nutrition College 2014 (3): 414.