HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

15
369 E-Prodenta Journal of Dentistry. 2021. 5(1) 369-383 DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.eprodenta.2021.005.01.2 E-ISSN : 2597-4912 HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS 5 SD DI KOTA MALANG Trining Widodorini 1 , Kristina Linggam Puspaningtyas 2 1 Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat-Pencegahan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang 65145 2 Program Studi Profesi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang, 65145 Korespondensi: Kristina Linggam Puspaningtyas, Email: [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Karies gigi merupakan sebuah penyakit pada gigi akibat interaksi berbagai faktor, salah satunya adalah makanan dan minuman manis. Meningkatnya asupan makanan dan minuman manis, tidak hanya meningkatkan risiko terjadinya karies, tetapi juga dapat meningkatkan berat badan dan kemudian dapat meningkatkan status gizi seseorang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan karies gigi pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) di Kota Malang. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 dengan jumlah subjek sebanyak 50 siswa kelas 5 SD. Karies gigi diukur menggunakan indeks DMF-T pada gigi permanen dan def-t pada gigi sulung. Status gizi diukur menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Digunakan pula kuesioner mengenai frekuensi asupan makanan dan minuman manis. Hasil: Sebagian besar hasil IMT/U subjek adalah normal (60%), DMF-T sangat rendah (54%), def-t sangat rendah (51,42%), dan frekuensi asupan makanan dan minuman manis adalah sedang (52%). Hasil analisis data menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara IMT/U dengan DMF-T adalah p=0,999 r=0,000239 dan IMT/U dengan def-t adalah p=0,117 r=(-) 0,270. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan karies gigi sulung maupun gigi permanen. Kata kunci: IMT, Karies Gigi, Indeks DMF-T, Gula RELATIONSHIP BETWEEN BMI AND DENTAL CARIES AMONG STUDENT GRADE 5 IN MALANG ABSTRACT Background: Dental caries is a tooth disease caused by multifactorial interaction, one of them is sweet food and beverage. The increasing intake of sweet food and beverage is not only increasing the risk of caries incidence, but also body weight and nutritional status. Objectives: The purpose of this study is to determine the relationship between body mass index and dental caries among grade 5 students in Malang, Indonesia. Methods: The type of this study is analytic observational with cross-sectional design. The study was conducted at Purwantoro 2 Elementary School with the amount of subject was 50 students grade 5. Caries was measured with DMF-T index for permanent teeth and def-t index for deciduous teeth. Nutritional status was measured with body mass index for age (BMI-for-age). A questionnaire about sweet food and beverage intake frequency was also used. Results: Most of the subject’s BMI-for-age is normal (60%), DMF-T is very low (54%), def-t is very low (51,42%), and sweet food and beverage intake frequency is medium (52%). Results of data analysis using Rank Spearman Correlation to determine the relationship between BMI for age and DMF-T is p=0,999 r=0,000239; BMI for age and def-t is p=0,117 r=(-)0,270. Conclusions: There is no relationship between BMI-for-age and dental caries in both permanent and deciduous teeth. Keywords: BMI, Dental Caries, DMF Index, Sugars

Transcript of HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

Page 1: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

369

E-Prodenta Journal of Dentistry. 2021. 5(1) 369-383

DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.eprodenta.2021.005.01.2

E-ISSN : 2597-4912

HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS 5 SD DI KOTA MALANG

Trining Widodorini1, Kristina Linggam Puspaningtyas2

1Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat-Pencegahan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang 65145 2Program Studi Profesi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, Malang, 65145

Korespondensi: Kristina Linggam Puspaningtyas, Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Karies gigi merupakan sebuah penyakit pada gigi akibat interaksi berbagai faktor, salah satunya adalah makanan dan minuman manis. Meningkatnya asupan makanan dan minuman manis, tidak hanya meningkatkan risiko terjadinya karies, tetapi juga dapat meningkatkan berat badan dan kemudian dapat meningkatkan status gizi seseorang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan karies gigi pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) di Kota Malang. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 dengan jumlah subjek sebanyak 50 siswa kelas 5 SD. Karies gigi diukur menggunakan indeks DMF-T pada gigi permanen dan def-t pada gigi sulung. Status gizi diukur menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Digunakan pula kuesioner mengenai frekuensi asupan makanan dan minuman manis. Hasil: Sebagian besar hasil IMT/U subjek adalah normal (60%), DMF-T sangat rendah (54%), def-t sangat rendah (51,42%), dan frekuensi asupan makanan dan minuman manis adalah sedang (52%). Hasil analisis data menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara IMT/U dengan DMF-T adalah p=0,999 r=0,000239 dan IMT/U dengan def-t adalah p=0,117 r=(-) 0,270. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan karies gigi sulung maupun gigi permanen.

Kata kunci: IMT, Karies Gigi, Indeks DMF-T, Gula

RELATIONSHIP BETWEEN BMI AND DENTAL CARIES AMONG STUDENT GRADE 5 IN MALANG

ABSTRACT

Background: Dental caries is a tooth disease caused by multifactorial interaction, one of them is sweet food and beverage. The increasing intake of sweet food and beverage is not only increasing the risk of caries incidence, but also body weight and nutritional status. Objectives: The purpose of this study is to determine the relationship between body mass index and dental caries among grade 5 students in Malang, Indonesia. Methods: The type of this study is analytic observational with cross-sectional design. The study was conducted at Purwantoro 2 Elementary School with the amount of subject was 50 students grade 5. Caries was measured with DMF-T index for permanent teeth and def-t index for deciduous teeth. Nutritional status was measured with body mass index for age (BMI-for-age). A questionnaire about sweet food and beverage intake frequency was also used. Results: Most of the subject’s BMI-for-age is normal (60%), DMF-T is very low (54%), def-t is very low (51,42%), and sweet food and beverage intake frequency is medium (52%). Results of data analysis using Rank Spearman Correlation to determine the relationship between BMI for age and DMF-T is p=0,999 r=0,000239; BMI for age and def-t is p=0,117 r=(-)0,270. Conclusions: There is no relationship between BMI-for-age and dental caries in both permanent and deciduous teeth. Keywords: BMI, Dental Caries, DMF Index, Sugars

Page 2: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

370

PENDAHULUAN

Karies gigi adalah sebuah hasil,

yang meliputi tanda dan gejala, dari

larutnya permukaan gigi yang

disebabkan oleh metabolisme biofilm

(plak dental) yang meliputi area gigi

yang terkena dampak.1 Karies memiliki

etiologi multifaktorial, tetapi terdapat

empat faktor utama yang berperan

dalam proses terjadinya karies, antara

lain (1) agen, yaitu mikroorganisme, (2)

substrat, yaitu karbohidrat atau

makanan yang mengandung gula, (3)

host (tuan rumah), yaitu gigi, dan (4)

waktu.2 Berdasarkan data Riskesdas

2018, persentase penduduk Indonesia

yang memiliki masalah D (decay/ gigi

yang berlubang), M (missing/ gigi yang

dicabut karena karies atau yang berupa

sisa akar), F (filling/ gigi yang ditumpat)

adalah 88,8%, sedangkan persentase

penduduk Indonesia usia 5-9 tahun

dengan masalah DMF adalah 92,6%

dan penduduk usia 10-14 tahun dengan

masalah DMF adalah 73,4%.3

Pesatnya pertumbuhan dalam

bidang kuliner turut berperan dalam

perubahan pola konsumsi masyarakat

hingga menyebabkan peningkatan

indeks massa tubuh. Indeks massa

tubuh (IMT) adalah cara pengukuran

status gizi yang dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan seseorang ke salah

satu dari lima kelompok skor

antropometri, yaitu sangat kurus,

kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Di

Indonesia, prevalensi status gizi

berdasarkan indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U) pada anak usia

5-12 tahun adalah gemuk 10,8%, dan

obesitas 9,2%.3

Konsumsi karbohidrat yang

berlebihan, terutama olahan gula,

memiliki hubungan dengan terjadinya

karies dan menjadi overweight serta

obesitas.4 The Scientific Advisory

Committee on Nutrition melaporkan

adanya hubungan antara konsumsi

makanan mengandung gula dengan

karies gigi.5 Konsumsi minuman yang

mengandung gula memicu terjadinya

peningkatan berat badan serta

peningkatan IMT.4 Di sisi lain, menurut

Psoter dkk., indeks massa tubuh yang

rendah, misalnya malnutrisi, dapat

mengakibatkan karies melalui

penurunan jumlah saliva yang terjadi.6

Anak dengan status gizi stunting

memiliki indeks karies gigi sulung yang

lebih tinggi dibanding dengan siswa

dengan status gizi normal.7

Penelitian dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara indeks

massa tubuh dan karies gigi. Lokasi

yang dipilih adalah sekolah karena

lokasi ini merupakan tempat yang tepat

Page 3: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

371

untuk melakukan promosi kesehatan,

terutama bagi anak-anak yang

membutuhkan layanan kesehatan.8

Subyek adalah siswa sekolah dasar

kelas 5 karena IMT berdasarkan umur

(IMT/U) secara signifikan berhubungan

dengan tingkat keparahan karies pada

gigi permanen.9 Siswa sekolah dasar

kelas 5 rata-rata berusia 10-11 tahun

dan telah memiliki gigi permanen yang

sedang atau telah erupsi.

Selain itu, apabila ditinjau

tahapan perkembangan kognitifnya,

siswa kelas 5 sekolah dasar yang

umumnya berusia 10-11 tahun berada

dalam tahap perkembangan kognitif

anak operasi konkret.10 Anak pada

tahap ini sudah mampu berpikir logis

secara sederhana dan mulai mampu

memelihara identitas diri sehingga

diharapkan anak diharapkan memberi

respons yang baik terhadap penelitian

dan kemudian mulai mampu

memahami kondisi kesehatan dirinya

melalui pemeriksaan gigi dan

penyuluhan yang dilakukan. Anak pada

tahap operasi konkret juga mampu

mengimajinasikan sesuatu meskipun

memerlukan bantuan objek konkret

sehingga diharapkan penelitian yang

dilakukan turut membangun

pemahaman anak mengenai menjaga

kesehatan gigi.

Dari sisi perkembangan moral,

siswa kelas 5 berada pada tahap

transisi serta tahap autonomous

morality sehingga anak memiliki

keinginan yang kuat untuk memahami

peraturan dan mulai meninggalkan sifat

eksentrik.10 Dengan demikian,

diharapkan tingkat kekooperatifan anak

dalam penelitian adalah baik dan tujuan

serta manfaat penelitian dapat tercapai

dalam diri anak. Pelaksanaan penelitian

dilakukan pada siswa kelas 5 SDN

Purwantoro 2 berdasarkan

pertimbangan dan surat rekomendasi

dari Dinas Kesehatan Kota Malang dan

Puskesmas Cisadea Kota Malang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik. Pengumpulan

data pada penelitian ini dilakukan pada

satu waktu sehingga termasuk dalam

penelitian dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini berlokasi di SDN

Purwantoro 2 pada bulan Februari

2019. Penelitian ini memiliki 2 variabel,

yaitu indeks massa tubuh menurut

umur (IMT/U) siswa kelas 5 SDN

Purwantoro 2 sebagai variabel bebas

Page 4: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

372

dan karies gigi siswa kelas 5 SDN

Purwantoro 2 sebagai variabel terikat.

Penghitungan IMT/U pada

subjek penelitian menggunakan rumus

berat badan dalam kilogram dibagi

dengan kuadrat dari tinggi badan dalam

meter (kg/m2). Hasil penghitungan ini

kemudian dibandingkan dengan

ambang batas (z-scores) sesuai

Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak tahun 2011 yang spesifik

terhadap jenis kelamin dan usia subjek.

Penghitungan usia dilakukan dengan

menghitung tahun dan bulan penuh

anak, sehingga apabila anak berusia 10

tahun 3 bulan 28 hari dihitung sebagai

10 tahun 3 bulan. IMT/U

mengategorikan subjek menjadi 5

kategori, yaitu sangat kurus, kurus,

normal, gemuk, dan obesitas.11

Subjek adalah siswa kelas 5 SD

dari sekolah yang direkomendasikan

Dinas Kesehatan Kota Malang dan

Puskesmas Cisadea, yaitu seluruh siswa

kelas 5 pada SDN Purwantoro 2 Kota

Malang. SDN ini mewakili area Kota

Malang yang berhubungan dengan

latar belakang penelitian, yaitu area

yang memiliki pertumbuhan layanan

kuliner yang cukup pesat. Penelitian ini

dilakukan di SDN Purwantoro 2 Kota

Malang pada tanggal 24-25 Februari

2020.

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara indeks

massa tubuh dengan karies gigi pada

siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 Kota

Malang. Dari 60 siswa kelas 5 SDN

Purwantoro 2 Kota Malang, jumlah

akhir subjek adalah 50 siswa. Sejumlah

18 siswa lainnya tidak turut serta

menjadi subjek penelitian karena

sebanyak 12 siswa tidak mendapat

informed consent dari orang tua, 5

siswa tidak masuk sekolah saat hari

pemeriksaan, dan 1 orang siswa tidak

mengisi data penelitian secara valid

sehingga tidak diikutsertakan dalam

penghitungan. Jumlah subjek yang

berjenis kelamin perempuan adalah

sama dengan jumlah subjek yang

berjenis kelamin laki-laki, yaitu

sebanyak 25 siswa.

Data penelitian didapatkan dari

pengukuran berat badan, tinggi badan,

dan karies gigi pada subjek. Selain itu,

data penelitian tambahan didapatkan

dari kuesioner yang diisi oleh subjek

dan pemeriksaan erupsi gigi subjek.

Data penelitian ini digunakan untuk

menambah informasi dalam analisis

hal-hal yang berpengaruh dalam

Page 5: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

373

hubungan antara IMT/U dengan karies

gigi pada subjek.

Kriteria inklusi sampel adalah

siswa kelas 5 SDN Purwantoro 2 dan

bersedia menjadi subjek penelitian.

Kriteria eksklusi adalah siswa yang

mengalami kelainan mental, siswa yang

memiliki keterbatasan anggota gerak

bawah, siswa yang sedang dalam

perawatan ortodonsia, dan siswa yang

sedang sakit sehingga tidak dapat

beraktivitas sebagaimana mestinya.

Siswa yang telah disetujui oleh

orang tua untuk menjadi subjek

penelitian diukur tinggi badan

menggunakan microtoise dan diukur

berat badan menggunakan timbangan

digital. Pengukuran berat badan dan

tinggi badan dilakukan oleh 6

mahasiswa preklinik kedokteran gigi

yang telah dikalibrasi dengan rincian 3

mahasiswa mengukur berat badan dan

tinggi badan subjek kelas 5A dan 3

mahasiswa lainnya pada subjek kelas

5B.

Setelah itu, subjek diperiksa

erupsi gigi dan karies gigi. Pemeriksaan

erupsi gigi dan karies gigi dilakukan

oleh 5 orang dokter gigi muda yang

telah dikalibrasi. Erupsi gigi subjek

diperiksa menggunakan dua buah kaca

mulut disposable persubjek untuk

mengetahui apakah gigi telah erupsi,

belum erupsi, sedang erupsi, atau telah

tanggal.

Pada proses pengolahan data,

hasil pemeriksaan erupsi gigi subjek

kemudian dibandingkan dengan tabel

kronologi erupsi gigi permanen

Welbury12 untuk mengetahui apakah

subjek mengalami erupsi gigi yang

normal, lebih cepat, atau lebih lambat.

Karies gigi subjek diukur menggunakan

indeks def-t karena subjek masih

memiliki gigi sulung dan indeks DMF-T

karena subjek memiliki gigi permanen.

Alat yang digunakan adalah dua buah

kaca mulut disposable persubjek

sebagaimana yang digunakan untuk

memeriksa erupsi gigi subjek.

Subjek kemudian diminta

mengisi kuesioner mengenai frekuensi

konsumsi makanan dan minuman

manis. Kuesioner yang digunakan

adalah Oral Health Questionnaire for

Children nomor 11 dari Oral Health

Surveys Basic Method Fifth Edition.13

Kuesioner dari World Health

Organization (WHO) ini berbahasa

Inggris dan diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia oleh Balai Bahasa

dan Budaya, the Center for Language

and Culture, Faculty of Letters,

Universitas Negeri Malang. Penilaian

Page 6: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

374

dari kuesioner tersebut

mengategorikan subjek menjadi 5

kelompok frekuensi asupan makanan

dan minuman manis, yaitu sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi, dan

sangat tinggi, didasarkan pada total

skor jawaban kuesioner.

Surat keterangan layak etik

bernomor EA/148/KEPK-

Poltekkes_Sby/V/2020.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik usia subjek yang

terlibat dalam penelitian dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik Subjek berdasarkan Usia

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui

bahwa subjek penelitian paling banyak

berada dalam rentang usia 11 tahun 0

bulan-11 tahun 11 bulan, yaitu

sebanyak 30 siswa (60%). Hasil

pengukuran IMT/U subjek (Gambar 2)

menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek berstatus gizi normal 30 siswa

(60%).

Gambar 2. Status Gizi Subjek Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

Tingkat keparahan karies gigi

subjek (Gambar 3) dari dari hasil

pemeriksaan indeks def-t menunjukkan

bahwa tingkat karies sebagian besar

subjek adalah sangat rendah, yaitu

sebanyak 18 dari 35 subjek (51,42%).

Dari hasil pemeriksaan indeks DMF-T,

tingkat karies sebagian besar subjek

adalah sangat rendah, yaitu 27 dari 50

subjek (54%).

Gambar 3. Tingkat Karies Gigi Subjek

05

101520253035

10 tahun 0bulan - 10tahun 11

bulan

11 tahun 0bulan - 11tahun 11

bulan

12 tahun 0bulan - 12tahun 11

bulan

Usia Subjek

0

5

10

15

20

25

30

35

Sangatkurus

Kurus Normal Gemuk Obesitas

Status Gizi Subjek

0

5

10

15

20

25

30

Sangatrendah

Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi

Tingkat Karies Gigi Subjek

def-t DMF-T

Jum

lah

su

bje

k

19

30

1

Jum

lah

su

bje

k

3 3

30

8 6

Jum

lah

su

bje

k 18

27

9 8 7 7

0

7

5

7 2

7 2

7

Page 7: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

375

Berdasarkan data hasil pengisian

kuesioner mengenai frekuensi asupan

makanan dan minuman manis (Gambar

4) diketahui siswa yang mengonsumsi

makanan dan minuman manis dalam

frekuensi sangat rendah berjumlah 1

siswa (2%), rendah 10 siswa (20%),

sedang 26 siswa (52%), tinggi 13 siswa

(26%), dan sangat tinggi 0 siswa (0%).

Sebagian besar subjek memiliki

frekuensi asupan makanan dan

minuman manis yang sedang, yaitu

sebanyak 26 siswa (52%).

Gambar 4. Frekuensi Asupan Makanan dan Minuman Manis Subjek

Berdasarkan Gambar 5 diketahui

bahwa sebagian besar subjek

mengalami erupsi gigi yang normal,

yaitu sebanyak 25 subjek (50%).

Gambar 5. Erupsi Gigi Subjek

Uji korelasi pada penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara status gizi hasil pengukuran

indeks massa tubuh menurut umur

(IMT/U) dengan karies gigi pada siswa

kelas 5 SDN Purwantoro 2 Kota Malang.

Variable Rank Spearman Test

IMT/U dengan

def-t

p value = 0,117

Tidak terdapat

hubungan antara IMT/U dengan def-t

r = -0.270 Hubungan rendah dan

berlawanan arah

IMT/U dengan DMF-T

p-value = 0.999

Tidak terdapat hubungan

antara IMT/U

dengan DMF-T

r = 0.000239 Hubungan

sangat rendah dan searah

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi IMT/U dengan Karies Gigi

Berdasarkan Tabel 1 nilai signifikansi

dari hasil uji korelasi hubungan IMT/U

dengan def-t adalah 0,117. Nilai

signifikansi tersebut >0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang

berarti tidak terdapat hubungan antara

IMT/U dengan karies gigi sulung yang

diukur dengan indeks def-t. Nilai

signifikansi dari hasil uji korelasi

hubungan IMT/U dengan DMF-T adalah

0,999. Nilai signifikansi tersebut >0,05

maka dapat disimpulkan bahwa H0

diterima yang berarti tidak terdapat

hubungan antara IMT/U dengan karies

0

5

10

15

20

25

30

Sangatrendah

Rendah Sedang Tinggi Sangattinggi

Frekuensi Asupan Makanan dan Minuman Manis

0

10

20

30

Normal Lebih cepat Lebih lambat

Erupsi Gigi Subjek

1

10

26

13

0

Jum

lah

su

bje

k

25 24

1

Jum

lah

su

bje

k

Page 8: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

376

gigi permanen yang diukur dengan

indeks DMF-T.

PEMBAHASAN

Didapatkan hasil data bahwa

berdasarkan pengukuran IMT/U,

sebagian besar subjek berstatus gizi

normal (60%). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Jahri dkk.14 pada 350

siswa sekolah dasar, penelitian oleh

Yaqin dan Nurhayati15 pada 378 siswa

sekolah dasar, serta penelitian oleh Dini

dkk.16 pada 155 siswa sekolah dasar

yang menemukan bahwa sebagian

besar subjek berstatus gizi normal

dengan persentase berturut-turut

adalah 76%, 75%, dan 57,6%. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan data

kesehatan nasional yang menyatakan

sebagian besar anak usia 5-12 tahun di

Indonesia adalah berstatus gizi normal

(70,8%).3

Hasil status gizi yang sebagian

besar adalah normal, berdasarkan

pengamatan Peneliti, adalah karena

asupan makanan yang tidak berlebih

dan adanya jadwal pelajaran olahraga

setiap minggu yang memungkinkan

siswa untuk melakukan aktivitas fisik.

Penelitian oleh Ariani dan Masluhiya

pada siswa sekolah dasar di Kota

Malang menyatakan bahwa aktivitas

fisik memiliki hubungan dengan indeks

massa tubuh.17 Senada dengan hal

tersebut, penelitian pada siswa sekolah

dasar oleh Anam dkk. menyatakan

bahwa subjek yang beraktivitas fisik

secara aktif memiliki indeks massa

tubuh yang lebih rendah dibanding

subjek yang inaktif.18

Didapatkan hasil berdasarkan

kuesioner bahwa hanya 26% subjek

yang mengonsumsi asupan makanan

dan minuman manis dalam frekuensi

yang tinggi, sisanya mengonsumsi

dalam frekuensi sedang hingga sangat

rendah (74%). Rendahnya frekuensi

asupan makanan dan minuman manis

dapat berkontribusi positif dalam

pencegahan karies, yaitu semakin

rendah frekuensi asupan makanan dan

minuman manis, maka risiko terjadinya

karies juga semakin rendah.19,20

Frekuensi asupan makanan

manis subjek yang sedang hingga

sangat rendah (74%) juga

berpengaruh terhadap status gizi

subjek yang sebagian besar berstatus

gizi normal (60%) apabila dihitung

dengan IMT/U. Semakin rendah asupan

makanan dan minuman manis maka

risiko menjadi obesitas juga semakin

rendah.21 Hal ini juga sejalan dengan

Page 9: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

377

bukti yang menyatakan bahwa

konsumsi gula, yaitu free sugar,

memiliki hubungan yang positif dengan

menjadi gemuk.22 Free sugar

merupakan segala jenis monosakarida

dan disakarida yang ditambahkan ke

makanan atau minuman dan gula yang

secara alami berada pada madu, sirup,

jus buah, dan jus buah dekonsentrasi23

yang dalam kuesioner diwakili oleh 9

butir pertanyaan mengenai makanan

dan minuman manis.

Karies disebabkan oleh

keterlibatan gigi, bakteri, substrat

makanan, dan waktu.20 Selain empat

faktor tersebut, terjadinya karies gigi

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,

beberapa di antaranya, yaitu kebiasaan

dan asupan makanan.24 Tingkat karies

gigi subjek, baik gigi sulung maupun

gigi permanen, yang sangat rendah

dimungkinkan dapat terjadi karena dari

hasil kuesioner ditemukan bahwa

frekuensi asupan makanan dan

minuman manis subjek adalah sedang

hingga sangat rendah (74%).

Rendahnya asupan makanan yang

mengandung gula akan semakin

menurunnya risiko karies seiring

menurunnya frekuensi konsumsi.24

Tingkat karies gigi sulung

maupun gigi permanen subjek yang

sebagian besar adalah sangat rendah

dapat juga menunjukkan adanya

pencegahan dan edukasi mengenai

karies gigi yang baik. Berdasarkan

wawancara Peneliti terhadap pihak

kesehatan yang berwenang, kegiatan

UKGS rutin dilaksanakan di SDN

Purwantoro. Hal ini menyebabkan

memadainya edukasi mengenai

menjaga kebersihan rongga mulut.

Pengetahuan yang cukup berakibat

pada turunnya karies dan tingkat

keparahan karies akibat penjagaan

kebersihan mulut yang cukup.25

Data tambahan lain yang

didapatkan dari penelitian adalah

erupsi gigi subjek. Data tambahan ini

kemudian dianalisis hubungannya

dengan status gizi subjek yang diukur

dengan IMT/U. Didapatkan hasil bahwa

sebagian besar subjek mengalami

erupsi gigi yang normal, yaitu sebanyak

25 subjek (50%), sisanya, yaitu 24

(48%) subjek dan 1 (2%) subjek

mengalami erupsi gigi yang secara

berturut-turut lebih cepat dan lebih

lambat.

Erupsi gigi subjek yang sebagian

besar adalah normal (50%) dan lebih

cepat (48%) dimungkinkan terjadi

karena status gizi subjek yang sebagian

besar adalah normal. Hal ini dapat

Page 10: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

378

terjadi karena pada anak dengan status

gizi yang normal, kebutuhan nutrisi

untuk mendukung terjadinya proses

erupsi gigi terpenuhi. Sebagai contoh,

dalam masa pembentukan gigi,

terpenuhinya vitamin D memegang

peranan penting dalam penyerapan

kalsium, fosfat, dan magnesium dari

usus yang memungkinkan mineralisasi

tulang dan gigi. Hal ini memiliki

kontribusi yang baik dalam proses

erupsi gigi yang tidak tertunda.26

Hasil penelitian tentang

hubungan antara IMT/U dengan def-t

dan DMF-T subjek menyatakan bahwa

IMT/U tidak memiliki hubungan dengan

karies gigi permanen maupun dengan

karies gigi sulung. Hal ini berbeda

dengan hipotesis penelitian.

Berdasarkan hipotesis penelitian,

IMT/U seharusnya berhubungan

dengan karies gigi melalui jalur gula

atau karbohidrat dalam makanan yang

meningkatkan IMT dan juga karies.

Hasil penelitian yang

menyatakan tidak ada hubungan

antara karies gigi ini mendukung

penelitian oleh Chiu dkk. pada 157 anak

yang menyatakan hasil bahwa IMT dan

karies gigi tidak memiliki hubungan

yang signifikan.27 Penelitian oleh

Lempert dkk. yang mengukur karies

gigi dan IMT sebanyak 2 kali, yaitu

pada awal penelitian dan saat follow-up

6 tahun kemudian menyatakan bahwa

karies pada kedua pengukuran tersebut

tidak berhubungan dengan IMT.28

Serupa dengan hal tersebut, penelitian

oleh Jong-Lenters dkk. pada 230 anak

menyatakan bahwa tidak ditemukan

adanya hubungan antara IMT dengan

karies gigi.29

Hasil penelitian pada subjek di

SDN Purwantoro 2 ini berbeda dengan

penelitian oleh Bhayat dkk. yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara IMT dan karies

gigi.30 Hasil penelitian berbeda pula

dengan hasil yang dikemukakan oleh

Goodson dkk. yang menemukan

adanya hubungan antara status gizi

obesitas dan karies gigi. Perbedaan ini

dimungkinkan terjadi karena

penghitungan karies gigi hanya

didasarkan pada gigi yang berlubang

dan gigi yang ditumpat, sedangkan gigi

yang missing tidak disertakan dalam

penghitungan karies gigi.31

Selain itu, penelitian pada subjek

di SDN Purwantoro 2 ini berbeda pula

dengan hasil penelitian oleh Kartikasari

dan Nuryanto yang menyatakan hasil

bahwa terdapat hubungan yang searah

antara karies gigi dengan status gizi.

Page 11: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

379

Hasil yang berbeda ini dimungkinkan

dapat terjadi karena pada subjek

penelitian Kartikasari dan Nuryanto

terdapat pola konsumsi makanan manis

yang tinggi, yaitu 73% subjek

mengonsumsi makanan kariogenik

sebanyak 3-6x sehari. Adapun jenis

makanan kariogenik yang sering

dikonsumsi subjek, antara lain permen,

cokelat, donat, kue isi selai, kue lapis,

dodol, gulali, arumanis, dan snack.32

Hasil penelitian ini apabila

diamati dari arah hubungannya,

walaupun tidak menunjukkan hasil

yang signifikan, IMT/U memiliki

hubungan yang searah dengan karies

gigi pemanen dan hubungan yang

berlawanan arah dengan karies gigi

sulung. Pada gigi sulung, hubungan

yang berlawanan arah dimungkinkan

dapat terjadi karena penelitian

dilakukan terbatas hanya pada siswa

kelas 5. Sebagian siswa telah

mengalami tanggal pada keseluruhan

gigi sulungnya sehingga peneliti tidak

mendapatkan informasi mengenai

kondisi gigi sulung pada siswa-siswa

tersebut. Kondisi yang demikian

dimungkinkan dapat mempengaruhi

hasil analisis hubungan antara status

gizi subjek dengan karies gigi sulung.

Selain itu, dimungkinkan pada

usia anak-anak, pada masa gigi sulung,

anak-anak memiliki kecenderungan

memiliki masalah dengan nafsu makan.

Hal tersebut kemudian dimungkinkan

diatasi dengan asupan makanan yang

diupayakan terus menerus walaupun

sedikit-sedikit agar gizi terpenuhi.

Asupan makanan yang sedikit dapat

mengakibatkan IMT/U yang rendah,

tetapi asupan makanan yang terus

menerus atau frekuensi tinggi

mengakibatkan meningkatnya karies

gigi.29 Hal ini mengakibatkan hubungan

yang berlawanan arah antara IMT/U

dengan karies gigi sulung.

Pada gigi permanen, hubungan

yang berbanding lurus ditemukan

sebagaimana hipotesis yang ada, yaitu

semakin tinggi IMT semakin tinggi pula

karies gigi melalui jalur konsumsi

gula.31 Subjek berada pada usia di

mana mereka telah memiliki keinginan

serta memiliki kesempatan untuk

memilih makanannya sendiri. Subjek

dapat memilih untuk memakan

makanan atau minuman yang manis.

Konsumsi makanan dan minuman

manis pada subjek mengakibatkan

hubungan yang berbanding lurus

antara status gizi siswa yang sebagian

besar adalah normal serta karies gigi

Page 12: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

380

yang sebagian besar adalah sangat

rendah.

Dari hasil yang didapat dan

dikemukakan oleh peneliti, penelitian

ini memiliki keterbatasan, yaitu subjek

penelitian berjumlah minimal, hanya

sebanyak 50 subjek. Selain itu, pada

penelitian ini ditemukan hasil bahwa

indeks massa tubuh tidak berhubungan

dengan karies gigi permanen maupun

karies gigi sulung. Informasi mengenai

hal-hal yang menyebabkan hubungan

yang demikian sangatlah minimal,

salah satunya didapatkan melalui data

tambahan, yaitu kuesioner yang

hasilnya tergantung pada kejujuran

subjek saat mengisi setiap butir

pertanyaan.

Selain itu, kuesioner yang

digunakan hanya menyebutkan

makanan dan minuman manis beserta

frekuensi konsumsinya. Kuesioner tidak

mencakup jenis makanan dan minuman

lainnya, misalnya makanan tinggi

lemak, sayur-sayuran. Kuesioner juga

tidak menanyakan jumlah pada setiap

konsumsinya.

Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi hubungan antara

IMT/U dengan karies gigi, misalnya

kondisi sosioekonomi subjek, tidak

digali dalam penelitian ini. Upaya

pencegahan karies gigi, misalnya

rutinitas menyikat gigi yang baik dan

benar juga tidak dikumpulkan

informasinya dari subjek. Faktor-faktor

tersebut apabila digali pada penelitian

yang lebih lanjut dimungkinkan dapat

memberi informasi mengenai faktor

yang mempengaruhi hubungan antara

IMT/U dengan karies gigi.

KESIMPULAN

Hasil peneitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara

IMT/U dengan karies gigi permanen

maupun gigi sulung.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima

kasih kepada SDN Purwantoro 2,

Puskesmas Cisadea, Dinas Kesehatan

Kota Malang, Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik Kota Malang, dan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya

atas izin yang diberikan untuk

dilaksanakannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fejerskov, O., Nyvad, B., Kidd, E. A.

M. 2015. Dental Caries The Disease

and Its Clinical Management Third

Edition. West Sussex: Willey

Blackwell. Hal 7-9.

Page 13: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

381

2. Qualtrough, A. J. E., Satterthwaite,

J. D., Morrow, L. A., Brunton, P. A.

2005. Principles of Operative

Dentistry. Oxford: Blackwell

Munksgaard. Hal. 14, 28.

3. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. 2018.

Laporan Nasional Riskesdas 2018.

Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Hal. 200, 207, 209, 561-563.

4. Shivakumar, S., Srivastava, A.,

Shivakumar G. C. 2018. Body Mass

Index and Dental Caries: A

Systematic Review. International

Journal of Clinical Pediatric

Dentistry, 2018, 11(3): 228-229.

5. Scietific Advisory Committee on

Nutrition. 2015. Carbohydrates and

Health. London: The Stationery

Office. Hal 192-193.

6. Psoter, W. J., Reid, B. C., Katz, R.

V. Malnutrition and Dental Caries :

A Review of the Literature. Caries

Research, 2005, 39: 441-442, 444.

7. Rahman, T., Adhani, R., Triwanti.

2014. Hubungan Antara Status Gizi

Pendek (Stunting) Dengan Tingkat

Karies Gigi Tinjauan Pada Siswa-

Siswi Taman Kanak-Kanak Di

Kecamatan Kertak Hanyar

Kabupaten Banjar Tahun 2014.

Dentino Jurnal Kedokteran Gigi Vol

I, No 1, Maret 2016: 88, 91.

8. Best, C., Neufingerl, N., Geel, L. V.,

Tina van den Briel., Saskia

Osendarp. 2010. The Nutritional

Status of School-Aged Children:

Why Should We Care? Food and

Nutrtion Bulletin, 2010, 31(3): 400.

9. Macek, M. D., Mitola, D. J. 2006.

Exploring the Association Between

Overweight and Dental Caries

Among US Children. Pediatric

Dentistry, 2008, 26(4): 375.

10. Agustina, N. 2018. Perkembangan

Peserta Didik. Yogyakarta:

Deepublish. Hal 158, 372, 375.

11. Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. 2011. Keputusan

Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi

Anak. Direktorat Bina Gizi

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Hal. 3-4, 18-22, 36-40.

12. Welbury, R., Duggal, M. S., Hosey,

M. T. 2018. Paediatric Dentistry

Fifth Edition. Oxford: Oxford

University Press. Hal. 12.

Page 14: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

382

13. World Health Organization. 2015.

Oral Health Surveys Basic Method

Fifth Edition. Geneva: WHO Press.

Hal. 44, 74, 117.

14. Jahri, I. W., Suyanto., Ernalia, Y.

2016. Gambaran Status Gizi pada

Siswa Sekolah Dasar Kecamatan

Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.

JOM FK Vol 3, No 2, Oktober 2016:

5.

15. Yaqin, M. K., Nurhayati, F. 2014.

Prevalensi Obesitas pada Anak Usia

SD Menurut IMT/U di SD Negeri

Ploso II NO 173 Surabaya. Jurnal

Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Volume 02 Nomor 01

Tahun 2014: 114.

16. Dini, N. I., Fatimah, S. P., Suyatno.

2017. Hubungan Konsumsi

Makanan Jajanan Terhadap Status

Gizi (Kadar Lemak Tubuh dan

IMT/U) pada Siswa Sekolah Dasae

(Studi di Sekolah Dasar Negeri 01

Sumurboto Kota Semarang). Jurnal

Kesehatan Masyarakat Vol 5, No 1,

Januari 2017: 304.

17. Ariani, N. L., Masluhiya, S. A. F.

2017. Keterkaitan Aktivitas Fisik

Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Siswa SD Kota Malang. Jurnal Care

Vol. 5 No. 3: 460.

18. Anam, M. S., Mexitalia, M.,

Widjanarko, B., Pramono, A.,

Susanto, H., Subagio, H. W. 2010.

Pengaruh Intervensi Diet dan Olah

Raga Terhadap Indeks Massa

Tubuh, Lemak Tubuh, dan

Kesegaran Jasmani pada Anak

Obes. Sari Pediatri Vol 12, No 1 Juni

2010: 39.

19. Asnani, K. H. 2010. Essentials of

Pediatric Dentistry. New Delhi:

Jaypee Brothers Medical Publishers.

Hal. 53.

20. Cameron, A. C., Widmer, R. P.

2013. Handbook of Pediatric

Dentistry 4th Edition. Sydney:

Mosby Elsevier. Hal. 48-49.

21. FDI World Dental Federation. 2016.

Sugars and Dental Caries: A

Practical Guide to Reduce Sugars

Consumption and Curb The

Epidemic of Dental Caries. Hal. 29.

22. World Health Organization. 2015.

Information Note About Intake of

Sugars Recommended in The WHO

Guideline for Adults and Children.

Geneva: World Health

Organization. Hal. 1.

23. FDI World Dental Federation. 2015.

Dietary Free Sugars and Dental

Caries. Hal. 1.

Page 15: HUBUNGAN IMT DENGAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS …

383

24. McDonald, R. E., Avery, D. R.,

Dean, J. A. 2011. Dentistry for The

Child and Adolescent Ninth Edition.

Missouri: Elsevier. Hal. 177-178,

193.

25. Haque, S. E., Rahman, M., Itsuko,

K., Mutahara, M., Kayako, S.,

Tsutsumi, A., Islam, M. J., Mostofa,

M. G. 2016. Effect of a School-

Based Oral Health Education in

Preventing Untreated Dental Caries

and Increasing Knowledge,

Attitude, and Practies Among

Adolescents in Bangladesh. BMC

Oral Health 16 (44): 1.

26. Pflipsen, M., Zenchenko, Y. 2017.

Nutrition for Oral Health and Oral

Manifestation of Poor Nutrition and

Unhealthy Habits. General

Dentistry 412. Hal. 37.

27. Chiu, S., DiMarco, M. A., Prokop, J.

L. Childhood Obesity and Dental

Caries in Homeless Children. J

Pediatr Health Care (2013) 27: 281.

28. Lempert, S. M., Froberg, K.,

Christensen, L. B., Kristensen, P. L.,

Heitmann B. L. 2013. Association

Betwen Body Mass Index and

Caries Among Children and

Adolescents. Community Dent Oral

Epidemiol: 4.

29. Jong-Lenters M. D., Dommelen, P.

V., Schuller, A. A., Verrips, E. H. W.

2015. Body Mass Index and Dental

Caries in Children Aged 5 to 8 Years

Attending a Dental Paediatric

Referral Practice in The

Netherlands. BMC Res Notes

(2015) 8, 738: 1, 3.

30. Bhayat, A., Ahmad, M. S., Fadel, H.

T. 2016. Association Between Body

Mass Index, Diet, and Dental Caries

in Grade 6 Boys in Medina, Saudi

Arabia. Eastern Mediterranean

Health Journal. Vol.22 No.9 2016:

690-692.

31. Goodson, J. M., Tavares, M., Wang,

X., Niederman, R., Cugini, M.,

Hasturk, H., Barake, R., Alsmadi,

O., Al-Mutawa, S., Ariga, J.,

Soparkar, P., Behbehani, J.,

Behbehani, K. 2013. Obesity and

Dental Decay: Inference on The

Role of Dietary Sugar. PLOS ONE 8,

10: 5.

32. Kartikasari, H. Y., Nuryanto. 2014.

Hubungan Kejadian Karies Gigi

Dengan Konsumsi Makanan

Kariogenik dan Status Gizi pada

Anak Sekolah Dasar. Journal of

Nutrition College 2014 (3): 414.