Post on 15-Jan-2016
description
LAPORAN “HOME VISITE” PSIKIATRI
Oleh:
Nurul Lasmi Saridewi
H1A 007 047
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT JIWA RSJP NTB/FK UNRAM
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2013
LAPORAN HOME VISITE
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn “KA”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Menikah : Belum Menikah
Alamat : Dusun Lendang Are 3, Desa Lendang Are, Kecamatan
Kopang, Kabupaten Lombok Tengah
Tanggal Home Visit : 27 Oktober 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Data diperoleh dari Ibu pasien (Ny. M, 65 tahun, bekerja sebagai buruh tani, tidak
tamat SD, suku Sasak, agama Islam, tinggal Desa Lendang Are) pada tanggal 27
Oktober 2013.
a. Keluhan utama
Pasien sering mengamuk dan keluyuran.
b. Riwayat gangguan sekarang
Saat ini pasien dalam keadaan terpasung dengan balok kayu. Pasien diceritakan
sering berbicara sendiri, tertawa sendiri, terkadang pada malam hari sering
berteriak ketakutan, pasien mengatakan “ jemput saya, saya takut disini”.
Lima tahun yang lalu, sebelum pasien dipasung, keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien sering mengamuk. Pasien merusak barang-barang dirumah,
melempar kaca jendela, bahkan dapat memukul keluarga atau orang yang
dilihatnya. Pasien juga mulai berbicara sendiri, terkadang mengatakan”tunggu
saya”, pasien juga tertawa sendiri, mudah tersinggung, dan tidak bisa tidur.
Pasien juga dikatakan keluyuran. Selain itu, jika pasien melihat gadis pasien
ingin memeluk gadis tersebut. Pasien juga tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari seperti makan dan mandi.
Sebelum keluhan tersebut muncul, diceritakan bahwa pasien sangat terpukul
karena ayahnya meninggal. Pasien sangat dekat dengan ayahnya. Saat ayahnya
sakit, pasienlah yang selalu merawat ayahnya hingga meninggal. Setelah ayah
pasien meninggal, diceritakan pasien selalu menangis, setiap hari pergi ke
kuburan, dan berbicara sendiri.
Karena keluhan pasien yang semakin memberat (mengamuk dan keluyuran),
keluarga pasien membawanya ke RSJ Provinsi NTB, disana pasien dirawat
kurang lebih selama 1 bulan. Saat dinyatakan sembuh pasien pulang. Beberapa
bulan kemudian, keluhan yang sama muncul lagi, kemudian pasien dibawa lagi
ke RSJ Provinsi NTB disini pasien menjalani rawat inap. Setelah dinyatakan
sembuh pasien pulang dan rawat jalan. Pasien hanya beberapa kali kontrol
karena keluarga merasa pasien sudah tenang, pasien menolak untuk minum
obat dan biaya transportasi untuk ke RSJ Provinsi NTB dirasa cukup berat oleh
keluarga.
Sekitar 4 tahun yang lalu, keluhan pasien seperti mengamuk, melempar rumah
dan rumah tetangga, berteriak-teriak, berbicara sendiri muncul kembali. Selain
itu pasien keluyuran hingga 2 hari tidak pulang kerumah. Kemudian keluarga
pasien memutuskan agar pasien dipasung. Dalam 4 tahun terakhir, pasien
dipasung sebanya 3 kali. Jika pasien dirasakan tenang, maka pasung dilepas.
Pasung yang terakhir sudah terpasang sekitar 2 tahun.
Selama terpasung, akitivitas sehari-hari pasien seperti makan dan minum,
mengganti sarung, dan membersihkan BAB dibantu oleh ibunya.
c. Riwayat gangguan sebelumnya
- Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, pasien sudah 2 kali
dirawat di RSJ provinsi NTB.
- Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala, kejang, penyakit kuning,
penyakit jantung, darah tinggi ataupun kencing manis
- Riwayat penggunaan obat – obatan (-), konsumsi alkohol dan merokok (-).
d. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal
Pasien terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Anak yang
diharapkan oleh kedua orangtuanya. Pasien lahir cukup bulan, lahir
spontan per vaginam ditolong oleh dukun, langsung menangis, berat badan
lahir tidak diketahui, tidak ada komplikasi selama proses persalinan. Saat
mengandung pasien ibunya tidak pernah sakit, tidak minum obat-obatan
dan jamu-jamuan. Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun.
2. Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Sejak lahir pasien tinggal bersama kedua orangtua dan kakak laki-lakinya di
rumah yang mereka tempati sampai saat ini. Jarak usia antara pasien dengan
kakaknya adalah 9 tahun. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
Pasien adalah seorang anak yang penurut dan tidak pernah rewel. Secara
keseluruhan tumbuh kembang pasien sesuai dengan usianya dan sama
dengan anak-anak seusianya di lingkungan rumah.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien bergaul ataupun berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Pasien
adalah anak yang baik, tidak pernah bermasalah dengan teman-temanya.
Pasien mengikuti pendidikan sekolah dasar. Pasien diceritakan tidak
pernah tinggal kelas. Pasien tidak pernah bermasalah dengan teman
disekolah ataupun dengan guru. Pasien dikatakan sudah menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar.
4. Masa kanak-kanak akhir (11-18 tahun)
Pada masa ini pasien bergaul ataupun berbaur dengan lingkungan
sekitarnya. Pasien dikatakan melanjutkan pendidikan ke sanawiyah. Pasien
tidak pernah tinggal kelas, pasien tidak ada masalah dengan teman-teman
dan guru disekolah. Pasien menyelesaikan pendidikannya di sanawiyah.
Pasien tidak melanjutkan pendidikannya ke aliyah dan memilih untuk
membantu orang tua. Pasien bekerja menjadi buruh tani dan memberi
makan ternak. Saat ini juga pasien menghabiskan waktunya untuk merawat
ayahnya yang sakit hingga meninggal dunia.
5. Dewasa
Saat ini, pasien belum menikah. Sejak 5 tahun yang lalu, pasien tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan dan minum.
e. Riwayat keluarga
- Riwayat keluarga gangguan jiwa (+) yaitu bibi pasien.
Genogram keluarga pasien :
f. Situasi Sosial Sekarang
- Saat ini pasien tinggal di dusun Lendang Are 3, pasien tidak tinggal serumah
dengan ibunya. Rumah ibunya berjarak sekitar 10 meter dari tempat tinggal
pasien. Rumah tersebut berukuran 8x6 meter, ventilasi dan penerangan cukup.
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ibu pasien bekerja sebagai buruh tani.
Selain itu ibu pasien juga mendapat bantuan dari kakak pasien yang bekerja di
Malaysia (TKI).
- Pasien dibuatkan rumah sendiri yang terbuat dari terpal, yang terletak
diseberang rumah ibunya, jaraknya sekitar 5 meter dari rumah ibunya, tempat
tinggal pasien berukuran ± 2 x 2 meter, berdinding terpal dan berlantai tanah,
pasien tidur diatas tikar tanpa kasur.
- Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain, pasien biasanya hanya
bicara sendiri, tertawa sendiri, tersenyum sendiri, tidak ada kontak mata jika
diajak bicara. Pasien diceritakan pernah melempar orang-orang yang lewat
dengan batu kerikil.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4VxM6
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur
Pernapasan : 18 x/menit
Status General :
- Kepala dan Leher
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)
- Thorax :
Auskultasi :
Pulmo : Vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Anggota Gerak
Tungkai Atas Tungkai Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Pucat - - - -
Kelainan bentuk - - - -
Pembengkakan
Sendi
- - - -
IV. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Keluarga pasien merupakan keluarga yang kurang mampu yang hidup seperti
masyarakat lombok pada umumnya.
V. SOSIAL EKONOMI
Saat ini pasien mendapat makan dan minum dibantu oleh ibunya dimana
ibunya bekerja sebagai buruh tani. Biaya tambahan juga diberikan oleh kakak pasien
yang bekerja sebagai TKI di Malaysia.
VI. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PASIEN GANGUAN JIWA
Menurut masyarakat disana, orang yang mengalami gangguan jiwa adalah
orang yang tiba-tiba mengamuk, bicara sendiri, tertawa sendiri, menangis sendiri, dan
tidak merawat diri. Di Dusun Lendang Are 3 dikatakan masih 4 orang yang
mengalami gangguan jiwa namun tidak sampai di pasung.
VII. PERSEPSI KELUARGA TERHADAP PASIEN
Keluarga pasien mengatakan awalnya menganggap pasien hanya mengalami
kesedihan yang terlalu dalam karena ayahnya meninggal. Namun karena keluhan
pasien semakin memberat dan setelah pasien dibawa dan dirawat di RSJ, keluarga
menerima keadaan tersebut.
Keluarga pasien takut pasien meresahkan masyarakat karena sering
mengamuk, tidak hanya di rumah sendiri tapi terkadang melempar rumah tetangga,
memukul orang, dan sering keluyuran bahkan jika melihat gadis ingin dipeluknya.
Keluarga pasien juga tidak ingin pasien diganggu oleh anak-anak disekitar rumahnya
dan keluarga khawatir dengan keselamatan pasien pada saat tidak di awasi. Pasien
akhirnya dibuatkan rumah sendiri yang terbuat dari terpal dan dipasung didalamnya.
Selain itu diharapkan dengan dipasung pasien dapat sembuh dari penyakitnya.
Menurut kepercayaan keluarga, pasung adalah obat untuk gangguan jiwa. Pasien
BAK dan BAB di tempat. Pasien dipasung dengan dipasangkan sarung. Pasien tetap
diantarkan makanan dan minuman oleh ibunya pada waktu yang sama setiap harinya.
Ibunya juga mengganti sarung serta membersihkan BAB dan BAK pasien.
VIII.TANGGAPAN KELUARGA SETELAH ADA ANGGOTA KELUARGA
YANG DIRAWAT RSJ
Keluarga tidak merasa malu memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa,
tidak menganggap keluhan demikian sebagai aib, tetap bersabar dan pasrah. Keluarga
sudah mencoba pengobatan tradisional maupun medis. Keluarga merasa kecil
kemungkinan untuk pasien sembuh kembali.
IX. TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP PASIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA DAN USAHA PENGOBATAN
Menurut keluarga pasien, kemungkinan untuk sembuh kecil. Namun, tetap
harus diperhatikan mengenai pemberian makanan dan minumannya. Usaha
pengobatan terhadap pasien dilakukan 5 tahun yang lalu. Usaha pengobatan yang
telah dilakukan keluarga adalah membawa pasien ke dokter ( RSJ) dan dukun namun
hasilnya tidak sesuai harapan keluarga ( tidak sembuh).
Keluarga mengakui dahulu ada perbaikan setelah pasien di rawat di RSJ,
namun karena terbentur masalah biaya pengobatan tidak dilanjutkan. Dengan
dipasung keluarga mengharapkan pasien dapat sembuh, namun tidak ada perubahan
hingga saat ini.
X. KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT
PENANGANAN ANGGOTA KELUARGANYA YANG DIPERSEPSIKAN
MENDERITA GANGGUAN JIWA
Keluarga mengatakan bahwa yang menjadi kendala pengobatan pasien adalah
masalah biaya, khususnya biaya transport. Biaya transport yang harus dikeluarkan
keluarga untuk membawa pasien ke RSJ sekitar 200-300 ribu rupiah per kali pergi.
Dengan jumlah biaya tersebut dianggap cukup memberatkan keluarga. Keluarga
pasien mengatakan pasrah dengan kondisi pasien, keluarga mengharapkan bantuan
dari pihak terkait bisa membantu dalam proses terapi/perbaikan kondisi pasien.
DOKUMENTASI PASIEN