Post on 05-Jul-2015
HADRAH MADURA
Musik Islamik dari Madura
(Oleh Yosep Nurdjaman Alamsyah)
Madura
Gambar 1Peta wilayah Madura
Sember: www. Google. Com
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia,
jumlahnya sekitar 6,8 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-
pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang
Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur, dari Pasuruan sampai utara
Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta
timur Probolinggo jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa.
Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang
bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi
kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya
adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik
untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-
barang bekas lainnya. Selain itu, banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh.
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta
sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal
hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun
miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain
itu, orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang
melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Harga diri, merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan orang
Madura, karena mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang,
atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih
mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.
I. Sejarah Hadrah Madura
Gambar 2Jenis Kesenian Hadrah dari Madura,
kesenian ini sangat kental dengan nafas keislaman Sumber: video dokumentasi Prof. Sri Hastanto
Bagi sebagian masyarakat Madura, hadrah sering dipergunakan sebagai
pengiring dalam acara pernikahan. Seni budaya yang bernafaskan Islam ini,
sebenarnya sudah lama ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Apa
yang melatarbelakangi berdirinya?
Menurut catatan sejarah, Kesenian Hadrah di Kabupaten Sampang mulai
diperkenalkan kepada masyarakat sekitar tahun 1939. Tokoh yang mempelopori
kesenian ini adalah K. H. Makki, beliau adalah seorang ulama kharismatik saat
itu. Awalnya, kesenian yang bernafaskan Islam ini bertujuan untuk
membangunkan kaum muslim untuk bersantap sahur pada bulan Ramadhan, serta
dimainkan dalam acara walimatul urs sebagai pertanda diberlangsungkannya
pernikahan.
Setelah kesenian ini berkembang pesat, sekitar tahun 1950-an dibentuklah
persatuan Hadrah Natijatus Salaf (NS) yang beranggotakan semua jam'iyah
hadrah yang ada di Sampang. Tujuan dibentuknya jam'iyah ini, menjaga
kelestarian dan keabadian kesenian hadrah. Tokoh yang pernah tercatat
memimpin jam'iyah ini adalah K. H. Makki, K. H. Hasyim Makki,
K. H. Baidhowi, K. H. Zayyadi, K. H. Syakur Hasyim, dan K. H. Umar Mansur
Zayyadi sampai sekarang.
Setiap tahun sekali, bertepatan dengan malam tanggal 12 Rabiul Awal,
kelompok jam'iyah Hadrah Natijatus Salaf ini mengadakan pagelaran seni
bersama dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid
Agung Sampang. Masing-masing jam'iyah berusaha menampilkan kekompakan
dan keserasian permainan timnya.
Kesenian hadrah ini, biasanya dimainkan oleh 23 sampai 45 orang, bahkan
ada keterangan yang mengatakan bahwa Kesenian hadrah ini pemainnya
mencapai 75 sampai 100 orang.
Perkembangan saat ini, selain digelar dalam acara Maulid Nabi Muhammad
SAW dan pernikahan, kesenian ini juga mulai ditampilkan di setiap acara-acara
hari besar nasional dan hari besar Islam yang lain. Bahkan sering tampil dalam
acara khitanan dan walimatul haji.
Musik yang paling popular di kalangan masyarakat “oreng alem” (istilah
untuk mengidentifikasi orang yang taat dalam beragama Islam) adalah Terbang
Hadrah. Oreng alem yang dominan di Madura seakan-akan memberikan
dukungan yang kuat terhadap eksistensi jenis musik ini. Awalnya, Terbang
Hadrah menjadi simbol musik pesantren, kemudian berkembang menjadi musik
milik komunitas yang jauh lebih luas. Maka dari itu bermunculan ratusan
kelompok-kelompok hadrah yang selalu memenuhi events perayaan keagamaan,
arisan desa maupun komunitas kecil, hingga event yang disponsori pemerintah
(festival hadrah). Tingkat kompetisi yang sangat tinggi ini memang cenderung
terjadi pengembangan yang luar biasa. Bahkan aspeknya sampai ke urusan
panggung yang dirancang seperti bangunan mesjid, disertai pemasangan lampu-
lampu beraneka warna dan pelepasan lampion. Keadaan pementasan dibuat
sedemikian megah dan gemerlap.
Hal yang biasa terjadi di banyak tempat, jenis musik ini sering ditarikan
dalam atmosfir koreografi ruddhat1 ( baca: rodat). Instrumen yang dipergunakan
dalam jenis musik ini adalah alat musik terbang, yang terbagi ke dalam tiga polar
ritem, antara lain:
1. Korbhian, artinya: induk. Pola korbhian menjadi dasar pembentukan
“kalimat ritme” yang biasanya dimainkan oleh terbang ukuran besar
(dimainkan dengan dua pemain terbang).
2. Budu’an, artinya: anak. Pola ritemnya merupakan sisipan sederhana dari
pola utamanya. Dimainkan oleh dua pemain terbang dengan warna suara
lebih ringan.
3. Peca’an, artinya pemisah. Pola ritem inilah yang mampu menghidupkan
kesatuan interlocking pada musik ini. Biasanya, tingkat kecermelangan
variasi ritem dapat dilihat dari polar ritem ini.
Musik terbang hadrah semakin bergairah ketika mereka mulai memasukkan
instrumen jidor (bedug atau bass drum) yang sangat mendominasi kesan ritem
secara keseluruhan. Apalagi dalam sebuah pertunjukan, jidor tidak hanya ditabuh
biasa, melainkan ditabuh dengan cara digendong sambil melakukan atraksi yang
memukau menyatu dengan kelompok penari ruddhat.
Setiap pementasan, mereka tetap memegang model ritme standar, yaitu:
mateno’, jus, yahum, pinjang, jus pinjang (dua yang terakhir jarang dilakukan).
Pola-pola ritem tersebut sama sekali tidak mempengaruhi nyanyian yang
1 Ruddat adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari Provinsi Banten.
dibawakan para nasyid. Tidak seperti halnya musik gambus, kesenian hadrah ini
tidak berhubungan lagi dengan masyarakat Arab di Sumenep, bahkan citra
musiknya sekalipun.
Salah satu kelompok hadrah yang masih ada dan berkembang di Madura
adalah kelompok Ki Lemah Duwur. Kelompok ini berada di daerah Madura,
tepatnya di Barat Tambak, Bangkalan, Madura. Hadrah Ki Lemah Duwur ini
pemainnya semua laki-laki, dari yang umurnya masih remaja sampai orang tua
yang berumur 60-an ikut dalam kelompok hadrah tersebut. Namun, kebanyakan
pemainnya sudah berumur 30 ke atas. Tetapi walaupun mereka sudah berumur,
pertunjukan yang mereka sajikan sangat bagus, atraktif, dan dinamis.
II. Instrumen Musik dalam Handrah
Unsur musikal yang terdapat di dalam kesenian hadrah ini sangat
mendukung terhadap jalannya pembentukkan kesenian hadrah tersebut. Karena
unsur musik dan teks lagu hadrahnya saling mendukung dan menghasilkan sebuah
karya musik yang bagus dan sangat menarik untuk disimak.
Adapun alat-alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan kesenian
hadrah ini adalah sebagai berikut:
1. Rebana
Gambar 3Alat musik rebana
yang dipakai dalam pertunjukan hadrah Sumber: www. Google. Com
Rebana atau tebrang adalah salat satu alat musik yang berfungsi untuk
mengiringi hadrah. Rebana ini merupakan alat yang sangat dominan dalam
pertunjukan hadrah. Warna suara yang dihasilkan oleh rebana ini sangat singkron
dengan teks lagu hadrah, karena dengan pola motif pukulan yang dihasilkan oleh
rebana tersebut lebih ke nuansa Arab atau Timur Tengah, sehingga kesesuaian
antara teks lagu hadrah yang menggunakan bahasa Arab dengan pola motif
pukulan rebana yang terjalin dengan sangat dinamis dan enak untuk didengar.
Rebana merupakan alat musik yang terbuat dari kayu, yang dibentuk bulat
yang bagian atas dan bawahnya dibuat bolong yang dibentuk seperti elips. Jarak
antara lubang atas dan bawahnya sekitar lima centimeter sampai sepuluh
centimeter. Lubang bagian atas ditutup dengan kulit yang terbuat dari kulit sapi
atau kulit kerbau. Untuk mengencangkan kulitnya, dibagian ujung kulit
ditempelkan ke kayu, kemudian dikencangkan dengan menggunakan paku payung
atau dapat juga dengan menggunakan paku. Cara memainkan rebana yaitu dengan
menggunakan telapak tangan. Jadi telapak tangan kita langsung dipukulkan ke
membran atau ke muka kulit rebana tersebut.
Suara yang dihasilkan oleh rebana ini bisa keras dan juga bisa pelan atau
lirih, tergantung kepada pemain memukul rebananya. Keras dan lirihnya suara
rebana di dalam hadrah disesuaikan dengan teks lagu hadrah itu sendiri dan
disesuaikan pula dengan gerakan tari yang dibawakan oleh pemain hadrahnya
sendiri.
Rebana di dalam pertujukkan hadrah ini mempunyai dua fungsi, yakni
sebagai berikut:
a. Berfungsi untuk mengiringi teks lagu yang dibawakan oleh vokal
yang mandiri atau vokal solo; dan
b. Berfungsi untuk mengiringi tarian yang dibawakan oleh para
pemain hadrah itu sendiri.
2. Bedug atau Jidor
Gambar 4Alat musik bedug
atau jidor yang digunakan dalam hadrah Sumber:video dokumentasi Prof. Sri Hastanto
Bedug di dalam hadrah juga merupakan salah satu alat musik yang sangat
dominan terhadap musikalitas yang terdapat dalam hadrah tersebut, karena warna
suara bedug yang low2, sehingga ritmik yang dihasilkan oleh bedug tersebut
merupakan titik dasar tempo ketika jalannya pertunjukan hadrah.
Bedug terbuat dari kayu yang besar dengan panjang satu meter, kemudian
diameternya lima puluh centimeter . Kayu tersebut bagian tengahnya dilubangi,
sehingga pada bagian tengahnya bolong. Pada salah satu ujung lobangnya tersebut
ditutup dengan kulit kerbau, kemudian untuk mengencangkan kulit tersebut
dengan menggunakan bambu tali yang dilingkarkan ke ujung kayu yang akan
ditutup oleh kulit, kemudian ujung kulit tersebut dililitkan ke bambu tali, sehingga
kulitnya menjadi nempel dan kuat. Bedug mempunyai diameter yang cukup besar,
sehingga suara yang dihasilkanya pun warna suaranya ngebass.
Bedug ini cara memainkannya dengan menggunakan alat pemukul, yang
terbuat dari kayu, bentuknya seperti tabung dengan panjang tiga puluh centimeter
dan diameter lima centimeter, kemudian disalah satu ujungnya dibentuk bundar
seperti bola. Posisi menggunakan alat pukulnya yaitu tangan memegang sebelah
kayu yang datar, kemudian yang bagian bundarnya dipukulkan ke bedug.
2 Low merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya rendah. Maksudnya adalah bahwa suara bedug ini menghasilkan warna suara yang rendah.
Bedug di dalam hadrah ini mempunyai fungsi untuk mengiringi teks lagu
dan untuk mengiringi tarian hadrah.
3. Kendang
Gambar 5 Kendang yang dipakai dalam hadrah
‘posisi tidur dengan tali yang bersilang’ Sumber: video dokumentasi Prof. Sri Hastanto
Menurut pengamatan saya, ketika melihat dan menyimak pertunjukan dari
video yang dijadikan bahan untuk dianalisis, posisi kendang dalam hadrah ini
fungsinya tidak terlalu dominan seperti rebana dan bedug. Kesimpulan saya ketika
melihat video hadrah, kendang di sini berfungsi sebagai metronom, yang nantinya
saling bersahutan dan saling mengisi dengan alat musik dogdog. Kesatuan yang
dibangun antara kendang dan dogdog memberikan warna ornamentasi perkusi
yang sangat bagus dan enak untuk didengar.
Kendang dalam hadrah ini bentukanya sama dengan kendang yang berasal
dari Makasar. Kendangnya berbentuk simetris datar, dan berbeda dengan kendang
yang berasal dari Jawa barat yakni kendangnya berbentuk simetris cembung. Cara
memainkan kendang yaitu dengan menggunakan telapak tangan, sama seperti cara
memainkan rebana.
Cara membuat kendang pada dasarnya semuanya sama, namun dari segi
bentuk yang membedakan, kemudian bentuk itu pula yang menjadikan identitas
asal masing-masing kendang tersebut.
Kendang hadrah terbuat dari kayu yang besar dengan panjang enam puluh
centimeter, kemudian diameternya tiga puluh centimeter. Kayu tersebut bagian
tengahnya dilubangi, sehingga pada bagian tengahnya bolong. Kedua ujung
lobangnya tersebut ditutup dengan kulit Kerbau, kemudian untuk mengencangkan
kulit tersebut dengan menggunakan bambu tali yang dilingkarkan ke ujung kayu
yang akan ditutup oleh kulit, kemudian ujung kulit tersebut dililitkan ke bambu
tali, sehingga kulitnya menjadi nempel dan kuat. Untuk mengencangkan antara
ujung atas dan ujung bawah agar kulitnya bisa distem, yaitu dengan menggunakan
tali yang terbuat dari kulit, kemudian tali ini disampulkan ke tiap ujung dari
membran kendang sekelilingnya.
4. Tambourin
Gambar 6Alat musik tambourin
dalam pertunjukan hadrah Sumber: video dokumentasi Prof. Sri Hastanto
Menurut pendapat penulis tambourin merupakan salah satu alat musik yang
dipergunakan dalam pertunjukan hadrah. Kedudukan tambourin di dalam hadrah
ini sangat memberikan warna yang khas, artinya warna suara yang dihasilkan oleh
tambourin ini selain memberikan tempo, tambourin juga memberikan kesan
hangat dan rame, kemudian memberika efek semangat kepada pada pemain
hadrah tersebut. Apabila tambourin tidak ada dalam pertunjukan hadrah ini
rasanya ada sesuatu yang kurang sempurna.
Dokumentasi foto di atas merupakakan gambar tambourin yang tidak utuh,
sebenarnya tambourin yang masih bagus itu bentuknya utuh tidak potong seperti
itu, mungkin karena cara memainkan tambourinya yang salah. Seharusnya cara
memainkan tambourin itu dipukulkan ke telapak tangan sebelah kanan atau
sebaliknya, tidak dipukulkan ke tanah seperti yang terlihat di foto. Hal itu yang
menyebabkan tambourinya menjadi rusak dan patah. Bentuk tambourin yang utuh
dan bagus yaitu sepeti gambar di bawah ini.
Gambar 7Alat musik tambourin
Sumber: www. Google. Com
5. Maruas
Gambar 8Alat musik maruas
yang digunakan dalam hadrahSumber: www. Google. Com
Kedudukan alat musik Maruas dalam hadrah ini sama dengan alat musik
rebana. Namun, pola menabuhnya saling bergantian dengan rebana. Maksudnya
ketika rebana yang dimainkan oleh pemain yang berada di shap pertama berhenti
kemudian langsung disambung dengan permainan rebana pada shap ke dua dan ke
tiga bersamaan dengan Maruas. Pola ritmiknya bersautan atau imbal dengan pola
motif permainan rebana.
Paduan yang terjalin antara Maruas dengan Tambourin sangat dinamis,
sesuai dengan fungsinya yakni sebagai pengiring teks lagu dan mengiringi tarian
yang dibawakan oleh pemain yang berada di shap pertama.
6. Dogdog
Gambar 9Alat musik dogdog
dalam pertunjukan hadrah Sumber: video dokumentasi Prof. Sri Hastanto
Sebagaimana yang telah dijelasken sepintas masalah dogdong di penjelasan
kendang, bahwa dogdog di dalam hadrah ini perannya sama seperti kendang.
Dogdog dengan kendang dalam pertunjukannya menjalin satu-kesatuan yang
dinamis. Pola motif tabuh yang dimainkan oleh dogdog dan kendang masing-
masing saling mengisi. Fungsinya sama seperti kendang, yakni sebagai pengiring
teks lagu dan tarian yang dibawakan oleh pemain hadrah tersebut.
Dogdog terbuat dari kayu yang dengan panjang empat puluh lima
centimeter, kemudian diameternya tiga puluh centimeter. Kayu tersebut bagian
tengahnya dilubangi, sehingga pada bagian tengahnya bolong. pada salah satu
ujung lobangnya tersebut ditutup dengan kulit kerbau, kemudian untuk
mengencangkan kulit tersebut dengan menggunakan bambu tali yang dilingkarkan
ke ujung kayu yang akan ditutup oleh kulit, kemudian kemudian ujung kulit
tersebut dililitkan ke bambu tali, sehingga kulitnya menjadi nempel dan kuat.
Warna suara yang dihasilkan oleh dog-dog ini sama dengan suara kendang pada
hadrah ini. Cara memainkannya yaitu dengan menggunakan telapak tangan, sama
percis seperti cara memainkan kendang.
III. Kostum yang Dipakai dalam Pertunjukan Hadrah
Pada dasarnya baju atau kostum yang dipergunakan dalam pertunjukan
hadrah ini tidak mempunyai pakaian yang khusus seperti baju yang dipakai oleh
jenis-jenis kesenian yang lain, misalnya kostum Tari Badaya, Cakil, dan lain-lain.
Adapun kostum yang dipakai dalam pertunjukan hadrah ini adalah sebagai
berikut:
a. Pakaian Koko
Pakaian atau kostum yang dipakai dalam pertunjukan hadrah yaitu dengan
menggunakan baju dengan motif Koko, biasanya baju Koko ini sering digunakan
oleh orang yang mau melaksanakan shalat, pengajian, atau pertemuan-pertemuan
yang bertemakan Islami. Biasanya baju Koko yang digunakan warnanya bebas,
tetapi apabila eventnya seperti festival, warna baju yang dipergunakan harus sama
sesuai dengan kesepakatan bersama.
Ada kebiasaan warna baju Koko yang digunakan oleh pemain hadrah yaitu
dengan menggunakan baju Koko yang berwarna putih. Kepana warna putih?
Karena dalam kepercayaan agama Islam warna putih merupakan warna yang suci.
Jadi, sudah barang tentu semua orang sebagai penganut agama yang baik,
kesucian harus dicapai, salah satunya yaitu dengan menggunakan baju yang
berwarna putih.
b. Peci atau Kopiah
Salah satu perlengkapan kostum yang dipakai dalam pertunjukan hadrah
yaitu dengan menggunakan peci atau kopiah. Kopiah biasanya digunakan untuk
menutupi kepala dan rambut.
Kopiah di Indonesia sudah menjadi salah satu identitas warga Indonesia
yang menganut agama Islam, namun apabila dibandingkan dengan negara-negara
di Eropa misalkan Yunani, Rusia, mereka juga suka memakai kopiah. Kopiah
yang dipakai oleh orang Eropa yang diluar agama islam adalah salah satunya
dipergunakan untuk kostum dalam pertunjukan tari.
Kembali ke pembahasan hadrah, kopiah yang dipergunakan dalam
pertunjukan hadrah menggunakan warna yang bebas, kemudian coraknya juga
bebas. Tetapi ketika pertunjukka hadrah tersebut memasuki ranah festival, maka
para pemainnya menggunakan kopiah dengan warna, bentuk, dan corak yang
sama sesuai dengan kesepakatan bersama.
c. Sarung
Sarung merupakan salah satu perlengkapan kostum yang dipergunakan
dalam pertunjukan hadrah. Sarung dipakai untuk menutupi wilayah aurat laki-laki.
Sarung juga biasanya dipergunakan oleh orang yang akan melaksanaka shalat,
pengajian, dan lain-lain. Warna yang dipergunakan dalam pertunjukan hadrah ini
tidak ada ketentuan yang khusus, kecuali pertunjukannya masuk ke events yang
resmi, festival, tentunya akan menggunaka sarung dengan warna yang sama,
sehingga nilai estetiknya akan muncul.
Perlengkapan kostum yang diutarakan di atas merupakan kostum yang
dipergunakan ketika pertunjukan hadrah dengan para pemain semuanya laki-laki.
Tetapi apabila personilnya perempuan tentunya tidak mungkin memakai kostum
yang biasa dikenakan oleh pemain laki-laki.
Kostum yang dipergunakan oleh pemain hadrah wanita, biasanya memakai
pakaian yang menutup aurat, diantaranya adalah: memakai baju dengan tangan
panjang, berjilbab, kemudian celana yang diapakai juga biasanya menggunakan
motif rok yang panjangnya sampai mata kaki. Pakaian yang dipergunakan
menggunakan warna yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
bersama.
Gambar 10Pertunjukan hadrah perempuan
dalam event festivalSumber: Www. Google. Com
IV. Stuktur Penyajian Hadrah
Ketika menyimak struktur secara keseluruhan dari pertunjukan hadrah
tersebut, maka apabila disusun dari awal pertunjukan sampai akhir
pertunjukannya sebagai berikut:
a. Vokal
Pertunjukan hadrah ini diawali dengan lantunan vokal solo, dengan
manggunakan teks lagu yang berbahasa Arab atau tepatnya lantunan vokal solo ini
berupa shalawat Nabi Muhammada SAW. Pembawaan vokal solo ini tanpa
diiringi oleh musik, jadi kalau dimasukan ke dalam rumpun istilah vokal Sunda,
jenis vokal tersebut dinamakan sekar irama merdika3.
Laras yang digunakan untuk melantunkan teks lagu hadrah tersebut yakni
lebih ke nada-nada Timur Tengah, namun setelah penulis simak ternyata laras
yang digunakan untuk melantunkan teks lagunya yaitu dengan menggunakan laras
pelog pada gamelan Jawa.
Adapun teks lagu yang dilantunkannya yakni sebagai berikut:3 Sekar irama merdika adalah pembawaan vocal dengan tanpa irama. Artinya vokalis yang membawakan teks lagunya yakni tanpa ada tempo yang mengikatnya.
Bismilaalhirrohmaanirrohiim
Innalloha malaaikatuhu yusolluu alannabi
Yaa ayyuhalladziina aamanuu solluu’alaihi wasallimu tasliimaa
Allohummasolli wasallim wabaarik’alaih
Setelah vokal solo melantunkan teks lagu di atas, kemudian dilanjutkan
dengan lantunan vokal bersama dengan teks lagu sebagai berikut:
Wa’alaa alihii wasohbih
Setelah itu, masuk vokal solo dan vokal bersama dengan teks lagu sebagai
berikut:
Vokal solo:
Alloohu yaa maulaa maulla
Alloohu yaa maulaa maulaa
Yaa khoirolhadasi mubiin maulaa
Yaa khoirolhadasi mubiin maulaa
Vokal bersama:
Alloohu yaa maulaa ya maulla
Alloohu yaa maulaa ya maulaa
Alloohu yaa maulaa
Yaa khoirolhadasi mubiin ya maulaa
Vokal solo:
‘Ainal kitaaba kholii maulaa
Affaturridhoo fasmudii maulaa
Yaumul kitaajul madri
Issaibil awaakul mubiin maulaa
Vokal bersama:
Alloohu yaa maulaa ya maulla
Alloohu yaa maulaa ya maulaa
Alloohu yaa maulaa
Yaa khoirolhadasi mubiin ya maulaa
Vokal solo:
Yaa muta’ii mubinaa maulaa
Ya’iimu hattuu motirii maulaa
Ya aanallihaabil hudaa
Wakuunil’aduu listanii maulaa
Vokal bersama:
Alloohu yaa maulaa ya maulla
Alloohu yaa maulaa ya maulaa
Alloohu yaa maulaa
Yaa khoirolhadasi mubiin ya maulaa
Vokal solo:
ya mingkolbu
biikufrikuu annahabikuu abadii
anna yaanabii ya Muhammad
amin waafidi minyasiid
Vokal bersama:
Alloohu Allooh
Alloohu alloohu allooh
Alloohu alloohu allooh
Alloohu alloohu allooh
Yaakhoiril annaa bil mubiin
Vokal solo:
Suunnal hadii
‘alaikal soddaa mungtasii
Wasaki aduuma akoo
Wahukkil hakkuu abadii
Vokal bersama:
Alloohu Allooh
Alloohu alloohu allooh
Alloohu alloohu allooh
Alloohu alloohu allooh
Yaakhoiril annaa bil mubiin
Vokal solo:
Ya tabla maziid aminnal ilmuu annabi sollu
Sullu rii farid yahuu
Afatur hakkuu aahuakiyyaa
Idakoitaa koyamusadid yahuu
Vokal bersama:
Yaamagissamii ibdikolabii
Yaamagissamii ibdikolabiyahuu
‘alaisal mubii idna Muhammad
‘alaisal mubii idna Muhammad yahuu
Vokal solo:
Ayyasannumaa umman haffatuu
Abil’an kitaab ifakodroobiyyahuu
Allaunal ijib ijibrinnabii
Aukonibtihii tihisumajidyahuu
Vokal bersama:
Yaamagissamii ibdikolabii
Yaamagissamii ibdikolabiyahuu
‘alaisal mubii idna Muhammad
‘alaisal mubii idna Muhammad yahuu
Vokal solo:
Annayannabi nabiyahuda amitfafiidik fidiklialik
Alloohu allooh alloohu allooh ya khoirul anna annabil mughdi
Assolin’alan ‘alanmustofa kitil wama wamabilmughdi
Alloohu allooh alloohu allooh ya khoirul anna annabil mughdi
Alloohu allooh alloohu allooh ya khoirul anna annabil mughdi
Alloohu allooh alloohu allooh ya khoirul anna annabil mughdi
b. Instrumen Musik
Pola tabuh instrumen dalam pertunjukan hadrah ini terbagi menjadi tiga
bagian, yakni penulis menggunakan istilah musiknya sebagai berikut:
1) Bagian awal, vokal tanpa iringan musik;
2) Bagian kedua, vokal menggunakan iringan musik; dan
3) Bagian ketiga, vokal menggunakan iringan musik yang menggunakan
motif imbal.
Masing-masing instrumen memainkan alatnya dengan motif sebagai berikut:
a) Bedug
d d d d
b) Rebana
Motif pertama dimankan secara bersama-sama:
T t t t t
Motif kedua diaminkan secara imbal dengan motif yang dibagi-bagi,
sehingga akan menghasilkan motif seperti berikut:
t t t t t t t t t t t t cara memainkannya ditekan
t t t t t t t t t t t t cara memainkannya dilepas
c) Kendang
Sebagaimana yang telah dijelaskan di sub-bab instrumen, bahwa fungsi
kendang dalam penyajian hadrah ini yakni sebagai metronom atau alat untuk
memperkuat ketukan sebagai pegangan untuk tempo semuat instrumen.
t t t t kendang congo atau membran bagian kanan
t t kendang bagian memberan kiri
d) Tambourin
Tambourin menggunakan ritmik seperti berikut:
t t t t t t
e) Dogdog
Dimainkan secara berulang-ulang, dan hasilnya akan bersahutan dengan
motif kendang.
T t t t t
f) Maruas
Pada dasarnya motif ritmik maruas ini sama dengan motif rebana, jadi
fungsinya sebagai pengental dari ritmik yang sudah ada. Ketika rabana shap depan
berhenti, maruas yang mengisi kekosongan rebana dengan motif yang sama
seperti rebana.
t t t t t t t t t t t t
Kesimpulan
Kesenian hadrah ini merupakan salah satu jenis kesenian yang sangat erat
kaitannya dengan nuansa keagamaan, khususnya agama Islam. Walaupun pada
aplikasinya kesenian kadrah ini sering pertunjukan di tempat nikahan, khitanan,
atau acara-acara keagamaan, misalkan Muludan, Rajaban, dan lain-lain. Tetapi
dengan menggunakan teks lagu yang berbahasa Arab, kemudian warna
musikalnya pun lebih ke nuansa Timur Tengahan, maka jelaslah bahwa kesenian
hadrah ini sangat kental dengan keagama Islamannya.
Kegiatan-kegiatan festival yang diselenggarakan baik oleh pemerintahan
Madura, atau oleh organisasi-organisasi tertentu yang respek terhadap
perkembangan kesenian hadrah ini, merupakan salah satu langkah supaya hadrah
tidak mencapai kepada titik kepunahan.
Demikian analisis penulis tentang Hadrah Madura, mudah-mudahan
tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Musik Nusantara adalah milik seluruh
warga Indonesia. Kita sebagai insan negara yang baik, sudah barang tentu
berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan Musik Nusantara yang kita miliki.
Daftar Pustaka
http://etnomusikologisolo.wordpress.com/2010/04/06/budaya-musik-daerah-etnis-madura/. 24-11-10. 15.30.
http://hanafimohan.blogspot.com/2009/05/cerbung-senja-merah-jingga-16-seni.htm. 24-11-10. 15.55.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura. 25-11-10. 14.30
Kuntowijoyo, Madura: Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris 1850-1940. Yogyakarta: Matabangsa, 2002.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/15122-sejarah-carok-madura/. 26-11-10. 16.00.