MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GENDER DAN BUDAYA MADURA III PUSLIT GENDER DAN KEPENDUDUKAN LPPM-UTM MADURA Madura dalam Perspektif Budaya, Gender, Politik, Industrialisasi, Kesehatan, PUSLIT BUDAYA DAN POTENSI MADURA dan Pendidikan

Transcript of MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

Page 1: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL GENDER DAN BUDAYA MADURA III

PUSLIT GENDER DAN KEPENDUDUKAN

LPPM-UTM

MADURAMadura dalam Perspektif Budaya, Gender,

Politik, Industrialisasi, Kesehatan,

PUSLIT BUDAYA DAN POTENSI MADURA

dan Pendidikan

Page 2: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GENDER

DAN BUDAYA MADURA III

“MADURA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA,

GENDER, POLITIK, INDUSTRIALISASI,

KESEHATAN DAN PENDIDIKAN”

PUSLIT GENDER DAN BUDAYA MADURA LPPM UTM

Bekerjasama dengan

CV. Perwira Media Nusantara (PMN) Surabaya

11 OKTOBER 2016

Page 3: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

ii

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KATALOG DALAM TERBITAN (KDT)

“MADURA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA, GENDER, POLITIK,

INDUSTRIALISASI, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN”

Tim Editor dan Layout :

Teguh Hidayatul Rahmad

Suryo Hadiwibowo

Muhammad Haris Widjanarko

Luberta Orbawan Wahyudi

Design Cover :

Muhammad Bagus Abiyuda

Cetakan I : Oktober 2016

Diterbitkan Oleh :

PUSLIT GENDER DAN BUDAYA MADURA LPPM UTM

Bekerja sama dengan

CV. Perwira Media Nusantara (PMN) Surabya

Jl. Griya Kebraon Tengan XVII Blok FI- 10 Surabaya

Telp. 085645678944 ; Fax. 031 7672603

Email : [email protected]

Anggota IKAPI no. 125/JTI/2010

ISBN : 978-602-1187-26-5

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Sanksi Pelanggaran Pasal 22

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

Page 4: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Bismillah al-Rahman al-Rahim

Alhmdulillah, buku proseding ini terbit karena terselenggaranya Kongres dan Seminar Nasional III dan call

papers, dengan tema “Madura: Perempuan, Budaya dan Perubahan. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 11 Oktober

2016 akan menjadi gerakan perempuan dilihat dari bagaimana perjuangan ideology dan cultural dalam

menggocang sistem dan struktur yang tidak adil buat perernpuan. Perubahan social yang terjadi di masyarakat

mempengaruhi pemikiran, internalisasi nilai dan mengubah kehidupan serta menggerakkannya untuk

mempengaruhi perempuan lain dan anggota masyarakat dalam membangun tata kehidupan yang adil buat

perempuan. Dalam wacana gerakan social, gerakan perempuan dikategorikan sebagai Gerakan Sosial Baru.

Gerakan perempuan merupakan gerakan kebudayaan yang ditandai oleh sebuah kritik dan transformasi citra

perempuan dalam masyarakat dan oleh lahirnya nilai-nilai etis baru. Pendidikan, kultur dan kesadaran perempuan

sebagai bagian masyarakat menjadi sangat panting dalam memperjuangkan identitas dan hak-hak azasi mereka.

Dengan kesadaran kritis ini pula gerakan perempuan terhindar dari pengaruh dominasi Negara dan ekonomi pasar

yang bisa dilihat dari berbagai indikator yang muncul dalam berbagai interakasi dan hubungan yang dijalin para

aktor gerakan perempuan. Upaya menarasikan identitas perempuan dalam proses perubahan sosial dipengaruhi

wacana besar gerakan perempuan di Indonesia dan gerakan social yang digerakkan pengetahuan dan

pengalaman. Gerakan perempuan merupakan gerakan kebudayaan yang merubah tata kehidupan yang

memberikan ruang buat perempuan dan laki-laki. Kegiatan ini di dorong untuk membangun pengetahuan

perempuan yang selama ini diabaikan tentang apa yang dialami, dirasakan dan dilakukan.

Seminar nasional ini akan menghadirkan Prof. Dr. Mien A Rifa`I (Penulis Buku “Manusia Madura”), D

Zawawi Imron (Budayawan Madura) dan Dr. Latief Wiyata (Penulis Buku “Mencari Madura”). Mereka sebagai

keynote speaker. Panitian dalam seminar nasional menerima 50 makalah terdiri dari (1) batik, jamu, dan kuliner

madura. (2) industrialisasi, perkembangan ekonomi, dan sistem pertanian madura. (3) pendidikan dan kebahasaan

madura. (4) sosial, budaya, masyarakat madura. (5) perempuan, politik, hukum, dan HAM. (6) problematika remaja

dan anak (7) perempuan, teknologi, dan pertanian. (8) perempuan, kesehatan, dan rumah tangga. (9) perempuan,

media, dan sastra.

Demikian kata pengantar buku prosiding dengan harapan kekerasan terhadap perempuan kedepannya

dapat terhindarkan, sehingga memunculkan kesetaraan dalam ranah pemikiran dan praktik dilapanga. Kegiatan

Kongres dan Seminar Nasional III, dengan tema “Madura: Perempuan, Budaya, dan Perubahan” dapat

terselenggara dengan baik. Kepada semua pihak yang membantu kelancaran pelaksanaan seminar nasional ini

kami ucapkan banyak terima kasih, terutama kepada keynote speaker dan Rektor Universitas Trunojoyo Madura.

tidak lupa, permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penyelenggaraan Kongres dan Seminar Nasional III.

Panitia Seminar Nasional Gender dan Budaya Madura

Page 5: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

KEYNOTE SPEAKERS ix

TEMA 1: BUDAYA

1. Konstruksi Perempuan dalam Wajah Madura 1

Yuriadi

2. Perlawanan Perempuan Subaltern pada Kawin Anak Studi terhadap Tradisi Ngala‟

Tumpangan di Dungkek Sumenap 7

DR. Tatik Hidayati, M.Ag.

3. Reaktualisasi Nilai Dasar Budaya Carok dalam Perlindungan Perempuan dan Anak 17

Erie Hariyanto

4. Remo To‟-Oto‟ (Sebuah Konsep Bank Syari‟ah dalam Kearifan Lokal Orang Madura) 23

Ahmad

5. Stereotype tentang Etnis Madura Sebagai “Intercultural Barier”

dalam Komunikasi Antar Budaya 29

Nikmah Suryandari

6. Peran PPL Dalam Keberlanjutan Budidaya Kambing PE Di Kabupaten Purworejo 35

Tatag handaka, Hermin Indah Wahyuni, Endang Sulastri, dan Paulus Wiryono

7. Bias Gender Dalam Bahasa 41

Netty Diah Kurniasari

8. Perempuan Madura, Tradisi Lokal dan Gender 47

Rizca Yunike Putri dan Fajar Muharram

9. Prasangka Istri Pelaut Terhadap Mertua Perempuan yang Tinggal Serumah 53

Yan Ariyani, S.Psi., M.Psi., dan Desi Kurniya Wati

10. Tradisi Pernikahan Budaya Madura Sebagai Komodifikasi

Untuk Menunjukkan Status Sosial dalam

Masyarakat (Studi Kasus Di Pulau Giliyang, Sumenep) 63

Tiara Widya Iswara dan Irine Firsta Herlia

TEMA 2: INDUSTRIALISASI

1. Kontes Kecantikan : Antara Eksploitasi Dan Eksistensi Perempuan 67

Ani Herna Sari, S.IP, M.Med.Kom

2. Media Sosial Dan Perempuan 73

Selfi Budi Helpiastuti

3. Model Keterlibatan Orang Tua Dalam Kelompok Bermain 79

Jamilah dan Tri Sukitman

Page 6: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

vi

4. Networking Etnisitas Sebagai Modal Sosial Etnis Madura Di Perantauan 85

Siti Maisaroh

5. Perempuan Cantik Dalam Rubrik Gaya–Cantik

Majalah Gadis Online: Kajian Wacana Kritis Michel Foucault 93

Masyithah Maghfirah Rizam, S.S., M.Pd.

6. Perempuan dan Media

“Representasi Seksualitas Perempuan Dalam Meme

Komik Line @Konak (Kocak Nakal)” 107

Deny Satrio Aji, S. Sos

7. Potensi Pengembangan Kerajinan Batik Gentongan

Di Desa Paseseh, Kecamatan Tanjungbumi Madura 113

Endang Prahastuti

8. Potret Buruh Migran Perempuan Madura; Antara Kesejahteraan

Keluarga Dan „Tugas‟ Pengasuhan Anak 121

Jauharotul Makniyah

9. Potret Perempuan Buruh Perusahaan Rokok Di Kota Malang: Diantara

Peran Domestik, Peran Produktif dan Peran Publik 125

Budhy Prianto dan Mardiyono

10. Representasi Perempuan Dalam Media 137

Pambudi Handoyo

11. Sinergitas Baitul Maal Wa Tamwil (Bmt) Dengan

Badan Usaha milik Desa (Bumdes) Sebagai Alternatif

Penguatan Umkm Masyarakat Pedesaan Di Madura 143

Ridan Muhtadi, S.Ei dan Arif Rachman Eka Permata, S.Ei

TEMA 3 : KESEHATAN

1. Faktor-Faktor Perilaku Seksual Pada Wanita Madura Sedang Hamil Normal 153

Novita Endah Lestari dan Siti Nurfitria

2. Ketahanan Pangan Berperspektif Gender 161

Drs. Purwanto, S.U, M. Phil

3. Optimalisasi Tanaman Penghasil Pati Di Pekarangan Tanèyan Lanjh Ng

Untuk Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga Petani Madura 169

Eko Setiawan dan Setiani

4. Pemberdayaan Perempuan Eks Kdrt

(Studi Pemberdayaan Perempuan Eks Kdrt

Melalui Komunitas Perempuan Bunga Asih) 175

Merlia Indah Prastiwi., S.Sos.,M.Sosio

5. Penguatan Gaya Sehat Wanita Madura Melalui Program “Areng Sareng Ajemmo”

Sebagai Upaya Pelestarian Sosial Budaya Dan Industrialisasi Di Madura 185

M. Asif Nur Fauzi, S.Sos M.Si,

6. Perempuan Dan Kesehatan Reproduksi 189

Yanti Setianti, Susanne Dida, Kokom Komariah, dan Trie Damayanti

7. Potensi Cabe Jamu Di Beberapa Kabupaten Di Madura Sebagai Bahan Jamu 195

Page 7: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

vii

Ratna Dewi Judhaswati

8. Potensi Tanaman Lokal Sebagai Alternatif Pemenuhan Gizi

Masyarakat Pesisir Madura 203

Diana Nurus Sholehah

9. Upaya Kader Kb Dan Penyuluh Kb (Pkb) Terhadap

Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Kb Dan Kesehatan Reproduksi

Di Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun 2016 209

Tri Oktaf Kurniawati, S.KM

10. Kegilaan Dan Peradaban: Model Penanggulangan Gangguan Jiwa

Di Pondok Pesantren Al-Bajigur Sumenep Madura 215

Iskandar Dzulkarnain

TEMA 4 PENDIDIKAN

1. Dekonstruksi Konsep Cantik Perempuan Madura

Dalam Kumpulan Puisi Nemor Kara Karya Penyair Madura 223

Hesty Kusumawati, M.Pd

2. Gender Dan Fenomena Patriarki Dalam Sosial Pendidikan

Pesantren Studi Tentang Hegemeoni Kiai Pesantren Terhadap

Sosial Pendidikan Bias Gender 229

Abd Hannan

3. Glass Ceiling Dalam Karier Kepemimpinan Perempuan Di Sekolah 235

Oksiana Jatiningsih

4. Kekerasan Verbal Dalam Rumah Tangga Menurut Analisis Tindak Tutur (Speech Act) 241

Iswah Adriana

5. Konsep Diri Etnisitas Madura Pada Anak Usia Sekolah Dasar

(Studi Kualitatif Pada Anak Sd Dalam Komunitas Blater

Di Kabupaten Bangkalan Bagian Utara) 247

Muhaimin

6. Metode Pembelajaran Bhesa Alos Bhesa Madhureh

Di Pondok Pesantren Salaf Kabupaten Sumenep 255

Lailatul Qadariyah SHI.,MEI

7. Pemberdayaan Istri Nelayan Melalui Penguatan Pendidikan Dan Ekonomi 263

Tri Sukitman dan Jamilah

8. Pesantren Dan Pelestarian Bahasa Madura: Potensi, Masalah, Dan Tantangan 269

M. Mushthafa

9. Revitalisasi Pembelajaran Bahasa Madura Dalam Dunia

Pendidikan Berbasis Local Wisdom 277

Moh. Hafid Effendy

10. Self Construal Pada Remaja Etnis Madura : Tinjauan Dalam Perspektif Gender 283

Yudho Bawono

Page 8: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

viii

TEMA 5 : POLITIK

1. Buruh Migran Perempuan Madura Ilegal dan

Pengaruh Lembaga Lokal Di Dalamnya 289

Adibah Sayyidati

2. Kebijakan Pengurangan Angka Kematian Ibu Melahirkan

Di Kabupaten Tuban Dalam Pendekatan Bio-Politik 295

Sri Musrifah

3. Pilkada, Dinasti Politik Di Era Desentralisasi 301

Yudhi rachman S.sos., M.sosio

4. Politik Perempuan Sebagai Pendobrak Perubahan Di Madura 315

Nor Qomariyah

5. Problematika Anak Yang Hidup Tanpa Ayah 321

Dra. Nurul Aini, M.Pd.

6. Rekontruksi Kesadaran Kemanusiaan Sebagai

Upaya Penguatan Perlindungan Perempuan 327

Siti Maizul Habibah, S.Pd MA

7. Tantangan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Dalam Pengarusutamaan Gender (Pug) 333

Munari Kustanto

8. Tradisi Literasi Ulama Madura Abad 19-21 339

Iwan Kuswandi

9. Voting In Local Government Authority Be a Acquisition Of Land And Building (Bphtb)

Case Study In Cirebon 343

Ismayana, SH., MH

Page 9: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

STEREOTYPE TENTANG ETNIS MADURA SEBAGAI “INTERCULTURAL

BARIER” DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Nikmah Suryandari

Prodi Ilmu Komunikasi FISIB UTM

[email protected]

ABSTRAK

Madura selalu menarik untuk dikaji, baik masyarakatnya, budaya dan tradisinya.

Salah satu hal yang menarik dalam kajian tentnag madura adalah mengenai stereotype

masyarakatnya. Mengapa ada stereotype keras, kasar yang melekat pada etnis ini?

Bagaimana stereotype ini berpengaruh dalam proses komunikasi antarbudaya yang

efektif?

Keyword : stereotype, Madura, komunikasi antarbudaya

PENDAHULUAN

Selama ini, bila kita mendengar kata Madura maka yang terlintas dalam benak

banyak orang adalah karakter yang keras, clurit dengan tradisi carok, mudah tersulut

emosinya. Hal ini menunjukkan bahwa Madura bagi masyarakat diluar sana adalah

kelompok masyrakat dengan karakter dan ciri tertentu yang kerap menimbulkan

“rasa takut” bagi orang lain. Mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang unik dari

masyarakat Madura. Dalam tulisan ini akan coba dikaji masalah stereotype tentang

etnis Madura dan kaitannya dengan proses komunikasi antar budaya yang efektif.

PEMBAHASAN

Stereotype

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat BahasaDepartemen

Pendidikan Nasional, stereotype adalah konsepsi mengenai sifatsuatu golongan

berdasarkan prasangka subjektif dan tidak tepat.

Page 10: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

Sedangkan arti stereotype dalam bahasa Inggris itu sebagai berikut:

an image or idea of a particular type of person or thing that has become fixed

through beingwidely held. ( The Tenth Edition of the Concise Oxford Dictionary)

(stereotype adalah suatu gambaran atau gagasan tentang suatu pribadi/suku tertentu

atau barang tertentu dimana hal itu telah menjadiketetapan/ketentuan yang

dipegang/diyakini secara luas).

Stereotype tentang etnis Madura

Sedangkan yang dimaksud stereotype etnis Madura dalam tulisan ini

adalah pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak atau karakter

orangMadura oleh orang-orang luar Madura yang bersifat subjektif dan cenderung

tidak tepat serta negatif karena tidak lengkapnya informasi yang diterima olehorang-

orang luar Madura tersebut

Adapun bentuk-bentuk stereotype tentang orang Madura antara lain orang Madura

itu keras perilakunya, kaku, ekspresif, temperamental, pendendam, dan suka

melakukan tindak kekerasan. Lebih parahnya lagi stereotype semacam ini seringkali

mendapatkan pembenaran, ketika terjadi kasus-kasus kekerasan dimana pelakunya

adalah orang Madura. Bahkan, di Madura sendiri tingkat kriminalitas yang berupa

kekerasan (pembegalan, pembunuhan dan penganiayaan berat) sangat tinggi.

Apa yang menyebabkan adanya stereotype tentnag orang Madura tersebut? Ada

beberapa hal yang memicu munculnya stereotype tersebut antara lain:

1. Tingginya angka kriminalitas kekerasan di Madura.

Page 11: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

Proporsi Jumlah Tindakan Kriminalitas KekerasanTerhadap Jumlah Penduduk

Madura, Jawa Timur dan IndonesiaTahun 1994

Sumber: BPS online,data diolah kembali

Jika dibandingkan dengan data kriminalitas kekerasan seluruh propinsiJawa

Timur dan seluruh wilayah Indonesia, tingkat terjadinya

kriminalitaskekerasan di Madura dua kali tinggi dibanding seluruh Jawa

Timur dan satusetengah kali lebih tinggi dibanding seluruh Indonesia .

Apabila tingginya tingkat terjadinya tindakan kekerasan ini dikaitkandengan

beberapa stereotype negatif orang Madura, maka pandangan-

pandangannegatif itu memperoleh pembenaran. Bahkan orang-orang luar

Madura cenderungmengartikan bahwa semua orang Madura suka melakukan

tindakan kekerasan.

2. Masih terbatasnya informasi yang didapatkan orang-orang luar Madura

tentang orang Madura yang tepat dan objektif menjadi salah satu penyebab

timbulnya penilaian- penilaian negatif dan bersifat subjektif tentang orang

Madura. Sedikitnya riset atau penelitian tentang kebudayaan Madura. Mereka

menganggap bahwa kebudayaan Madura merupakan “ekor” dari kebudayaan

Jawa, sehingga perhatian terhadap masyarakatMadura dan kebudayaan

Madura relatif sedikit dibandingkan dengan perhatian terhadap masyarakat

dan kebudayaan lain (De Jonge, 1989 : vii).

3. Media massa terutama televisi dalam menyajikan program- program yang

Page 12: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

isinya memunculkan masyarakat atau kebudayaan Madura lebih sering

menampilkan sisi negatif masyarakat dan kebudayaan Madura, yang

ditampilkan secara berlebihan. Misalnya dalam sinetron-sinetron yang mereka

tayangkan dimana sinetron itu memunculkan tokoh orang Madura, di

situtokoh Madura ditampilkan sebagai tokoh yang keras, menyukai kekerasan.

Sering juga dengan menggambarkan seakan-akan kekerasan (carok) menjadi

budaya orang Madura.

Hambatan komunikasi dalam Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier

adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang

efektif (Lilian Chaney, 2004:11). Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya

adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala

mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan

kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang

tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya

maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.

Dalam konteks Madura, bagi sebagian besar masyarakat Madura, ucapan kata

‘sampeyan” menunjukkan ucapan penuh penghormatan kepada orang lain. Hal ini

agak berbeda dengan konsep ucapan “sampeyan” bagi masyarakat Jawa (khususnya

Jawa Tengah dan Yogyakarta), ucapan “sampeyan” diucapkan kepada orang yang

secara umur dan struktur kemasyarakatan “setara” sedangkan untuk orang yang lebih

tinggi kedudukannya lebih tepat menggunakan ungkapan “panjenengan”.

Bila kita membahas tentnag komunikasi antar budaya saat ini menjadi semakin

penting karena meningkatnya mobilitas orang diseluruh dunia, saling

ketergantungan ekonomi diantara banyak negara, kemajuan teknologi komunikasi,

perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas kultur yang

Page 13: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

berbeda-beda. Komunikasi antara budaya sendiri lebih menekankan aspek utama

yakni komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang

kebudayaannya berbeda. Dalam komunikasi antar budaya ada beberapa hal yang

menghambat prosesnya, yaitu :

a. Stereotype

Menurut Samovar (2009), ketika dihadapkan dengan hal yang tidak

sama, kita sering cenderung memiliki stereotip. Karena kita bertemu dengan

begitu banyak orang asing dan sering dihadapkan dengan kondisi yang tidak

biasa, stereotip merupakan kejadian umum. Dengan demikian, stereotip bi sa

menjadi hal yang wajar muncul saat menghadapi sesuatu yang tidak

diketahui. Masalah muncul ketika kita tidak dapat mengakui bahwa kita

memiliki stereotip negative terhadap sesuatu atau sekelompok orang.

Stereotipe adalah struktur kognitif yang berisi pengetahuan,

keyakinan, dan harapan tentang beberapa kelompok sosial manusia. Alasan

stereotip menjadi hal yang mudah terjadi adalah bahwa manusia memiliki

kebutuhan psikologis untuk mengkategorikan dan mengklasifikasikan. Dunia

Anda tinggal di terlalu besar, terlalu kompleks, dan terlalu dinamis bagi

Anda untuk mengetahui itu semua detailnya. Oleh karena itu, Anda ingin

mengklasifikasikan dan mengelompokkkan. Masalah utama bukan pada

pengelompokan atau pengkategorian, melainkan pada generalisasi yang

berlebihan dan evaluasi yang sering negatif terhadap perilaku anggota

kelompok tersebut.

Stereotype dan Komunikasi antarbudaya

Alasan mengapa stereotype menghambat komunikasi antarbudaya:

1. Stereotip adalah semacam filter yang hanya memberikan informasi yang

konsisten dengan informasi yang dipercayai individu

Page 14: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

2. Sebenarnya bukan pengelompokan tersebut yang menyebabkan

masalah dalam komunikasi antarbudaya, namun asumsi bahwa semua

informasi spesifik mengenai suatu budaya diterapkan pada semua

orang dari kelompok budaya tertentu.

3. Stereotype menghalangi keberhasilan sebagai komunikator karena

stereotype biasanya berlebih-lebihan, terlalu sederhana, dan terlalu

menyamaratakan.

4. Stereotype jarang berubah karena biasanya berkembang sejak awal

kehidupan dan terus berulang dan diperkuat dalam suatu kelompok.

Stereotype berkembang setiap waktu.

Kesulitan dalam komunikasi akan muncul dari penstereotipan

(stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit

informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka

dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses

menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian

mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai,

ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Stereotip dapat membuat

informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negatif.

Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila

diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu

komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita

melakukan persepsi stereotip bahwa orang Madura keras, identik dengan carok.

Melalui stereotip ini, kita memperlakukan semua orang Madura sebagai orang

yang keras, kejam, penyuka tindak kekerasan dan carok, tanpa memandang pribadi

atau keunikan masing-masing individu. Orang Madura yang kita perlakukan

sebagai orang keras,kasar mungkin akan tersinggung dan memungkinkan

munculnya konflik. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap

orang yang kasar akan menghindari berinteraksi dengan orang Madura sehingga

Page 15: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

komunikasi dengan orang Madura tidak dapat berlangsung lancar dan efektif.

Di Amerika, stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan

mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal (Larry A.Samovar,1991:208).

b. Prasangka

Suatu kekeliruan terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep

yang sangat dekat dengan stereotipe. Prasangka adalah sikap yang tidak adil terhadap

seseorang atau suatu sekelompok. Beberapa pakar cendrung menganggab bahwa

stereotipe itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagi.

Stereotipe merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan

prasangka juga berdimensi perilaku. Prasangka ini konsekuensi stereotipe, dan lebih

teramati daripada stereotipe. Richard W. Brisilin mendefenisikan prasangka sebagai

sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang.

Prasangka ialah apa yang ada dalam pemikiran kita terhadap individu atau kelompok

lain seperti dalam hubungan ras dan etnis melalui media massa yang populer.

Prasangka menjadi komunikasi antarbudaya karena biasanya ada pandangan negatif

yang diiringi oleh adanya pemisahan yang tegas antara perasan kelompokku (in

group) dan perasaan kelompokmu (out group). Oleh sebab itu komunikasi yang

diawali oleh adanya prasangka tidak akan berjalan dengan efektif.

c. Rasisme

Rasisme merupakan kepercayaan terhadap superioritas yang diwarisi oleh

ras tertentu . Rasisme menyangkal kesetaraan manusia dan menghubungkan

kemempuan dengan komposisi fisik. Jadi suskses tidaknya hubungan social

tergantung dari warisan genetic dibandingkan dengan lingkungan atau

kesempatan yang ada. Rasisme dikategorikan dalam rasisme personal dan

rasisme institusional. Rasisme personal terdiri atas tindakan, kepercayaan,

perilaku dan tindakan rasial sebagai sebagai bagian dari seseorang. R asisme

institusional merujuk pada tindakan merendahkan suatu rasa atau perasaan

Page 16: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

antipasti yang dilakukan oleh institusi social tertentu seperti sekolah, rumah

sakit atau system keadilan criminal.

d. Etnosentrisme

Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul

dibandingkan budaya lain. Pandangan bahwa budaya lain dinilai

berdaasarkan standar budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika kita

melihat budaya lain melalui kacamata budaya kita atau posisi so sial kita.

KESIMPULAN

Stereotype adalah prasangka atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak pribadi

suatu individu atau golongan lain yang bersifat subjektif , tidak tepat dan cenderung

negatif karena tidak lengkapnya informasi yang didapatkan.

Stereotype orang Madura adalah pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat

dan watak atau karakter orang Madura oleh orang-orang luar Madura yang bersifat

subjektif dan cenderung tidak tepat serta negatif karena tidak lengkapnya informasi

yang diterima oleh orang-orang luar Madura tersebut. Dalam prakteknya, stereotype

tentang orang Madura menghambat proses komunikasi antar budaya yang efektif

karena orang memiliki pandangan atau persepsi yang keliru tentang Madura dan

masyarakatnya. Selain stereotype, ada hambatan lain dalam komunikasi antarbudaya

yang efektif, yaitu prasangka, rasisme dan etnosentrisme.

DAFTAR PUSTAKA

Chaney, Lilian,Martin, Jeanette & Martin. 2004. Intercultural Business

Communication. New Jersey: Pearson Education, Inc, Upper Saddle River

D e Jo nge , H, 19 89 Agama, Kebudayaan dan Ekonomi: Studi Interdisipline

r tentang Masyarakat Madura, Jakarta: Rajawali

Page 17: MADURA - komunikasi.trunojoyo.ac.id

Kuntowijoyo. 2006.Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta:Tiara Wacana

Samovar, Larry A.; Porter Richard E.; Jain, Nemi C. 1981 . Understanding

Intercultural Communication. Belmont: Wadsworth Publishing Company.

________ Communication Between Cultures. Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Scramm, Wilbur. 1988 . Mass Media and National Development, California:

Standford University West, Richard and Turner, Lynn H. 2007 .Introducing

Communication Theory. Analysis and Application.Singapore: McGraw Hill

The Tenth Edition of the Concise Oxford Dictionary