Post on 08-Dec-2015
description
Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
FISIOLOGI SISTEM TULANG
Fungsi umum tulang
1. Formasi kerangka : tulang membentuk kerangka tubuh untuk menentukan
ukuran tulang dan menyokong struktur tubuh yang lain.
2. Formasi Sendi : tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan
tidak bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional. Sendi bergerak
menghasilkan bermacam-macam pergerakan tergantung kebutuhan.
3. Perlengkeran otot : tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat
melekatnya otot-otot, tendon, dan ligamentum. Untuk melaksanakan
pekerjaan dibutuhkan suatu tempat melekat yang kuat dan tempat tersebut
di sediakan oleh tulang.
4. Sebagai pengungkit : untuk bermacam-macam aktivitas selama
pergerakan.
5. Penyokong berat badan : memelihara sikap tegak tubuh, menahan gaya
tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang sehingga dapat menjadi
kaku dan lentur.
6. Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur-struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-
paru, dan alat-alat dalam rongga perut dan panggul.
7. Hemopoiesis : sumsum tulang merupakan tempat pembentukan sel-sel
darah, tetapi terjadinya pembentukan sel-sel darah sebagian besar terjadi
pada sumsum tulang merah.
8. Fungsi imunologi : limfosit B dan makrofag makrofag dibentuk dalam
sistem retikuloendotelial sumsum tulang. Limfosit B diubah menjadi sel-
sel plasma yang membentuk antibodi guna keperluan kekebalan kimiawi,
sedangkan makrofag berfungsi untuk fagositotik.
9. Penyimpanan kalsium : tulang mengandung 97% kalsium tubuh, baik
dalam bentuk anorganik maupun dalam bentuk garam-garam, terutama
kalsium fosfat. Sebagian besar fosfat disimpan dalam tulang dan kalsium
dilepas dalam darah bila dibutuhkan.
Secara khusus tulang mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Sinus-sinus paranusalis : dapat menimbulkan nada khusus pada suara
2. Email gigi : dikhususkan untuk menggigit, memotong dan menggilas
makanan. Email merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia.
3. Panggul wanita : dikhususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.
a. Perkembangan dan Osifikasi Tulang
Perkembangan tulang berasal dari jenis perkembangan membranosa dan
perkembangan kartilago. Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis)
disebut osifikasi (penulangan). Jika hal ini terjadi dalam suatu model selaput
dimana penulangan intramembranosa dan tulang-tulang yang dibentuk maka
dinamakan tulang membran. Tulang endokardial (tulang kartilago)
merupakan tulang-tulang yang berkembang dari penulangan suatu model
tulang rawan, penulangan ini dinamakan tulang intrakartilaginosa
(penulangan tidak langsung). Jenis-jenis penulangan intramembranosa
merupakan suatu proses yang mendesak, sedangkan jenis penulangan
intrakartilaginosa merupakan proses yang berjalan perlahan-lahan dan
berencana.
Pusat Osifikasi
Awal pembentukan tulang terjadi pada bagian tengah dari suatu tulang
yang disebut pusat penulangan primer, selanjutnya terjadi penulangan
sekunder. Pusat primer timbul sangat dini pada kehidupan janin, hal ini terjadi
akibat perangsangan genetik. Pusat penulangan sekunder tampak pada ujung
tulang panjang dan tulang besar yang selalu tampak setelah kelahiran.
Perangsangan pusat sekunder dilaksanakan oleh tekanan atau tarikan ujung-
ujung tulang. Bila anak sudah mulai bergerak, maka tekanan pada sendi
terjadi pada ujung sendi sehingga menimbulkan tarikan tendon pada tempat
terjadinya tarikan. Hal ini paling banyak terjadi pada masa pubertas dan
setelah umur 20 tahun hanya terjadi sedikit.
Rawan persendian. Pada bagian ujung epifise tersisa selapis tulang
rawan hialin yang tidak menjadi tulang keras, tetapi selalu tampak sebagai
tulang rawan persendian. Rawan ini tidak dibungkus oleh selaput apapun.
Rawan merupakan permukaan yang licin untuk membentuk sendi-sendi
sinovial (bergerak bebas)
Ujung Pertumbuhan Tulang
Epifise bersatu dengan diafise biasanya terjadi pada umut 18-20 tahun.
Pusat-pusat epifise (pusat penulangan sekunder) atau menyatu dengan diafise
hingga terjadi tulang-tulang yang lain. Pertumbuhannya berjalan secara terus-
menerus beberapa tahun setelah pertumbuhan ujung tulang yang akan
berhenti. Korpus dari semua tulang panjang dan besar memperlihatkan akhir
dari suatu alur yang berfungsi sebagai lubang (foramen nutricium) yang
digunakan untuk berjalan menuju siku, sedangkan anggota gerak bawah
menuju lutut, dengan demikian ujung pertumbuhan tulang berlawanan dengan
arah jalan arteri nutrisia (arteria nutricia).
Suplai peredaran darah tulang adalah sebagai berikut.
1. Suplai peredaran darah untuk tulang-tulang panjang adalah sebagai
berikut.
a. Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berkelok-kelok masuk ke
foramen nutrisia menuju ke arah yang berlawanan untuk
pertumbuhan tulang. Satu arteri dengan 1-2 vena. Selama dalam
korteks, arteri memberikan cabang-cabang menuju konalis
harvers (saluran arteri pada tulang).
b. Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai periosteum
berjalan sepanjang perlengketan otot.
c. Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis di
sekeliling sendi yang di sebut sirkulus vaskulosus (circulus
vaskulosus), cabangnya masuk melalui foramina vaskularis
tempat keluarnya vena-vena epifise.
2. Suplai peredaran darah untuk tulang-tulang gepeng : arteri apifise
sebuah arteri nutrisia tunggal dan bercabang, sejumlah cabangnya
menyuplai substansia spongeosa dan substansia kompakta tulang.
3. Suplai peredaran darah untuk tulang iga : arteri manusia memasuki
tulang distalis dari tuberkulum dan membagi diri menjadi cabang-
cabang anterior longus dan posterior brevis menyuplai seluruh
bagian tulang iga.
4. Suplai peredaran darah tulang vertebra : terdapat dua buah arteri
besar yang memasuki permukaan korvus vertebra. Arkus neuralis
disuplai oleh pembuluh darah yang dimasuki prosesus transverses
bercabang menuju prosus spinosus. Foramina untuk vena vertebralis
terdapat pada permukaan posterior korpus vertebra.
Aliran Getah Bening
Pada sumsum tulang tidak terdapat aliran getah bening, tetapi
periosteum dan sistem harvers mempunyai pembuluh getah bening yang
berjalan sepanjang pembuluh darah dan menyalurkan isinya menuju kelenjar
betah gening regional (daerah tertentu).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang dijelaskan
dibawah ini.
1. Herediter (genetik) : tinggi badan anak tergantung dari orangtua,
anak yang dilahirkan dari orangtua yang tinggi biasanya anak
mempunyai badan yang tinggi.
2. Faktor Nutrisi : suplai bahan makanan yang mengandung
kalsium, fosfat, protein, serta vitamin A, C, dan D adalah hal yang
penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta memelihara
rangka yang sehat.
3. Faktor endokrin
a. Paratiroid hormon (PTH) : satu sama lain saling berlawanan
dalam memelihara kadar kalsium dalam darah sehingga
merangsang terjadinya sekresi PTH dengan cara :
- Merangsang osteoklaa reabsorpsi tulang dan melepaskan
kalsium dalam darah,
- Merangsang absorpsi kalsium dan fosfat dari usus,
- Mereabsorpsi kalsium dari tubulus renalis.
b. Tirokalsitonin : adalah hormon yang dihasilkan oleh sel-sel
folikuler dari kelenjar tiroid , cara kerjanya menghambat
reabsorpsi tulang.
c. Hormin pertumbuhan : hormon ini dihasilkan oleh hipifisis
anterior, penting untuk proliferasi (bertambah banyak). Secara
normal dari rawan epifisealis untuk memelihara tinggi badan
yang normal bagi seseorang.
d. Tiroksin : bertanggung jawab dalam pertumbuhan tulang yang
layak, remodelling (renovasi) tulang dan kematangan tulang.
4. Faktor persarafan : gangguan sulplai persarafan mengakibatkan
penipisan tulang seperti pada kelainan poliomielitis.
5. Faktor mekanisme : kekuatan dan arah dari tuberkula tulang
ditentukan oleh gaya-gaya mekanisme yang bekerja padanya.
6. Penyakit-penyakit : mempunyai pengaruh yang kurang baik
terhadap pertumbuhan tulang.