Post on 07-Mar-2019
i
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN
(Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Oleh:
Lisbet Juwita Girsang
I34070001
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
ii
ABSTRACT
The objective of this study are to describe the stage of activities in the
PNPM Mandiri project of infrastructure improvement, to analyze level of
participation, and to determine factors affecting community participation in road
infrastructure improvement in Megamendung village. The road infrastructure
improvement is expected to provide short-term and long term economic benefit for
the poor households. This study using qualitative and quantitative approach with
primary and secondary data and a total respondents of 42 men of Paseban hamlet
who were involved in road infrastructure improvement activity.The study shows
that the internal factors affecting level of community participation are age and
level of education, whereas the external factor that is most influencial on
community participation is the activity of assistance team. The team’s frequent
visit to the site of project greatly affect people’s participation.
Keywords : Participation, stage of activities in road infrastructure improvement
of PNPM Mandiri, poor households.
iii
RINGKASAN
LISBET JUWITA GIRSANG, Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,
Bogor). Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perdesaan
yang dilaksanakan di Desa Megamendung, yaitu penambahan permodalan
Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan
atau perbaikan sarana dan prasarana jalan dilakukan di Kampung Paseban RT
04/05 Desa Megamendung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat, dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.
Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang dapat
memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi
masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. Jika partisipasi masyarakat tinggi,
maka hasil kegiatan perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Terdapat beberapa
tahapan partisipasi masyarakat, yaitu tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan,
evaluasi, dan menikmati hasil. Masyarakat Kampung Paseban di Desa
Megamendung ikut berpartisipasi pada keempat tahapan tersebut. Dalam
penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan
prasarana jalan di Desa Megamendung, termasuk menentukan faktor utama yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatatif. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada
responden dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif)
dan kuesioner (kuantitatif). Data sekunder diperoleh dengan melihat laporan
tertulis dari suatu instansi, yang dalam hal ini adalah kantor kelurahan, kantor
kecamatan, dinas-dinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasil-
hasil penelitian yang relevan.
Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 42 orang masyarakat
Kampung Paseban RT 04/05 yang diambil dengan menggunakan teknik simple
random sampling, di mana populasi penelitian adalah masyarakat Kampung
Paseban RT 04/05 yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM
Mandiri Perdesaaan di Desa Megamendung. Data mengenai kegiatan perbaikan
prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi
geografis desa, demografis, dan profil Desa Megamendung, termasuk data
kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan
informan disajikan dalam bentuk deskriptif.
Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis
dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square (X2) dilakukan untuk melihat
iv
hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi
masyarakat. Analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan
antara usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat
partisipasi masyarakat terhadap kegiatan perbaikaan prasarana jalan. Uji
regression untuk melihat pengaruh faktor eksternal (kepemimpinan desa,
intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan).
Pengolahan data ini dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for
windows.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan
PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung adalah berada pada tingkat
sedang. Proses kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di
Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat
dalam tahap pengambilan keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang
sangat rendah pada tahap pengambilan keputusan terjadi karena banyak
masyarakat yang tidak ikut pada saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan
pekerjaan dan tidak punya akses menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang
menghadiri rapat pun kurang terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan,
dan kritikan terhadap kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi
pada tahap evaluasi adalah rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang
tertarik dan merasa proses evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh
masyarakat.
Dari faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) yang berpengaruh dengan tingkat
partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung antara
lain: usia dan tingkat pendidikan. Dari faktor eksternal kepemimpinan desa,
intensitas sosialisasi kegaiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan, yang
paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat adalah keaktifan tim
pendamping kegiatan. Tim pendamping kegiatan selalu turun ke lapangan dan
selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban dalam mengerjakan
perbaikan prasarana jalan tersebut. Kebanyakan masyarakat memberikan
informasi bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan sangat mempengaruhi
mereka untuk berpartisipasi.
Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut:
Pemerintah Desa agar lebih memperhatikan waktu, tempat dan metode
mengumpulkan aspirasi masyarakat, agar masyarakat dapat menghadiri kegiatan
pertemuan tersebut, serta sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan
perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan dan
evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi.
v
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN
(Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Oleh:
Lisbet Juwita Girsang
I34070001
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMENSAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
vi
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Lisbet Juwita Girsang
NRP : I34070001
Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul : Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc
NIP. 19630805 198 003 2 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1003
Tanggal Pengesahan :
vii
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN (KASUS
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI PERDESAAN DI DESA MEGAMENDUNG, BOGOR)” BELUM
PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA
SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI.
Bogor, Juni 2011
Lisbet Juwita Girsang
NRP I34070001
viii
RIWAYAT HIDUP
Lisbet Juwita Girsang dilahirkan di Dolok Ilir, Kabupaten Simalungun
pada tanggal 06 Juli 1989. Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan
Jhonny Girsang dan Tianar Hutahaean. Penulis memiliki dua orang adik laki-laki
yang bernama Jasa Parulian Girsang dan Jumpa Agung Girsang, dan satu adik
perempuan bernama Selvia Sari Girsang.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (1995-
2001) di SD Negeri 1 Dolok Batu Nanggar, Sekolah Menengah Pertama (2001-
2004) di SMP Negeri 1 Serbelawan dan Sekolah Menengah Atas (2004-2007) di
SMA Negeri 1 Serbelawan. Pada tahun 2007 masuk ke Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Setelah tingkat pertama
menempuh Tingkat Persiapan Bersama (TPB), pada tahun 2008 masuk ke
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA).
Penulis aktif sebagai Badan Pengurus Cabang 2010/2011 sebagai
Departemen Kesejahteraan Anggota di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI). Penulis juga pernah aktif di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen
(PMK) dan pernah menjadi Ketua Bidang Pelayanan Warta KOPELKHU 2009.
Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan yang ada di IPB, seperti
divisi Humas BOUNJUR 2009, Divisi Perkap INDEX 2009.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang diberikan-Nya
sehingga skripsi dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,
Bogor)” telah selesai. Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sain Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor.
Dalam skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan tahapan kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan, menganalisis tingkat
partisipasi masyarakat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung.
Skripsi ini terbagi menjadi enam bab, terdiri dari Bab I yang berisi latar
belakang penulis melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung, Bogor. Bab II yang memaparkan teori-teori yang menjadi
landasan penulis dalam melakukan penelitian. Bab III penulis menguraikan
mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi. Lalu
penulis menguraikan situasi serta kondisi lokasi penelitian yang dituangkan dalam
Bab IV. Hasil penelitian serta pembahasan dituliskan pada Bab V. Skripsi ini
diakhiri pada Bab VI yang berisi kesimpulan serta saran dari penulis. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat berguna untuk memberikan tambahan informasi dan
pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Diperlukan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan karya ini.
Bogor, Juni 2011
Penulis
x
Ucapan Terima Kasih
Segala Pujian, Hormat, Kemuliaan, dan Ucapan Syukur Penulis sampaikan
kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan penyertaan kasihNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis
juga menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc yang telah
membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, memberi motivasi,
dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan menjadi
karya yang sangat baik.
2. Dosen penguji skripsi, Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Ir. Nuraeni W.
Prasodjo M.Si yang telah menguji dalam ujian skripsi penulis pada tanggal
17 Juni 2011.
3. Dosen penguji petik, Martua Sihaloho, SP, M.Si yang telah memberi
masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ayahanda tercinta, Jhonny Girsang dan Ibunda tersayang, Tianar Hutahaean,
yang selalu mengingatkan penulis untuk tetap bersabar dalam menjalani
hidup serta mendukung penulis baik secara rohani, finansial, kebijaksanaan,
dan cinta kasih yang tidak terbatas.
5. Adik-adik penulis, Jasa Parulian Girsang, Jumpa Agung Girsang, dan Selvia
Sari Girsang, yang telah membuat hari-hari penulis lebih semangat, selalu
mendukung, dan mengingatkan penulis untuk dapat menjadi contoh yang baik
bagi adik-adiknya.
6. Renatalido Arios terkasih yang selalu memotivasi, memberikan semangat,
dan tidak henti-hentinya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
7. Sahabat-sahabatku tercinta, Marika Veraria, Mery Purnamasarie, Hardiyanti
Dharma Pertiwi, Isma Rosyida, Geidy Tiara Ariendi, yang terus mendukung
dan menolong penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
xi
8. Sahabat tersayangku, Sarmaida Felesia Sihombing yang selalu memberikan
canda tawa, mendengarkan curhatan, serta memotivasi penulis untuk
mengerjakan skripsi ini dengan baik.
9. Sahabat-sahabat penulis di kostan “BILO”, Juli, Rena, Een, Panta, Yusenda,
dan, Anet untuk canda tawa saat berkumpul, masukan, dan motivasi yang
selalu diberikan kepada penulis.
10. Pihak aparat Desa Megamendung (Pak Duduh, Pak Rully, Pak Sanip, Pak
Uus), yang membantu penulis dalam mencari informasi di lapangan.
11. Pak Sanip dan Ibu Didah yang telah mengizinkan penulis untuk tinggal di
rumahnya selama penulis mengambil data di lapangan.
12. Pak Nanang yang telah menemani ke lapangan serta memandu dalam mencari
data di Kampung Paseban, Desa Megamendung.
13. Teman-Teman satu Departemen KPM, serta Departemen lain yang tidak bisa
disebutkan semuanya.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukannya.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Masalah Penelitian ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5
II. PENDEKATAN TEORITIS .............................................................................. 6
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 6
2.1.1 PNPM Mandiri Perdesaan ................................................................................. 6
2.1.2 Partisipasi Masyarakat Desa ............................................................................. 7
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat Terhadap Program ........................................................................
10
2.1.3.1 Faktor Internal ................................................................................................... 10
2.1.3.2 Faktor Eksternal ................................................................................................ 11
2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 12
2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 14
2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 15
III. PENDEKATAN LAPANGAN ........................................................................... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 19
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 19
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 21
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ............................................................ 23
4.1 Kondisi Geografis .............................................................................................. 23
4.2 Kondisi Ekonomi ............................................................................................... 24
4.3 Kondisi Sosial .................................................................................................... 25
4.4 Gambaran Kampung Paseban ............................................................................ 26
V. KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM
MANDIRI PERDESAAN ..................................................................................
28
5.1 Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................. 28
5.2 Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ..................................................... 34
xiii
Halaman
VI. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN
PERBAIKAN PRASARANA JALAN ..............................................................
39
6.1 Faktor Internal .................................................................................................... 39
6.1.1 Usia ....................................................................... 39
6.1.2 Jenis Kelamin ......................................................... 39
6.1.3 Jenis Pekerjaan ....................................................... 39
6.1.4 Tingkat Pendidikan ................................................. 40
6.1.5 Tingkat Pendapatan .............................................. 40
6.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................ 40
6.2 Faktor Eksternal .................................................................. 41
6.2.1 Kepemimpinan Desa ............................................. 41
6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan .............................. 42
6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan .................. 42
6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat .......................................... 43
6.3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan
Keputusan ..............................................................
44
6.3.2 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan .......... 46
6.3.3 Tingkat Partisipasi pada Menikmati Hasil .............. 47
6.3.4 Tingkat Partisipasi pada Tahapa Evaluasi .............. 49
6.4 Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan ...................... 50
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
MASYARAKAT ...............................................................................................
52
7.1 Faktor Internal .................................................................................................... 52
7.2 Faktor Eksternal ................................................................................................. 58
VIII. PENUTUP ......................................................................................................... 63
10.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 63
10.2 Saran .................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65
LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Sebaran Persil Tanah berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa
Megamendung Tahun 2011 ...............................................................................
23
2 Sebaran Persil Lahan menurut Fungsi dan Luasnya di Desa
Megamendung Tahun 2011 ...............................................................................
24
3 Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di
Desa Megamendung Tahun 2011 ....................................................................
24
4 Penduduk Menurut Struktur Umur di Desa Megamendung
Tahun 2011 .......................................................................................................
25
5 Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya
Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan
Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa
Megamendung Tahun 2011 ..........................................................
36
6 Sebaran Jumlah Responden menurut Karakteristiknya, Kampung
Paseban Tahun 2011 ..........................................................................................
41
7 Sebaran Jumlah Responden menurut Faktor Eksternal di Desa
Megamendung Tahun 2011 ...........................................................
43
8 Tingkat partisipasi responden di Kampung Paseban RT 04/05
Desa Megamendung Tahun 2011 ......................................................................
44
9 Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 .......................................
44
10 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat
Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan Perbaikan
Prasarana Jalan di Desa Megamendung tahun 2011 ......................
52
11 Hasil Uji Hubungan faktor internal (usia, tingkat pendapatan, dan
jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................
53
xv
Nomor Halaman
12
Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat
pendidikan) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ...............................................
53
13 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung Tahun 2011 ............................................................
58
14 Hasil Uji Pengaruh Eksternal dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................
58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana
Jalan PNPM Mandiri Perdesaan ....................................................
14
2 Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar
Desa (MAD) Prioritas Usulan ............................................................................
31
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Jadwal Penelitian dan Skripsi ............................................................................. 68
2 Peta Sosial Desa Megamendung ................................................... 69
3 Sketsa Perbaikan Jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung ....................................................................................................
70
4 Berita acara Musyawarah Desa serah terima (MDST) ........................................ 71
5 Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05
Kampung Paseban ...............................................................................................
73
6 Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS ...................................................... dan Perilaku 75
7 Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS .................................................................... dan Perilaku 76
8 Hasil Uji Regression dengan SPSS ..................................................................... 77
9 Dokumentasi Penelitian ....................................................................................... dan Perilaku 78
10 Kuesioner Penelitian ........................................................................................... dan Perilaku 80
11 Pedoman Wawancara Mendalam ........................................................................ dan Perilaku 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah utama yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah
kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia mencapai 37.168.300 jiwa penduduk miskin (BPS
2010) dan 8.319.779 jiwa penduduk yang menganggur (Survei Angkatan Kerja
Nasional 2010).1
Upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran
ini dilakukan melalui beberapa program, seperti program penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K),
Inpres Desa Tertinggal (IDT), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Tabungan Keluarga Sejahtera
(TAKESRA), dan Kredit Keluarga Sejahtera (KUKESRA). Namun program-
program tersebut relatif belum berhasil menekan angka kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia.
Program penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan lebih
pada pendekatan dari atas ke bawah (top down). Hal ini sering kali tidak berhasil
dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat. Masyarakat merasa tidak
terlibat sepenuhnya dalam program yang ada sehingga masyarakat merasa kurang
bertanggung jawab terhadap keberhasilan program tersebut. Selain itu, bantuan
tersebut kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat.
Di sisi lain, ketidakberhasilan program-program tersebut juga disebabkan karena
belum sepenuhnya menggunakan pendekatan multi-disiplin yang berdimensi
pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam program-
program pemerintah dapat menciptakan rasa kepemilikan (sense of belonging)
masyarakat terhadap program-program yang dilakukannya, seperti dikatakan oleh
1 http://www.bps.go.id. (diakses tanggal 15 Februari 2011)
2
Sudarmadji (2001), bahwa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengawasan,
menjaga, dan evaluasi merupakan wujud pendampingan nyata yang dapat
dilakukan sehingga terbentuk rasa kepemilikan yang tinggi dari masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan yang partisipatif.
Partisipasi masyarakat secara umum merupakan suatu proses yang melibatkan
masyarakat. Canter dalam Arimbi (1993) menyatakan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan peran serta masyarakat sebagai suatu cara melakukan
interaksi antara dua kelompok atau sebagai proses di mana masalah-masalah dan
kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.
Berdasarkan evaluasi program-program yang pernah dilakukan, perlu
adanya suatu konsep pemberdayaan masyarakat dalam program-program
pemerintah. Oleh karena itu, pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia
mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(selanjutnya disebut PNPM Mandiri), yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan,
PNPM Mandiri Perkotaan, dan PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa
tertinggal (Departemen Dalam Negeri 2007).
PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM
Mandiri Perdesaan ini merupakan pengembangan dari Program Pengembangan
Kecamatan (PPK). PPK digulirkan pemerintah pusat sejak tahun 2001 dengan
tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui
kegiatan pembangunan secara fisik dan peningkatan kesejahteraan melalui
perguliran ekonomi. PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan meningkatkan
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin perdesaan secara mandiri
melalui peningkatan partisipasi masyarakat (terutama masyarakat miskin,
kelompok perempuan, dan komunitas/kelompok terpinggirkan), meningkatnya
kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal sosial
masyarakat, serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Berdasarkan penjelasan petunjuk operasional PNPM Mandiri Perdesaan
2007, usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis kegiatan, yaitu: (1) kegiatan pembangunan dan
perbaikan prasarana secara dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek
3
maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah
tangga miskin; (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat; (3)
kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama
bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal;
dan (4) penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan
(SPP).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
di Jawa Barat berjalan relatif cukup baik. Kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Jawa Barat menyatakan
bahwa adanya program PNPM dapat memajukan desa penerima program. Mulai
pembangunan sarana infrastruktur jalan desa, pembangunan pasar desa,
bendungan, sarana air bersih, listrik desa, dan pembangunan lainnya berhasil
dilaksanakan.2
Kegiatan PNPM Mandiri perdesaan yang dilaksanakan di Desa
Megamendung pada tahun 2009, yaitu penambahan permodalan Simpan Pinjam
untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan atau perbaikan
sarana dan prasarana yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun
jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga
miskin. Kegiatan perbaikan sarana dan prasarana tersebut berupa kegiatan
perbaikan prasarana jalan yang dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung.
Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung menjadi salah satu
lokasi sasaran kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2009.
Perbaikan prasarana jalan ini didasarkan pada prioritas kebutuhan di Desa
Megamendung saat itu, yaitu prasarana jalan yang memadai dan menghubungkan
antara Kampung Paseban dengan pusat Desa Megamendung. Hal tersebut
dilakukan guna meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat di Kampung
Paseban.
2 http://www.pikiran-rakyat.com/node/106824 (diakses pada tanggal 29 Januari 2010)
4
1.2 Masalah Penelitian
Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan
prasarana jalan di Desa Megamendung yang dapat memberikan manfaat jangka
pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau
rumah tangga miskin serta sasaran dari kegiatan tersebut. Salah satu prinsip dasar
PNPM Mandiri Perdesaan adalah partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah
masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan
pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pelestarian kegiatan.
Tahap sosialisasi adalah tahap penyampaian informasi tentang kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa Megamendung yang
dilakukan oleh fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa.
Tahap perencanaan adalah tahap penyusunan rencana kegiatan prasarana jalan
yang dimulai dari rapat-rapat sampai survei lokasi kegiatan prasarana jalan di
Kampung Paseban. Tahap pelaksanaan adalah tahap pengerjaan jalan yang
dilakukan dengan kegiatan pembersihan jalan sampai pada kegiatan pengaspalan
jalan. Tahap pelestarian kegiatan adalah tahap pemeliharaan jalan yang dilakukan
oleh masyarakat Kampung Paseban itu sendiri.
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program yang memiliki prinsip
bottom up, di mana kegiatan tersebut bertumpu pada masyarakat dan
membutuhkan partisipasi masyarakat. Jika partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban tinggi maka hasil kegiatan
perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Dalam penelitian ini akan dianalisis
beberapa tahapan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan
PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung,
yaitu menurut Cohen dan Uphoff (1977) tahap pengambilan keputusan,
pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti Pangestu (1995) dalam
Febriana (2008), Slamet (1994), dan Plumer (1995) dalam Suryawan (2004),
terungkap bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat
dalam mengikuti program dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal ini mencakup usia, jenis pekerjaan, jenis kelamin,
5
pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan
keluarga, dan pengalaman berkelompok, sedangkan faktor eksternal antara lain
pemimpin desa sebagai pihak yang mendorong masyarakat untuk mengikuti suatu
kegiatan pembangunan, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim
pendamping kegiatan. Oleh karena itu, akan dianalisis faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan
prasarana jalan di Desa Megamendung.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tahapan kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan di Desa Megamendung.
2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Penulis
Sebagai media aplikasi teori dan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan, sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya
dalam memahami penerapan program pemerintah kepada masyarakat desa.
2. Pemerintah
Memberikan informasi bagi pemerintah tentang pelaksanaan PNPM di
lapangan dan menjadi evaluasi serta bahan kajian bagi pemerintah dalam
pelaksanaan program-program selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Melalui
informasi ini, diharapkan bagi masyarakat yang belum mengikuti program
PNPM mandiri tersebut untuk lebih aktif dalam mengikuti program-program
yang akan dilaksanakan selanjutnya.
6
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 PNPM Mandiri Perdesaan
Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan
desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK
adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat
miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan
kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
` PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Program ini
merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari program-program
penanggulangan kemiskinan pada era sebelumnya. PNPM Mandiri digakas untuk
menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan
dari berbagai departemen yang ada pada saat itu, khususnya yang menggunakan
konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan
operasionalnya.3
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses
sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk
mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1)
peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem
pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
3 http://www.pnpm-perdesaan.or.id (diakses pada tanggal 15 Februari 2011)
7
(4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat; dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang
wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam
Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), papartisipasi dari CSR (Corporate Social
Responsibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan
negara pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia.
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia. Dalam
pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,
pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan
kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Dalam PNPM Mandiri
Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap
tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan
keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling
prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
2.1.2 Partisipasi Masyarakat Desa
Pretty, et al. (1995) dalam Daniel et al. (2008) menyatakan bahwa
partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu
menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi adalah
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dengan demikian, pengertian
partisipatif adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat
langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan
8
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai pada
monitoring dan evaluasi (controlling).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan, dan
menikmati hasil-hasil pembangunan. Mubyarto (1984) mengemukakan bahwa arti
partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Menurut Rauf (1994) dalam Haqiqiansyah (1999), masyarakat dapat
berpartisipasi secara baik apabila terdapat tiga syarat, yaitu: (1) adanya
kesempatan untuk ikut dalam pembangunan; (2) adanya kemauan dari masyarakat
untuk memanfaatkan kesempatan yang ada; dan (3) adanya kemauan anggota
untuk berpartisipasi.
Tjondronegoro (1996) dalam Haqiqiansyah (1999) menyatakan bahwa
partisipasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan, motivasi, struktur, dan
starifikasi sosial dalam masyarakat. Seseorang akan berpartisipasi apabila dapat
memenuhi kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan
meningkatkan statusnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi
kehidupan manusia. Pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan yang sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi
pelaksanaan tugas sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara
merasa, dan cara bertindak seseorang.
Wardojo (1992) dalam Vitayala et al. (1995) mengatakan bahwa
pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara sederhana adalah
keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan.
Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara
individu atau kelompok masyarakat dalam pembangunan, yang mencakup
partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan
kegiatan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan hasil
pembangunan.
Partisipasi menurut Suherlan (2002) dalam Khadiyanto (2007).
Menurutnya, partisipasi diartikan sebagai dana yang dapat disediakan atau dapat
dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat pada proyek-proyek
9
pemerintah. Selain itu, partisipasi juga dapat diartikan sebagai keterlibatan
masyarakat dalam penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah, serta keterlibatan masyarakat dalam memikul dan
memetik hasil atau manfaat pembangunan.
Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana
menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan
upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen
pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dan dibimbing oleh cara berpikir mereka
sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di
mana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi
adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut
sebagai subyek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwa partisipasi
dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal
dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan
secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat.
Yadav (1980) dalam Mardikanto (1994) mengidentifikasi partisipasi
sebagai: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam
pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan; (3) partisipasi dalam
pemantauan dan evaluasi program dan proyek-proyek pembangunan; serta (4)
partisipasi dalam berbagai manfaat pembangunan.
Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan,
sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
adalah pada perencanaan suatu kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai
anggota program.
10
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu,
dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka
semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil
mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.
Partisipasi masyarakat menggambarkan terjadinya pembagian ulang
kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan
kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai
dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam
proses pengambilan keputusan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Terhadap
Program
2.1.3.1 Faktor Internal
Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) menjelaskan bahwa faktor-faktor
internal yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam suatu program adalah
segala sesuatu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu
mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, dan jumlah serta
pengalaman berkelompok.
Silaen (1998) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua
umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal
ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan
dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang
sifatnya baru. Tamarli (1994) dalam Febriana (2008) juga menyatakan bahwa
umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang,
relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut mempengaruhi
11
partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin
tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu.
Ajiswarman (1996) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk
menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban tanggungan juga
dinyatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Seperti yang
diungkapkan Ajiswarman (1996) dalam Febriana (2008), semakin besar jumlah
beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpatisipasi dalam kegiatan akan
berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi
memenuhi kebutuhan keluarga. Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010)
mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi
partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan.
Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam
kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di
dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri
sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan.
Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat
partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet 1994). Menurut
Plumer (1995) dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah pengetahuan dan keahlian,
pekerjaan masyarakat, tingkat pendidikan dan buta huruf, jenis kelamin, dan
kepercayaan terhadap budaya tertentu.
2.1.3.2 Faktor Eksternal
Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) memaparkan faktor-faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat meliputi hubungan
yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran. Hal tersebut terjadi
karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan
pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung
12
dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh
sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi.
Selain itu, Tjokroamidjojo (1996) mengungkapkan faktor-faktor yang
perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah:
a. faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan
adanya pimpinan dan kualitas; dan
b. faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan, dan rencana-
rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh
masyarakat.
Faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu
semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program
ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan,
atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program (Sunarti 2003).
2.2 Kerangka Pemikiran
PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan ini terdiri dari empat jenis kegiatan
utama. Salah satu kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung
pada tahun 2009 adalah kegiatan pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka
panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin dan rumah tangga miskin, yaitu
perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban. Kegiatan tersebut sesuai dengan
persyaratan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang
bertumpu pada partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut dibedakan
berdasarkan tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977), yaitu
pengambilan keputusan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sepanjang proses
kegiatan, dan menikmati hasil.
Partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung diduga dipengaruhi oleh beragam faktor yang dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup
karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk
13
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan,tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.
Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin
tinggi usia, semakin tinggi rasa kepemilikan masyarakat terhadap perbaikan jalan
tersebut. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
karena jalan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat dalam aktivitas pekerjaan
mereka. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
karena semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi
penerimaan masyarakat terhadap hal-hal yang baru. Tingkat pendapatan
berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat, karena semakin tinggi
pendapatan masyarakat maka akan memiliki partisipasi yang tinggi. Jumlah
tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena
semakin banyak beban keluarga, maka waktu untuk berpartisipasi akan semakin
berkurang.
Faktor eksternal merupakan hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran, antara lain kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi
kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan. Kepemimpinan desa
berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi
dukungan terhadap kegiatan yang ditunjukkan dengan keaktifan pemimpinan
desa dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, maka masyarakat akan
semakin terdorong untuk mengikuti kegiatan. Intensitas sosialisasi berhubungan
dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin sering sosialisasi yang
dilakukan, maka masyarakat akan semakin memahami tujuan kegiatan dan
semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat karena semakin aktif tim pendamping kegiatan mendampingi
masyarakat, maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam perbaikan
prasarana jalan tersebut. Kerangka Penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
14
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana
Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
2.3 Hipotesis Penelitian
Penyusunan hipotesis bertujuan untuk memudahkan peneliti menjawab
permasalahan dan mencapai tujuan dari penelitian yang telah dirumuskan,
khususnya mengenai faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi
PNPM Mandiri
Perdesaan
Perbaikan Prasarana Jalan
Partisipasi
- Pengambilan
Keputusan
- Pelaksanaan
- Menikmati hasil
- Evaluasi
Berhubungan
Faktor Eksternal
1. Kepemimpinan
Desa
2. Intensitas
Sosialisasi Kegiatan
3. Keaktifan Tim
Pendamping
Kegiatan
Faktor Internal
1. Usia
2. Jenis Pekerjaan
3. Tingkat pendidikan
4. Tingkat pendapatan
5. Jumlah tanggungan
keluarga
15
masyarakat. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disusun hipotesis uji
sebagai berikut:
1. Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
2. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
3. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
4. Tingkat pendapatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
5. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan.
6. Intensitas sosialisasi kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan
7. Kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
8. Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM
Mandiri Perdesaan
2.4 Definisi Operasional
1. Usia adalah jumlah tahun umur responden hingga saat penelitian ini
dilaksanakan.
2. Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan
berupa uang. Jenis pekerjaan dikategorikan dalam dua hal, yaitu:
a. Pekerjaan dalam bidang pertanian, yaitu pekerjaan di sektor pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan.
b. Pekerjaan dalam bidang non-pertanian, yaitu pekerjaan di sektor
pendidikan, pemerintahan, jasa dan perdagangan.
16
3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti
oleh responden. Dibagi menjadi SD, SMP, dan SMA.
4. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan
(pendapatan yang diterima dari mata pencaharian perbulan ditambah dengan
pendapatan dari usaha-usaha lainnya). Di bagi menjadi empat berdasarkan
keadaan di lapangan, yaitu:
a. Rp 200.001 - Rp 400.000
b. Rp 400.001 - Rp 600.000
c. Rp 600.001 - Rp 800.000
d. Rp 800.001 - Rp 1.000.000
5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung
oleh seorang responden tanpa batasan umur.
6. Kepemimpinan desa adalah kemampuan pemimpin desa (kepala desa, kepala
RW, dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang
dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan
tersebut, yang digolongkan menjadi:
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
7. Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti oleh
masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan, yang
digolongkan menjadi:
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
17
8. Keaktifan tim pendamping kegiatan adalah frekuensi tim pendamping dalam
mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan, yang digolongkan
menjadi:
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00
9. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan program adalah
keikutsertaan responden dalam mengikuti perencanaan suatu kegiatan. Tahap
pengambilan keputusan yang dinilai adalah keaktifan secara kehadiran, peran
dalam kegiatan rapat, keaktifan masyarakat dalam memberi masukan, dan
kemampuan mengidentifikasi masalah dalam kegiatan, yang digolongkan
menjadi :
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
10. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan
responden dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi diukur berdasarkan
sumbangan materi dan bentuk tindakan yang dilakukan, yang digolongkan
menjadi :
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
18
11. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan
responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, yang
digolongkan menjadi :
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
12. Tingkat partisipasi dalam evaluasi adalah ikutsertaan responden dalam
memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya, yang
digolongkan menjadi :
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
13. Tingkat partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah
diselenggarakan di Desa Megamendung adalah keseluruhan keterlibatan
responden dalam tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan
menikmati hasil, yang digolongkan menjadi :
a. Rendah
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60
b. Sedang
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66
c. Tinggi
Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00
19
BAB III
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian kegiatan perbaikan prasarana serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Sebelum
menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen
melalui kepustakaan media cetak dan internet. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja. Desa Megamendung dipilih menjadi lokasi penelitian
karena desa ini menjadi lokasi KKP (Kuliah Kerja Profesi) peneliti pada tahun
2010, sehingga cukup banyak informasi dasar mengenai wilayah dan masyarakat
yang telah diketahui oleh peneliti. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April
2011.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dan eksplanatif untuk mengetahui kegiatan
perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.
Metode pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami secara
mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai
realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang
menjadi subyek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus, dengan memilih suatu kejadian atau gejala untuk
diteliti (Sitorus 1998).
Penelitian ini mencari penggalian informasi mengenai kegiatan dan
sasaran perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung. Pembahasan dilanjutkan untuk mengetahui dan memahami faktor-
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.
20
Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam yang dilakukan
kepada informan dan responden. Responden dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Dalam penelitian ini, terdapat lima orang informan, yang terdiri dari satu orang
fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan, dua orang aparatur desa, satu orang
pendamping kegiatan, dan satu orang pemimpin kelompok masyarakat.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara faktor-faktor internal seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat
partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di
Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Metode kuantitatif dilakukan
menggunakan metode survei, di mana pengumpulan data dilakukan melalui
penyebaran kuesioner.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara
mendalam, studi literatur, dan observasi lapang. Observasi lapang dilakukan
melalui pengamatan secara menyeluruh terkait kegiatan perbaikan prasarana jalan
PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian
atau dari sumber utama yang belum diolah. Data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada responden
dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif) dan
kuesioner (kuantitatif). Data sekunder adalah data yang telah diolah pihak lain,
diperoleh dengan cara melihat laporan tertulis dari suatu instansi dalam hal ini
kantor kelurahan Desa Megamendung, kantor Kecamatan Megamendung, dinas-
dinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasil-hasil penelitian yang
relevan.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang mengikuti kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT
04/05 Desa Megamendung. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode simple random sampling. Banyaknya responden ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, yaitu:
21
21 Ne
Nn
Keterangan
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi (dalam hal ini pengikut kegiatan perbaikan prasarana
jalan PNPM Mandiri Perdesaan Kampung Paseban RT 04/05 di Desa
Megamendung)
e : Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan, yaitu 10 %
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang yang mengikuti kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban.
Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka banyaknya responden dalam penelitian
ini adalah sebanyak 42 orang.
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data mengenai kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban
RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi geografis desa, demografis, dan profil
Desa Megamendung dipaparkan secara deskriptif. Data kualitatif yang diperoleh
melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan informan juga disajikan
dalam bentuk deskriptif.
Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis
dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square
(X2) dilakukan untuk melihat
hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,
analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara usia,
tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung, dan analisis uji regression
dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
22
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Pengolahan data ini
dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for windows.
23
BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Megamendung terletak di wilayah Kecamatan Megamendung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini mempunyai luas wilayah ± 1.200 Ha.
Secara geografis, Desa Megamendung dibatasi oleh Desa Karang Tengah di
sebelah utara, Desa Cilember di sebelah selatan, Desa Cipayung Girang di sebelah
barat, dan Desa Tugu Utara di sebelah timurnya. Bentangan wilayah Desa
Megamendung terbagi menjadi wilayah berbukit, dataran tinggi, dan lereng
gunung. Desa Megamendung terletak 600-900 m di atas permukaan laut.
Jarak Desa Megamendung dari pusat Kecamatan Megamendung adalah 8
km, jarak dari kota administratif (Depok) adalah 42 km, jarak dari ibu kota
Kabupaten Bogor (Cibinong) adalah 38 km, jarak dari ibu kota propinsi
(Bandung) adalah 120 km, dan jarak dari ibu kota negara (Jakarta) adalah 80 km.
Berdasarkan status kepemilikannya, tanah di Desa Megamendumg terbagi
menjadi 763,4 Ha (63,6 %) tanah bersertifikat dan 436,6 Ha (36,4 %) tanah yang
belum bersertifikat. Status tanah Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Persil tanah berdasarkana Jenis sertifikat Tanah di Desa
Megamendung Tahun 2011
Status Jumlah (Buah) Luas (Ha)
1. Tanah bersertifikat
Sertifikat hak milik
Serifikat hak guna usaha
Sertifikat hak guna bangunan
Sertifikat hak pakai
32
1
120
87
6,4
136,0
360,0
261,0
2. Tanah yang belum bersertifikat - 436,6
Total 240 1.200,0 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa pertanahan di Desa Megamendung lebih
banyak diperuntukkan pada hutan Perhutani, yaitu 668,5 Ha (55 %) dan pada
pemukiman/perumahan, yaitu 300 Ha (25 %). Peruntukan tanah di Desa
Megamendung dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Sebaran Persil lahan menurut Fungsi dan luasnya di Desa
Megamendung Tahun 2011
Peruntukan Luas Persentase (%)
Jalan 45,5 Km2 100
Perkuburan 0,5 Ha 0,04
Bangunan umum 1,5 Ha 0,01
Jalur hijau 30,0 Ha 2,60
Sawah dan ladang 150,0 Ha 13.04
Pemukiman/ perumahan 300,0 Ha 26,07
Lain-lain (Hutan Perhutani) 668,5 Ha 58,24
Total Luas (Tanpa Jalan) 1150,5 Ha 100,00 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
4.2 Kondisi Ekonomi
Penduduk di Desa Megamendung memiliki beragam mata pencaharian
yang dikelompokkan menjadi sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer
terdiri dari petani dan buruh tani, sektor sekunder terdiri dari
wiraswasta/pedagang dan swasta, sedangkan sektor tersier terdiri dari jasa,
pertukangan, PNS, POLRI, pensiunan, dan ABRI.
Penduduk yang bermatapencaharian sebagai karyawan swasta sebanyak
850 orang (26,0 %), pertukangan sebanyak 769 orang (25,0 %), petani 545 orang
(18,0 %), buruh tani sebanyak 376 orang (11,0 %), jasa sebanyak 317 orang (8,0
%), dan yang lainnya bekerja sebagai PNS, POLRI, jasa, dan pensiunan. Jumlah
dan jenis matapencaharian penduduk Desa Megamendung dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di Desa
Megamendung Tahun 2011
Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Petani 545 18,0
Buruh Tani 376 11,0
Wiraswasta/ pedagang 190 6,0
Swasta 850 26,0
Jasa 317 8,0
Pertukangan 769 25,0
Pegawai Negeri Sipil 104 3,0
POLRI 67 2,0
Pensiunan 15 0,6
ABRI 8 0,4
Total 3.241 100
25
Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Data profil Daesa Megamendung tahun 2011 menunjukkan bahwa
sebagian besar lahan pertanian di Desa Megamendung ditanami pisang (150 Ha),
ketela pohon (5 Ha), dan kopi (5 Ha). Namun, pengamatan di lapangan didapati
pula lahan yang ditanami sayur mayur. Hal tersebut cukup bermanfaat bagi
masyarakat Desa Megamendung, di mana masyarakat setempat dapat menambah
jumlah pendapatan melalui penjualan hasil pertanian tersebut, terutama pisang.
Desa Megamendung cukup terkenal sebagai desa penghasil pisang.
Peternakan di Desa Megamendung terbagi menjadi peternakan ayam (450
ekor), kambing (275 ekor), dan domba (150 ekor). Masyarakat setempat juga
banyak yang memiliki usaha tambahan, yaitu warung. Terdapat sekitar 65 warung
di Desa Megamendung. Selain itu, terdapat lima tempat rekreasi yang ada di Desa
Megamendung, yaitu wisata Curug Panjang, wisata Curug 7 Cilember, tempat
pemancingan, taman Wisata Matahari, dan tempat rekreasi anak. Masyarakat
Megamendung relatif banyak yang bekerja di tempat rekreasi tersebut.
4.3 Kondisi Sosial
Penduduk di Desa Megamendung mayoritas lulusan SMA, yaitu sebesar
1.200 orang, lulusan SMP sebesar 1.078 orang, lulusan Sekolah Dasar dan Taman
Kanak-kanak sebesar 526 orang, dan lulusan akademi serta sarjana sebesar 345
orang. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan rata-
rata penduduk di Desa Megamendung cukup tinggi. Jumlah penduduk di Desa
Megamendung berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki sebesar
3.298 orang (45 %) dan perempuan sebesar 3.017 orang (55 %). Jumlah penduduk
menurut struktur umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Megamendung Tahun 2011
Kelompok Umur
(Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
<30 1.841 1.796 3.637
30-50 896 676 1.572
>50 561 545 1.106
Total 3.298 3.017 6.315
26
Sumber: Profil Desa Megamendung 2011
Desa Megamendung terdiri atas 18 RT dan 5 RW dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 1.833. Jumlah penduduk berdasarkan agamanya dibedakan
menjadi Islam 6.284 orang (99,3 %), Kristen 9 orang (0,2 %), Katolik 20 orang
(0,4 %), dan Hindu 5 orang (0,1 %). Desa Megamendung mempunyai sarana
kesehatan, yaitu 2 buah poliklinik dan 9 buah posyandu.
4.4 Gambaran Kampung Paseban
Kampung Paseban terletak di RT 04/05 Desa Megamendung. Kampung
Paseban ini terletak 900 m di atas permukaan laut. Jarak Kampung Paseban dari
pusat Desa Megamendung sekitar 7 Km dan merupakan kampung yang paling
jauh dari pusat Desa tersebut. Tidak ada kendaraan umum yang digunakan untuk
mencapai Kampung Paseban. Masyarakat Kampung Paseban biasanya
menggunakan motor atau berjalan kaki dalam mobilitasnya sehari-hari. Jika
menggunakan ojeg, masyarakat biasanya dikenakan biaya Rp 40.000,00 dari
Kampung Paseban ke pusat Desa Megamendung. Sebelum ada perbaikan jalan
pada tahun 2009, jalan menuju kampung tersebut hanya bisa ditempuh dengan
kendaraan roda dua saja, namun sekarang bisa juga menggunakan kendaraan roda
empat.
Kondisi kampung ini sangat berbeda dengan kondisi Desa Megamendung
secara umum, dimana berdasarkan informasi ketua RT Kampung Paseban bahwa
penduduk di Kampung Paseban terdiri dari 70 KK. Masyarakat di kampung
tersebut mayoritas bekerja di bidang pertanian, yaitu sebagai buruh tani,
berkebun, dan beternak. Permukiman di Kampung Paseban tersebar, sehingga
jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, kondisi rumah tinggal di kampung tersebut kurang layak
dibandingkan dengan wilayah lain di Desa Megamendung. Rumah warga masih
menggunakan dinding bambu dan atap daun kelapa. Air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari berasal dari gunung. Aktifitas MCK dilakukan warga di luar
rumah, karena jamban keluarga berjarak beberapa meter dari rumah.
Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sebuah
peternakan sapi milik pemerintah yang dikelola oleh kelompok tani di Kampung
27
Paseban. Peternakan sapi tersebut mengolah kotoran sapinya untuk dijadikan
sebagai pupuk untuk dijual dan digunakan masyarakat di Desa Megamendung
untuk tanaman sayuran mereka. Ada sekitar 10 orang penduduk di Kampung
Paseban yang bekerja di peternakan sapi tersebut. Selain itu, ada sebuah kebun
sayur seluas 1 Ha milik warga asing yang memperkerjakan penduduk Kampung
Paseban. Ada sekitar 12 orang masyarakat Kampung Paseban yang bekerja di
perkebunan tersebut.
Kampung Paseban juga tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan,
sehingga masyarakat harus pergi ke kampung terdekat, yaitu Kampung
Citamiangyang berjarak sekitar 2 Km dari kampung Paseban dan dapat ditempuh
dengan motor dalam waktu 20 Menit . Terdapat sebuah mushola yang digunakan
masyarakat di kampung tersebut untuk beribadah. Ada sekitar 20 buah villa di
Kampung Paseban, namun hanya 10 orang penduduk di sana yang bekerja sebagai
penjaga villa. Di kampung Paseban juga terdapat sebuah tempat rekreasi berupa
tempat pemancingan dan rumah makan yang baru dibangun tahun 2010.
28
BAB V
KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM MANDIRI
PERDESAAN
Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa
prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses
informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil/tertinggal (Departemen
Dalam Negeri 2007). Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak
hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk
menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan
masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi
perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Secara umum, tujuan pembangunan prasarana adalah pengembangan
kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan
kelembagaan dan penyelenggaraan pembangunan desa dan antar-desa, serta
peningkatan penyediaan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan.
Tujuan membangun prasarana pendukung bagi desa yang membutuhkan
adalah untuk: (1) menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga
miskin; (2) meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan keikutsertaan
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan; (3) Meningkatkan kualitas kegiatan
dengan penggunaan teknologi sederhana; (4) Meningkatkan kapasitas tim
pengelola kegiatan dan/atau tim pelaksana pemeliharaan prasarana dalam
pengelolaan kegiatan; dan (5) Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, dan pemeliharaan prasarana
dalam teknis pelaksanaan.
5.1 Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan
Terdapat beberapa musyawarah yang dilakukan PNPM Mandiri perdesaan
sebelum menentukan sasaran kegiatan tersebut, yaitu:
29
1. MAD Sosialisasi
Musyawarah Antar Desa (MAD) sosialisasi merupakan pertemuan antar-
desa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun
hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri Perdesaan, serta menentukan
kesepakatan-kesepakatan antar-desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri
perdesaan. MAD sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Pebruari 2009 di
kantor Kecamatan Megamendung. Peserta pertemuan ini adalah camat dan staf
terkait, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), perwakilan masyarakat dari
tiap desa, tokoh masyarkat, dan tokoh agama. Masyarakat Desa Megamendung
yang hadir dalam pertemuan ini adalah sebanyak 5 orang di mana 1 orang adalah
perwakilan dari Kampung Paseban yaitu kepala RW.
2. Musyawarah Desa Sosialisasi
Musyawarah Desa (Musdes) sosialisasi merupakan musyawarah
masyarakat desa yang dilaksanakan segera setelah MAD sosialisasi. Musyawarah
ini juga masih bagian dari kegiatan sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung yang dilaksanakan pada tanggal 20 Pebruari 2009 di kantor
Kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah ini, PNPM Mandiri
Perdesaan menjelaskan secara lebih khusus tentang kegiatan-kegiatan PNPM yang
boleh dilaksanakan di desa. Peserta dari pertemuan ini adalah kepala desa dan
aparat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), wakil rumah tangga
miskin di Desa Megamendung, serta masyarakat lainnya yang berminat untuk
hadir. Musyawarah ini tidak dihadiri oleh semua penduduk di Desa
Megamendung. Masyarakat Kampung Paseban yang hadir dalam musyawarah ini
adalah sebanyak 3 orang yaitu kepala RW, kepala RT, dan satu orang masyarakat
kampung tersebut. Dalam Musdes Sosialisasi ini dipilih ketua TPK (Tim
Pengelola Kegiatan) sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di desa yang
dipilih secara musyawarah mufakat dan disetujui oleh Kepala Desa.
3. Pertemuan Kelompok untuk Penggalian Gagasan
30
Pertemuan ini adalah tahapan lanjutan dari sosialisasi yang telah
dilakukan. Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan di desa dimulai dengan
tahap penggalian gagasan hingga Musdes Perencanaan atau dikenal dengan istilah
Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Terdapat dua tahap yang harus
dilakukan dalam pertemuan kelompok untuk penggalian gagasan, yakni
pertemuan dusun untuk membuat peta sosial dan musyawarah penggalian gagasan
itu sendiri, di mana kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang berlatar
belakang wilayah yang sama (RW/RT/kampung dan lainnya). Pertemuan ini
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dusun I (RW 1 dan 2) dan
kelompok dusun II (RW 3, RW 4, dan RW 5). Menurut informasi yang didapat
bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2009 di Kantor kelurahan
Desa Megamendung. Dalam pertemuan kelompok-kelompok tersebut tidak
dilakukan oleh setiap lapisan masyarak. Hal tersebut sungguh berpengaruh
dengan hasil gagasan yang telah mereka lakukan. Karena tidak semua ide-ide dari
masyarakat tertuang dalam pertemuan tersebut. Peserta yang hadir adalah warga
masyarakat di Desa Megamendung dan yang mewakili dari Kampung Paseban
adalah kepala RW dan kepala RT.
4. Musdes Perencanaan
Musyawarah ini adalah lanjutan dari penggalian gagasan yang telah
dilakukan sebelumnya. Musyawarah desa (Musdes) perencanaan merupakan
pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan
kegiatan, hasil, dan proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun.
Adapun gagasan yang dibuat oleh kelompok-kelompok tersebut antara lain
perbaikan sarana air bersih di wilayah dusun I, perbaikan jalan di Kampung
Paseban RT 04/05, dan kegiatan SPP (Simpan Pinjam Perempuan). Musyawarah
ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2009 di kantor kelurahan Desa
Megamendung. Peserta yang hadir adalah wakil dari setiap kelompok yang ada di
desa dan masyarakat umum lainnya yang berminat untuk hadir dalam pertemuan
tersebut.
5. MAD prioritas usulan
31
Musyawarah Antar Desa (MAD) prioritas usulan adalah pertemuan di
kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan.
Penyusunan peringkat didasarkan atas kriteria kelayakan sebagaimana yang
digunakan oleh tim verifikasi dalam menilai usulan kegiatan. Proses penentuan
kegiatan dalam MAD prioritas usulan ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar Desa
(MAD) Prioritas Usulan. (sumber: Departemen Dalam Negeri)
32
Berdasarkan gagasan usulan yang telah dibuat, maka akan dibahas usulan mana
yang merupakan prioritas Desa Megamendung dan sesuai dengan kebutuhan dana PNPM
Mandiri Perdesaan saat itu. Musyawarah ini dilakukan pada tanggal 20 Mei 2009 di
kantor Kecamatan Megamendung. Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf
terkait, tim pengamat, perwakilan dari desa, serta anggota masyarakat lainnya yang
berminat untuk hadir.
6. MAD Penetapan Usulan
MAD (Musyawarah Antar-Desa) penetapan usulan merupakan
musyawarah untuk mengambil keputusan terhadap usulan yang didanai melalui
PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam pertemuan ini ditetapkan keputusan mengenai
kegiatan yang akan didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam MAD
penetapan usulan ini diputuskan bahwa perbaikan prasarana jalan di Kampung
Paseban RT 04/05 yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Penetapan usulan
tersebut berdasarakan prioritas kebutuhan Desa Megamendung, yaitu adanya jalan
yang bisa menghubungkan antara Kampung Paseban RT 04/05 dengan wilayah di
Desa Megamendung untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Musyawarah
ini dilaksanakan pada bulan 15 Juni 2009 di kantor Kecamatan Megamendung.
Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf terkait, ketua dan sekretaris
MAD, instansi dinas terkait tingkat kecamatan, tim pengamat, dan anggota
masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
7. Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD
Musyawarah desa ini merupakan musyawarah sosialisasi atau
penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM mandiri Perdesaan yang
diputuskan dalam MAD penetapan usulan. Musyawarah ini dilakukan di desa
yang mendapatkan dana maupun tidak mendapatkan dana PNPM Mandiri
Perdesaan. Musyawarah ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2009 di kantor
kelurahan Desa Megamendung. Peserta yang hadir dalam pertemuan ini adalah
sebanyak 25 orang antara lain aparat desa, wakil dari setiap kampung, dan wakil
dari berbagai kelompok masyarakat yang ada di desa.
33
Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung dilaksanakan di Kampung Paseban RT 04/05 pada bulan Oktober
2009. Kampung Paseban menjadi target perbaikan prasarana karena secara
kebutuhan sosial ekonomi, Kampung Paseban sangat membutuhkan jalan yang
sesuai (bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat). Jalan merupakan
akses yang sangat penting bagi masyarakat untuk dapat melakukan segala
aktivitasnya. Kondisi jalan sebelum diperbaiki menujukkan sangat sulitnya akses
masyarakat untuk keluar dari Kampung Paseban tersebut menuju pusat desa
ataupun ke tempat lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu KPMD
(Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sekaligus sebagai salah satu informan
penelitian ini :
“Jadi kan dek, Paseban itu kampung yang cukup tertinggal
dibanding kampung-kampung yang lain. Jadi jalan penting
untuk akses masyarakat di sini. Apalagi kalo mereka mau
melakukan aktifitas di Desa Megamendung. Mereka
memang sangat membutuhkan jalan ini dek” (KN, 32 thn)
Masyarakat di Desa Megamendung mengajukan perbaikan jalan kepada
PNPM Mandiri Perdesaan sepanjang 3 Km dengan lebar 3 m. Namun, perbaikan
jalan yang dikabulkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah sepanjang 1,5 Km
dengan lebar 3 m. Perbaikan tersebut dilakukan dalam 52 hari kerja selama 3
bulan, di mana pekerja yang ikut membangun jalan tersebut adalah tenaga
swadaya Kampung Paseban sebanyak 70 orang dan 5 orang tenaga ahli dari luar.
Tenaga ahli dari luar digunakan karena kurangnya sumberdaya
masyarakat lokal yang terampil dan memahami tentang pengaspalan jalan
tersebut. Secara teknis, tenaga kerja dari luar memiliki waktu kerja selama 3 kali
seminggu, yaitu Senin, Rabu, dan Kamis dengan sistem kerja bergiliran, di mana
dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Tenaga dari luar
tersebut diberi upah sebesar Rp 25.000.00,-, sedangkan masyarakat Kampung
Paseban itu sendiri, waktu kerjanya diatur oleh kepala RT kampung tersebut, di
mana dibuat dalam kelompok-kelompok, yang waktu kerjanya dengan sistem
34
“shift” (saling bergantian waktunya). Bahan untuk perbaikan jalan juga sebagian
merupakan swadaya masyarakat, yaitu berupa pasir kali dan batu-batuan.
Dana yang digunakan untuk melakukan perbaikan jalan berasal dari dua
sumber, yaitu dari PNPM sebesar Rp 177. 059. 000,- dan dari swadaya sebesar Rp
29.074.000,-. Dana yang berasal dari swadaya tersebut di peroleh masyarakat
Kampung Paseban RT 04/05 ini melalui sumbangan dari pemilik villa di sekitar
Kampung Paseban dan batu serta pasir berasal dari masyarakat. Masyarakat
Kampung Paseban mengajukan proposal kepada pemilik villa tersebut. Terdapat
sekitar 20 orang yang memiliki villa dan usaha di sekitar wilayah Kampung
Paseban RT 04/05. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yang
merupakan kepala RT di Kampung Paseban sebagai berikut:
“Ya gitu lah neng, kita buatin proposal ke orang-orang
Jakarta yang punya villa di sini. Mereka kan juga
menggunakan jalan ini, makanya kita mintain sumbangan
juga ke mereka” (ENS, 50 thn)
Pencarian dana yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Paseban tidak
selamanya lancar, karena sebagian pemilik villa tidak mau memberikan
sumbangan dana untuk perbaikan jalan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh
masyarakat Kampung Paseban sebagai berikut:
“Suka susah dek kalo dimintain dana, kebanyakan pada
pelit semua. Padahal mereka kan juga yang menggunakan
jalan ini, lewat terus-terusan lagi, yah sewajarnya mereka
ikut membantu masalah dana juga kan” ( UY, 52 thn)
5.2 Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung memiliki sasaran kegiatan, yaitu:
1. Peningkatan Pendapatan Masyarakat.
Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan prasarana dilakukan
dengan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat namun diprioritaskan bagi
rumah tangga miskin. Tenaga kerja yang dipilih sebanyak mungkin melibatkan
35
tenaga kerja desa setempat untuk berpartisipasi sehingga akan memperoleh upah
dari pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan. Namun, berdasarkan informasi
yang diperoleh dari responden, bahwa masyarakat Kampung Paseban yang
mengerjakan jalan tersebut tidak mendapatkan upah. Tenaga kerja dari luar
diperbolehkan apabila keterampilan yang dibutuhkan tidak tersedia di desa lokasi
kegiatan. Di Kampung Paseban, terdapat 5 pekerja dari luar kampung yang masih
warga dari Desa Megamendung untuk melakukan pengaspalan jalan.
Perbaikan prasarana jalan yang dilakukan mengutamakan penggunaan
bahan lokal seperti batu dan pasir. Kemungkinan kualitas bahan lokal yang ada
tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi standar teknis,
maka bahan lokal tersebut perlu untuk dimanfaatkan dalam perbaikan jalan
tersebut. Selain itu, bahan yang diambil dari daerah setempat juga akan memberi
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan identifikasi sumber bahan untuk
kegiatan desa yang akan datang, termasuk pemeliharaan. Dengan penggunaan
tenaga dan bahan lokal, uang tetap berputar di dalam desa sendiri, dengan harapan
jumlah modal yang ada di desa meningkat.
2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Prasarana
Peningkatan partisipasi masyarakat Kampung Paseban di Desa Megamendung
ini merupakan sasaran yang penting yang dicapai dalam perbaikan prasarana jalan
tersebut. Melalui perbaikan jalan yang dilakukan akan terlihat bagaimana
partisipasi masyarakat dalam perbaikan prasarana jalan tersebut. Keikutsertaan
masyarakat dalam berpartisipasi akan dilihat dari bagaimana mereka melakukan
perbaikan jalan tersebut, mulai dari tahapan pengambilan keputusan hingga
evaluasinya nanti. Perbandingan teori pertimbangan kegiatan perbaikan prasarana
jalan dengan aktulnya dapat dilihat pada Tabel 5.
36
Tabel 5. Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya
Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan
Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa
Megamendung Tahun 2011
Aspek Rumusan Aktual Alasan
Metode
perencanaan dan
pelaksanaan
Metode
perencanaan dan
pelaksanaan fokus
pada upaya
menumbuhkan
rasa memiliki
Fokus hanya
pelaksanaan
sehingga kurang
menumbuhkan
rasa memilki
Masyarakat tidak
paham teknis
perencanaan
pembuatan jalan
Usulan kegiatan Berdasarkan hasil
musyawarah dan
usulan akan
kebutuhan masa
depan
Sesuai kebutuhan
masyarakat yaitu
jalan yang
memadai
---
Bangunan Tidak merusak
lingkungan
Tidak merusak
lingkungan karena
telah dilakukan
identifikasi
lingkungan
Sumber Daya Memanfaatkan
sumberdaya alam
dan manusia lokal
Sumberdaya alam
lokal; sumber
daya manusia juga
dari luar
Masyarakat
Kampung
Paseban tidak
menguasai teknis
pengaspalan jalan
Tenaga Kerja Menerima upah
secara utuh
Masyarakat
kampung tidak
menerima upah;
hanya tenaga ahli
dari luar
menerima upah
Dana yang
kurang
Pemeliharaan Tanggung jawab
masyarakat
bersama
pemerintah desa
Masyarakat
merasa
bertanggung
jawab tapi tidak
melakukan
perbaikan jalan
secara kontinu
Tidak mendapat
insentif yang
pernah dijanjikan
pemerintah desa
Peningkatan partisipasi masyarakat pada kegiatan perbaikan prasarana jalan
bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
a. Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk
menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat. Berdasarkan penggalian
37
informasi, kegiatan perbaikan prasarana jalan lebih memfokuskan
masyarakat pada metode pelaksanaanya saja.
b. Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan secara
musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah tangga miskin.
Usulan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat,
yaitu kebutuhan jalan yang memadai untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat.
c. Kegiatan yang dibangun tidak boleh ada dampak yang merusak
lingkungan dan merugikan masyarakat. Sebelum dilakukannya perbaikan
jalan tersebut, tim fasilitator kecamatan (ketua tim fasilitator dan anggota
tim fasilitator), tenaga ahli jalan, dan perwakilan masyarakat melakukan
identifikasi lokasi terlebih dahulu. Tim tersebut melakukan pengamatan
tentang dampak dan hambatan yang mungkin terjadi setelah dilakukannya
perbaikan jalan tersebut.
d. Perbaikan jalan tersebut sejauh mungkin memanfaatkan potensi
sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia
setempat.
e. Tenaga kerja yang ikut partisipasi kegiatan dibayar insentif secara penuh.
Dalam hal ini, upah tenaga kerja tidak boleh dipotong dengan alasan
apapun. Setiap pekerja harus menerima upah secara utuh, kemudian
setelah itu dapat disumbangkan. Dalam perbaikan prasarana jalan tersebut,
tenaga kerja yang diupah sebanyak 5 orang yang berasal dari masyarakat
di luar Kampung Paseban.
f. Pemeliharaan prasarana yang telah dibangun menjadi tanggung jawab
masyarakat bersama pemerintah desa, namun kenyataannya kurang
ditanggungjawabi oleh pemerintah desa. Pemerintah Desa Megamendung
terkesan lepas tangan terhadap pemeliharaan jalan tersebut. Masyarakat
tidak mendapat insentif dari kegiatan pemeliharaan yang dilakukan,
sehingga masyarakat cenderung tidak aktif dalam melakukan pemeliharaan
jalan tersebut.
38
3. Peningkatan Pemanfaatan Teknologi
Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan pemilihan
teknologi yang tepat, yang meliputi aspek teknik dan dampak lingkungan. Dalam
pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec, KPMD, dan masyarakat harus
memperhatikan hal-hal berikut: (1) Teknologi yang dipilih sederhana, agar dapat
dikerjakan oleh masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau
peralatan dari luar. Tim pengelola kegiatan juga akan mampu mengerjakan
kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaan telah selesai; (2) Menggunakan
teknologi yang tepat, sehingga menghasilkan prasarana yang bermutu yang dapat
memberi manfaat yang cukup berimbang dengan pengeluaran biaya; dan (3)
Menggunakan teknologi dengan biaya murah tapi awet, sehingga masyarakat
dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat kebutuhan prasarana
perdesaan pada umumnya lebih banyak dibandingkan jumlah bantuan langsung
masyarakat (BLM).
39
BAB VI
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN
PRASARANA JALAN
Bab ini akan menjelaskan karakteristik responden, bentuk-bentuk
partisipasi masyarakat pada beragam tahapan kegiatan dan keadaan jalan setelah
dilakukan perbaikan.
6.1 Faktor Internal
Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik responden
terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga.
6.1.1 Usia
Dalam penelitian ini terambil responden dengan proporsi usia > 50 yang
relatif lebih besar. Responden usia <30 tahun sebanyak 10 orang (24%), usia 30-
50 tahun sebanyak 14 orang (35%), dan usia >50 tahun sebanyak 18 orang (41%).
Umur responden yang paling muda adalah 18 tahun dan yang paling tua adalah 64
tahun.
6.1.2 Jenis Kelamin
Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM
Mandiri Perdesaan adalah laki-laki. Menurut penjelasan salah satu fasilitator
PNPM Mandiri Perdesaan, hal tersebut dikarenakan kegiatan perbaikan prasarana
jalan ini merupakan kegiatan berat yang membutuhkan tenaga laki-laki untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut. Perempuan menyiapkan minuman pada saat
pertemuan-pertemuan di Kampung Paseban tersebut dan tidak diukur sebagai
bentuk partisipasi oleh fasilitator kegiatan dalam penelitian ini.
6.1.3 Jenis Pekerjaan
Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana bekerja di bidang
pertanian sebagai buruh tani, berkebun, dan beternak, sedangkan di bidang non
40
pertanian sebagai kuli bangunan, pencari batu, penjaga villa, dan wirausaha.
Responden yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 33 orang (79 %) dan non
pertanian sebanyak 9 orang (21 %).
6.1.4 Tingkat Pendidikan
Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan mayoritas
adalah berpendidikan SD. Responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4
orang (10 %), responden yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (19 %), dan
sisanya adalah responden dengan pendidikan tertinggi SD sebanyak 30 orang (71
%).
6.1.5 Tingkat Pendapatan
Pendapatan responden berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 1. 000.000
per bulan. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 200.001 - Rp 400.000
adalah sebesar 17 %, pendapatan antara Rp 400.001 - Rp 600.000 sebesar 26 %,
pendapatan antara Rp 600.001 - Rp 800.000 sebesar 40 %, dan pendapatan antara
Rp 800.001 - Rp 1.000.000 sebesar 17 %.
Tingkat pendapatan responden yang paling rendah adalah sebesar Rp
300.000 per bulan, sedangkan tingkat pendapatan paling tinggi adalah sebesar
Rp1.000.000. Pendapatan tersebut merupakan penghasilan rata-rata dari
masyarakat. Kebanyakan masyarakat memiliki pendapatan berupa upah yang
diterima secara harian.
6.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga
Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak
2 anggota keluarga, karena anak-anak dari responden sudah bekerja di luar daerah,
sehingga tidak menjadi tanggungan keluarga lagi. Jumlah tanggungan keluarga
responden terkecil adalah 1 orang anggota keluarga dan terbesar adalah 9 orang
anggota keluarga. Dari semua responden, sebanyak 21 orang (50 %) memiliki
jumlah tanggungan keluarga 0-2 orang, sebanyak 13 orang ( 31 %) memiliki
jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, dan sebanyak 8 orang (19 %) memiliki
jumlah tanggungan keluarga >4 orang.
41
Karakteristik responden masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Jumlah Responden menurut kakteristiknya, Kampung Paseban
Tahun 2011
Karakteristik Individu (n=42 orang) Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Usia <30 tahun 10 24
30-50 tahun 14 35
>50 tahun 18 41
Jenis Kelamin Laki-laki 42 100
Perempuan 0 0
Jenis Pekerjaan Pertanian 33 79
Non-pertanian 9 21
Tingkat Pendidikan SD 30 71
SMP 8 19
SMA 4 10
Tingkat Pendapatan Rp 200.000 - Rp 400.000 7 17
Rp 400.001 - Rp 600.000 11 26
Rp 600.001 - Rp 800.000 19 40
Rp 800.001 - Rp 1.000.000 5 17
Jumlah Tanggungan
Keluarga
0-2 21 50
3-4 13 31
>4 8 19
6.2 Faktor Eksternal
6.2.1 Kepemimpinan Desa
Kepemimpinan desa dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang
pemimpin desa (kepala desa, kepala RW, dan kepala RT) dalam mengajak
masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan
frekuensi kedatangannya dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Pemimpin desa dalam penelitian ini adalah DM sebagai lurah di Desa
Megamendung, AA sebagai kepala RW, dan EN sebagai kepala RT di Kampung
Paseban. Kepala desa merupakan salah satu pelaku PNPM Mandiri Perdesaan.
Dalam hal kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, peran kepala desa adalah sebagai
pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM
Mandiri Perdesaan. Dalam kepemimpinannya kepala desa Megamendung
memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat di desa Megamendung.
42
Dapat dilihat bahwa semakin rendah jabatan di desa, dipandang semakin
aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Berdasarkan pada Tabel 7,
Kepala Desa memilIki kemampuan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi
tinggi sebesar 5 %, Kepala RW sebesar 2 %, dan kepala RT sebesar 11 %.
6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan
Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti
oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan. Sosialisasi kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan
upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi mengenai program
dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat.
Sosialisasi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan kepada
masyarakat di Desa Megamendung telah dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,
yaitu 2 kali di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh aparat desa dan sebagian
masyarakat di Desa megamendung dan 2 kali pertemuan di tingkat Desa yang
dilakukan di kantor Kelurahan di Desa Megamendung yang dihadiri oleh
masyarakat Megamendung. Selain melalui pertemuan-pertemuan langsung dengan
masyarakat, pelaku PNPM Mandiri Perdesaan didorong untuk melakukan
sosialisasi dan penyebaran informasi melalui media informasi seperti papan
informasi dan spanduk.
Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi kegiatan
masyarakat dalam sosialisasi tinggi sebesar 4 %, keterlibatan masyarakat dalam
sosialisasi tinggi sebesar 3 %, dan keefektifan penggunaan papan informasi dan
spanduk tinggi sebesar 2 %.
6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan
Keaktifan tim pendamping kegiatan merupakan Keaktifan stake holder
yang berperan penting dalam partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan
tersebut. Tim pendamping kegiatan merupakan perwakilan dari PNPM Mandiri
Perdesaan dan perwakilan masyarakat yang dipilih oleh aparat desa setelah
disetujui oleh pihak pengelola kegiatan yang terkait. Tim pendamping kegiatan
dari Desa Megamendung, yang biasa disebut KPMD (Kader Pemberdayaan
43
Masyarakat Desa) adalah Pak NN. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) tersebutlah yang selalu turun ke lapangan untuk melihat pelaksanaan
kegiatan perbaikan jalan. Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi
tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 36 % dan bantuan yang diberikan oleh
tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 35 %.
Sebaran jumlah responden menurut faktor eksternal masyarakat Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden menurut faktor eksternal di Desa
Megamendung Tahun 2011
Faktor Eksternal Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Kepemimpinan Desa
- Kepala Desa 25 60 15 35 2 5
- Kepala RW 20 48 21 50 1 2
- Kepala RT 11 26 23 55 8 11
Intensitas Sosialisasi
Kegiatan
- frekuensi 25 60 15 36 2 4
- Keterlibatan 26 61 15 36 1 3
- Papan informasi/
spanduk
30 71 11 26 1 2
Keaktifan Tim Pendamping
Kegiatan
- Frekuensi 5 12 22 52 15 36
- Bantuan 7 17 20 48 15 35
Keterangan: n = jumlah responden
6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan secara aktif dalam
mengikuti suatu kegiatan. Bentuk partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT
04/05 Desa Megamendung dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan adalah mulai
dari tahap pengambilan keputusan hingga proses evaluasi kegiatan tersebut. Pada
penelitian ini, indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan meliputi keaktifan masyarakat dalam tahapan partisipasi menurut
Cohen dan Uphoff (1977), yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati
hasil, dan evaluasi kegiatan.
44
Kisaran tingkat partisipasi responden dari rendah ( skor 35) ke tinggi (skor
53). Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05
Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat partisipasi responden pada semua tahapan partisipasi di
Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011
Tingkat partisipasi Jumlah (orang) Persentasi (%)
Rendah 2 5
Sedang 40 95
Tinggi 0 0
Total 42 100
Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
partisipasi sedan. Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat
dari keaktifan masyarakat tersebut dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasana
jalan mulai dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan
evaluasi di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.
6. 3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan Keputusan
Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap pengambilan keputusan
merupakan tahapan partisipasi yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat
dalam kegiatan rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah
perencanaan suatu kegiatan. Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Partisipasi Responden pada Setiap Tahapan di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011
Tahapan
partisipasi
Tingkat partisipasi
Rendah Sedang Tinggi Total
n % N % N %
Pengambilan
keputusan 38 91 4 9 0 0 42 (100)
Pelaksanaaan 0 0 17 40 25 60 42 (100)
Menikmati
hasil 0 0 0 0 42 100 42 (100)
Evaluasi 42 100 0 0 0 0 42 (100) n = jumlah responden
45
Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap pengambilan
keputusan, responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 91
% dan tingkat partisipasi sedang adalah sebesar 9 %. Tahap pengambilan
keputusan meliputi kegiatan rapat yang telah dilakukan selama 11 kali pertemuan,
yaitu 6 kali pertemuan di tingkat desa, 2 kali pertemuan di tingkat dusun, 2 kali
pertemuan di tingkat RW, dan 1 kali pertemuan di tingkat RT. Rapat yang telah
dilakukan tersebut memutuskan bahwa perbaikan prasarana jalan yang dilakukan
di Desa Megamendung berlokasi di Kampung Paseban RT 04/05. Selain itu,
dalam pertemuan tersebut juga membahas mengenai perencanaan-perencanaan
yang akan dilakukan dalam perbaikan jalan tersebut. Dalam penelitian ini, dilihat
bagaimana keaktifan secara kehadiran, peran dalam kegiatan rapat, keaktifan
masyarakat dalam memberi masukan, dan kemampuan mengidentifikasi masalah
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang dilakukan tersebut.
Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan rendah,
yaitu terletak pada selang 1,41. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan
keputusan ini rendah karena keterlibatan masyarakat pada saat rapat, baik dalam
memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan cukup rendah, seperti yang
diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:
“Yah..saya mah ikut-ikut ajah. Kalo disuruh pak RT rapat
yah saya ikut rapat. Tapi cuma diem-diem ajah neng, gak
terlalu ngerti saya ngomong-ngomong di rapat kayak gitu”
(AN, 36 thn)
Tahap pengambilan keputusan ini kurang menggali aspirasi dari
masyarakat, karena tidak semua masyarakat di Kampung Paseban hadir. Kegiatan
rapat yang dilakukan biasanya dihadiri oleh aparat RT seperti ketua dan sekretaris,
serta orang yang mewakili ketika aparat berhalangan hadir. Mereka juga tidak
hadir dalam kegiatan rapat dikarenakan waktu rapat yang tidak sesuai dengan jam
kerja masyarakat di kampung tersebut sehingga masyarakat cenderung lebih
memilih bekerja dari pada rapat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
responden sebagai berikut:
46
“Ahh kalo rapat di desa itu seringan siang hari dek,
yah...saya kan kerja, saya ajah selesai kerja itu jam 4 sore,
jadi gak sempat. Trus, kalo saya gak kerja mau makan apa
anak saya. Ya udahlah kalo rapat mah biar pak RT ajah”
(AP, 40 thn)
Selain itu, masyarakat cenderung malas untuk menghadiri rapat karena
rapat kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut selalu dilakukan di kantor Desa
Megamendung. Akses jalan yang menghubungkan Kampung Paseban RT 04/05
dengan pusat Desa Megamendung buruk dan kebanyakan masyarakat Kampung
Paseban tidak memiliki kendaraan untuk pergi, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu responden sebagai berikut:
“Wah dek, saya gak ikut yah gara-gara kantor desanya itu
jauh. Trus saya juga gak punya motor Uda gitu kalo naek
ojek ajah bayar 40 ribu pulang pergi. Bayangin ajah kalo
saya sering-sering ikut rapat, pasti banyak uang yang
harus saya keluarkan. Hahahahana.. mana ada uang saya”
(AS, 45 thn)
Perempuan juga memiliki peran dalam membuat makanan dan minuman
pada saat rapat di tingkat dusun. Namun dalam penelitian ini, peran perempuan
tersebut tidak dihitung sebagai bentuk partisipasi kegiatan.
6.3.2 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dari partisipasi masyarakat,
karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi berupa sumbangan
materi dan bentuk tindakan sebagai anggota program.
Tabel 9 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan
adalah rendah, yaitu sebesar 0 %, tingkat partisipasi sedang sebesar 40 %, dan
tingkat partisipasi tinggi sebesar 60 %. Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan merupakan inti dari kegiatan perbaikan jalan tersebut.
Kegiatan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan persiapan lahan seperti
47
membersihkan jalan, mencabuti rumput, memperbaiki jalan air (gorong-gorong),
pemecahan batu, dan pengaspalan.
Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan
adalah sedang, yaitu terletak pada selang 3,62. Hal ini dikarenakan kesadaran
masyarakat yang cukup baik terhadap kegiatan perbaikan jalan, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Yah... kalo gak kita yang mengerjakan jalan, siapa lagi
dek. Jalan ini kan penting buat masyarakat dek.Sebagai
warga yang baik, kita harus ikut mengerjakan jalan. Saya
juga punya kesadaran sendiri untuk mengerjakan jalan
yang rusak itu” (PR, 50 thn)
Selain itu, rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat yang tinggi
terhadap perbaikan jalan yang dilakukan dengan memberikan tenaga mereka
untuk perbaikan jalan tersebut. Mereka merasakan bahwa jalan tersebut sangat
penting bagi mereka, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai
berikut:
“Saya bersyukur ada pihak yang mau ngurusin jalan ini
neng, yah. kalo saya sih gak bisa bantu dengan dana,
paling tidak tenaga saya akan saya berikan semua demi
perbaikan jalan ini neng” (AC, 39 thn)
6.3.3 Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil
Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Dengan melihat
posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat
program dirasakan, yang berarti bahwa program tersebut berhasil mengenai
sasaran. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap menikmati hasil,
responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi adalah sebesar 100 %.
Tahap menikmati hasil melihat bagaimana masyarakat yang menjadi
sasaran dari kegiatan perbaikan prasarana jalan ini dapat merasakan manfaat dari
kegiatan tersebut. Jalan yang telah diperbaiki tersebut menjadi lebih baik daripada
sebelumnya. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut, akses masyarakat menuju
pusat Desa Megamendung menjadi lebih mudah.
48
Tahap menikmati hasil merupakan tahap yang terletak pada selang yang
tinggi, yaitu sebesar 4,75 memiliki Dengan adanya perbaikan prasarana jalan
tersebut, masyarakat di Kampung Paseban Rt 05/04 merasakan manfaat yang
sangat besar, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Iyah Neng, dulu mah susah kemana-mana, mau ke
kampung sebelah ajah susah apalagi ke Megamendung.
Jalannya itu loh Neng bikin motor kita cepet rusak,
batunya besar-besar dan memang harus diperbaiki. Nah,
kalo sekarang itu beda Neng. Sekarang mah ngantar anak
ke sekolah juga jadi enak Neng, mau kemana-mana juga
jadi lebih mudah dan lebih cepat perjalanannya” (AD, 47
thn)
Selain itu, dengan adanya perbaikan jalan, mobilitas masyarakat menjadi
lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan produktifitasnya dari segi
ekonomi. Dengan demikian masyarakat Kampung Paseban dapat semakin mudah
membeli kebutuhan sehari-hari dan menjual hasil pertanian mereka ke luar Desa
Megamendung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai
berikut:
“Dulu tuh kita susah mau jual hasil tani kita, sekarang
lebih gampang neng, mau jual pisang, sayuran, trus ubi
jadi lebih gampang ke luarnya. Soalnya jalannya udah
bener” (OG, 50 thn)
Masyarakat juga merasa lebih baik dan lebih aktif dalam melakukan segala
aktifitas mereka di Desa Megamendung. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut,
masyarakat jadi lebih sering untuk melakukan pertemuan di Kantor Kelurahan
Desa Megamendung jika diundang, seperti yang diungkapkan oleh aparat desa
yang menjadi satu informan sebagai berikut:
“Semenjak tahun 2010 ini, beberapa warga di Paseban jadi
sering ikutan rapat dek, beda dari tahun sebelumnya.
Tahun sebelumnya itu sedikit yang ikut acara di
kelurahan. ” (SN, 59 thn)
49
6.3.4 Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi
Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap evaluasi merupakan tahapan
yang dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan
umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program
selanjutnya. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap evaluasi, responden
yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 100 %.
Pada tahap evaluasi, dilihat bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam
menilai hasil kerja yang telah dilakukan. Evaluasi oleh PNPM Mandiri Perdesaan
dilakukan sebanyak 4 kali dengan turun langsung ke lokasi kegiatan dan melihat
kondisi jalan selama pelaksanaan perbaikan jalan tersebut. Tujuannya adalah
untuk melihat perkembangan kegiatan perbaikan jalan dan memeriksa keadaan
jalan untuk perbaikan selanjutnya. Dalam penelitian ini, tahap evaluasi merupakan
tahap yang persentasenya paling kecil, yaitu terletak pada selang 1,25. Hal ini
disebabkan banyak warga yang tidak dilibatkan secara langsung dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan perbaikan prasarana tersebut, seperti yang diungkapkan
oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Saya gak pernah ikutan, gak pernah diajak juga. Saya
Cuma disuruh mengerjakan jalan ajah, tapi gak disuruh
untuk ikut evaluasi jalannya neng” (KM, 51 thn)
Masyarakat juga sedikit yang tertarik untuk melakukan tahap evaluasi
tersebut. Mereka menganggap kalau dalam tahap evaluasi lebih baik dilakukan
oleh pak RT atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu responden sebagai berikut:
“Yah..kalo evaluasi biar pak RT aja dah sama tokoh-tokoh
masyarakat yang ada, saya mah gak ngerti neng. Tapi kalo
untuk mengerjakan jalannya saya bisa, kalo evaluasi gak
usah deh” (ED, 55 thn)
50
6.4 Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan
Perbaikan prasarana jalan selesai dilakukan pada bulan Desember 2009.
Pada tahun 2010, setelah dilakukannya perbaikan, keadaan jalan menjadi lebih
baik. Setelah itu diadakan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) pada tanggal
16 Maret 2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Musyawarah tersebut
dihadiri oleh 42 orang yang terdiri dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), kepala
desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Megamendung. Dalam
musyawarah tersebut dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan
oleh tim pelaksana kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan
masyarakat kepada pihak PNPM Mandiri Perdesaan.
Musyawarah tersebut juga membahas pembentukan Tim Pemelihara jalan
yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Pemeliharaan jalan
tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan oleh Desa Megamendung setelah
selesai dikerjakan. Tujuan kegiatan pemeliharaan jalan tersebut antara lain untuk
mengoptimalkan fungsi pelayanan prasarana, memperpanjang umur pemakaian
prasarana, dan mengurangi biaya yang cukup besar ketika kondisi prasarana cepat
rusak. Selain itu, pemeliharaan yang dilakukan dapat menumbuhkembangkan rasa
memiliki masyarakat dan tanggung jawab untuk memelihara jalan yang sudah
dibangun.
Masyarakat yang tergabung dalam Tim Pemelihara jalan merupakan warga
Kampung Paseban sebanyak 15 orang. Awalnya masyarakat tersebut cukup
antusias dalam melakukan kegiatan pemeliharaan jalan karena dijanjikan upah,
namun hingga penelitian ini dilakukan, pemberian upah tersebut tidak dilakukan,
seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Saya kecewa neng, kemaren itu janjinya mau dikasih
uang buat yang mengerjakan jalan. Tapi sampai sekarang
gak ada tuh. Bohong aja. (RD, 52 thn)
Upah yang tidak diberikan tersebut berpengaruh terhadap kinerja mereka
dalam melakukan pemeliharaan jalan. Tim pemelihara jalan tersebut hanya
bekerja selama 3 bulan saja selama bulan April-juni 2010. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, kondisi jalan sudah mulai rusak sejak 4 bulan setelah
51
selesai perbaikan jalan akibat pemeliharaan yang kurang baik. Selain itu
berdasarkan informasi yang di dapat dari responden bahwa dana perbaikan jalan
yang dikeluarkan oleh PNPM Mandiri Persdesaan tidak semua digunakan untuk
perbaikan jalan namun diselewengkan oleh orang-orang yang kurang bertanggung
jawab. Sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli bahan
berkualitas baik, digunakan untuk membeli bahan yang berkualitas kurang baik
karena lebih murah. Beberapa dari masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak
melakukan pemeliharaan jalan karena perbaikan jalan tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan mereka. Mereka merasa lebih baik perbaikan jalan tersebut dilakukan
di wilayah Kampung Paseban menuju ke Kampung Citamiang, karena fasilitas
kesehatan dan pendidikan lebih dekat di Kampung Citamiang.
52
BAB VII
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
MASYARAKAT
7.1 Faktor Internal
Tabulasi silang hubungan antara faktor internal (usia, jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan
tingkat partisipasi masyarakat pada masing-masing tahapan disajikan dalam
Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat
Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan
Perbaikan Prasarana Jalan di Desa Megamendung Tahun 2011
Faktor Internal
Tahapan partisipasi
Pengambilan
Keputusan
(%)
Pelaksanaan
(%)
Menikmati
Hasil
(%)
Evaluasi
(%)
R S T R S T R S T R S T
Usia (n)
<30 tahun (10) 90 10 0 0 30 70 0 0 100 100 0 0
30-50 tahun (14) 100 0 0 0 50 50 0 0 100 100 0 0
>50 tahun (18) 83 17 0 0 39 61 0 0 100 100 0 0
Jenis pekerjaan (n) Pertanian (33) 91 9 0 0 42 58 0 0 100 100 0 0
Non pertanian (9) 89 11 0 0 33 67 0 0 100 100 0 0
Tingkat pendidikan (n) SD (30) 93 7 0 0 40 60 0 0 100 100 0 0
SMP (8) 88 19 0 0 13 87 0 0 100 100 0 0
SMA (4) 75 25 0 0 100 0 0 0 100 100 0 0
Tingkat pendapatan (n) 200.000-400.000
(7)
86 14 0 0 14 86 0 0 100 100 0 0
400.001-600.000
(11)
90 10 0 0 36 64 0 0 100 100 0 0
600.001-800.000
(19)
89 11 0 0 42 58 0 0 100 100 0 0
800.001-1.000.000
(5)
100 0 0 0 80 20 0 0 100 100 0 0
Jumlah tanggungan keluarga (n)
0-3 (21) 95 5 0 0 38 62 0 0 100 100 0 0
3-4 (13) 92 8 0 0 61 39 0 0 100 100 0 0
>4 (8) 75 25 0 0 50 50 0 0 100 100 0 0 Keterangan : R= Rendah
S= Sedang
T= Tinggi
53
Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Pearson Correlation dan
Chi Square. Uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara
faktor-faktor internal seperti usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan
keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 11. Hasil Uji Hubungan Faktor Internal (usia, tingkat pendapatan, dan
jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan
Variabel Tingkat partisipasi
Koefisien korelasi Selang kepercayaan*
Usia +0,316 0,210
Tingkat pendapatan -0,091 0,283
Jumlah tanggungan keluarga -0,014 0,464 *Selang kepercayaan 95 % ( )
Uji Chi Square dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor
internal seperti jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada
tabel 12.
Tabel 12. Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan)
dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan
Prasarana Jalan
Variabel Tingkat partisipasi
Selang kepercayaan*
Jenis pekerjaan 0,890
Tingkat pendidikan 0,010 * Selang kepercayaan 95 % ( )
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan
keputusan, responden yang berusia >50 tahun lebih banyak memiliki partisipasi
rendah, yaitu sebesar 83 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang berusia >50
tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 61 %. Pada tahap menikmati hasil,
responden yang berusia >50 tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100
54
%. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang berusia >50 tahun memiliki
partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
responden lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.
Masyarakat yang berusia >50 tahun lebih berpartisipasi daripada
responden yang berusia <30 tahun dan 30-50 tahun. Hal tersebut diperkuat dengan
hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa
nilai signifikansi hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan sebesar
0,021. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Hubungan
antara usia dengan tingkat partisipasi adalah positif lemah. Hal ini terlihat dari
nilai korelasinya sebesar 0,316. Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis
1, yaitu bahwa usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung.
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
tingkat partisipasi masyarakat, dalam arti semakin tinggi usia, semakin tinggi pula
tingkat partisipasinya. Hal ini berbeda dengan pendapat Silaen (1998) dalam
Wicaksono (2010) yang menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka
partisipasinya juga rendah.
Masyarakat Kampung Paseban yang berusia >50 tahun lebih memiliki
rasa tanggung jawab dan rasa kepemilikan terhadap kampung tersebut, sehingga
mereka lebih bertanggung jawab atas keberadaan prasarana jalan tersebut.
Masyarakat yang berusia di bawah 50 tahun atau pun yang masih muda kurang
berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut karena mereka
kurang merasa memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberadaan prasarana jalan
tersebut. Masyarakat yang masih muda cenderung pergi merantau untuk mencari
pekerjaan di daerah lain, sehingga mereka belum lama tinggal di Kampung
Paseban. Hal ini mengakibatkan kurangnya rasa kepemilikan (sense of belonging)
dan tanggung jawab masyarakat terhadap jalan tersebut. Dengan kata lain,
kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kampung tersebut
mengakibatkan partisipasi masyarakat tersebut juga kurang.
55
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan
keputusan, responden yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak memiliki
partisipasi rendah, yaitu sebesar 91%. Pada tahap pelaksanaan, responden yang
bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 67 %. Pada
tahap menikmati hasil, responden yang bekerja dibidang pertanian memiliki
partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden
yang bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden lebih berpartisipasi pada tahap
pelaksanaan dan menikmati hasil.
Hasil uji statistik Chi-Square pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
adalah sebesar 0,890. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada selang
kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 2,
yaitu bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
di Desa Megamendung. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat
Kampung Paseban, baik pertanian maupun non-pertanian tidak mempengaruhi
keaktifan mereka berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang diperoleh
responden. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan
keputusan, responden yang berpendidikan SD lebih banyak memiliki partisipasi
rendah, yaitu sebesar 93 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang
berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 60 %. Pada tahap
menikmati hasil, responden yang berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi,
yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang
berpendidikan SD memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara
keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan SD lebih
berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.
Hasil uji statistik chi-square pada Tabel 12 menunjukkan nilai signifikansi
hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
56
kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung sebesar 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi pada selang
kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis 3,
yaitu bahwa pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan
keputusan, responden yang memiliki pendapatan Rp 600.001-800.000 lebih
banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 89 %. Pada tahap pelaksanaan,
responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi,
yaitu sebesar 58 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang berpendapatan
Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 19 orang. Pada
tahap evaluasi, responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki
partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 lebih berpartisipasi pada
tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.
Menurut Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010), tingkat pendapatan
seseorang tidak mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan.
Pernyataan tersebut serupa dengan hasil Uji Pearson Correlation pada Tabel 11
yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,283. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan
tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal
tersebut, maka tolak Hipotesis 4 yaitu bahwa tingkat pendapatan tidak
berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan tersebut. Hal tersebut serupa dengan pendapat Nurlela (2004)
dalam Wicaksono (2010). Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki tingkat
57
pendapatan antara Rp 200.000 - Rp1.000.000 memiliki tingkat partisipasi yang
sama, yaitu sedang. Mereka memiliki rasa tanggung jawab yang sama untuk
berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung
oleh responden tanpa batasan umur. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa
pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki tanggungan
keluarga 0-3 lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 95 %. Pada
tahap pelaksanaan, responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki
partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 13 orang. Pada tahap menikmati hasil,
responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi tinggi,
yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang
memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 21
orang. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
tanggungan keluarga 0-3 lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan
menikmati hasil.
Hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat
partisipasi masyarakat. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,464. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %
(p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 5, yaitu bahwa jumlah
tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan. Kenyataannya bahwa meskipun masyarakat yang
memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar ataupun kecil, hal tersebut tidak
mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan
tersebut. Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki jumlah tanggungan
keluarga yang banyak ataupun sedikit, memiliki tingkat partisipasi yang sama,
yaitu sedang.
58
7.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi dalam penelitian ini
adalah kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim
pendamping kegiatan. Hubungan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa
Megamendung Tahun 2011
Kepemimpinan Desa
Tingkat partisipasi
Rendah Sedang Tinggi
n % N % n %
Kepemimpinan desa 19 45 32 76 7 17
Intensitas sosialisasi kegiatan 23 55 10 24 13 31
Keaktifan tim pendamping
kegiatan
7 17 13 31 22 52
n = jumlah responden
Uji Regression dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Persentase
pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Pada hasil perhitungan,
nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,893. Artinya, pengaruh semua variabel
independen terhadap perubahan nilai variabel dependen adalah 89,3% dan sisanya
10,7% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan
(Kp, In, dan Ak). Berikut ini adalah model persamaan regresinya. Hasil pengaruh
faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Partisipasi = 33,644 + 3,444 (Kp) + 0,442 (In) + 5,382 (Ak)
Tabel 14. Hasil Uji Pengaruh Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan
Faktor Eksternal Koefisien Signifikansi
Kepemimpinan Desa 3,444 0,009
Intensitas Sosialisasi Kegiatan 0,442 0,624
Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan 5,382 0,000
59
Dalam penelitian ini, kepemimpinan desa yang dimaksud adalah
kemampuan pemimpin desa dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang
dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan tersebut. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi
responden tinggi karena ajakan pemimpin desa dalam berpartisipasi adalah
sebesar 17 %.
Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh
kepemimpinan desa dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,009. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim
pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %
(p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 6, yaitu bahwa
kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepala desa Megamendung selalu
mengajak masyarakat melalui rapat-rapat dan sosialisasi kegiatan yang telah
dilakukan. Ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan
yang telah dilakukan oleh kepala Desa Megamendung tersebut mampu
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan tersebut. Masyarakat Desa Megamendung khususnya
masyarakat di Kampung Paseban mengaku bahwa kepala desa selalu mengajak
mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan. Selain itu,
kepala Desa Megamendung juga turun ke lapangan langsung dan melihat
bagaimana kegiatan perbaikan prasana jalan tersebut dilakukan, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Pak Kades kalo datang ke sini, itu ngajak kita ikut
mengerjakan jalan neng. Kalo uda kepala desa yang
ngajak saya pasti mau lah neng mengerjakan, apalagi ini di
kampung saya” (AG, 54 thn)
Kepala RW dan kepala RT merupakan pemimpin di Kampung Paseban RT
04/05. Mereka adalah orang yang cukup disegani masyarakat karena merupakan
60
orang yang dianggap penting dan menjadi wakil bagi masyarakat Kampung
Paseban di Desa Megamendung. Hubungan antara atasan (kepala RW dan kepala
RT) dan bawahan (masyarakat) begitu dekat sehingga hubungan yang terjadi
diantara mereka tidak saja terjadi hubungan formal dalam pekerjaan, akan tetapi
juga menyangkut hubungan yang bersifat pribadi. Dalam penelitian ini, Kepala
Desa mengarahkan Kepala RW dan kepala RT untuk selalu menggerakkan
masyarakat di Kampung Paseban agar turut aktif dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai
berikut:
“Pak RT selalu ngajakin kita untuk mengerjakan jalan dek,
sampai datang ke rumah-rumah gitu, kita di ajak kerja
bakti untuk pengaspalan jalan dek. Yahh....kita cukup
dekatlah hubungannya dengan Pak RT, saya mau ajah kalo
diajakin.” (SR, 58 thn)
Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti
oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan. Intensitas osialisasi kegiatan merupakan faktor eksternal yang juga
mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi
responden tinggi karena intensitas sosialisasi kegiatan dalam berpartisipasi adalah
sebesar 31 %.
Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh
intensitas kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,624. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim
pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %
(p>0,05). Berdasarkan hal tersebut maka tolak Hipotesis 7, yaitu bahwa intensitas
kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.
Informasi yang diperoleh di lapangan menyatakan bahwa papan informasi
serta spanduk tidak mempengaruhi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Banyaknya intensitas
informasi yang telah dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan selama ini tidak
61
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan
tersebut. Hal ini disebabkan karena sebesar 71 % dari total masyarakat adalah
berpendidikan rendah dan tidak tahu baca dan tulis, seperti yang diungkapkan
oleh salah satu responden sebagai berikut:
“Yah.....saya gak tau baca neng, gimana bisa saya tau
tentang spanduk atau informasi yang ditempel itu.
Seberapa banyak pun informasi melalui spanduk yang
diberikan, itu tidak memepengaruhi saya untuk ikut
mengerjakan jalan neng. Kalo saya sih, ada gak ada
spanduk tetep mengerjakan jalan kok” (US, 47 thn)
Selain faktor eksternal berupa kepemimpin desa dan intensitas sosialisasi
kegiatan, tim pendamping kegiatan juga merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di
Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Berdasarkan Tabel 13, tingkat
partisipasi responden tinggi karena keaktifan tim pendamping kegiatan dalam
berpartisipasi adalah sebesar 52 %.
Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh
keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang
kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 8,
yaitu bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan.
Berdasarkan informasi di lapangan, pendamping kegiatan yaitu Pak NN
merupakan anggota masyarakat di Desa Megamendung yang sering menjadi
kepercayaan masyarakat di Desa Megamendung sebagai kader untuk ikut dalam
berbagai program yang pernah dilaksanakan di Desa Megamendung. Tim
pendamping kegiatan ini aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
mengerjakan perbaikan jalan. Beliaulah yang selalu turun ke lapangan dalam
melihat bagaimana kinerja dan partisipasi masyarakat, mulai dari perencanaan
62
awal hingga pada tahap evaluasi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu
responden sebagai berikut:
“Emang, si Bapak yang suka datang melihat kita kerja
neng. Trus dia juga sering ngajak kita supaya aktif
mengerjakan jalannya. Ya....hampir tiap hari jugalah dia
datang. Kita kan jadi semangat mengerjakannya neng.
Saya bener-bener termotivasi mengerjakan jalannya kalo
si bapak yang ngajakain neng”(AM, 52 thn)
Berdasarkan Tabel 14, faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM
Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah
keaktifan tim pendamping kegiatan dengan koefisien yang paling besar yaitu
5,382. Dalam penelitian ini, kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa tim
pendamping kegiatan sangat mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi, seperti
yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:
“Kalo dari kami sih Neng, yang paling memotivasi untuk
mengerjakan jalan ini yah Pak NN. Terus-terusan datang
untuk ngelihat dan ngajak kita. Jadinya kita semakin
semangat untuk mengerjakannya” (SP, 58 thn)
63
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Prosese kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan
mencakup tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.
Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang 1,5 Km dan lebar 3m di Kampung
Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.
Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan
prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung berada pada
tingkat sedang. Apabila dipilah berdasarkan tahapannya maka proses kegiatan
perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05
Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat dalam tahap pengambilan
keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang sangat rendah pada tahap
pengambilan keputusan terjadi karena banyak masyarakat yang tidak ikut pada
saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan pekerjaan dan tidak punya akses
menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang menghadiri rapat pun kurang
terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan terhadap kegiatan
perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah
rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses
evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dari beragam faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dan faktor eksternal
(kepemimpin desa, intensita sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping
kegiatan). Faktor internal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah usia (nilai
signifikansi sebesar 0,021) dan tingkat pendidikan (nilai signifikansi sebesar
0,010).
Faktor eksternal yang diduga paling mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri
Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah keaktifan
tim pendamping kegiatan (nilai signifikansi 0,000). Tim pendamping kegiatan
64
selalu turun ke lapangan dan selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban
dalam mengerjakan perbaikan prasarana jalan tersebut.
Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) dilakukan pada tanggal 16 Maret
2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah tersebut
dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan oleh tim pelaksana
kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat kepada pihak
PNPM Mandiri Perdesaan. Selain itu, dibentuk juga tim pemelihara jalan yang
berasal dari masyarakat Kampung Paseban itu sendiri. Saat ini kedaaan jalan
sudah mulai rusak, karena kinerja tim pemelihara jalan yang tidak maksimal,
karena tidak diberi upah.
8.2 Saran
Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan
di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut:
1. Apabila tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan
terhadap perancanaan akan ditingkatkan maka pemerintah Desa Megamendung
dan pelaksana PNPM Mandiri Perdesaan harus lebih memperhatikan waktu,
tempat dan metode mengumpulkan aspirasi masyarakat dalam pertemuan yang
akan dilakukan, agar masyarakat yang lebih luas dan beragam dapat
menghadiri kegiatan pertemuan dan aspirasi dari masyarakat dapat tertampung.
2. Karena keragaman masyarakat yang berpartisipasi juga dicerminkan oleh
keterlibatan perempuan, maka sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam
kegiatan perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan
dan evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi.
3. Apabila pelestarian jalan (menikmati hasil) terhadap kegiatan PNPM maka
sebaiknya pihak PNPM Mandiri Perdesaan juga memperhatikan kegiatan
pemeliharaan jalan di Desa Megamendung.
4. Sebaiknya pemerintah Desa Megamendung meminta sumbangan kepada orang
di luar Desa Megamendung yang menggunakan jalan tersebut yang akan
digunakan untuk biaya pemeliharaan jalan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan.
Walhi.Jakarta.
Departemen dalam negeri. 2007. Tim koordinasi PNPM Mandiri Perdesan. Tidak
diterbitkan Jakarta.
Febriana YD. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Sosial
Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan
Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Skripsi. IPB.Bogor.
Hasan H. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi aksara. Jakarta.
Khadiyanto P. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Unit Sekolah
Baru. Semarang. Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Mardikanto T. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press.Surakarta.
Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development).
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
PNPM Mandiri Perdesaaan. 2011. [diunduh tanggal 15 Februari 2011]. Dapat
diunduh dari: http://www.pnpm-perdesaan.or.id
Slamet Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Masyarakat.
Journal Ilmu Dasar. Volume 2 No. 2. 2001. Universitas Jember.
Suliyanto. 1996. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia indonesia.
Purwekerto.
Sunarti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan secara
Kelompok. Jurnal Tata Loka. Semarang: Planologi UNDIP.
Survei Angkatan Kerja Nasional. 2010. [diunduh tanggal 15 Februari 2011].
Dapat diunduh dari: http://www. bps. go. id.
Suryawan AA. 2004. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian dan
Pengembangan Kawasan Alu-alun Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan,
Pendidikan Program Sarjana Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro, Semarang.
Tjokroamidjodjo. 1996. Perencanaan Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta.
66
Uphoff, Norman T, John. Cohen, Athur A. 1979. Goldsmith. Rural Development
comitte (feasibility and aplication of rural development participation – a state- of-
the –art populer). Cornell university.
Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT. Isuzu Astra Indonesia Assy Plant
Pondok Ungu). Skripsi. IPB. Bogor.
68
Lampiran 1.Jadwal Penelitian dan Skripsi
No Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni
3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Proposal dan
Kolokium
1 Penyusunan draft
proposal
2 Konsultasi
3 Kolokium
Studi Lapang
1 Observasi
lapangan
2 Pengumpulan data
primer
3 Pengumpulan data
sekunder
4 Analisis data
Penulisan Skripsi
1 Analisis lanjutan
2 Penyusunan draft
skripsi
3 Konsultasi draft
skripsi
Ujian Skripsi
1 Ujian
2 Perbaikan skripsi
73
Lampiran 5. Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05
Kampung Paseban
No Nama Alamat
1 EN Paseban, Desa Megamendung
2 MM Paseban, Desa Megamendung
3 Edi Paseban, Desa Megamendung
4 KN Paseban, Desa Megamendung
5 AS Paseban, Desa Megamendung
6 OC Paseban, Desa Megamendung
7 UY Paseban, Desa Megamendung
8 AN Paseban, Desa Megamendung
9 Dd Paseban, Desa Megamendung
10 AP Paseban, Desa Megamendung
11 KN Paseban, Desa Megamendung
12 AG Paseban, Desa Megamendung
13 AE Paseban, Desa Megamendung
14 KM Paseban, Desa Megamendung
15 RH Paseban, Desa Megamendung
16 OG Paseban, Desa Megamendung
17 JR Paseban, Desa Megamendung
18 OE Paseban, Desa Megamendung
19 A L Paseban, Desa Megamendung
20 DT Paseban, Desa Megamendung
21 ND Paseban, Desa Megamendung
22 HR Paseban, Desa Megamendung
23 AJ Paseban, Desa Megamendung
24 HM Paseban, Desa Megamendung
25 PR Paseban, Desa Megamendung
26 IM Paseban, Desa Megamendung
27 MM Paseban, Desa Megamendung
28 AU Paseban, Desa Megamendung
29 ADY Paseban, Desa Megamendung
30 DN Paseban, Desa Megamendung
31 ES Paseban, Desa Megamendung
32 SN Paseban, Desa Megamendung
33 AC Paseban, Desa Megamendung
34 JDI Paseban, Desa Megamendung
35 AO Paseban, Desa Megamendung
36 SP Paseban, Desa Megamendung
37 AU Paseban, Desa Megamendung
38 YD Paseban, Desa Megamendung
39 AL Paseban, Desa Megamendung
40 AI Paseban, Desa Megamendung
41 KM Paseban, Desa Megamendung
42 AS Paseban, Desa Megamendung
43 AG Paseban, Desa Megamendung
74
44 ED Paseban, Desa Megamendung
45 UM Paseban, Desa Megamendung
46 UG Paseban, Desa Megamendung
47 PM Paseban, Desa Megamendung
48 ADI Paseban, Desa Megamendung
49 US Paseban, Desa Megamendung
50 SRY Paseban, Desa Megamendung
51 AI Paseban, Desa Megamendung
52 RY Paseban, Desa Megamendung
53 AB Paseban, Desa Megamendung
54 RT Paseban, Desa Megamendung
55 MI Paseban, Desa Megamendung
56 DY Paseban, Desa Megamendung
57 AAD Paseban, Desa Megamendung
58 ALM Paseban, Desa Megamendung
59 SL Paseban, Desa Megamendung
60 AR Paseban, Desa Megamendung
61 WD Paseban, Desa Megamendung
62 JP Paseban, Desa Megamendung
63 HE Paseban, Desa Megamendung
64 EK Paseban, Desa Megamendung
65 RN Paseban, Desa Megamendung
66 HR Paseban, Desa Megamendung
67 DN Paseban, Desa Megamendung
68 SL Paseban, Desa Megamendung
69 JJ Paseban, Desa Megamendung
70 RT Paseban, Desa Megamendung
75
Lampiran 6. Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS
1. Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan
Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Usia Partisipasi
Usia Pearson Correlation 1 ,316(*)
Sigmemiliki (1-tailed) ,021
N 42 42
Partisipasi Pearson Correlation ,316(*) 1
Sigmemiliki (1-tailed) ,021
N 42 42
* Correlation is significant at the 0memiliki05 level (1-tailed)memiliki
2. Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan
Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Pendapatan Partisipasi
Pendapatan Pearson Correlation 1 -,091
Sigmemiliki (1-tailed) ,283
N 42 42
Partisipasi Pearson Correlation -,091 1
Sigmemiliki (1-tailed) ,283
N 42 42
3. Hubungan Jumlah Tnggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Tanggungan Partisipasi
Tanggungan Pearson Correlation 1 -,014
Sigmemiliki (1-tailed) ,464
N 42 42
Partisipasi Pearson Correlation -,014 1
Sigmemiliki (1-tailed) ,464
N 42 42
76
Lampiran 7. Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS
1. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Value df
Asympmemiliki
Sigmemiliki (2-sided)
Pearson Chi-Square 9,531(a) 16 ,890
Likelihood Ratio 11,594 16 ,771
Linear-by-Linear
Association 1,154 1 ,283
N of Valid Cases 42
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan
Value df
Asympmemiliki
Sigmemiliki (2-sided)
Pearson Chi-Square 9,531(a) 16 ,890
Likelihood Ratio 11,594 16 ,771
Linear-by-Linear
Association 1,154 1 ,283
N of Valid Cases 42
77
Lampiran 8. Hasil Uji Regression dengan SPSS
Coefficientsa
25.499 1.905 13.387 .000
3.444 1.256 .285 2.742 .009
.442 .894 .038 .494 .624
5.382 .819 .674 6.574 .000
(Constant)
A
B
C
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Signif icance
Dependent Variable: PARTISIPa.
78
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Keadaan jalan di kampung paseban sebelum diperbaiki
Kedaan jalan setelah di lakukan perbaikan
80
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
No : Tanggal :
KUESIONER PENELITIAN
Responden Yth,
Saya LISBET JUWITA GIRSANG, mahasiswa Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogormemiliki Saat ini saya
sedang melakukan penelitian mengenai Faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan
(Kasus PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)memiliki
Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang sedang saya
selesaikanmemiliki Demi tercapainya hasil penelitian ini, dimohon kesediaan
Anda untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan
benarmemiliki
Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuesioner ini bersifat rahasia
dan dipergunakan hanya untuk kepentingan akademismemiliki Tidak ada
jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner inimemiliki Atas
kerjasamanya, saya ucapkan terima kasihmemiliki
Berilah tanda silang (X) pada item yang tersedia sesuai dengan jawaban
Andamemiliki Pilih cukup satu jawaban saja, kecuali ada petunjuk
khususmemiliki
Nama :
NoTelp/Hp :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
1. Usia Anda saat ini
a. < 30 tahun
b. 30-50 tahun
c. > 50 tahun
2. Tingkat pendidikan terakhir Anda:
a. SD
b. SLTP/SMP
c. SLTA/SMA/SMK
d. Strata 1 (S1)
Faktor Internal
81
3 Perkiraan pendapatan Anda per bulan:
a Rp 200.001- Rp 400.000
b Rp 400.001- Rp 600.000
c Rp 600.001- Rp 800.000
d Rp 800.001- Rp 1.000.000
4. Jumlah tanggungan keluarga adalah:
a. 0-2 orang
b. 3-4 orang
c. > 4 orang
Beri tanda checlist (√) pernyataan di bawah ini sesuai dengan pilihan Anda, yang
menunjukkan keadaan yang sebenarnya !
A. Pengambilan keputusan Kegiatan Perbaikan Sarana dan Prasarana
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
1 Saya ikut dalam rapat kegiatan
yang dilakukan di Desamemiliki
2
Saya memiliki peran (sekretaris,
moderator, notulen, lainnya) pada
saat rapat kegiatanmemiliki
Saya ikut memberi masukan
tentang aturan-aturan yang akan
dilakukan pada saat rapatmemiliki
3
Saya terlibat dalam
megidentifikasi permasalahan
yang ada di Desa Megamendung
4
Saya memberi masukan mengenai
kegiatan-kegiatan sarana dan
prasarana apa yang akan
dilakukan di Desa Megamendung
5
Saya ikut dalam menyusun jadwal
kegiatan yang akan
dilaksanankanmemiliki
6
Saya ikut dalam mengidentifikasi
mengenai hambatan-hambatan
yang kemungkinan akan muncul
dalam kegaiatan sarana dan
prasaranamemiliki
7
Saya ikut menentukan siapa yang
mengelola dana kegiatan sarana
dan prasarana di Desa
Megamendung
8
Saya ikut menetukan siapa yang
menjadi pengurus dalam Kegiatan
sarana dan prasarana di Desa
Megamendung
Tingkat Partisipasi
82
B. Pelaksanaan
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
1 Saya ikut dalam survei lokasi
dilapanganmemiliki
2
saya hadir dalam pelaksanaan
perbaikan sarana dan
prasaranamemiliki
3
Saya ikut dalam memperbaikai
patok ukur dan persiapan
lahanmemiliki
4
Saya ikut mengerjakan kegiatan
perbaikan sarana dan
prasaranamemiliki
3. Menikmati Hasil
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
1
Saya ikut dalam memanfaatkan
sarana d an prasarana yang telah
dibangunmemiliki
2
Saya ikut dalam memelihara
sarana dan prasarana yang telah
dibangunmemiliki
3
saya merasakan manfaat yang
cukup besar dengan adanya
sarana dan prasarana yang telah
dibangunmemiliki
4. Evaluasi
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang Jarang
Tidak
Pernah
1
Saya ikut serta dalam proses
evaluasi kegiatan perbaikan
sarana dan prasarana bersama
pihak fasilitator
kecamatanmemiliki
2
Saya ikut dalam pembuatan
laporan lisan tentang kegiatan
perbaikan sarana dan
prasaranamemiliki
3
saya ikut dalam pembuatan
laporan secara tertulis tentang
kegiatan perbaikan sarana dan
prasaranamemiliki
83
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Mendalam
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung
Informan: Masyarakat Desa
Nama dan Umur :
Jabatan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Lokasi Wawancara :
1. Apakah Anda mengetahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan di
Kampung Paseban?
2. Apa yang Anda ketahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan?
3. Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
megamendung? Jelaskan!
4. Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung? Jelaskan!
5. Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung? Jelaskan!
6. Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut?
7. Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan
perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut?
8. Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di
Desa Megamendung?
9. Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan?
10. Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut?
11. Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM
Mandiri Perdesaan?
12. Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik?
13. Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung?
84
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung
Informan: PNPM Mandiri Perdesaan dan Aparat Desa
Nama dan Umur :
Jabatan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Lokasi Wawancara :
1. Bagaimana kegiatan perbaikan prasarana PNPM Mandiri Perdesaan di
lakukan di Desa Megamendung?
2. Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
megamendung? Jelaskan!
3. Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung? Jelaskan!
4. Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa
Megamendung? Jelaskan!
5. Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut?
6. Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan
perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut?
7. Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di
Desa Megamendung?
8. Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan?
9. Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut?
10. Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM
Mandiri Perdesaan?
11. Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik?
12. Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa
Megamendung?
13. Bagaimana keadaan jalan tersebut sekarang?