Faktor yang memepengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan … · 2015-09-03 · Jenis data...

102
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor) Oleh: Lisbet Juwita Girsang I34070001 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of Faktor yang memepengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan … · 2015-09-03 · Jenis data...

i

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN

(Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)

Oleh:

Lisbet Juwita Girsang

I34070001

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

ii

ABSTRACT

The objective of this study are to describe the stage of activities in the

PNPM Mandiri project of infrastructure improvement, to analyze level of

participation, and to determine factors affecting community participation in road

infrastructure improvement in Megamendung village. The road infrastructure

improvement is expected to provide short-term and long term economic benefit for

the poor households. This study using qualitative and quantitative approach with

primary and secondary data and a total respondents of 42 men of Paseban hamlet

who were involved in road infrastructure improvement activity.The study shows

that the internal factors affecting level of community participation are age and

level of education, whereas the external factor that is most influencial on

community participation is the activity of assistance team. The team’s frequent

visit to the site of project greatly affect people’s participation.

Keywords : Participation, stage of activities in road infrastructure improvement

of PNPM Mandiri, poor households.

iii

RINGKASAN

LISBET JUWITA GIRSANG, Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,

Bogor). Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perdesaan

yang dilaksanakan di Desa Megamendung, yaitu penambahan permodalan

Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan

atau perbaikan sarana dan prasarana jalan dilakukan di Kampung Paseban RT

04/05 Desa Megamendung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat, dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.

Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang dapat

memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi

masyarakat miskin atau rumah tangga miskin. Jika partisipasi masyarakat tinggi,

maka hasil kegiatan perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Terdapat beberapa

tahapan partisipasi masyarakat, yaitu tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan,

evaluasi, dan menikmati hasil. Masyarakat Kampung Paseban di Desa

Megamendung ikut berpartisipasi pada keempat tahapan tersebut. Dalam

penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan

prasarana jalan di Desa Megamendung, termasuk menentukan faktor utama yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatatif. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada

responden dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif)

dan kuesioner (kuantitatif). Data sekunder diperoleh dengan melihat laporan

tertulis dari suatu instansi, yang dalam hal ini adalah kantor kelurahan, kantor

kecamatan, dinas-dinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasil-

hasil penelitian yang relevan.

Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 42 orang masyarakat

Kampung Paseban RT 04/05 yang diambil dengan menggunakan teknik simple

random sampling, di mana populasi penelitian adalah masyarakat Kampung

Paseban RT 04/05 yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM

Mandiri Perdesaaan di Desa Megamendung. Data mengenai kegiatan perbaikan

prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi

geografis desa, demografis, dan profil Desa Megamendung, termasuk data

kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan

informan disajikan dalam bentuk deskriptif.

Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis

dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square (X2) dilakukan untuk melihat

iv

hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi

masyarakat. Analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan

antara usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat

partisipasi masyarakat terhadap kegiatan perbaikaan prasarana jalan. Uji

regression untuk melihat pengaruh faktor eksternal (kepemimpinan desa,

intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan).

Pengolahan data ini dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for

windows.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan

PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung adalah berada pada tingkat

sedang. Proses kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di

Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat

dalam tahap pengambilan keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang

sangat rendah pada tahap pengambilan keputusan terjadi karena banyak

masyarakat yang tidak ikut pada saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan

pekerjaan dan tidak punya akses menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang

menghadiri rapat pun kurang terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan,

dan kritikan terhadap kegiatan perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi

pada tahap evaluasi adalah rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang

tertarik dan merasa proses evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh

masyarakat.

Dari faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) yang berpengaruh dengan tingkat

partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung antara

lain: usia dan tingkat pendidikan. Dari faktor eksternal kepemimpinan desa,

intensitas sosialisasi kegaiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan, yang

paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat adalah keaktifan tim

pendamping kegiatan. Tim pendamping kegiatan selalu turun ke lapangan dan

selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban dalam mengerjakan

perbaikan prasarana jalan tersebut. Kebanyakan masyarakat memberikan

informasi bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan sangat mempengaruhi

mereka untuk berpartisipasi.

Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan

di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut:

Pemerintah Desa agar lebih memperhatikan waktu, tempat dan metode

mengumpulkan aspirasi masyarakat, agar masyarakat dapat menghadiri kegiatan

pertemuan tersebut, serta sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan

perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan dan

evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang sama

untuk berpartisipasi.

v

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN

(Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)

Oleh:

Lisbet Juwita Girsang

I34070001

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMENSAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

vi

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Lisbet Juwita Girsang

NRP : I34070001

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam

Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus: Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc

NIP. 19630805 198 003 2 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1003

Tanggal Pengesahan :

vii

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN (KASUS

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)

MANDIRI PERDESAAN DI DESA MEGAMENDUNG, BOGOR)” BELUM

PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA

SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI.

Bogor, Juni 2011

Lisbet Juwita Girsang

NRP I34070001

viii

RIWAYAT HIDUP

Lisbet Juwita Girsang dilahirkan di Dolok Ilir, Kabupaten Simalungun

pada tanggal 06 Juli 1989. Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan

Jhonny Girsang dan Tianar Hutahaean. Penulis memiliki dua orang adik laki-laki

yang bernama Jasa Parulian Girsang dan Jumpa Agung Girsang, dan satu adik

perempuan bernama Selvia Sari Girsang.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (1995-

2001) di SD Negeri 1 Dolok Batu Nanggar, Sekolah Menengah Pertama (2001-

2004) di SMP Negeri 1 Serbelawan dan Sekolah Menengah Atas (2004-2007) di

SMA Negeri 1 Serbelawan. Pada tahun 2007 masuk ke Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Setelah tingkat pertama

menempuh Tingkat Persiapan Bersama (TPB), pada tahun 2008 masuk ke

Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) Fakultas

Ekologi Manusia (FEMA).

Penulis aktif sebagai Badan Pengurus Cabang 2010/2011 sebagai

Departemen Kesejahteraan Anggota di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

(GMKI). Penulis juga pernah aktif di UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen

(PMK) dan pernah menjadi Ketua Bidang Pelayanan Warta KOPELKHU 2009.

Penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan yang ada di IPB, seperti

divisi Humas BOUNJUR 2009, Divisi Perkap INDEX 2009.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang diberikan-Nya

sehingga skripsi dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan (Kasus Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,

Bogor)” telah selesai. Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada

Departemen Sain Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor.

Dalam skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan tahapan kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan, menganalisis tingkat

partisipasi masyarakat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung.

Skripsi ini terbagi menjadi enam bab, terdiri dari Bab I yang berisi latar

belakang penulis melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung, Bogor. Bab II yang memaparkan teori-teori yang menjadi

landasan penulis dalam melakukan penelitian. Bab III penulis menguraikan

mengenai metodologi penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi. Lalu

penulis menguraikan situasi serta kondisi lokasi penelitian yang dituangkan dalam

Bab IV. Hasil penelitian serta pembahasan dituliskan pada Bab V. Skripsi ini

diakhiri pada Bab VI yang berisi kesimpulan serta saran dari penulis. Mudah-

mudahan skripsi ini dapat berguna untuk memberikan tambahan informasi dan

pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Diperlukan kritik dan saran

yang membangun untuk menyempurnakan karya ini.

Bogor, Juni 2011

Penulis

x

Ucapan Terima Kasih

Segala Pujian, Hormat, Kemuliaan, dan Ucapan Syukur Penulis sampaikan

kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan penyertaan kasihNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis

juga menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc yang telah

membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, memberi motivasi,

dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan menjadi

karya yang sangat baik.

2. Dosen penguji skripsi, Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Ir. Nuraeni W.

Prasodjo M.Si yang telah menguji dalam ujian skripsi penulis pada tanggal

17 Juni 2011.

3. Dosen penguji petik, Martua Sihaloho, SP, M.Si yang telah memberi

masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ayahanda tercinta, Jhonny Girsang dan Ibunda tersayang, Tianar Hutahaean,

yang selalu mengingatkan penulis untuk tetap bersabar dalam menjalani

hidup serta mendukung penulis baik secara rohani, finansial, kebijaksanaan,

dan cinta kasih yang tidak terbatas.

5. Adik-adik penulis, Jasa Parulian Girsang, Jumpa Agung Girsang, dan Selvia

Sari Girsang, yang telah membuat hari-hari penulis lebih semangat, selalu

mendukung, dan mengingatkan penulis untuk dapat menjadi contoh yang baik

bagi adik-adiknya.

6. Renatalido Arios terkasih yang selalu memotivasi, memberikan semangat,

dan tidak henti-hentinya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

7. Sahabat-sahabatku tercinta, Marika Veraria, Mery Purnamasarie, Hardiyanti

Dharma Pertiwi, Isma Rosyida, Geidy Tiara Ariendi, yang terus mendukung

dan menolong penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

xi

8. Sahabat tersayangku, Sarmaida Felesia Sihombing yang selalu memberikan

canda tawa, mendengarkan curhatan, serta memotivasi penulis untuk

mengerjakan skripsi ini dengan baik.

9. Sahabat-sahabat penulis di kostan “BILO”, Juli, Rena, Een, Panta, Yusenda,

dan, Anet untuk canda tawa saat berkumpul, masukan, dan motivasi yang

selalu diberikan kepada penulis.

10. Pihak aparat Desa Megamendung (Pak Duduh, Pak Rully, Pak Sanip, Pak

Uus), yang membantu penulis dalam mencari informasi di lapangan.

11. Pak Sanip dan Ibu Didah yang telah mengizinkan penulis untuk tinggal di

rumahnya selama penulis mengambil data di lapangan.

12. Pak Nanang yang telah menemani ke lapangan serta memandu dalam mencari

data di Kampung Paseban, Desa Megamendung.

13. Teman-Teman satu Departemen KPM, serta Departemen lain yang tidak bisa

disebutkan semuanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak yang memerlukannya.

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Masalah Penelitian ............................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5

II. PENDEKATAN TEORITIS .............................................................................. 6

2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 6

2.1.1 PNPM Mandiri Perdesaan ................................................................................. 6

2.1.2 Partisipasi Masyarakat Desa ............................................................................. 7

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat Terhadap Program ........................................................................

10

2.1.3.1 Faktor Internal ................................................................................................... 10

2.1.3.2 Faktor Eksternal ................................................................................................ 11

2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 12

2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 14

2.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 15

III. PENDEKATAN LAPANGAN ........................................................................... 19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 19

3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 19

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 21

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ............................................................ 23

4.1 Kondisi Geografis .............................................................................................. 23

4.2 Kondisi Ekonomi ............................................................................................... 24

4.3 Kondisi Sosial .................................................................................................... 25

4.4 Gambaran Kampung Paseban ............................................................................ 26

V. KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM

MANDIRI PERDESAAN ..................................................................................

28

5.1 Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................. 28

5.2 Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ..................................................... 34

xiii

Halaman

VI. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN

PERBAIKAN PRASARANA JALAN ..............................................................

39

6.1 Faktor Internal .................................................................................................... 39

6.1.1 Usia ....................................................................... 39

6.1.2 Jenis Kelamin ......................................................... 39

6.1.3 Jenis Pekerjaan ....................................................... 39

6.1.4 Tingkat Pendidikan ................................................. 40

6.1.5 Tingkat Pendapatan .............................................. 40

6.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................ 40

6.2 Faktor Eksternal .................................................................. 41

6.2.1 Kepemimpinan Desa ............................................. 41

6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan .............................. 42

6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan .................. 42

6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat .......................................... 43

6.3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan

Keputusan ..............................................................

44

6.3.2 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan .......... 46

6.3.3 Tingkat Partisipasi pada Menikmati Hasil .............. 47

6.3.4 Tingkat Partisipasi pada Tahapa Evaluasi .............. 49

6.4 Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan ...................... 50

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI

MASYARAKAT ...............................................................................................

52

7.1 Faktor Internal .................................................................................................... 52

7.2 Faktor Eksternal ................................................................................................. 58

VIII. PENUTUP ......................................................................................................... 63

10.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 63

10.2 Saran .................................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65

LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Sebaran Persil Tanah berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa

Megamendung Tahun 2011 ...............................................................................

23

2 Sebaran Persil Lahan menurut Fungsi dan Luasnya di Desa

Megamendung Tahun 2011 ...............................................................................

24

3 Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di

Desa Megamendung Tahun 2011 ....................................................................

24

4 Penduduk Menurut Struktur Umur di Desa Megamendung

Tahun 2011 .......................................................................................................

25

5 Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya

Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan

Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa

Megamendung Tahun 2011 ..........................................................

36

6 Sebaran Jumlah Responden menurut Karakteristiknya, Kampung

Paseban Tahun 2011 ..........................................................................................

41

7 Sebaran Jumlah Responden menurut Faktor Eksternal di Desa

Megamendung Tahun 2011 ...........................................................

43

8 Tingkat partisipasi responden di Kampung Paseban RT 04/05

Desa Megamendung Tahun 2011 ......................................................................

44

9 Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan di Kampung

Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011 .......................................

44

10 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat

Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan Perbaikan

Prasarana Jalan di Desa Megamendung tahun 2011 ......................

52

11 Hasil Uji Hubungan faktor internal (usia, tingkat pendapatan, dan

jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................

53

xv

Nomor Halaman

12

Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat

pendidikan) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ...............................................

53

13 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat

Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung Tahun 2011 ............................................................

58

14 Hasil Uji Pengaruh Eksternal dengan Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan ................

58

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana

Jalan PNPM Mandiri Perdesaan ....................................................

14

2 Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar

Desa (MAD) Prioritas Usulan ............................................................................

31

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Jadwal Penelitian dan Skripsi ............................................................................. 68

2 Peta Sosial Desa Megamendung ................................................... 69

3 Sketsa Perbaikan Jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung ....................................................................................................

70

4 Berita acara Musyawarah Desa serah terima (MDST) ........................................ 71

5 Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05

Kampung Paseban ...............................................................................................

73

6 Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS ...................................................... dan Perilaku 75

7 Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS .................................................................... dan Perilaku 76

8 Hasil Uji Regression dengan SPSS ..................................................................... 77

9 Dokumentasi Penelitian ....................................................................................... dan Perilaku 78

10 Kuesioner Penelitian ........................................................................................... dan Perilaku 80

11 Pedoman Wawancara Mendalam ........................................................................ dan Perilaku 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah utama yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah

kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan dan

pengangguran di Indonesia mencapai 37.168.300 jiwa penduduk miskin (BPS

2010) dan 8.319.779 jiwa penduduk yang menganggur (Survei Angkatan Kerja

Nasional 2010).1

Upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran

ini dilakukan melalui beberapa program, seperti program penyaluran Kredit Usaha

Rakyat (KUR), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K),

Inpres Desa Tertinggal (IDT), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Tabungan Keluarga Sejahtera

(TAKESRA), dan Kredit Keluarga Sejahtera (KUKESRA). Namun program-

program tersebut relatif belum berhasil menekan angka kemiskinan dan

pengangguran di Indonesia.

Program penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan lebih

pada pendekatan dari atas ke bawah (top down). Hal ini sering kali tidak berhasil

dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat. Masyarakat merasa tidak

terlibat sepenuhnya dalam program yang ada sehingga masyarakat merasa kurang

bertanggung jawab terhadap keberhasilan program tersebut. Selain itu, bantuan

tersebut kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat.

Di sisi lain, ketidakberhasilan program-program tersebut juga disebabkan karena

belum sepenuhnya menggunakan pendekatan multi-disiplin yang berdimensi

pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam program-

program pemerintah dapat menciptakan rasa kepemilikan (sense of belonging)

masyarakat terhadap program-program yang dilakukannya, seperti dikatakan oleh

1 http://www.bps.go.id. (diakses tanggal 15 Februari 2011)

2

Sudarmadji (2001), bahwa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengawasan,

menjaga, dan evaluasi merupakan wujud pendampingan nyata yang dapat

dilakukan sehingga terbentuk rasa kepemilikan yang tinggi dari masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan yang partisipatif.

Partisipasi masyarakat secara umum merupakan suatu proses yang melibatkan

masyarakat. Canter dalam Arimbi (1993) menyatakan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan peran serta masyarakat sebagai suatu cara melakukan

interaksi antara dua kelompok atau sebagai proses di mana masalah-masalah dan

kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan evaluasi program-program yang pernah dilakukan, perlu

adanya suatu konsep pemberdayaan masyarakat dalam program-program

pemerintah. Oleh karena itu, pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia

mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(selanjutnya disebut PNPM Mandiri), yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan,

PNPM Mandiri Perkotaan, dan PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa

tertinggal (Departemen Dalam Negeri 2007).

PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan ini merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK). PPK digulirkan pemerintah pusat sejak tahun 2001 dengan

tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui

kegiatan pembangunan secara fisik dan peningkatan kesejahteraan melalui

perguliran ekonomi. PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan meningkatkan

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin perdesaan secara mandiri

melalui peningkatan partisipasi masyarakat (terutama masyarakat miskin,

kelompok perempuan, dan komunitas/kelompok terpinggirkan), meningkatnya

kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal sosial

masyarakat, serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

Berdasarkan penjelasan petunjuk operasional PNPM Mandiri Perdesaan

2007, usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat

diklasifikasikan menjadi 4 jenis kegiatan, yaitu: (1) kegiatan pembangunan dan

perbaikan prasarana secara dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek

3

maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah

tangga miskin; (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan

termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat; (3)

kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama

bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal;

dan (4) penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan

(SPP).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

di Jawa Barat berjalan relatif cukup baik. Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi Jawa Barat menyatakan

bahwa adanya program PNPM dapat memajukan desa penerima program. Mulai

pembangunan sarana infrastruktur jalan desa, pembangunan pasar desa,

bendungan, sarana air bersih, listrik desa, dan pembangunan lainnya berhasil

dilaksanakan.2

Kegiatan PNPM Mandiri perdesaan yang dilaksanakan di Desa

Megamendung pada tahun 2009, yaitu penambahan permodalan Simpan Pinjam

untuk kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan pembangunan atau perbaikan

sarana dan prasarana yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun

jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga

miskin. Kegiatan perbaikan sarana dan prasarana tersebut berupa kegiatan

perbaikan prasarana jalan yang dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung.

Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung menjadi salah satu

lokasi sasaran kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2009.

Perbaikan prasarana jalan ini didasarkan pada prioritas kebutuhan di Desa

Megamendung saat itu, yaitu prasarana jalan yang memadai dan menghubungkan

antara Kampung Paseban dengan pusat Desa Megamendung. Hal tersebut

dilakukan guna meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat di Kampung

Paseban.

2 http://www.pikiran-rakyat.com/node/106824 (diakses pada tanggal 29 Januari 2010)

4

1.2 Masalah Penelitian

Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada kegiatan perbaikan

prasarana jalan di Desa Megamendung yang dapat memberikan manfaat jangka

pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau

rumah tangga miskin serta sasaran dari kegiatan tersebut. Salah satu prinsip dasar

PNPM Mandiri Perdesaan adalah partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah

masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan

pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pelestarian kegiatan.

Tahap sosialisasi adalah tahap penyampaian informasi tentang kegiatan

PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa Megamendung yang

dilakukan oleh fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat di Desa.

Tahap perencanaan adalah tahap penyusunan rencana kegiatan prasarana jalan

yang dimulai dari rapat-rapat sampai survei lokasi kegiatan prasarana jalan di

Kampung Paseban. Tahap pelaksanaan adalah tahap pengerjaan jalan yang

dilakukan dengan kegiatan pembersihan jalan sampai pada kegiatan pengaspalan

jalan. Tahap pelestarian kegiatan adalah tahap pemeliharaan jalan yang dilakukan

oleh masyarakat Kampung Paseban itu sendiri.

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program yang memiliki prinsip

bottom up, di mana kegiatan tersebut bertumpu pada masyarakat dan

membutuhkan partisipasi masyarakat. Jika partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban tinggi maka hasil kegiatan

perbaikan jalan tersebut juga akan baik. Dalam penelitian ini akan dianalisis

beberapa tahapan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan

PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung,

yaitu menurut Cohen dan Uphoff (1977) tahap pengambilan keputusan,

pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti Pangestu (1995) dalam

Febriana (2008), Slamet (1994), dan Plumer (1995) dalam Suryawan (2004),

terungkap bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam mengikuti program dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal ini mencakup usia, jenis pekerjaan, jenis kelamin,

5

pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan

keluarga, dan pengalaman berkelompok, sedangkan faktor eksternal antara lain

pemimpin desa sebagai pihak yang mendorong masyarakat untuk mengikuti suatu

kegiatan pembangunan, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim

pendamping kegiatan. Oleh karena itu, akan dianalisis faktor apa saja yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan

prasarana jalan di Desa Megamendung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan tahapan kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan di Desa Megamendung.

2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa Megamendung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:

1. Penulis

Sebagai media aplikasi teori dan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan, sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya

dalam memahami penerapan program pemerintah kepada masyarakat desa.

2. Pemerintah

Memberikan informasi bagi pemerintah tentang pelaksanaan PNPM di

lapangan dan menjadi evaluasi serta bahan kajian bagi pemerintah dalam

pelaksanaan program-program selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Melalui

informasi ini, diharapkan bagi masyarakat yang belum mengikuti program

PNPM mandiri tersebut untuk lebih aktif dalam mengikuti program-program

yang akan dilaksanakan selanjutnya.

6

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 PNPM Mandiri Perdesaan

Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan

desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK

adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat

miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan

kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

` PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Program ini

merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari program-program

penanggulangan kemiskinan pada era sebelumnya. PNPM Mandiri digakas untuk

menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan

dari berbagai departemen yang ada pada saat itu, khususnya yang menggunakan

konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan

operasionalnya.3

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri

untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses

sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk

mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1)

peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem

pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

3 http://www.pnpm-perdesaan.or.id (diakses pada tanggal 15 Februari 2011)

7

(4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi

masyarakat; dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM

Mandiri Perdesaan atau PNPM Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah

satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang

wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri

Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam

Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), papartisipasi dari CSR (Corporate Social

Responsibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan

negara pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia.

Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program

pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia. Dalam

pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,

pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan

kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Dalam PNPM Mandiri

Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap

tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan

keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling

prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

2.1.2 Partisipasi Masyarakat Desa

Pretty, et al. (1995) dalam Daniel et al. (2008) menyatakan bahwa

partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu

menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi adalah

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Dengan demikian, pengertian

partisipatif adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat

langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan

8

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai pada

monitoring dan evaluasi (controlling).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya

masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikut serta memanfaatkan, dan

menikmati hasil-hasil pembangunan. Mubyarto (1984) mengemukakan bahwa arti

partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai

dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Menurut Rauf (1994) dalam Haqiqiansyah (1999), masyarakat dapat

berpartisipasi secara baik apabila terdapat tiga syarat, yaitu: (1) adanya

kesempatan untuk ikut dalam pembangunan; (2) adanya kemauan dari masyarakat

untuk memanfaatkan kesempatan yang ada; dan (3) adanya kemauan anggota

untuk berpartisipasi.

Tjondronegoro (1996) dalam Haqiqiansyah (1999) menyatakan bahwa

partisipasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan, motivasi, struktur, dan

starifikasi sosial dalam masyarakat. Seseorang akan berpartisipasi apabila dapat

memenuhi kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan

meningkatkan statusnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi

kehidupan manusia. Pendidikan seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu

pengetahuan yang sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi

pelaksanaan tugas sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara

merasa, dan cara bertindak seseorang.

Wardojo (1992) dalam Vitayala et al. (1995) mengatakan bahwa

pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara sederhana adalah

keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan.

Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara

individu atau kelompok masyarakat dalam pembangunan, yang mencakup

partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan

kegiatan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan hasil

pembangunan.

Partisipasi menurut Suherlan (2002) dalam Khadiyanto (2007).

Menurutnya, partisipasi diartikan sebagai dana yang dapat disediakan atau dapat

dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi masyarakat pada proyek-proyek

9

pemerintah. Selain itu, partisipasi juga dapat diartikan sebagai keterlibatan

masyarakat dalam penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah, serta keterlibatan masyarakat dalam memikul dan

memetik hasil atau manfaat pembangunan.

Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana

menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan

upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen

pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif

diambil oleh warga komunitas sendiri, dan dibimbing oleh cara berpikir mereka

sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di

mana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi

adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut

sebagai subyek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwa partisipasi

dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal

dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan

secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat.

Yadav (1980) dalam Mardikanto (1994) mengidentifikasi partisipasi

sebagai: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam

pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan; (3) partisipasi dalam

pemantauan dan evaluasi program dan proyek-proyek pembangunan; serta (4)

partisipasi dalam berbagai manfaat pembangunan.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan,

sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud

adalah pada perencanaan suatu kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,

karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi

pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk

sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai

anggota program.

10

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi

masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu,

dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka

semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil

mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini

merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan

pelaksanaan program selanjutnya.

Partisipasi masyarakat menggambarkan terjadinya pembagian ulang

kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan

kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai

dengan gradasi, derajat wewenang, dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam

proses pengambilan keputusan.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Terhadap

Program

2.1.3.1 Faktor Internal

Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) menjelaskan bahwa faktor-faktor

internal yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam suatu program adalah

segala sesuatu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi

individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu

mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, dan jumlah serta

pengalaman berkelompok.

Silaen (1998) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua

umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal

ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan

dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang

sifatnya baru. Tamarli (1994) dalam Febriana (2008) juga menyatakan bahwa

umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang,

relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut mempengaruhi

11

partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin

tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu.

Ajiswarman (1996) dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk

menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban tanggungan juga

dinyatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Seperti yang

diungkapkan Ajiswarman (1996) dalam Febriana (2008), semakin besar jumlah

beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpatisipasi dalam kegiatan akan

berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi

memenuhi kebutuhan keluarga. Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010)

mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi

partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan.

Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam

kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di

dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri

sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan.

Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat

partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi

anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan

pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet 1994). Menurut

Plumer (1995) dalam Suryawan (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi

masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah pengetahuan dan keahlian,

pekerjaan masyarakat, tingkat pendidikan dan buta huruf, jenis kelamin, dan

kepercayaan terhadap budaya tertentu.

2.1.3.2 Faktor Eksternal

Pangestu (1995) dalam Febriana (2008) memaparkan faktor-faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat meliputi hubungan

yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran. Hal tersebut terjadi

karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan

pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung

12

dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh

sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi.

Selain itu, Tjokroamidjojo (1996) mengungkapkan faktor-faktor yang

perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah:

a. faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan

adanya pimpinan dan kualitas; dan

b. faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan, dan rencana-

rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh

masyarakat.

Faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu

semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program

ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan,

atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program (Sunarti 2003).

2.2 Kerangka Pemikiran

PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan ini terdiri dari empat jenis kegiatan

utama. Salah satu kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung

pada tahun 2009 adalah kegiatan pembangunan dan perbaikan sarana dan

prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka

panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin dan rumah tangga miskin, yaitu

perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban. Kegiatan tersebut sesuai dengan

persyaratan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung yang

bertumpu pada partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut dibedakan

berdasarkan tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977), yaitu

pengambilan keputusan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sepanjang proses

kegiatan, dan menikmati hasil.

Partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung diduga dipengaruhi oleh beragam faktor yang dikelompokkan

menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup

karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk

13

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan,tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.

Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin

tinggi usia, semakin tinggi rasa kepemilikan masyarakat terhadap perbaikan jalan

tersebut. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

karena jalan tersebut sangat dibutuhkan masyarakat dalam aktivitas pekerjaan

mereka. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

karena semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin tinggi

penerimaan masyarakat terhadap hal-hal yang baru. Tingkat pendapatan

berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat, karena semakin tinggi

pendapatan masyarakat maka akan memiliki partisipasi yang tinggi. Jumlah

tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena

semakin banyak beban keluarga, maka waktu untuk berpartisipasi akan semakin

berkurang.

Faktor eksternal merupakan hubungan yang terjalin antara pihak pengelola

proyek dengan sasaran, antara lain kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi

kegiatan, dan keaktifan tim pendamping kegiatan. Kepemimpinan desa

berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi

dukungan terhadap kegiatan yang ditunjukkan dengan keaktifan pemimpinan

desa dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, maka masyarakat akan

semakin terdorong untuk mengikuti kegiatan. Intensitas sosialisasi berhubungan

dengan tingkat partisipasi masyarakat karena semakin sering sosialisasi yang

dilakukan, maka masyarakat akan semakin memahami tujuan kegiatan dan

semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat karena semakin aktif tim pendamping kegiatan mendampingi

masyarakat, maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam perbaikan

prasarana jalan tersebut. Kerangka Penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

14

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana

Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

2.3 Hipotesis Penelitian

Penyusunan hipotesis bertujuan untuk memudahkan peneliti menjawab

permasalahan dan mencapai tujuan dari penelitian yang telah dirumuskan,

khususnya mengenai faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi

PNPM Mandiri

Perdesaan

Perbaikan Prasarana Jalan

Partisipasi

- Pengambilan

Keputusan

- Pelaksanaan

- Menikmati hasil

- Evaluasi

Berhubungan

Faktor Eksternal

1. Kepemimpinan

Desa

2. Intensitas

Sosialisasi Kegiatan

3. Keaktifan Tim

Pendamping

Kegiatan

Faktor Internal

1. Usia

2. Jenis Pekerjaan

3. Tingkat pendidikan

4. Tingkat pendapatan

5. Jumlah tanggungan

keluarga

15

masyarakat. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disusun hipotesis uji

sebagai berikut:

1. Usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

2. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

3. Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

4. Tingkat pendapatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

5. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan.

6. Intensitas sosialisasi kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan

7. Kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

8. Keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM

Mandiri Perdesaan

2.4 Definisi Operasional

1. Usia adalah jumlah tahun umur responden hingga saat penelitian ini

dilaksanakan.

2. Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan

berupa uang. Jenis pekerjaan dikategorikan dalam dua hal, yaitu:

a. Pekerjaan dalam bidang pertanian, yaitu pekerjaan di sektor pertanian,

perkebunan, perikanan, dan peternakan.

b. Pekerjaan dalam bidang non-pertanian, yaitu pekerjaan di sektor

pendidikan, pemerintahan, jasa dan perdagangan.

16

3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti

oleh responden. Dibagi menjadi SD, SMP, dan SMA.

4. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan

(pendapatan yang diterima dari mata pencaharian perbulan ditambah dengan

pendapatan dari usaha-usaha lainnya). Di bagi menjadi empat berdasarkan

keadaan di lapangan, yaitu:

a. Rp 200.001 - Rp 400.000

b. Rp 400.001 - Rp 600.000

c. Rp 600.001 - Rp 800.000

d. Rp 800.001 - Rp 1.000.000

5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung

oleh seorang responden tanpa batasan umur.

6. Kepemimpinan desa adalah kemampuan pemimpin desa (kepala desa, kepala

RW, dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang

dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan

tersebut, yang digolongkan menjadi:

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00

7. Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti oleh

masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan, yang

digolongkan menjadi:

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00

17

8. Keaktifan tim pendamping kegiatan adalah frekuensi tim pendamping dalam

mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan, yang digolongkan

menjadi:

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 1,67

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,68 ≤ x ≤ 2,33

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3.00

9. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan program adalah

keikutsertaan responden dalam mengikuti perencanaan suatu kegiatan. Tahap

pengambilan keputusan yang dinilai adalah keaktifan secara kehadiran, peran

dalam kegiatan rapat, keaktifan masyarakat dalam memberi masukan, dan

kemampuan mengidentifikasi masalah dalam kegiatan, yang digolongkan

menjadi :

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00

10. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan

responden dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi diukur berdasarkan

sumbangan materi dan bentuk tindakan yang dilakukan, yang digolongkan

menjadi :

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00

18

11. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan

responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, yang

digolongkan menjadi :

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00

12. Tingkat partisipasi dalam evaluasi adalah ikutsertaan responden dalam

memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya, yang

digolongkan menjadi :

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1 ≤ x ≤ 2,33

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00

13. Tingkat partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang telah

diselenggarakan di Desa Megamendung adalah keseluruhan keterlibatan

responden dalam tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan

menikmati hasil, yang digolongkan menjadi :

a. Rendah

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 1,81 ≤ x ≤ 2,60

b. Sedang

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 2,34 ≤ x ≤ 3,66

c. Tinggi

Jika jumlah rata-rata responden menjawab pada selang 3,66 ≤ x ≤ 5,00

19

BAB III

PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian kegiatan perbaikan prasarana serta faktor-faktor yang

berhubungan dengan partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Sebelum

menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen

melalui kepustakaan media cetak dan internet. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja. Desa Megamendung dipilih menjadi lokasi penelitian

karena desa ini menjadi lokasi KKP (Kuliah Kerja Profesi) peneliti pada tahun

2010, sehingga cukup banyak informasi dasar mengenai wilayah dan masyarakat

yang telah diketahui oleh peneliti. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April

2011.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dan eksplanatif untuk mengetahui kegiatan

perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.

Metode pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami secara

mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai

realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang

menjadi subyek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus, dengan memilih suatu kejadian atau gejala untuk

diteliti (Sitorus 1998).

Penelitian ini mencari penggalian informasi mengenai kegiatan dan

sasaran perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung. Pembahasan dilanjutkan untuk mengetahui dan memahami faktor-

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.

20

Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam yang dilakukan

kepada informan dan responden. Responden dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Dalam penelitian ini, terdapat lima orang informan, yang terdiri dari satu orang

fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan, dua orang aparatur desa, satu orang

pendamping kegiatan, dan satu orang pemimpin kelompok masyarakat.

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

hubungan antara faktor-faktor internal seperti usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat

partisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di

Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Metode kuantitatif dilakukan

menggunakan metode survei, di mana pengumpulan data dilakukan melalui

penyebaran kuesioner.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara

mendalam, studi literatur, dan observasi lapang. Observasi lapang dilakukan

melalui pengamatan secara menyeluruh terkait kegiatan perbaikan prasarana jalan

PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian

atau dari sumber utama yang belum diolah. Data primer diperoleh melalui

pengamatan langsung di lokasi penelitian melalui wawancara kepada responden

dan informan yang mengacu kepada panduan pertanyaan (kualitatif) dan

kuesioner (kuantitatif). Data sekunder adalah data yang telah diolah pihak lain,

diperoleh dengan cara melihat laporan tertulis dari suatu instansi dalam hal ini

kantor kelurahan Desa Megamendung, kantor Kecamatan Megamendung, dinas-

dinas/instansi terkait lainnya, serta melalui artikel dan hasil-hasil penelitian yang

relevan.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang mengikuti kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT

04/05 Desa Megamendung. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode simple random sampling. Banyaknya responden ditentukan

berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

21

21 Ne

Nn

Keterangan

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi (dalam hal ini pengikut kegiatan perbaikan prasarana

jalan PNPM Mandiri Perdesaan Kampung Paseban RT 04/05 di Desa

Megamendung)

e : Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan, yaitu 10 %

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang yang mengikuti kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban.

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka banyaknya responden dalam penelitian

ini adalah sebanyak 42 orang.

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data mengenai kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban

RT 04/05 di Desa Megamendung, kondisi geografis desa, demografis, dan profil

Desa Megamendung dipaparkan secara deskriptif. Data kualitatif yang diperoleh

melalui wawancara mendalam dengan masyarakat dan informan juga disajikan

dalam bentuk deskriptif.

Data yang dikumpulkan melalui survei di lapangan diolah dan dianalisis

dengan uji statistik. Analisis uji Chi-Square

(X2) dilakukan untuk melihat

hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung,

analisis uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara usia,

tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung, dan analisis uji regression

dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

22

di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Pengolahan data ini

dilakukan menggunakan program software SPSS 17 for windows.

23

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Megamendung terletak di wilayah Kecamatan Megamendung,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini mempunyai luas wilayah ± 1.200 Ha.

Secara geografis, Desa Megamendung dibatasi oleh Desa Karang Tengah di

sebelah utara, Desa Cilember di sebelah selatan, Desa Cipayung Girang di sebelah

barat, dan Desa Tugu Utara di sebelah timurnya. Bentangan wilayah Desa

Megamendung terbagi menjadi wilayah berbukit, dataran tinggi, dan lereng

gunung. Desa Megamendung terletak 600-900 m di atas permukaan laut.

Jarak Desa Megamendung dari pusat Kecamatan Megamendung adalah 8

km, jarak dari kota administratif (Depok) adalah 42 km, jarak dari ibu kota

Kabupaten Bogor (Cibinong) adalah 38 km, jarak dari ibu kota propinsi

(Bandung) adalah 120 km, dan jarak dari ibu kota negara (Jakarta) adalah 80 km.

Berdasarkan status kepemilikannya, tanah di Desa Megamendumg terbagi

menjadi 763,4 Ha (63,6 %) tanah bersertifikat dan 436,6 Ha (36,4 %) tanah yang

belum bersertifikat. Status tanah Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Persil tanah berdasarkana Jenis sertifikat Tanah di Desa

Megamendung Tahun 2011

Status Jumlah (Buah) Luas (Ha)

1. Tanah bersertifikat

Sertifikat hak milik

Serifikat hak guna usaha

Sertifikat hak guna bangunan

Sertifikat hak pakai

32

1

120

87

6,4

136,0

360,0

261,0

2. Tanah yang belum bersertifikat - 436,6

Total 240 1.200,0 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa pertanahan di Desa Megamendung lebih

banyak diperuntukkan pada hutan Perhutani, yaitu 668,5 Ha (55 %) dan pada

pemukiman/perumahan, yaitu 300 Ha (25 %). Peruntukan tanah di Desa

Megamendung dapat dilihat pada Tabel 2.

24

Tabel 2. Sebaran Persil lahan menurut Fungsi dan luasnya di Desa

Megamendung Tahun 2011

Peruntukan Luas Persentase (%)

Jalan 45,5 Km2 100

Perkuburan 0,5 Ha 0,04

Bangunan umum 1,5 Ha 0,01

Jalur hijau 30,0 Ha 2,60

Sawah dan ladang 150,0 Ha 13.04

Pemukiman/ perumahan 300,0 Ha 26,07

Lain-lain (Hutan Perhutani) 668,5 Ha 58,24

Total Luas (Tanpa Jalan) 1150,5 Ha 100,00 Sumber: Profil Desa Megamendung 2011

4.2 Kondisi Ekonomi

Penduduk di Desa Megamendung memiliki beragam mata pencaharian

yang dikelompokkan menjadi sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer

terdiri dari petani dan buruh tani, sektor sekunder terdiri dari

wiraswasta/pedagang dan swasta, sedangkan sektor tersier terdiri dari jasa,

pertukangan, PNS, POLRI, pensiunan, dan ABRI.

Penduduk yang bermatapencaharian sebagai karyawan swasta sebanyak

850 orang (26,0 %), pertukangan sebanyak 769 orang (25,0 %), petani 545 orang

(18,0 %), buruh tani sebanyak 376 orang (11,0 %), jasa sebanyak 317 orang (8,0

%), dan yang lainnya bekerja sebagai PNS, POLRI, jasa, dan pensiunan. Jumlah

dan jenis matapencaharian penduduk Desa Megamendung dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Jumlah Penduduk menurut Jenis Matapencahariannya di Desa

Megamendung Tahun 2011

Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani 545 18,0

Buruh Tani 376 11,0

Wiraswasta/ pedagang 190 6,0

Swasta 850 26,0

Jasa 317 8,0

Pertukangan 769 25,0

Pegawai Negeri Sipil 104 3,0

POLRI 67 2,0

Pensiunan 15 0,6

ABRI 8 0,4

Total 3.241 100

25

Sumber: Profil Desa Megamendung 2011

Data profil Daesa Megamendung tahun 2011 menunjukkan bahwa

sebagian besar lahan pertanian di Desa Megamendung ditanami pisang (150 Ha),

ketela pohon (5 Ha), dan kopi (5 Ha). Namun, pengamatan di lapangan didapati

pula lahan yang ditanami sayur mayur. Hal tersebut cukup bermanfaat bagi

masyarakat Desa Megamendung, di mana masyarakat setempat dapat menambah

jumlah pendapatan melalui penjualan hasil pertanian tersebut, terutama pisang.

Desa Megamendung cukup terkenal sebagai desa penghasil pisang.

Peternakan di Desa Megamendung terbagi menjadi peternakan ayam (450

ekor), kambing (275 ekor), dan domba (150 ekor). Masyarakat setempat juga

banyak yang memiliki usaha tambahan, yaitu warung. Terdapat sekitar 65 warung

di Desa Megamendung. Selain itu, terdapat lima tempat rekreasi yang ada di Desa

Megamendung, yaitu wisata Curug Panjang, wisata Curug 7 Cilember, tempat

pemancingan, taman Wisata Matahari, dan tempat rekreasi anak. Masyarakat

Megamendung relatif banyak yang bekerja di tempat rekreasi tersebut.

4.3 Kondisi Sosial

Penduduk di Desa Megamendung mayoritas lulusan SMA, yaitu sebesar

1.200 orang, lulusan SMP sebesar 1.078 orang, lulusan Sekolah Dasar dan Taman

Kanak-kanak sebesar 526 orang, dan lulusan akademi serta sarjana sebesar 345

orang. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan rata-

rata penduduk di Desa Megamendung cukup tinggi. Jumlah penduduk di Desa

Megamendung berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki sebesar

3.298 orang (45 %) dan perempuan sebesar 3.017 orang (55 %). Jumlah penduduk

menurut struktur umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa

Megamendung Tahun 2011

Kelompok Umur

(Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

<30 1.841 1.796 3.637

30-50 896 676 1.572

>50 561 545 1.106

Total 3.298 3.017 6.315

26

Sumber: Profil Desa Megamendung 2011

Desa Megamendung terdiri atas 18 RT dan 5 RW dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 1.833. Jumlah penduduk berdasarkan agamanya dibedakan

menjadi Islam 6.284 orang (99,3 %), Kristen 9 orang (0,2 %), Katolik 20 orang

(0,4 %), dan Hindu 5 orang (0,1 %). Desa Megamendung mempunyai sarana

kesehatan, yaitu 2 buah poliklinik dan 9 buah posyandu.

4.4 Gambaran Kampung Paseban

Kampung Paseban terletak di RT 04/05 Desa Megamendung. Kampung

Paseban ini terletak 900 m di atas permukaan laut. Jarak Kampung Paseban dari

pusat Desa Megamendung sekitar 7 Km dan merupakan kampung yang paling

jauh dari pusat Desa tersebut. Tidak ada kendaraan umum yang digunakan untuk

mencapai Kampung Paseban. Masyarakat Kampung Paseban biasanya

menggunakan motor atau berjalan kaki dalam mobilitasnya sehari-hari. Jika

menggunakan ojeg, masyarakat biasanya dikenakan biaya Rp 40.000,00 dari

Kampung Paseban ke pusat Desa Megamendung. Sebelum ada perbaikan jalan

pada tahun 2009, jalan menuju kampung tersebut hanya bisa ditempuh dengan

kendaraan roda dua saja, namun sekarang bisa juga menggunakan kendaraan roda

empat.

Kondisi kampung ini sangat berbeda dengan kondisi Desa Megamendung

secara umum, dimana berdasarkan informasi ketua RT Kampung Paseban bahwa

penduduk di Kampung Paseban terdiri dari 70 KK. Masyarakat di kampung

tersebut mayoritas bekerja di bidang pertanian, yaitu sebagai buruh tani,

berkebun, dan beternak. Permukiman di Kampung Paseban tersebar, sehingga

jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, kondisi rumah tinggal di kampung tersebut kurang layak

dibandingkan dengan wilayah lain di Desa Megamendung. Rumah warga masih

menggunakan dinding bambu dan atap daun kelapa. Air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari berasal dari gunung. Aktifitas MCK dilakukan warga di luar

rumah, karena jamban keluarga berjarak beberapa meter dari rumah.

Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sebuah

peternakan sapi milik pemerintah yang dikelola oleh kelompok tani di Kampung

27

Paseban. Peternakan sapi tersebut mengolah kotoran sapinya untuk dijadikan

sebagai pupuk untuk dijual dan digunakan masyarakat di Desa Megamendung

untuk tanaman sayuran mereka. Ada sekitar 10 orang penduduk di Kampung

Paseban yang bekerja di peternakan sapi tersebut. Selain itu, ada sebuah kebun

sayur seluas 1 Ha milik warga asing yang memperkerjakan penduduk Kampung

Paseban. Ada sekitar 12 orang masyarakat Kampung Paseban yang bekerja di

perkebunan tersebut.

Kampung Paseban juga tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan,

sehingga masyarakat harus pergi ke kampung terdekat, yaitu Kampung

Citamiangyang berjarak sekitar 2 Km dari kampung Paseban dan dapat ditempuh

dengan motor dalam waktu 20 Menit . Terdapat sebuah mushola yang digunakan

masyarakat di kampung tersebut untuk beribadah. Ada sekitar 20 buah villa di

Kampung Paseban, namun hanya 10 orang penduduk di sana yang bekerja sebagai

penjaga villa. Di kampung Paseban juga terdapat sebuah tempat rekreasi berupa

tempat pemancingan dan rumah makan yang baru dibangun tahun 2010.

28

BAB V

KEGIATAN PERBAIKAN PRASARANA JALAN PNPM MANDIRI

PERDESAAN

Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa

prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses

informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil/tertinggal (Departemen

Dalam Negeri 2007). Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak

hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk

menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan

masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi

perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Secara umum, tujuan pembangunan prasarana adalah pengembangan

kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan

kelembagaan dan penyelenggaraan pembangunan desa dan antar-desa, serta

peningkatan penyediaan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan

masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan.

Tujuan membangun prasarana pendukung bagi desa yang membutuhkan

adalah untuk: (1) menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga

miskin; (2) meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan keikutsertaan

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan; (3) Meningkatkan kualitas kegiatan

dengan penggunaan teknologi sederhana; (4) Meningkatkan kapasitas tim

pengelola kegiatan dan/atau tim pelaksana pemeliharaan prasarana dalam

pengelolaan kegiatan; dan (5) Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, dan pemeliharaan prasarana

dalam teknis pelaksanaan.

5.1 Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan

Terdapat beberapa musyawarah yang dilakukan PNPM Mandiri perdesaan

sebelum menentukan sasaran kegiatan tersebut, yaitu:

29

1. MAD Sosialisasi

Musyawarah Antar Desa (MAD) sosialisasi merupakan pertemuan antar-

desa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun

hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri Perdesaan, serta menentukan

kesepakatan-kesepakatan antar-desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri

perdesaan. MAD sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Pebruari 2009 di

kantor Kecamatan Megamendung. Peserta pertemuan ini adalah camat dan staf

terkait, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), perwakilan masyarakat dari

tiap desa, tokoh masyarkat, dan tokoh agama. Masyarakat Desa Megamendung

yang hadir dalam pertemuan ini adalah sebanyak 5 orang di mana 1 orang adalah

perwakilan dari Kampung Paseban yaitu kepala RW.

2. Musyawarah Desa Sosialisasi

Musyawarah Desa (Musdes) sosialisasi merupakan musyawarah

masyarakat desa yang dilaksanakan segera setelah MAD sosialisasi. Musyawarah

ini juga masih bagian dari kegiatan sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung yang dilaksanakan pada tanggal 20 Pebruari 2009 di kantor

Kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah ini, PNPM Mandiri

Perdesaan menjelaskan secara lebih khusus tentang kegiatan-kegiatan PNPM yang

boleh dilaksanakan di desa. Peserta dari pertemuan ini adalah kepala desa dan

aparat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), wakil rumah tangga

miskin di Desa Megamendung, serta masyarakat lainnya yang berminat untuk

hadir. Musyawarah ini tidak dihadiri oleh semua penduduk di Desa

Megamendung. Masyarakat Kampung Paseban yang hadir dalam musyawarah ini

adalah sebanyak 3 orang yaitu kepala RW, kepala RT, dan satu orang masyarakat

kampung tersebut. Dalam Musdes Sosialisasi ini dipilih ketua TPK (Tim

Pengelola Kegiatan) sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di desa yang

dipilih secara musyawarah mufakat dan disetujui oleh Kepala Desa.

3. Pertemuan Kelompok untuk Penggalian Gagasan

30

Pertemuan ini adalah tahapan lanjutan dari sosialisasi yang telah

dilakukan. Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan di desa dimulai dengan

tahap penggalian gagasan hingga Musdes Perencanaan atau dikenal dengan istilah

Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Terdapat dua tahap yang harus

dilakukan dalam pertemuan kelompok untuk penggalian gagasan, yakni

pertemuan dusun untuk membuat peta sosial dan musyawarah penggalian gagasan

itu sendiri, di mana kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang berlatar

belakang wilayah yang sama (RW/RT/kampung dan lainnya). Pertemuan ini

dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dusun I (RW 1 dan 2) dan

kelompok dusun II (RW 3, RW 4, dan RW 5). Menurut informasi yang didapat

bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2009 di Kantor kelurahan

Desa Megamendung. Dalam pertemuan kelompok-kelompok tersebut tidak

dilakukan oleh setiap lapisan masyarak. Hal tersebut sungguh berpengaruh

dengan hasil gagasan yang telah mereka lakukan. Karena tidak semua ide-ide dari

masyarakat tertuang dalam pertemuan tersebut. Peserta yang hadir adalah warga

masyarakat di Desa Megamendung dan yang mewakili dari Kampung Paseban

adalah kepala RW dan kepala RT.

4. Musdes Perencanaan

Musyawarah ini adalah lanjutan dari penggalian gagasan yang telah

dilakukan sebelumnya. Musyawarah desa (Musdes) perencanaan merupakan

pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan

kegiatan, hasil, dan proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun.

Adapun gagasan yang dibuat oleh kelompok-kelompok tersebut antara lain

perbaikan sarana air bersih di wilayah dusun I, perbaikan jalan di Kampung

Paseban RT 04/05, dan kegiatan SPP (Simpan Pinjam Perempuan). Musyawarah

ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2009 di kantor kelurahan Desa

Megamendung. Peserta yang hadir adalah wakil dari setiap kelompok yang ada di

desa dan masyarakat umum lainnya yang berminat untuk hadir dalam pertemuan

tersebut.

5. MAD prioritas usulan

31

Musyawarah Antar Desa (MAD) prioritas usulan adalah pertemuan di

kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan.

Penyusunan peringkat didasarkan atas kriteria kelayakan sebagaimana yang

digunakan oleh tim verifikasi dalam menilai usulan kegiatan. Proses penentuan

kegiatan dalam MAD prioritas usulan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Proses Penentuan Kegiatan dalam Musyawarah Antar Desa

(MAD) Prioritas Usulan. (sumber: Departemen Dalam Negeri)

32

Berdasarkan gagasan usulan yang telah dibuat, maka akan dibahas usulan mana

yang merupakan prioritas Desa Megamendung dan sesuai dengan kebutuhan dana PNPM

Mandiri Perdesaan saat itu. Musyawarah ini dilakukan pada tanggal 20 Mei 2009 di

kantor Kecamatan Megamendung. Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf

terkait, tim pengamat, perwakilan dari desa, serta anggota masyarakat lainnya yang

berminat untuk hadir.

6. MAD Penetapan Usulan

MAD (Musyawarah Antar-Desa) penetapan usulan merupakan

musyawarah untuk mengambil keputusan terhadap usulan yang didanai melalui

PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam pertemuan ini ditetapkan keputusan mengenai

kegiatan yang akan didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam MAD

penetapan usulan ini diputuskan bahwa perbaikan prasarana jalan di Kampung

Paseban RT 04/05 yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Penetapan usulan

tersebut berdasarakan prioritas kebutuhan Desa Megamendung, yaitu adanya jalan

yang bisa menghubungkan antara Kampung Paseban RT 04/05 dengan wilayah di

Desa Megamendung untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Musyawarah

ini dilaksanakan pada bulan 15 Juni 2009 di kantor Kecamatan Megamendung.

Peserta dalam pertemuan ini adalah camat dan staf terkait, ketua dan sekretaris

MAD, instansi dinas terkait tingkat kecamatan, tim pengamat, dan anggota

masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.

7. Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD

Musyawarah desa ini merupakan musyawarah sosialisasi atau

penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM mandiri Perdesaan yang

diputuskan dalam MAD penetapan usulan. Musyawarah ini dilakukan di desa

yang mendapatkan dana maupun tidak mendapatkan dana PNPM Mandiri

Perdesaan. Musyawarah ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2009 di kantor

kelurahan Desa Megamendung. Peserta yang hadir dalam pertemuan ini adalah

sebanyak 25 orang antara lain aparat desa, wakil dari setiap kampung, dan wakil

dari berbagai kelompok masyarakat yang ada di desa.

33

Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung dilaksanakan di Kampung Paseban RT 04/05 pada bulan Oktober

2009. Kampung Paseban menjadi target perbaikan prasarana karena secara

kebutuhan sosial ekonomi, Kampung Paseban sangat membutuhkan jalan yang

sesuai (bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan roda empat). Jalan merupakan

akses yang sangat penting bagi masyarakat untuk dapat melakukan segala

aktivitasnya. Kondisi jalan sebelum diperbaiki menujukkan sangat sulitnya akses

masyarakat untuk keluar dari Kampung Paseban tersebut menuju pusat desa

ataupun ke tempat lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu KPMD

(Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sekaligus sebagai salah satu informan

penelitian ini :

“Jadi kan dek, Paseban itu kampung yang cukup tertinggal

dibanding kampung-kampung yang lain. Jadi jalan penting

untuk akses masyarakat di sini. Apalagi kalo mereka mau

melakukan aktifitas di Desa Megamendung. Mereka

memang sangat membutuhkan jalan ini dek” (KN, 32 thn)

Masyarakat di Desa Megamendung mengajukan perbaikan jalan kepada

PNPM Mandiri Perdesaan sepanjang 3 Km dengan lebar 3 m. Namun, perbaikan

jalan yang dikabulkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah sepanjang 1,5 Km

dengan lebar 3 m. Perbaikan tersebut dilakukan dalam 52 hari kerja selama 3

bulan, di mana pekerja yang ikut membangun jalan tersebut adalah tenaga

swadaya Kampung Paseban sebanyak 70 orang dan 5 orang tenaga ahli dari luar.

Tenaga ahli dari luar digunakan karena kurangnya sumberdaya

masyarakat lokal yang terampil dan memahami tentang pengaspalan jalan

tersebut. Secara teknis, tenaga kerja dari luar memiliki waktu kerja selama 3 kali

seminggu, yaitu Senin, Rabu, dan Kamis dengan sistem kerja bergiliran, di mana

dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Tenaga dari luar

tersebut diberi upah sebesar Rp 25.000.00,-, sedangkan masyarakat Kampung

Paseban itu sendiri, waktu kerjanya diatur oleh kepala RT kampung tersebut, di

mana dibuat dalam kelompok-kelompok, yang waktu kerjanya dengan sistem

34

“shift” (saling bergantian waktunya). Bahan untuk perbaikan jalan juga sebagian

merupakan swadaya masyarakat, yaitu berupa pasir kali dan batu-batuan.

Dana yang digunakan untuk melakukan perbaikan jalan berasal dari dua

sumber, yaitu dari PNPM sebesar Rp 177. 059. 000,- dan dari swadaya sebesar Rp

29.074.000,-. Dana yang berasal dari swadaya tersebut di peroleh masyarakat

Kampung Paseban RT 04/05 ini melalui sumbangan dari pemilik villa di sekitar

Kampung Paseban dan batu serta pasir berasal dari masyarakat. Masyarakat

Kampung Paseban mengajukan proposal kepada pemilik villa tersebut. Terdapat

sekitar 20 orang yang memiliki villa dan usaha di sekitar wilayah Kampung

Paseban RT 04/05. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yang

merupakan kepala RT di Kampung Paseban sebagai berikut:

“Ya gitu lah neng, kita buatin proposal ke orang-orang

Jakarta yang punya villa di sini. Mereka kan juga

menggunakan jalan ini, makanya kita mintain sumbangan

juga ke mereka” (ENS, 50 thn)

Pencarian dana yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Paseban tidak

selamanya lancar, karena sebagian pemilik villa tidak mau memberikan

sumbangan dana untuk perbaikan jalan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh

masyarakat Kampung Paseban sebagai berikut:

“Suka susah dek kalo dimintain dana, kebanyakan pada

pelit semua. Padahal mereka kan juga yang menggunakan

jalan ini, lewat terus-terusan lagi, yah sewajarnya mereka

ikut membantu masalah dana juga kan” ( UY, 52 thn)

5.2 Sasaran Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung

Paseban RT 04/05 Desa Megamendung memiliki sasaran kegiatan, yaitu:

1. Peningkatan Pendapatan Masyarakat.

Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan prasarana dilakukan

dengan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat namun diprioritaskan bagi

rumah tangga miskin. Tenaga kerja yang dipilih sebanyak mungkin melibatkan

35

tenaga kerja desa setempat untuk berpartisipasi sehingga akan memperoleh upah

dari pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan. Namun, berdasarkan informasi

yang diperoleh dari responden, bahwa masyarakat Kampung Paseban yang

mengerjakan jalan tersebut tidak mendapatkan upah. Tenaga kerja dari luar

diperbolehkan apabila keterampilan yang dibutuhkan tidak tersedia di desa lokasi

kegiatan. Di Kampung Paseban, terdapat 5 pekerja dari luar kampung yang masih

warga dari Desa Megamendung untuk melakukan pengaspalan jalan.

Perbaikan prasarana jalan yang dilakukan mengutamakan penggunaan

bahan lokal seperti batu dan pasir. Kemungkinan kualitas bahan lokal yang ada

tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi standar teknis,

maka bahan lokal tersebut perlu untuk dimanfaatkan dalam perbaikan jalan

tersebut. Selain itu, bahan yang diambil dari daerah setempat juga akan memberi

kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan identifikasi sumber bahan untuk

kegiatan desa yang akan datang, termasuk pemeliharaan. Dengan penggunaan

tenaga dan bahan lokal, uang tetap berputar di dalam desa sendiri, dengan harapan

jumlah modal yang ada di desa meningkat.

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Prasarana

Peningkatan partisipasi masyarakat Kampung Paseban di Desa Megamendung

ini merupakan sasaran yang penting yang dicapai dalam perbaikan prasarana jalan

tersebut. Melalui perbaikan jalan yang dilakukan akan terlihat bagaimana

partisipasi masyarakat dalam perbaikan prasarana jalan tersebut. Keikutsertaan

masyarakat dalam berpartisipasi akan dilihat dari bagaimana mereka melakukan

perbaikan jalan tersebut, mulai dari tahapan pengambilan keputusan hingga

evaluasinya nanti. Perbandingan teori pertimbangan kegiatan perbaikan prasarana

jalan dengan aktulnya dapat dilihat pada Tabel 5.

36

Tabel 5. Perbandingan Rumusan Ideal dan Pelakasanaan Riil Upaya

Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kegiatan Perbaikan

Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan, di Desa

Megamendung Tahun 2011

Aspek Rumusan Aktual Alasan

Metode

perencanaan dan

pelaksanaan

Metode

perencanaan dan

pelaksanaan fokus

pada upaya

menumbuhkan

rasa memiliki

Fokus hanya

pelaksanaan

sehingga kurang

menumbuhkan

rasa memilki

Masyarakat tidak

paham teknis

perencanaan

pembuatan jalan

Usulan kegiatan Berdasarkan hasil

musyawarah dan

usulan akan

kebutuhan masa

depan

Sesuai kebutuhan

masyarakat yaitu

jalan yang

memadai

---

Bangunan Tidak merusak

lingkungan

Tidak merusak

lingkungan karena

telah dilakukan

identifikasi

lingkungan

Sumber Daya Memanfaatkan

sumberdaya alam

dan manusia lokal

Sumberdaya alam

lokal; sumber

daya manusia juga

dari luar

Masyarakat

Kampung

Paseban tidak

menguasai teknis

pengaspalan jalan

Tenaga Kerja Menerima upah

secara utuh

Masyarakat

kampung tidak

menerima upah;

hanya tenaga ahli

dari luar

menerima upah

Dana yang

kurang

Pemeliharaan Tanggung jawab

masyarakat

bersama

pemerintah desa

Masyarakat

merasa

bertanggung

jawab tapi tidak

melakukan

perbaikan jalan

secara kontinu

Tidak mendapat

insentif yang

pernah dijanjikan

pemerintah desa

Peningkatan partisipasi masyarakat pada kegiatan perbaikan prasarana jalan

bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu

a. Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk

menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat. Berdasarkan penggalian

37

informasi, kegiatan perbaikan prasarana jalan lebih memfokuskan

masyarakat pada metode pelaksanaanya saja.

b. Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan secara

musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah tangga miskin.

Usulan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat,

yaitu kebutuhan jalan yang memadai untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat.

c. Kegiatan yang dibangun tidak boleh ada dampak yang merusak

lingkungan dan merugikan masyarakat. Sebelum dilakukannya perbaikan

jalan tersebut, tim fasilitator kecamatan (ketua tim fasilitator dan anggota

tim fasilitator), tenaga ahli jalan, dan perwakilan masyarakat melakukan

identifikasi lokasi terlebih dahulu. Tim tersebut melakukan pengamatan

tentang dampak dan hambatan yang mungkin terjadi setelah dilakukannya

perbaikan jalan tersebut.

d. Perbaikan jalan tersebut sejauh mungkin memanfaatkan potensi

sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia

setempat.

e. Tenaga kerja yang ikut partisipasi kegiatan dibayar insentif secara penuh.

Dalam hal ini, upah tenaga kerja tidak boleh dipotong dengan alasan

apapun. Setiap pekerja harus menerima upah secara utuh, kemudian

setelah itu dapat disumbangkan. Dalam perbaikan prasarana jalan tersebut,

tenaga kerja yang diupah sebanyak 5 orang yang berasal dari masyarakat

di luar Kampung Paseban.

f. Pemeliharaan prasarana yang telah dibangun menjadi tanggung jawab

masyarakat bersama pemerintah desa, namun kenyataannya kurang

ditanggungjawabi oleh pemerintah desa. Pemerintah Desa Megamendung

terkesan lepas tangan terhadap pemeliharaan jalan tersebut. Masyarakat

tidak mendapat insentif dari kegiatan pemeliharaan yang dilakukan,

sehingga masyarakat cenderung tidak aktif dalam melakukan pemeliharaan

jalan tersebut.

38

3. Peningkatan Pemanfaatan Teknologi

Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan pemilihan

teknologi yang tepat, yang meliputi aspek teknik dan dampak lingkungan. Dalam

pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec, KPMD, dan masyarakat harus

memperhatikan hal-hal berikut: (1) Teknologi yang dipilih sederhana, agar dapat

dikerjakan oleh masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau

peralatan dari luar. Tim pengelola kegiatan juga akan mampu mengerjakan

kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaan telah selesai; (2) Menggunakan

teknologi yang tepat, sehingga menghasilkan prasarana yang bermutu yang dapat

memberi manfaat yang cukup berimbang dengan pengeluaran biaya; dan (3)

Menggunakan teknologi dengan biaya murah tapi awet, sehingga masyarakat

dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat kebutuhan prasarana

perdesaan pada umumnya lebih banyak dibandingkan jumlah bantuan langsung

masyarakat (BLM).

39

BAB VI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERBAIKAN

PRASARANA JALAN

Bab ini akan menjelaskan karakteristik responden, bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat pada beragam tahapan kegiatan dan keadaan jalan setelah

dilakukan perbaikan.

6.1 Faktor Internal

Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik responden

terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga.

6.1.1 Usia

Dalam penelitian ini terambil responden dengan proporsi usia > 50 yang

relatif lebih besar. Responden usia <30 tahun sebanyak 10 orang (24%), usia 30-

50 tahun sebanyak 14 orang (35%), dan usia >50 tahun sebanyak 18 orang (41%).

Umur responden yang paling muda adalah 18 tahun dan yang paling tua adalah 64

tahun.

6.1.2 Jenis Kelamin

Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM

Mandiri Perdesaan adalah laki-laki. Menurut penjelasan salah satu fasilitator

PNPM Mandiri Perdesaan, hal tersebut dikarenakan kegiatan perbaikan prasarana

jalan ini merupakan kegiatan berat yang membutuhkan tenaga laki-laki untuk

mengerjakan pekerjaan tersebut. Perempuan menyiapkan minuman pada saat

pertemuan-pertemuan di Kampung Paseban tersebut dan tidak diukur sebagai

bentuk partisipasi oleh fasilitator kegiatan dalam penelitian ini.

6.1.3 Jenis Pekerjaan

Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana bekerja di bidang

pertanian sebagai buruh tani, berkebun, dan beternak, sedangkan di bidang non

40

pertanian sebagai kuli bangunan, pencari batu, penjaga villa, dan wirausaha.

Responden yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 33 orang (79 %) dan non

pertanian sebanyak 9 orang (21 %).

6.1.4 Tingkat Pendidikan

Responden yang mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan mayoritas

adalah berpendidikan SD. Responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 4

orang (10 %), responden yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (19 %), dan

sisanya adalah responden dengan pendidikan tertinggi SD sebanyak 30 orang (71

%).

6.1.5 Tingkat Pendapatan

Pendapatan responden berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 1. 000.000

per bulan. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 200.001 - Rp 400.000

adalah sebesar 17 %, pendapatan antara Rp 400.001 - Rp 600.000 sebesar 26 %,

pendapatan antara Rp 600.001 - Rp 800.000 sebesar 40 %, dan pendapatan antara

Rp 800.001 - Rp 1.000.000 sebesar 17 %.

Tingkat pendapatan responden yang paling rendah adalah sebesar Rp

300.000 per bulan, sedangkan tingkat pendapatan paling tinggi adalah sebesar

Rp1.000.000. Pendapatan tersebut merupakan penghasilan rata-rata dari

masyarakat. Kebanyakan masyarakat memiliki pendapatan berupa upah yang

diterima secara harian.

6.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga

Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak

2 anggota keluarga, karena anak-anak dari responden sudah bekerja di luar daerah,

sehingga tidak menjadi tanggungan keluarga lagi. Jumlah tanggungan keluarga

responden terkecil adalah 1 orang anggota keluarga dan terbesar adalah 9 orang

anggota keluarga. Dari semua responden, sebanyak 21 orang (50 %) memiliki

jumlah tanggungan keluarga 0-2 orang, sebanyak 13 orang ( 31 %) memiliki

jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, dan sebanyak 8 orang (19 %) memiliki

jumlah tanggungan keluarga >4 orang.

41

Karakteristik responden masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran Jumlah Responden menurut kakteristiknya, Kampung Paseban

Tahun 2011

Karakteristik Individu (n=42 orang) Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Usia <30 tahun 10 24

30-50 tahun 14 35

>50 tahun 18 41

Jenis Kelamin Laki-laki 42 100

Perempuan 0 0

Jenis Pekerjaan Pertanian 33 79

Non-pertanian 9 21

Tingkat Pendidikan SD 30 71

SMP 8 19

SMA 4 10

Tingkat Pendapatan Rp 200.000 - Rp 400.000 7 17

Rp 400.001 - Rp 600.000 11 26

Rp 600.001 - Rp 800.000 19 40

Rp 800.001 - Rp 1.000.000 5 17

Jumlah Tanggungan

Keluarga

0-2 21 50

3-4 13 31

>4 8 19

6.2 Faktor Eksternal

6.2.1 Kepemimpinan Desa

Kepemimpinan desa dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang

pemimpin desa (kepala desa, kepala RW, dan kepala RT) dalam mengajak

masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan

frekuensi kedatangannya dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Pemimpin desa dalam penelitian ini adalah DM sebagai lurah di Desa

Megamendung, AA sebagai kepala RW, dan EN sebagai kepala RT di Kampung

Paseban. Kepala desa merupakan salah satu pelaku PNPM Mandiri Perdesaan.

Dalam hal kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, peran kepala desa adalah sebagai

pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM

Mandiri Perdesaan. Dalam kepemimpinannya kepala desa Megamendung

memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat di desa Megamendung.

42

Dapat dilihat bahwa semakin rendah jabatan di desa, dipandang semakin

aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Berdasarkan pada Tabel 7,

Kepala Desa memilIki kemampuan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi

tinggi sebesar 5 %, Kepala RW sebesar 2 %, dan kepala RT sebesar 11 %.

6.2.2 Intensitas Sosialisasi Kegiatan

Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti

oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri

Perdesaan. Sosialisasi kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan

upaya untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi mengenai program

dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat.

Sosialisasi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan kepada

masyarakat di Desa Megamendung telah dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,

yaitu 2 kali di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh aparat desa dan sebagian

masyarakat di Desa megamendung dan 2 kali pertemuan di tingkat Desa yang

dilakukan di kantor Kelurahan di Desa Megamendung yang dihadiri oleh

masyarakat Megamendung. Selain melalui pertemuan-pertemuan langsung dengan

masyarakat, pelaku PNPM Mandiri Perdesaan didorong untuk melakukan

sosialisasi dan penyebaran informasi melalui media informasi seperti papan

informasi dan spanduk.

Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi kegiatan

masyarakat dalam sosialisasi tinggi sebesar 4 %, keterlibatan masyarakat dalam

sosialisasi tinggi sebesar 3 %, dan keefektifan penggunaan papan informasi dan

spanduk tinggi sebesar 2 %.

6.2.3 Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan

Keaktifan tim pendamping kegiatan merupakan Keaktifan stake holder

yang berperan penting dalam partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan

tersebut. Tim pendamping kegiatan merupakan perwakilan dari PNPM Mandiri

Perdesaan dan perwakilan masyarakat yang dipilih oleh aparat desa setelah

disetujui oleh pihak pengelola kegiatan yang terkait. Tim pendamping kegiatan

dari Desa Megamendung, yang biasa disebut KPMD (Kader Pemberdayaan

43

Masyarakat Desa) adalah Pak NN. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

(KPMD) tersebutlah yang selalu turun ke lapangan untuk melihat pelaksanaan

kegiatan perbaikan jalan. Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa frekuensi

tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 36 % dan bantuan yang diberikan oleh

tim pendamping kegiatan tinggi sebesar 35 %.

Sebaran jumlah responden menurut faktor eksternal masyarakat Kampung

Paseban RT 04/05 Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden menurut faktor eksternal di Desa

Megamendung Tahun 2011

Faktor Eksternal Rendah Sedang Tinggi

n % n % n %

Kepemimpinan Desa

- Kepala Desa 25 60 15 35 2 5

- Kepala RW 20 48 21 50 1 2

- Kepala RT 11 26 23 55 8 11

Intensitas Sosialisasi

Kegiatan

- frekuensi 25 60 15 36 2 4

- Keterlibatan 26 61 15 36 1 3

- Papan informasi/

spanduk

30 71 11 26 1 2

Keaktifan Tim Pendamping

Kegiatan

- Frekuensi 5 12 22 52 15 36

- Bantuan 7 17 20 48 15 35

Keterangan: n = jumlah responden

6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan secara aktif dalam

mengikuti suatu kegiatan. Bentuk partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT

04/05 Desa Megamendung dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan adalah mulai

dari tahap pengambilan keputusan hingga proses evaluasi kegiatan tersebut. Pada

penelitian ini, indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan meliputi keaktifan masyarakat dalam tahapan partisipasi menurut

Cohen dan Uphoff (1977), yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati

hasil, dan evaluasi kegiatan.

44

Kisaran tingkat partisipasi responden dari rendah ( skor 35) ke tinggi (skor

53). Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05

Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat partisipasi responden pada semua tahapan partisipasi di

Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011

Tingkat partisipasi Jumlah (orang) Persentasi (%)

Rendah 2 5

Sedang 40 95

Tinggi 0 0

Total 42 100

Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

partisipasi sedan. Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat

dari keaktifan masyarakat tersebut dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasana

jalan mulai dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan

evaluasi di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.

6. 3.1 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan Keputusan

Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap pengambilan keputusan

merupakan tahapan partisipasi yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat

dalam kegiatan rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah

perencanaan suatu kegiatan. Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Partisipasi Responden pada Setiap Tahapan di Kampung

Paseban RT 04/05 Desa Megamendung Tahun 2011

Tahapan

partisipasi

Tingkat partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % N % N %

Pengambilan

keputusan 38 91 4 9 0 0 42 (100)

Pelaksanaaan 0 0 17 40 25 60 42 (100)

Menikmati

hasil 0 0 0 0 42 100 42 (100)

Evaluasi 42 100 0 0 0 0 42 (100) n = jumlah responden

45

Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap pengambilan

keputusan, responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 91

% dan tingkat partisipasi sedang adalah sebesar 9 %. Tahap pengambilan

keputusan meliputi kegiatan rapat yang telah dilakukan selama 11 kali pertemuan,

yaitu 6 kali pertemuan di tingkat desa, 2 kali pertemuan di tingkat dusun, 2 kali

pertemuan di tingkat RW, dan 1 kali pertemuan di tingkat RT. Rapat yang telah

dilakukan tersebut memutuskan bahwa perbaikan prasarana jalan yang dilakukan

di Desa Megamendung berlokasi di Kampung Paseban RT 04/05. Selain itu,

dalam pertemuan tersebut juga membahas mengenai perencanaan-perencanaan

yang akan dilakukan dalam perbaikan jalan tersebut. Dalam penelitian ini, dilihat

bagaimana keaktifan secara kehadiran, peran dalam kegiatan rapat, keaktifan

masyarakat dalam memberi masukan, dan kemampuan mengidentifikasi masalah

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan yang dilakukan tersebut.

Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan rendah,

yaitu terletak pada selang 1,41. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan

keputusan ini rendah karena keterlibatan masyarakat pada saat rapat, baik dalam

memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan cukup rendah, seperti yang

diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:

“Yah..saya mah ikut-ikut ajah. Kalo disuruh pak RT rapat

yah saya ikut rapat. Tapi cuma diem-diem ajah neng, gak

terlalu ngerti saya ngomong-ngomong di rapat kayak gitu”

(AN, 36 thn)

Tahap pengambilan keputusan ini kurang menggali aspirasi dari

masyarakat, karena tidak semua masyarakat di Kampung Paseban hadir. Kegiatan

rapat yang dilakukan biasanya dihadiri oleh aparat RT seperti ketua dan sekretaris,

serta orang yang mewakili ketika aparat berhalangan hadir. Mereka juga tidak

hadir dalam kegiatan rapat dikarenakan waktu rapat yang tidak sesuai dengan jam

kerja masyarakat di kampung tersebut sehingga masyarakat cenderung lebih

memilih bekerja dari pada rapat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu

responden sebagai berikut:

46

“Ahh kalo rapat di desa itu seringan siang hari dek,

yah...saya kan kerja, saya ajah selesai kerja itu jam 4 sore,

jadi gak sempat. Trus, kalo saya gak kerja mau makan apa

anak saya. Ya udahlah kalo rapat mah biar pak RT ajah”

(AP, 40 thn)

Selain itu, masyarakat cenderung malas untuk menghadiri rapat karena

rapat kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut selalu dilakukan di kantor Desa

Megamendung. Akses jalan yang menghubungkan Kampung Paseban RT 04/05

dengan pusat Desa Megamendung buruk dan kebanyakan masyarakat Kampung

Paseban tidak memiliki kendaraan untuk pergi, seperti yang diungkapkan oleh

salah satu responden sebagai berikut:

“Wah dek, saya gak ikut yah gara-gara kantor desanya itu

jauh. Trus saya juga gak punya motor Uda gitu kalo naek

ojek ajah bayar 40 ribu pulang pergi. Bayangin ajah kalo

saya sering-sering ikut rapat, pasti banyak uang yang

harus saya keluarkan. Hahahahana.. mana ada uang saya”

(AS, 45 thn)

Perempuan juga memiliki peran dalam membuat makanan dan minuman

pada saat rapat di tingkat dusun. Namun dalam penelitian ini, peran perempuan

tersebut tidak dihitung sebagai bentuk partisipasi kegiatan.

6.3.2 Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dari partisipasi masyarakat,

karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi

pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi berupa sumbangan

materi dan bentuk tindakan sebagai anggota program.

Tabel 9 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan

adalah rendah, yaitu sebesar 0 %, tingkat partisipasi sedang sebesar 40 %, dan

tingkat partisipasi tinggi sebesar 60 %. Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan merupakan inti dari kegiatan perbaikan jalan tersebut.

Kegiatan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan persiapan lahan seperti

47

membersihkan jalan, mencabuti rumput, memperbaiki jalan air (gorong-gorong),

pemecahan batu, dan pengaspalan.

Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan

adalah sedang, yaitu terletak pada selang 3,62. Hal ini dikarenakan kesadaran

masyarakat yang cukup baik terhadap kegiatan perbaikan jalan, seperti yang

diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Yah... kalo gak kita yang mengerjakan jalan, siapa lagi

dek. Jalan ini kan penting buat masyarakat dek.Sebagai

warga yang baik, kita harus ikut mengerjakan jalan. Saya

juga punya kesadaran sendiri untuk mengerjakan jalan

yang rusak itu” (PR, 50 thn)

Selain itu, rasa kepemilikan (sense of belonging) masyarakat yang tinggi

terhadap perbaikan jalan yang dilakukan dengan memberikan tenaga mereka

untuk perbaikan jalan tersebut. Mereka merasakan bahwa jalan tersebut sangat

penting bagi mereka, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai

berikut:

“Saya bersyukur ada pihak yang mau ngurusin jalan ini

neng, yah. kalo saya sih gak bisa bantu dengan dana,

paling tidak tenaga saya akan saya berikan semua demi

perbaikan jalan ini neng” (AC, 39 thn)

6.3.3 Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil

Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi

masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Dengan melihat

posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat

program dirasakan, yang berarti bahwa program tersebut berhasil mengenai

sasaran. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap menikmati hasil,

responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi adalah sebesar 100 %.

Tahap menikmati hasil melihat bagaimana masyarakat yang menjadi

sasaran dari kegiatan perbaikan prasarana jalan ini dapat merasakan manfaat dari

kegiatan tersebut. Jalan yang telah diperbaiki tersebut menjadi lebih baik daripada

sebelumnya. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut, akses masyarakat menuju

pusat Desa Megamendung menjadi lebih mudah.

48

Tahap menikmati hasil merupakan tahap yang terletak pada selang yang

tinggi, yaitu sebesar 4,75 memiliki Dengan adanya perbaikan prasarana jalan

tersebut, masyarakat di Kampung Paseban Rt 05/04 merasakan manfaat yang

sangat besar, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Iyah Neng, dulu mah susah kemana-mana, mau ke

kampung sebelah ajah susah apalagi ke Megamendung.

Jalannya itu loh Neng bikin motor kita cepet rusak,

batunya besar-besar dan memang harus diperbaiki. Nah,

kalo sekarang itu beda Neng. Sekarang mah ngantar anak

ke sekolah juga jadi enak Neng, mau kemana-mana juga

jadi lebih mudah dan lebih cepat perjalanannya” (AD, 47

thn)

Selain itu, dengan adanya perbaikan jalan, mobilitas masyarakat menjadi

lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan produktifitasnya dari segi

ekonomi. Dengan demikian masyarakat Kampung Paseban dapat semakin mudah

membeli kebutuhan sehari-hari dan menjual hasil pertanian mereka ke luar Desa

Megamendung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai

berikut:

“Dulu tuh kita susah mau jual hasil tani kita, sekarang

lebih gampang neng, mau jual pisang, sayuran, trus ubi

jadi lebih gampang ke luarnya. Soalnya jalannya udah

bener” (OG, 50 thn)

Masyarakat juga merasa lebih baik dan lebih aktif dalam melakukan segala

aktifitas mereka di Desa Megamendung. Dengan adanya perbaikan jalan tersebut,

masyarakat jadi lebih sering untuk melakukan pertemuan di Kantor Kelurahan

Desa Megamendung jika diundang, seperti yang diungkapkan oleh aparat desa

yang menjadi satu informan sebagai berikut:

“Semenjak tahun 2010 ini, beberapa warga di Paseban jadi

sering ikutan rapat dek, beda dari tahun sebelumnya.

Tahun sebelumnya itu sedikit yang ikut acara di

kelurahan. ” (SN, 59 thn)

49

6.3.4 Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi

Menurut Cohen dan Uphoff (1977), tahap evaluasi merupakan tahapan

yang dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan

umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program

selanjutnya. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap evaluasi, responden

yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah sebesar 100 %.

Pada tahap evaluasi, dilihat bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam

menilai hasil kerja yang telah dilakukan. Evaluasi oleh PNPM Mandiri Perdesaan

dilakukan sebanyak 4 kali dengan turun langsung ke lokasi kegiatan dan melihat

kondisi jalan selama pelaksanaan perbaikan jalan tersebut. Tujuannya adalah

untuk melihat perkembangan kegiatan perbaikan jalan dan memeriksa keadaan

jalan untuk perbaikan selanjutnya. Dalam penelitian ini, tahap evaluasi merupakan

tahap yang persentasenya paling kecil, yaitu terletak pada selang 1,25. Hal ini

disebabkan banyak warga yang tidak dilibatkan secara langsung dalam melakukan

evaluasi hasil kegiatan perbaikan prasarana tersebut, seperti yang diungkapkan

oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Saya gak pernah ikutan, gak pernah diajak juga. Saya

Cuma disuruh mengerjakan jalan ajah, tapi gak disuruh

untuk ikut evaluasi jalannya neng” (KM, 51 thn)

Masyarakat juga sedikit yang tertarik untuk melakukan tahap evaluasi

tersebut. Mereka menganggap kalau dalam tahap evaluasi lebih baik dilakukan

oleh pak RT atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya, seperti yang diungkapkan oleh

salah satu responden sebagai berikut:

“Yah..kalo evaluasi biar pak RT aja dah sama tokoh-tokoh

masyarakat yang ada, saya mah gak ngerti neng. Tapi kalo

untuk mengerjakan jalannya saya bisa, kalo evaluasi gak

usah deh” (ED, 55 thn)

50

6.4 Keadaan Jalan Setelah Dilakukan Perbaikan

Perbaikan prasarana jalan selesai dilakukan pada bulan Desember 2009.

Pada tahun 2010, setelah dilakukannya perbaikan, keadaan jalan menjadi lebih

baik. Setelah itu diadakan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) pada tanggal

16 Maret 2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Musyawarah tersebut

dihadiri oleh 42 orang yang terdiri dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), kepala

desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Megamendung. Dalam

musyawarah tersebut dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan

oleh tim pelaksana kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan

masyarakat kepada pihak PNPM Mandiri Perdesaan.

Musyawarah tersebut juga membahas pembentukan Tim Pemelihara jalan

yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Pemeliharaan jalan

tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan oleh Desa Megamendung setelah

selesai dikerjakan. Tujuan kegiatan pemeliharaan jalan tersebut antara lain untuk

mengoptimalkan fungsi pelayanan prasarana, memperpanjang umur pemakaian

prasarana, dan mengurangi biaya yang cukup besar ketika kondisi prasarana cepat

rusak. Selain itu, pemeliharaan yang dilakukan dapat menumbuhkembangkan rasa

memiliki masyarakat dan tanggung jawab untuk memelihara jalan yang sudah

dibangun.

Masyarakat yang tergabung dalam Tim Pemelihara jalan merupakan warga

Kampung Paseban sebanyak 15 orang. Awalnya masyarakat tersebut cukup

antusias dalam melakukan kegiatan pemeliharaan jalan karena dijanjikan upah,

namun hingga penelitian ini dilakukan, pemberian upah tersebut tidak dilakukan,

seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Saya kecewa neng, kemaren itu janjinya mau dikasih

uang buat yang mengerjakan jalan. Tapi sampai sekarang

gak ada tuh. Bohong aja. (RD, 52 thn)

Upah yang tidak diberikan tersebut berpengaruh terhadap kinerja mereka

dalam melakukan pemeliharaan jalan. Tim pemelihara jalan tersebut hanya

bekerja selama 3 bulan saja selama bulan April-juni 2010. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, kondisi jalan sudah mulai rusak sejak 4 bulan setelah

51

selesai perbaikan jalan akibat pemeliharaan yang kurang baik. Selain itu

berdasarkan informasi yang di dapat dari responden bahwa dana perbaikan jalan

yang dikeluarkan oleh PNPM Mandiri Persdesaan tidak semua digunakan untuk

perbaikan jalan namun diselewengkan oleh orang-orang yang kurang bertanggung

jawab. Sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli bahan

berkualitas baik, digunakan untuk membeli bahan yang berkualitas kurang baik

karena lebih murah. Beberapa dari masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak

melakukan pemeliharaan jalan karena perbaikan jalan tersebut tidak sesuai dengan

kebutuhan mereka. Mereka merasa lebih baik perbaikan jalan tersebut dilakukan

di wilayah Kampung Paseban menuju ke Kampung Citamiang, karena fasilitas

kesehatan dan pendidikan lebih dekat di Kampung Citamiang.

52

BAB VII

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI

MASYARAKAT

7.1 Faktor Internal

Tabulasi silang hubungan antara faktor internal (usia, jenis pekerjaan,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan

tingkat partisipasi masyarakat pada masing-masing tahapan disajikan dalam

Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat

Partisipasi Masyarakat pada Semua Tahapan Kegiatan

Perbaikan Prasarana Jalan di Desa Megamendung Tahun 2011

Faktor Internal

Tahapan partisipasi

Pengambilan

Keputusan

(%)

Pelaksanaan

(%)

Menikmati

Hasil

(%)

Evaluasi

(%)

R S T R S T R S T R S T

Usia (n)

<30 tahun (10) 90 10 0 0 30 70 0 0 100 100 0 0

30-50 tahun (14) 100 0 0 0 50 50 0 0 100 100 0 0

>50 tahun (18) 83 17 0 0 39 61 0 0 100 100 0 0

Jenis pekerjaan (n) Pertanian (33) 91 9 0 0 42 58 0 0 100 100 0 0

Non pertanian (9) 89 11 0 0 33 67 0 0 100 100 0 0

Tingkat pendidikan (n) SD (30) 93 7 0 0 40 60 0 0 100 100 0 0

SMP (8) 88 19 0 0 13 87 0 0 100 100 0 0

SMA (4) 75 25 0 0 100 0 0 0 100 100 0 0

Tingkat pendapatan (n) 200.000-400.000

(7)

86 14 0 0 14 86 0 0 100 100 0 0

400.001-600.000

(11)

90 10 0 0 36 64 0 0 100 100 0 0

600.001-800.000

(19)

89 11 0 0 42 58 0 0 100 100 0 0

800.001-1.000.000

(5)

100 0 0 0 80 20 0 0 100 100 0 0

Jumlah tanggungan keluarga (n)

0-3 (21) 95 5 0 0 38 62 0 0 100 100 0 0

3-4 (13) 92 8 0 0 61 39 0 0 100 100 0 0

>4 (8) 75 25 0 0 50 50 0 0 100 100 0 0 Keterangan : R= Rendah

S= Sedang

T= Tinggi

53

Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Pearson Correlation dan

Chi Square. Uji Pearson Correlation dilakukan untuk melihat hubungan antara

faktor-faktor internal seperti usia, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan

keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 11. Hasil Uji Hubungan Faktor Internal (usia, tingkat pendapatan, dan

jumlah tanggungan keluarga) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan

Variabel Tingkat partisipasi

Koefisien korelasi Selang kepercayaan*

Usia +0,316 0,210

Tingkat pendapatan -0,091 0,283

Jumlah tanggungan keluarga -0,014 0,464 *Selang kepercayaan 95 % ( )

Uji Chi Square dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor

internal seperti jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Hasil ujinya disajikan pada

tabel 12.

Tabel 12. Hasil Hubungan faktor internal (jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan)

dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan

Prasarana Jalan

Variabel Tingkat partisipasi

Selang kepercayaan*

Jenis pekerjaan 0,890

Tingkat pendidikan 0,010 * Selang kepercayaan 95 % ( )

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan

keputusan, responden yang berusia >50 tahun lebih banyak memiliki partisipasi

rendah, yaitu sebesar 83 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang berusia >50

tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 61 %. Pada tahap menikmati hasil,

responden yang berusia >50 tahun memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100

54

%. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang berusia >50 tahun memiliki

partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa

responden lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.

Masyarakat yang berusia >50 tahun lebih berpartisipasi daripada

responden yang berusia <30 tahun dan 30-50 tahun. Hal tersebut diperkuat dengan

hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa

nilai signifikansi hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan sebesar

0,021. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia

dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p<0,05). Hubungan

antara usia dengan tingkat partisipasi adalah positif lemah. Hal ini terlihat dari

nilai korelasinya sebesar 0,316. Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis

1, yaitu bahwa usia berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan

tingkat partisipasi masyarakat, dalam arti semakin tinggi usia, semakin tinggi pula

tingkat partisipasinya. Hal ini berbeda dengan pendapat Silaen (1998) dalam

Wicaksono (2010) yang menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka

partisipasinya juga rendah.

Masyarakat Kampung Paseban yang berusia >50 tahun lebih memiliki

rasa tanggung jawab dan rasa kepemilikan terhadap kampung tersebut, sehingga

mereka lebih bertanggung jawab atas keberadaan prasarana jalan tersebut.

Masyarakat yang berusia di bawah 50 tahun atau pun yang masih muda kurang

berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut karena mereka

kurang merasa memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberadaan prasarana jalan

tersebut. Masyarakat yang masih muda cenderung pergi merantau untuk mencari

pekerjaan di daerah lain, sehingga mereka belum lama tinggal di Kampung

Paseban. Hal ini mengakibatkan kurangnya rasa kepemilikan (sense of belonging)

dan tanggung jawab masyarakat terhadap jalan tersebut. Dengan kata lain,

kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kampung tersebut

mengakibatkan partisipasi masyarakat tersebut juga kurang.

55

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan

keputusan, responden yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak memiliki

partisipasi rendah, yaitu sebesar 91%. Pada tahap pelaksanaan, responden yang

bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 67 %. Pada

tahap menikmati hasil, responden yang bekerja dibidang pertanian memiliki

partisipasi tinggi, yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden

yang bekerja dibidang pertanian memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %.

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden lebih berpartisipasi pada tahap

pelaksanaan dan menikmati hasil.

Hasil uji statistik Chi-Square pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai

signifikansi hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

adalah sebesar 0,890. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada selang

kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 2,

yaitu bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

di Desa Megamendung. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat

Kampung Paseban, baik pertanian maupun non-pertanian tidak mempengaruhi

keaktifan mereka berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang diperoleh

responden. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan

keputusan, responden yang berpendidikan SD lebih banyak memiliki partisipasi

rendah, yaitu sebesar 93 %. Pada tahap pelaksanaan, responden yang

berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebesar 60 %. Pada tahap

menikmati hasil, responden yang berpendidikan SD memiliki partisipasi tinggi,

yaitu sebesar 100 %. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang

berpendidikan SD memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara

keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan SD lebih

berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.

Hasil uji statistik chi-square pada Tabel 12 menunjukkan nilai signifikansi

hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

56

kegiatan perbaikan prasarana jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung sebesar 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi pada selang

kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka terima Hipotesis 3,

yaitu bahwa pendidikan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung.

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada tahap pengambilan

keputusan, responden yang memiliki pendapatan Rp 600.001-800.000 lebih

banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebesar 89 %. Pada tahap pelaksanaan,

responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi,

yaitu sebesar 58 %. Pada tahap menikmati hasil, responden yang berpendapatan

Rp 600.001-800.000 memiliki partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 19 orang. Pada

tahap evaluasi, responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 memiliki

partisipasi rendah, yaitu sebesar 100 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa

responden yang berpendapatan Rp 600.001-800.000 lebih berpartisipasi pada

tahap pelaksanaan dan menikmati hasil.

Menurut Nurlela (2004) dalam Wicaksono (2010), tingkat pendapatan

seseorang tidak mempengaruhi partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan.

Pernyataan tersebut serupa dengan hasil Uji Pearson Correlation pada Tabel 11

yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,283. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan

tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 % (p>0,05). Berdasarkan hal

tersebut, maka tolak Hipotesis 4 yaitu bahwa tingkat pendapatan tidak

berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan tersebut. Hal tersebut serupa dengan pendapat Nurlela (2004)

dalam Wicaksono (2010). Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki tingkat

57

pendapatan antara Rp 200.000 - Rp1.000.000 memiliki tingkat partisipasi yang

sama, yaitu sedang. Mereka memiliki rasa tanggung jawab yang sama untuk

berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya individu yang ditanggung

oleh responden tanpa batasan umur. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa

pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki tanggungan

keluarga 0-3 lebih banyak memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 95 %. Pada

tahap pelaksanaan, responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki

partisipasi tinggi, yaitu sebanyak 13 orang. Pada tahap menikmati hasil,

responden yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi tinggi,

yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan pada tahap evaluasi, responden yang

memiliki tanggungan keluarga 0-3 memiliki partisipasi rendah, yaitu sebanyak 21

orang. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

tanggungan keluarga 0-3 lebih berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan

menikmati hasil.

Hasil uji statistik Pearson Correlation pada Tabel 11 menunjukkan bahwa

tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat

partisipasi masyarakat. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,464. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah

tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %

(p>0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka tolak Hipotesis 5, yaitu bahwa jumlah

tanggungan keluarga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah

tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan. Kenyataannya bahwa meskipun masyarakat yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar ataupun kecil, hal tersebut tidak

mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan

tersebut. Masyarakat Kampung Paseban yang memiliki jumlah tanggungan

keluarga yang banyak ataupun sedikit, memiliki tingkat partisipasi yang sama,

yaitu sedang.

58

7.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi dalam penelitian ini

adalah kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim

pendamping kegiatan. Hubungan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat

dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Tingkat

Partisipasi Masyarakat Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung Tahun 2011

Kepemimpinan Desa

Tingkat partisipasi

Rendah Sedang Tinggi

n % N % n %

Kepemimpinan desa 19 45 32 76 7 17

Intensitas sosialisasi kegiatan 23 55 10 24 13 31

Keaktifan tim pendamping

kegiatan

7 17 13 31 22 52

n = jumlah responden

Uji Regression dilakukan untuk melihat pengaruh faktor eksternal dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan. Persentase

pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen

ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Pada hasil perhitungan,

nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,893. Artinya, pengaruh semua variabel

independen terhadap perubahan nilai variabel dependen adalah 89,3% dan sisanya

10,7% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan

(Kp, In, dan Ak). Berikut ini adalah model persamaan regresinya. Hasil pengaruh

faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Partisipasi = 33,644 + 3,444 (Kp) + 0,442 (In) + 5,382 (Ak)

Tabel 14. Hasil Uji Pengaruh Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan

Faktor Eksternal Koefisien Signifikansi

Kepemimpinan Desa 3,444 0,009

Intensitas Sosialisasi Kegiatan 0,442 0,624

Keaktifan Tim Pendamping Kegiatan 5,382 0,000

59

Dalam penelitian ini, kepemimpinan desa yang dimaksud adalah

kemampuan pemimpin desa dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang

dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan tersebut. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi

responden tinggi karena ajakan pemimpin desa dalam berpartisipasi adalah

sebesar 17 %.

Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh

kepemimpinan desa dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,009. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim

pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %

(p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 6, yaitu bahwa

kepemimpinan desa berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kepala desa Megamendung selalu

mengajak masyarakat melalui rapat-rapat dan sosialisasi kegiatan yang telah

dilakukan. Ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan

yang telah dilakukan oleh kepala Desa Megamendung tersebut mampu

menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan tersebut. Masyarakat Desa Megamendung khususnya

masyarakat di Kampung Paseban mengaku bahwa kepala desa selalu mengajak

mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan. Selain itu,

kepala Desa Megamendung juga turun ke lapangan langsung dan melihat

bagaimana kegiatan perbaikan prasana jalan tersebut dilakukan, seperti yang

diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Pak Kades kalo datang ke sini, itu ngajak kita ikut

mengerjakan jalan neng. Kalo uda kepala desa yang

ngajak saya pasti mau lah neng mengerjakan, apalagi ini di

kampung saya” (AG, 54 thn)

Kepala RW dan kepala RT merupakan pemimpin di Kampung Paseban RT

04/05. Mereka adalah orang yang cukup disegani masyarakat karena merupakan

60

orang yang dianggap penting dan menjadi wakil bagi masyarakat Kampung

Paseban di Desa Megamendung. Hubungan antara atasan (kepala RW dan kepala

RT) dan bawahan (masyarakat) begitu dekat sehingga hubungan yang terjadi

diantara mereka tidak saja terjadi hubungan formal dalam pekerjaan, akan tetapi

juga menyangkut hubungan yang bersifat pribadi. Dalam penelitian ini, Kepala

Desa mengarahkan Kepala RW dan kepala RT untuk selalu menggerakkan

masyarakat di Kampung Paseban agar turut aktif dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai

berikut:

“Pak RT selalu ngajakin kita untuk mengerjakan jalan dek,

sampai datang ke rumah-rumah gitu, kita di ajak kerja

bakti untuk pengaspalan jalan dek. Yahh....kita cukup

dekatlah hubungannya dengan Pak RT, saya mau ajah kalo

diajakin.” (SR, 58 thn)

Intensitas sosialisasi kegiatan adalah banyaknya pertemuan yang diikuti

oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang kegiatan PNPM Mandiri

Perdesaan. Intensitas osialisasi kegiatan merupakan faktor eksternal yang juga

mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berdasarkan Tabel 13, tingkat partisipasi

responden tinggi karena intensitas sosialisasi kegiatan dalam berpartisipasi adalah

sebesar 31 %.

Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh

intensitas kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar 0,624. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan tim

pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang kepercayaan 95 %

(p>0,05). Berdasarkan hal tersebut maka tolak Hipotesis 7, yaitu bahwa intensitas

kegiatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan.

Informasi yang diperoleh di lapangan menyatakan bahwa papan informasi

serta spanduk tidak mempengaruhi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Banyaknya intensitas

informasi yang telah dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan selama ini tidak

61

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan

tersebut. Hal ini disebabkan karena sebesar 71 % dari total masyarakat adalah

berpendidikan rendah dan tidak tahu baca dan tulis, seperti yang diungkapkan

oleh salah satu responden sebagai berikut:

“Yah.....saya gak tau baca neng, gimana bisa saya tau

tentang spanduk atau informasi yang ditempel itu.

Seberapa banyak pun informasi melalui spanduk yang

diberikan, itu tidak memepengaruhi saya untuk ikut

mengerjakan jalan neng. Kalo saya sih, ada gak ada

spanduk tetep mengerjakan jalan kok” (US, 47 thn)

Selain faktor eksternal berupa kepemimpin desa dan intensitas sosialisasi

kegiatan, tim pendamping kegiatan juga merupakan faktor eksternal yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan di

Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung. Berdasarkan Tabel 13, tingkat

partisipasi responden tinggi karena keaktifan tim pendamping kegiatan dalam

berpartisipasi adalah sebesar 52 %.

Berdasarkan uji Regression pada Tabel 14, Nilai signifikansi pengaruh

keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar

0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

keaktifan tim pendamping kegiatan dengan tingkat partisipasi pada selang

kepercayaan 95 % (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka terima Hipotesis 8,

yaitu bahwa keaktifan tim pendamping kegiatan berhubungan dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan.

Berdasarkan informasi di lapangan, pendamping kegiatan yaitu Pak NN

merupakan anggota masyarakat di Desa Megamendung yang sering menjadi

kepercayaan masyarakat di Desa Megamendung sebagai kader untuk ikut dalam

berbagai program yang pernah dilaksanakan di Desa Megamendung. Tim

pendamping kegiatan ini aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam

mengerjakan perbaikan jalan. Beliaulah yang selalu turun ke lapangan dalam

melihat bagaimana kinerja dan partisipasi masyarakat, mulai dari perencanaan

62

awal hingga pada tahap evaluasi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu

responden sebagai berikut:

“Emang, si Bapak yang suka datang melihat kita kerja

neng. Trus dia juga sering ngajak kita supaya aktif

mengerjakan jalannya. Ya....hampir tiap hari jugalah dia

datang. Kita kan jadi semangat mengerjakannya neng.

Saya bener-bener termotivasi mengerjakan jalannya kalo

si bapak yang ngajakain neng”(AM, 52 thn)

Berdasarkan Tabel 14, faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap

partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM

Mandiri Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah

keaktifan tim pendamping kegiatan dengan koefisien yang paling besar yaitu

5,382. Dalam penelitian ini, kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa tim

pendamping kegiatan sangat mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi, seperti

yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:

“Kalo dari kami sih Neng, yang paling memotivasi untuk

mengerjakan jalan ini yah Pak NN. Terus-terusan datang

untuk ngelihat dan ngajak kita. Jadinya kita semakin

semangat untuk mengerjakannya” (SP, 58 thn)

63

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Prosese kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan

mencakup tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.

Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang 1,5 Km dan lebar 3m di Kampung

Paseban RT 04/05 Desa Megamendung.

Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan

prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung berada pada

tingkat sedang. Apabila dipilah berdasarkan tahapannya maka proses kegiatan

perbaikan prasarana jalan yang telah dilakukan di Kampung Paseban RT 04/05

Desa Megamendung kurang melibatkan masyarakat dalam tahap pengambilan

keputusan dan evaluasinya. Tingkat partisipasi yang sangat rendah pada tahap

pengambilan keputusan terjadi karena banyak masyarakat yang tidak ikut pada

saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan pekerjaan dan tidak punya akses

menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang menghadiri rapat pun kurang

terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan terhadap kegiatan

perbaikan jalan yang dilakukan. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi adalah

rendah, karena banyaknya masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses

evaluasi cukup dilakukan oleh Pak RT dan tokoh-tokoh masyarakat.

Dari beragam faktor internal (usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) dan faktor eksternal

(kepemimpin desa, intensita sosialisasi kegiatan, dan keaktifan tim pendamping

kegiatan). Faktor internal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah usia (nilai

signifikansi sebesar 0,021) dan tingkat pendidikan (nilai signifikansi sebesar

0,010).

Faktor eksternal yang diduga paling mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat dalam mengikuti kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri

Perdesaan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah keaktifan

tim pendamping kegiatan (nilai signifikansi 0,000). Tim pendamping kegiatan

64

selalu turun ke lapangan dan selalu memperhatikan masyarakat Kampung Paseban

dalam mengerjakan perbaikan prasarana jalan tersebut.

Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) dilakukan pada tanggal 16 Maret

2010 di kantor kelurahan Desa Megamendung. Dalam musyawarah tersebut

dilakukan peresmian jalan dan serah terima yang dilakukan oleh tim pelaksana

kegiatan (TPK), kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat kepada pihak

PNPM Mandiri Perdesaan. Selain itu, dibentuk juga tim pemelihara jalan yang

berasal dari masyarakat Kampung Paseban itu sendiri. Saat ini kedaaan jalan

sudah mulai rusak, karena kinerja tim pemelihara jalan yang tidak maksimal,

karena tidak diberi upah.

8.2 Saran

Beberapa hal yang menjadi saran pada kegiatan perbaikan prasarana jalan

di Kampung Paseban RT 04/05 Desa Megamendung adalah sebagai berikut:

1. Apabila tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan

terhadap perancanaan akan ditingkatkan maka pemerintah Desa Megamendung

dan pelaksana PNPM Mandiri Perdesaan harus lebih memperhatikan waktu,

tempat dan metode mengumpulkan aspirasi masyarakat dalam pertemuan yang

akan dilakukan, agar masyarakat yang lebih luas dan beragam dapat

menghadiri kegiatan pertemuan dan aspirasi dari masyarakat dapat tertampung.

2. Karena keragaman masyarakat yang berpartisipasi juga dicerminkan oleh

keterlibatan perempuan, maka sebaiknya perempuan juga dilibatkan dalam

kegiatan perbaikan jalan tersebut, terutama untuk tahap pengambilan keputusan

dan evaluasi, karena perempuan juga memiliki keinginan dan kesempatan yang

sama untuk berpartisipasi.

3. Apabila pelestarian jalan (menikmati hasil) terhadap kegiatan PNPM maka

sebaiknya pihak PNPM Mandiri Perdesaan juga memperhatikan kegiatan

pemeliharaan jalan di Desa Megamendung.

4. Sebaiknya pemerintah Desa Megamendung meminta sumbangan kepada orang

di luar Desa Megamendung yang menggunakan jalan tersebut yang akan

digunakan untuk biaya pemeliharaan jalan.

65

DAFTAR PUSTAKA

Arimbi. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan.

Walhi.Jakarta.

Departemen dalam negeri. 2007. Tim koordinasi PNPM Mandiri Perdesan. Tidak

diterbitkan Jakarta.

Febriana YD. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Sosial

Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan

Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Skripsi. IPB.Bogor.

Hasan H. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi aksara. Jakarta.

Khadiyanto P. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Unit Sekolah

Baru. Semarang. Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Mardikanto T. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press.Surakarta.

Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development).

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

PNPM Mandiri Perdesaaan. 2011. [diunduh tanggal 15 Februari 2011]. Dapat

diunduh dari: http://www.pnpm-perdesaan.or.id

Slamet Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Masyarakat.

Journal Ilmu Dasar. Volume 2 No. 2. 2001. Universitas Jember.

Suliyanto. 1996. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia indonesia.

Purwekerto.

Sunarti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan secara

Kelompok. Jurnal Tata Loka. Semarang: Planologi UNDIP.

Survei Angkatan Kerja Nasional. 2010. [diunduh tanggal 15 Februari 2011].

Dapat diunduh dari: http://www. bps. go. id.

Suryawan AA. 2004. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian dan

Pengembangan Kawasan Alu-alun Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan,

Pendidikan Program Sarjana Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro, Semarang.

Tjokroamidjodjo. 1996. Perencanaan Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta.

66

Uphoff, Norman T, John. Cohen, Athur A. 1979. Goldsmith. Rural Development

comitte (feasibility and aplication of rural development participation – a state- of-

the –art populer). Cornell university.

Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus PT. Isuzu Astra Indonesia Assy Plant

Pondok Ungu). Skripsi. IPB. Bogor.

67

LAMPIRAN

68

Lampiran 1.Jadwal Penelitian dan Skripsi

No Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni

3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Proposal dan

Kolokium

1 Penyusunan draft

proposal

2 Konsultasi

3 Kolokium

Studi Lapang

1 Observasi

lapangan

2 Pengumpulan data

primer

3 Pengumpulan data

sekunder

4 Analisis data

Penulisan Skripsi

1 Analisis lanjutan

2 Penyusunan draft

skripsi

3 Konsultasi draft

skripsi

Ujian Skripsi

1 Ujian

2 Perbaikan skripsi

69

Lampiran 2. Peta Sosial Desa Megamendung

70

Lampiran 3 Sketsa Perbaikan Jalan di Kampung Paseban RT 04/05 Desa

Megamendung

71

Lampiran 4. Berita acara Musyawarah Desa serah terima (MDST)

72

73

Lampiran 5. Kerangka Sampling Desa Megamendung pada RT 04/05

Kampung Paseban

No Nama Alamat

1 EN Paseban, Desa Megamendung

2 MM Paseban, Desa Megamendung

3 Edi Paseban, Desa Megamendung

4 KN Paseban, Desa Megamendung

5 AS Paseban, Desa Megamendung

6 OC Paseban, Desa Megamendung

7 UY Paseban, Desa Megamendung

8 AN Paseban, Desa Megamendung

9 Dd Paseban, Desa Megamendung

10 AP Paseban, Desa Megamendung

11 KN Paseban, Desa Megamendung

12 AG Paseban, Desa Megamendung

13 AE Paseban, Desa Megamendung

14 KM Paseban, Desa Megamendung

15 RH Paseban, Desa Megamendung

16 OG Paseban, Desa Megamendung

17 JR Paseban, Desa Megamendung

18 OE Paseban, Desa Megamendung

19 A L Paseban, Desa Megamendung

20 DT Paseban, Desa Megamendung

21 ND Paseban, Desa Megamendung

22 HR Paseban, Desa Megamendung

23 AJ Paseban, Desa Megamendung

24 HM Paseban, Desa Megamendung

25 PR Paseban, Desa Megamendung

26 IM Paseban, Desa Megamendung

27 MM Paseban, Desa Megamendung

28 AU Paseban, Desa Megamendung

29 ADY Paseban, Desa Megamendung

30 DN Paseban, Desa Megamendung

31 ES Paseban, Desa Megamendung

32 SN Paseban, Desa Megamendung

33 AC Paseban, Desa Megamendung

34 JDI Paseban, Desa Megamendung

35 AO Paseban, Desa Megamendung

36 SP Paseban, Desa Megamendung

37 AU Paseban, Desa Megamendung

38 YD Paseban, Desa Megamendung

39 AL Paseban, Desa Megamendung

40 AI Paseban, Desa Megamendung

41 KM Paseban, Desa Megamendung

42 AS Paseban, Desa Megamendung

43 AG Paseban, Desa Megamendung

74

44 ED Paseban, Desa Megamendung

45 UM Paseban, Desa Megamendung

46 UG Paseban, Desa Megamendung

47 PM Paseban, Desa Megamendung

48 ADI Paseban, Desa Megamendung

49 US Paseban, Desa Megamendung

50 SRY Paseban, Desa Megamendung

51 AI Paseban, Desa Megamendung

52 RY Paseban, Desa Megamendung

53 AB Paseban, Desa Megamendung

54 RT Paseban, Desa Megamendung

55 MI Paseban, Desa Megamendung

56 DY Paseban, Desa Megamendung

57 AAD Paseban, Desa Megamendung

58 ALM Paseban, Desa Megamendung

59 SL Paseban, Desa Megamendung

60 AR Paseban, Desa Megamendung

61 WD Paseban, Desa Megamendung

62 JP Paseban, Desa Megamendung

63 HE Paseban, Desa Megamendung

64 EK Paseban, Desa Megamendung

65 RN Paseban, Desa Megamendung

66 HR Paseban, Desa Megamendung

67 DN Paseban, Desa Megamendung

68 SL Paseban, Desa Megamendung

69 JJ Paseban, Desa Megamendung

70 RT Paseban, Desa Megamendung

75

Lampiran 6. Hasil Uji Pearson Correlation dengan SPSS

1. Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan

Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

Usia Partisipasi

Usia Pearson Correlation 1 ,316(*)

Sigmemiliki (1-tailed) ,021

N 42 42

Partisipasi Pearson Correlation ,316(*) 1

Sigmemiliki (1-tailed) ,021

N 42 42

* Correlation is significant at the 0memiliki05 level (1-tailed)memiliki

2. Hubungan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan

Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

Pendapatan Partisipasi

Pendapatan Pearson Correlation 1 -,091

Sigmemiliki (1-tailed) ,283

N 42 42

Partisipasi Pearson Correlation -,091 1

Sigmemiliki (1-tailed) ,283

N 42 42

3. Hubungan Jumlah Tnggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

Tanggungan Partisipasi

Tanggungan Pearson Correlation 1 -,014

Sigmemiliki (1-tailed) ,464

N 42 42

Partisipasi Pearson Correlation -,014 1

Sigmemiliki (1-tailed) ,464

N 42 42

76

Lampiran 7. Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS

1. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

Value df

Asympmemiliki

Sigmemiliki (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,531(a) 16 ,890

Likelihood Ratio 11,594 16 ,771

Linear-by-Linear

Association 1,154 1 ,283

N of Valid Cases 42

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan

Value df

Asympmemiliki

Sigmemiliki (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,531(a) 16 ,890

Likelihood Ratio 11,594 16 ,771

Linear-by-Linear

Association 1,154 1 ,283

N of Valid Cases 42

77

Lampiran 8. Hasil Uji Regression dengan SPSS

Coefficientsa

25.499 1.905 13.387 .000

3.444 1.256 .285 2.742 .009

.442 .894 .038 .494 .624

5.382 .819 .674 6.574 .000

(Constant)

A

B

C

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Signif icance

Dependent Variable: PARTISIPa.

78

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Keadaan jalan di kampung paseban sebelum diperbaiki

Kedaan jalan setelah di lakukan perbaikan

79

Keadaan jalan yang mulai rusak karena tidak dipelihara

Kantor Kelurahan Desa Megamendung

80

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

No : Tanggal :

KUESIONER PENELITIAN

Responden Yth,

Saya LISBET JUWITA GIRSANG, mahasiswa Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogormemiliki Saat ini saya

sedang melakukan penelitian mengenai Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Perbaikan Prasarana Jalan

(Kasus PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor)memiliki

Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang sedang saya

selesaikanmemiliki Demi tercapainya hasil penelitian ini, dimohon kesediaan

Anda untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara lengkap dan

benarmemiliki

Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuesioner ini bersifat rahasia

dan dipergunakan hanya untuk kepentingan akademismemiliki Tidak ada

jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner inimemiliki Atas

kerjasamanya, saya ucapkan terima kasihmemiliki

Berilah tanda silang (X) pada item yang tersedia sesuai dengan jawaban

Andamemiliki Pilih cukup satu jawaban saja, kecuali ada petunjuk

khususmemiliki

Nama :

NoTelp/Hp :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

1. Usia Anda saat ini

a. < 30 tahun

b. 30-50 tahun

c. > 50 tahun

2. Tingkat pendidikan terakhir Anda:

a. SD

b. SLTP/SMP

c. SLTA/SMA/SMK

d. Strata 1 (S1)

Faktor Internal

81

3 Perkiraan pendapatan Anda per bulan:

a Rp 200.001- Rp 400.000

b Rp 400.001- Rp 600.000

c Rp 600.001- Rp 800.000

d Rp 800.001- Rp 1.000.000

4. Jumlah tanggungan keluarga adalah:

a. 0-2 orang

b. 3-4 orang

c. > 4 orang

Beri tanda checlist (√) pernyataan di bawah ini sesuai dengan pilihan Anda, yang

menunjukkan keadaan yang sebenarnya !

A. Pengambilan keputusan Kegiatan Perbaikan Sarana dan Prasarana

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang

Tidak

Pernah

1 Saya ikut dalam rapat kegiatan

yang dilakukan di Desamemiliki

2

Saya memiliki peran (sekretaris,

moderator, notulen, lainnya) pada

saat rapat kegiatanmemiliki

Saya ikut memberi masukan

tentang aturan-aturan yang akan

dilakukan pada saat rapatmemiliki

3

Saya terlibat dalam

megidentifikasi permasalahan

yang ada di Desa Megamendung

4

Saya memberi masukan mengenai

kegiatan-kegiatan sarana dan

prasarana apa yang akan

dilakukan di Desa Megamendung

5

Saya ikut dalam menyusun jadwal

kegiatan yang akan

dilaksanankanmemiliki

6

Saya ikut dalam mengidentifikasi

mengenai hambatan-hambatan

yang kemungkinan akan muncul

dalam kegaiatan sarana dan

prasaranamemiliki

7

Saya ikut menentukan siapa yang

mengelola dana kegiatan sarana

dan prasarana di Desa

Megamendung

8

Saya ikut menetukan siapa yang

menjadi pengurus dalam Kegiatan

sarana dan prasarana di Desa

Megamendung

Tingkat Partisipasi

82

B. Pelaksanaan

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang

Tidak

Pernah

1 Saya ikut dalam survei lokasi

dilapanganmemiliki

2

saya hadir dalam pelaksanaan

perbaikan sarana dan

prasaranamemiliki

3

Saya ikut dalam memperbaikai

patok ukur dan persiapan

lahanmemiliki

4

Saya ikut mengerjakan kegiatan

perbaikan sarana dan

prasaranamemiliki

3. Menikmati Hasil

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang

Tidak

Pernah

1

Saya ikut dalam memanfaatkan

sarana d an prasarana yang telah

dibangunmemiliki

2

Saya ikut dalam memelihara

sarana dan prasarana yang telah

dibangunmemiliki

3

saya merasakan manfaat yang

cukup besar dengan adanya

sarana dan prasarana yang telah

dibangunmemiliki

4. Evaluasi

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-

kadang Jarang

Tidak

Pernah

1

Saya ikut serta dalam proses

evaluasi kegiatan perbaikan

sarana dan prasarana bersama

pihak fasilitator

kecamatanmemiliki

2

Saya ikut dalam pembuatan

laporan lisan tentang kegiatan

perbaikan sarana dan

prasaranamemiliki

3

saya ikut dalam pembuatan

laporan secara tertulis tentang

kegiatan perbaikan sarana dan

prasaranamemiliki

83

Lampiran 11 Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung

Informan: Masyarakat Desa

Nama dan Umur :

Jabatan :

Hari/Tanggal Wawancara :

Lokasi Wawancara :

1. Apakah Anda mengetahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan di

Kampung Paseban?

2. Apa yang Anda ketahui tentang kegiatan perbaikan prasarana jalan?

3. Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

megamendung? Jelaskan!

4. Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung? Jelaskan!

5. Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung? Jelaskan!

6. Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut?

7. Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan

perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut?

8. Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di

Desa Megamendung?

9. Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan?

10. Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut?

11. Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM

Mandiri Perdesaan?

12. Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik?

13. Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung?

84

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Perbaikan Prasarana Jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung

Informan: PNPM Mandiri Perdesaan dan Aparat Desa

Nama dan Umur :

Jabatan :

Hari/Tanggal Wawancara :

Lokasi Wawancara :

1. Bagaimana kegiatan perbaikan prasarana PNPM Mandiri Perdesaan di

lakukan di Desa Megamendung?

2. Bagaimana proses perencanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

megamendung? Jelaskan!

3. Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung? Jelaskan!

4. Bagaiamana proses evaluasi kegiatan perbaikan prasarana jalan di Desa

Megamendung? Jelaskan!

5. Siapa saja yang menikmati hasil kegiatan perbaikan prasarana jalan tersebut?

6. Apakah pemimpin desa selalu mengajak Bapak/ibu untuk ikut dalam kegiatan

perbaikan/ pembangunan sarana dan prasarana tersebut?

7. Apakah sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tersebut sering dilakukan di

Desa Megamendung?

8. Bagaimana proses sosialisasi itu dilakukan?

9. Siapa saja yang terlibat dalam sosialisasi PNPM Mandiri perdesaan tersebut?

10. Siapa saja yang menjadi tim pendamping dalam perbaikan jalan PNPM

Mandiri Perdesaan?

11. Apakah tim pendamping tersebut melakukan tugasnya dengan baik?

12. Siapa saja tim pendamping PNPM Mandiri Perdesaan di Desa

Megamendung?

13. Bagaimana keadaan jalan tersebut sekarang?