Post on 06-Feb-2018
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
ii
THE EVALUATION OF THE UTILIZING ANTIBIOTIC AT TYPHOID
FEVER PATIENTS OF CHILDREN IN NURTURING INSTALLAION OF
DR. AGOESDJAM PUBLIC HOSPITAL IN PERIOD JUNE 2008 – JUNE 2009
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm.)
In Faculty of Pharmacy
By:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2010
iii
Persetujuan Skripsi
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
Oleh :
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Mulyono, Apt. tanggal 18 Mei 2010
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saat itu……….
Masa yang sepertinya berulang namun berbeda
Berada dalam kelas dengan materi kuliah yang aku anggap baru
Tetapi aku merasa inilah saat pemenuhan janji atas kasih-Nya
yang aku rasa tak pernah kunjung datang
Perkataan-Nya bagai serasa nyata, ketika seorang dosen cantik
berdiri di depan kelas dengan semangat menyala
bertutur sebagai penutup akhir kuliah…………
“ Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang” (Ams 17 : 22)
Karena ketika ‘tulang itu terasa kering’ dan semangat itu lenyap
Dia tetap mampu dan sanggup berbuat sesuatu untukku
‘hati yang gembira’ ketika aku tahu
‘Aku mampu melakukan banyak hal’
Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk : Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal, Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku, Bapak dan ibuku tersayang yang tak pernah berhenti memberikan semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian dan doanya, Those who I cherish deeply in my heart, RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang & my future patients, All my lovely friends & Almamaterku
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni
2008 – Juni 2009” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya
skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran
dan waktunya.
2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
arahan, saran dan bimbingannya selama ini.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik,
saran dan waktunya.
vii
5. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak.
6. Bapak drg. Joko Hartono selaku Direktur RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
yang telah berkenan memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada
penulis selama penelitian.
7. Staff Rekam Medis RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang terutama Pak Iwan, Bu
Jus, Pak Jack dan Bang Berli, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya
selama penulis melakukan pengambilan data penelitian.
8. Staff Jamkesnas dan Jamkesda RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
9. Bapak Yohanes Djadjah, B.A. dan ibu Chatarina Mudjiati, orang tua penulis
tercinta; atas semua doa, cinta, perhatian, motivasi dan dukungannya selama ini
yang telah mampu memberi suatu kebahagiaan, warna serta inspirasi.
10. Kakak-kakak penulis : dr. Emanuel Budhi Hartoko, M.Sc., Sp.PD, dr. Margaretha
Indah Wijilestari, MPH, Citra Dewi Mariana, S.T. dan Yakobus Agus Wiyono,
S.T. atas doa, cinta, saran, dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan
selama ini.
11. Adek dan keponakkan penulis : Blasius Panut Nusanjaya, Yulius Pandu
Nusanjaya dan Sonia Kartika Budhi Lestari yang telah memberikan doa dan
lelucon kecil yang menjadi motivasi tersendiri.
viii
12. Keluarga Besar Komunitas Sant’ Egidio terutama teman-teman komunitas induk
Roma, Yogyakarta, Padang dan Jakarta atas doa, cinta, pengalaman iman,
kebersamaan pelayanan dan dukungan yang besar kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi.
13. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat Yogyakarta dan
Bujang Dare Kayong Yogyakarta atas doa, dukungan, kebersamaan dan
pengalaman dalam berorganisasi, seni dan budaya yang menjadi motivasi penulis
selama ini.
14. Keluarga Besar Asrama Mahasiswi Syantikara khususnya Sr. Benedict selaku
kepala asrama, teman-teman Unit 5 (Mbak Lusi, Mbak Deta, † Mbak Ningnong,
Mbak Iin, Bina, Ikke, Trisna, Weny, Maya, Cocon, Yuni dan Nora), dan teman-
teman Unit Paviliun (Didi, Kak Vina, Weny, Ophy dan Tasya) atas kebersamaan
telah kita alami.
15. Teman-teman Lektor dan Team Persembahan Sendratari Malam Natal 2009
Kapel Maria Bintang Samudra yang telah memberikan doa dan dukungan serta
kisah yang tidak akan pernah terlupakan.
16. Teman-Teman KKN Angkatan XXXVII Kelompok 22, Dukuh Caben (Deta,
Diah, Sophie, Andre, Yaya, Ditya, Datia, Jimmy dan Yoyok) atas dukungan
selama persiapan dan penulisan skripsi ini.
17. Sahabat-sahabat penulis terutama Kaka, Deta dan Hesti untuk kisah yang telah
dilalui bersama.
ix
x
18. Teman-teman Angkatan 2005 terutama Kelas B dan FKK 2005 Fakultas Farmasi
Sanata Dharma Yogyakarta atas cerita suka duka yang telah kita alami bersama.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikkan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
Emilda Putri Pratiwi
xi
INTISARI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri enterik Gram (-) yaitu Salmonella typhi. Gejala – gejala dari demam tifoid antara lain seperti demam, nyeri kepala, nyeri perut, muntah dan mual. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang terutama pada anak usia sekolah dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada penderita demam tifoid khususnya pasien anak selama rawat inap di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data dan evaluasi, dengan instrument penelitian berupa lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan karakteristik demografi pasien, outcome terapi, golongan dan jenis antibiotika, dan analisis drug related problems (DRPs) penggunaan antibiotika selama rawat inap.
Hasil yang diperoleh adalah 40 kasus. Persentase berdasarkan karakteristik demografi pasien yaitu distribusi jenis kelamin laki-laki (55%) dan perempuan (45%); distribusi umur ≤ 1 tahun (5%), 1-5 tahun (17%), dan > 5-12 tahun (78%); distribusi diagnosa penyakit demam tifoid tanpa penyakit lain (25%) dan diagnosa penyakit demam tifoid dengan penyakit lain (75%). Penggunaan antibiotika selama rawat inap yaitu golongan sefalosporin generasi I (2,9%), golongan sefalosporin generasi III (31,9%) dan golongan kloramfenikol (65,2%). Outcome terapi pasien, lama rawat inap terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%), keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 39 kasus (97%) keluar rumah sakit dengan keadaan membaik dan sebanyak 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh. Identifikasi DRPs penggunaan antibiotika diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 4 dalam kasus dosis kurang (10%), 2 dalam kasus dosis berlebih (5%) dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan (5%). Kata kunci : demam tifoid, antibiotika, drug related problems (DRPs)
xii
ABSTRACT
Typhoid fever is a kind of infection disease caused by enteric bacteria Gram (-) called Salmonella typhi. Typhoid fevers indicate are fever, pain in the head and stomach, vomiting, and make people feel queasy. It is a kind of endemic spreading disease that infected a lot of people especially to the children in the school age. It is a healthy problem that happens in tropical area especially in the developing nations. The aim of this research is to evaluate the use of antibiotic that is given to the children who get the fever during nurturing at DR. AGOESDJAM public hospital period June 2008 to June 2009.
This research is a non-experimental research, and done with the evaluative descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of this research are planning, analysis of the situation, collecting data and evaluating, the instrument of this research is medical record of the patients. The data are take and analysis based on the patients’ demographic characteristic, therapy outcome, the kind and the classification of antibiotic and the analysis of drug related problems (DRPs) about the use of antibiotic while being nurturing in the hospital.
The research results 40 cases. Percentage of the patients’ demographic characteristic that boys distribution (55%) and girls distribution (45%); age distribution ≤ 1 year (5%), 1 to 5 year (17%) and > 5 to 12 year (78%); distribution of typhoid fever diagnose without other diseases (25%) and the distribution of typhoid fever diagnose with other diseases (75%). The use of antibiotic while being nurturing in the hospital are first generation of cephalosporin (2.9%), third generation of cephalosporin (31.9%) and chloramphenicol (65.2%). Patients’ therapy outcome, the most duration nurturing in nurturing period 1 to 3 days (52.5%), there are 39 cases (97%) where patients leave the hospital in better condition and meanwhile there is 1 case (3%) where patient recover from the disease. There are 3 types case of identified by DRPs in using antibiotic, 4 cases of dosage too low (10%), 2 cases of dosage too high (5%) and 2 cases of adverse drug reaction (5%). Key words : typhoid fever, antibiotic, drug related problems (DRPs)
xiii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PAGE TITLE .................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
PRAKATA ...................................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... xi
INTISARI ....................................................................................................... xii
ABSTRACT ...................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xxviii
BAB I. PENGANTAR .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
xiv
1. Permasalahan ................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3
3. Manfaat penelitian ......................................................................... 4
a. Manfaat teoritis ......................................................................... 4
b. Manfaat praktis ......................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1. Tujuan umum ................................................................................. 5
2. Tujuan khusus ................................................................................ 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................ 7
A. Demam Tifoid ................................................................................... 7
1. Epidemiologi ................................................................................. 7
2. Etiologi .......................................................................................... 7
3. Patogonesis .................................................................................... 8
4. Komplikasi .................................................................................... 8
a. Komplikasi intestinal ................................................................ 9
b. Komplikasi ekstra – intestinal ................................................... 9
5. Manifestasi klinik .......................................................................... 10
xv
a. Neonatus .................................................................................... 10
b. Balita ......................................................................................... 11
c. Anak usia sekolah ..................................................................... 11
6. Pencegahan .................................................................................... 12
7. Prognosis ....................................................................................... 12
8. Diagnosis ....................................................................................... 13
9. Penatalaksanaan terapi ................................................................... 14
a. Outcome .................................................................................... 14
b. Sasaran dan tujuan terapi .......................................................... 14
c. Strategi terapi ............................................................................ 14
B. Pengobatan pada Anak ...................................................................... 17
C. Antibiotika ........................................................................................ 18
D. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................ 19
E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan) ...... 21
1. Subjective Data (data subyektif) ................................................... 21
2. Objective Data (data obyektif) ...................................................... 22
3. Assessment ..................................................................................... 22
xvi
4. Plan ................................................................................................ 23
F. Lama Rawat Inap ............................................................................... 23
G. Keterangan Empiris ........................................................................... 23
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 24
B. Definisi Operasional .......................................................................... 24
C. Subyek Uji ......................................................................................... 27
D. Bahan Penelitian ............................................................................... 27
E. Lokasi Penelitian ............................................................................... 27
F. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 28
1. Persiapan ........................................................................................ 28
2. Pengumpulan data ......................................................................... 28
a. Penelusuran data ........................................................................ 28
b. Pengambilan data ...................................................................... 29
3. Penyelesaian data ........................................................................... 29
a. Pengolahan data ........................................................................ 29
b. Evaluasi data ............................................................................. 30
xvii
4. Analisis hasil data .......................................................................... 30
G. Kesulitan Penelitian .......................................................................... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32
A. Karakteristik Demografi Pasien ........................................................ 33
1. Distribusi jenis kelamin ................................................................. 33
2. Distribusi umur .............................................................................. 34
3. Distribusi diagnosa penyakit ......................................................... 36
B. Profil Penggunaan Obat .................................................................... 37
1. Obat sistem gastrointestinal ........................................................... 38
2. Obat sistem pernafasan .................................................................. 38
3. Obat sistem saraf pusat .................................................................. 38
4. Hormon .......................................................................................... 39
5. Antiinfeksi ..................................................................................... 39
6. Vitamin dan mineral ...................................................................... 40
7. Nutrisi ............................................................................................ 40
8. Larutan intravena dan steril lain .................................................... 40
C. Profil Penggunaan Antibiotika .......................................................... 40
xviii
xix
1. Golongan dan jenis antibiotika ...................................................... 40
2. Cara pemberian antibiotika ............................................................ 43
D. Outcome Terapi ................................................................................. 43
1. Lama Rawat Inap ........................................................................... 43
2. Keadaan pasien keluar ................................................................... 44
E. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................ 45
1. Dosis kurang .................................................................................. 46
2. Dosis berlebih ................................................................................ 47
3. Efek obat yang tidak diinginkan .................................................... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 50
A. Kesimpulan ....................................................................................... 50
B. Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................... 56
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 141
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel I Gejala – gejala Umum Penyakit Demam Tifoid ………….. 10
Tabel II Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya Drug Related Problems (DRPs) Menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) ………………... 20
Tabel III Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 37
Tabel IV Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………………… 41
Tabel V Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………………… 42
Tabel VI Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 46
Tabel VII Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 47
Tabel VIII Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 48
xx
Tabel IX Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 49
Tabel X Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 56
Tabel XI Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 58
Tabel XII Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 60
Tabel XIII Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 62
Tabel XIV Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 64
Tabel XV Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 66
Tabel XVI Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 68
Tabel XVII Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 70
Tabel XVIII Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxi
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 72
Tabel XIX Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 74
Tabel XX Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 76
Tabel XXI Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 78
Tabel XXII Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 80
Tabel XXIII Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 82
Tabel XXIV Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 84
Tabel XXV Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 86
Tabel XXVI Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 88
Tabel XXVII Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 90
Tabel XXVIII Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxii
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 92
Tabel XXIX Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 94
Tabel XXX Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 96
Tabel XXXI Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 98
Tabel XXXII Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 100
Tabel XXXIII Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 102
Tabel XXXIV Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 104
Tabel XXXV Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 106
Tabel XXXVI Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 108
Tabel XXXVII Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 110
Tabel XXXVIII Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxiii
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 112
Tabel XXXIX Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 114
Tabel XL Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 116
Tabel XLI Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 118
Tabel XLII Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 120
Tabel XLIII Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 122
Tabel XLIV Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 124
Tabel XLV Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 126
Tabel XLVI Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 128
Tabel XLVII Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 130
Tabel XLVIII Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxiv
xxv
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 132
Tabel XLIX Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 134
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1 Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………………………………………......... 33
Gambar 2 Distribusi Umur Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………………………………………......... 35
Gambar 3 Distribusi Diagnosa Penyakit pada Kelamin pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………………………………………......... 36
Gambar 4 Lama Perawatan Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
xxvi
xxvii
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………… 44
Gambar 5 Keadaan Pasien Anak Penderita Demam Tifoid
Keluar di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Berdasarkan
Outcame ……………………………………………….. 45
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1 Analisis SOAP ………………………………………... 57
Lampiran 2 Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama
Rawat Inap ……………………………………………. 137
Lampiran 3 Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang ………………… 141
xxviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber
air, dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengelohan makanan yang
masih rendah (Widoyono, 2008).
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Di negara berkembang kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis yang
sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di
Indonesia ditemukan 900.000 kasus demam tifoid dengan lebih dari 20.000 kasus
yang meninggal per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan
antara 3-19 tahun pada 91% kasus dan angka kejadian dengan kultur darah positif
demam tifoid sekitar 1026/100.000 per tahun (Anonim, 2003).
1
2
Penularan penyakit ini terjadi melalui saluran cerna dengan tertelannya
bakteri Salmonella typhi, kemudian bakteri berkolonisasi dan menembus epitel dan
menginfeksi folikel limfoid di usus halus (Peyeri Patches). Patogenitas tergantung
pada faktor jumlah kuman, keasaman lambung, dan virulensi dengan menyebarnya
bakteri melalui duktus torasikus ke sirkulasi sistemik (Chen dan Pohan, 2008).
Bahaya yang ditimbulkan dari penyakit ini dapat berupa perdarahan
akibat luka pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian pada penderita.
Maka untuk mencegah kejadian yang berbahaya akibat penyakit tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan tepat (Musnelina, Afdhal,
Gani, Andayani, 2004).
Pemilihan obat antibiotika atau obat alternatif lainnya oleh tenaga medis
merupakan basis terakhir dari mata rantai distribusi obat yang legal di masyarakat dan
merupakan pilihan terapi pada sebagian besar penyakit demam tifoid. Adanya
penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi pada pasien
terhadap salah satu atau lebih jenis antibiotika, yang sekarang dikenal dengan multi
drug resistance (MDR) Salmonella typhi. Penyebab terjadinya MDR Salmonella typhi
berkaitan dengan kasus drug related problems (DRPs) seperti pemakaian antibiotika
yang berlebih, penggunaan antibiotika yang salah dan pemberian antibiotika yang
kurang tepat (Hadinegoro, 1999).
Karena pentingnya terapi terutama pada ketepatan pemilihan obat
khususnya antibiotika pada anak–anak, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak
3
penderita demam tifoid. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari rekam
medik periode Juni 2008 – Juni 2009 di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang.
1. Permasalahan
a. Bagaimana karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009?
b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
c. Bagaimana outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009?
d. Jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang teridentifikasi pada
penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan studi pustaka penulis, penelitian tentang Evaluasi
Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
belum pernah dilakukan. Penelitian serupa mengenai demam tifoid pada anak yang
pernah dilakukan yaitu :
4
a) Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000 – Desember
2001 oleh Triana (2003) dengan pendekatan dari segi karakteristik pasien
berdasarkan jenis kelamin dan umur, jumlah obat, golongan dan jenis obat,
bentuk sediaan obat dan cara pemberian obat, efek samping obat, interaksi
obat, ketepatan indikasi dan lama perawatan.
b) Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008 oleh
Sari (2009). Penelitian kasus demam tifoid ini dilakukan untuk mengevaluasi
pengobatan yang digunakan selama perawatan dengan pendekatan evaluasi
menggunakan DTP.
c) Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002 oleh Musnelina, Afdhal, Gani, dan
Andayani (2004). Pada penelitian ini untuk melihat bagaimana pola
pemberian antibiotika dan alternatif antibiotika yang menjanjikan pada
pengobatan demam tifoid anak digunakan seluruh pasien demam tifoid anak
di instalasi rawat inap dengan periode yang telah ditentukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran evaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni
2009.
5
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dalam penerapan pelayanan kefarmasian
khususnya pada upaya peningkatan kualitas peresepan untuk terapi pengobatan
antibiotika pasien anak penderita demam tifoid.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Intalasi Rawat Inap RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009.
b. Mengetahui pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
c. Mengetahui outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009.
6
d. Mengetahui jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang
teridentifikasi pada penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular
endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah
kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara berkembang (Musnelina,
Afdhal, Gani, Andayani, 2004).
1. Epidemiologi
Demam tifoid tersebar hampir di semua negara. Seperti penyakit menular
lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari
lokasi, kondisi lingkungan setempat dan perilaku masyarakat (Widoyono, 2008).
2. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi yang merupakan
bakteri Gram (-), tidak berkapsul, mempunyai flagela dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,
yaitu antigen O (somatik), antigen H (flagela) dan antigen K (selaput) (Widoyono,
2008).
7
8
Salmonella mati dengan pemanasan sampai 54,4ºC selama 1 jam atau
60ºC selama 15 menit. Bakteri ini dapat hidup pada suhu kering atau suhu rendah
selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup berminggu-minggu dalam sampah,
serta bahan makanan kering (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
3. Patogenesis
Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang
hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, bakteri
menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial,
dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi ini bersarang di
plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial (Mansjoer,
Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999).
Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada
jaringan tempat bakteri tersebut berkembang biak. Endotoksin yang dilepaskan oleh
lekosit akan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen sehingga terjadi demam
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan,1999).
4. Komplikasi
Pada demam tifoid, komplikasi dapat dibagi dalam :
9
a. Komplikasi intestinal :
1) perdarahan usus
2) perforasi usus
3) ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra-intestinal:
1) Komplikasi kardiovaskuler, meliputi kegagalan perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah, meliputi anemia hemolitik, trombositopenia dan
atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru, meliputi pneumonia, empiema dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung empedu, meliputi hepatitis dan
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal, meliputi glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
6) Komplikasi tulang, meliputi osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik, meliputi delirium, meningismus,
meningitis, polyneuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.
(Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996)
10
5. Manifestasi klinik
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-14 hari tetapi dapat pula berkisar
antara 3-30 hari (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
Tabel I. Gejala-gejala Umum Penyakit Demam Tifoid
Dalam minggu pertama Dalam minggu kedua
Keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya,
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan
fisik hanya didapatkan peningkatan suhu
badan.
Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardi relatif, lidah tifoid
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah,
dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan kesadaran dan
mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis dan roseolae
(namun jarang ditemukan pada orang
Indonesia).
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999)
Manifestasi klinis demam enterik ini dapat ditinjau dari umur, yaitu
antara lain :
a. Neonatus
Gejala-gejala yang sering terjadi yaitu muntah, diare dan kembung. Suhu
badan dapat mencapai 40,5 C (105 F), selain itu dapat terjadi kejang-kejang,
hepatomegali, anoreksia dan kehilangan berat badan. Di samping itu pula dapat
11
menyebabkan aborsi dan persalinan prematur, demam tifoid dapat juga ditularkan
selama kehamilan (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
b. Balita
Demam tifoid enterik relatif jarang terjadi pada kelompok ini. Pada awal
penyakit dapat terjadi sepsis yang sangat ringan sehingga sukar didiagnosis
(Ashkenazi dan Thomas, 1999).
c. Anak usia sekolah
Gejala awal dimulai dengan demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri
kepala dan nyeri perut selama 2-3 hari. Pada awal perjalanan penyakit terjadi diare,
konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Jarang terjadi gejala mual
dan muntah serta memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu
kedua dan ketiga. Pada beberapa anak dapat terjadi batuk, epistaksis dan kelesuan
berat. Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi menetap dan tinggi dalam 1
minggu, suhu badan sering mencapai 40 C (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
Selama minggu kedua penyakit, demam bertahan tinggi, malaise,
anoreksia, batuk dan gejala-gejala perut bertambah parah. Penderita tampak sangat
sakit, bingung, lesu, kadang mengigau dan pingsan. Tanda-tanda fisik meliputi
bradikardi, hepatomegali, splenomegali dan perut kembung. Apabila tidak terjadi
komplikasi, gejala dan tanda fisik sedikit demi sedikit sembuh dalam 2-4 minggu,
tetapi malaise dan kelesuan dapat menetap selama 1-2 bulan. Penderita mungkin
menjadi kurus pada akhir penyakit (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
12
6. Pencegahan
Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara
penularan dan faktor risikonya. Pada negara endemis seperti Indonesia, faktor
resikonya antara lain makan makanan yang tidak terjamin kebersihannya, minum air
yang terkontaminasi, kontak dengan penderita demam tifoid, sanitasi perumahan yang
buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat
(Anonim, 2008).
Salmonella typhi dapat menular melalui jalur oro-fekal, di mana kuman ini
masuk melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses yang
mengandung Salmonella typhi. Maka kebersihan makanan dan minuman sangat
penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan
memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu
dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik
dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2008).
Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, saat ini juga tersedia
vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara
oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular
(disuntikan ke dalam otot) (Anonim, 2008).
7. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella typhi, serta cepat dan tepatnya
pengobatan (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
13
Di negara maju dengan terapi antibiotika yang tepat, angka mortalitas di bawah 1%
dan di negara yang sedang berkembang angka mortalitas lebih tinggi dari 10%
(Ashkenazi dan Thomas, 1999). Kejadian mortalitas demam tifoid pada anak lebih
rendah apabila dibandingkan dengan dewasa, di mana angka mortalitas pada anak-
anak hanya 2,6% dan pada orang dewasa 7,4% (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati,
Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
8. Diagnosis
Diagnosis demam tifoid ditegakan atas dasar riwayat penyakit, gambaran
klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan leukosit, SGOT dan
SGPT, biakan darah dan Uji Widal. Penegakkan diagnosis demam tifoid secara pasti
dapat dilakukan apabila ditemukan Salmonella typhi dalam darah, sumsum tulang,
tinja atau urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
Peningkatan titer Uji Widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan
diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O yaitu 1 : 320
atau titer antibodi H yaitu 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien
dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien Uji Widal tetap negatif
pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif (Mansjoer, Triyanti, Savitri,
Wardhani, Setiowulan, 1999).
14
9. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
Outcome terapi kasus penyakit demam tifoid adalah mengurangi gejala
dan komplikasi.
b. Sasaran dan tujuan terapi
1) Menurunkan jumlah bakteri Salmonella typhi yang terdapat di tempat
infeksi dengan tujuan memberikan terapi kausatif.
2) Menurunkan suhu badan ke kondisi normal yaitu 36-37 C dengan tujuan
memberikan terapi simptomatis.
3) Mengurangi gejala klinik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
sebagai pengobatan simptomatis.
4) Mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula yaitu kondisi tubuh yang
sehat dengan tujuan memberikan terapi suportif.
c. Strategi terapi
Penderita demam tifoid dengan gejala klinik sebaiknya dirawat di rumah
sakit dengan harapan dapat mengoptimalkan terapi termasuk meminimalkan
komplikasi dan mencegah pencemaran atau kontaminasi. Terapi demam tifoid terdiri
dari :
1) Terapi non-farmakologi
a) Istirahat. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah
15
untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo,
Setiawan, Zahir, 1996).
b) Perawatan profesional. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia, hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan,
Zahir, 1996).
c) Nutrisi. Pasien harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada pasien sakit
berat, ada komplikasi dan penurunan kesadaran serta sulit makan. Cairan
harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Selain itu pasien
diharapkan diet dengan kandungan kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan
usus atau perforasi usus. Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya
diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa
(Hadinegoro, 2008).
16
2) Terapi farmakologi
a) Terapi simptomatis
Terapi simptomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik untuk
kenyamanan penderita terutama untuk anak dan antiemetik jika penderita
muntah (Hadinegoro, 2008).
b) Terapi antibiotika
Terapi antibiotika kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada
pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 50-75
mg/kg BB/hari dapat diberikan setiap 6-8 jam untuk pemberian secara
p.o./i.v. (maksimal 4 g/hari) (Gennrich dan Chan, 2004). Ampisilin
memberikan respon perbaikan klinis yang kurang apabila dibandingkan
dengan kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 4 kali pemberian secara intravena. Amoksilin dengan dosis
100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian per oral. Kombinasi
trimethoprim sulfametaksazol (TMP-SMZ) dengan dosis yang dianjurkan
adalah TMP 10 mg/kg/hari atau SMZ 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2
dosis (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, Satari, 2008). Pemberian
sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson 50-75 mg/kg BB/hari
dalam 1 atau 2 dosis (2-4 gram/hari untuk dosis dewasa) atau sefotaksim
40-80 mg/kg BB/hari dalam 2-3 dosis untuk pemberian secara i.v.
(Anonim, 2003). Cefadroxil dengan pemberian dosis secara p.o. sebesar
17
30 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis (maksimal 2 g/hari) (Gennrich dan Chan,
2004). Thiamphenicol dengan dosis 30-100 mg/kg BB/hari (p.o.)
(Anonim, 2009b).
B. Pengobatan pada Anak
Pentingnya perhatian terhadap pengobatan pada anak karena anak
terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda terhadap obat dibanding orang
dewasa. Perhatian khusus diberikan pada masa neonatal (umur 0-30 hari) karena
dosis harus selalu dihitung dengan cermat. Pada umur ini resiko toksisitas bertambah
karena filtrasi renal yang belum efisien, defisiensi relatif enzim, sensitifitas organ
sasaran yang berbeda dan belum adekuatnya sistem detoksifikasi yang menyebabkan
lambatnya ekskresi obat (Anonim, 2000b).
Perhitungan dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasarkan
umur, berat badan, luas permukaan badan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Sedangkan metode yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan badan
(Anonim, 2000b) untuk dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa
penggolongan untuk membagi masa anak-anak. Berikut ini adalah penggolongan
didasarkan pada saat terjadinya perubahan biologis (Anonim, 2000a) yaitu :
1. Neonatus : awal kelahiran - umur 1 bulan
2. Bayi : 1 bulan - 1 tahun
3. Anak : 1-12 tahun
4. Remaja : 13-17 tahun
18
5. Dewasa : > 18 tahun
C. Antibiotika
Antibiotika merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia dan antimikroba hanya terbatas pada jasad renik tidak
termasuk kelompok parasit (Setiabudy dan Gan, 1995). Antibiotika yang digunakan
untuk terapi infeksi Salmonella invasif (masuknya bakteri ke dalam jaringan tubuh)
adalah ampisilin, trimetoprim, sulfametoksazol, sefalosporin atau kloramfenikol
(Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996).
Mekanisme kerja antibiotika dapat bersifat bakterisid bila membunuh
bakteri dan bakteriostatik bila menghambat pertumbuhan bakteri. Cara kerja
antibiotika adalah sebagai berikut menghambat metabolisme sel mikroba (contoh :
sulfonamida, trimetoprim dan sebagainya), menghambat sintesis dinding sel mikroba
(contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan sikloserin), merusak keutuhan
membran sel mikroba (contoh : polimiksin), menghambat sintesis protein mikroba
(contoh : golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan
kloramfenikol) dan menghambat serta merusak sintesis asam nukleat mikroba (contoh
: rifampisin dan golongan kuinolon) (Setiabudy dan Gan, 1995).
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama
yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000b). Perlu pula beberapa
pertimbangan, yaitu spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik,
19
keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman,
super infeksi dan harga yang terjangkau (Anonim, 1992).
D. Drug Related Problems (DRPs)
Pengertian drug related problems (DRPs) yaitu kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang
menginginkan tercapainya tujuan terapi. Drug related problems (DRPs) merupakan
sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand,
Moley, 2004).
Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan
pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah
terjadinya DRPs. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi dan mencegah DRPs,
farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan DRPs ada dalam
komunitas klinis. DRPs memiliki 3 komponen utama yaitu :
1. Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah
dapat berupa komplain medis, tanda, symptom, diagnosis, penyakit,
ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal atau sindrom.
2. Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan.
3. Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak
diinginkan dan terapi obat. Hubungannya dapat berupa :
a. konsekuensi terapi obat, hubungan langsung atau sebab akibat, atau
20
b. membutuhkan tambahan atau modifikasi terapi obat sebagai pemecahan
maupun pencegahannya.
Pencegahan DRPs dapat diatasi jika penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Oleh
karena itu penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan DRPs serta penyebab
yang biasanya muncul. Berikut ini tabel I yang merupakan rangkuman dari penyebab
yang umumnya dapat menimbulkan DRPs (Cipolle, Strand, Moley, 2004).
Tabel II. Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya Drug Related Problems (DRPs) (Cipolle, Strand, Moley, 2004)
Drug Related Problems Penyebab Umum Terjadinya DRPs
1. Tidak perlu obat (Unnecesary drug Therapy)
a. Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu. b. Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup
dengan satu obat saja. c. Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan
terapi non farmakologi. d. Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping
yang seharusnya dapat dihindarkan. 2. Butuh obat
(Need for additional drug therapy)
a. Kondisi baru yang membutuhkan obat. b. Kondisi yang memiliki resiko kejadian efek samping
dan membutuhkan obat untuk mencegahnya. c. Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat.
3. Obat tidak efektif (Ineffective drug)
a. Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk mengatasi masalah pasien.
b. Kondisi pasien susah disembuhkan dengan obat yang diberikan.
c. Cara pemberian obat yang tidak sesuai. 4. Dosis kurang
(Dosage too low) a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk
menimbulkan respon. b. Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon
yang diinginkan. c. Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang
tersedia. d. Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk
menghasilkan respon yang diinginkan. 5. Dosis berlebih
(Dosage too high) a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi. b. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. c. Durasi terapi obat terlalu lama. d. Pemberian obat dilakukan terlalu cepat.
21
6. Efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction)
a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor resiko.
c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan.
d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu cepat.
e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi. f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor
resiko. 7. Ketidaktaatan Pasien
(Uncompliance) a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan. b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat. c. Pasien lupa meminum obat. d. Obat terlalu mahal bagi pasien. e. Pasien tidak dapat meminum atau menggunakan
sendiri obat dengan tepat. f. Obat tidak tersedia bagi pasien.
E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan)
Dalam proses pengumpulan informasi yang diperoleh dari medical record
(rekam medis) maka untuk mempermudah proses ini dibutuhkan suatu sarana atau
metode yang telah lama digunakan yaitu SOAP (Subjective data, Objective data,
Assessment and Plan). Dengan informasi (rekam medis) yang telah terkumpul
tersebut maka dapat membantu untuk dalam penyelesaian masalah atau situasi yang
kompleks (Kimble dan Young, 2005).
1. Subjective data (data subyektif)
Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang merawat
pasien. Informasi yang termasuk dalam data subyektif (Jones dan Rospond, 2003)
yaitu :
22
a. keluhan atau gejala yang dirasakan pasien
b. riwayat terkait gejala yang dirasakan
c. riwayat penyakit
d. riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping
e. alergi
f. riwayat sosial atau keluarga
2. Objective data (data obyektif)
Data obyektif ini berisi berdasarkan informasi hasil observasi atau
pengukuran (Kimble and Young, 2005). Informasi yang termasuk dalam data
obyektif (Jones dan Rospond, 2003) yaitu :
a. data vital
b. pemeriksaan fisik
c. hasil tes laboratorium
d. konsentrasi obat dalam serum
e. hasil tes diagnosa
f. profil pengobatan
3. Assessment
Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, untuk langkah selanjutnya
adalah menegakan diagnosis pasien. Selain itu juga diperlukan pengidentifikasian
terhadap DRPs (Kimble dan Young, 2005).
23
4. Plan
Pada tahap selanjutnya dilakukan suatu perencanaan terhadap terapi yang
akan diberikan atau direkomendasikan terhadap kasus DRPs yang telah diidentifikasi.
Selain itu juga diperlukan pembelajaran kepada pasien mengenai masalah kesehatan
serta pengobatan yang dilakukan untuk dapat mencapai target penyembuhan penyakit
maupun pemeliharaan kondisi pasien (Kimble dan Young, 2005).
F. Lama Rawat Inap
Lama rawat inap didefinisikan sebagai lama satu episode perawatan
pasien di rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit mencatat hari dan tanggal saat
pasien masuk dan keluar, kemudian lama rawat inap tersebut dihitung dengan cara
tanggal kepulangan dikurangi tanggal pada saat pasien masuk ke rumah sakit (Ridge,
Hoffmann, Zimmerman, 1997).
G. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi
penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM ini
merupakan jenis penelitian non-eksperimental (observatif) dengan rancangan
penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini dikatakan termasuk
penelitian noneksperimental karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap
subyek uji dan hanya melakukan pengamatan atau observasi. Rancangan penelitian
deskriptif evaluatif karena penelitian ini dilakukan hanya bertujuan melakukan
eksplorasi deskriptif dari fenomena kesehatan yang terjadi dan kemudian
mengevaluasi data dari rekam medis. Penelitian bersifat retrospektif karena perolehan
data berasal dari lembar rekam medis pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
B. Definisi Operasional
1. Lembar rekam medis (medical record) merupakan lembar catatan dokter dan
perawat yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
24
25
3. Pasien anak dalam penelitian ini adalah semua penderita demam tifoid yang
berumur kurang dari atau sama dengan 12 tahun tanpa penyakit penyerta yang
menjalani perawatan dengan pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh
dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 dan masing-masing anak digolongkan berdasarkan
jenis kelamin. Masing-masing dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Umur ≤ 1 tahun (neonatus)
b. Umur > 1-5 tahun (balita)
c. Umur > 5-12 tahun (anak sekolah)
4. Kelas perawatan pasien yang tercantum pada rekam medis, yaitu kelas I, II
dan III.
5. Lama rawat inap adalah lama waktu perawatan pasien anak penderita demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 yang tercantum pada rekam medis pasien, dihitung
dari hari saat pasien masuk sampai hari pasien pulang.
6. Jenis obat antibiotika adalah berbagai obat antibiotika dalam golongan yang
diberikan kepada pasien anak penderita demam tifoid selama mendapat
perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009. Obat antibiotika yang dibagi menjadi jenis
antibiotika tunggal dan kombinasi.
7. Drug related problems (DRPs) yaitu masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan pemberian antibiotika pasien anak penderita demam tifoid
26
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009.
8. Fokus penentuan DRPs pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009
meliputi :
a. Terapi obat yang tidak perlu yaitu DRPs yang terjadi jika pasien tidak
memiliki indikasi yang mendukung untuk mendapatkan terapi obat
antibiotika yang diberikan.
b. Membutuhkan obat tambahan yaitu DRPs yang terjadi jika pasien
memerlukan tambahan antibiotika lain atau dikombinasikan dengan
antibiotika yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk
menangani kemungkinan infeksi.
c. Salah obat yaitu DRPs yang terjadi jika pemilihan jenis dan rute
pemberian antibiotika yang digunakan pasien tidak sesuai dengan
disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding.
d. Dosis terlalu rendah yaitu DRPs yang terjadi jika pasien menerima
dosis obat antibiotika yang terlalu rendah yaitu kurang dari kisaran
dosis yang normal atau waktu pemberian yang kurang tepat.
e. Adanya efek samping obat yaitu DRPs yang terjadi akibat penggunaan
obat antibiotika atau interaksi antara antibiotika yang digunakan
dengan obat-obat lain yang diterima pasien.
27
f. Dosis terlalu tinggi yaitu DRPs yang terjadi jika dosis antibiotika yang
diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi atau melewati kisaran dosis
yang normal.
C. Subyek Uji
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien umur ≤ 1-12 tahun dengan
diagnosis demam tifoid yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Jumlah kasus dalam
penelitian ini sebanyak 47 kasus.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis pasien
anak penderita demam tifoid yang di rawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid dilakukan di instalasi catatan medik RSUD DR.
AGOESDJAM Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
28
F. Tata Cara Penelitian
Proses penyelesaian penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan,
yaitu :
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan dengan penentuan dan penganalisisan masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya survei terhadap jumlah pasien
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009. Kemudian dilakukan pembuatan proposal dan surat perijinan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang.
2. Pengumpulan data
Proses pengambilan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Penelusuran data
Dilakukan dengan cara melihat daftar data pasien dari instalasi catatan medis
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. Dari daftar data tersebut diketahui
jumlah kasus dan nomor rekam medis, selanjutnya data nomor rekam medis
tersebut digunakan untuk menelusuri lembar status pasien (lembar catatan
medis). Dari keseluruhan daftar data pasien yang mengalami demam tifoid
selama 1 tahun terakhir (periode Juni 2008 – Juni 2009) yang diperoleh, dipilih
hanya 47 kasus demam tifoid pada anak umur ≤ 1-12 tahun untuk pengambilan
data.
29
b. Pengambilan data
Lembar status pasien yang didapatkan dari hasil penelusuran seluruh data
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 47 kasus, selanjutnya data
masing-masing kasus ditulis kembali ke dalam lembar pencatatan. Data yang
dikumpulkan meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, berat badan,
keluhan utama, diagnosa utama, utcome terapi yang terdiri dari lama perwatan
dan keadaan pasien keluar, data laboratorium, data tanda vital, terapi yang
diberikan dan perkembangan pasien selama menjalani perawatan.
3. Penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian
dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik demografi pasien yang
meliputi distribusi jenis kelamin, umur dan diagnosa penyakit; serta outcome
terapi yang meliputi lama rawat inap dan keadaan pasien keluar. Sedangkan
tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat inap, pola
pemberian antibiotika selama rawat inap, dan kajian mengenai DRPs yang
dijabarkan menggunakan metode SOAP. Pada analisis kerasionalan dalam
penelitian ini parameter DRPs yang digunakan hanya 6 parameter tanpa
mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan karena adanya
keterbatasan dalam penelitian.
30
b. Evaluasi data
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kasus per kasus. Kerasionalan terapi
(DRPs) pemberian antibiotika selama rawat inap yang digunakan pada analisis
kasus berdasarkan pustaka acuan Background document: The Diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever, Communicable Disease
Surveillance and Response Vaccines and Biologicals (WHO), Informatorium
Obat Nasional Indonesia 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000,
Drug Information Handbook with International Trade Names Index Edisi 17,
PIO Indonesia, Pediatric Drug Reference 2004 Edition, MIMS Indonesia
Online.
4. Analisis hasil data
Untuk analaisis hasil dilakukan sebagai berikut :
a. Karakteristik demografi pasien digambarkan dalam persentase mengenai
distribusi jenis kelamin, umur, diagnosa penyakit dan outcome yang dihitung
dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah
keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.
b. Pola penggunaan antibiotika yang meliputi golongan dan jenis antibiotika yang
digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotika.
c. Kajian DRPs dijabarkan dengan metode SOAP. Pada bagian subjective
dijabarkan mengenai jenis kelamin, umur, berat badan, keluhan utama,
diagnosa utama dan keadaan pasien keluar. Bagian objective mengenai data
laboratorium, data tanda vital dan terapi yang diberikan selama perawatan.
31
Sedangkan pembahasan DRPs akan dijabarkan dalam assessment yang akan
diselesaikan atau dipecahkan melalui plan.
d. Semua kajian DRPs kemudian dirangkum dan dikelompokkan berdasarkan
kasus yang terjadi pada keenam parameter DRPs beserta jenis obat dan zat
aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap adanya DRPs.
G. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini, antara lain :
1. Waktu pengambilan data cukup singkat. Selain itu, pengambilan data tidak dapat
dilakukan setiap hari. Hal tersebut dapat sedikit teratasi dengan mempersiapkan
lembar pengumpul data yang berisi tabel-tabel mengenai data yang akan diambil
sehingga mempermudah dan mempercepat proses pencatatan ulang rekam medis.
2. Kesulitan pada saat melakukan pencatatan ulang setiap lembar status pasien
karena terdapat tulisan yang yang tidak jelas pada lembar status pasien, seperti
diagnosa pasien, jenis dan dosis obat serta waktu pemberian obat yang tidak
selalu ditulis lengkap dalam lembar status pasien. Kesulitan ini dapat teratasi
dengan bertanya pada staf di Instalasi Rekam Medis dan apoteker di bagian
Instalasi Farmasi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dilakukan dengan penelusuran terhadap
kasus pasien anak (pediatri) yang dinyatakan terdiagnosis demam tifoid. Berdasarkan
data pasien anak yang telah dikelompokkan, diperoleh 47 kasus, akan tetapi dalam
proses analisis hanya digunakan data lembar status pasien sebanyak 40 kasus dengan
menghitung banyaknya kasus rawat inap yang terjadi selama periode Juni 2008 – Juni
2009 dan data yang dapat dianalisis. Adanya pengurangan jumlah kasus yang diteliti
dalam penelitian ini disebabkan karena umur pasien yang tidak termasuk dalam range
(≤ 1-12 tahun) yaitu 6 kasus dan 1 kasus dengan data yang tidak lengkap.
Hasil penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dibagi menjadi karakteristik demografi
pasien, profil penggunaan obat secara kseluruhan selama pasien dirawat inap, profil
penggunaan antibiotika, outcome terapi dan kajian DRPs.
Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid meliputi
distribusi jenis kelamin, umur dan berat badan. Profil penggunaan obat selama pasien
dirawat inap meliputi semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama
rawat inap. Profil penggunaan antibiotika terbagi menjadi golongan dan jenis
32
33
a
k
l
y
1
R
d
antibiotika.
keluar. Seda
lampiran, ke
yang terjadi
antibiotika,
Untuk outc
angkan kajia
emudian pem
pada masing
indikasi dan
come terapi
an DRPs dija
masalahan ya
g-masing ka
n pilihan ter
meliputi la
abarkan deng
ang diperole
asus.
rapi antibioti
ama rawat
gan menggu
eh dibahas b
ika, dan wak
inap dan ke
unakan metod
berdasarkan k
ktu pemberi
eadaan pasi
de SOAP pa
kategori DR
ian
ien
ada
Ps
A. Karakteeristik Demmografi Pasieen
1. Distribu
RSUD DR.
dilihat pada
GambTif
usi jenis kela
Pengelompo
AGOESDJ
gambar 1 be
bar 1. Distrifoid di Insta
45%
amin
okan kasus
JAM Ketap
erikut ini.
busi Jenis Kalasi Rawat
Period
demam tifoi
pang berdasa
Kelamin padInap RSUD
de Juni 2008
id pada ana
arkan distrib
da Pasien AD DR. AGOE8 – Juni 200
55%
ak di Instala
busi jenis k
Anak PenderESDJAM K9
asi Rawat In
kelamin dap
rita DemamKetapang
1 Laki‐laki
2 Perempuan
nap
pat
m
34
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki pada
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 22 pasien (55%) dan sisanya berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (45%). Dari distribusi jenis kelamin ini
dapat diketahui yakni secara statistik angka kejadian kasus demam tifoid antara
pasien anak laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan.
Meskipun jumlah persentase pasien anak berjenis kelamin laki-laki pada kasus
demam tifoid lebih banyak daripada anak perempuan, persentase ini tidak dapat
dijadikan ukuran bahwa prevalensi demam tifoid lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Sebab demam tifoid dapat menyerang pada setiap orang tanpa melihat jenis kelamin.
Adanya persentase pasien anak laki-laki lebih banyak menderita demam
tifoid dibandingkan anak perempuan, karena anak laki-laki lebih sering melakukan
aktivitas di luar rumah. Hal ini memungkinkan anak laki-laki mendapatkan resiko
lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan anak perempuan.
2. Distribusi umur
Gambaran mengenai distribusi umur pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.
35
u
a
t
s
m
d
k
j
t
Gamba
umur ≤ 1 tah
angka kejad
tahun yaitu
sebanyak 7
menunjukan
demam tifoi
kebiasaan m
jalan yang h
terjamin keb
ar 2. DistribInstalasi R
Pengelompo
hun, > 1-5 ta
dian demam
sebanyak 3
pasien (17%
n bahwa pad
id, karena pa
membeli mak
higienenya t
bersihannya
busi Umur pRawat Inap
Period
okan umur p
ahun dan > 5
tifoid bany
1 pasien (78
%) dan anak
da umur > 5-
ada umur ter
kanan dan m
tidak dapat
berperan bes
78%
pada Pasienp RSUD DRde Juni 2008
pasien dibag
5-12 tahun. P
yak diderita
8%), diikuti
umur ≤ 1 ta
-12 tahun m
rsebut adalah
minuman di l
dijamin. Ol
sar dalam pe
5%
n Anak Pend. AGOESDJ
8 – Juni 200
gi menjadi
Pada gambar
oleh anak p
anak pada r
ahun sebany
merupakan um
h usia sekola
ingkungan s
leh karena i
enyebaran Sa
17%
derita DemaJAM Ketap9
3 bagian ya
r 2 tersebut
pada rentang
rentang umu
yak 2 pasien
mur yang ra
ah dan merek
sekolah mau
itu lingkung
almonella typ
am Tifoid dpang
aitu kelomp
tampak bahw
g umur > 5-
ur > 1-5 tah
n (5%). Hal
awan terjang
ka mempuny
upun di pingg
gan yang tid
yphi.
≤ 1 th
> 1 ‐ 5 th
> 5 ‐ 12 th
di
pok
wa
-12
hun
ini
kit
yai
gir
dak
36
3
g
k
A
u
d
p
d
d
3. Distribu
gejala klinik
kasus dema
AGOESDJA
utama. Adap
dan demam
GamDemam
penyakit la
dibandingka
demam tifoi
usi diagnosa
Diagnosa pe
k yang ada d
am tifoid p
AM Ketapan
pun diagnos
tifoid denga
mbar 3. Distm Tifoid di I
Pada gamb
ain memilik
an diagnosa
id menyatak
75
a penyakit
enyakit dem
dan disertai
pada pasien
ng dilakukan
sa utama pad
an penyakit l
tribusi DiagInstalasi Ra
Period
ar 3 dapat
ki persentas
yang hanya
kan bahwa p
5%
mam tifoid da
hasil pemer
n anak di
n diagnosa
da kasus ini
lain.
gnosa Penyaawat Inap Rde Juni 2008
dilihat bah
se yang leb
a demam tif
pasien hany
25%
apat dilakuk
riksaan penu
Instalasi R
penyakit di
dibagi menj
akit pada PaRSUD DR. A8 – Juni 200
hwa diagno
bih tinggi
foid yaitu 25
a menderita
kan dengan m
unjang labor
Rawat Inap
nyatakan da
njadi 2 yaitu
asien Anak AGOESDJA
9
sa demam
yaitu 75%
5% (10 pasi
a demam tifo
Demam
Demampenyaki
melihat geja
ratorium. Pa
RSUD D
alam diagno
demam tifo
Penderita AM Ketapan
tifoid deng
% (30 pasie
ien). Diagno
foid saja tan
m tifoid
m tifoid denganit lain
la-
ada
DR.
osa
oid
ng
gan
en)
osa
npa
37
disertai penyakit lain. Sedangkan demam tifoid dengan penyakit lain yaitu pasien
tidak hanya menderita demam tifoid tetapi juga penyakit lain. Hal ini dapat
disebabkan karena pasien sebelumnya sudah terinfeksi mikroba, misalnya dalam
kasus ini adalah malaria yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium.
B. Profil Penggunaan Obat
Terapi pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid tanpa
penyakit lain maupun demam tifoid dengan penyakit lain ini terdiri dari 8 kelas
terapi.
Tabel III. Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO Penggolongan obat Jumlah kasus (n=40)
Persentase (%)
1 Sistem Gastrointestinal 37 92,5 2 Sistem Pernafasan 3 7,5 3 Sistem Saraf Pusat 38 95 4 Hormon 1 2,5 5 Antiinfeksi 40 100 6 Vitamin dan mineral 1 2,5 7 Nutrisi 38 95 8 Larutan intravena dan steril lain 8 20
Penggunaan obat terbanyak terdapat pada kelas terapi obat antiinfeksi.
Posisi kedua penggunaan obat terbanyak ditempati oleh kelas terapi nutrisi dengan
jumlah dalam kasus sebanyak 59 kasus dibandingkan dengan obat pada sistem saraf
38
pusat yang hanya 55 kasus. Hal tersebut sesuai dengan terapi pilihan untuk mencapai
tujuan pengobatan yang dilakukan pada subyek penelitian.
1. Obat sistem gastrointestinal
Gangguan saluran cerna yang dialami pasien yang menjalani perawatan
di rumah sakit dapat berupa penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya atau
karena gangguan pada saat perawatan di rumah sakit. Golongan obat yang bekerja di
sistem gastrointestinal digunakan untuk menurunkan atau mengurangi keasaman
lambung, mengurangi rasa mual dan muntah, mengatasi diare, serta perut kembung
(antiflatulen) yang diderita oleh pasien. Gejala gastrointestinal timbul karena bakteri
Salmonella typhi di dalam tubuh menempel pada usus sehingga menyebabkan
terjadinya luka pada usus (ulkus).
2. Obat sistem pernafasan
Obat saluran nafas digunakan untuk mengurangi gejala batuk yang
mungkin disebabkan karena adanya Salmonella typhi yang masuk ke paru atau
bronkhi. Pengobatan yang diberikan bersifat pengobatan simptomatis untuk
mengurangi gejala batuk, pada kasus ini diatasi dengan pemberian ekspektoran dan
mukolitik.
3. Obat sistem saraf pusat
Penggunaan obat sistem saraf pusat yang paling banyak digunakan adalah
golongan analgesik (non opiat) dan antipiretik. Golongan obat analgesik-antipiretik
digunakan dengan tujuan mengurangi gejala klinis yang muncul seperti sakit kepala
(pusing), panas maupun demam tinggi. Selain itu dapat juga digunakan golongan obat
39
OAINS untuk mengatasi rasa nyeri, sakit kepala dan demam, pada kasus ini OINS
yang digunakan yaitu diclofenac Na dan ibuprofen. Sebaiknya ibuprofen tidak
digunakan dalam jangka panjang terutama untuk anak-anak karena dapat
menyebabkan Reyes Syndrome. Gejala klinis demam tifoid pada anak juga timbul
gejala kejang oleh karena itu dalam kasus ini terdapat penggunaan diazepam selama
perawatan di rumah sakit.
4. Hormon
Obat hormonal yang digunakan adalah obat golongan kortikosteroid
terutama antiinflamasi sistemik. Jenis obat yang digunakan adalah dexamethasone.
Golongan kortikosteroid digunakan sebagai anti-inflamasi. Obat ini digunakan
sebagai anti radang atau anti alergi bila pasien mengalami peradangan atau alergi.
5. Antiinfeksi
Terapi dengan antiinfeksi terutama antibiotika merupakan strategi utama
dalam pengobatan penyakit demam tifoid. Penyakit demam tifoid disebabkan karena
bakteri Salmonella typhi yang berada dalam tubuh oleh karena itu pemberian
antibiotika bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut. Pada penelitian ini dari 40 kasus demam tifoid terdapat 30 kasus pasien
mengalami demam tifoid yang disertai malaria. Dalam pengatasan kasus ini maka
pemberian antimalaria akan sangat efektif untuk mengatasi penyakit malaria.
40
6. Vitamin dan mineral
Pemberian vitamin dan mineral sangat penting untuk pasien yang
menjalani perawatan di rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Terutama
karena pasien yang lebih rentan terkena penyakit.
7. Nutrisi
Ketersediaan nutrisi diperlukan pada pasien yang menjalani perawatan di
rumah sakit. Pemberian nutrisi harus dapat diperhatikan untuk mencegah terjadinya
malnutrisi dan dehidrasi. Hampir semua pasien mendapatkan tambahan elektrolit
(natrium, kalium, klorida) untuk mengatasi dan mencegah terjadinya dehidrasi.
Suplemen dan penambah nafsu makan akan lebih memberikan manfaat ketahanan
sistem imun tubuh pasien dengan asupan makanan yang cukup.
8. Larutan intravena dan steril lain
Cairan intravena yang mengandung dekstrosa diberikan untuk menjaga
keseimbangan kondisi pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dan tidak
cukup memenuhi asupan secara per oral.
C. Profil Penggunaan Antibiotika
Profil penggunaan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi
golongan dan jenis antibiotika, cara pemberian, dan waktu pemberian antibiotika.
1. Golongan dan jenis antibiotika
Golongan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan
kloramfenikol, sefalosporin generasi I dan sefalosporin generasi III. Jumlah
41
penggunaan antibiotika golongan kloramfenikol terdapat 45 dalam kasus dengan
presentase 65,2%. Banyaknya jumlah penggunaan antibiotika golongan
kloramfenikol dibandingkan dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi I
(2,9%) dan sefalosporin generasi III (31,9%) pada tabel IV menunjukkan bahwa
kloramfenikol merupakan antibiotika pilihan utama untuk demam tifoid pada pasien
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009 karena keampuhan kloramfenikol yang masih diakui berdasarkan
efektivitasnya terhadap Salmonella typhi disamping obat tersebut relatif murah.
Tabel IV. Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO Golongan obat Jumlah obat dalam kasus (n=69) Persentase (%) 1 Kloramfenikol 45 65,2 2 Sefalosporin generasi I 2 2,9 3 Sefalosporin generasi III 22 31,9
Antibiotika golongan kloramfenikol merupakan antibiotika yang bersifat
bakteriostatik terutama terhadap bakteri Gram (-). Kloramfenikol mengikat 50S
secara reversibel dan menghambat kerja dari peptidil transferase sehingga pengikat
asam amino ke peptida baru menjadi terhambat. Akibatnya sintesis protein menjadi
terhambat. Menurut WHO, angka relaps pada pengobatan demam tifoid dengan
menggunakan kloramfenikol berkisar 5-7% untuk penggunaan jangka panjang (14
hari). Jenis antibiotika golongan kloramfenikol yang banyak digunakan dalam
42
penelitian ini adalah Colsancetine® yang diberikan secara i.v. dengan jumlah dalam
kasus sebanyak 26 (37,7%).
Tabel V. Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=69)
Persentase (%)
Kloramfenikol Chloramphenicol Na succinate
Colsancetine® larutan i.v
26 37,7
Chloramphenicol palmitate
sirup 1 1,4
Thiamphenicol Biothicol® kapsul 3 4,4 sirup kering
4 5,8
Thiamycin® sirup 2 2,9 sirup forte
3 4,4
kaplet 3 4,4 kapsul 2 2,9
Chloramphenicol Chloramex® serbuk i.v.
1 1,4
Sefalosporin generasi I
Cefadroxil monhydrate
Cefat® sirup kering
2 2,9
Sefalosporin generasi III
Cefotaxime Na Taxegram® serbuk i.v.
17 24,6
Ceftriaxone Terfacef® serbuk i.v.
5 7,2
Sedangkan golongan sefalosporin merupakan golongan antibiotika yang
bersifat bakterisid (pada fase pertumbuhan bakteri) terutama bakteri Gram negatif,
dengan menghambat sintesis peptidoglikan yang merupakan komponen penyusun
dinding sel bakteri. Jenis obat golongan sefalosporin yang digunakan untuk
pengobatan demam tifoid dalam penelitian ini terdiri atas 2 golongan dengan masing-
43
masing jenis obat, golongan sefalosporin generasi I yaitu Cefat® dengan presentase
2,9%, dan sefalosporin generasi III yaitu Taxegram® (24%) dan Terfacef® (7,2%).
2. Cara pemberian antibiotika
Cara pemberian obat antibiotika pada penelitian ini ada 2 macam yaitu
peroral dan parenteral. Kedua macam cara pemberian tersebut disesuaikan dengan
kondisi pasien. Pemberian secara parenteral paling banyak digunakan pada 49 dalam
kasus. Perkembangan kondisi pasien yang pada umumnya mengalami mual dan
muntah merupakan faktor pendukung yang menyebabkan antibiotika diberikan secara
parenteral. Pemberian secara parenteral juga memiliki keuntungan seperti dapat
mencapai efek yang cepat, kadar obat di dalam darah tetap sehingga efek obat yang
diharapkan lebih maksimal.
Pemberian antibiotika secara parenteral dapat dihentikan dan digantikan
dengan pemberian secara peroral pada saat kondisi pasien sudah tidak mengalami
mual dan muntah. Pada penelitian ini terdapat 20 dalam kasus untuk pemberian
antibiotika secara peroral.
D. Outcome Terapi
Outcome terapi dapat diketahui dari lama rawat inap dan keadaan pasien
saat keluar dari rumah sakit.
1. Lama Rawat Inap
Pasien demam tifoid pada anak yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 mempunyai lama
44
r
k
t
d
k
d
s
rawat inap a
kasus (45%)
tersebut aga
diinginkan d
Gam
kemungkina
dan ada atau
selain demam
antara 1-3 h
). Hal ini dis
ar pasien te
dapat dihinda
mbar 4. LamInstalasi R
Selain itu
an disebabka
u tidaknya p
m tifoid.
2
d
2. Keadaan
dapat berupa
n pasien kel
Keadaan pa
a keadaan m
45%
hari sebanya
sebabkan ol
erbebas dari
ari.
ma PerawataRawat Inap
Period
terdapat pu
an oleh fakto
penyakit lain
luar
asien keluar
membaik/sem
%
3
ak 21 kasu
eh karena ke
i demam se
an Pasien Ap RSUD DRde Juni 2008
ula pasien y
or derajat pen
n seperti haln
r rumah sak
mbuh, keluar
3%
us (52,5%) d
eputusan ten
ehingga terj
Anak Pender. AGOESDJ
8 – Juni 200
yang dirawa
nyakit yang
nya dalam p
kit merupak
r atas permi
52%
dan 4-6 hari
naga medis d
adinya relap
rita DemamJAM Ketap9
at antara 7
berbeda-bed
penelitian ini
i sebanyak
di rumah sak
ps yang tid
m Tifoid di pang
-9 hari, ya
da pada pasi
i yaitu malar
1 ‐ 3 hari
4 ‐ 6 hari
kan keadaan
ntaan sendir
n pasien ya
ri, rawat jala
7 ‐ 9 hari
18
kit
dak
ang
ien
ria
ang
an,
45
k
p
k
k
r
p
keadaan sem
pasien kelua
kasus (97%)
keadaan sem
Gam
rawat jalan,
penelitian in
makin parah
ar dari rumah
) keluar rum
mbuh.
mbar 5. KeaInstalasi R
Periode
Sedangkan
keadaan me
ni.
h, atau meni
h sakit yang
mah sakit den
adaan PasieRawat Inape Juni 2008
keadaan lai
emburuk dan
bberkaitan d
Identifikasi
dengan peng
E. Drug R
DRPs dilak
ggunaan ant
3
inggal. Gam
g menjalani p
ngan keadaa
n Anak Penp RSUD DR
– Juni 2009
in seperti pa
n pasien me
Related Prob
kukan deng
tibiotika sel
97%
3%
mbar berikut
perawatan de
an membaik
nderita Dem. AGOESDJ9 Berdasark
asien pulang
eninggal dun
t ini menyaj
emam tifoid
dan 1 kasus
mam Tifoid KJAM Ketapkan Outcom
g atas permi
nia tidak dite
ajikan keada
d. Sebanyak
s (3%) deng
Keluar di pang
me
intaan sendi
emukan dala
blems (DRPs
an mengeva
lama rawat
s)
aluasi perma
inap pada
asalahan ya
a pasien an
Membaik
Sembuh
aan
39
gan
iri,
am
k
ang
nak
46
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009. Dari 40 kasus demam tifoid pada pasien anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni
2009 diperoleh 3 kasus DRPs yaitu kasus dosis kurang, dosis berlebih dan efek obat
yang tidak diinginkan. DRPs yang diperoleh yaitu 4 dalam kasus dosis kurang, 2
dalam kasus berlebih dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan.
Tabel VI. Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO Jenis DRPs Jumlah dalam kasus (n=40)
Nomor kasus Persentase (%)
1 DRP dosis kurang 4 10, 21, 27, 29 10 2 DRP dosis berlebih 2 20, 25 5 3 DRP efek obat yang tidak
diinginkan 2 3, 27 5
1. Dosis kurang
Evaluasi DRP dosis kurang pada penggunaan antibiotika dalam
penelitian ini perlu melihat antara antibiotika yang digunakan, bentuk sediaan
antibiotika tersebut, dan waktu penggunaan antibiotika. Pada pengobatan kurangnya
dosis yang diberikan akan mempengaruhi efek terapi yang akan dicapai serta lamanya
masa perawatan.
Pada kasus nomor 10 dan 21 terjadi DRP dosis terlalu rendah, pasien
menerima thiamphenicol (Biothicol®) hanya 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam
bentuk sediaan sirup kering. Sedangkan pada penggunaan Thiamycin®, terjadi DRP
dosis terlalu rendah pada kasus nomor 27 dan 29 pasien menerima thiamphenicol
47
sebesar 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam bentuk sirup. Berdasarkan MIMS,
antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak sebesar 30-100
mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Tabel VII. Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika Nomor Kasus Penilaian Rekomendasi Thiamphenicol 10, 21 Pada kasus dosis yang
diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol®) diberikan 125 mg x 3/hari.
Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b).
27 Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 125 mg x 3/hari.
Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b).
29 Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 4 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b).
2. Dosis berlebih
DRP dosis terlalu tinggi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pada
pemberian antibiotika chloramphenicol, thiamphenicol dan ceftriaxone. Pemberian
dosis antibiotika pada pasien anak perlu pertimbangan secara khusus karena pada usia
anak fungsi absorbsi, distribusi dan eliminasi belum dapat bekerja sempurna. Hal ini
48
dapat berpengaruh pada kadar obat dalam darah dan risiko terjadinya resistan
terhadap antibiotika yang digunakan.
Pada tabel VIII menunjukkan bahwa pada kasus nomor 20 dan 25 terjadi
DRP dosis terlalu tinggi, pasien menerima thiamphenicol (Thiamycin®) secara p.o.
dalam bentuk sediaan kaplet dengan dosis yaitu 1000 mg setiap 8 jam/hari.
Berdasarkan MIMS, antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak
sebesar 30-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Tabel VIII. Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika Nomor Kasus Penilaian Rekomendasi Thiamphenicol 20, 25 Pada kasus dosis yang
diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari.
Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b).
3. Efek obat yang tidak diinginkan
Interaksi obat yang menyebabkan reaksi merugikan tetapi tidak ada
hubungannya dengan dosis obat merupakan salah satu bentuk efek obat yang tidak
diinginkan. Pemilihan antibiotika selain melihat efektivitas terapi dan dosisnya juga
perlu melihat adanya potensi interaksi antara anibiotika dengan obat selain antibiotika
yang diberikan pasien pada saat itu. Sehingga dalam terapi pasien anak perlu
diperhatikan obat-obat yang diberikan kepada pasien yang memungkinkan terjadinya
interaksi dengan antibiotika.
49
Tabel IX. Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika Nomor kasus Penilaian Rekomendasi Biothicol® (Thiamphenicol) dan Taxegram® (Cefotaxime Na)
3 Kombinasi (penggunaan yang bersamaan dengan penyesuaian dosis) antibiotik bakterisid (cefotaxime) dan bakteriostatik (tiamphenicol) akan merugikan karena jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisid.
Pada kasus penggunaan antara Taxegram® dan Biothicol® sebaiknya dipilih salah satu yaitu : Taxegram®, karena mengingat kondisi pasien yang lemah maka lebih baik dipilih antibiotika yang bersifat bakterisid (Hidayat, 2009).
Thiamycin® (Thiamphenicol) dan Colsancetine® (Chloramphenicol Na succinate)
27 Colsancetine® dan Thiamycin® memiliki indikasi yang sama yaitu demam tifoid. Pada kasus, Colsancetine® dan Thiamycin® diberikan bersamaan.
Penggunaan Colsancetine® dan Thiamycin® sebaiknya dipilih salah satu (Anonim, 2009)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu :
a. distribusi jenis kelamin : angka kejadian kasus demam tifoid antara pasien anak
laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan dengan
presentase pasien anak berjenis kelamin laki – laki sebesar 55% dan pasien anak
berjenis kelamin perempuan sebesar 45%.
b. distribusi umur : pada umur > 5-12 tahun merupakan umur yang rawan
terjangkit demam tifoid dengan presentase paling tinggi yaitu 78%, diikuti
pasien umur 1-5 tahun yaitu 17% dan umur ≤ 1 tahun yaitu 5%.
c. distribusi diagnosa penyakit : 75% kasus pasien terdiagnosa demam tifoid
dengan penyakit lain dan 25% kasus pasien dengan diagnosa demam tifoid
tanpa penyakit lain.
2. Pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak penderita
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : golongan kloramfenikol adalah golongan antibiotika
50
51
yang paling banyak digunakan dengan presentase 65,2%, kemudian sefalosporin
generasi III sebesar 31,9% dan sefalosporin generasi I sebesar 2,9%.
3. Outcome terapi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu :
a. lama rawat inap, kasus terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%).
b. keadaan pasien keluar rumah sakit, sebanyak 39 kasus (97%) dengan keadaan
membaik dan 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh.
4. DRPs penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid yang
dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009, yaitu :
a. sebanyak 4 dalam kasus (10%) dosis kurang
b. sebanyak 2 dalam kasus (5%) dosis berlebih
c. sebanyak 2 dalam kasus (5%) efek obat yang tidak diinginkan
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang :
a. perlu disusun standar operasional pelayanan kesehatan terkait penyakit demam
tifoid yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika khususnya pada pasien
anak dan dilengkapi dengan jenis, golongan dan dosis antibiotika yang sesuai
untuk kasus tersebut di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang.
52
b. diharapkan agar penulisan rekam medis dilakukan secara lengkap dan jelas
sesuai tindakan medis dan pemberian terapi pada penderita demam tifoid
c. perlunya peran farmasis agar semakin berperan aktif dalam pelaksanaan dan
monitoring terapi penderita sehingga dapat menghindari masalah terkait obat
(Drug Related Problems)
2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan :
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif agar dapat dilakukan
pengamatan DRPs lebih seksama.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000a, Handbook of Pediartic Drug Therapy, 2, Springhouse Corporation, USA
Anonim, 2000b, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 12, 17-19, 199, 213, 214,
379, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2003, Background document: The diagnosis, treatment and prevention of
typhoid fever, www.who.int/vaccines-documents/, diakses tanggal 1 Juni 2009
Anonim, 2008, Demam Tifoid, http://www.sehatgroup.web.id/?p=144, diakses
tanggal 1 Juni 2009 Anonim, 2009a, Ranitidine,
http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=InteractionSearch&DrugList=ranitidine&SearchTerm=ranitidine, diakses tanggal 4 Juni 2010
Anonim, 2009b, Thiamphenicol,
http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=mng&name=thiamphenicol&CTRY=ID&brief=false#Dosage, diakses tanggal 11 Agustus 2010
Ashkenazi, S. dan Thomas, G., 1999, Infeksi Salmonella, dalam Waldo E. Nelson,
Nelson Textbook of Pediatrics, diterjemahkan oleh Samik Wahab, edisi 15, 2, 970-973, Arvin Nelson EGC, Jakarta
Chen, K. dan Pohan, H.T., 2008, Penatalaksanaan Terkini Demam Tifoid,
http://medicineforthesoul.multiply.com/journal/item/8, diakses tanggal 1 Juni 2009
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice,
First (1st) Ed, 178-179, Mc Graw-Hill Company, New York Gennrich, J.L, Chan, P.D, 2004, Pediatric Drug Reference,
www.ccspublishing.com/ccs/peddrug.htm., diakses pada tanggal 17 Juni 2010 Hadinegoro, S.R., 1999, Masalah Multi Drug Resistance Pada Demam Tifoid Anak,
Cermin Dunia Kedokteran, No. 124, 5-10 Hidayat, R., dkk, 2009, Kombinasi Antibiotik,
http://www.pioindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&
54
id=55:tentang-antibiotik&catid=25:obat-dan-kesehatan&Itemid=69, diakses tanggal 15 Juni 2009
Jawetz, E., Melnick, J., dan Adelberg, E., 1996, Medical Microbiology, edisi 20,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R.F. Maulany, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Jones, R.M. and Rospond, R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practice, 1-
6, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA Kimble, M.A.K. and Young, L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 8th edition, 1-1 s/d 1-
11, A Wolter Kluwer Company, USA Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008, Drug Information
Handbook with Trade Names Index, 17th Ed, 491, Lexy-Comp, Ohio Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, I.W., dan Setiowulan, W., 1999,
Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I, 421-425, Penerbit Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A., Andayani, P., 2004, Pola Pemberian
Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002, Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 1, 27-31
Noer, H.M.S, Waspadji, S., Nelwan, R.H.H., Setiawati, A., Darmojo, B., Setiawan,
B., Zahir, S.S., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3, jilid I, 435-441, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Ridge, T., Hoffmann, F.D., and Zimmerman, D. L., 1997, Delivery Information by
Hospital in Cesarean Section Deliveries in Pennsylvania 1995, 8-30, Pennsylvania Health Care Cost Containment Council
Sari, M.L., 2009, Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Tifoid di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S., 1995, Pengantar Antibiotika, dalam S.G. Ganiswara,
Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 571-573, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I., 2008, Buku Ajar
Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi II, 344, Badan Penerbit IDAI, Jakarta
55
Triana, M., 2003, Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000-Desember 2001, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, dan Pemberantasan,
34-36, Penerbit Erlangga, Jakarta
56
Lampiran 1. Analisis SOAP
Tabel X. Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 015533
Dirawat pada tanggal 01/06/2008 – 07/06/2008 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : PN, perempuan, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, muntah, perut kembung, nafsu makan berkurang dan BAB cair (5x). Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008) Nilai Normal 1 5
Hematologi Hemoglobin 12,4 10,09 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 20.300 ↑ 3.600 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 222.000 233.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,3 ↓ 30,1 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0 0-1 % • Eosinofil - 9 ↑ 1-3 % • Netrofil batang - 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen - 36 ↓ 50-70 % • Limfosit - 55 ↑ 20-40 % • Monosit - 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 - (-) • Titer AO 1/200 - (-) • Titer BO 1/400 - (-) • Titer CO 1/100 - (-) • Titer H 1/400 - (-) • Titer AH 1/100 - (-) • Titer BH 1/400 - (-) • Titer CH 1/100 - (-)
57
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008) Nilai Normal 1 2 3 4 5 6 7
Tekanan Darah 90/70 ↓ 90/60 ↓ 110/70 ↓ 100/60 ↓ 90/65 ↓ 117/80 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39,4 ↑ 37,2 36,9 37,5 ↑ 38,6 ↑ 36,5 36,8 36-37,4 0C Respirasi 36 ↑ 25 ↑ 19 ↓ 22 ↑ 36 ↑ 22 ↑ 32 ↑ 20X/ menit Nadi 140 ↑ 106 ↑ 111 ↑ 120 ↑ 114 ↑ 89 84 50-100X / menit
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 60 tts/mnt 1, 2, 3, 4 Infus KAEN 3B + Chloroquine (NaCl 0,9%) 1 amp 20 tts/mnt 5, 6 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 500 mg 1 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 1 vial 2, 3, 4, 5, 6 Injeksi Antrain® (Metamizole) 2 x 300 mg 1, 4 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 1, 2, 3, 4, 5, 6 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 2, 3, 4, 5, 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 1 Elkana® 2 x 1 sdm / hari p.o. 1 Dexanta ® 3 x ½ sdt / hari p.o. 1 Sanmag® 2 x 1 sdt / hari p.o. 2, 3, 4, 5, 6 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 5
Agunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
ssessment Pengpemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
58
Tabel XI. Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
No. RM 015751
Dirawat pada tanggal 6/2008 (LRI 2 hari)
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
17/06/2008 – 19/0Subjective
, laki-laki, 10 tahun. BB : 19,5 kg. Keluhan utama : demam, muntah, pusing dan nafsu Pasien : SEmakan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
Nilai Normal (Juni 2008) 17
Hematologi Hemoglobin 11,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ l 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µLeukosit 15.5 ↑ 00 5.000-10.000 /µl Trombosit 1 l 328.000 50.000-400.000 / µHematokrit ♂38,2 ↓ 40-48 %; ♀37-43 % LED 10 ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 5 50 0-70 %• Limfosit 50 ↑ 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Im logi unologi/seroTes Widal
• Titer O 1/320 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1 /200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1 /400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1 /100 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
Nilai Normal (Juni 2008) 17 18
Tekanan Darah 90 ↓ 11 ↓ 120/80 mmHg /60 0/60Suhu 37,3 37 36-37,4 0C Respirasi 227 ↑ 4 ↑ 20X/ menit Nadi 65 80 50 it -100X / men
59
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 40 tts/mnt 17, 18 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 500 mg 17, 18 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 17, 18 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 17, 18
Assessment -
Plan -
60
Tabel XII. Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
No. RM 016155 a
Dirawat pada tanggal 8/2008 (LRI 4 hari)
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
18/08/2008 – 22/0Subjective
aki-laki, 7 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah, menggigil, muntah, nyeri Pasien : RI, lpada ulu hati, BAB cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
Nilai Normal (Agustus 2008) 18
Hematologi Hemoglobin 13,3 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µlLeukosit 8.200 5.000-10.000 /µl Trombosit 1 15 l 97.000 0.000-400.000 / µHematokrit 42,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 5 77 ↑ 0-70 %• Limfosit 23 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Im logi unologi/seroTes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1 /100 (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/400 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
Nilai Normal (Agustus 2008) 18 19 21 22 20
Tekanan Darah 10 ↓ 98/47 11 ↓ 11 ↓ 11 ↓ 120/80 mmHg 9/84 ↓ 1/77 0/74 3/69 Suhu 37.7 ↑ 38 ↑ 37.5 ↑ 37.5 ↑ 37,2 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 22 ↑ 24 ↑ 28 ↑ 25 ↑ 20X/ menit Nadi 126 ↑ 88 84 86 99 50 it -100X / men
61
TNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
erapi
Infus Ds 5% 20 tts/mnt 18, 19, 20, 21 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x 1 amp 18, 19, 20 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 1 g 18, 19, 20 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1 amp 18, 19, 20 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 amp / 8 jam 18, 19 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x .o 1 250 mg / hari p 8, 19, 20Suldox® (Fansidar) 3 x 1 tab / hari p.o. 18, 19, 20 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 21 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 21
A taxime (Taxegram®) termasuk dalam golongan sefalosporin bersifat bakterisid
ssessmentCefosedangkan thiamphenicol (Biothicol®) termasuk dalam golongan chloramphenicol bersifat bakteriostatik. Berdasarkan PIO Indonesia, kombinasi (penggunaan yang bersamaan dengan penyesuaian dosis) antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan karena jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisid. (DRPs : efek obat yang tidak diinginkan)
Plan Pada kasus penggunaan antara cefotaxime (Taxegram ) dan thiamphenicol (Biothicol ) ® ®
sebaiknya dipilih salah satu yaitu : cefotaxime (Taxegram®), karena mengingat kondisi pasien yang lemah maka lebih baik dipilih antibiotika yang bersifat bakterisid.
62
Tabel XIII. Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017299
Dirawat pada tanggal 10/10/2008 – 14/10/2008 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : RZ, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008) Nilai Normal 10 11
Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ - ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.100 - 5.000-10.000 /µl Trombosit 201.000 - 150.000-400.000 / µl Hematokrit 32,3 ↓ - ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - - 0-1 % • Eosinofil - - 1-3 % • Netrofil batang - - 2-5 % • Neutrofil segmen - - 50-70 % • Limfosit - - 20-40 % • Monosit - - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax - (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O - 1/400 (-) • Titer AO - (-) (-) • Titer BO - 1/400 (-) • Titer CO - (-) (-) • Titer H - 1/100 (-) • Titer AH - (-) (-) • Titer BH - 1/100 (-) • Titer CH - (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008) Nilai Normal 10 11 12 14
Tekanan Darah 110/60 ↓ 107/60 ↓ 112/72 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 37,5 ↑ 36,7 36,2 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 36 ↑ 36 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 110 ↑ 130 ↑ 100 110 ↑ 50-100X / menit
63
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 40 tts/mnt 10 Infus RL + Antrain® (Metamizole) 2 amp 60 tts/mnt 11, 12 Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 40 tts/mnt 13 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 11, 12
3 x 500 mg 10 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 cc / 8 jam 10 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 3 x ½ cc 10, 11, 12, 13 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,5 cc / 8 jam 13 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 13 Suldox® (Fansidar) 1 x 2 tab / hari p.o. 10 Malarex® (Chloroquine) 2 x 1 tab / hari p.o. 11, 12
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
64
Tabel XIV. Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017393
Dirawat pada tanggal 18/10/2008 – 21/10/2008 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : YD, laki-laki, 8 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, muntah, pusing dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008) Nilai Normal 18
Hematologi Hemoglobin 13,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 230.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,1 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008) Nilai Normal 18 19 20 21
Tekanan Darah 97/80 ↓ 109/77 ↓ 112/80 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 37,6 ↑ 37,2 36,5 36-37,4 0C Respirasi 44 ↑ 36 ↑ 34 ↑ 28 ↑ 20X/ menit Nadi 164 ↑ 120 ↑ 103 ↑ 86 50-100X / menit
65
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 30 tts/mnt 18, 19, 21 Infus RL + Antrain® (Metamizole) ½ amp 80 tts/mnt 20 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 18, 20 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 250 mg 19
½ amp / 8 jam 18 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 400 mg 19 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x 0,5 cc 18
3 x 2 ml 19, 20 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x 1 ml 18 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 18 Malarex® (Chloroquine) 2 x 1 tab / hari p.o. 20 Biothicol ® (Thiamphenicol) 3 x 250 mg / hari p.o. 21
Assessment 1. Berdasarkan Obat-obat penting, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak penderita
demam tifoid 20-30 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 420-630 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Biothicol®) diberikan 250 mg x 3/hari (D = 750 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih)
2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) pada kasus tidak tepat karena pasien tidak mengalami malaria. (DRPs : tidak perlu obat)
Plan 1. Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) diturunkan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 2 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) sebaiknya tidak diberikan.
66
Tabel XV. Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017661
Dirawat pada tanggal 06/11/2008 – 10/11/2008 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : DI, laki-laki, 7 tahun. BB : 16,5 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, lemah, mual, muntah, batuk berdahak, BAB tidak lancar dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(November 2008) Nilai Normal 6
Hematologi Hemoglobin 12 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 24.000 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 290.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit - ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(November 2008) Nilai Normal 6 7 8 9 10
Tekanan Darah 100/60 ↓ 115/66 ↓ 111/54 ↓ 100/60 ↓ 110/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 37,5 ↑ 36,8 37,2 37 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 28 ↑ 20 28 ↑ 20 20X/ menit Nadi 80 94 76 100 108 ↑ 50-100X / menit
67
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% 30 tts/mnt 6 Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 60 tts/mnt 7, 8, 9 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 6 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 7, 8, 9 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,4 cc / 6 jam 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1 tab / hari p.o. 6 Epexol® (Ambroxol) 3 x 1 sdt / hari p.o 6
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
68
Tabel XVI. Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017971
Dirawat pada tanggal 26/11/2008 – 01/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : MU, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut kembung dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(November 2008) Nilai Normal 26
Hematologi Hemoglobin 13,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.700 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 348.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,4 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(November-Desember 2008) Nilai Normal 26 27 28 29 30 1
Tekanan Darah 80/60 ↓ 90/60 ↓ 102/70 ↓ 100/80 ↓ 110/70 ↓ 105/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38,2 ↑ 37,4 37 37 36,5 37 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 36 ↑ 37 ↑ 36 ↑ 26 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 100 130 ↑ 100 110 ↑ 110 ↑ 98 50-100X / menit
69
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 70 tts/mnt 28, 29, 30 Infus KAEN 3B + Chloroquine 1 amp 70 tts/mnt 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi Antrain® (Metamizole) 250 mg / 8 jam 26, 27, 28 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 0,5 cc 26, 27, 28, 29, 30 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 26, 27, 28, 29, 30
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
70
Tabel XVII. Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018264
Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : RD, laki-laki, 10 tahun, BB : 31 kg. Keluhan utama : demam, pusing, muntah, batuk berdahak dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 18
Hematologi Hemoglobin 13,8 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 20.600 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 365.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 42,4 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 55 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/400 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 18 19 20 21 22 23
Tekanan Darah 110/71 ↓ 106/54 ↓ 117/80 ↓ 114/72 ↓ 110/70 ↓ 112/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,6 ↑ 37,5 ↑ 37,2 37 36,8 36-37,4 0C Respirasi 36 ↑ 32 ↑ 39 ↑ 30 ↑ 24 ↑ 18 ↓ 20X/ menit Nadi 88 108 ↑ 112 ↑ 97 68 89 50-100X / menit
71
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL + Piralen® (Metoclopramide) 1 amp 30 tts/mnt 18 Infus D5 + ¼NS + Antrain® (Metamizole) ½ amp 30 tts/mnt 22
2 amp 30 tts/mnt 19, 20, 21 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 19, 20, 21
3 x 1 g 18 Injeksi Antrain® (Metamizole) 1 amp / 8 jam 18 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 1 cc 19, 20, 21, 22 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 1 x 1 cc 19, 20, 21, 22
2 x 1 amp 18 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 19, 20, 21, 22
Assessment -
Plan -
72
Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018265
Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : ZH, perempuan, 9 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 18
Hematologi Hemoglobin 13,4 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.900 5.000-10.000 /µl Trombosit 235.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 56 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 18 19 20 21 22 23
Tekanan Darah 100/60 ↓ 115/66 ↓ 111/54 ↓ 100/60 ↓ 110/70 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38,4 ↑ 37,6 ↑ 37,5 ↑ 37 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 38 ↑ 54 ↑ 52 ↑ 26 ↑ 28 ↑ 20 20X/ menit Nadi 110 ↑ 114 ↑ 80 94 76 100 50-100X / menit
73
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus D5 + ¼NS 30 tts/mnt 18, 19, 20, 21, 22 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 18, 19, 20, 21, 22 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,8 cc / 8 jam 18, 19, 20, 21, 22 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x 1 cc 18, 19, 20 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 21, 22
Assessment -
Plan -
74
Tabel XIX. Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018346
Dirawat pada tanggal 23/12/2008 – 28/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : AM, perempuan, 8 tahun. BB : 22,5 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah, perut terasa sakit dan nyeri pada tangan serta kaki. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 23
Hematologi Hemoglobin 11,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,94 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 9.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 186.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 33,5 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 65 50-70 % • Limfosit 35 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/400 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008) Nilai Normal 23 24 25 26 27 28
Tekanan Darah 97/53 ↓ 96/43 ↓ 120/60 ↓ 109/67 ↓ 100/70 ↓ 110/80 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39,4 ↑ 38,2 ↑ 37,8 ↑ 37,5 ↑ 37,6 ↑ 37 36-37,4 0C Respirasi 20 22 ↑ 28 ↑ 18 ↓ 20 22 ↑ 20X/ menit Nadi 110 ↑ 92 83 83 67 78 50-100X / menit
75
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 20 tts/mnt 23, 24, 25, 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 23, 24, 25, 26 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 23, 24, 25 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1 cc 23, 24, 25, 26 Injeksi Piralen® (Metoclopramde) 3 x 1 cc 25, 26, 27 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 27 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 28 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 23, 24, 25, 26, 27 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 27, 28 Flamar® (Diclofenac Na) 3 x oles / hari 26
Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 22,5 kg, D = 675-2250 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang) Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
76
Tabel XX. Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 000268
Dirawat pada tanggal 22/01/2009 – 26/01/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SU, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, batuk berdahak dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Januari 2009) Nilai Normal 22
Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 243.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 81 ↑ 50-70 % • Limfosit 15 ↓ 20-40 % • Monosit 4 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Januari 2009) Nilai Normal 22 23 24 25 26
Tekanan Darah 108/60 ↓ 110/60 ↓ 110/70 ↓ 102/70 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,5 ↑ 37,7 ↑ 36,5 37,2 37 36-37,4 0C Respirasi 33 ↑ 32 ↑ 43 ↑ 30 ↑ 28 ↑ 20X/ menit Nadi 90 92 78 88 83 50-100X / menit
77
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL + Antrain® (Metamizole) 1 amp 16 tts/mnt 22, 23, 24, 25 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 1 g 22, 23, 24, 25 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ¾ amp / 8 jam 22 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 22 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ¾ amp 22 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x 1 amp 23, 24, 25 Suldox® (Fansidar) 1 x 1 tab / hari p.o. 23 Malarex® (Chloroquine) 2-1-1 tab/hari p.o. 24, 25 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 22 Mucohexin® (Bromhexine) 3 x 1 sdt / hari p.o. 22
Assessment -
Plan -
78
Tabel XXI. Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 000466
Dirawat pada tanggal 01/02/2009 – 06/02/2009 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : LU, perempuan, 11 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, BAB cair, nyeri pada abdomen dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : sembuh. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Februari 2009) Nilai Normal 1
Hematologi Hemoglobin 11,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.700 5.000-10.000 /µl Trombosit 180.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 31,7 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 40 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Februari 2009) Nilai Normal 1 2 3 4 5 6
Tekanan Darah 100/60 ↓ 115/66 ↓ 111/54 ↓ 100/60 ↓ 110/70 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39 ↑ 38 ↑ 37,5 ↑ 37,6 ↑ 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 20 20 22 ↑ 20 28 ↑ 20 20X/ menit Nadi 64 109 ↑ 80 94 78 100 50-100X / menit
79
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 1, 2, 3, 4, 5 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 1, 2, 3, 4 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 5 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 1 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 2, 4 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x 1 ml 1, 2, 3, 4 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 2 x ½ amp 2, 3, 4, 5 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 250 mg / hari p.o. 6 Lapraz® (Lansoprazole) 3 x 1 kaps / hari p.o. 6 Bufect Forte® (Ibuprofen) 3 x 1 sdt / hari p.o. 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1 tab / hari p.o. 1 Malarex® (Chloramphenicol) 1½-1-1-1 tab/hari p.o. 3, 4
Assessment 1. Berdasarkan BNF, penggunaan lansoprazole (Lapraz®) tidak direkomendasikan untuk anak.
(DRPs : obat tidak efektif) 2. Pada kasus tanggal 6/02/2009, pasien tidak memerlukan ibuprofen (Bufect Forte®) karena
suhu tubuh pasien berada pada kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat) Plan
1. Penggunaan lansoprazole (Lapraz®) sebaiknya tidak diberikan. 2. Penggunaan ibuprofen (Bufect Forte®) pada kasus tanggal 6/02/2009 sebaiknya tidak
diberikan.
80
Tabel XXII. Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001390
Dirawat pada tanggal 28/03/2009 – 01/04/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SR, perempuan, 10 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Maret 2009) Nilai Normal 28
Hematologi Hemoglobin 13,1 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.100 5.000-10.000 /µl Trombosit 135.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan (Maret-April 2009) Nilai Normal
28 29 30 31 1 Tekanan Darah 110/71 ↓ 106/54 ↓ 105/80 ↓ 117/80 ↓ 114/72 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,6 ↑ 37 37,3 37 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 23 ↑ 21 ↑ 19 ↓ 20 20X/ menit Nadi 106 ↑ 96 86 64 98 50-100X / menit
81
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 30, 31 Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 10 tts/mnt 28, 29 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 29, 30, 31 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 28, 29, 30, 31 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 28 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 29, 30, 31 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 3 x ½ amp 28 Malarex® (Chloroquine) 2-1-1 tab / hari p.o. 30, 31 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 29
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
82
Tabel XXIII. Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001509
Dirawat pada tanggal 03/04/2009 – 04/04/2009 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : FR, laki-laki, 7 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 3
Hematologi Hemoglobin 12,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 198.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,8 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria - (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 3 4
Tekanan Darah 90/60 ↓ 105/80 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,8 ↑ 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 27 ↑ 20X/ menit Nadi 60 70 50-100X / menit
83
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 24 tts/mnt 3, 4 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 3 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 3 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1/3 amp 3 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 4 Bufect® (Ibuprofen) 2 x 1 sdt / hari p.o. 4
Assessment -
Plan -
84
Tabel XXIV. Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001520
Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 06/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : TI, perempuan, 7 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah, BAB cair (5x) dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 4
Hematologi Hemoglobin 12,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.300 5.000-10.000 /µl Trombosit 361.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 46,3 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH 1/400 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 4 5 6
Tekanan Darah 100/60 ↓ 90/60 ↓ 112/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 35,1 ↓ 36,2 36-37,4 0C Respirasi 37 ↑ 30 ↑ 26 ↑ 20X/ menit Nadi 110 ↑ 112 ↑ 98 50-100X / menit
85
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 16 tts/mnt 4, 5 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 4,5 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1/3 amp 4,5 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 5 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. (forte) 6
Assessment -
Plan -
86
Tabel XXV. Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001526
Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 11/04/2009 (LRI 7 hari) Subjective Pasien : DE, perempuan, 2 tahun. BB : 9 kg. Keluhan utama : demam, lemah, perut kembung, BAB cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 4 8
Hematologi Hemoglobin 9,4 ↓ 9,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 14.400 ↑ 5.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 229.000 197.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 30 ↓ 31,5 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - 30 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0 0-1 % • Eosinofil 6 ↑ 3 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 74 ↑ 81 ↑ 50-70 % • Limfosit 18 ↓ 15 ↓ 20-40 % • Monosit 2 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria - (+) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/100 - (-) • Titer AO - - (-) • Titer BO 1/100 - (-) • Titer CO - - (-) • Titer H 1/100 - (-) • Titer AH 1/200 - (-) • Titer BH 1/100 - (-) • Titer CH 1/100 - (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 4 5 6 7 8 9 10 11
Tekanan Darah 105/78↓
115/80↓
110/70↓
106/64↓
106/41↓
97/60 ↓
100/70↓
105/70↓ 120/80 mmHg
Suhu 39,5 ↑ 38 ↑ 37,5 ↑ 37,2 37,4 37 36,8 37,8 ↑ 36-37,4 0C Respirasi 35 ↑ 32 ↑ 30 ↑ 34 ↑ 22 ↑ 26 ↑ 22 ↑ 21 ↑ 20X/ menit Nadi 122 ↑ 116 ↑ 108 ↑ 95 87 66 73 79 50-100X / menit
87
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 20 tts/mnt 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 250 mg 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,3 cc / 6 jam 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Cortidex® (Dexamethasone) 3 x ½ amp 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ¼ amp 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Dexa-M® (Dexamethasone) 2 x ½ amp 9 Suldox® (Fansidar) 1 x ½ tab / hari p.o. 5, 6 Dexanta® 3 x ½ sdt / hari p.o. 10 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 11 Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 1 sdt / hari p.o. 11
Assessment Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, pasien tidak membutuhkan metamizole (Antrain®) karena suhu tubuh pasien dalam kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat)
Plan Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, metamizole (Antrain®) tidak diberikan.
88
Tabel XXVI. Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001682
Dirawat pada tanggal 14/04/2009 – 16/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : IN, laki-laki, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, linu pada sendi, tulang terasa sakit, mual dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 14 15
Hematologi Hemoglobin 7,3 ↓ 10,2 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 3,44 ↓ 4,63 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.300 ↑ 9.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 487.000 ↑ 525.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 24,9 ↓ 34,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 80 ↑ - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 - 0-1 % • Eosinofil 4 ↑ - 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ - 2-5 % • Neutrofil segmen 27 ↓ - 50-70 % • Limfosit 27 - 20-40 % • Monosit 2 - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax - (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 - (-) • Titer AO 1/100 - (-) • Titer BO 1/100 - (-) • Titer CO 1/100 - (-) • Titer H 1/100 - (-) • Titer AH 1/100 - (-) • Titer BH 1/100 - (-) • Titer CH (-) - (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 14 15 16
Tekanan Darah 110/74 ↓ 102/60 ↓ 110/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,5 ↑ 37,2 36,5 36-37,4 0C Respirasi 32 ↑ 33 ↑ 28 ↑ 20X/ menit Nadi 74 68 88 50-100X / menit
89
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 14, 15, 16 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 2 x 500 mg 14, 15, 16 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 250 mg 14 Injeksi Acran® (Ranitidine) ½ amp / 12 jam 15
Assessment -
Plan -
90
Tabel XXVII. Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001707
Dirawat pada tanggal 16/04/2009 – 20/04/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SA, perempuan, 2 tahun. BB : 28 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, batuk berdahak, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 16
Hematologi Hemoglobin 11,7 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 216.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 44,1 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 79 ↑ 50-70 % • Limfosit 20 20-40 % • Monosit 1 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 16 17 18 19 20
Tekanan Darah 110/60 ↓ 108/60 ↓ 110/70 ↓ 100/70 ↓ 102/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,7 ↑ 37,5 ↑ 37,2 36,5 37 36-37,4 0C Respirasi 43 ↑ 30 ↑ 33 ↑ 32 ↑ 28 ↑ 20X/ menit Nadi 83 78 88 90 92 50-100X / menit
91
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 16 tts/mnt 16, 17, 18, 19, 20 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 2 x 750 mg 16, 17, 18, 19 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 16, 17 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 16, 17, 18, 19 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 16, 17 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 16, 17, 18, 19 Dexanta® 3 x ½ sdt / hari p.o. 16, 17, 18, 19 Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 1 sdt / hari p.o. 20 OBH Berlico® 3 x 1 sdt / hari p.o. 16, 17, 18, 19
Assessment -
Plan -
92
Tabel XXVIII. Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001766
Dirawat pada tanggal 20/04/2009 – 21/04/2009 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : RE, perempuan, 3 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 20
Hematologi Hemoglobin 12,2 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 280.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit - ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 2 2-5 % • Neutrofil segmen 48 ↓ 50-70 % • Limfosit 50 ↑ 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/400 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 20 21
Tekanan Darah 114/60 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,5 ↑ 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 22 ↑ 20X/ menit Nadi 106 ↑ 100 50-100X / menit
93
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 20, 21 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 1 g 20 Injeksi Antrain® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 20 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x 1 amp 20 Malarex® (Chloroquine) 2-2-1 tab / hari p.o. 20
1-1-1 tab / hari p.o. 21 Sanmol® (Paracetamol) 3 x 1 tab / hari p.o. 21 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 21 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 21 Dexanta® 3 x 2 sdt / hari p.o. 20
Assessment -
Plan -
94
Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001800
Dirawat pada tanggal 21/04/2009 – 23/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : YU, laki-laki, 9 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, lemah, muntah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 21
Hematologi Hemoglobin 12,1 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.200 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 137.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 1 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 67 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 2 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p.vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 21 22 23
Tekanan Darah 100/60 ↓ 100/80 ↓ 110/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,5 ↑ 37 36-37,4 0C Respirasi 32 ↑ 28 ↑ 23 ↑ 20X/ menit Nadi 120 ↑ 46 96 50-100X / menit
95
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 21, 22, 23 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 21, 22 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 amp / 8 jam 21, 22 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 21, 22 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 21, 22 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 21, 22 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 kapl / hari p.o. 23 Bufect® (Ibuprofen) 3 x 1 sdt / hari p.o. 23
Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 25 kg, D = 750-2500 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih)
Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
96
Tabel XXX. Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001816
Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : IA, perempuan, 12 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah, kejang dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 22 23
Hematologi Hemoglobin 10,8 ↓ - ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.100 - 5.000-10.000 /µl Trombosit 112.000 ↓ - 150.000-400.000 / µl Hematokrit 33,4 ↓ - ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 - 0-1 % • Eosinofil 1 - 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ - 2-5 % • Neutrofil segmen 74 ↑ - 50-70 % • Limfosit 21 - 20-40 % • Monosit 4 - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax - (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O - 1/400 (-) • Titer AO - 1/100 (-) • Titer BO - 1/100 (-) • Titer CO - (-) (-) • Titer H - 1/200 (-) • Titer AH - 1/200 (-) • Titer BH - (-) (-) • Titer CH - (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 22 23 24 25 26
Tekanan Darah 65/40 ↓ 95/50 ↓ 100/80 ↓ 100/70 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37.8 ↑ 38 ↑ 37.6 ↑ 37 37.2 36-37,4 0C Respirasi 20 32 ↑ 28 ↑ 24 ↑ 20 20X/ menit Nadi 103 ↑ 86 94 100 100 50-100X / menit
97
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 22, 23, 24, 25, 26 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 22 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 23, 24 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 22, 23, 24 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 23, 24 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 22 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 25, 26 Stesolid® (Diazepam) 10 mg / 24 jam suppo 22
Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 630-2100 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang)
Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
98
Tabel XXXI. Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001835
Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 25/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : DK, laki-laki, 3 tahun. BB : 26 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 23
Hematologi Hemoglobin 12,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.200 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 237.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,8 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 23 24 25
Tekanan Darah 110/74 ↓ 109/84 ↓ 110/69 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 37,2 37 36-37,4 0C Respirasi 24 ↑ 34 ↑ 20 20X/ menit Nadi 98 98 65 50-100X / menit
99
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 23, 24 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 23, 34, 25 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 23, 24 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 23, 24 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 23 Suldox® (Fansidar) 1 x 1¾ tab / hari p.o. 23 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 250 mg (kaps) / hari p.o. 25 Sanmag® 2 x 1 sdt / hari p.o. 24, 25
Assessment -
Plan -
100
Tabel XXXII. Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001838
Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 24/04/2008 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : AZ, perempuan, 3 tahun, BB : 11 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 23
Hematologi Hemoglobin 14,2 ↑ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.200 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 60.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,8 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 17 ↓ 50-70 % • Limfosit 82 ↑ 20-40 % • Monosit 1 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 23 24 Tekanan Darah 110/70 ↓ 114/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 37 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 116 ↑ 98 50-100X / menit
101
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 23,24 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x ½ vial (500 mg) 23, 24 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 23, 24 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 23
Assessment -
Plan -
102
Tabel XXXIII. Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001859
Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : RO, perempuan, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 24
Hematologi Hemoglobin 12 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.900 5.000-10.000 /µl Trombosit 268.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 3 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 85 ↑ 50-70 % • Limfosit 12 ↓ 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/400 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 24 25 26
Tekanan Darah 105/80 ↓ 110/60 ↓ 112/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39,8 ↑ 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 18 ↓ 25 ↑ 20 20X/ menit Nadi 60 72 98 50-100X / menit
103
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 16 tts/mnt 24,25,26 Injeksi Invomit® (Ondansetron) 3 x ½ amp 24,25 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 500 mg 24,25,26 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,5 cc /6 jam 24,25 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 24,25,26
Assessment -
Plan -
104
Tabel XXXIV. Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001969
Dirawat pada tanggal 29/04/2009 – 04/05/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : EK, perempuan, 11 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan nyeri pada ulu hati. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(April 2009) Nilai Normal 29
Hematologi Hemoglobin 12,8 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 24.300 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 438.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 39,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 3 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 65 50-70 % • Limfosit 25 20-40 % • Monosit 7 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/400 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(April-Mei) Nilai Normal 29 30 1 2 3 4
Tekanan Darah 90/60 ↓ 100/60 ↓ 90/60 ↓ 95/70 ↓ 110/70 ↓ 110/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 38 ↑ 37,5 ↑ 37 37,6 ↑ 36,7 36-37,4 0C Respirasi 29 ↑ 28 ↑ 28 ↑ 22 ↑ 24 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 90 85 88 80 80 84 50-100X / menit
105
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 29, 30, 1, 2, 3 Injeksi Chloramex® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 29, 30, 1, 2, 3 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 29, 30, 1 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 250 mg 29, 30, 1, 2 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ¼ amp 29, 30, 1, 2, 3 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 29, 30, 1, 2, 3 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 kapl / hari p.o. 4 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 4
Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 20 kg, D = 600-2000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih)
Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
106
Tabel XXXV. Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002029
Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : RA, perempuan, 8 tahun. BB : 14 kg. Keluhan utama : demam, pusing, batuk berdahak dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2008) Nilai Normal 2
Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 13.700 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 433.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 2 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 73 ↑ 50-70 % • Limfosit 20 20-40 % • Monosit 5 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2008) Nilai Normal 2 3 4 5
Tekanan Darah 100/60 ↓ 115/66 ↓ 111/54 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,6 ↑ 37.4 37.6 ↑ 37,2 36-37,4 0C Respirasi 32 ↑ 32 ↑ 20 18 ↓ 20X/ menit Nadi 110 ↑ 90 71 65 50-100X / menit
107
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 2, 3, 4 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 2, 3, 4 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 4 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 200 mg / 8 jam 2, 3 Injeksi Ratan® (Ranitidine) ½ amp / 12 jam 2, 3 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) ½ amp / 8 jam 4
¼ amp / 8 jam 2, 3 Thiamycin ® (Thiamphenicol) 3 x ½ sdt / hari p.o.(forte) 5 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 5
Assessment -
Plan -
108
Tabel XXXVI. Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002040
Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : AU, perempuan, 8 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan mual. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 2
Hematologi Hemoglobin 11,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.700 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 123.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,9 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 2 3 4 5
Tekanan Darah 115/65 ↓ 110/50 ↓ 90/50 ↓ 101/61 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,6 ↑ 37 37,2 37,8 ↑ 36-37,4 0C Respirasi 22 ↑ 20 24 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 112 ↑ 120 ↑ 112 ↑ 100 50-100X / menit
109
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% 10 tts/mnt 2, 3 Infus KAEN 3B 15 tts/mnt 4 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 2 x 500 mg 2, 3 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 4 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 2, 3, 4 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 2, 3, 4 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 0,4 cc 2, 3, 4 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 2, 3 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 5 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 2, 3 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 4 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 4
Assessment 1. Berdasarkan MIMS, chloramphenicol (Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®)
memiliki indikasi yang sama yaitu demam tifoid. Pada kasus, chloramphenicol (Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®) diberikan bersamaan. (DRPs : obat tidak efektif)
2. Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 22 kg, D = 660-2200 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang)
Plan 1. Penggunaan Colsancetine® dan Thiamycin® sebaiknya dipilih salah satu. 2. Dosis antibiotika thiamphenicol dalam Thiamycin® dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3
kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
110
Tabel XXXVII. Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002129
Dirawat pada tanggal 06/05/2009 – 11/05/2009 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : RK, laki-laki, 11 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, pusing dan keluar darah dari hidung. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 5 6 11
Hematologi Hemoglobin 13,2 - 12,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 5,39 - - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 2.600 ↓ - 5.600 5.000-10.000 /µl Trombosit 142.000 ↓ - 175.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,4 - 41,2 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - - - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 1 - - 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ - - 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ - - 2-5 % • Neutrofil segmen 69 - - 50-70 % • Limfosit 26 - - 20-40 % • Monosit 4 - - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax - - (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 - - (-) • Titer AO 1/100 - - (-) • Titer BO 1/400 - - (-) • Titer CO 1/100 - - (-) • Titer H 1/200 - - (-) • Titer AH 1/200 - - (-) • Titer BH 1/100 - - (-) • Titer CH 1/100 - - (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 6 7 8 9 10 11
Tekanan Darah 100/60 ↓ 90/60 ↓ 110/70 ↓ 100/80 ↓ 112/80 ↓ 110/80 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,5 ↑ 37 36,8 37,2 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 23 ↑ 26 ↑ 26 ↑ 25 ↑ 18 ↓ 21 ↑ 20X/ menit Nadi 100 130 ↑ 110 ↑ 100 110 ↑ 110 ↑ 50-100X / menit
111
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 20 tts/mnt 6 Infus RL 20 tts/mnt 7, 8, 9, 10 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 3 x 500 mg 7, 8, 9, 10
2 x 600 mg 6 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ¾ amp / 8 jam 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ¾ amp 6, 7, 8, 9 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 6 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 10 Imboost Force® 3 x 1 sdt / hari p.o. 7, 8, 9, 10, 11
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
112
Tabel XXXVIII. Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002133
Dirawat pada tanggal 07/05/2009 – 09/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : HA, laki-laki, 10 tahun. BB : 30 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah, dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 7
Hematologi Hemoglobin 14,9 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 197.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 45,9 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 74 ↑ 50-70 % • Limfosit 23 20-40 % • Monosit 6 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 7 8 9
Tekanan Darah 100/40 ↓ 114/60 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,8 ↑ 36,8 36,5 36-37,4 0C Respirasi 36 ↑ 26 ↑ 22 ↑ 20X/ menit Nadi 67 88 100 50-100X / menit
113
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 20 tts/mnt 7, 8 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 1 g 7, 8 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 1 amp 7, 8 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 7, 8 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x 1 amp 7, 8 Malarex® (Chloroquine) 3-2-2 tab / hari p.o. 7 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 9
Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 30 kg, D = 900-3000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang)
Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 4 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
114
Tabel XXXIX. Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002400
Dirawat pada tanggal 21/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : MQ, laki-laki, 12 tahun. BB : 32 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 21
Hematologi Hemoglobin 12,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.900 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 178.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,7 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 2 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 79 ↑ 50-70 % • Limfosit 16 ↓ 20-40 % • Monosit 3 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 21 22 23 24 25
Tekanan Darah 97/70 ↓ 110/59 ↓ 110/60 ↓ 100/60 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39 ↑ 38 ↑ 37,6 ↑ 37,4 37 36-37,4 0C Respirasi 52 ↑ 20 24 ↑ 24 ↑ 22 ↑ 20X/ menit Nadi 132 ↑ 131 ↑ 100 100 94 50-100X / menit
115
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 12 tts/mnt 21, 22, 23, 24 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 500 mg 21 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 1 g 22, 23, 24 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 22, 23
500 mg / 8 jam 21 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x ½ amp 21, 22, 23, 24 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 21, 22, 23, 24 Malarex® (Chloroquine) 2-1-1 tab / hari p.o. 22, 23, 24 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 25 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. (forte) 25 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 25
Assessment -
Plan -
116
Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002407
Dirawat pada tanggal 22/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : SP, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan nyeri di ulu hati. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 22
Hematologi Hemoglobin 11,1 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 11.900 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 367.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit - ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 3 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 26 20-40 % • Monosit 1 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 22 23 24 25
Tekanan Darah 114/72 ↓ 117/80 ↓ 110/70 ↓ 107/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,6 ↑ 36 36 36.7 36-37,4 0C Respirasi 24 ↑ 36 ↑ 28 ↑ 22 ↑ 20X/ menit Nadi 83 78 88 90 50-100X / menit
117
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 20 tts/mnt 22, 23, 24 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 22, 23, 24 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 22, 23 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x ½ amp 22, 23, 24 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 2 x ½ amp 22, 23, 24 Suldox® (Fansidar) 1 x 2 tab / hari p.o. 22 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 22, 23, 24
Assessment -
Plan -
118
Tabel XLI. Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002477
Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : NI, perempuan, 1 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, muntah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 25
Hematologi Hemoglobin 12,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.500 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 125.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 23,6 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 2 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 60 50-70 % • Limfosit 35 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 25 26 27 28
Tekanan Darah 90/50 ↓ 110/60 ↓ 100/70 ↓ 114/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,8 ↑ 37,6 ↑ 37 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 34 ↑ 36 ↑ 22 ↑ 20X/ menit Nadi 86 92 97 100 50-100X / menit
119
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 25, 26, 27, 28 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 25, 26, 27 Thiamycin® (Thiamphenicol) 2 x 125 mg / hari p.o. 28 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 25
Assessment -
Plan -
120
Tabel XLII. Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002492
Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 27/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : EA, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 25
Hematologi Hemoglobin 11,2 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.300 5.000-10.000 /µl Trombosit 144.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 34,3 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 25 26 27
Tekanan Darah 98/47 ↓ 110/74 ↓ 109/84 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38 ↑ 37,5 ↑ 36 36-37,4 0C Respirasi 32 ↑ 28 ↑ 20 20X/ menit Nadi 88 90 92 50-100X / menit
121
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 25, 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 26 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 400 mg 25 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 400 mg / 8 jam 25, 26 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 2 x 1 cc 25, 26, 27 Thiamycin® (Thiamphenicol) 2 x 250 mg (kaps) / hari p.o. 27 Malarex® (Chloroquine) 2-1-1 tab / hari 25, 26 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 25 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 27
Assessment -
Plan -
122
Tabel XLIII. Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002512
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : PU, laki-laki, 11 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 26
Hematologi Hemoglobin 11,4 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 8.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 451.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 60 50-70 % • Limfosit 40 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 26 27 28 29 30 1
Tekanan Darah 100/70 ↓ 90/60 ↓ 100/70 ↓ 110/70 ↓ 110/80 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37.7 ↑ 38 ↑ 37.5 ↑ 37.5 ↑ 37.5 ↑ 36,8 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 21 ↑ 19 ↓ 18 ↓ 22 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 88 96 65 92 100 86 50-100X / menit
123
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 15 tts/mnt 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 250 mg 26, 27, 28 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 28, 29, 30 Suldox® (Fansidar) 1 x 2 tab / hari p.o. 26, 27, 28
Assessment -
Plan -
124
Tabel XLIV. Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002514
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : SI, laki-laki, 1 tahun. BB : 12,5 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, kejang dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 26
Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 8.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 277.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,6 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 70 50-70 % • Limfosit 30 20-40 % • Monosit 0 ↓ 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/200 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 26 27 28
Tekanan Darah 110/70 ↓ 100/60 ↓ 106/80 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38,2 ↑ 37,8 ↑ 37 36-37,4 0C Respirasi 23 ↑ 28 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 74 88 96 50-100X / menit
125
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 40 tts/mnt 26, 27, 28 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 150 mg 26 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 300 mg 26 Neo Kaolana® (Koalin) 3 x 1 sdt / hari p.o. 26, 28 Mucopect® (Ambroxol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 26 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 27 Vomerin® (Domperidone) 2 x 1 sdt / hari p.o. 27 Thiamycin® (Thiamphenicol) 2 x 1 sdt / hari p.o. 27, 28 Stesolid® (Diazepam) 5 mg / 24 jam rektal 26 Suldox® (Fansidar) 1 x 2 tab / hari p.o. 26, 27
Assessment -
Plan -
126
Tabel XLV. Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002532
Dirawat pada tanggal 27/05/2009 – 02/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : WA, laki-laki, 5 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, batuk rejan, pusing, muntah, BAB cair, dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 27
Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,76 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.200 5.000-10.000 /µl Trombosit 168.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 34,3 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO 1/400 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2009) Nilai Normal 27 28 29 30 31 1
Tekanan Darah 100/80 ↓ 100/60 ↓ 110/70 ↓ 112/60 ↓ 100/70 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38,5 ↑ 37,6 ↑ 37,5 ↑ 37,3 36 36,5 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 32 ↑ 32 ↑ 28 ↑ 28 ↑ 26 ↑ 20X/ menit Nadi 110 ↑ 120 ↑ 46 96 92 100 50-100X / menit
127
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 10 tts/mnt 27, 28, 29, 30, 31, 1 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 400 mg 27
3 x 500 mg 28, 29, 30, 31, 1 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 200 mg 28, 29
2 x 300 mg 27 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 0,5 cc 27
2 x 1/3 amp 28, 29, 30 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 1/3 amp 31 Mucopect® (Ambroxol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 27 Neo Kaolana® (Koalin) 3 x 1 sdt / hari p.o. 27, 28 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 31, 1 Prome® 3 x 1 sdt / hari p.o. 28, 29, 30, 31, 1
Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan -
128
Tabel XLVI. Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002535
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : DA, laki-laki, 2 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009) Nilai Normal 27
Hematologi Hemoglobin 12,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 13.300 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 232.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 1 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 66 50-70 % • Limfosit 29 20-40 % • Monosit 4 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (-) (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2009) Nilai Normal 26 27 28 29 30 1
Tekanan Darah 90/60 ↓ 97/60 ↓ 105/70 ↓ 110/70↓ 112/80 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39,5 ↑ 38,2 ↑ 37,8 ↑ 37,6 ↑ 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 36 ↑ 32 ↑ 28 ↑ 27 ↑ 20 24 ↑ 20X/ menit Nadi 108 ↑ 116 ↑ 99 97 84 88 50-100X / menit
129
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 40 tts/mnt 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 250 mg 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,4 cc / 8 jam 26, 27, 28 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 29, 30, 1
Assessment -
Plan -
130
Tabel XLVII. Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002634
Dirawat pada tanggal 01/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : MI, perempuan, 10 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, susah BAB, lemah, kesadaran menurun, perut terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 1
Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,44 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 157.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 48 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil - 0-1 % • Eosinofil - 1-3 % • Netrofil batang - 2-5 % • Neutrofil segmen - 50-70 % • Limfosit - 20-40 % • Monosit - 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/400 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH (-) (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 1 2 3 4
Tekanan Darah 110/80 ↓ 105/70 ↓ 100/70 ↓ 100/80 ↓ 120/80 mmHg Suhu 38,4 ↓ 37,5 ↓ 37,6 ↓ 37 36-37,4 0C Respirasi 28 ↑ 34 ↑ 27 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 94 68 89 100 50-100X / menit
131
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus RL 10 tts/mnt 1, 2, 3, 4 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 1
3 x 500 mg 2, 3 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1 cc 1 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 cc / 8 jam 1
500 mg / 8 jam 2, 3 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 2, 3 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 2 Cefat® (Cefadroxil) 2 x 1,5 sdt / hari p.o. 4 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 2, 3, 4
Assessment -
Plan -
132
Tabel XLVIII. Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002641
Dirawat pada tanggal 02/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : WH, perempuan, 6 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 2
Hematologi Hemoglobin 12,2 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.100 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 147.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 39,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED - ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 0 ↓ 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 57 50-70 % • Limfosit 40 20-40 % • Monosit 3 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/400 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/200 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 2 3 4
Tekanan Darah 100/80 ↓ 110/70 ↓ 105/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 37,6 ↑ 37 36,5 36-37,4 0C Respirasi 32 ↑ 27 ↑ 23 ↑ 20X/ menit Nadi 68 70 87 50-100X / menit
133
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 16 tts/mnt 2, 3 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 2 x 750 mg 2
1 x 1 g 3 Injeksi Antrain® (Metamizole) 3 x 0,5 cc 2, 3 Injeksi Invomit® (Ondansetron) 2 x ½ amp 2, 3 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 2, 3 Cefat® (Cefadroxil) 2 x 1,5 sdt / hari p.o. 4 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 4 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 2, 3
Assessment -
Plan -
134
Tabel XLIX. Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002976
Dirawat pada tanggal 23/06/2009 – 25/06/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : HI, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah dan nyeri perut. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective
Parameter Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 23
Hematologi Hemoglobin 11,7 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit - ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 173.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 35,7 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 22 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0-1 % • Eosinofil 1 1-3 % • Netrofil batang 0 ↓ 2-5 % • Neutrofil segmen 74 ↑ 50-70 % • Limfosit 23 20-40 % • Monosit 2 2-8 %
Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-)
Imunologi/serologi Tes Widal
• Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 1/100 (-)
Tanda Vital Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009) Nilai Normal 23 24 25
Tekanan Darah 110/90 ↓ 110/80 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg Suhu 39 ↑ 37,5 ↑ 36,7 36-37,4 0C Respirasi 26 ↑ 24 ↑ 24 ↑ 20X/ menit Nadi 90 77 88 50-100X / menit
135
Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B 20 tts/mnt 23, 24 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 2 x 750 mg 23, 24 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 0,5 cc 23 Injeksi Invomit® (Ondansetron) 3 x ½ amp 23 Injeksi Acran® (Ranitidine) ½ amp / 12 jam 23, 24 Imboost Force® 2 x 1 sdt / hari p.o. 23, 24 Suldox® (Fansidar) 1x1½ tab / hari p.o. 23, 24
Assessment -
Plan -
136
Lampiran 2. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama Rawat Inap
1. Sistem Gastrointestinal
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=87)
Persentase (%)
Antasid, antirefluks, dan antiulserasi
Ranitidine HCl Acran® larutan IV
15 17,2
Hexer® larutan IV
9 10,3
Ranitidine Ratan® larutan IV
11 12,6
Koloidal Al(OH)3, Mg(OH)2, Simethicone
Dexanta® suspensi 16 18,4
Lansoprazole Lapraz® kapsul 1 1,2 Regulator GIT, antiflatulen, dan antiinflamasi
Metoclopramide HCl
Piralen® larutan IV
9 10,3
Mg trisilicate, Koloidal Al(OH)3, Simethicone
Sanmag® suspensi 6 6,9
Domperidone Vomerin® suspensi 1 1,2 Antidiare Kaolin, Pectin Neo Kaolana® suspensi 2 2,3 Antiemetik Ondansetron Vomceran® larutan
IV 14 16,1
Ondansetron HCl dihydrate
Invomit® larutan IV
3 3,4
2. Sistem Pernafasan
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=6)
Persentase (%)
Batuk dan pilek
Ambroxol HCl Epexol® sirup 1 16,7 Ambroxol HCl Mucopect® eliksir 2 33,3 Bromhexine HCl Mucohexin® eliksir 1 16,7 Succus liquiritiae, Ammon Cl, Anise oil, Peppermint oil, Lemon lime flavor,
OBH Berlico® sirup 1 16,7
137
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=6)
Persentase (%)
Ethanol 96% Promethazine HCl, Ekatripecac, Sulfoguaiacolate, Na citrate, Menthol
Prome® sirup 1 16,7
3. Sistem Saraf Pusat
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=55)
Persentase (%)
Ansiolitik Diazepam Stesolid® suppositoria
2 3,6
Analgesik (non opiat) dan antipiretik
Metamizole Na Antrain® larutan IV
19 34,5
Novalgin® larutan IV
25 45,4
Paracetamol Pamol® sirup 4 7,3 Sanmol® tablet 1 1,8
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Diclofenac Na Flamar® emulgel 1 1,8 Ibuprofen Bufect® suspensi 2 3,6
Bufect Forte® 1 1,8
4. Hormon
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=2)
Persentase (%)
Kortikosteroid Dexamethasone Cortidex® larutan IV
1 50
Dexamethasone Na phosphate
Dexa-M® larutan IV
1 50
5. Antiinfeksi (sistemik)
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=102)
Persentase (%)
Kloramfenikol Chloramphenicol Colsancetine® serbuk 26 25,5
138
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=102)
Persentase (%)
Na succinate i.v. Chloramphenicol palmitate
sirup 1 1
Chloramphenicol Chloramex® serbuk i.v.
1 1
Thiamphenicol Biothicol® kapsul 3 2,9 sirup kering
4 3,9
Thiamycin® sirup 2 2 sirup forte
3 2,9
kaplet 3 2,9 kapsul 2 2
Sefalosporin Cefotaxime Na Taxegram® serbuk i.v.
17 16,7
Ceftriaxone Terfacef® serbuk i.v.
5 4,9
Cefadroxil monhydrate
Cefat® sirup kering
2 2
Antibiotika lain
Metronidazole Nidazole® tablet 1 1
Antimalaria Chloroquine disulphate
Chloroquine larutan i.v.
8 7,8
Pyrimethamine, Sulfadoxine
Suldox® tablet 15 14,7
Chloroquine diphosphate
Malarex® tablet 9 8,8
6. Vitamin dan mineral
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=1)
Persentase (%)
Vitamin dan / atau mineral
Vit A, Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, Vit C, Vit D, Nicotinamide, Ca pantothenate, Choline, Inositol, Ca gluconate, Ca hypophosphite, Na hypophosphite, Ilysine
Elkana® sirup 1 100
139
7. Nutrisi
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=50)
Persentase (%)
Elektrolit
NaCl, KCl, CaCl2, Na lactate, water for injection
Infus RL larutan infus
26 52
NaCl, water for injection
Infus D5+¼NS larutan infus
2 4
Na, K, Cl, Lactate, Glucose
Infus KA-EN 3B larutan infus
9 18
Perangsang nafsu makan
Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, β-carotene, Dexpanthenol, Curcuminoid, Ca gluconate
Curvit® sirup 3 6
Suplemen dan terapi penunjang
Echinacea, Zn picolinate
Imboost® sirup
8 16
Echinacea purpurea, Black elderberry extr, Zn picolinate
Imboost Force® 2 4
8. Larutan Intravena dan steril lain
Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan
Jumlah obat dalam kasus
(n=8)
Persentase (%)
- Dextrose monohydrate
Infus Ds 5% larutan infus
8 100
140
Lampiran 3. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
141
BIOGRAFI PENULIS
Emilda Putri Pratiwi, lahir di Ketapang pada tanggal 18
Januari 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari
pasangan Yohanes Djadjah, B.A. dan Chatarina
Mudjiati. Penulis telah menempuh pendidikan di Taman
Kanak-kanak Persit Candra Kirana Ketapang pada tahun
1992-1993. Kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar
Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang pada tahun 1993-
1999. Pada tahun 1999-2002, penulis menempuh Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang. Penulis kemudian melanjutkan studi di
Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang pada tahun 2002-
2005 dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2005.