Post on 27-Nov-2020
i
EVALUASI DRP (DRUG RELATED PROBLEM) PERESEPANPENGOBATAN KEMOTERAPI PADA PASIEN LEUKEMIA TIPE LLA(LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT) PADA FASE INDUKSI DI RSUP
Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PADA TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :Oktavia Dhina Ertanti
NIM : 05 8114 117
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2010
ii
EVALUASI DRP (DRUG RELATED PROBLEM) PERESEPANPENGOBATAN KEMOTERAPI PADA PASIEN LEUKEMIA TIPE LLA(LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT) PADA FASE INDUKSI DI RSUP
Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :Oktavia Dhina Ertanti
NIM : 05 8114 117
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2010
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
”Foot Prints In The Sand”One night, I had a dream
I was walking along the beach with the LordAnd across the skies flashed scenes from my life
In each scenes, I noticed two sets of foot prints in the sandAnd to my surprise, I noticed that many times along the path
of my life there was only one set of foot printsAnd I noticed that it was at the lowest and saddest times in my life
I asked the Lord about itLord you said that once I decided to follow you,
you would walk with me all the wayBut I notice that during the most trouble sometimes in my life
there is only one set of footprintsI don’t understand why you left my side when I needed you most
The Lord : ”My precious child, I never left you during your time or trialwhere you see only one set of foot prints.
I was carrying you."
Ku persembahkan karya ini untuk,Yang tercinta
Papa dan Mama,Gusti dan Vanesa,
Kakek dan Nenekku,Tante dan Om,
Kakak dan Adikku,Teman-temanku,
Almamaterku.
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas anugrah dan
perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, motivasi, bimbingan, saran, kritik, dan bantuan dalam
bentuk apapun hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Rita Suhadi, M. Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan dukungan, motivasi, saran dan kritik selama
penyusunan skripsi ini.
3. dr. Pudjo Hagung W, Sp.AK selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan dukungan, motivasi, saran dan kritik selama
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Purwanto terimakasih karena telah memberikan bantuan kepada
penulis sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan.
5. Direktur RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian dan mengambil data yang
diperlukan.
viii
2. dr. Endang Suparniati, Ibu Budi Kuswandari, Bapak Dirman, dan Bapak
Sumardi, atas kerja samanya dalam membimbing dan mempersiapkan
catatan medik yang dibutuhkan penulis.
3. Bapak Suyanto dan Ibu Tuti Ernawati, terimakasih atas doa, kasih sayang,
dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan bangku kuliah dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Donatus Jeramu dan Ibu Maxima Abul, terimakasih atas doa, kasih
sayang dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Agustinus Supardi dan Grace Vanesa Meirina Jeramu, terimakasih untuk
kesetiaan, kesabaran, semangat dan kasih sayang yang diberikan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Tante Yayuk, dan Om John di Manokwari, terimakasih atas doa, dukungan
dan segala hal yang diberikan kepada penulis dalam menghadapi setiap
kesulitan yang dialami penulis.
7. Bapak Antonius Hindom, terimakasih atas doa, dukungan dan segala hal
yang diberikan kepada penulis dalam menghadapi setiap kesulitan yang
dialami penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Adik-adikku, Genoveva dan Vera, terimakasih atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
9. Sahabat-sahabatku, Dewi, Marlin, Sephin dan Suster Dethin terimakasih
atas semua bantuan dan dukungan terhadap penulisan skripsi ini.
ix
10. Tika, Shinta, dan Tara, teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan
bangku kuliah.
11. Teman-teman penulis selama pengambilan data di instalasi catatan medis
RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Imel, Vita, Detha, Vidya, Mbak Maya atas
kebersamaannya selama ini.
12. Teman-teman kelas C angkatan 2005 dan FKK 2005 atas kebersamaan dan
kerjasama yang pernah dilalui.
13. Teman-teman KKN Pedukuhan Kintelan, Intan, Wuri, Titik, Pepi, Nori,
Adit dan Honji terimakasih atas segala pengertian dan kekompakan yang
telah dilalui bersama.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, baik secara langsung
dan tidak langsung telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan didalam penulisan skripsi
ini, oleh karena itu penulis akan menampung setiap kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis
mengharapkan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
xi
INTISARI
Leukemia limfoblastik akut (LLA) dimanifestasikan oleh proliferasilimfoblas abnormal dalam sumsum tulang dan tempat-tempat ekstramedular(diluar sumsum tulang, yaitu kelenjar limfe dan limpa). Penelitian ini dilakukanuntuk mengevaluasi drug related problem (DRP) peresepan pengobatankemoterapi pada pasien leukemia tipe LLA pada fase pengobatan induksi diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancanganpenelitian evaluatif yang bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekammedik pasien leukemia tipe LLA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan karakteristik 22 pasien (37 kasus)pasien LLA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008. Persentase distribusiumur pada 22 pasien tersebut dibagi dalam 4 kelompok umur yaitu 0-2 tahunsebanyak 4 pasien (18%), 3-5 tahun sebanyak 9 pasien (41%), 6-9 tahun sebanyak4 pasien (18%) dan 10-12 tahun sebanyak 5 pasien (23%). Kasus LLA pada jeniskelamin laki-laki lebih dominan yaitu sebanyak 18 pasien (82%) daripadaperempuan sebanyak 4 pasien (18%). Dari hasil analisis DRP terdapat 14 kasusyang termasuk dalam DRP dan 23 kasus yang tidak termasuk dalam DRP. KasusDRP yang terjadi adalah memerlukan obat tambahan 10 kasus (27%), tidakmemerlukan obat tambahan 1 kasus (2,7%), dosis kurang 1 kasus (2,7%), dandosis berlebih 1 kasus (2,7%).
Kata kunci : Leukemia limfoblastik akut, Drug Related Problem, induksi,pengobatan kemoterapi
xii
ABSTRACT
Acute Lymphoblastic Leukemia is a malignant disorder of lymphopoieticstem cells that originates in lymphoid precursors of marrow, thymus and lymphnodes. This research is conducted to evaluate drug related problem prescription ofmedication chemotherapy by acute lymphoblastic leukemia patient at inductionphase in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2008.
This research is a non experimental research with retrospective evaluativeresearch design by using patient’s medical records at RSUP Dr. SardjitoYogyakarta 2008.
The result of this research shows characteristic 22 patients (37 case) ofpatient ALL at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2008. The percentage of agegroups on those 22 patient’s are divided into 4 groups there are age 0-2 years old4 patients (18%), age 3-5 years old 9 patients ( 41% ), age 6-9 years old 4 patients(18%) and age 10-12 years old 5 patients (23%). ALL cases are occur more onmen 18 patients (82%) than on women 4 patients (18%). From result analyze DRPthere are 14 case with is included in DRP and 23 case which do not included inDRP. DRP cases which occur are need for additional drug therapy 10 case (27%),unnecessary drug therapy 1 case (2,7%), dosage too low 1 case (2,7%), anddosage too high 1 case (2,7%).
Keyword: Acute Lymphoblastic Leukemia, Drug Related Problem, induction,medical chemotherapy
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.................................. vi
PRAKATA.............................................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................... x
INTISARI ………………........................................................................ xi
ABSTRACT …......................................................................................... xii
DAFTAR ISI …........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix
BAB I PENGANTAR .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian ......................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
a. Manfaat Praktis ............................................................................ 4
b. Manfaat Teoritis .......................................................................... 5
xiv
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1. Tujuan Umum .................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................... 6
A. Leukemia Limfoblastik Akut ........................................................ 6
1. Definisi Leukemia Limfoblastik Akut ……….………................... 6
2. Epidemiologi Leukemia Limfoblastik Akut .................................... 7
3. Etiologi Leukemia Limfoblastik Akut .………................................ 8
4. Patofisiologi Leukemia Limfoblastik Akut ………………………… 9
5. Gejala dan Tanda Leukemia Limfoblastik Akut …………………… 12
6. Diagnosis Leukemia Limfoblastik Akut ……………………… 12
B. Kemoterapi …………................................................................. 15
C. Drug Related Problem (DRP) ............................................................. 24
D. Outcome ................................................................................................ 26
E. Keterangan Empiris ............................................................................ 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 28
A. Jenis Rancangan Penelitian ................................................................ 28
B. Definisi Operasional ........................................................................ 28
C. Instrumen Penelitian ............................................................................... 30
D. Lokasi Penelitian ............................................................................ 30
E. Jalannya Penelitian ............................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 34
A. Karakteristik pasien Leukemia tipe LLA ………………………. 34
xv
1. Gambaran Berdasarkan Distribusi Umur Pasien ………………… 34
2. Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................. 35
B. Pola Pengobatan Kemoterapi ……........................................................ 36
C. Analisis Drug Related Problems ........................................................ 41
D. Outcome Pasien Leukemia Limfoblastik Akut .................................. 46
E. Rangkuman Pembahasan ...................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 50
LAMPIRAN .......................................................................................... 54
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perbedaan Morfologis Sel Blast L1, L2 dan L3
Menurut Klasifikasi FAB ………………….......... 14
Tabel II. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan leukemia .......... 17
Tabel III. Protokol pengobatan kemoterapi pasien LLA
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ……………......... 20
Tabel IV. Distribusi Umur pada Pasien LLA di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008 ..................... 34
Tabel V. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien LLA di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008 ........................ 35
Tabel VI. Distribusi Lama Pengobatan Kemoterapi Yang Sedang
Dijalani Dan Kombinasi Obat Kemoterapi Yang Digunakan ...... 37
Tabel VII. Distribusi Penggunaan Obat Kemoterapi Dengan Kejadian
Efek Samping Yang Ditimbulkan .......................................... 38
Tabel VIII. Hasil Analisis DRP Pasien LLA Di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 ....................... 41
Tabel IX. Tidak Memerlukan Obat Tambahan Pada Pasien LLA
Di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 ..................... 42
Tabel X. Memerlukan Obat Tambahan Pada Pasien LLA
Di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 ................. 43
Tabel IX. Dosis Kurang Pada Pasien LLA Di RSUP. Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2008 ............................................... 45
xvii
Tabel X. Dosis Berlebih Pada Pasien LLA Di RSUP. Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2008 .................................................. 45
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. ProsesPembentukan Sel-sel Darah Normal Dalam
Sumsum Tulang ........................................................... 11
Gambar 2. Peta Arus Rejimen Pengobatan Khas Untuk LLA ................ 17
Gambar 3. Tempat Aksi Obat-obat Kemoterapi ..................................... 19
Gambar 4. Distribusi Umur Pada Kasus LLA Di Instalasi Rawat
Inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 ............... 35
Gambar 5. Distribusi Jenis Kelamin pada Kasus LLA Anak
Di Instalasi Rawat Inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2008 …………………………………………… 36
Gambar 6. Distribusi Penggunaan Obat Kemoterapi Dengan Kejadian
Efek Samping Yang Ditimbulkan ............................................. 38
Gambar 7. Persentase Outcome Pasien LLA Di Instalasi Rawat
Inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 ................... 46
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pola Pengobatan dan Analisis SOAP Pasien LLA
Di Instalasi Rawat Inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2008 ............................................. 55
Lampiran 2. Surat Keterangan ……………………….. 98
Lampiran 3. Biografi ……………………………................ 99
1
BAB. I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Keganasan merupakan penyebab kedua tersering kematian pada masa
anak-anak setelah kecelakaan. Dengan 1200 kasus baru per tahun yang
terdiagnosis di Inggris, seorang anak memiliki kemungkinan 1 : 600 mengalami
keganasan sebelum mencapai masa dewasa. Keganasan tersering adalah leukemia,
limfoma dan tumor susunan saraf pusat (Meadow and Newell, 2002).
Pada tahun 2005 diperkirakan ada 15.930 kasus leukemia akut,
diantaranya 11.960 kasus LMA (leukemia mieloblastik akut) dan 3.970 kasus
LLA (leukemia limfoblastik akut) di Amerika Serikat. Dilaporkan kurang dari 2%
dari total kasus kanker yang terjadi dan relative stabil selama dua dekade.
Diperkirakan 10.490 kematian per tahun menggambarkan 2% dari seluruh
kematian pada kasus kanker disebabkan oleh leukemia akut. Lebih dari 90% kasus
akut dan kronik leukemia terjadi pada anak-anak (Curtis, Charles, and William,
2005).
Leukemia adalah suatu kondisi abnormal dengan etiologi yang belum
diketahui dan berakhir fatal dengan karakterisasi proliferasi leukosit yang tersebar
luas pada jaringan tubuh. Hal ini berhubungan dengan perubahan sirkulasi sel
darah putih (Wintrobe, 1949).
LLA merupakan bentuk leukemia yang dominan pada anak kecil dan
merupakan bentuk kanker yang paling umum pada anak-anak (Katzung, 2004).
1
2
Kemoterapi kanker dalam terapi mungkin menunjukkan pilihan yang
utama, terapi untuk meredakan gejala, adjuvant (terapi tambahan), atau
neoadjuvant (merupakan terapi kanker awal). Terapi menggunakan obat-obat
sitotoksik merupakan pilihan utama untuk penyembuhan pada few diseases,
termasuk leukemia, limfoma, choriocarcinomas dan kanker testis (Curtis, Charles,
and William, 2005).
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara infus, suntikan langsung (otot, bawah
kulit, rongga tubuh) dan diminum (tablet/kapsul). Kemoterapi dapat diberikan di
rumah sakit atau klinik. Kadang perlu menginap, tergantung jenis obat yang
digunakan. Jenis dan jangka waktu kemoterapi tergantung pada jenis kanker dan
obat yang digunakan (Noorwati, 2008).
Anak-anak memiliki fungsi organ yang berbeda dengan orang dewasa
sehingga dalam proses pengobatan sangat kompleks dan membutuhkan perhatian
yang khusus. Disamping itu angka kejadian LLA pada anak yang hingga saat ini
terus meningkat dan pentingnya terapi dalam mengatasi LLA terutama pada
ketepatan pemilihan obat untuk anak dan beberapa alasan lainnya yang telah
disebutkan diatas maka peneliti memandang perlu dilakukan penelitian mengenai
evaluasi DRP (Drug Related Problem) peresepan pengobatan kemoterapi pada
pasien LLA pada fase pengobatan induksi.
Terapi induksi berlangsung 4-6 minggu dengan dasar 3-4 obat yang
berbeda (deksametason, vinkristin, L-asparaginase dan metotreksat).
3
Kemungkinan hasil yang dapat dicapai remisi komplit, remisi parsial atau gagal.
Alasan dipilihnya fase induksi dalam penelitian ini dikarenakan fase induksi
merupakan fase yang paling awal dalam pengobatan LLA di mana pasien dalam
fase induksi belum pernah menjalani pengobatan kemoterapi sehingga diperlukan
kontrol dalam penggunaan obat agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan
maupun kegagalan dalam pengobatan.
Penelitian ini memilih RSUP Dr. Sardjito sebagai tempat penelitian
dikarenakan RSUP Dr. Sardjito memiliki pelayanan spesialis kanker terpadu,
memiliki visi menjadi rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan, pendidikan,
dan penelitian di kawasan Asia Tenggara tahun 2010 yang bertumpu pada
kemandirian. Misi dari RSUP Dr. Sardjito adalah menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan iptekdok kesehatan yang berwawasan global (Anonim,
2009a).
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah karakteristik pasien leukemia tipe LLA pada fase pengobatan
induksi ?
b. Jenis obat kemoterapi apa saja yang digunakan dalam pengobatan kemoterapi
pada kasus LLA pada fase pengobatan induksi dan bagaimana distribusi
penggunaan obat yang paling banyak terjadi pada pasien?
c. Apakah pengobatan kemoterapi kasus LLA pada fase pengobatan induksi
terjadi DRP yang terkait dengan obat lain (untuk mencegah efek samping
kemoterapi, seperti anti-emetik, antibiotik, dsb) ?
4
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan penelitian terkait penyakit leukemia
antara lain :
a) Evaluasi penggunaan antibiotika pasca kemoterapi pada pasien leukemia
tipe ALL di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2004 (Lestari,
2006).
b) Hubungan kejadian sepsis pada LLA anak fase induksi dengan status gizi
saat diagnosis di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (Darmanto, 2003).
c) Analisis kesintasan dari faktor prognosis LLA pada anak di Rumah Sakit Dr.
Sardjito Yogyakarta (Sustiyanto, 1998).
Penelitian mengenai evaluasi DRP peresepan pengobatan kemoterapi pada
pasien LLA pada fase pengobatan induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008, belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
dalam hal waktu penelitian, lokasi penelitian, topik penelitian dan kajian
penelitian.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pengobatan kemoterapi pada pasien LLA di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
5
b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung proses
terapi oleh dokter maupun pelaksanaan praktek farmasi klinik pada
pengobatan kemoterapi kasus LLA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui terjadinya DRP pada pengobatan kemoterapi pada pasien LLA
pada fase pengobatan induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui karakteristik pasien leukemia tipe LLA pada fase
pengobatan induksi.
b) Mengetahui jenis obat kemoterapi yang digunakan dalam pengobatan
kemoterapi pada kasus LLA pada fase pengobatan induksi dan distribusi
penggunaan obat yang paling banyak digunakan pada pasien.
c) Mengetahui terjadinya DRP yang terkait dengan pemberian obat lain
(untuk mencegah efek samping kemoterapi, seperti anti-emetik,
antibiotik, dsb) pada pengobatan LLA pada fase induksi.
6
BAB. II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Leukemia Limfoblastik Akut
1. Definisi
Leukemia adalah penyakit berbahaya yang mempengaruhi pembentukan sel-
sel darah. Sel berbahaya ini kehilangan kemampuan untuk menjadi matang dan
berdiferensiasi. Sel ini membelah dengan tidak terkontrol dan menggantikan unsur
normal sumsum tulang (Tierney, Mc Phee and Papadakis, 2002).
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam.
Walaupun demikian, sel-sel ini berasal dari satu sel bakal (stem cell) yang
berdiferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat
berjalan. Gambaran penyakit berbagai gangguan sel darah putih bergantung pada
prekursor sel mana yang terlibat dan derajat diferensiasi sel (Sacher and Mc
Pherson, 2002).
Leukemia limfoblastik akut adalah penyakit klonal yang berbahaya dari sel
prekursor limfopoetik dalam sumsum tulang. Leukemia limfoblastik akut
dimanifestasikan oleh proliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulang dan
tempat-tempat ekstramedular (diluar sumsum tulang, yaitu kelenjar limfe dan
limpa (Jandl, 1996).
Menurut sejarah, terapi pada LLA dibagi dalam tiga fase yaitu remisi
induksi, konsolidasi dan maintenance therapy. Profilaksis CNS (central nervous
system) merupakan komponen wajib dari beberapa regimen terapi LLA dan dalam
fase induksi dan konsolidasi. Tujuan akhir terapi induksi adalah dengan cepat
6
7
menyelesaikan terapi klinis dan hematologi. Terapi pada fase konsolidasi dimulai
sesudah CR (complete remission) tercapai dan terapi lanjutan untuk kemoterapi
intensif untuk mencoba mengatasi gejala klinis dari penyakit yang belum
diketahui. Terapi pada fase maintenance dilakukan pemberian long-term drug
untuk mendapatkan pembelahan sel yang lambat. Tujuan akhir dari terapi ini
adalah membunuh lebih lanjut sel leukemia yang tertingal dan memperpanjang
durasi remisi (Curtis, Charles, and William, 2005).
2. Epidemiologi
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini
berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap
tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun (Anonim, 2010 a).
Di negara berkembang terdapat 83% anak menderita LLA dan 17% anak
menderita LMA dengan faktor resiko lebih tinggi pada anak kulit putih dibanding
anak kulit hitam. Di Asia kejadian leukemia pada anak lebih tinggi pada anak
kulit putih. Di Jepang mencapai 4/100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun
terjadi 1000 kasus baru. Sedangkan di Jakarta pada tahun 1994 insidennya
mencapai 2,76/100.000 anak pada usia 1-4 tahun. Pada tahun 1996 didapatkan 5-6
pasien leukemia baru setiap bulan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sedangkan
di RSU Dr. Sutomo pada tahun 2002 dijumpai 70 kasus leukemia baru. Rasio
pada anak laki-laki dibanding perempuan 1,15 untuk LLA dengan puncak
kejadian pada umur 2-5 tahun (Permono dkk, 2005).
Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah terdapat sejumlah 58 pasien LLA
pada tahun 2004 (Lestari, 2004).
8
3. Etiologi
Banyak kasus timbul dengan penyebab yang tidak jelas. Misalnya, radiasi
dan beberapa toksin (benzene) dapat menjadi penyebab leukemia. Disamping itu
sejumlah obat-obat kemoterapi seperti procarbazine, melphalan, etoposide dan
agen alkil lain dapat menyebabkan leukemia (Tierney, Mc Phee and Papadakis,
2002).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
a.Radiasi
Sinar X dan sinar radioaktif lainnya dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya leukemia. Seseorang dengan umur yang sangat muda dan
terpapar sinar radioaktif memiliki resiko yang lebih tinggi terpapar sinar
radioaktif.
b. Bahan Kimia
Dua jenis dari bahan kimia yang diduga kuat dapat menyebabkan
leukemia adalah benzene dan derivat petroleum, dan agen pengalkil.
Benzene diketahui pada beberapa tahun menyebabkan insiden leukemia
yang tinggi dan anemia aplastik pada beberapa orang di Itali dan Turki
(Hoffbrand and Lewis, 1989).
c.Virus
Penelitian mengenai virus leukemia pada manusia dewasa ini
menghasilkan pengetahuan bahwa c-retrovirus dapat menyebabkan
9
leukemia pada binatang dan berkembang pada spesies primata. Ini
menimbulkan pemikiran bahwa manusia dapat juga terinfeksi dari virus
binatang tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan. Walaupun feline
leukaemia virus (FeLV) diketahui dapat berkembang dalam kultur sel
manusia (Ludlam, 1990).
2. Faktor endogen seperti ras.
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur.
6. Kelainan kromosom (Vitha, 2009).
4. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
10
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan
sel darah normal (Vitha, 2009).
Leukemia dikelompokkan menjadi leukemia limfoblastik akut, leukemia
limfoblastik kronik, leukemia mielogenik akut dan leukemia mielogenik kronik.
Leukemia limfoblastik akut (LLA) termasuk 80% dari leukemia akut pada masa
kanak-kanak. Insiden puncak antara umur 3-7 tahun. Hal ini juga dapat dilihat
pada orang dewasa, kira-kira menyebabkan 20% orang dewasa menderita
leukemia akut (Tierney, Mc Phee and Papadakis, 2002).
Penyakit sel darah putih dapat diklasifikasikan berdasarkan apakah
penyakit tersebut bersifat klonal dan non klonal. Gangguan klonal berasal dari
satu sel prekursor dengan semua sel yang terkena (progeni) memperlihatkan
gambaran turunan dari sel prekursor. Penyakit yang tergolong dalam kategori ini
adalah gangguan mieloproliferatif akut dan kronis, gangguan limfoproliferatif
akut dan kronis dan mielodisplasia (Sacher and Mc Pherson, 2002).
Proses pembentukan sel-sel darah normal dalam sumsum tulang dijelaskan
oleh gambar 1 dibawah ini :
11
Gambar 1. Proses pembentukan sel-sel darah normal dalam sumsum tulang
(Mehta and Hoffbrand, 2006).
Leukemia limfoblastik akut adalah produksi tanpa hambatan dari limfosit
yang belum matang sehingga produksi dari sel-sel lain menjadi terdesak. Maka
terjadi kekurangan sel darah merah, jenis sel darah putih lainnya dan trombosit.
Efeknya yaitu kurang darah (anemia), infeksi karena hilangnya kekebalan
dikarenakan berkurangnya sel darah putih yang normal dan perdarahan karena
pembekuan darah terganggu akibat kekurangan sel trombosit. Peningkatan sel
12
limfosit yang belum matang begitu berlebihan sehingga didalam darah tumpah
ruah dan tertimbun dimana-mana termasuk dalam jaringan limfe. Keadaan ini
menyebabkan kelenjar limfe dapat diraba, limpa bertambah besar berlipat ganda
daripada semestinya dan sering juga ada pembesaran hati (Mc Clatchey, 1994).
5. Gejala dan tanda
Gejala LLA dimulai secara mendadak. Lesu dan demam merupakan gejala
umum. Gejala lain biasanya ada kaitannya dengan anemia, kecenderungan untuk
perdarahan atau infeksi. Hal ini disebabkan oleh produksi eritrosit yang menurun,
trombosit berkurang dan penekanan granulosit sedemikian rupa sehingga tidak
mampu melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah leukosit tidak bisa
diramalkan. Sekitar 25% penderita mempunyai jumlah leukosit diatas 5000/mm3,
yang lain 25% hitung leukositnya rendah (<5000/mm3) dan 15% menunjukkan
hitung leukosit normal (5000-10000/mm3) tetapi sel-sel tersebut jelas abnormal.
Pada separuh dari jumlah penderita leukemia akut dijumpai peningkatan kadar
asam urat dan serum. Setelah pengobatan biasanya kadar asam urat meningkat
sekali. Kadar LDH sering meningkat dengan predominasi isoenzim 2,3 dan 4
(Widmann and Frances, 1995).
6. Diagnosis
Gejala klinis dan pemeriksaan darah lengkap dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosis leukemia. Namun untuk memastikannya harus dilakukan
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang dan dilengkapi dengan pemeriksaan
radiografi dada, cairan serebrospinal dan beberapa pemeriksaan penunjang lain.
13
Di negara berkembang diagnosis harus dipastikan dengan aspirasi sumsum tulang
secara morfologis, imunofenotip dan karakter genetik (Permono dkk, 2005).
Diagnosis leukemia akut ditegakkan berdasarkan hal-hal berikut :
a. Pembuktian adanya sel-sel imatur didarah perifer serta konfirmasi sel imatur
di sumsum tulang. Sumsum tulang biasanya mengandung lebih dari 20%
morfologi blastik.
b. Mengategorisasi sel-sel leukemik sebagai leukemia nonlimfositik akut atau
leukemia limfoblastik akut.
c. Mengategorisasi tipe sel didalam klasifikasi FAB (Sacher and Mc Pherson,
2002).
Imunofenotip saat ini memiliki peranan yang penting dalam penegakan
diagnosis leukemia akut. Digunakan antibodi monoklonal spesifik untuk
menunjukkan sel B, sel T dan myeloid yang berbeda dalam identifikasi leukemia
limfosit atau kasus yang lain. Bermacam-macam klasifikasi dikembangkan untuk
mengidentifikasi kedua prekursor LLA sel B dan LLA sel T menurut tingkat
perbedaannya atau maturasinya (Hoffman et. all, 1991).
Klasifikasi leukemia limfoblastik akut menurut FAB adalah :
1. L1 : 80% dari LLA, morfologi sel homogen, ukuran sel kecil; inti bulat,
kadang-kadang berlekuk/bercelah, nukleofil tidak ada atau tidak jelas (satu
atau lebih); plasma sempit basofil, vakuol jarang; mempunyai respon yang
baik terhadap terapi.
2. L2 : 20% dari LLA, morfologi sel heterogen, ukuran sel besar, inti bentuk tak
tentu, kadang berlekuk/bercelah, nukleofil 1-2, sering besar dan nyata; lebar
14
plasma bervariasi, sering agak banyak, basofil sedang sampai tua, vakuol tak
tentu; prognosis kurang baik dibanding L1.
3. L3 : 3% dari LLA, morfologi sel homogen, bentuk sel mirip sel Burkitt,
ukurannya besar; inti berbintik halus, bentuk bulat atau lonjong, nukleoli
nyata; plasma agak lebar, basofil nyata sering ada vakuolisasi; prognosis
paling jelek diantara ketiga klas diatas (Anonim, 2005).
Klasifikasi morfologi sel blast L1, L2, dan L3 menurut FAB diperlihatkan
dibawah ini :
Tabel I. Perbedaan morfologis sel blast L1, L2 dan L3 menurut klasifikasiFAB (Bain, 1990)
15
Berdasarkan fakotr-faktor prognostik, LLA dibagi menjadi kelompok high
risk dan standard risk. Klasifikasi pasien high risk apabila terdapat :
a. Pada saat terdiagnosis angka leukosit 50.000/mm3 atau lebih, pada foto
rontgen dada tampak masa mediastinal dan ada meningeal leukemia.
b. Setelah satu minggu pemberian Dexamethason, jumlah blast >1000/mm3
didarah tepi.
Klasifikasi standard risk apabila tidak didapatkan tanda-tanda pada
kelompok high risk (Anonim, 2005).
B. Kemoterapi
Secara umum pengobatan kanker terdiri dari pengobatan bedah,
radioterapi dan kemoterapi. Karena prevalensi leukemia dan limfoma pada anak
cukup tinggi, maka kemoterapi menjadi pilihan utama. Obat anti kanker yang
sekarang ini digunakan secara klinis mempunyai efek sitostatik dengan cara
mempengaruhi sintesis atau fungsi DNA. Pada masa awal pengobatan kanker,
kemoterapi yang digunakan adalah kemoterapi tunggal. Setahap demi setahap
dosis kemoterapi tunggal diubah menjadi kemoterapi kombinasi. Kemudian
dibuktikan bahwa kemoterapi kombinasi mempunyai keberhasilan yang lebih
tinggi. Meskipun keberhasilan kemoterapi lebih baik, tetapi harus dipikirkan
tentang efek samping yang lebih berat daripada kemoterapi tunggal (Permono
dkk, 2005).
Kemoterapi pada kanker memiliki tujuan untuk menimbulkan dan
memelihara respon menurut prinsip umum :
16
1. Obat kemoterapi kombinasi untuk meningkatkan efikasi, mencegah resistansi
dan meminimalkan overlapping toxicities (toksisitas yang tumpang tindih).
2. Obat yang diproduksi dengan tujuan kemampuan membunuh fraksi sel tinggi
menjadi pilihan utama.
3. Obat biasanya diberikan secara berkala, namun dalam dosis besar. Tak
sebanyak immunosupresan dan umumnya lebih efektif dibanding regimen
dosis kecil yang diberikan secara terus-menerus.
4. Sangat toksik, oleh karena itu sering lakukan blood counts (pemeriksaan
darah) dan dukungan klinik secara intensif sangat dibutuhkan.
5. Perawatan biasanya membutuhkan waktu yang lama (6 bulan atau lebih
lama).
6. Perawatan yang lebih cepat dapat dimulai apabila prognosis lebih baik
(Ritter, Lewis and Mant, 1999).
Seperti diketahui bahwa tujuan terapi sitotoksik adalah mula-mula
menginduksi remisi (tidak adanya bukti klinis atau laboratorium penyakit
tersebut) dan selanjutnya secara berkesinambungan akan mengurangi populasi sel
leukemik yang tersembunyi dengan pemberian terapi berulang-ulang. Kombinasi
dua siklik, tiga atau empat obat diberikan dengan interval bebas-pengobatan untuk
memungkinkan sumsum tulang pulih. Pemulihan ini tergantung pada pola
pertumbuhan kembali (differential regrowth pattern) sel hemapoetik normal dan
sel leukemi (Hoffbrand and Pettit, 1996).
17
InduksiRemisi
Gambar 2. Peta arus (flow chart) rejimen pengobatan khas untukleukemia limfoblastik akut (Hoffbrand and Pettit, 1996).
Obat-obat yang digunakan pada fase induksi antara lain vinkristin,
prednisolon, asparaginase, dan daunorubicin. Obat yang digunakan pada fase
konsolidasi hampir sama dengan fase induksi namun ditambah dengan obat
citosin arabinosida 6-tioguanin, metotreksat atau citosin arabinosida intratekal.
Pada fase pemeliharaan disebut juga kemoterapi lebih lanjut yang mencakup
metotreksat dan 6-merkaptopurin (Hoffbrand and Pettit, 1996).
Tabel II. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan leukemia(Hoffbrand and Pettit, 1996)
Mekanisme kerja Efek samping khususAnti metabolitMethotrexate Menghambat sintesis
pirimidin atau purin atauinkorporasi ke dalam DNA
Ulkus mulut, toksisitas usus
6-merkaptopurin Ikterus6-tioguanin
Citosin arabinosida Anemia hemolitikZat pengalkilasi
Siklofosfamid Mengikat silang DNA,merintangi pembentukan
RNA
Sistitis haemoragik,kardiomiopati, rambut rontok
KhlorambusilBusulfan (Myleran)
Aplasia sumsum, fibrosisparu, hiperpigmentasi
Pengikat DNADaunorubicin Berikatan dengan DNA dan
mengganggu mitosisToksisitas jantung, rambut
rontokPenghambat mitosis
Vinkristin Kerusakan “spindle” tanpametafase
Neuropati (perifer atau buli-buli atau usus), rambut rontok
KonsolidasiProfilaksis SSP
Penyinarankranium
Konsolidasilebih lanjut
yang mungkin
Pemeliharaan
18
Macam-macamKortikosteroid Tidak tentu Ulkus peptikum, obesitas,
diabetes, osteoporosis,psikosis
L-asparaginase Mengosongkan asparagin sel Hipersensitivitas, albumin,dan faktor pembekuan darah
Obat-obat antineoplastik saat ini digunakan dalam praktek klinis untuk
mendesak efek sitotoksik dengan jalan mengganggu fungsi dan sintesis DNA.
DNA memiliki fungsi sebagai pengontrol (struktur, enzim, dan zat kimia) yang
akan disintesis di dalam sel. Karena hampir semua DNA terletak di dalam inti sel
dan sebagian besar fungsi sel dilangsungkan di dalam sitoplasma, harus terdapat
beberapa cara pada gen inti untuk mengawasi reaksi-reaksi kimia sitoplasma.
Untuk itu, pengawasannya dilakukan dengan melalui perantaraan asam
ribonukleat (RNA), dimana pembentukan RNA diawasi oleh DNA inti, proses ini
disebut transkripsi. RNA kemudian ditranspor ke dalam ruang sitoplasma tempat
ia mengawasi sintesis protein. Pertumbuhan dan pembiakan sel biasanya terjadi
secara bersama-sama, dimana pertumbuhan dalam keadaan normal
mengakibatkan replikasi DNA inti, beberapa jam kemudian diikuti oleh mitosis
(pembelahan sel). Mekanisme yang mempertahankan jumlah yang tetap berbagai
jenis sel dalam tubuh disebabkan oleh adanya zat–zat pengawas perkembang-
biakan yang disebut “chalone” yang disekresi oleh berbagai sel yang
menyebabkan efek umpan balik untuk menghentikan atau memperlambat
pertumbuhan dan mitosis sel. Akan tetapi penyakit kanker yang sering terjadi
pada saat ini adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, yang
hampir semuanya mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) serta
19
mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker. Penyebab perubahan
genom ini adalah: mutasi (perubahan) salah satu gen atau lebih, mutasi sebagian
besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen, pada beberapa keadaan,
penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen kromosom. Sehingga obat-
obat kemoterapi yang digunakan untuk terapi sel kanker difokuskan untuk
mengganggu fungsi DNA dalam tahap pembentukan sel baru (Anonim, 2010 b).
Tempat aksi kerja obat-obat kemoterapi secara spesifik dijelaskan dalam
gambar 3 di bawah ini :
Gambar 3. Tempat aksi obat-obat kemoterapi (Anonim, 2010 c).
20
Protokol pengobatan kemoterapi yang digunakan di RSUP Dr. Sardjito
adalah sebagai berikut :
Tabel III. Protokol pengobatan kemoterapi pasien LLA (Anonim, 2005).
Pada fase induksi macam-macam obat kemoterapi yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Metotreksat
Metotreksat merupakan antimetabolit yang mekanisme kerjanya dengan
menghambat sintesis pirimidin atau inkorporasi ke dalam DNA. Metotreksat ini
memiliki efek samping yaitu sariawan, toksik terhadap saluran gastrointestinal,
hepatotoksik (tergantung lama terapi), dan myelotoksik.
21
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid memiliki mekanisme kerja dengan cara mempengaruhi
ekspresi gen melalui kompleks steroid dengan reseptornya, mereduksi
prostaglandin dan formasi leukotrin. Kortikosteroid memiliki efek samping antara
lain nyeri, obesitas, hipertensi, osteoporosis, diabetes dan hipokalemia.
Terapi untuk mengatasi nyeri pilihan pertama digunakan asetaminofen yang dapat
mengatasi nyeri ringan jika diberikan tiap 4-6 jam dalam bentuk tablet.
Dihidrokodein terkadang memuaskan untuk mengatasi nyeri sedang jika diberikan
per oral tiap 6-8 jam. Morfin digunakan bila nyeri tidak dapat diatasi dengan
asetaminofen maupun dihidokodein, terutama pada kasus-kasus terminal (Walsh,
1997).
3. Vinkristin
Vinkristin merupakan penghambat mitosis yang memiliki mekanisme kerja
dengan jalan merusak ”spindle” tanpa metafase. Vinkristin ini memiliki efek
samping berupa konstipasi, paralitik ileus, dan neurotoksik.
4. Daunorubicin
Daunorubicin merupakan pengikat DNA yang bekerja dengan mekanisme
berikatan dengan DNA dan menganggu mitosis. Efek samping dari Daunorubicin
adalah mukositis.
5. L-Asparaginase
L-Asparaginase ini bekerja dengan jalan mengosongkan asparagin sel. Efek
samping dari L-Asparaginase antara lain hipersensitivitas, anafilaksis, disfungsi
liver, pankreatitis, hiperglikemia, penurunan faktor koagulasi yang dapat
22
menyebabkan perdarahan meski tidak selalu penurunan faktor koagulasi disertai
dengan perdarahan (Hoffbrand and Lewis, 1989).
Mual dan muntah merupakan efek samping yang sering terjadi akibat
penggunaan L-Asparginase. Anti-emetik yang diberikan sebelum kemoterapi
dimulai merupakan cara terbaik untuk mencegah atau menekan mual. Pemberian
setelah timbul muntah biasanya tidak efektif. Mual dan muntah dapat diredakan
dengan pemberian metoklopramid (Walsh, 1997).
Selain yang disebutkan di atas terdapat juga efek samping lain yang sering
muncul, yang disebabkan oleh obat-obat kemoterapi antara lain:
a) Rambut rontok : hampir semua obat-obat sitotoksik dapat menyebabkan
kerontokkan rambut. Namun rambut akan tumbuh kembali pada akhir pengobatan
atau bahkan sebelumnya (Walsh, 1997).
b) Infeksi : infeksi bakteri biasa terjadi pada pasien LLA. Terkadang
didapatkan respon hematologi yang cepat dan tanpa periode dari netropenia. Jika
terjadi infeksi sebaiknya di rawat inap di rumah sakit atau diberi antibiotik
spektrum luas (Hoffbrand and Lewis, 1989).
Bila kadar absolut netrofil turun di bawah 1,0 × 109/L maka pasien cenderung
mengalami infeksi berulang (rekuren) dan bila jumlahnya turun hingga kurang
dari 0,2 × 109/L maka pasien mengalami resiko yang sangat serius (Hoffbrand and
Pettit, 1996).
Jika hitung sel darah normal maka infeksi umumnya diterapi seperti biasa. Pasien-
pasien demam netropenik diberikan antibiotik kombinasi (misal, gentamisin
flukloksasilin, piperasilin dan nistatin). Anak-anak dengan penekanan sistem imun
23
yang berat (misalnya anak-anak dengan leukemia limfoblastik akut) biasanya
diberikan kotrimoksasol oral agar terlindung dari infeksi Pneumocystis carinii.
Pada penyakit lanjut yang berulang pangobatan yang energetik dan profilaksis
infeksi tidak dapat dibenarkan kecuali jika infeksi menyebabkan stres yang tidak
perlu (misal, otitis media, oral thrush) (Walsh, 1997).
c) Demam : demam adalah peningkatan suhu badan melebihi suhu normal
yang seharusnya (N : 36-370 C). Demam ini dapat disebabkan karena infeksi.
Perlawanan tubuh terhadap infeksi sehingga suhu tubuh meningkat. Demam dan
menggigil bersifat tidak tetap dan tidak harus terjadi setiap kali obat diberikan.
Aspirin atau parasetamol dapat meredakan demam (Gilbert, 1985).
d) Kelainan saluran pernafasan (rhinofaringitis, faringitis akut, dsb) :
penyebab terbanyak adalah virus. Beberapa penyakit dapat disebabkan oleh
bakteri baik infeksi primer maupun super infeksi (Anonim, 2009 c).
Toksisitas berbagai macam kemoterapi dipengaruhi oleh sifat antiproliferasi
dari obat anti kanker. Obat anti kanker akan merusak sel yang mempunyai
aktivitas proliferasi yang berlebih, seperti sumsum tulang dan sel epitel mukosa.
Toksisitas renal berupa kerusakan tubuler sering dijumpai terutama karena
penggunaan cisplatin, metotreksat dosis tinggi, ifosfamid, siklofosfamid dan
vinkristin. Pencegahan kerusakan dilakukan dengan cara hidrasi dan pemberian
diuretika. Pada umumnya gangguan pada ginjal akan membaik lebih dari 2-3
minggu setelah penggunaan obat dihentikan (Permono dkk, 2005).
Pasca kemoterapi akan banyak sel yang hancur (lisis). Sel-sel ini terdiri dari
berbagai macam bahan seperti kalsium, asam urat, fosfat dan kalium yang
24
jumlahnya dapat meningkat maupun menurun dalam ginjal. Asam urat jumlahnya
akan meningkat dalam ginjal. Untuk menghindari keracunan dan meringankan
kerja ginjal maka sering dianjurkan pemberian diuretik pada pasien (Anonim,
2010 d).
C. Drug Related Problem
Drug related problem (DRP) adalah kejadian atau efek yang tidak
diharapkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara actual
atau potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat mendapat
perawatan akibat dari suatu penyakit (Cipolle, Strand and Morley, 2004).
Masalah-masalah dalam kajian DRP antara lain :
1. Butuh obat (need for additional drug therapy), pasien akan mendapatkan
resiko tinggi bila tidak mendapatkan terapi tambahan, meliputi kondisi
medis yang membutuhkan terapi obat baru, keadaan kronis yang
membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi yang membutuhkan kombinasi obat
untuk mendapatkan efek sinergis atau potensiasi, kondisi dengan resiko dan
butuh obat untuk mencegahnya.
2. Tidak perlu obat (unnecessary drug therapy), pasien mengalami komplikasi
atau penyulit akibat obat yang tidak dibutuhkan, meliputi tidak ada indikasi
pada saat itu, menelan obat dengan jumlah yang toksik, kondisi akibat drug
abuse, lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi, pemakaian dosis
ganda yang seharusnya cukup dengan terapi dosis tunggal, minum obat
untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan.
25
3. Obat salah (wrong drug), komplikasi atau penyulit yang terjadi akibat salah
obat, meliputi kondisi menyebabkan obat tidak efektif, alergi obat tertentu,
obat yang bukan paling efektif untuk indiksi, faktor resiko yang
kontraindikasi dengan obat, efektif tapi bukan yang paling murah, efektif
tapi bukan yang paling aman, kombinasi yang tidak perlu.
4. Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low),
meliputi terlalu rendah untuk memberikan respon, konsentrasi obat dibawah
therapeutic range (obat, dosis rute atau konversi formula obat tidak cukup),
pemberian terlalu awal.
5. Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse
drug reaction) dan adanya interaksi obat (drug interaction) meliputi
diberikan terlalu tinggi kecepatannya, alergi, faktor resiko, interaksi obat-
obat atau makanan, hasil laboratorium berubah akibat obat.
6. Pasien mendapat dosis obat yang berlebih (dosage too high) meliputi dosis
terlalu tinggi, kadar serum terlalu tinggi, dosis terlalu cepat dinaikkan,
akumulasi obat karena penyakit kronis, obat, dosis, rute, konversi formula
tidak sesuai bagi pasien, dosis dan interval tidak cukup.
7. Ketidakpatuhan pasien pada penggunaan obat yang diresepkan
(uncompliance), karena tidak menerima obat sesuai regimen karena
medication error, tidak taat instruksi, harga obat mahal dan tidak memahami
aturan penggunaan obat (Cipolle, Strand and Morley, 2004).
26
D. Outcome
Pasien yang telah dipulangkan dari rumah sakit berarti telah memenuhi
semua kriteria pemulangan pasien LLA sesuai standar pelayanan medis RSUP.
Dr. Sardjito yaitu mengalami perbaikan keadaan klinis, tidak ada tanda-tanda
infiltrasi, tidak ada leukemia meningeal, darah tepi normal dan sumsum tulang
mengandung sel blast <5%. Kriteria sembuh yakni pasien telah selesai menjalani
pengobatan (± 2 tahun, jika tepat waktu), pada pasien dijumpai keadaan remisi
(tidak ditemukan sel-sel leukemia di sel darah tepi dan di sumsum tulang
jumlahnya <5%. Sedangkan kriteria membaik yakni pasien telah mengalami
perbaikan sel-sel leukemia (jumlahnya menurun daripada kondisi saat datang)
baik di sumsum tulang amupun di sel darah tepi (Anonim, 2005).
Pasien dinyatakan remisi komplit apabila tidak ada keluhan dan bebas
gejala klinis leukemia. Pada aspirasi sumsum tulang didapatkan jumlah sel blas
<5% dari sel berinti, hemoglobin >12 g/dL tanpa tranfusi, jumlah leukosit
>3000/µL dengan hitung jenis leukosit normal, jumlah granulosit >2000/µL,
jumlah trombosit >100.000/µL dan pemeriksaan cairan serebrospinal normal
(Permono dkk, 2005).
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi DRP yang terjadi pada
pengobatan kemoterapi pada pasien penderita leukemia tipe LLA (Leukemia
limfoblastik akut) pada fase pengobatan induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008. Yang terkait dengan adanya obat yang tidak diperlukan pada terapi,
27
adanya indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, dosis yang berlebih, dan
dosis kurang dan salah obat.
28
BAB. III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi DRP peresepan pengobatan kemoterapi
pada pasien leukemia tipe LLA (Leukemia limfoblastik akut) pada fase
pengobatan induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 merupakan jenis
penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian evaluatif yang bersifat
retrospektif. Penelititan ini termasuk penelitian non eksperimental karena tidak
ada perlakuan terhadap subyek uji, dan bersifat evaluatif karena analisis data
dilakukan dengan mengevaluasi data yang telah diperoleh dari lembar Rekam
Medik. Penelitian bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil
dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu, yaitu lembar Rekam
Medik pasien (Nazir, 2005).
B. Definisi Operasional
1. Pasien leukemia tipe LLA (Leukemia limfoblastik akut) adalah pasien yang
telah terdiagnosis leukemia limfoblastik akut yang menjalani perawatan inap
di Instalasi kesehatan anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008.
2. Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi adalah pasien yang sedang
menjalani pengobatan pada fase induksi. Lama pengobatan pada fase ini
adalah 6 minggu/lebih.
28
29
3. Pasien yang masuk dalam kriteria eksluksi adalah pasien yang sedang
menjalani pengobatan kemoterapi fase lain pada saat pengambilan data dan
pasien yang diagnosis utamanya bukan LLA.
4. DRP adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak diharapkan,
kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi akibat obat sehingga
mengganggu tujuan terapi yang diinginkan. Terkait dengan adanya dosis
yang berlebih, dosis terlalu rendah, perlunya obat tambahan, dan tidak perlu
obat tambahan.
5. Kemoterapi adalah terapi leukemia limfoblastik akut dengan menggunakan
obat anti kanker.
6. Kasus leukemia limfoblastik akut adalah kasus leukemia limfoblastik akut
yang terdiagnosis pada tahun 2008, semua tipe diagnosis leukemia
limfoblastik akut yang tertera dalam lembar rekam medis RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
7. Efek samping adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan/efek
merugikan yang dirasakan pasien akibat penggunaan obat kemoterapi atau
obat tambahan.
8. Lembar rekam medik adalah lembar catatan dokter, apoteker, dan perawat
yang berisi data klinis pasien leukemia limfoblastik akut pada pengobatan
kemoterapi.
9. Outcome adalah kondisi pasien setelah menjalani perawatan di Instalasi
Rawat Inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta.
30
C. Instrumen Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien
leukemia tipe LLA pada fase pengobatan induksi yang di rawat inap di instalasi
kesehatan anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Catatan Medis dan Instalasi
Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
E. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian meliputi tiga tahap, tahap pertama adalah
perencanaan, tahap kedua adalah pengambilan data, tahap ketiga adalah tahap
pengolahan hasil dan pembahasan.
1. Perencanaan
Dimulai dengan penentuan dan analisis masalah yang akan dijadikan bahan
penelitian kemudian mengurus perijinan untuk melihat data rekam medis pasien
leukemia tipe LLA yang di rawat inap di Instalasi kesehatan anak RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
31
2. Pengambilan Data
Pada tahap pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan penelusuran data
kemudian mengumpulkan data rekam medis dan mencatat data kedalam lembar
laporan.
a) Proses pengambilan data diperoleh dengan penelusuran data pasien yang
menderita leukemia tipe LLA, kemudian dilakukan pengumpulan bahan yang
dibutuhkan sebagai data dan mencatatnya ke dalam lembar kerja dari laporan.
b) Proses pencarian data yang diperoleh dengan melihat laporan Instalasi
Catatan Medis, yang memuat laporan mengenai jumlah kasus pasien
leukemia tipe LLA pada fase pengobatan induksi yang berisi nama, umur,
jenis kelamin, hasil diagnosis, jenis obat, dosis obat, lama perawatan, bentuk
sediaan, cara pemberian obat dan keadaan pasien selama menjalani
perawatan. Selanjutnya dilakukan pengambilan data dari lembar rekam medis
sesuai jumlah kasus yang ada.
c) Kemudian pencatatan dilakukan dengan melihat data yang tertera pada data
rekam medis pasien leukemia tipe LLA tersebut. Data yang diambil meliputi
nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, hasil diagnosis keluar, jenis obat,
dosis obat, cara pemakaian, bentuk sediaan dan lama pasien menjalani
perawatan.
32
3. Pengolahan Data
Dilakukan analisis resep pasien leukemia tipe LLA pada fase pengobatan
induksi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008. Evaluasi dilakukan
mengacu pada DRP yaitu memerlukan obat tambahan, tidak memerlukan obat
tambahan, dosis terlalu tinggi, dan dosis kurang di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008.
4. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian
Data pasien terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai
berikut ini:
a) Persentase umur pasien didapatkan dengan membagi jumlah kasus dalam
beberapa kelompok umur dengan total kasus tahun 2008 dikali 100% .
b) Persentase jenis kelamin, didapatkan dengan membagi kelompok laki-laki
dan perempuan dengan total kasus tahun 2008 dikali 100%.
c) Mengelompokkan obat kemoterapi yang digunakan pasien dan menghitung
persentase angka kejadian efek samping yang ditimbulkan.
d) Mengevaluasi penggunaan obat kemoterapi pada kasus leukemia tipe LLA di
RSUP Dr. Sardjito tahun 2008, dengan cara mengidentifikasi DRP, yang
terjadi terkait penggunaan obat kemoterapi :
1) Memerlukan obat tambahan
2) Tidak memerlukan obat tambahan
3) Dosis terlalu tinggi
33
4) Dosis terlalu rendah
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan standar terapi/penatalaksanaan
pasien LLA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan mnengacu pada IONI
(Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2000 dan DIH (Drug Information
Handbook) 14th Edition.
34
BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Leukemia tipe LLA
Pada tahun 2008 jumlah pasien yang terdiagnosa LLA dan menjalani
kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berjumlah 68 anak. Tetapi dalam
penelitian ini hanya diambil 22 pasien yang menjalani rawat inap dengan jumlah
kasus sebanyak 37. Hal ini dikarenakan terdapat pasien yang sedang menjalani
rawat inap sehingga lembar rekam medik tidak dapat dipinjam, dan terdapat
pasien yang masuk dalam kriteria ekslusi sehinggga tidak termasuk dalam
penelitian ini. Analisis dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan berapa kali
pasien menjalani rawat inap pada saat menjalani pengobatan kemoterapi fase
induksi. Sehingga dari 22 pasien terdapat 37 kasus dalam penelitian ini.
Karakteristik pasien LLA dijelaskan dalam uraian dibawah ini :
1. Gambaran distribusi umur pasien LLA di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008
Tabel IV. Distribusi Umur pada Pasien LLA di Instalasi Rawat InapRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008
No Distribusi umur (tahun) Jumlah pasien Persentase (%)1. 0-2 4 18%2. 3-5 9 41%3. 6-9 4 18%4. 10-12 5 23%
34
35
Gambar 4. Distribusi Umur pada Pasien LLA
Pada gambar 4 tersebut nampak jelas bahwa kasus LLA tertinggi diderita
oleh anak pada rentang umur 3-5 tahun (41% = 9 pasien). Hal ini sesuai dengan
Hoffbrand, tahun 1996, yang menyebutkan bahwa insiden LLA tertinggi terjadi
pada rentang umur 3-4 tahun. Hal inilah yang mendasari pembagian kelompok
umur pasien LLA. Namun tidak diketahui secara pasti mengapa insiden tertinggi
terjadi pada rentang umur 3-4 tahun.
2. Gambaran distribusi jenis kelamin pasien LLA di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008
Tabel V. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien LLA di Instalasi RawatInap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008
No Jenis Kelamin Jumlah pasien Persentase (%)
1. Laki-laki 18 82
2. Perempuan 4 18
36
Gambar 5. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien LLA
Pada gambar 5 diatas terlihat jelas bahwa kasus LLA lebih banyak terjadi
pada pasien berjenis kelamin laki-laki (82% = 18 pasien) dibanding pada pasien
berjenis kelamin perempuan (18% = 4 pasien). Hal ini sesuai dengan Hoffbrand,
tahun 1996, yang menyebutkan bahwa insiden LLA tertinggi terjadi pada pasien
berjenis kelamin laki-laki daripada pasien berjenis kelamin perempuan.
B. Pola Pengobatan Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi terutama pada fase induksi ditujukan untuk
merusak kapasitas sel untuk bereproduksi. Gabungan paling sedikit tiga obat
biasanya digunakan pada permulaan dengan tujuan untuk menambah efek
sitotoksik, memperbaiki angka remisi dan mengurangi frekuensi timbulnya
resistensi obat. Kombinasi banyak obat ini akan memberi remisi yang lebih lama
daripada obat tunggal.
Pada tahap pengobatan kemoterapi fase induksi, lama pengobatan 6
minggu dimulai dari minggu ke 0 hingga minggu ke 6 dengan kombinasi obat
kemoterapi yang berbeda-beda. Pada tabel IV. dibawah ini dijelaskan distribusi
lama pengobatan yang sedang dijalani oleh pasien dan kombinasi obat yang
digunakan.
37
Tabel VI. Distribusi lama pengobatan kemoterapi yang sedang dijalani dankombinasi obat kemoterapi yang digunakan
Kombinasi obatMinggu ke
Jumlah kasus(n = 37)
Persentase(%)
Minggu 0 :Mtx, Deksametason 2 5,4Minggu 1 :VCR, Deksametason,Daunorubisin
3 8,1
Minggu 2 :Mtx, Deksametason, VCR,Daunorubisin
16 43,3
Minggu 3 :VCR, Deksametason,Daunorubisin
5 13,5
Minggu 4 :Mtx, VCR, Deksametason,Daunorubisin, LAsp
9 24,3
Minggu 5 :VCR, Deksametason, LAsp 2 5,4
Minggu 6 :VCR - -
Dari tabel VI. dapat kita ketahui bahwa distribusi pasien terbanyak adalah
pasien yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi fase induksi minggu 2
dengan kombinasi obat yang diberikan adalah Metotreksat, Deksametason,
Vinkristin dan Daunorubisin. Dan terbanyak kedua adalah pasien yang sedang
menjalani pengobatan kemoterapi fase induksi minggu 4 dengan kombinasi
Metotreksat, Dexamethason, Vinkristin, Daunorubisin dan L-Asparaginase.
Distribusi penggunaan obat kemoterapi pada fase pengobatan induksi yang
paling banyak digunakan oleh pasien dalam kaitannya dengan kejadian efek
samping yang ditimbulkan dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
38
Tabel VII. Distribusi penggunaan obat kemoterapi dengan kejadian efeksamping yang ditimbulkan
No Obat kemoterapi yangdigunakan
Jumlah pasienyang
menggunakan
Jumlah kejadianefek samping
yang ditimbulkan
% kejadian efeksamping yangditimbulkan
1. Dexamethason 37 4 222. Vinkristin 35 1 63. Metotreksat 27 8 444. Daunorubisin 17 0 05. LAsp 11 9 24,3
Gambar 6. Distribusi Kejadian Efek Samping yang TerjadiTerkait dengan Penggunaan Obat Kemoterapi
Dari tabel VII. dan gambar 6 dapat kita ketahui distribusi kejadian efek
samping terkait dengan penggunaan obat kemoterapi, dijelaskan sebagai berikut :
1. Metotreksat
Dari 37 kasus terdapat 8 kasus (21,6%) yang mengalami efek samping dari
Metotreksat ini yaitu sariawan. Sebagian besar kasus yang mengalami
sariawan diterapi dengan Oral Hygiene yang berisi Candistatin dan Betadin
kumur.
39
2. Deksametason
Efek samping dari deksametason pada pasien yang lebih sering terjadi adalah
nyeri. Dari 37 kasus terdapat 4 kasus (10,8%) pasien yang mengalami efek
samping dari kortikosteroid. Sebagian besar kasus yang mengalami nyeri
diterapi dengan Cancer pain yang berisi Parasetamol dan Luminal. Namun
terdapat satu kasus yang mengalami nyeri pinggang yang sangat hebat
sehingga diterapi dengan Morfin sulfat.
3. Vinkristin
Efek samping dari vinkristin yang lebih sering terjadi pada pasien adalah
konstipasi. Dari 37 kasus terdapat 1 kasus (2,7%) yang mengalami efek
samping dari vinkristin. Pasien yang mengalami konstipasi ini diterapi
menggunakan Laxoberon®.
4. Daunorubisin
Pada pasien tidak ditemui efek samping dari Daunorubisin ini yaitu
mukositis.
5. L-Asparaginase
Pada pasien lebih sering terjadi efek samping dari L-Asparaginase ini yaitu
perdarahan. Dari 37 kasus terdapat 9 kasus (24,3%) yang mengalami efek
samping dari penggunaan L-Asparaginase ini. 5 kasus (13,5%) diantaranya
mengalami efek samping perdarahan. Pasien-pasien yang mengalami
perdarahan diatasi dengan transfusi trombosit. Efek samping lain yang
disebabkan karena penggunaan L-Asparaginase adalah mual dan muntah.
Terdapat 4 kasus (10,8%) yang mengalami efek samping ini. Dari ke 4 kasus
40
ini hanya 1 kasus yang mendapat terapi Domperidon untuk mengatasi mual
dan muntah. Ke 3 kasus yang tidak mendapat terapi tidak menjadi masalah
asalkan efek samping ini tidak mengganggu kenyamanan pasien.
Selain obat-obat diatas terdapat juga efek samping lain yang umum namun
tidak jelas obat sitotoksik penyebabnya. Efek samping itu antara lain :
1. Demam
Dari 37 kasus terdapat 11 kasus (29,7%) yang mengalami efek samping ini.
Pasien-pasien yang mengalami demam mendapat terapi Parasetamol.
2. Kelainan saluran pernafasan ( rhinofaringitis, faringitis akut, dsb)
Dari 37 kasus terdapat 8 kasus (21,6%) yang mengalami efek samping ini.
Pasien-pasien yang mengalami Rhinofaringitis ataupun Faringitis akut
mendapat terapi Salbutamol namun ada juga yang mendapat Fartolin,
maupun Nebulizer ventolin.
3. Infeksi
Dari 37 kasus terdapat 14 kasus (37,8%) yang mengalami infeksi. Dari 14
kasus ini 7 kasus mendapat terapi antibiotik dan 7 kasus lainnya tidak
mendapat terapi antibiotik. Dan 11 kasus tidak mengalami infeksi tetapi 3
kasus mendapatkan terapi antibiotik untuk mencegah infeksi dan 12 kasus
lainnya tidak diketahui apakah mengalami infeksi atau tidak dikarenakan
tidak tercantumnya hasil laboratorium yang menandakan terjadinya infeksi
pada pasien. Namun dari 12 kasus ini 6 kasus diantaranya mendapat terapi
antibiotik. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah golongan
sefalosporin generasi ke 3 yaitu Cefotaxim. Selain itu digunakan juga
41
kombinasi dengan Gentamicin, Cotrimoxasol, Ciprofloxacin, Cefixime,
Amikasin, dsb.
C. Analisis Drug Related Problem (DRP)
Dalam pengobatan kemoterapi sering kali terjadi efek samping yang tidak
diinginkan akibat pemakaian obat-obat sitotoksik itu sendiri. Maka pada
pengobatan kemoterapi, pasien tidak hanya diberikan obat-obat sitotoksik untuk
membunuh sel kankernya namun juga diberikan obat tambahan untuk mengatasi
efek samping yang timbul sebagai akibat pemakaian obat-obat sitotoksik ini. Hal
ini dapat menimbulkan masalah baru terkait dengan penggunaan obat-obat
tersebut yang seringkali disebut dengan DRP. Maka diperlukan analisis untuk
mengetahui masalah baru yang mungkin timbul dalam pengobatan kemoterapi
pasien LLA di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
Analisis dilakukan satu persatu kasus dalam penelitian ini. Terapi yang dilakukan
dianalisis dengan melihat hasil laboratorium dan kemudian dibandingkan dengan
dengan standar pelayanan medis RSUP Dr. Sardjito, IONI (Informatorium Obat
Nasional Indonesia) dan DIH (Drug Information Handbook).
Hasil evaluasi pengobatan LLA Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008 disajikan dalam tabel VIII berikut ini :
Tabel VIII. Hasil Analisis DRP Pasien LLA Di Instalasi Rawat Inap RSUPDr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2008
Jenis DRP Jumlah kasus %
DRP tidak perlu obat tambahan 1 2,7DRP perlu obat tambahan 10 27DRP dosis kurang 1 2,7DRP dosis berlebih 1 2,7
42
Dari 37 kasus yang dianalisis, 23 kasus (62,1%) tidak terdapat DRP dan 14
kasus (37,9%) terdapat DRP yang berhubungan dengan pengobatan LLA pada
anak.
Rangkuman mengenai jumlah kasus, nomor kasus, masalah, penilaian, dan
rekomendasi dari setiap jenis DRP terdapat dalam uraian berikut.
1. Tidak Perlu Obat Tambahan (Unnecessary Drug Therapy)
Pada tabel IX. dibawah ini dijelaskan kasus-kasus yang termasuk dalam
DRP tidak memerlukan obat tambahan.
Tabel IX. Tidak memerlukan obat tambahan
No Jumlahkasus dan
Nomorkasus
Masalah Penilaian Rekomendasi
1. 1 kasus(14)
Pasien mendapat Tramadolpadahal pasien tidak mengalaminyeri.
Tidak ada indikasipenggunaanTramadol.
Tramadol tidakdiberikan.
Pada kasus no 14 pasien mendapat Tramadol. Pasien tidak mengalami
nyeri. Pemberian Tramadol juga tidak tepat indikasi. Tramadol hanya boleh
digunakan pada kasus nyeri berat yang sudah tidak dapat diterapi menggunakan
analgesik biasa seperti Parasetamol mengingat efek samping penggunaan obat ini
yang cukup besar maka Tramadol tidak perlu diberikan.
Pada kasus ini perlu mendapat perhatian khusus karena Tramadol
merupakan golongan narkotik. Pasien mendapat terapi namun dalam lembar
rekam medik tidak terdapat keterangan mengenai indikasi digunakannya obat ini
pada pasien. Hal ini perlu diperhatikan dan dicari dimana letak kesalahan
penggunaan Tramadol ini, apakah karena kelalaian petugas medis sehingga lupa
43
menulis catatan pada lembar rekam medis atau kemungkinan yang lain yang
terjadi.
2. Perlu Obat Tambahan (Necessary Drug Therapy)
Pada tabel X. dibawah ini dijelaskan kasus-kasus yang termasuk dalam DRP
memerlukan obat tambahan.
Tabel X. Memerlukan obat tambahan
No Jumlah kasusdan Nomor
kasus
Masalah Penilaian Rekomendasi
1. 1 kasus(5, 11, 14, 16,
22, 34)
Pasien mengalamipenurunan nilaileukosit. Hal ini dapatmenyebabkan pasienrentan terhadap infeksi.Sehingga pasien perludiberikan antibioticuntuk mencegahterjadinya infeksi.
Perlu diberikanantibiotic spectrumluas (profilaksis).
Diberikan antibioticspectrum luas(profilaksis). Dapatdiberikan antibiotikkombinasi sepertiCefotaxim danGentamicin.
2. 1 kasus(15)
Pasien mengalamicacingan namun belumditerapi.
Perlu diberikanobat cacing padapasien.
Diberikan obatcacing pada pasien.Dapat diberikanPirantel pamoat padapasien.
3. 1 kasus(20, 30)
Pasien mengalamistomatitis dan belumditerapi.
Perlu diberikanobat sariawan.
Diberikan obatsariawan (Oralhygiene).
4. 1 kasus(17)
Pasien mengalamibatuk dan pilek tetapibelum diterapi.
Perlu diberikanobat batuk danpilek.
Diberikan obat batukdan pilek. DapatdiberikanPseudoefedrin-HCldanDekstrometorfan-HBr pada pasien.
Pada kasus no 5, 11, 14, 16, 22, dan 34 memerlukan obat tambahan berupa
antibiotik spektrum luas (profilaksis). Hal ini disebabkan karena pasien tersebut
mengalami penurunan nilai leukosit, dan juga nilai netrofil pasien dibawah kadar
absolutnya. Disamping itu juga sebagian pasien mengalami granulositopenia,
44
hiperleukositosis yang dapat menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi.
Sehingga dianjurkan untuk diberikan antibiotik pada pasien. Dapat diberikan
kombinasi antibiotik pada pasien seperti Cefotaxim dan Gentamicin.
Pada kasus no 15 pasien terinfeksi cacing namun belum diterapi sehingga
pasien perlu diberikan obat cacing agar cacing tidak berkembang biak menjadi
lebih banyak didalam tubuh pasien selain itu cacing merupakan parasit yang dapat
merugikan pasien maka harus diterapi. Perlu segera diberikan obat cacing pada
pasien. Dapat diberikan Pirantel pamoat karena tidak diketahui cacing yang
menginfeksi sehingga dipilih obat tersebut karena memiliki kemampuan
membunuh berbagai jenis cacing.
Pada kasus no 17 pasien mengalami batuk dan pilek namun belum diterapi.
Ditakutkan apabila tidak diterapi akan berkembang menjadi lebih parah karena
pasien mengalami batuk dan pilek ini sudah berhari-hari. Namun tidak diketahui
penyebab batuk dan pilek ini karena alergi atau bukan dan sifat batuk apakah
produktif atau tidak sehingga dapat diberikan Pseudoefedrin-HCl dan
Dekstrometorfan-HBr untuk mengatasi batuk dan pilek pada pasien.
Pada kasus no 20 dan 30 pasien mengalami sariawan dan belum diterapi.
Ditakutkan apabila tidak diterapi maka jamur akan berkembang biak dalam mulut
pasien. Dapat diberikan Oral Hygiene yang berisi Betadin kumur dan Candistatin
untuk mencegah berkembang biaknya bakteri dalam mulut pasien.
3. Dosis Kurang (Dosage too Low)
Pada tabel XI. dibawah ini dijelaskan kasus-kasus yang termasuk dalam
DRP dosis kurang.
45
Tabel XI. Dosis kurang
No Jumlah kasusdan Nomor
kasus
Masalah Penilaian Rekomendasi
1. 1 kasus(26)
Pemberian Amikasin padapasien dosisnya tidaksesuai dengan yangdianjurkan dalam IONI.Dosisnya kurang.
Perlu diubahdosispemberianAmikasin.
Dosis pemberianAmikasindinaikkanmenjadi 2×85mg.
Pada kasus no 26 pasien mendapat dosis pemberian Amikasin 2×75 mg
sedangkan dalam IONI dosis pemberian Amikasin yang dianjurkan adalah 15
mg/kg BB. Berat badan pasien 11 kg. Maka dosis pemberian Amikasin perlu
diubah menjadi 2×85 mg. Namun penggunaan Amikasin ini perlu dikoreksi lagi
karena tidak diketahui alasan mengapa dosis yang diberikan kurang dari aturan
dosis yang sebenarnya, yang tidak dituliskan dalam lembar rekam medik.
4. Dosis Berlebih (Dosage too high)
Pada tabel XII. dibawah ini dijelaskan kasus-kasus yang termasuk dalam
DRP dosis berlebih.
Tabel XII. Dosis berlebih
No Jumlah kasusdan Nomor
kasus
Masalah Penilaian Rekomendasi
1. 1 kasus(13)
Pasien mengalami kelainanfungsi ginjal. Di IONI padapasien yang mengalamikelainan fungsi ginjal, dosispemberian Ranitidin berbedadengan pasien yang fungsiginjalnya normal.
Perlu diubahdosispemakaianRanitidin padapasien.
DosispenggunaanRanitidindiubah menjadi2×1/2 tab
46
Pada kasus no 13 pasien mengalami kelainan fungsi ginjal. Dalam IONI
pasien yang mengalami kelainan fungsi ginjal dosis pemberian Ranitidin berbeda
dengan pasien yang fungsi ginjalnya normal. Pada pasien diberikan dosis 2×1 tab,
dosis pemberian seharusnya 2×1/2 tab. Dosis pemberian pada pasien perlu diubah
menjadi 2×1/2 tab.
D. Outcome Pasien LLA
Pada gambar 7 dibawah ini dipelihatkan presentase outcome pasien LLA
di Instalasi Rawat Inap RSUP. Dr. SardjitoYogyakarta tahun 2008.
Gambar 7. Presentase Outcome Pasien LLA
Dari gambar 7 diatas dapat diketahui bahwa 14 % pasien yang dirawat
pulang dalam keadaan belum sembuh dan 86 % pulang dalam keadaan membaik.
Pasien yang telah dipulangkan dari rumah sakit berarti telah memenuhi semua
kriteria pemulangan pasien LLA sesuai standar pelayanan medis RSUP. Dr.
Sardjito.
E. Rangkuman Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat 22 pasien dan 37 kasus LLA yang diteliti.
Karakteristik pasien leukemia tipe LLA di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
47
Yogyakarta tahun 2008 dijelaskan sebagai berikut : prevalensi LLA pada anak
laki-laki 82% dan perempuan 12 %. Distribusi umur terjadi 0-2 tahun sebanyak4
pasien (18%), 3-5 tahun sebanyak 9 pasien (41%), 6-9 tahun sebanyak 4 pasien
(18%) dan 10-12 tahun sebanyak 5 pasien (23%).
Kasus pasien yang paling banyak terjadi adalah pasien yang sedang
menjalani pengobatan kemoterapi pada fase induksi minggu 2 (43,3%).
Kombinasi obat sitotoksik yang digunakan dalam minggu ini adalah metotreksat,
deksametason, vinkristin dan daunorubicin. Efek samping yang terjadi pada
pasien bervariasi antara lain : sariawan 8 kasus (21,6%), nyeri 4 kasus (10,8%),
konstipasi 1 kasus (2,7%), mual dan muntah 4 kasus (10,8%), demam 11 kasus
(29,7%), perdarahan 5 kasus (13,5%), kelainan paru-paru ( rhinofaringitis,
faringitis akut, dsb) 8 kasus (21,6%), dan infeksi 14 kasus (37,8%).
Dari 37 kasus yang diteliti terdapat 14 kasus yang termasuk dalam DRP
dan 23 kasus yang tidak termasuk dalam DRP. Terdapat lima jenis DRP yaitu
memerlukan obat tambahan 10 kasus (27%), tidak memerlukan obat tambahan 1
kasus (2,7%), salah obat 0 kasus (0%), dosis kurang 1 kasus (2,7%), dan dosis
berlebih 1 kasus (2,7%). Penjelasan mengenai DRP disajikan dalam bentuk tabel
yang memuat permasalahan, penilaian, dan rekomendasi.
Outcome pasien saat pulang sebanyak 86% dipulangkan dalam kondisi
membaik dan 14% dalam keadaan belum sembuh.
48
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik pasien leukemia pasca kemoterapi yang terjadi pada tahun 2008
berdasarkan kelompok umur kasus paling banyak terjadi pada rentang umur 3-
5 tahun. Dan jenis kelamin paling banyak terjadi pada kelompok laki-laki.
2. Pola pengobatan pasien LLA yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP. Dr.
Sardjito tahun 2008 mengikuti protokol pengobatan LLA fase induksi di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan diberikan obat tambahan apabila terjadi
efek samping yang disebabkan oleh obat-obat sitotoksik. Pada fase induksi
obat kemoterapi yang digunakan adalah metotreksat, deksametason, vinkristin
dan daunorubicin dan Lasparaginase. Kasus terbanyak sedang menjalani
pengobatan kemoterapi fase induksi minggu 2 dimana obat sitotoksik yang
digunakan adalah kombinasi metotreksat, deksametason, vinkristin dan
daunorubisin.
3. Pada pengobatan kemoterapi LLA terjadi 14 kasus yang termasuk dalam DRP
dan 23 kasus yang tidak termasuk dalam DRP. Terdapat empat jenis DRP
yaitu memerlukan obat tambahan 10 kasus (27%), tidak memerlukan obat
tambahan 1 kasus (2,7%), dosis kurang 1 kasus (2,7%), dan dosis berlebih 1
kasus (2,7%).
48
49
B. Saran
1. Untuk RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, diharapkan agar data rekam medis
pasien lebih dilengkapi terutama pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium
karena data laboratorium sangat penting pada pasien LLA.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
evaluasi pengobatan kemoterapi pasien LLA pada fase selanjutnya setelah
fase induksi yaitu fase konsolidasi, reinduksi dan maintenance.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang bersifat
prospektif sehingga kondisi yang tidak tercatat dalam lembar rekam medik
dapat teramati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional, Edisi 1, 3-18,
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000 , Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2005 , Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito Buku 2, Edisi 3,
69-73, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta
Anonim, 2006 , Drug Information Hand Book, 14th Edition, Lexi-Comp Inc,
Amerika
Anonim, 2007, Index Medicus for the WHO Eastern Meditarranean Region,
Volume 6, http://www.emro.who.intl/HIS/VHSL/Imemr.htm, diakses
tanggal 21 Agustus 2008
Anonim, 2009 a, Rumah Sakit Dr. Sardjito,
http://gudeg.net/id/directory/52/46/Rumah-Sakit-Dr.-Sardjito.html, diakses
tanggal 4 Juli 2009
Anonim , 2009 b, Zink Sebagai Tata Laksana Baru Pengobatan Diare Pada Anak,
http://www.eurekaindonesia.org/download/POUZN%20About%20ZINC%2
0NOV%20MEDIKA%2008.pdf, diakses tanggal 3 September 2009
Anonim, 2009 c, Infeksi Saluran Nafas Akut Bagian Atas,
www.sehatgroup.web.id, diakses tanggal 3 Juli 2009
Anonim, 2010 a, Mengenal Leukemia Pada Anak,
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=
view&id=42&Itemid=74, diakses tanggal 10 Januari 2010
Anonim, 2010 b, DNA dan Fungsinya, http://fusion-
kandagalante.blogspot.com/2008/08/dna-dan-fungsinya.html, diakses
tanggal 19 Januari 2010
Anonim, 2010 c, Cara Kerja Sitostatika Dan Efek Sampingnya,
http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/04/cara-kerja-sitostatika-dan-
efek-sampingnya/, diakses tanggal 2 Januari 2010
50
51
Anonim, 2010 d, Sindrom Lisis Tumor,
http://www.scribd.com/doc/6240644/Sindrom-Lisis-Tumor, diakses tanggal
22 Januari 2010
Bain, J, Barbara., 1990, Leukaemia : A Guide to the FAB Classification, 31, J.B.
Lippincott Company : Philadelphia
Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P. O., 2004, Pharmaceutical Care
Practice, 75-83, Mc Graw-Hill : New York
Curtis, L. T., Charles, A. R., and William, L. I., 2005, Pharmacotherapy 10th
Edition, 91, 2289-2290, 2485-2496, Medical Publishing Division : New
York
Darmanto. A., 2003, Hubungan kejadian sepsis pada LLA anak fase induksi
dengan status gizi saat diagnosis di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta,
Thesis, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Gilbert, P., 1985, Penyakit yang Lazim pada Anak-anak, 61-63, Penerbit Arcan :
Jakarta
Hoffbrand, A. V., and Lewis, S. M., 1989, Haematology, 380-399, Heinemann
Profesional Publishing, Ltd.
Hoffman, R.,Benz, E. J., Shattil, S. J., Furie, B., and Cohen, H. J., 1991,
Hematology,779-781, Churchill Livingstone Inc : New York
Hoffbrand, A.V., and Pettit, J.E., 1996, Kapita Selekta : ” Haematologi”, Edisi 2,
143, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Jandl, J. H., 1996, Blood, 2th edition, 961-964, Little, Brown and Company:
Boston
Katzung, B. G., 2004, Farmakologi : Dasar dan Klinik, 336-337, Penerbit
Salemba Medika : Jakarta
Lestari, G. P., 2006, Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pasca Kemoterapi pada
Pasien Leukemia Tipe ALL Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2004,
Skripsi, 27, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Ludlam, C. A., 1990, Clinical Haematology, 123-129, Churchill Livingstone Inc :
New York
52
McClatchey, K. D., 1994, Clinical Laboratory Medicine, 939-944, Williams and
Wilkins : Baltimore
Mehta, A. B., and Hoffbrand, A. V., 2006, At a Glance : Hematologi, 8-9,
Penerbit Erlangga : Jakarta
Meadow, R., and Newell, S., 2002, Pediatrika, 223-224, Penerbit Erlangga :
Jakarta
Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, 44-60, Penerbit Ghalia Indonesia : Bogor
Noorwati, 2008, Kemoterapi : Manfaat dan Efek Samping,
dharmais@dharmais.co.id, diakses tanggal 28 Agustus 2008
Palestin, B., 2008, Perawatan Lanjutan di Rumah Pada Penderita Leukemia
Anak, http://bondankomunitas.blogspot.com/2008/03/perawatan-lanjutan-di-
rumah-pada.html, diakses tanggal 28 Agustus 2008
Permono, B., Sutaryo, Ugrasena, IDG., Windiastuti, E., Abdulsalam, M., 2005,
Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, 63-86, Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Price, S. A., and Wilson, L. Mc Carty., 1984, Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit Edisi 2, 222-223, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ritter, J. M., Lewis, L. D., and Mant, T. G. K., 1999, A Textbook of Clinical
Pharmacology 4th edition, 545-548, Oxford University Press : New York
Sacher, R. A., and Mc Pherson, P. A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, 109-122, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Smith, D. S., and Schidlow, D. V., 1994, A Practical Guide to Pediatric
Respiratory Diseases, 23-26, Hanley and Belfus Inc., Philadelphia
Sustiyanto, 1998, Analisis kesintasan dari faktor prognosis LLA pada anak di
Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Thesis, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Sutedjo, A. Y., 2006, Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratoium, 20-33, Amara Books, Yogyakarta
Tierney, L. M., Mc Phee, S. J., and Papadakis, M. A., 2002, Current Medical
Diagnosis and Treatment, 543-545, RR Donelly and Sons, Inc
53
Vitha, 2009, Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukemia,
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anak-
dengan-leukemia/, diakses tanggal 2 September 2009
Walsh, T. D., 1997, Kapita Selekta : Penyakit dan Terapi, 443-448, Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Windmann and Frances, K., 1995, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 9, 102-103, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Wintrobe, M. M., 1949, Clinical Hematologi 2nd edition, 666-667, Lea and
Febiger : Philadelphia
54
LAMPIRAN
55
LAMPIRAN
DATA POLA PENGOBATAN PASCA KEMOTERAPI PADA PASIEN LLA
DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2008
Data Pasien Data Laboratorium Diagnosis Keluhan Obat YangDigunakan
Hasil
1. No.RM :01-36-48-99Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 21 kgTB : 111 cmTanda vital :Nadi :100 x/menitSuhu : 36,50 C
Hb : 8,9 g/dLAL : 4.300/mm3
AT : 205.000/mm3
S : 94,2 %L : 42,5 %M : 2,8 %
Utama : LLA L1 HRLain : -
Pro kemoterapi - VCR iv 1,4 mg- Daunorubicine iv
28 mg- Dexamethazone 3-
3-2
Belumsembuh
2 No.RM :01-36-48-99Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 21 kgTB : 111 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 9,6 g/dLAL : 3.900/mm3
AT : 61.000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama : LLA L1 HRLain : -
Pro kemoterapi - VCR iv 1,4 mg- Daunorubicine iv
28 mg- Mtx it 12 mg- L-Asp iv 1×69 mg- Dexamethazone
tappering off 3-3-2, 3-2-2, 2-2-1, 2-1-1
Membaik
56
3 No.RM :01-35-52-97Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 16 kgTB : 106 cmTanda vital :Nadi : 88 x/menitSuhu : 36,30 C
Hb : 7,3 g/dLAL : 245.000/mm3
AT : 46.000/mm3
S : 1 %L : 1 %M : - %
Utama : LLA L1 HRLain : HiperleukositosisStomatitis
- Sariawan- Batuk- Nyeri pinggang- Pilek
- Mtx it 12 mg- Dexamethazone 4-
3-2- Allopurinol 2×70
mg- Furosemid 2×15
mg- Cefotaxim 3×500
mg- Gentamicin 2×30
mg- Cancer pain 4-6
jam- Candistatin 3×1 cc- Morphin sulfat
2×10 mg K/P- Salbutamol 3×1
cth- Infed® 3×1 cth
Membaik
4 No.RM :01-35-52-97Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 18 kgTB : 107 cmTanda vital :Nadi : 84 x/menitSuhu : 36,40 C
Hb : 13,8 g/dLAL : 189.950/mm3
AT : 179.000/mm3
S : 2 %L : 98 %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : Hiperlekositosis
Pro kemoterapi - VCR 1,1 mg- Daunorubicine 22
mg- Dexamethazone 4-
3-2- Allopurinol 2×70
mg- Lasix® 1×8 mg
Membaik
5 No.RM :01-35-52-97Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 18 kgTB : 107 cm
Hb : 13,2 g/dLAL : 1800/mm3
AT : 158.000/mm3
S : - %L : 41,6 %M : 5,8 %
Utama: LLA L1 HRLain : Granulositopenia
Pro kemoterapi - VCR iv 1,1 mg- Daunorubicine iv
22 mg- Mtx it 12 mg- Dexamethasone 4-
3-2
Membaik
57
Tanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : afebris
6 No.RM :01-34-11-27Umur : 8 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 21 kgTB : 124 cmTanda vital :Nadi : 92 x/menitSuhu : afebris
Hb : 7,6 g/dLAL : 5800/mm3
AT : 48.000/mm3
S : 14 %L : 74 %M : 1 %
Utama: LLA L1 SRLain : Netropenia
- Pucat- Perut membesar- Batuk
- Mtx it 12 mg- Prednison 4-3-3- Dexamethasone 3-
2-2- Cefotaxim 3×700
mg- Gentamicin 2×50
mg- Vit B 2×100 mg- Cancer pain
(Parasetamol 200mg dan Luminal 5mg) K/P
Membaik
7 No.RM :01-34-11-27Umur : 8 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 21 kgTB : 124 cmTanda vital :Nadi : 120 x/menitSuhu : 36,80
Hb : 10,7 g/dLAL : 3490/mm3
AT : 198.000/mm3
S : 44,6 %L : 50,8 %M : 2,9 %
Utama: LLA L1 SRLain : -
Pro kemoterapi - VCR iv 1,3 mg- Daunorubicine iv
26 mg- Mtx it 12 mg- Dexamethasone 3-
2-2
Membaik
8 No.RM :01-34-11-27Umur : 8 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 23 kgTB : 125 cmTanda vital :Nadi : 160 x/menitSuhu : 37,50 C
Hb : 9,8 g/dLAL : 3100/mm3
AT : 324.000/mm3
S : - %L : 47,1 %M :3,1 %
Utama: LLA L1 SRLain :Agranulositosis
- Demamnetropeni
- Kaki pegal- Neuropati- Anemia
- VCR iv 1,3 mg- Dexamethazone 3-
2-2- Tiamin 2×100 mg- Cefotaxim 3×800
mg- Gentamicin 2×60
mg- Lasix® 1×8 mg
Membaik
58
- Parasetamol 1×250mg
9 No.RM :01-29-03-78Umur : 5 thJenis kelamin : LData fisik :BB : 12 kgTB : 95 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 6,7 g/dLAL : 6000/mm3
AT : 4700/mm3
S : 3 %L : 34 %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : - DemamNetropenia-Rhinofaringitis-Agranulositosis
- Pucat- Perdarahan- Nyeri sendi tulang- Petechie- Batuk- Pilek- Diare akut tanpa
dehidrasi- Epitaksis- Cacingan
- Mtx it 12 mg- VCR 0,8 mg- Daunorubicine 17
mg- LAsp 3400 u/m2
- Prednisone 3-2-2- Actifed® 3×0,5
tab- Cefotaxim 3×400
mg- Gentamicin 2×30
mg- Zinc 1×20 mg- Cancer pain (PCT
120 mg & Luminal5 mg)
- Domperidon 3×1cth
- Salbutamol 3×1cth
- Pyrantel pamoat1×1 tab
Membaik
10 No.RM :01-35-59-10Umur : 2 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 9 kgTB : 75 cmTanda vital :Nadi : 130 x/menitSuhu : 38,50 C
Hb : 13,7 g/dLAL : 9900/mm3
AT : 10000/mm3
S : 3 %L : 86 %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : - Diaredisentriform denganhematoschezia- Agranulositosis- Rhinofaringitis akut
- Demam- Batuk- Diare- Pilek
- Mtx it 10 mg- VCR 0,65 mg- Daunorubicine 13
mg- Dexamethasone 2-
1-1- Vectrin® 2×cth
1/2- Cotrimoxazol
Membaik
59
2×cth 1- Dialac® 2×sach 1- Zinc 1×20 mg- Parasetamol 100
mg K/P- Ventolin® 3×cth
1/211 No.RM :01-35-59-10
Umur : 2 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 10,5 kgTB : 75 cmTanda vital :Nadi : 110 x/menitSuhu : 36,70 C
Hb : 12,4 g/dLAL : 3250/mm3
AT : 122000/mm3
S : 20 %L : 74 %M : 4,3 %
Utama: LLA L1 SRLain : -
Pro kemoterapi - VCR 0,7 mg- Daunorubicine 13
mg- Dexamethazone 2-
2-1
Membaik
12 No.RM :01-35-59-10Umur : 2 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 10,5 kgTB : 75 cmTanda vital :Nadi : 106 x/menitSuhu : afebris
Hb : 12,1 g/dLAL : 2600/mm3
AT : 286000/mm3
S : 41,5 %L : 50,1 %M : 7,0 %
Utama: LLA L1 SRLain : -
Pro kemoterapi - VCR 0,7 mg- Daunorubicine 13
mg- Dexamethazone 2-
1-1- Mtx 10 mg- LAsp 2600 u/m2
Membaik
13 No.RM :01-37-71-45Umur : 12 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 32 kgTB : 140 cmTanda vital :Nadi : 90 x/menit
Hb : 10,9 g/dLAL : 2000/mm3
AT : 209000/mm3
S : - %L : - %M :- %
Utama: LLA L1 HRLain :Tonsilitis akutHematuriaStomatitis
- Batuk- Pilek- Mual- Pucat- Perut kembung
- Mtx it 12 mg- VCR 1,7 mg- Daunorubicin 33
mg- Dexamethazone 5-
4-4- Allopurinol 2×100
mg
Belumsembuh
60
Suhu : 36,80 C - Cefotaxim 3×1000mg
- Gentamicin 2×80mg
- Lasix® 2×1/2 tab- Oral hygiene (
Betadine kumur &Candistatin 4×1 cc)
- OBH syrup 3×cth1
- Ranitidine 2×1 tab14 No.RM :01-37-71-45
Umur : 12 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 31 kgTB : 140 cmTanda vital :Nadi : 96 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 10,6 g/dLAL : 3200/mm3
AT : 246000/mm3
S : 82 %L : 17 %M : 1 %
Utama: LLA L1 HRLain : Stomatitis
- Sakit mulut - VCR 1,7 mg- Dexamethazone 5-
4-4- LAsp 6600 u/m2
- Solcoceril Zalf3×1 cc
- Tramadol 3×30 mg- Tranexamic®
2×250 mg-
Membaik
15 No.RM :01-30-90-53Umur : 10 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 25 kgTB : 145 cmTanda vital :Nadi : 108 x/menitSuhu : afebris
Hb : 11,4 g/dLAL : 9200/mm3
AT : 5000/mm3
S : 1 %L : 22 %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : Conjungtivableeding
- Batuk- Nyeri dada kiri- Cacingan
- Dexamethazone 5-4-3
- Mtx 12 mg- VCR 1,5 mg- Daunorubicine 30
mg- Ciprofloxacin
2×100 mg- Cefixime 2×100
mg- Ventolin® syrup
3×cth 1
Membaik
61
- Cancer pain K/P- Antasid 3×cth 1
16 No.RM :01-30-90-53Umur : 10 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 25 kgTB : 145 cmTanda vital :Nadi : 96 x/menitSuhu : 36,80 C
Hb : 7,2 g/dLAL : 1100/mm3
AT : 15.000/mm3
S : -%L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : -
Pro kemoterapi - Dexamethasone 5-4-3
- Mtx 12 mg- VCR 1,5 mg- Daunorubicine 30
mg
Membaik
17 No.RM :01-38-08-04Umur : 1 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 8,7 kgTB : 80 cmTanda vital :Nadi : 98 x/menitSuhu : afebris
Hb : 7,8 g/dLAL : 23010/mm3
AT : 76000/mm3
S : 9 %L : 16 %M : 75 %
Utama: LLA L1 SRLain : Gizi kurangTrombositopenia grantAgranulositosisFaringitis akut
- Pilek- Batuk- Muntah- Perdarahan
- Mtx it 10 mg- VCR 0,7 mg- Doxorubicine 9
mg- Prednisone 2-1-1- Cancer pain
(Parasetamol 100mg & Luminal 5mg) K/P
- Salbutamol 3×1mg
Membaik
18 No.RM :01-38-08-04Umur : 1 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 8,7 kgTB : 80 cmTanda vital :Nadi : 114 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 14,3 g/dLAL : 9200/mm3
AT : 381000/mm3
S : 65,2 %L : 30,2 %M : 2,2 %
Utama: LLA L1 SRLain :Faringitis akut
- Pilek - VCR 0,7 mg- Doxorubicine 9
mg- Prednisone 2-1-1- Salbutamol 3×1
mg
Membaik
62
19 No.RM :01-38-08-04Umur : 1 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 9 kgTB : 80 cmTanda vital :Nadi : 90 x/menitSuhu : 37,30 C
Hb : 13,8 g/dLAL : 6600/mm3
AT : 333000/mm3
S : 38 %L : 60 %M : 2 %
Utama: LLA L1 SRLain :Rhinofaringitis akutDemam NetropeniaStomatitis
- Pilek- Batuk- Demam- Sariawan
- Mtx it 10 mg- VCR 0,66 mg- Doxorubicin 9 mg- LAsp 2640 U- Prednisone 2-2-1- Cefotaxim 3×300
mg- Gentamicin 2×25
mg- Candistatin 3×1 ml- Salbutamol 3×0,7
mg
Membaik
20 No.RM :01-36-41-08Umur : 5 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 14 kgTB : 102 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 37,20 C
Hb : 9,0 g/dLAL : 4200/mm3
AT : 980000/mm3
S : 55 %L : 42 %M : 2 %
Utama: LLA L1 SRLain :Paraparese infor disuseStomatitis
Pro kemoterapi - Mtx it 12 mg- VCR 0,96 mg- Doxorubicin 13
mg- LAsp 3500 U- Prednisone 3-2-2- Niacin 2×10 mg- Thiamin 2×100 mg
Membaik
21 No.RM :01-35-75-01Umur : 5 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 16 kgTB : 105 cmTanda vital :Nadi : 130 x/menitSuhu : afebris
Hb : 6,4 g/dLAL : 71600/mm3
AT : 9000/mm3
S : - %L : 14,6 %M : 3,2 %
Utama: LLA L1 HRLain :Demam NetropeniaRampant carriesAgranulositosis
- Perdarahan gusi- Demam- Pilek
- Mtx it 12 mg- VCR 1 mg- Daunorubicin 21
mg- Dexamethasone 3-
2-2- Cefotaxim 3×500
mg- Gentamicin 2×40
mg- Kumur betadin
Belumsembuh
22 No.RM :01-35-75-01Umur : 5 th
Hb : 10 g/dLAL : 4000/mm3
Utama: LLA L1 HRLain : -
Pro kemoterapi - VCR 1 mg- Daunorubicin 21
Membaik
63
Jenis kelamin : LkData fisik :BB : 16 kgTB : 105 cmTanda vital :Nadi : 110 x/menitSuhu : 36,50 C
AT : 244000/mm3
S : 24 %L : 71 %M : - %
mg- Dexamethasone 3-
2-2
23. No.RM :01-37-16-95Umur : 3 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 12 kgTB : 89 cmTanda vital :Nadi : 90 x/menitSuhu : 36,80 C
Hb : 10 g/dLAL : 6900/mm3
AT : 209000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : AgranulositosisPenisiosisStomatitis
- Pilek- Batuk- Sakit mulut- Kaki sakit
- Mtx it 12 mg- VCR 0,8 mg- Doxorubicine 11
mg- Dexamethasone 4-
2-1- Cefotaxim 3×400
mg- Gentamicin 2×30
mg- Salbutamol 3×1
mg- Candistatin
suspensi oral 3×1sehari
Membaik
24. No.RM :01-25-97-38Umur : 2 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 11 kgTB : 90 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : afebris
Hb : 12 g/dLAL : 15900/mm3
AT : 676000/mm3
S : 57,4 %L : 44,5 %M : - %
Utama: LLA L2 HRLain : Faringitis akut
- Batuk - Mtx it 10 mg- VCR 0,8 mg- Daunorubicine 15
mg- LAsp 3250 U- Dexamethasone 3-
2-1- Salbutamol 3×1
mg
Membaik
64
25 No.RM :01-34-84-60Umur : 3 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 10,5 kgTB : 90 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 360 C
Hb : 17,3 g/dLAL : 20300/mm3
AT : 208000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : Paraparese flaxidGeneral lymphadenopati
- Batuk- Pilek
- VCR 0,75 mg- Daunorubicine 15
mg- Prednisone 3-2-1- Cotrimoxasol 2×1
mg- Alinamin® 1×1
tab
Belumsembuh
26 No.RM :01-34-84-60Umur : 3 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 11 kgTB : 90 cmTanda vital :Nadi : 104 x/menitSuhu : afebris
Hb : 13,9 g/dLAL : 3900/mm3
AT : 224000/mm3
S : 53,5 %L : 43,7 %M : 3 %
Utama: LLA L1 SRLain : RhinofaringitisakutGizi kurang
- Batuk- Demam- Muntah- Mual- Sakit perut
- VCR 0,75 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine 15
mg- LAsp 3000 U- Prednisone 2-2-1- Amikasin 2×75
mg- Cefotaxim 2×500
mg- Fartolin 3× cth ½- Vit B1 3×50 mg- Alco® syrup 3×
cth ½- Ciproheptadin 3×1
mg
Membaik
27 No.RM :01-33-67-20Umur : 9 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 18,5 kgTB : 115 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 37,50 C
Hb : 9,1 g/dLAL : 1000/mm3
AT : 9000/mm3
S : - %L : 62 %M : 3 %
Utama: LLA L1 HRLain : AgranulositosisDemam Netropenia
- Telinga kananpekak
- Menggigil- Perdarahan gusi- Demam- Pucat- Nyeri
- VCR 1,45 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine 29
mg- Dexamethasone 2-
1-1- Allopurinol 2×80
mg- Furosemid 3×20
Belumsembuh
65
mg- Cefotaxim 3×650
mg- Gentamicin 2×50
mg- Cancer pain
(Parasetamol 200mg & Luminal 10mg K/P)
- Ciprofloxacin2×150 mg
28 No.RM :01-33-76-41Umur : 11 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 24 kgTB : 133 cmTanda vital :Nadi : 96 x/menitSuhu : 37,90 C
Hb : 5,9 g/dLAL : 207000/mm3
AT : 18000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : HiperlekositosisDemam Netropenia
- Demam- Pusing- Nyeri- Klebsiela axycota
(+)
- VCR 1,4 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine 28
mg- Dexamethasone 4-
4-3- Allopurinol 2×100
mg- Cefotaxim 3×550- Gentamicin 2×100
mg- Furosemid 3×20
mg- Ampicilin 3×750
mg- Metronidazole
3×250 mg- Cancer pain
(Parasetamol 250mg & Luminal 10mg K/P)
- Ciprofloxacin2×150 mg
Membaik
66
29 No.RM :01-34-24-82Umur : 3 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 11 kgTB : 88 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 36,80 C
Hb : 11,6 g/dLAL : 5400/mm3
AT : 8000/mm3
S : - %L : 98 %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : -
- Pucat- Demam- Batuk- Pilek- Rewel
- VCR 0,8 mg- Mtx 10 mg- Daunorubicine 15
mg- Prednisone 3-2-1- Comsporin 2× cth
1/2- Laxoberon® 2× 1
tetes- Gentamicin 2×25
mg- Cefotaxim 3×400
mg- Profilas® 2× cth
1/2- Salbuvent® 3× cth
1/2
Membaik
30 No.RM :01-34-24-82Umur : 3 thJenis kelamin : PrData fisik :BB : 11 kgTB : 88 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 14,6 g/dLAL : 2300/mm3
AT : 263000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : -
- Sariawan - VCR 0,8 mg- Mtx 10 mg- Daunorubicine 15
mg- Prednisone 3-2-1
Membaik
31 No.RM :01-36-64-22Umur : 4 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 16 kgTB : 99 cmTanda vital :Nadi : 110 x/menit
Hb : 11,2 g/dLAL : 2800/mm3
AT : 27000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 SRLain : AgranulositosisDiare cair akut
- Diare- Demam- Batuk
- VCR 1 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine
19,8 mg U- LAsp 3960- Prednisone 2-2-1- Zink 1×1 tab- Lacto B® 2×1
Membaik
67
Suhu : 36,50 C sachet- Plantasid® 3× cth
½- Elkana® 2×1 cth
32 No.RM :01-34-19-53Umur : 9 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 27 kgTB : 126 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : 36,70 C
Hb : 9 g/dLAL : 10000/mm3
AT : 8000/mm3
S : 8 %L : 7 %M : 3 %
Utama: LLA L1 HRLain : TrombositopeniaDemam Netropenia
Pro kemoterapi - VCR 1,5 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine
28,5 mg- Prednisone 4-4-3- Cefotaxim 3×900
mg- Gentamicin 2×65
mg
Membaik
33 No.RM :01-35-95-08Umur : 11 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 18 kgTB : 115 cmTanda vital :Nadi : 120 x/menitSuhu : 37,80 C
Hb : 8,2 g/dLAL : 143000/mm3
AT : 55000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : HiperleukositosisGizi BurukPneumonia respiralStomatitisISK ec Citrobacterfrendii
- Sesak nafas- Perdarahan gusi- Demam- Sariawan- Bengkak di kaki- Batuk
- VCR 1,2 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine 23
mg- Dexamethasone
1/2-1/2-0- Cefotaxim 3×600
mg- Gentamicin 2×35
mg- Lasix® 3×20 mg- Allopurinol 2×60
mg- Curvit 1×1 cth- Salbutamol 1×2
mg- Oral higiene 2×1- Parasetamol 1×125
mg
Membaik
68
- Ceftazidin 3×300mg
34 No.RM :01-33-77-68Umur : 8 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 26 kgTB : 125 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : afebris
Hb : 10,2 g/dLAL : 6400/mm3
AT : 222000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain : AgranulositosisTuberkulosisBronkitis kronis
- Demam- Batuk- Pusing
- VCR 1,5 mg- Daunorubicine 30
mg- Dexamethasone 5-
4-3- Salbuvent® 3×1
cth- Rifampicin 1×300
mg- Vit B1 2×100 mg- Ranitidin 3×1/2
tab
Membaik
35 No.RM :01-37-90-98Umur : 11 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 25 kgTB : 140 cmTanda vital :Nadi : 90 x/menitSuhu : 370 C
Hb : 10 g/dLAL : 2000/mm3
AT : 257000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L1 HRLain :Gizi buruk faserehabilitasi
- Badan kurus- Muntah- Diare cair akut
- VCR 1,3 mg- Mtx 12 mg- Daunorubicine 30
mg- LAsp 5880 U- Dexamethasone
4-4-2- Domperidon 3×1
tab- Becom C 1×1 tab- Asam folat 1×1
mg- Zinkid® 1×20 mg
Membaik
36 No.RM :01-35-42-22Umur : 2 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 10 kgTB : 74 cmTanda vital :
Hb : 9,9 g/dLAL : 15000/mm3
AT : 41000/mm3
S : - %L : - %M : - %
Utama: LLA L2 SRLain :GranulositopeniaRhinitis kronik
Pro kemoterapi - VCR 0,69 mg- Mtx 10 mg- Daunorubicine
13,8 mg- Dexamethasone
2-2-1- Cefixim 2×50 mg
Membaik
69
Nadi : 100 x/menitSuhu : afebris
- Prednisone 3-2-1-
37 No.RM :01-35-42-22Umur : 2 thJenis kelamin : LkData fisik :BB : 10 kgTB : 74 cmTanda vital :Nadi : 100 x/menitSuhu : afebris
Hb : 11,8 g/dLAL : 5100/mm3
AT : 292000/mm3
S : 60,5 %L : 26,9 %M : 11,3 %
Utama: LLA L2 SRLain : -
Pro kemoterapi - VCR 0,69 mg- Daunorubicine
13,8 mg- Dexamethasone
2-1-1
Membaik
70
Analisis DRP kasus 1
Subjectif :No.RM :01-36-48-99, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 12 /09/ 2008 : 36,50 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 12 /09/ 2008 : 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 12 /09/ 2008 : 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 13 /09/ 2008 : 21 kgTinggi badan : tanggal 13 /09/ 2008 : 111 cmLuas permukaan : tanggal 13 /09/ 2008 : 0,8 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 12 / 09/ 2008 :Hb : 8,9 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 4300/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 205.000/mcl (N : 200.000-400.000/mcl)S : 94,2 % (N : 50-65%)L : 42,5 % (N : 38-42%)M : 2,8 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai Hb mengalami penurunan dari nilai normalnya. Hal ini disebabkan karena obat-obat
sitostatika sebagai terapi LLA pasien seperti diketahui pada saat ini pasien menjalanipengobatan kemoterapi fase induksi minggu ke 3.
2. Nilai leukosit mengalami penurunan hal ini bisa saja terjadi pada penderita leukemia, selleukosit yang normal menjadi berkurang karena produksi leukosit berlebih namun selnyaimatur sehingga jumlah leukosit yang normal menjadi menurun.
3. Nilai segment, dan limfosit pasien yang mengalami peningkatan biasa terjadi pada pasienleukemia limfoblastik.
4. Pemberian obat-obat sitostatika meliputi VCR, Daunorubicine dan Dexamethasone telahmemenuhi aturan dosis yang tertera pada protokol pengobatan LLA di RSUP Dr. SardjitoYogyakarta.
5. Penurunan nilai Hb yang disebabkan karena obat-obat sitostatika perlu dilakukan transfusiPRC secepatnya sehingga kembali pada range normal.
Plan :1. Penurunan nilai Hb yang disebabkan karena obat-obat sitostatika perlu dilakukan transfusi
PRC secepatnya sehingga dapat meningkatkan nilai Hb kembali pada range normal.
Analisis DRP kasus 2
Subjectif :No.RM :01-36-48-99, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 19/ 09/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 19/ 09/ 2008 : 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 19/ 09/ 2008 : 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 19/ 09/ 2008 : 21 kgTinggi badan : tanggal 19/ 09/ 2008 : 111 cmLuas permukaan : tanggal 19/ 09/ 2008 : 0,8 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 19/ 09/ 2008 :Hb : 9,6 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3900/mm3 (N : 9-12.000/mm3)
71
AT : 61.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %Assessment :1. Nilai Hb mengalami penurunan dari nilai normalnya. Hal ini disebabkan karena obat-obat
sitostatika sebagai terapi LLA pasien seperti diketahui pada saat ini pasien menjalanipengobatan kemoterapi fase induksi minggu ke 4.
2. Nilai leukosit pasien yang mengalami penurunan biasa terjadi pada pasien leukemia.Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlahleukosit normal menjadi menurun.
3. Nilai trombosit pasien yang turun hingga kurang dari 100.000/mcl berpotensi terjadipendarahan.
4. Pemberian obat-obat kemoterapi meliputi VCR, Daunorubicine, L-Asp dan Dexamethasonetelah memenuhi aturan dosis yang tertera pada protokol pengobatan LLA di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
Plan :1. Transfusi trombosit perlu dilakukan sesegera mungkin mengingat nilai trombosit pasien
yang turun hingga 100.000/mcl beresiko terjadinya pendarahan.2. Penurunan nilai Hb yang tidak terlalu jauh dari nilai normalnya yakni 0,4 g/dL dapat
diterapi dengan terapi farmakologis seperti pemberian sayur-sayuran dan hati ayam. Dapatjuga dilakukan transfusi PRC untuk meningkatkan nilai Hb, tetapi diutamakan terapifarmakologis dahulu, karena penurunan nilai Hb tidak terlalu jauh dari nilai normalnya.
Analisis DRP kasus 3
Subjectif :No.RM :01-35-52-97, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 16/ 06/ 2008 : 36,30 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 16/ 06/ 2008 : 88 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 16/ 06/ 2008 : 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 16/ 06/ 2008 : 16 kgTinggi badan : tanggal 16/ 06/ 2008 : 106 cmLuas permukaan : tanggal 16/ 06/ 2008 : 0,68 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 16/ 06/ 2008 :Hb : 7,3 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 245.000/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 46.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 1 % (N : 50-65%)L : 1 % (N : 38-42%)M : - %Assessment :1. Nilai Hb mengalami penurunan dari nilai normalnya. Hal ini disebabkan karena obat-obat
sitostatika sebagai terapi LLA pasien seperti diketahui pada saat ini pasien menjalanipengobatan kemoterapi fase induksi minggu ke 0.
2. Nilai leukosit pasien yang mengalami peningkatan menandakan pasien mengalamileukemia. Peningkatan leukosit ini menyebabkan pasien rentan terkena infeksi sehinggauntuk mencegah terjadinya infeksi maka pasien diberi antibiotik spektrum luas yaknikombinasi Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis padaanak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, padapasien diberikan 3×500 mg. Pemberian Gentamicin tidak sesuai dengan aturan dosis padaanak < 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan
72
2×30 mg. Hal ini masuk dalam DRP’s yakni dosis kurang.3. Nilai segment, dan limfosit yang mengalami penurunan menandakan pasien mengalami
leukemia limfoblastik.4. Nilai trombosit yang turun hingga dibawah 100.000/mcl berpotensi untuk terjadinya
pendarahan. Sehingga sesegera mungkin dilakukan transfusi trombosit.5. Pasien mengalami nyeri pinggang, dan diatasi dengan pemberian Morphin sulfat. Biasanya
dengan pemberian analgesik ringan tidak mampu meredakan nyerinya.6. Pasien mengalami sariawan, dan diatasi dengan pemberian Candistatin. Sariawan ini timbul
sebagai akibat efek samping pemberian Metotreksat.7. Pasien diberikan diuretik kuat yakni Furosemid untuk memperingan kerja ginjalnya,
karena pasien mengalami nyeri pinggang yang hebat dimungkinkan pasien mengalamikelainan fungsi ginjal. Namun pasien juga diberikan Allopurinol untuk terapi kelainanfungsi ginjalnya (batu ginjal), sebaiknya terapi dipilih salah satu saja yakni mengobatipermasalahan utama yakni batu ginjalnya. Apabila permasalahan utama telah teratasi makatidak perlu diberikan obat tambahan lagi. Hal ini termasuk dalam DRP’s yakni tidakmemerlukan obat tambahan.
8. Pasien mengalami mual tetapi tidak diterapi. Hal ini tidak apa-apa selama tidakmengganggu kenyamanan pasien.
9. Pemberian obat kemoterapi Mtx dan Dexamethasone sudah sesuai aturan dosis yang adadalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Segera lakukan transfusi trombosit mengingat nilai trombosit yang menurun hingga
dibawah 100.000/mcl dan berpotensi terjadinya pendarahan.2. Pasien mengalami hiperleukositosis namun telah dilakukan transfusi PRC. Hal ini perlu
dimonitor terus.3. Pemberian Morphin Sulfat untuk meredakan nyeri pinggang, sudah tepat dosis dan tepat
pemakaian yakni hanya diberikan pada saat nyeri hebat. Perlu di monitoring penggunaanMorfin sulfat ini mengingat efek samping yang besar.
4. Pemberian Furosemid sebaiknya tidak dilanjutkan mengingat pasien telah mendapatkanterapi Allopurinol untuk mengatasi batu ginjalnya. Dan juga karena pasien mengalamikelainan fungsi ginjal maka pemberian kombinasi obat jangan sampai memperberat kerjaginjal pasien.
5. Pemberian Gentamicin perlu diubah aturan dosisnya. Gentamicin aturan dosis seharusnya2×60 mg
Analisi DRP kasus 4
Subjectif :No.RM :01-35-52-97, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 28/ 07/ 2008 : 36,40 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 28/ 07/ 2008: 84 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 28/ 07/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 29/ 07/ 2008 : 18 kgTinggi badan : tanggal 29/ 07/ 2008 : 107 cmLuas permukaan : tanggal 29/ 07/ 2008: 0,73 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 28/ 07/ 2008:Hb : 13,8 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 189.950/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 179.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 2 % (N : 50-65%)L : 98 % (N : 38-42%)
73
M : - %Assessment :1. Nilai leukosit pasien yang mengalami peningkatan menandakan pasien mengalami
leukemia dan hiperleukositosis.2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan tetapi tidak terlalu jauh dari nilai normalnya
dan pasien tidak mengalami perdarahan sehingga tidak perlu dilakukan transfusi trombosit.3. Peningkatan limfosit yang sangat tinggi dari nilai normalnya menandakan bahwa pasien
mengalami leukemia tipe limfoblastik.4. Pasien mengalami hiperleukositosis dan dilakukan manajemen hiperleukositosis
menggunakan Allopurinol dan Lasix®. Dosis pemberian telah sesuai dengan yangdianjurkan dalam literatur.
5. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicine dan Dexamethasone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :-
Analisis DRP kasus 5
Subjectif :No.RM :01-35-52-97, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 3/ 08/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 3/ 08/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 3/ 08/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 3/ 08/ 2008 : 18 kgTinggi badan : tanggal 3/ 08/ 2008 : 107 cmLuas permukaan : tanggal 3/ 08/ 2008: 0,73 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 3/ 08/ 2008:Hb : 13,2 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 1800/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 158.000/ mm3 (N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : 41,6 % (N : 38-42%)M : 5,8 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai leukosit pasien yang mengalami penurunan biasa terjadi pada pasien leukemia.
Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlahleukosit normal menjadi menurun. Pasien juga mengalami granulositopenia, sehingga perludiberikan antibiotik spektrum luas. Hal ini termasuk dalam DRP’s memerlukan obattambahan.
2. Nilai trombosit mengalami penurunan tetapi tidak terlalu jauh dari nilai normalnya danpasien tidak mengalami perdarahan sehingga transfusi trombosit dirasa belum perludilakukan.
3. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicine dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Pasien perlu diberikan antibiotik spektrum luas mengingat leukosit pasien menurun drastis
dan pasien mengalami granulositopenia yang dapat menyebabkan pasien rentan terhadapinfeksi.
74
Analisis DRP kasus 6
Subjectif :No.RM : 01-34-11-27, umur : 8 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 11/ 03/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 11/ 03/ 2008: 92 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 11/ 03/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 11/ 03/ 2008 : 21 kgTinggi badan : tanggal 11/ 03/ 2008 : 124 cmLuas permukaan : tanggal 11/ 03/ 2008: 0,85 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 11/ 03/ 2008:Hb : 7,6 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 5800/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 48.000/ mm3 (N : 200.000-400.000/mcl)S : 14 % (N : 50-65%)L : 74 % (N : 38-42%)M : 1 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai hemoglobin pasien turun sangat jauh dari nilai normalnya, namun telah dilakukan
transfusi PRC.2. Nilai leukosit pasien yang mengalami penurunan biasa terjadi pada pasien leukemia.
Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlahleukosit normal menjadi menurun. Penurunan leukosit ini menyebabkan pasien rentanterkena infeksi sehingga untuk mencegah terjadinya infeksi maka pasien diberi antibiotikspektrum luas yakni kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telahsesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×700 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai denganaturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan padapasien diberikan 2×50 mg.
3. Nilai segment pasien yang turun jauh dibawah nilai normalnya menandakan pasienmengalami netropenia.
4. Nilai monosit pasien yang mengalami penurunan dan nilai limfosit yang mengalamipeningkatan menandakan pasien menderita leukemia limfoblastik.
5. Pemberian obat kemoterapi Mtx, dan Dexamethasone sudah sesuai aturan dosis yang adadalam protokol pengobatan kemoterapi.
6. Pemberian Cancer pain untuk mengatasi efek samping dari pemberian obat kemoterapitelah sesuai aturan dosis.
Plan :-
Analisis DRP kasus 7
Subjectif :No.RM : 01-34-11-27, umur : 8 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 27/ 03/ 2008 : 36,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 27/ 03/ 2008: 120 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 27/ 03/ 2008: 28 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 27/ 03/ 2008 : 21 kg
75
Tinggi badan : tanggal 27/ 03/ 2008 : 124 cmLuas permukaan : tanggal 27/ 03/ 2008: 0,85 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 27/ 03/ 2008:Hb : 10,7 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3490/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 198.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 44,6 % (N : 50-65%)L : 50,8 % (N : 38-42%)M : 2,9 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam, nilai segment dan monosit
juga mengalami penurunan dan nilai limfosit mengalami peningkatan. Hal ini biasa terjadipada pasien leukemia. Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksiimatur sehingga jumlah leukosit normal menjadi menurun. Nilai trombosit pasienmengalami penurunan tetapi tidak terlalu jauh dari nilai normalnya dan tidak terjadiperdarahan pada pasien sehingga tidak dilakukan transfusi trombosit.
2. Pemberian obat kemoterapi Mtx, VCR, Daunorubicine dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :-
Analisis DRP kasus 8
Subjectif :No.RM : 01-34-11-27, umur : 8 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 3/ 04/ 2008 : 37,50 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 3/ 04/ 2008: 160 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 3/ 04/ 2008: 28 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 3/ 04/ 2008 : 23 kgTinggi badan : tanggal 3/ 04/ 2008 : 125 cmLuas permukaan : tanggal 3/ 04/ 2008: 0,89 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 3/04/ 2008:Hb : 9,8 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3100/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 324.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : 47,1 % (N : 38-42%)M :3,1 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan hal ini disebabkan pasien menderita anemia.2. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam, nilai monosit juga
mengalami penurunan dan nilai limfosit mengalami peningkatan. Hal ini biasa terjadi padapasien leukemia. Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatursehingga jumlah leukosit normal menjadi menurun. Penurunan leukosit ini menyebabkanpasien rentan terkena infeksi sehingga untuk mencegah terjadinya infeksi pasien diberikanantibiotik spektrum luas kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telahsesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×700 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai denganaturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan padapasien diberikan 2×60 mg.
3. Pasien diberikan diuretik kuat yakni Lasix® yang berisi Furosemid. Hal ini dilakukan
76
untuk mengantisipasi terjadinya sindrom tumor lisis yang dapat memperberat kerja ginjal.4. Pasien diberikan parasetamol untuk mengatasi demam karena pasien sedang mengalami
demam. Dosis pemberian telah sesuai dengan yang ditentukan pada literatur.5. Pemberian obat kemoterapi VCR dan Dexamethasone sudah sesuai aturan dosis yang ada
dalam protokol pengobatan kemoterapi.Plan :-
Analisis DRP kasus 9
Subjectif :No.RM : 01-29-03-78, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 7/ 04/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 7/ 04/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 7/ 04/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 7/ 04/ 2008 : 12 kgTinggi badan : tanggal 7/ 04/ 2008 : 95 cmLuas permukaan : tanggal 7/ 04/ 2008: 0,56 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 7/04/ 2008:Hb : 6,7 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 6000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 4700/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 3 % (N : 50-65%)L : 34 % (N : 38-42%)M : - %Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan tetapi telah dilakukan transfusi PRC untuk
meningkatkan nilai Hb pasien.2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam dan pasien mengalami
perdarahan tetapi telah dilakukan transfusi trombosit untuk menghentikan perdarahan.3. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, nilai segment dan limfosit mengalami
penurunan. Hal ini biasa terjadi pada pasien leukemia. Produksi sel leukosit memangberlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlah leukosit normal menjadimenurun. Penurunan leukosit ini menyebabkan pasien rentan terkena infeksi sehinggauntuk mencegah terjadinya infeksi pasien diberikan antibiotik spektrum luas kombinasiCefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasiendiberikan 3×400 mg. Pemberian Gentamicin tidak sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×30mg.
4. Pasien mengalami batuk dan pilek sehingga diterapi dengan Actifed®. Dosis yangdiberikan juga sudah sesuai dengan yang tertera pada literatur.
5. Pasien mengalami rhinofaringitis dan diterapi dengan Salbutamol. Dosis pemberian telahsesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur.
6. Pasien mengalami diare dan diterapi menggunakan Zink. Dosis yang diberikan juga sudahsesuai dengan yang tertera pada literatur.
7. Pasien tidak mengalami mual dan muntah tetapi diberikan Domperidon, ini dilakukanuntuk mengantisipasi terjadinya efek samping kemoterapi berupa mual dan muntah. Dosisyang diberikan sudah sesuai dengan aturan dosis dalam literatur.
8. Pasien mengalami nyeri sendi tulang dan diterapi dengan Cancer Pain yakni kombinasiparasetamol dan luminal. Dosis yang diberikan juga sudah sesuai dengan yang tertera pada
77
literatur.9. Pasien mengalami cacingan dan diterapi denga Pyrantel Pamoat. Dosis yang diberikan
juga sudah sesuai dengan yang tertera pada literatur.10. Pemberian obat kemoterapi Mtx, VCR, Daunorubicine, LAsp dan Prednisone sudah sesuai
aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.Plan :
-
Analisis DRP kasus 10
Subjectif :No.RM : 01-35-59-10, umur : 2 th, jenis kelamin : perempuan, LLA-L1-SR
Objectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 19/ 06/ 2008 : 38,50 C(N : 36-370 C)Nadi : tanggal 19/ 06/ 2008: 130 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 19/ 06/ 2008: 36 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 19/ 06/ 2008 : 9 kgTinggi badan : tanggal 19/ 06/ 2008 : 75 cmLuas permukaan : tanggal 19/ 06/ 2008: 0,43 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 19/06/ 2008:Hb : 13,7 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 9900/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 10000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 3 % (N : 50-65%)L : 86 % (N : 38-42%)M : - %Assessment :1. Nilai trombosit pasien mngalami penurunan hingga dibawah 100.000/mcl. Pasien
berpotensi mengalami perdarahan sehingga perlu dilakukan transfusi trombosit segerasebelum terjadi perdarahan.
2. Nilai segment pasien mngalami penurunan drastis dan nilai limfosit pasien meningkattajam. Hal ini biasa dialami pasien leukemia limfoblastik.
3. Pasien mengalami Rhinofaringitis akut dan diterapi dengan Vectrin®. Dosis yang diberikanjuga sudah sesuai dengan yang tertera pada literatur.
4. Pasien mengalami diare disentriform hematoschezia dan diterapi dengan Cotrimoxazol,Zink dan Dialac®. Dosis yang diberikan juga sudah sesuai dengan yang tertera padaliteratur.
5. Pasien mengalami demam dan diterapi dengan parasetamol. Dosis yang diberikan jugasudah sesuai dengan yang tertera pada literatur.
6. Pasien pernafasannya cepat sehingga dimungkinkan pasien sesak nafas sehingga diberikanVentolin®. Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan yang ada dalam literatur.
7. Pemberian obat kemoterapi Mtx, VCR, Daunorubicine, dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :-
78
Analisis DRP kasus 11
Subjectif :No.RM : 01-35-59-10, umur : 2 th, jenis kelamin : perempuan, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 11/ 07/ 2008 : 36,70 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 11/ 07/ 2008: 110 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 11/ 07/ 2008: - x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 11/ 07/ 2008 : 10,5 kgTinggi badan : tanggal 11/ 07/ 2008 : 76 cmLuas permukaan : tanggal 11/ 07/ 2008: 0,5 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 11/07/ 2008:Hb : 12,4 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3250/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 122000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 20 % (N : 50-65%)L : 74 % (N : 38-42%)M : 4,3 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, nilai segment mengalami penurunan dan nilai
limfosit mengalami peningkatan. Hal ini biasa terjadi pada pasien leukemia. Produksi selleukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlah leukositnormal menjadi menurun. Berdasarkan angka netrofil pasien turun dibawah batas normal,ini menandakan pasien terkena infeksi. Namun pasirn belum mendapat terapi antibiotik.Hal ini termasuk dalam DRP yakni memerlukan obat tambahan.
2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan tetapi tidak terlalu jauh dari nilai normalnyadan pasien tidak mengalami perdarahan. Sehingga transfusi trombosit belum perludilakukan.
3. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicine, dan Dexamethasone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Perlu diberikan antibiotik spektrum luas pada pasien mengingat pasien rentan terhadap
infeksi.
Analisis DRP kasus 12
Subjectif :No.RM : 01-35-59-10, umur : 2 th, jenis kelamin : perempuan, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 18/ 07/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 18/ 07/ 2008: 106 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 18/ 07/ 2008: - x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 18/ 07/ 2008 : 10,5 kgTinggi badan : tanggal 18/ 07/ 2008 : 76 cmLuas permukaan : tanggal 18/ 07/ 2008: 0,5 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 18/07/ 2008:Hb : 12,1 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 2600/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 286000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 41,5 % (N : 50-65%)
79
L : 50,1 % (N : 38-42%)M : 7,0 % (N : 4-9%)Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat jauh dari nilai normalnya, nilai
segment mengalami penurunan dan nilai limfosit mengalami peningkatan. Hal ini biasaterjadi pada pasien leukemia. Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yangdiproduksi imatur sehingga jumlah leukosit normal menjadi menurun. Pemberian obatkemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicine, LAsp dan Dexamethasone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 13
Subjectif :No.RM : 01-37-71-45, umur : 12 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 4/ 11/ 2008 : 36,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 4/ 11/ 2008: 90 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 4/ 11/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 4/ 11/ 2008 : 32 kgTinggi badan : tanggal 4/ 11/ 2008 : 140 cmLuas permukaan : tanggal 4/ 11/ 2008: 1,1 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 4/11/ 2008:Hb : 10,9 g/dL(N : 10-16 g/dL)AL : 2000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 209000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M :- %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat jauh dari nilai normalnya. Hal ini
biasa terjadi pada pasien leukemia. Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yangdiproduksi imatur sehingga jumlah leukosit normal menjadi menurun. Penurunan leukositini menyebabkan pasien rentan terkena infeksi sehingga untuk mencegah terjadinyainfeksi pasien diberikan antibiotik spektrum luas kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin.Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahunpada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×1000 mg.Pemberian Gentamicin telah sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literaturtertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×80 mg.
2. Pasien mengalami stomatitis dan diberikan Oral Hygiene yang berisi kombinasi antaraBetadin kumur dan Candistatin. Dosis yang diberikan juga sudah sesuai dengan yangtertera pada literatur.
3. Pasien mengalami batuk sehingga diterapi menggunakan OBH. Dosis yang diberikan jugasudah sesuai dengan yang tertera pada literatur.
4. Pasien mengalami hematuria yang dimungkinkan karena gangguan fungsi ginjal. Sehinggapasien diuretik kuat yakni Allopurinol untuk memperingan kerja ginjalnya. Namun pasienjuga diberikan Lasix untuk terapi kelainan fungsi ginjalnya, dosis pemberian kedua obatini sudah sesuai dengan literatur.
5. Pasien mengalami perut kembung dan diberikan Ranitidin. Dosis yang diberikan berlebihmengingat pasien mengalami kelainan fungsi ginjal. Hal ini termasuk dalam DRP’s yaknidosis berlebih.
80
6. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicine, dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :1. Pemberian Ranitidin perlu diubah aturan dosisnya. Ranitidin aturan dosis seharusnya pada
penderita kelainan fungsi ginjal 2×1/2 tab
Analisis DRP kasus 14
Subjectif :No.RM : 01-37-71-45, umur : 12 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 4/ 12/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 4/ 12/ 2008: 96 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 4/ 12/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 4/ 12/ 2008 : 31 kg
Tinggi badan : tanggal 4/ 12/ 2008 : 140 cmLuas permukaan : tanggal 4/ 12/ 2008: 1,1 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 4/12/ 2008:Hb : 10,6 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3200/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 246000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 82 % (N : 50-65%)L : 17 % (N : 38-42%)M : 1 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat jauh dari nilai normalnya, nilai
limfosit dan nilai monosit mengalami penurunan sedangkan nilai segment mengalamipeningkatan. Hal ini biasa terjadi pada pasien leukemia. Produksi sel leukosit memangberlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlah leukosit normal menjadimenurun.
2. Pasien mengalami stomatitis dan diberikan Solcoceryl Zalf. Dosis pemberian sudah sesuaidengan aturan pemberian yang terdapat dalam literatur.
3. Pasien tidak mengalami perdarahan dan nilai trombosit pasien dalam batas normal sehinggaTranexamic® diberikan untuk mengantisipasi efek samping pemberian L-asparaginase.
4. Pasien tidak mengalami nyeri tetapi diberi Tramadol. Pemberian Tramadol dirasa tidakperlu. Hal ini termasuk dalam DRP yakni tidak memerlukan obat tambahan.
5. Pemberian obat kemoterapi VCR, LAsp, dan Dexamethasone sudah sesuai aturan dosisyang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Hentikan pemberian Tramadol karena pasien tidak mengalami nyeri.
Analisis DRP kasus 15
Subjectif :No.RM : 01-30-90-53, umur : 10 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 4/ 08/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 4/ 08/ 2008: 108 x/menit (N : 100-120 x/menit)
81
Pernafasan : tanggal 4/ 08/ 2008: 30 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 4/ 08/ 2008 : 25 kgTinggi badan : tanggal 4/ 08/ 2008 : 145 cmLuas permukaan : tanggal 4/ 08/ 2008: 1,0 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 4/08/ 2008:Hb : 11,4 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 9200/mm3(N : 9-12.000/mm3)
AT : 5000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 1 % (N : 50-65%)L : 22 % (N : 38-42%)M : - %
Assessment :1. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam dan pasin mengalami
conjungtiva bleeding. Segera lakukan transfusi trombosit untuk menghentikan perdarahan.2. Nilai segment dan limfosit mengalami penurunan. Hal ini wajar terjadi pada pasien yang
menderita leukemia. Hal ini dapat menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi sehinggapasien diberi antibiotik Ciprofloxacin namun karena alergi kemudian diganti Cefixime.Dosis yang diberikan telah sesuai dengan yang tertera dalam literatur.
3. Pasien pernafasannya lebih cepat dari nilai normalnya sehingga dimungkinkan pasienmengalami sesak nafas dan diberikan Ventolin. Dosis yang diberikan telah sesuai denganyang tertera dalam literatur.
4. Pasien mengalami nyeri dada sebelah kiri sehingga diberikan Cancer Pain. Dosis yangdiberikan telah sesuai dengan yang ada dalam literatur.
5. Pemberian Cefixim memiliki efek samping pada gangguan lambung. Maka untukmencegah terjadinya gangguan lambung pasien diberikan Antasida. Dosis pemberianAntasida telah sesuai dengan yang tertera dalam literature.
6. Pasien mengalami cacingan tetapi tidak diterapi. Hal ini masuk dalam DRP yaknimemerlukan obat tambahan.
7. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, dan Dexamethasone sudah sesuai aturan dosis yangada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Cacingan pada pasien perlu diberikan terapi. Dapat diberikan Pirantel pamoat dalam bentuk
sirup mengingat pasien adalah anak-anak. Disamping itu tidak diketahui cacing yangmenginfeksi sehingga dipilih obat tersebut karena memiliki kemampuan membunuhberbagai jenis cacing.
Analisis DRP kasus 16
Subjectif :No.RM : 01-30-90-53, umur : 10 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 19/ 08/ 2008 : 36,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 19/ 08/ 2008: 96 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 19/ 08/ 2008: 26 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 19/ 08/ 2008 : 25 kgTinggi badan : tanggal 19/ 08/ 2008 : 145 cmLuas permukaan : tanggal 19/ 08/ 2008: 1,0 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 19/08/ 2008:Hb : 7,2 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 1100/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 15.000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)
82
S : -%L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan namun telah dilakukan transfusi PRC untuk
meningkatkan nilai Hb.2. Nilai trombosit pasien yang turun hingga dibawah 100000/mcl menyebabkan pasien
berpotensi untuk terjadinya perdarahan. Tetapi telah dilakukan transfusi trombosit padapasien untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3. Nilai leukosit pasien yang turun sangat tajam dan nilai netrofil pasien yang jauh dibawahnormal menandakan pasien mengalami infeksi. Sehingga pasien perlu diberikan antibiotikspektrum luas. Hal ini termasuk dalam DRP yakni memerlukan obat tambahan.
4. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Pasien perlu diberikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi.
Analisis DRP kasus 17
Subjectif :No.RM : 01-38-08-04, umur : 1 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 25/ 11/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 25/ 11/ 2008: 98 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 25/ 11/ 2008: 22 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 25/ 11/ 2008 : 8,7 kgTinggi badan : tanggal 25/ 11/ 2008 : 80 cmLuas permukaan : tanggal 25/ 11/ 2008: 0,44 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 25/11/ 2008:Hb : 7,8 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 23010/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 76000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 9 % (N : 50-65%)L : 16 % (N : 38-42%)M : 75 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pasien sedang menjalani
pengobatan kemoterapi. Tetapi telah dilakukan transfusi PRC untuk meningkatkan nilai Hbkembali.
2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan hingga dibawah 100000/mcl. Dan pasien jugamengalami perdarahan sehingga perlu dilakukan transfusi trombosit secepatnya.
3. Nilai leukosit pasien meningkat drastis. Hal ini menandakan bahwa pasien mengalamileukemia.
4. Pasien mengalami Faringitis akut. Sehingga diberikan Salbutamol. Dosis pemberianSalbutamol telah sesuai dengan aturan dosis dalam literatur.
5. Nilai segment dan limfosit mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa pasienmengalami agranulositosis.
6. Pemberian Cancer Pain dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping akibatpemberian obat kemoterapi.
7. Pasien mengalami batuk dan pilek tetapi belum diterapi sehingga termasuk dalam DRPyakni memerlukan obat tambahan.
83
8. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Doxorubicin dan Prednisone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :1. Perlu diberikan obat untuk terapi batuk dan pilek pasien. Dapat diberikan Pseudoefedrin-
HCl dan Dekstrometorfan-HBr untuk mengatasi batuk dan pileknya.
Analisis DRP kasus 18
Subjectif :No.RM : 01-38-08-04, umur : 1 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 15/ 12/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 15/ 12/ 2008: 114 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 15/ 12/ 2008: 32 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 15/ 12/ 2008 : 8,7 kgTinggi badan : tanggal 15/ 12/ 2008 : 80 cmLuas permukaan : tanggal 15/ 12/ 2008: 0,44 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 15/12/ 2008:Hb : 14,3 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 9200/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 381000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 65,2 % (N : 50-65%)L : 30,2 % (N : 38-42%)M : 2,2 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Pasien mengalami faringitis akut dan diterapi dengan Salbutamol. Dosis yang diberikan
sudah sesuai dengan yang ada dalam literatur.2. Pemberian obat kemoterapi VCR, Doxorubicin dan Prednisone sudah sesuai aturan dosis
yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.Plan :-
Analisis DRP kasus 19
Subjectif :No.RM : 01-38-08-04, umur : 1 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 23/ 12/ 2008 : 37,30 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 23/ 12/ 2008: 90 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 23/ 12/ 2008: 24x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 23/ 12/ 2008 : 9 kgTinggi badan : tanggal 23/ 12/ 2008 : 80 cmLuas permukaan : tanggal 23/ 12/ 2008: 0,44 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 23/12/ 2008:Hb : 13,8 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 6600/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 333000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 38 % (N : 50-65%)
84
L : 60 % (N : 38-42%)M : 2 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, hal ini biasa terjadi pada penderita leukemia.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pasien telah diberikan Cefotaxim dan Gentamicin.Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahunpada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×300 mg. PemberianGentamicin telah sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×25 mg.
2. Nilai segment pasien mengalami penurunan hal ini disebabkan karena pasien mengalamiNetropenia.
3. Nilai limfosit pasien mengalami peningkatan hal ini menandakan bahwa pasienmengalami leukemia limfoblastik.
4. Pasien mengalami stomatitis dan diterapi menggunakan Candistatin. Dosis pemberiansudah sesuai dengan yang tertera dalam literatur.
5. Pasien mengalami Rhinofaringitis dan diterapi menggunakan Salbutamol. Dosispemberian sudah sesuai dengan yang tertera dalam literatur.
6. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Doxorubicin, LAsp dan Prednisone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.
Plan :-
Analisis DRP kasus 20
Subjectif :No.RM : 01-36-41-08, umur : 5 th, jenis kelamin : perempuan, LLA-L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 17/ 09/ 2008 : 37,20 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 17/ 09/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 17/ 09/ 2008: 28 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 17/ 09/ 2008 : 14 kgTinggi badan : tanggal 17/ 09/ 2008 : 102 cmLuas permukaan : tanggal 17/ 09/ 2008: 0,62 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 17/ 09/ 2008:Hb : 9,0 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 4200/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 980000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 55 % (N : 50-65%)L : 42 % (N : 38-42%)M : 2 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pasien sedang menjalani
pengobatan kemoterapi. Perlu segera dilakukan transfusi PRC2. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, hal ini biasa terjadi pada penderita leukemia.3. Penurunan nilai monosit menandakan pasien mengalami leukemia limfoblastik.4. Pasien mengalami stomatitis namun belum diterapi sehingga termasuk dalam DRP yakni
memerlukan obat tambahan.5. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Doxorubicin, LAsp dan Prednisone sudah sesuai
aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.Plan :1. Perlu diberikan obat tambahan untuk terapi stomatitis pasien agar jamur tidak berkembang
85
biak pada stomatitis pasien. Dapat diberikan Oral Hygiene pada pasien.
Analisis DRP kasus 21
Subjectif :No.RM : 01-35-75-01, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 28/ 06/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 28/ 06/ 2008: 130 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 28/ 06/ 2008: 26 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 28/ 06/ 2008 : 16 kgTinggi badan : tanggal 28/ 06/ 2008 : 105 cmLuas permukaan : tanggal 28/ 06/ 2008: 0,7 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 28/ 06/ 2008:Hb : 6,4 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 71600/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 9000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : 14,6 % (N : 38-42%)M : 3,2 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan, hal ini biasa terjadi pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan kemoterapi. Perlu dilakukan transfusi PRC untuk menaikkan nilaiHb pasien.
2. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan. Hal ini dapat menyebabkan pasien rentanterhadap infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi maka pasien diberikanantibiotic spectrum luas yakni Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telahsesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×500 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai denganaturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan padapasien diberikan 2×40 mg. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan tetapi telahdilakukan transfusi trombosit untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3. Nilai limfosit dan monosit pasien mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa pasienmenderita leukemia limfoblastik dan mengalami agranulositosis.
4. Pasien mengalami rampant caries sehingga diberikan antiseptic yakni betadin kumur.5. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuai
aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi.Plan :
-
Analisis DRP kasus 22
Subjectif :No.RM : 01-35-75-01, umur : 5 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 29/ 07/ 2008 : 36,50 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 29/ 07/ 2008: 110 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 29/ 07/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 29/ 07/ 2008 : 16 kgTinggi badan : tanggal 29/ 07/ 2008 : 105 cm
86
Luas permukaan : tanggal 29/ 07/ 2008: 0,7 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 29/ 07/ 2008:Hb : 10 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 4000/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 244000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 24 % (N : 50-65%)L : 71 % (N : 38-42%)M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, nilai segment pasien mengalami penurunan
dan nilai limfosit pasien mengalami peningkatan ini menandakan bahwa pasien menderitaleukemia limfoblastik. Nilai netrofil pasien mengalami penurunan dibawah normal, inimenandakan pasien mengalami infeksi dan belum diberikan antibiotik. Hal ini termasukdalam DRP yakni memerlukan obat tambahan.
2. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :1. Perlu diberikan obat tambahan pada pasien yakni antibiotic spectrum luas untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Analisis DRP kasus 23
Subjectif :No.RM : 01-37-16-95, umur : 3 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 11/ 10/ 2008 : 36,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 11/ 10/ 2008: 90 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 11/ 10/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 11/ 10/ 2008 : 12 kgTinggi badan : tanggal 11/ 10/ 2008 : 89 cmLuas permukaan : tanggal 11/ 10/ 2008: 0,54 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 11/ 10/ 2008:Hb : 10 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 6900/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 209000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan. Hal ini dapat menyebabkan pasien rentan
terhadap infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi maka pasien diberikanantibiotic spectrum luas yakni Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telahsesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×400 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai denganaturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan padapasien diberikan 2×30 mg.
2. Pasien mengalami stomatitis dan diberikan Candistatin. Dosis pemberian telah sesuaidengan yang tertera dalam literature.
3. Pasien mengalami batuk dan pilek sehingga mungkin pasien menjadi sulit bernafas dandiberikan Salbutamol agar jalan nafasnya menjadi longgar. Dosis pemberian Salbutamol
87
telah sesuai dengan yang ada dalam literature.4. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Doxorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuai
aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapiPlan :
-
Analisis DRP kasus 24
Subjectif :No.RM : 01-25-97-38, umur : 2 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA-L2-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 10/ 10/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 10/ 10/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 10/ 10/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 10/ 10/ 2008 : 11 kgTinggi badan : tanggal 10/ 10/ 2008 : 90 cmLuas permukaan : tanggal 10/ 10/ 2008: ….. m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 10/ 10/ 2008:Hb : 12 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 15900/mm3 (N : 9-12.000/mm3)AT : 676000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 57,4 % (N : 50-65%)L : 44,5 % (N : 38-42%)M : - %
Assessment :1. Niai leukosit dan nilai limfosit pasien yang mengalami peningkatan menandakan bahwa
pasien menderita leukemia limfoblastik.2. Pasien mengalami faringitis akut dan dibrikan Salbutamol. Dosis pemberian Salbutamol
telah sesuai dengan yang tertera dalam literature.3. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, LAsp dan Dexamethasone sudah
sesuai aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapiPlan :-
Analisis DRP kasus 25
Subjectif :No.RM : 01-34-84-60, umur : 3 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1 SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 28/ 04/ 2008 : 360 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 28/ 04/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 28/ 04/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 28/ 04/ 2008 : 10,5 kgTinggi badan : tanggal 28/ 04/ 2008 : 90 cmLuas permukaan : tanggal 28/ 04/ 2008: 0,5 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 28/ 04/ 2008:Hb : 17,3 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 20300/mm3(N : 9-12.000/mm3)
88
AT : 208000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan. Hal ini biasa terjadi pada pasien leukemia,
produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlahleukosit normal menjadi menurun.
2. Pasien mengalami General lymphadenopati yang mungkin disebabkan oleh infeksi nonspesifik sehingga pasien diberikan Cotrimoxazol untuk pengatasannya. Dosis yng diberikantelah sesuai dengan yang tertera dalam literature.
3. Pasien diberikan Alinamin® agar tidak mengalami defisiensi vitamin B.4. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicin, dan Prednisone sudah sesuai aturan dosis
yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapiPlan :-
Analisis DRP kasus 26
Subjectif :No.RM : 01-34-84-60, umur : 3 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1 SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 3/ 06/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 3/ 06/ 2008: 104 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 3/ 06/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 3/ 06/ 2008 : 11 kgTinggi badan : tanggal 3/ 06/ 2008 : 90 cmLuas permukaan : tanggal 3/ 06/ 2008: 0,5 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 3/ 06/ 2008:Hb : 13,9 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 3900/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 224000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 53,5 % (N : 50-65%)L : 43,7 % (N : 38-42%)M : 3 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan, dan untuk mencegah terjadinya infeksi maka
pasien diberikan antibiotic spectrum luas yakni kombinasi antar Cefotaxim dan Amikasin.Dosis pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 2×500 mg.Sedangkan pemberian Amikasin dalam literature aturan dosisnya 15 mg/ kg BB dan padapasien diberikan 2×75 mg. Hal ini termasuk dalam DRP’s yakni dosis kurang.
2. Pasien mengalami rhinofaringitis akut dan diberikan Fartolin. Dosis pemberian Fartolintelah sesuai dengan yang tertera dalam literature.
3. Pasien mengalami batuk dan demam sehingga diberikan Alco®. Dosis pemakaian padapasien telah sesuai dengan yang dianjurkan dalam literature.
4. Pasien diberikan vitamin B agar tidak mengalami defisiensi vitamin B.5. Pasien mengalami ESO kemoterapi yakni mual dan muntah. Tetapi belum diberikan
terapi. Tetapi asalkan pasien tidak merasa terganggu dengan ESO ini maka tidak harusdiberikan terapi
6. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, LAsp dan Prednisone sudah sesuai
89
aturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapiPlan :1. Pemberian Amikasin perlu diubah aturan dosisnya menjadi 2×85 mg.
Analisis DRP kasus 27
Subjectif :No.RM : 01-33-67-20, umur : 9 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 6/ 02/ 2008 : 37,50 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 6/ 02/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 6/ 02/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 6/ 02/ 2008 : 18,5 kgTinggi badan : tanggal 6/ 02/ 2008 : 115 cmLuas permukaan : tanggal 6/ 02/ 2008: 0,77 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 6/ 02/ 2008:Hb : 9,1 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 1000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 9000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : 62 % (N : 38-42%)M : 3 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan namun tidak terlalu jauh dari nilai normalnya
sehingga dapat diterapi dengan terapi non farmakologis dahulu untuk menaikkan Hbpasien, jika tidak berhasil baru dilakukan transfusi PRC
2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam bahkan dibawah100000/mcl. Pasien mengalami perdarahan sehingga transfusi trombosit perlu segeradilakukan untuk menghentikan perdarahan.
3. Nilai limfosit pasien mengalami peningkatan hal ini menandakan bahwa pasien menderitaleukemia limfoblastik
4. Nilai leukosit pasien yang mengalami penurunan biasa terjadi pada pasien leukemia.Produksi sel leukosit memang berlebih tetapi sel yang diproduksi imatur sehingga jumlahleukosit normal menjadi menurun. Penurunan leukosit ini menyebabkan pasien rentanterkena infeksi sehingga untuk mencegah terjadinya infeksi maka pasien diberi antibiotikspektrum luas yakni kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telahsesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×650 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuaidengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam,sedangkan pada pasien diberikan 2×50 mg.
5. Pasien mengalami demam dan nyeri diberikan Cancer pain. Dosis pemberian Cancer Painsudah sesuai dengan yang dianjurkan dalam literature.
6. Pasien tidak mengalami kelainan fungsi ginjal tetapi diberikan Allopurinol dan Furosemid.Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya tumor lisis sindrom.
7. Pemberian Ciprofloxacin pada pasien masih diizinkan karena kombinasi 3 antibiotikmasih diperbolehkan. Dosis yang diberikan sesuai dengan aturan dosis dalam literatur.
8. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
90
Analisis DRP kasus 28
Subjectif :No.RM : 01-33-76-41, umur : 11 th, jenis kelamin : perempuan, LLA- L1-HR
Objectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 12/ 02/ 2008 : 37,90 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 12/ 02/ 2008: 96 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 12/ 02/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 12/ 02/ 2008 : 24 kgTinggi badan : tanggal 12/ 02/ 2008 : 133 cmLuas permukaan : tanggal 12/ 02/ 2008: 0,94 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 12/ 02/ 2008:Hb : 5,9 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 207000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 18000/mm3(N : 200.000-400.000/mclS : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan yang sangat tajam namun telah dilakukan transfusi
PRC untuk meningkatkan nilai Hb.2. Nilai leukosit pasien yang meningkat tajam disebabkan karena pasien mengalami
hiperleukositosis. Pasien diterapi dengan Allopurinol, Furosemid, Cefotaxim danGentamicin. Dosis pemberian telah sesuai dengan dosis anjuran yang ada dalam literature.
3. Nilai trombosit pasien menurun tajam, namun telah dilakukan transfusi trombosit untukmengembalikan pada nilai normalnya.
4. Pasien terinfeksi klebsiela axycota sehingga diberikan Metronidazole. Dosis pemberianpada pasien telah sesuai dengan yang dianjukan dalam literature.
5. Pasien diberikan Ampicilin dan Ciprofloxacin dalam waktu yang berbeda denganCefotaxim dan Gentamicin. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan tidak digunakan dalamwaktu yang bersamaan. Dosis yang diberikan telah sesuai dengan yang tertera dalamliteratur.
6. Pasien mengalami demam dan nyeri sehingga diberikan Cancer pain. Dosis pemakaiantelah sesuai dengan yang tertera dalam literatur.
7. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 29
Subjectif :No.RM : 01-34-24-82, umur : 3 th, jenis kelamin : perempuan, LLA- L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 24/ 03/ 2008 : 36,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 24/ 03/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 24/ 03/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 24/ 03/ 2008 : 11 kgTinggi badan : tanggal 24/ 03/ 2008 : 88 cm
91
Luas permukaan : tanggal 24/ 03/ 2008: 0,59 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 24/ 03/ 2008:Hb : 11,6 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 5400/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 8000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : 98 % (N : 38-42%)M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit mengalami penurunan yang sangat jauh dari nilai normalnya. Ini dapat
menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi. Sehingga pasien diberikan antibiotic spectrumluas. Yakni kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin. Pemberian Cefotaxim telah sesuaiaturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kgBB/ hari, pada pasien diberikan 3×400 mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai denganaturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literatur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan padapasien diberikan 2×25 mg.
2. Nilai trombosit mengalami penurunan hingga dibawah 100000/mcl. Ini dapat menyebabkanpasien berpotensi mengalami pedarahan. Namun telah dilakukan transfusi trombosit untukmencegah terjadinya perdarahan.
3. Nilai limfosit mengalami peningkatan, ini menandakan bahwa pasien mengalami leukemialimfoblastik.
4. Pasien mengalami konstipasi sehingga diberikan Laxoberon®. Dosis pemakaian telahsesuai dengan dosis anjuran dalam literature.
5. Karena pemberian Cefotaxim dan Gentamicin mengalami kesulitan sehingga digantimenggunakan antibiotic oral yakni Comsporin. Dosis yang diberikan telah sesuai denganyang tertera dalam literatur.
6. Pasien tidak mengalami sesak nafas dan laju pernafasannya juga normal. Sehinggapemberian Profilas® dan Salbuvent® dimungkinkan karena pasien mengalami batuk danpilek yang disebabkan oleh alergi sehingga ditakutkan akan memicu kesulitan bernafas.Dosis pemberian telah sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur.
7. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Prednisone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 30
Subjectif :No.RM : 01-34-24-82, umur : 3 th, jenis kelamin : perempuan, LLA- L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 9/ 04/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 9/ 04/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 9/ 04/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 9/ 04/ 2008 : 11 kgTinggi badan : tanggal 9/ 04/ 2008 : 88 cmLuas permukaan : tanggal 9/ 04/ 2008: 0,59 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 9/ 04/ 2008:Hb : 14,6 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 2300/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 263000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %
92
M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat jauh dari nilai normalnya. Namun
tidak diketahui apakah pasien mengalami infeksi atau tidak karena tidak tercantum data labyang lengkap.
2. Pasien mengalami ESO kemoterapi yakni stomatitis. Perlu diberikan obat untuk terapistomatitis pada pasien. Hal ini termasuk dalam DRP yakni memerlukan obat tambahan.
3. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Prednisone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :1. Perlu diberikan obat untuk terapi stomatitis pasien. Dapat diberikan Oral Hygiene pada
pasien untuk mengatasi stomatitis.
Analisis DRP kasus 31
Subjectif :No.RM : 01-36-64-22, umur : 4 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-SRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 27/ 08/ 2008 : 36,50 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 27/ 08/ 2008: 110 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 27/ 08/ 2008: 20 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 27/ 08/ 2008 : 16 kgTinggi badan : tanggal 27/ 08/ 2008 : 99 cmLuas permukaan : tanggal 27/ 08/ 2008: 0,62 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 27/ 08/ 2008:Hb : 11,2 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 2800/ mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 27000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan namun tidak diketahui apakah pasien
mengalami infeksi atau tidak karena tidak tercantum data lab yang mengindikasikan bahwapasien mengalami infeksi atau tidak.
2. Nilai trombosit pasien mengalami penurunan hingga dibawah 100000/mcl. Pasienberpotensi terjadi perdarahan. Sehingga perlu dilakukan transfuse trombosit segera untukmencegah terjadinya perdarahan.
3. Pasien mengalami diare dan diterapi dengan Zink dan Lacto B®. Dosis pemberian telahsesuai dengan yang ada dalam literature.
4. Pasien sedang mengalami diare dan pasien menjalani pengobatan kemoterapi. Maka untukmencegah hal yang tidak di inginkan pasien diberikan Plantacid® untuk melindungilambungya. Dosis yang diberikan telah sesuai dengan literatur.
5. Pasien diberikan Elkana® untuk membantu masa penyembuhan. Dosis yang diberikantelah sesuai dengan yang ada dalam literature.
6. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, LAsp dan Prednisone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
93
Analisis DRP kasus 32
Subjectif :No.RM : 01-34-19-53, umur : 9 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 17/ 03/ 2008 : 36,70 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 17/ 03/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 17/ 03/ 2008: 32x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 17/ 03/ 2008 : 27 kgTinggi badan : tanggal 17/ 03/ 2008 : 126 cmLuas permukaan : tanggal 17/ 03/ 2008: 0,93 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 17/ 03/ 2008:Hb : 9 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 10000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 8000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 8 % (N : 50-65%)L : 7 % (N : 38-42%)M : 3 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan namun tidak terlalu jauh dari nilai normalnya. Perlu
dilakukan transfusi PRC untuk meningkatkan nilai Hb pasien.2. Nilai trombosit pasien turun hingga dibawah 100000/ mcl. Namun telah dilakukan transfusi
trombosit untuk mencegah terjadinya perdarahan.3. Nilai segment yang turun hingga jauh dari nilai normalnya dikarenakan pasien mengalami
neutropenia.4. Nilai limfosit pasien yang mengalami penurunan menandakan bahwa pasien mengalami
leukemia limfoblastik.5. Pasien diberikan kombinasi Cefotaxim dan Gentamicin untuk mencegah agar tak terjadi
infeksi pada pasien. Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulanhingga 12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×900mg. Pemberian Gentamicin telah sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalamliteratur tertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×65 mg.
6. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Prednisone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 33
Subjectif :No.RM : 01-35-95-08, umur : 11 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 12/ 07/ 2008 : 37,80 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 12/ 07/ 2008: 120 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 12/ 07/ 2008: 36 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 12/ 07/ 2008 : 18 kgTinggi badan : tanggal 12/ 07/ 2008 : 115 cmLuas permukaan : tanggal 12/ 07/ 2008: 0,64 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 12/ 07/ 2008:
94
Hb : 8,2 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 143000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 55000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan. Namun telah dilakukan transfusi PRC untuk
meningkatkan nilai Hb pasien.2. Nilai leukosit pasien mengalami peningkatan ini menandakan pasien menderita leukemia.
Sehingga agar pasien tidak mengalami infeksi maka diberikan kombinasi Cefotaxim danGentamicin. Pemberian Cefotaxim telah sesuai aturan dosis pada anak usia 1 bulan hingga12 tahun pada literatur tertera 50-200 mg/ kg BB/ hari, pada pasien diberikan 3×600 mg.Pemberian Gentamicin telah sesuai dengan aturan dosis pada anak ≥ 5 th dalam literaturtertera 2,5 mg/ kg BB/ 8 jam, sedangkan pada pasien diberikan 2×35 mg.
3. Nilai trombosit pasien yang turun hingga dibawah 100000/mcl membuat pasienmengalami perdarahan. Namun telah dilakukan transfusi trombosit untuk mencegahterjadinya perdarahan.
4. Pasien mengalami hiperleukositosis kaki bengkak dan dilakukan manajemenhiperleukositosis dengan menggunakan Allopurinol dan Lasix®. Dosis penggunaan telahsesuai dengan anjuran dosis dalam literature.
5. Pasien mengalami demam dan diberikan Parasetamol. Dosis pemberian telah sesuaidengan yang tertera dalam literature.
6. Pasien mengalami sariawan dan diberikan Oral hygiene dan dosis yang diberikan telahsesuai dengan yang ada dalam literature.
7. Pasien mengalami sesak nafas dan diberikan Salbutamol. Dosis yang diberikan telahsesuai dengan dosis anjuran yang ada dalam literature.
8. Pasien mengalami ISK dan diberikan Ceftazidim. Dosis yang diberikan telah sesuaidengan dosis anjuran dalam literature.
9. Pemberian obat kemoterapi VCR, Mtx, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 34
Subjectif :No.RM : 01-33-77-68, umur : 8 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 13/ 02/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 13/ 02/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 13/ 02/ 2008: 32 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 13/ 02/ 2008 : 26 kgTinggi badan : tanggal 13/ 02/ 2008 : 125 cmLuas permukaan : tanggal 13/ 02/ 2008: 0,98 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 13/ 02/ 2008:Hb : 10,2 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 6400/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 222000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %
95
M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan dan pasien mengalami agranulositosis, ini dapat
menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi. Pasien perlu diberikan antibiotik spektrumluas untuk mencegah infeksi. Hal ini termasuk dalam DRP yakni memerlukan obattambahan.
2. Pasien mengalami bronkitis kronis sehingga diberikan Salbuvent®. Dosis pemberian telahsesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur.
3. Pasien menderita TBC dan diterapi dengan Rifampicin. Dosis pemberian telah sesuaidengan yang ada dalam literatur.
4. Pasien diberikan Ranitidin karena pasien mendapat terapi Rifampicin yang memiliki efeksamping mengiritasi saluran pencernaan. Dosis yang diberikan telah sesuai dengan aturandosis dalam literatur.
5. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicin, dan Dexamethasone sudah sesuai aturandosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :1. Perlu diberikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi.
Analisis DRP kasus 35
Subjectif :No.RM : 01-37-90-98, umur : 11 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA- L1-HRObjectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 19/ 12/ 2008 : 370 C (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 19/ 12/ 2008: 90 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 19/ 12/ 2008: 24 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 19/ 12/ 2008 : 25 kgTinggi badan : tanggal 19/ 12/ 2008 : 140 cmLuas permukaan : tanggal 19/ 12/ 2008: 0,98 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 19/ 12/ 2008:Hb : 10 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 2000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 257000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan yang sangat tajam. Namun tidak tercantum
data lab yang memadai untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi atau tidak.2. Pasien mengalami diare dan diberikan Zinkid®. Dosis pemakaian sudah sesuai dengan
yang tertera dalam literatur.3. Pasien mengalami muntah dan untuk mengatasinya diberikan Domperidon. Dosis
pemberian telah sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur. Namun apabila sudahtidak terjadi muntah maka sebaiknya penggunaan Domperidon dihentikan.
4. Pemberian obat kemoterapi Mtx, Daunorubicin, LAsp dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
96
Analisis DRP kasus 36
Subjectif :No.RM : 01-35-42-22, umur : 2 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA L2 SR
Objectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 5/ 06/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 5/ 06/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 5/ 06/ 2008: 28 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 5/ 06/ 2008 : 10 kgTinggi badan : tanggal 5/ 06/ 2008 : 74 cmLuas permukaan : tanggal 5/ 06/ 2008: 0,46 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 5/ 06/ 2008:Hb : 9,9 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 15000/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 41000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : - %L : - %M : - %
Assessment :1. Nilai Hb pasien mengalami penurunan namun tidak terlalu jauh dari nilai normalnya dan
sudah dilakukan transfusi PRC untuk meningkatkan nilai Hb.2. Nilai leukosit pasien mengalami peningkatan. Hal ini biasa terjadi pada pasien leukemia
dan pasien mengalami granulositopenia. Pasien diberikan antibiotik Cefixim. Dosispemberian Cefixim telah sesuai dengan dosis anjuran yang ada dalam literatur.
3. Nilai trombosit mengalami penurunan. Perlu segera dilakukan transfusi trombosit karenapenurunan trombosit dibawah 100000/mcl memiliki resiko perdarahan.
4. Pemberian obat kemoterapi Mtx, Daunorubicin, VCR dan Dexamethasone sudah sesuaiaturan dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapi
Plan :-
Analisis DRP kasus 37
Subjectif :No.RM : 01-35-42-22, umur : 2 th, jenis kelamin : laki-laki, LLA L2 SR
Objectif :Tanda vital :Suhu : tanggal 30/ 06/ 2008 : afebris (N : 36-370 C)Nadi : tanggal 30/ 06/ 2008: 100 x/menit (N : 100-120 x/menit)Pernafasan : tanggal 30/ 06/ 2008: 28 x/menitData fisik :Berat badan : tanggal 30/ 06/ 2008 : 10 kgTinggi badan : tanggal 30/ 06/ 2008 : 74 cmLuas permukaan : tanggal 30/ 06/ 2008: 0,46 m2
Pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 30/ 06/ 2008:Hb : 11,8 g/dL (N : 10-16 g/dL)AL : 5100/mm3(N : 9-12.000/mm3)AT : 292000/mm3(N : 200.000-400.000/mcl)S : 60,5 % (N : 50-65%)L : 26,9 % (N : 38-42%)
97
M : 11,3 % (N : 4-9%)
Assessment :1. Nilai leukosit pasien mengalami penurunan. Tetapi nilai netrofil tidak mengalami
penurunan sehingga pasien tidak mengalami infeksi.2. Pemberian obat kemoterapi VCR, Daunorubicin dan Dexamethasone sudah sesuai aturan
dosis yang ada dalam protokol pengobatan kemoterapiPlan :-
98
99
BIOGRAFI
Penulis skripsi yang berjudul Evaluasi DRP (Drug
Related Problem) Peresepan Pengobatan Kemoterapi
Pada Pasien Leukemia Tipe LLA (Leukemia
Limfoblastik Akut) Pada Fase Induksi Di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Pada Tahun 2008 mempunyai nama
lengkap Oktavia Dhina Ertanti. Penulis dilahirkan di
Yogyakarta, tanggal 29 Oktober 1986. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Suyanto
dan Ibu Tuti Ernawati. Penulis telah mengenal bangku sekolah pada tahun 1991 di
TK Kanisius Sang Timur Yogyakarta, pada tahun 1993 melanjutkan Sekolah
Dasar di SD Kanisius Sang Timur Yogyakarta. Pada tahun 1999 Penulis
melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Yogyakarta, kemudian pada tahun 2002
melanjutkan ke SMA Negeri 6 Yogyakarta. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis
aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, salah satunya JMKI (jaringan
mahasiswa kesehatan Indonesia). Menjadi panitia kegiatan bakti sosial yang
diadakan oleh JMKI dan menjadi panitia seminar yang diadakan oleh JMKI.