Post on 05-Dec-2015
PRO KONTRA YANG MENDUKUNG DAN YANG MENETANG ETIKA DALAM
BERBISNIS
Contoh Kasus penerapan etika dalam berbisnis (Pro etika) adalah :
PT Garuda Indonesia
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) adalah maskapai penerbangan
nasional Indonesia. Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai
Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness
dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan
rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika
Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun Budaya Perusahaan sebagai
pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik.
Pada tahun 2011, perusahaan menetapkan etika bisnis dan etika kerja perusahaan melalui
Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No.
JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011.
Etika bisnis dan etika kerja tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari pedoman perilaku
(code of conduct) yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk No.JKTDZ/SKEP/50002/08 tanggal 14 Januari 2008 tentang Nilai-
nilai Perusahan dan Pedoman Perilaku (code of conduct) Insan Garuda Indonesia.
Penyempurnaan dilakukan berdasarkan umpan balik dari hasil proses implementasi
internalisasi serta rekomendasi hasil GCG assessment tahun 2009. Etika Bisnis dan Etika
Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-perilaku yang harus ditampilkan dan
perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda Indonesia.
Etika dan perilaku tersebut dalam hubungannya dengan:
A. Hubungan Sesama Insan Garuda.
B. Hubungan dengan Pelanggan, Pemegang Saham dan Mitra Usaha serta
Pesaing.
C. Kepatuhan Dalam Bekerja, mencakup Transparansi Komunikasi dan Laporan
Keuangan; Penanganan Benturan Kepentingan; Pengendalian Gratifikasi;
Perlindungan Tehadap Aset Perusahaan dan Perlindungan Terhadap Rahasia
Perusahaan.
D. Tanggung jawab Kepada Masyarakat, Pemerintah dan Lingkungan.
E. Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja mencakup: Pelaporan Pelanggaran;
Sanksi Atas Pelanggaran; Sosialisasi dan Pakta Integritas.
Tata nilai, etika bisnis dan etika kerja merupakan tanggung jawab seluruh Insan Garuda
Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan
dalam Buku Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan serta sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11
Maret 2011, ketetapan ketiga bahwa seluruh pegawai Perusahaan wajib memahmai,
menerapkan dan melaksanakan Etika Bisnis dan Etika Kerja serta menandatangani
"Pernyataan Pakta Integritas Kepatuhan Terhadap Etika Perusahaan."
Internalisasi nilai-nilai dan etika Perusahaan dilakukan secara intensif melalui berbagai
saluran komunikasi, pelatihan dan terintegrasi dengan sistem penilaian pegawai. Sosialisasi
melalui saluran komunikasi internal perusahaan baik cetak maupun elektronik, tatap muka
dan diskusi ke semua Unit Kerja baik di kantor Pusat maupun di Kantor Cabang serta melalui
program pelatihan. Melalui proses sosialisasi, pada tahun 2011 ini jumlah pegawai yang telah
menandatangani lembar komitmen kepatuhan terhadap etika Perusahaan telah mencapai
2.980 pegawai dari berbagai profesi dan unit kerja. Jumlah tersebut berarti sudah mencapai
lebih dari separuh dari total pegawai Perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan
whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk membantu penegakkan etika
perusahaan. Melalui system ini diharapkan semua pemangku kepentingan mau melaporkan
dugaan pelanggan etika yang dilakukan oleh oknum Pegawai Garuda.
Etika bisnis dan etika kerja serta whistleblowing system disosialisasikan pula kepada Mitra
Usaha sehingga dapat membantu proses penegakkan etika di perusahaan serta bersama-sama
menciptakan lingkungan bisnis yang bersih dan bermartabat.
Whistle Blowing System adalah sistem pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap
orang untuk melaporkan adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika serta
misconduct lainnya yang dilakukan oleh Insan Garuda Indonesia. Perusahaan menjamin
kerahasian identitas serta memberikan perlindungan kepada pelapor. Tata nilai "FLY HI"
dan etika Perusahaan merupakan soft structure untuk membangun Budaya Perusahaan
sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance).
Kasus Perusahaan Kontra Etika dalam Berbisnis:
Lapindo Brantas Inc
Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas
bumi di Indonesia.
Permasalahan Utama :
Banjir lumpur panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo, merupakan peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak 29 Mei 2006.
Tragedi “Lumpur Lapindo” dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu
tragedy ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman
penduduk dan kawasan industry. Hal ini memberikan akibat buruk bagi warga sekitar seperti:
1. Genangan lumpur setinggi 6 meter pada pemukiman
2. Total warga yang di evakuasi lebih dari 8.200 jiwa
3. Rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit
4. Areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha
5. Lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan lebih dari 1.873 orang
6. Tidak berfungsinya sarana pendidikan
7. Kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi
8. Rusakknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
9. Terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula terhadap
aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industry utama di Jawa Timur
Pembahasan Teori :
Prinsip Etika yang ada :
1. Hak dan Deontologi
William Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan
berkualitas yang memungkinkan manusia untuk hidup lebih baik lagi. Lingkungan
berkualitas bukan hanya menjadi harapan namun harus direalisasikan karena menjadi hak tiap
manusia
2. Teori Utilitarisme
Dalam perspektif Utilitarisme sudah menjadi jelas bahwa lingkungan hidup tidak lagi boleh
diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Jika dampak atas lingkungan tidak
diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan ini menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan
lingkungan di bebankan pada orang lain.
3. Keadilan
Keadilan dipahami sebagai keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan kita
membagi dengan adil. Hal ini dapat dijelaskan dengan berbagai macam cara, diantaranya :
a. Persamaan
b. Prinsip penghematan adil
c. Keadilan sosial
4. Etika Kepedulian
Kepedulian terhadap sesama manusia ataupun lingkungan arus diterapkan dimana saja kita
tinggal. Etika kepedulian disini kurang di perhitungkan dan diterapkan guna kepentingan
bersama. Dalam kasus ini, menjadi tidak etis karena telah mencemari lingkungan dan tidak
bertanggung jawab secara sosial atas dampak yang telah dihasilkan
5. Etika Kebajikan
Nilai kebajikan perlu di pahami demi kenyamanan satu sama lain. Menjadi tidak etis apabila
perusahaan tidak bisa memberikan nilai atau value yang positif untuk lingkungan sekitar.
Nilai atau value yang dimiliki hanya untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan pihak
atas tanpa memperdulikan masyarakat sekitar terutama masyarakat miskin dan tertindas.
Analisis Dari Segi Etika Bisnis Mengenai Lumpur Lapindo :
Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo Brantas
merupakan penyebab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi pihak Lapindo
malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa
yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika dalam berbisinis.
Dimana PT. Lapindo Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan
kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan kerusakan
parah pada lingkungan dan sosial.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo
untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi
asset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas kerusakan lingkungan
dan sosial yang mereka timbulkan.
Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip-prinsip etika yang ada. Prinsip
mengenai hak dan deontology yang menekankan bahwa tiap manusia berhak atas lingkungan
berkualitas, akan tetapi dengan adanya perisyiwa lumpur panas tersebut, warga justru
mengalami dampak kualitas lingkungan yang buruk. Sedangkan perspektif utilitarisme
menegaskan bahwa lingkungan hidup tidak lagi boleh diperlakukan sebagai suatu
eksternalitas ekonomis. Jika dampak atas lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya
manfaat, pendekatan ini menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan
pada orang lain. Akan tetapi, dalam kasus ini PT. Lapindo justru mengeruk sumber daya alam
di Sidoarjo untuk kepentingan ekonomis semata, dan cenderung kurang melakukan
pemeliharaan terhadap alam, yang dibuktikan dengan pengehematan biaya operasional pada
pemasangan chasing, sehingga menimbulkan bencana yang besar.
Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributive juga dilanggar oleh PT. Lapindo, karena
perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip penghematan adil dan keadilan
sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki kepedulian terhadap sesama manusia atau
lingkungan, karena menganngap peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian
dijadikan alas an perusahaan untuk lepas tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang
dilakukan oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti telah melanggar etika kebajikan.
Hal ini membuktikan bahwa etika berbisnis yang dipegang oleh suatu perusahaan akan sangat
mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan. Dan segala macam bentuk pengabdian etika
dalam berbisnis akan mengancam kemanan dan kelangsungan perusahaan itu sendiri.
Refernsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/index.page
http://inessworld.blogspot.co.id/2013/12/analisis-kasus-penyimpangan-etika.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Lapindo_Brantas_Inc.
http://lapindo-brantas.co.id/id/about/profile/
https://jarangjarang.wordpress.com/2013/09/01/sudut-pandang-etika-dalam-studi-kasus-
lumpur-lapindo-brantas/