Post on 07-Aug-2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR PER- /BL/2011
TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,
Menimbang : a. bahwa pemeriksaan perusahaan perasuransian merupakan bagian dari proses pembinaan dan pengawasan perusahaan perasuransian;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pemeriksaan perusahaan perasuransian, diperlukan suatu pedoman pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian;
c. bahwa pedoman pemeriksaan perusahaan perasuransian yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 2150/LK/2004 tentang Pedoman Pemeriksaan Perasuransian perlu untuk disesuaikan dengan perkembangan perusahaan perasuransian;
d. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1992 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian;
4. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 2006; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
- 2 -
Pasal 1
Dalam Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ini yang dimaksud dengan:
(1) Pemeriksa adalah pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
(2) Pedoman Pemeriksaan adalah pedoman bagi Pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
Pasal 2
(1) Dalam melaksanakan pemeriksaan Perusahaan Perasuransian, setiap Pemeriksa harus berdasarkan pada Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
(2) Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasa Modal dan Lembaga Keuangan ini.
Pasal 3
Dengan ditetapkannya Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ini, Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 2150/LK/2004 tentang Pedoman Pemeriksaan Perasuransian dinyatakan tidak berlaku bagi Perusahaan Perasuransian.
Pasal 4
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal :
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Nurhaida NIP195906271989022001
DRAFT LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR : KEP – ……./BL/2011
TANGGAL ………..
TENTANG
PEDOMAN PEMERIKSAAN
PERUSAHAAN PERASURANSIAN
BIRO PERASURANSIAN
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2011
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
Bab Bab Bab Bab IIII PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan .................................................................................................................... 1
1.1. Lembaga Pembina dan Pengawas Usaha Perasuransian ..................................... 3
1.2. Pengertian Pemeriksaan ......................................................................................... 5
1.3. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemeriksaan ............................................................ 13
1.4. Tujuan Pemeriksaan .............................................................................................. 14
1.5. Pedoman Pemeriksaan.......................................................................................... 14
Bab Bab Bab Bab IIIIIIII Organisasi PemeriksaanOrganisasi PemeriksaanOrganisasi PemeriksaanOrganisasi Pemeriksaan ............................................................................................... 16
2.1. Organisasi Pemeriksaan di Kantor Perusahaan Perasuransian ........................ 17
Bab Bab Bab Bab IIIIIIIII I I I Perencanaan PemeriksaanPerencanaan PemeriksaanPerencanaan PemeriksaanPerencanaan Pemeriksaan ........................................................................................... 27
3.1. Rencana Kegiatan Pemeriksaan Tahunan ........................................................... 27
3.2. Tata Cara Penentuan Objek Pemeriksaan ........................................................... 30
3.3. Tata Cara Penentuan Tim Pemeriksaan ............................................................... 34
3.4. Tata Cara Penentuan Waktu Pemeriksaan .......................................................... 35
3.5. Waktu yang Dibutuhkan untuk Melakukan Pemeriksaan ................................... 36
3.6. Dokumen untuk Pelaksanaan Pemeriksaan........................................................ 42
Bab Bab Bab Bab IIIIVVVV Dokumen PemeriksaanDokumen PemeriksaanDokumen PemeriksaanDokumen Pemeriksaan ................................................................................................. 44
4.1. Pemeriksaan di Kantor Perusahaan Perasuransian ........................................... 44
4.2. Pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian ......................................................... 55
Bab Bab Bab Bab V V V V Proses PemeriksaanProses PemeriksaanProses PemeriksaanProses Pemeriksaan ...................................................................................................... 59
5.1. Proses Pemeriksaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi ........ 59
5.2. Proses Pemeriksaan Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang Reasuransi ......................................................................................................... 225
5.3. Pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian ...................................................... 288
5.4. Laporan Hasil Pemeriksaan di Kantor Perusahaan Perasuransian ................ 289
5.5. Laporan Hasil Pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian .............................. 355
Bab Bab Bab Bab VI VI VI VI Pengendalian PemeriksaanPengendalian PemeriksaanPengendalian PemeriksaanPengendalian Pemeriksaan ....................................................................................... 357
6.1. Pemeriksaan di Kantor Perusahaan Perasuransian ........................................ 357
6.2. Pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian ...................................................... 359
Bab Bab Bab Bab VII VII VII VII Pemeriksaan Berbasis KomputerPemeriksaan Berbasis KomputerPemeriksaan Berbasis KomputerPemeriksaan Berbasis Komputer .............................................................................. 361
7.1. Peralatan yang Dibutuhkan................................................................................. 361
7.2. Pengendalian Internal......................................................................................... 362
7.3. Penyiapan Data ................................................................................................... 362
7.4. Teknik-Teknik Pemeriksaan ............................................................................... 363
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
11111111
BBAABB
II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
UUsaha perasuransian merupakan salah satu usaha di bidang jasa
keuangan yang memiliki karakteristik khusus antara lain usaha yang memberikan
janji perlindungan kepada konsumen terhadap risiko tertentu dan usaha yang
melakukan pengumpulan dana masyarakat. Dengan karakteristik usaha tersebut,
usaha perasuransian memiliki peran yang cukup penting untuk turut serta dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Melalui perlindungan yang diberikan, usaha
perasuransian berperan dalam mengurangi kerugian yang diderita oleh dunia usaha
maupun masyarakat apabila terjadi peristiwa tertentu yang diperjanjikan sehingga
dunia usaha tetap dapat melanjutkan kegiatan usahanya sementara masyarakat
juga tetap dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Selanjutnya, sebagai usaha
yang melakukan pengumpulan dana masyarakat, usaha perasuransian juga memiliki
fungsi sebagai penyedia sumber pendanaan khususnya pendanaan jangka panjang
yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Untuk memastikan
bahwa usaha perasuransian dapat dilaksanakan secara sehat sehingga dapat
memenuhi peranannya tersebut serta dapat berkembang dengan baik, usaha
perasuransian membutuhkan adanya pembinaan dan pengawasan dari pemerintah
atau lembaga tertentu yang diberikan kewenangan untuk itu. Sesuai dengan Undang-
undang nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha perasuransian dilakukan oleh Menteri Keuangan.
Dalam rangka melakukan fungsinya selaku pembina dan pengawas usaha
perasuransian tersebut, Menteri Keuangan diberikan kewenangan dan perangkat
lainnya termasuk di dalamnya kewenangan untuk melakukan pemeriksaan langsung
terhadap perusahaan perasuransian. Sejak berlaku dan diundangkannya Undang-
undang nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian tersebut, Menteri
Keuangan telah melakukan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian. Pelaksanaan kewenangan tersebut selanjutnya
didelegasikan kepada unit eselon satu yang memiliki tugas sebagai lembaga yang
melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan non
bank dan dan unit eselon dua yang memiliki tugas sebagai lembaga yang melakukan
fungsi pembinaan dan pengawasan industri perasuransian. Selanjutnya, sebagai
landasan dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian,
Menteri Keuangan telah pula menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian. Sebagai petunjuk pelaksanaan keputusan tersebut, Direktur Jenderal
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
22222222
Lembaga Keuangan telah pula menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
Keuangan Nomor Kep.2150/LK/2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Pedoman
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam industri perasuransian,
lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian memandang perlu untuk
melakukan perubahan dalam paradigma pemeriksaan. Selain untuk mengantisipasi
perkembangan yang terjadi dalam industri perasuransian, perubahan paradigma
pemeriksaan tersebut diperlukan dalam rangka lebih meningkatkan upaya
perlindungan terhadap pemegang polis. Perubahan paradigma pemeriksaan tersebut
membuat adanya perubahan di dalam tujuan pemeriksaan dari semula pemeriksaan
yang lebih menititikberatkan kepada pemeriksaan terhadap kepatuhan perusahaan
perasuransian kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi
pemeriksaan dengan tujuan yang diperluas yang meliputi antara lain pemeriksaan
untuk memperoleh keyakinan mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya,
pemeriksaan terhadap kesesuaian kondisi perusahaan perasuransian dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, praktik penyelenggaraan usaha
perasuransian yang sehat, dan standar lainnya, identifikasi risiko yang dihadapi
perusahaan perasuransian, serta kecukupan langkah yang dilakukan oleh
perusahaan perasuransian untuk memenuhi kewajiban kepada
tertanggung/pemegang polis. Perubahan cukup mendasar yang lain terkait dengan
pelaksanaan pemeriksaan adalah adanya kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian serta dimungkinkannya pelaksanaan
pemeriksaan berkala dengan ruang lingkup pemeriksaan untuk aspek tertentu saja.
Perubahan paradigma tersebut di atas selanjutnya diwujudkan dengan cara
menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pemeriksaan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tanggal 16
September 2010 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian ditetapkan
sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2003 tanggal
30 September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Sebagai
tindak lanjut penetapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010,
pedoman pemeriksaan yang semula diatur di dalam Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan Nomor Kep. 2150/LK/2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang
Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian perlu disempurnakan. Untuk itu,
pedoman pemeriksaan yang ditetapkan dengan Peraturan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ini merupakan pedoman baru yang diharapkan
dapat memberikan arahan dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak hanya kepada
lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian namun juga kepada
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
33333333
perusahaan perasuransian sehingga diharapkan pemeriksaan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
Selain menguraikan mengenai latar belakang diperlukannya perubahan
terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan
terhadap perusahaan perasuransian sebagaimana tersebut di atas, untuk dapat
memberikan gambaran awal terhadap pelaksanaan pemeriksaan, bab ini akan
menguraikan pula secara singkat beberapa topik terkait dengan pelaksanaan
pemeriksaan yang meliputi antara lain lembaga pembina dan pengawas usaha
perasuransian, pengertian pemeriksaan, dasar hukum pemeriksaan, tujuan
pemeriksaan, dan sistematika pedoman pemeriksaan, termasuk di dalamnya
penjelasan mengenai adanya perubahan yang terjadi dalam struktur organisasi
lembaga pembina dan pengawas usaha perasuransian dan peraturan perundang-
undangan yang terkait.
11..11.. LLEEMMBBAAGGAA PPEEMMBBIINNAA DDAANN PPEENNGGAAWWAASS UUSSAAHHAA PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
SSesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, institusi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengawasan usaha peasuransian adalah Menteri Keuangan. Tugas tersebut
selanjutnya oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada unit eselon satu dan unit
eselon dua terkait.
Dengan adanya reorganisasi di dalam struktur organisasi Kementerian
Keuangan pada tahun 2006, tugas pembinaan dan pengawasan usaha
peasuransian yang semula didelegasikan kepada Direktur Jenderal Lembaga
Keuangan beralih kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan. Sebagai kelanjutan dari reorganisasi tersebut, sebagian tugas pembinaan
dan pengawasan usaha perasuransian yang semula didelegasikan oleh Direktur
Jenderal Lembaga Keuangan kepada Direktur Asuransi, Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mendelegasikan sebagian tugas pembinaan
dan pengawasan usaha perasuransian kepada Kepala Biro Perasuransian.
Berdasarkan pendelegasian tersebut, Kepala Biro Perasuransian merupakan pihak
yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian sehari-
hari, termasuk di dalamnya tugas untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Kepala Biro Perasuransian
berpedoman Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.010/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, peraturan perundang-undangan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
44444444
di bidang usaha perasuransian, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang
terkait.
Selanjutnya, berdasarkan peraturan menteri keuangan tersebut di atas,
dalam menjalankan tugasnya, Kepala Biro Perasuransian dibantu oleh lima kepala
bagian yang terdiri dari Kepala Bagian Kelembagaan Perusahaan Perasuransian,
Kepala Bagian Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Perasuransian, Kepala
Bagian Analisis Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Perasuransian, Kepala Bagian
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian, dan Kepala Bagian Perasuransian Syariah.
Untuk pelaksanaan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian, Kepala Biro
Perasuransian dibantu oleh Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
11..11..11.. TTuuggaass PPookkookk ddaann FFuunnggssii BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
SSSesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.010/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,
Biro Perasuransian mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan
standarisasi dan bimbingan teknis, evaluasi, serta pelaksanaan di bidang
perasuransian.
Dalam melaksanakan fungsi dimaksud, Biro Perasuransian
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyiapan perumusan pembentukan, perubahan, dan pembubaran
perusahaan perasuransian.
b. Penyiapan perumusan standar penyusunan laporan berkala.
c. Pelaksanaan dan evaluasi pengawasan perusahaan perasuransian.
d. Analisis dan evaluasi pengembangan perusahaan perasuransian dan
penyelenggaraan program asuransi.
e. Pemberian pelayanan dan menangani pengaduan masyarakat.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
11..11..22.. TTuuggaass PPookkookk ddaann FFuunnggssii BBaaggiiaann PPeemmeerriikkssaaaann PPeerruussaahhaaaann
PPeerraassuurraannssiiaann
SSesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.010/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,
Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pemeriksaan
langsung perusahaan perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
55555555
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan rumusan sistem dan prosedur kegiatan pemeriksaan langsung
perusahaan perasuransian.
b. Penyiapan rencana jangka pendek maupun jangka panjang kegiatan
pemeriksaan langsung.
c. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan langsung perusahaan perasuransian.
d. Pemantauan dan evaluasi kegiatan pemeriksaan langsung perusahaan
perasuransian.
11..22.. PPEENNGGEERRTTIIAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
11..22..11.. DDeeffiinniissii PPeemmeerriikkssaaaann
SSSesuai dengan Pasal 1 nomor 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.010/2010 tanggal 16 September 2010 tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian, pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan mencari,
mengumpulkan, mengolah, serta mengevaluasi data dan informasi mengenai
penyelenggaraan kegiatan usaha Perusahaan Perasuransian.
Pemeriksaan tersebut di atas dilakukan oleh pemeriksa. Sesuai dengan
dengan Pasal 1 nomor 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.010/2010 tanggal 16 September 2010 tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian, pemeriksa tersebut terdiri dari pegawai Biro
Perasuransian dan pihak lain yang ditunjuk oleh Kepala Biro Perasuransian atas
nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
11..22..22.. JJeenniiss PPeemmeerriikkssaaaann
SSesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 168/PMK.010/2010 tanggal 16 September 2010 tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian, pemeriksaan terdiri dari:
aaaaaaaa........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ddddddddiiiiiiii kkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr ppppppppeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
1) Pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian dapat dilakukan secara
berkala atau setiap waktu bila diperlukan.
2) Ruang lingkup pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian secara
berkala dapat dilakukan terhadap seluruh aspek atau terhadap aspek
tertentu dari penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
66666666
3) Ruang lingkup pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian setiap
waktu hanya dilakukan terhadap aspek tertentu dari penyelenggaraan
kegiatan usaha perusahaan perasuransian.
4) Pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian terhadap seluruh aspek
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan perasuransian meliputi
aspek sistem dan prosedur, aspek kelembagaan, aspek keuangan, aspek
operasional, aspek manajemen, dan aspek lain yang relevan dengan
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan perasuransian.
5) Pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian terhadap aspek tertentu
antara lain pemeriksaan yang didasarkan pada:
a) risiko yang dihadapi oleh perusahaan perasuransian;
b) rekomendasi hasil pemeriksaan sebelumnya; atau
c) informasi yang diterima oleh Biro Perasuransian.
6) Pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian untuk aspek tertentu
juga dapat dilakukan sebagai bagian pemeriksaan tematik yaitu
pemeriksaan dengan tema tertentu yang dilaksanakan terhadap beberapa
perusahaan perasuransian sebagai sampling. Pemeriksaan tematik
tersebut dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran umum
mengenai praktik penyelenggaraan usaha perasuransian tertentu
khususnya dalam rangka memastikan pemenuhan kewajiban perusahaan
perasuransian kepada tertanggung dan pelaksanaan kegiatan usaha
perasuransian yang sehat.
bbbbbbbb........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ddddddddiiiiiiii kkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr BBBBBBBBiiiiiiiirrrrrrrroooooooo PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn........
1) Pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian hanya dilakukan setiap waktu
bila diperlukan.
2) Pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh Biro Perasuransian dapat berjalan lebih efektif.
Kewenangan untuk melakukan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian
tersebut diperlukan khususnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan
informasi dan data yang tidak terdapat dalam laporan yang disampaikan
perusahaan perasuransian kepada Biro Perasuransian.
3) Seiring dengan kebijakan Menteri Keuangan agar dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun, diperlukan adanya koordinasi yang baik antara
bagian pemeriksaan yang melakukan pemeriksaan di kantor perusahaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
77777777
perasuransian dan bagian-bagian lain di lingkungan Biro Perasuransian
yang memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian.
4) Bagian-bagian di lingkungan Biro Perasuransian dapat melakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dengan beberapa cara, antara
lain sebagai berikut:
aa)) PPeemmeerriikkssaaaann sseebbaaggaaii ttiinnddaakk llaannjjuutt pprroosseess aannaalliissiiss
((((((((11111111)))))))) AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss ppppppppeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhiiiiiiiittttttttuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn ttttttttiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaatttttttt ssssssssoooooooollllllllvvvvvvvvaaaaaaaabbbbbbbbiiiiiiiilllllllliiiiiiiittttttttaaaaaaaassssssss
(a) Dalam proses analisis perhitungan tingkat solvabilitas yang
dilakukan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi,
selama ini telah terjadi interaksi antara Biro Perasuransian dan
perusahaan khususnya apabila terdapat perbedaan hasil
perhitungan tingkat solvabilitas antara analis dan perusahaan
serta adanya ketidakwajaran angka di dalam laporan perhitungan
tingkat solvabilitas.
(b) Pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dalam
rangka analisis tersebut dilakukan dengan mengacu pada
prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian, yang akan diuraikan lebih rinci pada
bagian selanjutnya dari prosedur di bawah ini.
(c) Pelaksanaan proses analisis yang dilengkapi dengan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian diprioritaskan untuk
perusahaan perasuransian yang tidak termasuk dalam daftar
perusahaan perasuransian yang akan diperiksa di kantor yang
bersangkutan pada tahun berjalan dan perusahaan
perasuransian yang termasuk dalam daftar sampling perusahaan
perasuransian yang akan diperiksa di kantor Biro Perasuransian
berdasarkan pemeriksaan tematik.
((((((((22222222)))))))) AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss ppppppppeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhiiiiiiiittttttttuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn ccccccccaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
(a) Sebagaimana pelaksanaan analisis perhitungan tingkat
solvabilitas, dalam proses terhadap perhitungan cadangan premi
perusahaan asuransi jiwa khususnya terkait dengan pengesahan
cadangan premi dalam rangka perpajakan, selama ini telah
terjadi interaksi antara Biro Perasuransian dan perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
88888888
(b) Pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dalam
rangka analisis tersebut dilakukan dengan mengacu pada
prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian, yang akan diuraikan lebih rinci
bagian selanjutnya dari prosedur di bawah ini.
(c) Pelaksanaan proses analisis yang dilengkapi dengan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian diprioritaskan untuk
perusahaan asuransi yang tidak termasuk dalam daftar
perusahaan asuransi yang akan diperiksa di kantor yang
bersangkutan pada tahun berjalan dan perusahaan asuransi
yang termasuk dalam daftar sampling perusahaan asuransi yang
akan diperiksa di kantor Biro Perasuransian berdasarkan
pemeriksaan tematik.
(3) Selain analisis terhadap perhitungan tingkat solvabilitas dan analisis
perhitungan cadangan premi untuk usaha asuransi jiwa, proses
analisis dengan memanfaatkan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian, dapat pula dilakukan untuk proses analisis laporan
treaty reasuransi dan laporan operasional serta laporan keuangan
untuk perusahaan pialang.
(4) Dalam hal dipandang perlu untuk dilakukan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian, pelaksanaan proses analisis yang dilengkapi
dengan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dapat dilakukan
terhadap perusahaan perasuransian yang masuk dalam daftar
perusahaan perasuransian yang akan diperiksa di kantor yang
bersangkutan pada tahun berjalan dan perusahaan perasuransian
yang termasuk dalam daftar sampling perusahaan perasuransian
yang akan diperiksa di kantor Biro Perasuransian berdasarkan
pemeriksaan tematik.
bb)) PPeemmeerriikkssaaaann tteemmaattiikk ddaallaamm rraannggkkaa mmeellaakkuukkaann tteellaaaahh tteerrhhaaddaapp
kkoonnddiissii tteerrtteennttuu ppeerruussaahhaaaann ppeerraassuurraannssiiaann
(1) Dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai dengan kewenangannya,
bagian-bagian di lingkungan Biro Perasuransian dapat mengusulkan
adanya pemeriksaan di kantor Biro Perasuransin dengan tema
tertentu kepada Kepala Biro Perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
99999999
(2) Pemeriksaan tematik tersebut dilakukan dengan maksud untuk
memperoleh gambaran umum mengenai praktik penyelenggaraan
usaha perasuransian tertentu khususnya dalam rangka memastikan
pemenuhan kewajiban perusahaan perasuransian kepada
tertanggung. Pemeriksaan tematik tersebut pada dasarnya juga
dapat dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran mengenai
tingkat kewajaran saldo akun di dalam laporan perhitungan tingkat
solvabilitas atau laporan operasional yang terkait dengan
pemenuhan kewajiban kepada pemegang polis/tertanggung seperti
cadangan premi, cadangan klaim, atau utang klaim.
(3) Pelaksanaan proses pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang
bersifat tematik tersebut diprioritaskan untuk perusahaan
perasuransian yang tidak termasuk dalam daftar perusahaan
perasuransian yang akan diperiksa di kantor yang bersangkutan
pada tahun berjalan.
cc)) PPeemmeerriikkssaaaann llaaiinnnnyyaa
Selain pemeriksaan tersebut pada nomor 1 dan nomord 2, pemeriksaan
di kantor Biro Perasuransian dapat dilakukan setiap saat apabila
terdapat alasan khusus yang mendasari perlunya dilakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian. Pertimbangan perlunya
dilakukan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian tersebut antara
lain dalam rangka menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan
tertanggung bahwa perusahaan perasuransian yang akan diperiksa
diduga tidak menjalankan praktik usaha yang sehat dan/atau tidak
memenuhi kewajiban kepada tertanggung.
11..22..33.. PPrroosseess PPeemmeerriikkssaaaann
PProses pemeriksaan merupakan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian.
11111111........22222222........22222222........11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiii KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
PProses pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian
mencakup kegiatan sebagai berikut:
aaaaaaaa........ AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn
Analisis pendahuluan adalah analisis yang dilakukan
pemeriksa sebelum melakukan pemeriksaan lapangan untuk
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111100000000
mengetahui aspek-aspek pemeriksaan yang perlu mendapatkan
perhatian khusus.
Untuk pemeriksaan dengan ruang lingkup seluruh aspek,
analisis dilakukan berdasarkan laporan berkala yang disampaikan
oleh perusahaan perasuransian kepada Biro Perasuransian yang
mencakup sekurang-kurangnya laporan perhitungan tingkat
solvabilitas dan laporan operasional. Selain itu, pemeriksa juga perlu
mendapatkan informasi secara lebih lengkap dengan cara
melakukan diskusi dengan person in charge untuk masing-masing
perusahaan perasuransian pada masing-masing bagian.
Untuk pemeriksaan dengan ruang lingkup aspek tertentu,
analisis dilakukan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
bagian yang mengusulkan dilakukannya pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian tertentu, termasuk di dalamnya informasi
yang diperoleh berdasarkan hasil diskusi dengan person in charge
pada bagian yang bersangkutan.
bbbbbbbb........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn LLLLLLLLaaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan
pemeriksa di kantor perusahaan perasuransian yang diperiksa.
cccccccc........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyuuuuuuuussssssssuuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeennnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaa ((((((((LLLLLLLLHHHHHHHHPPPPPPPPSSSSSSSS))))))))
Penyusunan LHPS adalah proses penyusunan laporan hasil
pemeriksaan yang dilakukan setelah pemeriksaan lapangan selesai.
LHPS disampaikan kepada perusahaan perasuransian yang diperiksa
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya pemeriksaan
lapangan.
dddddddd........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyuuuuuuuussssssssuuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn FFFFFFFFiiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaallllllll ((((((((LLLLLLLLHHHHHHHHPPPPPPPPFFFFFFFF))))))))
Penyusunan LHPF adalah proses penyusunan LHPS menjadi
LHPF. Dalam menyusun LHPF, pemeriksa harus mempertimbangkan
tanggapan terhadap LHPS yang disampaikan oleh perusahaan
perasuransian yang diperiksa.
LHPF disampaikan kepada perusahaan perasuransian yang
diperiksa paling lambat:
1) 55 (lima puluh lima) hari sejak disampaikannya LHPS kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa untuk perusahaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111111111111
perasuransian yang menyampaikan tanggapan terhadap LHPS,
dengan rincian batas waktu untuk masing-masing tahapan sebagai
berikut:
a) 15 (lima belas) hari sejak disampaikannya LHPS merupakan
batas waktu penyampaian tanggapan oleh perusahaan
perasuransian yang diperiksa.
b) 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya tanggapan dari perusahaan
perasuransian yang diperiksa untuk mulai dilakukannya
pembahasan mengenai tanggapan tersebut.
c) 10 (sepuluh) hari sejak mulai dilakukannya pembahasan
tanggapan untuk menyelesaikan pembahasan mengenai
tanggapan tersebut.
d) 20 (dua puluh) hari sejak selesainya pembahasan untuk
menyampaikan LHPF kepada perusahaan perasuransian yang
diperiksa.
2) 35 (tiga puluh lima) hari sejak tanggal disampaikannya LHPS
kepada perusahaan perasuransian yang diperiksa untuk
perusahaan perasuransian yang tidak menyampaikan tanggapan
terhadap LHPS, dengan rincian batas waktu untuk masing-masing
tahapan sebagai berikut:
a) 15 (lima belas) hari sejak disampaikannya LHPS merupakan
batas waktu penyampaian tanggapan oleh perusahaan
perasuransian yang diperiksa.
b) 20 (dua puluh) hari sejak selesainya berakhirnya batas waktu
penyampaian tanggapan untuk menyampaikan LHPF kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa.
LHPF merupakan dasar untuk memberikan rekomendasi dan
saran sebagai tindak lanjut pemeriksaan.
eeeeeeee........ TTTTTTTTiiiiiiiinnnnnnnnddddddddaaaaaaaakkkkkkkk LLLLLLLLaaaaaaaannnnnnnnjjjjjjjjuuuuuuuutttttttt HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan
pengawasan terhadap pelaksanaan rekomendasi sebagaimana
tercantum dalam LHPF sesuai dengan batas waktu yang diberikan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111122222222
11111111........22222222........22222222........22222222........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiii KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr BBBBBBBBiiiiiiiirrrrrrrroooooooo PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
PProses pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian mencakup
kegiatan sebagai berikut:
aaaaaaaa........ AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn
Analisis pendahuluan merupakan kegiatan analisis yang
dilakukan sebagai bagian dari tugas pokok yang dilakukan oleh pegawai
Biro Perasuransian. Berdasarkan hasil analisis tersebut, analis
menyampaikan pertimbangan diperlukannya pemeriksaan serta obyek
pemeriksaan.
bbbbbbbb........ PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaakkkkkkkkssssssssaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Pemeriksaan dilakukan oleh pegawai Biro Perasuransian yang
merupakan analis terhadap laporan yang disampaikan oleh perusahaan
perasuransian yang bersangkutan atau pegawai lain yang ditugaskan
oleh Kepala Biro Perasuransian, dan dilakukan di kantor Biro
Perasuransian.
cccccccc........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyuuuuuuuussssssssuuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeeessssssssiiiiiiiimmmmmmmmppppppppuuuuuuuullllllllaaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Penyusunan kesimpulan hasil pemeriksaan sementara adalah
proses penyusunan surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa yang sekurang-kurangnya
memuat mengenai kesimpulan hasil pemeriksaan dan perintah kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa untuk melakukan perbaikan
yang diperlukan atas pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau ketidaksesuaian penyelenggaraan usaha
dengan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat.
Kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan disampaikan kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa paling lambat 15 (lima belas)
hari setelah berakhirnya pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
dddddddd........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyuuuuuuuussssssssuuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTaaaaaaaannnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBiiiiiiiirrrrrrrroooooooo PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp TTTTTTTTaaaaaaaannnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
Penyusunan tanggapan Biro Perasuransian terhadap
tanggapan perusahaan perasuransian yang diperiksa adalah proses
penyusunan surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111133333333
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada perusahaan
perasuransian yang diperiksa yang sekurang-kurangnya memuat
mengenai jawaban atas tanggapan berupa salah satu pernyataan
sebagai berikut:
1) Tanggapan diterima dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan di
kantor perusahaan perasuransian.
2) Tanggapan diterima tanpa dilanjutkan dengan pemeriksaan di
kantor Perusahaan Perasuransian.
3) Tanggapan ditolak.
Perusahaan perasuransian yang diperiksa dapat mengajukan
tanggapan terhadap hasil pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian
paling lama 5 (lima) kerja sejak diterimanya hasil pemeriksaan.
Selanjutnya, Kepala Biro Perasuransian diberikan waktu paling lama 5
(lima) hari sejak diterimanya tanggapan perusahaan perasuransian yang
diperiksa untuk memberikan jawaban atas tanggapan dimaksud.
eeeeeeee........ TTTTTTTTiiiiiiiinnnnnnnnddddddddaaaaaaaakkkkkkkk LLLLLLLLaaaaaaaannnnnnnnjjjjjjjjuuuuuuuutttttttt HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan pengawasan
terhadap pelaksanaan rekomendasi sebagaimana tercantum surat
Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan yang memuat mengenai kesimpulan
hasil pemeriksaan dan perintah untuk melakukan perbaikan.
11..33.. DDAASSAARR HHUUKKUUMM PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
DDasar hukum pemeriksaan perusahaan perasuransian adalah:
a. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.010/2010 tanggal 16 September
2010 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
d. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang
mengatur mengenai pedoman pemeriksan.
e. Peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian dan di bidang lainnya
yang relevan dengan tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111144444444
ff.. Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Tugas Pemeriksaan.
11..44.. TTUUJJUUAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
SSSSSSSSesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.010/2010 tanggal 16 September 2010 tentang Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian, pemeriksaan bertujuan untuk:
a. memperoleh keyakinan mengenai kondisi Perusahaan Perasuransian yang
sebenarnya;
b. meneliti kesesuaian kondisi Perusahaan Perasuransian dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, praktik penyelenggaraan usaha yang sehat, dan
standar lainnya; dan/atau
c. mengidentifikasi risiko-risiko yang melekat dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
Perusahaan Perasuransian
dd.. memastikan bahwa Perusahaan Perasuransian telah melakukan langkah-langkah
yang cukup dalam rangka memenuhi kepentingan pemegang polis.
11..55.. PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
11..55..11.. FFuunnggssii PPeeddoommaann PPeemmeerriikkssaaaann
PPPPPPPPedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian merupakan pedoman
bagi pemeriksa, pegawai Biro Perasuransian, dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan dalam rangka
pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perasuransian. Pedoman
pemeriksaan ini mencakup pedoman dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi atas kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Biro Perasuransian.
Selain itu, mengingat penetapan pedoman ini dalam bentuk Peraturan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, pedoman ini juga merupakan
media transparansi kepada masyarakat khususnya pelaku pada industri
perasuransian mengenai proses pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga
pembina dan pengawas usaha perasuransian. Dengan demikian, pedoman
pemeriksaan perusahaan perasuransian ini dimaksudkan untuk dapat berfungsi
sebagai:
a. Pedoman bagi pemeriksa Biro Perasuransian dalam menyusun rencana
pemeriksaan.
b. Pedoman bagi pemeriksa dan pegawai Biro Perasuransian dalam melakukan
proses pemeriksaan, yaitu melakukan analisis pendahuluan, melaksanakan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAAHHHHHHHHUUUUUUUULLLLLLLLUUUUUUUUAAAAAAAANNNNNNNN
1111111155555555
pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian,
menyusun laporan pemeriksaan atau hasil pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian, dan melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut hasil
pemeriksaan.
c. Pedoman bagi pemeriksa dalam melakukan penilaian terhadap kondisi
perusahaan perasuransian yang sebenarnya, kesesuaian kondisi perusahaan
perasuransian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, praktik
penyelenggaraan usaha yang sehat, dan standar lainnya, penerapan manajemen
risiko oleh perusahaan perasuransian, serta upaya perusahaan perasuransian
untuk dapat memenuhi kewajiban kepada tertanggung atau pemegang polis.
d. Pedoman bagi pemeriksa dalam melakukan evaluasi atas kegiatan pemeriksaan.
e. Pedoman bagi perusahaan perasuransian mengenai pelaksanaan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Biro Perasuransian.
Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian ini juga merupakan
panduan standar dalam melakukan proses pemeriksaan untuk mencapai tujuan
pemeriksaan. Dalam melakukan pemeriksaan pemeriksa dapat menggunakan
pertimbangan profesional (profesional judgement) dalam menentukan prosedur
pemeriksaan yang akan diambil untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
11..55..22.. SSiisstteemmaattiikkaa PPeeddoommaann PPeemmeerriikkssaaaann
Sistematika Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian adalah
sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Organisasi Pemeriksaan
c. Perencanaan Pemeriksaan
d. Dokumentasi Pemeriksaan
e. Proses Pemeriksaan
f. Pengendalian Pemeriksaan
g. Pemeriksaan Berbantuan Komputer
h. Lampiran-lampiran.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
1111111166666666
BBAABB
IIII OORRGGAANNIISSAASSII PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
PPPemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian merupakan salah satu
tugas pokok dan fungsi Biro Perasuransian yang dilaksanakan secara berbeda
dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang lain. Secara umum pelaksanaan
pemeriksaan baik pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian maupun
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian memiliki karakteristik yang sama yaitu
pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan perintah tertulis dari Kepala Biro
Perasuransian. Namun demikian, kedua jenis pemeriksaan tersebut memiliki
perbedaan di dalam prosedur pemberian perintah tertulis tersebut. Pemeriksaan di
kantor perusahaan perasuransian dilakukan oleh tim yang dibentuk secara khusus
untuk melakukan pemeriksaan terhadap satu perusahaan perasuransian.
Pembentukan tim dan pelaksanaan tugas pemeriksaan dilakukan berdasarkan surat
perintah pemeriksaan yang ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian atas nama
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Sedangkan,
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dilakukan oleh pegawai Biro
Perasuransian atau analis pada masing-masing bagian di Biro Perasuransian dan
dapat dibantu oleh staf pemeriksa pada bagian pemeriksaan. Pelaksanaan tugas
pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan surat pemberitahuan kepada perusahaan
perasuransian yang ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Perbedaan dalam prosedur tersebut di atas menyebabkan adanya
perbedaan di dalam organisasi pemeriksaan antara pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian dan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
Pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian membutuhkan organisasi khusus
dengan adanya tim yang harus dibentuk untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
Sementara itu, pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dilakukan
mengikuti struktur organisasi yang ada di Biro Perasuransian.
Mengingat adanya kekhususan di dalam organisasi pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian, bab ini akan menguraikan lebih lanjut mengenai
organisasi pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian yang mencakup uraian
mengenai struktur organisasi serta tugas dan wewenang masing-masing unit dalam
organisasi tersebut.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
1111111177777777
22..11.. OORRGGAANNIISSAASSII PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
OOOOOOOOrganisasi tim pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian terdiri
dari:
a. Kepala Biro Perasuransian.
b. Koordinator Pemeriksaan.
c. Penyelia Pemeriksaan.
d. Ketua Tim Pemeriksaan.
ee.. Anggota Tim Pemeriksaan.
22..22.. TTAANNGGGGUUNNGG JJAAWWAABB,, WWEEWWEENNAANNGG,, DDAANN TTUUGGAASS
TTTTTTTTanggung jawab, wewenang, dan tugas dari Kepala Biro Perasuransian,
koordinator pemeriksaan, penyelia pemeriksaan, ketua tim pemeriksaan, dan
anggota tim pemeriksaan sebagai berikut:
22..22..11.. KKeeppaallaa BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
KKKKKKKKepala Biro Perasuransian pejabat yang secara langsung mendapat
pendelegasian kewenangan dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan
perasuransian. Sesuai dengan kewenangannya tersebut, Kepala Biro
Perasuransian merupakan penanggung jawab pemeriksaan.
22..22..11..11.. TTaanngggguunngg jjaawwaabb
KKKKKKKKepala Biro Perasuransian bertanggung jawab atas:
1) Terselenggaranya seluruh proses pemeriksaan terhadap perusahaan
perasuransian.
2) Hasil pemeriksaan yang tertuang dalam setiap Laporan Hasil
Pemeriksaan Sementara dan Laporan Hasil Pemeriksaan Final.
3) Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam menindaklanjuti
tanggapan yang diajukan oleh perusahaan perasuransian yang
diperiksa dan pihak-pihak lain yang terkait.
4) Tindak lanjut dari pelaksanaan rekomendasi hasil pemeriksaan yang
disampaikan oleh perusahaan perasuransian.
5) Peningkatan kualitas pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
1111111188888888
22..22..11..22.. WWeewweennaanngg
UUUUUUUUntuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Kepala Biro
Perasuransian berwenang untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menetapkan rencana kegiatan pemeriksaan tahunan.
2) Memerintahkan koordinator pemeriksaan untuk melaksanakan
pemeriksaan yang sifatnya khusus dalam melaksanakan fungsi
pengawasan.
3) Menerbitkan surat perintah pemeriksaan, surat tugas, dan surat
pemberitahuan.
4) Menetapkan Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara dan Laporan
Hasil Pemeriksaan Final.
5) Menerima atau menolak tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan
Sementara yang diajukan perusahaan perasuransian yang diperiksa.
6) Menghentikan proses pemeriksaan.
22..22..11..33.. TTuuggaass
DDDDDDDDengan kewenangan tersebut, penanggung jawab
pemeriksaan melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Membahas konsep rencana kegiatan pemeriksaan tahunan dengan
koordinator dan penyelia pemeriksaan.
2) Membahas usulan pemeriksaan khusus bersama koordinator
pemeriksaan.
3) Menjabarkan kebijaksanaan yang berhubungan dengan pemeriksaan.
4) Memberikan petunjuk kepada koordinator pemeriksaan mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan/kebijaksan dalam hubungannya dengan pemeriksaan.
5) Melakukan pembahasan dengan direksi perusahaan perasuransian
tentang hasil temuan pemeriksaan dan menandatangani berita acara
rapat pembahasan tersebut.
6) Menandatangani laporan hasil pemeriksaan sementara dan laporan
hasil pemeriksaan final, apabila menyetujui.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
1111111199999999
7) Membahas konsep laporan hasil pemeriksaan sementara atau
laporan hasil pemeriksaan final dengan koordinator, penyelia, ketua
tim, anggota tim pemeriksa, dan bagian lain.
8) Menetapkan laporan tahunan kegiatan pemeriksaan perusahaan
perasuransian dan menyampaikannya kepada Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dal Lembaga Keuangan dan Menteri
Keuangan.
9) Melakukan evaluasi terhadap kinerja pemeriksa.
22..22..22.. KKoooorrddiinnaattoorr PPeemmeerriikkssaaaann
KKKoordinator pemeriksaan adalah Kepala Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian.
22..22..22..11.. TTaanngggguunngg jjaawwaabb
KKKKKKKKoordinator pemeriksaan bertanggung jawab atas kelancaran
penyelenggaraan seluruh proses kegiatan pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian sesuai dengan rencana kegiatan
pemeriksaan tahunan.
22..22..22..22.. WWeewweennaanngg
UUUUUUUUntuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, koordinator
pemeriksaan berwenang untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengusulkan rencana kerja tahunan.
2) Menentukan alokasi waktu pemeriksaan.
3) Menunjuk penyelia, ketua dan anggota tim pemeriksaan.
4) Mengembangkan kebijakan prosedur pemeriksaan.
5) Memberikan pengarahan kepada penyelia pemeriksaan, ketua tim
pemeriksaan, dan anggota tim pemeriksaan dalam meningkatkan
kualitas pemeriksaan.
6) Menandatangani laporan hasil pemeriksaan sementara dan laporan
hasil pemeriksaan final.
7) Mengambil kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan
yang timbul dalam proses pemeriksaan.
8) Mengusulkan kepada penanggung jawab pemeriksaan untuk
menghentikan pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222200000000
9) Mengusulkan perpanjangan waktu pemeriksaan lapangan apabila
diperlukan.
22..22..22..33.. TTuuggaass
DDDDDDDDengan kewenangan tersebut, koordinator pemeriksaan
melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Menyusun konsep rencana pemeriksaan tahunan dan mengusulkan
kepada Kepala Biro Perasuransian.
2) Menyusun laporan kegiatan pemeriksaan tahunan kepada Kepala
Biro Perasuransian yang selanjutnya disampaikan kepada Ketua
Badan dan Menteri.
3) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
4) Mengajukan konsep surat perintah pemeriksaan, surat
pemberitahuan dan surat tugas kepada penanggung jawab
pemeriksaan.
5) Menelaah persiapan pemeriksaan yang disusun tim pemeriksa
sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
6) Memantau kelancaran pelaksanaan pemeriksaan dan kesesuaiannya
dengan pedoman pemeriksaan perusahaan perasuransian.
7) Memberikan petunjuk kepada penyelia pemeriksaan, ketua tim
pemeriksaan, dan anggota tim pemeriksaan mengenai hal-hal yang
harus mendapat perhatian khusus dalam pemeriksaan untuk
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas pemeriksaan.
8) Bersama-sama penanggung jawab, penyelia, ketua tim, dan anggota
tim pemeriksaan melakukan pembahasan hasil temuan dengan
pengurus/direksi perusahaan perasuransian.
9) Menyetujui/mengoreksi konsep laporan hasil pemeriksaan sementara
dan laporan hasil pemeriksaan final.
10)Menandatangani berita acara pembahasan tanggapan atas laporan
hasil pemeriksaan sementara.
11) Memantau dan mengusulkan tindak lanjut atas pelaksanaan
rekomendasi hasil pemeriksaan kepada penanggung jawab
pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222211111111
12) Memberikan masukan kepada penanggung jawab pemeriksaan
dalam menetapkan kebijakan guna menindaklanjuti tanggapan
perusahaan atas laporan hasil pemeriksaan sementara.
13) Membahas konsep laporan hasil pemeriksaan sementara atau
laporan hasil pemeriksaan final dengan penanggung jawab
pemeriksaan dan tim pemeriksa, apabila penanggung jawab
pemeriksaan membutuhkan penjelasan untuk dapat menyetujui atau
menolak laporan-laporan tersebut.
14) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan
pemeriksaan dan melaporkan hasil evaluasi tersebut kepada
penanggung jawab pemeriksaan.
15) Melakukan evaluasi terhadap kinerja pemeriksa.
22..22..33.. PPeennyyeelliiaa PPeemmeerriikkssaaaann
PPPenyelia pemeriksaan adalah pejabat kepala sub bagian pada bagian
pemeriksaan perusahaan perasuransian.
22..22..33..11.. TTaanngggguunngg jjaawwaabb
PPPenyelia pemeriksaan bertanggung jawab atas kelancaran
penyelenggaraan seluruh proses kegiatan pemeriksaan yang berada di
bawah supervisinya.
22..22..33..22.. WWeewweennaanngg
UUUntuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Penyelia
Pemeriksaan berwenang untuk melakukan ha-hal sebagai berikut:
1) Bersama-sama koordinator pemeriksaan menentukan ketua dan
anggota tim pemeriksa yang berada di bawah supervisinya.
2) Memberikan pengarahan kepada ketua dan anggota tim pemeriksaan
dalam meningkatkan kualitas pemeriksaan.
3) Bersama-sama koordinator pemeriksaan mengambil kebijakan yang
diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses
pemeriksaan.
4) Mengusulkan kepada koordinator pemeriksaan untuk menghentikan
pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222222222222
5) Mengusulkan perpanjangan waktu pemeriksaan lapangan kepada
koordinator pemeriksaan apabila diperlukan.
6) Menandatangani laporan hasil pemeriksaan sementara dan laporan
hasil pemeriksaan final.
22..22..33..33.. TTuuggaass
DDDengan kewenangan tersebut, penyelia pemeriksaan
melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Memastikan ketaatan tim pemeriksaan terhadap pedoman
pemeriksaan perusahaan perasuransian.
2) Memastikan laporan hasil pemeriksaan disusun berdasarkan kertas
kerja pemeriksaan.
3) Menelaah dan menyetujui kertas kerja pemeriksaan.
4) Menyetujui/mengoreksi konsep laporan hasil pemeriksaan sementara
dan laporan hasil pemeriksaan final.
5) Menandatangani berita acara pembahasan tanggapan atas laporan
hasil pemeriksaan sementara.
6) Memberikan petunjuk kepada ketua tim pemeriksaan dan anggota
tim pemeriksaan mengenai hal-hal yang harus mendapat perhatian
khusus dalam pemeriksaan untuk efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan tugas pemeriksaan.
7) Memberikan pengarahan kepada ketua tim pemeriksaan dan anggota
tim pemeriksaan untuk selalu meningkatkan kualitas pemeriksaan.
8) Mengajukan konsep surat perintah pemeriksaan, surat
pemberitahuan dan surat tugas kepada Kepala Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian.
9) Membahas konsep laporan hasil pemeriksaan sementara atau
laporan hasil pemeriksaan final dengan koordinator dan penanggung
jawab pemeriksaan, serta ketua dan anggota tim pemeriksaan.
10) Bersama-sama dengan ketua tim pemeriksaan menandatangani
berita acara pemeriksaan.
11) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan
pemeriksaan oleh tim pemeriksaan yang berada di bawah
supervisinya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222233333333
12) Memantau perkembangan pemeriksaan setiap perusahaan yang di
bawah supervisinya.
22..22..44.. KKeettuuaa TTiimm PPeemmeerriikkssaaaann
KKKetua tim pemeriksaan adalah pegawai Biro Perasuransian yang
ditunjuk oleh koordinator pemeriksaan dan atau oleh penyelia tim pemeriksaan
dan ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian menjadi ketua tim pemeriksaan.
22..22..44..11.. TTaanngggguunngg jjaawwaabb
KKKetua tim pemeriksaan bertanggung jawab atas pelaksanaan
seluruh proses kegiatan pemeriksaan oleh tim pemeriksaan yang
diketuainya.
Untuk dapat ditunjuk sebagai ketua tim pemeriksaan, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang pemeriksaan.
2) Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan perundang-
undangan di bidang usaha perasuransian.
3) Memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal teknik perasuransian.
4) Mampu melakukan analisis atas laporan keuangan dan atau laporan
operasional perusahaan perasuransian.
5) Bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dengan penyelia ataupun
koordinator pemeriksaan.
6) Mampu mengkoordinasikan anggota tim pemeriksaan dalam
pelaksanaan pemeriksaan.
22..22..44..22.. WWeewweennaanngg
UUUntuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, ketua tim
pemeriksaan berwenang untuk melakukan ha-hal sebagai berikut:
1) Melakukan pembagian tugas anggota tim pemeriksaan.
2) Melakukan koordinasi atas pelaksanaan tugas anggota tim
pemeriksaan.
3) Bersama-sama dengan penyelia menandatangani berita acara
pemeriksaan.
4) Mengusulkan kepada penyelia untuk menghentikan pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222244444444
5) Menandatangani laporan hasil pemeriksaan sementara dan laporan
hasil pemeriksaan final.
22..22..44..33.. TTuuggaass
DDDengan kewenangan tersebut, ketua tim pemeriksaan
melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Menelaah dan menyetujui kertas kerja pemeriksaan yang dibuat
anggota tim pemeriksaan.
2) Melakukan koordinasi atas pelaksanaan tugas anggota tim
pemeriksaan.
3) Ikut aktif melakukan pemeriksaan.
4) Bersama dengan anggota tim menentukan besarnya sampel yang
akan diambil dalam pemeriksaan.
5) Mengajukan konsep surat konfirmasi (bila diperlukan) kepada
penyelia/ koordinator.
6) Memantau perkembangan pemeriksaan setiap perusahaan yang
diperiksa.
7) Memastikan semua dokumen yang berhubungan dengan
pemeriksaan telah diarsip dengan rapi.
8) Memastikan ketaatan anggota tim pemeriksaan terhadap pedoman
pemeriksaan perusahaan perasuransian.
9) Bersama anggota tim pemeriksaan menyusun konsep laporan hasil
pemeriksaan sementara dan laporan hasil pemeriksaan final.
10) Memastikan laporan hasil pemeriksaan dibuat tepat waktu.
11) Memantau pelaksanaan rekomendasi hasil pemeriksaan yang
disampaikan oleh perusahaan perasuransian.
22..22..55.. AAnnggggoottaa TTiimm PPeemmeerriikkssaaaann
AAAnggota tim pemeriksaan adalah pegawai Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian dan atau pegawai Biro Perasuransian yang ditunjuk
oleh Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian bersama-sama
dengan Kepala Sub Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian dan
ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian menjadi anggota tim pemeriksaan
untuk melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222255555555
22..22..55..11.. TTaanngggguunngg jjaawwaabb
AAAnggota tim pemeriksaan bertanggung jawab atas data yang
tercantum dalam laporan hasil pemeriksaan.
Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota tim pemeriksaan, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang pemeriksaan
(auditing).
2) Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan perundang-
undangan di bidang usaha perasuransian.
3) Memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal teknik perasuransian.
5) Mampu melakukan analisis atas laporan keuangan dan atau laporan
operasional perusahaan perasuransian.
6) Bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dengan ketua tim dan
anggota tim pemeriksaan lainnya.
22..22..55..22.. WWeewweennaanngg
UUUntuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, anggota tim
pemeriksaan berwenang untuk melakukan ha-hal sebagai berikut:
1) Melakukan wawancara dengan direksi dan atau pegawai perusahaan.
2) Meminta dan atau meminjam dokumen-dokumen/data pendukung
pemeriksaan.
3) Melakukan pengembangan hasil temuan untuk lebih memperoleh
keyakinan.
4) Menandatangani kertas kerja pemeriksaan.
22..22..55..33.. TTuuggaass
DDDengan kewenangan tersebut, anggota tim pemeriksaan
melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Melaksanakan seluruh proses pemeriksaan sesuai dengan pedoman
pemeriksaan perusahaan perasuransian.
2) Membuat dan menandatangani kertas kerja pemeriksaan.
3) Bersama dengan ketua tim menentukan besarnya sampel yang akan
diambil dalam pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIII OOOOOOOORRRRRRRRGGGGGGGGAAAAAAAANNNNNNNNIIIIIIIISSSSSSSSAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222266666666
4) Membuat/mengisi laporan kegiatan harian pemeriksaan.
5) Membuat konsep surat konfirmasi bila diperlukan.
6) Membantu ketua tim menyusun konsep laporan hasil pemeriksaan
sementara dan laporan hasil pemeriksaan final secara tepat waktu.
7) Melakukan entry data ke dalam SIMDA mulai dari penerbitan SPP
sampai dengan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
8) Melakukan pengarsipan atas semua dokumen yang berhubungan
dengan pemeriksaan dengan rapi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222277777777
BBAABB
IIIIII PPEERREENNCCAANNAAAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
KKKegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Biro Perasuransian perlu
direncanakan dengan baik. Perencanaan yang baik, khususnya perencanaan untuk
pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian secara berkala, perlu dilakukan
agar pelaksanaan kegiatan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian dalam
rangka pembinaan dan pengawasan dapat efektif dan efisien. Untuk itu,
pengalokasian sumber daya manusia, anggaran, dan waktu yang terbatas perlu
dilakukan dengan cermat agar tujuan kegiatan pemeriksaan tetap dapat dicapai.
Perencanaan pemeriksaan tersebut mencakup penyusunan rencana
kegiatan pemeriksaan tahunan, pemilihan objek pemeriksaan, penentuan tim
pemeriksa, alokasi waktu pemeriksaan, serta pembuatan Surat Tugas (ST), Surat
Perintah Pemeriksaan (SPP), dan Surat Pemberitahuan (SP).
33..11.. RREENNCCAANNAA KKEEGGIIAATTAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN TTAAHHUUNNAANN
RRRencana pemeriksaan tahunan untuk kegiatan satu tahun berikutnya
sudah harus selesai disusun dan disampaikan oleh Kepala Biro Perasuransian
kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan paling lambat
tanggal 15 Desember. Rencana tersebut mencakup rencana pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian dan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang
dilakukan terhadap perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, perusahaan
pialang asuransi, dan perusahaan pialang reasuransi. Rencana kegiatan
pemeriksaan tahunan tersebut berfungsi sebagai pedoman penggunaan sumber
daya manusia, anggaran, dan waktu untuk kegiatan pemeriksaan selama satu tahun
anggaran serta tolok ukur kinerja kegiatan pemeriksaan selama satu tahun
anggaran.
33..11..11.. RReennccaannaa PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr PPeerruussaahhaaaann PPeerraassuurraannssiiaann
RRRencana pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian disusun
oleh bagian pemeriksaan perusahaan perasuransian. Penyusunan rencana
kegiatan pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian tahunan sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Daftar perusahaan perasuransian yang akan dilakukan pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian secara berkala untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222288888888
b. Pertimbangan terhadap perusahaan perasuransian yang dipilih untuk masuk
dalam daftar perusahaan perasuransian yang akan dilakukan pemeriksaan di
kantor perusahaan perasuransian secara berkala.
c. Jumlah perusahaan perasuransian yang dicadangkan untuk dilakukan
pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian setiap waktu.
d. Jumlah kantor cabang perusahaan perasuransian di beberapa kota di
Indonesia yang dialokasikan untuk diperiksa sebagai bagian pemeriksaan di
kantor perusahaan perasuransian secara berkala.
e. Jumlah kantor cabang perusahaan perasuransian di beberapa kota di
Indonesia yang dicadangkan untuk dilakukan pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian setiap waktu.
Contoh Rencana Pemeriksaan terlampir dalam Lampiran II.
Rencana pemeriksaan tahunan di kantor perusahaan perasuransian
tersebut di atas disampaikan oleh Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian kepada Kepala Biro Perasuransian dan seluruh Kepala Bagian di
lingkungan Biro Perasuransian paling lambat pada awal bulan Desember. Kepala
Biro Perasuransian mengadakan rapat dengan seluruh Kepala Bagian di
lingkungan Biro Perasuransian dengan agenda rapat yaitu rencana pemeriksaan
tahunan. Penetapan rencana pemeriksaan tahunan di kantor perusahaan
perasuransian dilakukan oleh Kepala Biro Perasuransian setelah dilakukan
rapat antara Kepala Biro Perasuransian dan para kepala bagian di lingkungan
Biro Perasuransian.
Kepala Biro Perasuransian memberitahukan kepada perusahaan
perasuransian yang masuk dalam daftar perusahaan perasuransian yang akan
diperiksa dalam pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian secara
berkala paling lambat tanggal 31 Januari tahun yang bersangkutan.
33..11..22.. RReennccaannaa PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
RRRencana pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian disusun oleh
masing-masing bagian di lingkungan Biro Perasuransian. Rencana pemeriksaan
tersebut mencakup:
a. Rencana pemeriksaan yang bersifat tematik.
b. Jumlah perusahaan perasuransian yang dicadangkan untuk dilakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian sebagai tindaklanjut proses
analisis.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
2222222299999999
c. Jumlah perusahaan perasuransian yang dicadangkan untuk dilakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian karena alasan khusus seperti
tindaklanjut dari pengaduan.
Pemeriksaan tematik dilakukan apabila pemeriksaan dimaksud
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian tertentu khususnya dalam rangka
memastikan pemenuhan kewajiban perusahaan perasuransian kepada
tertanggung.
Rencana pemeriksaan tematik disampaikan kepada Kepala Biro
Perasuransian dalam bentuk Nota Dinas dengan tembusan kepada seluruh
kepala bagian di lingkungan Biro Perasuransian. Di dalam Nota Dinas sekurang-
kurangnya harus disampaikan tujuan pemeriksaan dan hasil yang ingin dicapai,
jumlah perusahaan perasuransian yang masuk di dalam daftar sampling, dan
rencana pelaksanaan. Pengajuan usulan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian tersebut harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan proposal
pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
a. Latar belakang dibutuhkannya pemeriksaan termasuk di dalamnya analisis
mengenai kondisi yang ada.
b. Tujuan pemeriksaan.
c. Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemeriksaan.
d. Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
1) Tujuan pemeriksaan.
2) Ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran mengenai aspek
penyelenggaraan usaha yang akan diperiksa.
3) Data dan informasi yang dibutuhkan.
4) Waktu pelaksanaan pemeriksaan.
e. Daftar perusahaan perasuransian yang menjadi sampling.
Penetapan usulan pemeriksaan bersifat tematik dilakukan oleh Kepala
Biro Perasuransian setelah dilakukan rapat antara Kepala Biro Perasuransian
dan para kepala bagian di lingkungan Biro Perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333300000000
33..22.. TTAATTAA CCAARRAA PPEENNEENNTTUUAANN OOBBJJEEKK PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
33..22..11.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr PPeerruussaahhaaaann PPeerraassuurraannssiiaann
OOObjek pemeriksaan adalah seluruh perusahaan asuransi, perusahaan
reasuransi, perusahaan pialang asuransi, dan perusahaan pialang reasuransi.
Objek pemeriksaan dapat merupakan objek pemeriksaan secara berkala
maupun pemeriksaan setiap waktu.
Penentuan objek pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian
secara berkala yang masuk dalam daftar perusahaan perasuransian yang akan
diperiksa di kantor perusahaan perasuransian secara berkala untuk 1 (satu)
tahun berikutnya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Ketersediaan jumlah pemeriksa dan jumlah tim pemeriksaan yang dapat
dibentuk dengan jumlah pemeriksa yang tersedia.
b. Jumlah pemeriksaan yang dapat dilakukan setiap bulannya dengan
mempertimbangkan ketersediaan jumlah tim pemeriksaan yang dapat
dibentuk.
c. Perusahaan perasuransian yang masuk daftar skala prioritas yang diusulkan
dengan mempertimbangkan:
1) Tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan perasuransian. Pertimbangan
mengenai tingkat risiko tersebut antara lain diperoleh dari hasil analisis
yang dilakukan oleh masing-masing bagian di lingkungan Biro
Perasuransian khususnya hasil analisis terhadap laporan triwulanan dan
tahunan serta informasi lainnya yang diperoleh bagian pemeriksaan dari
hasil pemeriksaan periode sebelumnya.
2) Penetapan oleh Kepala Biro yang disertai dengan pertimbangan tingkat
urgensinya.
3) Usulan dari bagian lain untuk melakukan pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian dengan ruang lingkup pemeriksaan untuk
aspek tertentu yang disertai dengan pertimbangan tingkat urgensinya.
4) Terdapat keterkaitan afiliasi dengan perusahaan perasuransian yang
masuk dalam skala prioritas.
g. Pemantauan terhadap pelaksanaan rekomendasi hasil pemeriksaan
sebelumnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333311111111
Sedangkan penentuan obyek pemeriksaan setiap waktu dilakukan
berdasarkan instruksi khusus yang tidak dapat ditentukan sebelumnya pada
saat dilakukan penyusunan rencana kegiatan pemeriksaan tahunan. Instruksi
khusus tersebut dapat berasal dari Menteri Keuangan, Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Kepala Biro Perasuransian. Ruang
lingkup pemeriksaan setiap waktu dapat mencakup seluruh aspek pemeriksaan
atau aspek tertentu saja sesuai dengan instruksi tersebut. Instruksi khusus
dikeluarkan dengan pertimbangan antara lain:
aa.. IInnffoorrmmaassii PPiihhaakk KKeettiiggaa
Informasi dari pihak ketiga dapat sebagai dasar dilakukannya
pemeriksaan setiap waktu. Informasi tersebut dapat berupa laporan
pengaduan secara tertulis maupun tidak tertulis atas perusahaan
perasuransian. Terhadap informasi dari pihak ketiga tersebut perlu dilakukan
check dan cross check agar dapat diketahui tingkat kebenaran dan
keakuratannya, sehingga dapat dipakai sebagai dasar pemilihan objek
pemeriksaan setiap waktu.
bb.. HHaassiill aannaalliissiiss
Hasil analisis merupakan informasi yang diperoleh dari analisis yang
dilakukan oleh masing-masing bagian di lingkungan Biro Perasuransian. Apabila
dari hasil analisis dipandang perlu untuk dilakukan pemeriksaan setiap waktu,
maka masing-masing kepala bagian di lingkungan Biro Perasuransian
mengajukan usulan pemeriksaan setiap waktu kepada Kepala Biro
Perasuransian. Selanjutnya, apabila sependapat dengan usulan tersebut,
Kepala Biro Perasuransian akan mengeluarkan instruksi untuk melakukan
pemeriksaan setiap waktu.
Pemeriksaan setiap waktu juga dapat dilakukan sebagai tindak lanjut
dari pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
Berdasarkan daftar perusahaan perasuransian yang akan dilakukan
pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian secara berkala untuk 1 (satu)
tahun berikutnya, pada setiap awal bulan dibuat rencana pemeriksaan untuk
bulan yang bersangkutan. Selain itu, penetapan rencana pemeriksaan bulanan
mempertimbangkan pula adanya perintah untuk melakukan pemeriksaan di
kantor perusahaan perasuransian setiap waktu.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333322222222
33..22..11.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
PPPemilihan perusahaan perasuransian yang akan diperiksa
berdasarkan pemeriksaan tematik dilakukan dengan prioritas untuk perusahaan
perasuransian yang tidak termasuk dalam daftar perusahaan perasuransian
dalam rencana pemeriksaan tahunan di kantor perusahaan perasuransian.
Berkenaan dengan skala prioritas tersebut, penyusunan rencana pemeriksaan
tematik harus mempertimbangkan daftar perusahaan perasuransian yang
masuk dalam rencana pemeriksaan tahunan di kantor perusahaan
perasuransian, termasuk ruang lingkup pemeriksaan yang direncanakan. Namun
demikan, dengan pertimbangan tertentu, di dalam rencana pemeriksaan tematik
tersebut dimungkinkan adanya perusahaan perasuransian yang juga masuk di
dalam rencana pemeriksaan tahunan di kantor perusahaan perasuransian.
Usulan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang diajukan oleh
bagian-bagian di lingkungan Biro Perasuransian untuk pemeriksaan sebagai
tindak lanjut dari proses analisis atau pemeriksaan dengan alasan khusus
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis
terhadap laporan periodik yang disampaikan atau analisis terhadap
permohonan pengesahan cadangan premi dilakukan apabila:
1) Diperlukan penjelasan lebih lanjut dari perusahaan perasuransian untuk
aspek tertentu dari laporan periodik dan/atau cadangan premi yang
dimohonkan pengesahannya.
2) Patut diduga bahwa terdapat ketidakwajaran di dalam laporan periodik
yang disampaikan perusahaan perasuransian dan atau ketidakwajaran
angka cadangan premi yang dimohonkan pengesahannya.
b. Pemeriksaan lainnya dilakukan apabila terdapat alasan khusus yang
mendasari perlunya dilakukan pemeriksaan tersebut antara lain dalam
rangka menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan tertanggung bahwa
perusahaan perasuransian yang akan diperiksa diduga tidak menjalankan
praktik usaha yang sehat dan/atau tidak memenuhi kewajiban kepada
tertanggung.
Pemilihan perusahaan perasuransian yang akan diperiksa sebagai
tindak lanjut analisis terhadap laporan periodik yang disampaikan atau analisis
terhadap perhtungan cadangan premi serta pemeriksaan dengan alasan khusus
dilakukan dengan prioritas untuk perusahaan perasuransian yang tidak
termasuk dalam daftar perusahaan perasuransian yang akan diperiksa di kantor
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333333333333
perusahaan yang bersangkutan pada tahun berjalan. Berkenaan dengan skala
prioritas tersebut, bagian-bagian di lingkungan Biro Perasuransian harus
mempertimbangkan daftar perusahaan perasuransian yang akan diperiksa di
kantor perusahaan yang bersangkutan pada tahun berjalan yang telah
ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian, termasuk ruang lingkup
pemeriksaan yang direncanakan. Namun demikan, dengan pertimbangan
tertentu, bagian-bagian di lingkungan Biro Perasuransian dapat mengajukan
usulan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian sebagai tindak lanjut dari
proses analisis terhadap laporan periodik yang disampaikan atau analisis
terhadap perhitungan cadangan premi serta pemeriksaan dengan alasan khusus
terhadap perusahaan perasuransian yang masuk dalam daftar perusahaan
perasuransian yang akan diperiksa di kantor perusahaan yang bersangkutan
pada tahun berjalan.
Untuk pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang dilakukan
sebagai tindak lanjut dari proses analisis terhadap laporan periodik yang
disampaikan atau analisis terhadap perhitungan cadangan premi serta
pemeriksaan lainnya, usulan pemeriksaan disampaikan kepada Kepala Biro
Perasuransian dalam bentuk Nota Dinas dengan tembusan kepada Kepala
Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Di dalam Nota Dinas sekurang-
kurangnya harus disampaikan tujuan pemeriksaan dan permasalahan yang
menjadi penyebab diperlukannya pemeriksaan dimaksud. Pengajuan usulan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian tersebut harus dilengkapi sekurang-
kurangnya dengan:
a. Kertas kerja analisis yang memuat mengenai permasalahan yang menjadi
penyebab diperlukannya pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian. Kertas
kerja yang disampaikan merupakan kertas kerja yang telah memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam manual mengenai analisis.
b. Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya mencakup tujuan
pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran
mengenai aspek laporan atau cadangan premi yang akan diperiksa, serta
data dan informasi yang dibutuhkan. Program pemeriksaan tersebut dibuat
oleh analis dan ditetapkan oleh kepala sub bagian yang menangani.
c. Konsep surat pemberitahuan pemeriksaan yang ditetapkan oleh Kepala Biro
Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan yang paling kurang memuat:
1) permasalahan yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan pemeriksaan
di kantor Biro Perasuransian;
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333344444444
2) permintaan data atau dokumen yang dibutuhkan;
3) waktu pelaksanaan pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian; dan
4) pegawai Biro Perasuransian yang akan melakukan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian.
Usulan pemeriksaan harus disampaikan kepada Kepala Biro
Perasuransian paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan
pemeriksaan dimulai.
33..33.. TTAATTAA CCAARRAA PPEENNEENNTTUUAANN TTIIMM PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
33..33..11.. TTiimm PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr PPeerruussaahhaaaann PPeerraassuurraannssiiaann
TTTim pemeriksaan dibentuk setiap akan dilakukan pemeriksaan
terhadap perusahaan perasuransian di kantor perusahaan perasuransian.
Penentuan pemeriksa yang masuk dalam tim pemeriksaan dilakukan oleh
Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian bersama dengan
seluruh kepala sub bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian.
Penentuan pemeriksa dalam tim pemeriksaan dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah pemeriksa di Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
b. Obyek pemeriksaan termasuk ruang lingkup pemeriksaan untuk obyek
tersebut.
c. Kemampuan masing-masing pemeriksa yang ada untuk disesuaikan dengan
obyek pemeriksaan dan ruang lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan.
Secara umum penentuan tim pemeriksaan dilakukan pada setiap awal
bulan. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas ditetapkan tim pemeriksa
yang terdiri dari ketua tim dengan sekurang-kurangnya satu anggota tim
pemeriksaan dan sebanyak-banyaknya empat anggota tim pemeriksaan.
Selanjutnya, tim pemeriksaan tersebut akan melakukan pemeriksaan terhadap
satu atau dua perusahaan perasuransian untuk setiap bulannya. Selain
menetapkan tim pemeriksaan, pada setiap awal bulan juga ditetapkan penyelia
untuk masing-masing tim pemeriksaan tersebut. Penetapan penyelia dan tim
pemeriksaan di bawah supervisi penyelia tersebut tidak harus merupakan
hubungan antara kepala sub bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian dan staf pemeriksa yang menjadi tanggung
jawabnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333355555555
33..33..11.. TTiimm PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
TTTim pemeriksaan yang akan melakukan pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian di kantor Biro Perasuransian baik untuk pemeriksaan
sebagai tindak lanjut proses analisis, pemeriksaan tematik, maupun
pemeriksaan dengan alasan khusus merupakan pegawai atau pejabat struktural
yang secara langsung merupakan person in charge (PIC) untuk perusahaan
perasuransian yang akan diperiksa. Namun demikian, dengan pertimbangan
tertentu seperti kemampuan masing-masing PIC yang ada untuk disesuaikan
dengan obyek pemeriksaan dan ruang lingkup pemeriksaan yang akan
dilakukan, Kepala Bagian dapat menunjuk pegawai lain dalam lingkungan
bagian tersebut untuk melakukan pemeriksaan dimaksud. Dengan penunjukan
Kepala Biro Perasuransian, pemeriksa pada bagian pemeriksaan perusahaan
perasuransian dapat pula ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian.
33..44.. TTAATTAA CCAARRAA PPEENNEENNTTUUAANN WWAAKKTTUU PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
JJJumlah hari pelaksanaan pemeriksaan ditentukan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan, jenis perusahaan perasuransian,
jumlah aset dan kewajiban perusahaan perasuransian, dan hasil analisis
pendahuluan.
Secara umum pemeriksaan di kantor perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi dengan ruang lingkup pemeriksaan yang mencakup seluruh aspek
pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu selama kurang lebih 20 (dua puluh) hari
kerja atau satu bulan kalender. Periode pemeriksaan tersebut mencakup pula
pemeriksaan terhadap kantor cabang atau kantor pemasaran perusahaan
perasuransian yang bersangkutan yang dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
kerja. Sedangkan pemeriksaan di kantor perusahaan pialang asuransi dan
perusahaan pialang reasuransi atau pemeriksaan di kantor perusahaan
perasuransian dengan ruang lingkup pemeriksaan aspek tertentu dilakukan dengan
jangka waktu selama kurang lebih 10 (dua puluh) hari kerja atau 15 (lima belas) hari
kalender.
Sementara itu, secara umum jumlah hari pelaksanaan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian membutuhkan yang lebih pendek dibandingkan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan di kantor perusahaan
perasuransian. Pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian membutuhkan waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja untuk setiap pemeriksaan terhadap satu perusahaan
perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333366666666
33..55.. WWAAKKTTUU YYAANNGG DDIIBBUUTTUUHHKKAANN UUNNTTUUKK MMEELLAAKKUUKKAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
33..55..11.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr PPeerruussaahhaaaann PPeerraassuurraannssiiaann
WWWaktu yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan perusahaan
perasuransian adalah sebagai berikut:
aa.. PPeerrssiiaappaann ppeemmeerriikkssaaaann
Tahap ini merupakan tahap persiapan yang dilakukan oleh staf
pemeriksa di lingkungan Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
yang akan masuk dalam tim pemeriksaan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perusahaan perasuransian yang terdiri dari kegiatan antara lain
melakukan analisis pendahuluan, mengusulkan program audit, menyiapkan
daftar kuesioner dan permintaan dokumen awal yang akan disampaikan
kepada perusahaan perasuransian, serta menyiapkan surat perintah
pemeriksaan, surat tugas, dan surat pemberitahuan pemeriksaan. Tahap
persiapan harus sudah harus selesai dilakukan 7 (tujuh) hari kerja sebelum
dilakukan pemeriksaan lapangan.
Staf pemeriksa kemudian menyampaikan dokumen-dokuemn
tersebut di atas kepada kepala sub bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian yang akan menjadi penyelia untuk tim
pemeriksaan dimaksud. Setelah meneliti dan melakukan koreksi yang
diperlukan, kepala sub bagian tersebut menyampaikan dokumen-dokumen
tersebut kepada Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
Selanjutnya, setelah meneliti dan melakukan koreksi yang diperlukan, Kepala
Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian tersebut menyampaikan
dokumen-dokumen tersebut kepada Kepala Biro Perasuransian untuk
memperoleh penetapan terhadap surat perintah pemeriksaan, surat tugas,
dan surat pemberitahuan pemeriksaan. Surat pemberitahuan pemeriksaan
yang dilengkapi dengan daftar kuesioner dan permintaan dokumen awal
sudah harus disampaikan kepada perusahaan perasuransian yang akan
diperiksa sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum dilakukannya
pemeriksaan lapangan.
bb.. PPeemmeerriikkssaaaann llaappaannggaann
Pemeriksaan lapangan merupakan tahap pelaksanaan pemeriksaan
di kantor perusahaan perasuransian. Secara umum, jangka waktu yang
diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan lapangan terdiri dari:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333377777777
1) Pemeriksaan terhadap perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
dengan ruang lingkup seluruh aspek pemeriksaan kurang lebih selama 20
(dua puluh) hari kerja.
2) Pemeriksaan terhadap perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
dengan ruang lingkup aspek pemeriksaan tertentu kurang lebih selama 10
(sepuluh) hari kerja.
2) Pemeriksaan terhadap perusahaan pialang asuransi atau perusahaan
pialang reasuransi kurang lebih selama 10 (sepuluh) hari kerja.
3) Pemeriksaan terhadap kantor cabang perusahaan perasuransian kurang
lebih selama 3 (tiga) hari kerja.
Penentuan jumlah hari kerja pemeriksaan lapangan dilakukan
bersama-sama antara Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian dan para kepala sub bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian.
cc.. PPeennyyuussuunnaann LLaappoorraann
Penyusunan laporan terdiri dari penyusunan laporan hasil
pemeriksaan sementara dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan final.
1) Proses penyusunan laporan hasil pemeriksaan sementara paling lambat
sudah harus diselesaikan 30 (tiga puluh) hari kerja setelah pemeriksaan
lapangan selesai.
2) Proses pembahasan atas tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan
Sementara sudah harus diselesaikan 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya surat tanggapan.
3) Proses penyusunan laporan hasil pemeriksaan final sudah harus
diselesaikan 20 (dua puluh) hari kerja setelah selesainya pembahasan.
Untuk pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian yang tidak
memberikan tanggapan terhadap laporan hasil pemeriksaan sementara,
proses penyusunan laporan hasil pemeriksaan final sudah harus
diselesaikan 20 (dua puluh) hari kerja setelah berakhirnya batas waktu
penyampaian tanggapan.
33..55..22.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
WWWaktu yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian sebagai berikut:
aa.. PPeerrssiiaappaann ppeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333388888888
11)) PPeemmeerriikkssaaaann ddii kkaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann yyaanngg ddiillaakkuukkaann sseebbaaggaaii ttiinnddaakk
llaannjjuutt ddaarrii pprroosseess aannaalliissiiss sseerrttaa ppeemmeerriikkssaaaann llaaiinnnnyyaa
Untuk pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang dilakukan
sebagai tindak lanjut dari proses analisis terhadap laporan periodik yang
disampaikan atau analisis terhadap perhitungan cadangan premi serta
pemeriksaan lainnya, usulan pemeriksaan disampaikan kepada Kepala
Biro Perasuransian dalam bentuk Nota Dinas dengan tembusan kepada
Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Di dalam Nota
Dinas sekurang-kurangnya harus disampaikan tujuan pemeriksaan dan
permasalahan yang menjadi penyebab diperlukannya pemeriksaan
dimaksud. Pengajuan usulan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian
tersebut harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan:
a) Kertas kerja analisis yang memuat mengenai permasalahan yang
menjadi penyebab diperlukannya pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian. Kertas kerja yang disampaikan merupakan kertas kerja
yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam manual
mengenai analisis.
b) Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya mencakup tujuan
pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran
mengenai aspek laporan atau cadangan premi yang akan diperiksa,
serta data dan informasi yang dibutuhkan. Program pemeriksaan
tersebut dibuat oleh analis dan ditetapkan oleh kepala sub bagian yang
menangani.
c) Konsep surat pemberitahuan pemeriksaan yang ditetapkan oleh Kepala
Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan yang paling kurang memuat:
(1) permasalahan yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian;
(2) permintaan data atau dokumen yang dibutuhkan;
(3) waktu pelaksanaan pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian; dan
d) pegawai Biro Perasuransian yang akan melakukan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian.
Usulan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang dilakukan
sebagai tindak lanjut dari proses analisis terhadap laporan periodik yang
disampaikan atau analisis terhadap perhitungan cadangan premi serta
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
3333333399999999
pemeriksaan lainnyaharus disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian
paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan pemeriksaan dimulai.
Apabila Kepala Biro Perasuransian menyetujui usulan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian tersebut, surat pemberitahuan pemeriksaan
harus disampaikan kepada perusahaan perasuransian yang akan diperiksa
paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum dilakukan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian.
22)) PPeemmeerriikkssaaaann ddii kkaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann yyaanngg mmeerruuppaakkaann ppeemmeerriikkssaaaann
tteemmaattiikk
Untuk pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian yang merupakan
pemeriksaan tematik, usulan pemeriksaan disampaikan kepada Kepala
Biro Perasuransian dalam bentuk Nota Dinas dengan tembusan kepada
seluruh kepala bagian di lingkungan Biro Perasuransian. Di dalam Nota
Dinas sekurang-kurangnya harus disampaikan tujuan pemeriksaan dan
hasil yang ingin dicapai, jumlah perusahaan perasuransian yang masuk di
dalam daftar sampling, dan rencana pelaksanaan.
Pengajuan usulan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian
tersebut harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan proposal
pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
a) Latar belakang dibutuhkannya pemeriksaan termasuk di dalamnya
analisis mengenai kondisi yang ada.
b) Tujuan pemeriksaan.
c) Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemeriksaan.
d) Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
(1) Tujuan pemeriksaan.
(2) Ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran mengenai
aspek penyelenggaraan usaha yang akan diperiksa.
(3) Data dan informasi yang dibutuhkan.
(4) Waktu pelaksanaan pemeriksaan.
e) Daftar perusahaan perasuransian yang menjadi sampling.
Penetapan terhadap usulan pemeriksaan bersifat tematik tersebut
dilakukan oleh Kepala Biro Perasuransian setelah dilakukan rapat antara
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444400000000
Kepala Biro Perasuransian dan para kepala bagian di lingkungan Biro
Perasuransian.
Apabila usulan tersebut mendapat persetujuan dari Kepala Biro
Perasuransian, paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian, bagian yang mengusulkan
pemeriksaan tematik dimaksud menyampaikan kembali nota dinas kepada
Kepala Biro Perasuransian dengan tembusan kepada Kepala Bagian
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian untuk menyampaikan konsep
surat pemberitahuan pemeriksaan. Konsep surat pemberitahuan
pemeriksaan tersebut merupakan surat yang ditetapkan oleh Kepala Biro
Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan yang paling kurang memuat:
a) Latar belakang yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dan tujuan pemeriksaan.
b) Permintaan data atau dokumen yang dibutuhkan.
c) Waktu pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
d) Pegawai Biro Perasuransian yang akan melakukan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian.
Surat pemberitahuan pemeriksaan harus disampaikan kepada
perusahaan perasuransian yang akan diperiksa paling lama 3 (tiga) hari
kerja sebelum dilakukan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
bb.. PPeellaakkssaannaaaann ppeemmeerriikkssaaaann
Pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dilaksanakan oleh
pegawai Biro Perasuransian yang ditunjuk sebagaimana tercantum dalam
surat pemberitahuan pemeriksaan, dan dilaksanakan pada waktu yang telah
ditentukan di dalam surat pemberitahuan pemeriksaan. Pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) hari kerja. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan pada tanggal yang
berurutan atau dengan jeda tertentu. Penentuan lama pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan objek pemeriksaan dan ditentukan oleh masing-masing bagian
yang mengusulkan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
cc.. PPeennyyuussuunnaann hhaassiill ppeemmeerriikkssaaaann
Berdasarkan pemeriksaan, pegawai Biro Perasuransian yang
melakukan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian membuat laporan hasil
pemeriksaan dalam bentuk konsep surat Kepala Biro Perasuransian atas
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444411111111
nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada
direksi perusahaan perasuransian yang diperiksa yang sekurang-kurangnya
memuat:
1) Tujuan pemeriksaan.
2) Kesimpulan hasil pemeriksaan.
3) Jika diperlukan, rekomendasi kepada perusahaan perasuransian yang
diperiksa untuk melakukan perbaikan atas pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang
dilakukan oleh Perusahaan Perasuransian yang diperiksa dan/atau
perbaikan terhadap aspek penyelenggaraan kegiatan usaha tertentu yang
tidak sesuai dengan praktik penyelenggaraan usaha perasuransian yang
sehat.
Konsep surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengenai hasil pemeriksaan
tersebut disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian oleh kepala bagian
yang mengusulkan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian disertai dengan
Nota Dinas yang memberikan penjelasan sekurang-kurangnya mengenai
tujuan pemeriksaan, waktu pelaksanaan pemeriksaan, kesimpulan
pemeriksaan, dan jika diperlukan rekomendasi kepada perusahaan
perasuransian yang diperiksa.
Nota Dinas mengenai laporan hasil pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian dengan
tembusan kepada Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
Sedangkan untuk pemeriksaan tematik, Nota Dinas mengenai laporan hasil
pemeriksaan tersebut disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian
dengan tembusan kepada seluruh kepala bagian di lingkungan Biro
Perasuransian.
Hasil pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian disampaikan kepada
perusahaan perasuransian yang diperiksa dalam waktu paling lama 15 (lima
belas) hari kerja sejak berakhirnya pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian.
Apabila berdasarkan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian,
pegawai Biro Perasuransian yang melakukan pemeriksaan tidak dapat
menyusun kesimpulan pemeriksaan karena data, dokumen, dan/atau
keterangan dari perusahaan perasuransian yang diperiksa atau pihak lain
tidak dapat memberikan dasar yang cukup bagi pegawai Biro Perasuransian
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444422222222
tersebut untuk membuat kesimpulan atas hasil pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian, kepala bagian yang mengusulkan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian mengajukan usulan kepada Kepala Biro Perasuransian untuk
menindaklanjuti pemeriksaan tersebut dengan pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian.
Usulan tersebut disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian
melalui Nota Dinas dengan tembusan kepada Kepala Bagian Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian. Di dalam Nota Dinas tersebut sekurang-
kurangnya harus diuraikan pertimbangan, alasan, atau permasalahan yang
menjadi penyebab tidak dapat disusunnya kesimpulan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian serta usulan untuk melakukan pemeriksaan di kantor
perusahaan perasuransian. Melalui Nota Dinas yang sama, disampaikan pula
konsep surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang menyampaikan penjelasan bahwa
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian akan ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan di kantor perusahaan perasuransian yang bersangkutan.
33..66.. DDOOKKUUMMEENN UUNNTTUUKK PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
33..66..11.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr PPeerruussaahhaaaann PPeerraassuurraannssiiaann
SSSebelum dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian,
Kepala Biro Perasuransian menerbitkan surat perintah pemeriksaan, surat
pemberitahuan pemeriksaan, dan surat tugas. Surat-surat tersebut harus sudah
ditetapkan oleh Kepala Biro Perasuransian selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
kerja sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
Biro Perasuransian akan memberitahukan kepada perusahaan yang
akan diperiksa tentang rencana pemeriksaan terhadap perusahaan dimaksud
dengan mengirimkan surat pemberitahuan pemeriksaan yang dilengkapi daftar
kuesioner dan permintaan dokumen awal. Surat tersebut tersebut sudah harus
diterima oleh perusahaan paling lambat sebelum pelaksanaan pemeriksaan
lapangan. Contoh format surat perintah pemeriksaan dan surat pemberitahuan
pemeriksaan terdapat dalam Lampiran III dan Lampiran IV.
Dalam melakukan pemeriksaan, tim pemeriksaan dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan (SPP), Surat Tugas (ST) Pemeriksaan, dan Tanda
Pengenal Pemeriksa. Perusahaan dapat menolak dilakukannya pemeriksaan,
jika Tim Pemeriksaan tidak dapat menunjukkan SPP dan ST tersebut. Contoh
format Surat Tugas terdapat dalam Lampiran V.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEERRRRRRRREEEEEEEENNNNNNNNCCCCCCCCAAAAAAAANNNNNNNNAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444433333333
33..66..22.. PPeemmeerriikkssaaaann DDii KKaannttoorr BBiirroo PPeerraassuurraannssiiaann
SSSebelum dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian
di kantor Biro Perasuransian, Kepala Biro Perasuransian menerbitkan surat
pemberitahuan pemeriksaan. Surat tersebut harus sudah ditetapkan oleh
Kepala Biro Perasuransian selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum
pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444444444444
BBAABB
IIVV DDOOKKUUMMEENN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
BBerkas pemeriksaan merupakan data, kertas kerja, laporan pemeriksaan
dan semua dokumen yang berhubungan dengan kegiatan pemeriksaan. Dokumen
tersebut merupakan bukti otentik pelaksanaan pemeriksaan dan sebagai dasar
dalam pembuatan laporan hasil pemeriksaan. Selain itu, berkas pemeriksaan dapat
digunakan oleh Penyelia dan Koordinator untuk penilaian kinerja pemeriksa. Agar
berkas pemeriksaan mudah diperoleh kembali jika dibutuhkan, penyimpanannya
perlu dilakukan dengan tertib dan teratur.
44..11.. PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
44..11..11.. KKllaassiiffiikkaassii BBeerrkkaass PPeemmeerriikkssaaaann
BBBerkas pemeriksaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berkas Umum.
b. Kertas Kerja Pemeriksaan.
c. Dokumen Pendukung Kertas Kerja Pemeriksaan.
d. Laporan Hasil Pemeriksaan.
44..11..11..11.. BBeerrkkaass UUmmuumm
BBBerkas umum merupakan dokumen-dokumen administratif
yang dibuat dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Berkas
umum mencakup:
44..11..11..11..11.. SSuurraatt PPeemmbbeerriittaahhuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
SSSurat Pemberitahuan Pemeriksaan adalah surat
pemberitahuan dari Kepala Biro Perasuransian kepada direksi
perusahaan perasuransian mengenai rencana pemeriksaan
terhadap perusahaan dimaksud. Surat tersebut sudah harus
diterima perusahaan sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
Tembusan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dikirimkan
kepada Ketua Badan dan Sekretaris Badan.
44..11..11..11..22.. SSuurraatt PPeerriinnttaahh PPeemmeerriikkssaaaann
SSSurat Perintah Pemeriksaan merupakan surat
perintah Kepala Biro Perasuransian kepada Tim Pemeriksaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444455555555
untuk melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan
Perasuransian tertentu. Informasi yang harus dimuat dalam
Surat Perintah Pemeriksaan sekurang-kurangnya adalah nomor
dan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan, nama dan NIP
Koordinator, nama dan NIP Penyelia, nama dan NIP Ketua dan
Anggota Tim Pemeriksa, nama dan alamat Perusahaan
Perasuransian yang akan diperiksa, jenis pemeriksaan, tujuan
pemeriksaan, dan periode kegiatan yang diperiksa. Tembusan
Surat Perintah Pemeriksaan dikirimkan kepada Ketua Badan
dan Sekretaris Badan.
44..11..11..11..33.. SSuurraatt TTuuggaass aattaauu ccooppyy SSuurraatt PPeerriinnttaahh
PPeerrjjaallaannaann DDiinnaass
SSSurat Tugas atau Surat Perintah Perjalanan Dinas
dibuat untuk keperluan administratif guna mendapatkan
penggantian biaya perjalanan dinas dari Sekretariat Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Untuk
pemeriksaan Perusahaan Perasuransian yang berlokasi di
Jakarta, Tangerang, dan Bekasi digunakan Surat Tugas,
sementara untuk pemeriksaan Perusahaan Perasuransian di
kota-kota lain digunakan Surat Perintah Perjalanan Dinas.
Surat Tugas ditandatangani oleh Kepala Biro
Perasuransian dan berisi informasi mengenai nomor dan
tanggal Surat Tugas, nama dan NIP Penyelia Pemeriksaan,
nama dan NIP Ketua dan Anggota Tim Pemeriksa. Tembusan
Surat Tugas disampaikan kepada Sekretaris Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kepala Bagian
Kepegawaian, Kepala Bagian Umum, dan Kepala Bagian
Keuangan.
Surat Perintah Perjalanan Dinas disiapkan oleh Bagian
Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan. Untuk mendapatkan Surat Perintah Perjalanan
Dinas, Kepala Biro Perasuransian mengajukan surat
permohonan perjalanan dinas. Surat permohonan ini dikirimkan
kepada Sekretaris Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, dengan tembusan kepada Kepala Bagian
Kepegawaian, Kepala Bagian Keuangan, dan Kepala Bagian
Umum. Surat permohonan perjalanan dinas dibuat sesuai
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444466666666
dengan standar yang dipakai di lingkungan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
44..11..11..11..44.. SSuurraatt PPeenngghheennttiiaann PPeemmeerriikkssaaaann
SSSurat Penghentian Pemeriksaan dikeluarkan apabila
berdasarkan pemeriksaan pendahuluan pemeriksa
menyimpulkan bahwa pemeriksaan tidak dapat dilanjutkan.
Format surat penghentian pemeriksaan terdapat dalam
Lampiran VII.
44..11..11..11..55.. AAnnaalliissiiss PPeennddaahhuulluuaann
AAAnalisis Pendahuluan merupakan analisis yang
dilakukan Tim Pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan
untuk mengetahui aspek-aspek pemeriksaan yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Bahan-bahan yang diperlukan
dalam melakukan analisis pendahuluan dapat berasal bagian
lain di Biro Perasuransian atau sumber lain yang dapat
dipercaya. Format Analisis Pendahuluan terdapat dalam
Lampiran VIII.
44..11..11..11..66.. DDaaffttaarr PPeerrmmiinnttaaaann ddaann PPeemmiinnjjaammaann
DDaattaa//DDookkuummeenn
DDDaftar ini merupakan daftar permintaan dan
peminjaman data/dokumen yang dibutuhkan oleh Tim
Pemeriksaan dan disampaikan kepada perusahaan. Daftar ini
berisi rincian data/dokumen yang dibutuhkan, tanggal diberikan
atau kesanggupan perusahaan memberikan data, dan tanggal
pengembalian data. Daftar ini dibuat 2 (dua) rangkap (satu
untuk Tim Pemeriksaan dan satu lagi untuk perusahaan) dan
ditandatangani oleh Ketua Tim Pemeriksaan. Format Daftar
Permintaan dan Peminjaman Data/Dokumen terdapat dalam
Lampiran IX.
44..11..11..11..77.. BBeerriittaa AAccaarraa PPeennoollaakkaann PPeemmeerriikkssaaaann aattaauu
BBeerriittaa AAccaarraa PPeennuunnddaaaann PPeemmeerriikkssaaaann
BBBerita Acara Penolakan Pemeriksaan merupakan
dokumen yang menyatakan bahwa perusahaan menolak
dilakukan pemeriksaan. Dalam hal perusahaan meminta
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444477777777
penundaan pemeriksaan, perusahaan harus menandatangani
Berita Acara Penundaan Pemeriksaan dan mencantumkan
permintaan penundaan dalam Berita Acara tersebut. Berita
Acara tersebut sekurang-kurangnya berisi nama dan alamat
tempat Perusahaan Perasuransian, tanggal Berita Acara, dan
alasan penolakan atau penundaan. Berita Acara ini
ditandatangani oleh Ketua Tim Pemeriksa dan salah satu dari
Direksi Perusahaan Perasuransian. Dalam hal Ketua Tim
Pemeriksa berhalangan sehingga tidak dapat menandatangani,
Berita Acara ini ditandatangani oleh Penyelia Tim Pemeriksaan
atau Anggota Tim Pemeriksa yang ditunjuk oleh Penyelia
Pemeriksaan. Format Berita Acara Penolakan Pemeriksaan
terdapat dalam Lampiran X, sedangkan Berita Acara Penundaan
Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran XI.
44..11..11..11..88.. BBeerriittaa AAccaarraa PPeemmeerriikkssaaaann,, aattaauu BBeerriittaa AAccaarraa
PPeennoollaakkaann PPeennaannddaattaannggaannaann BBeerriittaa AAccaarraa
PPeemmeerriikkssaaaann,, aattaauu PPeerrnnyyaattaaaann PPeennoollaakkaann
PPeennaannddaattaannggaannaann BBeerriittaa AAccaarraa PPeennoollaakkaann
PPeennaannddaattaannggaannaann BBeerriittaa AAccaarraa
PPeemmeerriikkssaaaann
BBBerita Acara Pemeriksaan merupakan dokumen yang
menyatakan bahwa telah dilakukan pemeriksaan terhadap
Perusahaan Perasuransian yang bersangkutan. Berita Acara
Pemeriksaan sekurang-kurangnya berisi nama Perusahaan
Perasuransian, alamat tempat pemeriksaan dilakukan serta
tanggal dimulai dan diakhirinya pemeriksaan. Berita Acara ini
ditandatangani oleh Penyelia dan Ketua Tim Pemeriksaan, serta
Direksi perusahaan setelah berakhirnya pemeriksaan di
kantor Perusahaan Perasuransian. Format Berita Acara
Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran XII.
Berita Acara Penolakan Penandatanganan Berita Acara
Pemeriksaan dibuat apabila pengurus Perusahaan
Perasuransian menolak untuk menandatangani Berita Acara
Pemeriksaan. Berita Acara Pemeriksaan sekurang-kurangnya
berisi nama Perusahaan Perasuransian, alamat tempat
pemeriksaan dilakukan serta tanggal dimulai dan diakhirinya
pemeriksaan. Berita Acara ini ditandatangani oleh Penyelia dan
Ketua Tim Pemeriksaan, serta Direksi perusahaan setelah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444488888888
berakhirnya pemeriksaan di kantor Perusahaan Perasuransian.
Format Berita Acara Penolakan Penandatanganan Berita Acara
Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran XIII.
Pernyataan Penolakan Penandatanganan Berita Acara
Penolakan Penandatanganan Berita Acara Pemeriksaan adalah
pernyataan yang dibuat oleh Tim Pemeriksa dalam hal pengurus
menolak menandatangani Berita Acara Penolakan
Penandatanganan Berita Acara Pemeriksaan. Surat Pernyataan
ini ditandatangani oleh Koordinator, Penyelia, dan Ketua Tim
Pemeriksa. Format Pernyataan Penolakan Penandatanganan
Berita Acara Penolakan Penandatanganan Berita Acara
Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran XIV.
44..11..11..11..99.. SSuurraatt ppeennggaannttaarr LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann
SSeemmeennttaarraa ddaann LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann
FFiinnaall
SSSurat pengantar Laporan Hasil Pemeriksaan
Sementara maupun surat pengantar Laporan Hasil
Pemeriksaan Final ditandatangani oleh Direktur Asuransi, atas
nama Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, dan ditujukan
kepada Direksi Perusahaan Perasuransian. Dalam surat
pengantar Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara harus
diberitahukan tentang jangka waktu penyampaian tanggapan
terhadap laporan dimaksud dan kemungkinan diadakannya
pembahasan apabila Direksi Perusahaan yang diperiksa
keberatan terhadap temuan hasil pemeriksaan yang tertuang
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara.
Contoh Format Surat Pengantar Laporan Hasil
Pemeriksaan Sementara terdapat dalam Lampiran XV dan
format Surat Pengantar Laporan Hasil Pemeriksaan Final
terdapat dalam Lampiran XVI dan XVII.
44..11..11..11..1100.. BBeerriittaa AAccaarraa PPeemmbbaahhaassaann LLaappoorraann HHaassiill
PPeemmeerriikkssaaaann
BBBerita Acara Pembahasan Laporan Hasil
Pemeriksaan dibuat apabila dilakukan pembahasan atas
permintaan Direksi Perusahaan Perasuransian yang keberatan
terhadap temuan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
4444444499999999
Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara. Dokumen ini
menyatakan bahwa pembahasan telah dilakukan dan
menyebutkan tanggal dan tempat dilakukannya pembahasan.
Dokumen ini juga harus dilampiri dengan materi yang dibahas
dan hasil dari pembahasan tersebut.
Berita Acara Pembahasan Laporan Hasil Pemeriksaan
ditandatangani oleh wakil dari Perusahaan Perasuransian dan
wakil dari Tim Pemeriksa pada akhir acara pembahasan.
Format Berita Acara Pembahasan Laporan Hasil
Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran XVIII.
44..11..11..11..1111.. NNoottaa DDiinnaass ppeennggaannttaarr LLaappoorraann HHaassiill
PPeemmeerriikkssaaaann kkeeppaaddaa KKeettuuaa BBaaddaann
NNNota Dinas pengantar Laporan Hasil Pemeriksaan
disampaikan oleh Kepala Biro Perasuransian kepada Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan berisi
laporan mengenai pemeriksaan terhadap Perusahaan
Perasuransian tertentu beserta hasil-hasilnya. Nota Dinas ini
dilampiri ringkasan hasil-hasil pemeriksaan. Nota Dinas
tersebut dibuat untuk pemeriksaan yang bersifat khusus dan
atas instruksi atau informasi dari Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan. Bentuk Nota Dinas ini sesuai
dengan bentuk baku yang telah diterapkan di lingkungan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
44..11..11..11..1122.. LLeemmbbaarr KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaa
LLLembar ini berisi tentang pekerjaan yang telah
dilakukan setiap pemeriksa, tanggal penyelesaian pekerjaan
tersebut, dan kertas kerja yang dihasilkan. Format Lembar
Kerja Pemeriksa terdapat dalam Lampiran XIX.
44..11..11..11..1133.. LLeemmbbaarr MMoonniittoorriinngg
LLLembar Monitoring dibuat oleh Penyelia dan Ketua
Tim Pemeriksaan dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan pemeriksaan. Format Label Monitoring untuk
Penyelia dan Ketua Tim Pemeriksaan terdapat dalam Lampiran
XX dan XXI.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555500000000
44..11..11..11..1144.. SSuurraatt ddaarrii PPeerruussaahhaaaann aattaauu ppiihhaakk llaaiinn
SSSurat dari perusahaan merupakan semua surat yang
berhubungan dengan pemeriksaan dan berasal dari
perusahaan yang diperiksa, misalnya Surat Tanggapan atas
Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara. Sedangkan surat yang
berasal dari pihak lain misalnya adalah balasan surat
konfirmasi.
44..11..11..22.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann
KKKertas Kerja Pemeriksaan merupakan kertas kerja yang
dibuat oleh pemeriksa selama melakukan kegiatan pemeriksaan. Kertas
Kerja Pemeriksaan minimal mencakup semua kertas kerja standar yang
terdapat dalam Lampiran XXII. Kertas Kerja tersebut diberi nomor
indeks dan diparaf oleh Pemeriksa yang membuat kertas kerja dan
Penyelia. Kertas Kerja selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam
membuat Laporan Hasil Pemeriksaan. Dengan demikian semua yang
tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan didukung oleh kertas kerja
pemeriksaan. Secara garis besar Kertas Kerja Pemeriksaan mencakup:
44..11..11..22..11.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeerrssiiaappaann PPeemmeerriikkssaaaann
KKKertas kerja persiapan pemeriksaan, mencakup:
a. Analisis pendahuluan gabungan.
b. Kuisioner.
c. KKP Lain.
44..11..11..22..22.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann SSiisstteemm ddaann
PPrroosseedduurr
KKKertas kerja pemeriksaan aspek sistem dan
prosedur, mencakup: a. KKP sistem dan prosedur akuntansi.
b. KKP sistem dan prosedur underwriting.
c. KKP sistem dan prosedur klaim.
d. KKP sistem dan prosedur investasi.
e. KKP sistem dan prosedur manajemen risiko.
f. KKP sistem dan prosedur penilaian sendiri pelaksanaan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Analisis
Pendahuluan merupakan analisis yang dilakukan Tim
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555511111111
Pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan untuk
mengetahui aspek-aspek pemeriksaan yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Bahan-bahan yang
diperlukan dalam melakukan analisis pendahuluan dapat
berasal bagian lain di Biro Perasuransian atau sumber lain
yang dapat dipercaya. Format Analisis Pendahuluan terdapat
dalam Lampiran VIII.
44..11..11..22..33.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann KKeelleemmbbaaggaaaann
KKKertas kerja pemeriksaan aspek kelembagaan,
mencakup:
a. KKP anggaran dasar.
b. KKP struktur organisasi.
c. KKP permodalan.
d. KKP tenaga asing.
e. KKP tenaga ahli.
f. KKP direksi dan komisaris.
g. KKP kantor cabang, kantor pemasaran, dan kantor lainnya
yang terpisah dari kantor pusat.
h. KKP program pengembangan sumber daya manusia.
i. KKP keanggotaan pada asosiasi.
44..11..11..22..44.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann KKeeuuaannggaann
KKKertas kerja pemeriksaan aspek keuangan untuk
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, mencakup:
a. KKP tingkat solvabilitas.
b. KKP kekayaan.
c. KKP investasi, yang terdiri dari KKP untuk masing-masing
jenis investasi.
d. KKP non investasi, yang terdiri dari KKP untuk masing-
masing jenis non investasi.
e. KKP kewajiban, yang terdiri dari KKP untuk masing-masing
jenis kewajiban.
f. KKP dana jaminan.
g. KKP rasio keuangan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555522222222
Sedangan kertas kerja aspek keuangan untuk
perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang
reasuransi, mencakup:
a. KKP kekayaan.
b. KKP investasi, yang terdiri dari KKP untuk masing-masing
jenis investasi.
c. KKP non investasi, yang terdiri dari KKP untuk masing-
masing jenis non investasi.
d. KKP kewajiban, yang terdiri dari KKP untuk masing-masing
jenis kewajiban.
44..11..11..22..55.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann OOppeerraassiioonnaall
KKKertas kerja pemeriksaan aspek operasional untuk
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, mencakup:
a. KKP pendapatan.
b. KKP beban.
c. KKP produk asuransi.
d. KKP polis.
e. KKP dukungan reasuransi.
f. KKP pembayaran klaim.
g. KKP saluran distribusi pemasaran.
h. KKP penerapan prinsip mengenal nasabah.
Sedangan kertas kerja aspek operasional untuk
perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang
reasuransi, mencakup:
a. KKP pendapatan.
b. KKP beban operasional.
c. KKP perimbangan premi yang ditahan dengan modal sendiri.
d. KKP fungsi pialang.
e. KKP penerapan prinsip mengenal nasabah.
44..11..11..22..66.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann MMaannaajjeemmeenn
KKKertas kerja pemeriksaan aspek manajemen untuk
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, mencakup:
a. KKP hasil underwriting.
b. KKP rasio beban usaha dibandingkan dengan premi neto.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555533333333
c. KKP rasio beban klaim neto dibandingkan dengan premi
neto.
d. KKP rasio hasil investasi.
e. KKP combined ratio.
Sedangkan kertas kerja aspek manajemen untuk
perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang
reasuransi, mencakup:
a. KKP kinerja usaha.
b. KKP efisiensi.
44..11..11..22..77.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann KKaannttoorr CCaabbaanngg
aattaauu KKaannttoorr PPeemmaassaarraann
KKKertas kerja pemeriksaan kantor cabang atau kantor
pemasaran mengungkapkan sekurang-kurangnya mengenai
alamat kantor cabang/kantor pemasaran, izin pembukaan
kantor cabang atau pelaporan kantor pemasaran, keberadaan
pimpinan dan tenaga ahli, struktur organisasi dalam kantor
cabang/kantor pemasaran, dan kondisi infrastruktur kantor
cabang/kantor pemasaran.
44..11..11..22..88.. KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann LLaaiinn--llaaiinn
KKKertas kerja pemeriksaan lain-lain merupakan KKP
untuk pemeriksaan yang tidak termasuk dalam aspek
pemeriksaan tersebut di atas namun merupakan temuan
penting yang harus diungkapkan dalam pemeriksaan untuk
dapat memberikan gambaran yang lebih utuh terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan perasuransian.
44..11..11..33.. DDookkuummeenn PPeenndduukkuunngg KKeerrttaass KKeerrjjaa PPeemmeerriikkssaaaann
KKKelompok berkas ini berisi dokumen-dokumen yang
diperoleh pemeriksa dari berbagai pihak untuk mendukung Kertas Kerja
Pemeriksaan. Pendukung KKP yang perlu dicopy dan dibawa ke kantor
untuk diarsip hanyalah dokumen pendukung yang relevan dengan
kertas kerja pemeriksaan.
44..11..11..44.. LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann
KKKelompok berkas ini terdiri dari:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555544444444
a. Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara.
b. Laporan Hasil Pemeriksaan Final.
Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara maupun Laporan Hasil
Pemeriksaan Final memuat hasil-hasil pemeriksaan yang mencakup
semua aspek yang diperiksa. Hasil-hasil pemeriksaan yang dituangkan
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara dapat disanggah oleh
pengurus Perusahaan Perasuransian yang diperiksa melalui Surat
Tanggapan Tanggapan dan atau pembahasan terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan Sementara. Oleh karena itu Laporan tersebut dapat
dikoreksi. Laporan Hasil Pemeriksaan Final disusun berdasarkan
Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara, Surat Tanggapan Tanggapan
atas Laporan Pemeriksaan Sementara, dan Berita Acara Pembahasan
Temuan Hasil Pemeriksaan.
Format Laporan Hasil pemeriksaan terdapat dalam Lampiran
XXIII.
44..11..22.. PPrroosseedduurr PPeennyyiimmppaannaann
SSSetelah pemeriksaan terhadap Perusahaan Perasuransian selesai
dilakukan (Laporan Hasil Pemeriksaan telah dikirim), pemeriksa wajib
melakukan pengarsipan seluruh berkas pemeriksaan dengan cara yang
sistematis, sehingga berkas pemeriksaan tersebut mudah ditemukan kembali
apabila diperlukan. Dokumen-dokumen elektronik dari satu pemeriksaan harus
disimpan dalam satu direktori yang tidak bercampur dengan dokumen lain pada
jaringan komputer. Berkas pemeriksaan yang berupa dokumen kertas harus
disimpan dalam dua bundel yang terpisah, yaitu:
a. Bundel 1 berisi berkas Umum, Surat dari Perusahaan atau pihak lain, Laporan
Hasil Pemeriksaan Sementara, dan Laporan Hasil Pemeriksaan Final.
b. Bundel 2 berisi Kertas Kerja Pemeriksaan dan dokumen pendukung Kertas
Kerja Pemeriksaan.
Masing-masing bundel dari seluruh pemeriksaan harus dikumpulkan
dalam suatu tempat yang aman dan tersusun rapi.
aaaaaaaa........ BBBBBBBBuuuuuuuunnnnnnnnddddddddeeeeeeeellllllll 11111111
Bundel 1 disusun dengan urutan sebagai berikut:
1) Daftar isi.
2) Analisis pendahuluan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555555555555
3) Program audit.
4) Surat perintah pemeriksaan.
5) Surat pemberitahuan pemeriksaan.
6) Surat tugas atau copy surat perintah perjalanan dinas.
7) Memo untuk peminjaman dan pengembalian dokumen.
8) Berita acara penolakan pemeriksaan atau berita acara penundaan
pemeriksaan.
9) Berita acara penolakan penandatanganan berita acara pemeriksaan.
10) Pernyataan penolakan penandatanganan berita acara penolakan
penandatanganan berita acara pemeriksaan.
12) Berita acara pembahasan temuan hasil pemeriksaan.
13) Rekapitulasi waktu pemeriksaan.
14) Surat tanggapan perusahaan dan surat dari pihak lain.
15) Laporan hasil pemeriksaan sementara dan surat pengantarnya.
16) Laporan hasil pemeriksaan final dan surat pengantarnya.
bbbbbbbb........ BBBBBBBBuuuuuuuunnnnnnnnddddddddeeeeeeeellllllll 22222222
Bundel 2 disusun sesuai dengan urutan Kertas Kerja Pemeriksaan dan
dokumen pendukungnya yaitu sesuai dengan nomor indeks KKP.
44..22.. PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBerkas pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian secara umum terdiri
dari berkas usulan pemeriksaan, berkas pelaksanaan pemeriksaan, dan berkas
laporan hasil pemeriksaan.
aaaaaaaa........ BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaassssssss UUUUUUUUssssssssuuuuuuuullllllllaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Berkas terkait dengan usulan pemeriksaan yang merupakan tindak lanjut
dari proses analisis atau pemeriksaan dengan alasan khusus, terdiri dari:
1) Kertas kerja analisis yang memuat mengenai permasalahan yang menjadi
penyebab diperlukannya pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian. Kertas
kerja yang disampaikan merupakan kertas kerja yang telah memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam manual mengenai analisis.
2) Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya mencakup tujuan
pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran
mengenai aspek laporan atau cadangan premi yang akan diperiksa, serta data
dan informasi yang dibutuhkan. Program pemeriksaan tersebut dibuat oleh
analis dan ditetapkan oleh kepala sub bagian yang menangani.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555566666666
3) Nota Dinas pengajuan usulan pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat
tujuan pemeriksaan dan permasalahan yang menjadi penyebab diperlukannya
pemeriksaan.
4) Surat pemberitahuan pemeriksaan yang ditetapkan oleh Kepala Biro
Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, dan memuat:
a) permasalahan yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian;
b) permintaan data atau dokumen yang dibutuhkan;
c) waktu pelaksanaan pemeriksaan di Kantor Biro Perasuransian; dan
d) pegawai Biro Perasuransian yang akan melakukan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian.
Berkas terkait dengan usulan pemeriksaan tematik, terdiri dari:
1) Proposal pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
a) Latar belakang dibutuhkannya pemeriksaan termasuk di dalamnya analisis
mengenai kondisi yang ada.
b) Tujuan pemeriksaan.
c) Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemeriksaan.
d) Program pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat mengenai:
(1) Tujuan pemeriksaan.
(2) Ruang lingkup pemeriksaan yang memberikan gambaran mengenai
aspek penyelenggaraan usaha yang akan diperiksa.
(3) Data dan informasi yang dibutuhkan.
(4) Waktu pelaksanaan pemeriksaan.
e) Daftar perusahaan perasuransian yang menjadi sampling.
2) Nota Dinas usulan pemeriksaan tematik yang sekurang-kurangnya memuat
tujuan pemeriksaan dan hasil yang ingin dicapai, jumlah perusahaan
perasuransian yang masuk di dalam daftar sampling, dan rencana
pelaksanaan.
3) Nota dinas pengantar konsep surat pemberitahuan pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555577777777
4) Surat pemberitahuan pemeriksaan yang ditetapkan oleh Kepala Biro
Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, dan memuat:
a) Latar belakang yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan pemeriksaan di
kantor Biro Perasuransian dan tujuan pemeriksaan.
b) Permintaan data atau dokumen yang dibutuhkan.
c) Waktu pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
d) Pegawai Biro Perasuransian yang akan melakukan pemeriksaan di kantor
Biro Perasuransian.
bbbbbbbb........ BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaassssssss PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaakkkkkkkkssssssssaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Berkas terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian terdiri dari kertas kerja analisis untuk pemeriksaan yang dilakukan
sebagai bagian dari proses serta pemeriksaan lainnya. Sementara, untuk
pemeriksaan tematik, pelaksanaan pemeriksaan harus dituangkan di dalam
kertas kerja pemeriksaan. Kertas kerja pemeriksaan tematik tersebut disesuaikan
dengan objek atau aspek yang menjadi fokus pemeriksaan. Selain kertas kerja,
berkas lain yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan antara lain adalah
dokumen-dokumen yang diperoleh pemeriksa dari perusahaan perasuransian
yang diperiksa untuk mendukung kertas kerja analisis atau kertas kerja
pemeriksaan.
cccccccc........ BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaassssssss LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Berkas terkait dengan laporan hasil pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian adalah surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada direksi perusahaan
perasuransian yang diperiksa yang sekurang-kurangnya memuat:
1) Tujuan pemeriksaan.
2) Kesimpulan hasil pemeriksaan.
3) Jika diperlukan, rekomendasi kepada perusahaan perasuransian yang
diperiksa untuk melakukan perbaikan atas pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang dilakukan oleh
Perusahaan Perasuransian yang diperiksa dan/atau perbaikan terhadap aspek
penyelenggaraan kegiatan usaha tertentu yang tidak sesuai dengan praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB IIIIIIIIVVVVVVVV DDDDDDDDOOOOOOOOKKKKKKKKUUUUUUUUMMMMMMMMEEEEEEEENNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555588888888
Setelah melakukan pemeriksaan, pegawai Biro Perasuransian yang
melakukan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian wajib menyimpan dokumen
terkait dengan pemeriksaan dengan cara yang sistematis. Untuk pemeriksaan yang
merupakan tindak lanjut dari proses analisis, seluruh dokumen pemeriksaan
disimpan dan merupakan bagian dari berkas analisis. Sedangkan untuk pemeriksaan
tematik dan pemeriksaan lainnya, dokumen pemeriksaan tersebut di atas, disimpan
dalam folder tersendiri.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
5555555599999999
BBAABB
VV PPRROOSSEESS PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
PPProses pemeriksaan merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan terhadap perusahaan perasuransian baik untuk
pemeriksaan yang dilakukan di kantor perusahaan perasuransian maupun
pemeriksaan yang dilakukan di kantor Biro Perasuransian. Proses tersebut dimulai
diterbitkan surat perintah pemeriksaan untuk melakukan pemeriksaan secara
berkala di kantor perusahaan perasuransian atau surat pemberitahuan pemeriksaan
untuk pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
Proses pemeriksaan mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Persiapan Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Lapangan.
3. Pelaporan.
4. Monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan.
55..11.. PPRROOSSEESS PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN AASSUURRAANNSSII DDAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN
RREEAASSUURRAANNSSII
55..11..11.. PPeerrssiiaappaann PPeemmeerriikkssaaaann
PPPersiapan Pemeriksaan merupakan persiapan yang dilakukan Tim
Pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan lapangan untuk memperoleh
pemahaman atas perusahaan yang akan diperiksa dan untuk mengetahui
aspek-aspek pemeriksaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam
tahap ini persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
55555555........11111111........11111111........11111111........ MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaattttttttaaaaaaaa,,,,,,,, IIIIIIIInnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmaaaaaaaassssssssiiiiiiii,,,,,,,, LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,, ddddddddaaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss
ddddddddaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii PPPPPPPPiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaakkkkkkkk IIIIIIIInnnnnnnntttttttteeeeeeeerrrrrrrrnnnnnnnnaaaaaaaallllllll BBBBBBBBiiiiiiiirrrrrrrroooooooo PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
DDData atau dokumen yang diperlukan dalam analisis
pendahuluan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Data perizinan, susunan pengurus dan komisaris, alamat perusahaan
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, pemegang saham,
data sanksi dan data umum lainnya, serta data pengaduan yang
terdapat di Bagian Kelembagaan Perusahaan Perasuransian (Bagian
I).
b. Laporan perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi dan hasil analisis atas laporan dimaksud
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666600000000
yang dilakukan oleh Bagian Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Perasuransian (Bagian II).
c. Laporan operasional perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi, laporan treaty, laporan produk yang dipasarkan,
pengesahan cadangan teknis, dan hasil analisis atas laporan
tersebut yang dilakukan oleh Bagian Analisis Penyelenggaran Usaha
Perusahaan Perasuransian (Bagian III).
d. Laporan perhitungan solvabilitas/tingkat solvabilitas, perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah dan
hasil analisis atas laporan dimaksud yang dilakukan oleh Bagian
Perasuransian Syariah (Bagian V).
e. Laporan operasional perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi dengan prinsip syariah, laporan treaty, laporan produk
yang dipasarkan, pengesahan cadangan teknis, dan hasil analisis
atas laporan tersebut yang dilakukan oleh Bagian Perasuransian
Syariah (Bagian V).
f. Data atau dokumen dari sumber lain yang dianggap perlu.
55555555........11111111........11111111........22222222........ MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeennnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaaggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa
DDDalam tahap ini, staf pemeriksa yang akan menjadi calon
anggota tim pemeriksaan dipimpin oleh calon ketua tim pemeriksaan
melakukan pembagian kerja atau tugas pemeriksaan di antara anggota
tim.
55555555........11111111........11111111........33333333........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbuuuuuuuuaaaaaaaatttttttt AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn
BBBerdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari internal
Biro Perasuransian dan sumber lain yang dianggap perlu, staf pemeriksa
yang akan menjadi calon anggota tim pemeriksaan menyusun analisis
pendahuluan. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis tersebut, staf
pemeriksa tersebut menyusun program audit. Analisis pendahuluan dan
program audit tersebut kemudian disampaikan kepada kepala sub
bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
yang akan menjadi penyelia untuk tim pemeriksaan yang bersangkutan.
Setelah meneliti dan melakukan koreksi yang diperlukan, analisis
pendahuluan dan program audit ditandatangani oleh calon penyelia dan
calon ketua tim pemeriksaan, dan disampaikan kepada Kepala Bagian
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666611111111
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Format Analisis Pendahuluan
dan Program Audit terdapat dalam Lampiran VII-a.
55555555........11111111........11111111........44444444........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbuuuuuuuuaaaaaaaatttttttt KKKKKKKKuuuuuuuueeeeeeeessssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnneeeeeeeerrrrrrrr ddddddddaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaaffffffffttttttttaaaaaaaarrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmiiiiiiiinnnnnnnnttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDooooooookkkkkkkkuuuuuuuummmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn
AAAAAAAAwwwwwwwwaaaaaaaallllllll
SSStaf pemeriksa yang akan menjadi calon anggota tim
pemeriksaan menyusun daftar pertanyaan atau kuesioner dan daftar
permintaan dokumen awal yang akan disampaikan kepada perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi yang akan diperiksa. Daftar
pertanyaan atau kuesioner tersebut merupakan bahan yang akan
digunakan sebagai dasar melakukan wawancara dengan karyawan inti
perusahaan (key person). Format daftar pertanyaan terdapat dalam
Lampiran XX.
55555555........11111111........11111111........55555555........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmppppppppeeeeeeeerrrrrrrrssssssssiiiiiiiiaaaaaaaappppppppkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDooooooookkkkkkkkuuuuuuuummmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg DDDDDDDDiiiiiiiibbbbbbbbuuuuuuuuttttttttuuuuuuuuhhhhhhhhkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeellllllllaaaaaaaammmmmmmmaaaaaaaa
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
SSStaf pemeriksa yang akan menjadi calon anggota tim
pemeriksaan mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
selama pemeriksaan. Dokumen-dokumen tersebut antara lain:
a. Surat perintah pemeriksaan, surat tugas, dan surat pemberitahuan
pemeriksaan.
b. Laporan hasil analisis pendahuluan.
c. Surat permintaan dokumen.
d. Berita acara pemeriksaan.
e. Kertas kerja pemeriksaan (KKP).
f. Daftar pertanyaan (kuestioner).
g. Dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan selama tugas
pemeriksaan.
55..11..22.. PPeemmeerriikkssaaaann LLaappaannggaann
PPPemeriksaan lapangan dilakukan di kantor perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi. Tujuan pemeriksaan lapangan adalah memperoleh
keyakinan mengenai kondisi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
yang sebenarnya, meneliti kesesuaian kondisi perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
praktik penyelenggaraan usaha yang sehat, dan standar lainnya,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666622222222
mengidentifikasi risiko-risiko yang melekat dalam penyelenggaraan kegiatan
usaha perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, serta memastikan
bahwa perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi telah melakukan
langkah-langkah yang cukup dalam rangka memenuhi kepentingan pemegang
polis.
Dalam tahap ini dilakukan 2 (dua) tahap pemeriksaan lapangan yaitu:
1. Pemeriksaan Pendahuluan.
2. Pemeriksaan Berdasarkan Program Pemeriksaan (Audit).
55555555........11111111........22222222........11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn
PPPemeriksaan pendahuluan merupakan pemeriksaan yang
dilakukan dalam rangka menilai sistem pengendalian internal
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang diperiksa.
Pemeriksaan pendahuluan pada dasarnya mencakup pemeriksaan
terhadap sistem dan prosedur serta struktur organisasi yang ada
khususnya mengenai keberadaan pengendalian internal di dalam
masing-masing sistem dan prosedur serta struktur organisasi tersebut.
Termasuk di dalamnya adalah pemeriksaan terhadap penerapan sistem
dan prosedur serta pembagian tugas dan wewenang pada setiap unit
organisasi yang ada.
Dalam pemeriksaan pendahuluan, tim pemeriksaan melakukan
kegiatan pemeriksaan sebagai berikut:
a. Melaksanakan wawancara secara langsung dengan pihak direksi dan
divisi di bawahnya untuk memperoleh gambaran umum mengenai
kondisi pengendalian internal perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi yang diperiksa.
Dalam melakukan wawancara, tim pemeriksaan harus mampu
mengembangkan pertanyaan yang sudah termuat dalam kuestioner
dan pada saat yang bersamaan dapat meminta dokumen tambahan
yang mendukung keterangan yang didapat pada saat dilakukan
wawancara.
b. Memahami dan menilai struktur pengendalian internal perusahaan
yang ada. Pemahaman mengenai pengendalian internal tersebut
terutama akan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Tim pemeriksaan perlu mendapatkan informasi yang cukup
mengenai integritas manajemen dan kecukupan catatan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666633333333
akuntansi, sehingga bukti yang kompeten tersedia untuk
mendukung saldo laporan keuangan.
2) Pemahaman terhadap struktur pengendalian internal
memungkinkan tim pemeriksaan untuk mendeteksi potensi salah
saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan.
3) Pemahaman terhadap struktur pengendalian intern
memungkinkan tim pemeriksaan untuk merancang pengujian
saldo laporan keuangan secara efektif.
c. Menelusuri kembali (trace back) hasil atau output laporan keuangan
dari awal hingga akhir (jurnal, buku pembantu/sub ledger, buku
besar/ledger, dan laporan keuangan) dengan melakukan
pemeriksaan atas saldo-saldo yang ada di laporan keuangan dengan
saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
d. Pembuktian antara dokumen pendukung dengan pembukuan yang
ada pada perusahaan dengan berdasarkan sampel yang dilakukan.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk meyakinkan bahwa akun-akun
perusahaan telah dicatat dan dinilai dengan benar.
Setelah memperoleh pemahaman tentang struktur
pengendalian internal yang ada di perusahaan, pemeriksa dapat
menentukan tingkat sampling pada periode yang diperiksa.
Prosedur pemeriksaan dan dokumen yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan pendahuluan sebagai berikut:
11.. SSIISSTTEEMM DDAANN PPRROOSSEEDDUURR
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 huruf b dan huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 8 dan Pasal 27 huruf b dan huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666644444444
1. Sistem dan prosedur kerja telah dibakukan dalam manual akuntansi, akseptasi, reasuransi, klaim, investasi, dan manajemen risiko. Pembakuan sistem dan prosedur kerja tersebut dilakukan dengan keputusan direksi.
2. Sistem dan prosedur kerja telah mencakup pengendalian intern yang cukup.
3. Sistem dan prosedur didukung dengan pendelegasian kewenangan yang cukup.
4. Sistem dan prosedur mampu digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.
5. Sistem dan prosedur didukung dengan sistem teknologi informasi atau sistem komputerisasi atau sistem database manajemen yang terintegrasi antar bagian terkait.
6. Sistem dan prosedur kerja telah diterapkan secara konsisten di dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Manual akuntansi, akseptasi, reasuransi, klaim, investasi, manajemen risiko, dan manajemen penilaian sendiri pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
1. Minta dan pelajari manual (buku pedoman) yang dimiliki oleh perusahaan (antara lain: manual akuntansi, akseptasi, reasuransi, klaim, investasi, manajemen risiko, dan manajemen penilaian sendiri pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik).
2. Flow chart dokumen maupun flow chart aktifitas.
3. Manual akseptasi, mengenai Kendaraan Bermotor.
2. Pastikan bahwa manual telah dibakukan oleh direksi.
4. Limit Otorisasi Keuangan, Akseptasi dan Klaim
3. Minta dan pelajari flow chart dokumen maupun flow chart aktifitas.
5. Keputusan direksi/surat edaran/memo internal mengenai sistem dan prosedur kerja.
4. Teliti apakah manual tersebut telah cukup mencakup sistem dan prosedur kerja yang standar berlaku umum, dan mencakup pengendalian intern yang cukup.
7. Kepemilikan kode etik atau code of conduct.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666655555555
6. Manual sistem komputerisasi dan bentuk laporan yang dapat dihasilkan dari sistem komputer.
5. Jika perusahaan telah menerapkan manajemen risiko, teliti apakah pembagian risiko telah sesuai dengan pembagian risiko sebagaimana terdapat dalam ketentuan yang berlaku. Jika tidak sesuai, mintakan penjelasan kepada perusahaan mengenai alasan pembagian risiko yang ada.
6. Teliti apakah perusahaan sudah menerapkan PAKASI dan KODASI dalam proses akuntansinya.
7. Minta dan pelajari kode etik atau code of conduct
8. Lakukan uji petik terhadap masing-masing prosedur kerja
9. Pastikan bahwa sampel tersebut telah sesuai dengan limit otorisasi keuangan, akseptasi, klaim, dan investasi.
10. Minta penjelasan mengenai sistem komputerisasi/data base dan contoh informasi/laporan yang dapat dihasilkan.
11. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22.. SSTTRRUUKKTTUURR OORRGGAANNIISSAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 ayat (1) huruf b.2, Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 8, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666666666666
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Struktur organisasi telah memiliki fungsi pengelolaan risiko, fungsi pengelolaan keuangan, dan fungsi pelayanan yang terpisah satu dengan yang lainnya.
2. Struktur organisasi telah dilengkapi dengan uraian mengenai tugas, wewenang, tanggung jawab, dan prosedur kerja.
3. Struktur organisasi dan kelengkapannya telah dibakukan dengan keputusan direksi.
4. Struktur organisasi memiliki pengendalian internal yang cukup.
5. Struktur organisasi telah diterapkan secara konsisten di dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, termasuk pengisian jabatan pada masing-masing unit organisasi.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr OOOOOOOOrrrrrrrrggggggggaaaaaaaannnnnnnniiiiiiiissssssssaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Struktur organisasi. 1. Minta dan pelajari struktur organisasi (terutama fungsi underwriting, reasuransi, klaim, administrasi dan keuangan).
2. Uraian tugas, wewenang, dan pembagian kerja (job description).
2. Minta dan pelajari job description (antara lain: batas kewenangan, kewajiban, dan laporan yang dihasilkan).
3. Pelajari apakah telah ada pemisahan fungsi yaitu fungsi pengelolaan risiko, fungsi pengelolaan keuangan, dan fungsi pelayanan, termasuk di dalamnya uraian mengenai level pemisahan tersebut, apakah pemisahan tersebut pada level direksi atau di bawah direksi.
4. Cek apakah struktur organisasi telah diisi/dilengkapi dengan pejabat di masing-masing unit yang ada.
5. Review apakah mengenai pengendalian internal sudah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666677777777
tercermin dari struktur organisasi yang ada.
6. Lakukan penilaian apakah struktur organisasi sudah memenuhi ketentuan yang berlaku.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
33.. PPEENNEELLUUSSUURRAANN KKEEMMBBAALLII SSIIKKLLUUSS AAKKUUNNTTAANNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.
Siklus tersebut dimulai dari terjadinya transaksi sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode.
Siklus akuntansi dapat diurutkan sebagai berikut: transaksi usaha -> pembuatan bukti asli -> pencatatan dalam buku harian (jurnal) -> pencatatan ke buku besar dan buku tambahan -> neraca lajur penyesuaian -> laporan keuangan -> jurnal penutup -> neraca saldo setelah penutupan.
Siklus akuntansi mengacu pada standar akuntansi keuangan di Indonesia.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.10/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Siklus akuntansi perusahaan telah cukup untuk mendukung penyajian informasi keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Saldo yang ada di laporan keuangan sesuai dengan saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSiiiiiiiikkkkkkkklllllllluuuuuuuussssssss AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan keuangan. 1. Review alur pembukuan akuntansi baik yang dilakukan secara manual maupun yang dilakukan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666688888888
menggunakan sistem komputer.
2. Buku besar/ general ledger account.
2. Cek kesesuian saldo-saldo yang ada di laporan keuangan dengan saldo yang ada di buku rinciannya/ pendukungnya.
3. Buku besar pembantu/ subsidiary ledger account.
3. Pelajari apakah kebijakan/perlakuan akuntansi terhadap akun dalam laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4. Review apakah kebijakan dan perlakuan akuntansi telah diterapkan secara konsisten.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
44.. PPEENNEELLUUSSUURRAANN KKEE BBUUKKTTII PPEENNDDUUKKUUNNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Saldo di dalam laporan keuangan harus dapat diuji kewajarannya sesuai dengan bukti fisik dan/atau dokumen legalnya.
2. Penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Contoh: Obligasi diperoleh dengan premium/discount. Saldo yang dilaporkan adalah saldo setelah amortisasi dari premium/discount tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 27 huruf b dan huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Laporan keuangan telah disusun dengan wajar sesuai dengan bukti–bukti pendukungnya
2. Perusahaan telah membukukan dan mendokumentasikan transaksi keuangan dengan tertib.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeelllllllluuuuuuuussssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeee BBBBBBBBuuuuuuuukkkkkkkkttttttttiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnndddddddduuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan keuangan. 1. Cek saldo yang ada di laporan keuangan dengan saldo yang ada di buku
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
6666666699999999
rinciannya/ pendukungnya.
2. Buku besar/ general ledger account.
2. Ambil sampel secukupnya dan telusuri pencatatannya sampai ke bukti fisik, dan/atau dokumen legalnya.
3. Buku besar pembantu/ subsidiary ledger account.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
Dari hasil penilaian terhadap struktur pengendalian internal dan
penelusuran kembali siklus akuntansi serta pemeriksaan pendahuluan
tersebut di atas, pemeriksa dapat menentukan apakah pemeriksaan
akan dilanjutkan atau dihentikan. Penentuan dilanjutkan atau
dihentikannya pemeriksaan tergantung kepada tingkat materialitas
kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk penghentian
pemeriksaan terdapat 2 (dua) pilihan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan dihentikan dan perusahaan diberikan waktu untuk
memperbaiki kesalahannya. Apabila perusahaan tidak sanggup
memperbaiki kesalahannya dalam jangka waktu yang ditentukan
(maksimal 5 (lima) hari kerja maka pemeriksa dapat langsung
membuat LHPS.
b. Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara yang bersifat
sementara dinyatakan bahwa pemeriksaan hanya terbatas pada
sistem dan prosedur pembukuan dan menghasilkan angka-angka
dan pembukuan yang tidak mendukung isi dari laporan keuangan
sehingga dapat dikenakan sanksi dengan diberikan jangka waktu
untuk perbaikan pembukuan perusahaan.
55555555........11111111........22222222........22222222........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrddddddddaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ((((((((AAAAAAAAuuuuuuuuddddddddiiiiiiiitttttttt))))))))
SSSetelah melakukan pemeriksaan pendahuluan, tim
pemeriksaan melakukan pemeriksaan sesuai dengan program audit
yang telah disusun. Pelaksanaan pemeriksaan pada tahap ini dilakukan
sesuai dengan tahapan proses pemeriksaan sebagaimana diatur dalam
pedoman ini.
Prosedur pemeriksaan dan dokumen yang dibutuhkan untuk
masing-masing aspek pemeriksaan sebagai berikut:
AA.. AASSPPEEKK KKEELLEEMMBBAAGGAAAANN
11.. AANNGGGGAARRAANN DDAASSAARR
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777700000000
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 42 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa anggaran dasar perusahaan telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya untuk hal yang terkait dengan:
1. Maksud dan tujuan perusahaan telah sesuai dengan asas spesialisasi usaha.
2. Pelaporan setiap perubahaan anggaran dasar.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: AAAAAAAAnnnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrr
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Akta notaris pendirian. 1. Minta akta notaris pendirian dan anggaran dasar perusahaan, serta perubahan anggaran dasar.
2. Anggaran dasar serta perubahannya.
2. Review anggaran dasar dan buat kertas kerjanya tentang:
a. Maksud & tujuan perusahaan.
b. Pengesahan anggaran dasar dari Kementerian Kehakiman dan pemuatan dalam lembaran Berita Negara.
3. Bukti pengesahan atau pernyataan pencatatan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3. Tulis dalam kertas kerja perubahan-perubahan anggaran dasar yang mencakup antara lain akta notaris, nomor, tanggal, dan perubahan dalam anggaran
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777711111111
dasar.
4. Notulen rapat perusahaan.
4. Minta bukti bahwa perubahan anggaran dasar telah dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22.. PPEERRIIZZIINNAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 9, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 33, Pasal 34, dan Pasal 36 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa Perusahaan telah beroperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya untuk hal yang terkait dengan:
1. Kantor pusat dan kantor cabang perusahaan telah beroperasi sesuai dengan izin yang diperoleh.
2. Perusahaan telah melaporkan setiap pembukaan kantor pemasaran/perwakilan dan melaporkan setiap perubahaan atau penutupan kantor.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiizzzzzzzziiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Izin usaha perusahaan. 1. Mintakan dan catat dalam kertas kerja izin usaha perusahaan, baik untuk kantor pusat maupun untuk kantor cabang.
2. Izin pembukaan kantor kantor cabang.
2. Bandingkan jumlah kantor cabang dengan izin pembukaan kantor cabang.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777722222222
3. Bukti pelaporan kantor pemasaran.
3. Minta bukti pelaporan pembukaan kantor perwakilan.
4. Bukti pelaporan perubahan alamat kantor.
4. Minta bukti pelaporan tentang perubahan alamat kantor.
5. Periksa secara spesifik atas polis-polis yang diterbitkan di luar kantor pusat dan bandingkan dengan kewenangan kantor cabang yang bersangkutan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
33.. PPEERRMMOODDAALLAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa permodalan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmooooooooddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Anggaran dasar pendirian perusahaan dan perubahannya berserta akta notaris.
1. Review pasal tentang permodalan dalam anggaran dasar perusahaan dan perubahannya.
2. Pelaporan mengenai anggaran dasar dan perubahannya kepada Kementerian Keuangan.
2. Catat share masing-masing pemegang saham, termasuk perubahannya bila terdapat perubahan modal disetor, komposisi kepemilikan, dan susunan pemegang saham.
3. Laporan keuangan. 3. Minta bukti bahwa perubahan permodalan telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777733333333
dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
4. Bukti penyetoran modal untuk tambahan modal disetor.
4. Lihat cash flow tentang pembayaran modal disetor dari pemegang saham dan minta bukti-bukti pendukungnya.
5. Company profile pemegang saham.
5. Teliti modal sendiri (SAK) perusahaan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
44.. TTEENNAAGGAA AASSIINNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Perusahaan dapat memperkerjakan tenaga asing untuk program/proyek tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasional di bidang usaha perasuransian dengan jangka waktu maksimum lima tahun.
Penempatan tenaga asing sebagai eksekutif di luar direksi pada perusahaan perasuransian hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang di dalamnya terdapat penyertaan langsung pihak asing dan posisi yang ditempati oleh tenaga asing tersebut merupakan posisi yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja WNI.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 28, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Penggunaan tenaga asing di dalam perusahaan baik yang berfungsi sebagai tenaga ahli maupun pemegang jabatan pada unit organisasi perusahaan telah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang yaitu dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Pelaporan penggunaan tenaga asing, program pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan penggunaan tenaga asing tersebut, serta laporan realisasi pelaksanaan program
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777744444444
pendidikan dan pelatihan kepada Biro Perasuransian telah dilaksanakan secara tertib.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan pihak ke tiga tentang tenaga asing.
1. Minta perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan pihak ketiga tentang tenaga asing.
2. Dokumen penggunaan tenaga asing.
2. Mintakan kelengkapan dokumen penggunaan tenaga asing.
3. Bukti bahwa tenaga asing tersebut telah menyampaikan kepada Kementerian Keuangan program kerja dan program pendidikan dan pelatihan.
3. Minta bukti bahwa tenaga asing tersebut telah menyampaikan kepada Kementerian Keuangan tentang program kerja serta program pendidikan dan pelatihan. Termasuk dalam pelaporan adalah laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
4. Teliti apakah tenaga asing tersebut telah melaksanakan program yang disampaikan kepada Kementerian Keuangan tersebut.
5. Teliti apakah konsultan/ tenaga asing melakukan fungsi pengelolaan sehari-hari.
a. Minta secara spesifik surat-surat yang ditanda tangani.
b. Teliti apakah konsultan tenaga asing ikut menandatangani surat tersebut.
Jika ya, catat surat-surat yang ditandatangani oleh konsultan tenaga asing tersebut.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
55.. TTEENNAAGGAA AAHHLLII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777755555555
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 12 s.d. Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memiliki tenaga ahli sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku antara lain mengenai:
1. Kualifikasi keahlian setingkat ahli atau ajun ahli baik dari asosiasi profesi di dalam negeri maupun dari luar negeri sesuai dengan jenis usaha/bagian, termasuk tenaga ahli investasi.
2. Pegawai yang diangkat sebagai tenaga ahli, termasuk tenaga ahli kantor cabang.
3. Pelaporan tenaga ahli tersebut kepada Biro Perasuransian yang mencakup pula pernyataan registrasi dari Biro Perasuransian.
4. Penempatan tenaga ahli kantor cabang pada kantor cabang yang bersangkutan.
5. Program pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kepemilikan pegawai yang memiliki kualifikasi keahlian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAhhhhhhhhlllllllliiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar karyawan dan direksi yang memiliki kualifikasi ahli asuransi dan ajun ahli asuransi yang dimiliki perusahaan, termasuk keahlian lainnya.
1. Minta daftar tenaga ahli dan ajun ahli yang dimiliki perusahaan, serta daftar termasuk tenaga ahli bidang lainnya.
2. Bukti sertifikasi dari pihak yang berwenang untuk masing-masing karyawan dan direksi yang memiliki kualifiksi tersebut.
2. Minta bukti sertifikat keahlian tersebut.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777766666666
3. Keputusan direksi mengenai pengang-katan tenaga ahli.
3. Teliti apakah kantor pusat memiliki tenaga ahli perusahaan termasuk tenaga ahli bidang lainnya, dan kantor cabang memiliki tenaga ahli kantor cabang.
4. Tulis dalam kertas kerja nama tenaga ahli, nomor, dan tanggal sertifikat keahlian, serta institusi yang mengeluarkan sertifikat keahlian.
5. Cek keberadaaan tenaga ahli yang bersangkutan. Apakah tenaga ahli bekerja secara penuh waktu serta apakah tenaga ahli kantor cabang bekerja penuh waktu di kantor cabang bersangkutan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
66.. DDIIRREEKKSSII DDAANN KKOOMMIISSAARRIISS
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 9 s.d. Pasal 11 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tanggal 9 Februari 2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian khususnya yang berkaitan dengan direksi dan komisaris, antara lain:
1. Kualifikasi dan pengalaman direksi, pernyataan tidak merangkap
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777777777777
jabatan, dan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.
2. Komisaris independen, termasuk dewan pengawas syariah bila memiliki unit usaha syariah dan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.
3. Kepemilikan separoh dari direksi yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai pengelolaan risiko yang relevan dengan jabatannya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDiiiiiiiirrrrrrrreeeeeeeekkkkkkkkssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKoooooooommmmmmmmiiiiiiiissssssssaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiissssssss
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Surat pernyataan direksi tidak merangkap jabatan eksekutif di perusahaan lain.
1. Minta dan catat akta notaris atau SK pengangkatan: a. Komisaris. b. Direksi.
2. Daftar riwayat hidup untuk masing-masing direksi dan komisaris.
2. Teliti apakah perubahan susunan pengurus perusahaan telah disahkan dalam RUPS dan diaktakan-notariskan.
3. Anggaran dasar perusahaan dan perubahannya.
3. Minta bukti bahwa perubahan susunan komisaris dan direksi perusahaan telah dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
4. Pelaporan mengenai anggaran dasar dan perubahannya kepada Kementerian Keuangan.
4. Minta surat pernyataan direksi tidak merangkap jabatan eksekutif di perusahaan lain.
5. Keputusan mengenai lulus atau tidaknya dalam penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
5. Teliti kemungkinan adanya perangkapan jabatan executive di perusahaan lain.
6. Minta dan pelajari notulen rapat perusahaan.
Jika belum mengikuti, bukti bahwa perusahaan telah mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
7. Minta bukti bahwa direksi dan komisaris telah lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan, atau kalau tidak bukti bahwa perusahaan telah mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
8. Catat dalam kertas kerja dan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777788888888
buat kesimpulannya.
77.. KKAANNTTOORR CCAABBAANNGG,, KKAANNTTOORR PPEEMMAASSAARRAANN,, DDAANN KKAANNTTOORR
LLAAIINNNNYYAA YYAANNGG TTEERRPPIISSAAHH DDAARRII KKAANNTTOORR PPUUSSAATT
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 29 s.d Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 31 s.d. Pasal 37 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan kantor selain kantor pusat termasuk izin pembukaan kantor unit usaha syariah bila memiliki unit usaha syariah, yang mencakup antara lain:
1. Izin pembukaan kantor cabang dan pelaporan kantor pemasaran atau kantor lainnya.
2. Penyelenggaraan kegiatan kantor tersebut sesuai dengan fungsinya.
3. Kepemilikan tenaga ahli untuk masing-masing kantor cabang.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg,,,,,,,, KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,, DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnn
KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaa YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrppppppppiiiiiiiissssssssaaaaaaaahhhhhhhh DDDDDDDDaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii
KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPuuuuuuuussssssssaaaaaaaatttttttt
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Surat izin usaha. 1. Cek list seluruh kantor perusahaan berserta surat izin yang dimiliki untuk kantor cabang, surat pelaporan kepada Biro Perasuransian, dan pernyataan terdaftar sebagai kantor pemasaran/perwakilan dari Biro Perasuransian.
2. Surat izin pembukaan kantor cabang.
3. Bukti pelaporan pembukaan kantor perwakilan dan kantor lainnya.
4. Bukti pelaporan perubahan nama dan alamat.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
7777777799999999
5. Limit otorisasi akseptasi dan persetujuan klaim seluruh kantor perusahaan.
2. Bandingkan limit otorisasi akseptasi dan persetujuan klaim yang dimiliki pimpinan kantor selain kantor pusat dan penerapannya.
6. Daftar tenaga ahli yang dimiliki dan keputusan pengang-katan sebagai tenaga ahli beserta penempatannya.
3. Cek apakah setiap kantor cabang memiliki tenaga ahli di kantor yang bersangkutan.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
88.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN SSUUMMBBEERR DDAAYYAA MMAANNUUSSIIAA
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 29 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan program pengembangan sumber daya manusia, yang mencakup antara lain
1. Kepemilikan program pengembangan sumber daya manusia termasuk realisasinya.
2. Dukungan anggaran untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk realisasinya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSuuuuuuuummmmmmmmbbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrr DDDDDDDDaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa
MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnuuuuuuuussssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Program pengembangan sumber daya manusia (jangka pendek maupun jangka panjang).
1. Minta program pengembangan sumber daya manusia (jangka pendek maupun jangka panjang).
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888800000000
2. Data tentang pendidikan antara lain, pelatihan, seminar, dan kursus selama 1 tahun.
2. Minta data tentang pendidikan antara lain pelatihan, seminar, kursus selama 1 tahun yang telah diikuti dan biaya yang telah dikeluarkan. 3. Rincian dan sample biaya
yang dikeluarkan untuk pendidikan & pelatihan.
3. Sample biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan & pelatihan.
4. Bandingkan dan catat prosentase jumlah biaya-biaya tersebut dengan jumlah biaya pegawai untuk periode yang sama.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
99.. KKEEAANNGGGGOOTTAAAANN PPAADDAA AASSOOSSIIAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 30 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan keanggotaan pada asosiasi perusahaan sejenis.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKeeeeeeeeaaaaaaaannnnnnnnggggggggggggggggoooooooottttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssoooooooossssssssiiiiiiiiaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Bukti / sertifikat keanggotaan 1. Minta bukti keanggotaan dan cek masa berlakunya
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
1100..LLAAIINN--LLAAIINN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888811111111
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 13 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian, peraturan perundang-undangan lainnya, dan standar/praktik yang berlaku umum (international best practise).
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: HHHHHHHHuuuuuuuubbbbbbbbuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAffffffffiiiiiiiilllllllliiiiiiiiaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Company profile pemegang saham.
1. Minta pihak-pihak yang mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan.
2. Disclosure pada laporan keuangan auditi/pernyataan manajemen berkaitan dengan transaksi dengan pihak afiliasi/hubungan istimewa.
2. Teliti share pemegang saham perusahaan afiliasi, jika hubungan afiliasi tersebut karena kepemilikan saham.
3. Ambil sampel transaksi dengan pihak afiliasi.
4. Teliti dan nilai apakah transaksi tersebut wajar.
5. Minta daftar piutang dan teliti apakah terdapat pinjaman kepada pemegang saham dan afiliasinya.
6. Nilai apakah ada transaksi yang merupakan bentuk pengalihan modal ke pihak group/afiliasi.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaannnnnnnnjjjjjjjjiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn ddddddddeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn ppppppppiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaakkkkkkkk kkkkkkkkeeeeeeeettttttttiiiiiiiiggggggggaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888822222222
Perjanjian kerja sama dengan pihak lain.
1. Minta dan pelajari perjanjian perusahaan dengan pihak lain, antara lain: dengan broker, agen, tertanggung, dan perusahaan lain.
2. Lakukan penilaian apakah perjanjian/transkasi tersebur wajar & tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
BB.. AASSPPEEKK KKEEUUAANNGGAANN
11.. TTIINNGGKKAATT SSOOLLVVAABBIILLIITTAASS
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tingkat solvabilitas antara perusahaan dan pemeriksa, pemeriksa harus mengungkapkan terjadinya perbedaan tersebut dan penyebab terjadinya perbedaan.
2. Perbedaan perhitungan dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam pengakuan kekayaan, kewajiban, dan hasil perhitungan batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM).
3. Pemeriksa dapat melakukan koreksi terhadap hasil perhitungan tingkat solvabilitas sepanjang pemeriksa dapat melakukan koreksi terhadap kekayaan, kewajiban, atau perhitungan BTSM yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan dengan tingkat keyakinan yang cukup terhadap hasil perhitungan tersebut. Apabila pemeriksa tidak memiliki keyakinan yang cukup untuk melakukan koreksi karena keterbatasan data untuk melakukan koreksi, maka perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan tidak perlu dikoreksi. Di dalam laporan hasil pemeriksaan tetap disajikan hasil perhitungan perusahaan, namun disertai dengan catatan pengungkapan bahwa pemeriksa tidak dapat meyakini kewajaran perhitungan tingkat solvabilitas disertai dengan alasan pemeriksa untuk tidak meyakini kewajaran tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888833333333
3. Pasal 2 s.d Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tingkat solvabilitas, yang mencakup antara lain:
1. Tingkat solvabilitas yang dicapai perusahaan telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
2. Perhitungan tingkat solvabilitas, termasuk pengakuan dan perhitungan kekayaan yang diperkenankan, kewajiban, dan BTSM, telah dilakukan sesuai dengan ketentuan atau standar akuntansi yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaatttttttt SSSSSSSSoooooooollllllllvvvvvvvvaaaaaaaabbbbbbbbiiiiiiiilllllllliiiiiiiittttttttaaaaaaaassssssss
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan perhitungan tingkat solvabilitas.
1. Review perhitungan tingkat solvabilitas yang dilakukan perusahaan.
2. Laporan keuangan audited. 2. Review perhitungan analisis kekayaan yang diperkenankan dan bandingkan dengan rincian masing-masing kekayaan, batasan-batasan kekayaan yang diperkenankan, dan dasar penilaiannya.
3. Kertas kerja perhitungan schedule BTSM.
3. Review perhitungan masing-masing schedule BTSM dan bandingkan dengan rinciannya.
4. Cek formula perhitungan yang digunakan termasuk
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888844444444
link antara masing-masing data.
5. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22..KKEEKKAAYYAAAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Dalam hal terjadi perbedaan pengakuan kekayaan dan perhitungan kekayaan yang diperkenankan, pemeriksa harus mengungkapkan terjadinya perbedaan tersebut dan penyebab terjadinya perbedaan.
2. Pemeriksa dapat melakukan koreksi terhadap kekayaan dan atau kekayaan yang diperkenankan apabila terdapat tingkat keyakinan yang cukup terhadap hasil koreksi tersebut. Apabila pemeriksa tidak memiliki keyakinan yang cukup untuk melakukan koreksi karena keterbatasan data untuk melakukan koreksi, maka kekayaan menururt perusahaan tidak perlu dikoreksi. Di dalam laporan hasil pemeriksaan tetap disajikan hasil perhitungan perusahaan, namun disertai dengan catatan pengungkapan bahwa pemeriksa tidak dapat meyakini kewajaran saldo kekayaan dan atau kekayaan yang diperkenankan disertai dengan alasan pemeriksa untuk tidak meyakini kewajaran tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 10 s.d. Pasal 26 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo kekayaan secara SAK dan SAP disajikan dengan wajar.
2. Kecukupan kekayaan untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pengelolaan kekayaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888855555555
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKeeeeeeeekkkkkkkkaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan keuangan. 1. Telusuri kesesuaian saldo kekayaan pada laporan keuangan ke buku besar, buku besar pembantu, dan dokumen pendukungnya.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Cek saldo kekayaan dengan dasar penilaian kekayaan (fair value/nilai pasar, nilai perolehan, amortisasi, dan impairment) dan cek perhitungan saldo kekayaan.
3. Dokumen pendukung kekayaan.
3. Cek kecukupan kekayaan terhadap kewajiban (liabilitas).
4. Review kebijakan pengelolaan kekayaan perusahaan.
5. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
33..IINNVVEESSTTAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
2. Sesuai dengan PSAK tersebut Perusahaan harus menetapkan tujuan investasi dari setiap jenis investasi yang dibuat pada kebijakan investasi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing dan harus diterapkan secara konsisten.
3. Surat berharga sesuai dengan tujuan kepemilikannya terdiri dari tiga yaitu surat berharga untuk diperdagangkan (for trading), tersedia untuk dijual (available for sale), serta ditahan hingga jatuh tempo (held for maturity).
4. Surat berharga untuk diperdagangkan (for trading) dan tersedia untuk dijual (available for sale) dinilai berdasarkan harga pasar/fair value, sedangkan ditahan surat berharga ditahan hingga jatuh tempo (held for maturity) dinilai berdasarkan harga perolehan setelah dilakukan amortisasi premium/diskon.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888866666666
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 11 s.d. Pasal 26 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
3. Pasal 5 s.d. Pasal 13 serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pengelolaan investasi yang mencakup antara lain:
1. Saldo investasi secara SAK dan SAP disajikan dengan wajar.
2. Kerja sama pengelolaan dana yang dilakukan perusahaan dengan pihak lain dilakukan dengan wajar dan mempertimbangkan tingkat keamanan dana investasi/risiko dan hasil yang optimum.
3. Konsistensi kebijakan investasi dan penerapannya.
4. Kecukupan investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim retensi sendiri.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Kebijakan investasi. 1. Pelajari kebijakan investasi perusahaan apakah telah cukup untuk dapat digunakan sebagai arahan dalam pengelolaan investasi.
2. Akta notariil atas perjanjian kerjasana pengelolaan investasi dengan pihak lain.
2. Review akta notariil atas perjanjian kerjasama pengelolaan investasi dengan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888877777777
pihak lain. Cek apakah terdapat ketentuan dalam perjanjian yang tidak wajar.
3. Bukti kepemilikan investasi yang asli dan sah.
3. Telusuri kesesuaian saldo investasi pada laporan keuangan ke buku besar, buku besar pembantu, dan bukti kepemilikan yang asli dan sah.
4. Rincian investasi berdasarkan nilai buku dan nilai pasar.
4. Cek saldo kekayaan dengan dasar penilaian investasi yaitu fair value atau nilai pasar, nilai perolehan, amortisasi atau penyusutan, dan impairment. Selanjutnya, cek perhitungan saldo investasi.
5. Rincian hasil investasi. 5. Cek kecukupan investasi terhadap kewajiban.
6. Mutasi (penempatan dan pencairan) investasi dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
6. Cek dan lakukan penilaian apakah kebijakan investasi dilaksanakan secara konsisten khususnya penetapan klasifikasi tujuan investasi surat berharga (untuk diperdagangkan, tersedia untuk dijual, dan ditahan sampai dengan jatuh tempo) serta penilaian telah dilakukan sesuai dengan SAK dan dilakukan secara konsisten.
7. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
7. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
8. Bukti pendukung penempatan/ pembelian dan penjualan investasi.
aa.. DDeeppoossiittoo BBeerrjjaannggkkaa ddaann SSeerrttiiffiikkaatt DDeeppoossiittoo
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888888888888
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d Pasal 7, Pasal 12, Pasal 13, serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan deposito berjangka dan sertifikat deposito.
2. Saldo deposito berjangka dan sertifikat deposito telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
3. Saldo deposito berjangka dan sertifikat deposito secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Saldo deposito berjangka dan sertifikat deposito secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDeeeeeeeeppppppppoooooooossssssssiiiiiiiittttttttoooooooo BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaannnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaa ddddddddaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeerrrrrrrrttttttttiiiiiiiiffffffffiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaatttttttt
DDDDDDDDeeeeeeeeppppppppoooooooossssssssiiiiiiiittttttttoooooooo
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat deposito dan sertifikat deposito.
b. Ledger & sub ledger deposito dan sertifikat deposito.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian deposito per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Rincian hasil investasi deposito.
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) deposito dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
2. Cek hasil penerimaan bunga ke dalam rekening giro serta ledger dan sub ledger perusahaan. Cek pula
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
8888888899999999
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
apakah bunga yang diterima melebihi suku bunga penjaminan LPS.
6. Bukti dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
3. Cek apakah terdapat deposito berjangka yang dijadikan jaminan atau agunan.
7. Bukti pendukung penempatan/ pencairan.
4. Cek jika ada penempatan deposito di luar negeri.
5. Dapatkan CAR Bank tempat penempatan deposito.
6. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
7. Masukkan saldo hasil pemeriksaan deposito dan sertifikat deposito dalam neraca hasil pemeriksaan.
8. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
9. Masukkan admitted assets investasi saham tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
10. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
bb.. SSaahhaamm
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
2. Saham harus dimiliki dan dikuasai, apabila saham direpokan ke pihak lain maka dikategorikan menjadi kekayaan yang tidak diperkenankan dan disajikan menjadi kelompok investasi lain.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999900000000
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 serta Pasal 26A Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d. Pasal 8, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13, serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo saham telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo saham secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo saham secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan saham.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaammmmmmmm
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah jika saham tercatat di BEI serta posisi yang tercatat di KSEI.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat saham/statement of account dari kustodian/KSEI.
b. Ledger & sub ledger saham. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian saham per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Harga pasar saham. 2. Dapatkan nilai pasar saham per tanggal neraca.
4. Rincian hasil investasi saham berupa dividen atau capital
3. Cek konsistensi pengkategorian pencatatan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999911111111
gain/loss. investasi saham.
5. Mutasi (penempatan dan pencairan) saham dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
4. Cek apakah terdapat saham yang dijaminkan atau merupakan saham yang direpokan.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
5. Hitung nilai saham menurut SAK dan SAP.
7. Bukti pendukung penempatan/ pencairan.
6. Cek apakah saham tersebut termasuk dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia atau yang setara.
7. Cek jika ada penempatan investasi saham di luar negeri.
8. Hitung admitted assets dan non admitted assets investasi saham tersebut.
9. Masukkan saldo hasil pemeriksaan saham dalam neraca hasil pemeriksaan.
10. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
11. Masukkan admitted assets investasi saham tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
12. Cek hasil investasi (dividen).
13. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
cc.. OObblliiggaassii ddaann MMeeddiiuumm TTeerrmm NNootteess ((MMTTNN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999922222222
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 serta Pasal 26A Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d. Pasal 8, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13, serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo obligasi dan MTN telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo obligasi dan MTN secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo obligasi dan MTN secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan obligasi dan MTN.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: OOOOOOOObbbbbbbblllllllliiiiiiiiggggggggaaaaaaaassssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn MMMMMMMMTTTTTTTTNNNNNNNN
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
1. Dapatkan rating sertifikat obligasi dan MTN pada saat penempatan dan terkini.
2. Rating obligasi. 2. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat asli. 3. Bukti kepemilikan yang asli
dan sah.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999933333333
4. Rincian obligasi dan MTN per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
b. Ledger & sub ledger obligasi dan MTN.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
5. Harga pasar obligasi dan MTN.
3. Hitung nilai investasi obligasi dan MTN menurut SAK dan SAP. 6. Rincian hasil investasi
obligasi dan MTN berupa bunga atau capital gain/loss.
4. Cek apakah terdapat obligasi dan MTN yang dijaminkan.
7. Mutasi (penempatan dan pencairan) obligasi dan MTN dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
5. Cek perhitungan amortisasi bila dinilai berdasarkan harga perolehan.
6. Cek konsistensi pengkategorian pencatatan investasi obligasi dan MTN.
8. Bukti pendukung penempatan atau pencairan.
9. Soft file perhitungan amortisasi bila obligasi dan MTN dinilai berdasarkan harga perolehan.
7. Cek jika ada penempatan investasi dalam bentuk obligasi dan MTN di luar negeri.
8. Cek apakah obligasi dan MTN tersebut merupakan transaksi turunan (credit linked note/ CLN).
9. Hitung admitted assets dan non admitted assets investasi obligasi dan MTN tersebut.
10. Masukkan saldo hasil pemeriksaan obligasi dan MTN dalam neraca hasil pemeriksaan.
11. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
12. Masukkan admitted assets investasi tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
13. Cek hasil investasi (pendapatan bunga/ kupon).
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999944444444
14. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
dd.. SSuurraatt BBeerrhhaarrggaa YYaanngg DDiitteerrbbiittkkaann PPeemmeerriinnttaahh aattaauu BBaannkk
IInnddoonneessiiaa
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 serta Pasal 26A Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d. Pasal 7, Pasal 12, serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999955555555
bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaatttttttt BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaarrrrrrrrggggggggaaaaaaaa YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg DDDDDDDDiiiiiiiitttttttteeeeeeeerrrrrrrrbbbbbbbbiiiiiiiittttttttkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnttttttttaaaaaaaahhhhhhhh aaaaaaaattttttttaaaaaaaauuuuuuuu BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnnkkkkkkkk IIIIIIIInnnnnnnnddddddddoooooooonnnnnnnneeeeeeeessssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah. Jika surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI disimpan pada kustodian maka bukti statement of account dari bank kustodian.
1. Apabila bukti kepemilikan disimpan pada safety deposit atau kustodian, mintakan juga bukti pendukung penyimpanan tersebut atau perjanjian dengan pihak penyimpan sertifikat tersebut
2. Rincian sertifikat surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Minta bukti pendukung pembelian surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
3. Cek apakah terdapat surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI yang dijaminkan.
3. Harga pasar surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
4. Rincian hasil investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
4. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat asli. b. Ledger & sub ledger surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
5. Mutasi (penempatan dan pencairan) surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dari awal periode sampai saat pemeriksaan. 5. Hitung jumlah nilai investasi
surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI menurut SAK dan SAP.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
7. Soft file perhitungan amortisasi bila surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dinilai berdasarkan harga perolehan.
6. Cek konsistensi pengaktegorian pencatatan investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
7. Cek perhitungan amortisasi bila surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dinilai berdasarkan harga
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999966666666
perolehan.
8. Hitung admitted assets investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI tersebut.Masukan admitted assets investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
9. Masukkan saldo hasil pemeriksaan surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dalam neraca hasil pemeriksaan.
10. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
11. Cek hasil investasi (pendapatan bunga).
12. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
ee.. UUnniitt PPeennyyeerrttaaaann RReekkssaaddaannaa
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 serta Pasal 26A Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 5 s.d. Pasal 8, Pasal 12, Pasal 13, serta Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999977777777
12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo unit penyertaan reksadana telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo unit penyertaan reksadana secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo unit penyertaan reksadana secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan unit penyertaan reksadana.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUnnnnnnnniiiiiiiitttttttt PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeekkkkkkkkssssssssaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah. Jika unit penyertaan reksadana disimpan pada kustodian maka bukti statement of account dari bank kustodian.
1. Cocokkan rincian dengan: a. SOA /sertifikat reksadana. b. Ledger & sub ledger unit penyertaan reksadana.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian unit penyertaan reksadana per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Cocokkan rincian dengan NAB unit penyertaan reksadana.
3. Hitung nilai unit penyertaan reksadana menurut SAK dan SAP.
3. Nilai aktiva bersih (NAB) unit penyertaan reksadana.
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) unit penyertaan reksadana dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
4. Cek apakah terdapat unit penyertaan reksadana yang dijaminkan.
5. Masukkan saldo hasil pemeriksaan unit penyertaan reksadana dalam neraca hasil pemeriksaan.
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999988888888
6. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
7. Hitung admitted assets unit penyertaan reksadana tersebut. Masukan admitted assets investasi unit penyertaan reksadana tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
ff.. PPeennyyeerrttaaaann LLaannggssuunngg
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 20 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo penyertaan langsung telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo penyertaan langsung secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo penyertaan langsung secara SAP telah dihitung dan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
9999999999999999
disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan penyertaan langsung.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn LLLLLLLLaaaaaaaannnnnnnnggggggggssssssssuuuuuuuunnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat saham. b. Ledger & sub ledger penyertaan langsung.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian penyertaan langsung per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Rincian hasil investasi penyertaan langsung.
2. Review metode yang dipakai perusahaan dalam menentukan nilai investasi (menggunakan metode cost atau equity).
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) penyertaan langsung dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
3. Hitung nilai penyertaan langsung menurut SAK dan SAP.
4. Cek jika ada penempatan investasi penyertaan langsung di luar negeri.
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
5. Masukkan saldo hasil pemeriksaan penyertaan langsung dalam neraca hasil pemeriksaan.
6. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
7. Hitung admitted assets penyertaan langsung tersebut. Masukan admitted assets investasi penyertaan langsung tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
8. Cek hasil investasi (dividen).
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000000000000
gg.. BBaanngguunnaann aattaauu TTaannaahh DDeennggaann BBaanngguunnaann UUnnttuukk
IInnvveessttaassii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 20 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnngggggggguuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn aaaaaaaattttttttaaaaaaaauuuuuuuu TTTTTTTTaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaahhhhhhhh ddddddddeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnngggggggguuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
UUUUUUUUnnnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkk IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah. Bila bukti kepemilikan disimpan di bank kustodian statement of account
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat tanah asli atau akta pembelian.
b. Ledger & sub ledger bangunan atau tanah dan bangunan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000011111111
dari bank kustodian. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian bangunan atau tanah dan bangunan per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Cek apakah terdapat bangunan atau tanah dengan bangungan yang dijaminkan.
3. Hitung nilai bangunan atau tanah dan bangunan menurut SAK dan SAP (berdasarkan nilai aprraisal atau NJOP).
3. Nilai aprraisal atau NJOP.
4. Rincian hasil investasi bangunan atau tanah dan bangunan.
4. Hitung admitted assets dan non admitted assets investasi bangunan atau tanah dan bangunan.
5. Mutasi (pembelian dan penjualan) bangunan atau tanah dan bangunan dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
5. Cek hasil investasi (sewa), dan kelompokkan yang hasil investasinya lebih dari 4% dan kurang dari 4%.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
6. Masukkan saldo hasil pemeriksaan investasi bangunan atau tanah dan bangunan dalam neraca hasil pemeriksaan.
7. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
8. Masukkan admitted assets investasi tersebut ke schedule dalam perhitungan BTSM.
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
hh.. PPiinnjjaammaann HHiippoottiikk
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 20 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000022222222
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo pinjaman hipotik telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo pinjaman hipotik secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo pinjaman hipotik secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pinjaman hipotik.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPiiiiiiiinnnnnnnnjjjjjjjjaaaaaaaammmmmmmmaaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHiiiiiiiippppppppoooooooottttttttiiiiiiiikkkkkkkk
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti adanya transaksi pinjaman hipotik berupa surat perjanjian pinjaman hipotik.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Perjanjian pinjaman. b. Ledger & sub ledger pinjaman hipotik.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian pinjaman hipotik per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Cek sertifikat tanah dan atau tanah dan bangunan sebagai jaminan apakah telah dihipotikkan tingkat pertama.
3. Rincian hasil investasi pinjaman hipotik.
3. Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan konfirmasi besarnya pinjaman hipotik.
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) Pinjaman Hipotik dari awal periode sampai
4. Teliti kemungkinan adanya jaminan hipotik yang tidak cukup.
5. Teliti mutasi pembayaran pokok dan bunga pinjaman hipotik.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000033333333
saat pemeriksaan.
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
6. Teliti kemungkinan adanya pinjaman hipotik kepada pemegang saham perusahaan atau pihak terafiliasi lainnya.
7. Hitung admitted asset dan non admitted assets atas pinjaman hipotik.
8. Masukkan saldo hasil pemeriksaan pinjaman hipotik dalam neraca hasil pemeriksaan.
9. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
10. Masukkan admitted assets investasi pinjaman hipotik tersebut ke schedule dalam perhitungan BTSM.
11. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
ii.. PPiinnjjaammaann PPoolliiss
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 20 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000044444444
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo pinjaman polis telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo pinjaman polis secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo pinjaman polis secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pinjaman polis.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPiiiiiiiinnnnnnnnjjjjjjjjaaaaaaaammmmmmmmaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti berupa perjanjian pinjaman polis, kebijakan mengenai pemberian pinjaman polis otomatis, atau syarat terpenuhinya pinjaman polis otomatis.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Perjanjian pinjaman. b. Ledger & sub ledger pinjaman polis. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Telusuri nomor polis dan nilai nominal pinjaman polis ke rincian cadangan premi untuk menentukan apakah polis masih berlaku. 2. Rincian pinjaman polis
per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Lakukan verifikasi besarnya nilai tunai.
3. Dokumen permohonan pinjaman polis dan persetujuan pinjaman polis.
4. Teliti besarnya prosentase pinjaman polis tertanggung dengan nilai tunai yang dimiliki per periode pemeriksaan, saldo pada saat pinjaman diberikan, serta saldo pada saat pemeriksaan.
4. Rincian hasil investasi pinjaman polis.
5. Mutasi (pemberian dan pencairan) pinjaman polis dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
5. Telusuri pengeluaran kas dalam memberikan pinjaman polis dan bandingkan dengan permohonan pinjaman polis.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
6. Telusuri penerimaan bunga pinjaman polis dan pembayaran kembali pokok pinjaman polis, dan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000055555555
cek kebenaran saldo pinjaman polis.
7. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi saldo pinjaman polis kepada tertanggung.
8. Masukkan saldo hasil pemeriksaan pinjaman hipotik dalam neraca hasil pemeriksaan.
9. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
10. Masukkan admitted assets investasi pinjaman polis tersebut ke schedule dalam perhitungan BTSM.
11. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
jj.. IInnvveessttaassii LLaaiinn
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi untuk instrumen keuangan secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 s.d. Pasal 21 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000066666666
1. Saldo investasi lain telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo investasi lain secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Tidak terdapat jenis investasi lain yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah investasi lain.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Bukti kepemilikan. b. Ledger & sub ledger. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian investasi lain per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Rincian hasil investasi Investasi lain.
2. Cek penilaian investasi lain menurut SAK.
4. Mutasi (pembelian dan pencairan) investasi lain dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
3. Teliti kemungkinan penempatan investasi yang melanggar ketentuan yang berlaku
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK, saldo non admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
44..NNOONN IINNVVEESSTTAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 14 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000077777777
Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo non investasi secara SAK telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Saldo non investasi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan non investasi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: NNNNNNNNoooooooonnnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan non investasi yang asli dan sah dan bukti pendukung lainnya.
1. Telusuri kesesuaian saldo non investasi pada laporan keuangan ke buku besar, buku besar pembantu, dan bukti kepemilikan atau bukti pendukung lainnya yang asli dan sah.
2. Rincian non investasi (nilai buku dan nilai pasar).
3. Mutasi non investasi dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
2. Cek kesesuaian perhitungan saldo kekayaan dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. KKaass ddaann BBaannkk
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Kas dan bank terdiri dari kas dalam bentuk petty cash di perusahaan dan rekening giro perusahaan pada bank.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000088888888
ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 14 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo kas dan bank telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo kas dan bank secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo kas dan bank secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan kas dan bank.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaassssssss ddddddddaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnnkkkkkkkk
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo. 1. Bila perusahaan telah melakukan cash opname, minta dan review berita acara tersebut.
2. Ledger dan sub ledger kas dan bank serta daftar rincian kas dan bank dalam original currency.
2. Telaah kesesuaian pengklasifikasian kas dalam penghitungan kas.
3. Telaah mutasi kas sejak tanggal neraca sampai tanggal penghitungan kas yang sifatnya material. 3. Buku harian kas kecil.
4. Laporan cash flow. 4. Lakukan pengujian secara sampling
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111110000000099999999
5. Bukti transaksi dan otorisasi pengeluaran serta penerimaaan kas dan bank.
atas mutasi pengeluaran dan penerimaan kas yang sifatnya material, periksa kelengkapan dokumen dan otorisasinya, catat di kertas kerja dan buat kesimpulannya untuk mengetahui kewajaran dari pengeluaran ataupun penerimaan tersebut.
6. Berita acara penghitungan fisik penghitungan kas (cash opname).
7. Rekening koran bank. 5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo kas SAK, saldo admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
8. Kertas kerja rekonsiliasi bank.
6. Telaah rekonsiliasi bank per tanggal neraca, telusuri pos-pos yang direkonsiliasi pada rekening koran bulan berikutnya, catat di kertas kerja dan buat kesimpulannya.
7. Lakukan pengujian secara sampling atas mutasi pengeluaran dan penerimaan melalui bank yang sifatnya material, periksa dokumen kelengkapan dokumen dan otorisasinya untuk melihat kewajaran transaksi tersebut.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo bank SAK, saldo admitted asset, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
9. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
10. Masukkan saldo hasil pemeriksaan kas dan bank dalam neraca hasil pemeriksaan.
11. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
12. Masukkan admitted assets kas dan bank tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111100000000
bb.. TTaaggiihhaann PPrreemmii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Tagihan premi adalah tagihan premi kepada pemegang polis yang telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan.
2. Tagihan premi meliputi, tagihan premi kepada tertanggung/ agen/broker, dan perusahaan asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi. Tagihan premi dicatat sebesar jumlah nominalnya dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (piutang ragu-ragu). Dalam hal perusahaan memberikan discount premi kepada tertanggung, maka discount tersebut langsung dikurangkan dari tagihan preminya.
3. Permasalahan yang berpotensi untuk terjadi adalah perusahaan menghitung saldo tagihan premi yang belum jatuh tempo (un due) sebagai bagian dari saldo tagihan premi. Tagihan premi yang belum jatuh tempo (un due) tersebut seharusnya belum dapat dihitung sebagai tagihan premi.
4. Koreksi yang dilakukan pemeriksa.
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo Piutang premi atau kesalahan dalam melakukan perhitungan saldo Piutang premi yang diperkenankan, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo Piutang premi dan atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
5. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran tagihan secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (4) Keputusan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111111111111
Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 14 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan premi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan premi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo tagihan premi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan premi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan premi. 1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Review kebijakan pencadangan dan penghapusan tagihan premi tak tertagih.
3. Buku produksi.
4. Aging schedule. 3. Lakukan uji petik atas tagihan premi (terutama untuk tagihan premi yang umurnya kurang dari 2 bulan).
5. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111122222222
6. Kebijakan pencadangan dan penghapusan tagihan premi tidak tertagih.
Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Review aging schedule tagihan premi.
5. Telusuri nomor nota tagihan, nomor polis, dan nama tertanggung dari catatan ke nota dan berkas polis.
6. Telusuri dari nota tagihan ke pengakuan pendapatan premi.
7. Periksa kelayakan catatan-catatan otorisasi. Untuk lebih meyakinkan, periksa apakah polis masih berlaku.
8. Minta penjelasan bila ada tagihan premi yang diragukan.
9. Telusuri jumlah pembayaran sample tagihan premi yang telah dilakukan (baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca).
10. Apabila perusahaan menggunakan jasa perusahaan agen atau broker, minta perjanjian dengan perusahaan tersebut dan pelajari klausula yang berhubungan dengan pembayaran premi.
11. Untuk sample tagihan premi yang melalui agen/broker, yakinkan bahwa agen/broker tersebut masih aktif melakukan kegiatan usaha.
12. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi atas saldo tagihan premi.
13. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
14. Masukkan saldo hasil pemeriksaan tagihan premi dalam neraca hasil pemeriksaan.
15. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
16. Masukkan admitted assets tagihan premi tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
17. Catat dalam kertas kerja dan buat
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111133333333
kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo tagihan premi SAK, saldo admitted asset dan non admitted assets, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
cc.. TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
11.. PPeennyyaajjiiaann TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddaann UUttaanngg RReeaassuurraannssii.
Pencatatan tagihan dan utang reasuransi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menyajikan secara bruto.
1) Transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya hak penerimaan premi dan klaim dicatat pada sisi debit sebagai tagihan premi reasuransi atau tagihan klaim reasuransi sebesar jumlah tagihan bruto.
2) Sebaliknya, transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran premi atau klaim dicatat pada sisi kredit sebagai utang premi atau utang klaim reasuransi sebesar jumlah utang bruto.
3) Apabila terdapat endorsement yang mengakibatkan adanya perubahan hak tagih menjadi kewajiban pembayaran atau sebaliknya, maka dilakukan reklasifikasi penyajian akun dari semula disajikan sebagai tagihan menjadi utang atau sebaliknya. Masing-masing tagihan atau utang tidak dapat disajikan menggunakan saldo negatif atau saldo positif.
b. Menyajikan secara neto.
1) Transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya hak penerimaan (premi atau klaim) dan kewajiban pembayaran (premi atau klaim) dicatat jumlah neto melalui mekanisme off-set antara hak dan kewajiban.
2) Off-set antara hak dan kewajiban tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat perjanjian tertulis antara asuradur dan reasuradur yang menyatakan bahwa hak dan kewajiban tersebut dapat di off-set.
3) Pada umumnya perjanjian reasuransi yang memuat adanya kesepakatan off-set tersebut adalah perjanjian reasuransi dalam bentuk treaty reinsurance.
4) Untuk transaksi dengan satu perusahaan yang sama, hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi reasuransi berdasarkan treaty reinsurance tidak dapat disajikan secara off-set dengan transaksi reasuransi berdasarkan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111144444444
facultative reinsurance.
22.. PPeerrmmaassaallaahhaann OOffff--SSeett TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddeennggaann UUttaanngg
RReeaassuurraannssii
a. Dalam kegiatan pemeriksaan langsung terhadap perusahaan asuransi dan reasuransi diketahui bahwa terdapat perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang melakukan pencatatan tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara off-set meskipun mekanisme tersebut dilakukan tidak berdasarkan kewenangan sebagaimana diatur dalam perjanjian reasuransi atau dilakukan untuk perjanjian reasuransi yang berbeda.
b. Penyajian tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara neto melalui mekanisme off-set seringkali menimbulkan permasalahan khususnya permasalahan untuk menentukan saldo tagihan reasuransi yang dapat dikategorikan sebagai tagihan reasuransi yang diperkenankan. Permasalahan tersebut timbul disebabkan perusahaan asuransi umumnya melakukan proses pengumuran tagihan reasuransi berdasarkan saldo tagihan reasuransi sebelum dilakukannya off-set dengan utang reasuransi. Pelaksanaan off-set tersebut menyebabkan timbulnya:
1) saldo negatif tagihan reasuransi yang diperkenankan untuk reasuradur tertentu yang akan menyebabkan berkurangnya saldo tagihan reasuransi yang diperkenankan;
2) saldo positif utang reasuransi untuk reasuradur tertentu yang akan menyebabkan berkurangnya saldo utang reasuransi; dan atau
3) total tagihan reasuransi yang diperkenankan menjadi lebih besar dari pada total tagihan reasuransi berdasarkan saldo SAK yang terjadi khususnya apabila tagihan reasuransi bersaldo negatif memiliki umur lebih dari 2 (dua) bulan.
c. Dampak dari permasalahan off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi tersebut adalah ketidakwajaran perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan.
33.. KKeebbiijjaakkaann UUnnttuukk OOffff--SSeett TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddeennggaann UUttaanngg
RReeaassuurraannssii
a. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul dari mekanisme off-set terhadap perhitungan tingkat solvabilitas tersebut di atas serta menyesuaikan penyajian tagihan reasuransi dan utang reasuransi sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi seharusnya menyajikan tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara off-set dengan ketentuan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111155555555
1) Pelaksanaan off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi hanya dapat dilakukan apabila terdapat kesepakatan tertulis (perjanjian kerjasama) dari kedua belah pihak yang terkait dengan of-fset tagihan reasuransi dan utang reasuransi tersebut.
2) Pengumuran tagihan reasuransi dihitung berdasarkan tanggal yang dinyatakan pada tanggal off-set.
3) Off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi hanya dapat dilakukan untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi pada asuradur/reasuradur yang sama. Secara umum, untuk asuradur/reasuradur yang sama, tagihan reasuransi dan utang reasuransi yang timbul dari perjanjian reasuransi yang berbeda tidak dapat di off-set.
b. Apabila diketahui terdapat perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki sistem dan prosedur yang menyebabkan dilakukannya off-set tagihan reasuransi dan utang reasuransi untuk asuradur atau reasuradur yang sama namun pelaksanaan off-set tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut pada huruf a, maka kepada perusahaan direkomendasikan untuk tidak melakukan off-set dimaksud. Selanjutnya, apabila diperlukan, kepada perusahaan yang bersangkutan direkomendasikan untuk mengubah sistem dan prosedur akuntansinya agar penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi tersebut memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut pada huruf a.
c. Dalam rangka perhitungan tingkat solvabilitas pada periode pemeriksaan, terhadap perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang memiliki kondisi sebagaimana tersebut pada huruf b dan perusahaan yang bersangkutan tidak dapat melakukan perbaikan pada saat dilakukannya pemeriksaan lapangan, maka saldo negatif tagihan reasuransi dan saldo positif utang reasuransi untuk masing-masing asuradur/reasuradur yang timbul karena adanya off-set tersebut harus direklasifikasikan masing-masing menjadi utang reasuransi dan tagihan reasuransi.
44.. KKoorreekkssii
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo tagihan reasuransi/utang reasuransi atau kesalahan dalam melakukan perhitungan saldo tagihan reasuransi yang diperkenankan, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111166666666
yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo tagihan reasuransi/utang reasuransi dan atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 14 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan reasuransi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan reasuransi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
a. Penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi dilakukan hanya apabila terdapat perjanjian reasuransi yang memberikan kewenangan untuk melakukan off-set.
b. Penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi dilakukan hanya untuk satu perjanjian reasuransi.
c. Tagihan reasuransi dan utang reasuransi tidak disajikan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111177777777
dengan saldo negatif.
3. Saldo tagihan reasuransi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan reasuransi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan reasuransi.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Minta perjanjian reasuransi untuk periode tahun yang diperiksa (bila perlu mintakan ringkasan perjanjian treaty tersebut).
3. Aging schedule. 3. Pelajari treaty reasuransi tersebut, terutama:
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
a. Cakupan penutupan/ coverage yaitu jenis kontrak proporsional atau non proprsional, batasan nilai risiko, pembatasan dalam underwriting, serta kelas risiko dan wilayah.
5. Kebijakan pencadangan dan penghapusan tagihan reasuransi tidak tertagih.
b. Periode pertanggungan yaitu tanggal efektif, tanggal ekspirasi, serta klausula pembatalan dan persyaratan pemberitahuan pembatalan.
c. Periode pelaporan dan persyaratan penyelesaian pelunasan (settlement).
4. Minta daftar rincian tagihan reasuransi dalam rupiah dan original currency, serta aging schedule-nya.
5. Dari daftar rincian tersebut, pilih beberapa sampling pemeriksaan yang dapat mewakili populasi tagihan reasuransi (pemilihan sample diutamakan yang berumur kurang dari 2 bulan).
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111188888888
6. Dari sampling yang dipilih lakukan penelusuran ke buku pembantu (sub ledger) dan bukti pendukungnya.
7. Periksa kesesuaian perhitungan pada masing-masing data sampling dengan perjanjian reasuransi.
8. Periksa penerimaan atas pembayaran tagihan reasuransi.
9. Jika terdapat tagihan reasuransi yang sudah lama dan belum diterima pembayarannya, tanyakan penyebabnya kepada perusahaan.
10. Jika perusahaan melakukan off-set atas utang/tagihan reasuransi, mintakan kebijakan tertulis tentang offset tersebut dan persetujuan pihak reasuradur.
11. Periksa dan verifikasi secara rinci transaksi off-set pada periode pemeriksaan dan tanggal pemeriksaan.
12. Apabila dipandang perlu lakukan konfirmasi.
13. Periksa dan verifikasi aging schedule yang dibuat perusahaan.
14. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
15. Masukkan saldo hasil pemeriksaan tagihan reasuransi dalam neraca hasil pemeriksaan.
16. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
17. Masukkan admitted assets tagihan premi tersebut ke dalam schedule
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111111111111199999999
perhitungan BTSM.
18. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo tagihan reasuransi SAK, saldo admitted asset dan non admitted assets, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
dd.. AAkkttiivvaa TTeettaapp
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo aktiva tetap telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo aktiva tetap secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo aktiva tetap secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan aktiva tetap.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: AAkkttiivvaa TTeettaapp
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar aktiva tetap (termasuk perangkat keras komputer).
1. Cocokkan rincian dengan: a. Bukti kepemilikan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222200000000
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
b. Ledger & sub ledger. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
3. Sertifikat dan akta jual beli asli.
2. Apabila terdapat revaluasi aktiva tetap mintakan dokumen pendukungnya.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
3. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
5. Kebijakan akuntansi mengenai penyusutan aktiva tetap.
4. Masukkan saldo hasil pemeriksaan aktiva tetap dalam neraca hasil pemeriksaan.
5. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
6. Masukkan admitted assets tagihan premi tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo aktiva tetap SAK, saldo admitted asset dan non admitted assets, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
ee.. AAkkttiivvaa LLaaiinn
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Kewajaran saldo aset yang masuk dalam kelompok akun aktiva lain perlu diukur karena saldo aset tersebut memiliki pengaruh terhadap jumlah modal sendiri perusahaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo aktiva lain telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo aktiva lain secara SAK telah disajikan sesuai dengan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222211111111
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Tidak terdapat jenis kekayaan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: AAkkttiivvaa LLaaiinn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar aktiva tetap (termasuk perangkat keras komputer).
1. Cek penilaian aktiva lain menurut SAK.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Teliti kemungkinan adanya jenis kekayaan yang melanggar ketentuan yang berlaku
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo SAK serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
55..KKEEWWAAJJIIBBAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Kewajiban adalah seluruh kewajiban perusahaan kepada pemegang polis/tertanggung dan pihak ketiga lainnya. Kewajiban terdiri dari utang dan cadangan teknis.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
4. Pasal 17 s.d. 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222222222222
5. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo SAK kewajiban (liabilitas) telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Saldo SAP kewajiban (liabilitas) telah disajikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKeewwaajjiibbaann
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
1. Telusuri rincian kewajiban ke buku besar dan laporan keuangan, catat kesesuaian rincian dengan buku besar dan laporan keuangan.
2. Ambil sampel atas utang dan dokumen pendukungnya, teliti pencatatannya apakah sesuai dengan dokumen pendukungnya.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. UUttaanngg KKllaaiimm
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 25 s.d. Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222233333333
3. Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
4. Pasal 14 s.d. Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang klaim telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang klaim secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo utang klaim secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pembayaran klaim yaitu pembayaran klaim dilakukan tidak lebih dari 30 hari sejak klaim disetujui untuk dibayar.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUttaanngg KKllaaiimm
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang klaim. 1. Minta rincian utang klaim yang mencakup sekurang-kurangnya informasi mengenai nomor register klaim, nomor polis, nama tertanggung, tanggal kejadian, tanggal laporan klaim pasti, jumlah klaim dalam rupiah dan original currency, serta share perusahaan dan reasuradur.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Klaim register.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
2. Minta klaim register untuk tahun yang diperiksa yang mencakup sekurang-kurangnya informasi mengenai klaim yang terjadi, klaim yang sudah diselesaikan, klaim yang ditolak, dan klaim masih dalam proses.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222244444444
3. Lakukan uji petik atas utang klaim.
4. Periksa kemungkinan adanya salvage atau hak subrogasi.
5. Teliti akun-akun yang ada hubungannya dengan utang klaim untuk mengetahui adanya klaim yang sudah settle dan belum dibayar namun tidak tercantum dalam daftar utang klaim, dengan cara meneliti transaksi dalam subsequent event yang berhubungan dengan utang klaim.
6. Teliti kemungkinan adanya penyajian utang klaim hanya sebesar retensi sendiri. Utang Klaim seharusnya disajikan secara bruto.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain total utang klaim, koreksi bila ada, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan.
bb.. UUttaanngg RReeaassuurraannssii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
11.. PPeennyyaajjiiaann TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddaann UUttaanngg RReeaassuurraannssii
Pencatatan tagihan dan utang reasuransi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menyajikan secara bruto.
1) Transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya hak penerimaan premi dan klaim dicatat pada sisi debit sebagai tagihan premi reasuransi atau tagihan klaim reasuransi sebesar jumlah tagihan bruto.
2) Sebaliknya, transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran premi atau klaim dicatat pada sisi kredit sebagai utang premi atau utang klaim reasuransi sebesar jumlah utang bruto.
3) Apabila terdapat endorsment yang mengakibatkan adanya perubahan hak tagih menjadi kewajiban pembayaran atau sebaliknya, maka dilakukan reklasifikasi penyajian akun dari semula disajikan sebagai tagihan menjadi utang atau sebaliknya. Masing-masing tagihan atau utang tidak dapat disajikan menggunakan saldo negatif atau saldo positif.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222255555555
b. Menyajikan secara neto.
1) Transaksi reasuransi yang menyebabkan timbulnya hak penerimaan (premi atau klaim) dan kewajiban pembayaran (premi atau klaim) dicatat jumlah neto melalui mekanisme off-set antara hak dan kewajiban.
2) Off-set antara hak dan kewajiban tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat perjanjian tertulis antara asuradur dan reasuradur yang menyatakan bahwa hak dan kewajiban tersebut dapat di off-set.
3) Pada umumnya perjanjian reasuransi yang memuat adanya kesepakatan off-set tersebut adalah perjanjian reasuransi dalam bentuk treaty reinsurance.
4) Untuk transaksi dengan satu perusahaan yang sama, hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi reasuransi berdasarkan treaty reinsurance tidak dapat disajikan secara off-set dengan transaksi reasuransi berdasarkan facultative reinsurance.
22.. PPeerrmmaassaallaahhaann OOffff--SSeett TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddeennggaann UUttaanngg
RReeaassuurraannssii
a. Dalam kegiatan pemeriksaan langsung terhadap perusahaan asuransi dan reasuransi diketahui bahwa terdapat perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang melakukan pencatatan tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara off-set meskipun mekanisme tersebut dilakukan tidak berdasarkan kewenangan sebagaimana diatur dalam perjanjian reasuransi atau dilakukan untuk perjanjian reasuransi yang berbeda.
b. Penyajian tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara neto melalui mekanisme off-set seringkali menimbulkan permasalahan khususnya permasalahan untuk menentukan saldo tagihan reasuransi yang dapat dikategorikan sebagai tagihan reasuransi yang diperkenankan. Permasalahan tersebut timbul disebabkan perusahaan asuransi umumnya melakukan proses pengumuran tagihan reasuransi berdasarkan saldo tagihan reasuransi sebelum dilakukannya off-set dengan utang reasuransi. Pelaksanaan off-set tersebut menyebabkan timbulnya:
1) saldo negatif tagihan reasuransi yang diperkenankan untuk reasuradur tertentu yang akan menyebabkan berkurangnya saldo tagihan reasuransi yang diperkenankan;
2) saldo positif utang reasuransi untuk reasuradur tertentu yang akan menyebabkan berkurangnya saldo utang reasuransi; dan atau
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222266666666
3) total tagihan reasuransi yang diperkenankan menjadi lebih besar dari pada total tagihan reasuransi berdasarkan saldo SAK yang terjadi khususnya apabila tagihan reasuransi bersaldo negatif memiliki umur lebih dari 2 (dua) bulan.
c. Dampak dari permasalahan off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi tersebut adalah ketidakwajaran perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan.
33.. KKeebbiijjaakkaann UUnnttuukk OOffff--SSeett TTaaggiihhaann RReeaassuurraannssii ddeennggaann UUttaanngg
RReeaassuurraannssii
a. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul dari mekanisme off-set terhadap perhitungan tingkat solvabilitas tersebut di atas serta menyesuaikan penyajian tagihan reasuransi dan utang reasuransi sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi seharusnya menyajikan tagihan reasuransi dan utang reasuransi secara off-set dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi hanya dapat dilakukan apabila terdapat kesepakatan tertulis (perjanjian kerjasama) dari kedua belah pihak yang terkait dengan off-set tagihan reasuransi dan utang reasuransi tersebut.
2) Pengumuran tagihan reasuransi dihitung berdasarkan tanggal yang dinyatakan pada tanggal off-set.
3) Off-set tagihan reasuransi dengan utang reasuransi hanya dapat dilakukan untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi pada asuradur/reasuradur yang sama. Secara umum, untuk asuradur/reasuradur yang sama, tagihan reasuransi dan utang reasuransi yang timbul dari perjanjian reasuransi yang berbeda tidak dapat di off-set.
b. Apabila diketahui terdapat perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi memiliki sistem dan prosedur yang menyebabkan dilakukannya off-set tagihan reasuransi dan utang reasuransi untuk asuradur atau reasuradur yang sama namun pelaksanaan off-set tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut pada huruf a, maka kepada perusahaan direkomendasikan untuk tidak melakukan off-set dimaksud. Selanjutnya, apabila diperlukan, kepada perusahaan yang bersangkutan direkomendasikan untuk mengubah sistem dan prosedur akuntansinya agar penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi tersebut memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut pada huruf a.
c. Dalam rangka perhitungan tingkat solvabilitas pada periode
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222277777777
pemeriksaan, terhadap perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang memiliki kondisi sebagaimana tersebut pada huruf b dan perusahaan yang bersangkutan tidak dapat melakukan perbaikan pada saat dilakukannya pemeriksaan lapangan, maka saldo negatif tagihan reasuransi dan saldo positif utang reasuransi untuk masing-masing asuradur/reasuradur yang timbul karena adanya off-set tersebut harus direklasifikasikan masing-masing menjadi utang reasuransi dan tagihan reasuransi.
44.. KKoorreekkssii
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo tagihan reasuransi/utang reasuransi atau kesalahan dalam melakukan perhitungan saldo tagihan reasuransi yang diperkenankan, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo tagihan reasuransi/utang reasuransi dan atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 17 s.d. 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222288888888
Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Tagihan reasuransi dan utang reasuransi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Tagihan reasuransi dan utang reasuransi saldo SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
a. Penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi dilakukan hanya apabila terdapat perjanjian reasuransi yang memberikan kewenangan untuk melakukan off-set.
b. Penyajian secara off-set untuk tagihan reasuransi dan utang reasuransi dilakukan hanya untuk satu perjanjian reasuransi.
c. Tagihan reasuransi dan utang reasuransi tidak disajikan dengan saldo negatif.
3. Tagihan reasuransi yang diperkenankan telah dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUttaanngg RReeaassuurraannssii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang reasuransi.
1. Bandingkan jumlah dalam daftar rincian utang reasuransi dengan saldo buku besar dan jumlah yang disajikan dalam neraca. Jika terdapat perbedaan minta penjelasan perusahaan, kemudian minta bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
2. Dari daftar perincian tersebut, jika tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan menyeluruh (full audit), pilih beberapa sampling pemeriksaan yang dapat mewakili dari populasi utang reasuransi.
3. Periksa pelunasan/pembayaran utang reasuransi.
4. Jika terdapat utang reasuransi yang sudah lama belum dilunasi, tanyakan penyebabnya kepada
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111112222222299999999
perusahaan.
5. Jika perusahaan melakukan off-set atas utang dan tagihan reasuransi, mintakan kebijakan tertulis tentang off-set tersebut dan persetujuan pihak reasuradur.
6. Periksa dan verifikasi secara rinci transaksi off-set pada periode pemeriksaan dan tanggal pemeriksaan.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain total utang reasuransi, koreksi bila ada, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan.
cc.. UUttaanngg KKoommiissii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
2. Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
3. Pasal 17 s.d. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang komisi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333300000000
2. Saldo utang komisi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo utang komisi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pemberian komisi kepada pihak ketiga.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUttaanngg KKoommiissii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang komisi. 1. Bandingkan jumlah dalam daftar utang komisi dengan saldo buku besar dan jumlah yang disajikan dalam neraca. Jika terdapat perbedaan minta penjelasan perusahaan, kemudian minta bukti pendukung.
2. Kebijakan mengenai komisi.
3. Perjanjian dengan broker/agen atau pihak lain tentang komisi.
4. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Lakukan uji petik (sample) dari daftar utang komisi.
5. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
3. Periksa keakuratan jumlah utang komisi untuk setiap sampel. Identifikasi penentuan jumlah komisi sesuai kontrak dengan perusahaan/agen atau persetujuan penerbitan polis.
4. Periksa penghitungan komisi jatuh tempo dan terutang, serta persetujuannya.
5. Periksa pemotongan PPh 23 dan pembayarannya ke kantor pajak.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain total utang komisi, koreksi bila ada, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan.
dd.. CCaaddaannggaann PPrreemmii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
11.. GGaammbbaarraann UUmmuumm
Bagi perusahaan asuransi jiwa, akun cadangan premi (bagian
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333311111111
dari akun cadangan teknis) umumnya merupakan akun kewajiban yang dominan (saldonya paling besar). Akun ini mencerminkan estimasi dari kewajiban perusahaan di masa yang akan datang.
22.. TTaahhaappaann PPeemmeerriikkssaaaann
Pemeriksaan akun cadangan premi dapat dilaksanakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Cek saldo dari siklus akuntansi (neraca, rugi laba, neraca percobaan, buku besar, serta buku pembantu/rincian cadangan premi dari bagian aktuaria)
b. Cek proses perhitungan dari data input, proses penentuan jumlah polis inforce, proses perhitungan cadangan premi per polis/produk di IT perusahaan, dan kualitas output.
c. Analisis produk asuransi yang dijual yang mencakup analisis terhadap tingkat bunga yang dijanjikan dengan tingkat bunga yang dihasilkan serta nature dari benefit menyangkut ketentuan umum polis apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi. Analisis dilakukan terutama terhadap produk-produk andalan perusahaan serta produk paket/blended dengan produk lain antara lain produk bank dan produk investasi.
d. Cek asumsi-asumsi yang digunakan yang mencakup asumsi mengenai tingkat bunga, table mortalita, dan metode perhitungan.
33.. KKoorreekkssii
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo cadangan premi, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo cadangan premi tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
44.. KKeerrttaass KKeerrjjaa
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333322222222
Semua tahapan kegiatan pemeriksaan terhadap obyek pemeriksaan harus dituangkan di dalam kertas kerja pemeriksaan untuk memudahkan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan sementara.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 12 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Pasal 30 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
4. Pasal 17 s.d. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
5. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo cadangan premi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo cadangan premi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo cadangan premi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pembentukan cadangan premi.
5. Proses pembentukan cadangan premi telah memiliki pengendalian internal yang cukup yang ditandai dengan adanya pemisahan fungsi dalam tahapan pembentukan cadangan premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333333333333
sehingga terdapat adanya fungsi cross check data.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSaaaaaaaallllllllddddddddoooooooo DDDDDDDDaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii SSSSSSSSiiiiiiiikkkkkkkklllllllluuuuuuuussssssss AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca dan laporan laba rugi.
1. Cek kesesuaian saldo cadangan premi yang disajikan di dalam neraca dan laporan laba rugi (saldo awal dan akhir).
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
2. Pastikan bahwa saldo tersebut telah sesuai dengan saldo cadangan premi yang disajikan di dalam neraca percobaan, buku besar, buku pembantu, laporan operasional, serta rincian cadangan premi per produk dan per polis (soft copy).
3. Laporan operasional.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain penyajian saldo cadangan premi di dalam neraca dan laporan laba rugi telah didukung (atau belum) dengan dokumen akuntasi yang cukup.
4. Rincian cadangan premi per produk dan cadangan premi per polis (soft copy).
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbeeeeeeeennnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
KKKKKKKKoooooooorrrrrrrreeeeeeeessssssssppppppppoooooooonnnnnnnnddddddddeeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii aaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrr bbbbbbbbaaaaaaaaggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn tttttttteeeeeeeerrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaaiiiiiiiitttttttt
1. Surat dari bagian aktuaria kepada bagian pertanggungan mengenai permintaan data polis inforce.
1. Lakukan proses komunikasi dengan bagian terkait.
a. Lakukan wawancara dengan bagian aktuaria, bagian policyholder service (bagian pertanggungan), dan bagian IT mengenai proses perhitungan cadangan premi, khususnya terkait dengan peran masing-masing bagian terkait untuk turut serta memastikan kredibilitas data portofolio pertanggungan yang akan digunakan dalam pembentukan cadangan premi, termasuk di dalamnya kegiatan untuk melakukan rekonsiliasi data antar bagian tersebut.
2. Surat jawaban dari bagian pertanggungan kepada bagian aktuaria, termasuk bukti penyerahan datanya..
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333344444444
3. Surat dari bagian aktuaria kepada bagian lain yang terkait mengenai permintaan data seperti data biaya asuransi, data pinjaman polis, data tagihan premi, dan data produksi premi.
b. Cek apakah penjelasan yang disampaikan telah sesuai dengan bukti pendukungnya.
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan mengenai mekanisme yang ada di Perusahaan terkait dengan upaya untuk memastikan kredibilitas data portofolio pertanggungan yang digunakan dalam pembentukan cadangan premi.
4. Surat dari bagian terkait kepada bagian aktuaria, termasuk bukti penyerahan datanya.
5. Kertas kerja perhitungan cadangan premi yang memuat data polis awal, polis yang dikoreksi, dan polis akhir.
6. Bukti konfirmasi kepada bagian pertanggungan bila ada ketidak cocokan data.
7. Bukti hasil rekonsiliasi polis inforce yang diketahui dan disetujui oleh semua bagian terkait (misalnya bagian pertanggungan dan bagian aktuaria).
8. Bukti penyampaian data polis inforce yang telah bersih
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333355555555
kepada bagian IT untuk dihitung cadangan preminya.
9. Data rincian cadangan premi dan tanda serah terima dari bagian IT kepada bagian aktuaria.
10. Rekapitulasi cadangan premi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan baik internal maupun eksternal.
11. Serah terima saldo cadangan premi dari bagian aktuaria ke bagian akuntansi untuk pembuatan laporan perhitungan tingkat solvabilitas.
KKKKKKKKeeeeeeeewwwwwwwwaaaaaaaajjjjjjjjaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn ppppppppoooooooolllllllliiiiiiiissssssss iiiiiiiinnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrcccccccceeeeeeee
1. Cadangan premi per polis yang dipisah antara cadangan premi pokok dan cadangan untuk rider-nya antara lain PA, kesehatan, dan investasi.
1. Pastikan bahwa data soft copy diminta di hari pertama pemeriksaan dan dijelaskan spesifikasinya untuk menghindari salah tarik data dari sistem perusahaan.
2. Pastikan bahwa data soft copy dalam bentuk MS Access agar dapat langsung diproses.
2. Tagihan premi per cut-of laporan keuangan yang diperiksa.
3. Pastikan bahwa tipe “nomor polis” di semua dokumen terkait harus sama (number atau text) agar data tersebut dapat diperbandingkan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333366666666
Dokumen tersebut diusahakan agar dapat digunakan juga untuk proses pemeriksaan kewajaran saldo tagihan premi dan pengumurannya.
4. Apabila data perusahaan tidak dalam bentuk MS Access, konversikan terlebih dahulu data-data tersebut (*.xls, *.xxls, *.txt, *.dbf, dsb) dengan cara sebagai berikut:
a. Simpan data perusahaan dalam hard disk pada folder yang telah kita tentukan.
b. Buka , dan buat data base
baru dengan klik pada menu
File dengan klik dan tulis nama database baru. Kemudian klik
pada tampilan sebagai berikut:
3. Produksi premi dari tanggal 1 Januari s.d. tgl cut off laporan.
4. Pembayaran klaim tahapan selama satu tahun terakhir.
5. Pembayaran klaim setelah tanggal neraca (subsequent events).
c. Setelah muncul tampilan berikut:
pilih dan klik “Import Table”, kemudian buka file yang akan diolah.
6. Pinjaman polis per polis, diusahakan data tersebut juga dapat digunakan untuk pemeriksaan kewajaran saldo pinjaman polis dan perhitungan pinjaman polis yang diperkenankan (admitted asset).
d. Setelah ada keterangan “data successfully imported” maka data siap diolah sesuai dengan teknik-teknik pemeriksaan yang ada.
7. Data polis inforce awal (misalnya data awal per
5. Verifikasi dan keluarkan data-data yang janggal/aneh/ ganjil dari data polis inforce.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333377777777
31/12/2009, untuk pemeriksaan cadangan cadangan prmei sepanjang tahun 2010). Data tersebut agar didukung juga dengan data beban klaim dari tanggal 1 Januari s.d. tgl cut off laporan.
a. Contoh data yang janggal antara lain adalah polis dengan UP negative, cadangan negative, dan telah maturity sebelum tgl cut-off.
b. Cari data saldo cadangan negative antara lain dengan menggunakan MS Access.
c. Buka file MS Access yang memuat tabel cadangan premi per polis.
d. Pilih dan klik dan klik pada tampilan berikut:
e. Pilih nama tabel yang akan kita olah pada tampilan berikut:
f. Pilih field-field yang dibutuhkan untuk pencarian semua saldo negative dalam data cadangan premi dan tentukan kriterianya ("<0") sesuai dengan tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333388888888
g. Untuk melihat hasil pencarian, klik datasheet view sebagaimana ditunjukkan pada tampilan berikut:
h. Kemudian simpan query ini dengan nama “Cadangan Saldo Negatif’.
6. Cek kembali saldo cadangan premi per produk sebagai mana terdapat di dalam data aktuaria/akuntansi yang ada, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pilih dan klik dan klik
pada tampilan berikut:
b. Pilih nama tabel yang akan kita olah pada tampilan berikut:
c. Pilih field-field yang digunakan untuk menghitung UP, premi, dan cadangan premi per produk, kemudian klik
� sehingga tampilan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111113333333399999999
d. Untuk melihat hasilnya, klik datasheet view sebagaimana ditunjukkan pada tampilan berikut:
e. Kemudian simpan query di atas dengan nama “Subtotal per Produk”.
f. Setelah didapat data cadangan per produk, bandingkan dengan rekapitulasi yang dimiliki perusahaan, lakukan konfirmasi bila ada ketidak cocokan. Buat kesimpulan untuk tahap ini.
7. Periksa kelengkapan data polis inforce yang dipakai sebagai input dalam perhitungan cadangan premi.
Contoh:
a. Membandingkan data pinjaman polis dengan portfolio cadangan premi (polis inforce), dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua pinjaman polis telah dimasukkan dalam perhitungan cadangan premi.
b. Sebagai alasan, polis yang dapat digadaikan adalah polis yang memiliki nilai tunai yang otomatis memiliki cadangan premi sehingga semua polis yang terdaftar sebagai pinjaman polis, harus ada di data cadangan premi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444400000000
Langkah untuk melakukan pembandingan:
a. Pilih dan klik dan klik pada
tampilan berikut:
b. Pilih nama tabel pertama yang akan kita bandingkan, misalnya tabel pinjaman polis pada tampilan berikut:
c. Klik pilih nama tabel pembanding, misalnya tabel cadangan premi untuk menyakinkan bahwa semua pinjaman polis telah dimasukkan dalam portofolio cadangan premi, pada tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444411111111
d. Pilih field-field yang dibutuhkan untuk membandingkan data pinjaman polis dengan portfolio cadangan premi (polis inforce) dan tentukan kriteria yang akan dibandingkan (misalnya: nomor polis) sesuai dengan tampilan berikut:
e. Pilih field-field yang akan ditampilkan (tabel: pinjaman polis) untuk melihat pinjaman polis yang tidak termasuk dalam portofolio cadangan premi dengan tampilan berikut:
f. Klik , tulis nama query tersebut
dan klik untuk melihat hasilnya, sebagaimana ditunjukkan dalam tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444422222222
8. Apabila terdapat pinjaman polis yang tidak dicadangkan, copy data tersebut ke dalam MS Excel, print data tersebut, dan mintakan konfirmasi status polis ke bagian policyholder service.
9. Bila ternyata masih inforce, tanyakan ke bagian aktuaria mengapa tidak ada di file cadangan. (Bedakan antara tecnical errorr atau human errorr atau fraud).
10. Lakukan langkah langkah yang sama untuk data indikator lain, yaitu produksi premi, tagihan premi, tahapan dibayar, dan lain-lain.
11. Khusus data rincian cadangan premi awal dan beban klaim ada dua proses matching data, yaitu sebagai berikut:
a. Lakukan proses unmatching dari data cadangan premi awal ke data beban klaim. Langkah tersebut untuk memastikan bahwa semua polis yang ada di data awal cadangan premi, dan selama periode berjalan tidak terjadi klaim, maka polis-polis tersebut harusnya inforce pada akhir periode.
b. Lakukan proses unmatching antara data di atas (hasil di tahap a) dengan data cadangan per polis di akhir periode).
c. Apabila ada data yang tidak matching, lakukan konfirmasi ke bagian policyholder service untuk mengetahui status polisnya.
d. Apabila ada polis yang sebenarnya masih inforce, lakukan konfirmasi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444433333333
ke bagian aktuaria dan bagian terkait lainnya.
e. Rekomendasikan (pada saat pemeriksaan) kepada bagian aktuaria untuk menghitung cadangan premi atas polis yang unmatch tersebut, untuk mendapatkan estimasi kekurangan cadangan premi.
12. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii yyyyyyyyaaaaaaaannnnnnnngggggggg DDDDDDDDiiiiiiiijjjjjjjjuuuuuuuuaaaaaaaallllllll PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
1. Cadangan premi per produk.
1. Dapatkan rincian cadangan premi per produk dan data produksi premi per produk.
2. Data produksi premi per produk.
2. Ambil sampel yang mewakili atas produk yang dominan dari aspek produksi dan cadangan premi.
3. Deskripsi produk. 3. Dapatkan deskripsi produknya.
4. Dokumen pelaporan produk baru.
4. Pelajari asumsi-asumsi yang digunakan. Contohnya tingkat bunga aktuaria.
5. Rincian hasil investasi.
5. Peroleh data pendukung lainnya, misalnya rincian hasil investasi dari bagian keuangan/investasi.
6. Bandingkan data tingkat bunga.
7. Analisis jenis benefit dan ketentuan lainnya, pastikan bahwa produk tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi.
8. Periksa kelengkapan data pelaporan produk baru kepada Kementerian Keuangan (Bapepam-LK), dan pastikan bahwa proses perlaporan produk telah selesai.
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
FFFFFFFFoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmuuuuuuuullllllllaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhiiiiiiiittttttttuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
1. Cadangan premi per produk.
1. Dapatkan rincian cadangan premi per produk dan data produksi premi per produk.
2. Data produksi 2. Ambil sampel yang mewakili atas produk
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444444444444
premi per produk. yang dominan dari aspek produksi dan cadangan premi.
3. Deskripsi produk. 3. Dapatkan deskripsi produknya.
4. Dokumen pelaporan produk baru.
4. Pelajari asumsi-asumsi yang digunakan. Contohnya tingkat bunga aktuaria, tabel mortalita, dan rumus cadangan.
5. Cek ke bagian terkait (IT atau aktuaria) yang menghitung cadangan di sistem. Pelajari rumus algoritmik.
6. Pastikan bahwa semua benefit telah ada rumus cadangannya di sistem. Contohnya, benefit utama dan rider.
7. Apabila belum lengkap, lakukan konfirmasi ke bagian terkait.
8. Rekomendasikan perusahaan untuk menghitung estimasi kekuarangannya.
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
ee.. CCaaddaannggaann AAttaass PPrreemmii YYaanngg BBeelluumm MMeerruuppaakkaann
PPeennddaappaattaann ((CCAAPPYYBBMMPP))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Pembentukan CAPYBMP memiliki fungsi yang berbeda-beda jika ditinjau dari aspek yang berbeda. Fungsi tersebut antara lain adalah sebagai konsekuensi adanya pengakuan pendapatan berdasarkan periode risiko atau untuk mengantisipasi adanya pengembalian premi jika terjadi penghentian pertanggungan. Terdapat pula pandangan yang mengaitkan pembentukan CAPYBMP tersebut dengan antisipasi terhadap risiko di masa depan mengingat pertanggungan masih berjalan.
2. Sesuai ketentuan yang berlaku, CAPYBMP dibentuk berdasarkan metode aggregate, masing-masing sebesar 40% dari premi neto untuk pertanggungan yang periode asuransinya lebih dari 1 bulan dan 10% untuk pertanggungan yang periode asuransinya kurang dari 1 bulan.
Berdasarkan metode aggregate tersebut, premi neto yang diperhitungkan dalam pembentukan CAPYBMP adalah seluruh premi neto yang diterima perusahaan untuk kurun waktu satu tahun terakhir. Untuk laporan tahunan, pembentukan CAPYBMP didasarkan kepada premi neto yang diperoleh pada tahun berjalan, sementara untuk laporan triwulanan, pembentukan CAPYBMP didasarkan pada premi neto 4 triwulan terakhir.
Penggunaan premi neto satu tahun atau empat triwulan tersebut
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444455555555
didasarkan pada periode pertanggungan jangka pendek yang umumnya adalah satu tahun.
3. Standar akuntansi keuangan (SAK), memberikan pilihan penggunaan metode pembentukan tersebut sepanjang dilakukan secara konsisten. Perusahaan dapat menggunakan metode individual polis atau aggregate polis.
4. Perbedaan penggunaan metode pembentukan CAPYBMP antara ketentuan yang berlaku (SAP) dan SAK dapat menyebabkan adanya perbedaan besar CAPYBMP yang disajikan di dalam laporan keuangan atau laporan perhitungan tingkat solvabilitas antara laporan SAP dan laporan SAK. Pada kasus demikian, pemeriksaan lebih difokuskan pada kecukupan CAPYBMP berdasarkan SAP.
5. Secara umum, pertanggungan asuransi umum memiliki periode pertanggungan jangka pendek yaitu sampai dengan satu tahun. Namun dalam perkembangannya beberapa kontrak asuransi umum mencakup periode lebih dari satu tahun. Beberapa contoh kontrak asuransi yang mencakup periode lebih dari satu tahun antara lain adalah kontrak asuransi yang menutup risiko debitur bank, kontrak asuransi kendaraan bermotor yang melibatkan perusahaan pembiayaan atau perbankan, dan kontrak asuransi yang menutup objek pertanggungan berupa agunan pinjaman bank.
6. Untuk kontrak asuransi tersebut pada nomor 5, pemeriksa perlu memastikan bahwa seluruh pertanggungan asuransi yang masih berjalan harus dibentuk cadangannya. Namun untuk memastikan kecukupan cadangan tersebut, pemeriksa perlu terlebih dahulu untuk memahami isu terkait dengan metode pengakuan premi untuk pertanggungan asuransi dengan kontrak lebih dari satu tahun tersebut.
7. Pada kontrak asuransi berjangka waktu lebih dari satu tahun, sewajarnya pendapatan premi diakui secara proporsional untuk setiap periode kontrak asuransi yang dijalani. Untuk kontrak asuransi berjangka panjang yang isi kontrak/yang diperjanjikan tidak berubah maka pengakuan pendapatan premi dapat dilakukan secara sekaligus karena pada umumnya isi dari kontrak jangka panjang tidak berubah sampai berakhirnya kontrak. Walaupun perusahaan mengakui pendapatan secara sekaligus, CAPYBMP harus dibentuk secara proporsional sesuai periode risiko yang akan dijalani yaitu sebesar 40% dari premi neto tahun pertama ditambah dengan 100% dari premi neto tahun selanjutnya. Pembentukan CAPYBMP tersebut harus diikuti pula dengan metode pencairan CAPYBMP secara bertahap. Sebagai contoh: pada tahun kedua, CAPYBMP yang dicairkan adalah 40% dari premi neto tahun pertama dan 60%
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444466666666
dari premi neto tahun kedua. Dengan metode tersebut, pada tahun kedua, perusahaan masih memiliki CAPYBMP sebesar 40% dari premi neto tahun kedua ditambah dengan 100% dari premi neto tahun selanjutnya. Proses pencairan secara bertahap tersebut dilakukan sampai berakhirnya kontrak asuransi.
8. Kebijakan akuntansi lainnya terkait dengan pengakuan pendapatan premi tersebut adalah mengakui pendapatan premi secara proporsional sesuai periode risiko yang dijalani. Premi diakui sebagai pendapatan untuk bagian premi satu tahun. Sedangkan bagian premi yang belum diakui sebagai pendapatan dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka, dan merupakan bagian dari kewajiban teknis (kewajiban kepada pemegang polis).
Dalam praktiknya, pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka tersebut diakui oleh perusahaan sebagai bagian dari kelompok akun utang lain. Pengakuan tersebut memberikan dampak terhadap hasil perhitungan rasio perimbangan investasi terhadap cadangan teknis ditambah dengan utang klaim retensi sendiri.
Mengingat bahwa pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka tersebut merupakan bagian dari kewajiban kepada pemegang polis, dalam rangka perhitungan rasio perimbangan investasi tersebut, pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka seharusnya ikut diperhitungkan di dalam perhitungan rasio perimbangan investasi dimaksud.
Pemeriksa perlu mengungkapkan hasil perhitungan rasio perimbangan investasi tanpa memasukkan unsur pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka dan dengan memasukkan unsur pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka.
9. Dalam praktiknya, kedua kebijakan akuntansi terkait dengan pengakuan pendapatan premi tersebut pada nomor 7 dan nomor 8 digunakan oleh perusahaan, sehingga terdapat ketidakseragaman metode pengakuan pendapatan premi tersebut. Selain itu, tidak terdapat kriteria yang jelas mengenai batasan penggunaan metode pengakuan pendapatan premi tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444477777777
tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Pasal 28 dan Pasal 30 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
4. Pasal 17 s.d. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
5. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo CAPYBMP telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo CAPYBMP secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo CAPYBMP secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pembentukan CAPYBMP.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAttttttttaaaaaaaassssssss PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg BBBBBBBBeeeeeeeelllllllluuuuuuuummmmmmmm
MMMMMMMMeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuuppppppppaaaaaaaakkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan surplus underwriting.
1. Minta perhitungan CAPYBMP.
2. Minta laporan surplus underwriting/ laporan laba rugi, dan neraca saldo untuk akun nominal (laba rugi).
2. Premi penutupan langsung, premi reasuransi masuk dan keluar, komisi diterima dan dibayar, dan premi neto.
3. Minta daftar rincian premi penutupan langsung , premi reasuransi masuk dan keluar, serta komisi diterima dan dibayar setahun terakhir.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444488888888
3. Daftar CPYBMP jika dihitung secara harian.
4. Tentukan jumlah premi neto berdasarkan ketentuan yang berlaku.
5. Hitung jumlah CAPYBMP.
6. Bandingkan dengan hasil perhitungan CAPYBMP perusahaan.
7. Bila terdapat perbedaan, cari penyebab perbedaan dan mintakan penjelasan pada perusahaan.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain jumlah CAPYBMP serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
ff.. CCaaddaannggaann KKllaaiimm DDaallaamm PPrroosseess
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Cadangan klaim dalam proses adalah cadangan yang dibentuk untuk seluruh klaim yang telah dilaporkan namun masih dalam proses penyelesaian.
Secara umum, klaim yang telah dinyatakan layak bayar namun masih dalam proses kesepakatan dengan tertanggung terkait dengan jumlah ganti rugi termasuk dalam cadangan klaim dalam proses.
2. Cadangan klaim dalam proses dibentuk berdasarkan estimasi wajar klaim retensi sendiri yaitu estimasi klaim bruto pada laporan klaim sementara (preliminary loss advised) setelah dikurangi dengan estimasi bagian dari beban reasuradur ditambah dengan perkiraan mengenai biaya loss adjuster, jika ada.
3. Secara umum, penetapan klaim dinyatakan layak bayar atau ditolak merupakan proses yang dilakukan oleh perusahaan. Proses tersebut dapat dilakukan tanpa harus menunggu kesepakatan dari tertanggung. Dengan demikian, untuk klaim yang dinyatakan ditolak oleh perusahaan, perusahaan dapat tidak membentuk cadangan klaim meskipun tertanggung belum menyatakan menerima keputusan klaim yang dibuat oleh perusahaan.
4. Apabila tertanggung tidak menerima keputusan perusahaan yang menolak klaim yang diajukan tertanggung, dan tertanggung melakukan gugatan hukum melalui pengadilan, perusahaan perlu membentuk cadangan dalam bentuk contingent liability. Pembentukan tersebut sepenuhnya mengacu pada SAK.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111114444444499999999
Di dalam SAK dinyatakan bahwa contingent liability (kewajiban kontijensi) adalah kewajiban yang mungkin atau mungkin tidak dikeluarkan oleh entitas tergantung pada hasil dari peristiwa masa depan, seperti kasus pengadilan. Utang tersebut dicatat dalam rekening perusahaan dan ditampilkan dalam neraca ketika kedua kemungkinan dapat diduga. Sebuah catatan kaki neraca menggambarkan sifat dan besar kewajiban kontijensi. Kemungkinan kerugian yang digambarkan sebagai mungkin, cukup mungkin, atau kecil kemungkinannya. Kemampuan untuk memperkirakan kerugian digambarkan sebagai diketahui, cukup diduga, atau tidak wajar diduga.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 29 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
3. Pasal 17 s.d. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo cadangan klaim dalam proses telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo cadangan klaim dalam proses secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo cadangan klaim dalam proses secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pembentukan cadangan klaim dalam proses.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555500000000
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm DDDDDDDDaaaaaaaallllllllaaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeessssssss
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Klaim register. 1. Cek saldo dalam daftar cadangan klaim perusahaan ke daftar outstanding klaim, buku besar, dan buku pembantu. Bila terdapat perbedaan minta penjelasan perusahan.
2. Rincian klaim dalam proses (outstanding claims) dari bagian klaim dan bagian akuntansi.
2. Bandingkan rincian klaim dari bagian klaim dengan rincian klaim dari bagian akuntansi. Bila terdapat perbedaan minta penjelasan perusahan.
3. Dokumen pendukung atas sample yang diambil yang mencakup antara lain: laporan kerugian sementara, laporan loss adjuster, serta perhitungan share reasuransi dan retensi sendiri.
3. Lakukan uji petik (sample sebaiknya diambil baik dari rincian klaim dalam proses (outstanding) maupun register klaim).
4. Telusuri sample klaim tersebut ke bukti pendukungnya antara lain laporan klaim, polis, loss adjuster report, perhitungan dengan reasuradur, dan laporan kerugian sementara. Jika pada saat pemeriksaan lapangan berlangsung klaim tersebut sudah diselesaikan mintakan juga laporan klaim pasti dan bukti pembayaran.
5. Teliti kemungkinan adanya klaim yang ada dalam klaim register dan klaim tersebut belum selesai atau tidak ditolak, tetapi belum masuk dalam daftar klaim outstanding.
6. Teliti kemungkinan adanya penyajian sebesar perkiraan klaim bruto. Saldo cadangan klaim retensi sendiri seharusnya disajikan sebesar klaim retensi sendiri.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain jumlah cadangan klaim serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
gg.. CCaaddaannggaann KKllaaiimm IIBBNNRR
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555511111111
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Cadangan klaim IBNR adalah cadangan yang dibentuk dalam rangka mengantisipasi adanya klaim yang sudah terjadi namun tertanggung belum melaporkan/mengajukan klaim tersebut kepada perusahaan.
Terdapat kemungkinan adanya kontrak asuransi yang memberikan batasan waktu yang sempit kepada tertanggung untuk mengajukan klaim. Dengan adanya ketentuan tersebut, klaim yang diajukan melebihi batas waktu pengajuan secara otomatis menjadi tidak layak bayar. Namun secara umum tiap kontrak asuransi memberikan batas waktu yang cukup kepada tertanggung untuk mengajukan klaim. Dengan pertimbangan tersebut, cadangan klaim IBNR perlu dibentuk untuk tiap lini usaha asuransi kerugian, kesehatan, dan kecelakaan diri.
2. Cadangan klaim IBNR dibentuk berdasarkan estimasi wajar klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan dengan menggunakan metode rasio klaim atau salah satu dari triangle method, berikut perkiraan mengenai biaya loss adjuster setelah dikurangi dengan estimasi bagian klaim beban reasuradur.
3. Secara umum, cadangan klaim IBNR perlu dibentuk apabila proyeksi klaim yang seharusnya terjadi pada periode tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi klaim yang dilaporkan oleh tertanggung.
a. Proyeksi klaim dihitung dengan cara mengalikan rata-rata loss ratio untuk sekurang-kurangnya 3 tahun terakhir dengan realisasi premi neto periode berjalan yaitu premi neto periode satu tahun terakhir atau 4 triwulan terakhir.
1) Loss ratio yang digunakan di dalam penetapan proyeksi klaim yang seharusnya terjadi tersebut merupakan loss ratio retensi sendiri yang diperoleh dari premi neto dibagi dengan klaim neto. Premi neto adalah premi bruto dikurangi dengan premi reasuransi, masing-masing setelah dikurangi dengan komisi, sedangkan klaim neto adalah klaim bruto dikurangi dengan klaim reasuransi.
Data rata-rata loss ratio tersebut tidak harus menggunakan data loss ratio untuk tahun yang berurutan. Secara statistik, data loss ratio pada tahun tertentu dapat saja tidak digunakan apabila data tersebut menunjukkan merupakan data pencilan atau data yang memiliki deviasi yang signifikan dengan rata-rata loss ratio.
2) Premi neto yang digunakan dalam penetapan proyeksi klaim yang seharusnya terjadi tersebut merupakan premi neto yang diperoleh dari perhitungan premi bruto dikurangi dengan premi reasuransi, masing-masing setelah dikurangi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555522222222
dengan komisi.
b. Pada akhir periode atau pada tanggal laporan, realisasi klaim yang sudah dilaporkan oleh tertanggung dapat berbentuk klaim yang dinyatakan layak bayar, klaim yang dinyatakan ditolak, dan klaim yang masih dalam proses.
1) Mempertimbangkan pemahaman mengenai realisasi klaim yang dilaporkan tertanggung tersebut, kewajaran pembentukan cadangan klaim IBNR ditentukan oleh ketersediaan data yang cukup mengenai nilai klaim retensi sendiri yang dibayar, nilai klaim retensi sendiri yang ditolak, dan nilai cadangan klaim dalam proses.
2) Permasalahan yang mungkin timbul terkait dengan data nilai klaim yang telah dilaporkan oleh tertanggung adalah kendala dalam penyediaan informasi mengenai nilai klaim retensi sendiri untuk klaim yang dinyatakan ditolak perusahaan. Bila informasi mengenai nilai klaim retensi sendiri untuk klaim yang dinyatakan ditolak tidak tersedia di perusahaan maka perhitungan nilai klaim yang dilaporkan oleh tertanggung tersebut dapat bertumpu hanya pada nilai klaim retensi sendiri yang dibayar dan nilai cadangan klaim dalam proses.
4. Beberapa perusahaan melakukan perhitungan cadangan klaim IBNR menggunakan metode pendekatan antara lain menggunakan metode persentase tertentu dari cadangan klaim dalam proses.
Untuk kasus tersebut, pemeriksa perlu memastikan bahwa perusahaan telah melakukan analisis dan kajian yang cukup terhadap penetapan persentase tersebut serta review secara berkala terhadap kecukupan penggunaan metode tersebut.
Pemeriksa perlu pula melakukan pembandingan antara hasil perhitungan perusahaan dengan perhitungan pemeriksa menggunakan metode sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Pembentukan cadangan klaim IBNR perlu dilakukan dengan tingkat kewajaran yang cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Untuk itu, pemeriksa perlu melakukan pembandingan antara hasil perhitungan cadangan klaim IBNR dan cadangan klaim dalam proses yang dibentuk perusahaan.
Secara umum, cadangan klaim IBNR yang dibentuk perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan cadangan klaim dalam proses. Namun, terdapat kemungkinan cadangan klaim IBNR memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan cadangan klaim dalam proses. Kondisi tersebut dapat terjadi antara lain disebabkan bila rasio klaim tahun berjalan jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio klaim tahun sebelumnya, dan kemungkinan adanya
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555533333333
kesalahan dalam in put data.
6. Metode Rasio Klaim
Rumus:
CK IBNR = PK – (Kn + CDKP + Kt)
CK IBNR = Cadangan klaim IBNR. PK = Proyeksi klaim. Kn = Klaim dibayar retensi sendiri. CDKP = Cadangan klaim dalam proses. Kt = Klaim ditolak retensi sendiri.
PK = RK x Pnt
PK = Proyeksi klaim. RK = Rasio klaim sekurang-kurangnya 3 tahun terakhir. Pnt = Premi neto satu tahun terakhir atau 4 triwulan
terakhir.
RK = Kn t-3 + Kn t-2 + Kn t-1
Pn t-3 + Pn t-2 + Pn t-1
RK = Rasio klaim (loss/claim ratio) sekurang-kurangnya 3 tahun terakhir.
Pnt = Premi neto satu tahun terakhir atau 4 triwulan terakhir.
Knt = Klaim neto satu tahun terakhir atau 4 triwulan terakhir, termasuk biaya-biaya antara lain biaya survey dan loss adjuster.
Penggunaan data.
Contoh: Data yang akan digunakan untuk perhitungan cadangan klaim IBNR untuk TW II/2010 dengan metode rasio klaim sebagai berikut:
a. Rasio klaim untuk triwulan II/2011 yaitu data rata-rata rasio klaim dari tahun sekurang-kurangnya untuk tahun 2010, 2009, dan 2008.
b. Proyeksi klaim = rasio klaim 3 tahun (atau lebih) x jumlah premi neto 4 triwulan terakhir yakni premi neto TW II/2010, TW I/2010, TW IV/2009, dan TW III/2009.
c. Cadangan klaim dalam proses tahun berjalan yaitu per TWII/2010.
d. Klaim dibayar selama periode TW II/2010, TW I/2010, TW IV/2009, dan TW III/2009.
e. Klaim ditolak selama periode TW II/2010, TW I/2010, TW IV/2009, dan TW III/2009.
DDaassaarr HHuukkuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555544444444
1. Pasal 29 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 17 s.d. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo cadangan klaim IBNR telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo cadangan klaim IBNR secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo cadangan klaim IBNR secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pembentukan cadangan klaim IBNR.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm IIIIIIIIBBBBBBBBNNNNNNNNRRRRRRRR
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Rincian Perhitungan Klaim IBNR.
1. Minta kebijakan penghitungan Klaim IBNR (metode yang digunakan dan cara penghitungannya).
2. Data premi neto untuk periode laporan tahunan atau 4 triwulan terakhir. 2. Lakukan review atas
perhitungan Cadangan Klaim IBNR.
3. Data rasio klaim neto selama 3 tahun atau lebih.
4. Data klaim dibayar periode laporan tahunan atau 4 triwulan terakhir.
3. Bandingkan metode yang dipakai perusahaan dengan metode menurut ketentuan yang berlaku.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555555555555
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555566666666
5. Data klaim ditolak periode laporan tahunan atau 4 triwulan terakhir.
4. Lakukan koreksi apabila terdapat perbedaan yang material.
6. Cadangan klaim dalam proses periode laporan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain jumlah cadangan klaim serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
hh.. PPiinnjjaammaann SSuubboorrddiinnaassii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 31 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 02/BL/2009 tanggal 21 Januari 2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo pinjaman subordinasi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo pinjaman subordinasi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pinjaman subordinasi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPiiiiiiiinnnnnnnnjjjjjjjjaaaaaaaammmmmmmmaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSuuuuuuuubbbbbbbboooooooorrrrrrrrddddddddiiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Perjanjian Pinjaman Subordinasi dan Akta notaris
1. Telusuri mutasi Pinjaman Subordinasi tersebut ke buku besar, buku besar
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555577777777
pembantu.
2. Telusuri aliran dana (kas masuk dan/atau keluar) yang timbul dari pinjaman Subordinasi dan penempatan assetnya.
3. Teliti perjanjian pinjaman subordinasi mengenai:
a. Jumlah pokok pinjaman.
b. Tanggal peminjaman.
c. Tanggal jatuh tempo perjanjian.
d. Tingkat bunga.
e. Bunga yang terutang dan jatuh tempo.
f. Sisa pinjaman.
g. Klausula tentang pembayaran/peluna-san.
h. Ketentuan lain mengenai pinjaman subordinasi.
4. Bandingkan perjanjian pinjaman subordinasi tersebut dengan ketentuan di bidang usaha perasuransian mengenai pinjaman subordinasi.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain jumlah pinjaman subordinasi serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
ii.. DDaannaa JJaammiinnaann
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555588888888
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 36 s.d. Pasal 37D Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
3. Pasal 34 s.d. Pasal 39 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo dana jaminan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo dana jaminan secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo dana jaminan secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan dana jaminan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa JJJJJJJJaaaaaaaammmmmmmmiiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Statement of account (SOA)/laporan dana jaminan dari bank kustodian.
1. Bandingkan saldo dan rincian dari dana jaminan pada SOA dengan buku besar dan laporan keuangan.
2. Sertifikat kepemilikan dana jaminan.
2. Teliti isi perjanjian penyimpanan dana jaminan dengan bank kustodian apakah telah memuat ketentuan yang dipersyaratkan di dalam
3. Perjanjian penyimpanan dana jaminan dengan bank kustodian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111115555555599999999
peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
3. Hitung kecukupan saldo dana jaminan sesuai ketentuan.
4. Lakukan uji petik terhadap pencairan dari dana jaminan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain jumlah dana jaminan serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
jj.. RRaassiioo PPrreemmii NNeettoo TTeerrhhaaddaapp MMooddaall SSeennddiirrii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 35 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Rasio premi neto terhadap modal sendiri telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Rasio premi neto terhadap modal sendiri telah disajikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp MMMMMMMMooooooooddddddddaaaaaaaallllllll
SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Buku produksi premi, komisi, dan reasuransi
1. Pemeriksaan tehradap rasio ini terkait dengan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666600000000
2. Laporan keuangan. pemeriksaan terhadap premi, komisi, reasuransi, dan saldo modal sendiri.
2. Bandingkan jumlah premi neto (premi bruto-komisi dibayar- premi reasuransi+ komisi diterima) dengan saldo modal sendiri.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain rasio premi neto terhadap modal sendiri serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
jj.. RRaassiioo IInnvveessttaassii TTeerrhhaaddaapp CCaaddaannggaann TTeekknniiss DDaann UUttaanngg
KKllaaiimm RReetteennssii SSeennddiirrii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 32 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tanggal 28 Oktober 2008.
2. Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Rasio investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim retensi sendiri telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Rasio investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim retensi sendiri telah disajikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666611111111
TTTTTTTTeeeeeeeekkkkkkkknnnnnnnniiiiiiiissssssss ddddddddaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm RRRRRRRReeeeeeeetttttttteeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii
SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger investasi.
1. Pemeriksaan terhadap rasio ini terkait dengan pemeriksaan terhadap investasi, cadangan teknis, dan utang klaim.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger cadangan teknis.
3. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger utang klaim retensi sendiri.
2. Bandingkan saldo investasi dengan saldo cadangan teknis dan utang klaim retensi sendiri.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain rasio investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim retensi sendiri serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan di bidang usaha perasuransian.
PPeerruussaahhaaaann AAssuurraannssii DDaann PPeerruussaahhaaaann RReeaassuurraannssii DDeennggaann
PPrriinnssiipp SSyyaarriiaahh
1. Pemeriksaan terhadap akun-akun khusus untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah mengacu pada prosedur di bawah ini.
2. Untuk akun yang sama dengan akun yang ada di laporan untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional, prosedur pemeriksaan mengacu pada prosedur pemeriksaan untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional.
11.. TTIINNGGKKAATT SSOOLLVVAABBIILLIITTAASS DDAANN QQAARRDDHH
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang menjalankan program asuransi dengan prinsip syariah umumnya akan mengenal tiga jenis laporan keuangan yaitu:
a. Laporan keuangan dana tabarru’;
b. Laporan keuangan dana investasi peserta; dan
c. Laporan keuangan dana perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666622222222
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011, terdapat dua jenis kesehatan keuangan yaitu:
a. Kesehatan keuangan dana tabarru’; dan
b. Kesehatan keuangan dana perusahaan.
Oleh karena itu terdapat dua jenis tingkat solvabulitas yaitu:
a. Tingkat solvabilitas dana tabarru’.
b. Tingkat solvabilitas dana Perusahaan.
3. Hal Penting terkait BTSM:
a. Secara umum cara perhitungan batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) untuk usaha asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah sama dengan cara perhitungan BTSM untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi syariah sebagaimana diatur dalam Lampiran Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b. Diskon faktor risiko yang terdapat dalam PER-02/BL/2009 tidak diterapkan lagi.
c. Komponen risiko sama untuk asuransi jiwa dan asuransi kerugian, dan terdiri dari:
1) Kegagalan pengelolaan kekayaan.
2) Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban.
3) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang.
4) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan.
5) Ketidakcukupan kontribusi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan kontribusi dengan hasil investasi yang diperoleh.
6) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.
d. Terdapat skedul pemenuhan secara bertahap. Pentahapan tersebut diatur dalam Pasal 52 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
4. Qardh: dana yang wajib disediakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan/atau
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666633333333
kewajiban ditambah Dana yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan proses produksi, ketidakmampuan sumber daya manusia dan/atau sistem untuk berkinerja baik, atau adanya kejadian-kejadian lain yang merugikan.
5. Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tingkat solvabilitas antara perusahaan dan pemeriksa, pemeriksa harus mengungkapkan terjadinya perbedaan tersebut dan penyebab terjadinya perbedaan. Perbedaan perhitungan dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam pengakuan kekayaan, kewajiban, dan hasil perhitungan batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM).
6. Pemeriksa dapat melakukan koreksi terhadap hasil perhitungan tingkat solvabilitas sepanjang pemeriksa dapat melakukan koreksi terhadap kekayaan, kewajiban, atau perhitungan BTSM yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan dengan tingkat keyakinan yang cukup terhadap hasil perhitungan tersebut. Apabila pemeriksa tidak memiliki keyakinan yang cukup untuk melakukan koreksi karena keterbatasan data untuk melakukan koreksi, maka perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan tidak perlu dikoreksi. Di dalam laporan hasil pemeriksaan tetap disajikan hasil perhitungan perusahaan, namun disertai dengan catatan pengungkapan bahwa pemeriksa tidak dapat meyakini kewajaran perhitungan tingkat solvabilitas disertai dengan alasan pemeriksa untuk tidak meyakini kewajaran tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 11 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 07/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Pedoman perhitungan Jumlah Dana Yang Diperlukan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Pengelolaan Dana Tabarru’ Dan Perhitungan Jumlah Dana Yang Harus Disediakan Perusahaan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Yang Mungkin Timbul Dalam Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666644444444
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tingkat solvabilitas, yang mencakup antara lain:
1. Tingkat solvabilitas yang dicapai perusahaan telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
2. Perhitungan tingkat solvabilitas, termasuk pengakuan dan perhitungan kekayaan yang diperkenankan, kewajiban, dan BTSM, telah dilakukan sesuai dengan ketentuan atau standar akuntansi yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Objek, dokumen, dan prosedur pemeriksaan mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk prosedur pemeriksaan terhadap usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional. Namun, jumlah laporan untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah lebih banyak dibandingkan dengan laporan untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional.
22.. TTAAGGIIHHAANN KKOONNTTRRIIBBUUSSII ((DDAANNAA PPEESSEERRTTAA))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Tagihan kontribusi sesuai dengan standar akuntansi keuangan:
a. Kontribusi (contribution) adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan ujrah. (PSAK 108 Par 13)
b. Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam dana peserta (PSAK 108 Par 14)
c. Tagihan Kontribusi adalah tagihan kontribusi kepada peserta yang telah jatuh tempo dan masih dalam masa keleluasaan.
2. Tagihan kontribusi meliputi, tagihan kontribusi kepada tertanggung/ agen/broker, dan perusahaan asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi. Tagihan kontribusi dicatat sebesar jumlah nominalnya dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (piutang ragu-ragu). Dalam hal perusahaan memberikan discount kontribusi kepada tertanggung, maka discount tersebut langsung dikurangkan dari tagihan kontribusi.
3. Permasalahan yang berpotensi untuk terjadi adalah perusahaan menghitung saldo tagihan kontribusi yang belum jatuh tempo (un due) untuk tagihan yang belum dibukukan sebagai pendapatan dan belum dibentuk cadangan premi yang belum merupakan pendapatan, sebagai bagian dari saldo tagihan kontribusi. Tagihan kontribusi yang belum jatuh tempo (un due) tersebut
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666655555555
seharusnya belum dapat dihitung sebagai tagihan kontribusi.
4. Koreksi yang dilakukan pemeriksa.
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo tagihan kontribusi atau kesalahan dalam melakukan perhitungan saldo tagihan kontribusi yang diperkenankan, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo tagihan kontribusi dan atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
5. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran tagihan secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 108.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 14 huruf b dan 5 huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
2.Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 07/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Dana Yang Diperlukan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Pengelolaan Dana Tabarru’ Dan Perhitungan Jumlah Dana Yang Harus Disediakan Perusahaan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Yang Mungkin Timbul Dalam Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan kontribusi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666666666666
2. Saldo tagihan kontribusi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo tagihan kontribusi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan kontribusi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKoooooooonnnnnnnnttttttttrrrrrrrriiiiiiiibbbbbbbbuuuuuuuussssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan kontribusi. 1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Buku produksi yaitu akun “kontribusi para peserta” yang berasal dari kontribusi para peserta yang diakumulasikan ke dana tabarru’.
2. Review kebijakan pencadangan dan penghapusan tagihan kontribusi tak tertagih.
3. Lakukan uji petik atas tagihan kontribusi (terutama untuk tagihan kontribusi yang umurnya kurang dari 2 bulan). Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Aging schedule.
5. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
6. Kebijakan akuntansi mengenai kontribusi yang diterima dan perubahannya serta pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya.
4. Review aging schedule tagihan kontribusi.
5. Telusuri nomor nota tagihan, nomor polis, dan nama tertanggung dari catatan ke nota dan berkas polis.
7. Kebijakan mengenai pencadangan dan penghapusan tagihan kontribusi tidak tertagih.
6. Telusuri dari nota tagihan ke pengakuan pendapatan “kontribusi para peserta”.
7. Periksa kelayakan catatan-catatan otorisasi. Untuk lebih meyakinkan, periksa apakah polis masih berlaku.
8. Minta penjelasan bila ada tagihan kontribusi yang diragukan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666677777777
9. Telusuri jumlah pembayaran sample tagihan kontribusi yang telah dilakukan (baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca).
10. Apabila perusahaan menggunakan jasa perusahaan agen atau broker, minta perjanjian dengan perusahaan tersebut dan pelajari klausula yang berhubungan dengan pembayaran kontribusi.
11. Untuk sample tagihan kontribusi yang melalui agen/broker, yakinkan bahwa agen/broker tersebut masih aktif melakukan kegiatan usaha.
12. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi atas saldo tagihan kontribusi.
13. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
14. Masukkan saldo hasil pemeriksaan tagihan kontribusi dalam neraca hasil pemeriksaan.
15. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
16. Masukkan admitted assets tagihan kontribusi tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
17. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo tagihan kontribusi SAK, saldo admitted asset dan non admitted assets, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666688888888
berlaku.
33.. TTAAGGIIHHAANN IINNVVEESSTTAASSII ((DDAANNAA PPEESSEERRTTAA DDAANN DDAANNAA
PPEERRUUSSAAHHAAAANN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Tagihan investasi adalah jumlah investasi yang telah diputuskan untuk dicairkan namun dananya belum masuk ke rekening Perusahaan. Dalam hal ini, saldo investasi telah berkurang dan sebagai akun lawannya adalah tagihan investasi yang saldonya sebesar nilai sisa tagihan.
2. Tagihan investasi yang diakui sebagai admitted asset adalah tagihan investasi yang umurnya tidak lebih dari 1 (satu) bulan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. (Pasal 15 huruf e).
3. Koreksi yang dilakukan pemeriksa.
a. Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa perusahaan asuransi melakukan kesalahan di dalam penyajian saldo tagihan investasi atau kesalahan dalam melakukan perhitungan saldo tagihan investasi yang diperkenankan, koreksi hanya dilakukan apabila didukung dengan data yang cukup.
b. Apabila data dimaksud tidak dapat disediakan oleh perusahaan karena keterbatasan sistem teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, maka terhadap kesalahan penyajian atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi.
c. Terhadap kondisi tersebut pada huruf b, harus dinyatakan bahwa saldo tagihan investasi dan atau perhitungan kekayaan yang diperkenankan tidak dapat diyakini kewajarannya. Pernyataan keyakinan mengenai kewajaran tersebut juga harus dinyatakan untuk perhitungan tingkat solvabilitas.
d. Perusahaan asuransi yang memiliki permasalahan tersebut pada huruf b harus diberikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 15 huruf e Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 15 Januari 2011 tentang Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 07/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Dana Yang Diperlukan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Pengelolaan Dana Tabarru’ Dan Perhitungan Jumlah Dana Yang Harus Disediakan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111116666666699999999
Perusahaan Untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian Yang Mungkin Timbul Dalam Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan investasi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan investasi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Saldo tagihan investasi secara SAP telah dihitung dan disajikan sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan investasi.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan investasi. 1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Buku Pencairan Investasi. 2. Lakukan uji petik atas tagihan kontribusi (terutama untuk tagihan premi yang umurnya kurang dari 2 bulan). Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Aging schedule.
5. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
3. Review aging schedule tagihan investasi.
4. Telusuri dokumen pencairan investasi dan Periksa kelayakan catatan-catatan otorisasi. Untuk lebih meyakinkan, periksa apakah perintah pencairan dilakukan oleh pejabat yang berwenang.
5. Minta penjelasan bila ada tagihan investasi yang diragukan.
6. Telusuri jumlah pembayaran
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777700000000
sample tagihan investasi yang telah dilakukan (baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca).
7. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi atas saldo tagihan investasi.
8. Hitung jumlah admitted asset dan non admitted asset.
9. Masukkan saldo hasil pemeriksaan tagihan investasi dalam neraca hasil pemeriksaan.
10. Masukkan saldo admitted asset dan non admitted assets ke dalam kertas kerja analisa kekayaan.
11. Masukkan admitted assets tagihan kontribusi tersebut ke dalam schedule perhitungan BTSM.
12. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya yang mencakup antara lain: saldo tagihan investasi SAK dan SAP, saldo admitted asset dan non admitted assets, serta ketaatan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
44.. TTAAGGIIHHAANN UUJJRRAAHH KKEEPPAADDAA PPEESSEERRTTAA ((DDAANNAA
PPEERRUUSSAAHHAAAANN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Perusahaan akan memiliki hak ujrah dari pengelolaan dana tabarru’ peserta.
2. Tagihan ujrah merupakan hak ujrah Perusahaan atas polis-polis dana tabarru’ yang telah diterbitkan “dana tabarru’’” yang telah jatuh tempo namun belum diterima oleh Perusahaan.
3. Tagihan ujrah kepada peserta dapat di cross check dengan akun ”utang ujrah kepada perusahaan” di sisi kewajiban neraca dana tabarru’.
4. Hal penting yang harus diperhatikan adalah memisahkan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777711111111
polis/produk mana yang dikelola dengan akad wakalah (timbul akun ujrah) dan yang dikelola dengan akad mudharabbah (timbul akun bagi hasil).
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 06/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Bentuk dan Susunan laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah berserta lampiran II
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan ujrah kepada peserta telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan ujrah kepada peserta secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan ujrah kepada peserta.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUjjjjjjjjrrrrrrrraaaaaaaahhhhhhhh
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan tagihan ujrah kepada peserta.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan
tagihan ujrah kepada peserta. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan surplus underwriting dan informasi porsi ujrah.
2. Review kebijakan ujrah kepada peserta.
4. Kebijakan mengenai ujrah kepada peserta (wakalah) yang ada di unit syariah.
3. Lakukan uji petik atas tagihan ujrah kepada peserta. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Pelajari tata cara perhitungan ujrah dan lakukan cek silang ke pembukuan di dana tabarru’ khususnya perhitungan surplus underwriting dan pengakuan utang ujrah kepada
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777722222222
Perusahaan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
55.. TTAAGGIIHHAANN AALLOOKKAASSII SSUURRPPLLUUSS UUNNDDEERRWWRRIITTIINNGG DDAANNAA
TTAABBAARRRRUU’’ ((DDAANNAA PPEERRUUSSAAHHAAAANN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Perusahaan harus memiliki kebijakan perlakuan surplus atau deficit underwriting dana tabarru’. (PSAK 108 Par 36)
2. Apabila dana tabarru’ mendapatkan surplus underwriting dan terdapat kebijakan/perjanjian bahwa surplus tersebut dibagi ke dana tabarru’ (akun di ekuitas dengan nama “akumulasi dana tabarru’” dan ke perusahaan, perusahaan dapat mengakui adanya “tagihan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
3. Tagihan alokasi surplus dana tabarru’ dapat dicross check ke akun ”utang alokasi surplus kepada perusahaan” di sisi kewajiban neraca dana tabarru’.
4. Permasalahan yang berpotensi untuk terjadi adalah apabila perusahaan memiliki beberapa produk yang kebijakan atas alokasi surplus underwritingnya berbeda, misalnya porsi suprlus underwriting ke dana perusahaan berbeda antara produk satu dengan produk lainnya. Ada kemungkinan terjadi, satu produk surplus, sementara produk yang lain mengalami defisit. Harus dilihat kebijakan alokasi apakah per produk atau secara keseluruhan.
5. Akun tagihan alokasi surplus underwriting dana tabarru’bukan merupakan jenis kekayaan yang diperkenankan bagi Dana Perusahaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 06/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Bentuk dan Susunan laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah berserta lampiran II
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan alokasi surplus dana tabarru’ telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan alokasi surplus dana tabarru’ secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777733333333
bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan alokasi surplus dana tabarru’.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAllllllllooooooookkkkkkkkaaaaaaaassssssssiiiiiiii SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrrpppppppplllllllluuuuuuuussssssss UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa TTTTTTTTaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuuu’’’’’’’’
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger tagihan
alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan surplus underwriting masing-masing produk dan class of business.
2. Review kebijakan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
3. Lakukan uji petik atas tagihan alokasi surplus underwriting dana tabarru’. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Kebijakan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
4. Pelajari tata cara perhitungan alokasi surplus underwriting dana tabarru’ dan lakukan cek silang ke pembukuan di dana tabarru’ khususnya perhitungan surplus underwriting dan pengakuan utang alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
66.. TTAAGGIIHHAANN BBAAGGII HHAASSIILL PPEENNGGLLOOLLAAAANN IINNVVEESSTTAASSII DDAANNAA
TTAABBAARRRRUU’’ ((DDAANNAA PPEERRUUSSAAHHAAAANN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ terjadi sebagai konsekuensi dikelolanya dana tabarru’ oleh perusahaan. Apabila terdapat hasil investasi, terdapat bagian dari hasil investasi tersebut yang menjadi hak perusahaan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777744444444
15 Januari 2011 tentang Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBaaaaaaaaggggggggiiiiiiii HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeelllllllloooooooollllllllaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa TTTTTTTTaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuuu’’’’’’’’
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger bagi hasil
pengelolaan investasi dana tabarru’.
b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan hasil investasi dan perhitungan alokasinya.
2. Review kebijakan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’.
4. Kebijakan alokasi hasil investasi dana tabarru’.
3. Lakukan uji petik atas tagihan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Pelajari tata cara perhitungan alokasi bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ dan lakukan cek silang ke pembukuan di dana tabarru’ khususnya perhitungan hasil investasi dan pengakuan utang alokasi bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777755555555
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
77.. UUTTAANNGG UUJJRRAAHH KKEEPPAADDAA PPEERRUUSSAAHHAAAANN ((DDAANNAA
TTAABBAARRRRUU’’))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Dana tabarru’ akan memiliki kewajiban pembayaran ujrah/ fee kepada perusahaan sebagai konsekuensi dari jasa pengelolaan dana tabaru’ yang dilakukan oleh perusahaan untuk kepentingan peserta.
2. Akun utang ujrah kepada perusahaan merupakan kewajiban dana tabarru’ atas polis-polis yang telah diterbitkan “dana tabarru’” yang telah jatuh tempo namun belum dibayar kepada Perusahaan.
3. Utang ujrah kepada perusahaan dapat dicross check dengan akun ”tagihan ujrah kepada peserta” di sisi kekayaan neraca perusahaan.
4. Hal penting yang harus diperhatikan adalah memisahkan polis/produk yang dikelola dengan akad wakalah yang menyebabkan timbulnya kewajiban ujrah dan yang dikelola dengan akad mudharabbah yang menyebabkan timbulnya kewajiban bagi hasil.
DDaassaarr HHuukkuumm
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 06/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Bentuk dan Susunan laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Utang ujrah kepada perusahaan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang ujrah kepada perusahaan berdasarkan SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan utang ujrah kepada perusahaan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg UUUUUUUUjjjjjjjjrrrrrrrraaaaaaaahhhhhhhh
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777766666666
1. Daftar utang ujrah kepada perusahaan.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger utang
ujrah kepada perusahaan. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan surplus underwriting dan informasi porsi ujrah.
2. Review kebijakan ujrah.
3. Lakukan uji petik atas utang ujrah kepada perusahaan. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Kebijakan mengenai ujrah (wakalah) yang ada di unit syariah.
4. Pelajari tata cara perhitungan ujrah dan lakukan cek silang ke pembukuan di perusahaan khususnya pengakuan tagihan ujrah kepada peserta.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
88.. UUTTAANNGG AALLOOKKAASSII SSUURRPPLLUUSS UUNNDDEERRWWRRIITTIINNGG KKEEPPAADDAA
PPEERRUUSSAAHHAAAANN DDAANN UUTTAANNGG AALLOOKKAASSII SSUURRPPLLUUSS
UUNNDDEERRWWRRIITTIINNGG KKEEPPAADDAA PPEESSEERRTTAA ((DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta diperiksa secara bersamaan.
2. Perusahaan harus memiliki kebijakan mengenai perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’. (PSAK 108 Par 36). Surplus underwriting dana tabarru’ dapat dialokasikan ke dana tabarru’, perusahaan, dan peserta/tertanggung.
3. Akun utang alokasi surplus underwriting berhubungan erat dengan akun lainnya yaitu akun alokasi dana tabarru’ pada kelompok akun ekuitas dana tabarru’ dan tagihan alokasi dana tabarru’ pada kelompok akun dana Perusahaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 06/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Bentuk dan Susunan laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah berserta lampiran I
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777777777777
1. Saldo utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan utang utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg AAAAAAAAllllllllooooooookkkkkkkkaaaaaaaassssssssiiiiiiii SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrrpppppppplllllllluuuuuuuussssssss UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg AAAAAAAAllllllllooooooookkkkkkkkaaaaaaaassssssssiiiiiiii
SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrrpppppppplllllllluuuuuuuussssssss UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeesssssssseeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger utang
alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta.
b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan surplus underwriting masing-masing produk dan class of business.
2. Review kebijakan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
4. Kebijakan alokasi surplus underwriting dana tabarru’.
3. Lakukan uji petik atas utang alokasi surplus underwriting kepada perusahaan dan utang alokasi surplus underwriting kepada peserta. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Pelajari tata cara perhitungan alokasi surplus underwriting dana tabarru’ dan lakukan cek silang ke pembukuan di neraca perusahaan khususnya
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777788888888
perhitungan dan pengakuan tagihan alokasi surplus dana tabarru’ serta alokasi dana tabarru’ pada kelompok akun ekuitas dana tabarru’.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
99.. UUTTAANNGG BBAAGGII HHAASSIILL IINNVVEESSTTAASSII DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’
KKEEPPAADDAA PPEERRUUSSAAHHAAAANN DDAANN UUTTAANNGG BBAAGGII HHAASSIILL
IINNVVEESSTTAASSII DDAANNAA PPEESSEERRTTAA ((DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’ DDAANN
DDAANNAA PPEESSEERRTTAA))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan terjadi sebagai konsekuensi dari dikelolanya dana tabarru’ dan dana peserta oleh perusahaan. Apabila terdapat hasil investasi, terdapat bagian untuk perusahaan sesuai dengan kebijakan mengenai bagi hasil yang telah ditentukan.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 15 Januari 2011 tentang Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
2.Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 06/BL/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Bentuk dan Susunan laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111117777777799999999
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg BBBBBBBBaaaaaaaaggggggggiiiiiiii HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa
TTTTTTTTaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuuu’’’’’’’’ KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg BBBBBBBBaaaaaaaaggggggggiiiiiiii HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeesssssssseeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaa
KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan.
1. Cocokkan rincian dengan:
a. Ledger & sub ledger utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan.
b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Laporan hasil investasi dan perhitungan alokasinya.
2. Review kebijakan bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ dan investasi dana peserta.
4. Kebijakan alokasi hasil investasi dana tabarru’ dan investasi dana peserta.
3. Lakukan uji petik atas utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil dana peserta kepada perusahaan. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Pelajari tata cara perhitungan alokasi bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ dan pengelolaan investasi dana peserta. Selanjutnya, lakukan cek silang ke pembukuan di perusahaan khususnya perhitungan pengakuan tagihan alokasi bagi hasil pengelolaan investasi dana tabarru’ dan alokasi bagi hasil pengelolaan investasi dana peserta.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
99.. UUTTAANNGG UUJJRRAAHH PPEENNGGEELLOOLLAAAANN IINNVVEESSTTAASSII ((DDAANNAA
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888800000000
PPEESSEERRTTAA))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Utang ujrah pengelolaan dana investasi terjadi sebagai konsekuensi dari dikelolanya dana peserta oleh perusahaan. Apabila terdapat hasil investasi, terdapat bagian untuk perusahaan sesuai dengan kebijakan mengenai ujrah yang telah ditentukan.
DDaassaarr HHuukkuumm,, TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann,, sseerrttaa OObbjjeekk,,
DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Dasar Hukum, Tujuan Pemeriksaan, serta Objek, Dokumen, dan Prosedur Pemeriksaan utang ujrah pengelolaan investasi mengacu pada Dasar Hukum, Tujuan Pemeriksaan, serta Objek, Dokumen, dan Prosedur Pemeriksaan utang bagi hasil investasi dana tabarru’ kepada perusahaan dan utang bagi hasil investasi dana peserta kepada perusahaan.
1111.. UUTTAANNGG QQAARRDDHH ((DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Utang qardh merupakan utang dana tabarru’ kepada dana perusahaan dalam rangka memenuhi ketentuan mengenai tingkat solvabilitas dana tabarru’.
2. Dalam neraca, utang qardh disajikan setelah jumlah kewajiban sebelum akun ekuitas. Penyajiannya serupa dengan akun pinjaman subordinasi dalam neraca perusahaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tanggal 15 Januari 2011 tentang Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang qardh telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang qardh secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan utang qardh.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Prosedur pemeriksaan terhadap utang qardh mengacu pada prosedur pemeriksaan terhadap pinjaman subordinasi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888811111111
1122.. UUTTAANNGG ZZAAKKAATT ((DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’ DDAANN DDAANNAA
PPEERRUUSSAAHHAAAANN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang zakat telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang zakat secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg ZZZZZZZZaaaaaaaakkkkkkkkaaaaaaaatttttttt
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar utang zakat. 1. Cocokkan rincian dengan: a. Ledger & sub ledger utang
zakat. b. Daftar mutasi. c. Bukti pendukung.
2. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Kebijakan mengenai perhitungan zakat dan alokasi penyebarannya.
2. Review kebijakan mengenai perhitungan zakat dan penyebarannya.
3. Lakukan uji petik atas utang zakat. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
4. Pelajari tata cara perhitungan zakat dan penyebarannya.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
1133.. UUTTAANNGG PPEENNAARRIIKKAANN DDAANNAA IINNVVEESSTTAASSII ((DDAANNAA
PPEESSEERRTTAA))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
-
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888822222222
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang penarikan dana investasi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang penarikan dana investasi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Objek, Dokumen, dan Prosedur Pemeriksaan utang penarikan dana investasi mengacu kepada Objek, Dokumen, dan Prosedur Pemeriksaan utang klaim untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional
1144.. UUTTAANNGG UUJJRRAAHH RREEAASSUURRAANNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang ujrah reasuransi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang ujrah reasuransi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg UUUUUUUUjjjjjjjjrrrrrrrraaaaaaaahhhhhhhh RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann
1155.. PPEENNYYIISSIIHHAANN KKOONNTTRRIIBBUUSSII UUNNTTUUKK PPOOLLIISS DDEENNGGAANN
MMAASSAA AASSUURRAANNSSII LLEEBBIIHH DDAARRII 11 TTAAHHUUNN,, AAKKUUMMUULLAASSII
DDAANNAA PPEESSEERRTTAA,, PPEENNYYIISSIIHHAANN KKOONNTTRRIIBBUUSSII YYAANNGG
BBEELLUUMM MMEERRUUPPAAKKAANN PPEENNDDAAPPAATTAANN,, DDAANN PPEENNYYIISSIIHHAANN
KKLLAAIIMM ((DDAANNAA TTAABBAARRRRUU’’ DDAANN DDAANNAA PPEESSEERRTTAA))
1. Ketentuan umum, dasar hukum, tujuan pemeriksaan, serta objek, dokumen, dan prosedur pemeriksaan terhadap penyisihan kontribusi untuk polis dengan masa asuransi lebih dari satu tahun, akumulasi dana peserta, penyisihan kontribusi yang belum merupakan pendapatan, dan penyisihan klaim masing-masing mengacu pada ketentuan umum, dasar hukum, tujuan pemeriksaan, serta objek, dokumen, dan prosedur pemeriksaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888833333333
terhadap cadangan premi, cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan, dan cadangan klaim untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional.
2. Namun demikian, terdapat perbedaan dalam metode dan asumsi mengenai pembentukan kelompok akun cadangan teknis tersebut antara metode dan asumsi yang digunakan untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah dan usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional. Perbedaan tersebut timbul karena adanya perbedaan dalam pengaturan mengenai cadangan dimaksud.
CC.. AASSPPEEKK OOPPEERRAASSIIOONNAALL
11.. PPEENNDDAAPPAATTAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Premi untuk produk-produk yang sepenuhnya memberikan manfaat proteksi diakui sebagai pendapatan sesuai dengan periode proteksinya.
2. Pengakuan pendapatan premi pada dasarnya merupakan pengakuan adanya potensi kewajiban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Untuk itu, setiap pengakuan pendapatan premi selalu diikuti dengan pengakuan beban berupa beban cadangan teknis yaitu cadangan premi dan atau CAPYBMP.
3. Secara umum, pertanggungan asuransi umum memiliki periode pertanggungan jangka pendek yaitu sampai dengan satu tahun. Namun dalam perkembangannya beberapa kontrak asuransi umum mencakup periode lebih dari satu tahun. Beberapa contoh kontrak asuransi yang mencakup periode lebih dari satu tahun antara lain adalah kontrak asuransi yang menutup risiko debitur bank, kontrak asuransi kendaraan bermotor yang melibatkan perusahaan pembiayaan atau perbankan, dan kontrak asuransi yang menutup objek pertanggungan berupa agunan pinjaman bank. Untuk kontrak asuransi tersebut, premi juga dapat dibayar sekaligus pada awal pertanggungan untuk jangka waktu pertanggungan lebih dari satu tahun.
4. Dalam praktiknya terdapat dua kebijakan akuntansi terkait dengan pengakuan pendapatan premi untuk kontrak asuransi umum berjangka waktu lebih dari satu tahun tersebut.
a. Premi diakui sekaligus pada awal pertanggungan.
Dengan metode tersebut, perusahaan harus membentuk CAPYBMP secara proporsional sesuai periode risiko yang akan dijalani yaitu sebesar 40% dari premi neto tahun pertama ditambah dengan 100% dari premi neto tahun selanjutnya. Pembentukan CAPYBMP tersebut harus diikuti pula dengan metode pencairan CAPYBMP secara bertahap. Sebagai contoh:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888844444444
pada tahun kedua, CAPYBMP yang dicairkan adalah 40% dari premi neto tahun pertama dan 60% dari premi neto tahun kedua. Dengan metode tersebut, pada tahun kedua, perusahaan masih memiliki CAPYBMP sebesar 40% dari premi neto tahun kedua ditambah dengan 100% dari premi neto tahun selanjutnya. Proses pencairan secara bertahap tersebu t dilakukan sampai berakhirnya kontrak asuransi.
b. Premi diakui per tahun.
Bagian premi yang belum diakui sebagai pendapatan dibukukan sebagai pendapatan premi ditangguhkan/deferred premium atau premi diterima dimuka, dan merupakan bagian dari kewajiban. Deferred premium atau premi diterima dimuka tersebut seharusnya diakui dalam kelompok kewajiban kepada pemegang polis.
5. Pengelolaan pertanggungan asuransi berjangka waktu lebiha dari satu tahun yang dilakukan melalui perbankan atau perusahaan pembiayaan tersebut termasuk dalam kategori bisnis retail dengan jumlah tertanggung yang besar. untuk itu, pengelolaan pertanggungan asuransi tersebut sangat membutuhkan dukungan sistem teknologi informasi yang cukup. ketidakcukupan dukungan sistem teknologi informasi memberikan potensi ketidakakuratan dalam pengakuan pendapatan, tagihan premi, dan pembentukan cadangan, dan Deferred premium atau premi diterima dimuka.
6. Kontrak asuransi jiwa khususnya untuk kontrak asuransi yang mengandung benefit investasi umumnya merupakan kontrak berjangka panjang. Namun, telah beberapa tahun berkembang produk asuransi jiwa yang memberikan kemungkinan kepada tertanggung untuk melakukan penebusan sebelum jatuh tempo kontrak asuransi tersebut, bahkan penebusan tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek seperti satu bulan. Selanjutnya, jika perusahaan tetap memberikan benefit investasi yang menarik, tertanggung akan cenderung menempatkan kembali dananya kepada perusahaan.
Untuk transaksi tersebut, banyak perusahaan yang menempuh kebijakan akuntansi untuk mengakui premi atas pembayaran yang dilakukan oleh tertanggung dan mengakui beban klaim atau benefit pada saat tertanggung melakukan penebusan. Selanjutnya, jika setelah penebusan tertanggung menempatkan kembali dananya, perusahaan akan mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan premi. Dengan metode demikian, dalam satu periode akuntansi dapat terjadi adanya pengakuan pendapatan premi dan beban klaim atau benefit berulang kali untuk satu tertanggung.
Perusahaan yang memasarkan produk asuransi tersebut akan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888855555555
memiliki karakteristik pendapatan premi dan beban klaim yang cukup besar dan hampir berimbang.
7. Pengakuan pendapatan premi semestinya dapat diikuti pula dengan pengakuan beban reasuransi khususnya untuk kontrak asuransi yang masuk dalam cakupan kontrak reasuransi proportional quota share.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Pendapatan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Pendapatan secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Pengakuan pendapatan premi telah diikuti dengan pengakuan cadangan premi dan atau CAPYBMP yang dibentuk secara wajar serta sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian. Selain itu, pengakuan pendapatan premi juga telah diikuti dengan pengakuan beban reasuransi yang relevan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Buku produksi premi per line bisnis serta per pertanggungan langsung dan tidak langsung.
1. Review kebijakan akuntansi pengakuan pendapatan
2. Cek jumlah pendapatan premi baik premi yang berasal dari pertanggungan langsung maupun premi dari pertanggungan tidak langsung,
2. Buku produksi reasuransi masuk dan keluar per lini usaha asuransi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888866666666
3. Penerimaan komisi per lini usaha asuransi serta per pertanggungan langsung dan tidak langsung.
3. Cek proporsi premi tidak langsung dibandingkan dengan premi langsung.
4. Cek apakah setiap pengakuan pendapatan premi telah diikuti dengan pengakuan cadangannya.
4. Hasil investasi.
5. Kebijakan akuntansi terkait dengan pendapatan premi. 5. Cek jumlah pendapatan
premi neto pada periode pemeriksaan, termasuk komposisi pendapatan premi neto terhadap premi bruto perusahaan.
6. Analisa sumber utama pendapatan premi perusahaan ditinjau dari lini usaha asuransi dan tertanggung.
7. Cek pendapatan dari hasil investasi, termasuk komposisi hasil investasi terhadap premi bruto perusahaan.
8. Cek sumber utama hasil investasi ditinjau dari penempatan investasi yang dimiliki perusahaan.
9. Lakukan uji petik terhadap produksi premi, beban klaim, reasuransi, dan hasil investasi yang dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan akun-akun terkait lainnya.
10. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain lini usaha yang memberikan kontribusi pendapatan yang paling signifikan dan kesesuaian pengakuan pendapatan premi dengan standar yang ada.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888877777777
22.. BBEEBBAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Metode pengakuaan beban perusahaan mempengaruhi laba rugi yang dilaporkan pada laporan keuangan.
2. Kewajaran metode pengakuan beban perusahaan merupakan kondisi yang perlu menjadi perhatian khususnya untuk beban akusisi yang ditangguhkan termasuk metode amortisasi dan jangka waktu amortisasi. Selain itu, kewajaran pengakuan beban akuisisi juga perlu ditinjau dari kategorinya yaitu apakah suatu beban dapat diakui sebagai beban akuisisi atau tidak.
3. Pemeriksa dapat menditeksi adanya unsur fraud/window dressing yang dilakukan manajemen dilihat dari pemilihan kebijakan akuntansi pengakuan beban. Pemilihan metode pengakuan beban berpotensi untuk digunakan dalam melakukan manipulasi terhadap laba atau rugi perusahaan untuk kepentingan pribadi/golongan. Terdapat potensi bahwa manajemen akan melakukan manipulasi dalam pengakuan beban untuk kepentingan mendapatkan laba sehingga dapat memberikan dividen bagi pemegang saham dan bonus/tantiem bagi pengurus perusahaan.
4. Kontrak asuransi jiwa khususnya untuk kontrak asuransi yang mengandung benefit investasi umumnya merupakan kontrak berjangka panjang. Namun, telah beberapa tahun berkembang produk asuransi jiwa yang memberikan kemungkinan kepada tertanggung untuk melakukan penebusan sebelum jatuh tempo kontrak asuransi tersebut, bahkan penebusan tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu yang sangat pendek seperti satu bulan. Selanjutnya, jika perusahaan tetap memberikan benefit investasi yang menarik, tertanggung akan cenderung menempatkan kembali dananya kepada perusahaan.
Untuk transaksi tersebut, banyak perusahaan yang menempuh kebijakan akuntansi untuk mengakui premi atas pembayaran yang dilakukan oleh tertanggung dan mengakui beban klaim atau benefit pada saat tertanggung melakukan penebusan. Selanjutnya, jika setelah penebusan tertanggung menempatkan kembali dananya, perusahaan akan mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan premi. Dengan metode demikian, dalam satu periode akuntansi dapat terjadi adanya pengakuan pendapatan premi dan beban klaim atau benefit berulang kali untuk satu tertanggung.
Perusahaan yang memasarkan produk asuransi tersebut akan memiliki karakteristik pendapatan premi dan beban klaim yang cukup besar dan hampir berimbang.
5. Pengakuan pendapatan premi semestinya dapat diikuti pula
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888888888888
dengan pengakuan beban reasuransi khususnya untuk kontrak asuransi yang masuk dalam cakupan kontrak reasuransi proportional quota share.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Beban telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Beban secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Beban khususnya beban yang terkait dengan pertanggungan asuransi telah diakui sesuai peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Kebijakan akuntansi mengenai pembebanan biaya akusisi yang ditangguhkan.
1. Review kebijakan akuntansi pengakuan beban.
2. Cek pengklasifikasian akun-akun yang termasuk beban dalam buku besar.
2. Beban Klaim per lini usaha asuransi serta per pertanggungan langsung dan tidak langsung.
3. Cek beban klaim neto termasuk komposisi beban klaim neto terhadap premi bruto perusahaan dan pendapatan premi neto perusahaan.
3. Beban komisi per lini usaha asuransi serta per pertanggungan langsung dan tidak langsung.
4. Cek sumber utama kewajiban klaim perusahaan ditinjau dari lini usaha asuransi dan tertanggung.
5. Cek beban usaha, termasuk komposisi beban usaha terhadap premi bruto perusahaan.
4. Beban usaha.
5. Rincian biaya yang ditangguhkan.
6. Cek pembebanan cadangan teknis.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111118888888899999999
diperlukan.
33.. PPRROODDUUKK AASSUURRAANNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 17 dan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 2 s.d. Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa produk asuransi yang dipasarkan perusahaan telah memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang usaha perasuransian dan produk asuransi yang dipasarkan telah sesuai dengan produk asuransi yang dilaporkan kepada Biro Perasuransian, Bapepam dan LK.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Deskripsi produk. 1. Cek apakah ada produk yang telah dipasarkan namun belum dilaporkan kepada Biro Perasuransian.
2. Bukti pelaporan kepada Biro Perasuransian atau Direktorat Asuransi untuk produk yang dipasarkan.
3. Contoh polis dan bukti pendukung pembayaran benefit.
2. Minta deskripsi produk asuransi yang dipasarkan perusahaan dan pelajari.
4. Hasil analisis atau review terhadap kinerja produk yang dilakukan secara berkala.
3. Lakukan review atas deskripsi produk. Cek apakah terdapat penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku atau ketentuan yang merugikan kepentingan tertanggung.
4. Lakukan sample atas polis, dan cek apakah ketentuan dalam polis telah sesuai
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999900000000
dengan deskripsi produk.
5. Dari sample tersebut, cek apakah benefit kepada tertanggung telah diberikan sesuai dengan ketentuan dalam polis (deskripsi produk). Pelaksanaan sampel dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap klaim.
6. Minta hasil analisis yang dilakukan oleh perusahaan terhadap kinerja masing-masing produk yang dipasarkan. Cek apakah terdapat produk yang memberikan kinerja buruk atau merugikan perusahaan.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain pemenuhan pelaporan produk, kesesuaian produk yang dipasarkan dengan produk yang dilaporkan, pemenuhan ketentuan yang berlaku untuk klausul di dalam polis termasuk masalah benefit yang dijanjikan dalam produk, serta adanya produk yang merugikan perusahaan.
44.. PPRROODDUUKK AASSUURRAANNSSII KKEENNDDAARRAAAANN BBEERRMMOOTTOORR
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Penetapan unsur premi murni dilakukan berdasarkan perhitungan yang didukung dengan data profil risiko dan kerugian (risk and loss profile) untuk periode paling singkat 5 (lima) tahun.
2. Apabila perusahaan tidak memiliki data risk and loss profile kendaraan bermotor, perusahaan wajib menggunakan tarif referensi premi murni sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999911111111
Keuangan yang mengatur mengenai referensi unsur premi murni serta unsur biaya administrasi dan biaya umum lainnya pada lini usaha asuransi kendaraan bermotor. Peraturan tersebut akan diterbitkan setiap tahun.
3. Penerapan unsur premi murni sesuai peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan secara umum dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Unsur premi murni berlaku untuk penutupan dasar bagi kendaraan berumur sampai dengan 3 (tiga) tahun. Untuk kendaraan berumur lebih dari 3 (tiga) tahun, harus dikenakan premi tambahan yang wajar.
b. Untuk perluasan Strike, Riot, Civil Commotion (SRCC), Flood, Earthquake, danThird Party Liability (TPL) harus dikenakan premi tambahan. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia biasanya menerbitkan petunjuk mengenai besar premi tambahan tersebut.
c. Unsur premi murni di atas merupakan persentase dari uang pertanggungan.
d. Deductible minimum sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
e. Premi murni paling sedikit 50% (lima puluh per seratus) dari premi bruto.
4. Tarif premi yang dibebankan pada tertanggung adalah tarif premi murni ditambah biaya administrasi dan umum, biaya akusisi, dan marjin keuntungan perusahaan.
5. Tata cara penggunaan faktor kredibilitas dalam menetapkan unsur premi murni perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan asuransi umum yang memiliki data profil risiko dan kerugian untuk periode 5 (lima) tahun atau lebih menghitung unsur premi murni berdasarkan data profil risiko dan kerugian yang dimilikinya sendiri (RRRRPSPSPSPS) untuk tiap-tiap kategori.
b. Perusahaan asuransi umum menghitung faktor kredibilitas untuk RRRRPSPSPSPS, selanjutnya dinyatakan dengan Z, dengan formula sebagai berikut:
Z = min (N/K,1)
Z = faktor kredibilitas
N = besar seluruh klaim perusahaan untuk tiga tahun terakhir. Sebagai contoh untuk perhitungan tarif premi tahun 2010 digunakan data tahun underwriting 2005, 2006, dan 2007.
K = Rp7.500.000.000,00 untuk pertanggungan Total Loss
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999922222222
Only (TLO), atau Rp15.000.000.000,00 untuk pertanggungan comprehensive.
c. Perusahaan asuransi umum dapat menetapkan unsur premi murni perusahaan (R) dengan mengkombinasikan premi murni sendiri dan unsur premi murni referensi berdasarkan formula sebagai berikut:
R = Z x RR = Z x RR = Z x RR = Z x RPSPSPSPS + ( 1+ ( 1+ ( 1+ ( 1---- Z Z Z Z ) x R) x R) x R) x RREFREFREFREF
R = unsur premi murni perusahaan.
Z = faktor kredibilitas.
RRRRPSPSPSPS ==== unsur premi murni berdasarkan data profil risiko dan kerugian yang dimiliki perusahaan.
RRRRREFREFREFREF ==== unsur premi murni referensi berdasarkan ketentuan yang berlaku.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Usaha Pertanggungan Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK 010/2011.
3. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Per- 04/BL/2011 Tanggal 18 Maret 2011 tentang Referensi Unsur Premi Murni Serta Unsur Biaya Administrasi Dan Biaya Umum Lainnya Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun 2011.
4. Pasal 19 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa lini usaha asuransi kendaraan bermotor telah dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan praktik penyelenggaraan usaha asuransi yang sehat, khususnya untuk hal yang terkait dengan:
1. Penetapan kebijakan tarif premi.
2. Pelaporan tarif premi, data profil risiko dan kerugian, serta biaya
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999933333333
administrasi dan umum lainnya.
3. Penetapan tarif premi bruto, tarif premi murni, asumsi biaya administrasi dan umum lainnya, biaya akuisisi, profit, dan asumsi lainnya, termasuk di dalamnya metode penetapan tarif premi dan perhitungan asumsi biaya.
4. Ketersediaan data profil risiko dan kerugian asuransi kendaraan bermotor, biaya administrasi dan umum lainnya, dan populasi kendaraan bermotor.
5. Ketersediaan dukungan untuk pengelolaan lini usaha asuransi kendaraan bermotor yang meliputi ketersediaan tenaga yang secara khusus melakukan pengelolaan lini usaha asuransi kendaraan bermotor serta sistem teknologi informasi.
6. Penerapan kebijakan tarif premi yang meliputi antara lain konsistensi penerapan kebijakan tarif, praktik pemasaran lini usaha asuransi kendaraan bermotor, dan transparansi tarif premi kepada tertanggung.
7. Pembentukan CAPYBMP.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii KKKKKKKKeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmoooooooottttttttoooooooorrrrrrrr
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeettttttttaaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn kkkkkkkkeeeeeeeebbbbbbbbiiiiiiiijjjjjjjjaaaaaaaakkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn ttttttttaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiiffffffff pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii kkkkkkkkeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn bbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmoooooooottttttttoooooooorrrrrrrr
1. Keputusan direksi/ internal memo dan perubahaannya mengenai kebijakan tarif premi kendaraan bermotor.
1. Lakukan wawancara mengenai kebijakan penetapan tarif premi sebelum adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.010/2007 tanggal 29 Juni 2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor (PMK 74) dan setelah adanya peraturan dimaksud.
2. Surat edaran kepada divisi pemasaran/ bagian pemasaran/ kantor cabang/ kantor pemasaran/ kantor perwakilan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999944444444
2. Cek apakah kebijakan tarif premi ditetapkan secara formal dengan keputusan direksi/internal memo baik untuk kebijakan sebelum dan sesudah PMK 74 diberlakukan.
3. Cek kebijakan tarif yang digunakan di kantor cabang/ kantor pemasaran/ kantor perwakilan.
4. Review apakah kebijakan tarif premi tersebut telah cukup sebagai pedoman bagi bagian pemasaran.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn kkkkkkkkeeeeeeeebbbbbbbbiiiiiiiijjjjjjjjaaaaaaaakkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn ttttttttaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiiffffffff pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii,,,,,,,, ddddddddaaaaaaaattttttttaaaaaaaa pppppppprrrrrrrrooooooooffffffffiiiiiiiillllllll rrrrrrrriiiiiiiissssssssiiiiiiiikkkkkkkkoooooooo ddddddddaaaaaaaannnnnnnn
kkkkkkkkeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuuggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,, sssssssseeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaa ddddddddaaaaaaaattttttttaaaaaaaa bbbbbbbbiiiiiiiiaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa
1. Kebijakan tarif yang berlaku pada divisi pemasaran/bagian pemasaran/kantor cabang/kantor pemasaran/kantor perwakilan beserta revisi-revisinya.
1. Cek bukti pelaporan kepada Biro Perasuransian mengenai kebijakan tarif yang berlaku dan revisinya.
2. Cek apakah perusahaan secara konsisten melaporkan setiap perubahan kebijakan tarif kepada Biro Perasuransian.
2. Surat pelaporan kepada biro perasuransian dan dokumen pendukungnya, serta tanggapan dari Biro, jika ada.
3. Cek apakah revisi-revisi yang dilakukan didasari oleh bukti-bukti yang cukup dan asumsi yang wajar.
4. Cek apakah asumsi biaya yang digunakan dalam penetapan tarif premi yang paling akhir telah dilaporkan kepada Biro Perasuransian.
5. Cek apakah yang dilaporkan sesuai dengan yang tertuang di kebijakan tarif yang diberlakukan di kantor pusat maupun di kantor cabang/kantor pemasaran/
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999955555555
kantor perwakilan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeettttttttaaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn ttttttttaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiiffffffff pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
1. Data profil risiko dan kerugian (risk and loss profile) untuk periode paling singkat 5 (lima) tahun untuk tiap-tiap kategori kendaraan bermotor.
1. Cek pendekatan perhitungan premi murni perusahaan berdasarkan data profil risiko dan kerugian yang dimiliki perusahaan untuk tiap-tiap kategori kendaraan bermotor. 2. Rekapitulasi total uang
pertanggungan masing-masing kategori kendaraan bermotor.
2. Cek apakah perhitungan premi murni telah menggunakan rumusan: R = Z x RPS + ( 1- Z ) x RREF.
3. Jumlah unit kendaraan masing-masing kategori kendaraan bermotor.
3. Pastikan bahwa nilai Z (kredibilitas data) adalah dari 0 sampai dengan 1 (0 ≤ Z ≥ 1). 4. Rekapitulasi total klaim
masing-masing kategori kendaraan bermotor. 4. Pastikan bahwa rumusan Z
telah sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan Ketua Bapepam dan LK.
5. Lembar Kerja Perhitungan Faktor Z.
6. Data asumsi yang digunakan perusahaan: a. Deductible. b. Biaya administrasi dan
biaya umum lainnya. c. Biaya akuisisi. d. Profit. e. Asumsi lainnya.
5. Cocokkan besaran N dengan data rekapitulasi risk and loss profile perusahaan khususnya mengenai kesesuaian nilai akumulasi klaim 3 (tiga) tahun dengan ketentuan yang berlaku.
6. Lakukan uji data rekapitulasi total uang pertanggungan dengan membandingkan jumlah unit kendaraan pada masing-masing kategori kendaraan bermotor.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999966666666
9. Periksa dasar atau pertimbangan dalam penetapan asumsi tersebut dan formula yang digunakan dalam penetapan asumsi mengenai biaya.
10. Cek apakah tarif premi untuk kendaraan yang telah berusia lebih dari 3 tahun dikenakan premi tambahan atau loading premium.
11. Lakukan uji petik terhadap implementasi kebijakan tarif yang telah ditetapkan.
12. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
DDDDDDDDaaaaaaaattttttttaaaaaaaa pppppppprrrrrrrrooooooooffffffffiiiiiiiillllllll rrrrrrrriiiiiiiissssssssiiiiiiiikkkkkkkkoooooooo ddddddddaaaaaaaannnnnnnn kkkkkkkkeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuuggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn sssssssseeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaa ddddddddaaaaaaaattttttttaaaaaaaa bbbbbbbbiiiiiiiiaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa aaaaaaaaddddddddmmmmmmmmiiiiiiiinnnnnnnniiiiiiiissssssssttttttttrrrrrrrraaaaaaaassssssssiiiiiiii
ddddddddaaaaaaaannnnnnnn uuuuuuuummmmmmmmuuuuuuuummmmmmmm llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaa
1. Data profil risiko dan kerugian (risk and loss profile) untuk periode paling singkat 5 (lima) tahun untuk tiap-tiap kategori kendaraan bermotor.
1. Cek data profil risiko dan kerugian (risk and loss profile) untuk periode paling singkat 5 (lima) tahun untuk tiap-tiap kategori kendaraan bermotor.
2. Data loss ratio untuk 5 tahun terakhir.
2. Cek proses yang dilakukan terhadap data yang ada sehingga perusahaan dapat menetapkan tarif premi murni untuk tiap-tiap kategori kendaraan bermotor.
3. Data biaya administrasi dan umum lainnya untuk 5 tahun terakhir.
4. Data akumulasi beban klaim 3 tahun terakhir.
3. Cek kesesuaian data beban klaim 3 tahun terakhir dengan ketentuan dan periksa perhitungan faktor Z yang dilakukan perusahaan.
5. Data yang perlu diungkapkan antara lain data uang pertanggungan,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999977777777
klaim, premi, serta populasi kendaraan bermotor untuk masing-masing kategori kendaraan bermotor dan per jenis pertanggungan (TLO dan comprehensive) sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
4. Cek konsistensi dan validitas data premi dan klaim 5 tahun terakhir untuk perhitungan loss ratio serta data biaya administrasi dan umum lainnya selama 5 tahun terakhir untuk perhitungan ratio biaya.
6. Jika data tersebut di atas tidak sepenuhnya tersedia, data yang ada di perusahaan.
5. Cek kesesuaian data biaya premi, klaim, serta biaya administrasi dan umum lainnya dengan data underwriting surplus 5 tahun terakhir dan data laporan laba rugi 5 tahun terakhir.
6. Bandingkan data biaya administrasi dan umum untuk lini usaha asuransi kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir dengan premi bruto selama lima tahun untuk memperoleh rasio rata-rata realisasi biaya terhadap premi bruto.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
IIIIIIIInnnnnnnnffffffffrrrrrrrraaaaaaaassssssssttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr ppppppppeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeelllllllloooooooollllllllaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn lllllllliiiiiiiinnnnnnnniiiiiiii uuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa aaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii kkkkkkkkeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
bbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmoooooooottttttttoooooooorrrrrrrr
1. Keputusan direksi/memo internal tentang komite/tim perumus tarif premi kendaraan bermotor.
1. Uji keandalan sistem teknologi informasi pengelolaan database lini usaha asuransi kendaraan bermotor, apakah telah menghasilkan data yang realible antara lain dengan melakukan test trials and errors, menelusuri sample polis ke dalam pembukuan sampai kepada rekapitulasi data-data polis dan biaya yang dikeluarkan.
2. Uraian tugas dan kewenangan dari komite/tim perumus tarif premi kendaraan bermotor.
3. Manual sistem komputer pengelolaan database lini usaha asuransi kendaraan bermotor.
4. Print out informasi dari database sistem informasi komputer untuk lini usaha
2. Cek kelengkapan database kendaraan bermotor yang dapat disajikan dari sistem
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999988888888
kendaraan bermotor, misalnya:
informasi komputer.
3. Review kewajaran tugas dan kewenangan tim yang dibentuk oleh direksi.
a. Data objek pertanggungan.
1) Identitas tunggal, yaitu nomor mesin, nomor rangka, dan nomor polisi.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
2) Identitas objek, antara lain yaitu merk & jenis mobil, tahun pembuatan, dan warna.
b. Data pertanggungan:
1) Identitas pemilik kendaraan.
2) Identitas pengemudi.
3) Awal pertanggungan.
4) Jangka waktu pertanggungan.
5) Harga pertanggungan.
6) Premi asuransi.
c. Data klaim:
1) Saat & tempat terjadinya klaim.
2) Penyebab terjadi klaim.
3) Biaya penggantian.
4) Biaya ongkos perbaikan.
5) Biaya penggantian “spare part”.
6) Kode “ spare part”.
d. Data Jasa Layanan Klaim
1) Identitas bengkel.
2) Kategori bengkel.
3) Jenis layanan bengkel.
4) Standar biaya perbaikan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
111111119999999999999999
e. Data historikal:
1) Identitas kendaraan.
2) Jenis pertanggungan.
3) Lokasi pertanggungan.
4) Identitas klaim yang mencakup antara lain saat dan tempat terjadinya klaim, penyebab klaim, bagian yang diganti, dan beban sendiri.
PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaammmmmmmm ppppppppeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn uuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa aaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii kkkkkkkkeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
bbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmoooooooottttttttoooooooorrrrrrrr
1. Daftar tarif premi, diskon dan komisi yang ditetapkan direksi.
PPeemmaassaarraann LLaannggssuunngg//DDiirreecctt
SSeelllliinngg
2. Buku produksi premi, dan biaya akusisi.
1. Lakukan uji petik terhadap produksi premi, dan biaya akusisi.
3. Sampel polis dan dokumen pendukungnya antara lain ikhtisar polis, SPPA, nota debet/nota kredit/nota pembayaran.
2. Cek kesesuaian sampel dengan data produksi.
4. Perjanjian kerjasama pemasaran dengan pihak lain.
3. Bandingkan tarif premi pada sampel dengan kebijakan tarif premi yang telah ditetapkan.
4. Cek apakah tarif yang dipasarkan/dicantumkan di dalam polis adalah tarif premi bruto dan bukan premi neto.
5. Jika terdapat perbedaan tarif premi yang dipasarkan dengan yang ditetapkan dalam kebijakan tertulis mengenai tarif premi, minta penjelasan alasan perlakuan tersebut.
6. Pastikan bahwa tarif premi dibuat secara transparan.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPeemmaassaarraann MMeellaalluuii PPeerrbbaannkkaann,,
PPeerruussaahhaaaann PPeemmbbiiaayyaaaann,,
PPeerruussaahhaaaann PPiiaallaanngg AAssuurraannssii,,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000000000000
ddaann aattaauu AAggeenn
1. Periksa isi dan legalitas perjanjian kerjasama antara lain dengan cara melakukan pengecekan pihak yang menandatangani perjanjian, tarif premi yang ditetapkan, diskon dan komisi yang diberikan, serta persyaratan pembayaran premi.
2. Cek kesesuaian tarif premi bruto dan biaya akuisisi yang dituangkan dalam perjanjian tersebut dengan kebijakan tarif premi yang ditetapkan secara formal. Cek pula realisasi tarif premi dan biaya akuisisi dibandingkan dengan tarif premi dan biaya akuisisi yang ditetapkan dalam perjanjian.
3. Jika terdapat perbedaan minta penjelasan alasan perlakuan tersebut.
4. Lakukan uji petik terhadap produksi premi dan biaya akusisi.
5. Cek kesesuaian sampel dengan data produksi.
6. Cek tarif yang dipasarkan apakah dicantumkan di dalam polis dan apakah yang dicantumkan adalah tarif premi bruto dan bukan premi neto.
7. Cek kesesuaian realisasi pembayaran premi dengan tata cara pembayaran premi yang diperjanjikan.
8. Pastikan bahwa tarif premi dibuat secara transparan.
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbeeeeeeeennnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn CCCCCCCCAAAAAAAAPPPPPPPPYYYYYYYYBBBBBBBBMMMMMMMMPPPPPPPP
1. Ketentuan/kebijakan pembentukan CAPYBMP pada manual underwriting/manual akuntansi.
1. Lakukan uji petik terhadap daftar rincian produksi premi.
2. Dapatkan kesesuaian antara
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000011111111
2. Data produksi premi dan biaya akusisi untuk tarif premi dengan menggunakan tarif premi referensi sesuai ketentuan yang berlaku.
produksi premi dengan nota debet/nota kredit/nota pembayaran.
3. Periksa tata cara pembentukan CAPYBMP bagi pembayaran premi lebih dari 1 (satu) tahun.
4. Pastikan pembentukan CAPYBMP dilakukan sesuai dengan metode pengakuan pendapatan premi pada laporan keuangan.
5. Pastikan pula pembentukan CAPYBMP adalah sekurang-kurangnya sebesar 40% dari premi neto yang dihitung dari tarif premi referensi.
6. Apabila perusahaan membentuk CAPYBMP dengan metode invvidual daily basis, maka pastikan bahwa CAPYBM yang dibentuk tersebut sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya sebesar 40% dari premi neto yang dihitung dari tarif premi referensi.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
55.. PPRROODDUUKK SSUURREETTYYSSHHIIPP
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Suretyship adalah lini usaha asuransi umum yang memberikan jaminan atas kemampuan principal dalam melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian pokok antara principal dan obligee.
2. Surety adalah perusahaan asuransi umum yang memasarkan produk asuransi pada lini usaha suretyship.
3. Principal atau debitur adalah pihak dalam perjanjian suretyship yang harus memenuhi kewajiban kepada obligee berdasarkan perjanjian pokok.
4. Obligee atau kreditur adalah pihak dalam perjanjian suretyship yang berhak menerima pemenuhan kewajiban dari principal atau debitur berdasarkan perjanjian pokok.
DDaassaarr HHuukkuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000022222222
1. Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.010/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship.
3. Pasal 19 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 198/KM.10/2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Daftar Perusahaan Asuransi Umum Yang Dapat Memasarkan Produk Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship dan Ralat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 198/KM.10/2011 tanggal 17 Februari 2011 tentang Daftar Perusahaan Asuransi Umum Yang Dapat Memasarkan Produk Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship tanggal 25 Maret 2011. Keputusan Menteri Keuangan tersebut secara berkala akan diterbitkan.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Produk asuransi suretyship yang dipasarkan sesuai dengan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
2. Perusahaan asuransi umum yang memasarkan telah memenuhi perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrreeeeeeeettttttttyyyyyyyysssssssshhhhhhhhiiiiiiiipppppppp
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Buku produksi suretyship. 1. Teliti apakah perusahaan memasarkan produk suretyship. Apabila ya periksa apakah perusahaan termasuk dalam daftar di dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai perusahaan asuransi yang dapat memasarkan produk suretyship.
2. Manual underwriting yang disahkan direksi.
3. Tarip imbal jasa yang ditetapkan direksi.
4. Program pendidikan dan pelatihan bagi tenaga yang bertanggung jawab dalam
2. Teliti manual underwriting suretyship, apakah telah cukup menunjang kegiatan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000033333333
pengelolaan produk suretyship.
akseptasi, kecukupan pengendalian intern, dan telah diterapkan secara konsisten.
5. Surat keputusan pengangkatan tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi yang khusus ditugaskan untuk mengelola lini usaha suretyship.
3. Teliti keberadaan tenaga ahli yang ditunjuk untuk mengelola lini usaha suretyship. Pastikan bahwa tenaga ahli tersebut memiliki kualifikasi sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Manual sistem komputer
pengelolaan database lini usaha suretyship. 4. Teliti apakah perusahaan
memiliki program pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi karyawan yang menangani suretyship.
5. Teliti keandalan dari sistem informasi apakah memungkinkan bagi debitur atau principal, kreditur atau obligee, dan Menteri melakukan pengecekan mengenai kebenaran penerbitan suretyship.
6. Ambil sampel terhadap berkas akseptasi dan klaim suretyship.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
66.. PPRROODDUUKK AASSUURRAANNSSII TTEENNAAGGAA KKEERRJJAA IINNDDOONNEESSIIAA
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 20 dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 19 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000044444444
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai asuransi tenaga kerja Indonesia.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa produk asuransi tenaga kerja yang dipasarkan telah memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang usaha perasuransian dan bidang ketenagakerjaan, termasuk penerapannya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa
IIIIIIIInnnnnnnnddddddddoooooooonnnnnnnneeeeeeeessssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
1. Deskripsi polis asuransi TKI.
1. Pelajari deskripsi produk termasuk kecukupan pembentukan cadangan premi atau CAPYBMP.
2. Perjanjian kerjasama dengan penyedia jasa TKI atau dengan pihak lainnya.
2. Lakukan uji petik terhadap pelayan klaim atas produk asuransi TKI. 3. Buku produksi asuransi
TKI. 3. Cek apakah pelaksanaan
pemasaran asuransi TKI termasuk pembagian premi dan klaim telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku khususnya ketentuan mengenai ruang lingkup usaha.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain premi dan klaim konsorsium dan pembagiannya di antara anggota konsorsium serta pemenuhan ketentuan yang berlaku.
77.. PPOOLLIISS
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000055555555
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 7 s.d. Pasal 18, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa polis telah dibuat sesuai dengan deskripsi produk dan memenuhi ketentuan yang berlaku termasuk kesesuaian antara polis yang dilaporkan kepada Menteri terkait dengan pelaporan produk dengan polis yang dipasarkan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss
DDookkuummeenn PPeemmeerriikkssaaaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss
1. Polis yang dipasarkan. 1. Pelajari ketentuan polis dan catat hal-hal yang penting yang diperjanjikan.
2. Specimen polis yang dilaporkan dalam pelaporan produk.
2. Lakukan penilaian apakah ketentuan dalam polis tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Cek apakah polis yang dipasarkan sesuai dengan specimen polis yang terdapat pada pelaporan produk asuransi.
4. Cek penggunaan bahasa dalam polis. Jika bahasa dalam polis tidak memenuhi ketentuan yang berlaku mintakan penjelasan dari perusahaan mengenai penyebabnya.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
TTTTTTTTaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiiffffffff PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
1. Daftar tarif yang ditetapkan direksi
1. Pelajari kebijakan tarif premi perusahaan dan tarif premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000066666666
dalam perjanjian penutupan asuransi.
2. Asumsi biaya administrasi dan umum, biaya akuisisi, dan keuntungan
2. Lakukan sample tarif premi atas polis yang diterbitkan. Untuk tiap sample mintakan komposisi unsur premi (premi murni, biaya (loading), dan profit. Untuk produk asuransi jiwa mintakan pula perkiraan hasil investasi dari premi.
3. Untuk asuransi kerugian, bandingkan tarif yang dipasarkan perusahaan dengan tarif premi referensi yang dikeluarkan oleh asosiasi perusahaan asuransi umum.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaattttttttaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss
1. Buku produksi. 1. Mintakan penjelasan dan bukti pendukung pengembalian premi atas premi yang dibatalkan (jika ada).
2. Bukti pendukung pembatalan polis dan bukti pembayaran pengembalian premi atau nilai tunai polis.
2. Periksa jika pembatalan premi asuransi jiwa memiliki unsur tabungan, apakah pengembalian premi paling sedikit sejumlah nilai tunainya
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
88.. DDUUKKUUNNGGAANN RREEAASSUURRAANNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 21 dan Pasal 22 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000077777777
3. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor: KEP-5443/LK/2004 tentang Dukungan Reasuransi Otomatis Dalam Negeri Dan Retensi Sendiri.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Perusahaan memiliki dukungan reasuransi otomatis untuk setiap lini asuransi yang dipasarkan.
2. Perusahaan memiliki retensi sendiri untuk setiap lini asuransi yang dipasarkan sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Perusahaan menempatkan reasuransi tersebut pada reasuradur yang memiliki rating sesuai ketentuan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDuuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
DDDDDDDDuuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
1. Perjanjian treaty dan fakultatif reasuransi masing-masing beserta ringkasannya yang antara lain mencakup informasi mengenai skim reasuransi yaitu quota share, surplus, atau excess of loss, daftar reasuradur baik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan dukungan reasuransi, besar retensi perusahaan, sesi untuk masing-masing reasuradur, serta lini usaha asuransi yang dicover.
1. Pemeriksaan terhadap dukungan reasuransi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap tagihan dan utang reasuransi.
2. Pelajari dan lakukan review terhadap perjanjian reasuransi.
3. Lakukan sample atas pelaksanaan penerapan perjanjian asuransi treaty dan fakultatif tersebut.
2. Daftar penyebaran risiko/premi dan klaim (spreading risk).
4. Bandingkan fakta yang ditemukan di dalam perjanjian reasuransi tersebut serta penerapannya dengan ketentuan yang berlaku. 3. Bukti pelaporan treaty
reasuransi kepada
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000088888888
Biro Perasuransian.
4. Statement of account atau bordero reasuransi.
5. Minta penjelasan alasan penggunaan reasuransi fakultatif.
5. Bukti pembayaran premi reasuransi dan penerimaan klaim reasuransi.
6. Slip Fakultatif dan definite loss advice (DLA).
6. Hitung proporsi untuk masing-masing premi reasuransi otomatis dan reasuransi fakultatif terhadap total premi reasuransi keluar. 7. Dokumen dari rating
agency untuk reasuradur.
8. Daftar reasuradur yang memberikan dukungan reasuransi fakultatif.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
9. Rekapitulasi premi reasuransi yang mencakup premi reasuransi otomatis dan reasuransi fakultatif serta total premi reasuransi keluar.
RRRRRRRReeeeeeeetttttttteeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
1. Perhitungan retensi sendiri masing-masing lini usaha asuransi yang dimiliki.
1. Tentukan batas maksimum dan minimum retensi sendiri sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Treaty summary yang memberikan informasi sekurang-kurangnya mengenai skim reasuransi yang digunakan antara lain yaitu quota share, surplus, dan atau excess of loss, daftar reasuradur baik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan
2. Lakukan pemeriksaan sample terhadap penempatan reasuransi perusahaan. Catat besarnya premi retensi sendiri untuk tiap risiko.
3. Perhatikan kemungkinan perusahaan melakukan praktek fronting (tidak menahan premi sama sekali). Catat bila ditemukan perusahaan melakukan praktek fronting tersebut.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222220000000099999999
dukungan reasuransi, besar retensi perusahaan, sesi untuk masing-masing reasuradur, serta lini usaha asuransi yang dicover.
4. Bandingkan fakta yang ditemukan sehubungan dengan pemeriksaan sample terhadap retensi sendiri tersebut dengan ketentuan yang berlaku.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain mengenai pemenuhan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
99.. PPEEMMBBAAYYAARRAANN KKLLAAIIMM
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Dalam praktik mungkin ditemukan adanya utang klaim yang memiliki umur lebih dari 30 hari. Namun tidak semua klaim yang berumur lebih dari 30 hari tersebut mencerminkan bahwa perusahaan terlambat atau lalai untuk melakukan pembayaran klaim.
2. Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya utang klaim berumur lebih dari 30 hari yang perlu dicermati sebagai berikut:
a. Perusahaan asuransi jiwa
Pada perusahaan asuransi jiwa, terdapat kemungkinan adanya utang klaim yang belum dibayar yang berasal dari klaim tahapan yang telah jatuh tempo atau dividen polis. Tahapan atau dividen tersebut seringkali sengaja tidak diambil oleh tertanggung dengan maksud tetap ditempatkan pada perusahaan asuransi jiwa untuk memperoleh pengembangan hasil investasi.
Selain itu, terdapat pula kemungkinan adanya utang klaim yang timbul dari klaim yang masih belum selesai proses administrasinya karena adanya kendala pemenuhan dokumen oleh tertanggung atau pemegang polis.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111100000000
Kondisi lain yang perlu dicermati adalah adanya layanan klaim yang dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga seperti layanan klaim untuk asuransi kesehatan. Pada kondisi demikian utang klaim yang tercatat pada perusahaan pada dasarnya merupakan utang klaim kepada pihak ketiga. Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut secara umum dilakukan dengan perjanjian tertulis termasuk di dalamnya ketentuan mengenai pembayaran klaim. Di dalam perjanjian tersebut dapat diatur bahwa pembayaran klaim melebihi 30 hari.
Pada kondisi demikian, terdapat potensi bahwa utang klaim perusahaan yang berumur lebih dari 30 hari menjadi besar.
b. Perusahaan asuransi umum
Pada perusahaan asuransi umum, kondisi lain yang perlu dicermati adalah adanya layanan klaim yang dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga seperti layanan klaim untuk asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kesehatan. Pada kondisi demikian utang klaim yang tercatat pada perusahaan pada dasarnya merupakan utang klaim kepada pihak ketiga. Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut secara umum dilakukan dengan perjanjian tertulis termasuk di dalamnya ketentuan mengenai pembayaran klaim. Di dalam perjanjian tersebut dapat diatur bahwa pembayaran klaim melebihi 30 hari.
Pada kondisi demikian, terdapat potensi bahwa utang klaim perusahaan yang berumur lebih dari 30 hari menjadi besar.
3. Terkait dengan tahapan atau dividen polis yang tidak diambil oleh tertanggung tersebut hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah:
a. Praktik tersebut seharusnya didukung prosedur adanya konfirmasi tertulis dari tertanggung atau pemegang polis mengenai status tahapan atau dividen polis tersebut. Dokumen tersebut akan memberikan bukti bahwa tertanggung menempatkan dananya di perusahaan untuk memperoleh hasil pengembangan yang akan diakumulasikan ke dalam total nilai tunai polis tersebut.
b. Mengingat manfaat yang tidak diambil oleh tertanggung merupakan manfaat tahapan dan dividen, periode pertanggungan/polis masih ada atau belum jatuh tempo, dan atas penempatan kembali manfaat tahapan dan dividen tersebut tertanggung menerima hasil pengembangannya, manfaat tahapan dan dividen yang diterima kembali oleh perusahaan tersebut lebih tepat diakui sebagai bagian dari cadangan premi dan bukan merupakan utang klaim.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111111111111
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 13, Pasal 15, serta Pasal 25 s.d Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa penyelesaian klaim telah dilakukan dengan wajar dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeelllllllleeeeeeeessssssssaaaaaaaaiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Klaim register. 1. Teliti klaim dalam proses yang sudah lama tetapi belum selesai. Tanyakan penyebabnya dan perhatikan kemungkinan adanya kesengajaan penguluran waktu.
2. Daftar klaim dalam proses.
3. Daftar utang klaim.
4. Berkas klaim lengkap. 2. Ambil sampel pembayaran klaim. Hitung tanggal pembayaran dengan klaim dinyatakan disetujui untuk dibayar. Secara umum, untuk klaim yang besar selain DLA ada surat yang menunjukkan adanya konfirmasi jumlah klaim yang telah disetujui tertanggung maupun penanggung.
3. Mintakan penjelasan bila ada klaim yang sudah settle namun proses pembayarannya lebih dari 30 hari.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain mengenai pemenuhan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111122222222
1100.. SSAALLUURRAANN DDIISSTTRRIIBBUUSSII PPEEMMAASSAARRAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
2. Pasal 38 dan Pasal 39 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk mengetahui saluran distribusi yang digunakan perusahaan dalam memasarkan produk asuransi dan memperoleh keyakinan bahwa pelaksanaan pemasaran produk asuransi tersebut telah dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSaaaaaaaalllllllluuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiiissssssssttttttttrrrrrrrriiiiiiiibbbbbbbbuuuuuuuussssssssiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Perjanjian kerjasama pemasaran dengan pihak lain yang mencakup antara lain agen perorangan, agen badan hukum, dan perbankan.
1. Minta penjelasan tentang saluran distribusi yang dimiliki perusahaan serta pangsa pasar untuk masing-masing-masing saluran distribusi tersebut.
2. Pelajari perjanjian kerrrrjasama yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Daftar tenaga agen dan sertifikat keagenan yang dimiliki.
3. Periksa apakah seluruh tenaga agen telah memiliki sertifikat keagenan sesuai dengan jenis asuransi yang dipasarkan.
4. Ambil sampel tenaga agen dan kelengkapan dokumen pendukungnya.
5. Cek izin usaha dari Kementerian Keuangan untuk perusahaan keagenan yang berkerjasama dengan perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111133333333
6. Cek apakah kerja sama bancassurance telah mendapat persetujuan dari Kementerian Keuangan.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain mengenai pemenuhan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
1111.. PPEENNEERRAAPPAANN PPRRIINNSSIIPP MMEENNGGEENNAALL NNAASSAABBAAHH
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.010/2010 tanggal 9 Februari 2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 01/BL/2011 tanggal 10 Januari 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Perusahaan Perasuransian.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip mengenal nasabah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta melaporkan transaksi-transaksi yang dikategorikan dalam suspicious transaction dan cash transaction kepada PPATK.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnssssssssiiiiiiiipppppppp MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaallllllll NNNNNNNNaaaaaaaassssssssaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaahhhhhhhh
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Pedoman PMN. 1. Dapatkan surat penyampaian pedoman PMN kepada Kementerian Keuangan. Penyampaian paling lambat tanggal 9 April 2011.
2. Manual sistem informasi mengenai PMN.
3. Struktur organisasi & keputusan mengenai pembentukan unit kerja khusus atau penunjukan pegawai
2. Pelajari struktur organisasi perusahaan apakah ada unit kerja khusus atau pegawai khusus yang menangani PMN serta kertas kerja dan laporan yang dihasilkan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111144444444
khusus yang menangani PMN.
unit atau pegawai tersebut.
4. Bukti pelaporan PMN kepada Kementerian Keuangan.
3. Telaah sistem informasi perusahaan, apakah mampu mengidentifikasi adanya transaksi-transaksi yang mencurigakan.
5. Program dan realisasi sosialisasi Pedoman PMN.
4. Lakukan sampling terhadap transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan khususnya untuk produk dengan risiko tinggi seperti produk yang dikombinasikan dengan investasi, nasabah berrisiko tinggi, dan jumlah premi yang tinggi > Rp25 juta. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan telah melakukan analisis, identifikasi, dan verifikasi terhadap tertanggung atau beneficial owner sesuai dengan pedoman P4MN dan memastikan bahwa perusahaan telah melaporkan transaksi-transaksi yang dikategorikan dalam suspicious transaction dan cash transaction kepada PPATK.
6. Bukti pelaporan transaksi yang mencurigakan atau transaksi kas kepada PPATK.
7. Form SPPA yang menunjukkan ada atau tidaknya informasi mengenai sumber dana premi.
5. Cek apakah formulir SPPA telah mencacantumkan informasi mengenai sumber dana nasabah.
6. Minta bukti pelaporan atas transaksi yang dikategorikan sebagai transaksi yang mencurigakan. Permintaan tersebut dilakukan secara sampling.
7. Dapatkan program pelatihan karyawan mengenai penerapan PMN dan realisasi dari program tersebut.
8. Minta hasil audit PPATK dan pelaksanaan rekomedasi PPATK.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111155555555
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan yang mencakup antara lain mengenai pemenuhan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian.
PPeerruussaahhaaaann AAssuurraannssii DDaann PPeerruussaahhaaaann RReeaassuurraannssii DDeennggaann
PPrriinnssiipp SSyyaarriiaahh
1. Pemeriksaan terhadap aspek operasional untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah secara umum mengacu pada prosedur pemeriksaan aspek operasional untuk usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional.
2. Beberapa kondisi yang perlu mendapat perhatian pemeriksa terkait dengan kekhususan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah sebagai berikut:
a. Produk
1) Penerapan prinsip dasar berupa tolong menolong (ta’awuni) dan saling menanggung (takafuli).
2) Penerapan akad tabarru’ (yaitu digunakan di antara para peserta) dan akad tijari (yaitu digunakan antara peserta dengan entitas pengelola).
3) Pembayaran dari peserta: a) Kontribusi saja. b) Kontribusi dan investasi.
4) Penggunaan akad wakalah atau mudarobbah dalam kontrak antara perusahaan sebagai entitas pengelola dan peserta.
b. Dukungan Reasuransi
Terdapat perbedaan pengaturan mengenai dukungan reasuransi antara usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah dan usaha asuransi dan usaha reasuransi konvensional
DD.. AASSPPEEKK MMAANNAAJJEEMMEENN
11.. HHAASSIILL UUNNDDEERRWWRRIITTIINNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Rasio Pertumbuhan Premi
Rasio ini menjadi penting karena memberikan indikasi keberhasilan perusahaan dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya. Selain itu, rasio ini dapat juga dijadikan input untuk menilai kesiapan, kemampuan, dan kapasitas perusahaan dalam menghadapi pertumbuhan premi yang terlalu cepat (tinggi).
Rasio Pertumbuhan = Kenaikan (Penurunan) Premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111166666666
Premi Premi Neto Thn Sebelumnya
Kenaikan (penurunan) yang tajam pada volume premi neto menunjukkan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan operasi perusahaan.
Hasil rasio ini sebaiknya diinterpretasikan bersama dengan sejarah dan operasi perusahaan. Dalam melakukan analisis rasio ini harus diperhatikan pula alasan-alasan yang dikemukakan perusahaan yang menyebabkan angka rasio menjadi berfluktuasi. Di samping itu perlu pula dipertimbangkan adanya perubahan yang terjadi dalam industri asuransi dan perekonomian nasional.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa hasil underwriting telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Chart of account. 1. Prosedur pemeriksaan untuk
objek hasil underwriting dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap pendapatan dan beban serta akun-akun terkait lainnya.
2. Laporan laba rugi.
3. Buku besar:
a. Premi bruto, premi reasuransi masuk, dan premi reasuransi keluar.
2. Cek hasil underwriting dan bandingkan dengan:
b. CAPYBMP periode pemeriksaan dan periode sebelumnya.
a. Periode sebelumnya.
b. Periode satu tahun sebelumnya.
c. Rata-rata industri.
c. Beban klaim dan manfaat dan klaim reasuransi.
3. Lakukan analisis trend perkembangan hasil underwriting
d. Cadangan klaim periode pemeriksaan dan sebelumnya.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
e. Cadangan premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111177777777
periode pemeriksaan dan sebelumnya.
f. Beban akusisi.
22.. RRAASSIIOO BBEEBBAANN UUSSAAHHAA TTEERRHHAADDAAPP PPRREEMMII NNEETTOO
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Rasio Biaya Manajemen
Merupakan salah satu rasio terpenting karena dapat dijadikan ukuran dalam melihat rentabilitas perusahaan dan komitmen manajemen terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Perolehan laba sangat ditentukan oleh biaya operasi, administrasi, dan umum, terutama pada perusahaan asuransi yang tidak terlalu besar.
Rasio Biaya Manajemen
= Biaya Manajemen
Pendapatan Premi Neto
Rasio ini mengukur biaya manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha serta memberikan indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan.
Analisis terhadap rasio ini membutuhkan kajian yang lebih mendalam terhadap setiap unsur biaya manajemen, terutama unsur yang memberikan kontribusi terbesar. Misalnya dalam hal rasio ini meningkat atau cukup tinggi, maka perlu dilakukan analisis terhadap setiap komponen biaya manajemen untuk mengetahui adanya pembebanan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa rasio beban usaha terhadap premi neto telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUssssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Buku besar beban usaha yang mencakup antara lain beban pemasaran,
1. Cek rasio beban usaha terhadap premi neto untuk menilai kinerja efisiensi perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111188888888
beban umum dan administrasi, serta beban umum lainnya.
2. Bandingkan rasio tersebut dengan:
a. Periode sebelumnya.
b. Rata-rata industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
3. Lakukan analisis trend kinerja efisiensi perusahaan dan minta penjelasan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang ditargetkan.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
33.. RRAASSIIOO BBEEBBAANN KKLLAAIIMM NNEETTOO TTEERRHHAADDAAPP PPRREEMMII NNEETTOO
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Pengukuran kinerja underwriting tersebut pada dasarnya tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk usaha asuransi jiwa kecuali untuk penyelenggaraan beberapa lini usaha asuransi yang merupakan asuransi dengan kontrak berjangka pendek (yearly renewable term) seperti asuransi kematian, asuransi kecelakaan diri, dan asuransi kesehatan. Beberapa karakteristik yang menyebabkan ukuran tersebut tidak sepenuhnya dapat digunakan antara lain adalah:
1. Kontrak asuransi jiwa umumnya merupakan kontrak jangka panjang.
Untuk kontrak jangka panjang tersebut terdapat kesulitan untuk melakukan pembandingan antara klaim dan premi secara tepat karena adanya perbedaan periode pengakuan klaim dan premi.
2. Produk asuransi jiwa secara umum mengandung komponen manfaat investasi.
Untuk produk investasi tersebut terdapat kesulitan untuk melakukan pembandingan antara beban klaim dan premi karena terjadinya perbedaan pengakuan untuk komponen investasi. Pada beban klaim, komponen investasi telah diakui sebagai bagian dari cadangan premi. Namun, kondisi tersebut tidak berlaku untuk sisi pendapatan. Pendapatan terkait dengan produk investasi tersebut diakui dalam bentuk pendapatan premi dan pendapatan hasil investasi.
Namun demikian, pengungkapan mengenai rasio beban klaim neto tersebut tetap diperlukan khususnya dalam rangka
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222221111111199999999
pengungkapan mengenai combined ratio.
Karakterisitik lain hasil dari rasio tersebut untuk perusahaan asuransi jiwa adalah tingginya angka rasio yang dicapai oleh perusahaan asuransi jiwa. Tingginya angka rasio tersebut secara umum dipengaruhi oleh jenis produk asuransi yang dipasarkan oleh perusahaan khususnya produk asuransi yang memberikan manfaat investasi. Untuk itu, pemeriksa perlu menambahkan pengungkapan tambahan mengenai komposisi produk asuransi khususnya yang mengandung manfaat investasi, penjelasan mengenai penyebab tingginya angka rasio tersebut yang disebabkan adanya asimetri dalam pengakuan beban dan pendapatan sebagaimana dijelaskan di atas, dan penjelasan perlunya membaca angka rasio tersebut bersama dengan rasio hasil investasi dibandingkan dengan pendapatan premi neto.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa rasio beban klaim neto terhadap premi neto telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp
PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Chart of account. 1. Cek rasio beban klaim neto terhadap premi neto untuk menilai kinerja akseptasi perusahaan.
2. Laporan laba rugi.
3. Buku besar:
a. Premi bruto, premi reasuransi masuk, dan premi reasuransi keluar.
2. Bandingkan rasio tersebut dengan:
a. Periode sebelumnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222200000000
b. CAPYBMP periode pemeriksaan dan periode sebelumnya.
b. rata-rata industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
3. Lakukan analisis trend kinerja akseptasi perusahaan dan minta penjelasan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang ditargetkan.
c. Beban klaim dan manfaat dan klaim reasuransi.
d. Cadangan klaim periode pemeriksaan dan sebelumnya.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
e. Cadangan premi periode pemeriksaan dan sebelumnya.
f. Beban akusisi.
44.. RRAASSIIOO HHAASSIILL IINNVVEESSTTAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Rasio ini menjadi penting dalam menentukan sehat tidaknya perusahaan asuransi karena merupakan komponen penting dalam menentukan jumlah laba yang diperoleh. Namun lebih dari itu, rasio ini dapat pula dimanfaatkan untuk menilai kebijakan investasi yang dijalankan oleh perusahaan asuransi karena perusahaan asuransi harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang menyatakan bahwa perusahaan asuransi harus menempatkan kekayaannya pada jenis-jenis investasi yang aman dan likuid, dan tidak hanya memperhatikan kemungkinan perolehan keuntungan yang besar.
Rasio Hasil Investasi =
Pendapatan Bersih Investasi Tahun Berjalan
Rata-rata Investasi 2 Periode
Rasio ini memberikan indikasi secara umum mengenai kualitas setiap jenis investasi serta mengukur hasil (return) dari investasi. Rendahnya rasio menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat, yang dapat disebabkan oleh penempatan investasi yang salah dalam aktiva tetap, investasi spekulatif atau alasan lain seperti metode penilaian aktiva, stabilitas, dan likuditas investasi.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa rasio hasil investasi telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222211111111
disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan laba rugi. 1. Cek rasio hasil investasi untuk menilai kinerja investasi perusahaan.
2. Buku besar, yang mencakup hasil investasi periode berjalan dan investasi dua periode.
2. Bandingkan rasio tersebut dengan:
a. Periode sebelumnya.
b. rata-rata industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
3. Lakukan analisis trend kinerja investasi perusahaan dan minta penjelasan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang ditargetkan.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
55.. CCOOMMBBIINNEEDD RRAATTIIOO
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Combined ratio merupakan gabungan antara rasio beban klaim neto terhadap premi neto dan beban usaha terhadap premi neto. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan premi yang dapat digunakan untuk menutup beban underwriting dan beban usaha.
2. Combined ratio juga dapat diperluas dengan memasukkan unsur rasio hasil investasi terhadap premi neto selain rasio beban klaim neto terhadap premi neto dan beban usaha terhadap premi neto. Rasio ini digunakan khususnya untuk mengukur kinerja perusahaan asuransi jiwa mengingat manfaat yang diperjanjikan di dalam kontrak asuransi jiwa mengandung unsur investasi.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222222222222
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Combined ratio telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Perusahaan memiliki kinerja yang cukup untuk menunjang kelangsungan kegiatan usahanya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: CCCCCCCCoooooooommmmmmmmbbbbbbbbiiiiiiiinnnnnnnneeeeeeeedddddddd RRRRRRRRaaaaaaaattttttttiiiiiiiioooooooo
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Data mengenai beban usaha, beban klaim neto, hasil investasi, dan premi neto.
1. Cek combined ratio untuk menilai kinerja investasi perusahaan.
2. Bandingkan rasio tersebut dengan:
a. Periode sebelumnya.
b. rata-rata industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
3. Lakukan analisis trend kinerja perusahaan dan minta penjelasan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang ditargetkan.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
EE.. KKAANNTTOORR CCAABBAANNGG DDAANN AATTAAUU KKAANNTTOORR PPEEMMAASSAARRAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Prosedur pemeriksaan ini merupakan prosedur pemeriksaan terhadap kantor cabang dan atau kantor pemasaran perusahaan yang dilakukan di kantor cabang dan atau kantor pemasaran yang bersangkutan.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 29 dan Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 31 s.d. Pasal 37 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222233333333
Perusahaan Reasuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa kantor cabang atau kantor pemasaran beroperasi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg ddddddddaaaaaaaannnnnnnn aaaaaaaattttttttaaaaaaaauuuuuuuu KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
KKKKKKKKeeeeeeeelllllllleeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaaggggggggaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Dokumen yang dibutuhkan dan prosedur pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan dokumen dan prosedur pemeriksaan terhadap perizinan kantor cabang dan atau pelaporan pembukaan kantor cabang/pemasaran/perwakilan yang dilakukan di kantor pusat perusahaan.
TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAhhhhhhhhlllllllliiiiiiii
Dokumen yang dibutuhkan dan prosedur pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan dokumen dan prosedur pemeriksaan terhadap tenaga ahli yang dilakukan di kantor pusat perusahaan. Selain itu, lakukan wawancara secara langsung dengan tenaga ahli mengenai ruang lingkup tanggung jawabnya untuk mengetahui kesesuaian penunjukan sebagai tenaga ahli dan ruang lingkup tanggung jawabnya.
SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
Laporan yang harus disampaikan kepada kantor pusat, jika ada.
1. Cek apakah kantor cabang atau kantor perwakilan melakukan pencatatan transaksi dan penyusunan laporan secara berkala.
2. Cek sistem yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas pencatatan transaksi dan penyusunan laporan tersebut.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
AAAAAAAAkkkkkkkksssssssseeeeeeeeppppppppttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm
Dokumen yang dibutuhkan dan prosedur pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan dokumen dan prosedur pemeriksaan terhadap prosedur akseptasi, prosedur klaim, serta
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222244444444
pembayaran klaim yang dilakukan di kantor pusat perusahaan.
IIIIIIIInnnnnnnnffffffffrrrrrrrraaaaaaaassssssssttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr
- 1. Lakukan pengamatan infrastruktur yang dimiliki kantor cabang atau kantor perwakilan yang meliputi antara lain gedung, sistem komputerisasi, customer services, serta sumber daya manusia yang dimiliki. Cek apakah infrastruktur tersebut telah dapat digunakan untuk menunjang kegiatan kantor cabang atau kantor perwakilan.
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn--------llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
1. Kondisi lain yang dianggap perlu diungkapkan untuk memberikan informasi yang sewajarnya diketahui oleh para stakeholder.
2. Penilaian kantor cabang dan atau kantor perwakilan yang dimiliki oleh perusahaan dilihat dari efisiensi dan efektifitasnya. Pemeriksa dapat menilai kinerja masing-masing kantor cabang dan atau kantor perwakilan yang ada dari tingkat hasil operasi bersih yang diperoleh dan efektifitasnya dalam menyumbang hasil operasi perusahaan secara keseluruhan.
FF.. LLAAIINN--LLAAIINN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Apabila dalam proses pemeriksaan, pemeriksa menemukan kondisi yang perlu diungkapkan untuk dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan namun temuan tersebut tidak termasuk dalam aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, pemeriksa tetap perlu melakukan pendalaman terhadap kondisi atau permasalahan tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
Dasar hukum yang digunakan tergantung kepada kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222255555555
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Objek, dokumen, dan prosedur pemeriksaan tergantung kepada kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
55..22.. PPRROOSSEESS PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPIIAALLAANNGG AASSUURRAANNSSII DDAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN
PPIIAALLAANNGG RREEAASSUURRAANNSSII
55..22..11.. PPeerrssiiaappaann PPeemmeerriikkssaaaann
PPPersiapan Pemeriksaan merupakan persiapan yang dilakukan Tim
Pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan lapangan untuk memperoleh
pemahaman atas perusahaan yang akan diperiksa dan untuk mengetahui
aspek-aspek pemeriksaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam
tahap ini persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
55555555........22222222........11111111........11111111........ MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaattttttttaaaaaaaa,,,,,,,, IIIIIIIInnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmaaaaaaaassssssssiiiiiiii,,,,,,,, LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,, ddddddddaaaaaaaannnnnnnn HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss
ddddddddaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii PPPPPPPPiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaakkkkkkkk IIIIIIIInnnnnnnntttttttteeeeeeeerrrrrrrrnnnnnnnnaaaaaaaallllllll BBBBBBBBiiiiiiiirrrrrrrroooooooo PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
DDData atau dokumen yang diperlukan dalam analisis
pendahuluan antara lain adalah sebagai berikut:
a. data perizinan, susunan pengurus dan komisaris, alamat, pemegang
saham, sanksi administrasi, data umum lainnya, serta data
pengaduan yang terdapat di Bagian Kelembagaan Perusahaan
Perasuransian (Bagian I).
b. laporan posisi keuangan (neraca) perusahaan dan hasil analisis atas
laporan posisi keuangan (neraca) yang dilakukan oleh Bagian Analisis
Laporan posisi keuangan (neraca) Perusahaan Perasuransian (Bagian
II).
c. laporan operasional perusahaan, dan hasil analisis atas laporan
tersebut yang dilakukan oleh Bagian Analisis Penyelenggaran Usaha
Perusahaan Perasuransian (Bagian III).
d. data atau dokumen dari sumber lain yang dianggap perlu.
55555555........22222222........11111111........22222222........ MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeennnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaaggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa
DDDalam tahap ini, staf pemeriksa yang akan menjadi calon
anggota tim pemeriksaan dipimpin oleh calon ketua tim pemeriksaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222266666666
melakukan pembagian kerja atau tugas pemeriksaan di antara anggota
tim.
55555555........22222222........11111111........33333333........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbuuuuuuuuaaaaaaaatttttttt AAAAAAAAnnnnnnnnaaaaaaaalllllllliiiiiiiissssssssiiiiiiiissssssss PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm AAAAAAAAuuuuuuuuddddddddiiiiiiiitttttttt
BBBerdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari internal
Biro Perasuransian dan sumber lain yang dianggap perlu, staf pemeriksa
yang akan menjadi calon anggota tim pemeriksaan menyusun analisis
pendahuluan. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis tersebut, staf
pemeriksa tersebut menyusun program audit. Analisis pendahuluan dan
program audit tersebut kemudian disampaikan kepada kepala sub
bagian di lingkungan Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
yang akan menjadi penyelia untuk tim pemeriksaan yang bersangkutan.
Setelah meneliti dan melakukan koreksi yang diperlukan, analisis
pendahuluan dan program audit ditandatangani oleh calon penyelia dan
calon ketua tim pemeriksaan, dan disampaikan kepada Kepala Bagian
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Format Analisis Pendahuluan
dan Program Audit terdapat dalam Lampiran VII-a.
55555555........22222222........11111111........44444444........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbuuuuuuuuaaaaaaaatttttttt KKKKKKKKuuuuuuuueeeeeeeessssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnneeeeeeeerrrrrrrr ddddddddaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaaffffffffttttttttaaaaaaaarrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmiiiiiiiinnnnnnnnttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDooooooookkkkkkkkuuuuuuuummmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn
AAAAAAAAwwwwwwwwaaaaaaaallllllll
SSStaf pemeriksa yang akan menjadi calon anggota tim
pemeriksaan menyusun daftar pertanyaan atau kuesioner dan daftar
permintaan dokumen awal yang akan disampaikan kepada perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi yang akan diperiksa. Daftar
pertanyaan atau kuesioner tersebut merupakan bahan yang akan
digunakan sebagai dasar melakukan wawancara dengan karyawan inti
perusahaan (key person). Format daftar pertanyaan terdapat dalam
Lampiran XX.
55555555........22222222........11111111........55555555........ MMMMMMMMeeeeeeeemmmmmmmmppppppppeeeeeeeerrrrrrrrssssssssiiiiiiiiaaaaaaaappppppppkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDooooooookkkkkkkkuuuuuuuummmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg DDDDDDDDiiiiiiiibbbbbbbbuuuuuuuuttttttttuuuuuuuuhhhhhhhhkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeellllllllaaaaaaaammmmmmmmaaaaaaaa
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
SSStaf pemeriksa yang akan menjadi calon anggota tim
pemeriksaan mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
selama pemeriksaan. Dokumen-dokumen tersebut antara lain :
a. Surat perintah pemeriksaan, surat tugas, dan surat pemberitahuan
pemeriksaan.
b. Laporan hasil analisis pendahuluan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222277777777
c. Surat permintaan dokumen.
d. Berita acara pemeriksaan.
e. Kertas kerja pemeriksaan (KKP).
f. Daftar pertanyaan (kuestioner).
g. Dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan selama tugas
pemeriksaan.
55..22..22.. PPeemmeerriikkssaaaann LLaappaannggaann
PPPemeriksaan lapangan dilakukan di kantor perusahaan pialang
asuransi atau perusahaan pialang reasuransi. Tujuan pemeriksaan lapangan
adalah memperoleh keyakinan mengenai kondisi perusahaan pialang asuransi
atau perusahaan pialang reasuransi yang sebenarnya, meneliti kesesuaian
kondisi perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, praktik penyelenggaraan
usaha yang sehat, dan standar lainnya, mengidentifikasi risiko-risiko yang
melekat dalam penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan pialang asuransi
atau perusahaan pialang reasuransi, serta memastikan bahwa perusahaan
pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi telah melakukan langkah-
langkah yang cukup dalam bertindak mewakili kepentingan pemegang polis.
Dalam tahap ini dilakukan 2 (dua) tahap pemeriksaan lapangan yaitu:
a. Pemeriksaan Pendahuluan.
b. Pemeriksaan Berdasarkan Program Pemeriksaan (Audit).
55555555........22222222........22222222........11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaahhhhhhhhuuuuuuuulllllllluuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn
PPPemeriksaan pendahuluan merupakan pemeriksaan yang
dilakukan dalam rangka menilai sistem pengendalian internal
perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi yang
diperiksa. Pemeriksaan pendahuluan pada dasarnya mencakup
pemeriksaan terhadap sistem dan prosedur serta struktur organisasi
yang ada khususnya mengenai keberadaan pengendalian internal di
dalam masing-masing sistem dan prosedur serta struktur organisasi
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pemeriksaan terhadap
penerapan sistem dan prosedur serta pembagian tugas dan wewenang
pada setiap unit organisasi yang ada.
Dalam pemeriksaan pendahuluan, tim pemeriksaan melakukan
kegiatan pemeriksaan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222288888888
a. Melaksanakan wawancara secara langsung dengan pihak direksi dan
divisi di bawahnya untuk memperoleh gambaran umum mengenai
kondisi pengendalian internal perusahaan pialang asuransi atau
perusahaan pialang reasuransi yang diperiksa.
Dalam melakukan wawancara, tim pemeriksaan harus mampu
mengembangkan pertanyaan yang sudah termuat dalam kuestioner
dan pada saat yang bersamaan dapat meminta dokumen tambahan
yang mendukung keterangan yang didapat pada saat dilakukan
wawancara.
b. Memahami dan menilai struktur pengendalian internal perusahaan
yang ada. Pemahaman mengenai pengendalian internal tersebut
terutama akan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Tim pemeriksaan perlu mendapatkan informasi yang cukup
mengenai integritas manajemen dan kecukupan catatan
akuntansi, sehingga bukti yang kompeten tersedia untuk
mendukung saldo laporan keuangan.
2) Pemahaman terhadap struktur pengendalian internal
memungkinkan tim pemeriksaan untuk mendeteksi potensi salah
saji yang material dalam laporan posisi keuangan (neraca)
perusahaan.
3) Pemahaman terhadap struktur pengendalian intern
memungkinkan tim pemeriksaan untuk merancang pengujian
saldo laporan posisi keuangan (neraca) secara efektif.
c. Menelusuri kembali (trace back) hasil atau output laporan posisi
keuangan (neraca) dari awal hingga akhir (jurnal, buku
pembantu/sub ledger, buku besar/ledger, dan laporan keuangan)
dengan melakukan pemeriksaan atas saldo-saldo yang ada di
laporan posisi keuangan (neraca) dengan saldo yang ada di buku
rinciannya/pendukungnya.
d. Pembuktian antara dokumen pendukung dengan pembukuan yang
ada pada perusahaan dengan berdasarkan sampel yang dilakukan.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk meyakinkan bahwa akun-akun
perusahaan telah dicatat dan dinilai dengan benar.
Setelah memperoleh pemahaman tentang struktur
pengendalian internal yang ada di perusahaan, pemeriksa dapat
menentukan tingkat sampling pada periode yang diperiksa.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222222222222299999999
Prosedur pemeriksaan dan dokumen yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan pendahuluan sebagai berikut:
11.. SSIISSTTEEMM DDAANN PPRROOSSEEDDUURR
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 12 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Sistem dan prosedur kerja telah dibakukan dalam manual akuntansi, pelayanan akseptasi, pelayanan penempatan reasuransi, pelayanan klaim, investasi, dan manajemen risiko dan diterapkan secara konsisten.
2. Sistem dan prosedur kerja telah mencakup pengendalian intern yang cukup.
3. Sistem dan prosedur yang dimiliki perusahaan mampu untuk menunjang kegiatan perusahaan
4. Adanya integrasi dari sistem-sistem yang bersifat sistem elektronik (komputerisasi) atau sistem database manajemen yang ada di perusahaan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Manual akuntansi, pelayanana akseptasi, pelayanan penempatan reasuransi, pelayanan klaim, investasi, dan manajemen risiko.
1. Minta dan pelajari manual atau buku pedoman yang dimiliki oleh perusahaan antara lain: manual akuntansi, pelayanan akseptasi, pelayanan penempatan reasuransi, dan pelayanan klaim.
2. Flow chart dokumen 2. Pastikan bahwa manual telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333300000000
maupun flow chart aktifitas.
dibakukan secara formal oleh direksi.
3. Limit otorisasi keuangan.
3. Minta dan pelajari flow chart dokumen maupun flow chart aktifitas.
4. Keputusan direksi, surat edaran, atau memo internal mengenai sistem dan prosedur kerja.
4. Teliti apakah manual tersebut telah mencakup sistem dan prosedur kerja standar yang berlaku secara umum dan mencakup pengendalian intern yang cukup.
5. Manual sistem komputerisasi dan bentuk laporan yang dapat dihasilkan dari sistem komputer.
5. Lakukan uji petik terhadap masing-masing prosedur kerja.
6. Pastikan bahwa sampel tersebut telah sesuai dengan limit otorisasi keuangan.
7. Minta penjelasan mengenai sistem komputerisasi atau database dan contoh informasi atau laporan yang dapat dihasilkan.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
22.. SSTTRRUUKKTTUURR OORRGGAANNIISSAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 huruf b angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Perusahaan telah memiliki struktur organisasi yang memisahkan fungsi pengelolaan keuangan dan fungsi pelayanan.
2. Struktur organisasi telah dilengkapi dengan pejabat/pegawai di
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333311111111
dalam unit organisasi yang ada serta kelengkapan uraian mengenai tugas, wewenang, tanggung jawab, dan prosedur kerja.
3. Kecukupan pengendalian internal yang tercermin dari struktur organisasi yang ada.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr OOOOOOOOrrrrrrrrggggggggaaaaaaaannnnnnnniiiiiiiissssssssaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Struktur organisasi. 1. Minta dan pelajari struktur organisasi terutama fungsi operasional, administrasi, dan keuangan.
2. Uraian tugas, wewenang, dan pembagian kerja (job description).
2. Minta dan pelajari job description antara lain: limit kewenangan, tanggung jawab, dan laporan yang dihasilkan.
3. Pelajari apakah telah ada pemisahan fungsi yaitu fungsi pengelolaan keuangan dan fungsi pelayanan, termasuk di dalamnya uraian mengenai level pemisahan tersebut, apakah pemisahan tersebut pada level direksi atau di bawah direksi.
4. Cek apakah struktur organisasi diisi/dilengkapi dengan pejabat.
5. Review apakah pengendalian internal sudah tercermin dari struktur organisasi yang ada.
6. Lakukan penilaian apakah struktur organisasi telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
33.. PPEENNEELLUUSSUURRAANN KKEEMMBBAALLII SSIIKKLLUUSS AAKKUUNNTTAANNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan posisi keuangan (neraca) perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333322222222
2. Siklus akuntansi dimulai dari terjadinya transaksi sampai penyiapan laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode.
3. Siklus akuntansi dapat diurutkan sebagai berikut: transaksi usaha-> pembuatan bukti asli -> pencatatan dalam buku harian (jurnal) -> pencatatan ke dalam buku besar (general ledger) dan buku tambahan (subsidiary ledger) -> neraca lajur penyesuaian -> laporan posisi keuangan (neraca) -> jurnal penutup -> neraca saldo setelah penutupan.
4. Siklus akuntansi tersebut mengacu pada standar akuntansi keuangan di Indonesia.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 12 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Siklus akuntansi perusahaan telah cukup mendukung dalam menghasilkan informasi keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Saldo yang ada di laporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan saldo yang ada di buku rinciannya atau pendukungnya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeelllllllluuuuuuuussssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaalllllllliiiiiiii SSSSSSSSiiiiiiiikkkkkkkklllllllluuuuuuuussssssss
AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan posisi keuangan (neraca).
1. Review alur pembukuan akuntansi baik yang secara manual maupun yang ada di sistem komputerisasi.
2. Buku besar/general ledger account.
3. Buku besar pembantu/subsidiary ledger account.
2. Cek saldo-saldo yang ada di laporan posisi keuangan (neraca) dengan saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
3. Pelajari apakah perlakuan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333333333333
akuntansi atau kebijakan akuntansi terhadap akun laporan keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Review apakah penerapan akuntansi telah dilakukan secara konsisten.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
44.. PPEENNEELLUUSSUURRAANN KKEE BBUUKKTTII PPEENNDDUUKKUUNNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Keberadaan saldo-saldo laporan posisi keuangan (neraca) harus dapat diuji kewajarannya sesuai dengan bukti fisik dan/atau dokumen legalnya dan penyajian di laporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Contoh: Obligasi diperoleh dengan premium/discount. Saldo yang dilaporkan adalah saldo setelah amortisasi dari premium/discount tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 12 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Laporan keuangan telah disusun dengan wajar sesuai dengan bukti–bukti pendukungnya.
2. Perusahaan telah membukukan dan mendokumentasikan transaksi keuangan dengan tertib.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeelllllllluuuuuuuussssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKeeeeeeee BBBBBBBBuuuuuuuukkkkkkkkttttttttiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnndddddddduuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan posisi keuangan (neraca).
1. Cek saldo yang ada di dalam laporan keuangan neraca dengan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333344444444
2. Buku besar/general ledger account.
saldo yang ada di buku rinciannya atau pendukungnya.
3. Buku besar pembantu/subsidiary ledger account.
2. Ambil sampel secukupnya dan telusuri pencatatannya sampai ke bukti fisik, dan/atau dokumen legalnya.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333355555555
Dari hasil penilaian terhadap struktur pengendalian internal dan
penelusuran kembali siklus akuntansi serta pemeriksaan pendahuluan
tersebut di atas, pemeriksa dapat menentukan apakah pemeriksaan
akan dilanjutkan atau dihentikan. Penentuan dilanjutkan atau
dihentikannya pemeriksaan tergantung kepada tingkat materialitas
kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk penghentian
pemeriksaan terdapat 2 (dua) pilihan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan dihentikan dan perusahaan diberikan waktu untuk
memperbaiki kesalahannya. Apabila perusahaan tidak sanggup
memperbaiki kesalahannya dalam jangka waktu yang ditentukan
(maksimal 5 (lima) hari kerja) maka pemeriksa dapat langsung
membuat LHPS.
b. Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara yang bersifat
sementara dinyatakan bahwa pemeriksaan hanya terbatas pada
sistem dan prosedur pembukuan dan menghasilkan angka-angka
dan pembukuan yang tidak mendukung isi dari laporan posisi
keuangan (neraca) sehingga dapat dikenakan sanksi dengan
diberikan jangka waktu untuk perbaikan pembukuan perusahaan.
55555555........22222222........22222222........22222222........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrddddddddaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ((((((((AAAAAAAAuuuuuuuuddddddddiiiiiiiitttttttt))))))))
SSSetelah melakukan pemeriksaan pendahuluan, tim
pemeriksaan melakukan pemeriksaan sesuai dengan program audit
yang telah disusun. Pelaksanaan pemeriksaan pada tahap ini dilakukan
sesuai dengan tahapan proses pemeriksaan sebagaimana diatur dalam
pedoman ini.
Prosedur pemeriksaan dan dokumen yang dibutuhkan untuk
masing-masing aspek pemeriksaan sebagai berikut:
AA.. AASSPPEEKK KKEELLEEMMBBAAGGAAAANN
11.. AANNGGGGAARRAANN DDAASSAARR
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333366666666
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 15 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
Untuk memperoleh keyakinan bahwa anggaran dasar perusahaan telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya untuk hal yang terkait dengan:
1. Maksud dan tujuan perusahaan telah sesuai dengan asas spesialisasi usaha.
2. Pelaporan setiap perubahaan anggaran dasar.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: AAAAAAAAnnnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrr
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Akta notaris pendirian. 1. Minta akta notaris pendirian dan anggaran dasar perusahaan, serta perubahan anggaran dasar.
2. Anggaran dasar serta perubahannya.
2. Review anggaran dasar dan buat kertas kerjanya tentang:
3. Bukti pengesahan atau pernyataan pencatatan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
a. Maksud & tujuan perusahaan.
b. Pengesahan anggaran dasar dari Kementerian Kehakiman dan pemuatan dalam lembaran Berita Negara.
4. Notulen rapat perusahaan.
3. Tulis dalam kertas kerja perubahan-perubahan anggaran dasar yang mencakup antara lain akta notaris, nomor, tanggal, dan perubahan dalam anggaran dasar.
4. Minta bukti bahwa perubahan anggaran dasar telah dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333377777777
22.. PPEERRIIZZIINNAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 9 dan Pasal 10, Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa Perusahaan telah beroperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya untuk hal yang terkait dengan:
1. Kantor pusat dan kantor cabang perusahaan telah beroperasi sesuai dengan izin yang diperoleh.
2. Perusahaan telah melaporkan setiap pembukaan kantor pemasaran/perwakilan dan melaporkan setiap perubahaan atau penutupan kantor.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiizzzzzzzziiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Izin usaha perusahaan. 1. Mintakan dan catat dalam kertas kerja izin usaha perusahaan, baik untuk kantor pusat maupun untuk kantor cabang.
2. Izin pembukaan kantor kantor cabang.
3. Bukti pelaporan kantor pemasaran.
4. Bukti pelaporan perubahan alamat kantor.
2. Bandingkan jumlah kantor cabang dengan izin pembukaan kantor cabang.
3. Minta bukti pelaporan pembukaan kantor perwakilan.
4. Minta bukti pelaporan tentang perubahan alamat kantor.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333388888888
5. Cek produksi jasa yang diberikan apakah sesuai dengan izin usaha yang dimiliki.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
33.. PPEERRMMOODDAALLAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa permodalan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmooooooooddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Anggaran dasar pendirian perusahaan dan perubahannya berserta akta notaris.
1. Review pasal tentang permodalan dalam anggaran dasar perusahaan dan perubahannya.
2. Pelaporan mengenai anggaran dasar dan perubahannya kepada Kementerian Keuangan.
2. Catat share masing-masing pemegang saham, termasuk perubahannya bila terdapat perubahan modal disetor, komposisi kepemilikan, dan susunan pemegang saham.
3. Laporan keuangan. 3. Minta bukti bahwa perubahan permodalan telah dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
4. Bukti penyetoran modal untuk tambahan modal disetor.
4. Lihat cash flow tentang pembayaran modal disetor dari pemegang saham dan minta bukti-bukti pendukungnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222223333333399999999
5. Company profile pemegang saham.
5. Teliti modal sendiri (SAK) perusahaan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
44.. TTEENNAAGGAA AASSIINNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 13 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Penggunaan tenaga asing di dalam perusahaan baik yang berfungsi sebagai tenaga ahli maupun pemegang jabatan pada unit organisasi perusahaan telah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang yaitu dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Pelaporan penggunaan tenaga asing, program pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan penggunaan tenaga asing tersebut, serta laporan realisasi pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan kepada Biro Perasuransian telah dilaksanakan secara tertib.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan pihak ke tiga tentang tenaga asing.
1. Minta perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan pihak ketiga tentang tenaga asing.
2. Dokumen penggunaan tenaga asing.
2. Mintakan kelengkapan dokumen penggunaan tenaga asing.
3. Bukti bahwa tenaga asing tersebut telah
3. Minta bukti bahwa tenaga asing tersebut telah menyampaikan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444400000000
menyampaikan kepada Kementerian Keuangan program kerja dan program pendidikan dan pelatihan.
kepada Kementerian Keuangan tentang program kerja serta program pendidikan dan pelatihan. Termasuk dalam pelaporan adalah laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
4. Teliti apakah tenaga asing tersebut telah melaksanakan program yang disampaikan kepada Kementerian Keuangan tersebut.
5. Teliti apakah konsultan/ tenaga asing melakukan fungsi pengelolaan sehari-hari.
a. Minta secara spesifik surat-surat yang ditanda tangani.
b. Teliti apakah konsultan tenaga asing ikut menandatangani surat tersebut.
Jika ya, catat surat-surat yang ditandatangani oleh konsultan tenaga asing tersebut.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
55.. TTEENNAAGGAA AAHHLLII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 7 s.d. Pasal 11 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memiliki tenaga ahli sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku antara lain mengenai:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444411111111
1. Kualifikasi keahlian setingkat ahli atau ajun ahli baik dari asosiasi profesi di dalam negeri maupun dari luar negeri sesuai dengan jenis usaha/bagian.
2. Pegawai yang diangkat sebagai tenaga ahli, termasuk tenaga ahli kantor cabang.
3. Pelaporan tenaga ahli tersebut kepada Biro Perasuransian yang mencakup pula pernyataan registrasi dari Biro Perasuransian.
4. Penempatan tenaga ahli kantor cabang pada kantor cabang yang bersangkutan.
5. Program pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kepemilikan pegawai yang memiliki kualifikasi keahlian.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAhhhhhhhhlllllllliiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar karyawan dan direksi yang memiliki kualifikasi ahli asuransi dan ajun ahli asuransi yang dimiliki perusahaan, termasuk keahlian lainnya.
1. Minta daftar tenaga ahli dan ajun ahli yang dimiliki perusahaan, serta daftar termasuk tenaga ahli bidang lainnya.
2. Bukti sertifikasi dari pihak yang berwenang untuk masing-masing karyawan dan direksi yang memiliki kualifiksi tersebut.
2. Minta bukti sertifikat keahlian tersebut.
3. Keputusan direksi mengenai pengang-katan tenaga ahli.
3. Teliti apakah kantor pusat memiliki tenaga ahli perusahaan termasuk tenaga ahli bidang lainnya, dan kantor cabang memiliki tenaga ahli kantor cabang.
4. Tulis dalam kertas kerja nama tenaga ahli, nomor, dan tanggal sertifikat keahlian, serta institusi yang mengeluarkan sertifikat keahlian.
5. Cek keberadaaan tenaga ahli yang bersangkutan. Apakah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444422222222
tenaga ahli bekerja secara penuh waktu serta apakah tenaga ahli kantor cabang bekerja penuh waktu di kantor cabang bersangkutan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
66.. DDIIRREEKKSSII DDAANN KKOOMMIISSAARRIISS
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tanggal 9 Februari 2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian khususnya yang berkaitan dengan direksi dan komisaris, antara lain:
1. Kualifikasi dan pengalaman direksi, pernyataan tidak merangkap jabatan, dan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.
2. Kepemilikan separoh dari direksi yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai pengelolaan risiko yang relevan dengan jabatannya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDiiiiiiiirrrrrrrreeeeeeeekkkkkkkkssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKoooooooommmmmmmmiiiiiiiissssssssaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiissssssss
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Surat pernyataan direksi tidak merangkap jabatan eksekutif di perusahaan lain.
1. Minta dan catat akta notaris atau SK pengangkatan: a. Komisaris. b. Direksi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444433333333
2. Daftar riwayat hidup untuk masing-masing direksi dan komisaris.
2. Teliti apakah perubahan susunan pengurus perusahaan telah disahkan dalam RUPS dan diaktakan-notariskan.
3. Anggaran dasar perusahaan dan perubahannya.
3. Minta bukti bahwa perubahan susunan komisaris dan direksi perusahaan telah dilaporkan kepada Kementerian Keuangan.
4. Pelaporan mengenai anggaran dasar dan perubahannya kepada Kementerian Keuangan.
4. Minta surat pernyataan direksi tidak merangkap jabatan eksekutif di perusahaan lain.
5. Keputusan mengenai lulus atau tidaknya dalam penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
5. Teliti kemungkinan adanya perangkapan jabatan executive di perusahaan lain.
6. Minta dan pelajari notulen rapat perusahaan.
Jika belum mengikuti, bukti bahwa perusahaan telah mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
7. Minta bukti bahwa direksi dan komisaris telah lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan, atau kalau tidak bukti bahwa perusahaan telah mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
77.. KKAANNTTOORR CCAABBAANNGG,, KKAANNTTOORR PPEEMMAASSAARRAANN,, DDAANN KKAANNTTOORR
LLAAIINNNNYYAA YYAANNGG TTEERRPPIISSAAHH DDAARRII KKAANNTTOORR PPUUSSAATT
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 31 s.d. Pasal 37 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan kantor selain kantor pusat termasuk izin pembukaan kantor unit usaha syariah bila memiliki unit usaha
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444444444444
syariah, yang mencakup antara lain:
1. Izin pembukaan kantor cabang dan pelaporan kantor pemasaran atau kantor lainnya.
2. Penyelenggaraan kegiatan kantor tersebut sesuai dengan fungsinya.
3. Kepemilikan tenaga ahli untuk masing-masing kantor cabang.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg,,,,,,,, KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,,
DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaa YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrppppppppiiiiiiiissssssssaaaaaaaahhhhhhhh
DDDDDDDDaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPuuuuuuuussssssssaaaaaaaatttttttt
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Surat izin usaha. 1. Cek list seluruh kantor perusahaan berserta surat izin yang dimiliki untuk kantor cabang, surat pelaporan kepada Biro Perasuransian, dan pernyataan terdaftar sebagai kantor pemasaran/perwakilan dari Biro Perasuransian.
2. Surat izin pembukaan kantor cabang.
3. Bukti pelaporan pembukaan kantor perwakilan dan kantor lainnya.
4. Bukti pelaporan perubahan nama dan alamat.
2. Cek apakah setiap kantor cabang memiliki tenaga ahli di kantor yang bersangkutan.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
88.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN SSUUMMBBEERR DDAAYYAA MMAANNUUSSIIAA
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 14 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444455555555
yang berkaitan dengan program pengembangan sumber daya manusia, yang mencakup antara lain:
1. Kepemilikan program pengembangan sumber daya manusia termasuk realisasinya.
2. Dukungan anggaran untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk realisasinya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSuuuuuuuummmmmmmmbbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrr
DDDDDDDDaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnuuuuuuuussssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Program pengembangan sumber daya manusia (jangka pendek maupun jangka panjang).
1. Minta program pengembangan sumber daya manusia (jangka pendek maupun jangka panjang).
2. Minta data tentang pendidikan antara lain pelatihan, seminar, kursus selama 1 tahun yang telah diikuti dan biaya yang telah dikeluarkan.
2. Data tentang pendidikan antara lain, pelatihan, seminar, dan kursus selama 1 tahun.
3. Rincian dan sample biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan & pelatihan.
3. Sample biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan & pelatihan.
4. Bandingkan dan catat prosentase jumlah biaya-biaya tersebut dengan jumlah biaya pegawai untuk periode yang sama.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
99.. PPOOLLIISS PPRROOFFEESSSSIIOONNAALL IINNDDEEMMNNIITTYY
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 14 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444466666666
425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan polis professional indemnity.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooffffffffeeeeeeeessssssssssssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnnaaaaaaaallllllll IIIIIIIInnnnnnnnddddddddeeeeeeeemmmmmmmmnnnnnnnniiiiiiiittttttttyyyyyyyy
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Polis professional indemnity.
1. Telaah polis professional indemnity, klausula yang diperjanjikan, perusahaan asuransi penanggung, nilai pertanggungan, dan periode pertanggungan.
2. Bukti pembayaran premi asuransi.
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
1100.. KKEEAANNGGGGOOTTAAAANN PPAADDAA AASSOOSSIIAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 19 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan keanggotaan pada asosiasi perusahaan sejenis.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKeeeeeeeeaaaaaaaannnnnnnnggggggggggggggggoooooooottttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssoooooooossssssssiiiiiiiiaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Bukti / sertifikat keanggotaan
1. Minta bukti keanggotaan dan cek masa berlakunya
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444477777777
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
1111..LLAAIINN--LLAAIINN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 13 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian, peraturan perundang-undangan lainnya, dan standar/praktik yang berlaku umum (international best practise).
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: HHHHHHHHuuuuuuuubbbbbbbbuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAffffffffiiiiiiiilllllllliiiiiiiiaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Company profile pemegang saham.
1. Minta pihak-pihak yang mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan.
2. Disclosure pada laporan keuangan auditi/pernyataan manajemen berkaitan dengan transaksi dengan pihak afiliasi/hubungan istimewa.
2. Teliti share pemegang saham perusahaan afiliasi, jika hubungan afiliasi tersebut karena kepemilikan saham.
3. Ambil sampel transaksi dengan pihak afiliasi.
4. Teliti dan nilai apakah transaksi tersebut wajar.
5. Minta daftar piutang dan teliti apakah terdapat pinjaman kepada pemegang saham dan afiliasinya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444488888888
6. Nilai apakah ada transaksi yang merupakan bentuk pengalihan modal ke pihak group/afiliasi.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaannnnnnnnjjjjjjjjiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn ddddddddeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn ppppppppiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaakkkkkkkk kkkkkkkkeeeeeeeettttttttiiiiiiiiggggggggaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Perjanjian kerja sama dengan pihak lain.
1. Minta dan pelajari perjanjian perusahaan dengan pihak lain, antara lain: dengan broker lainnya, agen, tertanggung, dan perusahaan lain.
2. Lakukan penilaian apakah perjanjian/transkasi tersebur wajar & tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
BB.. AASSPPEEKK KKEEUUAANNGGAANN
11.. KKEEKKAAYYAAAANN ((AASSEETT))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 13A Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
3. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222224444444499999999
1. Saldo kekayaan disajikan dengan wajar.
2. Perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian khususnya ketentuan mengenai pengelolaan aset
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKeeeeeeeekkkkkkkkaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ((((((((AAAAAAAAsssssssseeeeeeeetttttttt))))))))
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan keuangan 1. Telusuri kesesuaian saldo kekayaan pada laporan posisi keuangan (neraca) ke dalam buku besar, buku besar pembantu, dan dokumen pendukungnya.
2. Neraca Saldo, general ledger, dan sub ledger.
3. Dokumen pendukung kekayaan
2. Cek saldo kekayaan dengan dasar penilaian kekayaan (fair value/nilai pasar, nilai perolehan, amortisasi dan impairment) dan cek perhitungan saldo kekayaan.
3. Cek kecukupan kekayaan terhadap kewajiban (liabilitas).
4. Review kebijakan pengelolaan kekayaan perusahaan.
5. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22.. IINNVVEESSTTAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
2. Sesuai dengan PSAK tersebut Perusahaan harus menetapkan tujuan investasi dari setiap jenis investasi yang dibuat pada kebijakan investasi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing dan harus diterapkan secara konsisten.
3. Surat berharga sesuai dengan tujuan kepemilikannya terdiri dari tiga yaitu surat berharga untuk diperdagangkan (for trading), tersedia untuk dijual (available for sale), serta ditahan hingga jatuh tempo (held for maturity).
4. Surat berharga untuk diperdagangkan (for trading) dan tersedia untuk dijual (available for sale) dinilai berdasarkan harga pasar/fair value, sedangkan ditahan surat berharga ditahan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555500000000
hingga jatuh tempo (held for maturity) dinilai berdasarkan harga perolehan setelah dilakukan amortisasi premium/diskon.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian yang berkaitan dengan pengelolaan investasi yang mencakup antara lain:
1. Saldo investasi secara SAK dan SAP disajikan dengan wajar.
2. Pengelolaan dana yang dilakukan perusahaan telah mempertimbangkan tingkat keamanan dana investasi, risiko yang dihadapi, dan optimalisasi hasil.
3. Konsistensi kebijakan investasi dan penerapannya.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Kebijakan investasi. 1. Pelajari kebijakan investasi perusahaan apakah telah cukup untuk dapat digunakan sebagai arahan dalam pengelolaan investasi.
2. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
3. Rincian investasi berdasarkan nilai buku dan nilai pasar.
4. Rincian hasil investasi.
2. Telusuri kesesuaian saldo investasi pada neraca ke dalam buku besar, buku besar pembantu, dan bukti kepemilikan yang asli dan sah.
5. Mutasi (penempatan dan pencairan) investasi dari awal periode sampai saat pemeriksaan lapangan berlangsung.
3. Cek saldo kekayaan dengan dasar penilaian investasi yaitu fair value atau nilai pasar, nilai perolehan, amortisasi atau penyusutan, dan impairment. Selanjutnya, cek perhitungan saldo investasi. 6. Neraca saldo, ledger,
dan sub ledger. 4. Cek kecukupan investasi terhadap liabilitas. 7. Bukti pendukung
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555511111111
penempatan atau pembelian dan penjualan investasi.
5. Cek dan lakukan penilaian apakah kebijakan investasi dilaksanakan secara konsisten khususnya penetapan klasifikasi tujuan investasi surat berharga (untuk diperdagangkan, tersedia untuk dijual, dan ditahan sampai dengan jatuh tempo) serta penilaian telah dilakukan sesuai dengan SAK dan dilakukan secara konsisten.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. DDeeppoossiittoo BBeerrjjaannggkkaa ddaann SSeerrttiiffiikkaatt DDeeppoossiittoo
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo deposito berjangka dan sertifikat deposito telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo deposito berjangka dan sertifikat deposito secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: DDDDDDDDeeeeeeeeppppppppoooooooossssssssiiiiiiiittttttttoooooooo BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaannnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaa ddddddddaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeerrrrrrrrttttttttiiiiiiiiffffffffiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaatttttttt
DDDDDDDDeeeeeeeeppppppppoooooooossssssssiiiiiiiittttttttoooooooo
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat deposito dan sertifikat deposito.
b. Ledger & sub ledger deposito dan sertifikat deposito.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian deposito per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Rincian hasil investasi deposito.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555522222222
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) deposito dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
2. Cek hasil penerimaan bunga ke dalam rekening giro serta ledger dan sub ledger perusahaan.
3. Cek apakah terdapat deposito berjangka yang dijadikan jaminan atau agunan. 5. Neraca saldo serta
ledger dan sub ledger.
6. Bukti dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
4. Cek jika ada penempatan deposito di luar negeri.
5. Masukkan saldo hasil pemeriksaan deposito dan sertifikat deposito dalam neraca hasil pemeriksaan.
7. Bukti pendukung penempatan/ pencairan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
bb.. SSaahhaamm
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
1. Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
2. Saham harus dimiliki dan dikuasai, apabila saham direpokan ke pihak lain maka dikategorikan menjadi kekayaan yang tidak diperkenankan dan disajikan menjadi kelompok investasi lain.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo saham telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo saham secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaammmmmmmm
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555533333333
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah jika saham tercatat di BEI serta posisi yang tercatat di KSEI.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat saham/statement of account dari kustodian/KSEI.
b. Ledger & sub ledger saham. c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung. 2. Rincian saham per
periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Dapatkan nilai pasar saham per tanggal neraca.
3. Harga pasar saham. 3. Cek konsistensi pengkategorian pencatatan investasi saham.
4. Rincian hasil investasi saham berupa dividen atau capital gain/loss.
4. Cek apakah terdapat saham yang dijaminkan atau merupakan saham yang direpokan.
5. Mutasi (penempatan dan pencairan) saham dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
5. Cek jika ada penempatan investasi saham di luar negeri.
6. Masukkan saldo hasil pemeriksaan saham dalam neraca hasil pemeriksaan.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
7. Cek hasil investasi (dividen).
7. Bukti pendukung penempatan/ pencairan.
8. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
cc.. OObblliiggaassii ddaann MMeeddiiuumm TTeerrmm NNootteess ((MMTTNN))
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo obligasi dan MTN telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo obligasi dan MTN secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555544444444
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: OOOOOOOObbbbbbbblllllllliiiiiiiiggggggggaaaaaaaassssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn MMMMMMMMTTTTTTTTNNNNNNNN
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat asli. b. Ledger & sub ledger obligasi dan MTN.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rating obligasi.
3. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
4. Rincian obligasi dan MTN per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
2. Hitung nilai investasi obligasi dan MTN menurut SAK.
3. Cek apakah terdapat obligasi dan MTN yang dijaminkan.
5. Harga pasar obligasi dan MTN.
4. Cek perhitungan amortisasi bila dinilai berdasarkan harga perolehan. 6. Rincian hasil investasi
obligasi dan MTN berupa bunga atau capital gain/loss.
5. Cek konsistensi pengkategorian pencatatan investasi obligasi dan MTN.
7. Mutasi (penempatan dan pencairan) obligasi dan MTN dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
6. Cek jika ada penempatan investasi dalam bentuk obligasi dan MTN di luar negeri.
7. Cek apakah obligasi dan MTN tersebut merupakan transaksi turunan (credit linked note/ CLN).
8. Bukti pendukung penempatan atau pencairan.
8. Masukkan saldo hasil pemeriksaan obligasi dan MTN dalam neraca hasil pemeriksaan.
9. Soft file perhitungan amortisasi bila obligasi dan MTN dinilai berdasarkan harga perolehan.
9. Cek hasil investasi (pendapatan bunga/ kupon).
10. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
dd.. SSuurraatt BBeerrhhaarrggaa YYaanngg DDiitteerrbbiittkkaann PPeemmeerriinnttaahh aattaauu BBaannkk
IInnddoonneessiiaa
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555555555555
425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau Bank Indonesia secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaatttttttt BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaarrrrrrrrggggggggaaaaaaaa YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg DDDDDDDDiiiiiiiitttttttteeeeeeeerrrrrrrrbbbbbbbbiiiiiiiittttttttkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnttttttttaaaaaaaahhhhhhhh aaaaaaaattttttttaaaaaaaauuuuuuuu BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnnkkkkkkkk IIIIIIIInnnnnnnnddddddddoooooooonnnnnnnneeeeeeeessssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah. Jika surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI disimpan pada kustodian maka bukti statement of account dari bank kustodian.
1. Apabila bukti kepemilikan disimpan pada safety deposit atau kustodian, mintakan juga bukti pendukung penyimpanan tersebut atau perjanjian dengan pihak penyimpan sertifikat tersebut
2. Minta bukti pendukung pembelian surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
2. Rincian sertifikat surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Cek apakah terdapat surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI yang dijaminkan.
4. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat asli. b. Ledger & sub ledger surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
3. Harga pasar surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
4. Rincian hasil investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
5. Hitung jumlah nilai investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI menurut SAK.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555566666666
5. Mutasi (penempatan dan pencairan) surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
6. Cek konsistensi pengaktegorian pencatatan investasi surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI.
7. Cek perhitungan amortisasi bila surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dinilai berdasarkan harga perolehan.
6. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
8. Masukkan saldo hasil pemeriksaan surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dalam neraca hasil pemeriksaan.
7. Soft file perhitungan amortisasi bila surat berharga yang diterbitkan Pemerintah atau SBI dinilai berdasarkan harga perolehan.
9. Cek hasil investasi (pendapatan bunga).
10. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
ee.. UUnniitt PPeennyyeerrttaaaann RReekkssaaddaannaa
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo unit penyertaan reksadana telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo unit penyertaan reksadana secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUnnnnnnnniiiiiiiitttttttt PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeekkkkkkkkssssssssaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555577777777
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah. Jika unit penyertaan reksadana disimpan pada kustodian maka bukti statement of account dari bank kustodian.
1. Cocokkan rincian dengan: a. SOA /sertifikat reksadana. b. Ledger & sub ledger unit penyertaan reksadana.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Cocokkan rincian dengan NAB unit penyertaan reksadana.
2. Rincian unit penyertaan reksadana per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Hitung nilai unit penyertaan reksadana menurut SAK.
4. Cek apakah terdapat unit penyertaan reksadana yang dijaminkan.
3. Nilai aktiva bersih (NAB) unit penyertaan reksadana.
5. Masukkan saldo hasil pemeriksaan unit penyertaan reksadana dalam neraca hasil pemeriksaan.
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) unit penyertaan reksadana dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
5. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
ff.. PPeennyyeerrttaaaann LLaannggssuunngg
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran investasi secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo penyertaan langsung telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo penyertaan langsung secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555588888888
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeerrrrrrrrttttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn LLLLLLLLaaaaaaaannnnnnnnggggggggssssssssuuuuuuuunnnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan yang asli dan sah.
1. Cocokkan rincian dengan: a. Sertifikat saham. b. Ledger & sub ledger penyertaan langsung.
c. Daftar mutasi. d. Bukti pendukung.
2. Rincian penyertaan langsung per periode pemeriksaan dan posisi terakhir.
3. Rincian hasil investasi penyertaan langsung.
2. Review metode yang dipakai perusahaan dalam menentukan nilai investasi (menggunakan metode cost atau equity).
4. Mutasi (penempatan dan pencairan) penyertaan langsung dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
3. Hitung nilai penyertaan langsung menurut SAK.
4. Cek jika ada penempatan investasi penyertaan langsung di luar negeri. 5. Neraca saldo serta
ledger dan sub ledger 5. Masukkan saldo hasil pemeriksaan penyertaan langsung dalam neraca hasil pemeriksaan.
.
6. Cek hasil investasi (dividen).
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
33.. NNOONN IINNVVEESSTTAASSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Penyajian dan pengungkapan serta pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan khususnya tagihan secara SAK diatur sesuai dengan PSAK 50 dan PSAK 55.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo non investasi secara SAK telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222225555555599999999
Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: NNNNNNNNoooooooonnnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Bukti kepemilikan non investasi yang asli dan sah dan bukti pendukung lainnya.
1. Telusuri kesesuaian saldo non investasi pada laporan keuangan ke buku besar, buku besar pembantu, dan bukti kepemilikan atau bukti pendukung lainnya yang asli dan sah.
2. Rincian non investasi (nilai buku dan nilai pasar).
3. Mutasi non investasi dari awal periode sampai saat pemeriksaan.
2. Cek kesesuaian perhitungan saldo kekayaan dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
3. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. KKaass ddaann BBaannkk
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Kas dan bank terdiri dari kas dalam bentuk petty cash di perusahaan dan rekening giro perusahaan pada bank.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo kas dan bank telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo kas dan bank secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaassssssss ddddddddaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBaaaaaaaannnnnnnnkkkkkkkk
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo. 1. Bila perusahaan telah melakukan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666600000000
2. Ledger dan sub ledger kas dan bank serta daftar rincian kas dan bank dalam original currency.
cash opname, minta dan review berita acara tersebut.
2. Telaah kesesuaian pengklasifikasian kas dalam penghitungan kas.
3. Buku harian kas kecil. 3. Telaah mutasi kas sejak tanggal neraca sampai tanggal penghitungan kas yang sifatnya material.
4. Laporan cash flow.
5. Bukti transaksi dan otorisasi pengeluaran serta penerimaaan kas dan bank.
4. Lakukan pengujian secara sampling atas mutasi pengeluaran dan penerimaan kas yang sifatnya material, periksa kelengkapan dokumen dan otorisasinya, catat di kertas kerja dan buat kesimpulannya untuk mengetahui kewajaran dari pengeluaran ataupun penerimaan tersebut.
6. Berita acara penghitungan fisik penghitungan kas (cash opname).
7. Rekening koran bank. 5. Telaah rekonsiliasi bank per tanggal neraca, telusuri pos-pos yang direkonsiliasi pada rekening koran bulan berikutnya, catat di kertas kerja dan buat kesimpulannya.
8. Kertas kerja rekonsiliasi bank.
6. Lakukan pengujian secara sampling atas mutasi pengeluaran dan penerimaan melalui bank yang sifatnya material, periksa dokumen kelengkapan dokumen dan otorisasinya untuk melihat kewajaran transaksi tersebut.
7. Masukkan saldo hasil pemeriksaan kas dan bank dalam neraca hasil pemeriksaan.
8. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
bb.. TTaaggiihhaann JJaassaa KKeeppeerraannttaarraaaann
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJaaaaaaaassssssssaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
a. Praktik yang terjadi di perusahaan pialang asuransi/reasuransi mengenai penyajian tagihan jasa keperantaraan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666611111111
1) Perusahaan menyajikan secara khusus saldo tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca.
2) Perusahaan tidak menyajikan secara khusus saldo tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca.
b. Secara umum kedua praktik tersebut dapat diterima karena keduanya akan dipengaruhi oleh mekanisme transaksi yang terjadi di dalam perusahaan pialang asuransi/reasuransi. Selain itu, kedua metode penyajian tersebut juga akan dipengaruhi bentuk dokumen pendukung yang dimiliki oleh perusahaan pialang asuransi/reasuransi.
c. Perusahaan pialang asuransi/reasuransi dapat menyajikan secara khusus saldo tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca khususnya apabila perusahaan yang bersangkutan menerbitkan nota tagihan jasa keperantaraan kepada perusahaan asuransi/reasuransi pada saat/bersamaan dengan penerbitan nota debit premi atau setelah premi diterima dari tertanggung. Dengan adanya nota tagihan kepada perusahaan asuransi/reasuransi tersebut, perusahaan mengakui adanya transaksi jasa keperantaraan.
1) Meskipun secara umum nota tagihan jasa keperantaraan tersebut disampaikan kepada perusahaan asuransi/reasuransi, di dalam praktiknya, jasa keperantaraan tersebut dapat juga langsung ditagihkan kepada kepada tertanggung apabila mekanisme tersebut disepakati di antara para pihak yang bertransaksi.
2) Untuk perusahaan pialang asuransi/reasuransi yang tidak diberikan kewenangan untuk melakukan penagihan premi kepada tertanggung, terdapat kemungkinan bahwa pada saat penutupan asuransi mulai berjalan, perusahaan yang bersangkutan akan menerbitkan nota tagihan jasa keperantaraan kepada perusahaan asuransi/reasuransi.
3) Selain mekanisme transaksi tersebut di atas, praktek penyajian tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca dapat pula dipengaruhi adanya penyajian akun tagihan jasa keperantaraan di dalam format laporan keuangan untuk perusahaan pialang asuransi/reasuransi yang diatur dalam ketentuan mengenai bentuk dan susunan laporan keuangan untuk perusahaan pialang asuransi/reasuransi. Meskipun secara umum seharusnya dipahami bahwa akun di dalam format laporan keuangan tersebut pada prinsipnya disediakan untuk menampung transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pialang asuransi/reasuransi. Dengan demikian, apabila memang tidak terdapat adanya transaksi yang harus dilaporkan, saldo akun di dalam format laporan keuangan tersebut tidak akan diisi (atau diisi nihil) oleh
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666622222222
perusahaan pialang asuransi/reasuransi.
d. Perusahaan pialang asuransi/reasuransi dapat pula tidak menyajikan secara khusus tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca. Kondisi tersebut dapat terjadi apabila perusahaan yang bersangkutan tidak menerbitkan nota tagihan jasa keperantaraan.
1) Telah menjadi mekanisme umum pula bahwa dalam transaksi keperantaraan tersebut perusahaan pialang asuransi/reasuransi tidak menerbitkan nota tagihan jasa keperantaraan. Secara umum di dalam perjanjian antara perusahaan asuransi/reasuransi dan perusahaan pialang asuransi/reasuransi disepakati bahwa perusahaan pialang asuransi/reasuransi diberikan kewenangan untuk melakukan penagihan premi dan selanjutnya menyampaikan pembayaran premi tersebut kepada perusahaan asuransi/reasuransi setelah dipotong bagian untuk jasa keperantaraan. Pada kasus tersebut, dokumen pendukung yang diterbitkan biasanya berupa nota debit premi yang ditujukan kepada tertanggung dengan nilai sebesar premi bruto. Perusahaan pialang asuransi/reasuransi secara internal memiliki perhitungan dan membuat catatan mengenai besar jasa keperantaraan, namun catatan tersebut tidak disajikan di dalam neraca perusahaan.
2) Untuk perusahaan yang tidak menyajikan secara khusus tagihan jasa keperantaraan, maka di dalam laporan keuangan khususnya pada catatan atas laporan keuangan perlu diungkapkan/disclose bahwa pada saldo tagihan premi terdapat bagian dari saldo tagihan jasa keperantaraan.
e. Kedua metode penyajian tersebut di atas memberikan dampak yang berbeda terhadap penyajian aset perusahaan pialang asuransi/reasuransi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666633333333
1) Penyajian secara khusus saldo tagihan jasa keperantaraan memberikan efek adanya tambahan aset perusahaan pialang asuransi/reasuransi khususnya apabila nota debit premi yang diterbitkan oleh perusahaan pialang asuransi/reasuransi mencantumkan tagihan premi sebesar premi brutonya. Pada kondisi tersebut aset perusahaan pialang asuransi/reasuransi yang menyajikan secara khusus tagihan jasa keperantaraan akan lebih besar dengan nilai sebesar tagihan jasa keperantaraan dibandingkan dengan perusahaan pialang asuransi/reasuransi yang tidak menyajikan secara khusus saldo tagihan jasa keperantaraan di dalam neraca perusahaan.
2) Meskipun jumlah aset di dalam neraca berbeda, namun jumlah aset neto seharusnya tetap sama sepanjang perusahaan pialang asuransi/reasuransi melakukan penyajian/pencatatan tagihan jasa keperantaraan, tagihan premi, dan kewajiban pembayaran premi secara konsisten.
3) Perbandingan kedua metode penyajian tagihan jasa keperantaraan sebagai berikut:
Sebagai contoh: premi yang ditransaksikan sebesar Rp10.000,00 juta dengan besar jasa keperantaraan adalah 15%.
TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiiissssssssaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn
SSSSSSSSeeeeeeeeccccccccaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaa KKKKKKKKhhhhhhhhuuuuuuuussssssssuuuuuuuussssssss TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTiiiiiiiiddddddddaaaaaaaakkkkkkkk DDDDDDDDiiiiiiiissssssssaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn
SSSSSSSSeeeeeeeeccccccccaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaa KKKKKKKKhhhhhhhhuuuuuuuussssssssuuuuuuuussssssss
AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnn SSSSSSSSaaaaaaaallllllllddddddddoooooooo AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnn SSSSSSSSaaaaaaaallllllllddddddddoooooooo
Tagihan Jasa Keperantaraan (aset)
1.500 Tagihan Jasa Keperantaraan (aset)
-
Tagihan Premi (aset)
10.000 Tagihan Premi (aset)
10.000
Utang Premi (utang)
10.000 Utang Premi (utang)
8.500
Pendapatan Jasa Keperantaraan (saldo laba)
1.500 Pendapatan Jasa Keperantaraan (saldo laba)
8.500
Aset perusahaan 11.500 Aset perusahaan 10.000
Utang perusahaan 10.000 Utang perusahaan 8.500
Aset neto (saldo Aset neto (saldo Aset neto (saldo Aset neto (saldo laba)laba)laba)laba)
1.5001.5001.5001.500 Aset neto (saldo Aset neto (saldo Aset neto (saldo Aset neto (saldo laba)laba)laba)laba)
1.5001.5001.5001.500
22222222........CCCCCCCCoooooooonnnnnnnnttttttttoooooooohhhhhhhh JJJJJJJJuuuuuuuurrrrrrrrnnnnnnnnaaaaaaaallllllll
aaaaaaaa........ TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJaaaaaaaassssssssaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiiissssssssaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn ddddddddiiiiiiii ddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaammmmmmmm NNNNNNNNeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaaccccccccaaaaaaaa
NNNNNNNNoooooooo UUUUUUUUrrrrrrrraaaaaaaaiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJuuuuuuuurrrrrrrrnnnnnnnnaaaaaaaallllllll
11.. Apabila Perusahaan mempunyai kewajiban menagih premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666644444444
aa.. maka jurnal pada saat pengakuan pandapatan/produksi premi berdasarkan dokumen pendukung (Debit Note/DN) – pembayaran utang premi berdasarkan referensi (Credit Note/CN) adalah sebagai berikut:
Tagihan/Piutang Premi (Net) DRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan DRxx
Utang Premi (net) CRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan CRxx
bb.. Apabila Perusahaan mempunyai kewajiban menagih premi maka jurnal pada saat pengakuan pandapatan/produksi premi berdasarkan dokumen pendukung (Debit Note/DN) – Pembayaran utang premi juga berdasarkan referensi DN yg telah diterbitkan (Perusahaan tidak menerbitkan (Credit Note/CN) adalah sebagai berikut:
Tagihan/Piutang Premi (Gross) DRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan DRxx
Utang Premi (Gross) CRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan CRxx
Dampak dari penjurnalan secara gross yaitu kenaikan jumlah asset dan kewajiban sebesar Piutang Jasa Keperantaraan.
22.. Apabila Perusahaan menggunakan jasa agen maka jurnal beban komisi adalah:
Beban Komisi (agen) DRxx
Utang Komisi CRxx
33.. Apabila tertanggung membayar premi langsung ke asuradur, maka Perusahaan tidak menjurnal produksi premi tersebut. Jurnal pengakuan pendapatan yang belum diterima dari asuradur seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan DRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan CRxx
44.. Pencatatan yang seharusnya dilakukan pada saat penerimaan pembayaran premi dari tertanggung adalah:
Kas/Bank DRxx
Tagihan/Piutang premi (Gross) CRxx
55.. Pencatatan yang seharusnya dilakukan saat Perusahaan membayar premi kepada asuradur (komisi dipotong langsung dari utang premi) adalah:
Utang premi (Gross) DRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan CRxx
Kas/Bank CRxx
66.. aa..
Apabila komisi dibayarkan oleh asuradur dan Perusahaan tidak menjurnal produksi premi yang dibayarkan langsung oleh tertanggung ke asuradur maka jurnal penerimaan komisi dari asuradur yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Kas DRxx
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666655555555
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan CRxx
bb.. Atau apabila Perusahaan telah mencatat seluruh produksi baik untuk premi yang dibayarkan langsung oleh tertanggung ke asuradur maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas DRxx
Utang Premi (Gross) DRxx
Tagihan Jasa Keperantaraan CRxx
Piutang Premi (Gross) CRxx
77.. Apabila Perusahaan membayarkan komisi ke agen/pembawa bisnis maka jurnal pembayaran komisi adalah:
Utang Komisi (agen) DRxx
Kas CRxx
88.. Jurnal pengakuan pajak PPN yang dipungut dan beban PPh atas komisi maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Beban PPh DRxx
Kas DRxx
Utang PPN CRxx
Utang PPh CRxx
99.. Jurnal pembayaran pajak PPN dan PPh maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Utang PPN DRxx
Utang PPh DRxx
Kas/Bank CRxx
1100.. Jurnal Endorsement/Refund maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Utang premi DRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan DRxx
Tagihan/Piutang premi CRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan CRxx
bbbbbbbb........ TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJaaaaaaaassssssssaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTiiiiiiiiddddddddaaaaaaaakkkkkkkk DDDDDDDDiiiiiiiissssssssaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiikkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn ddddddddiiiiiiii ddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaammmmmmmm NNNNNNNNeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaaccccccccaaaaaaaa
NNNNNNNNoooooooo UUUUUUUUrrrrrrrraaaaaaaaiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJuuuuuuuurrrrrrrrnnnnnnnnaaaaaaaallllllll
11.. Apabila Perusahaan mempunyai kewajiban menagih premi maka jurnal pada saat pengakuan pandapatan/produksi premi berdasarkan dokumen pendukung (Debit Note/DN) – Pembayaran utang premi juga berdasarkan referensi DN yg telah diterbitkan (Perusahaan tidak menerbitkan (Credit Note/CN). Perusahaan mengakui adanya jasa keperantaraan pada saat polis mulai berjalan.
Tagihan/Piutang Premi (Gross) DRxx
Utang Premi (Net) CRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan CRxx
Tagihan jasa keperantaraan tidak disajikan tersendiri namun
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666666666666
jumlahnya masuk dalam tagihan premi. Perusahaan biasanya memiliki catatan atas tagihan tersebut yang sifat off balance sheet.
22.. Perusahaan mungkin ada yang baru mulai mengakui adanya pendapatan jasa keperantaraan pada saat premi diterima dari tertanggung. Untuk kasus tersebut, perusahaan perlu didorong untuk mengakui adanya pendapatan jasa keperantaraan pada saat pertanggungan mulai berjalan agar sesuai dengan prinsip akrual.
33.. Apabila Perusahaan menggunakan jasa agen maka jurnal beban komisi adalah:
Beban Komisi (agen) DRxx
Utang Komisi CRxx
44.. Apabila tertanggung membayar premi langsung ke asuradur, maka Perusahaan tidak menjurnal produksi premi tersebut. Jurnal pengakuan pendapatan yang belum diterima dari asuradur seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Tagihan/ Piutang Jasa Keperantaraan DRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan CRxx
aa.. Apabila komisi dibayarkan oleh asuradur dan Perusahaan tidak menjurnal produksi premi yang dibayarkan langsung oleh tertanggung ke asuradur maka jurnal penerimaan komisi dari asuradur yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Kas DRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan CRxx
bb.. Atau apabila Perusahaan telah mencatat seluruh produksi baik untuk premi yang dibayarkan langsung oleh tertanggung ke asuradur maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas DRxx
Utang Premi (Net) DRxx
Tagihan Premi (Gross) CRxx
55.. Pencatatan yang seharusnya dilakukan pada saat penerimaan pembayaran premi dari tertanggung adalah:
Kas/Bank DRxx
Tagihan/Piutang premi (Gross) CRxx
66.. Pencatatan yang seharusnya dilakukan saat Perusahaan membayar premi kepada asuradur (komisi dipotong langsung dari utang premi) adalah:
Utang premi (Net) DRxx
Kas/Bank CRxx
77.. Apabila Perusahaan membayarkan komisi ke agen/pembawa bisnis maka jurnal pembayaran komisi adalah:
Utang Komisi (agen) DRxx
Kas CRxx
88.. Jurnal pengakuan pajak PPN yang dipungut dan beban PPh atas komisi maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666677777777
adalah:
Beban PPh DRxx
Kas DRxx
Utang PPN CRxx
Utang PPh CRxx
99.. Jurnal pembayaran pajak PPN dan PPh maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Utang PPN DRxx
Utang PPh DRxx
Kas/Bank CRxx
1100.. Jurnal Endorsement/Refund maka jurnal yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan adalah:
Utang premi DRxx
Pendapatan Jasa Keperantaraan DRxx
Tagihan/Piutang premi CRxx
Tagihan/Piutang Jasa Keperantaraan CRxx
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan jasa keperantaraan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan jasa keperantaraan secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn JJJJJJJJaaaaaaaassssssssaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Rincian tagihan jasa keperantaraan.
1. Bandingkan antara rincian tagihan jasa keperantaraan, saldo ledger dan saldo sub ledger, dan saldo dalam laporan keuangan.
2. Buku produksi.
3. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
2. Lakukan uji petik atas tagihan jasa keperantaraan. Periksa apakah sampel yang diambil didukung dengan dokumen pendukung.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666688888888
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil antara lain copy polis, debit note, dan credit note.
3. Telusuri nomor tagihan, nomor polis, nama tertanggung dan perusahaan asuransi/reasuransi dari catatan ke nota dan berkas aplikasi.
4. Telusuri dari nota tagihan ke pengakuan pendapatan jasa keperantaraan.
5. Telusuri jumlah pembayaran atas sample tagihan jasa keperantaraan.
6. Minta penjelasan bila ada tagihan yang tidak didukung dengan dokumen sebagai contoh jika jumlah tagihan dan jumlah yang diterima berbeda.
7. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi terhadap saldo tagihan jasa keperantraan kepada tertanggung atau perusahaan asuransi tersebut.
8. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
cc.. TTaaggiihhaann PPrreemmii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn ttttttttaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn////////uuuuuuuuttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
1. Berdasarkan standar akuntansi keuangan di Indonesia secara umum transaksi dicatat dan disajikan di dalam laporan keuangan menggunakan prinsip akrual.
2. Dalam praktiknya masih terdapat perusahaan pialang asuransi/reasuransi yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip akrual di dalam pencatatan dan penyajian transaksi keuangan khususnya transaksi yang terkait dengan premi. Sebagai dampaknya perusahaan tersebut tidak sepenuhnya menyajikan tagihan dan utang premi.
3. Praktik yang terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Tagihan premi reasuransi disajikan hanya apabila terdapat transaksi offset antara utang klaim reasuransi dan tagihan premi reasuransi.
b. Tagihan premi disajikan apabila perusahaan telah melakukan pembayaran premi terlebih dahulu ke perusahaan asuransi.
c. Perusahaan tidak mencatat dan menyajikan adanya tagihan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222226666666699999999
premi asuransi/reasuransi di dalam laporan keuangan.
4. Beberapa alasan perusahaan pialang asuransi dan pialang reasuransi tidak membukukan tagihan atau utang premi antara lain sebagai berikut:
a. Tagihan premi asuransi/reasuransi tersebut bukan menjadi aset dari perusahaan pialang asuransi/reasuransi melainkan aset dari perusahaan asuransi/reasuransi.
b. Dengan membukukan tagihan premi dan utang premi maka perusahaan juga harus membukukan tagihan jasa keperantaraan dengan konsekuensi perusahaan harus membebankan pajak atas komisi maupun atas premi. Pembebanan pajak tersebut menimbulkan konsekuensi adanya pembayaran pajak meskipun tagihan premi tersebut tidak tertagih atan penutupan menjadi batal atau bila terjadi endorsement.
5. Perusahaan seharusnya menyajikan tagihan/utang premi di dalam neraca khususnya apabila perusahaan diberikan hak untuk menagih premi dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Perusahaan pialang mempunyai potensi menerima manfaat atas tertagihnya premi tersebut antara lain berupa jasa keperantaraan yang akan diterima sebagai bagian dari tagihan premi.
Manfaat lain yang dapat diterima oleh perusahaan pialang timbul khususnya apabila perusahaan pialang memperoleh keleluasaan untuk melakukan pembayaran premi kepada perusahaan asuransi/reasuransi dalam jangka waktu tertentu. Terdapat manfaat ekonomis yang dapat dinikmati perusahaan pialang dengan adanya rentang waktu antara penerimaan premi dari tertanggung dengan pembayaran premi kepada penanggung.
b. Penyajian tagihan/utang premi di dalam neraca merupakan bentuk adanya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan hak untuk menagih premi.
c. Penyajian tagihan/utang premi di dalam neraca memudahkan di dalam pelaksanaan analisis perimbangan premi yang ditahan perusahaan dan modal sendiri perusahaan. Kemudahan analisis tersebut memberikan kontrol yang cukup agar perusahaan tidak berlebihan di dalam menahan premi.
6. Mengingat tagihan premi dan utang premi tersebut memiliki kaitan yang erat, pemeriksaan terhadap tagihan premi dan utang premi tersebut dapat dilakukan secara bersamaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777700000000
425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo tagihan premi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo tagihan premi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Daftar tagihan premi. 1. Cocokan saldo pada daftar tagihan premi ke ledger dan sub ledger.
2. Buku produksi.
3. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
2. Telusuri rincian tagihan premi pada buku produksi.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil antara lain copy polis, debit note, dan credit note.
3. Ambil sample polis dan dokumen pendukung yaitu nota debet atau nota kredit, perhatikan periode schedule pembayaran premi untuk menilai keberadaan saldo tagihan premi.
4. Telusuri nomor tagihan, nomor polis, nama tertanggung, dan perusahaan asuransi/reasuransi dari catatan ke nota dan berkas aplikasi.
5. Minta penjelasan jika terdapat tagihan yang tidak didukung dengan dokumen, sebagai contoh jika terdapat perbedaan antara jumlah tagihan dan jumlah premi yang diterima.
6. Apabila dipandang perlu, lakukan konfirmasi atas saldo tagihan premi kepada tertanggung atau perusahaan asuransi tersebut.
7. Catat pada kertas kerja dan buat kesimpulannya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777711111111
44.. KKEEWWAAJJIIBBAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo SAK kewajiban (liabilitas) telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKeeeeeeeewwwwwwwwaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiibbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
1. Telusuri rincian kewajiban ke buku besar dan laporan keuangan, catat kesesuaian rincian dengan buku besar dan laporan keuangan.
2. Ambil sampel atas utang dan dokumen pendukungnya, teliti pencatatannya apakah sesuai dengan dokumen pendukungnya.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. UUttaanngg PPrreemmii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn ttttttttaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn////////uuuuuuuuttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
1. Berdasarkan standar akuntansi keuangan di Indonesia secara umum transaksi dicatat dan disajikan di dalam laporan keuangan menggunakan prinsip akrual.
2. Dalam praktiknya masih terdapat perusahaan pialang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777722222222
asuransi/reasuransi yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip akrual di dalam pencatatan dan penyajian transaksi keuangan khususnya transaksi yang terkait dengan premi. Sebagai dampaknya perusahaan tersebut tidak sepenuhnya menyajikan tagihan dan utang premi.
3. Praktik yang terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Tagihan premi reasuransi disajikan hanya apabila terdapat transaksi offset antara utang klaim reasuransi dan tagihan premi reasuransi.
b. Tagihan premi disajikan apabila perusahaan telah melakukan pembayaran premi terlebih dahulu ke perusahaan asuransi.
c. Perusahaan tidak mencatat dan menyajikan adanya tagihan premi asuransi/reasuransi di dalam laporan keuangan.
4. Beberapa alasan perusahaan pialang asuransi dan pialang reasuransi tidak membukukan tagihan atau utang premi antara lain sebagai berikut:
a. Tagihan premi asuransi/reasuransi tersebut bukan menjadi aset dari perusahaan pialang asuransi/reasuransi melainkan aset dari perusahaan asuransi/reasuransi.
b. Dengan membukukan tagihan premi dan utang premi maka perusahaan juga harus membukukan tagihan jasa keperantaraan dengan konsekuensi perusahaan harus membebankan pajak atas komisi maupun atas premi. Pembebanan pajak tersebut menimbulkan konsekuensi adanya pembayaran pajak meskipun tagihan premi tersebut tidak tertagih atan penutupan menjadi batal atau bila terjadi endorsement.
5. Perusahaan seharusnya menyajikan tagihan/utang premi di dalam neraca khususnya apabila perusahaan diberikan hak untuk menagih premi dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Perusahaan pialang mempunyai potensi menerima manfaat atas tertagihnya premi tersebut antara lain berupa jasa keperantaraan yang akan diterima sebagai bagian dari tagihan premi.
Manfaat lain yang dapat diterima oleh perusahaan pialang timbul khususnya apabila perusahaan pialang memperoleh keleluasaan untuk melakukan pembayaran premi kepada perusahaan asuransi/reasuransi dalam jangka waktu tertentu. Terdapat manfaat ekonomis yang dapat dinikmati perusahaan pialang dengan adanya rentang waktu antara penerimaan premi dari tertanggung dengan pembayaran premi kepada penanggung.
b. Penyajian tagihan/utang premi di dalam neraca merupakan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777733333333
bentuk adanya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan hak untuk menagih premi.
c. Penyajian tagihan/utang premi di dalam neraca memudahkan di dalam pelaksanaan analisis perimbangan premi yang ditahan perusahaan dan modal sendiri perusahaan. Kemudahan analisis tersebut memberikan kontrol yang cukup agar perusahaan tidak berlebihan di dalam menahan premi.
6. Mengingat tagihan premi dan utang premi tersebut memiliki kaitan yang erat, pemeriksaan terhadap tagihan premi dan utang premi tersebut dapat dilakukan secara bersamaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo utang premi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo utang premi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
UUttaanngg PPrreemmii ((pprreemmii yyaanngg ssuuddaahh ddiitteerriimmaa nnaammuunn bbeelluumm
ddiisseettoorr))
1. Daftar utang premi (premi yang belum diterima dan premi diterima namun belum disetor).
1. Cocokan saldo pada daftar utang premi ke ledger dan sub ledger.
2. Telusuri rincian utang premi pada buku produksi.
2. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
3. Ambil sample polis dan dokumen pendukung yaitu nota debet atau nota kredit, dan bukti pembayaran premi dari tertangggung dan pembayaran utang premi kepada asuradur.
3. Perjanjian dengan perusahaan asuransi (warranty payment clause).
4. Dokumen pendukung atas Sample yang
4. Teliti lama pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777744444444
diambil. kepada penanggung setelah premi diterima dari tertanggung.
5. Teliti apakah seluruh tagihan premi telah dicatat sebagai utang premi.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
PPeerrjjaannjjiiaann ddeennggaann ppiihhaakk aassuurraannssii//rreeaassuurraannssii ((WWaarraannttyy
PPaayymmeenntt CCllaauussee//WWPPCC))
Perjanjian dengan pihak asuransi/reasuransi (waranty payment clause/WPC)
1. Pemeriksaan untuk objek ini dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan utang premi.
2. Minta wording dan daftar perjanjian WPC dengan perusahaan asuransi maupun reasuransi yang mencakup antara lain nama perusahaan, jenis perusahaan (asuransi atau reasuransi, lokal atau luar negeri), serta tenggang waktu penyetoran premi yang diberikan.
3. Pelajari dan lakukan review terhadap perjanjian tersebut.
4. Lakukan sample atas pelaksanaan WPC. Pemeriksaan sampling tersebut dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sampling utang premi.
5. Bandingkan fakta yang ditemukan sehubungan dengan WPC tersebut dengan ketentuan yang berlaku.
6. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
CC.. AASSPPEEKK OOPPEERRAASSIIOONNAALL
11.. PPEENNDDAAPPAATTAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777755555555
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo SAK pendapatan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
Neraca saldo serta ledger dan sub ledger.
1. Telusuri rincian pendapatan ke buku besar dan laporan keuangan, catat kesesuaian rincian dengan buku besar dan laporan keuangan.
2. Ambil sampel atas pendapatan dan dokumen pendukungnya, teliti pencatatannya apakah sesuai dengan dokumen pendukungnya.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
aa.. JJaassaa KKeeppeerraannttaarraaaann
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777766666666
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo jasa keperantaraan telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo jasa keperantaraan secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: JJJJJJJJaaaaaaaassssssssaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeeppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnttttttttaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
1. Cek saldo yang ada di dalam laporan keuangan dengan saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
2. Buku produksi.
3. Perjanjian dengan perusahaan asuransi/reasuransi tentang komisi.
2. Ambil sampel secukupnya dan telusuri pencatatannya sampai ke bukti fisik dan/atau dokumen legalnya.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
bb.. HHaassiill IInnvveessttaassii
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo hasil investasi telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo hasil investasi secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777777777777
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
1. Cek saldo yang ada di dalam laporan keuangan dengan saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
2. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
2. Ambil sampel secukupnya dan telusuri pencatatannya sampai ke bukti fisik dan/atau dokumen legalnya.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
cc.. HHaassiill LLaaiinnnnyyaa
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
2. Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Saldo hasil lainnya telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Saldo hasil lainnya secara SAK telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger dan sub ledger.
1. Cek saldo yang ada di dalam laporan keuangan dengan saldo yang ada di buku rinciannya/pendukungnya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777788888888
2. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
2. Ambil sampel secukupnya dan telusuri pencatatannya sampai ke bukti fisik dan/atau dokumen legalnya.
3. Telaah apakah hasil lainnya yang diperoleh oleh perusahaan tidak berasal dari kegiatan usaha diluar izin usaha yang dimiliki.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22.. BBEEBBAANN OOPPEERRAASSIIOONNAALL
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo SAK beban operasional telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn OOOOOOOOppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnnaaaaaaaallllllll
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger, dan sub ledger.
1. Cek saldo yang ada di ledger dan sub ledger. Bandingkan dengan yang ada saldo yang terdapat di dalam laporan rugi laba.
2. Buku produksi. 2. Ambil sampel atas beban operasional. Cocokan dengan dokumen pendukungnya.
3. Rincian beban operasional perusahaan.
3. Telaah apakah beban operasional tersebut wajar atau berkaitan langsung dengan kegiatan usaha.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222227777777799999999
33.. BBEEBBAANN NNOONN OOPPEERRAASSIIOONNAALL
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Pasal 18 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Asuransi.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo SAK beban non operasional telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn NNNNNNNNoooooooonnnnnnnn OOOOOOOOppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnnaaaaaaaallllllll
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger, dan sub ledger.
1. Cek saldo yang ada di ledger dan sub ledger. Bandingkan dengan yang ada saldo yang terdapat di dalam laporan rugi laba.
2. Buku produksi.
3. Rincian beban operasional perusahaan.
2. Ambil sampel atas beban operasional. Cocokan dengan dokumen pendukungnya.
4. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
3. Telaah apakah beban operasional tersebut wajar atau berkaitan langsung dengan kegiatan usaha serta tidak melanggar ketentuan yang berlaku.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
44.. PPEERRIIMMBBAANNGGAANN PPRREEMMII DDIISSEETTOORR TTEERRHHAADDAAPP MMOODDAALL
SSEENNDDIIRRII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888800000000
1. Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008
2. Pasal 17 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Rasio perimbangan premi belum disetor terhadap modal sendiri telah disajikan dengan wajar dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
2. Rasio perimbangan premi belum disetor terhadap modal sendiri telah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiimmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii BBBBBBBBeeeeeeeelllllllluuuuuuuummmmmmmm DDDDDDDDiiiiiiiisssssssseeeeeeeettttttttoooooooorrrrrrrr
TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp MMMMMMMMooooooooddddddddaaaaaaaallllllll SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca, neraca saldo, ledger, dan sub ledger.
1. Prosedur pemeriksaan untuk objek perimbangan premi belum disetor terhadap modal sendiri dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap tagihan dan utang premi serta akun-akun terkait lainnya.
2. Buku produksi.
2. Lakukan cross check antara saldo premi yang ditahan dengan analisis tagihan premi dikurangi utang premi dan dikurang saldo tagihan jasa keperantaraan.
3. Cek rationya apakah telah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
44.. FFUUNNGGSSII PPIIAALLAANNGG
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888811111111
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Pasal 3 huruf b, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 12, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2008.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah menjalankan fungsi pialang asuransi atau reasuransi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: FFFFFFFFuuuuuuuunnnnnnnnggggggggssssssssiiiiiiii PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Neraca saldo, ledger, dan sub ledger.
1. Pelajari laporan keuangan neraca perusahaan. Teliti akun-akun yang mengindikasikan adanya praktik penyelenggaraan usaha di luar izin usaha yang dimiliki. Sebagai contoh, pialang asuransi melakukan kegiatan usaha pialang reasuransi.
2. Buku produksi
3. Dokumen pendukung atas sample yang diambil.
2. Telaah kegiatan pelayanan klaim yang dilakukan apakah telah optimum atau belum. Apakah perusahaan membantu tertanggung dalam menyelesaikan klaimnya, termasuk tidak menahan dana klaim yang telah diterima dari penanggung.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
55.. PPEENNEERRAAPPAANN PPRRIINNSSIIPP MMEENNGGEENNAALL NNAASSAABBAAHH
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.010/2010 tanggal 9 Februari 2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888822222222
Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank.
2. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per 01/BL/2011 tanggal 10 Januari 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Perusahaan Perasuransian.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa:
1. Perusahaan telah menerapkan prinsip mengenal nasabah sesuai perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan telah melaporkan transaksi-transaksi yang dikategorikan dalam suspicious transaction dan cash transaction kepada PPATK.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnssssssssiiiiiiiipppppppp MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaallllllll NNNNNNNNaaaaaaaassssssssaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaahhhhhhhh
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Pedoman PMN. 1. Dapatkan surat pengantar penyampaian pedoman PMN kepada Kementerian Keuangan dan revisinya.
2. Manual sistem informasi mengenai PMN.
3. Struktur organisasi dan keputusan mengenai pembentukan unit kerja khusus atau penunjukan pegawai yang ditugaskan secara khusus menangani PMN.
2. Pelajari struktur organisasi perusahaan apakah terdapat adanya unit kerja khusus atau pegawai khusus yang menangani PMN serta kertas kerja dan laporan yang dihasilkan oleh unit atau pegawai tersebut.
3. Telaah sistem informasi perusahaan, apakah mampu mengidentifikasi adanya transaksi-transaksi yang mencurigakan.
4. Bukti pelaporan pedoman PMN kepada Kementerian Keuangan.
4. Lakukan sampling atas transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan terutama untuk produk yang memiliki risiko tinggi khususnya produk yang dikombinasikan dengan investasi, nasabah yang berisiko tinggi,
5. Program dan realisasi sosialisasi pedoman PMN.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888833333333
6. Bukti pelaporan adanya transaksi yang mencurigakan atau transaksi tunai kepada PPATK.
jumlah premi di atas Rp25 juta, untuk memastikan bahwa perusahaan telah meminta dokumen indentitas tertanggung, melakukan analisis, identifikasi, dan verifikasi tertanggung sesuai dengan pedoman P4MN dan memastikan bahwa perusahaan telah melaporkan transaksi-transaksi yang dikategorikan dalam suspicious transaction dan cash transaction kepada PPATK.
7. Form SPPA.
8. Dokumen pendukung pelayanan akseptasi.
5. Cek apakah di dalam formulir SPPA telah tercantum informasi mengenai sumber dana nasabah.
6. Lakukan sampling terhadap bukti pelaporan atas transaksi yang dikategorikan sebagai transaksi yang mencurigakan atau transaksi tunai.
7. Dapatkan program pelatihan karyawan mengenai penerapan PMN dan realisasi dari program tersebut.
8. Minta hasil audit PPATK dan pelaksanaan rekomedasi dari PPATK.
9. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
DD.. AASSPPEEKK MMAANNAAJJEEMMEENN
11.. KKIINNEERRJJAA UUSSAAHHAA
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
-
DDaassaarr HHuukkuumm
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah menjalankan usaha dengan baik melalui perolehan jasa keperantaraan secara optimum sesuai dengan yang ditargetkan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888844444444
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKiiiiiiiinnnnnnnneeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa UUUUUUUUssssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan laba rugi periode pemeriksaan dan tahun sebelumnya.
1. Pemeriksaan terhadap objek ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap pendapatan jasa keperantaraan.
2. Neraca saldo, ledger, dan sub ledger.
2. Bandingkan jasa keperantaraan pada laporan laba rugi dengan saldo yang terdapat pada buku produksi. Jika terdapat perbedaan, telusuri penyebabnya.
3. Buku produksi.
4. Rasio rata-rata industri.
3. Ambil sample polis dan dokumen pendukungnya yaitu nota debet atau nota kredit serta bukti penerimaan dan pembayaran komisi yang mewakili setiap jenis penutupan asuransi. Teliti kesesuaian pencatatan dengan dokumen pendukungnya.
4. Bandingkan jumlah jasa keperantaraan periode pemeriksaan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
5. Bandingkan kenaikan jasa keperantaraan dengan rata-rata kenaikan jasa keperantaraan industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
6. Lakukan analisis mengenai kinerja usaha yang diukur dari jasa keperantaraan yang diperoleh perusahaan yang mencakup antara lain jasa keperantaraan pada periode pemeriksaan, perkembangan jasa keperantaraan berdasarkan analisis trend, perbandingan dengan rata-rata industri, dan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888855555555
seperti yang ditargetkan.
7. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
22..EEFFIISSIIEENNSSII
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Tingkat efisiensi diukur berdasarkan perbandingan antara beban operasional dan pendapatan jasa keperantaraan yang diperoleh perusahaan.
DDaassaarr HHuukkuumm
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa perusahaan telah menjalankan usaha dengan tingkat efisiensi yang cukup.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: EEEEEEEEffffffffiiiiiiiissssssssiiiiiiiieeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
1. Laporan laba rugi periode pemeriksaan dan tahun sebelumnya.
1. Pemeriksaan terhadap objek ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan terhadap pendapatan jasa keperantaraan dan beban operasional. 2. Neraca saldo, ledger,
dan sub ledger. 2. Cek kinerja efisiensi perusahaan yang diukur dari rasio beban usaha terhadap jasa keperantaraan yang mencakup sekurang-kurangnya:
3. Buku produksi.
4. Rasio rata-rata industri.
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode pemeriksaan dengan pembanding periode tahun sebelumnya.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan dibandingkan dengan rata-rata industri khususnya untuk pemeriksaan dengan periode pemeriksaan tahunan.
c) Lakukan analisis mengenai kinerja perusahaan yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888866666666
mencakup antara lain kinerja pada periode pemeriksaan, perkembangan kinerja berdasarkan analisis trend, perbandingan dengan rata-rata industri, dan kendala yang dihadapi perusahaan yang menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang ditargetkan.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulannya.
EE.. KKAANNTTOORR CCAABBAANNGG DDAANN AATTAAUU KKAANNTTOORR PPEEMMAASSAARRAANN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Prosedur pemeriksaan ini merupakan prosedur pemeriksaan terhadap kantor cabang dan atau kantor pemasaran perusahaan yang dilakukan di kantor cabang dan atau kantor pemasaran yang bersangkutan.
DDaassaarr HHuukkuumm
-
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk memperoleh keyakinan bahwa kantor cabang atau kantor pemasaran beroperasi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
OObbjjeekk PPeemmeerriikkssaaaann:: KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg ddddddddaaaaaaaannnnnnnn aaaaaaaattttttttaaaaaaaauuuuuuuu KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDookkuummeenn
PPeemmeerriikkssaaaann
PPrroosseedduurr
PPeemmeerriikkssaaaann
KKKKKKKKeeeeeeeelllllllleeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaaggggggggaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
Dokumen yang dibutuhkan dan prosedur pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan dokumen dan prosedur pemeriksaan terhadap perizinan kantor cabang dan atau pelaporan pembukaan kantor cabang/pemasaran/perwakilan yang dilakukan di kantor pusat perusahaan.
SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
Laporan yang harus disampaikan kepada kantor pusat, jika ada.
1. Cek apakah kantor cabang atau kantor perwakilan melakukan pencatatan transaksi dan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888877777777
penyusunan laporan secara berkala.
2. Cek sistem yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas pencatatan transaksi dan penyusunan laporan tersebut.
3. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAkkkkkkkksssssssseeeeeeeeppppppppttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm
Dokumen yang dibutuhkan dan prosedur pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan dokumen dan prosedur pemeriksaan terhadap prosedur pelayanan akseptasi dan prosedur pelayanan klaim yang dilakukan di kantor pusat perusahaan.
IIIIIIIInnnnnnnnffffffffrrrrrrrraaaaaaaassssssssttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr
- 1. Lakukan pengamatan infrastruktur yang dimiliki kantor cabang atau kantor perwakilan yang meliputi antara lain gedung, sistem komputerisasi, customer services, serta sumber daya manusia yang dimiliki. Cek apakah infrastruktur tersebut telah dapat digunakan untuk menunjang kegiatan kantor cabang atau kantor perwakilan.
2. Catat dalam kertas kerja dan buat kesimpulan.
LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn--------llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
1. Kondisi lain yang dianggap perlu diungkapkan untuk memberikan informasi yang sewajarnya diketahui oleh para stakeholder.
2. Penilaian kantor cabang dan atau kantor perwakilan yang dimiliki oleh perusahaan dilihat dari efisiensi dan efektifitasnya. Pemeriksa dapat menilai kinerja masing-masing kantor cabang dan atau kantor perwakilan yang ada dari tingkat hasil operasi bersih yang diperoleh dan efektifitasnya dalam menyumbang hasil operasi perusahaan secara keseluruhan.
FF.. LLAAIINN--LLAAIINN
KKeetteennttuuaann UUmmuumm
Apabila dalam proses pemeriksaan, pemeriksa menemukan kondisi yang perlu diungkapkan untuk dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kondisi atau permasalahan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888888888888
yang dihadapi oleh perusahaan namun temuan tersebut tidak termasuk dalam aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, pemeriksa tetap perlu melakukan pendalaman terhadap kondisi atau permasalahan tersebut.
DDaassaarr HHuukkuumm
Dasar hukum yang digunakan tergantung kepada kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
TTuujjuuaann PPeemmeerriikkssaaaann
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
OObbjjeekk,, DDookkuummeenn,, ddaann PPrroosseedduurr PPeemmeerriikkssaaaann
Objek, dokumen, dan prosedur pemeriksaan tergantung kepada kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
55..33.. PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPPemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dilaksanakan oleh pegawai Biro
Perasuransian yang ditunjuk sebagaimana tercantum dalam surat pemberitahuan
pemeriksaan, dan dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan di dalam surat
pemberitahuan pemeriksaan.
Pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian dilakukan antara lain dengan
cara:
a. Proses Pemeriksaan
1) Melakukan wawancara dengan pihak yang mewakili perusahaan perasuransian yang diperiksa atau pihak ketiga yang terkait dengan permasalahan yang ada.
2) Meminta pihak yang mewakili perusahaan perasuransian yang diperiksa atau pihak ketiga yang terkait dengan permasalahan yang ada untuk memberikan
penjelasan, paparan, atau presentasi.
3) Melakukan telaahan terhadap data, informasi, atau dokumen.
b. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut pada angka 1) sampai dengan angka 3) harus dilakukan sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan sebagaimana
tercantum dalam program pemeriksaan.
c. Pelaksanaan pemeriksaan harus dituangkan di dalam kertas kerja analisis untuk pemeriksaan yang dilakukan sebagai bagian dari proses analisis terhadap laporan
periodik yang disampaikan atau analisis terhadap permohonan pengesahan
cadangan premi serta pemeriksaan lainnya. Sedangkan untuk pemeriksaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222228888888899999999
tematik, pelaksanaan pemeriksaan harus dituangkan di dalam kertas kerja
pemeriksaan.
55..44.. LLAAPPOORRAANN HHAASSIILL PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
55..44..11.. JJeenniiss LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann
LLLaporan hasil pemeriksaan terdiri dari laporan hasil pemeriksaan
sementara (LHPS) dan laporan hasil pemeriksaan final (LHPF).
LHPS merupakan laporan atas hasil pemeriksaan yang sifatnya masih
sementara. Pada tahap ini, sesuai ketentuan yang berlaku, perusahaan
perasuransian sebagai auditee masih diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan antara lain berupa keberatan terhadap temuan pemeriksaan,
penjelasan lebih lanjut mengenai temuan pemeriksaan, pemberian bukti-bukti
baru terkait dengan temuan pemeriksaan, atau pernyataan menerima temuan
pemeriksaan. Sedangkan LHPF merupakan laporan atas hasil pemeriksaan yang
sifatnya telah final. Pada tahap ini, perusahaan perasuransian sebagai auditee
tidak lagi dapat memberikan tanggapan dan harus menerima hasil pemeriksaan.
Selanjutnya dengan diterimanya hasil pemeriksaan, perusahaan perasuransian
sebagai auditee harus melaksanakan rekomendasi yang diberikan oleh
pemeriksa.
Berdasarkan karakteristik tersebut, sistematika LHPS dan LHPF sebagai
berikut:
a. LHPS terdiri dari:
1) Laporan singkat pemeriksaan. 2) Informasi umum. 3) Hasil pemeriksaan. 4) Kesimpulan.
b. LHPF terdiri dari:
1) Laporan singkat pemeriksaan. 2) Informasi umum. 3) Hasil pemeriksaan. 4) Kesimpulan. 5) Rekomendasi dan saran.
55..44..22.. IIssii LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999900000000
LLLaporan hasil pemeriksaan sekurang-kurangnya mengungkapkan
sebagai berikut:
55555555........44444444........22222222........11111111........ LLLLLLLLaaaaaaaappppppppoooooooorrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaatttttttt PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
LLLaporan singkat pemeriksaan menguraikan sekurang-
kurangnya informasi sebagai berikut:
55555555........44444444........22222222........11111111........11111111........ SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaatttttttt PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnttttttttaaaaaaaahhhhhhhh PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn ddddddddaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaatttttttt TTTTTTTTuuuuuuuuggggggggaaaaaaaassssssss
SSSurat perintah pemeriksaan dan surat tugas
merupakan dasar dilaksanakannya pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian. Surat perintah pemeriksaan dan
surat tugas yang disajikan dalam laporan singkat mencakup
pula surat perintah pemeriksaan dan surat tugas untuk
pemeriksaan kantor cabang/kantor pemasaran serta surat
perintah pemeriksaan dan surat tugas untuk pemeriksaan
perpanjangan, jika ada.
55555555........44444444........22222222........11111111........22222222........ AAuuddiitteeee
AAAuditee adalah perusahaan perasuransian yang
diperiksa. Jika dilakukan pemeriksaan terhadap kantor
cabang/kantor pemasaran, maka kantor cabang/kantor
pemasaran tersebut diungkapkan pula di dalam laporan
singkat.
55555555........44444444........22222222........11111111........33333333........ TTTTTTTTuuuuuuuujjjjjjjjuuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
TTTujuan pemeriksaan yang diungkapkan di dalam
laporan singkat pemeriksaan harus sejalan dengan tujuan
pemeriksaan sebagaimana diungkapkan di dalam informasi
pemeriksaan pada bagian selanjutnya.
55555555........44444444........22222222........11111111........44444444........ PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaattttttttuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaiiiiiiii MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnuuuuuuuuaaaaaaaallllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
MMManual pemeriksaan merupakan landasan di dalam
pelaksanaan pemeriksaan. Pengungkapan ketentuan tersebut
perlu dilakukan sebagai upaya transparansi kepada semua
pihak termasuk auditee mengenai prosedur pemeriksaan yang
dilakukan.
55555555........44444444........22222222........11111111........55555555........ HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999911111111
PPPengungkapan mengenai hasil pemeriksaan pada
prinsipnya merupakan uraian yang lebih singkat dari
kesimpulan hasil pemeriksaan sebagaimana disajikan di
dalam bab mengenai kesimpulan. Seluruh aspek penting di
dalam kesimpulan hasil pemeriksaan harus disajikan pada
bagian ini.
Secara umum, hasil pemeriksaan yang diungkapkan
mencakup rincian di dalam kesimpulan hasil pemeriksaan
yang antara lain terdiri dari kesimpulan mengenai pemenuhan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
lain-lain yang mencakup antara lain pengungkapan mengenai
sistem dan prosedur, aspek manajemen, serta permasalahan
lainnya.
Untuk laporan hasil pemeriksaan final, di dalam
lapran singkat pemeriksaan diungkapkan pula mengenai
tanggapan perusahaan perasuransian terhadap laporan hasil
pemeriksaan sementara.
55555555........44444444........22222222........22222222........ IIIIIIIInnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmaaaaaaaassssssssiiiiiiii UUUUUUUUmmmmmmmmuuuuuuuummmmmmmm
DDDi dalam bab ini diungkapkan sekurang-kurangnya informasi
mengenai:
55555555........44444444........22222222........22222222........11111111........ IIIIIIIInnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmaaaaaaaassssssssiiiiiiii MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
IIInformasi mengenai perusahaan yang diungkapkan sekurang-kurangnya informasi mengenai:
1) Nama perusahaan.
2) Alamat lengkap termasuk nomor telepon, fax, dan alamat e-mail.
3) NPWP.
4) Izin usaha.
5) Anggaran dasar yang mencakup akta pendirian, perubahan nama perusahaan, dan perubahan anggaran dasar terakhir.
Informasi yang perlu disajikan dalam bagian ini mencakup
pula informasi mengenai nama notaris serta persetujuan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999922222222
dan atau pernyataan pencatatan terhadap akta/anggaran
dasar tersebut oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
CatatanCatatanCatatanCatatan:
Pemeriksa harus dapat secara akurat menyajikan informasi
mengenai persetujuan atau pernyataan pencatatan dalam
sisminbakum mengingat adanya perbedaan prosedur di
dalam pelaporan perubahan anggaran dasar kepada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
6) Jumlah kantor cabang/perwakilan.
7) Pelaporan yang mencakup laporan auditor, laporan
perhitungan tingkat solvabilitas, laporan operasional, dan
laporan treaty.
aa)) PPeerruussaahhaaaann AAssuurraannssii ddaann PPeerruussaahhaaaann RReeaassuurraannssii
(1) Informasi mengenai laporan auditor independen
terakhir mencakup sekurang-kurangnya informasi
mengenai nama kantor akuntan publik yang
melakukan audit terhadap laporan keuangan terakhir,
tahun buku pelaporan, pendapat auditor, dan tanggal
penyampaian laporan auditor.
(2) Informasi mengenai laporan perhitungan tingkat
solvabilitas terakhir mencakup sekurang-kurangnya
informasi mengenai periode pelaporan, tingkat
solvabilitas yang dicapai, dan tanggal penyampaian
laporan.
(3) Informasi mengenai laporan operasional terakhir
mencakup sekurang-kurangnya informasi mengenai
periode pelaporan dan tanggall penyampaian laporan.
(4) Informasi mengenai laporan treaty terakhir mencakup
sekurang-kurangnya informasi mengenai periode
treaty dan tanggal penyampaian laporan.
bb)) PPeerruussaahhaaaann PPiiaallaanngg AAssuurraannssii ddaann PPeerruussaahhaaaann PPiiaallaanngg
RReeaassuurraannssii
(1) Informasi mengenai laporan auditor independen
terakhir mencakup sekurang-kurangnya informasi
mengenai nama kantor akuntan publik yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999933333333
melakukan audit terhadap laporan keuangan terakhir,
tahun buku pelaporan, pendapat auditor, dan tanggal
penyampaian laporan auditor.
(2) Informasi mengenai laporan keuangan terakhir
mencakup sekurang-kurangnya informasi mengenai
periode pelaporan dan tanggall penyampaian laporan.
(3) Informasi mengenai laporan operasional terakhir
mencakup sekurang-kurangnya informasi mengenai
periode pelaporan dan tanggall penyampaian laporan.
8) Sanksi yang dikenakan kepada perusahaan.
Informasi yang disajikan sekurang-kurangnya mencakup
informasi mengenai dasar pengenaan sanksi, penyebab
dikenakannya sanksi, serta jangka waktu perbaikan.
9) Pemegang saham.
Informasi yang disajikan sekurang-kurangnya mencakup
informasi mengenai rincian nama pemegang saham dan
besar kepemilikan (berdasarkan nilai nominal dan
persentase kepemilikan).
10) Komisaris.
11) Direksi.
12) Perusahaan afiliasi.
13) Produk yang dipasarkan.
55555555........44444444........22222222........22222222........22222222........ IIIIIIIInnnnnnnnffffffffoooooooorrrrrrrrmmmmmmmmaaaaaaaassssssssiiiiiiii MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
IIInformasi mengenai pemeriksaan yang diungkapkan sekurang-kurangnya menakup informasi mengenai dasar
hukum, jenis pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, ruang lingkup
pemeriksaan, serta periode dilakukannya pemeriksaan. Selain
itu diungkapkan pula hasil pemeriksaan sebelumnya yang
mencakup kesimpulan dan rekomendasi hasil pemeriksaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........ HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bab ini diungkapkan sekurang-kurangnya hasil
temuan pemeriksaan mengenai:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999944444444
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr
DDDi dalam sub bab sistem dan prosedur harus
diungkapkan sekurang-kurangnya empat sistem dan prosedur
pokok yang dimiliki oleh perusahaan perasuransian, yaitu
sistem dan prosedur akuntansi, underwriting/akseptasi, klaim,
serta investasi. Selain itu, pemeriksa juga perlu
mengungkapkan sistem dan prosedur manajemen risiko dan
penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan prinisip tata
kelola perusahaan yang baik.
Pemeriksa dapat menambahkan temuan mengenai
sistem dan prosedur lain khususnya apabila sistem dan
prosedur tersebut memiliki pengaruh yang cukup penting di
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........11111111........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr AAAAAAAAkkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnttttttttaaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur akuntansi perusahaan, yang sekurang-
kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur akuntansi
termasuk di dalamnya kepemilikan manual
akuntansi.
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Kebijakan akuntansi yang dimiliki oleh
perusahaan termasuk dasar penetapannya.
Selain itu, pemeriksa harus menguraikan
secara singkat kebijakan akuntansi yang dipilih
perusahaan, serta menguraikan kebijakan
akuntansi penting yang memiliki pengaruh
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999955555555
yang signifikan terhadap laporan keuangan
perusahaan.
d) Kecukupan pengendalian internal di dalam
pelaksanaan proses akuntansi.
e) Kecukupan proses akuntansi yang dilakukan
oleh perusahaan, termasuk proses yang
melibatkan kantor cabang/pemasaran.
Pengungkapan ini juga mencakup kemudahan
untuk melakukan proses tracing back yang
dilakukan oleh pemeriksa. Selain itu,
pemeriksa juga perlu mengungkapkan
dukungan sistem informasi teknologi di dalam
proses akuntansi tersebut termasuk adanya
dukungan sistem yang terintegrasi antar
bagian serta antar kantor pusat dan kantor
cabang.
f) Penerapan sistem dan prosedur tersebut di
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
terutama kesesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan dan prosedur yang ada.
g) Meskipun tidak terkait langsung dengan sistem
dan prosedur akuntansi, di dalam bagian ini
pemeriksa perlu pula mengungkapkan
mengenai sistem dan prosedur yang terkait
dengan kebijakan pengeluaran dana.
Di dalam melakukan penilaian terhadap
sistem dan prosedur akuntansi pemeriksa perlu
menggunakan pembanding (benchmarking), tidak
hanya peraturan perundang-undangan yang
berlaku, namun juga PSAK, prinsip akuntansi
yang berlaku umum, prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, dan praktik
penyelenggaraan usaha yang sehat.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........22222222........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr AAAAAAAAkkkkkkkksssssssseeeeeeeeppppppppttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii////////
UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999966666666
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur underwriting perusahaan, yang
sekurang-kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur underwriting
termasuk di dalamnya kepemilikan manual
underwriting. Selain sistem dan prosedur,
perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi seharusnya memiliki manual
underwriting yang merupakan petunjuk teknis
bagi underwriter dalam melakukan tugasnya.
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Uraian singkat mengenai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam proses
underwriting, dan bukan merupakan copy dari
kegiatan/alur kerja di dalam sistem dan
prosedur perusahaan. Pemeriksa juga perlu
untuk menguraikan unit organisasi yang
terlibat di dalam kegiatan underwriting mulai
dari penerimaan permohonan sampai dengan
pengambilan keputusan akseptasi.
d) Kecukupan pengendalian internal di dalam
pelaksanaan proses underwriting.
e) Pendelegasian kewenangan akseptasi
termasuk untuk kantor cabang, dan penilaian
mengenai kecukupan pendelegasian tersebut.
f) Penerapan sistem dan prosedur tersebut di
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999977777777
terutama kesesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan dan prosedur yang ada.
g) Penilaian pemeriksa terhadap kecukupan
sistem dan prosedur perusahaan untuk
mendukung proses akseptasi.
Di dalam melakukan penilaian terhadap
sistem dan prosedur underwriting pemeriksa
perlu menggunakan pembanding (benchmarking),
tidak hanya peraturan perundang-undangan yang
berlaku, namun juga prinsip tata kelola
perusahaan yang baik dan praktik
penyelenggaraan usaha yang sehat.
Untuk perusahaan pialang asuransi dan
pialang reasuransi, pada prinsipnya perusahaan
tidak melakukan proses akseptasi. Proses yang
dilakukan oleh perusahaan pialang lebih
ditujukan untuk membantu tertanggung dan
penanggung dalam proses underwriting/
akseptasi.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........33333333........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur klaim perusahaan, yang sekurang-
kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur klaim
termasuk di dalamnya kepemilikan manual
klaim. Selain sistem dan prosedur, perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi
seharusnya memiliki manual klaim yang
merupakan petunjuk teknis bagi petugas klaim
dalam melakukan tugasnya.
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999988888888
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Uraian singkat mengenai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam proses
klaim, dan bukan merupakan copy dari
kegiatan/alur kerja di dalam sistem dan
prosedur perusahaan. Pemeriksa juga perlu
untuk menguraikan unit organisasi yang
terlibat di dalam kegiatan klaim mulai dari
penerimaan permohonan sampai dengan
pengambilan keputusan dan pembayaran
klaim. Pemeriksa juga perlu mengungkapkan
ada tidaknya petugas front office atau layanan
on line untuk klaim tersebut.
d) Kecukupan pengendalian internal di dalam
pelaksanaan proses klaim.
e) Pendelegasian kewenangan akseptasi
termasuk untuk kantor cabang, dan penilaian
mengenai kecukupan pendelegasian tersebut.
f) Penerapan sistem dan prosedur tersebut di
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
terutama kesesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan dan prosedur yang ada.
g) Penilaian pemeriksa terhadap kecukupan
sistem dan prosedur perusahaan untuk
mendukung proses penyelesaian klaim.
Di dalam melakukan penilaian terhadap
sistem dan prosedur klaim pemeriksa perlu
menggunakan pembanding (benchmarking), tidak
hanya peraturan perundang-undangan yang
berlaku, namun juga prinsip tata kelola
perusahaan yang baik dan praktik
penyelenggaraan usaha yang sehat.
Untuk perusahaan pialang asuransi dan
pialang reasuransi, pada prinsipnya perusahaan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
222222229999999999999999
tidak melakukan proses klaim. Proses yang
dilakukan oleh perusahaan pialang lebih
ditujukan untuk membantu tertanggung dan
penanggung dalam proses klaim.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........44444444........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur investasi perusahaan, yang sekurang-
kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur investasi
termasuk di dalamnya kepemilikan kebijakan
investasi dan komite investasi.
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Uraian singkat mengenai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam penempatan
investasi, dan bukan merupakan copy dari
kegiatan/alur kerja di dalam sistem dan
prosedur perusahaan. Pemeriksa juga perlu
untuk menguraikan unit organisasi yang
terlibat di dalam kegiatan investasi. Selain itu,
perlu pula diuraikan keanggotaan komite
investasi, kedudukan komite di dalam struktur
organisasi perusahaan, dan tugas komite
investasi.
d) Kecukupan pengendalian internal di dalam
pelaksanaan proses investasi.
e) Pendelegasian kewenangan investasi
termasuk untuk kantor cabang, dan penilaian
mengenai kecukupan pendelegasian tersebut.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000000000000
f) Penilaian pemeriksa terhadap kecukupan
sistem dan prosedur investasi untuk
mendukung pengelolaan investasi perusahaan.
g) Penerapan sistem dan prosedur tersebut di
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
terutama kesesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan dan prosedur yang ada.
Di dalam melakukan penilaian terhadap
sistem dan prosedur investasi pemeriksa perlu
menggunakan pembanding (benchmarking), tidak
hanya peraturan perundang-undangan yang
berlaku, namun juga prinsip tata kelola
perusahaan yang baik dan praktik
penyelenggaraan usaha yang sehat.
Secara umum, perusahaan pialang
asuransi dan perusahaan pialang reasuransi tidak
melakukan kegiatan investasi, karena secara
umum tidak banyak dana yang dimiliki oleh
perusahaan dimaksud. Perusahaan pialang
asuransi dan pialang reasuransi besar saja yang
memiliki potensi untuk melakukan kegiatan
investasi. Namun demikian, jenis investasi yang
dipilih pun tidak banyak. Dengan demikian proses
investasi yang dilakukan oleh perusahaan pialang
asuransi dan perusahaan pialang reasuransi
relatif lebih sederhana.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........55555555........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaajjjjjjjjeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn
RRRRRRRRiiiiiiiissssssssiiiiiiiikkkkkkkkoooooooo
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur manajemen risiko perusahaan, yang
sekurang-kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur manajemen
risiko, termasuk di dalamnya kepemilikan
komite manajemen risiko atau unit khusus
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000011111111
yang diberikan tugas untuk melaksanakan
manajemen risiko.
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Uraian singkat mengenai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam proses
manajemen risiko, dan bukan merupakan copy
dari kegiatan/alur kerja di dalam sistem dan
prosedur perusahaan. Di dalam uraian
tersebut, pemeriksa juga perlu menguraikan
jenis-jenis risiko yang telah diidentifikasi oleh
perusahaan.
d) Penilaian pemeriksa terhadap kecukupan
sistem dan prosedur tersebut dalam
pelaksanan penerapan manajemen risiko
perusahaan, termasuk kesesuaian jenis-jenis
risiko yang telah diidentifikasi oleh perusahaan
dengan jenis risiko sesuai ketentuan yang
berlaku.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........66666666........ SSSSSSSSiiiiiiiisssssssstttttttteeeeeeeemmmmmmmm ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrroooooooosssssssseeeeeeeedddddddduuuuuuuurrrrrrrr PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnniiiiiiiillllllllaaaaaaaaiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeellllllllaaaaaaaakkkkkkkkssssssssaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnssssssssiiiiiiiipppppppp TTTTTTTTaaaaaaaattttttttaaaaaaaa
KKKKKKKKeeeeeeeelllllllloooooooollllllllaaaaaaaa PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg BBBBBBBBaaaaaaaaiiiiiiiikkkkkkkk
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan mengenai sistem dan
prosedur penilaian sendiri pelaksanaan prinsip
tata kelola perusahaan yang baik, yang sekurang-
kurangnya mencakup sebagai berikut:
a) Kepemilikan sistem dan prosedur penilaian
sendiri pelaksanaan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000022222222
b) Dasar penetapan sistem dan prosedur tersebut
untuk dapat digunakan dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan.
Sebagai catatan, dasar penetapan tersebut
tidak selalu merupakan keputusan direksi.
Untuk itu, pemeriksa harus mengungkapkan
dasar penetapan tersebut tidak terbatas hanya
keputusan direksi.
c) Kepemilikan kode etik atau code of conduct.
d) Uraian singkat mengenai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam proses
penilaian sendiri pelaksanaan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik, dan bukan
merupakan copy dari kegiatan/alur kerja di
dalam sistem dan prosedur perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........11111111........77777777........ LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn--------llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
PPPemeriksa harus pula mengungkapkan
adanya temuan penting lainnya terkait dengan
sistem dan prosedur tersebut di atas.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........ KKKKKKKKeeeeeeeelllllllleeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaaggggggggaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan yang sekurang-kurangnya mencakup
sebagai berikut:
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........11111111........ AAAAAAAAnnnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrr
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa
sekurang-kurangnya harus mengungkapkan
mengenai maksud dan tujuan perusahaan
khususnya untuk memastikan adanya asas
spesialisasi usaha serta ketaatan terhadap
pelaporan perubahan anggaran dasar terakhir.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........22222222........ SSSSSSSSttttttttrrrrrrrruuuuuuuukkkkkkkkttttttttuuuuuuuurrrrrrrr OOOOOOOOrrrrrrrrggggggggaaaaaaaannnnnnnniiiiiiiissssssssaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000033333333
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai struktur organisasi
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Uraian mengenai pemisahaan fungsi yaitu
fungsi pengelolaan risiko, fungsi pengelolaan
keuangan, fungsi dan pelayanan, termasuk di
dalamnya uraian mengenai level pemisahan
tersebut, apakah pemisahan tersebut pada
level direksi atau di bawah direksi.
b) Uraian mengenai adanya uraian mengenai
tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
prosedur kerja.
c) Pendapat pemeriksa mengenai pengendalian
internal yang tercermin dari struktur organisasi
yang ada.
d) Penerapan struktur organisasi yang tercermin
dari kelengkapan pejabat di dalam unit
organisasi yang ada.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........33333333........ PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmooooooooddddddddaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai permodalan
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Uraian mengenai modal dasar dan disetor
pada awal pendirian dan komposisi pemegang
saham, termasuk pula akta notaris yang
menjadi dasarnya.
b) Perkembangan modal dasar, modal disetor,
dan pemegang saham sampai kondisi terakhir.
c) Rencana pengembangan permodalan, jika ada.
d) Jumlah modal sendiri periode terakhir.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........44444444........ TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000044444444
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai penggunaan tenaga
asing yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Keberadaan tenaga asing di dalam
perusahaan baik yang berfungsi sebagai
tenaga ahli maupun pemegang jabatan pada
unit organisasi perusahaan.
b) Dasar penggunaan tenaga asing tersebut yang
dapat berupa kontrak kerja atau surat
keputusan direksi, atau lainnya.
c) Pertimbangan perusahaan untuk
mempekerjakan tenaga asing tersebut.
d) Persetujuan dari pihak yang berwenang yaitu
dari Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
e) Pelaporan penggunaan tenaga asing kepada
Biro Perasuransian, program pendidikan dan
pelatihan yang terkait dengan penggunaan
tenaga asing tersebut, dan laporan realisasi
pelaksanaan program pendidikan dan
pelatihan.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........55555555........ TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa AAAAAAAAhhhhhhhhlllllllliiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kepemilikan tenaga
ahli yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi
keahlian setingkat ahli atau ajun ahli baik dari
asosiasi profesi di dalam negeri maupun dari
luar negeri.
b) Perbandingan pegawai yang memiliki keahlian
dibandingkan dengan seluruh jumlah pegawai
perusahaan.
c) Pegawai yang diangkat sebagai tenaga ahli,
termasuk tenaga ahli kantor cabang. Selain itu,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000055555555
diungkapkan juga mengenai dasar penetapan
pegawai yang bersangkutan sebagai tenaga
ahli.
d) Pelaporan tenaga ahli tersebut kepada Biro
Perasuransian yang mencakup pula
pernyataan registrasi dari Biro Perasuransian.
e) Penempatan tenaga ahli kantor cabang pada
kantor cabang yang bersangkutan.
f) Program pengembangan sumber daya manusia
untuk meningkatkan kepemilikan pegawai
yang memiliki kualifikasi keahlian.
Keahlian yang perlu diungkapkan dalam
bagian ini tidak terbatas hanya keahlian yang
terkait dengan bidang teknis asuransi, namun
termasuk keahlian lain seperti tenaga ahli
investasi.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup pula tenaga
ahli yang ditunjuk untuk unit usaha dimaksud.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........66666666........ DDDDDDDDiiiiiiiirrrrrrrreeeeeeeekkkkkkkkssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKoooooooommmmmmmmiiiiiiiissssssssaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiissssssss
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai direksi dan komisaris
yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Rincian mengenai direksi yang mencakup
mengenai nama, jabatan direksi, kualifikasi
dan pengalaman direksi, pernyataan tidak
merangkap jabatan, dan pelaksanaan
penilaian kemampuan dan kepatutan.
b) Rincian mengenai komisaris yang mencakup
mengenai nama, jabatan komisaris, termasuk
komisaris independen, dan pelaksanaan
penilaian kemampuan dan kepatutan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000066666666
c) Pemeriksa juga perlu memberikan penilaian
terhadap komposisi direksi terkait dengan
kepemilikan separoh dari direksi harus
memiliki pengalaman dan pengetahuan
mengenai pengelolaan risiko yang relevan
dengan jabatannya.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah
atau perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi konvensional yang memiliki unit usaha
syariah, maka uraian di dalam bagian ini harus
mencakup pula dewan pengawas syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........77777777........ KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg,,,,,,,, KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn,,,,,,,, ddddddddaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnyyyyyyyyaaaaaaaa
YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrppppppppiiiiiiiissssssssaaaaaaaahhhhhhhh DDDDDDDDaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiii KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr PPPPPPPPuuuuuuuussssssssaaaaaaaatttttttt
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kantor-kantor
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Rincian mengenai kantor-kantor tersebut.
b) Izin pembukaan kantor cabang dan pelaporan
kantor pemasaran atau kantor lainnya.
b) Penyelenggaraan kegiatan kantor tersebut
sesuai dengan fungsinya. Pemeriksa juga
harus mengungkapkan adanya kantor
pemasaran yang melakukan fungsi sebagai
kantor cabang atau sebaliknya.
c) Kepemilikan tenaga ahli untuk masing-masing
kantor cabang.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup pula mengenai
unit usaha syariah termasuk di dalamnya
pengungkapan mengenai izin pembukaan unit
usaha syariah.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000077777777
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........88888888........ PPPPPPPPrrrrrrrrooooooooggggggggrrrrrrrraaaaaaaammmmmmmm PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSuuuuuuuummmmmmmmbbbbbbbbeeeeeeeerrrrrrrr
DDDDDDDDaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnuuuuuuuussssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai program
pengembangan sumber daya manusia yang
mencakup sekurang-kurangnya:
a) Kepemilikan program pengembangan sumber
daya manusia termasuk realisasinya.
b) Dukungan anggaran untuk pengembangan
sumber daya manusia termasuk realisasinya.
Anggaran tersebut mencakup anggaran pada
periode pemeriksaan dan subsequent even.
55555555........44444444........22222222........33333333........22222222........99999999........ KKKKKKKKeeeeeeeeaaaaaaaannnnnnnnggggggggggggggggoooooooottttttttaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPaaaaaaaaddddddddaaaaaaaa AAAAAAAAssssssssoooooooossssssssiiiiiiiiaaaaaaaassssssssiiiiiiii
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSeeeeeeeejjjjjjjjeeeeeeeennnnnnnniiiiiiiissssssss
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai keanggotaan
perusahaan pada asosiasi perusahaan sejenis
yang mencakup sekurang-kurangnya bukti
keanggotaan dan masa berlakunya.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........ KKKKKKKKeeeeeeeeuuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan yang sekurang-kurangnya mencakup
sebagai berikut:
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........11111111........ TTTTTTTTiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaatttttttt SSSSSSSSoooooooollllllllvvvvvvvvaaaaaaaabbbbbbbbiiiiiiiilllllllliiiiiiiittttttttaaaaaaaassssssss
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai tingkat solvabilitas
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Perhitungan tingkat solvabilitas menurut
perusahaan.
b) Perhitungan tingkat solvabilitas menurut
pemeriksa.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000088888888
c) Pernyataan apakah perhitungan perusahaan
dan pemeriksa sama atau berbeda, dan
seberapa signifikan perbedaan tersebut.
d) Uraian mengenai penyebab perbedaan
perhitungan antara perusahaan dan
pemeriksa.
e) Tabel yang menguraikan mengenai
perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan
dan pemeriksa.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
tingkat solvabilitas usaha asuransi konvensional
dan unit usaha syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........22222222........ KKKKKKKKeeeeeeeekkkkkkkkaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kekayaan perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Jumlah kekayaan berdasarkan SAK.
b) Jumlah kekayaan berdasarkan SAP.
c) Jumlah kekayaan yang diperkenankan.
d) Tabel yang menguraikan mengenai kekayaan
berdasarkan SAP, kekayaan yang
diperkenankan, dan kekayaan yang tidak
diperkenankan, yang terdiri dari investasi dan
non investasi.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
kekayaan yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan kekayaan unit usaha syariah.
aaaaaaaa)))))))) IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333330000000099999999
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai investasi perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya:
(1) Jumlah investasi berdasarkan SAK.
(2) Jumlah investasi berdasarkan SAP.
(3) Jumlah investasi yang diperkenankan.
(4) Tabel yang menguraikan mengenai investasi
berdasarkan SAP, investasi yang
diperkenankan, dan investasi yang tidak
diperkenankan, untuk masing-masing jenis
investasi yang dimiliki perusahaan.
(5) Uraian mengenai masing-masing jenis
investasi yang dimiliki oleh perusahaan yang
mencakup sekurang-kurangnya:
(a) Saldo SAP.
(b) Investasi yang diperkenankan.
(c) Uraian mengenai penyebab investasi
menjadi tidak diperkenankan.
(d) Tabel yang menguraikan mengenai
investasi berdasarkan SAP, investasi yang
diperkenankan, dan investasi yang tidak
diperkenankan, yang dirinci untuk masing-
masing penempatan seperti bank untuk
deposito berjangka dan sertifikat deposito,
emiten untuk saham, penerbit untuk
obligasi, MTN, dan reksadana, perusahaan
untuk penyertaan langsung, dan lokasi
daerah untuk tanah dan bangunan.
Sebagai catatan: apabila rincian tersebut
sangat banyak, pemeriksa dapat
menyajikan tabel tersebut sebagai bagian
dari lampiran laporan hasil pemeriksaan.
(e) Pengungkapan mengenai dana jaminan.
Untuk dana jaminan yang berbentuk surat
utang negara, di dalam bagian ini
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111100000000
diungkapkan saldo dana jaminan sesuai
dengan nilai yang disajikan dalam laporan
perhitungan tingkat solvabilitas.
(f) Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan terkait
dengan penempatan investasi antara lain
namun tidak terbatas pada permasalahan
kepemilikan, pengakuan dan penilaian
investasi berdasarkan SAK atau SAP, dana
yang tertahan pada pihak lain, serta
penempatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(g) Kerja sama pengelolaan dana yang
dilakukan perusahaan dengan pihak lain
yang mecakup perjanjian kerja sama,
uraian singkat mengenai kerja sama, serta
penilaian pemeriksa mengenai kerja sama
tersebut.
(h) Pengungkapan mengenai masing-masing
jenis investasi tersebut berlaku juga untuk
investasi yang masuk ke dalam kelompok
akun investasi lain-lain.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
kekayaan yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan kekayaan unit usaha syariah.
bbbbbbbb)))))))) NNNNNNNNoooooooonnnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kekayaan non
investasi perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(1) Jumlah kekayaan non investasi berdasarkan
SAK.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111111111111
(2) Jumlah kekayaan non investasi berdasarkan
SAP.
(3) Jumlah kekayaan non investasi yang
diperkenankan.
(4) Tabel yang menguraikan mengenai saldo
kekayaan non investasi berdasarkan SAP,
kekayaan yang diperkenankan, dan kekayaan
yang tidak diperkenankan, untuk masing-
masing jenis kekayaan non investasi yang
dimiliki perusahaan.
(5) Uraian mengenai masing-masing jenis
kekayaan non investasi yang dimiliki oleh
perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(a) Saldo SAP.
(b) Kekayaan yang diperkenankan.
(c) Uraian mengenai penyebab kekayaan non
investasi menjadi kekayaan yang tidak
diperkenankan.
(d) Tabel yang menguraikan mengenai
kekayaan non investasi berdasarkan SAP,
kekayaan yang diperkenankan, dan
kekayaan yang tidak diperkenankan, yang
dirinci untuk masing-masing jenis
kekayaan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
iiiiiiii........ KKKKKKKKaaaaaaaassssssss ddddddddaaaaaaaannnnnnnn bbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnkkkkkkkk
Kas atau petty cash di perusahaan serta
bank dimana perusahaan memiliki atau
menempatkan dananya dalam bentuk
giro.
iiiiiiiiiiiiiiii........ TTTTTTTTaaaaaaaaggggggggiiiiiiiihhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn
Tagihan premi dan tagihan reasuransi
dirinci berdasarkan debitur khususnya
untuk 10 debitur terbesar. Sedangkan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111122222222
tagihan hasil investasi dirinci
berdasarkan sumber investasinya.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii........ TTTTTTTTaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaahhhhhhhh ddddddddaaaaaaaannnnnnnn bbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggguuuuuuuunnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
Tanah dan bangunan dirinci
berdasarkan unitnya, dan di dalam tabel
diuraikan pula lokasi unit tersebut.
Sebagai catatan: apabila rincian
tersebut sangat banyak, pemeriksa
dapat menyajikan tabel tersebut
sebagai bagian dari lampiran laporan
hasil pemeriksaan.
(e) Dukungan sistem informasi teknologi
dalam proses pengumuran tagihan
khsususnya untuk tagihan premi dan
tagihan reasuransi. Selanjutnya, pemeriksa
juga harus mengungkapkan penilaian
terhadap kecukupan proses pengumuran
tagihan tersebut yang berpengaruh
terhadap kewajaran jumlah tagihan yang
diperkenankan.
(f) Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan antara lain
namun tidak terbatas pada permasalahan
kepemilikan, pengakuan dan penilaian
kekayaan non investasi berdasarkan SAK
atau SAP, serta tagihan yang telah berumur
lebih dari satu tahun.
Khusus untuk tagihan reasuransi,
pemeriksa juga harus mengungkapkan
mengenai kewajaran penyajian tagihan
reasuransi khususnya terkait dengan
disajikannya tagihan atau utang reasuransi
bersaldo negatif. Pemeriksa juga perlu
menilai kewajaran tagihan reasuransi
tersebut khususnya terkait dengan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111133333333
konfirmasi jumlah tagihan dari pihak
reasuradur.
(g) Pengungkapan mengenai masing-masing
jenis kekayaan non investasi tersebut
berlaku juga untuk kekayaan yang masuk
ke dalam kelompok akun aktiva lain-lain.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
kekayaan yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan kekayaan unit usaha syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........33333333........ KKKKKKKKeeeeeeeewwwwwwwwaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiibbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kewajiban
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Jumlah kewajiban berdasarkan SAK.
b) Jumlah kewajiban berdasarkan SAP, jika
terdapat perbedaan pengakuan antara SAK
dan SAP khususnya untuk cadangan atas
premi yang belum merupakan pendapatan.
c) Tabel yang menguraikan mengenai kewajiban
berdasarkan SAK dan SAP yang dirinci
berdasarkan jenis kewajiban.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
kewajiban yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan kewajiban unit usaha syariah.
aaaaaaaa)))))))) UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kewajiban
perusahaan khususnya yang terkait langsung
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111144444444
dengan penyelenggaraan pertanggungan asuransi
yaitu utang klaim dan utang reasuransi.
Untuk utang klaim, pemeriksa harus
mengungkapkan rincian utang klaim sekurang-
kurangnya untuk beberapa tertanggung dengan
nilai klaim yang cukup signifikan. Selanjutnya,
pemeriksa harus mengungkapkan rata-rata umur
klaim tersebut, dan menguraikan mengenai
penyebab belum dibayarnya klaim khususnya
untuk utang klaim yang memiliki umur lebih dari 1
(satu) bulan.
Khusus untuk utang reasuransi,
pemeriksa juga harus mengungkapkan mengenai
kewajaran penyajian utang reasuransi khususnya
terkait dengan disajikannya tagihan atau utang
reasuransi bersaldo negatif. Pemeriksa juga perlu
menilai kewajaran utang reasuransi tersebut
khususnya terkait dengan konfirmasi jumlah
tagihan dari pihak asuradur atau reasuradur.
Pemeriksa juga harus mengungkapkan
adanya utang selain utang klaim dan utang
reasuransi khususnya jika terdapat utang yang
memiliki jumlah yang signifikan.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
utang yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan utang unit usaha syariah.
bbbbbbbb)))))))) CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTTeeeeeeeekkkkkkkknnnnnnnniiiiiiiissssssss
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai cadangan teknis
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
((11)) CCaaddaannggaann AAttaass PPrreemmii YYaanngg BBeelluumm
MMeerruuppaakkaann PPeennddaappaattaann
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111155555555
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa
harus mengungkapkan mengenai cadangan
atas premi yang belum merupakan
pendapatan (CAPYBMP) yang mencakup
sekurang-kurangnya:
(a) Saldo CAPYBMP berdasarkan SAK dan
SAP, jika terdapat perbedaan metode
pengakuan CAPYBMP.
(b) Tabel yang memuat rincian CAPYBMP
berdasarkan lini usaha asuransi.
(c) Uraian mengenai metode pembentukan
CAPYBMP yang digunakan oleh
perusahaan, termasuk penilaian
pemeriksa mengenai kecukupan metode
yang digunakan oleh perusahaan. Jika
terdapat pertanggungan yang memiliki
periode pertanggungan lebih dari satu
tahun, pemeriksa perlu mengungkapkan
bagaimana perusahaan mengakui premi
dan membentuk CAPYBMP. Sebagai
catatan: terdapat dua model pengakuan
premi yang berpengaruh terhadap
pembentukan CAPYBMP. Model pertama
adalah premi selama periode
pertanggungan diakui seluruhnya pada
tahun berjalan, dan model kedua adalah
premi diakui secara merata sepanjang
periode pertanggungan.
(d) Uraian mengenai kecukupan data yang
digunakan dalam perhitungan CAPYBMP.
Kecukupan data tersebut menjadi penting
khususnya untuk pertanggungan yang
memiliki jangka waktu lebih dari satu
tahun dengan jumlah tertanggung yang
banyak. Selain itu juga perlu diungkapkan
dukungan sistem informasi teknologi
untuk memelihara data pertanggungan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111166666666
Untuk pertanggungan yang berasal dari
pihak perbankan atau perusahaan
pembiayaan, dan merupakan
pertanggungan terhadap objek yang
berkaitan dengan kredit yang diberikan
kepada nasabah, secara umum
pertanggungan yang diberikan memiliki
periode lebih dari satu tahun karena
mengikuti jangka waktu kredit. Selain itu,
umumnya tertanggung yang ditutup
memiliki jumlah yang banyak dengan nilai
pertanggungan yang relatif tidak besar.
Dalam bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan penilain terhadap
kecukupan proses untuk menentukan
kewajaran data yang digunakan dan
kecukupan dukungan sistem informasi
teknologi dalam proses tersebut.
(e) Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan terkait
dengan proses pembentukan CAPYBMP.
((22)) CCaaddaannggaann PPrreemmii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa
harus mengungkapkan mengenai cadangan
premi yang mencakup sekurang-kurangnya:
(a) Saldo cadangan premi berdasarkan SAK
dan SAP, jika terdapat perbedaan metode
pengakuan cadangan premi.
(b) Tabel yang memuat rincian cadangan
premi berdasarkan lini usaha asuransi
atau jenis produk.
(c) Uraian mengenai proses pembentukan
cadangan premi yang meliputi sekurang-
kurangnya:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111177777777
i. Proses yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menentukan
kewajaran data polis inforce.
Dalam bagian ini pemeriksa juga harus
mengungkapkan penilaian terhadap
kecukupan proses yang dilakukan oleh
perusahaan termasuk dukungan
sistem dan prosedur atau manual yang
ada serta kecukupan dukungan sistem
teknologi informasi. Berdasarkan
penilaian tersebut pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kewajaran
data polis inforce yang digunakan
dalam perhitungan cadangan premi.
ii. Asumsi yang digunakan oleh
perusahaan dalam melakukan
perhitungan cadangan premi yang
meliputi mortalita, tingkat bunga, dan
metode yang digunakan.
iii. Penilaian terhadap konsistensi
penggunaan asumsi di dalam
perhitungan cadangan premi yang
meliputi konsistensi penggunaan
asumsi dalam deskripsi produk dan
asumsi yang digunakan untuk
melakukan perhitungan cadangan
premi. Untuk asumsi yang digunakan
dalam perhitungan cadangan premi,
pemeriksa juga perlu memberikan
penilaian terhadap asumsi yang
diformulasikan di dalam program
software yang digunakan oleh
perusahaan untuk melakukan
perhitungan cadangan premi.
(d) Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan terkait
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111188888888
dengan proses pembentukan cadangan
premi.
((33)) CCaaddaannggaann KKllaaiimm
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa
harus mengungkapkan mengenai cadangan
klaim yang mencakup sekurang-kurangnya:
(a) Saldo cadangan klaim yang terdiri dari
cadangan klaim dalam proses dan
cadangan klaim IBNR.
(b) Tabel yang memuat rincian cadangan
klaim berdasarkan lini usaha asuransi
atau jenis produk.
(c) Uraian mengenai pembentukan cadangan
klaim yang meliputi sekurang-kurangnya:
i. Kewajaran cadangan klaim dalam
proses yang dibentuk oleh perusahaan.
Dalam bagian ini pemeriksa harus
mengungkapkan penilaian terhadap
kecukupan cadangan klaim dalam
proses yang meliputi penilaian bahwa
cadangan klaim yang dibentuk telah
mencakup seluruh klaim yang
dilaporkan dan penilaian terhadap
metode yang digunakan untuk
menentukan besar cadangan yang
dibentuk untuk masing-masing klaim
tersebut.
ii. Kewajaran cadangan klaim IBNR yang
dibentuk oleh perusahaan.
Dalam bagian ini pemeriksa harus
mengungkapkan penilaian terhadap
kecukupan cadangan IBNR yang
meliputi penilaian mengenai metode
yang digunakan dan kecukupan data
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333331111111199999999
yang digunakan untuk menghitungan
cadangan klaim tersebut.
(d) Permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan terkait
dengan proses pembentukan cadangan
klaim.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian
untuk cadangan teknis yang bersumber dari
produk asuransi konvensional dan cadangan
teknis unit usaha syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........44444444........ DDDDDDDDaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaa JJJJJJJJaaaaaaaammmmmmmmiiiiiiiinnnnnnnnaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai dana jaminan
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Jumlah dana jaminan yang dimiliki oleh
perusahaan, termasuk rincian perhitungan
dana jaminan dalam bentuk tabel. Dalam
rangka perhitungan kecukupan dana jaminan,
pemeriksa perlu berhati-hati untuk
menentukan nilai dana jaminan dalam bentuk
surat berharga negara/surat utang negara
(SBN/SUN) karena kemungkinan terdapat
perbedaan penilaian antara nilai pada
perhitungan tingkat solvabilitas dan nilai untuk
menentukan kecukupan dana jaminan.
b) Bentuk penempatan dana jaminan, termasuk
rinciannya.
c) Penggunaan bank kustodian, termasuk
perjanjian yang mendasari kerja sama dengan
bank kustodian. Di dalam perjanjian tersebut,
pemeriksa perlu pula mengungkapkan
kesesuaian ketentuan di dalam perjanjian
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222200000000
kerja sama dengan ketentuan di dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Permasalahan-permasalahan lain yang
ditemukan selama pemeriksaan, khususnya
permasalahan yang terkait dengan dana
jaminan.
Perhitungan kecukupan dana jaminan
dilakukan untuk seluruh jenis usaha yang ada
yaitu usaha asuransi konvensional, usaha
asuransi dengan prinsip syariah, dan unit link
atau yang setara.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........55555555........ RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo KKKKKKKKeeeeeeeeuuuuuuuuaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai rasio keuangan yang
terkait dengan ketentuan mengenai kesehatan
keuangan yang mencakup sekurang-kurangnya:
aaaaaaaa)))))))) RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp MMMMMMMMooooooooddddddddaaaaaaaallllllll SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai rasio premi neto
terhadap modal sendiri yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(1) Perhitungan rasio untuk 2 (dua) periode
terakhir.
Untuk periode triwulanan akan menjadi lebih
baik apabila bisa diperbandingkan pula
dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Perbandingan tersebut diperlukan mengingat
karakterisitk usaha asuransi yang memiliki
siklus dalam perolehan premi.
(2) Perbandingan dengan rata-rata industri.
(3) Penilaian pemeriksa mengenai kinerja
perusahaan berdasarkan trend dan
perbandingan dengan rata-rata industri.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222211111111
bbbbbbbb)))))))) RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii TTTTTTTTeeeeeeeerrrrrrrrhhhhhhhhaaaaaaaaddddddddaaaaaaaapppppppp CCCCCCCCaaaaaaaaddddddddaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
TTTTTTTTeeeeeeeekkkkkkkknnnnnnnniiiiiiiissssssss ddddddddaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUttttttttaaaaaaaannnnnnnngggggggg KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm RRRRRRRReeeeeeeetttttttteeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai rasio investasi
terhadap cadangan teknis dan utang klaim
retensi sendiri yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(1) Perhitungan rasio untuk 2 (dua) periode
terakhir.
Untuk periode triwulanan akan menjadi lebih
baik apabila bisa diperbandingkan pula
dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Perbandingan tersebut diperlukan mengingat
karakterisitk usaha asuransi yang memiliki
siklus dalam perolehan premi.
(2) Perbandingan dengan rata-rata industri.
(3) Penilaian pemeriksa mengenai kinerja
perusahaan berdasarkan trend dan
perbandingan dengan rata-rata industri.
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kondisi keuangan
yang meliputi jumlah kekayaan, kewajiban, dan
modal sendiri. Selanjutnya untuk kekayaan dan
kewajiban diungkapkan lebih lanjut sebagai
berikut:
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........11111111........ KKKKKKKKeeeeeeeekkkkkkkkaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kekayaan perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya:
aaaaaaaa)))))))) IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222222222222
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai investasi perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya saldo
investasi dan tabel yang memuat mengenai
rincian penempatan investasi.
Sesuai PSAK, penempatan deposito
berjangka pendek masuk dalam kategori akun
kas dan setara kas. Sementara itu, dalam format
laporan keuangan untuk perusahaan pialang
asuransi dan pialang reasuransi, penempatan
deposito berjangka tersebut dimasukkan sebagai
bagian dari kelompok akun investasi. Untuk itu,
pemeriksa perlu secara lebih seksama melihat
rincian akun kas dan setara kas. Selanjutnya,
pemeriksa perlu melakukan koreksi apabila
perusahaan pialang asuransi dan pialang
reasuransi menyajikan deposito berjangka dalam
kelompok akun kas dan setara kas menjadi
masuk dalam kelompok akun investasi.
Apabila perusahaan pialang asuransi dan
pialang reasuransi memiliki dana yang cukup
untuk dapat dinvestasikan, pemeriksa perlu
mengungkapkan ada atau tidaknya sistem dan
prosedur investasi termasuk kebijakan investasi
pada bagian yang mengungkapkan temuan hasil
pemeriksaan mengenai sistem dan prosedur.
Permasalahan lain yang ditemukan
selama pemeriksaan terkait dengan penempatan
investasi perusahaan perlu diungkapkan oleh
pemeriksa.
bbbbbbbb)))))))) NNNNNNNNoooooooonnnnnnnn IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai investasi perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya saldo
investasi dan tabel yang memuat mengenai
rincian penempatan investasi.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222233333333
Di dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kekayaan non
investasi perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
(1) Jumlah kekayaan non investasi.
(2) Tabel yang menguraikan mengenai saldo
kekayaan non ivestasi untuk masing-masing
jenis kekayaan.
(3) Uraian mengenai masing-masing jenis
kekayaan non investasi yang dimiliki oleh
perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(a) Saldo kekayaan.
(b) Kas dan bank
Uraian mengenai penerimaan serta
penggunaan kas dan bank.
(c) Tagihan
Khususnya untuk tagihan premi dan
tagihan jasa keperantaraan, rincian 5
debitur besar. Selain itu perlu
diungkapkan pula mekanisme
pengumuran tagihan dan metode
monitoring tagihan dimaksud.
Apabila terdapat tagihan yang memiliki
umur lebih dari satu tahun, pemeriksa
perlu mengungkapkan permasalahan
mengenai tagihan dimaksud.
Beberapa perusahaan pialang tidak
menyajikan adanya tagihan jasa
keperantaraan. Pada kondisi demikian,
pemeriksa perlu melihat konsistensi
penyajian dengan dokumen
pendukungnya dan konsitensi dengan
penyajian utang premi.
(d) Aktiva tetap
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222244444444
Rincian mengenai aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan.
(e) Aktiva lain
Rincian mengenai aktiva lain.
Apabila di dalam kelompok aktiva lain
terdapat tagihan kepada pemegang
saham atau pihak terafiliasi lain serta
beban ditangguhkan yang tidak lazim,
pemeriksa perlu mengungkapkan
mengenai kondisi tersebut dan penyebab
terjadinya kondisi tersebut.
(4) Permasalahan lain yang ditemukan selama
pemeriksaan terkait dengan kekayaan non
investasi yang dimiliki oleh perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........33333333........22222222........ KKKKKKKKeeeeeeeewwwwwwwwaaaaaaaajjjjjjjjiiiiiiiibbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kewajiban
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Saldo kewajiban perusahaan.
b) Tabel yang memuat mengenai rincian
kewajiban.
c) Uraian mengenai masing-masing kewajiban
yang mencakup sekurang-kurangnya:
(1) Saldo kewajiban
(2) Utang premi
Uraian mengenai rincian utang premi yang
preminya belum dibayar oleh tertanggung
dan utang premi yang preminya sudah
diterima dari tertanggung namun oleh
perusahaan belum disetorkan kepada
penanggung. Selain itu, pemeriksa perlu
pula menguraikan rincian 5 besar
penanggung yang menjadi kreditur
perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222255555555
Terkait dengan penyajian mengenai
tagihan premi dan tagihan jasa
keperantaraan, pemeriksa perlu
mengungkapkan konsistensi penyajian
kedua tagihan tersebut dengan penyajian
utang premi. Mengingat bahwa di dalam
bagian premi terdapat hak perusahaan
pialang berupa jasa keperantaraan, utang
premi tersebut dapat disajikan secara
bruto atau neto setelah dikurangi dengan
hak perusahaan pialang sepanjang
penyajian tersebut konsisten dengan
penyajian tagihan premi dan tagihan jasa
keperantaraan.
(3) Utang komisi, biaya yang masih harus
dibayar, dan utang pajak.
Uraian mengenai rincian ketiga kewajiban
tersebut khususnya apabila terdapat
kewajiban yang memiliki jumlah yang
material.
(4) Utang lain
Uraian mengenai rincian kewajiban
tersebut khususnya apabila terdapat
kewajiban yang memiliki jumlah yang
material.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyeeeeeeeelllllllleeeeeeeennnnnnnnggggggggggggggggaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUssssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa ((((((((OOOOOOOOppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnnaaaaaaaallllllll))))))))
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai pendapatan
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Pendapatan premi baik premi yang berasal dari
pertanggungan langsung maupun premi dari
pertanggungan tidak langsung, termasuk
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222266666666
proporsi premi tidak langsung dibandingkan
dengan premi langsung.
b) Pendapatan premi neto pada periode
pemeriksaan, termasuk komposisi pendapatan
premi neto terhadap premi bruto perusahaan.
c) Sumber utama pendapatan premi perusahaan
ditinjau dari lini usaha asuransi dan
tertanggung. Khusus untuk tertanggung,
pemeriksa perlu mengungkapkan 5 (lima)
besar tertanggung yang memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan premi
perusahaan.
d) Pendapatan dari hasil investasi, termasuk
komposisi hasil investasi terhadap premi bruto
perusahaan.
e) Sumber utama hasil investasi ditinjau dari
penempatan investasi yang dimiliki
perusahaan.
f) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan khususnya untuk
permasalahan yang terkait dengan pengakuan
pendapatan premi oleh perusahaan. Beberapa
pertanggungan yang perlu mendapat perhatian
dari pemeriksa terkait dengan metode
pengakuan pendapatan premi antara lain
namun tidak terbatas pada pertanggungan
yang pada prinsipnya merupakan kontrak
jangka pendek namun perusahaan memiliki
kontrak jangka panjang untuk pertanggungan
tersebut. Selain itu, pertanggungan asuransi
jiwa yang mengandung unsur investasi yang
dijamin yang memberikan janji dapat ditarik
dalam jangka waktu pendek perlu pula
mendapat perhatian pemeriksa. Pada kasus
pertanggungan asuransi jiwa tersebut, terdapat
potensi bahwa premi dan juga klaim untuk
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222277777777
satu periode akuntansi diakui beberapa kali
dengan tertanggung yang sama.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........22222222........ BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai beban perusahaan
yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Beban klaim neto pada periode pemeriksaan,
termasuk komposisi beban klaim neto
terhadap premi bruto perusahaan dan
pendapatan premi neto perusahaan.
b) Sumber utama kewajiban klaim perusahaan
ditinjau dari lini usaha asuransi dan
tertanggung. Khusus untuk tertanggung,
pemeriksa perlu mengungkapkan 5 (lima)
besar tertanggung yang memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pembayaran klaim
perusahaan.
c) Beban usaha, termasuk komposisi beban
usaha terhadap premi bruto perusahaan.
d) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan khususnya untuk
permasalahan yang terkait dengan pengakuan
beban klaim oleh perusahaan. Beberapa
pertanggungan yang perlu mendapat perhatian
dari pemeriksa terkait dengan metode
pengakuan pendapatan premi antara lain
namun tidak terbatas pada pertanggungan
asuransi jiwa yang mengandung unsur
investasi yang dijamin yang memberikan janji
dapat ditarik dalam jangka waktu pendek.
Pada kasus pertanggungan asuransi jiwa
tersebut, terdapat potensi bahwa premi dan
juga klaim untuk satu periode akuntansi diakui
beberapa kali dengan tertanggung yang sama.
Untuk perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222288888888
memiliki unit usaha syariah, maka uraian di
dalam bagian ini harus mencakup uraian untuk
beban yang bersumber dari produk asuransi
konvensional dan beban unit usaha syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........33333333........ PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai produk asuransi yang
masih aktif dipasarkan perusahaan, yang
mencakup sekurang-kurangnya:
aaaaaaaa)))))))) PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk aaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssss iiiiiiii yyyyyyyyaaaaaaaannnnnnnngggggggg ddddddddiiiiiiiippppppppaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrrkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn
Pemeriksa perlu mengungkapkan rincian
produk asuransi yang dipasarkan oleh
perusahaan.
bbbbbbbb)))))))) PPPPPPPPrrrrrrrroooooooodddddddduuuuuuuukkkkkkkk uuuuuuuunnnnnnnngggggggggggggggguuuuuuuullllllllaaaaaaaannnnnnnn
Pemeriksa perlu mengungkapkan produk
asuransi unggulan yang memiliki premi atau
portofolio yang signifikan sekurang-kurangnya
untuk 3 (tiga) produk unggulan. Untuk masing-
masing produk tersebut perlu pula diuraikan
komposisi dibandingkan keseluruhan premi
atau portoflio pertanggungan.
cccccccc)))))))) UUUUUUUUnnnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkk ppppppppeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn aaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii jjjjjjjjiiiiiiiiwwwwwwwwaaaaaaaa
Pemeriksa perlu mengungkapkan produk-
produk yang memiliki spesifikasi tertentu
misalnya produk yang menjanjikan manfaat
investasi yang dijamin dalam periode tertentu
dan memiliki jangka waktu pertanggungan
yang pendek atau terdapat kemungkinan
untuk ditebus tanpa dibebani biaya, serta
produk-produk tertentu yang unik.
Hal-hal yang perlu diungkap antara lain namun
tidak terbatas pada manfaat yang dijanjikan di
dalam produk tersebut serta pengelolaan
produk yang dilakukan oleh perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333332222222299999999
dddddddd)))))))) UUUUUUUUnnnnnnnnttttttttuuuuuuuukkkkkkkk ppppppppeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn aaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii kkkkkkkkeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuuggggggggiiiiiiiiaaaaaaaannnnnnnn
Pemeriksa perlu mengungkapkan produk-
produk tertentu yaitu produk asuransi
kendaraan bermotor, produk sutetyship,
produk asuransi TKI, dan produk spesifik
lainnya.
Produk spesifik yang perlu diungkapkan oleh
pemeriksa merupakan produk yang memiliki
karakteristik antara lain merupakan produk
unggulan perusahaan atau produk unik yang
dimiliki oleh perusahaan ditinjau dari antara
lain manfaat yang ditawarkan ataupun kerja
sama pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan.
Pengungkapan untuk produk asuransi
kendaraan bermotor, produk sutetyship, dan
produk asuransi TKI tersebut mencakup
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
aaaaaaaa)))))))) KKKKKKKKeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn BBBBBBBBeeeeeeeerrrrrrrrmmmmmmmmoooooooottttttttoooooooorrrrrrrr
PPPengungkapan mengenai penyeleng-
garaan lini usaha asuransi kendaraan
bermotor mencakup sekurang-kurangnya
sebagai berikut:
(((((((( 11111111 )))))))) KKKKKKKK eeeeeeeebbbbbbbb iiiiiiii jjjjjjjj aaaaaaaa kkkkkkkk aaaaaaaannnnnnnn pppppppp eeeeeeee nnnnnnnn eeeeeeee tttttttt aaaaaaaapppppppp aaaaaaaannnnnnnn pppppppp rrrrrrrr eeeeeeeemmmmmmmm iiiiiiii
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai kebijakan
penetapan tarif premi sebelum adanya
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
74/PMK.010/2007 tanggal 29 Juni 2007
tentang Penyelenggaraan Pertanggungan
Asuransi pada Lini Usaha Asuransi
Kendaraan Bermotor dan setelah adanya
peraturan dimaksud.
Hal-hal yang perlu diungkapkan pada
bagian ini antara lain adalah kebijakan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333300000000
khusus mengenai penetapan tarif asuransi
kendaraan bermotor sebelum adanya
peraturan mengenai penyelenggaraan lini
usaha asuransi kendaraan bermotor dan
dasar diberlakukannya kebijakan tersebut.
Sedangkan untuk kebijakan setelah adanya
peraturan dimaksud, pemeriksa perlu
mengungkapkan dasar kebijakan terakhir
yang dikeluarkan oleh perusahaan dan
pelaporan kebijakan tersebut kepada Biro
Perasuransian. Selain itu, pemeriksa juga
perlu mengungkapkan seberapa sering
perusahaan melakukan revisi terhadap
kebijakan tersebut, dan pemenuhan
pelaporan kepada Biro Perasuransian
mengenai revisi tersebut.
(((((((( 22222222 )))))))) KKKKKKKKoooooooommmmmmmm iiiiiiii tttttttt eeeeeeee pppppppp eeeeeeeennnnnnnn eeeeeeee tttttttt aaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn tttttttt aaaaaaaa rrrrrrrr iiiiiiii ffffffff aaaaaaaa ssssssss uuuuuuuu rrrrrrrr aaaaaaaannnnnnnn ssssssss iiiiiiii
kkkkkkkk eeeeeeee nnnnnnnnddddddddaaaaaaaa rrrrrrrr aaaaaaaaaaaaaaaa nnnnnnnn bbbbbbbb eeeeeeee rrrrrrrrmmmmmmmmoooooooo tttttttt oooooooo rrrrrrrr
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai ada atau
tidaknya komite yang khusus mengangani
pengelolaan lini usaha asuransi kendaraan
bermotor. Jika ada komite khusus,
pemeriksa perlu mengungkapkan mengenai
dasar penetapan komite tersebut,
keanggotaan komite, dan tugas komite.
(((((((( 33333333 )))))))) PPPPPPPP rrrrrrrr oooooooo ffffffff iiiiiiii llllllll RRRRRRRR iiiiiiii ssssssss iiiiiiii kkkkkkkkoooooooo SSSSSSSSeeeeeeee rrrrrrrr tttttttt aaaaaaaa BBBBBBBB iiiiiiii aaaaaaaa yyyyyyyy aaaaaaaa AAAAAAAAddddddddmmmmmmmm iiiiiiii nnnnnnnn iiiiiiii ssssssss tttttttt rrrrrrrr aaaaaaaa ssssssss iiiiiiii
ddddddddaaaaaaaa nnnnnnnn UUUUUUUUmmmmmmmmuuuuuuuummmmmmmm AAAAAAAA ssssssss uuuuuuuu rrrrrrrr aaaaaaaa nnnnnnnn ssssssss iiiiiiii KKKKKKKK eeeeeeeennnnnnnndddddddd aaaaaaaa rrrrrrrr aaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
BBBBBBBBeeeeeeee rrrrrrrrmmmmmmmmoooooooo tttttttt oooooooo rrrrrrrr
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan sekurang-kurangnya
mengenai:
(a) Data profil risiko dan kerugian
perusahaan untuk periode sekurang-
kurangnya lima tahun terakhir. Data
yang perlu diungkapkan antara lain data
uang pertanggungan, klaim, premi, serta
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333311111111
populasi kendaraan bermotor untuk
masing-masing kategori kendaraan
bermotor dan per jenis pertanggungan
(TLO dan comprehensive).
Jika data tersebut tidak tersedia,
pemeriksa perlu mengungkapkan data
yang ada di perusahaan. Pada kondisi
demikian, pemeriksa perlu
mengungkapkan proses yang dilakukan
terhadap data yang ada sehingga
perusahaan dapat menetapkan tarif
premi murni untuk tiap-tiap kategori
kendaraan bermotor.
(b) Data biaya administrasi dan umum
untuk lini usaha asuransi kendaraan
bermotor selama lima tahun terakhir.
Data tersebut diperbandingkan dengan
premi bruto selama lima tahun untuk
memperoleh rasio rata-rata realisasi
biaya terhadap premi bruto.
(c) Dukungan sistem informasi dan
teknologi dalam pemeliharaan data
profil risiko dan kerugian serta data
biaya.
(d) Data loss ratio perusahaan selama lima
tahun terakhir.
(((((((( 44444444 )))))))) PPPPPPPP eeeeeeee llllllll aaaaaaaapppppppp oooooooo rrrrrrrr aaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDaaaaaaaa tttttttt aaaaaaaa PPPPPPPP rrrrrrrr oooooooo ffffffff iiiiiiii llllllll RRRRRRRR iiiiiiii ssssssss iiiiiiii kkkkkkkk oooooooo AAAAAAAAssssssss uuuuuuuu rrrrrrrr aaaaaaaa nnnnnnnn ssssssss iiiiiiii
KKKKKKKK eeeeeeeennnnnnnn ddddddddaaaaaaaa rrrrrrrr aaaaaaaaaaaaaaaa nnnnnnnn BBBBBBBBeeeeeeee rrrrrrrrmmmmmmmmoooooooo tttttttt oooooooo rrrrrrrr
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan konsistensi pemenuhan
pelaporan data profil risiko dan kerugian
milik perusahaan.
(((((((( 55555555 )))))))) PPPPPPPP eeeeeeee nnnnnnnn eeeeeeee tttttttt aaaaaaaapppppppp aaaaaaaannnnnnnn TTTTTTTT aaaaaaaa rrrrrrrr iiiiiiii ffffffff PPPPPPPP rrrrrrrr eeeeeeeemmmmmmmm iiiiiiii
((((((((aaaaaaaa)))))))) TTTTTTTTaaaaaaaarrrrrrrriiiiiiiiffffffff pppppppprrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii mmmmmmmmuuuuuuuurrrrrrrrnnnnnnnniiiiiiii
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333322222222
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai penetapan
tarif premi murni yang mencakup
sekurang-kurangnya formula yang
digunakan oleh perusahaan untuk
menetapkan premi murni per jenis
pertanggungan, perhitungan faktor
kredibilitas data yang diukur dari nilai
klaim, dan tarif premi murni yang
ditetapkan.
Tarif premi murni yang disajikan pada
bagian ini untuk masing-masing kategori
kendaraan bermotor per jenis
pertanggungan adalah tarif premi murni
yang ditetapkan paling akhir dan telah
dilaporkan kepada Biro Perasuransian.
((((((((bbbbbbbb)))))))) AAAAAAAAssssssssuuuuuuuummmmmmmmssssssssiiiiiiii bbbbbbbbiiiiiiiiaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaa ddddddddaaaaaaaannnnnnnn mmmmmmmmaaaaaaaarrrrrrrrggggggggiiiiiiiinnnnnnnn kkkkkkkkeeeeeeeeuuuuuuuunnnnnnnnttttttttuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai asumsi
biaya dan keuntungan yang digunakan
dalam perhitungan tarif premi, termasuk
dasar atau pertimbangan dalam
penetapan asumsi tersebut dan formula
yang digunakan dalam penetepan
asumsi mengenai biaya. Asumsi biaya
yang disajikan dalam bagian ini adalah
asumsi biaya yang digunakan dalam
penetapan tarif premi yang paling akhir
dan telah dilaporkan kepada Biro
Perasuransian.
((((((((cccccccc)))))))) PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii bbbbbbbbrrrrrrrruuuuuuuuttttttttoooooooo
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai tarif premi
bruto yang ditetapkan oleh perusahaan
dan asumsi mengenai komposisi
masing-masing komponen premi bruto.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333333333333
((((((((dddddddd)))))))) DDDDDDDDeeeeeeeedddddddduuuuuuuuccccccccttttttttiiiiiiiibbbbbbbblllllllleeeeeeee
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai asumsi
dedcutible yang digunakan dalam
penetapan tarif premi bruto. Perusahaan
mungkin menggunakan beberapa
asumsi deductible.
((((((((eeeeeeee)))))))) LLLLLLLLooooooooaaaaaaaaddddddddiiiiiiiinnnnnnnngggggggg PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiiiuuuuuuuummmmmmmm
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan mengenai tambahan
premi yang dikenakan kepada
tertanggung khususnya yang terkait
dengan tambahan usia kendaraan
bermotor yang dipertanggungkan.
(((((((( 66666666 )))))))) IIIIIIIImmmmmmmmpppppppp llllllll eeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn tttttttt aaaaaaaa ssssssss iiiiiiii KKKKKKKKeeeeeeeebbbbbbbb iiiiiiii jjjjjjjj aaaaaaaa kkkkkkkkaaaaaaaa nnnnnnnn TTTTTTTT aaaaaaaa rrrrrrrr iiiiiiii ffffffff PPPPPPPP rrrrrrrr eeeeeeeemmmmmmmm iiiiiiii
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan antara lain:
(a) Konsistensi antara tarif premi yang
ditetapkan dalam kebijakan dan tarif
premi yang digunakan dalam
pemasaran produk asuransi kendaraan
bermotor.
(b) Pemenuhan ketentuan mengenai biaya
akuisisi dalam pemasaran asuransi
kendaraan bermotor.
(c) Perbandingan antara realisasi loss ratio
terakhir dan rata-rata loss ratio selama
lima tahun terakhir.
(d) Perbandingan antara realisasi rasio
biaya terakhir dan rata-rata rasio biaya
selama lima tahun terakhir.
(e) Transparansi premi kepada tertanggung
khususnya untuk pemasaran asuransi
yang dilakukan melalui pihak lain.
(((((((( 77777777 )))))))) AAAAAAAA nnnnnnnn aaaaaaaa llllllll iiiiiiii ssssssss iiiiiiii ssssssss PPPPPPPP eeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeee rrrrrrrr iiiiiiii kkkkkkkk ssssssss aaaaaaaa
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333344444444
Pada bagian ini pemeriksa perlu
mengungkapkan penilaian mengenai
penyelenggaraan lini usaha asuransi
kendaraan bermotor yang mencakup
sekurang-kurangnya:
(a) Kecukupan data profil risiko dan
kerugian serta data biaya yang dimiliki
oleh perusahaan untuk dapat digunakan
dalam penetapan tarif premi, termasuk
di dalamnya kecukupan data yang
dihitung berdasarkan faktor kredibilitas
klaim sesuai ketentuan yang berlaku
dan tinjauan dari sisi populasi
pertanggungan yang dimiliki
perusahaan. Dalam kecukupan data
tersebut, pemeriksa perlu pula
mengungkapkan mengenai dukungan
sistem informasi dan teknologi yang
digunakan oleh perusahaan dalam
pemeliharaan data dimaksud.
(b) Kecukupan proses penetapan tarif
premi yang mencakup proses
penetapan premi murni, asumsi biaya,
dan asumsi margin keuntungan.
(c) Analisis mengenai perbandingan antara
realisasi dan asumsi loss ratio dan rasio
biaya.
(8) Permasalahan-permasalahan lain yang
ditemukan dalam pemeriksaan mengenai
penyelenggaraan lini usaha asuransi
kendaraan bermotor.
bbbbbbbb)))))))) SSSSSSSSuuuuuuuurrrrrrrreeeeeeeettttttttyyyyyyyysssssssshhhhhhhhiiiiiiiipppppppp
PPPengungkapan mengenai penyeleng-
garaan lini usaha suretyship mencakup
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333355555555
(1) Hak perusahaan untuk melakukan
pemasaran produk suretyship yang
dibuktikan dengan masuknya perusahaan
dalam daftar perusahaan yang dapat
memasarkan produk tersebut.
(2) Pemenuhan persyaratan untuk dapat
memasarkan produk suretyship antara lain
adalah kepemilikan tenaga ahli dan
pegawai yang telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan pengelolaan produk
suretyship, manual underwriting, sistem
informasi, dan program pendidikan
berkelanjutan.
(3) Pemenuhan ketentuan mengenai biaya
akuisisi maksimum sebesar 20% dan
transparansi mengenai fee penjaminan.
(4) Cara pemasaran yang digunakan oleh
perusahaan khususnya terkait dengan
pemasaran yang dilakukan melalui
perantara seperti agen atau broker.
Pemeriksa juga perlu mengungkapkan
mengenai bentuk kerja sama yang dimiliki
oleh perusahaan dengan perantara. Selain
itu, pemeriksa juga perlu mengungkapkan
apakah dalam pemasaran dengan
perantara tersebut perusahaan
menggunakan pre-signed sertifikat bonding.
bbbbbbbb)))))))) AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii TTTTTTTTeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaaggggggggaaaaaaaa KKKKKKKKeeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa IIIIIIIInnnnnnnnddddddddoooooooonnnnnnnneeeeeeeessssssssiiiiiiiiaaaaaaaa
PPPengungkapan mengenai penyeleng-
garaan asuransi TKI mencakup sekurang-
kurangnya sebagai berikut:
(1) Surat penunjukan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi kepada konsorsium asuransi
TKI dimana perusahaan menjadi anggota
konsorsium.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333366666666
(2) Keanggotaan konsorsium termasuk di
dalamnya pembagian untuk masing-masing
anggota konsorsium.
(3) Perusahaan pialang yang ditunjuk untuk
menangani konsorsium tersebut.
(4) Mekanisme kerja sama yang dilakukan di
antara anggota konsorsium termasuk di
dalamnya mekanisme pembagian premi
dan klaim, serta mekanisme kerja sama
antara konsorsium dan perusahaan pialang
asuransi.
(5) Tabel yang menguraikan mengenai
perolehan premi dan pembayaran klaim
yang dilakukan oleh konsorsium.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........44444444........ PPPPPPPPoooooooolllllllliiiiiiiissssssss
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai polis yang umum
digunakan perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
aaaaaaaa)))))))) PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii JJJJJJJJiiiiiiiiwwwwwwwwaaaaaaaa
(1) Kesesuaian antara polis yang dipasarkan
dan specimen polis yang disampaikan
kepada Biro Perasuransian, khususnya
untuk produk-produk yang telah
mendapat pernyataan pencatatan dari
Biro Perasuransian.
(2) Penggunaan bahasa Indonesia dalam
polis yang dipasarkan oleh perusahaan.
bbbbbbbb)))))))) PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii UUUUUUUUmmmmmmmmuuuuuuuummmmmmmm
(1) Penggunaan polis yang memiliki format
standar yang diterbitkan oleh asosiasi.
Dalam bagian ini, pemeriksa juga harus
mengungkapkan penggunaan polis yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333377777777
belum memiliki format standar yang
diterbitkan oleh asosiasi.
(2) Kesesuaian antara polis yang dipasarkan
dan specimen polis yang disampaikan
kepada Biro Perasuransian, khususnya
untuk produk-produk yang telah
mendapat pernyataan pencatatan dari
Biro Perasuransian.
(3) Penggunaan bahasa Indonesia dalam
polis yang dipasarkan oleh perusahaan.
Pengungkapan tersebut di atas berlaku
pula untuk perusahaan asuransi dengan prinsip
syariah dan unit usaha syariah. Untuk polis
asuransi dengan prinsip syariah, pemeriksa harus
mengungkapkan pula kesesuaian polis dengan
ketentuan mengenai akad asuransi dengan
prinsip syariah.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........55555555........ DDDDDDDDuuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai dukungan reasuransi
yang dimiliki oleh perusahaan yang mencakup
sekurang-kurangnya:
aaaaaaaa)))))))) DDDDDDDDuuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii TTTTTTTTrrrrrrrreeeeeeeeaaaaaaaattttttttyyyyyyyy
Di dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai dukungan
reasuransi treaty yang dimiliki oleh
perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
(1) Dukungan treaty yang dimiliki oleh
perusahaan untuk semua jenis treaty dan
semua lini usaha asuransi, yang
mencakup sekurang-kurangnya skim
reasuransi, daftar reasuradur baik dalam
negeri maupun luar negeri yang
memberikan dukungan, besar retensi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333388888888
perusahaan, dan sesi untuk masing-
masing reasuradur.
(2) Kesesuaian retensi perusahaan dengan
ketentuan yang berlaku.
(3) Kesesuaian penempatan sesi reasuransi
treaty dalam negeri dengan ketentuan
yang berlaku.
(4) Realisasi penempatan sesi terhadap
dukungan reasuransi treaty tersebut.
(5) Proporsi premi reasuransi treaty terhadap
total premi reasuransi keluar.
(6) Jika untuk lini usaha tertentu perusahaan
tidak dapat memiliki dukungan reasuransi
treaty.
bbbbbbbb)))))))) DDDDDDDDuuuuuuuukkkkkkkkuuuuuuuunnnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii FFFFFFFFaaaaaaaakkkkkkkkuuuuuuuullllllllttttttttaaaaaaaattttttttiiiiiiiiffffffff
Di dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai dukungan
reasuransi fakultatif yang dimiliki oleh
perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya gambaran secara umum
mengenai alasan penggunaan dukungan
reasuransi fakultatif, daftar reasuradur yang
memberikan dukungan reasuransi fakultatif,
dan proporsi premi reasuransi fakultatif
terhadap total premi reasuransi keluar.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........66666666........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaayyyyyyyyaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai dukungan reasuransi
yang dimiliki oleh perusahaan yang mencakup
sekurang-kurangnya:
a) Rata-rata lama pembayaran klaim yang
dilakukan kepada perusahaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333333333333399999999
b) Jika terdapat pembayaran klaim melebihi 30
(tiga puluh) hari, pemeriksa harus
mengungkapkan sekurang-kurangnya:
(1) Untuk klaim yang dibayarkan kepada
tertanggung langsung, penyebab
keterlambatan pembayaran tersebut,
termasuk di dalamnya adanya kesepakatan
dengan tertanggung mengenai pembayaran
klaim.
(2) Untuk klaim yang dibayarkan kepada pihak
lain seperti bengkel atau provider,
penyebab keterlambatan pembayaran
tersebut, termasuk adanya kesepakatan
dengan pihak lain tersebut mengenai
pembayaran klaim.
(3) Untuk perusahaan asuransi jiwa, terdapat
potensi kasus keterlambatan klaim yang
disebabkan tertanggung belum mau
menerima pembayaran manfaat khususnya
untuk manfaat tahapan. Perlakuan
akuntansi untuk kasus ini masih belum
seragam, sebagian perusahaan mengakui
klaim tersebut sebagai utang klaim, namun
sebagian yang lain mengakuinya sebagai
bagian dari cadangan premi.
Mempertimbangkan karakteristik transaksi
tersebut, pada dasarnya pengakuan
manfaat tahapan yang diinvestasikan
kembali tersebut lebih tepat diakui sebagai
bagian dari cadangan premi.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........77777777........ SSSSSSSSaaaaaaaalllllllluuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDiiiiiiiissssssssttttttttrrrrrrrriiiiiiiibbbbbbbbuuuuuuuussssssssiiiiiiii PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai saluran distribusi
yang digunakan oleh Perusahaan dalam rangka
permasaran produknya yang mencakup
sekurang-kurangnya rincian mengenai saluran
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444400000000
distribusi yang digunakan berikut uraian singkat
mengenai saluran distribusi tersebut serta pangsa
pasar untuk masing-masing-masing saluran
distribusi tersebut.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........88888888........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnssssssssiiiiiiiipppppppp MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaallllllll
NNNNNNNNaaaaaaaassssssssaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaahhhhhhhh
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai pelaksanaan
penerapan prinsip mengenal nasabah yang
ditandai dengan sekurang-kurangnya adanya:
a) Pedoman penerapan prinsip mengenal
nasabah yang sekurang-kurangnya memuat
kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
penerimaan nasabah, identifikasi dan verifikasi
nasabah, pemantauan terhadap rekening dan
transaksi nasabah, dan manajemen risiko yang
berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal
nasabah.
b) Unit kerja khusus atau penugasan direksi atau
pejabat setingkat di bawah direksi yang
bertanggung jawab mengenai penerapan
prinsip mengenal nasabah.
c) Penyampaian secara formal pedoman
penerapan prinsip mengenal nasabah dan
perubahannya kepada Biro Perasuransian.
d) Pelaksanaan penerapan prinsip mengenal
nasabah dalam kegiatan penyelenggaraan
usaha perusahaan.
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........11111111........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaappppppppaaaaaaaattttttttaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai pendapatan
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444411111111
a) Pendapatan jasa keperantaraan, yang
mecakup sekurang-kurangnya:
(1) Pendapatan jasa keperantaraan.
(2) Rata-rata jasa keperantaraan yang
dibebankan kepada tertanggung.
(3) Sumber utama pendapatan jasa
keperantaraan perusahaan ditinjau dari lini
usaha asuransi dan tertanggung. Khusus
untuk tertanggung, pemeriksa perlu
mengungkapkan tertanggung yang
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan jasa keperantaraan
perusahaan.
b) Pendapatan dari hasil investasi, termasuk
komposisi hasil investasi terhadap premi bruto
perusahaan.
c) Pendapatan lain khususnya pendapatan yang
diperoleh dari jasa lain yang diberikan
perusahaan kepada tertanggung.
d) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan khususnya untuk
permasalahan yang terkait dengan pengakuan
jasa keperantaraan dan premi oleh
perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........22222222........ BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn OOOOOOOOppppppppeeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooonnnnnnnnaaaaaaaallllllll
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai beban operasional
perusahaan yang mencakup sekurang-kurangnya:
a) Rincian beban operasional perusahaan.
b) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan terkait dengan beban
operasional perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........33333333........ PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiimmmmmmmmbbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii YYYYYYYYaaaaaaaannnnnnnngggggggg
DDDDDDDDiiiiiiiittttttttaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn MMMMMMMMooooooooddddddddaaaaaaaallllllll SSSSSSSSeeeeeeeennnnnnnnddddddddiiiiiiiirrrrrrrriiiiiiii
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444422222222
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai rasio perimbangan
premi yang ditahan dibandingkan dengan modal
sendiri perusahaan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
a) Rincian perhitungan rasio perimbangan premi
ditahan dibandingkan dengan modal sendiri.
b) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan terkait dengan komponen
yang digunakan di dalam perhitungan rasio
tersebut.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........44444444........ FFFFFFFFuuuuuuuunnnnnnnnggggggggssssssssiiiiiiii PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai pelaksanaan fungsi
pialang yang dilakukan oleh perusahaan yang
mencakup sekurang-kurangnya:
a) Rincian mengenai fungsi yang dijalankan oleh
perusahaan dalam rangka membantu
tertanggung melakukan penempatan asuransi
atau reasuransi, termasuk di dalamnya
pelaksanaan fungsi konsultasi yang dilakukan
oleh perusahaan.
b) Permasalahan-permasalahan yang ditemukan
selama pemeriksaan terkait dengan
pelaksanaan fungsi pialang tersebut.
55555555........44444444........22222222........33333333........44444444........44444444........ PPPPPPPPeeeeeeeennnnnnnneeeeeeeerrrrrrrraaaaaaaappppppppaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrriiiiiiiinnnnnnnnssssssssiiiiiiiipppppppp MMMMMMMMeeeeeeeennnnnnnnggggggggeeeeeeeennnnnnnnaaaaaaaallllllll
NNNNNNNNaaaaaaaassssssssaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaahhhhhhhh
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai pelaksanaan
penerapan prinsip mengenal nasabah yang
ditandai dengan sekurang-kurangnya adanya:
a) Pedoman penerapan prinsip mengenal
nasabah yang sekurang-kurangnya memuat
kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
penerimaan nasabah, identifikasi dan verifikasi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444433333333
nasabah, pemantauan terhadap rekening dan
transaksi nasabah, dan manajemen risiko yang
berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal
nasabah.
b) Unit kerja khusus atau penugasan direksi atau
pejabat setingkat di bawah direksi yang
bertanggung jawab mengenai penerapan
prinsip mengenal nasabah.
c) Penyampaian secara formal pedoman
penerapan prinsip mengenal nasabah dan
perubahannya kepada Biro Perasuransian.
d) Pelaksanaan penerapan prinsip mengenal
nasabah dalam kegiatan penyelenggaraan
usaha perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........ MMMMMMMMaaaaaaaannnnnnnnaaaaaaaajjjjjjjjeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeennnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........11111111........ HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll UUUUUUUUnnnnnnnnddddddddeeeeeeeerrrrrrrrwwwwwwwwrrrrrrrriiiiiiiittttttttiiiiiiiinnnnnnnngggggggg
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai hasil underwriting
yang diperoleh perusahaan yang mencakup
sekurang-kurangnya:
a) Hasil underwriting yang diperoleh perusahaan
untuk periode pemeriksaan dengan
pembanding periode sebelumnya. Untuk
periode pemeriksaan yang merupakan
triwulanan, periode sebelumnya yang
digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444444444444
b) Perbandingan kenaikan hasil undewriting
dibandingkan dengan rata-rata kenaikan hasil
underwriting industri khususnya untuk
pemeriksaan dengan periode pemeriksaan
tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja hasil
underwriting perusahaan yang mencakup
antara lain hasil underwriting pada periode
pemeriksaan, perkembangan hasil undewriting
berdasarkan analisis trend, perbandingan
dengan rata-rata industri, dan kendala yang
dihadapi perusahaan yang menyebabkan
kinerja perusahaan menjadi tidak seperti yang
ditargetkan.
Pengungkapan mengenai hasil
underwriting tersebut berlaku pula bagi
perusahaan asuransi jiwa khususnya untuk
mengukur kinerja pengelolaan produk asuransi
berjangka pendek (yearly renewable term) seperti
asuransi kematian, asuransi kecelakaan diri, dan
asuransi kesehatan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........22222222........ RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn UUUUUUUUssssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa
DDDDDDDDiiiiiiiibbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnddddddddiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja efisiensi
perusahaan yang diukur dari rasio beban usaha
dibandingkan dengan premi neto yang mencakup
sekurang-kurangnya:
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode
pemeriksaan dengan pembanding periode
sebelumnya. Untuk periode pemeriksaan yang
merupakan triwulanan, periode sebelumnya
yang digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444455555555
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri
khususnya untuk pemeriksaan dengan periode
pemeriksaan tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja efisiensi
perusahaan yang mencakup antara lain kinerja
efisiensi pada periode pemeriksaan,
perkembangan kinerja efisiensi berdasarkan
analisis trend, perbandingan dengan rata-rata
industri, dan kendala yang dihadapi
perusahaan yang menyebabkan kinerja
perusahaan menjadi tidak seperti yang
ditargetkan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........33333333........ RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo BBBBBBBBeeeeeeeebbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKllllllllaaaaaaaaiiiiiiiimmmmmmmm NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo
DDDDDDDDiiiiiiiibbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnnddddddddiiiiiiiinnnnnnnnggggggggkkkkkkkkaaaaaaaannnnnnnn DDDDDDDDeeeeeeeennnnnnnnggggggggaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPrrrrrrrreeeeeeeemmmmmmmmiiiiiiii
NNNNNNNNeeeeeeeettttttttoooooooo
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja underwriting
perusahaan yang diukur dari rasio beban klaim
neto dibandingkan dengan premi neto yang
mencakup sekurang-kurangnya:
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode
pemeriksaan dengan pembanding periode
sebelumnya. Untuk periode pemeriksaan yang
merupakan triwulanan, periode sebelumnya
yang digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444466666666
khususnya untuk pemeriksaan dengan periode
pemeriksaan tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja
underwriting perusahaan yang mencakup
antara lain kinerja underwriting pada periode
pemeriksaan, perkembangan kinerja
underwriting berdasarkan analisis trend,
perbandingan dengan rata-rata industri, dan
kendala yang dihadapi perusahaan yang
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi
tidak seperti yang ditargetkan.
Pengukuran kinerja underwriting tersebut
pada dasarnya tidak sepenuhnya dapat
diterapkan untuk usaha asuransi jiwa kecuali
untuk penyelenggaraan beberapa lini usaha
asuransi yang merupakan asuransi dengan
kontrak berjangka pendek (yearly renewable
term) seperti asuransi kematian, asuransi
kecelakaan diri, dan asuransi kesehatan.
Beberapa karakteristik yang menyebabkan
ukuran tersebut tidak sepenuhnya dapat
digunakan antara lain adalah:
a) Kontrak asuransi jiwa umumnya merupakan
kontrak jangka panjang.
Untuk kontrak jangka panjang tersebut
terdapat kesulitan untuk melakukan
pembandingan antara klaim dan premi secara
tepat karena adanya perbedaan periode
pengakuan klaim dan premi.
b) Produk asuransi jiwa secara umum
mengandung komponen manfaat investasi.
Untuk produk investasi tersebut terdapat
kesulitan untuk melakukan pembandingan
antara beban klaim dan premi karena
terjadinya perbedaan pengakuan untuk
komponen investasi. Pada beban klaim,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444477777777
komponen investasi telah diakui sebagai
bagian dari cadangan premi. Namun, kondisi
tersebut tidak berlaku untuk sisi pendapatan.
Pendapatan terkait dengan produk investasi
tersebut diakui dalam bentuk pendapatan
premi dan pendapatan hasil investasi.
Namun demikian, pengungkapan mengenai
rasio beban klaim neto tersebut tetap
diperlukan khususnya dalam rangka
pengungkapan mengenai combined ratio.
Karakterisitk lain hasil dari rasio tersebut
untuk perusahaan asuransi jiwa adalah
tingginya angka rasio yang dicapai oleh
perusahaan asuransi jiwa. Tingginya angka
rasio tersebut secara umum dipengaruhi oleh
jenis produk asuransi yang dipasarkan oleh
perusahaan khususnya produk asuransi yang
memberikan manfaat investasi. Untuk itu,
pemeriksa perlu menambahkan pengungkapan
tambahan mengenai komposisi produk
asuransi khususnya yang mengandung
manfaat investasi, penjelasan mengenai
penyebab tingginya angka rasio tersebut yang
disebabkan adanya asimetri dalam pengakuan
beban dan pendapatan sebagaimana
dijelaskan di atas, dan penjelasan perlunya
membaca angka rasio tersebut bersama
dengan rasio hasil investasi dibandingkan
dengan pendapatan premi neto.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........44444444........ RRRRRRRRaaaaaaaassssssssiiiiiiiioooooooo HHHHHHHHaaaaaaaassssssssiiiiiiiillllllll IIIIIIIInnnnnnnnvvvvvvvveeeeeeeessssssssttttttttaaaaaaaassssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja investasi
perusahaan yang diukur dari rasio hasil investasi
perusahaan yang terdiri dari:
a) Rasio hasil investasi terhadap rata-rata
investasi dua periode.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444488888888
b) Rasio hasil investasi terhadap pendapatan
premi neto.
Pengungkapan mengenai kinerja
investasi tersebut mencakup sekurang-
kurangnya:
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode
pemeriksaan dengan pembanding periode
sebelumnya. Untuk periode pemeriksaan yang
merupakan triwulanan, periode sebelumnya
yang digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri
khususnya untuk pemeriksaan dengan periode
pemeriksaan tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja investasi
perusahaan yang mencakup antara lain kinerja
investasi pada periode pemeriksaan,
perkembangan kinerja investasi berdasarkan
analisis trend, perbandingan dengan rata-rata
industri, dan kendala yang dihadapi
perusahaan yang menyebabkan kinerja
perusahaan menjadi tidak seperti yang
ditargetkan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........55555555........ CCCCCCCCoooooooommmmmmmmbbbbbbbbiiiiiiiinnnnnnnneeeeeeeedddddddd RRRRRRRRaaaaaaaattttttttiiiiiiiioooooooo
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja
penyelenggaran usaha yang diukur dari
penggabungan beberapa rasio yaitu rasio beban
usaha terhadap pendapatan premi neto, rasio
beban klaim neto terhadap pendapatan premi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333334444444499999999
neto, dan rasio hasil investasi terhadap
pendapatan premi neto.
Pengungkapan mengenai penyeleng-
garaan usaha tersebut mencakup sekurang-
kurangnya:
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode
pemeriksaan dengan pembanding periode
sebelumnya. Untuk periode pemeriksaan yang
merupakan triwulanan, periode sebelumnya
yang digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri
khususnya untuk pemeriksaan dengan periode
pemeriksaan tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja
perusahaan yang mencakup antara lain kinerja
pada periode pemeriksaan, perkembangan
kinerja berdasarkan analisis trend,
perbandingan dengan rata-rata industri, dan
kendala yang dihadapi perusahaan yang
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi
tidak seperti yang ditargetkan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........66666666........ LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn--------llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
AAApabila dalam pelaksanaan
pemeriksaan lapangan, pemeriksa menemukan
adanya kondisi terkait dengan kinerja manajemen
yang tidak sesuai dengan tolok ukur seperti
peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau praktik-praktik terbaik (best practices),
pemeriksa harus mengungkapkan kondisi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555500000000
tersebut, termasuk di dalamnya penyebab
terjadinya kondisi tersebut.
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg AAAAAAAAssssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn
PPPPPPPPeeeeeeeerrrrrrrruuuuuuuussssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPiiiiiiiiaaaaaaaallllllllaaaaaaaannnnnnnngggggggg RRRRRRRReeeeeeeeaaaaaaaassssssssuuuuuuuurrrrrrrraaaaaaaannnnnnnnssssssssiiiiiiii
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........11111111........ KKKKKKKKiiiiiiiinnnnnnnneeeeeeeerrrrrrrrjjjjjjjjaaaaaaaa UUUUUUUUssssssssaaaaaaaahhhhhhhhaaaaaaaa
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja usaha
perusahaan yang diukur dari perolehan jasa
keperantaraan yang mencakup sekurang-
kurangnya:
a) Jasa keperantaraan yang diperoleh
perusahaan untuk periode pemeriksaan
dengan pembanding periode sebelumnya.
Untuk periode pemeriksaan yang merupakan
triwulanan, periode sebelumnya yang
digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan kenaikan jasa keperantaraan
dibandingkan dengan rata-rata kenaikan jasa
keperantaraan industri khususnya untuk
pemeriksaan dengan periode pemeriksaan
tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja jasa
keperantaraan perusahaan yang mencakup
antara lain jasa keperantaraan pada periode
pemeriksaan, perkembangan jasa
keperantaraan berdasarkan analisis trend,
perbandingan dengan rata-rata industri, dan
kendala yang dihadapi perusahaan yang
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi
tidak seperti yang ditargetkan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555511111111
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........22222222........ EEEEEEEEffffffffiiiiiiiissssssssiiiiiiiieeeeeeeennnnnnnnssssssssiiiiiiii
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai kinerja efisiensi
perusahaan yang diukur dari rasio beban usaha
terhadap jasa keperantaraan yang mencakup
sekurang-kurangnya:
a) Rasio yang dicapai perusahaan untuk periode
pemeriksaan dengan pembanding periode
sebelumnya. Untuk periode pemeriksaan yang
merupakan triwulanan, periode sebelumnya
yang digunakan sebagai pembanding adalah
periode yang sama untuk tahun sebelumnya.
Sebagai contoh apabila periode pemeriksaan
adalah triwulan I tahun 2010, periode
sebelumnya yang digunakan sebagai
pembanding adalah triwulan I tahun 2009.
b) Perbandingan rasio yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan rata-rata industri
khususnya untuk pemeriksaan dengan periode
pemeriksaan tahunan.
c) Analisis pemeriksa mengenai kinerja
perusahaan yang mencakup antara lain kinerja
pada periode pemeriksaan, perkembangan
kinerja berdasarkan analisis trend,
perbandingan dengan rata-rata industri, dan
kendala yang dihadapi perusahaan yang
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi
tidak seperti yang ditargetkan.
55555555........44444444........22222222........33333333........55555555........33333333........ LLLLLLLLaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn--------llllllllaaaaaaaaiiiiiiiinnnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam kategori kelima aspek tersebut di
atas namun temuan tersebut penting untuk
diungkapkan dalam rangka memberikan
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555522222222
gambaran yang lebih utuh mengenai kondisi
perusahaan.
55555555........44444444........22222222........33333333........66666666........ PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr CCCCCCCCaaaaaaaabbbbbbbbaaaaaaaannnnnnnngggggggg////////KKKKKKKKaaaaaaaannnnnnnnttttttttoooooooorrrrrrrr
PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmaaaaaaaassssssssaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bagian ini, pemeriksa harus
mengungkapkan temuan pemeriksaan kantor cabang atau
kantor pemasaran perusahaan. Pengungkapan mengenai
temuan pemeriksaan disesuaikan dengan tujuan dan ruang
lingkup pemeriksaan kantor cabang.
Namun demikian, dalam setiap pemeriksaan kantor
cabang atau kantor pemasaran tersebut, pemeriksa harus
mengungkapkan mengenai alamat kantor cabang/kantor
pemasaran, izin pembukaan kantor cabang atau pelaporan
kantor pemasaran, keberadaan pimpinan dan tenaga ahli,
struktur organisasi dalam kantor cabang/kantor pemasaran,
dan kondisi infrastruktur kantor cabang/ kantor pemasaran.
HHaall YYaanngg PPeerrlluu DDiippeerrhhaattiikkaann
DDDi dalam melakukan pengungkapan atau analisis terhadap
kondisi dan permasalahan yang merupakan temuan hasil pemeriksaan,
di dalam bab ini, pemeriksa tidak diharapkan menyatakan adanya
kesimpulan karena kesimpulan merupakan bab yang terpisah.
Paparan di dalam bab temuan hasil pemeriksaan merupakan
paparan mengenai kondisi dan permasalahan serta analisis terhadap
kondisi dan permasalahan tersebut.
55555555........44444444........22222222........44444444........ KKKKKKKKeeeeeeeessssssssiiiiiiiimmmmmmmmppppppppuuuuuuuullllllllaaaaaaaannnnnnnn PPPPPPPPeeeeeeeemmmmmmmmeeeeeeeerrrrrrrriiiiiiiikkkkkkkkssssssssaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bab ini pemeriksa menarik kesimpulan terhadap
temuan hasil pemeriksaan yang telah dipaparkan di dalam bab
mengenai temuan hasil pemeriksaan. Di dalam paparan mengenai
kesimpulan tersebut, pemeriksa harus senantiasa memperhatikan
bahwa terdapat hubungan antara bab kesimpulan dan bab mengenai
temuan hasil pemeriksaan. Berkenaan dengan hal tersebut, pemeriksa
tidak dapat menarik kesimpulan terhadap kondisi dan permasalahan
yang tidak diungkapkan di dalam bab mengenai temuan hasil
pemeriksaan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555533333333
Pada prinsipnya, kesimpulan yang harus dibuat oleh pemeriksa
harus dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi dan
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Seluruh aspek penting di
dalam temuan hasil pemeriksaan harus dapat ditarik kesimpulannya
dan disajikan di dalam bab ini. Pemeriksa juga harus memperhatikan
keterkaitan antara kesimpulan dan rekomendasi atau saran yang akan
diberikan kepada perusahaan. Pemeriksa tidak dapat memberikan
saran atau rekomendasi kepada perusahaan untuk permasalahan yang
tidak diungkapkan dalam bab ini.
Secara umum, kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan yang
diungkapkan mencakup kesimpulan mengenai pemenuhan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku namun telah diperbaiki oleh
perusahaan, dan kesimpulan lain-lain yang mencakup antara lain
pengungkapan mengenai sistem dan prosedur, aspek manajemen,
kondisi kantor cabang atau kantor pemasaran, serta permasalahan
lainnya.
55555555........44444444........22222222........55555555........ RRRRRRRReeeeeeeekkkkkkkkoooooooommmmmmmmeeeeeeeennnnnnnnddddddddaaaaaaaassssssssiiiiiiii ddddddddaaaaaaaannnnnnnn SSSSSSSSaaaaaaaarrrrrrrraaaaaaaannnnnnnn
DDDi dalam bab ini pemeriksa memberikan rekomendasi dan
saran kepada perusahaan untuk melakukan perbaikan terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan sebagaimana telah
disajikan di dalam bab mengenai kesimpulan hasil pemeriksaan.
Pemeriksa tidak dapat memberikan rekomendasi atau saran untuk
permasalahan yang tidak diungkapkan dalam bab mengenai temuan
hasil pemeriksaan dan disimpulkan di dalam bab mengenai kesimpulan.
Pemberian rekomendasi kepada perusahaan dilakukan dengan
mempertimbangkan dampak permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan. Untuk permasalahan yang menyebabkan perusahaan tidak
dapat melaksanakan penyelenggaraan kegiatan usaha sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, standar praktik penyelenggaraan
usaha terbaik, standar akuntansi yang berlaku, prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, atau standar lainnya, pemeriksa perlu
memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk melakukan
perbaikan terhadap permasalahan tersebut. Pemberian rekomendasi
kepada perusahaan tersebut harus diikuti dengan jangka waktu yang
diberikan kepada perusahaan untuk melaksanakan rekomendasi
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555544444444
tersebut. Untuk rekomendasi yang tidak dapat dipantau
pelaksanaannya berdasarkan laporan pelaksanaan rekomendasi,
pemeriksa harus menyatakan bahwa pemantauan terhadap
pelaksanaan rekomendasi dilakukan dengan cara melakukan kembali
pemeriksaan langsung terhadap perusahaan.
Di dalam bab mengenai rekomendasi ini, pemeriksa dapat
memberikan rekomendasi atau pertimbangan kepada Biro
Perasuransian, termasuk di dalamnya rekomendasi kepada Biro
Perasuransain untuk mengenakan sanksi peringatan kepada
perusahaan atas pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pemberian saran kepada perusahaan dilakukan untuk
permasalahan yang tidak menyebabkan perusahaan tidak dapat
melaksanakan penyelenggaraan kegiatan usaha sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, standar praktik penyelenggaraan
usaha terbaik, standar akuntansi yang berlaku, prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, atau standar lainnya. Pemberian saran diberikan
kepada perusahaan dengan maksud agar perusahaan dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha dengan lebih baik. Namun, saran
yang diberikan kepada perusahaan tersebut tidak bersifat mengikat.
55..44..33.. LLaappoorraann HHaassiill PPeemmeerriikkssaaaann UUnnttuukk PPeemmeerriikkssaaaann MMeennyyeelluurruuhh
DDaann PPeemmeerriikkssaaaann AAssppeekk TTeerrtteennttuu
LLLaporan hasil pemeriksaan untuk pemeriksaan menyeluruh
(keseluruhan aspek) dan pemeriksaan aspek tertentu pada prinsipnya sama
yaitu:
1. Terdiri dari LHPS dan LHPF.
2. LHPS terdiri dari:
a. Laporan singkat pemeriksaan.
b. Informasi umum.
c. Hasil pemeriksaan.
d. Kesimpulan.
3. LHPF terdiri dari:
a. Laporan singkat pemeriksaan.
b. Informasi umum.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555555555555
c. Hasil pemeriksaan.
d. Kesimpulan.
e. Rekomendasi dan saran.
Perbedaan antara laporan hasil pemeriksaan untuk pemeriksaan
menyeluruh dan pemeriksaan aspek tertentu mengikuti perbedaan mengenai
ruang lingkup pemeriksaan di antara kedua jenis pemeriksaan tersebut.
Perbedaan ruang lingkup pemeriksaan tersebut mempengaruhi substansi yang
akan diungkapkan di dalam hasil pemeriksaan yang merupakan salah satu bab
di dalam laporan hasil pemeriksaan.
Pengungkapan di dalam laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dijelaskan pada bagian “II. Isi Laporan Hasil Pemeriksaan” tersebut di atas
merupakan petunjuk pengungkapan untuk laporan hasil pemeriksaan
menyeluruh.
Pengungkapan di dalam laporan hasil pemeriksaan aspek tertentu
sedapat mungkin mengikuti petunjuk pengungkapan di dalam laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dijelaskan pada bagian “II. Isi Laporan Hasil
Pemeriksaan” tersebut di atas.
55..55.. LLAAPPOORRAANN HHAASSIILL PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBerdasarkan pemeriksaan, pegawai Biro Perasuransian yang melakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian membuat laporan hasil pemeriksaan
dalam bentuk konsep surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada direksi perusahaan
perasuransian yang diperiksa yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Tujuan pemeriksaan.
b. Kesimpulan hasil pemeriksaan.
c. Jika diperlukan, rekomendasi kepada perusahaan perasuransian yang diperiksa untuk melakukan perbaikan atas pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang usaha perasuransian yang dilakukan oleh Perusahaan
Perasuransian yang diperiksa dan/atau perbaikan terhadap aspek
penyelenggaraan kegiatan usaha tertentu yang tidak sesuai dengan praktik
penyelenggaraan usaha perasuransian yang sehat.
Konsep surat Kepala Biro Perasuransian atas nama Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengenai hasil pemeriksaan tersebut
disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian oleh kepala bagian yang
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVV PPPPPPPPRRRRRRRROOOOOOOOSSSSSSSSEEEEEEEESSSSSSSS PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555566666666
mengusulkan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian disertai dengan Nota Dinas
yang memberikan penjelasan sekurang-kurangnya mengenai tujuan pemeriksaan,
waktu pelaksanaan pemeriksaan, kesimpulan pemeriksaan, dan jika diperlukan
rekomendasi kepada perusahaan perasuransian yang diperiksa.
Nota Dinas mengenai laporan hasil pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian dengan tembusan
kepada Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Sedangkan untuk
pemeriksaan tematik, Nota Dinas mengenai laporan hasil pemeriksaan tersebut
disampaikan kepada Kepala Biro Perasuransian dengan tembusan kepada seluruh
kepala bagian di lingkungan Biro Perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNGGGGGGGGEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAALLLLLLLLIIIIIIIIAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555577777777
BBAABB
VVII PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
KKegiatan pemeriksaan merupakan salah satu sarana Biro Perasuransian
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perasuransian.
Kegiatan pemeriksaan dimaksud perlu dilakukan dengan manajemen yang modern
dan professional agar tujuan pemeriksaan dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Salah satu kharakteristik manajemen yang modern dan profesional adalah adanya
pengendalian.
Pengendalian pemeriksaan meliputi kegiatan penilaian kinerja yang dimulai
dari penyusunan rencana pemeriksaan sampai dengan kegiatan tindak lanjut atas
rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan. Tujuan utama pengendalian
pemeriksaan adalah memastikan agar proses dan kegiatan pemeriksaan terhadap
perusahaan perasuransian dilakukan sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian dan agar secara keseluruhan tujuan kegiatan
pemeriksaan dapat tercapai. Objek pengendalian pemeriksaan adalah pemeriksa
dan setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan. Pengendalian tersebut
mencakup:
1. Pengendalian terhadap pelaksanaan rencana pemeriksaan.
2. Pengendalian terhadap pelaksanaan pemeriksaan.
66..11.. PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
66..11..11.. PPeennggeennddaalliiaann TTeerrhhaaddaapp RReennccaannaa PPeemmeerriikkssaaaann
PPPengendalian terhadap rencana pemeriksaan dilakukan oleh
Penanggung Jawab, Koordinator, dan Penyelia Pemeriksaan yang meliputi antara
lain:
a. Penyusunan rencana pemeriksaan.
b. Penggunaan waktu kerja dan jumlah pemeriksa yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pemeriksaan.
c. Pencapaian target jumlah pemeriksaan.
Penanggung Jawab, Koordinator, dan Penyelia Pemeriksaan secara
berkala (semesteran dan tahunan) membandingkan antara realisasi kegiatan
pemeriksaan dengan Rencana Kegiatan Pemeriksaan. Jika terjadi
penyimpangan yang signifikan atau potensi penyimpangan teridentifikasi,
Penanggung Jawab, Koordinator dan Penyelia Pemeriksaan harus segera
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNGGGGGGGGEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAALLLLLLLLIIIIIIIIAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555588888888
mengambil tindakan untuk melakukan perbaikan atas penyimpangan tersebut.
Selanjutnya Penanggung jawab Pemeriksaan melaporkan penyimpangan yang
telah atau berpotensi terjadi dan tindakan yang telah diambilnya kepada Ketua
Bapepam dan Lembaga Keuangan.
Koordinator Pemeriksaan secara tahunan dan semesteran harus
menyusun Laporan Kegiatan Pemeriksaan dan selanjutnya Penanggungjawab
Pemeriksaan menyampaikan Laporan tersebut kepada Ketua Bapepam dan
Lembaga Keuangan dan Menteri Keuangan. Format Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Tahunan/ Semesteran terdapat pada Lampiran XXV.
66..11..22.. PPeennggeennddaalliiaann TTeerrhhaaddaapp PPeellaakkssaannaaaann PPeemmeerriikkssaaaann
PPPengendalian ini merupakan pengendalian atas pelaksanaan seluruh
proses pemeriksaan mulai dari persiapan pemeriksaan, pemeriksaan lapangan,
penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan, hingga monitoring tindak lanjut hasil
pemeriksaan. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh Koordinator, Penyelia,
dan Ketua Tim Pemeriksaan.
Bentuk-bentuk pengendalian atas pelaksanaan proses pemeriksaan
antara lain:
a. Evaluasi terhadap persiapan pemeriksaan sebelum pemeriksaan lapangan
dilaksanakan.
b. Evaluasi atas prosedur pemeriksaan yang telah dilaksanakan Tim Pemeriksa,
data dan informasi yang diperoleh Tim Pemeriksa, atau Kertas Kerja
Pemeriksaan.
c. Evaluasi atas hasil pemeriksaan dan penuangannya dalam konsep Laporan
Hasil Pemeriksaan Sementara dan Laporan Hasil Pemeriksaan Final.
d. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
e. Pemantauan status pemeriksaan melalui Lembar Monitoring baik oleh
Penyelia maupun Ketua Tim.
Jika terjadi penyimpangan yang signifikan atau potensi penyimpangan
teridentifikasi, harus segera diambil tindakan untuk melakukan perbaikan atas
penyimpangan tersebut. Dalam hal ini, Ketua Tim harus selalu berkonsultasi
dengan Penyelia dan Koordinator yang selanjutnya membahas tindakan koreksi
atau perbaikan yang akan dilakukan.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNGGGGGGGGEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAALLLLLLLLIIIIIIIIAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333335555555599999999
66..22.. PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN DDII KKAANNTTOORR BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
66..11..11.. PPeennggeennddaalliiaann TTeerrhhaaddaapp RReennccaannaa PPeemmeerriikkssaaaann
PPPengendalian terhadap rencana pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian khususnya pemeriksaan tematik dilakukan oleh Kepala Biro
Perasuransian serta Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian di lingkungan Biro
Perasuransian. Pengendalian terhadap rencana pemeriksaan tersebut
mencakup antara lain penyusunan rencana pemeriksaan termasuk program
pemeriksaan, alokasi waktu dan pegawai yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan pemeriksaan, serta pencapaian target jumlah pemeriksaan yang
menjadi sampling.
Kepala Biro Perasuransian, Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian di
lingkungan Biro Perasuransian yang melakukan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian, serta Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian,
secara berkala (semesteran dan tahunan) melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pemeriksaan tematik khususnya evaluasi terhadap
kendala dalam pelaksanaan rencana pemeriksaan tersebut.
Kepala Bagian di lingkungan Biro Perasuransian yang melakukan
pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian secara tahunan dan semesteran
harus menyusun Laporan Kegiatan Pemeriksaan. Laporan tersebut
dikonsolidasikan dengan Laporan Kegiatan Pemeriksaan di kantor perusahaan
perasuransian yang disiapkan oleh Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian selaku Koordinator Pemeriksaan.
66..11..22.. PPeennggeennddaalliiaann TTeerrhhaaddaapp PPeellaakkssaannaaaann PPeemmeerriikkssaaaann
PPPengendalian ini merupakan pengendalian terhadap pelaksanaan
seluruh proses pemeriksaan mulai dari persiapan pemeriksaan, pelaksanaan
pemeriksaan, penyusunan hasil pemeriksaan, sampai monitoring tindak lanjut
hasil pemeriksaan, jika ada rekomendasi. Pelaksanaan pengendalian dilakukan
oleh Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, dan pegawai di lingkungan Biro
Perasuransian yang melaksanakan pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian.
Pengendalian terhadap pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilakukan antara
lain dengan cara melakukan evaluasi terhadap ada tidaknya kendala dalam
pelaksanaan seluruh proses pemeriksaan.
Kepala Biro Perasuransian, Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian di
lingkungan Biro Perasuransian yang melakukan pemeriksaan di kantor Biro
Perasuransian, serta Kepala Bagian Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian,
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEENNNNNNNNGGGGGGGGEEEEEEEENNNNNNNNDDDDDDDDAAAAAAAALLLLLLLLIIIIIIIIAAAAAAAANNNNNNNN PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN
333333336666666600000000
secara berkala (semesteran dan tahunan) melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan seluruh proses pemeriksaan bersamaan dengan evaluasi terhadap
rencana pemeriksaan.
Kegiatan evaluasi secara berkala terhadap rencana dan pelaksanaan
seluruh proses pemeriksaan di kantor Biro Perasuransian tersebut dapat
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi berkala untuk pemeriksaan
di kantor perusahaan perasuransian.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666611111111
BBAABB
VVIIII PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN BBEERRBBAASSIISS KKOOMMPPUUTTEERR
DDewasa ini, banyak perusahaan perasuransian yang telah menggunakan
sistem informasi yang terkomputerisasi dalam operasional sehari-hari. Sistem
informasi yang terkomputerisasi ini diciptakan untuk mengimbangi meningkatnya
volume dan kerumitan transaksi perusahaan. Sistem ini juga biasanya mengurangi
penggunaan dokumen-dokumen fisik (paperless) sehingga teknik pemeriksaan
konvensional seringkali tidak lagi efektif dan efisien untuk dijalankan. Untuk
mengatasi permasalahan ini, perlu kiranya dibuat suatu panduan untuk
menggantikan teknik pemeriksaan konvensional dengan suatu teknik pemeriksaan
dengan berbantuan komputer (computer assisted audit techniques).
77..11.. PPEERRAALLAATTAANN YYAANNGG DDIIBBUUTTUUHHKKAANN
UUntuk melaksanakan pemeriksaan berbantuan komputer dibutuhkan
peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).
Peralatan untuk hardware yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Peralatan untuk merumuskan sistem dan prosedur kegiatan pemeriksaan
langsung perusahaan perasuransian:
1) Processor sekurang-kurangnya pentium 1 kecepatan 166 MHZ.
2) Minimal mempunyai memory RAM 32 MB.
3) Hardisk dengan space kosong .
b. Peralatan external hardisk berupa zip drive (+/- 200 Mega bytes).
Sedangkan software yang digunakan adalah:
a. Operating system windows 95 /98/2000.
b. Microsoft Access 2000.
c. Microsoft SQL.
d. Property 2000.
Perangkat lunak yang disarankan digunakan untuk melaksanakan teknik
pemeriksaan berbantuan komputer adalah Microsoft Access 2000, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Microsoft Access 2000 memiliki kemampuan untuk mengkompilasi program-
program tertentu seperti Microsoft SQL, Data Base File (DBF), Oracle, Microsoft
Excel, Lotus (WK*).
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666622222222
b. Microsoft Access 2000 memiliki kemudahan operasi. Microsoft Access 2000
biasanya telah memiliki software tertentu seperti SQL dan Visual Basic. Dengan
demikian, orang yang belum pernah mengoperasikan Microsoft Access 2000
namun pernah mengoperasikan SQL dan Visual Basic, akan dapat
mengoperasikan Microsoft Access 2000.
c. Microsoft secara teratur mengembangkan software tersebut sehingga
memungkinkan software tersebut tetap up to date terhadap berbagai operating
system yang ada.
d. Pengguna database Microsoft Acess tersebut di industri asuransi semakin banyak
sehingga kemampuan untuk mengambil data-data di perusahaan dapat cepat
dilaksanakan apabila software audit yang digunakan adalah Microsoft Acces
2000.
77..22.. PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN IINNTTEERRNNAALL
PPerusahaan dengan sistem informasi yang terkomputerisasi memiliki
struktur pengendalian internal yang sedikit berbeda. Proses identifikasi kecukupan
pengendalian internal perusahaan yang telah memiliki sistem informasi dilakukan
antara lain dengan melakukan pengecekan sebagai berikut:
a. Ketersediaan bagian atau departemen tersendiri yang mengurus EDP (Electronic
Data Processing).
b. Adanya pembatasan akses informasi sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
c. Penggunaan kata kunci (password) untuk setiap orang yang akan mengakses
informasi di dalam database.
77..33.. PPEENNYYIIAAPPAANN DDAATTAA
DDalam rangka audit menggunakan komputer, pemeriksa harus
mempersiapkan data perusahaan dalam bentuk soft file antara lain *.txt, dan *.dbf.
Data tersebut merupakan data perusahaan yang diperoleh dari perusahaan sehingga
dapat diolah dengan Ms Acces. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan data perusahaan tersebut sebagai berikut:
a. Simpan data perusahaan dalam hard disk dalam folder yang telah kita tentukan.
b. Buka , dan buat database baru dengan klik pada
menu file dengan klik dan tulis nama database baru.
Kemudian klik pada tampilan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666633333333
b. Setelah muncul tampilan berikut:
pilih dan klik “Import Table”, kemudian buka file yang akan diolah.
c. Data siap diolah sesuai dengan teknik-teknik pemeriksaan yang ada.
77..44.. TTEEKKNNIIKK--TTEEKKNNIIKK PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN
TTeknik-teknik pemeriksaan yang dapat dilaksanakan dengan
menggunakan software ini sebagai berikut:
77..44..11.. EExxcceeppttiioonn RReeppoorrttss
PPPemeriksaan exception reports merupakan teknik untuk melakukan
pengujian record guna menentukan kualitas, kelengkapan, konsistensi, dan
kebenaran suatu data.
Contoh: Melakukan pencarian semua saldo negatif dalam data cadangan premi.
LLaannggkkaahh yyaanngg ddiillaakkuukkaann sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt..
a. Pilih dan klik dan klik pada tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666644444444
b. Pilih nama tabel yang akan kita olah pada tampilan berikut:
c. Pilih field-field yang dibutuhkan untuk pencarian semua saldo negatif dalam
data cadangan premi dan tentukan kriterianya ("<0") sesuai dengan tampilan
berikut:
d. Untuk melihat hasil pencarian, klik datasheet view.
e. Kemudian simpan query ini dengan nama “Cadangan Saldo Negatif”.
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666655555555
77..44..22.. RReeccoommppuuttee DDaattaa
RRRecompute data merupakan teknik untuk melakukan penghitungan
kembali atas data akuntansi yang ada.
Contoh: Penghitungan kembali uang pertanggungan, premi, dan data cadangan
premi yang diklasifikasikan per produk.
LLaannggkkaahh--llaannggkkaahhnnyyaa sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::
a. Pilih dan klik dan klik pada tampilan berikut:
b. Pilih nama tabel yang akan kita olah pada tampilan berikut:
c. Pilih field-field yang untuk menghitung UP, premi, dan cadangan premi per
produk, kemudian klik � sehingga tampilan sebagai berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666666666666
d. Untuk melihat hasilnya, klik datasheet view sebagaimana ditunjukkan pada
tampilan berikut:
e. Kemudian simpan query ini dengan nama “Subtotal per Produk”.
77..44..33.. CCoommppaarree//ccoommbbiinnee DDaattaa
CCCompare/combine data yaitu teknik membandingkan dan
menggabungkan data dari file-file terpisah dengan acuan kepada indeks atau
melakukan prosedur audit yang menggabungkan data di file-file yang terpisah ke
dalam suatu file dengan indeks yang tertentu.
Contoh: Membandingkan data produksi premi dengan portfolio cadangan premi
(polis inforce), dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua produksi premi
atas polis pada periode berjalan telah dimasukkan dalam perhitungan cadangan
premi.
a. Pilih dan klik dan klik pada tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666677777777
b. Pilih nama tabel pertama yang akan kita bandingkan, misalnya tabel
pinjaman polis pada tampilan berikut:
c. Klik pilih nama tabel pembanding, misalnya tabel cadangan premi
untuk menyakinkan bahwa semua pinjaman polis telah dimasukkan dalam
portofolio cadangan premi, pada tampilan berikut:
d. Pilih field-field yang dibutuhkan untuk membandingkan data pinjaman polis
dengan portfolio cadangan premi (polis inforce) dan tentukan kriteria yang
akan dibandingkan (misalnya : nomor polis) sesuai dengan tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666688888888
e. Pilih field-field yang akan ditampilkan (tabel: pinjaman polis) untuk melihat
pinjaman polis yang tidak termasuk dalam portofolio cadangan premi dengan
tampilan berikut:
f. Klik , tulis nama query tersebut dan klik untuk melihat
hasilnya, sebagaimana ditunjukkan dalam tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333336666666699999999
77..44..44.. PPeemmiilliihhaann ddaann SSeelleekkssii SSaammppllee
PPPemilihan dan seleksi sample merupakan teknik untuk melakukan
seleksi dan pemilihan sample dari data yang ada dalam suatu file untuk
melakukan pengujian subsequent event.
Contoh: Memilih sample atas pinjaman polis berdasarkan periode tertentu.
LLaannggkkaahh--llaannggkkaahhnnyyaa sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::
a. Pilih dan klik dan klik pada tampilan berikut:
b. Pilih nama tabel yang akan kita olah pada tampilan berikut:
DDEEPPAARRTTEEMMEENN KKEEUUAANNGGAANN RREEPPUUBBLLIIKK IINNDDOONNEESSIIAA BBAADDAANN PPEENNGGAAWWAASS PPAASSAARR MMOODDAALL DDAANN LLEEMMBBAAGGAA KKEEUUAANNGGAANN
BBIIRROO PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
PPEEDDOOMMAANN PPEEMMEERRIIKKSSAAAANN PPEERRUUSSAAHHAAAANN PPEERRAASSUURRAANNSSIIAANN
BBBBBBBBAAAAAAAABBBBBBBB VVVVVVVVIIIIIIIIIIIIIIII PPPPPPPPEEEEEEEEMMMMMMMMEEEEEEEERRRRRRRRIIIIIIIIKKKKKKKKSSSSSSSSAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNN BBBBBBBBEEEEEEEERRRRRRRRBBBBBBBBAAAAAAAASSSSSSSSIIIIIIIISSSSSSSS KKKKKKKKOOOOOOOOMMMMMMMMPPPPPPPPUUUUUUUUTTTTTTTTEEEEEEEERRRRRRRR
333333337777777700000000
c. Memilih kolom yang akan ditampilkan dan menentukan kriteria sample
berdasarkan periode sample.
d. Untuk melihat hasilnya, klik datasheet view sebagaimana ditunjukkan pada
tampilan berikut:
e. Kemudian simpan query ini dengan nama “sample_pinjpolis”.
77..44..55.. PPeennggiikkhhttiissaarraann DDaattaa uunnttuukk AAnnaalliissiiss
Pengikhtisaran data untuk analisis merupakan tahapan untuk
melakukan instruksi-instruksi yang berkaitan dengan indeks tertentu yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis tertentu.
Contoh:
a. Menyortir suatu indeks cabang dari file produksi maupun klaim untuk
menghitung rasio-rasio seperti rasio klaim dan rasio surplus.
b. Mengklasifikasikan portofolio cadangan premi berdasarkan jenis produk.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengikhtisaran data untuk analisis sama
seperti langkah dalam pemilihan sample, namun dengan kriteria yang
disesuaikan dengan akun yang diperiksa.